5. FERTILITAS (KELAHIRAN) 5.1.
Parameter Fertilitas Pengukuran fertilitas hasilnya berlaku untuk periode waktu tertentu sebagai contoh perhitungan tingkat kelahiran kasar di Indonesia tahun 1975 sebesar 42,9 kelahiran per 1 000 penduduk pertengahan tahun. Angka ml terjadi pada periode tahun 1970/1980. Jadi selama periode ini tiap tahun ada kelahiran sebesar 42,9 per I 000 penduduk. Pengukuran fertilitas hampir sama dengan pengukuran mortalitas. Ukuran fertilitas tahunan akan dibicarakan di bawah mi meliputi a. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate) b. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate) c. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Spesific Fertility Rate) d. Tingkat fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Spesific Fertility Rate) 5.1.1. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate) Tingkat fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada sautu tahun tertentu tiap I 000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagal berikut:
CBR =
B xk Pm
Dimana : CBR
= Crude Birth Rate atau Tingkat Kelahiran Kasar
Pm
= Penduduk pertengahan tahun
K
= Bilangan konstan yang biasanya 1000
B
= Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
Contoh: Pada tahun
1975
jumlah penduduk Indonesia pada
pertengahan tahun sebesar 136.000.000 orang, sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 5.834.400. Tingkat fertilitas kasar untuk Indonesia pada tahun 1975 dapat dihitung seperti di bawah ini:
Universitas Gadjah Mada
CBR =
5.834.400 x 1.000 = 42,9 136.000.00 0
Ini berarti di Indonesia pada tahun 1975 tiap 1000 penduduk terdapat 42,9 kelahiran. Pada tahun 1980 an, tingkat fertfltas kasar di dunia berkisar antara 10 hingga 53 kelahiran tiap lahun tiap 1000 penduduk. Tingkat fertititas tertinggi dijumpai di negara-negara Afrika, Arnerika Latin, dan Asia, dan yang terendah tredapat di negara Eropa. Pada peñode tahun 1960 an 83% dan negara-negara maju mempunyai tingkat fertilitas kasar sebesar 25 dan sekitar 90% negaranegara yang sedang berkembang tingkat fertilitas kasar Iebih besar dan 35 (Palmore, 1972). 5.1.2. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate) Penduduk yang mempunyai resiko hamil adalah perempuan datam usia reprosduks (umur 15-49 tahun). Dengan alasan tersebut ukuran fertilitas ini perlu diadakan perubahan yattu membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur (15-49 tahun). Jadi sebagal penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun tetapi jum!ah penduduk perempuan usia subur (15-49 tahun). Jadi sebagai penyebut adalah jumlah penduduk perempuan pertengahan tahun umur 15-49 tahun. Tingkat fertilitas penduduk yang dihasilkan dan perhitungan ini disebut tingkat fertifitas umum (general fertility rate atau GFR) yang ditufis dengan rumus:
GFR =
B xk Pf (15 − 49)
Dimana GFR
= Tingkat fertilitas umum
B
= Jumlah kelahiran
Pf(15-49) = Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun
Universitas Gadjah Mada
Contoh: Pada tahun 1964 jumlah penduduk perempuan usia subur umur 15-49 tahun di Indonesia besarnya
30.351.000 jiwa,
sedangkan kelahiran pada tahun tersebut sebesar 2.982.000 bayi. Tingkat fertilitas untuk Indonesia tahun 1964 dapat dihitung seperti berikut:
GFR =
2.982.000 x 1000 = 98,25 30.351.000
Ini berarti di Indonesia pada tahun 1964 tiap 1000 penduduk perempuan umur 15-49 tahun terdapat 9825 keIahiran. 5.1.3. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Spesific FertiHty Rate ASFR) Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur. Perhitungan tersebut dapat dikerjakan dengan rumus sebagal berikut :
ASFR i =
Bi xk Pfl
Dimana: B
= Jumlah kelahiran bayi pada kelompok urnur I
PfI = Jumlah perempuan kelompok umur I pada pertengahan tahun k
= Angka konstanta = I 000
Contoh: Perhitungan tingkat fertilitas menurut umur untuk Jawa Tengah tahun 1971-1976 adalah sebagai berikut (Tabel 5.1). Hasil contoh perhitungan Tabel 5.1 terlihat bahwa tingkat fertilitas perempuan tinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, dan terendah pada kelompok 45-49 tahun.
Universitas Gadjah Mada
5.1.4. Tingkat Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Spesific Rate) Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran kelahiran sangat penting untuk
mengukur
tinggi
rendahnya
fertilitas
suatu
negara.
Kemungkinan seorang se rang istri untuk menambah kelahiran tergantung pada jumlah anak yang telah dilahirkannya. dilahir Tabel 5.1. Perhitungan Tingkat Fertilitas Menurut Kelompok Umur Umur di Jawa Tengah Pada Tahun 1971-1976
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran dapat ditulis dengan rurnus:
Dimana BOSFR
= Birth Order Spesific Fertility Rate
BoI
= = Jumlah kelahiran urutan ke I
Pf (15-49) (15 = Jumlah perempuan umur 15-49 49 tahun pada pertengahan Tahun k
= Bilangan konstanta = 1000
Sebagai contoh disajikan tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran ahiran di negara Amerika Serikat tahun 1942, 1960, dan 1967. Tabel 5.2 Tingkat Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran di Amerika Serikat Tahun 1942 1942, 1962, 1967
5.2.
Pengukuran Fertilitas Kumulatif Dalam pengukuran fertiltas kumulatif, kita mengukur rata rata-rata jumlah laki-laki laki dan perempua yang dilahirkan oleh seorang perempuan pada waktu perempuan memasuki usia subur hingga melampaui batas reproduksinya tahun). Ada tiga macam pengukuran fertilitas kumulatif yang dibicarakan bab ini,, yaitu : Tingkat Fertilitas Total (TFR), Gross Reproduction Rate dan Net Reproduction Rate (NRR). 5.2.1. Tingkat Fertilitas Total Tingkat fertilitas total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki--laki dan an perempuan tiap 1000 penduduk yang hidup hingga akhir kas reproduksinya dengan catatan: 1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya 2. Tingkat fertilitas ilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu Dalam praktek tingkat fertilitas total dikerjakan dengan menjumlahkan tertititas perempuan menurut umur apabila umur tersebut berjenjang flunan dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur um tunggal dengan rata-rata rata tingkat fertilitas kelompok
umur lima tahunan, maka dan tingkat fertilitas total adalah sebagai berikut: TFR
= 5 ASFRi
Dimana TFR
= Total Fertility Rate
ASFRi = Tingkat fertilitas fertilitas menurut umur ke pada kelompok berjenjang lima tahunan 5.2.2. Gross Reproduction Rates ( GRR) Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada erempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya. ini in Gross Reproduction duction Rate seperti di bawah ini : GRR
= 5
ASFRfi
Dimana : ASFRfi adalah ASFR adalah tingkat fertilitas menurut umur ke i dari kelompok berjenjang lima tahunan. Tabel 5.3 Perkiraan Gross Reproducion Rate Indonesia Tahun 1964 1964-1965
5.2.3. Net Reproduction Rate (NRR) Net
Reproduction
Rate
ialah
jumlah
kelahiran
bayi
perempuan oleh Kohor hipotesis dari da 1000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggal perempuan itu sebelum
mengakhiri masa reproduksinya. Net reproduction rate dapat didekati dengan rumus r di bawah ini : NRR
= 5 ASFRfi X
nLx
l0
Tabel 5.4 Contoh Perhitungan Net Reproduction Rate
Angka NRR sebesar 1.390,83 .390,83 berarti bahwa dan 1 000 perempuan
selama
periode
masa
reproduksinya
rata rata-rata
mempunyai 1 .391 anak perempuan. 5.2.4. Faktor-faktor faktor yang mempengaruhi fertilitas penduduk Faktor faktor yang mempengaruhi fertilitas dapat dibagi Faktor-faktor menjadi dua yaltu, faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi diantaranya adalah struktur umur, struktur perkawinan, umur kawin pertama, paritas, banyaknya perkawinan, dan proporsi yang kawin. Faktor non demografi antara lain keadaan ekonomi, tingkat
pendidikan,
status
perempuan,
urbanisasi,
dan
industrialisasi. Davis avis dan Blake (1956) menyatakan bahwa faktor sosial mempengaruhi fertilitas melalui variabel antara.
Faktor
Variabel
Sosial
Antara
Fertilitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan kelamin pada reproduksi: 1. Umur mulai hubungan kelamin 2. Selibat permanen, yaltu proporsi perempuan yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin 3. Lamanya masa reproduksi yang hilang karena perceralan, perpisahan atau ditinggal pergi oleh suami atau suami meninggal dunia 4. Abstinensi suka rela 5. Abstinensi
karena
terpaksa
(impotensi,
sakit
,
berpisah
sementara) Frekuensi hubungan kelamin. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi 6. Kesuburan dan kemandulan biologis 7. Menggunakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi 8. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi faktor-faktor disengaja Faktor-faktor yang mempengaruhi selama kehamilan dan kelahiran 9. Kematian janin karena faktor -faktor yang tidak disengaja 10. Kematian janin karena faktor-faktor yang disengaja Kesebelas faktor diatas masing-masing dapat mempunyal akibat negatif positif terhadap fertilitas. Akibat dan variabel-variabel diatas terhadap svarakat satu dengan yang lain berbeda. Davis dan Blake menyimpulkan bahwa masyarakat yang sedang berkembang variabel 1, 2, 8, dan 9 mempunyai efek positif terhadap fertilitas, sedangkan variabel 3 dan I 1 ang-Kaaang mempuriyai nilai positif dan negatif terhadap fertilitas, sedang uK variabel 4 dan 10 mempunyai efek negatif. Untuk variabel 5, 6, dan 7 sulit Ketahui perbedaannya dalam masyarakat. Beberapa masyarakat
faktor
bekerja
yang mialul
mempengaruhi variabel
fertilitas
antara.
dalam
Freedman
mengembangkan model yang diusulkan Davis dan Blake yang menyajikan antara lingkungan dan struktur sosial onomi saling mempengaruhi, sementara lingkungan juga mempengaruhi tingkat mortalits. Saling pengaruh mempengaruhi terjadi pula antara struktur
Universitas Gadjah Mada
sosial ekonomi dengan tingkat mortlitas, struktur sosial ekonomi dengan norma engenat besarnya keluarga, struktur sosial ekonomi dengan norma mengenai variable antara, dan begiru seterusnya. Jadi perbeadaan fertilitas antara masyarakat dan antar waktu dapat dipahami apabila telah memahami factor yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan fertilitas.
Universitas Gadjah Mada