EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PRAKTIK QIRA’AT FITK UIN JAKARTA BAGI MAHASISWA JURUSAN PAI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)
Oleh ANDI BASYUNI 106011000072
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H /2011 M
Abstrak Nama : Andi Basyuni NIM :106011000072 Skripsi berjudul : “Efektivitas Penyelenggaraan Praktik Qira’at FITK UIN Jakarta Bagi Mahasiswa Jurusan PAI”
Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Proses pembelajaran merupkan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, dimana dalam proses tersebut terkandung multi peran dari guru. Peranan guru meliputi banyak hal, di antaranya sebagai sumber belajar, pengelola kelas dan pembelajaran, fasilitator/mediator, Pembimbing, motifator, demonstrator dan sebagai evaluator. Secara bergantian satu persatu peranan guru tersebut dijelaskan bahwa Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukkan sumber daya manusia yang berpotensi dalam pembangunan, salah satunya dalam meningkatkan pengamalan beribadah siswa. Bagus tidaknya kualitas yang dihasilkan suatu lembaga pendidikan atau sekolah, tergantung pada sumber daya guru itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa kualitas seorang guru sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan yang lebih baik. Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode, rasa tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual dan kesejawatan. Dari tujuan di atas jurusan Pendidikan Agama Islam mengembangkannya menjadi program-program yang di antaranya adalah program praktik qira’at. Program praktik telah ada sejak awal berdiri IAIN dengan pembimbingan dalam 1 semester, dan diganti dengan test out pada tahun angkatan 2002-2009, dan akhirnya Program tersebut diubah kembali menjadi PIQI (Hafalan 1 juz dalam 1 Tahun) pada tahun 2009-sekarang Agama Islam sering berubah dan penulis menduga sepertinya FITK UIN Jakarta kurang mencari format Praktik qira’at yang efektif, dan hal ini penting dan menarik untuk diteliti. Sehingga penulis perlu mengkaji lebih dalam permasalahan tersebut dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Efektivitas Penyelenggaraan Praktik Qira’at FITK UIN Jakarta Bagi Mahasiswa Jurusan PAI”.
iv
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيم Puji dan syukur penulis senantiasa persembahkan kepada Allah Swt, Tuhan sekalian alam, dengan hidayah dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya, yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan uluran tangan dari berbagai pihak, hanya Allah Swt yang dapat membalas budi baik yang telah diberikan. Maka pada kesempatan ini, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Yang sangat penulis cintai Ayahanda H.Moch. Yamin, dan ibunda Hj.Sopnah yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya dengan segenap hati dan kesabarannya serta mendo’akan Ananda dan saudara-saudaraku tercinta tanpa terkecuali yang memberikan motivasi dan membantu penulis baik materil maupun immaterial sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dan do’a guruku, adik-adiku, kakak-kakaku keponakan-keponakanku
yang telah memberi motivasi dan membantu
penulis sehingga terselesaikan skripsi ini. Pencapaian dan perjuangan ini ku persembahkana hanya untuk mu keluarga ku tercinta. 2. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bahrissalim, M.Ag. Ketua Jurusan Program Pendidikan Agama Islam dan Drs. Sapiuddin Shiddiq, M.Ag. Sekretaris Program Jurusan Pendidikan Agama Islam, semoga selalu diberikan nikmat sehat dan selalu menjadi suri tauladan bagi kami. 4. H. Abd. Ghofur, M.A. pembimbing skripsi penulis yang dengan keikhlasanya menuntun penulis dari awal hingga selesai skripsi ini.
v
5. Para dosen serta jajaran staf karyawan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, terima kasih atas segala ilmu yang diberikan. Semoga menjadi ilmu yang berkah dan manfaat dunia akhirat. 6. Segenap Kepala dan staf PPMPK Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, terlebih kepada Dr. Sururin, M.Ag., Arief Mahmudi, S.Pd.I, Alimuddin, Aji Payumi, Junaedi, S.Pd.I, yang selalu menemani hari-hari penulis juga membantu terselesaikannya skripsi ini. 7. Segenap staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah yang telah memfasilitasi peminjaman buku dan referensi yang penulis perlukan. 8. Tak lupa juga buat teman-teman, abang-abang terlebih kepada Abang Ust.Zainal Arif, Denmas Hadlir,S.Thi yang memberikan bantuan motivasi serta spiritual sehingga terselesaikan skripsi ini jasa-jasamu tak akan ku lupakan. 9. Serta teman-teman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta A.Syahroni,SPd.I, Abd.Azis, SPd.I, Abd.Goni, SPd.I, Anshori, SPd.I, A.Sidrotul Muntaha, S.Pd.I, Hamdillah, Fahrurozi, Rifqi, Bang Irfan, Ali Mudasir, semua teman-teman yang tidak penulis sebutkan satu persatu tapi tidak akan mengurangi rasa cinta ini terhadap teman-teman. 10. Teman-teman IKMD, Abd.Rohim, Alfian Haikal, Mubin Nurdiansyah, Juned, A. Fadilah, S.Pd.I, Fauzi Ramadhan, Deden Supriadi, S.Pd.I, dan teman-teman IKMD yang lainnya terima kasih untuk semua yang telah di berikan, mudah-mudahan kita selalu beristiqomah dalam berjuang.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah mengharap ridha Allah Swt dan rasa syukur penulis yang tak terhingga. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis.
Jakarta, 08 Juni 2011 6 Rajab 1432 H
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS........................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI........................................................................................ iii ABSTRAK ................................................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................................................ v DAFTAR ISI ............................................................................................................................... vii DAFTAR TABEL. ....................................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ x
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................................. 5 C. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 5 D. Perumusan Masalah .............................................................................................. 5 E. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 6 F. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 6
BAB II : KAJIAN TEORI ............................................................................................. 7 A. Efektivitas ........................................................................................................... 7 1. Pengertian Efektivitas…. ................................................................................ 7 2. Prinsip Efektivitas. .......................................................................................... 8 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas. ............................................... 8 4. Proses Belajar Secara Efektif. ......................................................................... 9 5. Kriteria Efektivitas. ......................................................................................... 11 6. Indikator Efektivitas. ....................................................................................... 12 B. Pengertian Penyelenggaraan. . ............................................................................... 15 C. Pengertian Metode Praktik. .................................................................................... 21 vii
viii
BAB III : METODE PENELITIAN KUALITATIF ...................................................... 27 A. Tempat dan Waktu Penelitan ................................................................................ 27 B. Metode Penelitian ................................................................................................. 28 C. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 30 D. Fokus Penelitian .................................................................................................... 30 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 36 F. Teknik Analisis Data. ............................................................................................ 41 BAB IV : HASIL PENELITIAN ................................................................................... 42 A. Gambaran Objek Penelitan ................................................................................... 42 B. Kondisi Informan .................................................................................................. 53 C. Hasil Wawancara .................................................................................................. 53 D. Proses Pelaksanaan Bimbingan Skripsi. ................................................................. 54 E. Evaluasi Bimbingan Skripsi. .................................................................................. 58 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 61 A. Kesimpulan .......................................................................................................... 61 B. Saran .................................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.
Data Keadaan Dosen Pembimbing PIQI…………………………………….. 51
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
Surat Izin Permohonan Penelitian
Lampiran 3
Pedoman Wawancara Pengelola Laboratoriu FITK
Lampiran 4
Prosedur Operasional Standar Pelayanan Praktikum Ibadah dan Qira’at (PIQI)
Lampiran 5
Kartu Bimbingan Praktikum Ibadah dan Qira’at (PIQI)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Peran Guru menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI Pasal 40 ayat 2, disebutkan bahwa pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban : 1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, 2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan 3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 1 Berikutnya, dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I, Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 2 Dengan demikian, guru sebagai pendidik memiliki tugas utama untuk mendidik, dalam jalur formal yang dilakukan secara profesional. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yakni dijelaskan bahwa Standar Kompetensi 1
Yudhi Munadi dan Farida Hamid,Modul Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Jakarta : PLPG Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Jakarta), 2009, h.1 2 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
1
2
dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu : (1) kompetensi pedogogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Penjelasan keempat kompetensi tersebut adalah sebagai berikut.3 Pertama, kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Kedua, guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Di sini guru dituntut untuk mampu membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya. Ketiga, guru di mata masyarakat merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Melalui kemampuan sosial tersebut, dengan sendirinya hubungan kampus dengan masyarakat akan berjalan lancar, sehingga masyarakat akan dengan senang hati untuk ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan problematika yang dihadapi sekolah. Keempat,kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu memperbaharui dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencuri informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru,
3
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
3
mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. Berdasarkan UU dan Permendiknas di atas, kiranya dapat dijelaskan peran gurudalam melaksanakan tugasnya sebagai guru yang profesional. Peran guru yang dimaksud adalah berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Proses
pembelajaran
merupakan
suatu
proses
yang
mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, dimana dalam proses tersebut terkandung multi peran dari guru. Peranan guru meliputi banyak hal, diantaranya sebagai sumber belajar, pengelola
kelas
dan
pembelajaran,
fasilitator/mediator,
Pembimbing,
motivator, demonstrator dan sebagai evaluator. Secara bergantian satu persatu peranan guru tersebut dijelaskan bahwa Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang berpotensi dalam pembangunan, salah satunya dalam meningkatkan pengamalan beribadah siswa. Bagus tidaknya kualitas yang dihasilkan suatu lembaga pendidikan atau sekolah, bergantung pada sumber daya guru itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa kualitas seorang guru sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan yang lebih baik.4 Sebagai salah satu piranti penting dalam dunia pendidikan, guru hadir mendedikasikan sebagian besar waktunya di sekolah untuk anak didiknya, ia dituntut banyak untuk membina dan membimbing peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang berperadaban mulia, berilmu pengetahuan yang luas, memiliki sikap dan watak yang baik, cakap dan terampil serta memiliki moral dan berakhlak mulia. 4
Yudhi Munadi dan Farida Hamid,Modul Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Jakarta : PLPG Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Jakarta), 2009, h.1-2
4
Abdullah „Ulwan berpendapat bahwa tugas guru ialah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Sebagai pemegang amanat orang tua dan sebagai salah satu pelaksanaan pendidikan Islam, guru tidak hanya betugas memberikan pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya merupakan kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang
tua, yang juga
merupakan tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya. 5 Untuk itu, guru pendidikan agama Islam mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik. Baik potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan ajaran agama Islam kearah terbentuknya kepribadian yang utama. Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode, rasa tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual dan kesejawatan. Untuk membangun siswa-siswa yang memiliki moral dan spritual yang handal maka di butuhkan guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang handal di samping kompetensi yang lainnya. Salah satu kompetensi kepribadian yang di harapkan dalam konteks pendidikan Islam adalah di milikinya kecakapan dalam hal ubudiyahnya. Berdasarkan kebutuhan tersebut FITK sejak berdiri sampai sekarang telah menyelenggarakan praktik ibadah dan qira‟at untuk memberikan bekal kepada mahasiswa agar memiliki kecakapan ubudiyah sehingga guru tersebut dipandang mampu membina para siswanya di kemudian hari. Praktik ibadah dan qira‟at diberlakukan untuk semua mahasiswa FITK termasuk mahasiswa jurusan PAI. Dari tujuan di atas jurusan Pendidikan Agama Islam mengembangkannya menjadi
program-program
yang
diantaranya
adalah
program praktik
qira‟at.Program praktik telah ada sejak awal berdiri IAIN dengan 5
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999), h.95.
5
pembimbingan dalam 1 semester, dan diganti dengan test out pada tahun angkatan 2002-2009, dan akhirnya Program tersebut diubah kembali menjadi PIQI (Hafalan 1 juz dalam 1 Tahun) pada tahun 2009-sekarang. 6 Dari perubahan-perubahan tersebut peneliti tertarik untuk membahas dan meneliti kenapa pada program praktik qira‟at yang bertujuan untuk menghasilkan kajian keilmuan yang memberikan pengaruh pada wacana dan praktik Pendidikan Agama Islam sering berubah dan penulis menduga sepertinya FITK UIN Jakarta kurang mencari format Praktik qira‟at yang efektif, dan hal ini penting dan menarik untuk diteliti.Sehingga penulis perlu mengkaji lebih dalam permasalahan tersebut dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Efektivitas Penyelenggaraan Praktik Qira‟at FITK UIN Jakarta Bagi Mahasiswa Jurusan PAI”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas,
penulis
dapat
mengidentifikasikan masalah pada beberapa item, yaitu : 1. Bagaimana Proses Bimbingannya? 2. Implemntasinya dalam Kendala Penyelenggaraan Bimbingan?
C. Pembatasan Masalah Guna mencapai pembahasan yang maksimal, maka penulis membatasi penggarapan skripsi ini adalah seberapa efektivitasnya penyelenggaraan praktik qira‟at di Laboratorium FITK UIN Jakarta bagi Mahasiswa Jurusan PAI.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalahan di atas, penulis dapat merumuskan masalahsebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi praktik qira‟at di FITK UIN Jakarta ? 6
Berdasarkan Hasil Wawancara Bapak. Yudhi Munadi Kepala Laboratorium FITK UIN Jakarta Tgl. 23 Juni 2011
6
2. Bagaimana efektivitas penyelenggaraan praktik qira‟at di FITK UIN Jakarta ?
E. Tujuan Penelitian Penulisan skripsi ini bagi penulis bertujuan untuk tiga hal, yakni: 1. Dapat
menjelaskan keefektivitasan penyelenggaraan praktikqira‟at
terhadap hasil nilai praktikan mahasiswa jurusan PAI. 2. Menjelaskan kendala apa saja yang dihadapi laboratorium FITK UIN Jakartaterhadap penyelenggaraan praktik qira‟at bagi mahasiswa jurusan PAI.
F. Manfaat Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memiliki beberapa harapan sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui cara penyelenggaraanbimbingan yang baik dan benar. 2. Memilih metode bimbingan yang tepat untuk laboratorium FITK UIN Syari Hidayatullah Jakarta dalam membimbing mahasiswa (khususnya mahasiswa PAI) agar lebih baik dalam membaca al-Qurân. 3. Pada ranah kegunaan, skripsi ini diharapkan dapat memberikan sedikit manfaat bagi dunia keilmuan, khususnya dilingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Kata efektivitas merupakan kata sifat dari kata efektif yang berarti “ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil; berhasil guna”.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti “dapat membawa hasil guna atau tepat guna”.2 Efektivitas adalah merupakan salah satu kriteria keberhasilan mahasiswa dalam pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan oleh Etzioni (1964) bahwa: “efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya”.3 Sesuatu dikatakan bisa efektif jika dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (telah direncanakan ) sebelum melakukan hal tersebut. Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum efektivitas berarti ketercapaian suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi efektivitas mengajar dosen dan segi efektivitas belajar mahasiswa. “Efektivitas mengajar dosen terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan 1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka), Cet.Ke-8, h.961 2 Department pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.250 3 www.Sisdiknas.Co.Id, 20 april 2011
7
8
belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar mahasiswa terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh”. 4
2. Prinsip Efektivitas Prinsip efektivitas yang dimaksudkan adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan, dalam proses pendidikan, efektivitas dapat dilihat dari dua sisi, yakni : a. Efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dengan baik. b. Efektivitas belajar anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Menciptakan suatu proses belajar mengajar yang baik tidaklah mudah, hal ini disebabkan permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar begitu kompleks, dalam arti untuk menciptakan keadaan kondusif yang efektif sangatlah dipengaruhi oleh komponen-komponen yang ada dalam proses belajar mengajar itu sendiri baik yang sifatnya intern maupun ekstern. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar adalah: a. Faktor Internal (faktor dari dalam mahasiswa), yakni kondisi /keadaan jasmani dan rohani mahasiswa. b. Faktor Eksternal (faktor dari luar mahasiswa), yakni kondisi lingkungan sekitar mahasiswa;
4
h.63
Madya, Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Efthar offset, 1990), Cet. Ke-1,
9
c. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar mahasiswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran5 Selain dari beberapa hal di atas, faktor sistem pengolahan dan administrasi yang baik dalam suatu kampus juga dapat mempengaruhi efektif tidaknya kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan di bawah ini: a. Faktor Mahasiswa, merupakan potensi yang harus dikembangkan. Di dalam mendidik atau membimbingnya harus melihat potensi-potensi yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula. b. Faktor Dosen Belajar mengajar adalah aktivitas interaksi antara dosen dan mahasiswa. Di mana interaksi itu bukan hanya membutuhkan keterlibatan seorang dosen, sehingga terdapat feed back (timbal balik) di antara keduanya. Dosen pun harus menjadi suri teladan dan dapat mengantarkan anak didiknya ke arah tujuan yang telah ditentukan, melalui kegiatan bimbingan, pendidikan, latihan, dan pengarahan, maka sikap prilaku dan pengetahuanya dapat terbentuk dengan baik yang kemudian menjadi pribadi yang baik dan berkualitas. c. Faktor Lingkungan Adapun yang dimaksud dengan lingkungan adalah bagaimana menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan di lingkungan tempat mahasiswa belajar, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar, seperti rasa aman, suasana yang bersih, keindahan, ketertiban, dan kekeluargaan.
4. Proses Belajar secara Efektif Efektivitas di dalam proses belajar, meliputi: 5
Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-6 h.182
10
a. Proses Belajar adalah proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh pelajar pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan disajikan di kampus atau lembaga, baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas. b. Proses Mengajar adalah proses yang dilakukan oleh seorang dosen dalam melaksanakan peranannya dalam proses kegiatan belajar yang direncanakan. Penulis memandang bahwa yang esensial dari suatu lembaga pendidikan Kampus adalah terjadinya proses belajar. Gedung, dosen, sarana pendidikan dan berbagai fasilitas pendidikan lainnya tidak akan berarti tanpa adanya suatu proses belajar yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dibebankan pencapaiannya oleh lembaga pendidikan Kampus. Semua
instrumental
input
hanya
berarti
sepanjang
menunjang
terlaksananya proses belajar yang relevan dan berkualitas. Proses belajar yang berkualitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu direncanakan dan terprogram. Dimensi pertama dari sistem kurikulum adalah tujuan pendidikan yang dibebankan pencapaiannya kepada pendidikan Kampus. Ditekankan di sini bahwa istilah yang dibebankan pencapaiannya kepada Kampus mengingat bahwa Kampus perlu dibatasi tanggung jawabnya dan bahwa ada lembaga pendidikan lainnya yang lebih efektif dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Oleh karena itu, pada tingkatan proses pemilihan tujuan pendidikan dan penetapan tujuan-tujuan pendidikan Kampus, perlu dilakukan secara sistematis. Kalau tidak demikian dapat terjadi tujuan-tujuan pendidikan yang ditetapkan bukan tujuan yang paling tepat dicapai melalui pendidikan Kampus, melainkan melalui lembaga pendidikan lainnya. Di dalam praktiknya, kurikulum yang merupakan unsur yang esensial strategis dari sistem pendidikan Kampus itu dilaksanakan dalam waktu yang sangat terbatas. Kurang dari 20% dari keseluruhan waktu hidup mahasiswa dalam satu minggunya berada dalam situasi pendidikan Kampus. Oleh
11
karena itu, bila waktu yang terbatas ini tidak dimanfaatkan secara optimal maka yang akan terjadi adalah potensi yang dimiliki Kampus tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam kerangka pemikiran ini maka materi pendidikan yang akan disajikan perlu dipilih dari lingkup yang paling esensial dan paling ampuh sebagai objek belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Materi kurikulum yang dapat dipilih pun tidak dengan sendirinya dapat diciptakan suatu proses belajar yang bermutu tanpa disajikan dalam kerangka strategi belajar-mengajar yang memadai. Tujuan yang ditetapkan, materi belajar yang dipilih, dan strategi belajar yang direncanakan belum dapat secara optimal mencapai tujuan tanpa ditunjang oleh suatu sistem evaluasi dan sistem adminitrasi kurikulum yang tepat guna. Semua dimensi yang dikemukakan di atas, yaitu tujuan pendidikan, materi pembelajaran, strategi belajar-mengajar, sistem evaluasi dan sistem administrasi pelaksanan kurikulum, adalah bagian-bagian terpadu dari sistem kurikulum. Penulis memandang bahwa kurang efektifnya sistem pendidikan sebagai yang terbukti dari berbagai hasil penelitian, diperkirakan disebabkan oleh tidak ditanganinya keseluruhan sistem kurikulum tersebut secara sistematik, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya. 6
5. Kriteria Efektivitas Kreitner menyebutkan ada empat pendekatan multidemonsional dalam mengukur keefektifan organisasi yang juga dapat dijadikan sebagai kriteria efektivitas yaitu terdiri dari: “pencapaian tujuan, tersedianya sumber daya, proses internal, dan kepuasan anggota”.7 a. Pencapaian Tujuan 6
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. Ke-1, h.49-54 7 Burhanudin, et al., Manajemen Pendidikan : Wacana, Proses dan Aplikasinya di Kampus, (Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2002), cet. Ke-1, h. 115-116
12
Pencapaian
tujuan
banyak
digunakan
dalam
pengukuran
keefektivitasan organisasi. Hasil-hasil output organisasi dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. b. Tersedianya Sumber Daya Kriteria yang kedua ini lebih berkaitan dengan input dari pada output organisasi dipandang efektif jika memiliki faktor-faktor produksi seperti bahan mentah, tenaga kerja, modal, keahlian manajerial, dan teknis. c. Proses Internal Kriteria keefektivitasan ketiga mengacu pada pendekatan “ sistem kesehatan”. Organisasi dikatakan sebagai sistem kesehatan jika saluran informasi berjalan baik, adanya loyalitas pegawai, adanya komitmen, kepuasan kerja, dan kepercayaan. Tujuan bisa disusun berdasarkan proses internal ini. d. Kepuasan Anggota Organisasi bergantung pada orang dan sikap terhadap hidupnya. Akibatnya, kepuasan adalah kunci bagi pengukuran efektivitas organisasi. Dalam organisasi, biasanya terdiri atas orang-orang yang memiliki interes tertentu. Tidak jarang dalam organisasi terjadi konflik inters. Kuncinya adalah bagaimana pemimpin organisasi membuat keseimbangan para anggota dalam mencapai kepuasan, walaupun dalam kadar minimal, dalam semua urusan.
6. Indikator Efektivitas dalam Pembelajaran al-Qur’an Untuk mengetahui apakah temuan belajar telah tercapai secara efektif atau tidak maka dapat diketahui dengan tingkat prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai oleh mahasiswa. “Tingkat keberhasilan dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf, yaitu istimewa (maksimal), baik sekali (optimal), baik (minimal), dan kurang”.8
8
Syafiul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002)
13
a. Istimewa/maksimal : Apabila seluruh (100%) bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh mahasiswa. b. Baik sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh mahasiswa. c. Baik/minimal : apabila hanya (60%-75%) bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh mahasiswa. d. Kurang : Apabila bahan pengajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh mahasiswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran ini maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik sekali bila dapat mencapai minimal 80% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Suatu proses bealajar dapat dikatakan efektif jika telah diuji melalui beberapa kriteria efektivitas, baik efektivitas bagi dosen, maupun bagi mahasiswa. Sebagaimana telah ditemukan oleh tim penyusun didaktik metodik kurikulum IKIP Surabaya, bahwa demi ketetapan dan keobjektifan dalam pengamatan dan penilaian terhadap proses belajar mengajar seorang dosen, maka perlu digunakan sebuah daftar pertimbangan dan penilaian efektivitas mengajar yang berisi 10 kriteria efektivitas mengajar yang perlu diperhatikan oleh para pengajar yaitu sebagai berikut : 1. Persiapan : seperti peralatan mengajar , buku pegangan dan sebagainya. 2. Sikap dosen harus berwibawa dan suara di dalam mengajar harus jelas. 3. Perumusan kompetensi dasar, harus dinyatakan secara kongkrit. 4. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 5. Menguasai bahan pelajaran. 6. Penguasaan situasi kelas. 7. Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar. 8. Penggunaan alat pengajaran.
14
9. Jalan pengajaran atau proses pengajaran haruslah efektif dan efisien. Serta teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku mahasiswa yang diharapkan.9 Menurut
Nana
Sudjana
(1989),
indikator-indikator
efektivitas
pembelajaran meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh dosen. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh mahasiswa. Interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dan mahasiswa. Keikutsertaan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Motivasi mahasiswa meningkat. Keterampilan dan kemampuan dosen dalam menyampaikan materi. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa.10
Sedangkan indikator-indikator efektivitas dalam pembelajaran al-Qur’an adalah : a. Anak didik dapat membaca al-Qur’an dengan cepat dan bertajwid. b. Mahasiswa mampu membaca al-Qur’an dengan baik dalam waktu minimal 7 bulan. c. Mahasiswa mampu membaca al-Qur’an tanpa ditunjuk dalam waktu yang singkat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, metode pembelajaran al-Qur’an bisa dikatakan efektif apabila: Dosen menguasai kelas, dosen menguasai materi pelajaran, dosen menguasai metode pengajaran, target kurikulum tercapai dan nilai kemampuan baca al-Qur’an mahasiswa, dan mahasiswa dapat menyelesaikan materi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Efektivitas pembelajaran hakekatnya adalah usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran “ tepat pada sasaran ”. Baik dari segi penggunaan waktu, tenaga, dana, dan sarana. Hal ini sejalan dengan beberapa pendapat para ahli sebagai berikut: 9
Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993) Cet. Ke-5, h. 164-166 10 Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1991), Cet. Ke-3 h. 60-63
15
Oemar
Hamalik
menyatakan
bahwa:
“Proses pengajaran dapat
terselenggara secara lancar, efisien, dan efektif berkat adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen yang terkandung di dalam sistem pengajaran tersebut”. Lebih lanjut ia menyatakan, “Pengajaran akan berjalan lebih efektif, apabila dosen dan mahasiswa mempergunakan alat/media yang memadai”. Senada dengan pendapat Oemar Hamalik dan Azhar Arsyad menegaskan bahwa, “Dengan media tersebut terciptalah lingkungan pengajaran yang interaktif yang memberikan respons terhadap kebutuhan belajar mahasiswa dengan jalan menyiapkan kegiatan belajar yang efektif guna menjamin terjadinya
belajar”.
Sedangkan
Suharsimi
Arikunto mengemukakan
bahwa ”Media adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektivitas serta efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan seoptimal mungkin”. Dari pendapat para ahli di atas berarti, bahwa keefektifan suatu proses pembelajaran harus memuat sejumlah komponen yang saling berinterelasi, sedangkan dengan keberadaan media, maka pembelajaran akan lebih interaktif dan berjalan secara efektif dalam situasi lingkungan yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B. Pengertian Penyelenggaraan Pengertian penyelenggaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengurus atau mengusahakan sesuatu, melakukan atau melaksanakan.11 Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaraan merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan Biddle (1974:38), proses pembelajaran berada dalam empat 11
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional, 2007), h.1019
16
varaibel interaksi, yaitu : 1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; 2) variabel konteks tanda (contex variables) berupa peserta didik; 3) variabel proses (process variables); dan 4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik. Berikut uraian pengelolaan variabel pembelajaraan. 12 Pengelolaan siswa dalam kurikulum berbasis kompetensi merupakan “produsen” artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang, dan kurang. Karenanya, guru perlu mengatur kapan siswa
bekerja
perorangan,
berpasangan,
berkelompok,
berdasarkan
kemampuan sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokan secara campuran sebagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya. Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Karena itu bisa saja siswa merasa tidak butuh dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja waktu yang bukan dikehendaki siswa. Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya. Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Andree, ada beberapa macam pengelompokan siswa, di antaranya : 1. Task planing groups, bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas yang akan diberikan oleh guru. 2. Teaching groups, kelompok ini bisa digunakan untuk groups teaching, dimana guru memerintahkan suatu hal, siswa yang ada pada tahap yang sama mengerjakaan tugas yang sama pada saat yang sama. 3. Seating groups, pengelompokan yang bersifat umum; dimana 4-6 siswa duduk menglilingi satu meja. 12
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaraan Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 2009, h.112
17
4. Join learning groups, pengelompokan siswa di mana satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok yang lain. Hasilnya mungkin seperangkat yang saling terkait. 5. Collaboative-groups, kelompok kerja yang menitikberat-kan pada kerja sama tiap individu dan hasilnya sebagai sesuatu yang teraplikasi. 13 Pengelolaan Guru pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan tidak bersifat spontan, melainkan pengetahuan harus diajarkan dan dipelajari. Dengan kata lain pengetahuan itu harus diusahakan. Awal pengetahuan terjadi karena panca indera berinteraksi dengan alam nyata. Firman Allah Swt. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya (QS. 2:31). Menurut Ikhwan al-Shafa, sebelum terjadi interaksi terdapat pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal yang pertama kali yang menimbulkan kekaguman kita terhadap para ahli pendidikan muslim terdahulu adalah penghargaan mereka terhadap persoalan pendidikan yang sangat tinggi, bahkan mereka menilainya sebagai wujud tanggung jawab moral yang sangat luhur. Mereka menganggap tugas mengajar bukan sekadar sebagai porfesi kerja, melainkan lebih sebagai tuntunan kewajiban agama. Rasa keagamaan yang sangat kuat akan tanggung jawab agama mengimplikasikan pada kesepakatan para ahli dan pemerhati pendidikan muslim terhadap semacam “kode etik” pengajaran. Beberapa prinsip dasar kode etik tersebut sebagaimana dikemukakan oleh M. Jawad Ridla dalam bukunya al-Fikr al-Tarbawiyyu al-Islamiyyu Muqaddimat fi ushulih al-Ijtima’iyyati wa al-aqlaniyyati yaitu: 1. Keharusan ilmu dibarengi dengan pengamalan ilmunya. Ia harus menyatukan antara ucapan dan perbuatannya, sebab ilmu itu diketahui dengan mata batin, sedangkan amal perbuatan diketahui dan disaksikan dengan mata lahir. Dan sementara orang yang bertumpu pada mata lahirnya lebih banyak, sehingga bila amal perbuatan guru itu bertentangan dengan ilmu yang dimilikinya, maka ia telah mengabaikan misi mendakwahkan kebenaran kepada orang lain. Sabda Rasulullah
13
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaraan… h.122
18
Saw. Manakala manusia telah menguasai ilmu, sementara meninggalkan pengamalannya; saling mencintai dengan lisan tetapi saling membenci dalam hati, dan saling memutuskan hubungan persaudaraan, maka ketika itu Allah Swt. melaknat mereka, lalu membuat telinga mereka tuli dan mata mereka buta (HR. Ath-Thabraniy). Al-Ghazali mengingatkan para guru berkenaan dengan pengamalan ilmu tersebut sebagaimana ucapannya: “Waspadalah wahai para guru, jangan sampai kamu itu menjadi orang yang hanya pintar mengajar dan mengingatkan saja, karena ini bisa menimbulkan bencana besar, kecuali kamu bersedia lebih dulu mengamalkan apa yang kamu ucapkan, baru kemudian menasehati orang.” 2. Bersikap kasih sayang terhadap siswa, dan memperlakukan mereka seperti putra-putrinya sendiri. Sabda Rasulullah Saw. “Sesungguhnya aku ini bagi kamu, seperti seorang ayah bagi putra-putrinya.” (HR. Abu Daud) Hal ini menunjukan bahwa menjadi kewajiban seorang murid dan guru untuk saling menyayangi dan mengasihi, sebagaimana mereka saling mengasihi dan menyayangi dengan ayah dan ibu mereka. 3. Menghindarkan diri dari ketamakan.
Seorang
guru
seyogianya
menghindarkan diri dari ketamakan. Dan komersialisasi ilmu; dan semestinya guru mempunyai himmah (cita-cita) tinggi, tidak rakus terhadap kekayaan orang lain. Sabda Rasulullulah Saw. “Waspadalah sikap tamak, karena ia sebenarnya adalah kemiskinan yang terselubung.” Dalam sabda lainnya: “Semua manusia berada dalam kemiskinan, karena ketakutannya karena kemiskinan itu.” Hal ini sangat jelas menunjukan bahwa guru seharusnya tidak menjadikan ilmunya sebagai sarana mencapai tujuan dunia semata. 4. Bersikap toleran dan pemaaf. Di antara kewajiban guru adalah bersikap lapang dada kepada murid-muridnya, menjaga jangan sampai terjadi keributan apalagi sampai perkelahian di antara mereka, karena yang demikian tidak ada manfaatnya. Firman Allah SWT. Dalam surat an-Nisa
19
ayat 149 “jika kamu melahirkan sesuatu kesalahan orang lain, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” 5. Menghargai kebenaran. “Para guru adalah “penyampai” kebenaran, mereka
berkewajiban
memegangnya.
menghargai
kebenaran
dan
komitmen
Mereka berkewajiban memiliki “etos”
keilmuan,
sehingga dengan senang hati melakukan kajian penelitian untuk senantiasa melakukan perbaikan. 6. Keadilan dan keinsafan. Apabila para ulama itu adalah pewaris Nabi, sementara para Nabi diperintahkan untuk merealisasikan keadilan di kalangan umat manusia, maka para guru dituntut lebih banyak dibandingkan dengan yang lain untuk berpegang pada nilai-nilai keadilan. Karenanya, seorang guru harus selalu insaf (memiliki kesadaran dan rasa empati) pada saat mengadakan penelitian, melakukan pembicaraan, dan menyampaikan ilmu serta mendengarkan pertanyaan murid). 7. Rendah hati. Seorang guru hendaknya meninggalkan sikap keras kepala dan berlagak serba tahu. Seorang guru hendaknya lebih mengedepankan ketulusan dan kejujuran jika menghadapi berbagai persoalan. Jika ia ditanya tentang sesuatu yang belum diketahuinya, hendaknya ia menjawab: entah, saya belum tahu (Ibn Jamaah dalam tadzkirat). 8. Ilmu adalah untuk pengabdian kepada orang lain. Seorang guru harus menyadari bahwa tujuan utama dari ilmu adalah memberi manfaat bagi orang lain. Jadi relasi manusia dengan ilmu dari sisi sebagai guru dan para muridnya adalah ibarat ukiran tanah liat akan terukir dengan suatu gambar yang tidak pernah digoreskan di atasnya, dan bilakah bayangan tongkat akan tampak lurus, sedangkan tongkatnya bengkok? Firman Allah SWT. “Akankah kamu menyuruh manusia melakukan kebajikan, sementara kamu melupakan dirimu sendiri?” Guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru di sekolah sebagai “bapak” kedua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Ki Hajar
20
Dewantara telah menggariskan pentingnya peranan guru dalam proses pendidikan dengan ungkapan: 1. Ing ngarsa sung tulada berarti di depan memberi teladan. Asas ini sesuai prinsip modeling yang dikemukakan oleh Sarason (1972) atau Bandura (1977). Sarason dan Bandura sama-sama menekankan pentingnya modeling atau keteladanan yang merupakan cara yang paling ampuh dalam mengubah perilaku inovasi seseorang. 2. Ing madya mangun karsa berarti di tengah menciptakan peluang untuk berprakasa. Asas ini memperkuat peran dan fungsi guru sebagai mitra setara (ditengah), serta sebagai fasilitator (menciptakan peluang). Asas ini menekankan pentingnya produkitivitas dalam pembelajaran. Dengan menerapkan asas ini para guru perlu mendorong keinginan berkarya dalam diri peserta didik sehingga mampu membuat suatu karya. Asas ini sesuai
dengan
prinsip
pedagogik
produktif
yang
menekankan
produktivitas pembelajaran dalam mencapai hasil belajar. 3. Tut wuri handayani artinya dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Hal ini mempunyai makna yang kuat tentang peran dan fungsi guru. Para guru perlu berperan sebagai pengarah atau pembimbing yang tidak membiarkan peserta didik melakukan hal yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian, para guru perlu menjadi fasilitator agar dorongan dan bimbingan dapat terwujud dalam perubahan prilaku peserta didik. Peran guru sebagai mitra juga tersirat dalam asas tut wuri handayani. Fungsi pembimbing dan pendorong tidak menempatkan para guru pada hierarki teratas dalam pembelajaran. Guru mempunyai fungsi setara atau pembimbing dan pendorong.14 Pengertian Bimbingan dipandang dari segi terminologi maka di sini kita menghadapi dua macam istilah yaitu bimbingan dan istilah penyuluhan. Istilah bimbingan terjemahan dari “guidance” dan istilah penyuluhan atau konseling terjemahan dari “counseling”.
14
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaraan… h.122
21
Bimbingan merupakan suatu tuntutan atau pertolongan. Bimbingan merupakan suatu tuntutan, ini mengandung suatu pengertian bahwa didalam memberikan bantuan itu bila keadaan menuntut adalah menjadi kewajiban bagi para pembimbing memberikan bimbingan secara aktif kepada yang dibimbingnya. Di samping itu pengertian bimbingan juga mengandung pengertian memberikan bantuan atau pertolongan di dalam pengertian bahwa dalam menentukan arah dapatlah diserahkan kepada yang dibimbingnya. Bimbingan dapat diberikan baik untuk menghindari kesulitan-kesulitan atau pun untuk mengatasi persoalan-persoalan atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya; ini berarti bahwa bimbingan itu dapat diberikan baik untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul, dan dapat diberikan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah menimpa individu, jadi lebih bersifat memberikan koreksi atau penyembuhan dari pada sifat pencegahan.
C. Pengertian Metode Praktik Menurut kamus Bahasa Indonesia kata praktik ialah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut, ataau praktikan seorang yang mengikuti praktikum dan praktikum ialah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan menguji dan melaksanakan apa yang diperoleh pelajaran praktik.15 Praktik penggunaan metode mengajar dalam praktiknya, metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Berikut akan dikemukakan kemungkinan kombinasi metode mengajar. 1. Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas Mengingat ceramah banyak segi yang berkurang menguntungkan, maka penggunaanya harus didukung dengan alat dan media atau dengan metode lain. Karena itu, setelah guru memberikan ceramah, maka dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada siswanya mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk mengetahui 15
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga…h.892
22
metode ceramah. Untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan yang telah disampaikan, maka pada tahap selanjutnya siswa diberi pekerjaan rumah, diskusi, dan sebagainya. 2. Ceramah, Diskusi, dan Tugas Penggunaan ketiga jenis mengajar ini dapat dilakukan diawali dengan pemberian keapda siswa tentang bahan yang akan didiskusikan oleh siswa, lalu memberikan masalah untuk didiskusikan. Kemudian diikuti dengan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa. Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan/informasi mengenai bahan yang akan dibahas dalam diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada akhir kegiatan diskusi siswa diberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga. Maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa melalui diskusi tersebut. Dengan demikian, tugas ini sekaligus merupakan umpan balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang dilakukan siswa. 3. Ceramah, Demonstrasi, dan Eksperimen Penggunaan metode demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen. Apapun yang didemonstrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa (yang dianggap mampu untuk melakukan demonstrasi), tanpa diikuti dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang efektif. Dalam melaksnakan demonstrasi, seorang demonstrator menjelaskan apa yang akan didemonstasikannya (biasanya suatu proses), sehingga semua siswa dapat mengikuti jalannya demonstrasi tersebut dengan baik. Metode eksperimen adalah metode yang siswanya
mencoba
mempraktikan suatu proses tersebut, setelah melihat/mengamati apa yang telah didemonstrasikan oleh seorang demonstrator. Eksperimen dapat juga dilakukan untuk membuktikan kebenaran sesuatu, misalnya menguji sebuah hipótesis. Dalam pelaksanaanya, metode demonstrasi kemudian diikuti eksperimen dengan disertai penjelasan secara lisan (ceramah).
23
4. Ceramah Sosiodrama, dan Diskusi Sebelum metode sosiodrama digunakan, terlebih dahulu harus diawali dengan penjelasan dari guru tentang situasi sosial yang akan didramatisasikan oleh para pemain/pelaku. Tanpa diberikan penjelasan, anak didik tidak akan dapat melakukan perananya dengan baik. Karena itu, ceramah mengenai masalah sosial yang akan didemonstrasikan penting sekali dilaksanakan sebelum melakukan sosiodrama. Sosiodrama adalah sandiwara tanpa naskah (skript) dan tanpa latihan terlebih dahulu, sehingga dilakukan secara spontan. Masalah yang didramatasikan adalah mengenai situasi sosial. Sosiodrama akan menarik bila pada situasi yang sedang memuncak, kemudian dihentikan. Selanjutnya diadakan diskusi, bagaimana jalan cerita seterusnya, atau pemecahan masalah selanjutnya. 5. Ceramah, Problem Solving, dan Tugas Pada saat guru memberikan pelajaran kepada siswa, adakalanya timbul suatu persoalan/masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya penjelasan secara lisan melalui ceramah. Untuk itu guru perlu menggunakan metode pemecahan masalah atau problema solving,sebagai jalan keluarnya. Kemudian diakhiri tugas-tugas, baik individu maupun tugas kelompok, sehingga siswa melakukan tukar pikiran dalam memecahkan
masalah
yang
dihadapinya.
Metode
ini
banyak
menimbulkan kegiatan belajar siswa yang optimal. 6. Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan Metode latihan umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari vahan dipelajarinya. Karena itu, metode ceramah dapat digunakan sebelum maupun sesudah latihan dilakukan. Tujuan dari ceramah untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai bentuk keterampilan tertentu yang akan dilakukannya.
24
Sedangkan demonstrasi yang dimaksudkan untuk mempergunakan atau mempertunjukan suatu kesimpulan yang akan dipelajari siswa. 16 a. Langkah-langkah mempersiapkan ceramah yang efektif 1) Rumusan tujuan instruksional khusus yang luas. 2) Selidiki apakah metode ceramah merupakan metode yang paling tepat. 3) Susun bahan ceramah. Gunakan “bahan pengait” atau advance organizer, yaitu materi yang mendahului kegiatan belajar yang tingkat abstraksinya dan inklusivitasnya lebih tinggi dari kegiatan belajar tersebut, tetapi berhubungan secara intergal dengan bahan baru itu. 4) Penyampaian bahan: keterangan singkat tapi jelas, gunakan papan tulis. Bila perlu katakan dengan kata-kata lain. Berikan ilustrasi, beri beberapa contoh yang singkat, kongkret, dan yang telah dikenal oleh siswa. Carilah balikan (feedback) sebanyakbanyaknya
selama
berceramah
dengan
jalan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Selanjutnya buatlah ikhtisar yang berfungsi memberikan informasi mengenai bahan pelajaran yang akan diberikan secara garis besar. Ikhtisar juga berfungsi sebagai panduan selama guru mengajar, juga berfungsi menghemat waktu mencatat, merangsang siswa untuk berpikir bila disertai dengan pertanyaan-pertanyaan. Adakah resume, dan sebut kembali rumusan-rumusan yang penting. 5) Adakan rencana penilaian. Tentukan teknik dan prosedur penilaian yang tepat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan khusus yang telah dirumuskan. b. Metode ceramah hanya cocok 1) Untuk menyampaikan informasi. 2) Bila bahan ceramah langka 16
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2006), Cet.ke-3 h. 98-100
25
3) Kalau organisasi sajian harus disesuaikan dengan sifat penerima. 4) Bila perlu membangkitkan minat 5) Kalau bahan cukup diingat sebentar 6) Untuk memberi pengantar atau petunjuk bagi format lain. c. Metode ceramah tidak cocok: 1) Kalau tujuan belajar bukan perolehan informasi. 2) Untuk retensi jangka panjang 3) Untuk bahan yang kompleks, terinci, dan abstrak. 4) Kalau keterlibatan siswa penting bagi pencapaian tujuan. 5) Bila tujuan bersifat kognitif tingkat tinggi 6) Bila tingkat kemampuan dan pengalaman siswa kurang 7) Bila tujuan untuk mengubah sikap dan menanmkan nilai-nilai 8) Bila tujuan untuk mengembangkan psikomotor d. Metode tanya jawab Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan: 1) Meningkatkan
partisipasi
siswa
dalam
kegiatan
belajar
mengajar. 2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan. 3) Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya. 4) Menuntun proses berpikir siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik. 5) Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas. e. Teknik bertanya Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang dikehendai.
26
Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan: 1) Kejelasan dan kaitan pertanyaan 2) Kecepatan dan selang waktu 3) Arah dan distrubusi penunjukan 4) Teknik reinforcement
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijabarkan tentang metode penelitian yang terkait dengan Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralamat di Jl.Ir H.Juanda No.95 Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun pemilihan lokasi penelitian tersebut didasarkan pada alasan bahwa tempat tersebut merupakan tempat penulis mengenyam pendidikan. Jadi disamping
menghemat
biaya
juga
memudahkan
penulis
melakukan
pengamatan terhadap fenomena pendidikan yang mungkin saja terjadi dan menunjang bagi keperluan penelitian. Laboratorium FITK UIN ini sebagai tempat yang penyelenggaraan Praktik Ibadah dan Qiraat
(PIQI)
bagi seluruh mahasiswa
FITK.
Dimana
penyelenggaraan praktik itu dilakukan dalam bimbingan dan pembinaan terhadap mahasiswa dalam melaksanakan upacara-upacara ritual (ibadah) secara baik dan benar (sah) menurut hukum islam dan mampu secara terampil membaca al-Quran dengan baik, benar, fasih, dan lancar. Sedangkan waktu penelitian ini dilakukan April 2011.
27
pada bulan Februari sampai
28
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.1 Penggunaan metode ini dikarenakan beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan resonden. Ketiga, metode iini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yag dihadapi. 2 Teori yang digunakan untuk pembahasan skripsi ini adalah teori tentang penyelenggaraan laboratorium di FITK UIN Jakarta. 1. Pendekatan Studi Pendekatan
yang
digunakan
adalah
pendekatan
sistem
penyelenggaraan laboratorium FITK UIN Jakarta, pendekatan dengan melihat persolan yang dikaji apakah sesuai dengan hasil nilai yang telah dicapai oleh mahasiswa dengan penyelenggaraan PIQI laboratorium FITK UIN Jakarta. 2. Jenis Penelitian a. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara langsung ke lapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. b. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji buku-buku, literatur dan dokumen pendukung lainnya yang relevan dengan pembahasan judul skripsi ini. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan. 3 Dan yang menjadi 1
subjek
penelitian
adalah
Laboratorium
FITK
sebagai
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2004), h. 3 2 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif..., h.10 3 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), h. 13
29
penyelenggra bimbingan praktik qira’at. Sedangkan objek penelitian adalah cara penyelenggaraan bimbingan praktik qira’at di Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. 4. Sumber Data Dalam Penyusunan skripsi ini digunakan 2 (dua) sumber data: a. Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah berkas-berkas yang berkaitan dengan penyelenggaraan bimbingan praktik qira’at dan hasil wawancara dengan penyelenggara bimbingan praktik qira’at yaitu Kepala Laboratorium dan dosen pembimbing praktik qira’at. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur kepustakaan seperti buku-buku, kitab-kitab, pedoman, perundangan dan berbagai sumber yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Dokumentasi, yaitu dengan cara memperoleh data dengan menelusuri dan mempelajari data dari dokumen-dokumen berkas laboratorium FITK UIN Jakarta. Selain itu, dilakukan penelusuran dan pengkajian terhadap berbagai tulisan yang berkaitan dengan pembahasan ini, dalam aspek penyelenggaraan laboratorium FITK UIN Jakarta untuk mempertajam analisis terhadap efektivitas penyelenggaraan praktik laboratorium FITK UIN Jakarta. b. Interview (wawancara), yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pedoman wawancara. Adapun pihak yang diwawancarai adalah penglolah laboratorium, dosen pembimbing praktik, mahasiswa praktikan. 6. Pengolahan dan Analisa Data Seluruh data yang diperoleh dari wawancara dan kepustakaan diseleksi dan disusun. Setelah itu, dilakukan klasifikasi data, yaitu usaha
30
menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu. Setelah data yang sudah diklasifikasikan muncul dari ketentuan normatif dan yuridis, kemudian diadakan analisis data untuk ditarik sebuah kesimpulan berdasarkan pedoman sumber-sumber tertulis. 7. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini bersifat deskriptif analisis, yaitu memberikan gambaran terhadap subjek dan objek penelitian untuk ditarik sebuah kesimpulan, adapun penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
C. Tinjauan Pustaka Pada penelitian skripsi ini, penulis lebih menekankan pada Efektivitas Penyelenggaran Praktik Laboratorium FITK UIN Jakarta Bagi Mahasiswa Jurusan PAI. Studi pustaka dalam penelitian ini diantaranya adalah berkasberkas yang berkaitan dengan penyelenggaraan bimbingan praktik qira’at dan hasil wawancara dengan penyelenggara bimbingan praktik qira’at yaitu Kepala Laboratorium dan dosen pembimbing praktik qira’at dengan buku-buku lain yang relevan dengan tema skripsi ini sebagai referensi pendukung.
D. Fokus Penelitian 1. Laboratorium FITK Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) bertanggungjawab
dalam
pengembangan
kompetensi
paedagogik,
profesional, sosial, dan kepribadian. Di sisi lain, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga dituntut melakukan akselerasi dalam mewujudkan visi dan misinya, yaitu menyelenggarakan
pendidikan,
penelitian,
dan
pengabdian
kepada
masyarakat yang mengintegrasikan keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan dalam rangka membangun fakultas yang unggul dan kompetitif.
31
Atas dasar pemikiran tersebut, FITK sangat berkepentingan untuk memberikan bimbingan atau pembinaan ubudiyah dan spritual kepada para mahasiswa. Demikian itu, agar mahasiswa dan alumni FITK tidak hanya memiliki kedalaman pengetahuan dan ketinggian pemikiran keislaman, tetapi juga mampu menunjukan perilaku hidup yang bermoral dan patuh kepada hukum agama. Termasuk di dalam hukum kategori ini adalah kemampuan menjalankan upacara-upacara ritual (ibadah) secara baik dan benar (sah) menurut hukum Islam bahkan mampu memimpin masyarakat dalam melaksanakan ibadah itu.4 Kegiatan praktikum ibadah dan qira’at ini didasarkan atas landasan moral yakni : a. Tanggung jawab institusi FITK terhadap kesahihan pelaksanakan ibadah dan qira’at para mahasiswa. b. Memelihara citra yang baik di masyarakat terhadap FITK UIN Jakarta. Adapaun landasan formal kegiatan praktikum tersebut adalah Peraturan Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 03, Tahun 1978, Bab III, Pasal 9 Ayat 1. Agar praktik ibadah dan qira’at ini terlaksana secara efisien dan efektif, maka disusunlah buku Panduan Praktikum Ibadah dan Qira’at ini. 2. Tujuan Laboratorium Praktikum Qira’at Adapun tujuan dari laboratorium praktikum qira’at adalah 5: a. Kemampuan dan keterampilan membaca seluruh ayat suci al-Qur’an dengan baik, benar, fasih dan lancar. b. Hafalan surat-surat al-Qur’an dan ayat-ayat al-Qur’an tertentu yang sering dibaca atau digunakan dalam kegiatan ibadah sehari-hari. c. Membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an. d. Kemampuan memimpin masyarakat dalam penyelenggaraan qira’ah. 4
Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum Ibadah da Qira’at (PIQI), (Jakarta:Laboratoriu FITK, 2011), h.1-2 5 Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum...., h.3
32
3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PIQI Praktikum ibadah dan qira’at dilaksanakan sepanjang semester I dan II (satu tahun), yakni sebanyak 16 (enam belas) kali tatap muka yang secara teknis waktu dan tempatnya didasarkan pada kesepakatan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa. 6
4. Pembiayaan Program PIQI Biaya penyelenggaraan program PIQI ini bersumber dari7 : a. DIPA (Dana Isian Pelaksanaan Anggaran) yang berasal dari dana SPP dan praktikum. b. DOP (Dana Operasional Pendidikan). c. Sumber-sumber lain yang halal, legal, dan tidak meningkat.
5. Organisasi Pelaksana PIQI Kegiatan Praktikum Ibadah dan Qira’at (PIQI) secara institutional di bawah tanggung jawab pembantu Dekan FITK, secara akademik di bawah tanggung jawab Pembantu Dekan Bidang Akademik sebagai pengarah program,
dan
secara
implementatif
merupakan
tanggung
Laboratorium FITK. 8 6. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab9 a. Penanggung Jawab 1) Menerbitkan kebijakan tentang pelaksanaan PIQI 2) Menetapkan arah kebijakan umum pelaksanaan PIQI 3) Menetapkan dosen pembimbing PIQI 4) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan PIQI b. Pengarah 6
Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum..., h.4 Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum..., h.4 8 Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum..., h.9 9 Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum..., h.9 7
jawab
33
1) Memberikan
pengarahan
kepada
pelaksana
PIQI
tentang
implementasi kegiatan. 2) Memotivasi praktikan agar pelaksanaan PIQI berjalan efisien dan efektif. 3) Berpartisipasi dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PIQI. c. Pelaksana 1) Mengatur dan bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan PIQI secara keseluruhan. 2) Menyiapkan dan mengadministrasikan calon peserta PIQI. 3) Melaksanakan administrasi PIQI, termasuk menyusun rencana kebutuhan bahan, alat, dan sarana yang dibutuhkan untuk keperluan kerja tata usaha. 4) Berkoordinasi dengan bagian terkait. 5) Merekomendasikan dosen pembimbing. 6) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan PIQI sekurangkurangnya satu kali dalam satu priode. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara mengumpulkan semua ketua rombel (atau yang mewakili). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket dan tanya jawab. 7) Mengolah dan menerbitkan nilai PIQI. 8) Membuat publikasi kegiatan PIQI. 9) Melaporkan kegiatan PIQI kepada Dekan
7. Mahasiswa Praktikan Mahasiswa praktikan atau mahasiswaa peserta PIQI adalah mahasiswa semester I dan II. Setiap peserta PIQI diwajibkan melaksanakan tata tertib pelaksanaan PIQI (Bab V) dan melaksanakan setiap tahapan kegiatan sebagaimana telah dijelaskan pada bab II10, yakni : a. Mengikuti proses kegiatan PIQI sampai lulus. 10
Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum..., h.12
34
b. Mempelajari modul PIQI secara mandiri : 1) Membuat catatan untuk materi-materi yang belum dipahami untuk ditanyakan kepada dosen pembimbing saat dilakukan tatap muka. 2) Memahami dan menghafal materi ajar. 3) Bila beberapa jenis kecakapan telah siap untuk diujikan mintalah untuk bertatap muka. c. Membawa al-Qur’an pada setiap melakukan tatap muka dengan dosen pembimbing. d. Membawa modul PIQI pada setiap melakukan tatap muka dengan dosen pembimbing. e. Membawa kartu bimbingan pada setiap melakukan tatap muka dengan dosen pembimbing. f. Mengisi absensi dalam bentuk paraf/tanda tangan pada ”form daftar hadir” yang disediakan Lab. FITK (dipegang dosen pembimbing). g. Bila semua jenis kecakapan telah dinilai LULUS, maka kartu bimbingan yang telah terisi nilai dan paraf dosen pembimbing diserahkan ke kantor Laboratorium FITK.
8. Dosen Pembimbing Dosen pembimbing PIQI adalah dosen FITK yang ditunjuk untuk melaksanakan pembimbingan dan pengujian terhadap kecakapan mahasiswa dalam membaca al-Qur’an dan dalam melaksanakan praktik ibadah seharihari. Penunjukan dosen pembimbing tersebut atas rekomendasi Laboratorium FITK, kemudian ditetapkan dan diputuskan oleh Dekan FITK melalui Surat Keputusannya. Dosen
pembimbing
diharapkan
melaksanakan
fungsi
sebagai
pembimbing, pembina, instruktur (pelatih), motivator, evaluator, sekaligus
35
administator. Atas dasar fungsi tersebut, maka tugas dosen pembimbing 11 adalah sebagai berikut : 1. Membimbing, membina, dan melatih mahasiswa agar memiliki kecakapan dalam mengimplementasikan upacara-upacara ritual (ibadah) secara baik dan benar (sah) menurut hukum Islam. 2. Membimbing, membina, dan melatih mahasiswa agar memiliki kecakapan dalam membaca, menghafal, dan menulis/menyalin ayat-ayat al-Qur’an secara baik, benar, dan lancar. 3. Memotivasi mahasiswa agar gemar membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an serta berani dan bertanggung jawab dalam memimpin masyarakat dalam melaksanakan ibadah. 4. Melakukan evaluasi dan penilaian terhadap kecakapan yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Penulisan nilai di samping ditulis di kertas/ form nilai yang disediakan Lab.FITK ( dipegang dosen pembimbing) juga ditulis pada kartu bimbingan (dipegang mahasiswa). 5. Melakukan administrasi proses pelaksanaan PIQI, meliputi berita acara, absensi, penilaian, dan koordinasi dengan bagian-bagian terkait. 9. Stuktur Organisasi: Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kepala Laboratorium FITK
: Yudhi Munadi, M.Ag.
Sekertaris Laboratorium FITK : Tanenji, MA. Staff Laboratorium FITK
: Nurkhayati,Msi
10. Keadaan Dosen Pembimbing PIQI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dosen
merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar-
mengajar serta sebagai figur sentral dalam mengemban amanah yang amat mulia di suatu lembaga pendidikan. Dosen juga turut berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia yang sangat potensial di dalam mengoptimalisasikan hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian dosen sebagai salah satu unsur pendidikan harus dapat berperan lebih aktif serta 11
Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum..., h.11
36
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga professional sesuai dengan perkembangan. Tenaga pengajar selain tugas mengajar di kelas, pada umumnya dosen di FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendapat tugas tambahan, seperti mendapat tugas sebagai Pembantu Dekan, Urusan Kemahasiswaan, Ketua Jurusan, dan sampai pembimbing akademik.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi/Pengamatan Pengamatan secara metodologis dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihaat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu; pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek, sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi
sumber
data;
pengamatan
memungkinkan
pembentukan
pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.12 Sebagai teknik pengumpulan data, pengamatan memiliki ciri yang lebih spesifik dibandingkan dengan teknik wawancara dan kuesioner. Dalam wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka pengamatan tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada obyek-obyek alam yang lain. 13 Dalam pengamatan ini peneliti menggunakan pengamatan terbuka, di mana pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek. Sedangkan sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat
12
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif... h. 175. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet.9, h. 203. 13
37
untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari bahwa ada yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka.14 Pengamatan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa, kedaan dosen, keadaan mahasiswa, serta darana dan prasarana yeng mendukung penyelenggaraan bimbingan PIQI.
2. Dokumentasi Dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film. Dalam penggunaan dokumen ini diarahkan jika dokumen yang diteliti oleh peneliti ditemukan record, baik yang bersifat dokumen pribadi ataupun resmi. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang ditempuh penulis dalam mengumpulkan data-data penelitian.15 Peneliti menggunakan dokumen karena alasan: a. Dokumen digunakan kerena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong. b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian. c. Berguna dan sesuai dengan penelitian kualittatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks. d. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Teknik dokumentasi yang digunakan adalah teknik kajian isi. Teknik kajian isi ini memiliki ciri: a. Proses mengikuti aturan b. Proses sistematis c. Proses yang digunakan untuk menggeneralisasi d. Mempersoalkan isi yang termanifestasikan e. Menekankan analisis secara kuantitatif, namun hal itu dapat pula dilakukan bersama analisis kualitatif
14 15
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif... h. 176. Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif... h. 216.
38
Dokumen yang diggunakan merupakan dokumen resmi internal. Dokumen ini dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan. Adapun dokumen
yang
dikumpulkan
adalah
data-data
atau
berkas-berkas
penyelenggaraan bimbingan qira’at semester ganjil tahun ajaran 2009-2010 mahasiswa jurusan PAI FITK yang terkumpul di laboratorium FITK UIN Syariif Hidayatullah Jakarta.
3. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.16 Maksud mengadakan wawancara, menurut Lincoln dan Gube antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadaian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatankebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-keblatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia; dan memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.17 Guba dan lincoln juga membagi wawancara menjadi empat jenis dan salah satunya adalah wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode wawancara terstruktur. Yang
16
dimaksud
wawancara
terstruktur
adalah
wawancara
yang
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif... h. 186. 17 Lincoln dan Guba (1985:266) dalam Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif... h. 186.
39
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.18 Format-format yang digunakan bisa bermacam-macam dan format itu dinamakan protokol wawancara. Protokol wawancara itu juga dapat berbentuk terbuka. Pertanyaan-pertanyaan ini disusun sebelumnya dan didasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian. Pokok-pokok yang dijadikan dasar pertanyaan diatur sangat terstruktur. Keuntungan wawancara terstruktur ialah jarang mengaadakan pendalaman pertanyaan yang dapat mengarahkan terwawancara agar sampai berdusta. Teknik wawancara ini penulis gunakan untuk menggali informasi dari Kepala Laboratoium, Sekretaris Laboratorium, Staff Laboratorium, Dosen pembimbing PIQI dan Mahasiswa FITK Jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut instrumen wawancara yang penulis gunakan: a. Dosen 1) Apa yang jadi pertimbangan bapak untuk pemilihan pembimbing dalam menentukan pembimbing PIQI? 2) Pembimbing sudah memenuhi standar kompetensi yang diberlakukan oleh laboratrium menurut bapak? 3) Bagaimana proses penetapan dosen pembimbing PIQI? 4) Bagaimana proses penetapan distribusi dosen dalam pembimbing PIQI? 5) Apakah koordinasi antara laboratorium FITK dengan pembimbing, bagaimana bentuk koordinasinya, apakah koordinasi dimaksud dipandang efektif untuk menyamakan persepsi terkait proses implementasi PIQI? 6) Bagaimana
sistem
monitoring
dan
evaluasi
terhadap
dosen
pembimbing PIQI yang dilakukan oleh laboratorium FITK?
18
186.
Lincoln dan Guba (1985:266) dalam Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif... h.
40
7) Berdasarkan monitoring dan evaluasi yang laboratorium FITK lakukan apakah ditemui dosen pembimbing yang tidak atau belum melaksanakan tugas sebagaimana mestinya? 8) Adakah kendala yang dihadapi laboratorium terkait dengan distribusi dan penegakan kode etik dosen pembimbing? 9) Pelaksanaan PIQI untuk mahasiswa diberikan pada mahasiswa semester berapa, apa yang menjadi pertimbangan semester tersebut? 10) Bagaiman cara laboratrium dalam membagi rombongan belajar mahasiswa praktikan PIQI? 11) Adakah kendala yang dihadapi laboratorium terkait dengan rombongan belajar PIQI? b. Mahasiswa 1) Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap mahasiswa, bagaimana sikap dan minat mahasiswa? 2) Apakah ada tersedia waktu dan tempat yang terjadwal untuk proses bimbingan PIQI? 3) Sarana apa saja yang laboratorium sediakan untuk proses bimbingan PIQI? 4) Apakah laboratorium menawarkan strategi bimbingan PIQI? 5) Bagaimana strategi yang dilakukan laboratorium dalam memonitoring dan mengevaluasi implementasi PIQI, apakah strategi tersebut dipandang efektif menurut laboratorium FITK? 6) Apakah peran pimpinan fakultas terkait dengan PIQI? 7) Saat ini mahasiswa harus hafal juz 30 apa yang jadi pertimbangan bapak? c. Proses Pelaksanaan Bimbingan PIQI (Qira’at) 1) Pelaksanaan PIQI saat ini berbeda dengan pelaksanaan praktek qira’at dan ibadah sebelum tahun ajaran 2009-2010 apa yang menjadi pertimbangan tersebut? 2) Kendala-kendala apakah yang ditemukan dalam penyelenggaraan PIQI?
41
3) Secara umum apakah ada perbedaan efektivitas penyelenggaraan PIQI dengan priode sebelumnya? 4) Bagaimana hasil nilai yang diperoleh mahasiswa pada program PIQI? 5) Kegiatan atau tindak lanjut apakah bagi mahasiswa-mahasiswa yang tidak lulus PIQI? 6) Kapan saja jadwal PIQI? 7) Apakah laboratorium memberikan aturan yang sesuai dengan penyelenggaran Praktik PIQI? 8) Apa laboratorium dalam memberikan sarana dan tempat praktik sudah memenuhi standar operasional yang sesuai dengan kebutuhan penyelenggaran PIQI? 9) Apakah sudah baik implementasi yang sudah dilakukan laboratorium sejauh ini? 10) Bagaimana cara pengambilan nilai-nilai PIQI dari mahasiswa dan dosen pembimbing?
F. Teknik Analisis Data 1. Metode Analisis Data a) Analisis isi atau dokumen (content or document analysis) yaitu ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi berupa buku-buku baik yang bersifat teoritis maupun empiris. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui makna,
konsep,
untuk selanjutnya
mengetahui manfaat atau hasil dari hal-hal tersebut19. b) Metode
deskriptif
yaitu
mendeskripsikan
atau
menggambarkan
fenomena-fenomena yang sifatnya alamiah atau rekayasa manusia 20.
19
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosydakarya, 2006, h. 81-82 20 Nana Syaodih Sukmadinata, 2006, h.72
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab IV ini akan dijelaskan tentang pelaksanaan, gambaran objek penelitian,deskripsi data dan interpretasi data.
A. Gambaran Objek Penelitian 1. Dasar Pemikiran terbentuknya Laboratorium FITK UIN Jakarta Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai
Lembaga
Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK)
bertanggung jawab dalam pengembangan kompetensi kependidikan dan keguruan, yakni kompetensi pedogogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Di sisi lain, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga dituntut melakukan akselerasi dalam mewujudkan visi dan misinya, yaitu menyelenggarakan pendidikan,
penelitian,
dan
pengabdian
kepada
masyarakat
yang
mengintegrasikan keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan dalam rangka membangun fakultas yang unggul dan kompetitif. Atas dasar pemikiran tersebut, FITK sangat berkepentingan untuk memberikan bimbingan atau pembinaan ubudiyah dan spritual kepada para mahasiswa. Demikian itu, agar mahasiswa dan alumni FITK tidak hanya memiliki kedalaman pengetahuan dan ketinggian pemikiran keislaman, tetapi juga mampu menunjukan perilaku hidup yang bermoral dan patuh kepada hukum agama. Termasuk didalam hukum kategori ini adalah kemampuan menjalankan upacara-upacara ritual (ibadah) secara baik dan benar (sah)
40
41
menurut hukum islam bahkan mampu memimpin masyarakat dalam melaksanakan ibadah itu. Kegiatan praktium ibadah dan qira‟at ini berdasarkan atas landasan moral yakni : a. Tanggung jawab institusi FITK terhadap kesahihan pelaksanaan ibadah dan qir‟at para mahasiswa. b. Memelihara citra yang baik di masyarakat terhadap FITK UIN Jakarta. Adapun landasan formal kegiatan praktikum tersebut adalah peraturan Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 03, Tahun 1978, Bab III, Pasal 9 ayat 1. 2. Tujuan Laboratorium Praktium Qira’at Adapun tujuan dari laboratorium praktikum qira‟at adalah: a. Kemampuan dan keterampilan membaca seluruh ayat suci al-Qur‟an dengan baik, benar, fasih dan lancar. b. Hafalan surat-surat al-Qur‟an dan ayat-ayat al-Qur‟an tertentu yang sering dibaca atau digunakan dalam kegiatan ibadah sehari-hari. c. Membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Qur‟an. d. Kemampuan memimpin masyarakat dalam penyelenggaraan qira‟ah.
3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PIQI Praktikum ibadah dan qira‟at dilaksanakan sepanjang semester I dan II (satu tahun), yakni sebanyak 16 (enam belas) kali tatap muka yang secara teknis waktu dan tempatnya didasarkan pada kesepakatan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa. Pada hakekatnya waktu yang dimiliki oleh pembimbimbing dalam melakukan bimbingan terhadap mahasiswa bimbingnya tidak memiliki waktu khusus sebab waktu yang dimiliki dosen dikampus hanya untuk kegiatan belajar mengajar yang tercantum dalam sks jadi pelaksanaan bimbingan qira‟at waktunya fleksibel bisa dilaksanakan kapanpun diluar jam kuliah dan sesuai waktu yang disediakan dosen pembimbing untuk mengadakan bimbingan. Begitu juga dengan tempat penyelenggaraan qira‟at, laboratorium tidak memiliki tempat khusus untuk praktik Qira‟at. Selama ini penyelenggaraan
42
praktik qira‟at dilakukan di kelas yang biasa digunakan untuk kegiatan perkuliahan, mushola, ataupun di ruang kerja Dosen. 4. Pembiayaan Program PIQI Biaya penyelenggaraan program PIQI ini bersumber dari : a. DIPA (Dana Isian Pelaksanaan Anggaran) yang berasal dari dana SPP dan praktikum. b. DOP (Dana Operasional Pendidikan). c. Sumber-sumber lain yang halal, legal, dan tidak mengikat.
5. Organisasi Pelaksana PIQI Kegiatan praktikum ibadah dan Qira‟at (PIQI) secara institutional di bawah tanggung jawab pembantu Dekan FITK, secara akademik di bawah tanggung jawab Pembantu Dekan Bidang Akademik sebagai pengarah program, dan secara implementatif merupakan tanggung jawab Laboratorium FITK.
6. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Program PIQI a. Penanggung Jawab 1) Menerbitkan kebijakan tentang pelaksanaan PIQI. 2) Menetapkan arah kebijakan umum pelaksanaan PIQI. 3) Menetapkan dosen pembimbing PIQI. 4) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan PIQI. b. Pengarah 1) Memberikan
pengarahan
kepada
pelaksana
PIQI
tentang
implementasi kegiatan. 2) Memotivasi praktikan agar pelaksanaan PIQI berjalan efisien dan efektif. 3) Berpartisipasi dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PIQI. c. Pelaksana 1) Mengatur dan bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan PIQI secara keseluruhan. 2) Menyiapkan dan mengadministrasikan calon peserta PIQI.
43
3) Melaksanakan administrasi PIQI, termasuk menyusun rencana kebutuhan bahan, alat, dan sarana yang dibutuhkan untuk keperluan kerja tata usaha. 4) Berkoordinasi dengan bagian terkait. 5) Merekomendasikan dosen pembimbing. 6) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan PIQI sekurangkurangnya satu kali dalam satu priode. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara mengumpulkan semua ketua rombel (atau yang mewakili). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket dan tanya jawab. 7) Mengolah dan menerbitkan nilai PIQI. 8) Membuat publikasi kegiatan PIQI. 9) Melaporkan kegiatan PIQI kepada Dekan.
7. Keadaan Praktikan PIQI Mahasiswa praktikan atau mahasiswaa peserta PIQI adalah mahasiswa semester III dan IV, dikarenakan bila diberikan kepada semester I dan II mereka baru beradaptasi dan belum urgensi dalam bimbingan ini, dan bila diambil semester V dan seterusnya mahasiswa sudah disibukan dengan banyaknya jadwal kuliah dan praktik lain seperti komputer, microteaching, serta PPKT, maka lab anggap semester III lebih efisien dan tepat untuk melaksanakan bimbingan PIQI. Pelaksanaan bimbingan PIQI dalam satu kelas dibagi menjadi dua rombel dan masing-masing rombel terdapat 20-22 mahasiswa dan sebisa mungkin tidak lebih dari itu, dan dari setiap rombel dibimbing oleh satu dosen pembimbing. Setiap peserta PIQI diwajibkan melaksanakan tata tertib pelaksanaan PIQI (Bab V) dan melaksanakan setiap tahapan kegiatan sebagaimana telah dijelaskan pada bab II, yakni : 1. Mengikuti proses kegiatan PIQI sampai lulus. 2. Mempelajari modul PIQI secara mandiri : 1) Membuat catatan untuk materi-materi yang belum dipahami untuk ditanyakan kepada dosen pembimbing saat dilakukan tatap muka.
44
2) Memahami dan menghafal materi ajar. 3. Bila beberapa jenis kecakapan telah siap untuk diujikan mintalah untuk bertatap muka. 4. Membawa al-Qur‟an pada setiap melakukan tatap muka dengan dosen pembimbing. 5. Membawa modul PIQI pada setiap melakukan tatap muka dengan dosen pembimbing. 6. Membawa kartu bimbingan pada setiap melakukan tatap muka dengan dosen pembimbing. 7. Mengisi absensi dalam bentuk paraf/tanda tangan pada ”form daftar hadir” yang disediakan Lab. FITK (dipegang dosen pembimbing). 8. Bila semua jenis kecakapan telah dinilai LULUS, maka kartu bimbingan yang telah terisi nilai dan paraf dosen pembimbing diserahkan ke kantor Lab. FITK. Untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap praktikan atau mahasiswa dengan cara lab mengundang ketua kelompok paling tidak 2 bulan sekali, keinginan pihak lab 1 bulan sekali karena ada beberapa pertimbangan dan waktu jadi lab tidak bisa melaksanakan 1 bulan sekali itu, dan yang lab lakukan adalah memberikan angket, tanya jawab seputar masalah yang ada selama bimbingan berlangsung dan hambatan dari mahasiswa terhadap para dosen, dan dari situ lab dapat mengetahui kendala apa saja yang ada.
8. Dosen Pembimbing PIQI Dosen pembimbing PIQI adalah dosen FITK yang ditunjuk untuk melaksanakan pembimbingan dan pengujian terhadap kecakapan mahasiswa dalam membaca al-Qur‟an dan dalam melaksanakan praktik ibadah sehari-hari. Penunjukan dosen pembimbing tersebut atas rekomendasi Laboratorium FITK, kemudian ditetapkan dan diputuskan oleh Dekan FITK melalui Surat Keputusannya. Laboratorium menentukan Kriteria dosen pembimbing dengan tiga pertimbangan : a. Dosen tetap
45
b. Dosen rekomendasi dari jurusan atau dosen yang homebasenya yang berada dijurusan PAI. c. Alumni dari pendidikan agama islam atau dari fakultas keagamaan. Penentuan kriteria dosen pembimbing dari lulusan PAI atau dari fakultas dilakukan untuk menjadi sebuah jaminan, karena dosen dari alumni tersebut dianggap bisa atau mampu melakukan bimbingan. Selain tiga kriteria di atas pertimbangan yang lain adalah hasil evaluasi kinerja dosen pembimbing dalam konteks tahun-tahun sebelumnya sebagai pertimbangan untuk membimbing pada semester berikutnya. Dalam menetapkan dosen pembimbing PIQI, lab memulai dengan mengajukan permohonan ke jurusan dan jurusan merekomendasikan dosen yang diminta. Setelah mendapat rekomendasi dari jurusan, dosen-dosen tersebut diseleksi sesuai kriteria yang nantinya diajukan ke dekan untuk dibuatkan SK sebagai dosen pembimbing. Dosen pembimbing yang telah ditetapkan diberi wewenang untuk membimbing mahasiswa dalam rombel yang jumlahnya sekitar 20 mahasiswa. Penetapan rombel yang berjumlah 20 mahasiswa dibimbing oleh 1 dosen yang idealnya adalah dibimbing oleh 2 dosen karena masih kekurangan dosen. Namun dari segi jumlah mahasiswanya, jumlah 20 mahasiswa cukup ideal. Koordinasi dan sosialisasi antara laboratorium dengan dosen pembimbing yang sesuai panduan pelaksanaan PIQI, yang pertama pada saat membuat panduan PIQI, lab melibatkan para dosen dalam workhsop artinya panduan tersebut sudah dipahami betul oleh dosen pembimbing selanjutnya melakukan rapat koordinasi kepada para pimpinan fakultas dan evaluasi yang dilakukan oleh lab yang dilakukan 2 bulan sekali diruang teater lantai.3 untuk mengetahui kinerja lab. Dalam tugasnya, Dosen pembimbing diharapkan dapat melaksanakan fungsi sebagai pembimbing, pembina, instruktur (pelatih), motivator, evaluator, sekaligus administator. Atas dasar fungsi tersebut, maka tugas dosen pembimbing adalah sebagai berikut : a. Membimbing, membina, dan melatih mahasiswa agar memiliki kecakapan dalam mengimplementasikan upacara-upacara ritual (ibadah) secara baik dan benar (sah) menurut hukum Islam.
46
b. Membimbing, membina, dan melatih mahasiswa agar memiliki kecakapan dalam membaca, menghafal, dan menulis/menyalin ayat-ayat al-Qur‟an secara baik, benar, dan lancar. c. Memotivasi mahasiswa agar gemar membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Qur‟an serta berani dan bertanggung jawab dalam memimpin masyarakat dalam melaksanakan ibadah. d. Melakukan evaluasi dan penilaian terhadap kecakapan yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Penulisan nilai di samping ditulis di kertas/ form nilai yang disediakan Lab.FITK ( dipegang dosen pembimbing) juga ditulis pada kartu bimbingan (dipegang mahasiswa). e. Melakukan administrasi proses pelaksanaan PIQI, meliputi berita acara, absensi, penilaian, dan koordinasi dengan bagian-bagian terkait. Evaluasi terhadap dosen dalam pelaksanaan PIQI dilakukan berdasarkan hasil monitoring yang terhadap mahasiswa yang diadakan 2 bulan sekali. Karena dari hasil itu bisa dilihat kendala baik masalah atau hambatan dalam pelaksanaan bimibingan. Sejauh ini masalah yang dihadapi hanya pada ketidaktahuan
dalam
melaksanakan praktik bimbingan yang sesuai dengan aturan yang diberlakukan laboratorium hal itu, dikarenakan tidak ikut dalam proses sosialisasi sehingga dosen tidak efektif dalam membimbing karena ketidaktahuanya, ada juga yang sudah paham tapi sibuk dengan kegiatan masing-masing, dan laboratorium memberikan fanisme dengan tidak kembali memberikan dosen tersebut untuk tidak menjadikanya dosen pembimbing, ada juga dosen yang terang-terangan menyatakan tidak bisa dalam membimbing karena kendala waktu yang padat, sehingga dosen tersebut menyerahkan seluruhnya kepada lab, hal itu bisa lab terima kalau praktik belum berjalan, tapi kalau sudah berjalan lab tidak bisa menerima dan harus diselesaikan hingga sampai akhir bimbingan.
9. Keadaan Dosen Pembimbing PIQI FITK UIN Jakarta Dosen merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar-mengajar serta sebagai figure sentral dalam mengemban amanah yang amat mulia disuatu lembaga pendidikan. Dosen juga turut berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia yang sangat potensial di dalam mengoptimalisasikan hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian dosen sebagai salah satu unsur pendidikan harus dapat berperan lebih aktif serta
47
melaksanakan
tugasnya
sebagai
tenaga
professional
sesuai
dengan
perkembangan. Tenaga pengajar selain tugas mengajar di kelas, pada umumnya dosen di FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendapat tugas tambahan, seperti mendapat tugas sebagai Pembantu Dekan, Urusan Kemahasiswaan, Ketua Jurusan, dan sampai pembimbing akademik. Tabel 4.1 Data Keadaan Dosen Pembimbing Bidang PIQI No.
Nama
Keterangan
1
Dr.Abd. Fatah Wibisono, M.Ag.
Pembimbing
2
Drs.Sapiuddin,M.Ag.
Pembimbing
3
Dr. Akhmad Sodiq,M.Ag.
Pembimbing
4
Dr. H.Abd.Majid Khon, M.Ag.
Pembimbing
5
Prof .Dr.H.MuardiChatib
Pembimbing
6
Prof.Dr.H.Abd.Rahman Ghazaly,M.A.
Pembimbing
7
Prof . Dr.H. Salman Harun
Pembimbing
8
Prof. Dr. H. Moh. Ardani
Pembimbing
9
Drs. H. Mudzakir Jaelani
Pembimbing
10
Dr. H. Anshari,Lal, M.A.
Pembimbing
11
Bahrissalim, M.Ag.
Pembimbing
12
Dra. Nuraini Ahmad/Dra.Hj.Mu‟tamiroh
Pembimbing
13
Dr. Nurlena Rifa‟i,M.Ed
Pembimbing
14
Prof. Dr. H.Aziz Fahrurrozi,M.A.
Pembimbing
15
Drs. H. Ghufron Ihsan, M.A.
Pembimbing
16
Drs. A. Haris, M.A.
Pembimbing
17
H. Abd.Ghofur, M.A.
Pembimbing
18
Drs. Rusydi Djamil, M.Ag.
Pembimbing
19
Drs. H. Rusdy Zakaria, M.A.
Pembimbing
20
Yudhi Munadi, M.Ag.
Pembimbing
21
Dr. Muhbib A. Wahab, M.A.
Pembimbing
22
Zaenal Mutaqin, M.Ag.
Pembimbing
23
Drs. H. Abd. Hamid, SQ
Pembimbing
48
24
Herman, S.Ag.M.Si
Pembimbing
25
M. Zuhdi, M.Ed., Ph.D.
Pembimbing
26
Dr. Sururrin, M.Ag.
Pembimbing
27
Dr. Hj. Eri Rosatria, M.A.
Pembimbing
28
Drs.H.Choliludin, M.A./Irhamnida,S.Ag.
Pembimbing
29
Drs. Syamsul Arifin, M.Pd
Pembimbing
30
Drs. A. Royani, M.Hum
Pembimbing
31
Dra. Henny Narendrani/ Dra.Nurdelima Wr, M.Pd
Pembimbing
32
Dr. Hj. Djunaidatul Munawwroh, M.A.
Pembimbing
33
Drs. Mu‟arif SAM, M.Pd
Pembimbing
34
Muhammad Sholeh Hasan, M.A.
Pembimbing
35
Drs. H.Nurrochim,M.M.
Pembimbing
36
Drs. H. Elman Sadri
Pembimbing
37
Dr. Zaimuddin, M.Ag
Pembimbing
38
Dr. Khalimi, M.Ag.
Pembimbing
39
Dr. Hj. Elo al-Bugis
Pembimbing
40
Siti Khadijah, M.A.
Pembimbing
41
Tanenji, M.A.
Pembimbing
42
Drs. Rasi‟in
Pembimbing
43
Drs. E. Kusnadi
Pembimbing
B. Proses Pelaksanaan Bimbingan PIQI Pelaksanaan bimbingan PIQI dilakukan ditempat yang tidak ditentukan atau dengan kata lain laboratorium menyediakan tempat khusus. Oleh karena itu, pelaksanaanya diserahkan sepenuhnya kepada dosen pembimbing. Biasanya dilakukan dimusolah-musolah atau diruangan dosen, atau juga dikelas yang sedang tidak dipakai untuk kegiatan perkuliahan. Begitu juga dengan waktu penyelenggaraan PIQI disesuaikan dengan jadwal yang dimiliki oleh dosen pembimbing diluar jadwal perkuliahan. Sarana yang disediakan oleh laboratorium untuk penyelenggaraan bimbingan PIQI meliputi media pembelajaran saja seperti panduan yang digunakan untuk memonitoring. Panduan itu di dalamnya terdapat panduan dan form-form yang
49
sudah disediakan dan kartu monitoring. Serta daftar hadir untuk dosen pembimbing. Untuk form penilaian mahasiswa wajib dibawa untuk dipegang untuk mahasiswa. Tidak, semuanya punya gaya khas masing-masing, lab hanya menginginkan mahasiswa-mahasiswa yang setelah bimbingan dapat bisa diandalkan masyarakat. Untuk melihat implementasi PIQI disamping mengundang para ket kelompok dengan angket dan Tanya jawab yang seperti tadi saya utarakan dipertanyaan sebelumnya pihak lab juga mengadakan wawancara atau obrolan ringan terkait kendala-kendala apa saja yang dihadapi dosen pembimbing. Perannya beliau sebagai pembijak atau penanggung jawab dalam hal ini yaitu dekan kemudian kebijakan oleh kita kemudian kedekan dan pudek satu dan dua dan lab sebagai pelaksananya. Mahasiswa itu kalau sudah selesai akan terjun kemasyarakat, dan masyarakat kita itu tidak mengerti yang mereka tahu mahasiswa Universitas Islam dan harus bisa untuk hal itu, pertimbangan selanjutnya yaitu kita itu orang islam al-Qur‟an adalah pedoman kita masa kita tidak bisa membaca al-Qur‟an sangat ironis sekali, jadi saya kira wajar dan standar kalau kami memberikan hafalan wajib juz 30. Tahun-tahun sebelum PIQI yaitu hafalannya sampai addhua jadi menurt kita tidak logis karena hafalan tersebut sudah dilakukan setingkat MA dan MI masa perguruan tinggi masih hafalan addhua kebawah. Jadi wajar kalau setingkat lebih beda karena perguruan tinggi islam. Terlalu banyak mahasiswa jadi antara dosen pembimbing tidak sebanding, kendala kedua ruangan kita harus ada ruangan khsus, yang ketiga adalah teknik yang belum dipunyai dosen pembimbing, dan yang terakhir adalah waktu yang tidak sinkron antara mahasiswa dan dosen pembimbing. Sangat berbeda, kalau dulu surat ad dhuha saja masih banyak yang belum hafal, tapi dengan program sekarang sudah banyak yang melebihi hafalan tersebut, lebih baik dari yang kemarin. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan 80% mereka lulus dan saya yakin nanti priode kedua melebihi angka tersebut. Untuk PIQI ini bagi mereka yang tidak lulus diberikan remdial itu gratis dan kalau masih tidak lulus lagi mereka mengulang kembali dan itu dikenakan biaya.
50
Diawal tahun semester 3 dan jadwal pelaksanaanya diserahkan kedosen pembimbing. Sesuai panduan karena peraturan sudah ada dipanduan PIQI dan panduan sudah diworkshopkan dan dihadirkan oleh pimpinan fakultas serta dosen-dosen pembimbing. Untuk melakukan baik atau tidak bukan wewenang kami karena lab hanya penyelenggara saja kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk mengoptimalkan dalam penyelenggaran PIQI tersebut. Nilai berbentuk form untuk mahasiswa dan nanti dikumpulkan dilab nanti kita lakukan validasi sudah sinkron belum antara mahasiswa dan dosen pembimbing. Kemudian kita stempel atau validasi dan kita kembalikan kemahasiswa dan harus disimpan baik-baik. Karena syarat untuk sidang munaqosah.
C. Hasil atau Out put Bimbingan PIQI Penilaian praktikum Qira‟at dilihat dari kecakapan : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Makhraj dan sifat Penguasaan tajwid dan ghara‟ib Kelancaran membaca Menulis al-Qur‟an Hafalan juz „amma Surat-surat pilihan : a. Ayat kursi b. Akhir surah al-baqarah c. Ali Imran d. An-Nisa e. Bani Israil f. Al-Anfal g. Ar Rum h. Al-waqi‟ah i. Al-Mulk j. Yassin k. As-Sajadah l. Al-Mu‟minun m. Al-Rahman Penghitungan nilai berdasarkan rumus di bawah ini: NA = 15N1 + 15N2 + 15N3 + 5N4 +30N5.a+20N5.b =….. 100
51
Berkenaan dengan kelulusan perlu diperhatikan beberapa hal berikut: 1. Bila nilai praktikum ibadah dan qira‟at masing-masing memperoleh nilai minimal 70 (B), maka dinyatakan “LULUS”. 2. Bila nilai masing-masing praktikum ibadah dan qira‟at kurang dari 70 (B), maka dinyatakan “TIDAK LULUS” dan bagi mahasiswa bersangkutan diwajibkan ikut kembali pada dua semester berikutnya (semester berikutnya III dan IV) dengan cara mendaftar ulang tanpa dipungut biaya. 3. Bila salah satu nilai praktikum LULUS, contoh: praktikum ibadah 70 (B) tetapi nilai praktikum qira‟at kurang dari 70 (B), misalnya kurang hafalan, maka mahasiswa bersangkutan dapat memperpanjang waktu bimbingan hingga satu semester ke depan, tanpa dipungut biaya dengan cara mendaftar ke Lab. FITK. Apabila mahasiswa bersangkutan masih tetap belum cukup nilainya, maka diperpanjang pada semester berikutnya dengan cara mendaftar ulang dan wajib membayar uang praktikum sesuai ketentuan yang berlaku. Pembayaran biaya dilakukan pada bagian keuangan FITK, dan fotokopi slip pembayaran diserahkan kepada Lab. FITK. D. Kondisi Informan Terlebih dahulu menjelaskan kriteria informan yaitu kepala laboratorium FITK UIN Jakarta, dosen pembimbing dan mahasiswa PAI. kriteria
penentuan
informan adalah memilih beberapa mahasiswa yang melaksanakan praktik bimbingan dengan menggunakan nama asli adalah sebagi berikut: 4. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag. beliau adalah kepala pengelola laboratorium Pendidikan Agama Islam di fakultas FITK sebagai kepala laboratorium, beliau bertanggung jawab atas tugas-tugas yang terprogram untuk memajukan kualitas mahasiswa PAI. 5. Bapak Dr. H. Abd. Madjid Khon, M.Ag. beliau adalah dosen tetap dan sekaligus dosen pembimbing praktek ibadah qira‟at. Beliau adalah ahlul hadits dan juga ahlul qira‟at. 6. Rihlaturrizqa Attamimi, adalah mahasiswi FITK UIN Jurusan PAI semester IV, yang bersangkutan termasuk mahasiswi yang mengikuti program bimbingan yang diadakan oleh laboratorium FITK 7. Abdul Azis, adalah mahasiswa FITK UIN Jurusan PAI semester IV, yang bersangkutan termasuk mahasiswa yang mengikuti program bimbingan yang diadakan oleh laboratorium FITK
52
E. Hasil Wawancara 8. Hasil wawancara dosen pembimbing dalam hal ini Bapak Dr. H. Abd. Madjid Khon, M.Ag. menurut beliau dari segi pelaksanaan kegiatan praktek ibadah qira‟at di FITK UIN Syarif Hidayatullah sudah berjalan secara efektif dari segi planning kontroling dan evaluasinya akan tetapi pada praktiknya, banyak mahasiswa yang belum mampu membaca al-Qur‟an dengan baik dikarenakan latar belakang mahasiswa yang beragam dari pendidikan sebelumnya. Untuk mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan pesantren atau MA pada umumnya sudah mampu membaca alQur‟an dengan baik dan benar, dan untuk mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan umum masih kurang baik dalam membaca al-Qur‟an. Sedangkan menurut informan lain mengatakan bahwa penyelenggara praktik atau dalam hal ini laboratorium FITK harus memiliki metode atau pedoman khusus untuk meningkatkan efektivitas dalam penyelenggaraan PIQI 1. 9. Menurut mahasiswa Jurusan PAI dalam hal ini di wakili oleh Rihlaturrizqah attamimi Mahasiswi Jurusan PAI semester IV kelas D. Menurutnya PIQI itu sebetulnya kurang efektif dan belum sesuai dengan yang diharapkan tapi untuk masalah komunikasi antara dosen dan mahasiswa yang diuji sudah cukup baik. Dan kendala yang dialami mahasiswa ialah waktu antara dosen dan prkatikan masing-masing mempunyai kepentingan jadi sampai sekarang pun ada mahasiswa yang belum selsai ujian PIQI-nya. Hasil internnya mungkin lebih kepada bagaimana mahasiswa selalu mempersiapkan sejauh mngkin untuk ibadah dan qira‟atnya karena itu menyangkut masalah habluminallah, sehari-hari jadi tidak perlu harus dihafal lalu setelah itu tidak dimanfaatkan dan eksternnya mungkin lebih kepada bagaimana kita memperaktekannya kepada keadaan lingkungan sekitar kita.
B.
Hubungan Sosial Yang dimaksud dengan hubungan sosial ini adalah interaksi sosial yang terjalin
antara dosen dan mahasiswa di FITK UIN Jakarta. Hubungan sosial ini dibagi menjadi tiga bagian: hubungan sosial dosen dengan sesama dosen, hubungan
1
Hasil wawancara dengan
53
sosial mahasiswa dengan dosen, hubungan sosial mahasiswa dengan mahasiswa atau teman sebaya. Pertama, hubungan sosial guru dengan guru. Hubungan sosial antara sesama guru terjalin dengan baik, ini ditunjukkan dengan adanya saling tegur sapa dan komunikasi antar sesama guru di sisa-sisa waktu mengajar, para guru juga membesuk apabila ada seorang guru yang sakit atau melahirkan. Kedua, hubungan sosial mahasiswa dengan dosen. Hubungan sosial antara dosen dan mahasiswa terlihat cukup baik, ini terlihat dari sikap hormat mahasiswa terhadap dosen seperti bersalaman bila bertemu dengan salah seorang dosen atau menyapa. Hubungan sosial antara dosen dan mahasiswa terbagi menjadi dua bagian yakni hubungan sosial formal yang diwujudkan dalam bentuk pembelajaran didalam kelas dan hubungan sosial nonformal yakni tegur sapa yang dilakukan guru terhadap siswa diluar jam pembelajaran. Ketiga, hubungan sosial mahasiswa dengan mahasiswa atau teman sebaya. Hubungan sosial terhadap sesama mahasiswa ini trejalin dengan baik.
C. Pengertian Efektivitas Kata efektivitas
merupakan kata sifat dari kata efektif yang berarti “ada
efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil; berhasil guna”.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti “dapat membawa hasil guna atau tepat guna”.3 Efektivitas adalah merupakan salah satu kriteria keberhasilan mahasiswa dalam pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan oleh Etzioni (1964) bahwa : “efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya”. 4 Sesuatu dikatakan bisa efektif jika dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (telah direncanakan ) sebelum melakukan hal tersebut. Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum efektivitas berarti ketercapaian suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka), Cet.Ke-8, h.961 3 Department pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.250 4 www.Sisdiknas Co.Id 20 april 2011
54
Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi efektivitas mengajar dosen dan segi efektivitas belajar mahasiswa. “Efektivitas mengajar dosen terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar mahasiswa terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh”.5
D. Prinsip Efektivitas Prinsip efektivitas yang dimaksudkan adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan, dalam proses pendidikan, efektivitas dapat dilihat dari dua sisi, yakni : 1. Efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dengan baik. 2. Efektivitas belajar anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Menciptakan suatu proses belajar mengajar yang baik tidaklah mudah, hal ini disebabkan permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar begitu kompleks, dalam arti untuk menciptakan keadaan kondusif yang efektif sangatlah dipengaruhi oleh komponen-komponen yang ada dalam proses belajar mengajar itu sendiri baik yang sifatnya intern maupun ekstern. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar adalah: 1. Faktor Internal (faktor dari dalam mahasiswa), yakni kondisi /keadaan jasmani dan rohani mahasiswa. 2. Faktor Eksternal (faktor dari luar mahasiswa), yakni kondisi lingkungan sekitar mahasiswa.
5
h.63
Madya, Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Efthar offset, 1990), Cet. Ke-1,
55
3. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar mahasiswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran6 Selain dari beberapa hal di atas, faktor sistem pengolahan dan administrasi yang baik dalam suatu kampus juga dapat mempengaruhi efektif tidaknya kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan di bawah ini: 1. Faktor Mahasiswa, merupakan potensi yang harus dikembangkan. Di dalam mendidik atau membimbingnya harus melihat potensi-potensi yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula. 2. Faktor Dosen Belajar mengajar adalah aktivitas interaksi antara dosen dan mahasiswa. Di mana interaksi itu bukan hanya membutuhkan keterlibatan seorang dosen, sehingga terdapat feed back (timbal balik) di antara keduanya. Dosen pun harus menjadi suri teladan dan dapat mengantarkan anak didiknya ke arah tujuan yang telah ditentukan, melalui kegiatan bimbingan, pendidikan, latihan, dan pengarahan, maka sikap prilaku dan pengetahuanya dapat terbentuk dengan baik yang kemudian menjadi pribadi yang baik dan berkualitas. 3. Faktor Lingkungan Adapun yang dimaksud dengan lingkungan adalah bagaimana menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan di lingkungan tempat mahasiswa belajar, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar, seperti rasa aman, suasana yang bersih, keindahan, ketertiban, dan kekeluargaan.
F.
Proses Belajar secara Efektif Efektivitas di dalam proses belajar, meliputi: 1. Proses Belajar adalah proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh pelajar pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang
6
Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-6 h.182
56
direncanakan dan disajikan di kampus atau lembaga, baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas. 2. Proses Mengajar adalah proses yang dilakukan oleh seorang dosen dalam melaksanakan peranannya dalam proses kegiatan belajar yang direncanakan. Penulis memandang bahwa yang esensial dari suatu lembaga pendidikan Kampus adalah terjadinya proses belajar. Gedung, dosen, sarana pendidikan dan berbagai fasilitas pendidikan lainnya tidak akan berarti tanpa adanya suatu proses belajar yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dibebankan pencapaiannya oleh lembaga pendidikan Kampus. Semua instrumental input hanya berarti sepanjang menunjang terlaksananya proses belajar yang relevan dan berkualitas. Proses belajar yang berkualitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu direncanakan dan terprogram. Dimensi pertama dari sistem kurikulum adalah tujuan pendidikan yang dibebankan pencapaiannya kepada pendidikan Kampus. Ditekankan di sini bahwa istilah yang dibebankan pencapaiannya kepada Kampus mengingat bahwa Kampus perlu dibatasi tanggung jawabnya dan bahwa ada lembaga pendidikan lainnya yang lebih efektif dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Oleh karena itu, pada tingkatan proses pemilihan tujuan pendidikan dan penetapan tujuan-tujuan pendidikan Kampus, perlu dilakukan secara sistematis. Kalau tidak demikian dapat terjadi tujuan-tujuan pendidikan yang ditetapkan bukan tujuan yang paling tepat dicapai melalui pendidikan Kampus, melainkan melalui lembaga pendidikan lainnya. Di dalam praktiknya, kurikulum yang merupakan unsur yang esensial strategis dari sistem pendidikan Kampus itu dilaksanakan dalam waktu yang sangat terbatas. Kurang dari 20% dari keseluruhan waktu hidup mahasiswa dalam satu minggunya berada dalam situasi pendidikan Kampus. Oleh karena itu, bila waktu yang terbatas ini tidak dimanfaatkan secara optimal maka yang akan terjadi adalah potensi yang dimiliki Kampus tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam kerangka pemikiran ini maka materi pendidikan yang akan disajikan perlu dipilih dari lingkup yang paling esensial dan paling ampuh sebagai objek belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
57
Materi kurikulum yang dapat dipilih pun tidak dengan sendirinya dapat diciptakan suatu proses belajar yang bermutu tanpa disajikan dalam kerangka strategi belajar-mengajar yang memadai. Tujuan yang ditetapkan, materi belajar yang dipilih, dan strategi belajar yang direncanakan belum dapat secara optimal mencapai tujuan tanpa ditunjang oleh suatu sistem evaluasi dan sistem adminitrasi kurikulum yang tepat guna. Semua dimensi yang dikemukakan di atas, yaitu tujuan pendidikan, materi pembelajaran, strategi belajar-mengajar, sistem evaluasi dan sistem administrasi pelaksanan kurikulum, adalah bagian-bagian terpadu dari sistem kurikulum. Penulis memandang bahwa kurang efektifnya sistem pendidikan sebagai yang terbukti dari berbagai hasil penelitian, diperkirakan disebabkan oleh tidak ditanganinya keseluruhan sistem kurikulum tersebut secara sistematik, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya. 7
G. Pengertian Efektivitas Pendidikan Agama Islam Di dalam ensiklopedia Indonesia kata efektifitas berarti “menunjukan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya. 8 Dengan demikian berarti efektivitas Pendidikan Agama Islam adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran Agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah. Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu; Segi efektivitas guru dan segi efektivitas murid. Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan efektivitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang ditempuh. 9 Sedangkan ditinjau dari jangka waktu, indikator efektivitas terbagi menjadi tiga, yaitu:
7
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. Ke-1, h.49-54 8 Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve). Jilid 2, h. 883 9 Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan,…h. 63
58
1.
Efektivitas jangka pendek, meliputi efisiensi (eficiencty) dan kepuasan (satisfaction)
2.
Efektivitas jangka menengah, meliputi kemampuan menyesuaikan diri (Adaptiveness) dan mengembangkan diri (development)
3.
H.
Efektivitas jangka panjang, keberlangsungan
Indikator Efektivitas dalam Pembelajaran al-Qur’an Untuk mengetahui apakah temuan belajar telah tercapai secara efektif atau
tidak maka dapat diketahui dengan tingkat prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai oleh mahasiswa. “Tingkat keberhasilan dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf, yaitu istimewa (maksimal), baik sekali (optimal), baik (minimal), dan kurang”. 10 Sedangkan dalam ensiklopedi adminsitrasi, kata efektif adalah “suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki”. 11 Dengan demikian berarti efektivitas Pendidikan Agama Islam adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran Agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah (Praktik Ibadah dan Qira‟at). Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: Segi efektivitas guru dan segi efektivitas murid. Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan efektivitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang telah ditempuh.12 1. Istimewa/maksimal : Apabila seluruh (100%) bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh mahasiswa. 2. Baik sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh mahasiswa.
10
Syafiul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002) Panata Wasna (ed), Ensiklopedia Admnistrasi, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989), h. 126 12 Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan,..h. 63 11
59
3. Baik/minimal : apabila hanya (60%-75%) bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh mahasiswa. 4. Kurang : Apabila bahan pengajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh mahasiswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Berdasarkan
ketercapaian
tujuan
pembelajaran
yang
telah
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran ini maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik sekali bila dapat mencapai minimal 80% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Suatu proses bealajar dapat dikatakan efektif jika telah diuji melalui beberapa kriteria efektivitas, baik efektivitas bagi dosen, maupun bagi mahasiswa. Sebagaimana telah ditemukan oleh tim penyusun didaktik metodik kurikulum IKIP Surabaya, bahwa demi ketetapan dan keobjektifan dalam pengamatan dan penilaian terhadap proses belajar mengajar seorang dosen, maka perlu digunakan sebuah daftar pertimbangan dan penilaian efektivitas mengajar yang berisi 10 kriteria efektivitas mengajar yang perlu diperhatikan oleh para pengajar yaitu sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Persiapan : seperti peralatan mengajar , buku pegangan dan sebagainya. Sikap dosen harus berwibawa dan suara di dalam mengajar harus jelas. Perumusan kompetensi dasar, harus dinyatakan secara kongkrit. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Menguasai bahan pelajaran. Penguasaan situasi kelas. Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar. Penggunaan alat pengajaran. Jalan pengajaran atau proses pengajaran haruslah efektif dan efisien. Serta teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku mahasiswa yang diharapkan.13
Menurut Nana Sudjana (1989), indikator-indikator efektivitas pembelajaran meliputi : 1. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum. 2. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh dosen. 3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh mahasiswa. 13
Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993) Cet. Ke-5, h. 164-166
60
4. 5. 6. 7. 8.
Interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dan mahasiswa. Keikutsertaan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Motivasi mahasiswa meningkat. Keterampilan dan kemampuan dosen dalam menyampaikan materi. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa.14
Sedangkan indikator-indikator efektivitas dalam pembelajaran al-Qur‟an adalah : 1. Anak didik dapat membaca al-Qur‟an dengan cepat dan bertajwid. 2. Mahasiswa mampu membaca al-Qur‟an dengan baik dalam waktu minimal 7 bulan. 3. Mahasiswa mampu membaca al-Qur‟an tanpa ditunjuk dalam waktu yang singkat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, metode pembelajaran alQur‟an bisa dikatakan efektif apabila: Dosen menguasai kelas, dosen menguasai materi pelajaran, dosen menguasai metode pengajaran, target kurikulum tercapai dan nilai kemampuan baca al-Qur‟an mahasiswa, dan mahasiswa dapat menyelesaikan materi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Efektivitas pembelajaran hakekatnya adalah usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran “ tepat pada sasaran ”. Baik dari segi penggunaan waktu, tenaga, dana, dan sarana. Hal ini sejalan dengan beberapa pendapat para ahli sebagai berikut: Oemar Hamalik menyatakan bahwa: “Proses pengajaran dapat terselenggara secara lancar, efisien, dan efektif berkat adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen yang terkandung di dalam sistem pengajaran tersebut”. Lebih lanjut ia menyatakan, “Pengajaran akan berjalan lebih efektif, apabila dosen dan mahasiswa mempergunakan alat/media yang memadai”. Senada dengan pendapat Oemar Hamalik dan Azhar Arsyad menegaskan bahwa, “Dengan media tersebut terciptalah lingkungan pengajaran yang memberikan respons terhadap kebutuhan belajar mahasiswa dengan jalan menyiapkan kegiatan belajar yang efektif guna menjamin terjadinya belajar”. Sedangkan Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa ”Media adalah sarana 14
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1991), Cet. Ke-3 h. 60-63
61
pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektivitas serta efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan seoptimal mungkin”. Dari pendapat para ahli di atas berarti, bahwa keefektifan suatu proses pembelajaran harus memuat sejumlah komponen yang saling berinterelasi, sedangkan dengan keberadaan media, maka pembelajaran akan lebih interaktif dan berjalan secara efektif dalam situasi lingkungan yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. K. Penyelenggaraan Praktik PIQI Pengertian penyelenggaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengurus atau mengusahakan sesuatu, melakukan atau melaksanakan. 15 Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaraan merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan Biddle (1974:38), proses pembelajaran berada dalam empat varaibel interaksi, yaitu : 1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; 2) variabel konteks tanda (contex variables) berupa peserta didik; 3) variabel proses (process variables); dan 4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik. Berikut uraian pengelolaan variabel pembelajaraan. 16 Pengelolaan siswa dalam kurikulum berbasis kompetensi merupakan “produsen” artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang, dan kurang. Karenanya, guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok, berdasarkan kemampuan sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokan secara campuran sebagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya. 15
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional, 2007), h.1019 16 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaraan Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 2009, h.112
62
Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Karena itu bisa saja siswa merasa tidak butuh dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja waktu yang bukan dikehendaki siswa. Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya. Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Andree, ada beberapa macam pengelompokan siswa, di antaranya : 1. Task planing groups, bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas yang akan diberikan oleh guru. 2. Teaching groups, kelompok ini bisa digunakan untuk groups teaching, dimana guru memerintahkan suatu hal, siswa yang ada pada tahap yang sama mengerjakaan tugas yang sama pada saat yang sama. 3. Seating groups, pengelompokan yang bersifat umum; dimana 4-6 siswa duduk menglilingi satu meja. 4. Join learning groups, pengelompokan siswa di mana satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok yang lain. Hasilnya mungkin seperangkat yang saling terkait. 5. Collaboative-groups, kelompok kerja yang menitikberat-kan pada kerja sama tiap individu dan hasilnya sebagai sesuatu yang teraplikasi. 17 Pengelolaan Guru pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan tidak bersifat spontan, melainkan pengetahuan harus diajarkan dan dipelajari. Dengan kata lain pengetahuan itu harus diusahakan. Awal pengetahuan terjadi karena panca indera berinteraksi dengan alam nyata. Firman Allah Swt. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya (QS. 2:31). Menurut Ikhwan al-Shafa, sebelum terjadi interaksi terdapat pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal yang pertama kali yang menimbulkan kekaguman kita terhadap para ahli pendidikan muslim terdahulu adalah penghargaan mereka terhadap persoalan pendidikan yang sangat tinggi, bahkan mereka menilainya sebagai wujud tanggung jawab moral yang sangat luhur. Mereka menganggap tugas mengajar bukan sekadar sebagai porfesi kerja, melainkan lebih sebagai tuntunan kewajiban agama. Rasa keagamaan yang sangat kuat akan tanggung jawab agama mengimplikasikan pada kesepakatan para ahli dan pemerhati pendidikan muslim 17
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaraan… h.122
63
terhadap semacam “kode etik” pengajaran. Beberapa prinsip dasar kode etik tersebut sebagaimana dikemukakan oleh M. Jawad Ridla dalam bukunya al-Fikr al-Tarbawiyyu al-Islamiyyu Muqaddimat fi ushulih al-Ijtima’iyyati wa alaqlaniyyati yaitu: 1. Keharusan ilmu dibarengi dengan pengamalan ilmunya. Ia harus menyatukan antara ucapan dan perbuatannya, sebab ilmu itu diketahui dengan mata batin, sedangkan amal perbuatan diketahui dan disaksikan dengan mata lahir. Dan sementara orang yang bertumpu pada mata lahirnya lebih banyak, sehingga bila amal perbuatan guru itu bertentangan dengan ilmu yang dimilikinya, maka ia telah mengabaikan misi mendakwahkan kebenaran kepada orang lain. Sabda Rasulullah Saw. Manakala manusia telah menguasai ilmu, sementara meninggalkan pengamalannya; saling mencintai dengan lisan tetapi saling membenci dalam hati, dan saling memutuskan hubungan persaudaraan, maka ketika itu Allah Swt. melaknat mereka, lalu membuat telinga mereka tuli dan mata mereka buta (HR. AthThabraniy). Al-Ghazali mengingatkan para guru berkenaan dengan pengamalan ilmu tersebut sebagaimana ucapannya: “Waspadalah wahai para guru, jangan sampai kamu itu menjadi orang yang hanya pintar mengajar dan mengingatkan saja, karena ini bisa menimbulkan bencana besar, kecuali kamu bersedia lebih dulu mengamalkan apa yang kamu ucapkan, baru kemudian menasehati orang.” 2. Bersikap kasih sayang terhadap siswa, dan memperlakukan mereka seperti putra-putrinya sendiri. Sabda Rasulullah Saw. “Sesungguhnya aku ini bagi kamu, seperti seorang ayah bagi putra-putrinya.” (HR. Abu Daud) Hal ini menunjukan bahwa menjadi kewajiban seorang murid dan guru untuk saling menyayangi dan mengasihi, sebagaimana mereka saling mengasihi dan menyayangi dengan ayah dan ibu mereka. 3. Menghindarkan
diri
dari
ketamakan.
Seorang
guru
seyogianya
menghindarkan diri dari ketamakan. Dan komersialisasi ilmu; dan semestinya guru mempunyai himmah (cita-cita) tinggi, tidak rakus terhadap kekayaan orang lain. Sabda Rasulullulah Saw. “Waspadalah sikap tamak, karena ia sebenarnya adalah kemiskinan yang terselubung.” Dalam sabda
64
lainnya: “Semua manusia berada dalam kemiskinan, karena ketakutannya karena kemiskinan itu.” Hal ini sangat jelas menunjukan bahwa guru seharusnya tidak menjadikan ilmunya sebagai sarana mencapai tujuan dunia semata. 4. Bersikap toleran dan pemaaf. Di antara kewajiban guru adalah bersikap lapang dada kepada murid-muridnya, menjaga jangan sampai terjadi keributan apalagi sampai perkelahian di antara mereka, karena yang demikian tidak ada manfaatnya. Firman Allah SWT. Dalam surat an-Nisa ayat 149 “jika kamu melahirkan sesuatu kesalahan orang lain, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” 5. Menghargai kebenaran. “Para guru adalah “penyampai” kebenaran, mereka berkewajiban menghargai kebenaran dan komitmen memegangnya. Mereka berkewajiban memiliki “etos” keilmuan, sehingga dengan senang hati melakukan kajian penelitian untuk senantiasa melakukan perbaikan. 6. Keadilan dan keinsafan. Apabila para ulama itu adalah pewaris Nabi, sementara para Nabi diperintahkan untuk merealisasikan keadilan di kalangan umat manusia, maka para guru dituntut lebih banyak dibandingkan dengan yang lain untuk berpegang pada nilai-nilai keadilan. Karenanya, seorang guru harus selalu insaf (memiliki kesadaran dan rasa empati) pada saat mengadakan penelitian, melakukan pembicaraan, dan menyampaikan ilmu serta mendengarkan pertanyaan murid). 7. Rendah hati. Seorang guru hendaknya meninggalkan sikap keras kepala dan berlagak serba tahu. Seorang guru hendaknya lebih mengedepankan ketulusan dan kejujuran jika menghadapi berbagai persoalan. Jika ia ditanya tentang sesuatu yang belum diketahuinya, hendaknya ia menjawab: entah, saya belum tahu (Ibn Jamaah dalam tadzkirat). 8. Ilmu adalah untuk pengabdian kepada orang lain. Seorang guru harus menyadari bahwa tujuan utama dari ilmu adalah memberi manfaat bagi orang lain. Jadi relasi manusia dengan ilmu dari sisi sebagai guru dan para muridnya adalah ibarat ukiran tanah liat akan terukir dengan suatu gambar yang tidak pernah digoreskan di atasnya, dan bilakah bayangan tongkat akan tampak lurus, sedangkan tongkatnya bengkok? Firman Allah SWT.
65
“Akankah kamu menyuruh manusia melakukan kebajikan, sementara kamu melupakan dirimu sendiri?” 9. Guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru di sekolah sebagai “bapak” kedua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Ki Hajar Dewantara telah menggariskan pentingnya peranan guru dalam proses pendidikan dengan ungkapan: a) Ing ngarsa sung tulada berarti di depan memberi teladan. Asas ini sesuai prinsip modeling yang dikemukakan oleh Sarason (1972) atau Bandura (1977). Sarason dan Bandura sama-sama menekankan pentingnya modeling atau keteladanan yang merupakan cara yang paling ampuh dalam mengubah perilaku inovasi seseorang. b) Ing madya mangun karsa berarti di tengah menciptakan peluang untuk berprakasa. Asas ini memperkuat peran dan fungsi guru sebagai mitra setara (ditengah), serta sebagai fasilitator (menciptakan peluang). Asas ini menekankan pentingnya produkitivitas dalam pembelajaran. Dengan menerapkan asas ini para guru perlu mendorong keinginan berkarya dalam diri peserta didik sehingga mampu membuat suatu karya. Asas ini sesuai
dengan
prinsip
pedagogik
produktif
yang
menekankan
produktivitas pembelajaran dalam mencapai hasil belajar. c) Tut wuri handayani artinya dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Hal ini mempunyai makna yang kuat tentang peran dan fungsi guru. Para guru perlu berperan sebagai pengarah atau pembimbing yang tidak membiarkan peserta didik melakukan hal yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian, para guru perlu menjadi fasilitator agar dorongan dan bimbingan dapat terwujud dalam perubahan prilaku peserta didik. Peran guru sebagai mitra juga tersirat dalam asas tut wuri handayani. Fungsi pembimbing dan pendorong tidak menempatkan para guru pada hierarki teratas dalam pembelajaran. Guru mempunyai fungsi setara atau pembimbing dan pendorong.18
18
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaraan… h.122
66
L. Pengertian Metode Praktik Menurut kamus Bahasa Indonesia kata praktik ialah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut, ataau praktikan seorang yang mengikuti praktikum dan praktikum ialah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan menguji dan melaksanakan apa yang diperoleh pelajaran praktik.19 Praktik penggunaan metode mengajar dalam praktiknya, metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Berikut akan dikemukakan kemungkinan kombinasi metode mengajar.
1. Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas Mengingat ceramah banyak segi yang berkurang menguntungkan, maka penggunaanya harus didukung dengan alat dan media atau dengan metode lain. Karena itu, setelah guru memberikan ceramah, maka dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada siswanya mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk mengetahui metode ceramah. Untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan yang telah disampaikan, maka pada tahap selanjutnya siswa diberi pekerjaan rumah, diskusi, dan sebagainya. 2. Ceramah, Diskusi, dan Tugas Penggunaan ketiga jenis mengajar ini dapat dilakukan diawali dengan pemberian keapda siswa tentang bahan yang akan didiskusikan oleh siswa, lalu memberikan masalah untuk didiskusikan. Kemudian diikuti dengan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa. Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan/informasi mengenai bahan yang akan dibahas dalam diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada akhir kegiatan diskusi siswa diberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga. Maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa melalui diskusi tersebut. Dengan demikian, tugas ini sekaligus merupakan umpan balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang dilakukan siswa. 19
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga…h.892
67
3. Ceramah, Demonstrasi, dan Eksperimen Penggunaan metode demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen. Apapun yang didemonstrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa (yang dianggap mampu untuk melakukan demonstrasi), tanpa diikuti dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang efektif. Dalam melaksnakan demonstrasi, seorang demonstrator menjelaskan apa yang akan didemonstasikannya (biasanya suatu proses), sehingga semua siswa dapat mengikuti jalannya demonstrasi tersebut dengan baik. Metode eksperimen adalah metode yang siswanya mencoba mempraktikan suatu proses tersebut, setelah melihat/mengamati apa yang telah didemonstrasikan oleh seorang demonstrator. Eksperimen dapat juga dilakukan untuk membuktikan kebenaran sesuatu, misalnya menguji sebuah hipótesis. Dalam pelaksanaanya, metode demonstrasi kemudian diikuti eksperimen dengan disertai penjelasan secara lisan (ceramah). 20
20
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2006), Cet.ke-3 h. 98-100
BAB V PENUTUP Dalam bab terakhir ini akan disajikan kesimpulan hasil penelitian, dan saran yang berkaitan dengan penelitian.
A. KESIMPULAN Setelah mendeskripsikan dan melakukan analisa data masalah yang diteliti tentang Efektifitas Pusat Laboratiorium FITK UIN Jakarta dalam Membimbing Mahasiswa Jurusan PAI dengan nilai hasil praktikum bidang qira’at, penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Banyak kendala yang ditemui dalam pelaksanaan bimbingan PIQI baik yang dialami oleh Dosen Pembimbing maupun Mahasiswa. Kendala yang sering terjadi biasanya karena ketersediaan waktu dan tempat yang kurang memadai. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya keefektifan dalam penyelenggaraan PIQI. 2. Sarana dan pasarana penunjang pelaksanaan PIQIyang tidak lengkap menjadikan proses bimbingan PIQI kurang efektif.
B. SARAN Meskipun hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai efektifitas pusat laboratorium FITK UIN Jakarta dalam Membimbing Mahasiswa Jurusan PAI dengan hasil nilai praktikum qira’at tinggi atau kuat sebasar 0.88 tidak lepas dari tingginya efektifitas pusat laboratorium FITK dalam memberikan semua kebutuhan mahasiswa jurusan PAI pada bimbingan qira’at. Oleh karena itu
61
62
sudah menjadi tanggung jawab pusat Laboratorium FITK untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh mahasiswa. Sehingga harapan dari fakultas dapat tercapai dengan baik. Ada beberapa saran dari penulis yang bisa dijadikan pertimbangan bagi setiap komponen yang ada khususnya pusat laboratorium FITK, sebagai berikut: 1. Sebaiknya laborartorium FITK bidang Qira’at lebih sering dievaluasi karena dengan dievaluasi maka banyak kendala yang bisa disampaikan dan diperbaiki 2. Dosen pembimbing lebih harus selalu memberikan motivasi terhadap mahasiswa agar minat mahasiswa terhadap baca tulis al-Qur’an lebih dan bisa mengamalkannya dimasyarakat. 3. Sebaiknya fakultas atau Laboratorium memberikan metode khusus untuk pembelajaran Qira’at agar dalam membaca mahasiswa mempunyai pedomannya seperti qira’ati dan metode-metode belajar al-Qur’an lainya agar lebih mengena dalam tajwidnya.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Ahmad Royani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Abu Bakar Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu & Bapak TK al-Quran, Semarang, Cet. I. Agoes Soejanto, Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses, Surabaya : Aksara Baru, 1990. Amal, Taufik Adnan & Panggabean, Syamsurrizal, Tafsir Kontekstual al-Qur'ân Bandung : Mizan, 1989. Amal, Taufik Adnan, Rekontruksi Sejarah al-Qur'ân, Yogyakarta: FKBA 2001 Cet. I. Amin Suma, Muhammad, H., Studi Ilmu-ilmu Al-Quran 1, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2000. Ash-Shidieqy, T.M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu
al-Qur'ân/Tafsir,
Jakarta: Bulan Bintang, 1980, Cet I. As-Shabâg, Muhammad bin Luthfi, Dr., Lamhat fî ‘Ulûm al-Qur'ân wa Ijtihât atTafsîr, al-Maktabah al-Islâmî, 1986. As-Suyûtî, al-Itqân fi `Ulûm al-Qur'ân ,Beirût: Mu`assasah Al-Kutûb AlTsaqâfiyah, 1996, IV. Attia Mahmud Hana, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan, Jakarta : Bulan Bintang 1978, Cet.1 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1995 Burhanudin, et al., Manajemen Pendidikan : Wacana, Proses dan Aplikasinya di Kampus, Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2002, Cet. Department Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia I Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1975. Ibyariy, Ibrahim, Pengenalan Sejarah Al-Qur’an, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995 Insan, Al-Qur’an dan Serangan Orientalis, Jakarta: Gema Insani 2005.
63
64
Jazari, Muhammad bin Muhammad asy-Syafi’i, Matan Jazariyah, bait ke-27. Kartini kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar pelaksanannya, Jakarta : CV Rajawali 1985 , Cet.1. Khalâfullâh, A. Muhammad,
al-Qur'ân Bukan Kitab Sejarah, terj. Zuhairi
Misrawi dan Anis M., Jakarta: Paramadina, 2000. M. Arifin, Pokok-Pokok Bimbingan dan Penyluhan Agama di Sekolah Luar Sekolah, Jakarta: Bulan Bintang, 1976. M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998. Madya, Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, Semarang : Efthar offset, 1990, Cet.1 Mandhûr, Ibnu, Lisân al-'Arab, Bairut: Dâr al-Fikr, 1997. Moloeng, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007, cet.24. Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001, Cet.6. Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1991, Cet. 3 Qaththân, Mannâ’ Khalîl, Mabâhîts fi `Ulûm al-Qur'ân, Riyâdh: Mansyûrât al`Ashr al-Hadîts, ttp Quran al-Karim Ruba'i, Abdul Muhith, dkk., Ulumul Tafsir I, Jakarta: Idarah Amamah, Cet. I, 1996. Shihab, Muhammad Quraish, Mukjizat al-Qur'ân, Bandung: Mizan, 2003, Cet. VIII. Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, Cet.1 Soetjipto, dan Raflis Kosasi, Profesi Kedosenan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, Cet.1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010, cet.9.
65
Sukardi, K.D., Belajar Mudah Ulum al-Qur'ân, Studi Hasanah Ilmu al-Qur'ân, Jakarta: Lentera Basritama, 2002, Cet. I. Sukmadinata, Nana Syaodih Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosydakarya, 2006 Syafiul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002. Syahrûr, Muhammad, Al-Kitâb wal al-Qur'ân: Qira'âh Mu`âshirah, Damaskus: Ahali li al-Nasyr wa at-Tawzî, 1992. Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993 Cet. 5 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, Cet.8 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan, Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997. www.Sisdiknas.Co.Id Yudhi Munadi dan Farida Hamid, Modul Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Jakarta. PLPG Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Jakarta, 2009.
Pedoman Wawancara Pengelola Laboratorium FITK
No 1.
Dimensi Pembimbing
Indikator - Syarat-syarat - Kompetensi - Distribusi Dosen Pembimbing
2.
Mahasiswa
- Semester - Distribusi Mahasiswa - Minat
3.
Proses
-
Waktu/penjadwalan Aturan-aturan Sarana/Tempat Implementasi Strategi bimbingan Evaluasi
Pertanyaan 1. Apa yang jadi pertimbangan pemilihan pembimbing dalam menentukan pembimbing PIQI. 2. Pembimbing sudah memenuhi standar kompetensi yang diberlakukan oleh laboratorium 3. Bagaiman proses penetapan dosen pembimbing PIQI. 4. Bagaiman pengaturan distribusi dosen dalam pembimbingan PIQI. 5. Apakah koordinasi antara laboratorium FITK dengan Pembimbing. Bagaimana bentuk koordinasinya. Apakah koordinasi dimaksud dipandang efektif untuk menyamakan persepsi terkait proses implemenatasi PIQI. 6. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi terhadap dosen pembimbing PIQI yang dilakukan oleh laboratorium FITK. 7. Berdasarkan monitoring dan evaluasi yang laboratorium FITK lakukan apakah ditemui dosen pembimbing yang tidak atau belum melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. 8. Adakah kendala yang dihadapi laboratorium terkait dengan distribusi dan penegakan kode etik dosen pembimbing. 9. Pelaksanaan PIQI untuk mahasiswa diberikan pada mahasiswa semester berapa. Apa yang menjadi pertimbangan pemilihan semester tersebut. 10. Bagaimana cara laboratorium dalam membagi rombongan belajar mahasiswa praktikan PIQI. 11. Adakah kendala yang dihadapi laboratorium terkait dengan rombongan belajar PIQI. 12. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap mahasiswa bagaimana sikap dan minat mahasiswa terhadap PIQI. 13. Apakah ada tersedia waktu dan tempat yang terjadwal untuk proses bimbingan PIQI. 14. Sarana apa saja yang laboratorium sediakan untuk proses bimbingan PIQI. 15. Apakah laboratorium menawarkan strategi bimbingan PIQI. 16. Bagaimana strategi yang dilakukan laboratorium dalam memonitoring dan
4.
Out put/hasil
- Nilai
mengevaluasi implementasi PIQI. Apakah strategi tersebut dipandang efektif menurut laboratorium FITK. 17. Apa peran pimpinan Fakultas terkait dengan PIQI. 18. Saat ini mahasiswa harus hafal juz 30 apa yang jadi pertimbangan bapak. 19. Pelaksanaan PIQI saat ini berbeda dengan pelaksanaan praktek qira’at dan ibadah sebelum tahun ajaran 2009-2010 apa yang menjadi pertimbangan perubahan tersebut. 20. Kendala-kendala apakah yang ditemukan dalam penyelenggaraan PIQI. 21. Secara umum apakah ada perbedaan efektivitas penyelenggaraan PIQI, dengan periode sebelumnya. 22. Bagaimna hasil nilai yang diperoleh oleh mahasiswa pada program PIQI ini. 23. Kegiatan atau program tindak lanjut apakah bagi mahasiswa-mahasiswa yang tidak lulus PIQI. 24. Di mana penyelenggaraan PIQI dilakukan 25. Kapan saja jadwal PIQI 26. Apa laboratorium memberikan aturan yang sesuai dengan penyelenggaraan praktik PIQI. 27. Apa laboratorium dalam memberikan sarana dan tempat praktik sudah memenuhi standar operasional yang sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan PIQI. 28. Apa sudah baik implementasi yang sudah dilakukan laboratorium sejauh ini. 29. Bagaimana cara pengambilan nilai-nilai PIQI dari Mahasiswa dan dosen pembimbing
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dok : FITK-POS-LABF-04 Tgl. Terbit : 1 Maret 2010 No. Revisi : 02 Hal : 1/2
PELAYANAN PRAKTIKUM IBADAH DAN QIRAAT (PIQI) 1. TUJUAN Memberikan panduan dalam pelaksanaan praktikum ibadah di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. RUANG LINGKUP Prosedur ini dilaksanakan dalam lingkup persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan pelaporan hasil praktikum ibadah untuk semua mahasiswa di Fakultas Ilmu tarbiyah dan keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. REFERENSI a. Pedoman Mutu b. Pedoman Akademik c. Pedoman Praktikum Ibadah 4. ISTILAH DAN DEFINISI Istilah dan definisi yang dipakai dalam penulisan Pedoman Mutu, POS, Instruksi Kerja serta dokumen lainnya diuraikan secara rinci sesuai SMM ISO 9001:2008 01) , diurutkan berdasarkan abjad dituangkan pada Lampiran Istilah dan Definisi. a. 5. DIAGRAM ALIR, DOKUMEN DAN KETERANGAN KEGIATAN (Tercantum pada halaman 2/2 prosedur ini) 6. FORM a. Form Daftar Nama Mahasiswa b. Form Daftar Nama Dosen Penguji Praktikum Ibadah c. Form Daftar Nama Dosen Pembimbing Praktikum Ibadah d. Form Daftar Jadwal Bimbingan Praktikum Ibadah e. Form Daftar Nilai Praktikum Ibadah f. Form Daftar Hadir Bimbingan Praktikum Ibadah 7. INSTRUKSI KERJA 8. REKAMAN MUTU a. Daftar Nama Mahasiswa b. Daftar Nama Dosen Penguji Praktikum Ibadah c. Daftar Nama Dosen Pembimbing Praktikum Ibadah d. Daftar Jadwal Bimbingan Praktikum Ibadah e. Daftar Nilai Praktikum Ibadah f. Sertifikat Praktikum Ibadah 9. DOKUMEN TERKAIT a. Pengendalian rekaman mutu b. SK Pembimbing Praktikum Ibadah c. SK Penguji Praktikum Ibadah
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No. Dok Tgl. Terbit
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
No. Revisi Hal
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
: : : :
FITK-POS-LABF-04 14 Maret 2011 02 2/2
PELAYANAN PRAKTIKUM IBADAH DAN QIRAAT (PIQI) 02) Diagram Alir
Dokumen
Keterangan
Mulai Lab FITK
1
Lab FITK 02)
3 Lab FITK 02) Merekomendasikan dosen pembimbing kepada dekan untuk di-SK-kan 02)
Lab FITK
02)
2
Membagi kelas bimbingan PIQI
1
Mahasiswa semester 2 semua Jurusan/Prodi
2
Satu kelas terdiri dari 40 orang mahasiswa, dibagi menjadi 2 kelompok bimbingan 02)
3
Satu dosen pembimbing membimbing 20 orang mahasiswa 02)
4
Setiap staf jurusan mengumumkan jadwal bimbingan PIQI 02)
Daftar Nama Mahasiswa
Meminta daftar nama mahasiswa ke setiap Jurusan/Prodi
02)
Daftar Nama Mahasiswa dan Dosen Pembimbing
02)
4
Jadwal Bimbingan PIQI
Mensosialisasikan mekanisme pelaksanaan PIQI kepada semua mahasiswa 02) Lab FITK 02) 5 Melaksanakan rapat koordinasi dengan dosen pembimbing dan pimpinan 02) 6 Dosen Pembimbing 02) Dosen pembimbing melaksanakan tugas selama 2 semester, masing-masing 16 kali pertemuan untuk satu kegiatan 02)
5
02)
6
Daftar Hadir Bimbingan PIQI
Bimbingan dilakukan selama 2 semester, masing-masing 16 kali pertemuan untuk setiap jenis kegiatan 02)
7 Lab FITK 02) Lab FITK melaksanakan monev setiap triwulan
7
Monev dilakukan setiap 3 bulan sekali 02)
02)
Lab FITK
02)
8
8
Menindaklanjuti hasil monev
Tidak
9 Dosen Pembimbing 02) Dosen pembimbing menyerahkan nilai ke Lab FITK 02)
Lab FITK
02)
02)
02)
Lab mengumumkan nilai
Selesai
Tidak
Ya
02)
02)
10
02)
11 Lab FITK menyerahkan nilai ke
Dosen pembimbing menyerahkan nilai bimbingan PIQI pada Lab FITK paling lambat 1 minggu setelah jadwal bimbingan terakhir 02)
jurusan/prodi 1 minggu setelah nilai diverifikasi 02)
Daftar Nilai PIQI 02)
12 02)
9
Daftar Nilai PIQI
11
Lab menyerahkan nilai ke jurusan/prodi Lab FITK
02)
02)
Daftar Nilai PIQI
10
Lab FITK memverifikasi dan mengentri nilai Lab FITK
Lab FITK menindaklanjuti hasil monev 02)
02)
Kartu Nilai PIQI
12