T I N J A U A N PUSTAKA Perilaku Fertilitas Fertilitas dapat ditakrifkan sebagai kemampuan nyata seorang
wanita
tersebut
berbeda antara wanita yang satu
lainnya.
untuk
melahirkan
anak
dan
kemampuan
dengan
wanita
Fertilitas dapat diartikan pula sebagai tinggi
rendahnya tingkat kelahiran dalam satu populasi yang erat hubungannya
dengan struktur umur,
umur pada waktu perkawinan,
banyaknya perkawinan.,
penggunaan alat kontrasepsi,
pengguguran, tingkat pendidikan, status pekerjaan wanita, pembangunan ekonomi dan sebagainya (BKKBN, 1 9 8 4 : 3 2 ) . Selain
pengertian
Fertilitas"
adalah
fertilitas
terminologi
maka
lain
"Diffrensial
yang
mengandune
artian
perbedaan angka fertilitas antara penduduk
negara
dengan penduduk negara lain,
suatu
negara
fertilitas
dalam
waktu
disebabkan
atau antbr penduduk
tertentu.
oleh
perbedaan
Perbedaan status
mengetahui
fertilitas keragaman
digunakan pensaruh
sebagai
angka sosial
Analisis
ekonorni, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. differensial
suatu
oara
untuk
determinan-determinan
terhadap fertilitas dari populasi-popoulasi yang berbeda. Keluaran
jenis analiais tersebut sangat menyumbane
uji-uji
berbagai
kependudukan.
proposisi
teoritikal
di
pada bidang
Kita
masih
mengetahui
demografi ~ m e r i k apada masa alasan-alasan
bagainana
cara
para
"Black Revolution",
ahli
mencari
pembentukan perilaku fertilitas ras
negro
untuk menentukan masa depan demografi Amerika Serikat. Dalam "The Partioularized Hypothesis", (1971)
dan
antara
doktrin
( 1 9 7 1 ) menyatakan
Charnie
atau ideologi
Goldscheider
adanya denpan
agama
korelasi penbatasan
kelahiran dan norma tentang besar keluarga (Lucas, 1980). Freedman,
Whelpton
differensial
dan
Smith ( 1 9 6 1 )
dalam
fertilitas d i Amerika Serikat,
penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan fertilitas d i antara kelompok-kelompok wanita dari berbagai golongan agama.
Fertilitaa kelompok
wanita pemeluk agama Protestan d a n Yahudi relatif tetapi
berbeda
Katolik.
dari
fertilitas
wanita
pemeluk
m'irip, agaaa
Jika faktor-faktor pengaruh fertilitaa lainnya
dianggap tetap maka wanita pemeluk agama Katolik memiliki tingkat
fertilitas lebih tinggi daripada kelompok wanita
pemeluk agama lainnya. Temuan ditemui
Freedman dan kawan-kawan d i Amerika
pula
penelitian
kecenderungannya
Molo
( 1 9 8 4 ) di
di
Jawa
Tengah.
( 1 9 8 4 ) di Daerah Istinewa Yogyakarta. Jawa
Timur
dan
secara
implisit
Indonesia Abdul
Serikat dalam Rochim
Sudirdjo (1984) di gejala
kependudukan
tersebut ditemui oleh Pandjaitan (1984) di Kalimantan.
Temuan-temuan penulis
tereebut menguatkan dugaan
sebagaimana
diduga BKKBN Nusa
pengamatan
Tenggara
Timur,
bahwa salah satu determinan terjadinya penolakan (Reject) kontrasepsi di propinsi tersebut adalah
terhadap
doktrin agama Katolik.
faktor
Di propinai Nusa Tenggara
Timur
terdapat sejumlah 57.86 persen pemeluk agama Katolik. Freedman
dan
kawan-kawan aenenukan
pula
pengaruh
yang kuat dari pendidikan fertilitas terhadap pembentukan peril~ku fertilitas Wanita-wanita KatoLik
orang Katolik di
Amerika
Katolik yang berlatar belakang
cenderung
kurang
berhasil
Serikat.
pendidikan
merencanakan
besar
keluarganya dibanding wanita-wanita Katolik yang berlatar belakang
pendidikan bukan Katolik,
yanp ternyata
lebih
berhasil dalam merencanakan beaar keluarganya. Selain
faktor doktrin atau ideologi
pendidikan
wanita
demografi
eosial
perilaku
disebut oleh banyak pakar sebagai
determinan
fertilitas wanita.
pendidikan Determinan"
adalah
"The
yang
mempunyai
Single
Haryati
Hatmadji dan Irawati Achmad
tamat paritas
utama
Most
korelasi
fertilitas,
rerata
di
bidang penentu
Pernyataan Caldwell
tingkat
hampir
faktor
agema,
Significant
negatif
berlaku umum df (1984)
bahwa
dengan
Indonesia. menunjukkan
tingkat paritas wanita tidak bersekolah dan tidak sekolah
dasar,
lebih
daripada
tingkat
golongan uanita berpendidikan sederajat
sekolah
daear dan yang lebih tinggi.
tinggi
Dengan mengabaikan peranan faktor usia, ternyata golongan wanita
.
yang
sekolah labih
tidak
pernah
bersekolah
menengah pertama atau lebih rendah
dan
yang
tinggi,
daripada tingkat paritas
tamat
berparitas
golongan
wanita
tidak tamat dan tamat sekolah dasar. t
Gurtinaningsih Barat
Jawa
Santoso ( 1 9 8 4 ) menunjukkan bahwa
terdapat
pola
pengaruh
faktor
di
pendidikan
terhadap tingkat paritas berbentuk kurva U terbalik
Tang
berrnakna golongan wanita berpendidikan SMTP ke atas mampu paritasnya metalui faktor umur kawin pertama.
menurunkan Bentuk
kurva
U terbalik ditemui pula oleh
dalam penelitian di Jawa Tengah, Daerah
Istimewa
Pandjaitan untuk
Yogyakarta, di
(1984)
kelompok
Analisis
sifat
pendidikan dikontrol
Suryadi
tidak
dan kekuatan
(1984)
Abdul Rochim ( 1 9 8 4 )
Kalimantan,
wanita
Molo
(1984)
dengan
tamat
pengaruh
di
Bali,
perkecualian
Sekolah
Dasar.
kekuatan
faktor
terhadap perubahan perilaku fertilitas dengan
di
pengaruh faktor usia dan
perlu
faktor
usia
kawin pertama. a
'
Berdasarkan
disimpulkan wanita mutu
temuan-temuan
bahwa
perubahan
tersebut di
perilaku
atas
dapat
fertilitas
pada
dapat dicapai melalui peningkatan kesempatan pendidikan
dengan
implikasi
(1)
kementakan
wanita
memperoleh pekerjaan di
pertanian,
dengan
asumsi
rerata
jumlah
dan
Peningkatan luar tenaga
sektor kerja
wanita di sektor pertanian lebih besar dari rarata jumlah
tenaRa
kerja
kementakan dengan
di sektor non pertanian;
wanita
asumsi
mendorong
bekerja di luar sektor
pekerjaan
proses
aktualisasi kekuasaan
d i luar
sektor
mengaktualisasi
diri.
peningkatan
rumah
tangga
rumah
tangga
Peningkatan
diri pada wanita diharapkan akan memperbesar dan
fertilitas;
kewibawaan
dan
(3)
imptikasi
Jenis
(2)
dalam
penganbilan
Peningkatan
usia
kawin
ini lebih dipengaruhi
oleh
keputuaan pertama. pendidikan
formal. Terhadap kelornpok
wanita
pendidikan
berusia d i
informal.
pengaruh
yang
atas
telah
usia
kawin
sekolah,
Tempat
tingpal
adalah'
dan jenis
faktor
yang ikut menentukan periiaku fertilitas
populasi.
paritas
wanita
yang relevan adalah pendidikan non formal den
pendidikan
ternyata
kelompok
suatu
Berdasarkan berbagai pengamatan dan penelitian paritas wanita kota tidak jauh wanita
deaa di
data
Sensus
analisis
Indonesia. Penduduk
berbeda
densan
Berdasarkan 1980,
hasil
wanita
kota
berparitas rerata 3.78 sedangkan wanita deaa aebeaar 3,81 orang
anak.
Akan tetapi jika diamati lebih jauh
kategori propinsi ternyata di Jawa Barat tingkat
paritas wanita kota ( 4 1 , O
dalam
(Santoso,l982),
anak) lebih besar dari
tingkat paritas wanita desa (3.88 anak).
Perbedaan
ini
disebabkan oleh penyebaran umur wanita yaitu lebih banyak wanita usia muda tinggal di desa. di
kedua
daerah
tersebut
juga
Keadaan soaial ekononi berpenparuh
terhadap
perbedaan paritas. Selain di Jawa Barat maka di Jawa Tengah (Molo.1982) di Bali
.
(Suryadhi,l982) tingkat paritas wanita kota lebih
besar dari wanita desa. dalam penelitian Abdul Rochim
Sebaliknya Yogyakarta; (1982).
Sudirdjo (1982).
di Kalimantan,
d i Jawa
(1982)
Timur;
di
Panjaitan
ditemukan tingkat paritas wanita
lebjh rendah dibanding tingkat paritas wanita desa.
kota Bahkan
di
Jawa Timur rerata paritas wanita
anak)
hampir dua kali lipat rerata paritas
(2,55
anak).
wanita
Banyak faktor turut menentukan
kota
perbedaan
paritas antara dua jenis wilayah tempat
tingket
(4,94
desa
tinggal
tersebut. Di
Indonesia
setahun rendah
sebelum
rata-rata wanita yang bekerja sensus meniliki tingkat
dibanding tingkat paritas wanita
Umumnya
wanita
yang
bekerja
di
selama
paritas tidak
sektor
lebih
bekerja. pertanian
berparitas lebih besar dibanding wanita bekerja di sektor non
pertanian
berasumsi
bahwa
tradisional
(Hatmadji d a n
Achmad,l982).
Jika
umuanya usahatani d i pedesaan
kita
bersifat
karena masyarakat tani tersebut juga
masyarakat
tradisional maka kemungkinan
berparitas
tinggi dalam masyarakat tradisional khususnya
masyarakat
tani
keluarga.
Motivasi
adalah untuk seperti
memperoleh
motivasi
adalah utama
tenaga
kerja
ini adalah motivasi
nilai
anak dari aspek emosional dan psikologis.
Dapat terjadi
semasa
~ n a k belum mencapai
jumlah
anak
tenaga
kerja,
.dipandang akan
usia
produktif
rasional
tetapi
penambahan
dari, sudut
pada
masa
kebutuhan
usia
produktif
keluarga sebagai tenaga kerja dengan luas pemilikan lahan tetap;
dianggap
Mungkin
sebagai
involusi
beban
atau
tidak
produktif.
pertanian merupakan suatu gejala
dapat menjelaskan inefisiensi tenaga kerja asal
yang
keluarga
yang mencerminkan motivasi emosional dan psikologis nilai anak yang tidak purposif. Cejala
tersebut
dimana-mana
seperti
merupakan
merupakan
di
yanB
India
(1951),
di Polandia den sebagainya.
sebagai
faktor
pendorong
untuk
untuk
mengerti
Kammeyer
mengutip
menyatakan sangat
Davis
Selain tenaga kerja keluarga
mempunyai
fertilitas
hasil
umum
besar
make faktor dukungan nilai
memperoleh anak sikap
dilaporkan
terbentuknya
dalam masyarakat tradisional, sosial
gejala
makna
penting
(Kammeyer,
1971).
penelitian
bahwa banyak masyarakat
Rainwater
yang
meperlihatkan
sikap
negatif wanita tak beranak atau beranak
tunggal.
Golongan wanita ini dipandang inferior, egois, penyakitan dan
perasa
adalah
serta dingin.
terbentuknya
Implikasi nilai
sosial
perilaku fertilitas yang
ini
berarahan
pada keluarga besar. Kenneth C.W. penelitian sembilan
di belas
Kammeyer
Amerika sampai
( 1 9 7 1 ) mengutip beberapa hasil
d a n Eropa
pada
pertengahan abad
akhir ke
abad
dua
ke
puluh
tentang
jenis-jenis
hubungan
status
sosial-ekonomi
masyarakat dengan fertilitas dan dapat disimpulkan empat
tipe
hubunean
menggambarkan
semakin
(1)
Kurva
tinggi
A-terbalik
status
sosial
masyarakat semakin tinggi fertilitasnya. ini
dalam yang ekonomi
Bentuk hubungan
ditemui pula di Indonesia seperti kasus Maguwohardjo
tahun 1967-1972 yang ditenui Hull dan Hull Hull
dan Hull menggunakan frekuensi perceraian d a n kawin
kembali
pada
golongan-golongan
petunjuk TFR nya. (1980:578)
digunakan status
tanah
sosial oleh
Tigeh
dampak
kementakan luas
masyarakat
sebagai
Kasus Maguwohardjo disebutkan Moni Nag
s ebaga i
peningkatan
juga
(1977:50-54).
aodernisasi
bertambahnya yang
fertilitas.
dimiliki
masyarakat,
t e rhadap
sebagai
petunjuk
jenis hubungan ini (1976)
Singariabun d a n Manning
Jika
di
diteaui
Mo3olama;
Suryadhi (1982) di Bali d a n Tahir Abdullah
( 2 ) Kurva J-terbalik, kecendrunean golongan
di Sulawesi, berstatus dan
sosial ekonori tinggi,
golonean
berfertilitas berstatus tinggi,
(1982)
berstatus tinggi,
sosial
sosial
(3)
ekonomi
berfertilitas
Kurva
rendah
ekonomi
U,
sedans,
yaitu
memiliki
sedang,
kelompok fertilitas
dan ( 4 ) Kurva D-positif yaitu golongan berstatus
sosial ekonomi tinggi, mempunyai fertilitas rendah. Selain terdahulu, dipandang
faktor-faktor maka sebagai
pengaruh
faktor-faktor deterrinan
dalam
penegunaan -
pokok
yang
telaahan kontrasepsi menentukan
perilaku
fertilitas
menemukan
KB,
program
-
di
fertilitas
masyarakat.
tetapi
yang
kalah bersaing
Yogyakarta
Hal
dengan
tersebut
sedangg mengalami
Abdul
demografi.
Rochim
terdapat
50
(1982)
gang
pmritas
pernah menggunakan
lebih tinggi dar pada
aktif.
Temuan
serupa
peningkatan peningkatan
di
wanita
kontrasepsi,
golongan mempunyai
golongan wanita di
daerah
berstatus
sedangkan
terdapat
dalarn
transisi
I11
menemukan
persen lebih
(1982)
terjadi
Tahap
k ~ r v i n tidmlc menggunakan kontrasepsi,
wmnita
Ananta
Sumatera pada umumnya terjadi
alamiah.
mmayarakat
Aria
akseptor
Kalimantan
(Pandjaitan,l982) dan di Jawa Timur (Sudirdjo,l982). Mengikuti model-model analisis fertilitas yang rupanya
suatu
hubungan
pengaruh antara faktor-faktor
fertilitas.
analiais
fertilitas
ada,
mensyaratkan yang
pola
menentukan
Sidik lintas (Path Analysis) dapat digunakan
sebagai slat untuk mengungkap lintasan-lintasan pengaruh, sjfat pengaruh dan besaran pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari setiap determinan fertilitas. 1.
Komponen Perilaku Secara dari kawasan sikap
teoritis,
(Behavior)
pengetahuan (Cognitif domain),
(Affective
(Psychomotoric Kawasan
perilaku
domain)
domain)
dan
kawasan
(Bloom,
et
terdiri kawasan
psikomotor
&.
1956).
kognitif lebih eenjelaakan tentang araa
pengembangan
kemampuan
intelsktual dan
dan
keahlian
dan kawasan
affektif mencakup
t ~ r a t k a npada
tujuan
yang
menitik
aspek minat, sikap dan nilai.
Kawasan
kognitif terdiri dari enam aras yaitu ( 1 ) Pengetahuan yang
terdiri
spesifikasi,
dari
sub
aras
pengetahuan
keuniversalan
Prngertian
yang
terjemahan,
dan
terdiri
abstraksi;
dar i
interpretasi
dan
tentang (2)
sub
aras
ekatrapolasi;
(3)
Aplikasi; ( 4 ) Analisis yang terdiri dari sub aras : analisis
unsur,
analisis
prinsip organisasi; sintesis
et -
ax.
dan
prinsip-
( 5 ) Sintesis yang terdiri
hubungan
gugus-gugus
hubungan
komunikasi
kegiatan;
dan
dari
spesifik
dan
(6) Evaluasi (Bloom.
1956).
Pengukuran den evaluasi kawasan kognitif
sasaran
mengetahui
perubahan
mengalami
perlakuan tertentu dapat dilakukan dengan
berbagai jenis uji, tindakan
kognitif
untuk
antara lain uji
(Performance test)
". . .
unfavourable
way
dalam
Allport
sikap
uji uji
Sikap ditakrifkan
a predisposition in a favourable or to object,
persons,
whatever" (Allport,1935:798). tersebut
obyektif,
yang terdiri dari
intelegensi dan uji kemampuan. sebagai
aetelah
mengemukakan
yaitu
(1)
concepts
or
Berdasarkan pengertian dua
faktor
Kepribadian.
Motivasi.
Kagan
dan Haeman (1969:563)
pengertian
sikap
sebagai
berikut:
dan
utama (2)
merumuskan
"Attitude beliefs
is
an
and
organized
feelings
operasional dimensi
sikap
sebagai
yang
terdiri
set
of
particulary
a
merumuskan
konaep-konsep
dari
dimensi-
berikut (1) Sikap dapat dipelmjari,
(2)
Sikap
(3)
Sikap terjadi karena ada
Sikap
enduring
toward it in
Allport selanjutnya
way."
and
selalu berkaitan dengan obyek
adalah
hubungan
kecenderungan
tertentu, sosial,
dan
(4)
kesiapan
bertindak,
( 5 ) Perasaan merupakan bagian dari sikap,
(6) Sikap
berdimensi
memiliki
ketaatan
waktu,
azas;
(7)
Sikap
dan (8) Sikap
relatif
berkarakter
rumit dan dapat dinilai. Pengukuran menggunakan paired
sikap
comparisons
equal-appearing Successive Ratiqgs;
(2)
dilakukan
(1)
metode-metode :
comparisons;
paired
dapat
The
intervals;
intervals;
(5)
(6)
Scalogram
discrimination
technique;
Method
Significant ( 3 ) The
judgement;
The
(4)
The Method analysis; dan
( 8 )
dengan of
test
of
Method
of
Method of
of
Sumnated
(7)
Scale
Improvement
of
Cumrilulative Scale. Lazimnya, metode
sikap
diukur
"Summated Ratings"
Likert (Likert,l93Z), Intervals" pengukuran
dengan sikap
dengan
dengan
dan Metode
teknik Skala lain
nenggunakan
teknik
Skala
"Equal-Appearing Thurstone.
sang
cukup
Teknik populer
digunakan adalah Kawasan
Skala Bogardus
Affektif
terdiri
sub aras sebagai berikut Menerima,
terdiri
keinginan
menerima,
(2)
Menanggapi,
menanggapi,
dari
dari
sub
aras
terdiri
dari
(4)
konaepsualisasi
persetujuan
nilai;
dan
dan
dari satu
Mengorganisasi,
sistem
nilai
(1)
terkendali;
menanggapi,
memilih
dengan
kesadaran.
perhatian
keinginan
kesepakatan;
aras
et al. 1956)
(3) Menilai, terdiri
mer~ilai ,
Skala Guttman.
lima
(Bloom,
keinginan
menanggapi;
sistem
dan
dan
untuk
kepuasan
penerimaan nilai
dan
terdiri
dari
mengorganisasi
( 5 ) Karakterisasi, terdiri
dari
meng-generalisasi dan karakterisasi. Proses individu
berlangsung
mencakup yang
internalisasi
kemampuan
tinggi
kemampuan
Kawasan
diri
kontinuum
yang
Persepsi,
terbuka,
(4)
utuh.
mensyaratkan
sampai
Keterampilan gang
kognitif dan
adalah
menayaratkan kemampuan
tersebut dijenjang dalam lima
yaitu ( 1 )
ketiga
.
psik-oaotorik
koordinasi
yang
satu
dalam
dimensi sikap yang paling sederhana
paling
fisik.
dalam
nilai
(2)
Kesiapan,
(3)
kerja aras
Tanggapan
Mekanisme,
dan (5) Tanggapan terbuka
Perubahan
perilaku
suatu
ketaatan
kawasan perilaku
azas
secara
ideal
perubahan
(Moris,1976:538).
pada
Apabila
terjadi ketidak taatan azas (Inconsistency) di antara
ketiga
kawasan
ketegangad.
teraebut
Perubahan
maka
akan
perilaku
terjadi
dapat
dilakukan
dengan cara merubah aapek kepercayaan,
merubah aspek
emosi
berubah
dengan harapan aapek lain turut
perubahan
dengan korespons
dan
pada koaponen lainnya.
Fertilitas Sebauai Perilaku Maayarakat Perilaku laku
fertilitas
diartikan aebagai
nyata auami isteri dalam kehidupan
yang berpola,teratur dan terencana yane tin~kat
pengetahuannya,
eehari-hari menoerminkan
dan
praktek
kehidupan biologia dan kehidupan sosialnya.
Perilaku
fertilitas
mewakili
sikapnya
tingkah
tindakan
nyata
dari
fungai
ekspansi keluarga, aosialiaasi dan fungai lainnya. Perilaku
fertilitas
suatu
populaei,
aelain
dipengaruhi oleh faktor biologia dan'fiaiologia, dipengaruhi aosial,
oleh faktor soaial budaya seperti
struktur
eoaial,
status
soaial
tingkat pendidikan clan faktor lainnya.
juga nilai
ekononti,
Jika perilaku
aortalitas didominasi oleh faktor biologis dan faktor sosial,
sedangkan
pengaruh
faktor
perilaku mierasi didominasi
soaial,
maka
perilaku
oleh
fertilitas
dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor sosial. Leon Tabah (1980) berpendapat bahwa kecendrungan perilaku dipisahkan daripada
fertilitas
suami
isteri
tidak
dari hubungan- hubungan yang aekedar
hubungan keluarga
lebih
aaitu
dapat luas
menoakup
evolusi gaya hidup, Motivasi
melahirkan
anak,
aborsi,
kehamilan, dan
kebudayaan dan pandangan sosial. menunda
menjelaskan
perkawinan
perilaku fertilitas
ha1 tersebut dipengaruhi oleh faktor
fisik,
lingkungan sosial,
lingkungan usia,
ekonomi.
agama,
lingkungan
Iklim,
merupakan
dan
lingkungan
budaya,
depressi,
juga
pendidikan,
faktor-faktor
pengaruh
lingkungan dan pribadi yang turut menentukan perilaku fertilitas ( L e o n Tebah,1980:364). Menurut
penganu t
"Life Cycle
"Schematic Model"
Model" eeperti Click dan
atau
Sweet,
tinggi
rendahnya fertilitas yang dicapai suatu populaai pada hakekatnya
merupakan
itu sendiri.
akibat dari perilaku
Oleh karena itu,
populasi
dapat
populasi
semenjak
perilaku
ditelaah dari sudut
populasi fertilitas
peri
mereka dilahirkan
kehidupan
sampai
dengan
mereka melahirkan anak. fertilitas
Peri laku
"The Child Survival faktor
"natural Effect"; se jumlah
anak
(Taylor, d c l . , 1 9 7 6 ) .
pandangan
Hypothesis" dipengaruhi oleh d u a
yaitu
pokok
daf am
darr
tertentu
(1)
Faktor
biologis
( 2 ) Faktor rnotivaai
atau
atau
memiliki
"Replacement Effect"
( 1 ) Sudut pandang biologis
Masyarakat bertahan
suatu
populaai
hidup jika populasi
hanya
tereebut
dapat memiliki
mekanisme. rnempertahankan keperiadaannya pengadaan anggota
anggota baru
baru
populasi.
melalui
Mengadakan
populasi mengandung arti
populasi
harus rnemiliki pola perilaku'fertilitas tertentu. Pola
perilaku dimaksud terbentuk
karena
.
bawaan
secara genetikal dan karena pengaruh lingkungan. Faktor yang paiing dominan dalam analisa perilaku fertilitas
dari
sudut pandang
faktor
fekunditas.
bahwa
fekunditas
kerumitan
biologia
adalah
Herbert Spencer berpendapat dipengaruhi
organisasi
yang
oleh
tingkat
ditunjukknan
oleh
konsumsi enerai untuk pekerjaan mental wanita. Sadler dari
mengemukakan pandangan yens
pandangan
fekunditas penduduk. rendahnya
Spencer.
dipengaruhi
berbeda
Dikatakannya
oleh
faktor
bahwa
kepadatan
Jika Moni Nag (1980) berpendapat bahwa status
nutrisi
ibu
mengakibatkan
qemakin panjang periode "Postpartum Amenor-chea", sehingga
peningkatan
status
nutrisi
pengendalian akan meningkatka'n Doubleday
berpendapat
bahwa
ibu tanpa
fertilitas, akan
maka
terjadi
peningkatan kapasitas fekunditas pada wanita yang mengalamai
kekurangan
nutrisi,
dan
ha1
ini
merupakan bentuk upaya mempertahankan diri. k a r e n a ' itu, tingkat
Doubleday
mencari ~lsosiasi antara pangan
ketersediaan
Oleh
dengan
kapasitas
fekunditas. Josue
de
Castro berhipotesis bahwa
protein
dalam
diet
negatif
dengan
.
harian
mempunyai
kapasitas
jumlah hubungan
reproduksi.
Untuk
membuktikan hipotesis tersebut d e Castro menunjuk bahwa yang
d i negara maju dengan protein diet tinggi,
memiliki
harian
tingkat fertilitas
rendah
dibanding tingkat fertilitas
negara
berkembanp.
di
yang
negara-
Namun demikian hipotesis d e
Castro perlu dijelaakan dengan menggunakan faktor kontrol kelahiran sebagai penjelas. ( 2 ) Sudut pandang aosio-psikologis Proses
penggantian
dalam
erat
fungsi
dengan
ekapansi
keluarga
berkaitan
mortalitas,
sedangkan
mortalitas berkorelaai poaitif
/ dengan
fertilitas. Kuatnya proses penfgantian ditentukan suatu
oleh
besarnya
populasi
mortalitas fertilitas, fertilitaa
(Replacement Process)
.
akan
harapan
Semakin aemakin
sedangkan
hidup
tinggi
lahir tingkat
tinggi
tingkat
penurunan
tinpkat
a k a n didahului oleh penurunan tingkat
mortalitas, karena proses penggantian berkurang.
Indonesia mas ih
dalam
tahap
didoninasi
penggantian.
transisi
oleh
Jika
demografi
pengaruh
proses
bahwa
kuatnya
diasumsi
CBR
pengaruh dsri proses pengpantian adalah pada 0
= 30
/oo, maka Indonesia termasuk dalam kategori
negara
yang
masih
kuat
Menurut
penggantian. pengantian
maka
pengaruh
penulis,
faktor
selain
proses
anak
turut
nilai
perilaku fertilitas
mempengaruhi
proses
populasi
atau
setidak-tidaknya secara langsungg faktor tersebut berpengaruh
pada proses penggantian.
Pandangan
tradisional yang mempertahankan nilai psikologisemosional
anak
cenderung
memperkuat
motivaai
Dalam
masyarakat
agrar is
penggantian erat
kaitannya
ini.
proses
tradisional,
proses
dengan
mutu
hidup
subsisten
tenaga
kerja
aaal
keluarga.
dan
ketersediaan
Keluarga
petani
tingei
untuk
subsisten
cenderung
berparitae
memperoleh
tenaga kerja murah aeal keluarga
motivasi
tersebut
memperbesar
dan
kementakan
pendapatan rumah tangganya. Dalam
analisis
ini
berlaku
aaumai
bahwa
kementakan tersebut oukup besar jikalau teknologi berkembang
maju
dan
terjadi
peningkatan
kesempatan kerja d i sektor non pertanian.
47 Untuk menegaskan urgensi peranan komunikasi, edukas3
dan informasi dalam pembentukan perilaku
fertilitas, Brandon
Caldwell (1978) maupun Cliffoerd dan (1978)
aependapat
bahwa
tingkat
pendidikan ibu merupakan determinan utama penentu fertilitas.
Caldwell
menyebutkan
faktor
ini
sebagai "The single Most Significant Determinan". Kita
temui
( Hatmad j i
berbagai dan
Molo,1982;
Achmad,1982;
Abdul Rochim,1982;
Pandjaitan,l982), Caldwell
U
di
Indonesia
Santoso.1982; Suryadhi,l982 dan
yang menyumbang pada hipotesis
tersebut.
menystakan kurva
penelitian
bahwa
Vaurnnya teraapat
antara tingkat
temuan
tersebut
hubungan
berbentuk
pendidikan
ibu
dengan
fertilitas. Komunikasi memperlihatkan relevansinya dalam pembentukan
perilaku
sekelompok
orang
tujuannya.
Semakin
semakin
besar
keputusan
seauai
efektif
interpersonal-aaja,
atau dan
komunikasi pengambilan
perubahan
terjadi perilaku
Peranan komunikasi tidak
terbatas pada tingkat
antar kelompok.
proses
fungsi
Dengan demikian
kementakan
fertilitas masyarakat. hanya
dengan
dampak rasionalisasi
fertilitas.
peningkatan
fertilitas seseorang
tetapi
individu-komunikasi juea pada
tinekat
Peranan keluarga
antar
pribadi
sangat
penting
dalam
inti
pengambilan antar
komunikasi
keputusan
pribadi
yang
isteri
akan
mereka
sehinpgga
motif
Keterbukaan dan
proses
Komunikaei
antara
suami
keterbukaan
dari
masing-maaing
fertilitas.
kepercayaan
motifpribadi.
mempengaruhi
kewibawaan
dalam
alokasi pengambilan
Keterbukaan,
dalam
dan
diantara
semakin mampu diungkap
teraebut
kekuaaaan
dan
efektif
meningkatkan
teraelubung
keputusan
fertilitas.
dalam
kejujuran.
berkomunikaai
akan
memperbesar motivasi mencapai perilaku fertilitas yang
poaitif.
Pada
peranan komunika massa
semakin
keputusan
tingkat yang
lebih
luas,
ai antar pribadi dan komunikaai
penting dalam proaes
fertilitas.
pengambilan
Dalam masyarakat
modern
yang aemiliki teknologi oansggih, daya jangkau dan daya
ubah
informaai
berpengaruh
terhadap
kontrasepsi. sederhana persuasi
Dalam memiliki
dan
persuesi
kemungkinan masyarakat
daya
sebar
yang kuat karena masih
sangat adopsi
tradisional. informaai memiliki
sifat
dapat
dipercaya d a n terbuka.
dalam
penyebaran informasi dan persuasi keluarga
berencana
kelompok-kelompok
Oleh karena
dan
tradisional
itu,
yang.
'
umumnya bersifat informal dapat digunakan
secara
efektif. Dalam kelompok
analisis ini diasumsi bahwa kelompokkecil yang
tujuannya
terinterna-lisaai
maayarakat, lebih
tradisional,
mempunyai
baik
dalam
efisiensi
pemerintahan.
dan diri
"medium"
dibanding kelompok-kelompok
administrasi pangsa
kuat
dayaguna
yang mengacu pada
modern
informal
yang
formal,
pelakaanaan
Selain
faktor
(segmen) sasaran komunikasi dalam
bentuk
kelompok-kelompok kelompok
kecil maka dalam
fertilitas panutan"
tradisional,
informal
pembentukan
dan
perilaku
peranan "kelompok panutan" dan "tokoh tidak
panutan
yang
dapat
diabaikan.
berfungsi
Tokoh-tokoh
"pengkait"
dalam
penyebaran informasi aerine mempunyai
kewibewaan
pengaruh
daya
yang
informasi sebagai terutama yang
itu
lebih
kuat dibanding
sendiri.
norma dan nilai
dalam masyarakat atau
terikat
sosial sosial
kelompok
menurut azas genealoeis
sebagai cermin dan
panutan
Tokoh-tokoh
pengejawantahan
ubah
dipandang
ukuran pada mana tingkah laku
bermasyarakat berpedoman. Berdasarkan kerangka pemikiran ini berpendapat merubah
bahwa perilaku
lebih
rudah
penulis
membentuk
fertilitas
atau
masyarakat
tradisional kawasan
dengan
mengawali
perubahan
pada
afektifnya
dibanding
perubahan
pada
kawasan kognitif.
Dalam maayarakat modern tentu
umumnya
berlaku perubahan perilaku dimulai
kawasan
kognitif
kemudian kawasan
dari
psikomotorik
dan kawasan afektif. Perilaku fertilitas keluarga berbeda menurut strata
sosial dan sistem sosial oleh karena
itu
telaah
media komunikasi dalam arti jaringan
dan
struktur komunikasi dalam masyarakat harus mendalam
mencakup antar strata dan antar
lebih aistem
sosial. Sejauh kongruen sosial
mane
tujuan
sinkron dengan
atau
yang dikandung
merupakan
norma
berencana dan
kelompok-kelompok
masalah d a n apakah isi peaan
berencana kelompok
keluarga
yang
disebarkan
melalui
nilsi soeial
keluarga kelompok-
soaial mampu diinternalisaai dalam diri
sasaran juga merupakan masalah. Dalarn sebagaimana pendidikan
analisis telah ibu
perilaku
dikemukakan
aahgat
fertilitas. bahwa
berpengaruh
faktor terhadap
fertilitas.
Selain itu, faktor ekonomi keluarga
berpengaruh
pula
dikemukakan
pada
fertilitas
sebagaimana
<:nldwell
(
1978: 6 6 3 ) bahwa
:
"that fertility behavior in both pretransitional and posttransitional societies in economically rational within the context of socially determined economic goals and within bounds largely set by biological and psychological factora." Mengacu
k e hipotesis Moni Nag
modernisasi cenderung
rnenggagas menunjang
tampaknya
terdapat
(1980)
bahwa
kondisi-kondisi peningkatan
ketaatan
yang
fertilitas,
azas
(konsistensi)
dengan pandangan Becker (1960:209-231) bahwa klasklas
masyarakat
berparitas
lebih
masyarakat
berstatus' besar
klas ekonomi
d
ekonomi
tinegi
dibandinekan rendah.
denean
Demikian
pula
Kasus Maguwohardjo (Hull d a n Hu11,1977:50-54). Determinan-determinan beragam
tetapi
dapat
fertilitaa
dikelompokkan
kategori menurut sifatnya yaitu D(faktor demografi); sosial);
sangat
dalam
lima
A(faktor antara);
Btfaktor ekonomi);
S(faktor
dan L(faktor liqgkungan).
Fertilitaa Sebaeai Hasil Pengambilan Keputusan Pengembangan masyarakat medi tasi , Pengembangan
sumber
daya
dari
angeota
tradisonal umumnya berlaneaung melalui proses upacara sumber
tradisional, daya
tidak langsuns,
upacara
pribaditersebut
manusia komunal yang berperilaku immateril,
pribadi
ritual.
menghaallkan
:
taham diri,
hutane budi dan
*
t imbang
rasa.
Kehidupan
individu
dipandang
bagian langsung dari kehidupan makro koamos.
-
dan
nasib,
aebapai
Kepercayaan
adalah batu penjuru bagi anggota
maayarakat
memproyeksikan tingkah laku hidup bermaayarakat. Selain sering kawin
tokoh
masyarakat,
anggota keluarga
arahan
ikut menentukan bilamana anak-anaknya yang harus
berhubungan aeka,
mereka
juga
telah
menentukan
frekuensi hubungan seks, jumlah anak, jenis kelamin anak. Jikalau dalam masyarakat tradisional, perilaku fertilitas belum
berarahan
masyarakat
pada
modern
rasionalitas,
yang
maka
kehidupannya
sebaiknya
ditunjang
oleh
kemudahan pendidikan dan kemudahan komunikaai, mengalamai perubahan
gaya hidup yang berarahan dengan rasionalitas.
Kalkulasi
resiko dalam bertindak sudah
mempertimbangkan
keuntungan, kerugian, atau segi ekonomis dan efisiensi. Perilaku suatu
fertilitaa
bentuk
keputusan
mempertimbangkan
pertama,
modern
secara jangka
perimbangan
keputusan.
Kedua,
cukup
pendek
dan
Dalam pengambilan keputusan
kekuatan
terhadap
merupakan
sadar
dua kekuatan pengaruh
terdapat
resistensi
perubahan
perimbangan
perubahan dalam
utama
yaitu
dan
kekuatan
diri
pembuat
kekuatan perubahan
dan
reaistensi terhadap perubahan berlangsung dalam
kekuatan sistem
yang
konaekuensi
konsekuensi jangka panjang. fertilitas
masyarakat
sosial.
menentukan
Perimbangan- perimbangan
pola dan hasil pengambilan
tersebut
keputusan.
Jika
kekuatan
perubahan
dominan
maka
mengendalikan fertilitasnya. pola
pengambilan
suami
isteri
Oleh karena itu,
keputusan
fertilitas
akan
analisis
erat
kaitannya
*
dengan analisis .sikap, jenis
kelamin anak.
psikologis-emosional tradisional sebagai
yang
aspirasi,
wawasan dan preferensi
Arahan nilai anak pada
keuntungan
adalah salah satu sikap d a n aspirasi
menilai
anak
penerus keturunan.
sebagai
Nilai
berkat,
anak
psikologis-emosional
anak berbeda dari nilai ekonomis anak yang berarahan pada keuntungan keluarga lain,
nyata yang dapat diperoleh dalam kondisi jika beranak sedikit.
peningkatan
kementakan
Keuntungan
kemeatakan
tersebut
antara
investasi
hari
tua,
mencapai gaya dan kualitas hidup
yang
lebih
baik. Pengambilan dinanis berikut
dikatakan
keputusan Carole
adalah Browner
suatu
proses
(1978:95)
yang
sebaeai
:
" Fertility decision making is a dynamic process although factors such as attitudes toward fertility control, socioeconomic situation, age and expressed desire for additional children may be relevant, they alone d o not predict behavior; woman with similar stated family size desires and attitudes, for example, d o not necessarily make the same decisions regarding use, pregnancy, or an contraceptive abortion." Jika keputusan
Browner fertilitas,
(1978)
menunjuk
pada
dinamika
maka Hass ( 1 9 7 4 ) d a n Luker ( 1 9 7 7 )
menyatakan bahwa faktor biaya dan keuntungan
menggunakan
54
,sebagai
kontrasepsi pengambilan
determinan
yang
keputusan fertilitas.
menggunakan
kontrasepsi
dalam
Analisis
keuntungan
seirama
perubahan
berubah
persepsi wanita dalam dimensi waktu, kondisi
dominan
sesuai situasi
yang dialaminya (Downs and Clayson,1972;
and Arnold.1973:
dan
Fawcet
dan Hass.1974).
Pengambilan Keputusan Pengertian Penzambilan Kewutusan Pengambilan gerak
kehidupan
keputusan selalu terjadi
nyata setiap individu atau
Hidup tanpa perhitungan, tanpa
antisipasi
Pengambilan
keputusan
dan
pemi 1 ihan
di
antara
menyelesaikan kebimbangan.
suatu
tanpa rencana, adalah
sejumlah maaalah,
tergantung
terikat
pada
dan 1 )
siatem Posisi
setiap
organisasi.
tanpa peramalan tanpa
sebagai
masalah. aktivitas
kemungkinan
untuk
pertentangan
atau
Keputusan adalah hasil proses
struktur
dihadapkan
hidup
ditakrifkan
keputusan (Atmosudird.jo.1982). bahwa
dalam
pengambilan
A t m o s u d i r d ~ oberpendapat pengambiLan peinbuat
keputuaan
keputuaan
yang
dengan "apa" dan "siapa" sehingga posisi
pada
lingkungannya,
( 2 ) Masalah,
tempat membuat keputusan dan masalah berada,
(3)
ini
Situasi
( 4 ) Kondisi
saitu kekuatan dan kemampuan pembuat keputusan memecahkan masalah.
Kondisi adalah keseluruhan faktor penentu daya
gerak
dan
harus
daya
bertindak,
dicapai
dalam
dan
(5) Tujuan
pengambilan
yang
keputusan
(Atmosudirdjo,l982:60-63). *
Proses pengambilan keputusan terdiri dari enam tahap (Gibson,
yaitu
&&.,1984)
sasaran
khusus
keputusan,
(4)
dan
Menetapkan
mengukur
serta
Mengidentifikasi masalah, alternatif,
(1)
tujuan
(2)
haailnya,
( 3 ) Mengembangkan
Memilih
dan
alternatif,
alternatifMenerapkan
(5)
( 6 ) Mengendalikan dan menilai
keputusan
dan diikuti proses tinjau kembali. Atmosudirdjo
(1982)
selanjutnya berpendapat
bahwa
dalam analiaia situasi dan kondisi pengambilan keputusan, perlu
diketahui
situasi.
pengambilan manunia yang
dan
aituasi
yaitu
dan
sikap
keputusan
yang
pada
motivasi;
yang berbobot;
menitik
berhubungan
kondisi
beratkan
yaitu
menitik
pemimpin,
dan dengan
(1)
hubungan
latihan,
,
kepersieandan
pada antar
behavioralia kemampuan
d a n ( 3 ) Sikap rasional yang
pada
Sikap
beratkan
( 2 ) Sikap seorang
mengutamakan peneetahuan,
sikap
keadaan
Atmosudirdjo mengemukakan tiga jenis sikap
analisis
tradisonal,
pengendalian
tersebut
Kemampuan
kepemimpinan. dalam
kemampuan
keakuratan
dan lebih hasil
keputusan. Dalam
analisis
keputusan,
terdapat
pengaruh yang turut menentukan keakuratan d a n keputusan
yaitu
(1)
Kepribadian
pembuat
enam
unsur
kepereisan keputusan
I
I
I
II
c, l . c ~ i .L t
J
t
,.IVIl
I
tr I
I
rttt
#I
,Ira I. I
r. l
I~RII
( 8 )
,
L LkL
,
Kondimi
pnraoni 1
Kclrbtll rr 1
nl.n~r morL1
I I.
I
.
ynnu
pnr~rtot.nh~ann dnn
keen~rpgupan dan
keahllan.
kesanggupan den keahlian diperoleh
Pengetahuan,
Bi f at
(2)
(4)
t.ont.ana manslnh,
t - ~ c t rIi rnr 1
yrrr~g ct I mL
1I
h e n ~ n m p u n ~ rm~lnllt.rankan,
I t ~ P r ) i - m n mI
(3)
I $I?* I rrrlrl I
ILH
melalui
dan (6) Situasi umum yaitu lingkungan sosial
pendidikan;
budaya dan lingkungan fisik (Atmosudirdjo.l982:185-187). Norma behave
ditakrifkan
under
society.
"how
the
shared
rules
or
a
ought
to
particular
guidelines
behavior that is appropriate in
(Robertson,1977:57).
situation"
people
particular circumstances in
Norms
prescribe
sebagai
that
a
given
Dengan denikian nilai
menyebarkan gagasan-gagasan tentang apa yang baik dan apa yang
diinginkan
sosial.
sedangkan
norma
mencerminkan
nilai
Nilai adalah sesuatu yang beraifat abstrak umdm
sebagai
konsep
panduan
bertingkah
dan norma
berbentuk
laku bagi anggota
aturan
maayarakat
dan atau dalam
situasi tertentu. Norma yang
dan
nilai sosial berbeda
satu dengan'lainnya.
antara
kebudayaan
Perbedaan norma,
nilai jusa
terjadi berdasarkan aeas domiaili seperti kota dan Nilai-nilai masyarakat
sosial melalui
(Rogers,1960 1 .
membentuk
proses
kepribadian
sosialisasi
dan
deaa. anegota
pendidikan
Rogers aelanjutnya menyatakan bahwa nilai
sosial sangat berpengaruh terhadap pengambilan
keputuean
mengadopsi tani. kota
atau
menolak gagasan baru
Dikatakannya dan
nilai
dalam
bahwa pangsa-pangsa populasi antara
deaa berbeda dan ini
ditinjau
dari
sosial utama yaitu ( 1 ) Pendidikan,
rneminum
masyarakat
alkohol,
Besar
3
(2)
keluarga,
beberapa Kebiaeaan
(4)
Tingkat
kebebasan, dan ( 5 ) kehidupan desa. Salah
satu
yang
menonjol dari
adalah besar keluarga.
nilai
aosial
tersebut
Qejala umum yang dijumpai dimana-
mana yaitu keluarga di desa umumnya berarahan pada
norma
keluarga beaar. Pengaruh ter3adi
nilai
soaial
pada
aepanjang hidup anggota
perilaku
fertilitas
maayarakat.
Perubahan
perilaku fertilitaa adalah perubahan nilai aosial budaya. Selain nilai sebagai unaur kepribadian maka tingkah laku. gagasan-gagasan dan kebiaaaan masyarakat berpengaruh nula pada pengaabilan keputusan fertilitaa. Selain ternyata
faktor-faktor faktor
memungkinkann yang
diduga
fertilitas.
pengaruh
kecehderungan
ketidak turut
cocokan
tersebut
mengambil merupakan
mempensaruhi
di
atas,
resiko
dan
faktor-faktor
pengambilan
keputuaan
Kemungkinan ketidak cocokan (Potential
for
dissonance) tercermin dari terjadinya kegeliaahan setelah keputuaan
ditetapkan. sebagai
Situaai
"Dissonansi
Festinger
'
cocokan
kognitif
benturan
(Conflict)
yang
Kognitif"
mengandung
antara
tersebut
atau
artian
pengetahuan,
disebutkan ketidak
terjadinya kepercayaan,
sikap pembuat keputusan dengan keputusan itu sendiri. Dissonansi
.
berbagai
kognitif
dapat
c a r a ~ a n t a r a lain
mendukung
1
dikurangi Mencari
kebijaksanaan keputusan,
melalui
informasi
dan
selektif
( 2 ) Secara
memahami informasi dengan suatu cara yang dapat mendukung keputusan,
(3)
Merubah
sikap mereka
sehingga
positif terhadap alternatif pilihan,
pandangan
terjadi dan
(4)
Mengelakkan urgensi aspek negatif dan mempertinggi aspekaspek positif keputusan (Gibson, m
et
&.
1984:472-473).
a Pengambifan Keputusan Pola
pengambilan
keputusan
mengandung
pengertian
suatu mekanisme prosea pengambilan keputusan yang
adanya
terstruktur unit
tertentu
Pengambilan terdapat
unit-
dan teratur dalam suatu kelompok atau untuk
keputusan
pertukaran
mencapai hanya
dapat
inforrasi
unit-unit pembuat keputusan.
tujuan
tertentu.
terjadi
d i antara
jikalau
anggota
atau
Keputuaan itu sendiri dari
sudut pandang komunikaai adalah sebagai suatu kesepakatan dan
pengertian
Kiqcaid
dan
bersama
Rogers
di
(1980)
"Joint Decision"
dan
berlangsung
suatu area
dalam
antara
pemeransertanya.
menpistilahkannya
keputusan
bersama
komunikaai
sebagai tersebut
yang
disebut
"Area o f mutual understanding and interest." Sebagaimana
telah
dikemukakan
bahwa
bobot
dan
kewibawaan keputusan ditentukan oleh pembuat keputusan.
Ernest yaitu (1)
Dale membedakan lima tipe ideal pembuat keputusan
.. ,
:
Tipe
ideal
yaitu
pembuat
keputusan
menggunakan
*
kemampuannya secara utuh; (2)
Tipe
reseptif,
apabila
yaitu
anggota
mereka
mengajukan
yang
merasa
rumusan
senang
masalah
dan
alternatif keputusan; (3)
Tipe
eksploatatif,
menyenangi
pembuat
keputusan
yang
ide baru pihak lain dan diperoleh melalui
kurang
cara
yaitu
baik
dan
mengakibatkan
kemarpuan
anggota;
(4)
Tipe
"Hoardinn" atau tipe pengumpul
keputusan segala
yaitu
hanya berupaya menghimpun dan
pembuat menyimpan
yang dimiliki tanpa mendistribusikan
kepada
pihak 1ain;dan ( 5 )
Tipe
marketing
yaitu
mereka
yane
mendasarkan
tindakannya pada kesempatan dan keuntungan. Umumnya
tipe-tipe
ditemui
dalam proses pengambilan
Perbedaan
pembuat
keputusan
Ernest
keputusan
Dale
ini
organisasi.
tipe pembuat keputusan yang lain seperti
tipe
otoriter, tipe demokratis dan tipe liberal. Pudjiwati
Sajogya (1981:78) telah menetapkan
pola-
pola pengambilan keputusan dalam rumah tanBga dalam suatu kontinum
berujung
dibedakan
atas
keputusan
dalam
ekstrim
lima
pola.
yang
secara
keseluruhan
Pola-pola
pengambilan
keluarga tersebut dapat pula
digunakan
untuk
menganelisis perjlaku fertilitas . keputusan
pengambilan
dalam
aspek
keluarga. kehidupan
disebutkan sebagai pola pengambilan keputusan keluarga.
2. 3.
4. 5.
dipengaruhi
( 1
fertilitas
:
Keputusan dibuat oleh isteri seorang diri tanpa melibatkan suami. Keputusan dibuat bersama oleh suami-isteri tetapi dengan pengaruh lebih besar dari isteri. Keputusan dibuat bersama den senilai tanpa tanda-tanda salah satu berpengaruh relatif lebih besar dari yang lain. Keputusan dibuat bersama oleh suami-isteri dengan penggruh suami lebih besar. Keputusan dibuat oleh suami sendiri tanpa melibatkan iateri."
Pola-pola
M.J.Levy
ini
Adapun pola pengambilan keputusan termaksud d i
atas adalah sebagai berikut "1.
Pola
pengambilan
oleh
lima
keluarga
keluarga
keluarga
menurut
peranan menurut perbedaan pembagian kerja
(E.Durkheim), generasi,
struktur
dalam
:
( 1 9 4 9 ) yaitu
perbedaan
sub
keputusan
menurut
perbedaan
usia,
perbedaan
perbedaan besar kekuasaan antara dan perbedaan aeks
masyarakat
modern
anggota
(Boserup;l984).
yang terikat menurut
Dalam
solidarita
organik, pembagian kerja aemakin ketat dengan adanya spesialisasi atas dasar perbedaan kerja. (2)
Alokasi ekonomi
(3)
Alokasi
solidarita,
tradisional
keluarga
yaitu terikat
dalam
masyarakat
menurut
solidarita
mekanik sedangkap keluarga masyarakat modern terikat menurut solidarita organik.
(4)
Alokasi
kekuasaan
mengandung
arti
pelaksanaan dalam
dan
kewibawaan,
pembagian kekuasaan
kekuasaan dalam
yaitu
selain
juga
pengambilan
berarti
keputusan
keluarga maupun yang berhubungan dengan
luar
keluarga.
(5)
Integrasi
dan
ekspresi
yang
berurusan
dengan
sosialisasi dalam keluarga. Berbagai pengambilan
hasil
penelitian menunjukan
bahwa
dalam
keputusan mengadopsi atau menolak mengadopsi
kontrasepsi,
terdapat variasi dominasi suami atau isteri
saja atau terdapat pola ~ e n g a m b i l a nkeputusan bersama. (1974)
Balakrishna terdapat
korelasi
keluarga
berencana
keluarga. yang
Bahwa
mengemukakan nyata
hipotesisnya
antara
tingkat
keberhasilan
dengan tingkat dominasi tidak ada program
benar-benar
menginternalisasikan
pria
keluarga
berhasil
Jika
tujuan
keluarga
kaum
bahwa
dalam
berencana
pria
tidak
berencana
dalam
dirinya. Proses
menginternalisasi tujuan keluarga
merupakan
proses
fertilitas
afektif
perubahan perilaku
dan
pembentukan
fertilitas.
tersebut pada hakekatnya bermakna
berencana perilaku
Internalisasi
mengetahui,
meneriaa.
dan secara nyata mengkarakterisasi konsep-konsep keluarga berencana dalam kehidupan nyata. keluarga
berencana
intensitas
Sikap positif terhadap
berpengaruh terhadap
pertukaran
informasi
untuk
pola
hubungan
pengambilan
keputusan fertilitas. Marcando
dalam penelitiannga di Filipina
menernukan
pols pengambilan keputusan keluarga berencana umumnya lakukan
bersama
aedikit
wanita
kontrasepsi Filipina, pacfa
suami-isteri dengan dominasi suami yang memutuskan
secara
(Roger,1973:318-322). Eulalio
G.Maturan
sepihak
Dalarn
anaknya
yang telah dewasa.
ditemui
keputusan dominasi auami,
tetapi
dalam
oleh
anak-
oleh
tetapi
Dalam keadaan hamil
umumnya
walaupun isteri
yans
mengusulkan tipe pelayanan persalinan
Sang
clibutuhkannya. dibuat
Keputusan
utama
mengadopsi
kontrasepsi
suami termasuk insiatif aktifitas ha1
dalam
pengsmbilan
Bohol-
menyimpulkan bahwa walaupun
ha1 keputusan tersebut dipengaruhi
berinisiatif
dan
adopsi
kaaus
umumnya keputusan dibuat oleh suami,
beberapa
di
penggunaan
seksual,
kontra~epsi~terjadi
keputusan bersama suami-istgri yang
pertarna
memilih cara mana yang akan digunakannya. Dobey persen IUD
dan
Choldin
(1976)
menemukan
dari 182 contoh keluarga India dan
sendiri, tersebut temuannya
pengambilan sedangkan dibuat di
keputusannya
93
secara
persen bersama.
hanya
yang
menggunakan
dilakukan
keputusan Pilai
tujuh
isteri
dari (1971)
India Selatan menyatakan bahwa
60
contoh dalam persen
keputusan vasektomi dilakukan bersarna antara suami-isteri dan sanak keluarga. dilakukan
Hanya 40 peraen keputusan vasektomi
secara sepihak.
Dalam pengambilan
keputusan
penggunaan
IUD,
terjadi
pola
pengambilan
keputusan
bersama suami-isteri dengan dominasi kekuasaan suami.
Pengambilan Keputusan dan Perubahan Perilaku Pembentukan perilaku suami atau isteri oleh keluarga arahannya
menghasilkan
kemampuan
kognitif,
Perubahan
perilaku
terjadi
pembentukan
asumsi
bahwa
pribadi
"sumber daya
pribadi"
daya affektif dan daya individu auami atau keluarga,
pertemuan
psikonotor.
isteri
berproaes
antara d u a
jenis
mencakup
aetelah
berdasarkan sumber
yang berbeda aenayaratkan pelepaaan
daya
unaur-unsur
sumber dayaan bawaan yang berbeda dan saling bertentangan dan membentuk unsur-unsur sumber daya pribadi yang baru. Oleh sebab itu, dalarn analisis karakter suami-isteri harus mencakup analisia unaur-unsur sumber daya sejauh
mama
pribadi,
unsur-unsur tersebut berpengaruh pada
pola
pengarnbilan keputusan fertilitas. Atmosudirdjo (1982:39) berpendapat bahwa pengambilan keputusan
sebagai
suatu
berfikir
rasional
mengandung arti berfikir aecara mengolah data,
untuk itu
dikenal tiga jenis data yaitu dunia
realitaa
mencakup
yang
secara
proses
( I ) Data kogniai yaitu data
langsung
pengetahuan (knowledge) dan
dapat pandangan
diinderai (view);
( 2 ) Data affeksi yaitu berbagai perasaan yang dialani dan
disimpan yaitu
manusia dalam ingatan; i
berbagai keinginan,
sebagai
dan 1 3 )
aspirasi,
akibat pengalaman,
Data
impian,
persentuhan
konotasi cita-cita
manusia
dengan
lingkungannya. Mengadopsi keputusan
yang
komunikasi pandangan atau
terjadi
sebagai
(Berlo,1965:8;
adanya
keputusan
suatu innovasi dari lima
Kesadaran.
1
akibat
Schramm,1976:17).
Rogers maka pengambilan
menolak
saitu
menolak-kontrasepsi-adalah
atau
(2)
Minat,
proses
Mengikuti mengadopsi
tahap
(3)
suatu
keputusan
Evaluasi,
(4)
Mencoba, dan (5) Mengadopsi. Secara
psikologis
Frank
apa
yang
J.Bruno
berpendapat
dilakukan
bahwa
perilaku
adalah
oleh
organisma.
Perilaku
selain,terbentuk dari unsur bawaan
tgenetikal)
juga karena pengaruh unsur lingkungan. menyatakan
Kurt Lewin (1946)
bahwa "human behavior is a, function of person
and the environment"; yang diungkapkan dengan f( P , E )
E
dimana
= behavior;
(B
P
=
aimbol 3
Person;
=
clan
= environment) (Wrightsman.1972:25).
Berdasarkan
model
Kurt Lewin
maka
perubahan
perilaku
dapat dilakukan melalui perubahan unsur ( P ) dan unsur (El yang terdiri dari lingkunsan fisik dan lingkungan soaial; sebagaimana changing
pandangan
behavior
in
Reitz bahwa : organization
".....methods
for
is
the
changing
physical or social environment of whose behavioris to altered" (Reitz,1977:556).
be
Selain dan
Josef
perubahan perilaku menurut model Kurt H:Reitz,
juga
dikenal
perubahan
perilaku organisasi.
Lewin
perilaku
melalui
perubahan
berlaku
asumsi
organisasi
atau kelompok dapat dicapai melalui pqrubahan
bahwa
perubahan
Dalam ha1
perilaku
ini
anggota
perilaku organisasi atau kelompok. Fred
Luthans
dan R-Kreitner
(1974:7-16)
menyusun :
model perubahan perilaku oerganiaasi terdiri dari "1. 2.
3.
4.
Identify behavioral performance problems. Measure : chart t h e frequency of target behavioral. Identify existing behavioral contingency through functional analysis. Develop contingency intervention strategy; apply appropriatd contingency intervention strategy; chart frequency o f resulting behavior; maintain desirable behavior."
Perubahan perilaku individu dan kelompok aecara mendalam telah dianalisis dalam berbagai teori seperti Teori Psyc hoanalitic dari Sigmund Freud. Perubahan terjadi
perilaku atau "behavior
pada
perubahan
unsur-unsur
kawasan
perilaku
kognitif
diikuti
change" dan
dimulai
perubahan
psikomotorik dan akhirnya kawasan afektif. saja
terjadi
perubahan
perubahan
pada
kawasan
perilaku affektif
perubahan pads kawasan lainnya. perubahan
perilaku
dari
kawasan
Tetapi dapat diawali
kemudian
dari diikuti
Namun yang penting dalam
adalah adanya perilaku
yang
umumnya
ketaatan
tersebut
azaa
ketiga
kawasan
Jikalau
terjadi ketidaktaatan azas (inconsistency)
antar
(Moris,1976:583). di
~ l r t t ~ rknrqasan-kawasan . ~ perilaku akan terjsdi
antu
Smlnti
ketidnkt.matnn
cara
~ Z A Ryaitu
mengurangi
M e rubah
rncr~ut~ jlilrlran in n
i
hornponrn
2
Merubah
)
lainnya
pt?r~tt>t%hntl pada
baru
denpan
cara
dengan
Iromponen
kornponen
kognitif
kognitif
pada
harapan
perilaku
berdasarkan
dasarnya
melalui
berubah;
peninekatan
dengan dan
lainnya.
itu
dun
nilai yang dihadapi
ter.jadi "confl$&"
pcnyuluhan
mc=r~r!racI~ptnsiModel Gnnlh~r 1 .
dalam
korespons Perubahan
terjadi
seseorang
azas karena
pertentangan atau
karena
dan "friction" antar nilai.
Porubahan perilaku sebagai dampak maeukan faktor dan
Merubah
ketaatan
f l d a n ~ a "cognitive dissonance" yaitu adanya nntnrn
harapan
(3)
terjadi
ancangan
perubahan
Dalarn adalah
komponen emosi
akan ikut
seaeornng
porilsiku
dan
fertilitas
kepercayaan/kognitif fakta-fakta
(
ketegangan
dengan merubah perilaku.
h u b u n ~ m n n y ndengan perubahan perilaku ( 1 )
ketegangan.
konteks
Margono
keluarga
Sfamet ( 1978)
komunikasi
berencana dapat
diikuti
dengan pada
Ice1uarda ditakrifkan sebagai "a relatively permanent group of people related by ancestry, marriage or adoption, who live together and form and economic unit and whose adult members assume responsibility for the young." (Robertson,1977:316). Sebagai kelompok, keluarga memiliki ciri-ciri kelompok yaitu (1) Terdapat dua orang atau lebih, (2) Terdapat hubungan antar anggota menurut mekanisme ter'entu. (3) Terdapat struktur dalam kelompok; d a n (4) Terdapat tujuan tertentu yang harus dicapai. Keluarga
sebngai
identidna
perilaku
merupakan
perpaduan
nnggota keluarga.
suatu
kesatuan
fertilitas. dari
Fdentitas
perbedaan
satu
tersebut
karakter
pribadi
Perbedaan tersebut bersumber pada (1)
Perbedaan kemampuan,
( 2 ) Perbedaan kebutuhan. ( 3 ) Ksrena
pemikiran
masa
kementakan
dan harapan,
lingkungan
dalam kaitan masa lampau dan
(5)
memiliki
depan
yang
berkaitan
(4) Karena
Karena ada reaksi senang,
erat
kemampuan
dengan memahami.
kebutuhan; .dan
tidak senang pada manusia
(Thoha,1983:35-441. Pembentukan mekanisme
fusi
perilaku perilaku
fertilitas bawaan
terjadi
anggota
melalui
keluarga
dan
terbentuknya nilai perilaku yang sama diikuti terlepasnya unsur
nilai
Untuk
mencapai tujuan keluarga secara berdaya guna
keluarga Aliran
perilaku
sebagai
perilaku
bawaan
kelompok
yang
harus
saling
memiliki
(Behaviorisme) dalam
Teori
meniadakan. maka
dinamika. Organisasi
berpandanaan bahwa menganalisis dinamika kelompok berarti menganalisis perilaku kelompok.
Jenkins
(1961') menyatakan bahws dinamika kelompok adalah
kelcuatan-kekuatan dalam kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan perilaku anggota kelompok.
Jenkins ( 1 9 6 1 : 5 ) berpendapat bahwa : "Essentially the term group dynamics describes area of study and research in the social sciences the examination of the dynamics of groups Similarly, the dynamics of group describes the forces in the group situation which are determining the behavior of group and i t s member." mn
...
Kekuet.an-kekuatan yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok, menurut Margono Slamet ( 1 9 8 1 ) adalah ( 1 ) Tujuan ( 2 )
kelompok,
Struktur kelompok,
kelompok,
(4)
kelompok,
(6)
kelompok, dan
Suasana
psikologis
sudut
bsrpandangan
serupa
dfnamika
kelompok.,
kekuatan
dinamika kohesi
dan
pandang
gekompekan
( 5 )
sudut
pandang
(1961)
Loomis
sosiologis,
Mereka sependapat pula
kelompok
adalah
penentu
bahwa
kohesi
dipengaruhi
yang relatif
terhadap kekuatan-kekuatan
kelompok
pad=
Baik Cartwright
mensgunakan
Loomis
tugas
( 7 ) Tekanan
kelompok,
(1968) yang
maupun
menggunakan
sedangkan
kelompok,
dan ( 8 ) Keefektifan kelompok.
Zander
.
Peabinaan
(3) Fungsi dan
inti
kelompok,
oleh
hubungan
manusia dalam kelompok. Diasumsi bahwa kelompok-kelompok bertingkat dinamika tinggj,
memiliki
kekuatan-kekuatan
perilaku
kelompok positif dan ha1
yang
tersebut
membentuk berpengaruh
terhadap perilaku anggotanya. isteri
positif
dinamika sejauh
ataupun
kelompok
mana
Perilaku fertilitas suami
negatif
tergantung
pula
pada
atau secars mendasar tergantung
pada
tingkat kohesi keluarga
sebagai
kelompok.
Kohesi dnlam kelompok khuausnya keluarga merupakan hubungan
antar
anggota
keluarga.
Di
sini
hasil muncul
relevansi peranan komunikasi dalam keluarga. D i n ~ m i k a kelompok dalam analisis ini tidak terbatas pad=
keluarga melainkan juga dinamika
sosin1
yang berfungsi sebagai "faktor
kelompok-kelompok lingkungan"
yang
turut menentukan perubahan perilaku (Reitz, 1977). Dalam
upaya memahami perilaku kelompok dikenal tiga
jenis ancangan (Thoha, 1983:47-66) yaitu : (1)
Pendekatan kognitif. faktor
Pendekatan ini ditentukan oleh
unsur kognitif,
fungsi
kognitif
yaitu
struktur
kognitif
memberikan
dan
pengertian,
menghasilkan emosi dan memberikan motivaai. (2)
Pendekatan .penguatan (reinforcement approach) yaitu dalam
bentuk
pemadaman
dan
hukuman
(Pavlov-
Siagian (1981) menyatakan bahwa
interaksi
Thorndike). (3)
Pendekatan psikoanalitis, Sondang
kelompok
memberikan
dibanding
keluaran
keluarga
sebagai
berciri
(1)
keluaran
tanpa
yang
lebih
interaksi.
kelompok menghasilkan
Adanya
keberanian
lebih
berkualitas
Interaksi keputusan besar
dalam yang untuk
mengambi 1
keputusan
Peningkatan
tekad
kepentingan
bersama,
dengan
untuk
segala
berbuat
(3)
resikonya.
lebih
Komunikasi
(2)
banyak yang
demi semakin
*
mendorong
semangat
solidaritas dan
semakin
dan
jiwa
beaar,
kebersamaan,
( 5 ) Persepsi sepenanggungan
seperasaan yang semakin tepat,
kesetiakawanan,
Rasa
(4)
(6)
Semakin mendalam
d a n ( 7 ) Berkurangnya pandangan d a n
cara
berpikir terkotak-kotak. Siagian (1982:105-106) menegaskan bahwa dinamika kelompok dapat
dicapai
kelompok
melalui
(1)
Ciri-ciri
pribadi
mencakup kelenahan dan kekuatan
anggota
maaing-masing,
( 2 ) sifat-sifat situasi dalam dan luar
dan ( 3 )
Struktur kelompok formal. Berdasarkan dari
kerangka
masukan dalam analisis pada bagian awal pemikiran ini,
maka
perumusan
kerangka
pemikiran dasar penelitian ini adalah sebagai berikut Analisis perilaku fertilitas ditinjau dari eudut makro
yang
menitik
beratkan pada penparuh
masyarakat. perilaku
pandang
sistee
struktur sosial terhadap pembentukan perilaku
Unsur-unsur yang diduga berpengaruh terhadap
fertilitas
masyarakat adalah nilai
dan
jaringan komunikasi pada tingkat siatem sosial dan sudut pandang makro berlaku asumsi bahwa
fertilitas
dan
fertilitas
s o s i ~ l selain kelompok-kelompok sosial dan struktur
Dalam
:
itiasyarakat
terbentuk
karena
norma dan klik.
perilaku pengaruh
sosialisasi luar keluarga. Pengaruh-pengaruh mempengaruhi secara
keputusan
langsung
suami-isteri. pola
yang bersumber pada sistem soaial fertilitaa
suami-isteri
maupun melalui pola
Dalam
komunikaai
masyarakat modern
baik antara
umunya
ditemui
komunikasi suami-isteri yang menghasilkan keputusan
bersarna
suami-isteri,
sedangkan
dalam
maayarakat suami-isteri
tradisional hampir tidak ditemui komunikasi t.entang
hal-ha1
Masyarakat
yang
berkaitan
dengan
fertilitasnya.
tradisional menjalani kehidupan fertilitaanya
sebagai suatu proses alamiah: Pada sudut pandang tingkat mikro,
analisis perilakt
fertilitas
dititik beratkan pada
keputusan
Pasangan
keluarsa.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam analisia
Usia
mekaniame
Subur
(PUS)
pengambilan
pada
tingkat
tersebut antara lain status dan peranan suami dan dan . unsur-unsur
pribadi,
unaur-unaur
isteri
keluarga
dan
masyarakat. Pengaruh
faktor-faktor
fertilitas
tersebut
terhadap
perilaku
PUS dapat secara langsung maupun melalui pola
komunikasi suami-isteri (Gambar 4 ) . Analisis terbagi mensikuti
perilaku
atas tiga model siklus
fertilitas analiais.
reproduksi
pada
tingkat
Pembagian
dengan tiga
aikro
tersebut
bagian
utana
yaitu tahap prakonsepsi, tahap hamil dan tahap postnatal.
fertilitas PUS pada tahap
Perilaku 5 ) ,
diawali
potensi, konsepsi
prakonsepsi 1 pengetahuan dan sikap PUS
dengan
kementakan,
.
proses
Pengetahuan
mempengaruhi
praktek
dan
dan
akibat
sikap
KB dalam dua
(Gambar terhadap
terjadinya
terhadap
konsepai
kemungkinan
untama.
Pertama kualitas pengetahuan dan sikap konsepsi menunjang kualitas praktek KB atau kedua, sikap
terhadap
konsepsi
kual i t.as praktek KB.
kualitas pengetahuan dan
berpengaruh
negatif
terhadap
Besaran dan sifat pengarlih
faktor
pen~etnhuan dan sikap terhadap konsepsi dipengaruhi oleh tingkat
paritas,
pendidikan,
nilai
anteseden
lainnga
pengaruh
terhadap
konsepsi. ticlak
jumlah anak
akan
yang diasumsi pengetahuan
memiliki fertilitas
pengetahuan dan sikap KB. pengetahuan
herarahan helaka. keputusan
laki-laki dan
anak, sejumlah
memberikan dan
tingkat faktor
kontribusi
sikap
terhadap
Pengetahuan den sikap terhadap konsepsi
pengendalian
maka
kematian
pada
dan
praktek
makna
dalam
pengaturan
jika
tidak
ditunjang
saja dan oleh
Tanpa pengetahuan dan sikap KB sikap
terhadap
KB dan
hanya
konsepsi sebagai
tidak
potensi
Praktek KB adalah akhir dari proses pengambilan fertilitas
pada
tahap
prakonsepsi.
A
U n s n r u n s u r pokok Besar p o ~ u l a d Komposi si Distdbusi Fertilitae Mortal1 t a s Uigrasi
S i s t e m Agregat
Un s u r u n s u r pokok UnsulcUnsur pokok Kelompok i n f o r m a l Lembaga perkawinan dan k e l u a r g a Lembaga k eagamaan Lembaga p o l i t i k Lembaga ekonomi Lembaga k e s e h a t a n Lembaga k e s e j a h t e r a a n L e m b ~ g apendi dikan Asosiad
sosial Ras L a t a r belakang ethnik S t a t u s perkawinan K a r a k t e r i s t i k keluarga P e r a n s e r t a tenaga k e r j a P e k e r j aan Industri Pendidikan Pemdapatan A gama Unsur-uneur m a l t t i s Tingkahldcu Nild-XdlAi Kepercayaan-kepercay aan
Cambar 2.
S i s t e m - s i s t e m A n a l i s i s Pokok dalam Demografi S o d a 1 ( Ford-de Yonel
Frnkteb
KB
komunikasi
dapat
terjadi melalui
suami-isteri
atau
tanpa
melalui
KB,
tentang manfaat ber
kapan
apa cara KB
mulai menggunakan atau menolak ber KB,
yang
terhailr, bagairnana akibat dan ganjaran jika mengikuti KB. Dalam
masyarakat modern,
telati
mengembangkan
dalam
masyarakat
krharnilan, gej~la
tradisional
a l ~ m i a h yang Oleh
setidak-tidaknya
pola komunikasi tertentu
kelahiran
dipersoalkan.
suami-isteri
dan
kemungkinan
kematian
tidak
dapat
sedangkan persoalan
dipandang atau
sebagai
tidak
perlu
karena itu pengetahuan dan aikap KB
akan herper~garuhsecars langsung terhadap praktek KB atau a k ~ n berpengaruh tidak langsung melalui p o l a
komunikasi
suami-isteri. Kegagalan pengendalian dan pengaturan kehamilan tanpa besar.
ber KB,
setiap PUS memiliki kementakan hamil yang
Jika PUS berada dalam keadaan hamil maka perilaku
fertilitasnya
berkaitan
erat
sikapnya terhadap kehamilan. dan
atau
sikap
yang
dengan
kesadaran
dan
Suatu kesadaran yang tinggi
positif terhadap arti
dan
kehamilan dalam masyarakat yang mentabukan
konsekuensi
aborsi,
mengakibatkan PUS berusaha untuk menghindari aborsi.
akan