BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep dan Defenisi Migrasi Migrasi merupakan salah satu dari komponen demografi yang juga
mempengaruhi dinamika penduduk disamping fertilitas dan mortalitas. Para dikenal dengan teori LFR (Lewis-Fei-Rannis) menyatakan bahwa pada perpindahan penduduk pada dasarnya terjadi karena adanya perbedaan antara sektor kota yang modern dan sektor desa yang tradisional ( Subri,2006). Menurut Rozy Munir dalam buku Dasar-Dasar Demografi, migrasiadalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik atau negara atau batas administrative atau batas bagian dalam suatu negara. Migrasi sering diartikan sebagaiperpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Ada 2dimensi penting yang perlu ditinjau dalam penelaahan migrasi, yaitudimensi waktu dan dimensi daerah. Untuk dimensi waktu, ukuran yangpasti tidak ada karena sulit untuk menentukan berapa lama seseorangpindah tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai seorang migran, tetapibiasanya digunakan definisi yang ditentukan dalam sensus penduduk. Menurut Rusli (Syafe’i,2007), seseorang dikatakan melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen (untuk jangka waktu minimal tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu , atau pindah dari satu unit geografis lainnya , atau adalah suatu
6
Universitas Sumatera Utara
bentuk gerak penduduk geografis, spasial atau territorial antara unit-unit geografis yang melibatkan peubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan. Untuk dimensi daerah secara garis besarnya dibedakanperpindahan antar negara yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara kenegara lain yang disebut migrasi internasional dan perpindahan pendudukyang terjadi dalam satu negara misalnya antar propinsi, kota atau kesatuanadministratif lainnya yang dikenal dengan migrasi intern. Perpindahanlokal yaitu perpindahan dari satu alamat ke alamat lain atau dari satu kota ke kota lain tapi masih dalam batas bagian dalam suatu negara misalnyadalam satu Propinsi. Dalam arti luas, definisi tentang migrasi adalah tempat tinggal mobilitas penduduk secara geografis yang meliputi semua gerakan (movement) penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode tertentu pula (Mantra, 1980: 20 dalam puspitasari). Definisi migran menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa : ”a migrantis a person who changes his place of residence from one political or aadministrative area to another.” pengertian ini dikaitkan dengan pindahtempat tinggal secara permanen sebab selain itu dikenal pula ”mover”yaitu orang yang pindah dari satu alamat ke alamat lain dan dari saturumah ke rumah lain dalam batas satu daerah kesatuan politik atauadministratif, misalnya pindah dalam satu Propinsi. Beberapa bentukperpindahan tempat (mobilitas) :
7
Universitas Sumatera Utara
1. Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja (Recurrent Movement). 2. Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara sepertiperpindahan tempat tinggal bagi para pekerja musiman. 3. Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidakkembali ke temapat semula (Non Recurrent Movement). Dalam sosiologi menurut sifatnya mobilitas dibedakan menjadidua, yaitu : 1. Mobilitas vertikal yaitu perubahan status sosial dengan melihat kedudukan generasi, misalnya melihat status kedudukan ayah. 2. Mobilitas horisontal yaitu perpindahan penduduk secarateritorial, spasial atau geografis. Jenis-jenis migrasi : 1. Migrasi Masuk (In Migration)Yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah tempat tujuan (area of destination). 2. Migrasi Keluar (Out Migration)Yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal(area of origin). 3. Migrasi Neto (Net Migration)Yaitu selisih antara jumlah migrasi masuk dengan migrasikeluar. Bila migrasi yang masuk lebih besar dari pada migrasikeluar maka disebut mibgrasi neto positif. Sedangkan bilamigrasi keluar lebih besar dari pada migrasi masuk disebutmigrasi neto negatif. 4. Migrasi Bruto (Gross Migration)Yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar.
8
Universitas Sumatera Utara
5. Migrasi Total (Total Migration)Yaitu seluruh kejadian migrasi, mencakup migrasi
semasahidup
(life
time
migration)
dan
migrasi
pulang
(returnmigration). Atau dengan kata lain migrasi total adalah semuaorang yang pernah pindah. 6. Migrasi
Internasional
(International
Migration)Merupakan
perpindahan
penduduk dari suatu negara ke Negara lain. Migrasi yang merupakan masuknya penduduk
ke
suatunegara
disebut
imigrasi
(immigration)
sedangkan
sebaliknyajika migrasi itu merupakan keluarnya penduduk dari suatunegara didebut emigrasi (emigration). 7. Migrasi Internal (Intern Migration)Yaitu perpindahan yang terjadi dalam satu negara, misalnyaantarpropinsi, antar kota/kabupaten, migrasi perdesaan keperkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendahdaripada tingkat kabupaten, seperti kecamatan, kelurahan danseterusnya. Jenis migrasi yang terjadi antar unit administrative selama masih dalam satu negara. (migrasi sirkuler dan migrasicommuter) 8. Migrasi Sirkuler (Sirkuler Migration)Yaitu migrasi yang terjadi jika seseorang berpindah
tempattetapi
tidak
bermaksud
menetap
di
tempat
tujuan,
mungkinhanya mendekati tempat pekerjaan. Mobilitas penduduk sirkuler dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk yangmelintas batas administrasi suatu daerah menuju ke daerah laindalam jangka waktu kurang enam bulan. 9. Migrasi Ulang-alik (Commuter)Yaitu orang yang setiap hari meninggalkan tempat tinggalnyapergi ke kota lain untuk bekerja atau berdagang dan sebagainyatetapi pulang pada sore harinya.
9
Universitas Sumatera Utara
10. Migrasi Semasa Hidup (Life Time Migration)Yaitu migrasi yang bedasarkan tempat kelahiran. Migrasisemasa hidup adalah mereka yang pada waktu pencacahansensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan tempatkelahirannya. 11. Migrasi Risen (Recent Migration)Yaitu menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migrant bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggallima tahun sebelum survei. 12. Migrasi Parsial (Partial Migration)Yaitu jumlah migrasi ke suatu daerah dari satu daerah asal, ataudari daerah asal ke satu daerah tujuan. Migrasi itu merupakanukuran dari arus migrasi antara dua daerah asal dan tujuan. 13. Arus Migrasi (Migration Stream)Yaitu jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi daridaerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu. 14. Urbanisasi (Urbanization)Yaitu bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam didaerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu. 15. Transmigrasi (Transmigration)Yaitu pemidahan dan kepindahan penduduk dari suatu daerahuntuk menetap ke daerah lain yang ditetapkan di dalam wilayahRepublik Indonesia guna kepentingan pembangunan Negara atau karena alasan yang dipandang perlu oleh Pemerintah. Mengingat bahwa skala penelitian itu bervariasi antara penelitiyang satu dengan peneliti yang lain, sulit bagi peneliti mobilitas pendudukuntuk menggunakan batas wilayah dan waktu yang baik (standart). Kalaudilihat dari ada atau tidaknya niatan untuk menetap di daerah tujuan,mobilitas penduduk dapat pula dibagi menjadi dua, yaitu mobilitaspenduduk permanen dan mobilitas
10
Universitas Sumatera Utara
penduduk non permanen. Jadi, migrasiadalah gerak penduduk yang melintasi batas wilayah menuju ke wilayahlain dengan ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Sebaliknyamobilitas penduduk non permanen ialah gerak penduduk dari satu wilayahke wilayah lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Apabila sudahbermaksud
seseorang tidak
menuju menetap
ke
daerah
lain
dan
di
daerah
tujuan,
sejak orang
semula tersebut
digolongkansebagai pelaku mobilitas non permanen walaupun bertempat tinggal didaerah tujuan dalam jangka waktu cukup lama (Steele, 1983 dalam vilantina,2008). Gerak penduduk non permanen (sirkulasi : circulation) ini dapatpula dibagi
menjadi
dua
yaitu
ulang
alik
(penglaju/commuting)
dan
dapatmenginap/mondok di daerah tujuan. Ulang alik adalah gerak penduduk dari daerah asal menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentukembali ke daerah asal pada hari itu juga. Pada umumnya penduduk yangmelakukan mobilitas ingin kembali ke daerah secepatnya sehingga kalaudibandingkan frekuensi penduduk yang melakukan mobilitas ulang alik,menginap/mondok, dan migrasi frekuensi mobilitas penduduk yang ulangalik terbesar disusul oleh menginap/mondok, dan migrasi. Secaraoperasional, macam-macam bentuk mobilitas penduduk tersebut diukurberdasarkan konsep ruang dan waktu. Misalnya, mobilitas ulang alik,konsep waktunya diukur dengan enam jam atau lebih meninggalkandaerah asal dan kembali pada hari yang sama, menginap/mondok diukurdari meninggalkan daerah asal lebih dari satu hari tetapi kurang dari enambulan,
11
Universitas Sumatera Utara
sedangkan mobilitas permanen diukur dari lamanya meninggalkandaerah asal enam bulan atau lebih kecuali orang yang sejak semula berniatmenetap di daerah tujuan, seperti seorang istri yang mengikuti suaminya. Sifat dan perilaku migran sirkuler di daerah tujuan yang bekerjatidak mengenal waktu karena mereka berusaha mempergunakan waktuuntuk bekerja sebanyak mungkin agar mendapatkan upah sebanyakmungkin untuk dikirim ke daerah asal. Di daerah tujuan mereka tidakdikenai kewajiban untuk kerja bakti, ronda malam dan bergotong royongmemperbaiki prasarana jalan atau saluran irigasi. Jadi, di daerah tujuanmereka mempunyai kesempatan berusaha keras untuk mendapatkan upahsebanyak-banyaknya. Pada umumnya, para migran sirkuler menuju ke kota terdorongoleh adanya tekanan kondisi ekonomi pedesaan, dimana semakin sulitmencukupi nafkah keluarga. Dorongan ekonomi tersebut ternyata terutamaditimbulkan oleh permasalahan
sempitnya
lahan
pertanian
di
desa
danhambatan
dalam
mengelolanya. Kondisi ekonomi penduduk pedesaanyang kembang kempis tersebut jelas perlu adanya perbaikan. Oleh karenaitu, pelaksanaan mobilitas dengan tujuan ekonomis sebagai salah satuupaya untuk mengubah kondisi ketertekanan ekonomi diatas. 2.2
Teori Migrasi Teori migrasi mula-mula diperkenalkan oleh Ravenstein dalamtahun 1985
dan kemudian digunakan sebagai dasar kajian bagi parapeneliti lainnya (Lee, 1966; Zelinsky, 1971 dalam Waridin, 2002). Parapeneliti tersebut mengatakan
12
Universitas Sumatera Utara
bahwa motif utama atau faktor primer yangmenyebabkan seseorang melakukan migrasi adalah karena alasanekonomi. Teori migrasi menurut Ravenstein (1985) mengungkapkan tentangperilaku mobilisasi penduduk (migrasi) yang disebut dengan hukum-hukummigrasi berkenaan sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: a. Para migran cenderung memilih tempat tinggal terdekat dengan daerahtujuan. b. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untukbermigrasi adalah sulitnya memperoleh pendapatan di daerah asal dankemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik di daerahtujuan. c. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah pindah kedaerah lain merupakan informasi yang sangat penting. d. Informasi yang negatif dari daerah tujuan mengurangi niat pendudukuntuk bermigrasi. e. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besartingkat mobilitas orang tersebut. f. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensimobilitas orang tersebut. g. Para migran cenderung memilih daerah dimana telah terdapat temanatau sanak saudara yang bertempat tinggal di daerah tujuan. h. Pola
migrasi
bagi
seseorang
maupun
sekelompok
penduduk
sulit
untukdiperkirakan. i. Penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyakmelakukan migrasi dibandingkan mereka yang berstatus menikah.
13
Universitas Sumatera Utara
j. Penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi biasanya lebihbanyak mobilitasnya dibandingkan yang berpendidikan rendah. Mantra, Kastro dan Keban (1999) dalam Waridin (2002)menyebutkan bahwa ada beberapa teori yang mengungkapkan mengapaseseorang melakukan mobilitas, diantaranya adalah teori kebutuhan danstres. Setiap individu mempunyai beberapa macam kebutuhan yang berupakebutuhan ekonomi, sosial, budaya dan psikologis. Semakin besarkebutuhan yang tidak terpenuhi, semakin besar stres yang dialamiseseorang. Apabila stres sudah berada di atas batas toleransi, makaseseorang akan berpindah ke tempat lain yang mempunyai nilaikefaedahan atau supaya kebutuhannya dapat terpenuhi. Perkembanganteori migrasi ini kemudian dikenal sebagai model ”stress treshold” ataumodel ”place utility”. Model semacam ini juga diterapkan oleh Keban(1994) dan Susilowati (1998) dalam Ara (2008). Tjiptoherijanto (1999) menyatakan bahwa dalam arti yang luasmigrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen atau semipermanen. Dalam pengertian yang demikian, tidak ada pembatasan baikpada jarak perpindahan maupun sifatnya, serta tidak adanya perbedaanantara migrasi dalam negeri dan luar negeri. Migrasi menyimpansejarahnya sendiri, yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari sejarahperkembangan ssegala macam faham atau ”isme” yang pernah berlaku,khususnya mengenai buruh yang diawali dengan perdagangan budakbeberapa abad silam sampai kepada mobilitas tenaga kerja di masakolonial. Sejarah kehidupan bangsa diwarnai dengan adanya migrasi, danoleh karena itu pula terjadi proses pencampuran darah dan kehidupankebudayaan.
14
Universitas Sumatera Utara
Everett S. Lee (1976) mengungkapkan bahwa volume migrasi disatu wilayah berkembang sesuai dengan keanekaragaman daerah-daerah didalam wilayah tersebut. Bila melukiskan di daerah asal dan daerah tujuanada faktorfaktor positif, negatif dan adapula faktor-faktor netral. Faktorpositif adalah faktor yang memberi nilai yang menguntungkan kalaubertempat tinggal di daerah tersebut, misalnya di daerah tersebut terdapatsekolah, kesempatan kerja, dan iklim yang baik. Sedangkan faktor negative adalah faktor yang memberi nilai negatif pada daerah yang bersangkutansehingga seseorang ingin pindah dari tempat tersebut. Perbedaan nilaikumulatif antara kedua tempat cenderung menimbulkan arus imigrasipenduduk. Todaro
(1969)
dalam
Puspitasari
mengatakan,
seseorang
akan
memutuskan untuk bermigrasi atau tidak tergantung dari present value dari pendapatan yang dapat diperoleh dari migrasi itu positif atau negatif. Dan menurut dia pula bahwa orang tersebut ingin bermigrasi perlu dilihat secara spesifik menurut karakteristik dari calon migran (seperti : pengetahuan dan keterampilan, umur, jenis kelamin, pemilikan modal, dan lain-lain yang relevan) karena tingkat pendapatan dan probabilita akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik tersebut. Todaro mengsumsikan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang dominan sebagai pendorong orang untuk migrasi. Pernyataan ini juga didukung oleh Revenstein (1889) menatakan dalam salah satu hukum migrasinya, bahwa motif ekonomi merupakan pendorong utama seseorang melakukan migrasi. Pendapat Todaro (1969) dalam Puspitasari bahwa faktor ekonomi merupakan motif yang paling sering dijadikan sebagai alasan utama untuk
15
Universitas Sumatera Utara
bermigrasi. Sehingga daerah yang kaya sumber alam tentunya akan lebih mudah menciptakan pertumbuhan ekonominya, meskipun mungkin kurang stabil. Daerah yang kaya sumber daya manusia akan menjadi lokasi yang menarik bagi manufaktur atau jasa, terutama yang menggunakan teknologi tinggi. Seperti lazimnya dalam ilmu ekonomi regional, tenaga kerja akan cenderung melakukan migrasi dari daerah dengan kesempatan kerja kecil dan upah rendah ke daerah dengan kesempatan kerja besar dan upah tinggi. Menurut Mantra (2000) dalam Puspitasari Teori Migrasi Todaro ini bertolak dari asumsibahwa migrasi dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu fenomenaekonomi. Keputusan seorang individu untuk melakukan migrasi ke kotamerupakan keputusan yang telah dirumuskan secara rasional. Teori Todaromendasarkan diri pada pemikiran bahwa arus migrasi itu berlangsung sebagaitanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara desa dengan kota.Namun, pendapatan yang dipersoalkan disini bukan pendapatan yang aktual,melainkan pendapatan yang diharapkan (expected income). Para migran senantiasa
mempertimbangkan
dan
membanding-bandingkan
pasar-pasar
tenagakerja yang tersedia bagi mereka di sektor pedesaan dan perkotaan, salah satu diantaranya yang sekiranya akan dapat memaksimalkankeuntungan yang diharapkan diukur berdasarkan besar kecilnya angka selisihantara pendapatan riil dari pekerjaan di kota dan dari pekerjaan di desa. Angkaselisih tersebut juga senantiasa
diperhitungkan
terhadap
besar
kecilnya
peluangmigran
yang
bersangkutan untuk mendapatkan pekerjaan di kota. Adapun Model migrasi Todaro memiliki empat pemikiran dasar sebagaiberikut :
16
Universitas Sumatera Utara
1. Migrasi desa-kota dirangsang, terutama sekali oleh berbagai pertimbangan ekonomi yang rasional dan langsung yang berkaitan dengan keuntungan ataumanfaat dan biaya-biaya relatif migrasi itu sendiri (sebagian besar terwujuddalam bentuk-bentuk atau ukuran lain, misalnya saja kepuasan psikologi). 2. Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara tingkat pendapatanyang diharapkan di kota dan tingkat pendapatan aktual di pedesaan(pendapatan yang diharapkan adalah sejumlah pendapatan yang secararasional bisa diharapkan akan tercapai di masa-masa mendatang). Besarkecilnya selisih besaran upah aktual di kota dan di desa, serta besar ataukecilnya
kemungkinan
mendapatkan
pekerjaan
di
perkotaan
yangmenawarkan tingkat pendapatan sesuai yang diharapkan. 3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan berbanding terbalik dengantingkat pengangguran di kota. 4. Migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun pengangguran diperkotaan sudah cukup tinggi. Kenyataan ini memiliki landasan , yakni para migran pergi ke kota untuk meraih tingkat upah yanglebih tinggi yang nyata (memang tersedia). Dengan demikian, lonjakanpengangguran di perkotaan merupakan akibat yang tidak terhindarkan dariadanya ketidakseimbangan kesempatan ekonomi yang sangat parah antaradaerah perkotaan dan daerah pedesaan (antara lain berupa kesenjangantingkat upah tadi), dan ketimpanganketimpangan seperti itu amat mudahditemui di kebanyakan negara-negara di dunia ketiga.
17
Universitas Sumatera Utara
2.3
Faktor-faktor yang Menyebabkan Keputusan Migrasi Sirkuler Ida Bagus Mantra (1985) dalam Abidin menyebut bahwa terdapat
beberapa kekuatanyang menyebabkan orang-orang terikat pada daerah asal, dan ada kekuatan yangmendorong orang-orang untuk meninggalkan daerah asal. Kekuatan yangmengikat orang-orang untuk tinggal di daerah asal disebut dengan kekuatansentripetal, keluarga, lingkungan yang kekeluargaan dan kepemilikan lahanmerupakan contoh dari kekuatan sentripetal tersebut. Sebaliknya kekuatan yangmendorong
seseorang
dengankekuatan
sentrifugal,
untuk
meninggalkan
semakin
sempitnya
daerah lahan
asalnya
disebut
pertanian
dan
rendahnyapendapatan bisa dijadikan contoh kekuatan sentrifugal. Kedua kekuatan ini salingbertentangan, dan diatasi dengan dipilihnya pergerakan non-permanen yaitumigrasi sirkuler. Adapun
salah
satu
pendorong tenaga kerja melakukan
migrasi
komutasi(commuting) adalah pendapatan menurut Payaman J. Simanjuntak (2001), pencarikerja selalu berusaha mencari pekerjaan dengan pendapatan yang lebih baik.(Payaman J. Simanjuntak, 2001) juga mengemukakan bahwa keluarga sebagaisatu
unit
pengambil
keputusan
kerja
dan
menyusun
strategi
untukmemaksimumkan tingkat kepuasan keluarga secara keseluruhan. Konsep teori pilihan sebagaimana dikemukakan oleh Becker (1968) dalam (Waridin 2002) yang dikutip Didit (2004) juga bisa digunakan untuk mengetahuimotivasi seseorang dalam memutuskan untuk bermigrasi sirkuler. Dalammenentukan suatu pilihan seorang individu akan memilih satu diantara beberapaalternatif yang tersedia yang sekiranya dapat memberikan manfaat yang
18
Universitas Sumatera Utara
palingmaksimum. Lebih lanjut diungkapkan bahwa niat bermigrasi dipengaruhi: faktorsosial ekonomi, yaitu variabel umur, status perkawinan, status pekerjaan di daerah asal, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga di daerah asal, pendapatandan faktor struktural, yang meliputi variabel ketersediaan lapangan pekerjaan didaerah asal dan pengalaman kerja di daerah tujuan. 2.4
Tenaga Kerja Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagaan kerja, yang
dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik (BPS)dan sesuai yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO) adalah penduduk berusia 15 tahun keatas yang dikelompokkan dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Mulyadi (2003) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. 2.4.1
Pekerja Sektor Formal Sektor formal merupakan bagian dari kegiatan perekonomian yang
aktivitasnya terorganisir. Karakter pokok sektor formal adalah sebagai berikut: kegiatan usahanya terorganisir secara baik karena usahanya mempergunakan fasilitas/kelengkapan yang tersedia disektor formal , umumnya mempunyai izin
19
Universitas Sumatera Utara
usaha, pola usahanya teratur baik lokasi maupun jam kerja , mendapat kebijakan dari
pemerintah,skala
operasinya
besar
karena
modal
usahanya
juga
besar,memerlukan pendidikan formal tidak hanya berdasarkan pengalaman sambil bekerja. (Riardy, 2013) Pekerja sektor formal atau disebut pekerja manajerial (white collar) terdiri dari tenaga professional, teknisi dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata usaha dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa. Untuk bekerja pada sektor formal biasanya membutuhkan tingkat pendidikan yang memadai dan dikenai pajak. 2.5
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai mobilitas penduduk migran masuk
sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut tentu saja sangat membantu penulis dalam mengamati dan memperdalam pemahaman penulis dalam melakukan penelitian ini. Berikut adalah beberapa penelitian terahulu yang sudah dilakukan 1. Penelitian dari Eka Mutiara Cipta Riardy (2013), dengan judul “Pengaruh Upah dan Kesempatan Kerja Formal Terhadap Migrasi Masuk di kota Pekan Baru. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian yang diperoleh variabel upah terbukti berpengaruh terhadap minat migrasi masuk dikota Pekanbaru. Berdasarkan hasil penelitianjika upah meningkat akan menyebabkan migrasi masuk naik dan sebaliknya menurunnya upah akan menyebabkan menurunnya migrasi masuk. Sedangkan variabel kesempatan kerja terbukti tidak berpengaruh terhadap minat migrasi,
20
Universitas Sumatera Utara
jika kesempatan kerja disektor formal naikmaka akan menyebabkan jumlah migrasi masuk turun. 2. Penelitian dariElvina Reviani (2006), dengan judul “Faktor Penyebab dan Dampak Migrasi Sirkuler di Daerah Asal ( studi kasus : Desa Pamijahan, Kab Bogor, Jawa Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penduduk melakukan migrasi sirkuler yaitu pendapatan, kepemilikan lahan pertanian, kesempatan kerja, informasi, dan kepemilikan
fasilitas
pribadi.
Sedangkan
faktor
pendidikan
tidak
mempengaruhi migrasi sirkuler. 3. Penelitian dari Hasyasya (2012) “analisis faktor – faktor yang Mempengaruhi keputusan Tenaga kerja menjadi Commuter dan tidak menjadi Commuter ke kota Semarang (kasus kabupaten kendal)”. Hasil dari analisis model binary logistic regression dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dua variabel dari empat variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan commuter. Variabel yang berpengaruh siginifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan commuter adalah variabel umur dan variabel upah, sedangkan variabel yang yang tidak berpengaruh siginifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan commuter adalah status pernikahan dan tingkat pendidikan. 2.6
Kerangka Konseptual Penelitian ini berupaya untuk menyimpulkan pola migrasi dari pekerja
sector formal yang melakukan migrasi sirkuler, dalam arti pergi di pagi haridan pulang di hari yang sama. Berawal dari terjadinya distribusi pendapatan yangtidak
21
Universitas Sumatera Utara
merata
antar
daerah
akan
menyebabkan
kemakmuran
penduduk
antar
daerahtersebut tidak merata juga. Sehingga tenaga kerja akan memutuskan untukmelakukan migrasi, baik itu yang bersifat permanen maupun yang bersifat nonpermanen. Dalam hal ini, tenaga kerja cenderung melakukan migrasi yang bersifatnon permanen khususnya migrasi sirkuler (commutting)karena faktor keluargadan lingkungan daerah asal. Adapun salah satu pendorong melakukan migrasi sirkuler tersebut dilihat dari segi sosial adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan status pernikahan. Sedangkan dari segi ekonomi adalah pendapatan, kepemiikan lahan, jenis pekerjaan, dan moda transportasi. Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas serta melihat padapenelitianpenelitian terdahulu. Maka, dalam penelitian ini terdapatvariabelbebas dari segi sosial adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan status pernikahan. Sedangkan dari segi ekonomi adalah pendapatan, kepemiikan lahan, jenis pekerjaan, dan moda transportasi.yang mempengaruhi keputusan seseorang dalammelakukan migrasi sirkuler. Dengan penelitian terhadap variabel tersebut diharapkan dapat diketahui alasan-alasan pekerja sector formal menjadimigrasi sirkuler Sehingga pada akhirnya,dengan diketahuinya faktorfaktor yang menyebabkan pekerja sektor formal di Kota Medan melakukan migrasi sirkuler ini dapat diwujudkanpendistribusian pendapatan yang merata di daerah tersebut dengan pembangunanekonomi yang merata pula. Untuk melihat Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen ini, saya menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang.
22
Universitas Sumatera Utara
Adapun
skema
kerangka
konseptual
yang
dikemukakan
dalam
menyusunskripsi ini sebagai berikut :
Keadaan Sosial Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keadaan Ekonomi Responden
Umur Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Jumlah Tanggungan Status Pernikahan Fasilitas Sosial
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pendapatan Kepemilikan Lahan Jenis Pekerjaan ModaTransportasi Fasilitas Umum Jarak Lapangan Pekerjaan
Keputusan Responden untuk melakukan Migrasi Sirkuler
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
23
Universitas Sumatera Utara