STRATEGI PEMASARAN BMT MASJID AL-AZHAR TERHADAP PEMBIAYAAN UKM JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh : Arief Rahman NIM. 206046103809
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
i
DAFTAR GAMBAR
2.1
Gambar Proses Perencanaan, Implementasi, dan Pengawasan...............
19
4.4
Prosedur Pengajuan Pembiayaan UKM Di BMT Masjid Al Azhar……
69
x
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Januari 2011
Arief Rahman
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟aalamin, penulis menyampaikan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Penulis menghaturkan shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, kepada segenap keluarganya, sahabatnya serta ummatnya sepanjang zaman, yang Insya Allah kita ada didalamnya. Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT. Penulis bersyukur, dengan limpahan kasih sayang-Nya, penulis mampu meyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi BMT Masjid Al-Azhar Terhadap Pembiayaan UKM Jakarta Selatan”, dapat terselesaikan dengan baik. Proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Berkat ridha-Nya, berkat doa, kesungguhan hati dan kerja keras, akhirnya penulis sampai titik proses akhir penulisan skripsi ini. Penulis menyadari betapa sederhana karya tulis ini dan jauh dari sempurna. Namun penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
iii
1. Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bpk. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bpk Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA. selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dan senantiasa meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan masukan-masukannya, dan mengarahkan sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. 4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT. 5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perputakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh berbagai informasi dan sumber-sumber referensi sehingga skripsi dapat terselesaikan. 6. Pimpinan dan Staf BMT Masjid Al-Azhar, yang telah menerima penulis untuk melakukan riset dan membantu data yang diperlukan guna penyelesaian skripsi ini.
iv
7. Yang tercinta Ayahanda (Harmuny), engkaulah Ayah yang bijaksana, yang dengan ikhlas memotivasi dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi Ananda untuk memilih judul skripsi tentang Baitul Maal Wat Tamwil. Dan yang tercinta Ibunda (Faridah), yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayang buat Anada, yang tidak henti mendoakan, memberikan motivasi dan spirit buat Ananda, sehingga Ananda menjadi Laki-laki kuat dalam menghadapi cobaan hidup dan menjadi kebanggaan Ayah dan Bunda. Amin. Dan yang tersayang kakakku (Ahmad Nofel), yang telah membantu dalam membuat skripsi. Selanjutnya adik-adikku (Siti Kholilah dan Muhammad Fahmi), ambil yang positifnya mudah-mudahan kamu bisa lebih baik dari kakak 8. Buat orang-orang yang telah membantu saya, Ka‟ Farhan, Bang Iis Muliadi, M.Zein, Jamruddin, Dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasih banyak atas semuanya, saya takkan bisa tanpa kalian. 9. Buat sahabat-sahabatku angkatan 2006, khususnya PS-C ekstensi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah menggoreskan banyak kenangan manis, canda dan tawa selama menjalani perkuliahan, semoga tali silaturahmi kita selalu terjalin. Dan buat Semua teman-teman Bengkel Eman Motor Condet (EMC) / MAN yang selalu memotivasi saya yaitu Bapak MAN, khususnya Bang Simo dan Bang Ipan. Serta anak-anak kampus UIN Jakarta Non-Reg.
v
Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan Alhamdulillahi Robbil „Alamin atas Rahmat dan Karunia serta Ridha Allah SWT. Demikian ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga kebaikan dan bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat Ridha dari Allah SWT. Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran kiranya dapat lebih memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi umat manusia, serta bagi Lembaga-Lembaga Ekonomi Syariah di Indonesia. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai aktivitas kita berjuang di jalan-Nya serta menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bahagia di dunia dan akhirat.
Jakarta, 28 Januari 2011 Penulis
Arief Rahman
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………... Lembar Pengesahan…………………………………………………………..
i
Lembar Pernyataaan…………………………………………………………
ii
Kata Pengantar………………………………………………………………..
iii
Daftar Isi……………………………………………………………………….
vii
Daftar Gambar………………………………………………………………...
x
Daftar Tabel…………………………………………………………………...
xi
Daftar Lampiran………………………………………………………………
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………..
6
D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………
6
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan…………………...……
9
F. Sistematika Penulisan……………………………………………
12
LANDASAN TEORI A. Strategi…………………………………………………………… 14 1. Pengertian Strategi…………………………………………… 14 2. Konsep Strategi………………………………………………. 16 B. Pemasaran………………………………………………………... 22 1. Pengertian Pemasaran………………………………………... 22 2. Konsep Pemasaran Syariah…………………………………... 25 3. Nilai-Nilai Pemasaran Syariah………………………………... 26
vii
4. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Konvensional………... 28 5. Pengertian Strategi Pemasaran.................................................
31
C. Perumusan Strategi Pemasaran....................................................... 32 D. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)…………………………………. 35 1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT)…………………. 35 2. Tujuan dan Fungsi……………………………………………. 37 3. Badan Hukum BMT………………………………………….
38
E. Pembiayaan………………………………………………………. 40 1. Pengertian Pembiayaan………………………………………. 40 2. Unsur-Unsur Pembiayaan…………………………………….. 41 3. Jenis-Jenis Pembiayaan………………………………………. 44
BAB III
BAB IV
4. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)…………………………
44
5. Tujuan Pembiayaan………………………………………….
46
6. Prinsip-Prinsip Pembiayaan Syariah………………………...
47
F. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ……………...…………
48
GAMBARAN UMUM BMT MASJID AL-AZHAR A. Sejarah Berdiri…………………………………………………..
50
B. Visi dan Misi…………………………………………………….
52
C. Struktur Organisasi………………………………………………
53
D. Produk-Produk yang Dikeluarkan……………………………….
54
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BMT MASJID AL AZHAR TERHADAP PEMBIAYAAN UKM JAKARTA SELATAN A. Penyaluran Pembiayaan UKM Jakarta Selatan…………………..
58
1. Aplikasi Strategi Pemasaran yang Dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar.............……………………………………..
58
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemasaran Terhadap Pembiayaan UKM Jakarta Selatan di BMT Masjid Al Azhar .............………………………..........
viii
65
3. Prosedur Pengajuan Pembiayaan di BMT Masjid Al Azhar ............……………………………..............
69
4. Peluang dan Tantangan Pembiayaan Terhadap Pemberdayaan UKM Jakarta Selatan......................................................................................
70
B. Pemanfaatan Pembiayaan UKM Jakarta Selatan………………… 72 1. BMT Masjid Al Azhar............……………………………….. 72 2. UKM Jakarta Selatan yang Diberikan Pinjaman Pembiayaan oleh BMT Masjid Al Azhar............……………………………………………… 72 C. Perkembangan Pembiayaan UKM Jakarta Selatan di BMT Masjid Al Azhar.............…………………………………... 73
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………
79
B. Saran……………………………………………………………..
81
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
4.1
Strategi Pemasaran…………………………………………………….
65
4.2
Nama, Lokasi, Usaha UKM Jakarta Selatan………………………….
66
4.3
Kolektabilitas Pembiayaan UKM…………………………………….
67
4.5
Pembiayaan Menurut Kelompok Usaha……………………………….
73
4.4
Data Realisasi Pembiayaan Per Tahun………………………………...
76
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi……….……………………………… Surat Pengantar Bimbingan Skripsi………………………………………………….. Surat Mohon Data Wawancara……………………………………………………….. Surat Keterangan Observasi Dari BMT Masjid Al-Azhar…………………………… Formulir Permohonan Pembiayaan UKM…………………………………………… Formulir Akad Perjanjian Pembiayaan Murabahah Dengan Jaminan……………….. Formulir Akad Perjanjian Pembiayaan Murabahah Tanpa Jaminan………………… Brosur Pembiayaan Di BMT Masjid Al-Azhar……………………………………… Stuktur Organisasi BMT Masjid Al-Azhar………………………………………….. Daftar Pertanyaan Wawancara Kepada Manager BMT Masjid Al-Azhar……………………………………………………………….
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Analisa yang dikemukakan oleh banyak pihak, terutama para pengamat ekonomi mengungkapkan bahwa usaha kecil menengah (UKM) memperlihatkan kamampuan untuk tetap survive meskipun mereka diterpa badai krisis. Hal ini tidaklah mengherankan karena memang selama ini mereka eksis diatas usaha sendiri, sumber daya pribadi. Kemudian dibandingkan perusahaan-perusahaan besar tidak cukup kuat fondasinya untuk bertahan dari terpaan dari badai krisis yang terjadi. Mereka mengalami kebangkrutan karena memang selama ini mereka menguntungkan sumber pendanaan pada faktor eksternal, hutang. Kamampuan UKM untuk survive dengan sumber daya pribadi inilah membuat banyak kalangan merasa optimis bahwa UKM dimasa sekarang dan dimasa depan merupakan tonggak penyalamatan ekonomi nasional. Kemudian yang menjadi permasalahan pada hal ini adalah ketika orang-orang yang mempunyai pendapatan terbatas untuk menjalani kehidupannya yang akhirnya mereka menginginkan untuk membangun usaha sendiri tetapi mereka tidak mempunyai banyak dana. Maka dalam pembahasan ini yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai soal yang berkaitan dengan prospek dan problem dihadapi oleh usaha kecil dan menengah sebagai sendi ekonomi nasional. Kekuatan usaha kecil dan menengah dalam mendukung program pemerintah menghapus kemiskinan dan pengangguran.
1
2
Belakangan ini istilah pemberdayaan ekonomi rakyat atau usaha kecil menengah menjadi topik pembicaraan banyak kalangan. Penggunaan istilah ekonomi rakyat memberikan kesan secara umum yang menggambarkan bahwa seolah-olah selama ini telah terjadi pembelahan (dikotomi) antara rakyat dan kolongmerat. Melihat kecenderungan yang demikian, maka untuk memahami substani yang sesungguhnya dari istilah tersebut diperlukan pengkajian secara memadai sehingga kesan yang bernada dikotomis rakyat versus konglomerat dapat dipahami secara baik pula. Kata “pemberdayaan dan memberdayakan” yang merupakan terjemahan dari kata “empower”. Kemunculan istilah ini memberikan isyarat bahwa selama ini telah terjadi ketidakberdayaan dalam kehidupan kelompok tertentu baik dalam siklus kehidupan politik, sosial maupun ekonomi. Pemberdayaan adalah upaya membuat sesuatu berkemampuan atau berkekuatan.1 Selanjutnya yaitu meskipun UKM menjanjikan bagi masa depan ekonomi nasional, namun dalam perkembangannya seringkali diperhadapkan oleh berbagai dilema. Persoalan pendanaan merupakan salah satu dilema yang sangat krusial bagi kelanjutan usaha UKM. Lembaga keuangan formal (bank) yang diharapkan sebagai sumber pendanaan bagi perkembangan ekonomi UKM telah gagal memainkan fungsi dasarnya, terutama dalam menyalurkan dana secara efektif ke kegiatan-kegiatan usaha yang paling produktif atau paling menguntungkan secara
1
Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 109-111.
3
finansial. Bahkan lembaga tersebut memandang usaha mikro sebagai unit ekonomi yang not bank able.2 Dengan demikian bahwa lebih dari satu abad lebih sistem ekonomi konvensional telah melayani kepentingan manusia dalam memenuhi kebutuhan manusia. Dalam konsep kekinian prinsip ekonomi modern berkiblat pada sistem bunga (riba) dalam kegiatan perdagangan sehingga ekonomi modern memberikan berbagai macam cara bagaimana memuaskan keinginan manusia sepanjang mereka memiliki akses atau kemampuan mengelola sumber daya ekonomi.3 Oleh karena itu, dari pengertian diatas maka peran BMT disini sangatlah penting. BMT dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, Baitul Mal wa Tamwil juga bisa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkan sesuai dengan peraturan dan amanatnya.4 Baitul Mal wa Tamwil adalah lembaga ekonomi atau keuangan Syariah non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya.
2
Ibid., h. 118-119. Ali Sakti, Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern (Jakarta: Paradigma Aqsa Publishing, 2007), h. xi. 4 PINBUK, Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu (Jakarta: PINBUK,t.t), h. 1. 3
4
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa pola pengembangan institusi keuangan ini diadopsi dari bayt al-mal yang pernah dan sempat tumbuh dan berkembang pada masa Nabi SAW dan Khulafa al-Rasyidin. Oleh sebab itu, keberadaan BMT selain bisa dianggap sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah seperti zakat, infaq, shadaqah, juga bisa dianggap sebagai institusi yang bergerak di bidang investasi yang bersifat produktif seperti layaknya bank. Oleh karenanya selain berfungsi sebagai lembaga ekonomi, lembaga keuangan ia bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri, dan pertanian. Dari penjelasan diatas penulis ingin mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan strategi pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan di BMT Masjid Al Azhar, dan faktor pendukung serta penghalang pemasaran penyaluran pembiayaan di BMT tersebut. Dengan mengetahui latar belakang yang demikian, maka penulis tertarik untuk mencoba menganalisa lebih dalam tentang permasalahan tersebut yang kemudian akan diangkat dalam bentuk skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran BMT Masjid Al-Azhar Terhadap Pembiayaan UKM Jakarta Selatan”. Penulis berharap agar skripsi ini kelak dapat menempatkan masalah tersebut secara proporsional dan juga mengharapkan dana tersebut yang dimiliki oleh BMT Masjid Al Azhar pada khususnya dapat dikelola dengan baik dan disalurkan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam
5
perundang-undangan dan syariat. Dengan begitu masyarakat dapat terbantukan dalam menjalankan usahanya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Penulis mencoba membatasi permasalahan ini hanya pada model Strategi Pemasaran Pembiayaan UKM Jakarta Selatan yang diterapkan di BMT Masjid Al- Azhar. 2. Perumusan Masalah Selanjutnya penulis merasa perlu merumuskan beberapa permasalahan dalam skripsi ini, dengan harapan tercapainya bobot permasalahan yang akan dibahas, yaitu: 1. Bagaimana strategi BMT Masjid Al-Azhar terhadap pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan ? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemasaran terhadap penyaluran pembiayaan UKM Jakarta Selatan ? 3. Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan UKM di BMT Masjid AlAzhar? 4. Apa saja peluang dan tantangan pembiayaan BMT Masjid Al-Azhar terhadap pemberdayaan UKM di Jakarta Selatan ?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah: Tujuan Khusus: 1. Mengetahui strategi pemasaran BMT Masjid Al-Azhar terhadap pembiayaan UKM Jakarta Selatan. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan. 3. Mengetahui prosedur pengajuan pembiayaan UKM di BMT Masjid Al-Azhar. 4. Mengetahui peluang dan tantangan dalam memberikan pembiayaan terhadap pemberdayaan UKM Jakarta Selatan.
D. Tinjauan Pustaka Berdasarkan pengamatan dan penelusuran yang dilakukan penulis, belum terdapat penelitian yang membahas secara khusus masalah yang penulis tulis. Namun secara umum, terdapat penelitian yang membahas masalah pembiayaan terhadap usaha kecil dan menengah yaitu : 1. Nafisah, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas Potensi dan Strategi BMT Dalam Pengembangan UKM (Studi Kasus Pada BMT Ta’awun Cipulir), tahun 2007. Pembahasan ini menjelaskan tentang potensi dan strategi
7
yang dimiliki BMT Ta’awun dan tingkat keberhasilan selama dua tahun terakhir (2006 dan 2007).5 2. Hiliyati Min Ummaya, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas Analisis Tingkat Kepuasan Nasabah BMT bebasis Pelayanan (Studi Kasus KSBMT Masjid Al Azhar Jakarta), tahun 2009. Pembahasan ini menjelaskan tentang tingkat kepuasan nasabah
dalam memperoleh pelayanan
yang telah
diperolehnya.6 3. Helmi Adam, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas Strategi Manajemen Risiko dan Pada Pembiayaan UKM di BMT Al-Munawwarah dan BMT Berkah Madani, tahun 2010. Membahas tentang penerapan strategi manajemen risiko dan permasalahan dalam memberikan pembiayaan kepada UKM di BMT Al Munawwarah.7 4. Toto Kurniarto, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas Peran Lembaga Perekonomian Nahdatul Ulama (LPNU) Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Syariah, tahun 2010. Membahas tentang peluang dan potensi LPNU dalam mengembangkan UMKM dan kendala yang dihadapi dalam mengembangkan UMKM bebasis syariah.8
5
Nafisah, “Strategi BMT Dalam Pengembangan UKM (Studi Kasus Pada BMT Ta’awun Cipulir),” (Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007), h. 4. 6 Hiliyati Min Ummaya, “Analisis Tingkat Kepuasan Nasabah BMT bebasis Pelayanan (Studi Kasus KS-BMT Masjid Al Azhar Jakarta),” (Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009). 7 Helmi Adam, ”Strategi Manajemen Risiko dan Pada Pembiayaan UKM di BMT AlMunawwarah dan BMT Berkah Madani,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 8. 8 Toto Kurniarto, “Peran Lembaga Perekonomian Nahdatul Ulama (LPNU) Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Syariah,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 5.
8
Dari beberapa penelitian yang sudah penulis telusuri tidak mendapati penelitian ini, skripsi ini dibuat ekslusif dan berbeda dengan skripsi diatas dimana skripsi ini lebih fokus dan terperinci dengan strategi pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan, dan perbedaan dengan penelitian empat diatas yaitu : skripsi pertama sangat jauh berbeda dengan penelitian ini dimana penulis membahas strategi pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan sedangkan skripsi pertama membahas Potensi dan Strategi BMT Dalam Pengembangan UKM. Dengan skripsi kedua perbedaan sangat jelas terdapat pada Analisis Tingkat Kepuasan Nasabah BMT bebasis Pelayanan Studi Kasus KS-BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Sedangkan dengan skripsi ketiga terjadi perbedaan mendasar dalam pembahasan walaupun memakai Strategi Manajemen Risiko dan Pada Pembiayaan UKM di BMT Al-Munawwarah dan BMT Berkah Madani. Kemudian skripsi keempat perbedaannya pada Peran Lembaga Perekonomian Nahdatul Ulama (LPNU) Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Syariah. Dari pembahasan skripsi keseluruhan, dimana skripsi diatas membahas analisis usaha mikro terlalu lebar dan umum, sehingga lebih sulit untuk dibatasi. Sedangkan penulis membahas dengan lebih terarah dan jelas strategi pemasaran pada pembiayaan UKM Jakarta Selatan yang berdasarkan prinsip syariah.
9
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata atau kalimat, metode penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang analisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada) melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala yang diamati yakni strategi pemasaran BMT Masjid Al Azhar terhadap pembiayaan UKM Jakarta Selatan. 1. Sumber Data Adapun data yang digunakan penulis dalam skripsi, menggunakan dua jenis sumber data, yaitu: a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Yang termasuk data primer antara lain: 1) Sejarah BMT Masjid Al-Azhar Jakarta 2) Visi dan Misi BMT Masjid Al-Azhar Jakarta 3) Hasil wawancara dengan Manager yang berkompeten dibidang pemasaran pada pembiayaan UKM Jakarta Selatan 4) Dokumen-dokumen BMT Masjid Al-Azhar Jakarta yang berkaitan dengan pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan 5) Brosur BMT Masjid Al-Azhar tentang produk-produk yang dikeluarkan b. Data Sekunder, data ini diperoleh dengan membaca teori-teori pemasaran yang terdapat pada: 1) Buku-buku ekonomi umum dan ekonomi Islam 2) Artikel-artikel ekonomi
10
3) Sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan ilmu ekonomi dan keuangan
2. Teknik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data yang berkenaan dengan judul penelitian, penelitian menggunakan jenis pengumpulan data sebagai berikut: a. Riset Kepustakaan Dalam riset kepustakaan ini membaca, meneliti, mempelajari bahan-bahan tertulis seperti majalah, buku-buku, artikel dan informasi tertulis lainnya yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini, melalui riset ini akan didapat konsep, teori dan definisi yang akan penulis pergunakan sebagai landasan berfikir dan analisa dalam proses penulisan riset laporan. b. Observasi Observasi berarti pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.9 Untuk mencari informasi dan pengumpulan data yang diperlukan, penulis melakukan observasi BMT Masjid Al-Azhar. c. Wawancara Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu dengan tanggung jawab secara langsung yang bebas dan terbuka.10 Wawancara dilakukan penulis terhadap pihak-pihak yang berwenang yakni kepada Bapak 9
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jogja: Andi Offset, 1992), h. 132. Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-4, h. 54 10
11
Syamsul Bahri Sebagai Manager Di BMT Masjid Al-Azhar, wawancara penulis tentang Strategi Pemasaran BMT Masjid Al-Azhar Terhadap Pembiayaan UKM Jakarta Selatan. Sedangkan teknik penulisan, penulis berpedoman pada buku “Pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, (UIN Jakarta CeQDA, 2007). d. Dokumentasi Dokumentasi mengumpulkan data laporan yang didapat dari pihak yang bersangkutan yang berkaitan dengan penelitian. e. Objek Penelitian Yang dijadikan objek penelitian ini di BMT Masjid Al-Azhar, Jl. Mujair 1 RT. 003/09 No. 24A Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 Telp: (021) 780 2650. f. Metode Analisa Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara, dokumen perjanjian, dokumen perkembangan pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan, brosur BMT Masjid Al-Azhar dan lain-lain. Langkah selanjutnya adalah data-data tersebut dikategorikan sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Tahap akhir dari analisis ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah tahap ini selesai, mulailah ketahap penafsiran data, tujuan dari penafsiran data ini untuk melakukan deskriptif analitis. Deskriptif maksudnya memberikan sebuah gambaran secara sistematis mengenai pelaksanaan strategi pemasaran pembiayaan UKM Jakarta
12
Selatan pada BMT Masjid Al-Azhar. Analisis, maksudnya bahwa data penelitian ini dikaji secara mendalam terhadap fakta yang ada melalui beberapa penguraian.
F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini disusun menjadi lima bab yang kemudian pada setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab bahasan dengan rincian sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis menguraikan latar belakang penulisan, pembatasan dan perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan teknik penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Berisi tentang pengertian strategi, konsep strategi, definisi pemasaran, konsep pemasaran syariah, nilai-nilai
pemasaran syariah, perbandingan
pemasaran syariah dan konvensional, pengertian strategi pemasaran, pengertian Baitul Mal wat Tamwil (BMT), tujuan dan fungsi, badan hukum BMT, pengertian pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, bauran pemasaran, tujuan pembiayaan, prinsip-prinsip pembiayaan syariah, pengertian usaha kecil dan menengah. BAB III GAMBARAN UMUM BMT MASJID AL-AZHAR Berisi tentang sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, produkproduk yang dikeluarkan.
13
BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BMT MASJID AL-AZHAR TERHADAP PEMBIAYAAN UKM JAKARTA SELATAN Berisi tentang strategi pemasaran BMT Masjid Al-Azhar pada pembiayaan UKM Jakarta Selatan. BAB V PENUTUP Penulis akan mengambil kesimpulan berdasarkan hasil penelaahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, serta akan mencoba memberikan saransaran perbaikan yang dipandang perlu.
BAB II LANDASAN TEORI
A. STRATEGI 1. Pengertian Strategi Strategi menurut kamus bahasa Indonesia adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Kemudian strategi pemasaran menurut kamus bahasa Indonesia adalah rencana untuk memperbesar pengaruh terhadap pasar, baik dalam jangka pendek, yang didasarkan pada riset pasar, penilaian, perencanaan produk, promosi, dan perencanaan penjualan, serta distribusi.1 Strategi menurut kamus manajemen adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan mencapai sasaran khusus dan saling hubungan dalam hal waktu dan ukuran. Selanjutnya strategi pemasaran (marketing strategy) menurut kamus manajemen adalah semua rencana untuk memperbesar pengaruh terhadap pasar, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, yang didasarkan pada riset pasar, penilaian, dan perencanaan produk, promosi, dan perencanaan penjualan, serta distribusi berhubungan dengan sasaran perusahaan yang hendak dicapai.2
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka. 2005), h. 1092. 2 B.N. Marbun, Kamus Manajemen (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2003), h. 340-341.
14
15
Strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Setiap unit bisnis harus merancang strategi untuk pencapaian tujuannya. Ada beberapa tahapan dalam menentukan keputusan strategis yaitu3 : a. Menentukan perumusan unit usaha. Maksudnya adalah untuk membagi-bagi kegiatan suatu badan usaha menjadi unit-unit yang menjadikannya dari divisi produk. Unit usaha memberikan ketentuan yang lebih sempit bagi analisis strategis terhadap pasar dan perencanaan. b. Menentukan klasifikasi strategis atau variabel-variabel kunci. Yakni membuat ukuran untuk menilai suatu strategis dan mengevaluasi kinerja serta pada tahap ini pemilihan variabel kunci kesuksesan industri perusahaan. c. Memilih strategi yang berperan yaitu industrial economy (yang merupakan ekonomi mikro), maksudnya melihat industri sebagai sasaran. d. Mengevaluasi seluruh portofolio yang dimiliki. Untuk menjalankan keempat tahapan tersebut diperlukan perangkat serta teknik dalam menganalisis dan mengevaluasi keputuasan strategis. Perangkat dan teknik ini perlu ditentukan untuk langkah strategis pengembangan usaha dan untuk strategi-strategi yang berfungsi sebagai pedoman pertumbuhan dan seleksi
3
Philip Kotler, Marketing Management (New Jersey: Prentice Hall. 2000), h. 76.
16
2. Konsep Strategi a. Perencanaan Strategik Perencanaan Strategik adalah proses manajerial yang meliputi perkembangan dan pemeliharaan suatu keserasian yang berlangsing terus antara sasaran organisasi (perbankan) dan sumber daya dan berbagai peluang yang terdapat di dalamnya. Perencanaan strategik menurut Philip Kotler4 adalah proses untuk mengembangkan dan mempertahankan kecocokan strategik di antara sasaransasaran dan kemampuan perusahaan dan peluang-peluang pemasarannya yang terus berubah. Tugas perencanaaan strategik adalah untuk bisa tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dan mampu merancang perusahaan (bank) sedemikian rupa agar kegiatan usahanya selalu cukup sehat dan sustainable untuk mempertahankan kelangsungan hidup bank tersebut. Langkah-langkah dalam kegiatan perencanaan strategik meliputi hal-hal sebagai berikut 5: 1) Menetapkan Visi dan Misi Visi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan tujuan global yang ingin dicapai oleh perusahaan, dan visi inilah yang menjadi jiwa dari suatu perusahaan. Visi tersebut merupakan mimpi yang harus ada pada setiap perusahaan dan dialah yang menjadi ruh atau jiwa dalam aktivitas bisnis suatu perusahaan. Setiap perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar pastilah memiliki mimpi hendak menjadi perusahaan seperti apa di masa
4 5
Ibid., h. 67. Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran. (Jakarta: Indeks. 2007), h. 54.
17
yang akan datang, mimpi tersebutlah yang tercipta menjadi visi pada suatu perusahaan. Dari visi diturunkan menjadi misi, yaitu penjabaran dari visi perusahaan yang sudah mencakup tujuan-tujuan umum yang ingin dicapai oleh perusahaan, biasanya visi dan misi suatu hal yang bersifat jangka panjang. Dalam menetapkan suatu misi sebaiknya jangan terhadap suatu produk sebab akan menjadikan misi tersebut menjadi sempit, namun dalam menetapkan misi juga jangan terlalu luas. 2) Menetapkan Tujuan dan Sasaran Perusahaan Setelah misi ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan dan sasaran perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai terdapat berbagai macam, artinya setiap perusahaan dapat saja memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan perusahaan menggambarkan ekspetasi kinerja yang ingin dicapai oleh manajemen. 3) Merancang portofolio bisnis Merancang portofolio bisnis maksudnya adalah membuat rancangan terhadap bisinis yang akan dijalankan melalui pendekatan yang paling rasional. Rancangan portofolio bisnis disusun berdasarkan perhitungan dan analisis yang benar dan akurat. Dengan mempersiapkan pernyataan misi, kebijakan, strategi dan tujuan, kantor pusat suatu perusahaan akan mampu memiliki kerangka acuan kerja bagi divisi dan unit kerja dalam merencanakan kegiatan perencanaan bisnis yang akan mereka persiapkan. Beberapa perusahaan memberikan kebebasan yang cukup
18
bagi unit kerjanya untuk menetapkan strategi serta target penjualan dan keuntungan yang mereka inginkan. Sementara beberapa perusahaan yang lain menetapkan tujuan bagi unit kerjanya namun membiarkan mereka menetapkan sendiri strategi yang akan digunakan. Sedangkan yang lainnya tetap menetapkan tujuan serta turut terlibat aktif dalam strategi unit kerja masing-masing. Setiap kantor pusat memiliki aktivitas utama yang dilakukan 6: 1. Mendefinisikan misi perusahaan Sebuah perusahaan lahir dalam rangka mewujudkan atau menciptakan sesuatu, misalnya suatu perusahaan mobil bertujuan untuk memproduksi mobil, sementara perbankan syariah bertujuan atau memiliki misi untuk menyediakan jasa penyimpanan dana yang aman serta penyediaan modal kerja bagi yang membutuhkan yang sesuai dengan prinsip syariah. Misi atau tujuan yang spesifik biasanya jelas ketika bisnis akan dimulai, namun seiring perkembangan waktu seringkali misi yang ditetapkan sudah tidak relevan lagi baik disebabkan oleh perubahan kondisi pasar maupun ketidakjelasan muncul karena perusahaan menambahkan produk baru dalam perusahaannya.
6
Ibid., h. 80.
19
Gambar 2.1 Proses Perencanaan, Implementasi, dan Pengawasan Perencanaan
Implementasi
Pengawasan
Perencanaan Perusahaan
Pengorganisasian
Mengukur hasil
Implementasi
Menganalisis hasil
Perencanaan divisi
Perencanaan bisnis Perencananaan produk
Mengambil kebijakan korektif
2. Menetapkan unit kerja strategi (strategic business unit) 3. Menyediakan sumber daya masing-masing unit kerja strategis. Tujuan dari proses pengindentifikasian unit kerja strategis dari perusahaan adalah untuk mengembangkan strategi terpisah serta penyediaan dana yang sesuai. Manajemen senior mengetahui bahwa portfolio bisnis biasanya mencakup sejumlah “hal yang telah dilakukan kemarin” serta” pencapaian yang akan dilakukan besok”, dimana hal ini membutuhkan suatu alat analisis untuk mengklasifikasikan bisnis berdasarkan potensi keuntungannya. 4. Merencanakan bisnis baru serta menurunkan bisnis yang lama.
20
b. Pemasaran Strategis Hingga Abad ke-21 ini masih banyak perusahaan yang melakukan pemasaran dengan pendekatan manajemen klasik yaitu berorientasi pada kepuasan konsumen melalui bauran pemasaran (marketing mix) semata. Pemasaran klasik diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Pada tahun 1980-an telah terjadi pergeseran orientasi, dimana perusahaan hendaknya menciptakan dan memperhatikan keunggulan daya saing yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage), yang dikenal sebagai strategic marketing management atau managemen pemasaran strategis. Konsep ini berupaya untuk melihat bagaimana kemampuan para pesaing dan kemampuan yang dimiliki perusahaan dengan tetap memperhatikan kebutuhan pelanggan (nasabah). Manajemen pemasaran strategis sangat diperlukan pada saat sekarang, karena manajemen memfokuskan pada perumusan strategi pemasaran yang lebih mutakhir dan merupakan proses analisis dalam mencari perbedaan-perbedaan yang menguntungkan. Pemasaran strategi dinilai lebih unggul daripada pemasaran klasik karena pemasaran strategis memperhatikan keadaan eksternal dan internal perusahaan secara menyeluruh sehingga perusahaan bersaing dengan kemampuan lokal. Dengan pemasaran strategis, perusahaan akan memiliki orientasi jangka panjang. Sumber daya yang dimiliki akan dialokasikan untuk memperoleh keunggulan daya saing yang berarti tanggap terhadap hal-hal yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan dan yang juga dapat meningkatkan efektivitas pemasaran perusahaan. Dengan adanya pergeseran ini, perusahaan diharapkan dapat lebih meningkatkan keberhasilan dan efektivitas dalam pemasaran.
21
c. Analisis Strategis Dalam merumuskan strategi pemasaran, perusahaan hendaknya menganalisis keadaan eksternal maupun internal dengan baik. Hal ini sangat penting karena tanpa analisis yang baik perusahaan tidak dapat mengambil tindakan yang tepat untuk kepentingan perusahaan dimasa mendatang. Analisis strategi memiliki kegunaan 7: 1) Untuk menentukan misi dan tujuan dari perusahaan. 2) Membantu upaya perusahaan dalam mencapai misi dan tujuan. 3) Untuk tindakan perbaikan dan penyesuaian bagi perusahaan dalam setiap situasi dan kondisi. d. Perumusan Strategi Sasaran menunjukkan apa yang ingin dicapai oleh suatu unit bisnis; strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Setiap unit bisnis harus merancang strategi untuk pencapaian tujuannya. Ada empat tahapan dalam menentukan keputusan strategis yaitu 8: 1) Menentukan perumusan unit usaha. Maksudnya adalah untuk membagi-bagi kegiatan suatu badan usaha menjadi unit-unit yang membedakannya dari divisi produk. Unit usaha memberikan ketentuan yang lebih sempit bagi analisis strategis terhadap pasar dan perencanaan.
7 8
Ibid., h. 103. Philip Kotler, Marketing Managemen, h. 76.
22
2) Menentukan klasifikasi strategis atau variabel-variabel kunci. Yakni membuat ukuran untuk menilai suatu strategi dan mengevaluasi kinerja
serta pada tahap ini pemilihan pemilihan variabel kunci
kesuksesan industri perusahaan. 3) Memilih strategi yang berperan yaitu industrial economy (yang merupakan ekonomi mikro), maksudnya melihat industri sebagai sasaran. 4) Mengevaluasi seluruh portfolio yang dimiliki.
B. PEMASARAN 1. Definisi Pemasaran Apabila terdengar kata pemasaran seringkali dikaitkan oleh banyak pihak dengan penjualan (sales), sales promotion girl, iklan, promosi, atau produk. Bahkan seringkali orang menyamankan profesi marketer (pemasaran) dengan sales (penjual). Namun, sebenarnya pemasaran tidaklah sesempit yang diidentikkan oleh banyak orang, karena pemasran berbeda dengan penjualan. Pemasaran lebih merupakan “suatu seni menjual produk”, sehingga pemasaran proses penjualan yang dimulai dari perancangan produk sampai dengan setelah produk tersebut terjual. Berbeda dengan penjualan yang hanya berkutat pada terjadinya transaksi penjualan barang atau jasa. Dunia pemasaran seringkali diidentikkan dengan dunia yang penuh janji manis namun belum tentu terbukti apakah produknya sesuai dengan apa yang telah dijanjikan. Inilah yang harus dibuktikan dalam suatu manajemen pemasaran
23
syariah baik pada penjualan produk atau jasa, bahwa pemasaran syariah bukanlah dunia yang penuh dengan tipu menipu. Sebab pemasaran syariah merupakan tingkatan yang paling tinggi dalam pemasaran, yaitu spiritual marketing, dimana etika, nilai-nilai dan norma dijunjung tinggi hal-hal inilah yang seringkali dilanggar oleh dalam pemasaran konvensional, sehingga menyebabkan konsumen pada akhirnya banyak yang kecewa pada produk barang dan jasa yang telah dibeli karena berbeda dengan apa yang telah dijanjikan oleh para pemasar. Pemasaran berhubungan dan berkaitan dengan suatu proses mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi pemasaran
yang
terpendek
adalah
“memenuhi
kebutuhan
secara
menguntungkan”. Asosiasi pemasaran Amerika memberikan definisi formal9 yaitu “Pemasaran adalah suatu fungso organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamya”. Kotler memberikan definisi bahwa10 Manajemen pemasaran sebagai suatu unit seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan
pelanggan
dengan
menciptakan,
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”.
9
Philip Kotler, Markering Management, h. 8. Ibid., h. 8.
10
menyerahkan,
dan
24
Kotler dan AB Susanto (2000) memberikan definisi pemasaran adalah11 “Suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar suatu yang bernilai satu sama lain”. Defnisi ini bernilai berdasarkan pada konsep inti: kebutuhan, keinginan, dan permintaan produk; nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar; pemasaran dan pemasar. Sehingga secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan optimal kepada pelanggan. Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an. Sebagai ganti filosofi “buat dan jual” yang berpusat pada produk, bergeser ke filosofi “pahami dan tanggapi” yang berpusat pada konsumen. Filosofi “buat dan jual” bertitik tolak bahwa konsumen akan membeli seluruh barang yang dibeli oleh perusahaan, namun kelemahan dari filosofi ini adalah seringkali produk yang dibuat perusahaan tidak terserap oleh pasar, karena produk yang dibuat tidak berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini mengakibatkan banyaknya produk perusahaan yang tidak laku di pasaran, meskipun betapa canggih dan bagusnya produk tersebut karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Sementara filosofi “pahami dan tanggapi” bertitik tolak bahwa pembuatan suatu produk haruslah berdasarkan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan
11
Philip Kotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 7.
25
dari konsumen, sehingga produk yang dibuat benar-benar yang menjadi kebutuhan konsumen. Riset pasar menjadi kunci utama dalam filosofi ini, agar pembuatan produk benar-benar berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan konsumen. Seorang pemasar mampu memahami pelanggan secara emosi, sehingga kebutuhan dan keinginan konsumen dapat dipahami oleh pemasar dan akhirnya mampu menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan
para
pesaing
dalam
menciptakan,
menyerahkan,
dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.
2. Konsep Pemasaran Syariah Pasar syariah sering dikatakan sebagai pasar yang bersifat emosional sementara pasar konvensional adalah pasar yang rasional. Maksud dari pernyataan tersebut adalah orang hanya tertarik untuk berbisnis pada pasar syariah hanyalah karena alasan emosinal keagamaan semata dan bukan karena ingin mendapatkan keuntungan finansial yang menurut sebagian pihak dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat rasional. Sebaliknya pada pasar konvensional, orang ingin mendapatkan keuntungan finansial sebesar-besarnya tanpa terlalu peduli apakah bisnis yang digelutinya mungkin menyimpang atau malah bertentangan dengan ajaran Islam atau apakah cara yang dipergunakan dalam memperoleh keuntungan tersebut menggunakan cara-cara yang kotor atau mungkin tidak.
26
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa langkah selanjutnya adalah faktor tokoh sesungguhnya bisa menjadi alat lontar awal bagi pertumbuhan BMT yang sehat. Dengan ketokohan kiai, BMT mendapatkan modal awal yang kuat untuk menggiring masyarakat kecil agar memfokuskan pengelolan keuangannya di BMT. Mulai menyimpan uang, meminjam permodalan, sampai investasi.12
3. Nilai-nilai Pemasaran Syariah Ada beberapa nilai dalam pemasaran syariah yang mengambil konsep dari keteladanan Rasulullah SAW, yaitu sifat shiddiq, amanah, fathanah, tabliqh dan istiqamah : a. Shiddiq Artinya memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada satu ucapan pun yang saling bertentangan dengan perbuatan. Allah SWT senantiasa memerintahkan kepada setiap orang beriman untuk memiliki sifat shiddiq dan menciptakan lingkungan yang shiddiq. Didalam Al-Qur’an disebut sebanyak 154 kali. b. Fathanah Berarti mengerti, memahami dan menghayati secara mendalam segala hal yang terjadi dalam tugas dan kewajiban. Fathanah berkaitan dengan kecerdasan rasio, rasa, maupun kecerdasan ilahiyah. Dengan demikian dibandingkan dengan dengan good governance dengan konsep intelligensinya maka konsep ini
12
15.
EH Ismail, “Pertumbuhan BMT di Jatim Kurang Gesit,” Republika, 18 November 2010, h.
27
sebetulnya hanya berhubungan dengan kecerdasan intellegensia semata. Padahal, fathanah menekankan kecerdasan lain, seperti kecerdasan emosional dan spiritual. Seorang pemasar di bank syariah harus paham tentang seluruh paham tentang produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah termasuk kaidah fiqhinya secara dasar. Sifat ini akan menumbuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Kreativitas dan inovatif hanya dimiliki ketika seseorang melakukan up-grading keilmuan yang dimiliki baik melalui self learning process maupun pendidikan formal serta pelatihan. c. Amanah Memikiki tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan prima dan ihsan (berupaya menghasilkan yang terbaik) dalam segala hal. Sifat amananah harus dimiliki oleh setiap mukmin apalagi yang memiliki perkejaan terkait dengan pelayanan kepada masyarakat. Seorang mukmin ketika mendapatkan amanah akan berupaya melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sifat ini bisa diparalelkan dengan konsep accountability dalam good governance. Namun, bila kita meneliti secara jeli, maka accountability ini merujuk kepada hal yang hal formal adminstratif. d. Tabliqh Artinya mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam setiap gerak aktivitas ekonomi yang dilakukan sehari-hari. Tabliqh yang disampaikan dengan hikmah,
28
sabar, argumentatif dan persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang semakin solid dan kuat. e. Istiqomah Artinya konsisten. Hal ini memberikan makna seorang pemasar syariah dalam praktik pemasarannya selalu istiqamah dalam penerapan aturan syariah. Seorang pemasar syariah harus didapat dipegang janjinya, tidak diperkenankan seorang pemasar syariah berubah-ubah dalam memberikan janji. Sebab dalam suatu perusahaan syariah konsistensi dan seorang pemasarnya menjadi cermin dari perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kelima nilai ini akan mampu melahirkan suatu turunan budaya kerja yang berbeda pada institusi keuangan syariah.
4. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional Ada beberapa hal yang menjadi pembeda antara pemasaran syariah dan pemasaran konvensional diantaranya sebagai berikut : a. Konsep dan Filosofi Perbedaan mendasar antara pemasaran syariah dan pemasar konvensional adalah dari filosofi dasar yang melandasinya. Pemasaran konvensional merupakan pemasaran yang bebas nilai dan tidak mendasarkan keTuhanan dalam setiap aktivitas pemasarannya. Sehingga dalam pemasaran konvensional dapat seorang pemasar memberikan janji-janji kosong hanya sebagai pemikat konsumen untuk membeli produk. Pemasar hanya mementingkan pencapaian target penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
29
Dalam pemasaran syariah, seorang pemasar harus merasakan bahwasanya dalam setiap aktivitas pemasarannya ia selalu diawasi oleh Allah SWT, sehingga ia pun akan sangat berhati-hati dalam memasarkan produk yang dijualnya. Seorang pemasar syariah tidak akan memberikan janji kosong belaka yang bertujuan hanya untuk mencari nasabah. Seorang pemasar syariah tidak akan mau memberikan sesuatu yang menyesatkan bagi nasabahnya sebab ia selalu merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya dan akan meminta pertanggungjawaban di hari kiamat.
b. Etika pemasar Seorang pemasar syariah sangat memegang teguh etika dalam melakukan pemasaran kepada calon konsumennya. Ia akan sangat menghindari memberi janji bohong, ataupun terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan. Seorang pemasar syariah atau secara jujur menceritakan kelebihan serta kekurangan produk yang ditawarkannya. Hal ini merupakan praktik perniagaan oleh yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, beliau dalam melakukan praktik perniagaan selalu berkata jujur mengenai kualitas produk, harga dan apa saja yang akan didapat oleh konsumen. Apabila dibandingkan dengan pemasaran konvensional yang cenderung bebas nilai sehingga seorang pemasar bebas menggunakan segala macam cara demi untuk mendapatkan konsumen bahkan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh syariat. Dalam pemasaran konvensional, seorang pemasar dapat saja melakukan kebohongan dengan terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan,
30
hal
ini
dapat
menimbulkan kekecewaan
dari konsumen setelah ia
mengkonsumsinya karena kualitas produk yang jauh dari yang diharapkan.
c. Pendekatan terhadap konsumen Konsumen dalam pemasaran syariah diletakkkan sebagai mitra sejajar, dimana baik perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai pembeli produk berada pada posisi yang sama. Perusahaan tidak menganggap konsumen sebagai “sapi perah” untuk membeli produknya, namun perusahaan akan menjadikan konsumen sebagai mitra dalam pengembangan perusahaan. Suatu konsep pemasaran syariah dengan menjadikan konsumen sebagai mitra maka ia tidak akan melakukan praktik-praktik yang dapat merugikan konsumen. Seorang pemasar syariah akan selalu berupaya menciptakan nilai produk yang positif bagi konsumennya termasuk dengan meminta umpan balik dari konsumen. Nilai kekeluargaan sangat terasa pada pemasaran syariah karena konsep mitra sejajar ini menyebabkan seorang pemasar syariah sudah menganggap konsumen sebagai saudaranya sendiri yang akan dibantu dan tidak akan dirugikan.
d. Cara pandang terhadap pesaing Dalam industri perbankan syariah tidak menganggap pesaing sebagai pihak yang haus dikalahkan atau bahkan dimatikan. Konsep persaingan dalam pemasaran syariah agar setiap perusahaan mampu memacu dirinya untuk menjadi lebih baik tanpa harus menjatuhkan pesaingnya. Pesaing merupakan mitra kita
31
dalam turut menyukseskan aplikasi ekonomi syariah di lapangan, dan bukan sebagai lawan yang harus dimatikan. Hal ini berbeda dengan konsep pada perusahaan konvensional yang menganggap pesaing sebagai pihak lawan yang harus dikalahkan bahkan jika bisa dimatikan agr eksistensi perusahaan dapat semakin maju. Konsep ini mengakibatkan setelah pesaing dikalahkan, akhirnya daya inovasi perusahaan menurun karena tidak ada motivasi dari pesaing.
e. Budaya Kerja dalam Lembaga Keuangan Syariah Lembaga keuangan syariah harus mempunyai budaya kerja yang berbeda dari lembaga keuangan konvensional, sehingga mampu menjadi suatu keunggulan yang dapat sebagai nilai tambah di pandangan masyarakat. Budaya kerja yang harus ditanamkan kepada setiap sumber daya insani yang bekerja di lembaga keuangan syariah haruslah budaya kerja yang meneladani Rasulullah SAW, yaitu sifat kejujuran (shiddiq), cerdas atau kompeten (fathanah), bertanggung jawab (amanah), dan mampu menyebarluaskan (tabliqh).
5. Pengertian Strategi Pemasaran Strategi pemasaran dapat dipahami sebagai logika pemasaran yang dengannya unit usaha berharap dapat mencapai tujuan pemasarannya.13 Strategi pemasaran juga merupakan mengenai bagaimana suatu merk atau lini produk dapat mencapai
13
1, h. 3
Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1997), edisi 2, jilid
32
tujuannya yaitu dapat memenuhi keinginan dan dapat memuaskan pelanggan. Selain itu pemasaran sendiri dapat diartikan sebagai seleksi atas pasar sasaran, menentukan posisi persaingan dan pengembangan suatu bauran pemasaran yang efektif untuk mencapai dan melayani klien yang dipilih.14 Adapun tujuan strategi pemasaran yaitu :15 a. Menetapkan arah kegiatan perusahaan b. Memberikan informasi kepada manajemen puncak dan merumuskan tujuan c. Sasaran untuk mengantisipasi berbagai permasalahan dan keadaan yang berubah dimasa mendatang.
C. Perumusan Strategi Pemasaran 1. Segmentasi Pasar Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar secara keseluruhan suatu produk atau jasa yang semula bersifat heterogen kedalam beberapa segmen yang cenderung bersifat homogen dalam segala aspek atau proses pengelompokan dari keseluruhan prilaku pasar yang beragam menjadi bagianbagian pasar yang berprilaku sama.16 Lebih singkatnya, segmentasi pasar
14
Philip Kotler dan Paul N. Bloom, Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa Profesional, (Jakarta: Intermedia, 1995), h. 27 15 Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1997), edisi 2, jilid 1, h. 3 16 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi, 2002). Edisi 1, h. 72
33
proses mengidentifikasi bagian-bagian yang ada dalam suatu pasar menjadi sub-sub pasar (segmen-segmen) yang lebih homogen.17 Segmentasi pasar juga dapat diartikan bermacam-macam kategori atau karakteristik pasar.18 Misalnya segmentasi daerah pasar, ukuran pasar, kelompok, pendapatan, status sosial masyarakat dan sebagainya. Segmentasi pasar merupakan langkah maju dalam berfikir pemasaran, artinya bahwa pendapatan segmentasi pasar merupakan perbedaan yang khas antara menajemen pemasaran yang profesional dengan kepandaian dagang gaya lama. Pemasaran yang berlangsung tanpa segmentasi pasar dapat dipastikan tidak akan bertahan lama. Tujuan utama melakukan segmentasi pasar adalah berusaha untuk melokalisasi pesaing pada segmentasi pasar yang lebih kecil.19 Lebih jelasnya, berikut ini beberapa tujuan segmetasi pasar.20 a. Agar kegiatan pemasaran lebih terarah. Sehingga dapat menentukan segmen mana yang harus diprioritaskan. b. Agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan tingkat efisiensi yang tinggi, dengan istilah lain yaitu the right man on the right place. c. Agar perusahaan lebih kompetitif.
17
18
E. Jerome MC Carthy, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 192
Soekartawi, Manajemen Pemasaran Dalam Bisnis Modern, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), cet. Ke-1, h. 47 19 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi, 2002). Edisi 1, h. 73 20 Ibid, h. 73
34
Basu swastha DH menemukan beberapa alasan bagi perusahaan mengadakan segmentasi pasar, yaitu.21 a. Pasar bersifat dinamis. Hal ini berarti bahwa pasar selalu terjadi perubahan secara terus menerus tentang sikap, keadaan keluarga, jumlah pendapatan, pola konsumsi, dan lain-lain. b. Pasar untuk satu produk berusaha sesuai dengan siklus kehidupan produk tersebut dari tahap penurunan keuntungan. 2. Penentuan Pasar Sasaran Penentuan pasar sasaran yaitu suatu suatu proses untuk mengevaluasi setiap daya tarik segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen yang akan dimasuki.22 Dalam menentukan pasar sasaran, perusahaan dapat melakukan tiga strategi sesuai dengan kebutuhan yang hendak dicapai. Tiga strategi tersebut yaitu undifferentiated marketing, differentiated marketing, concentrate marketing. a. Undifferentiated marketing, strategi ini dipakai oleh perusahaan dalam mencoba mengembangkan produk tunggal yang dapat memenuhi keinginan banyak orang. b. Differentiated marketing, strategi ini digunakan oleh suatu perusahaan dalam mencoba mengidentifikasi kelompok-kelompok pembeli tertentu (segmen pasar) dengan membagi pasar kedalam berbagai kelompok sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
21 22
Basu swastha DH, Asas-Asas Marketing, (Yogyakarta: Liberty, 1983), h. 66 Ibid, h. 72
35
c.
Concentrate marketing, strategi yang digunakan perusahaan dengan hanya memusatkan usahanya pada satu atau beberapa kelompok pembeli saja sehingga perusahaan dapat mengembangkan produk yang lebih ideal bagi kelompok tersebut.23
3. Penentuan Posisi Pasar Penentuan posisi pasar adalah bagaimana mengatur sebuah produk untuk menempati tempat yang jelas, berbeda dan diinginkan terhadap produk-produk saingan didalam fikiran konsumen sasaran.24 Hal ini dilakukan agar produk tersebut mendapatkan posisi menguntungkan sehingga memiliki kekhasan dan keunggulan dibanding produk-produk saingan.
D. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) 1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Istilah “Baitul Maal Wattamwil” (BMT) berasal dari penggabungan 3 unsur kata, yaitu “Bait” (rumah), “Maal” (harta), dan “Tamwil” (harta). Ditinjau dari sudut gaya bahasa, istilah “Bait” tergolong kategori makna kononatif, dan makna konotatif dari penggunaan istilah “Bait” adalah lembaga keuangan (semacam perbankan). Sementara istilah “Maal dan Tamwil” sama-sama bermakna harta. Perbedaan dari keduanya terletak pada sumber dan penggunaan harta yang diperoleh. Jika harta diperoleh dari pengumpulan zakat, infaq, shadaqah, wakaf, 23
Basu swastha DH, Asas-Asas Marketing, (Yogyakarta: Liberty, 1983), h. 51
24
Ibid, h. 69
36
hibah dan hadiah, maka dikategorikan sebagai Baitul Maal. Oleh karenanya penggunaan harta wajib bersifat nirlaba. Sebaliknya, jika pengumpulan harta diperoleh melalui simpanan masyarakat, atau usaha-usaha lain bersifat bisnis, maka dikategorikan sebagai Baitul Tamwil. Oleh karenanya penggunaan hartapun bersifat untuk pembiayaan yang memungkinkan mendatangkan keuntungan. Dengan demikian Baitul Maal Wattamwil kiranya dapat dimaknai sebagai lembaga keuangan (semacam bank) yang bergerak pada sektor nirlaba sekaligus sektor bisnis, dan dalam menjalankan segala sesuatunya berlandaskan pada syariah. Untuk memperkuat pandangan penulis tentang hakekat BMT, di bawah ini penulis kutipkan pandangan-pandangan dari beberapa pakar. Menurut Abu A’la al Maududi bahwa baitul maal adalah lembaga keuangan yang di bangun atas landasan syariah, oleh sebab itu pengelolaannya harus dengan aturan syariah.25 Adapun yang dimaksud dengan baitul maal dalam istilah fiqh Islam adalah suatu badan atau lembaga yang bertugas mengurusi kekayaan/keuangan negara terutama berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan, maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lain-lain.26 Definisi lain menjelaskan bahwa baitul maal ialah merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial). 27 Sementara itu Irfan M. Ra’ana, mendefinisikan BMT sebagai pusat pembendaharaan umat, dimana
25
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 5 ed. (Jakarta: Iktikar Baru Van Hove, 1991), h. 186. 26 Ibid., 187. 27 Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional BMT (Bandung: Mizan, 1999), h. 81.
37
umat yang pendapatannya dikumpulkan dari berbagai sumber seperti: zakat, jizyah, kharaj, beacukai dan yang lainnya, didalam pembendaharaan umat yang kemudian digunakan untuk pembiayaan bagi yang membutuhkan.28 Ada juga yang memaknai Baitul Maal wat Tamwil sebagai lembaga ekonomi kerakyatan yang dapat dan mampu melayani nasabah usaha kecil-bawah berdasarkan sistem bagi hasil dan jual beli dengan memanfaatkan janjian dalam lingkungannya sendiri. 29 Atas landasan pengertian-pengertian BMT sebagaimana tersebut di atas, kiranya BMT memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut: a. Lembaga keuangan syariah (semacam bank) yang dalam operasionalnya memliki dua tujuan, yaitu sektor nirlaba dan sektor bisnis. b. Menggunakan manajemen Islami c. Dalam pembiayaan yang sifatnya bisnis tidak ada riba, tetapi menggunakan sistem yang lebih adil dan manusia, seperti sistem mudharabah (bagi hasil). d. Dalam pembiayaan yang sifatnya sosial, diberlakukan pinjaman tanpa bunga, misalnya sistem qardhul hasan. 2. Tujuan dan Fungsi BMT merupakan usaha bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuh kembangkan dalam swadaya dan dikelola secara profesional, serta berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat lingkungannya, BMT bertujuan:30
28
Irfan M. Ra’ana, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar Ibn Khatab, 2 ed. (Jakarta: Pustaka Pridaus, 1992), h. 148. 29 Baihaqi Abd. Madjid Saifuddin A. Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 182. 30 BMT sebagai Alternatif Model Lembaga Keuangan Mikro (LKM) (Jakarta: PINBUK, t.th), h .9.
38
a. Meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya. b. Mewujudkan gerakan pembebasan anggota dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi ribawi. c. Mewujudkan gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan kelembagaannya menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju. d. Dan mewujudkan gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adi berkemakmuran, berkemajuan, serta berkeadilan berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT. Dalam rangka pencapaian tujuannya, BMT berfungsi:31 a. Mengidentifikasi,
memobilisasi,
mengorganisir,
mendorong
dan
mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok usaha anggota muamalat daerah kerjanya. b. Mempertinggi kualitas SDM anggota dan kelompok usaha anggota muamalat menjadi lebih berprofesional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi tantangan global. c. Menggalang
dan
mengorganisir
potensi
masyarakat
dalam
rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota. 3. Badan Hukum BMT BMT dapat didirikan dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat (KSM) atau koperasi.32 Sebelum menjalankan usahanya, KSM mesti mendapatkan 31
Ibid., 10
39
sertifikat operasi dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), sementara PINBUK itu sendiri mesti mendapatkan pengakuan dari Bank Indonesia (BI) sebagai Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM). Selain dengan badan hukum KSM, BMT juga bisa didirikan dengan menggunakan badan hukum koperasi, baik Koperasi Serba Usaha di perkotaan, Koperasi Unit Desa di pedasaan, maupun koperasi podok pesantran (Kopontren) di lingkungan pesantren. Berkenaan dengan koperasi Unit Usaha Desa (KUD) dapat mendirikan BMT telah diatur dalam petunjuk Menteri Koperasi dan PPK tanggal 20 Maret 1995 yang menetapkan bahwa bila disuatu wilayah dimana telah ada KUD dan KUD tersebut telah berjalan baik dan organisasinya telah teratur dengan baik, maka BMT bisa menjadi Unit Usaha Otonom (U2O) atau Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) dari KUD tersebut. Sedangkan bila KUD yang sedang berdiri itu belum berjalan dengan baik, maka KUD yang bersangkutan dapat dioperasikan sebagai BMT. Apakah di wilayah yang bersangkutan belum ada KUD, maka didirikan KUD BMT.33 Di wilayah-wilayah bebasis pelayanan, masyarakat bisa mendirikan BMT dengan menggunakan badan hukum BMT, keberadaan BMT di Kopontren, maka civitas pesantren dapat mendirikan kopontren dan BMT secara bersama-sama. Untuk itu, Panitia Penyiapan Pendirian BMT dapat bekerja sama dengan
32
Karnaen A, Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia (Depok: Usaha Kami, 1996), h. 216. 33 A., Djazuli, dkk, Lembaga-lembaga Perekonomian Ummat (sebuah pengenalan) (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), h. 185.
40
Puskopontren (Pusat Koperasi Pondok Pesantren), Kantor Departemen Agama dan Kantor Departemen Koperasi dan PPK di Kabupaten setempat. Penggunaan badan hukum KSM dan koperasi untuk BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yang dijelaskan UU Nomor 7 Tahun 1992 dan UU Nomor 10 Tahun 1998 serta UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan, yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun dengan prinsip bagi hasil. Namun demikian, kalau BMT dengan badan hukum KSM atau koperasi itu telah berkembang dan memenuhi syarat-syarat BPR, maka pihak manajemen dapat mengusulkan diri kepada pemerintah agar BMT itu dijadikan sebagai BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) dengan badan hukum koperasi atau perseroan terbatas.
D. Pembiayaan 1. Definisi Pembiayaan Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
41
2. Unsur-unsur Pembiayaan34 Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan. Dengan demikian, pemberian pembiyaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan benar-benar harus diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur-unsur dalam pembiayaan adalah: a. Adanya 2 pihak yaitu pemberi pembiayaan (shahibul maal) dan penerima pembiyaan (mudharib).
Hubungan
keduanya
merupakan
kerjasama
yang
saling
menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan tolong-menolong. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Maidah: 2 berikut:
O
34
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veitzhal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi (Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa) (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 4-5.
42
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
b. Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang didasarkan atas prestasi dan potensi mudharib. c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak mudharib kepada pihak shahibul maal untuk berjanji membayar. Perjanjian tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad pembiyaan), atau berupa instrument (credit instrument). Sebagaimana fiirman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah/2: 282 berikut:
43
O “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” d. Adanya penyerahan barang jasa, atau dari shahibul maal kepada mudharib. e. Adanya unsure waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari sisi shahibul maal maupun dari sisi mudharib.
44
f. Adanya unsur risiko (degree of risk) di kedua belah pihak. Risiko di pihak shahibul maal adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman produktif) maupun ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak mudharib adalah kecurangan dari pihak pemberi pembiayaan, antara lain berupa shahibul maal yang bermaksud mencaplok perusahaan yang diberi pembiayaan atau tanah yang dijaminkan.
3. Jenis-jenis Pembiayaan Adapun secara garis besar pembiayaan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Pembiayaan Konsumtif Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembelian rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan dan apapun yang sifatnya konsumtif. b. Pembiayaan Produktif Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan pembelian barang modal dan lainnya yang mempunyai tujuan untuk pemberdayaan sektor riil.
4. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Selanjutnya yaitu alat bagi marketer yang terdiri dari berbagai elemen suatu program yaitu perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses (marketing mix) diantaranya:
45
a. Produk (Product) Produk adalah merupakan keseluruhan konsep atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut yang disebut “the offer”. Terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada konsumen. b. Harga (Pricing) Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam memberikan value kepada konsumen dan mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Pricing juga berhubungan dengan pendapatan dan turut mempengaruhi supply atau marketing channels. Akan tetapi, yang paling penting adalah keputusan dalam pricing harus konsisten dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. c. Distribusi (Place) Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan di mana lokasi yang strategis. d. Promosi (Promotion) Marketer dapat memilih sarana yang dianggap sesuai untuk mempromosikan jasa mereka. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam promosi, yaitu: 1) Identifikasi terlebih dahulu target audience-nya, hal ini berhubungan dengan segmentasi pasar.
46
2) Tentukan
tujuan
promosi,
apakah
untuk
menginformasikan,
mempengaruhi, atau untuk mengingatkan. 3) Pengembangan pesan yang disampaikan, hal ini berhubungan dengan isi pesan (what to say), struktur pesan (how to say it logically), gaya pesan (creating a strong presence), sumber pesan (who should develop it). 4) Pemilihan bauran komunikasi, apakah itu personal communication.
5. Tujuan Pembiayaan Pada dasarnya terdapat 2 fungsi yang saling berkaitan dari pembiayan, yaitu: a. Profitability yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari hasil usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. b. Safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan memperoleh keuntungan dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.
47
6. Prinsip-prinsip Pembiayaan Syariah Lembaga Kauangan Syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut35 : a. Prinsip Keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama lembaga keuangan dan Nasabah. b. Prinsip Kemitraan Lembaga keuangan syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun lembaga keuangan pada kedudukan yang sama dan sederajat dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang diantara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank. Dalam hal ini lembaga keuangan berfungsi sebagai intermediary institution lewat skim-skim yang dimilikinya. c. Prisnsip Keterbukaan Melalui
laporan
keuangan
bank
yang
terbuka
secara
berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen lembaga keuangan.
35
Prinsip-Prinsip Pembiayaan Syariah, artikel diakses pada tanggal 22 oktober 2010 dari http://gogle.com./prinsip-prinsip pembiayaan syariah
48
d. Universalitas Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil’alamiin.
E. Usaha Kecil dan Menengah 1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah a. Usaha Kecil Usaha kecil merupakan bagian integral dan usaha nasional yang mempuyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan pembangunan nasional. Mengacu Undang-undang nomor 9 tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah : 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), dan. 2) Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1 miliar/tahun. b. Usaha Menengah INPRES NO. 10 tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200 juta sampai maksimal 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha).36
36
Titik Sartika, Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koperasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia 2004), h. 27-28.
49
Untuk kriteria usaha menengah: 1) Untuk sektor industri, memiliki total asset paling banyak Rp. 5 miliar, dan 2) Untuk sektor non-industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 miliar. Secara normatif, moral filosofis sistem ekonomi kerakyatan sebenarnya sudah tercantum dalam UUD 45, khususnya pasal 33. yang jika disederhanakan bermakna bahwa perekonomian bangsa disusun berdasarkan demokrasi ekonomi dimana kemakmuran rakyat banyaklah yang lebih diutamakan dibandingkan kemakmuran orang perorang. Bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah pokok-pokok atau sumber-sumber kemakmuran rakyat, maka hal tersebut berarti harus dikuasai dan diatur oleh negara sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat.37 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan sektor penting dalam perkembangan struktur industri dan pondasi ekonomi di Negara-negara sedang berkembang. Dalam konteks Indonesia, pembangunan dan pengembangan usaha kecil mempunyai arti strategis, yaitu untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha serta meningkatkan derajat distribusi pendapatan.38
37
Thohir Luth, Bank Syariah dan Prospek Perkembangan di Indonesia di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005)h. 16. 38 Marzuki Usman, Kiat Pengusaha Kecil, (Jakarta: Jurnal Keuangan dan Moneter dan Institusi Bankir Indonesia, 1998), h. 1.
BAB III GAMBARAN UMUM BMT MASJID AL AZHAR
A. Sejarah Berdiri KS-BMT Masjid Al Azhar berdiri pada tanggal 26 Agustus 1995 M / 29 Rabiul Awal 1416 H yang diresmikan oleh Bpk. Aries Mufti, SE, SH (Direktur Bank Muamalt Indonesia) dan Bapak Camat Pasar Minggu yang dalam hal ini diwakili oleh Bpk. Drs. H. Moch. Syarief Hasan (Wk. Camat Pasar Minggu). Adapun pendiri dan penggagas berdirinya KS-BMT Masjid Al Azhar adalah dari pengurus dan pembina Masjid Al Azhar Pasar Minggu yaitu Bp. H. Moh. Ali Moe’is, Bp. DR. KH. Mas’ud Saiful Alam dan Bp. Arifin yang disupervisi oleh praktisi BMI yaitu Bp. H. Aries Muftie, SE. SH dan Bp. Wiroso serta mendapat dukungan dari seluruh jama’ah pengajian Majelis Ta’lim Al Azhar Pasar Minggu. Pada awal operasinya (September 1995) KS-BMT Masjid Al Azhar hanya memiliki Asset sebesar Rp. 34.284.950,- dengan modal dasar pendirian sebesar Rp. 19.965.000,- yang merupakan setoran modal awal dari dari pemegang saham perdana, yaitu : 1. Bp. H. Moh. Ali Moe’is
Rp. 12.965.000,-
2. Bp. Arifin QQ-Kas Masjid Al Azhar
Rp. 3.500.000,-
3. Bp. A. Aziz Lutfi
Rp. 3.500.000,-
Pada saat itu KS-BMT Masjid Al Azhar sebelum memiliki Badan Hukum yang resmi, hanya berbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dibawah
50
51
binaan PINBUK yaitu sebuah LPSM yang dibentuk oleh BMI, MUI dan ICMI yang mana lembaga ini ditunjuk untuk membina dan megawasi BMT-BMT di Indonesia. Hal ini berdasarkan hasil kerjasama antara Bank Indonesia (BI) dengan PINBUK yang tertuang dalam MOU No. 003/MOU/PHBK-PINBUK/VIII/95 tertanggal 27 September 1995 dan didukung dalam Program Gerakan BMT Nasional yang direncanakan oleh Presiden Republik Indonesia pada saat itu (Bapak Soeharto) tanggal 7 Desember 1995. Dengan demikian KS-BMT Masjid Al Azhar beroperasi atas dasar izin operasi yang diberikan oleh lembaga tersebut diatas pada awal tahun 1996, dengan sertifikat operasi No. 0903004/PINBUK/IV/96 yang diperpanjang setiap 6 (enam) bulan sekali. Dan pada miladnya yang ke-4 tepatnya bulan September 1999 Manajemen KS-BMT Masjid Al Azhar merubah status badan hukum KS-BMT Masjid Al Azhar, dari bentuk KSM-PHBK menjadi ber-Badan Hukum Koperasi Syariah dengan Nomor : 357/BH/KDK.9.4/IX/1999, dengan sedikit perubahan nama yang terdaftar dalam Lembaran Negara Republik Indonesia melalui Depkop dan PKM menjadi “ BMT MASJID AL AZHAR “. Hal tersebut sudah mendapat persetujuan dari Musyawarah Anggota Tahunan (Pemegang Saham) KS-BMT Masjid Al Azhar pada tanggal 18 Juli 1999 yang tertuang dalam Notulen Rapat Nomor : 03/NR-RTAT/VII/99 tertanggal 20 Juli 1999.
52
B. Visi dan Misi Visi : Menjadi BMT yang Profesional, Modern, Terdepan dan Terpercaya. Misi : 1. Membangun dan memberdayakan ekonomi umat. 2. Meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat. 3. Menumbuh kembangkan prinsip ekonomi syariah. 4. Profesionalisme dalam melayani dan berorientasi pada ekonomi mikro. 5. Mencari keridho’an Allah SWT.
53
C.
Sruktur Organisasi
54
D. Produk-Produk yang Dikeluarkan BMT adalah suatu lembaga yang dimana kegiatan usahanya adalah menyimpan atau menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Oleh karena itu BMT Masjid Al-Azhar Jakarta dalam menghimpun dana dari masyarakat maupun dari pihak lain dalam bentuk simpanan yang melalui produk-produk penghimpunan dananya seperti: 1. Simpanan AMANAH Adalah simpanan yang dikelola dengan penuh amanah dan bagi hasil yang penuh berkah lagi menguntungkan. Simpanan ini dapat diambil setiap saat dengan setoran awal menimal Rp. 10.000,-. 2. Simpanan PENDIDIKAN Adalah simpanan yang diperuntukkan untuk perencanaan pendidikan bagi buah hati tersayang dimana penarikannya hanya dapat dilakukan pada tiap tahun ajaran baru. Membiasakan anak-anak anda untuk belajar hidup hemat dan merancang masa depannya yang lebih cerah dengan cara gemar menabung. 3. Simpanan HARI RAYA Adalah produk simpanan yang dipersiapkan untuk keperluan menyambut dua hari raya baik Hari Raya Idul Fitri maupun Hari Raya Idul Adha, agar meraih kekhusyuan dalam menjalankan ibadah. 4. Simpanan WALIMAH Adalah produk ini dikhususkan bagi pemuda, pemudi dan atau para orang tua untuk mempersiapkan kebutuhan dana pernikahan bagi putra-putrinya kelak. 5. Simpanan HAJI & UMROH
55
Adalah simpanan yang terencana dengan matang sebagai usaha bagi hamba-Nya yang taat untuk dapat beribadah ke Baitullah, dengan setoran awal sebesar Rp. 500.000,-. 6. Simpanan Berjangka MUDHARABAH Adalah simpanan investasi syariah dengan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan dimana nisbah bagi hasil yang ditawarkan sangat menguntungkan. Setoran awal minimal Rp. 500.000,-. BMT Masjid Al-Azhar Jakarta selain menghimpun dana dari masyarakat, juga menyalurkan dana melalui produk-produk pembiayaan seperti:1 1. Al-Murabahah (pembiayaan dengan sistem jual beli) Dalam skim ini, BMT berperan sebagai penjual barang, sementara calon nasabah sebagai pembeli. Karena jual beli tidak dilakukan secara tunai (lunas) pada saat transaksi, maka besarnya margin keuntungan BMT disesuaikan dengan jangka waktu pembayaran (secara angsuran) sampai lunas, dan sesuai dengan kesepakatan antara calon nasabah dengan BMT. Tingkat margin murabahah tidak berubah sepanjang jangka waktu, walaupun suku bunga berubah. 2. Al-Mudharabah (kerjasama usaha/modal dimana 100% modalnya dari BMT Masjid Al-Azhar) Dalam skripsi ini, BMT menyalurkan seluruh (100%) dana sebagai modal untuk membiayai suatu usaha atau proyek. Sedangkan share atau kontribusi nasabah berupa keahlian, skill, keterampilan, dan manajemen. Keuntungan dari usaha/proyek dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati pada awal akad 1
Brosur BMT Masjid Al-Azhar Jakarta
56
BMT akan menerima bagi-hasil dari nasabah pada setiap periode yang telah disepakati. Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat kelalaian si pengelola. Tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, maka si pengelola bertanggung jawab atas kerugian. 3. Al-Musyarokah (kerjasama modal kerja) Yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 4. Al-Ijarah / Ijarah Multi Jasa (sewa) Adalah akad pemindahan hak penggunaan/pemanfaatan atas barang atau jasa melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership / milkiah) atas barang itu sendiri. 5. Al-Qordhul Hasan (pembiayaan kebajikan) Pembiayaan ini sering disebut dengan istilah pembiayaan kebajikan, istilah ini muncul dikarena dana yang digunakan untuk jenis pembiayaan ini bukan berasal dari dana produktif, melainkan diambil dari dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Alokasi pembiayaan ini adalah untuk keperluan sosial baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembiayaan ini adalah dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial. Dari pembiayaan ini BMT tidak mengenakan tambahan keuntungan sama sekali, kalaupun pihak nasabah akan
57
menambahkan dari perputaran usahanya, maka dana tersebut hanya akan menambahkan jumlah dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).
BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BMT MASJID AL AZHAR TERHADAP PEMBIAYAAN UKM JAKARTA SELATAN
A. Penyaluran Pembiayaan UKM Jakarta Selatan 1. Aplikasi Strategi Pemasaran Yang Dilakukan oleh BMT Masjid Al-Azhar BMT merupakan suatu lembaga keuangan syariah yang berada di wilayah Jakarta Selatan yang pembangunannya bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.1 Oleh karena itu didalam menyusun rencana pemasaran produk pembiayaan UKM Jakarta Selatan, BMT Masjid Al Azhar Jakarta menempatkan pengenanalan produk terhadap calon nasabah pada urutan pertama guna memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada nasabah tersebut. Hai ini dilakukan untuk menentukan terlebih dahulu segmen pasar yang akan dituju. Setelah menentukan segmen pasar yang dituju, maka tahap selanjutnya BMT Masjid Al Azhar Jakarta tersebut memilih pasar sasaran yang ingin dipenuhi kebutuhannya. Pemilihan pasar sasaran produk LKM BMT Masjid Al Azhar Jakarta adalah kepada nasabah potensial, diantaranya adalah nasabah yang memerlukan modal untuk kebutuhan UKM, perdagangan, dan sebagainya. Selanjutnya yang dimaksud dengan UKM yakni suatu usaha yang di bangun atas dasar sendiri, baik itu dari sisi modal ataupun manajemennya. Maka UKM di
1
Wawancara pibadi dengan Bapak Syamsul, Manager BMT Masjid Al Azhar, Jakarta, tanggal 23 Desember 2010.
58
59
sini yang dimaksud oleh BMT Masjid Al Azhar yakni UKM yang dalam melakukan usahanya dari penjualan omset barang di bawah Rp. 50 juta. Maka BMT Masjid Al Azhar Jakarta dapat memberikan pembiayaan tersebut kepada para UKM/debitur. Pembiayaan yang diberikan kepada UKM maksimal berjumlah Rp. 30 juta. Ada beberapa strategi yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta diantaranya strategi pemasaran UKM yang dilandasi sikap proaktif BMT kepada para wirausahawan yang juga adalah anggota/debitur. Pelaksanaannya murni oleh BMT Masjid Al Azhar sendiri. Konsekuensinya, BMT Masjid Al Azhar harus mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang memenuhi kapasitas sebagai pemberdayaan UKM sekaligus mampu membangun moral pada usaha yang dibinanya. Selanjutnya pada strategi pemasaran tersebut yaitu terbagi diantaranya, yaitu : Tabel 4.1 No. 1.
EKSTERNAL Sponsorship
INTERNAL Dari mulut kemulut (dari BMT kepada debitur dan dari selanjutnya debitur kepada masyarakat)
2.
Adanya tim khusus pemasaran
Karyawan yang terdiri dari beberapa ustadz-ustadz yang bersosialisasi di pengajian-pengajian.
60
3.
Berpartner kepada kantin sekolahsekolah
Dalam menjalankan strategi pemasaran pembiayaan UKM, BMT Masjid Al Azhar Jakarta terlah mengaplikasikan bauran pemasaran dalam strategi pemasaran pembiayaan UKM, diantaranya yaitu : a. Strategi Produk Strategi produk pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta adalah dengan cara sebagai berikut : 1) Al-Murabahah BMT Masjid Al Azhar Jakarta mempunyai beberapa produk pembiayaan UKM, yaitu produk pembiayaan murabahah (jual beli). Dimana BMT Masjid Al Azhar Jakarta bertindak sebagai penjual, sementara nasabah (UKM) sebagai pembeli. Barang/jasa yang diperjual belikan dalam produk pembiayaan murabahah di BMT Masjid Al Azhar Jakarta adalah seperti kendaraan bermotor. Harga jual kendaraan bermotor kepada nasabah (UKM) adalah harga beli BMT Masjid Al Azhar Jakarta dari pemasok ditambah keuntungan (margin). 2) Al-Ijarah Adalah akad pemindahan hak penggunaan / pemanfaatan atas barang atau jasa melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership /milkiyah) atas barang itu sendiri.
61
3) Al-Qordhul Hasan Pembiayaan ini sering disebut dengan istilah pembiayaan kebajikan, istilah ini muncul dikarena dana yang digunakan untuk jenis pembiayaan ini bukan berasal dari dana produktif, melainkan diambil dari dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Alokasi pembiayaan ini adalah untuk keperluan sosial baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembiayaan ini adalah dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial. Dari pembiayaan ini BMT tidak mengenakan tambahan keuntungan sama sekali, kalaupun pihak nasabah akan menambahkan dari perputaran usahanya, maka dana tersebut hanya akan menambahkan jumlah dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS). 4) Al-Mudharabah Adalah BMT menyalurkan seluruh (100%) dana sebagai modal untuk membiayai suatu usaha atau proyek. Sedangkan share atau kontribusi nasabah berupa keahlian, skill, keterampilan, dan manajemen. Keuntungan dari usaha/proyek dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati pada awal akad BMT akan menerima bagi-hasil dari nasabah pada setiap periode yang telah disepakati. Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat kelalaian si pengelola. Tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, maka si pengelola bertanggung jawab atas kerugian.
62
5) Al-Musyarakah Yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. b. Strategi Harga Strategi harga pemasaran produk pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta menurut Bapak Samsul selaku manager pemasaran BMT Masjid Al Azhar Jakarta adalah
dengan cara seperti
perhitungan produk pembiayaan murabahah, dimana BMT Masjid Al Azhar Jakarta dan nasabah (UKM) harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika telah disepakati tidak dapat dirubah selama berlakunya akad. Dalam hal ini barang diserahkan segera setelah akad, dan pembayaran produk pembiayaan murabahah yang selalu dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta dengan cara pembayaran langsung yakni harian/mingguan ataupun bulanan. c. Strategi Distribusi Strategi disribusi yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta adalah dengan semaksimal mungkin memberikan kemudahan kepada nasabah debitur (UKM) dalam segala proses transaksi. Beberapa kemudahan tersebut adalah : 1) Proses pengajuan pembiayaan yang mudah, dikarenakan nasabah merupakan warga Jagakarsa pasar minggu dan sekitarnya, dimana BMT
63
Masjid Al Azhar Jakarta berada dan warga yang mendirikan BMT Masjid Al Azhar Jakarta sehingga masih terikat ikatan saling mempercayai satu sama lain karena hal ini masyarakat dengan mudah mendapatkan pengajuan pembiayaan tanpa proses yang rumit. 2) Pengajuan pembiayaan maksimal Rp. 30 juta. 3) Fleksibel dalam bukti pengembalian bukti/struk pembelian nasabah debitur
(UKM)
dari
agen/grosir.
Memang
nasabah
seharusnya
memberikan bukti/struk pembelian dari agen/grosir kepada BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Apabila nasabah dalam menjalankan usahanya tanpa disertai dengan bukti pembelian/struk, maka pihak BMT Masjid Al Azhar Jakarta memberikan sepenuhnya kepercayaan kepada nasabah debitur (UKM). d. Srategi Promosi Strategi yang diterapkan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta ialah dalam proses pensosialisasian dilakukan pada saat pengajian masyarakat yang dilaksanakan
di
daerah
Jagakarsa
dan
sekitarnya.
Pada
saat
itu
pensosialisasian tentang berdirinya BMT Masjid Al Azhar Jakarta dilakukan, dengan demikian masyarakat dapat memahami tujuan berdirinya BMT Masjid Al Azhar Jakarta dan manfaat dari produk-produk pembiayaan UKM yang terdapat di BMT Masjid Al Azhar Jakarta.
Proses yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta belum sampai pada metode periklanan, seperti pada televisi, radio, majalah, dan lain-lain. BMT
64
Masjid Al Azhar Jakarta baru hanya pembuatan kalender, brosur dan pensosialisasian informasi melalui website. Maka dengan hal inilah promosi dengan cara periklanan belum dapat dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta secara menyeluruh. Promosi yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Promosi yang dilakukan ialah dengan proses dari mulut ke mulut dengan memaksimalkan hal-hal positif yang terdapat pada produk-produk BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Nasabah yang telah merasakan manfaat dari produk-produk yang terdapat pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta memberitahu masyarakat yang belum merasakan manfaat dari produk-produk yang terdapat pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta, sehingga lambat laun masyarakat yang belum merasakan manfaat dari produk-produk yang terdapat pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta berminat untuk memanfaatkan produk-produk yang terdapat pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Promosi yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta ialah dengan penjualan pribadi (personal selling). Promosi ini dilakukan oleh pengelola BMT Masjid Al Azhar Jakarta dengan cara menawarkan produk-produk yang terdapat pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta dengan menjelaskan manfaaat dan keuntungan yang akan diperoleh masyarakat apabila memanfaatkan produkproduk yang terdapat pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Strategi pemasaran pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta juga seperti sponsorship keagamaan, berpartner dengan sekolahsekolah yakni kantin jajanan. Kemudian BMT Masjid Al Azhar Jakarta dalam memasarkan produk-produknya juga melalui bantuan-bantuan yang sifatnya
65
sosial. Selain itu pemasaran pembiayaan UKM yang Islami dan juga bauran pemasaran pembiayaan UKM, ternyata dapat menarik minat nasabah ini dibuktikan dengan perkembangan dan pertumbuhan jumlah pembiayaan UKM yang diajukan oleh nasabah (UKM) terhadap produk-produk BMT Masjid Al Azhar Jakarta.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemasaran Terhadap Pembiayaan UKM Jakarta Selatan di BMT Masjid Al Azhar Jakarta
Dalam memasarkan produknya dari segi pembiayaan UKM, BMT Masjid Al Azhar Jakarta memiliki beberapa
actor, seperti
actor pendukung dan juga
actor penghalang yang berperan penting untuk membantu para UKM/debitur dalam mengembangkan usahanya, diantaranya sebagai berikut : a. Faktor Pendukung : Lokasi yang sangat strategis, yaitu sentralisasi roda perekonomian yang berdekatan dengan para UKM di Jakarta Selatan dan juga dekat sekali dengan pasar-pasar tradisional. Berikut di bawah ini adalah nama, lokasi dan usaha yang digeluti para UKM Jakarta Selatan :
66
Tabel 4.2 NO. 1.
NAMA
ALAMAT
Nunung Sumiati Jl. Masjid Al-Makmur Rt 17/07
USAHA Warung Sembako
No. 6 Pejaten 2.
Rojali
Jl. Jati Padang Rt 05/08 Pasar Minggu
Warteg
3.
Kuraisin
Jl. Lebak Rt 07/08 Pejaten Timur
Warung Nasi
4.
Samsuir
Gg. H. Zakaria Rt 02/03 Lenteng Agung
Catering
5.
Puji Kuat
Tanah Kusir V Rt 012/11 Kebayoran Lama
Dagang (Pecel Ayam)
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari beberapa lokasi, ternyata para pengusaha UKM Jakarta Selatan lebih banyak berasal dari pejaten pasar minggu dibanding dengan para UKM lainnya. Hal ini dapat saja didukung dengan keberadaan UKM Jakarta Selatan yang dekat sekali untuk mengakses ke BMT Masjid Al-Azhar yang keberadaan lokasinya di pasar minggu Jakarta Selatan. b. Faktor Penghalang : UKM yang debiturnya berasal dari luar Jakarta, yang sekiranya agak sulit sekali dalam kelengkapan administratif, misalnya pada kepemilikan KTP. Kalau dari UKM/debitur yang berasal dari luar daerah ditakutkan karena para UKM/debitur tersebut melakukan usahanya tersebut dapat berpindah-pindah dari
67
daerah yang satu ke daerah yang lainnya. Sehingga berimplikasi pada sulitnya pendataan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Berikut adalah tabel kolektibilitas pembiayaan UKM :
Tabel 4.3
NO.
TINGKAT
JUMLAH
TINGKAT
KOLEKTIBILITAS
DEBITUR
PERTUMBUHAN
2009 A.
LANCAR
B.
2008
1069
498
29,3 %
KURANG LANCAR
190
28
471,4 %
C.
DIRAGUKAN
110
69
59,4 %
D.
MACET
25
23
8,6 %
349
155
142,2 %
Rata-rata : *) Data s/d 31 Desember 2009
Keterangan A. LANCAR
: Angsuran berjalan sesuai dengan Akad Pembiayaan
dan atau terdapat tunggakan dengan akumulasi maksimal 3 bulan. B. KURANG LANCAR : Angsuran berjalan cukup lancar dan terakumulasi tunggakan maksimal 6 bulan.
68
C. DIRAGUKAN
: Angsuran berjalan kurang lancar dan terakumulasi
tunggakan maksimal 27 bulan. D. MACET
: Angsuran berjalan tidak lancar dan terakumulasi
tunggakan lebih dari 27 bulan.
Dari tabel diatas bahwa dapat dijelaskan bahwa : A) Pada kategori lancar, dengan jumlah debitur pada tahun 2008 berjumlah 498 orang mengalami kenaikan ditahun 2009 dengan jumlah 1069 orang atau meningkat 29,3 %. B) Kategori kurang lancar, dengan jumlah debitur pada tahun 2008 berjumlah 28 orang mengalami kenaikan ditahun 2009 dengan jumlah 190 orang atau meningkat 471,4 %. C) Kategori diragukan, dengan jumlah debitur pada tahun 2008 berjumlah 69 orang mengalami kenaikan ditahun 2009 dengan jumlah 110 orang atau meningkat 59,4 %. D) Kategori macet, dengan jumlah debitur pada tahun 2008 berjumlah 23 orang mengalami kenaikan ditahun 2009 dengan jumlah 25 orang atau meningkat 8,6 %. Dari penjelasan diatas dan disertai penjabarannya ternyata BMT Masjid Al Azhar dalam memberikan pembiayaan kepada para UKM berdasarkan seluruh kategorinya ternyata mengalami penurunan yang kurang sehat . Misalnya pada rata-rata kolektibilitas pembiayaan UKM tahun 2008-2009 rata-rata berjumlah 142,2 %. Hal ini menunjukkan karena adanya Rasio Kolektibilitas Pembiayaan
69
dari tahun sebelumnya (tahun 2008) yaitu untuk BDR nya 20,4 % dan NPF nya 27,2 %. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 dengan Rasio BDR nya 21,9 % dan NPF nya 30,6 % (kurang sehat).
3. Prosedur Pengajuan Pembiayaan UKM Di BMT Masjid Al Azhar Jakarta
Gambar 4.4
Anggota
Mengisi Formulir
Survei Lokasi
Komite
Akad
Gambar di atas menjelaskan bahwa berawal dari mendaftarkan diri sebagai anggota BMT
Masjid Al Azhar Jakarta, kemudian anggota/calon debitur
diharuskan untuk mengisi formulir permohonan pembiayaan dan disertai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta yang harus dipenuhinya. Setelah itu, maka langkah selanjutnya adalah pihak BMT Masjid Al Azhar Jakarta datang kelokasi /survei ke tempat usaha anggota/calon debitur untuk melihat jenis-jenis usaha yang digelutinya. Dengan demikian dari laporan yang diterima oleh pihak BMT yang mensurvei ke lokasi maka berkas tersebut diserahkan kepada komite untuk dilakukan pengecekan, apakah berkas dan syarat-syarat anggota/calon debitur tersebut sudah memenuhi kriteria yang diinginkan ataukah tidak. Jika komite menyetujuinya maka langkah berikutnya adalah melakukan akad sesuai kesepakatan yang dinginkan, dan apabila tidak disetujui oleh komite maka pengajuan permohonan tersebut dapat dikategorikan
70
seperti
harus
memenuhi
kelengkapan
persyaratan
ataupun
permohonan
pembiayaan tersebut ditolak. Selanjutnya yaitu persyaratan yang diterapkan di BMT Masjid Al-Azhar Jakarta dalam memberikan pembiayaan kepada para UKM Jakarta Selatan, diantaranya sebagai berikut:2 1. Menyerahkan foto copy KTP/SIM, KK, surat nikah, surat domisili, PBB, rekening listrik/telepon dan identitas lain. 2. Mengisi formulir permohonan pembiayaan. 3. Menyerahkan jaminan berupa BPKB motor/mobil, surat tanah, surat kios, dll.
4. Peluang dan Tantangan Pembiayaan Terhadap Pemberdayaan UKM Jakarta Selatan
Dalam memasarkan produknya dari segi pembiayaan untuk memberdayakan para UKM, BMT Masjid Al-Azhar memiliki peluang dan juga tantangan dalam mengembangkan usaha UKM, diantaranya adalah : a. Peluang Peluang pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al-Azhar Jakarta adalah sebagai berikut : 1) Meningkatnya nasabah dari tahun ke tahun yang berdasarkan pada tabel perkembangan nasabah.
2
Brosur BMT Masjid Al-Azhar Jakarta.
71
2) Dalam pemberian keuntungan kepada nasabah tidak menggunakan bunga, melainkan dengan prinsip bagi hasil. 3) Di negara Indonesia penduduknya mayoritas muslim, maka dengan hal inilah BMT Masjid Al-Azhar pun nasabahnya adalah kebanyakan muslim. 4) Para UKM Jakarta Selatan lebih menyukai pembayaran dengan cicilan dibandingkan pembayaran tunai, karena para UKM dapat mengalihkan uangnya ke yang lain. b. Tantangan Selain peluang diatas BMT Masjid Al-Azhar memiliki tantangan dalam memberikan pembiayaannya kepada para UKM, diantaranya sebagai berikut : 1) Dalam mengembangkan perekonomian dengan berbasis syariah, maka dikalangan masyarakat masih terdapat pemikiran bahwa lembaga ini hanyalah identik dengan yang bernuansa keagamaan semata seperti penerimaan dan penyaulran ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah). 2) Kejujuran para nasabah UKM dalam memberikan suatu data keuangan atau keuntungan setiap bulan dalam menentukan bagi hasil seringkali nasabah memberikan informasi yang kurang mendukung, seperti mengatakan
bahwa
laporan
keuntungannya
kecil
padahal
yang
sesungguhnya keuntungan yang diterima para UKM adalah besar. 3) Berkompetisi dengan para kompetitif seperti rentenir, dalam hal ini para UKM lebih senang meminjam pembiayaan kepada rentenir dengan mudah dan cepat, walaupun UKM dibebankan bunga sampai dengan 20%.
72
B. Pemanfaatan Pembiayaan UKM Jakarta Selatan 1. BMT Masjid Al Azhar Jakarta Untuk memaksimalkan keinginan yang sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, ternyata terdapat beberapa manfaat yang diperoleh oleh BMT, diantanya : a. Profitabilitas b. Penyampaian visi dan misi c. Kedekatan emosinal kepada UKM/debitur
2. UKM Jakarta Selatan yang Diberikan Pinjaman Pembiayaan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta Tidak hanya pada BMT Masjid Al Azhar saja yang memperoleh banyak manfaat, maka para UKM/debitur pun yang mengajukan pembiayaan kepada BMT Masjid Al Azhar Jakarta mendapatkan banyak manfaat khusus, diantaranya sebagai berikut :3 a. Mendapatkan kemudahan dalam mengajukan pembiayaan, seperti jumlah peminjaman akan dikenakan 2-3% yang harus dibayarkan dari jumlah plafon yang diterima oleh UKM/debitur kepada BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Bila dibandingkan dengan meminjam kerentenir yaitu kira-kira akan dikenakan sampai 20% dari jumlah plafon yang diterima oleh debitur. b. Bertambahnya pengetahuan tentang pemahaman ekonomi Islam
3
Wawancara pribadi dengan Bapak Syamsul, Manager BMT Masjid Al Azhar, Jakarta tanggal 23 Desember 2010.
73
C. Perkembangan Pembiayaan UKM Jakarta Selatan Pada BMT Al Azhar Jakarta Strategi pemasaran pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar menerapkan prinsip-prinsip pemasaran pembiayaan UKM yang Islami dan juga penerapan bauran pemasaran pembiayaan UKM, ternyata dapat menarik minat nasabah ini dibuktikan dengan perkembangan jumlah pembiayaan yang diajukan oleh nasabah terhadap produk-produk BMT Masjid Al Azhar.
Tabel 4.5 Pembiayaan Menurut Kelompok Usaha4
KELOMPOK
JUMLAH PEMBIAYAAN
USAHA
PEMBIAYAAN 2008
A. SEKTOR
379.600.000
INDUSTRI KECIL
4
TINGKAT
Dokumen BMT Masjid Al Azhar Jakarta.
2009 419.600.000
(%) 10,53 %
74
B. SEKTOR
3.387.770.300
7.392.470.300
36,21 %
C. SEKTOR JASA
3.802.719.500
4.258.719.500
11,99 %
D. SEKTOR UMUM
6.048.298.000
7.195.478.000
18,96 %
3.404.596.950
4.816.566.950
139,92 %
PERDAGANGAN
(NON USAHA) Rata-rata :
*) Data s/d Tgl. 31 Desember 2009
Dari tabel di atas dengan penerapan bauran pemasaran pembiayaan UKM, ternyata dapat menarik minat nasabah ini dibuktikan dengan perkembangan jumlah pembiayaan UKM yang diajukan oleh nasabah terhadap produk-produk BMT Masjid Al Azhar, ini terbukti dengan peningkatan jumlah pembayaran UKM pada tahun 2008 sampai 2009. Apabila data di atas dijabarkan berdasarkan kelompok usaha, maka : A) Sektor industri kecil dalam menerima pembiayaan
pada tahun 2008
sebesar Rp. 379.600.000 dengan kenaikan sebesar Rp. 419.600.000 atau meningkat 110,53 %. B) Sektor perdagangan dalam menerima pembiayaan pada tahun 2008 sebesar Rp. 3.387.770.300 dengan kenaikan sebesar Rp. 7.392.470.300 atau meningkat 36,21 %.
75
C) Sektor jasa dalam menerima pembiayaan pada tahun 2008 sebesar Rp. 3.802.719.500 dengan kenaikan sebesar Rp. 4.258.719.500 atau meningkat 119.99 %. D) Sektor umum (non usaha) dalam menerima pembiayaan pada tahun 2008 sebesar 6.084.8298.000 dengan kenaikan sebesar Rp. 7.195.478.000 atau meningkat 118,96 %.
Dari keterangan diatas dan disertai penjabarannya ternyata BMT Masjid Al Azhar dalam memberikan pembiayaan kepada para UKM ternyata mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Misalnya pada rata-rata pembiayaan UKM tahun 2008-2009 rata-rata berjumlah 139,92 %. Ini bisa dikatakan bahwa BMT Masjid Al Azhar sangat baik sekali dalam memberikam pembiayaannya kepada UKM, serta membantu UKM yang kekurangan dana dan UKM inilah penyelamat tonggak ekonomi nasinal.
76
Selanjutnya, di bawah ini yakni tabel realisasi pembiayaan per tahun :
Tabel 4.6 Data Realisasi Pembiayaan Per Tahun5
REALISASI PEMBIAYAAN NO.
TAHUN
TOTAL PEMBIAYAAN (AKUMULATIF)
1.
1996
Jumlah Debitur 211
2.
1997
143
Rp 260.064.000
354
Rp 597.284.200
77 %
3.
1998
82
Rp 212.750.000
436
Rp 810.034.200
36 %
4.
1999
105
Rp 254.230.000
541
Rp 1.064.264.200
31 %
5.
2000
141
Rp 455.870.000
682
Rp 1.520.134.200
43 %
6.
2001
158
Rp 649.085.000
840
Rp 2.169.219.200
43 %
7.
2002
152
Rp 980.738.000
992
Rp 3.149.957.200
45 %
8.
2003
116
Rp 707.215.000
1108
Rp 3.857.172.200
22 %
9.
2004
171
Rp 1.414.620.000
1279
Rp 5.271.792.200
36 %
10.
2005
167
Rp 1.645.725.000
1446
Rp 6.917.517.200
31 %
11.
2006
207
Rp 1.963.731.600
1653
Rp 8.881.248.800
28 %
12.
2007
205
Rp 2.084.690.000
1858
Rp 10.965.938.800
23 %
13.
2008
484
Rp 2.652.449.000
2342
Rp 13.618.387.800
24 %
14.
2009
1611
Rp 5.647.880.000
3953
Rp 19.266.267.800
41 %
Rata-Rata Per
282
Rp 1.376.161.986
5
Jumlah Uang Rp 337.220.200
Total Debitur 211
Rp 337.220.200
TINGKAT PERTUMBUHAN
Dokumen BMT Masjid Al Azhar Jakarta.
Total Uang
37 %
77
Tahun *) Data Terakhir s/d Tgl. 31 Desember 2009
Berdasarkan tabel di atas apabila dijabarkan dari awal berdirinya BMT Masjid Al
Azhar
sampai
tahun
2009
ternyata
fluktuatif
dalam
memberikan
pembiayaannya, maka jika dibagi perlima tahun penjelasannya adalah sebagai berukut : A) Berawal dari berdirinya BMT Masjid Al Azhar Jakarta, dan memberikan pembiayaannya pada tahun 1996 ternyata jumlah debitur 211 orang dengan jumlah realisasi pembiyaan Rp. 337.220.200. Kemudian pada tahun 1997 mengalami penurunan jumlah debitur menjadi 143 orang dengan realisasi pembiayaan Rp. 260.064.000 atau jika diakumulasikan meningkat berjumlah 77 %. B) Kemudian pada tahun 2002 jumlah debitur 152 orang dengan realisasi pembiayaan Rp. 980.738.000. Dan pada tahun 2003 mengalami penurunan jumlah debitur menjadi 116 orang dengan realisasi pembiayaan Rp. 707.215.000 atau jika diakumulasikan meningkat menurun menjadi 22 %. C) Pada tahun 2008 jumlah debitur 484 orang dengan realisasi pembiayaan Rp. 2.652.449.000. Selanjutnya pada tahun 2009 jumlah debitur 1611 orang dengan realisaisi pembiyaan Rp. 5.647.880.000 atau jika diakumulasikan meningkat menjadi 41 %.
Dengan demikian bahwa pencapaian dibidang pembiayaan yang mengalami pertumbuhan. Sampai akhir desember 2009, pembiayaan yang telah disalurkan
78
kepada masyarakat meningkat dari realisasi tahun-tahun sebelumnya. Dengan pertumbuhan yang setiap tahunnya meningkat rata-rata Rp 1.376.161.986, diharapkan dapat terus meningkatkan pembiayaan terhadap UKM dengan lebih optimal lagi ditahun-tahun mendatang.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai strategi pemasaran pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Aplikasi strategi pemasaran produk pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta meliputi faktor eksternal dan faktor internal, seperti a). Faktor eksternal terdiri dari sponsorship, adanya tim khusus, berpartner dengan sekolah-sekolah seperti di kantin. Dan variabel bauran pemasaran pembiayaan UKM terdiri dari strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi. b). Faktor internal terdiri dari mulut ke mulut (dari BMT kepada debitur dan dari debitur tersebut disampaikan lagi kepada masyarakat / pedagang lainnya), karyawan yang terdiri dari ustadzustadz yang bersosialisasi di pengajian-pengajian / majelis ta’lim. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengaplikasian strategi pemasaran pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta adalah sebagai berikut a). Faktor pendukung seperti lokasi yang sangat strategis, yaitu sentralisasi roda perekonomian yang berdekatan dengan para UKM di Jakarta Selatan dan juga dekat sekali dengan pasar-pasar tradisional. Selanjutnya adalah dari beberapa sampel nasabah UKM yang berada di wilayah Jakarta Selatan ternyata lebih banyak para nasabah UKM yang
79
80
berasal dari pejaten pasar minggu dibanding dengan wilayah lainnya yang ruang lingkupnya masih berada di Jakarta Selatan. b). Faktor penghalang seperti UKM yang debiturnya berasal dari luar Jakarta, yang sekiranya agak sulit sekali dalam kelengkapan administratif, misalnya pada KTP yang tidak dimilikinya. Kalau dari UKM / calon debitur yang berasal dari luar daerah ditakutkan karena para UKM / calon debitur tersebut melakukan usahanya tersebut dapat berpindah-pindah dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya. Sehingga berimplikasi pada sulitnya pendataan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Selanjutnya adalah para nasabah yang memiliki KTP yang menunjukkan bahwa banyak diantara nasabah yang sulit sekali dalam membayar angsurannya. Sehingga pada tahun 2008-2009 BMT Masjid Al Azhar dikategorikan mengalami penurunan pembiayaan yang disebabkan dari nasabah UKM itu sendiri. 3. Prosedur pengajuan pembiayaan UKM di BMT Masjid Al Azhar Jakarta yakni nasabah / calon debitur diharuskan untuk mengisi formulir permohonan pembiayaan dan disertai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta yang harus dipenuhinya. Setelah itu, maka langkah selanjutnya yaitu pihak BMT Masjid Al Azhar Jakarta mensurvei kelokasi ke tempat usaha nasabah / calon debitur untuk melihat jenis-jenis usaha yang digelutinya. Dengan demikian dari laporan yang diterima oleh pihak BMT yang mensurvei ke lokasi maka berkas tersebut diserahkan kepada komite untuk dilakukan pengecekan, apakah berkas dan syarat-syarat nasabah / calon debitur tersebut sudah memenuhi kriteria yang diinginkan ataukah tidak. Jika
81
komite menyetujuinya maka langkah berikutnya adalah melakukan akad sesuai kesepakatan yang dinginkan, dan apabila tidak disetujui oleh komite maka nasabah / calon debitur harus melengkapi persyaratan atau permohonan pembiayaan tersebut nantinya akan ditolak. 4. Peluang dan tantangan yang dihadapi oleh BMT Masjid Al-Azhar dalam memberikan pembiayaan kepada para UKM yang berfungsi untuk memberdayakan para masyarakat ternyata diantaranya : a). Peluang BMT Masjid Al-Azhar terdiri dari peningkatan jumlah nasabah, pembagian keuntungan kepada para nasabah memakai prinsip bagi hasil, mayoritas penduduk Indonesia muslim, UKM lebih menyukai cicilan dibandingkan dengan tunai. b). Tantangan BMT Masjid Al-Azhar terdiri dari minimnya pemahaman masyarakat tentang BMT yang identik dengan lembaga penerima atau penyalur ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah), kejujuran para nasabah dalam melaporkan data keuangan atau keuntungan yang diterimanya.
B. Saran Dari kesimpulan yang dikemukakan di atas, penulis mencoba untuk memberikan saran bahwa hendaknya BMT Masjid Al Azhar Jakarta semakin aktif untuk meningkatkan inovasi dalam kegiatan pemasaran, baik promosi dan sosialisasi, karena kegiatan pemasaran terbukti mampu meningkatkan jumlah pembiayaan UKM yang di ajukan oleh nasabah. Jika dilihat dari persentase peningkatan jumlah pembiayaan UKM yang diajukan oleh nasabah (UKM) dari tahun ke tahun sudah dapat dikatakan bagus untuk ukuran lembaga keuangan
82
mikro syariah yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat, namun masih perlu adanya perbaikan diberbagai hal. Oleh karena itu, perlu diadakan evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas promosi dan sosialisasi secara terus menerus untuk mengetahui seberapa efektif keberhasilan strategi pemasaran yang dilakukan, mengatasi berbagai kendala yang timbul dan sebagai bahan acuan perencanaan kegiatan promosi dan sosialisasi di masa mendatang. Diharapkan dimasa mendatang BMT Masjid Al Azhar Jakarta dapat mengeluarkan produk-produk pembiayaan yang lainnya. Bila BMT Masjid Al Azhar Jakarta dapat menerapkan bermacam-macam produk pembiayaan UKM tersebut dengan baik, insya Allah akan menghasilkan lebih banyak keuntungan terhadap BMT dan tentunya sangat bermanfaat terhadap nasabah (UKM) yang menggunakan produk-produk pembiayaan tersebut. Dalam penerapan strategi harga hendakya BMT Masjid Al Azhar Jakarta lebih kompetitif, ini akan berdampak positif terhadap keuntungan yang didapat oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Dalam penerapan strategi distribusi (Place) telah banyak memberikan kemudahan-kemudahan kepada nasabah dalam segi aksesbilitas, dan diharapkan BMT Masjid Al Azhar Jakarta meningkatkan aksesbilitas UKM terhadap BMT Masjid Al Azhar Jakarta sebagai lembaga penyedia modal untuk wilayah Pasar Minggu dan sekitarnya seperti mendirikan kantor cabang lainnya selain di wilayah Tangerang. Sehingga nasabah (UKM) lebih mudah menjangkau produkproduk pembiayaan UKM yang ada pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Diharapkan penerapan strategi promosi yang telah dilakukan tidak berhenti sampai disitu, BMT Masjid Al Azhar Jakarta dapat memasarkan produk
83
pembiayaan UKM dengan berbagai cara lain seperti periklanan dengan cara pemasangan spanduk, pemasangan iklan melalui koran, majalah, televisi lokal, dan radio. Kemampuan Sumber Daya Manusia juga perlu ditingkatkan lagi melalui pendidikan dan pelatihan yang diberikan serta penyeleksian calon karyawan baru dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan profesionalitas kerja BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Selain itu, keterbatasan Sumber Daya Manusia dalam mensosialisasikan / memasarkan produk-produknya kepada para UKM harus segera diselesaikan pemecahan permasalahannya. Evaluasi juga perlu dilakukan dengan mendengarkan masukan yang diberikan oleh para nasabah (UKM) sebagai upaya untuk membangun hubungan kekerabatan silaturrahmi antara BMT Masjid Al Azhar Jakarta dengan para nasabahya (UKM). Hal ini akan menciptakan image positif sekaligus bagian dari sosialisasi pemahaman, pengetahuan, dan pengenalan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Helmi. ”Strategi Manajemen Risiko dan Pada Pembiayaan UKM di BMT AlMunawwarah dan BMT Berkah Madani,” Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010. Aziz Dahlan, Abdul. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Iktikar Baru Van Hove, 1991. BMT sebagai Alternatif Model Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Jakarta: PINBUK. Brosur BMT Masjid Al-Azhar Jakarta Djazuli, A. Dkk. Lembaga-lembaga Perekonomian Ummat (sebuah pengenalan). Jakarta: Raja Grafindo, 2002. DH, Basu swastha. Asas-Asas Marketing. Yogyakarta: Liberty, 1983. Dokumen BMT Masjid Al-Azhar Jakarta Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogja: Andi Offset, 1992. Ismail, EH. “Pertumbuhan BMT di Jatim Kurang Gesit.” Republika, 18 November 2010. Kotler dan Armstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 1997. Kotler, Philip dan N. Bloom, Paul. Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa Profesional. Jakarta: Intermedia, 1995. Kotler, Philip. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall, 2000. Kotler, Philip dan Lane Keller, Kevin. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks, 2007. Kotler, Philip dan AB Susanto. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2000. Kurniarto, Toto. “Peran Lembaga Perekonomian Nahdatul Ulama (LPNU) Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Syariah,” Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.
Luth, Thohir. Bank Syariah dan Prospek Perkembangan di Indonesia di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005. Marbun, B.N. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003. MC Carthy, Jerome. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 1985. Min Ummaya, Hiliyati. “Analisis Tingkat Kepuasan Nasabah BMT bebasis Pelayanan (Studi Kasus KS-BMT Masjid Al Azhar Jakarta),” Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009. M. Ra’ana, Irfan. Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar Ibn Khatab. Jakarta: Pustaka Pridaus, 1992. Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005. Nafisah. “Strategi BMT Dalam Pengembangan UKM (Studi Kasus Pada BMT Ta’awun Cipulir),” Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007. Perwataatmadja, Kanaen A. Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia. Depok: Usaha Kami, 1996. Prinsip-Prinsip Pembiayaan Syariah, artikel diakses pada tanggal 22 oktober 2010 dari http://gogle.com./prinsip-prinsip pembiayaan syariah PINBUK, Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu. Jakarta: PINBUK,t.t. Rivai, Veithzhal dan Permata Veitzhal, Andria. Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi (Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Saifuddin A. Rasyid, Baihaqi Abd. Madjid. Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia. Jakarta: PINBUK, 2000. Sakti, Ali. Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern. Jakarta: Paradigma Aqsa Publishing, 2007. Sartika, Titik. Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koperasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.
Soekartawi, Manajemen Pemasaran Dalam Bisnis Modern. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi, 2002. Usman, Husaini dan Setiadi Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Usman, Marzuki. Kiat Pengusaha Kecil. Jakarta: Jurnal Keuangan dan Moneter dan Institusi Bankir Indonesia, 1998. Wawancara pibadi dengan Bapak Samsul, Manager BMT Masjid Al Azhar, Jakarta, tanggal 23 Desember 2010. Widodo, Hertanto. Panduan Praktis Operasional BMT. Bandung: Mizan, 1999.
Hasil Wawancara STRATEGI PEMASARAN BMT MASJID AL-AZHAR TERHADAP PEMBIAYAAN UKM JAKARTA SELATAN
Nama
: Bpk. Samsul
Jabatan
: Manajer
Tempat Wawancara : BMT Masjid Al-Azhar Pewancara
: Arief Rahman
1. Apa definisi pembiayaan UKM Jakarta Selatan menurut BMT Masjid Al Azhar Jakarta/ kriteria-kriteria UKM ? Jawab : Omset dibawah 50 juta, maksimal pemberian pembiayaan 30 juta untuk debitur. 2. Strategi apa saja yang dilakukan BMT Masjid Al Azhar dalam memasarkan produk pembiayaan UKM Jakarta Selatan ? Jawab : Dari mulut kemulut Internal (pengajian dari ustad-ustad yang sebagian adalah karyawan BMT Masjid Al Azhar Eksternal (seperti sponsorship) Adanya tim khusus pemasaran Berpartner dengan sekolah-sekolah, seperti: kantin.
3. Faktor-faktor pendukung dan penghalang terhadap pemasaran penyaluran pembiayaan UKM Jakarta Selatan di BMT Masjid Al Azhar Jakarta ? Jawab : Faktor Pendukung : Lokasi yang strategis yaitu lokasinya berdekatan dengan para UKM dan pasarpasar. Faktor Penghalang : UKM yang berasal dari masyarakat pendatang agak sulit karena kurangnya administratif, seperti : KTP yang tidak dimilikinya. 4. Pemanfaatan Pembiayaan UKM a. BMT Al Azhar Nasabah yang Diberikan Pinjaman Pembiayaan UKM Jakarta Selatan oleh BMT Al Azhar ? Jawab : Profitabilitas Penyampaian visi dan misi Kedekatan emosinal,yaitu DPK/BMT terhadap nasabah pembiayaan UKM
b. Nasabah yang Diberikan Pinjaman Pembiayaan UKM Jakarta Selatan oleh BMT Al Azhar ? Jawab : Pemberian pembiayaan BMT akan dibebankan kepada UKM berkisar 2-3% dari plafon yang diterimanya. Jika dibandingkan dengan renternir UKM akan dibebankan sampai dengan 20% dari jumlah plafon yang diterimanya Adanya pertambahan tentang pemahaman ekonomi Islam 5. Dalam memasarkan produk pembiayaan UKM, apakah sudah sangat optimal ? Jawab : Belum sangat optimal, karena masih banyak UKM yang belum disentuh yang disebabkan terbatasnya Sumber Daya Manusia untuk mengakses kepada UKM.
6. Prosedur dan syarat-syarat mengajukan pembiayaan UKM, serta akad-akad yang digunakan nasabah ? Jawab :
Anggota
Mengisi Formulir
Survei Lokasi
Komite
Jika Diterima Akad
7. Pada pembiayaan UKM, apakah ada perbedaan akad antara seluruh nasabah ? Jawab : Ya ada perbedaan akad, karena tergantung kebutuhan para UKM. 8.a. Jika permohonan pembiayaan UKM disetujui, apakah jumlah plafon yang diinginkan nasabah akan dipotong biaya-biaya atau mungkin calon nasabah harus membayar administrasi lain ? Jika ada, Berapa jumlah biaya-biaya administrasi dan apa saja jenis-jenis biaya administrasi ? Jawab : Ya, itu sama saja baik dipotong biaya-biaya ataupun membayar administrasi. Biaya-biaya administrasi seperti : Membayar 3% dari jumlah plafon yang akan diterima Profisi Asuransi kredit/pembiayaan Pembelian materai dan map b. Kemudian, adakah pembayaran infaq/shadaqah, jika ada berapa jumlahnya ? Jawab : Ya, harus membayar berkisar 1-1,5%. Tetapi jika pembiayaan tersebut membutuhkan sekali/mendesak, maka tidak akan dikenakan pembayaran infaq/shadaqah tersebut. c. Jika pihak BMT Masjid Al Azhar menyetujui pembiayaan UKM terhadap calon nasabahnya, maka apakah pihak BMT akan mensurvei ke lokasi usaha nasabah tersebut ?
Jawab : Ya, dari pihak BMT akan mensurvei kelokasi calon nasabah pembiayaan UKM. d. Berapa lamanya nasabah dapat menerima pembiayaan tersebut setelah BMT survey kelokasi ? Jawab: Lamanya 7 hari semenjak kelengkapan berkas calon nasabah pembiayan. e. Untuk menyatakan kebenaran pembiayaan dialokasikan keusahanya, apakah pihak
BMT memerlukan suatu bukti ? Seandainya diperlukan, buktinya
berupa apa ? Jawab : Ya, seperti warung berupa struk pembelian setiap belanja di grosir/agen. Tetapi kalau tidak ada juga tidak apa-apa dan itu diserahkan sepenuhnya kepada nasabah. f. Sendainya bukti tersebut kurang dari jumlah plafon yang diberikan oleh BMT maka langkah apa saja yang dilakukan oleh BMT ? Jawab : Tetapi kalau tidak ada juga tidak apa-apa dan itu diserahkan sepenuhnya kepada nasabah. g. Seandainya nasabah meninggal, apakah hutang / angsurannya di bebaskan ? Jawab : Ya, karena ada asuransi yang membayarnya (Jiwa Sraya). 10. a. Jika nasabah tidak sanggup bayar tagihannya (macet), apakah akan dikenakan finalti (denda) ? Jawab : Belum ada finalti/denda.
b. Apabila dikenakan finalti (denda) bagi nasabah yang pembiayaanya macet, maka dana finalti (denda) tersebut dialokasikan kemana ? apakah dialokasikan ke zakat/infaq/shadaqah ? Jawab : ─ c. Apa yang dilakukan pihak BMT dalam memenuhi likuiditasnya (kecukupan modal) jika terdapat nasabah yang macet dalam angsurannya ? Apakah harus diambil dari Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk menutupi kekurangan tersebut ataupun dari dana yang lainnya ? Jawab : Untuk nasabah yang tidak sanggup bayar, maka semuanya sudah diatur/disediakan dirasio khusus likuiditas. d. Ketika nasabah terus-menerus macet, langkah apa yang digunakan BMT ? Apa mungkin menjual / melelang jaminan ? Jawab : Ya, karena pihak BMT pada waktu perjanjian akan menahan sementara BPKB motor/mobil, dan juga menahan rekening tabungan nasabah tersebut. 11. a. Seandainya nasabah melunasi hutang-hutangnyanya keseluruhan sebelum jatuh tempo yang ditentukan, apakah akan mendapatkan keringanan (diskon) ? Jawab : Bagi nasabah yang melunasi hutangnya sebelum waktunya maka BMT akan memberikan keringanan sebesar 75% s/d 50 % s/d 25%. b. Kalaupun mendapatkan keringanan (diskon), apakah ada biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan oleh nasabah ? Jawab : ─
12. Jika nasabah melunasi hutangnya keseluruhan, maka apakah jaminan nasabah dapat langsung diterima pada saat itu juga ? Jawab : Ya, langsung diterima pada saat itu juga.
13. a. Seandainya salah satu pihak (nasabah/BMT) wanprestasi, maka kemanakah langkah hukum yang digunakan ? Apakah menyelesaikan perkaranya di internal BMT, ataupun membawa perkaranya ke lembaga peradilan ? Jawab : Langkah awal yang diambil oleh BMT adalah penyelesaiannya di internal BMT jika itu masalahnya dari BMT, tetapi kalau itu datang dari luar (nasabah) itu tergantung mereka yang mau menyelesaikan masalahnya ke lembaga apa saja. b.
Jika di pengadilan, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh BMT dalam menyelesaikan perkaranya berasal darimana ? Jawab : Ada angaran khusus yang berimplikasi pada biaya-biaya yang akhirnya mengurangi laba.
14.a.
Apabila terdapat perkembangan yang pesat pembiayaan UKM disetiap tahunnya, apakah BMT akan melakukan inovasi / perubahan lebih baik agar jumlah nasabah UKM kian terus meningkat dan para UKM menjadi lebih makmur ? Jawab : Ya, akan melakukan inovasi sesuai dengan keinginan debitur dan BMT pun tidak mau ketinggalan zaman.
b. Apabila ingin melakukan inovasi, perencanaannya seperti apa? Apakah dengan
promosi lain untuk meningkatkan jumlah nasabah, ataupun
keringanan angsuran pinjaman ? Jawab : Ya, melalui promosi diantaranya yaitu : Pembuatan kalender Sponsorship keagamaan Sekolah-sekolah seperti, kantin. Bantuan-bantuan yang sifatnya soial.
Jakarta, 23 Desember 2010 Manajer BMT Masjid Al-Azhar
(Bpk. Samsul)