Hubungan Kegiatan Posyandu Dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita Cipta Aji Atmojo (08130014) Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Kegiatan posyandu yang dilakukan ibu-ibu pada usia produktif memberikan bekal dan pengetahuan terhadap cara-cara memberikan pelayanan kesehatan dalam keluarga. Di sisi lain, tingkat fertilitas sangat diharapkan oleh ibu-ibu yang berusia produktif, sedang tingkat mortalitas adalah sesuatu yang dihindarkan. Permasalahan yang diajukan adalah: (1) seberapa besar kegiatan posyandu yang dilakukan oleh ibu-ibu ? (2) seberapa besar tingkat fertilitas dan penghindaran mortalitas pada balita ?, dan (3) adakah hubungan antara kegiatan posyandu dengan tingkat fertilitas dan mortalitas di Desa Kebagusan ? Dengan demikian tujuan penelitian adalah : (1) untuk mengetahui kegiatan posyandu yang dilakukan oleh ibu-ibu, (2) untuk mengetahui tingkat fertilitas dan penghindaran mortalitas pada balita, dan (3) untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara kegiatan posyandu dengan tingkat fertilitas dan mortalitas di Desa Kebagusan. Untuk keperluan tersebut penelitian dilakukan kepada seluruh ibu-ibu yang berusia produktif di Desa Kebagusan dengan populasi 56. Penelitian dilakukan secara total sampel, dengan demikian 56 ibu-ibu sebagai sampel dan responden. Teknik pengumpulan data, yang digunakan adalah dokumentasi dan angket. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data seperti jumlah warga setiap RW, jumlah ibu-ibu yang berusia produktif, jumlah masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan, mata pencaharian dan data lain seperti terdapat dalam monografi kelurahan. Adapun angket digunakan untuk mengungkap kegiatan posyandu serta tingkat fertilitas dan mortalitas balita di Desa Kebagusan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu analisis deskriptif dan analisis korelasi product moment. Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan; (1) sebagian responden berumur antara 20-30 tahun yaitu sebanyak 83,9%, (2), kegiatan posyandu memiliki hubungan dengan tingkat fertilitas pada balita di Desa Kebagusan sebesar 0,038. Hasil hitung tersebut lebih kecil dari angka tabel r sebesar 0,05, sehingga hipotesis kerja "Kegiatan posyandu memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan tingkat fertilitas alitas balita di Desa Kebagusan, Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang (3) kegiatan posyandu tidak ada hubungan dengan tingkat mortalitas pada balita di Desa Kebagusan.. Hasil hitung tersebut sebesar 0,302, lebih besar dari angka tabel r sebesar 0,05, sehingga hipotesis kerja "Kegiatan posyandu tidak memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan tingkat mortalitas alitas balita di Desa Kebagusan, Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang (4) karena hasil hitung bersifat positif, semakin baik (serius) kegiatan posyandu yang dilakukan oleh ibu-ibu yang berusia produktif maka akan semakin baik pula tingkat fertilitas pada balita di Desa Kebagusan. Sarannya adalah; (1) bagi pemerintah, ibu-ibu telah menunjukkan keseriusannya dalam mengikuti kegiatan posyandu, namun pemerintah belum memberikan fasilitas yang memadai. Salah satunya adalah petugas belum ditangani oleh ahli medis, namun masih ditangani oleh personil yang ditunjuk oleh kelurahan, (2) bagi masyarakat, bagi ibu-ibu, ternyata ilmu yang diperoleh dari kegiatan posyandu sangat banyak dan sangat bermanfaat. Salah satunya adalah cara-cara penanganan hidup sehat, terutama di lingkungan keluarga. Kata Kunci : Posyandu, balita, mortalitas dan fertilitas PENDAHULUAN Laju pertumbuhan, kepadatan penduduk dan struktur penduduk merupakan faktor yang akan menentukan baik cara-cara pendekatan yang harus ditempuh maupun keberhasilan yang dapat dicapai dalam pembangunan selama kurun waktu tertentu, (Pardoko, 1997 : 25). Pardoko mengatakan : “Laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan masalah yang ada di satu pihak ikut menentukan perkembangan pola penyakit dan penyebarannya, dan di lain pihak ikut menentukan pola JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
45
pelayanan kesehatan.” Di samping itu struktur penduduk yang sebagian besar masih terpusatkan pada kelompok usia muda (dibawah umur 15 tahun) menyebabkan masalah-masalah kesehatan masih terpusatkan pada kelompok usia masih muda, terutama umur di bawah 5 tahun. Perkembangan tanpa disertai control untuk mengurus jumlah penduduk yang diinginkan, hanya akan menimbulkan problema sosial dan ekonomi dengan segala akibatnya. Pertambahan penduduk yang besar dari tahun ke tahun memerlukan tambahan investasi dan sarana di bidang pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya. Hal ini merupakann masalah yang rumit bagi pemerintah yang dalam usaha untuk membangun dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pada akhir tahun 2002 penduduk Indonesia berjumlah 175,6 juta. Jumlah tersebut naik menjadi 192,9 juta pada tahun 2006 (Dinas Statistik Pemkab 2006). Dengan demikian selama kurun masa itu adalah jumlah penduduk yang besar yaitu 9,9 % jumlah penduduk pada tahun 2012 sekitar 245 juta jiwa. Hal ini berarti rata-rata pertambahan penduduk sebesar itu merupakan hasil akhir dari dua komponen penting kependudukan yaitu tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Penduduk Desa pada tahun 2004 berjumlah 4.579 jiwa. Pada tahun 2005 naik menjadi 4.629 jiwa. Dengan demikian selama satu tahun jumlah penduduk didesa ini bertambah 50 jiwa, sedang tingkat kelahiran kasar di Desa Kebagusan pada tahun 2011 sejumlah 81 dan turun menjadi 75 pada tahun 2012. Hal ini merupakan salah satu hasil dari keberadaan program posyandu di desa tersebut. Tingkat kelahiran mempengaruhi strutur umur penduduk, karena semakin tinggi tingkat kelahiran semakin besar jumlah penduduk yang dilahirkan setiap tahunnya. Dalam kurun waktu tertentu akan menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk usia muda. Selanjutnya akan menimbulkan berbagai masalah sosial. Ekonomi, dan kependudukan. Hal ini membawa akibat yang lebih besar dan akan menyediakan sarana pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, papan, dan kesempatan kerja. Sementara itu jumlah penduduk usia di bawah 5 tahun menyebabkan tingginya kebutuhan akan pelayanan kesehatan, pendidikan, perbaikan gizi, dan kebutuhan hidup lainnya. Tingkat kelahiran kasar pada tahun 1998 sebesar 28,7 per 1.000 penduduk dirasa terlalu tinggi, sehingga laju pertumbuhan penduduk juga masih tinggi. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara Dinyatakan : “Pengendalian pertumbuhan penduduk dilakukan melalui upaya penurunan tingkat kematian, khususnya tingkat kematian bagi dan anak (GBHN, 2004 : 17). Tingkat kematian kasar Desa Kebagusan pada tahun 2005 17 jiwa, pada tahun 2006 naik menjadi 38 jiwa. Sedangkan tingkat kematian bayi (Infan Mortality Rate = IMR) pada tahun 2011 sebesar 35 jiwa dan pada tahun 2012 IMR turun menjadi 30 jiwa. Resiko kematian bayi dan anak relatif sangat tinggi, seperti halnya mereka berusia lanjut. Namun demikian kalau orang yang berusia lanjut lebih banyak bertanggung jawab terhadap kematiannya sendiri, di lain pihak kelangsungan hidup bayi dan anak justru tergantung pada perawatan yang diberikan orang dewasa. Oleh sebab itu tingkat kematian bayi dan anak sering kali dianggap sebagai indikator derajat kesehatan, maka masih tingginya tingkat kematian bayi menurut JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
46
daerah merupakan keadaan yang perlu mendapatkan perhatian dalam penyusunan perencanaan untuk tercapainya derajat kesehatan yang optimal. Kekurangan gizi salah satu akibat dari aspek kemiskinan yang disebabkan kurangnya pendapatan untuk memenuhi gizi minimal. Namun perlu disadari bahwa masih ada kelompok masyarakat yang tingkat pendapatannya rendah, masih harus hidup di lingkungan pemukiman yang rawan terhadap gangguan kesehatan, juga derajat gizinya masih rendah, untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), sehingga mereka dapat membangun dan menolong dirinya sendiri. Posyandu sebagai salah satu sub sistem yang menyangkut peningkatan kualitas sumber saya manusia sejak dini, dan pelaksanaannya berdasarkan kemampuan masyarakat setempat, selanjutnya kegiatan Posyandu dikelola oleh masyarakat dengan dukungan dari petugas Puskesmas. Upaya kesehatan program Keluarga Berencana (KB) Nasional sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas dan kompleks. Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan pokok, yaitu peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan dapat mengatasi sendiri untuk mengatasi kesehatan sederhana, peningkatan lingkungan, peningkatan status gizi serta pengembangan keluarga sehat sejahtera, pengurangan “kesakitan” dan kematian dengan makin diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Sedangkan program KB Nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan NKKBS. Tujuan ini jika dirinci selain terkendaliannya tingkat kelahiran dan peningkatan pertumbuhan penduduk juga ditujukan berkembengannya usaha dalam membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak dibawah lima tahun dan kematian ibu hamil serta karena persalinan. Dengan tujuan dan sasaran yang sejalan tersebut, maka dalam tahun 2005 telah dicanangkann pendekatan strategi keterpaduan KB-Kesehatan yang dikembangkan dalam suatu bentuk pelayanan terpadu dengan menekan pada lima program yaitu : (1) Keluarga Berencana, (2) Kesejahteraan ibu dan anak, (3) perbaikan gizi, (4) imunisasi, dan (5) penanggulangan diare. (Mulyono, 2006 : 47). Posyandu dewasa ini sudah merupakan kegiatan masyarakat dan hampir dijumpai diseluruh desa semua provinsi di Indonesia. Dari uraian diatas muncul suatu pertanyaan, apakah kegiatan Posyandu memiliki hubungan dengan tingkat fertilitas dan mortalitas ?. Hal inilah yang mendorong peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan memilih judul : “Hubungan Kegiatan Posyandu dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita di Desa Kebagusan Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang”.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Posyandu Posyandu adalah merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis diantara program KB Kesehatan dan berbagi program pembangunan lain yang terkait dengan kegiatan masyarakat. Dalam menunjang keberhasilan perlu diusahakan agar kegiatan tersebut merupakan JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
47
kegiatan oleh, dari dan untuk masyarakat sendiri. Atau dengan pengertian lain kegiatan tersebut dilaksanakan atas dasar kemampuan dan swadaya masyarakat dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesejahteraan keluarga, khususnya kesejahteraan ibu dan anak, dalam rangka menurunkan tingkat kelahiran, kesakitan dan kematian. Pengertian Fertilitas Pengertian fertilitas adalah taraf kelahiran yang sesungguhnya berdasarkan jumlah kelahiran yang telah terjadi (lahir hidup). Pengertian ini agar dibedakan dengan kesuburan (fecundity) yang menyatakan kemampuan secara fisiologis untuk melahirkan. Jadi kesuburan menyatakan potensi, amat sulit ditentukan, sedangkan fertilitas mengenai kelahiran sesungguhnya seperti yang diukur dari statistik kelahiran. Kelahiran hanya mencakup kelahiran hidup, jadi bayi yang dilahirkan menunjukkan tanda-tanda hidup kendatipun hanya sebentar dan terlepas dari lamanya bayi di dalam kandungan. Mengukur tingkat kelahiran mempunyai kesulitan tersendiri karena tidak semua penduduk dapat malahirkan dan diantara yang dapat melahirkan pun tidak semua ingin atau rela melahirkan. Pengertian Mortalitas Pengertian mortalitas atau kematian yaitu merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, terutama yang berkecimpung dalam ekonomi dan kesehatan. Data kematian sangat penting digunakan antara lain untuk proyeksi penduduk guna perencanaan pembangunan. Misalnya perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, dan jasajasa lainnya untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program-program kebijakan penduduk.
METODE PENELITIAN Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang berusaha mencari hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menitikberatkan pada perhitungan yang berwujud angka-angka atau perhitungan statistik. Kondisi ini sesuai variabel yang teliti, yakni kegiatan posyandu serta tingkat fertilitas dan mortalitas balita. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksudkan untuk diselidiki untuk dijadikan penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan, populasi adalah keseluruhan penduduk yang menjadi subyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah ibu-ibu yang berusia produktif dan ibu-ibu Sampel adalah bagian atau wakil dari populasi untuk dijadikan sebagai obyek penelitian. Tidak harus seorang peneliti melakukan penelitian dengan seluruh obyek untuk diteliti, tetapi boleh meneliti JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
48
sebagian dari populasi yang berarti penelitian secara sampel. Hal ini seperti yang dikemukakan yakni; untuk sekedar ancer-ancer, maka bila subyeknya kurang dari 100 lebih baik subyek diambil seluruhnya untuk diselidiki sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan bila subyeknya besar (lebih dari 100), bisa diambil 5 – 10 %, 15 – 20% atau tergantung kebutuhan. Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik secara bertahap, yakni : a. Cluster sampling Cluster sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan karakteristik atau ciri populasi yang terbagi dalam kelompok-kelompok atau cluster. Teknik ini digunakan sebab populasi memiliki karakter yang berbeda, baik dari wilayah maupun karakter lain,yakni terbagi menjadi beberapa kelompok atau Rukun Warga (RW). b. Random Sampling Random sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan memberikan peluang yang kepada setiap individu untuk dijadikan subyek. Penggunaan random sampling ini dengan pertimbangan tidak memberikan keistimewaan anggota kelompok tertentu, sehingga setiap ibu-ibu memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sebagai sampel. Variabel Penelitan Variabel adalah gejala yang bervariasi dalam suatu obyek penelitian, baik dipandang dari segi jenis maupun bentuknya. Dalam penelitian ini variabel ada dua, yaitu : 1. Variabel bebas (X) Variabel bebas adalah unsur yang mempengaruhi munculnya unsur yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kegiatan Posyandu yang diberi simbol huruf X. 2. Variabel terikat (Y) Variabel terikat adalah unsur yang munculnya dipengaruhi oleh adanya unsur yang lain. Adapun yang menjadi variabel terikat adalah tingkat fertilitas dan mortalitas yang diberi simbol Y. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu dokumentasi dan angket.
HASIL PENELITIAN Analisa Distributif a. Umur Responden Dari hasil pendataan melalui kuesioner diperoleh data bahwa dari 56 orang responden yang diteliti berumur antara 22 sampai 37 tahun.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
49
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Responden No 1 2
Umur 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun Jumlah
n 47 9 56
% 83,9 16,9 100
SD 3,63
b. Pendidikan Responden Sebagian besar Responden benpendidikan SMP ( 53,6%) dan sisanya berpendidikan SLTA dan SD. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden No 1 2 3
Pendidikan SD SMP SLTA Jumlah
N 10 30 16 56
% 17,9 53,6 28,6 100
SD 0,67
c. Pekerjaan Respoden Sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta dan tidak bekerja yaitu masingmasing sebanyak 30,4%. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden No 1 2 2 4 5
Pekerjaan Tidak bekerja PNS Swasta Wiraswasta Buruh / tani Jumlah
N 17 5 15 17 2 56
% 30,4 8,9 26,8 30,4 3,6 100
SD 1,29
d. Kegiatan Posyandu Dari hasil jawaban responden sebanyak 56 orang ternyata yang menjawab Posyandu cukup bermanfaat sebanyak 39,3%. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Manfaat Kegiatan Posyandu No 1 2 3
Manfaat Posyandu Kurang Cukup Baik Jumlah
N 14 22 20 56
% 25,0 39,3 35,7 100
SD 0,78
e. Tingkat Fertilitas Dari jawaban responden sebanyak 56 orang ternyata yang menjawab bahwa tingkat fertilitas cukup sebanyak 42,9%.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
50
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tingkat Fertilitas No 1 2 3
Tingkat Fertilitas Kurang Cukup Baik Jumlah
N 10 24 22 56
% 17,9 42,9 39,3 100
SD 0,73
f. Tingkat Mortalitas Dari Jawaban responden sebanyak 56 orang yang menjawab bahwa tingkat mortalitas di wilyah responden cukup sebanyak 42,9%. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Mortalitas No 1 2 3
Tingkat Mortalitas Kurang Cukup Baik Jumlah
N 14 24 18 56
% 25,0 42,9 32,1 100
SD 0,76
Analisa Analitik a. Hubungan antara Manfaat Posyandu dengan Tingkat Fertilitas Dari hasil uji statistik dengan menggunakan metode Korelasi Pearson didapat nilai p = 0,038 <α= 0,05, artinya ada hubungan bermakna antara Manfaat Posyandu dengan tingkat Fertilitas. b. Hubungan antara Manfaat Posyandu dengan Tingkat Mortalitas Dari hasil uji statistic dengan menggunakan metode Korelasi Pearson diperoleh nila p = 0,302 >α = 0,05, artinya tidak ada hubungan antara Manfaat Posyandu dengan Tingkat Mortalitas. Pembahasan 1. Umur responden Sebagian besar umur responden berkisar antara 20 – 30 tahun, artinya bahwa ibu rumah tangga di wilayah Posyandu tersebut adalah ibu-ibu muda yang masih produktif. Kondisi ini memungkinkan adanya kenaikan tingkat kelahiran / fertilitas jika program KB tidak jalan. Dari hasil pertanyaan kuesioner pada item pertanyaan keikutsertaan KB ternyata hamper semua responden menjawab ikut KB. 2. Pendidikan Responden Sebagian besar responden berpendidikan SMP, artinya bahwa tingkat pengetahuan responden cukup baik sehingga akan mudah untuk menerima transfer pengetahuan melalui penyuluhan di Posyandu. 3. Pekerjaan Responden. Sebagian besar responden tidak bekerja / hanya sebagai ibu rumah tangga, artinya bahwa ibu mempunyai cukup banyak waktu untuk membawa anaknya ke Posyandu.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
51
4. Hubungan antara Manfaat Posyandu dengan Tingkat Fertilitas Dari hasil analisa statistik diperoleh nilai p = 0,035 < α = -0,05, artinya ada hubungan bermakna antara manfaat Posyandu dengan tingkat Fertilitas. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar responden berpendidikan cukup dan hampir seluruh responden mengikuti program KB. Disamping itu tingkat partisipasi ibu-ibu terhadap Posyandu rata-rata per bulan mencapai 80%. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Kasto (2006 : 75) yang mengatakan bahwa Posyandu adalah merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis diantara program KB Kesehatan dan berbagai program pembangunan lain yang terkait dengan kegiatan masyarakat. Pernyataan senada disampaikan oleh Pardoko (1997 : 25) yang mengatakan bahwa Laju pertumbuhan, kepadatan penduduk dan struktur penduduk meripakan factor yang akan menentukan baik cara-cara pendekatan yang harus ditempuh maupun keberhasilan yang dapat dicapai dalam pembangunan selama kurun waktu tertentu. Pernyataan serupa disampaikan oleh Peter Hagul (1995 : 5) yang menyatakan bahwa Peningkatan penduduk justru dapat merupakan bencana, dapat menimbulkan gangguan terhadap program pembangunan yang sedang dilaksanakan bersama serta dapat menimbulkan kesulitan bagi generasi yang akan datang. Apabila kita ingin mengetahui besarnya pengaruh kegiatan posyandu terhadap tingkat fertilitas, dengan koefisien korelasi 0,035 juga dapat diperhitungkan. Hal ini dapat diketahui dengan mengkuadratkan koefisien korelasi dikalikan 100%, atau r2 x 100%, yaitu = (0,035)2 x 100% = 0,07%. Artinya besarnya sumbangan kegiatan posyandu terhadap tingkat mortalitas dengan menghitung dengan koefisien korelasi sebesar 0,07%. 5. Hubungan antara Manfaat Posyandu dengan Tingkat Mortalitas Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,302 > α = 0,05, artinya tidak ada hubungan antara manfaat Posyandu dengan Tingkat Mortalitas. Kondisi ini dimungkinkan karena dari hasil jawaban responden pada item pernah punya anak balita yang meninggal ternyata sebagian besar menjawab ya. Disamping itu ternyata tingkat kematian balita di Desa Kebagusan cukup tinggi dibanding dengan desa lain di Kabupaten Pemalang. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Sembiring (2005 : 29) yang menyatakan bahwa tingkat kematian suatu penduduk seperti fluktuasi tahunan atau pola perubahan penduduk tertentu. Apabila kita ingin mengetahui besarnya pengaruh kegiatan posyandu terhadap tingkat mortalitas, dengan koefisien korelasi 0,302 juga dapat diperhitungkan. Hal ini dapat diketahui dengan mengkuadratkan koefisien korelasi dikalikan 100%, atau r2 x 100%, yaitu = (0,302)2 x 100% = 0,091%. Artinya besarnya sumbangan kegiatan posyandu terhadap tingkat mortalitas dengan menghitung dengan koefisien korelasi sebesar 0,091%.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
52
KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian responden berumur antara 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 83,9%. 2. Sebagian besar responden mempunyai pendidikan SMP yaitu 53,6%. 3. Kebanyakan responden tidak bekerja dan Wiraswasta yaitu masing-masing 30,4%. 4. Ada hubungan antara Kegiatan Posyandu dengan Tingkat Fertilitas dengan nilai p = 0,038.<α = 0,05 5. Tidak ada hubungan antara Kegiatan Posyandu dengan Tingkat Mortalitas dengan nilai p = 0,302 > α = 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Ace Suryadi, 2006, Manajemen Pendidikan Nasional dalam Kerangka Kemandirian Bangsa, Jakarta : Depdiknas. BPS Kabupaten Pemalang. 2009. Statistik Gender dan Analisis Kabupaten Pemalang. Pemalang : BPS Kabupaten Pemalang. Budi Utomo, 1985. Mortalitas:pengertian dan Contoh kasus di Indonesia. Proyek Penelitian Morbiditas dan Mortalitas Universitas Indonesia, Jakarta, 1985 Dahlan, MS. 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : CV. Sagung Seto. Departemen Kesehatan RI, 2004. Kajian Kematian Ibu dan Anak di Indonesia. Depkes, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2004. Departemen Dalam Negeri: Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 10 Tahun 1990. Tentang Peningkatan Pembinaan mutu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Jakarta, 1990. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Bakti Husada Eacang, I, Ilmu kesehatan Masyarakat, Bandung, Penerbit Alumni,1986. , 2007, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. ___________. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Sudjana, 2006, Metoda Statistika, Bandung : Tarsito. Sutrisno Hadi, 2006, Metodologi Research, Yogyakarta : Andi Offset. Suharsimi Arikunto. 1998. Evaluasi Analisa Dasar. Jakarta : Erlangga. http://sp2010.bps.go.id/index.php http://world.bymap.org/InfantMortality.html (Terjemahan) http://wikipedia.co.id/Demografi-indonesia JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
53