ADAPTASI OLEH WAYAN KANTUN Berdasarkan English Dictonary Microsoft Encarta. 2009, kata adaptation bisa bersifat (plural adaptations) or adaption (plural adaptions) noun. Dalam bahasa Prancis< late Latin adaptation- < Latin adaptare . Adaptational adalah kata sifat ( adjective) dan adaptationally adalah kata keterangan (adverb). A. Pengertian Ada beberapa pengertian dari adaptasi, yaitu : 1. Adaptasi adalah setiap sifat atau bagian yang dimiliki oleh organisme yang berguna bagi kelanjutan hidupnya
pada keadaan sekeliling
habitatnya. 2. Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan keadaan lingkungan sekitarnya. 3. Adaptasi sebagai kemampuan individu untuk mengatasi keadaan lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam dengan baik untuk mempertahankan hidupnya dalam relung (niche) yang tempati. a. Masing-masing individu mempunyai cara yang berbeda dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, perubahan
bentuk
tubuh
mengalami
perubahan
(adapatasi
proses
ada yang mengalami morfologi),
metabolisme
tubuh
ada
yang
(adaptasi
fisiologi) dan ada juga yang mengalami perubahan sikap dan tingkah laku (adaptasi tingkah laku). b. Adapatasi akan dilakukan oleh makhluk hidup bila keadaan lingkungan sekitarnya membahayakan atau tidak menguntungkan bagi
dirinya,
sehingga
perlu
untuk
menyelamatkan
atau
mempertahankan kehidupannya. c. Sifat-sifat tersebut memungkinkan organisme atau tanaman mampu menggunakan lebih baik unsur-unsur yang tersedia (hara, air, suhu, cahaya juga sifat resistensi terhadap pengganggu/penyakit atau hama).
©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa
Page 1
B. Sejarah Munculnya Istilah Adaptasi Bahwa setiap makhluk hidup (organisme) itu dapat hidup dalam suatu keadaan lingkungan tertentu. Misalnya: ikan hdup di dalam air karena alat pernafasannya, burung-burung terbang karena mereka mempunyai sayap. Banyak tanaman digurun (padang pasir) yang mempunyai struktur tertentu yang memungkinkan mereka dapat bertahan pada lingkungannya. Semua kemampuan ini disebut adaptasi, tetapi bagaimana terjadinya adaptasi ini? Lamarch (1744 - 1829) seorang ahli biologi Perancis yang juga merupakan penganut faham teleologi, mencoba menerangkan perubahanperubahan tersebut. Teleologi adalah suatu faham yang mengatakan bahwa adaptasi timbul karena diingini, yaitu perubahan struktur atau bentuk yang terjadi karena adanya keinginan yang timbul dari dalam untuk menghadapi perubahan lingkungan.
Bahwa tingkat perkembangan suatu organ adalah
sebanding dengan penggunaannya dan apa yang diperoleh atau diubah pada individu dalam masa hidupnya adalah kekal dan bilamana terdapat dalam dua jenis kelamin, sifat itu akan diturunkan. Darwin (1809 - 1882) menyatakan bahwa organisme menjadi sesuai dengan lingkungannya dalam proses evolusi, proses ini dikendalikan oleh varian-varian genetik hasil seleksi alami yang relatif lebih baik ketahanannya, dengan konsep pokok yaitu: 1. Sesuai dengan Malthus bahwa kecepatan berkembang biak dari binatang lebih besar daripada mempertahankan jumlahnya. 2. Apabila banyak individu yang musnah maka akan terjadi suatu kemauan untuk bertahan, baik di antara anggota dari jenis yang sama maupun di antara anggota-anggota dari jenis yang berbeda. 3. Keragaman binatang berikut variasi-variasinya yang ada akan diturunkan. 4. Dalam berjuang mempertahankan eksistensi kehidupannya, organisme yang tahan akan terus hidup dan yang lemah akan kalah dan musnah (seleksi alami) dimana variasi yang dapat bertahan akan terkumpul untuk mengalami lagi perubahan untuk selanjutnya menuju kearah adaptasi. Perubahan bertingkat ini kalau cukup lama akan membentuk suatu spesies baru.
©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa
Page 2
Wallace dan Srb (1963) menyatakan bahwa adaptasi yang prosesnya sampai pada tingkatan dimana kemampuan menyesuaikan diri sudah berlangsung turun temurun pada prinsipnya adalah proses evolusi. Dalam hal ini beliau menegaskan bahwa perubahan bentuk atau fungsi dalam proses adaptasi secara turun temurun yang berlangsung perlahan-lahan adalah perubahan secara evolusi, tetapi bukanlah berarti semua proses evolusi sama dengan adaptasi atau sebaliknya. Jadi arti dari evolusi asalnya suatu jenis jelas dihasilkan oleh alam. Dari teori ini timbul “Konsep Genetik Adaptasi” yang menyatakan bahwa adaptasi terjadi karena seleksi lingkungan yang bekerja sebagai saringan terhadap variasi-variasi genetik yang ada. Baik Darwin maupun Wallace (mempunyai teori yang sama dengan Darwin), melihat organisme secara keseluruhannya, dalam kehidupan di alam sekitarnya. Mereka melihat bahwa pengaruh luar memberi efek pada organisme atau ekologi tumbuhan dan binatang (Anonim. 2008) Menurut Prasetijo (2009), bahwa konsep dasar teori adaptasi muncul dari dunia biologi, dimana ada 2 hal penting yaitu evolusi genetik, yang berfokus pada umpan balik dari interaksi lingkungan, dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organisme selama masa hidupnya. Organisme tersebut berusaha menguasai faktor lingkungan, tidak hanya faktor umpan balik lingkungan, tetapi juga proses kognitif dan level gerak yang terus-menerus. Adaptasi juga merupakan suatu kunci konsep dalam 2 versi dari teori sistem, baik secara biological, perilaku, dan sosial yang dikemukakan oleh John Bennet (Bennet, 249-250). Sedangkan Roy Ellen membagi tahapan adaptasi dalam 4 tipe, yaitu (1) tahapan phylogenetic yang bekerja melalui adaptasi genetik individu lewat seleksi alam, (2) modifikasi fisik dari phenotype/ciri-ciri fisik, (3) proses belajar, dan (4) modifikasi kultural.
C. Adaptasi Fisiologi Merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungan sekitarnya yang memperlihatkan perubahan sistem metabolisme dalam tubuhnya.
©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa
Page 3
Pada Manusia a. Jumlah sel darah merah (s.d.m) pada manusia yang tinggal di dataran tinggi akan lebih banyak bila dibandingkan dengan yang tinggal didataran rendah. b. Fungsi retina yang dapat menyesuaikan diri dengan banyaknya impuls cahaya yang masuk. Pada Hewan a. Enzim
selulose
pada
hewan
herbivore
(memamahbiak/Rumaninansia) yang dapat mengubah zat selulosa pada makananya. b. Enzim selulase pada cacing Teredo navalis yang digunakan untuk melumatkan kayu. c. Ikan air laut dan ikan air tawar
Ikan air laut
Ciri adaptasi
Sedikit
Pengeluaran urine Pekat Urine yang diekskresikan Banyak Minum air Lebih rendah dari pada Tekanan air laut osmosis sel tubuh ikan Lebih tebal Dinding sel tubuh
Ikan air tawar Banyak Encer Sedikit Lebih tinggi pada air tawar
dari
Lebih tipis
d. Resistensi serangga. Hal ini disebabkan penyemprotan insektisida yang terus menerus sehingga membuat organ tubuh serangga menjadi kebal terhadap zat tersebut. e. Ketajaman indera pada hewan-hewan tertentu. Seperti indera penglihatan pada burung Hantu, indera pendengaran pada Kelelawar dan indera penciuman pada Anjing. f. Kelenjar kapur pada cacing untuk menetralisir keasaman pada makanannya.
©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa
Page 4
Gambar 1. Ilustrasi Reaksi Fisiologi Metabolisme pada Tbuh Manusia
Pada Tumbuhan a. Zat alelopati yaitu zat yang dapat menghambat pertumbuhan organisme/individu yang berada disekitarnya. Dikeluarkan pada beberapa tumbuhan tertentu sperti fungsi penghasil antibiotic Penisilin yaitu Peniciullium sp. Penicillium sp akan mengeluarkan zat penisilin yang dapat membuat individu disekitarnya menjadi mati. Dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya, hewan memiliki toleransi dan resistensi pada kisaran tertentu dari variasi lingkungan. Kemampuan mentolerir variable lingkungan ini erat kaitannya dengan faktor genetik dan sejarah hidup sebelumnya. Kisaran ekstrim dari variable lingkungan yang menyebabkan kematian bagi organisme disebut zone lethal. Kisaran intermedier dimana suatu organisme masih dapat hidup disebut zone toleransi. Namun demikian posisi dari zone-zone tersebut dapat berubah selama hidup suatu organisme. Ikan akan melakukan mekanisme homeostasi yaitu dengan berusaha untuk membuat keadaan stabil sebagai akibat adanya perubahan variabel lingkungan. Mekanisme homeostasis ini terjadi pada tingkat sel yaitu dengan
©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa
Page 5
pengaturan metabolisme sel, pengontrolan permeabilitas membran sel dan pembuangan sisa metabolisme. Suhu ekstrim, perbedaan osmotik yang tinggi, racun, infeksi dan atau stimulasi sosial dapat menyebabkan stress pada ikan. Jika terjadi stress, maka ikan akan merespon dengan cara: 1. Penurunan volume darah, 2. Penurunan jumlah leucosit, 3. Penurunan glikogen hati, 4. Peningkatan glukosa darah, 5. Menyusutnya diameter lambung 6. Menipisnya lapisar mukosa Ikan teleostei yang hidup di air tawar umumnya memiliki gelembung renang, kecuali beberapa jenis ikan yang hidup di dasar. Ikan-ikan yang hidup di dasar tidak memiliki gelembung renang karena mereka harus memerlukan berat tambahan agar bisa menetap di dasar perairan. Sementara ikan-ikan pelagis yang berenang aktif umumnya dilengkapi gelembung renang, sehingga dapat menghemat energi yang diperlukan untuk mengatur daya apung. Tekanan hidrostatik yang tinggi mempengaruhi kemampuan ikan dalam melakukan reaksi-reaksi fisiologis yang diperlukan untuk membangun kerangka yang kuat. Sehingga ikan yang hidup di daerah dengan tekanan hidrostatik tinggi seperti di laut dalam memiliki kerangka yang lunak. Gelembung renang (gas bladder) pada umumnya tidak dimiliki oleh ikan-ikan yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000 m, sebagai gantinya ikan-ikan ini umumnya memiliki organ yang mampu menghasilkan cahaya (Bond, 1979). Selanjutnya dan Sternberg (1981) mengatakan bahwa tekanan air dapat mempengaruhi kelarutan gas dalam darah. Sehingga organisme yang hidup di perairan dengan tekanan hidrostatik yang tinggi akan mengalami hambatan dalam mencukupi kebutuhan oksigennya. Sedikitnya ada tiga kecenderungan adaptasi morfologi ikan-ikan laut dalam, terutama kelompok gass bladders (ikan yang mempunyai gelembung renang), yaitu:
©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa
Page 6
1. Bertambahnya panjang rete mirabile yang merupakan tempat sekresi gas, dimana sekresi gas akan berlangsung lebih efektif jika permukaan rete mirabile semakin luas. Sebagai contoh, ikan-ikan yang hidup pada zona ephipelagic biasanya memiliki panjang rete mirabile kurang dari 1 mm, ikan bagian atas mesopelagic 1-2 mm, ikan pada bagian bawah mesopelagic 37 mm dan ikan-ikan pada zona bathypelagic memiliki panjang rete mirabile 15-20 mm. Dengan demikian ada kecenderungan bahwa rete mirabile ikan akan semakin panjang sesuai dengan bertambahnya kedalaman (Hoar dan Randall, 1970). 2. Ikan-ikan yang hidup dengan kedalaman yang konstan (tidak melakukan migrasi vertikal) pada zona bathypelagic tidak memiliki gas bladder, otototot dan kerangkanya menjadi lebih kecil sehingga dapat mengurangi bobot tubuh. Sementara ikan-ikan yang hidup dekat permukaan air dan ikan yang melakukan migrasi secara vertikal pada zona mesopelagic biasanya masih memiliki gas bladder. Ikan yang melakukan migrasi vertikal secara cepat dan berulang harus mampu melakukan absorpsi dan sekresi gas dalam gas bladder secara cepat untuk mengimbangi perubahan tekanan hidrostatik yang drastis. 3. Hiu benthic seperti Centrocymmus dan Etmopterus tidak memiliki gas bladder, tetapi memiliki hati berukuran besar yang mencapai 25% dari bobot total tubuhnya. Beberapa ordo Protacanthopterygii, Stenopterygii, Cyclosquamata dan Scopelomorpha memiliki katup yang terletah diantara gas bladder dengan lambung dan berguna untuk menjaga agar gas tidak dapat keluar melalui mulut.
©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa
Page 7
Gambar 2. Respiration in Fishes. Fish breathe by drinking. A gulp of water is forced under pressure from the mouth into a gill chamber on each side of the head. Gills themselves, located in gill clefts within the gill chambers, consist of fleshy, sheetlike filaments transected by extensions called lamellae. As water flows across the gills, the oxygen within them diffuses into blood circulating through vessels in the filaments and lamellae. Simultaneously, carbon dioxide in the fish’s bloodstream diffuses into the water and is carried out of the body. A fish can close the opercula, or flaps of tissue covering the gill openings, to prevent water from escaping. Adaptasi fisiologi ikan-ikan kelompok benthopelagic adalah dengan mengisi glass bladder dengan lemak. Lemak memiliki sifat lebih ringan daripada air laut maka ikan dapat memperoleh daya apung dari lemak tersebut. Hiu benthic seperti Centrocymmus dan Etmopterus memiliki hati berukuran besar, mencapai 25% dari bobot total tubuhnya. Selanjutnya hati tersebut diisi lemak dengan kepadatan rendah, yang disebut squalene, dalam jumlah yang besar. Pada kelompok Holochepalan yang hidup di laut dalam, adaptasi terhadap tekanan yang tinggi dilakukan dengan mengurangi kadar kapur dalam tulang dan memiliki squalene untuk mengatur daya apung (Helfman et al, 1997). Ikan-ikan laut dalam biasanya memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi, lemak berfungsi untuk menjaga daya apung dalam air. Asam lemak tak jenuh tidak membeku pada suhu dingin sehingga fungsinya sebagai penjaga keseimbangan daya apung tetap terjaga.
©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa
Page 8
BAHAN BACAAN Anonim. 2008. New Teori Evolusi Charles Darwin Tentang Seleksi Alam Dari Inggris Dgn Buku On the Origin of Species by Means of Natural Selections. http://organisasi.org/teori evolusi charles darwin on the origin of species by means of natural selections. Diakses tanggal 07 April 2009 Anikouchine, W. A. dan R. W. Sternberg. 1981. The World Ocean: An Introduction to Oceanography. Prentice-Hall, Inc., New Jersey. p144 Bond, C. E. 1979. Biology of Fishes. W. B. Saunders Company, Philadelphia Helfman, G. S., B. B. Collette, dan D. E. Facey. 1997. The Diversity of Fishes. Blackwell Science, Inc., UK. Hoar, W. S. dan D. J. Randall (Eds). 1970. Fish Physiology. Academic Press, Prasetijo. 2009. Adaptasi Dalam Anthropologi. http://prasetijo.wordpress.com/2008/01/28/adaptasi-dalam-anthropologi/. Diakses tanggal 06 April 2009 Anonim. 2008. Effects of hidrostatic pressure on fish morphology and physiology http://www.musida.web.id/content/effects-hidrostatic-pressure-fishmorphology-and-physiology. Diakses tanggal 06 April 2009.
©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa
Page 9