3 METODOLOGI 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011
di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Selanjutnya pembuatan lines plan, general arrangement (GA),
gambar
konstruksi, dan analisis data dilakukan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Gambar 9 Peta lokasi penelitian.
3.2
Peralatan Penelitian Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian adalah:
1)
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran kapal di lapangan adalah: (1)
Alat ukur panjang (meteran dan penggaris);
(2)
Pendulum dan tali kasur;
(3)
Alat tulis;
(4)
Paku payung;
(5)
Kamera;
(6)
Kayu kaso; dan
(7)
Spidol.
17
2)
Software yang digunakan terdiri dari software untuk menggambar dan mengolah data meliputi:
3.3
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode studi kasus
dengan analisis deskriptif numerik. Metode dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dan fakta kapal penangkap cumi-cumi yang ada di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Data yang dikumpulkan meliputi: 1)
Tipe dan Ukuran kapal; (1)
Nama kapal dan daerah pembuatan;
(2)
Dimensi utama (LOA, LWL, B dan D);
(3)
Material kapal; dan
(4)
Peralatan lain yang termasuk perlengkapan kapal.
2)
Tenaga penggerak;
3)
data naval architect meliputi: draft, displacement, KB, KM, block coefficient (Cb), prismatic coefficient (CVP), Midship coefficient (CØ), waterplane coefficient (Cw);
4)
Ukuran-ukuran balok konstruksi; dan
5)
Gambar desain dan konstruksi.
18
3.3.1 Metode pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh meliputi: 1) Data pengukuran dimensi kapal Langkah-langkah dalam pengukuran dimensi kapal untuk mendapatkan data sheet pengukuran adalah sebagai berikut: (1) Pengaturan posisi kedudukan kapal hingga tepat pada posisi datar (rata air) dengan menggunakan waterpass yang diletakkan pada bagian lunas dan lebar badan kapal; (2) Kayu yang diletakkan pada ujung haluan dan buritan kapal, digunakan sebagai tempat terbentangnya tali/ benang yang disebut dengan standar line. Tali ini diatur hingga letaknya berada diatas garis pusat longitudinal kapal; (3) Penentuan titik ordinat sepanjang kapal yang dibagi menjadi 11 ordinat dimana ordinat 0 berada di buritan dan ordinat 10 berada dihaluan. Selanjutnya, dilakukan Penarikan garis pertolongan mendatar yang akan diproyeksikan ke lambung kapal dengan menggunakan pendulum yang telah diberi tanda setiap 20 cm. Melakukan pengukuran setiap ordinat yang tingginya mulai dari standard line ke sheer, tinggi sheer ke base line, lebar badan kapal, dan lebar linggi haluan. Untuk badan kapal bagian luar, dilakukan pengukuran jarak secara mendatar dari sheer ke base line, dengan memproyeksikan setiap titik ke bawah dengan benang pendulum yang telah diberi tanda; (4) Kemiringan linggi diperoleh dengan cara merentangkan benang dengan pemberat dari ujung haluan ke base line. Selanjutnya dilakukan pengukuran pada jarak horisontal dari benang ke linggi haluan setiap 10 cm. Pembuatan gambar rencana garis (lines plan) dilakukan setelah data sheet pengukuran terkumpul, lalu dilanjutkan dengan perhitungan rasio dimensi utama kapal, yang terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal (B), dan dalam kapal (D). Lines plan akan membantu dalam mendapatkan data untuk pengisian tabel offset. Data-data yang ada pada tabel offset akan digunakan untuk melakukan perhitungan mengenai parameter hidrostatis kapal, yang terdiri dari volume
19
displacement (
), ton displacement ( ), waterplane area (Aw), ton Per
Centimeter (TPC), coefficient of block (Cb), coefficient of midship (C ), coefficient of prismatic (Cp), coefficient of vertical prismatic (Cvp), coefficient of waterplane (Cw), Jarak titik apung (B) terhadap lunas (K), jarak titik apung (B) terhadap titik metacentre (M), jarak metacentre (M) terhadap lunas (K), jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal (BML), jarak metacentre longitudinal terhadap lunas (KML), jarak titik berat (G) terhadap lunas (K), dan jarak titik berat (G) terhadap metacentre (M). 2)
Pengukuran bagian-bagian konstruksi kapal Data konstruksi kapal didapatkan dengan cara pengukuran terhadap
bagian-bagian konstruksi kapal. Data ukuran konstruksi ini digunakan untuk membuat gambar rencana konstruksi. Bagian-bagian kapal yang diukur adalah: lunas, gading-gading, balok dek, galar, lantai dek, linggi haluan, linggi buritan, rumah-rumah, kulit lambung serta pondasi mesin. 3)
Wawancara Selain data yang didapatkan melalui pengukuran beberapa data juga
didapatkan melalui wawancara dengan para pekerja yang ada di kapal. Beberapa data yang diperoleh melalui wawacara meliputi: data mesin yang digunakan, data operasi yang dilakukan, dan jumlah ABK kapal yang bekerja di atas kapal. Selain data primer, penulis juga mendapatkan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh di lapangan meliputi data desain kapal penangkap cumi-cumi yang pernah melakukan docking di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman. Data ini digunakan oleh penulis sebagai bahan referensi untuk pembuatan gambar desain kapal penangkap cumi-cumi KM. Cahaya Alam Tiga. 3.3.2 Metode pengolahan data Pengolahan data dilakukan berdasar dari data pengukuran yang diperoleh melalui pengukuran langsung pada kapal yang diteliti dan diolah dengan metode numerik berupa formula-formula naval architect.
20
Pengolahan data ini dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter hidrostatik dari kapal yang diteliti. Formula yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai berikut (Fyson, 1985). 1) Volume displacement (
), dengan rumus Simpson I
= h/3 (A0 + 4A1 + 2 A2 + .... + 4An + An+1) ....................................... (1) Keterangan : A
= Luas pada WL tertentu (m2)
2) Ton displacement ( ), dengan rumus : =
x δ .............................................................................................. (2)
Keterangan : = Volume displacement (m3) = Densitas air laut (1,025 ton/m3)
δ
3) Waterplane area (Aw), dengan rumus Simpson I Aw = h/3 (Y0 + 4Y1+ 2Y2+ .... + 4Yn + Yn+1) ......................................... (3) Keterangan : H Yn
= Jarak antar ordinat pada garis air (WL) tertentu = Lebar pada ordinat ke-n (m)
4) Ton Per Centimeter (TPC), dengan rumus : TPC = (Aw/100) x 1,025 ..........................................................................(4) Keterangan : Aw
= Waterplane area (m2)
5) Coefficient of block (Cb), dengan rumus : Cb =
/ (L x B x d) ............................................................................... (5)
Keterangan : L B d
= Volume displacement (m3) = Panjang kapal (m) = Lebar kapal = Draft kapal (m)
6) Coefficient of midship (C ), dengan rumus : C = A / (B x d) .................................................................................... (6) Keterangan : A B d
= Luas tengah kapal (m2) = Lebar kapal (m) = Draft kapal
21
7) Coefficient of prismatic (Cp), dengan rumus : Cp =
/ (A x L) ................................................................................................ (7) Keterangan : = Volume displacement (m3) = Luas tengah kapal (m2) = Panjang kapal (m)
A L
8) Coefficient of vertical prismatic (Cvp), dengan rumus : / (Aw x d) ................................................................................ (8)
Cvp =
Keterangan : Aw d
= Volume displacement (m3) = Waterplane area (m2) = Draft kapal (m)
9) Coefficient of waterplane (Cw), dengan rumus : Cw = Aw / (L x B) .................................................................................. (9) Keterangan : Aw L B
= Waterplane area (m2) = Panjang kapal (m) = Lebar kapal (m)
10) Jarak titik apung (B) terhadap lunas (K), dengan rumus : KB = 1/3 [ 2,5 d – (
/Aw) ] ................................................................. (10)
Keterangan : Aw d
= Volume displacement (m3) = Waterplane area (m2) = Draft kapal (m)
11) Jarak titik apung (B) terhadap titik metacentre (M), dengan rumus : BM = I /
.............................................................................................(11)
Keterangan : I
= Volume displacement (m3) = Moment inertia
12) Jarak metacentre (M) terhadap lunas (K), dengan rumus : KM = KB + BM .................................................................................... (12) Keterangan : KB BM
= Jarak titik apung terhadap lunas = Jarak titik apung terhadap metacentre
13) Jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal (BML), dengan rumus : BML = IL /
....................................................................................... (13)
22
Keterangan : IL
= Innertia longitudinal = Volume displacement (m3)
14) Jarak metacentre longitudinal terhadap lunas (KML) KML = KB + BML ................................................................................ (14) Keterangan : KB BML
= Jarak titik apung terhadap lunas = Jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal
15) Jarak titik berat (G) terhadap lunas (K), dengan rumus : KG =
/ I ............................................................................................. (15)
Keterangan : I
= Ton displacement (ton) = Moment innertia
16) Jarak titik berat (G) terhadap metacentre (M), dengan rumus : GM = KM – KG .................................................................................... (16) Keterangan : KM KG
3.4
= Jarak metacentre terhadap lunas = Jarak titik berat terhadap lunas
Analisis Data
3.4.1 Analisis data untuk desain kapal Analisis desain kapal dilakukan dengan membandingkan antara nilai rasio dimensi kapal dan nilai koefisien bentuk yang diperoleh baik dengan nilai acuan yang ditetapkan maupun dengan data kapal di Indonesia pada umumnya. Acuan yang digunakan untuk membandingkan nilai rasio dan koefisien bentuk dapat dillihat pada Tabel 1 dan Tabel 2, Sementara itu hasil penelitian tentang rasio dimensi dan koefisien bentuk kapal yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Analisis desain juga dilihat dari parameter hidrostatisnya. Nilai parameter hidrostatis ini akan menunjukkan karakteristik badan kapal di bawah garis air.
23
3.4.2 Analisis data untuk konstruksi kapal Analisis konstruksi kapal dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran bagian-bagian konstruksi kapal yang diteliti dengan ukuran konstruksi kapal berdasarkan rekomendasi dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Ukuran dinyatakan sesuai bila angka yang diperoleh lebih besar dari angka acuan BKI, namun untuk jarak gading dan balok geladak standar yang ditetapkan BKI adalah standar maksimum. Kesesuaian ukuran konstruksi yang dimiliki oleh sebuah kapal dilihat dari persentasi ukuran yang sesuai dengan aturan BKI. Persentasi tersebut dilihat dengan menggunakan rumus: (Jumlah kriteria yang sesuai/ Jumlah keseluruhan kriteria yang diukur) x 100 % Hasil perbandingan akan memperlihatkan layak atau tidaknya sebuah kapal perikanan untuk beroperasi.