HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA PEKERJA OUTBOUND FREELANCE PT. SELARAS INTI PRIMA INDONESIA
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh FEBRY MILIANSYAH NIM: 203070014514
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2011 M 1
2
3
4
5
Abstraksi (A) Fakultas PsikologiUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Maret 2011 (C) Febry Miliansyah : 203070014514 (D) Hubungan antara self efficacy dengan penyesuaian diri pada pekerja freelance outbound pt selaras inti prima indonesia (E) Halaman xi+85 halaman+20 tabel+4 bagan+lampiran (F) Keyakinan individu akan kemampuan dan kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan dan mengatasi hambatan. Tinggi rendahnya hasil yang dicapai individu atas usahanya ikut ditentukan oleh penilaian individu akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu tugas. Semakin baik penilaian individu akan kemampuannya, maka individu cenderung bertambah yakin dalam menentukan hasil yang diinginkan serta merasa mampu meraihnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self efficacy dengan penyesuaian diri pada pekerja freelance outbound pt selaras inti prima indonesia dan dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan self efficacy sehingga mempermudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, dengan cara belajar dari pengalaman yang berhasil dilakukan, memahami lebih dekat kemampuan diri sendiri dan menjaga kesehatan fisik serta psikis. dengan hasil penelitian ini, dapat diketahui gambaran mengenai tingkat self-efficacy, penyesuaian diri dan produktivitas kerja dari karyawan. Sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan bagi perusahaan dalam mengelola karyawan agar dapat menghasilkan kualitas kerja yang baik serta sebagai pertimbangan untuk perusahaan dalam mengambil langkah yang tepat ketika akan mengadakan penguatan atau pengembangan sumber daya manusia.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variable yang lain (Creswell dalam Alsa, 2004). Salah satu tujuan utamanya adalah untuk menemukan seberapa banyak karakteristik yang ada dalam populasi induk mempunyai karakteristik seperti yang terdapat pada sampel (creswell dalam Alsa, 2004). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional untuk menentukan tingkat hubungan
6
variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Dan bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (sevilla, et al, 1993). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yang terdiri dari 16 wanita dan 24 laki-laki. Dari penelitian ini didapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan penyesuaian diri pekerja outbound freelance pt selaras inti prima Indonesia, dilihat dari hasil hipotesis diperoleh nilai koefisien korelasi antara self efficacy dengan penyesuaian diri adalah 0,891 denga signifikansi 0,000(sig<0,05), maka 0,891>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan penyesuaian diri pekerja out bound freelance pt selaras inti prima Indonesia. Penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan dengan penambahan responden dan akan lebih baik lagi jika responden dalam penelitian berasal dari berbagai perusahaan (G) Bahan bacaan 10 (1886-2005) + 1 jurnal
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1
Latar Belakang
Setiap yang hidup memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi untuk bertahan dan melanjutkan tugas perkembangannya. Seiring dengan perubahan zaman dan bertambahnya usia, individu juga memiliki kebutuhan yang terus bertambah, karena adanya sebuah tingkat kebutuhan yang harus dilalui selama hidupnya. Untuk pemenuhan kebutuhan hidup individu harus mengunakan kemampuan, ketrampilan ataupun keahlian yang dimilikinya dengan cara bekerja. Dengan bekerja individu akan
mendapatkan hasil berupa upah atau imbalan yang dengan hal tersebut
segala kebutuhan baik primer maupun sekunder dapat terpenuhi. Bekerja merupakan sarana terpenting bagi individu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupannya. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup yang bersifat primer,
dapat
bekerja
merupakan
sebuah
kesempatan
individu
untuk
mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki individu. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif, kebutuhan untuk dapat merealisasikan secara penuh. Kebutuhan ini menekankan kebebasan dalam melaksanakan pekerjaan (Munandar. 2001).
18
Strauss dan Sayless (1990), menyatakan bahwa orang bekerja pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan ini meliputi : 1. Kebutuhan Fisiologis, misalnya : kebutuhan rasa aman, 2. Kebutuhan Psikis, misalnya : kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan kerja, 3. Kebutuhan Sosial, misalnya : kebutuhan untuk membina persahabatan dengan teman kerja. Sebagian besar individu beranggapan tujuan pekerjaan adalah untuk mendapatkan uang guna membeli kebutuhan sehari-hari, sehingga semakin besar gaji yang ditawarkan semakin tertarik pula individu untuk memperoleh pekerjaan yang ditawarkan. Hal ini menunjukkan kebutuhan individu seperti ; makan, minum, pakaian dan perumahan akan mudah terpenuhi. Di masa sekarang, ketika perkembangan ekonomi yang tidak menentu maka individu harus berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan yang tersedia tidak hanya pekerjaan yang bersifat tetap, tetapi juga pekerjaan yang bersifat lepas (freelance). Bekerja tetap atau bekerja lepas tidak masalah bagi individu, asalkan dapat menghasilkan uang atau imbalan dan mengaktualisasikan diri.
Menyukai kebebasan merupakan salah satu alasan individu memutuskan untuk menjadi pekerja lepas. Kesempatan untuk mendapatkan tambahan penghasilan dan terdorong dengan keinginan yang kuat untuk mengembangkan keahlian dalam bidang yang ditekuni juga dapat menguatkan individu untuk bekerja lepas (htt:/kerjalepas.com/default.asp). Yang tergolong dalam kelompok ini adalah tenaga kerja muda yang menyukai gaya hidup yang lentur atau tidak terikat dalam waktu
19
yang lama. Dengan ini individu memanfaatkan waktu luang (di luar jam-jam kerja tetap) untuk mendapatkan makna yang lebih besar (Munandar, 2001).
Merekrut karyawan dengan sistem kontrak sebagai pekerja harian lepas, bukan sebagai pekerja tetap sudah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak pada penjualan jasa. PT. Selaras Inti Prima Indonesia (SIPI) atau lebih dikenal dengan sebutan Selaras Outbound merupakan salah satu perusahaan (provider Outbound) yang bergerak dalam bidang pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dengan menggunakan pendekatan (metode) experiential learning, adapun media yang digunakan bisa dialam bebas (outdoor activity) atau media dalam ruangan (indoor activity). Selaras Outbound merupakan perusahaan by project sehingga untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan maka tenaga-tenaga freelance (pekerja lepas) lebih dibutuhkan dalam jumlah yang relative banyak dibandingkan dengan pekerja tetap. . Pelibatan pekerja lepas pada provider outbound adalah untuk menjadi tenaga fasilitator dan tim logistik. Fasilitator tugasnya adalah memfasilitasi jalannya kegiatan, seperti mendampingi peserta pelatihan, memberikan instruksi mengenai simulasi yang akan dimainkan, memimpin simulasi dan memandu jalannya metafora atau sebuah metode penganalogian sebuah permainan dalam kegiatan sehari-hari baik di tempat kerja maupun di kehidupan sehari-hari (Selaras Outbound, 2007). Sedangkan tugas dari tim logistik adalah menyiapkan seluruh perangkat pendukung simulasi selama kegiatan berlangsung.
20
Berbedanya situasi yang dihadapi pekerja lepas pada setiap proyek yang ditangani, menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara baik. Crow & Crow (1956) mengatakan jika individu sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar,maka individu tersebut akan mengalami suatu masalah dengan orang lain atau pekerjaannya.
Keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang baru ditandai dengan kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan dan harapan perusahaan dan klien.
Feldman (1989, 68) mengatakan
penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk memenuhi tuntutan dan harapan yang diberikan oleh lingkungan dimana individu berada, dalam hal ini adalah perusahaan dan kliennya.
Individu yang berada dalam suatu perusahaan ataupun bagian dari tim kerja harus mempunyai usaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan perusahaan, baik yang meliputi penyesuaian diri dengan individu lain sebagai bagian dari tim kerja maupun iklim lingkungan kerja itu sendiri serta klien yang selalu berbeda untuk dihadapi. Hal ini karena tiap individu berbeda, baik karakter, maupun tujuan hidupnya. Maka diharapkan individu mampu menjelaskan dirinya dengan lingkungan dimana individu tersebut berada (Kartono, 1994).
Memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan kunci agar suatu perusahaan tetap mendapatkan penilaian positif dari setiap klien yang dihadapi. Kemajuan perusahaan tergantung pada kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia yang ada di dalamnya. J.Winardi (2001, 3) menyebutkan kemampuan individu
21
sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi pencapaian target perusahaan selain variabel - variabel lain seperti motivasi, upaya (kerja) yang dikerahkan serta pengalaman kerja sebelumnya. Kemampuan yang dimaksud bukan hanya sekedar kemampuan secara teknis atau fisik, namun termasuk juga kemampuan diri untuk berpikir , berbicara atau berpendapat, mengambil keputusan dan wawasan, baik akademis maupun non akademis, kemampuan juga didasari oleh keyakinan individu atas kemampuan yang dimiliki atau disebut juga self-efficacy. Seperti yang dikatakan oleh Bandura (1997, 2-3) keyakinan terhadap kemampuan diri mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bertindak.
Tiap individu mempunyai pengalaman berhasil dan gagal dalam melaksanakan tugas tertentu.
Berdasarkan pegalaman yang diperoleh, individu memiliki self-
efficacy tertentu dalam mengerjakan suatu tugas. Keberhasilan yang pernah diperoleh dengan baik akan mempengaruhi self-efficacy individu, jika bertemu dengan tugas yang sama.
Steers & Porter (1983) dalam Kanungo (1994, 3), menjelaskan self-efficacy adalah individu mampu menampilkan perilaku yang diinginkan dalam bekerja atau individu dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan pekerjaan, karena merasa sanggup untuk melakukannya.
William James (Goble, 1987, 94) menemukan
bahwa kebanyakan individu hanya menggunakan sebagian kecil dari seluruh kemampuannya. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya rasa yakin akan potensi atau kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
22
Bila individu merasa yakin
akan kemampuan dan keterampilannya untuk melakukan sesuatu, maka dengan sendirinya akan terdorong untuk berusaha mencapai hasil yang diiginkan atau dapat dikatakan self-efficacy sangat berperan dalam pekerjaan. Seperti yang dikemukakan Bandura (1997, 6), Keyakinan akan kemampuan diri sendiri memainkan peran kunci dalam mencapai hasil yang diinginkan. Dalam hal memantapkan tujuan yang telah ditargetkan oleh individu, self-efficacy memberikan rasa yakin dan percaya diri kepada individu untuk tetap pada tujuannya.
Target yang dimiliki individu dapat mempengaruhi seberapa besar
usaha yang akan individu keluarkan. Bila individu tersebut memiliki tingkat selfefficacy
yang cukup tinggi,
maka tidak akan ragu dalam menjalankannya
termasuk dalam menghadapi kesulitan. Semakin tinggi self-efficacy seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat ketahanannya.
Namun menurut Bandura (1997, 17) self-efficacy bersifat spesifik dalam tugas dan situasi yang dihadapi. Individu dapat memiliki keyakinan yang tinggi pada suatu tugas tertentu, namun pada situasi dan tugas yang lain tidak. self-efficacy juga bersifat kontekstual, artinya tergantung pada konteks yang dihadapi. Umumnya self-efficacy akan memprediksi dengan baik suatu tampilan yang berkaitan erat dengan keyakinan tersebut.
Sedangkan kemampuan dalam menyesuaian diri
secara baik ketika berhadapan dengan klien yang berbeda adalah tuntutan dan harapan perusahaan untuk dapat memberikan pelayanan yang bagus.
23
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti “apakah ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada pekerja lepas (freelance) PT. Selaras Inti Prima Indonesia?”.
1.2. Pembatasan Masalah Untuk menjaga agar penelitian ini terfokus dan tidak melebar jauh, maka penulis membatasi masalah ini menjadi hal-hal sebagai berikut : 1. Self-efficacy adalah keyakinan individu akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan untuk mencapai sebuah tujuan dan mengatasi hambatan. 2. Penyesuaian diri adalah usaha untuk memenuhi tuntutan dan harapan yang diberikan oleh lingkungan dimana individu berada. 3. Subjek dalam penelitian ini pekerja out bound lepas (freelance) yaitu individu yang pernah mengikuti training of trainer selaras outbound serta dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan selaras outbound sebagai fasilitator bekerja di mana pekerjaannya tidak terikat aturan-aturan tertentu yang biasa dikenakan pada karyawan penuh waktu di PT. Selaras Inti Prima Indonesia (SIPI).
1.3. Perumusan Masalah sesuai dengan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah
ada
hubungan
yang
signifikan
penyesuaian diri?
24
antara
self-efficacy
dengan
2. Apakah ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan jenis kelamin, masa kerja, usia, latar belakang pendidikan, pengalaman organisasi dan status perkawinan?
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan penelitian penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri.pada freelance outbound? 3. Mengetahui apakah ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri berdasarkan pada freelance outbound berdasarkan jenis kelamin, masa kerja, usia, latar belakang pendidikan, pengalaman organisasi dan status perkawinan?
1.4.2 Manfaat penelitian Secara teoritis, penulis berharap bahwa dari penelitian yang penulis lakukan dapat bermanfaat, diantaranya sebagai berikut : 1. Pengembangan pengetahuan mengenai self-efficacy dan penyesuaian diri dalam kajian psikologi khususnya di Fakultas Psikologi U I N
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2. Dapat dijadikan langkah awal dan motivasi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.
25
Secara praktis, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat; diantaranya: 1. Karyawan freelance, dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan self efficacy sehingga mempermudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, dengan cara belajar dari pengalaman yang berhasil dilakukan, memahami lebih dekat kemampuan diri sendiri dan menjaga kesehatan fisik serta psikis. 2. Perusahaan, dengan hasil penelitian ini, dapat diketahui gambaran mengenai tingkat self-efficacy, penyesuaian diri dan produktivitas kerja dari karyawan. Sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan bagi perusahaan dalam mengelola karyawan agar dapat menghasilkan kualitas kerja yang baik serta sebagai pertimbangan untuk perusahaan dalam mengambil langkah yang tepat ketika akan mengadakan penguatan atau pengembangan sumber daya manusia. Untuk mendukung ketiga aspek ini agar tetap pada tinggat yang diharapkan perusahaan dapat memberikan training atau pelatihan mengenai konsep diri, self-efficacy dan penyesuaian diri serta memberikan semangat dan motivasi kepada karyawannya untuk dapat menjaga produktivitas kerja yang diharapkan.
1.5
Kaidah Penulisan
Pada penulisan penelitian ini, penulis menggunakan kaidah penulisan American Psychological Assocation (APA Style).
26
1.6
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam membahas tema yang diteliti, penulis membagi dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab 1
: Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kaidah penulisan dan sistematika penulisan.
Bab 2
: Berisikan kajian pustaka yang terdiri dari : menyangkut;
definisi,
perkembangan
teori self-efficacy,
self-efficacy,
faktor
yang
mempengaruhi, dimensi self-efficacy dan fungsinya. penyesuaian diri , menyangkut; definisi, faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dan karakteristiknya, kerangka berfikir dan hipotesa. Bab 3
: Berisikan metodologi penelitian yang terdiri dari : jenis penelitian; pendekatan penelitian dan metode penelitian, definisi variabel dan variabel operasinal , pengambilan sampel; populasi dan sampel, teknik
pengambilan
sampel,
pengumpulan
data;
metode
dan
instrumen penelitian, kuesioner dan teknik analisa data. Bab 4
: Hasil penelitian yang terdiri dari : gambaran umum responden, deskripsi hasil penelitian, pengujian hipotesis dan intrepretasi data serta analisis faktor.
Bab 5
: Berisikan penutup yang merupakan uraian kesimpulan, diskusi dan saran
27
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Bab 2 ini akan dibahas tentang motivasi belajar, persepsi iklim kelas, selfefficacy, kerangka berfikir, dan diakhiri dengan perumusan hipotesa
2.1. Self-Efficacy 2.1.1. Pengertian self-efficacy Kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu tidak hanya didasari oleh pengetahuan atau wawasan mengenai sesuatu hal.
Bandura (1986, 392)
menyebutkan satu istilah yang merupakan media perantara antara apa yang diketahui individu dengan perilakunya yaitu self-efficacy
dan kemudian
mendefinisikannya sebagai suatu keyakinan atas kemampuan diri sendiri untuk mengatur dan bertindak dalam menghadapi situasi tertentu.
Adapun pendapat lain dari Wilhite (1990, 696) yang mengatakan bahwa selfefficacy merupakan tinggat dimana seseorang merasa yakin bahwa dirinya yang menentukan hasil dari usahanya. Tinggi rendahnya hasil yang dicapai individu atas usahanya ikut ditentukan oleh penilaian individu akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu tugas. Semakin baik penilaian individu akan kemampuannya, maka individu cenderung bertambah yakin dalam menentukan hasil yang diinginkan serta merasa mampu meraihnya. 28
Penilaian mengenai kemampuan diri tersebut berkaitan dengan sikap subyektif inidvidu, karena menilai kemampuannya berdasarkan persepsi mengenai diri sendiri. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Brown & Brook (1990, 382) bahwa self-efficacy merupakan penilaian yang subyektif atas kemampuan yang dimiliki individu berkaitan dengan hal tertentu, sehingga self-efficacy tidak tergantung dari kemampuan obyektif yang dimiliki oleh seseorang, tapi lebih berkaitan dengan keyakinan seseorang tentang kemampuannya.
Dari beberapa pengertian mengenai self-efficacy di atas, dapat didefinisikan bahwa
self-efficacy
adalah
keyakinan
individu
akan
kemampuan
dan
kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan dan mengatasi hambatan.
2.1.2. Perkembangan self-efficacy Dari indra yang dimiliki, manusia sejak kecil sudah belajar melakukan suatu kegiatan yang muncul di sekelilingnya, dengan melihat kemudian meniru sehingga berhasil maupun gagal. Pengalaman belajar sosial tersebut menetapkan pola-pola perilaku yang dibentuk sejak kecil. Aktivitas yang diajarkan orang tua beriringan dengan berbagai pengalaman mencoba dan gagal (trial & error) atau berhasil, membantu individu untuk secara bertahap belajar dan mengenali perkembangan kemampuannya. Pertumbuhan fisik dan psikis yang dilalui individu, merupakan dua mekanisme yang mendorong
perkembangan
penilaian
29
self-efficacy.
Mekanisme
pertama
adalah, modelling, dimana individu menggunakan suatu cara memperkirakan kemungkinan keberhasilannya dalam suatu aktivitas. Sebagai contoh, seorang individu beranggapan bahwa kalau individu lain dapat merebus mie sendiri, maka individu tersebut juga dapat melakukannya. Melalui pengalaman meniru yang memerlukan
suatu
kemampuan
kognitif,
individu
dapat
membandingkan
kemampuannya dengan individu lain.
Mekanisme kedua yaitu, kepekaan reaksi-reaksi internal dalam tubuh terhadap luapan emosi, seperti tekanan darah yang meningkat, perut yang bergejolak atau detak jantung yang menjadi cepat. Individu belajar menafsirkan perasaan-perasaan tersebut sehingga dari ketakutan dan kecemasan, serta belajar menggunakannya untuk mengetahui bahwa kegagalan dan keberhasilan akan dilaluinya.
Ada tiga macam lingkungan yang mempengaruhi perkembangan self-efficacy pada diri individu, yang pertama adalah lingkungan keluarga.
Keluarga
merupakan tempat awal bagi perkembangan self-efficacy individu, yaitu tempat untuk mengembangkan, menilai serta menguji kemampuan fisik, kompetensi sosial, kemampuan bahasa dan kemampuan kognitifnya untuk memahami dan mengatasi berbagai situasi yang dihadapi sehari-hari. Orang tua atau keluarga yang memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk mengungkapkan diri dapat mempercepat perkembangan perasaan kompeten serta perkembangan kognitif dan sosial. Namun orang tua atau keluarga yang terlalu mengekang anak-anak dengan
30
banyaknya aturan dapat mengakibatkan anak tidak percaya dengan kemampuan yang dimilikinya.
Lingkungan teman sebaya juga mempengaruhi self-effikasi individu.
Dalam
berinteraksi dengan teman sebaya terjadi proses belajar sosial, yaitu dengan cara membandingkan dan meniru yang lebih mampu dan lebih berpenglaman. Dengan bertambahnya usia, individu mulai memiliki persamaan diri dengan individu lain, hal ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi penilaian kemampuan
dan
keterampilan dirinya.
Lingkungan sekolah juga memberikan pengaruh dalam self-efficacy individu . Sekolah
menjadi
tempat
penanaman
self-efficacy,
karena
mendapatkan
pengetahuan dan dapat mengembangkan kemampuan kognitif. Dengan kegiatankegiatan di sekolah, maka individu akan mengetahui sejauhmana kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga mempercepat perkembangan self-efficacy.
Dari uraian di atas, jelas bahwa self-efficacy tidak terbentuk dalam waktu sesaat. Ketiga
lingkungan
ini
merupakan
mengembangkan self-efficacy.
lingkungan
Begitu juga dengan
awal
individu
dalam
keadaan dan sikap dari
individu lain yang berada di lingkungan tersebut. Apakah individu lain bersikap mendukung atau malah menghambat berkembang self-efficacynya. Dengan kata lain bagaimana self-efficacy dipengaruhi oleh orang lain. Hal ini dapat menjadi
31
penentu tinggi rendahnya tingkat self-efficacy pada individu yang terpupuk dari masa kecil hingga dewasa (Bandura, 1986, 414).
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat selfefficacy
dalam diri individu, sebagaimana yang diuraikan oleh Bandura (1982,
240), yaitu : a. Sifat Tugas yang Dihadapi Individu Derajat
kompleksitas
mempengaruhi
dan
penilaian
kesulitan
individu
dari
terhadap
tugas
yang
dihadapi
kemampuannya.
akan
Semakin
komplek dan sulit suatu tugas, individu akan semakin menilai rendah kemampuannya.
Sebaliknya, jika dihadapkan pada tugas sederhana dan
mudah, maka individu akan menilai tinggi kemampuannya. b. Insentif Eksternal Bandura menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan selfefficacy adalah competence cotingent incentif, yaitu insentif (reward) yang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan keberhasilan individu dalam menguasai atau melaksanakan sesuatu. c. Status atau Peran Individu dalam Lingkungan. Seseorang yang memiliki status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat kontrol yang lebih besar pula, sehingga dapat diharapkan akan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi.
Sebagai contoh ; seorang pimpinan
32
cenderung memiliki derajat self-efficacy yang lebih tinggi dari pada bawahannya karena pimpinan memiliki derajat yang lebih tinggi.
2.1.4 Informasi Tentang Kemampuan Diri. Seseorang akan meningkat self-efficacy-nya jika mendapatkan informasi yang positif tentang dirinya, begitu juga sebaliknya. Informasi mengenai kemampuan individu dapat diperoleh melalui empat sumber (Bandura, 1986, 399-401), yaitu: 1. Pencapaian Kinerja (Enactive Attainment) Pencapaian kinerja merupakan sumber yang paling mempengaruhi selfefficacy, karena didasarkan pada pengalaman yang nyata dari keberhasilan dan kegagalan yang dialami individu dalam suatu bidang. Keberhasilan dapat meningkatkan self-efficacy, dan kegagalan yang berulang akan menurunkannya, terutama jika kegagalan terjadi pada awal unjuk kerja dan tidak dikarenakan usaha yang kurang atau salahnya strategi sebagai penyebab kegagalan. Kegagalan yang dapat diatasi dengan usaha dapat meningkatkan self-efficacy melalui pengalaman yang dapat menguasai kesulitan yang dialami. 2
Pengalaman Orang Lain (Vicarious Experince) Informasi yang diperoleh dari mengamati perilaku orang lain, yang serupa baik karakter maupun tingkat kemampuannya, dapat meningkatkan selfefficacy, walaupun pengaruhnya lebih kecil dibandingkan denganpencapaian nyata individu. Melihat orang lain berhasil, dapat meningkatkan keyakinan bahwa individu juga memiliki kapasitas untuk menguasai aktivitas serupa.
33
Begitu juga di lain pihak, melihat orang yang memiliki kompetensi sama dengan dirinya gagal walaupun sudah berusaha keras, akan menurunkan penilaian kemampuan dan usaha individu. 3. Persuasi Verbal (Verbal Persuation) Persuasi verbal biasanya untuk menyakinkan individu bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mencapai tujuannya.
Informasi mengenai
kemampuan individu ini disampaikan secara verbal oleh orang yang berpengaruh. Persuasi verbal dapat mempengaruhi individu untuk berusaha lebih keras dalam mencoba sesuatu yang dihindari atau meneruskan tugas tertentu yang telah lama ditinggalkan, dan meyakinkan bahwa individu mampu menguasai tugas tersebut. 4. Keadaan Fisiologis/Emosi (Physiological State) Informasi
mengenai
keadaam
fisik
yang
diterima
individu
akan
mempengaruhi pandangan mengenai kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas, contohnya, seorang pemain sepak bola merasa akan kalah sebelum pertandingan karena sudah merasa lelah atau otot-ototnya kaku.
Informasi yang diperoleh melalui empat sumber ini untuk selanjutnya akan diseleksi, ditimbang disatukan oleh individu sehingga membentuk persepsi mengenai kemampuan yang dimilikinya.
Self-efficacy individu dipengaruhi oleh
persepsi terhadap kemampuan yang dimilikinya, sejauhmana sifat atau tingkat kesulitan tugas yang dihadapi, seperti apa insentif eksternal yang berupa reward diberikan, bagaimana peran yang berupa tingkat kepentingan individu di dalam
34
lingkungan kerja, serta sejauhmana informasi yang diperoleh mengenai hasil kerja atau keberhasilan masa lampau, pengalaman pribadi dan individu lain, anggapan individu lain tentang diri pribadi dan penghargaan yang diberikan, juga mengenai keadaan fisiologis dari individu yang bersangkutan.
Faktor-faktor seperti sifat
tugas, insentif eksternal, peran dan informasi ini dapat mempengaruhi self-efficacy di dalam diri individu.
35
Gambar 2.1 Regulation Of Cognitive Processes Through Perceived Self-Efficacy Sumber keyakinan Self Efficacy
Pola yang berkaitan Umpan balik
Pencapaian kinerja
Tinggi- “Saya tahu dapat mengerjakan pekerjaan ini”. Pengalaman orang lain
Self-Efficacy
Persuasi verbal Rendah- “Saya pikir , saya tidak dapat melakukan pekerjaan ini”.
Keadaan fisiologis
Dampak
dengan perilaku • Akif-memilih kesempatan yang paling baik • Mengelola situasimenghindari atau menetralkan kesulitan • Menetapkan tujuanmembangun stándar • Merencanakan, mempersiapkan, dan mempraktikkan • Mencoba dengan keras, gigih • Memecahkan persoalan dengan kreatif • Belajar dari kegagalan • Memperlihatkan keberhasilan • Membatasi stress • Pasif • Menghindari tugas yang sulit • Mengembangkan aspirasi yang lemah dan komitmen yang rendah • Terfokus pada pribadi yang tidak efesien • Jangan pernah mencoba melakukan suatu usaha yang lemah • Berhenti atau tidak berani karena kegagalan • Menyalahkan kegagalan pada kekurangan kemampuan atau nasib buruk • Khawatir, mengalami tress, menjadi tertekan • Berpikir mengenai alasan kegagalan
36
Berhasil
Gagal
2.1.5. Dimensi self-efficacy Dalam pengukuran terhadap tingkat self-efficacy individu, didasarkan pada beberapa dimensi yang mempunyai implikasi penting pada perilaku.
Menurut
Bandura (1986, 396-397), dalam menilai tingkat self-efficacy individu melalui tiga dimensi, yaitu : a. Tingkat Kesulitan Tugas (Magnitude) Yaitu derajat kesulitan tugas yang dirasakan mampu untuk dilakukan individu. Seseorang dapat merasa mampu dalam melakukan tugas mulai dari tugas yang mudah, tugas yang agak sulit sampai tugas yang sulit. Penilaian self-efficacy pada setiap individu akan berbeda pada saat menghadapi tugas yang bersifat mudah sekalipun.
Ada individu yang memiliki self-efficacy
yang tinggi hanya pada tugas yang bersifat mudah dan sederhana, namun ada pula yang memiliki self-efficacy yang tinggi pada tugas yang bersifat sulit dan rumit. b. Luas Bidang Tingkah Laku (Generality) Yaitu situasi dalam pelaksaan tugas yang disertai perasaan yakin akan kemampuan
dirinya.
Terkadang
individu
dapat
merasa
yakin
akan
kemampuannya hanya pada bidang dan situasi tertentu saja atau dalam serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.
Hal inilah yang dapat
membedakan tingkat self-efficacy yang dimiliki individu. c. Tingkat Kekuatan (Strenght) Yaitu kuatnya keyakinan yang dimiliki individu mengenai kemampuannya, yang dapat tercermin melalui besarnya daya tahan dalam menghadapi
37
hambatan saat melaksanakan tugas. Individu yang memiliki keyakinan yang kurang akan kemampuannya dapat dengan mudah menyerah bila menghadapi hambatan dalam melaksanakan tugas.
Ketiga dimensi ini erat satu sama lain, tinggi rendahnya tingkat self-efficacy individu selalu diukur dalam hubungannya dengan ketiga dimensi tersebut. Individu dapat dikatakan memiliki self-efficacy yang tinggi apabila mampu melakukan tugas mulai dari yang mudah hingga yang sulit, serta memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya bukan hanya dalam situasi dan aktivitas tertentu
saja,
melainkan
juga
dalam
serangkaian
aktivitas
dan
situasi
yang bervariasi.
2.1.6. Fungsi self-efficacy Self-efficacy setidaknya memiliki peran terhadap segala perasaan, pikiran pengambilan keputusan maupun tindakan individu sampai dengan hasil yang ditampilkan oleh individu. lain.
Begitu pula dalam hal berinteraksi dengan individu
Peran ini dapat juga disebut dengan fungsi self-efficacy, sesuai yang
dijabarkan oleh Bandura (1986, 393-396), yaitu :
1. Pilihan Tingkah Laku (Choice Behavior) Keputusan sehari-hari individu yang melibatkan pilihan tindakkan merupakan bagian dari ketentuan penilaian self-efficacy pribadi. Individu cenderung menghindari tugas dan situasi yang diyakini berada di luar kemampuannya,
38
namun individu mampu menangani kegiatan yang dinilainya mampu untuk diatasi.
Disaat individu mempertimbangkan untuk mencoba melakukan hal
tertentu, individu akan bertanya pada dirinya apakah mampu atau tidak untuk melakukannya dan di sinilah self-efficacy berfungsi. 2. Usaha yang Dilakukan dan Daya Tahan Penilaian terhadap self-efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukan dan berapa lama individu mampu bertahan menghadapi segala hambatan dan gangguan dalam melakukan suatu tugas. Semakin tinggi tingkat self-efficacy, semakin besar usaha yang akan dilakukan dan semakin besar daya tahan dalam menghadapi hambatan tugas. 3. Pola Berpikir dan Reaksi Emosi Self-efficacy mempengaruhi pola berpikir dan reaksi emosi individu pada saat mengatasi dan melakukan transaksi dengan lingkungan.
Self-efficacy yang
dipersepsikan membentuk cara pikir kausal (sebab-akibat). Individu dengan self-efficacy tinggi memusatkan perhatian pada usaha yang diperlukan sesuai dengan tuntutan situasi dan menjadikan rintangan sebagai dorongan untuk berusaha lebih keras. Individu akan melihat kegagalan akibat dari kurangnya usaha.
Sedangkan individu dengan self-efficacy rendah melihat kegagalan
sebagai akibat dari ketidak mampuannya. 4. Perwujudan dari Keterampilan yang Dimiliki Tingkat keterampilan atau kemampuan yang sama pada dua individu belum berarti dapat mewujudkan hasil yang sama pula. self-efficacy sangat berperan dalam mewujudkan keterampilan individu.
39
Individu dengan self-efficacy
tinggi, tidak cepat menyerah dalam menjalankan tugas dan akan terus berusaha mengerahkan segenap kemampuan sehingga keterampilannya tercipta.
Kaitan antara keempat fungsi self-efficacy di atas sangat erat dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Self-efficacy mempengaruhi pola
berpikir individu dan reaksi emosinya di saat mempertimbangkan tugas yang akan dihadapinya dan kemudian menghasilkan pilihan tingkah laku yang juga dipertimbangkan
berdasarkan
informasi
atau
pengetahuan
tentang
kemampuannya. Setelah itu, individu akan berusaha melaksanakan tugas dengan tingkat ketekunan yang ikut dipengaruhi oleh self-efficacy, sehingga pada akhirnya individu dapat mewujudkan keterampilannya
2.1.7. Implikasi self-efficacy bagi para manajer Bukti penelitian di tempat kerja mendorong para menejer untuk mempertahankan self-efficacy, baik dalam dirinya sendiri maupun dalam diri orang lain. Menurut Kreitner
dan
Kinicki
(2000,
87)
self-efficacy
memerlukan
tindakan
yang
konstruktif dalam setiap bidang menegerial berikut ini : 1. Perekrutan / seleksi / penugasan kerja. Pertanyaan wawancara dapat dirancang untuk menyelidiki self-efficacy pelamar kerja sebagai suatu dasar untuk menentukan orientasi dan kebutuhan pelatihan yang dibutuhkan.
Uji self-efficacy secara tertulis tidak berada
dalam suatu tingkat perkembangan untuk kemajuan dan valiasi.
40
2. Rancangan pekerjaan. Pekerjaan yang rumit, menantang, dan mandiri cenderung meningkatkan selfefficacy yang dapat dirasakan. Pekerjaan yang membosankan secara umum menyebabkan hal yang sebaliknya. 3. Pelatihan dan pengembangan. Penguatan self-efficacy para karyawan untuk tugas-tugas kunci dapat disempurnakan melalui panduan pengalaman, pemberian nasihat atau motivasi, dan model peran. 4. Manajemen diri. Pelatihan manjemen diri yang sistematis, melibatkan peningkatan selfefficacy.
Individu dapat memperkirakan suatu tindakan atau pengambilan
keputusan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. 5. Penetapan tujuan dan penyempurnaan kualitas. Kesulitan menetapkan tujuan perlu disesuaikan dengan self-efficacy yang dirasakan oleh individu. Dengan membaiknya self-efficacy terhadap prestasi, tujuan dan stándar kualitas dapat dibuat sehingga lebih menantang. 6. Bimbingan. Individu dengan self-efficacy
yang rendah dan para karyawan yang
dikorbankan oleh Learned helplessnes membutuhkan banyak petunjuk yang membangun dan umpan balik yang positif.
41
7. Kepemimpinan. Bakat kepemimpinan yang dibutuhkan tampak pada saat manajemen memberi para manajer dengan self-efficacy yang tinggi, suatu peluang memperbaiki diri sendiri di bawah tekanan. 8. Penghargaan. Keberhasilan yang kecil perlu dihargai sebagai batu loncatan pada suatu selfimage yang labih kuat dan prestasi yang lebih baik.
2.2. Penyesuaian Diri 2.2.1. Pengertian penyesuaian diri Ada beberapa definisi yang diajukan para ahli mengenai penyesuaian diri. Menurut Feldman (1989, 68) penyesuaian diri merupakan usaha manusia untuk memenuhi tuntutan dan tantangan yang diberikan oleh dunia dimana mereka hidup. Sedangkan menurut Grasha dan Kirschenbaum (1980, 49) penyesuaian diri mengacu pada usaha yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Penyesuaian diri ini juga memperhatikan keberhasilan dan kegagalan individu menyesuaikan keterampilan dan kemampuannya untuk menghadapi berbagai peristiwa dalam hidupnya. Bahkan usaha yang dilakukan untuk mencapai sesuatu atau memenuhi kebutuhan dasar agar terbebas dari sintom-sintom masalah kehidupan yang juga diasosiasikan dengan penyesuaian diri yang adukat. Membedakan apakan individu melakukan penyesuaian diri yang baik atau buruk merupakan hal yang tidak mudah. Salah satunya karena istilah penyesuaian diri
42
biasanya digunakan dengan cara yang berbeda.Haber dan Runyon (1984, 10) menyebutkan tiga situasi yang menggambarkan tentang penyesuaian diri, yaitu : 1. Seseorang dikatakan dapat menyesuaikan diri ketika mampu menyesuaikan keinginan dan harapan dari kelompoknya. 2. Mampu menyesuaikan jadwal kesehariannya dengan teratur. 3. Membiasakan diri atau belajar hidup dengan keadaan.
Hal ini merupakan
penyesuaian diri yang efektif ketika keadaan yang dialami merupakan hal yang sulit dirubah. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik definisi penyesuaian diri yaitu usaha untuk memenuhi tuntutan dan harapan yang diberikan oleh lingkungan dimana individu tersebut berada. Penyesuaian diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemapuan individu pekerja lepas dapat beradaptasi dengan kondisi kerja yang berbeda-beda disetiap pelaksanaannya.
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri Setiap individu memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam hidup serta tetap bertahan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Powell (1983, 76) menyebutkan dengan istilah “resaurces”. Adanya resources ini dan kemampuan untuk memperolehnya sangat penting dalam usaha penyesuaian diri individu dapat berasal dari luar dan dalam diri individu. Faktor yang berasal dari dalam diri individu antara lain : a. Kemampuan dan Kekuatan Fisik
43
Secara umum kesehatan, tingkat energi dan daya kesembuan sangat berperan
bagi
individu
dalam
meghadapi
persoalan
dalam
hidupnya.
Individu yang sehat akan lebih mudah penyesuaian dirinya dari pada yang sakit. b. Kecerdasan Kemampuan
persepsi
dan
ingatan,
analisis,
penalaran
(reasoning),
kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan verbal yang ada, ratarata berhubungan erat dengan keberhasilan dalam ketepatan pengambilan suatu
tindakan.
Kemampuan
ini
seringkali
membuat
individu
mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. c. Minat pada Bidang Tertentu Suatu aktivitas, kemampuan atau hobi yang benar-benar dinikmati individu pada saat melakukannya dapat mendatangkan ketenangan dan menjadi penghibur bagi individu lain, karena hal ini dapat berfungsi sebagai buffer (peran) yang dapat meminimalkan dan membantu individu dalam mentolerir ketegangan dan kecemasan yang individu rasakan serta membantu individu mempertahankan penyesuaian diri yang sehat. d. Impian Impian memberikan tujuan, kekuatan dan ketahanan dan mentoleransi frustasi.
Memiliki impian, individu mampu memusatkan diri dan
memberikan arti pada apa yang dilakukannya.
Impian membuat individu
mampu berkorban, tahan bekerja dan menghadapi berbagai rintangan karena
44
individu tersebut berpandangan bahwa yang dilakukan adalah sesuatu yang berharga. e. Keyakinan Keyakinan yang dimaksud adalah agama dan aliran-aliran kepercayaan maupun keyakinan terhadap sesuatu yang lain.
Pada saat individu
menghadapi perjuangan hidup yang sulit, bahkan pada saat impian-impian individu telah hancur, adanya keyakinan dapat dijadikan suatu tumpuan harapan dan tempat bergantung individu dalam bertahan dan berjuang menghadapi permasalahan hidup.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri individu antara lain : 1. Kemampuan Ekonomi dan Lingkungan yang Menguntungkan Termasuk di dalamnya tersedianya biaya, berbagai sarana fasilitas dan informasi yang dibutuhkan, serta efektifnya berbagai sistem dan organisasi yang ada disekeliling individu.
Tersedianya kemudahan memperoleh hal
tersebut dapat membantu individu untuk menyelesaikan banyak masalah yang dihadapinya dan memberikan kenyamanan dalam hidup yang membantu mempermudah penyesuaian diri yang dilakukan individu. 2. Kerja Bekerja dapat membuat individu mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan untuk bergaul, memperoleh penghargaan dan lain-lain. Bekerja merupakan suatu kebutuhan, bila tidak bekerja individu akan merasa bingug, bosan, tidak dapat memanfaatkan waktu, sulit menghindari masalah,
45
tidak percaya diri dan lain sebagainya. Hal ini dapat menghambat penyesuaian diri individu. 3. Adanya Jalinan Hubungan yang Supprotif Dalam jalinan hubungan yang supportif terdapat hubungan erat yang hangat, saling memberikan perhatian dan dukungan, perasaan-perasaan yang dapat diekspresikan serta masalah atau konflik-konflik tidak terhambat.
Pada
tingkat stress yang sama, kelompok individu yang lebih baik daripada kelompok individu yang tidak memiliki hubugan yang supprotif.
2.2.3. Karakteristik penyesuaian diri Haber dan Runyon (1984, 10) menyebutkan lima karakteristik yang menandakan penyesuaian diri yang efektif, yaitu : a. Persepsi yang Akurat Tentang Kenyataan Salah satu aspek yang terpenting dalam mempersepsikan statu kenyataan dengan akurat adalah kemampuan untuk mengenali konsekuensi dari suatu tindakan dan kemampuan untuk menuntun tingkah laku agar sesuai dengan aturan.
Persepsi yang akurat tentang kenyataan juga meliputi kemampuan
untuk mengubah interpretasi mengenai suatu peristiwa. b. Kemampuan untuk Menghadapi Stress dan Kecemasan Penyesuaian diri yang baik apabila individu mampu mengatasi kecemasan dan stress, yaitu dengan cara membuat tujuan hidup yang nyata atau dengan cara membuat tujuan-tujuan jangka pendek yang lebih mudah dicapai, sehingga dapat merasakan puas dan bahagia.
46
Stres adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan dan menuntut individu untuk dapat menyesuaikan diri. Tidak semua kebutuhan dan keinginan dalam hidup dapat terpenuhi, hal inilah yang harus dapat dipahami dan diterima sehingga dapat mengatasi stres dengan cara yang lebih positif (Atwater, 1983, 47 ). c. Gambaran Diri yang Positif Penilaian terhadap diri sendiri harus meliputi aspek negatif dan positif. Individu yang mampu menyesuaikan diri tidak akan terlalu memikirkan aspek negatif yang ada dalam dirinya melainkan berusaha untuk mengubah hal tersebut menjadi lebih positif. Individu harus dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. d. Kemampuan Mengekspresikan Emosi Permasalahan dalam mengekspresikan emosi meliputi berlebihan atau kurang mengontrol
emosi.
Terlalu
berlebihan
dalam
mengontrol
emosi
menyebabkan tumpulnya perasaan, sebaliknya kurang mengontrol emosi menyebabkan ekspresi emosi yang kurang terarah. Keduanya dapat menjadi masalah dalam penyesuaian diri. e. Hubungan Interpersonal yang Baik Manusia adalah makhluk sosial, sejak dalam tahap konsepsi manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal tersebut dapat diwujudkan di dalam kelompok.
Baik fisik, sosial maupun emosional,
individu dapat menyesuaian diri dengan baik, mampu berhubungan dengan orang
lain
secara
produktif
dan
saling
menguntungkan,
sebaliknya
penyesuaian diri yang buruk pada umumnya disebabkan adanya penolakan-
47
penolakan dari diri sediri maupun orang lain. Perilaku penolakan terhadap diri sendiri ditujukan dengan tidak menyukai diri sendiri dan merasa tidak seperti apa yang diinginkannya.
Perilaku menolak dari orang lain, misalnya konflik yang
terjadi antara individu dengan individu lain.
Sri Rahayu (1992, 34) memberikan beberapa ciri penyesuaian diri yang buruk yaitu individu yang mempunyai kecemasan yang tinggi, ketergantungan kepada orang lian, depresi dan tanda-tanda psikosomatik.
2.3
Pekerja Outbound Freelance
2.2.1. Definisi Pekerja Freelance Departemen Tenaga Kerja R.I. melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyatakan yang dimaksud dengan Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Dalam hal ini pekerja yang dimasud adalah pakerja yang mempunyai hubungan kerja dengan sistem kerja lepas. Hal tersebut diatur dalam Keputusan Menteri Nomor 100 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang tertuang dalam Bab V pasal 10, menyatakan bahwa perjanjian kerja harian lepas dilaksanakan untuk pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal
48
waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian atau lepas.
Dalam situs kerjalepas.com dituliskan bahwa kerja lepas (freelance) adalah suatu pekerjaan di mana pekerjanya tidak terikat aturan-aturan tertentu yang biasa dikenakan pada karyawan penuh waktu. Kerja lepas bisa dikerjakan di luar kantor. Berbeda dengan kerja penuh waktu yang masih memiliki keterikatan dengan perusahaan, dalam arti seorang pekerja penuh waktu tetap terikat dengan aturanaturan perusahaan. Seorang pekerja lepas sepenuhnya tidak terikat dengan perusahaan. Mereka bisa datang ke kantor kapan saja mereka mau. Pekerjaan freelance biasanya berbentuk proyek, biasanya dibuat dengan sistem tender. (http://kerjalepas.com/default.asp)
Kerja lepas dilaksanakan sesuai aturan-aturan yang disepakati bersama antara pihak penyedia kerja dengan pekerja lepas. Kesepakatan tersebut biasanya berisi apa yang akan dikerjakan, target yang harus dicapai dan kapan pekerjaan tersebut dapat diselesaikan. Karena pekerjaan lepas biasanya berbentuk proyek, maka sistem pembayarannya biasanya menggunakan sistem borongan, dalam arti tenaga kerja lepas baru dibayar setelah ia menyelesaikan pekerjaannya. Namun ada juga yang dibayar dengan uang muka terlebih dulu, dan sisanya dibayar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan. (http://kerjalepas.com/default.asp)
49
Pekerja lepas, memang benar-benar bekerja sebagai individu. Jika sebuah perusahaan membeli produk atau memakai suatu jasa, maka yang akan dibayar adalah produk atau jasa yang berikan.
Berdasarkan hasil penelitian di negara Barat, kini hampir 50% angkatan kerjanya adalah tenaga lepas.
(http://supermilan.wordpress.com/2008/02/28/freelance-
siapa-bilang-tidak-keren/) Ini merupakan indikasi bahwa kerja lepas pun potensial untuk menjadi salah satu cara berkarya dan memperoleh penghasilan besar dari pada bekerja tetap. Biasanya tenaga kerja lepas banyak diminati bagi mereka yang menginginkan kebebasan, tidak suka keterikatan dan formalitas, sehingga mereka bisa bebas bekerja secara mandiri.
2.3.2 Ciri-ciri Pekerja Lepas (freelance) Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 100 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang tertuang dalam Bab V pasal 10, maka ciri dari pekerja lepas terlihat dari perjanjian kerjanya:
1. Dilaksanakan untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian atau lepas.
2. Dilakukan dengan ketentuan pekerja bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu) hari dalam 1 (satu) bulan.
50
3. Apabila pekerja bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi PKWTT.
2.3.3 Definisi Outbound Istilah outbound dari kata outward bound, adalah istilah pelayaran yang menandakan ketika suatu kapal keluar pelabuhan menuju laut lepas (Soukhanov, 1999). Selain itu Istilah Outbound berasal dari kata out of boundaries, berarti jauh diluar garis batas. Hal tersebut lebih banyak mengandung pengertian bahwa seluruh kegiatan membawa setiap persertanya kesuatu kegiatan yang ‘luar biasa’ dalam arti keluar dari zona nyaman kita (Comfort Zone) ke zona tumbuh (Growth Zone). Karena tantangannya adalah pertumbuhan pribadi (Self Growth) & juga kelompok (Team Growth). Pertumbuhan pribadi berkaitan dengan pengembangan Watak (Character) & keterampilan berhubungan antar manusia (Inter-Relationship Skill). Kedua hal tersebut sangat berkaitan dengan sikap mental (Attitude) seseorang yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kelompoknya. (http://www.puncakview.com/obet_nusantara.htm) Dalam proses membentuk mentalitas dasar setiap individu serta untuk membentuk tim yang tangguh dapat dicapai melalui kegiatan Team Building dengan Metode Experiential
Learning
yang
mengedepankan
permainan
(Games)
serta
menginventarisir nilai-nilai yang terkandung di dalamnya (Value dan Insight Discovery) serta menghubungkannya dengan tuntutan organisasi, perusahaan dan kehidupan peserta sehari-hari. Sedangkan pembentukan tim yang tangguh
51
memerlukan kualitas interaksi yang lebih banyak dan bermutu yang di dukung oleh pengertian (Understanding), saling percaya (Trust dan Trust Worthiness), penuh tanggung jawab (Accountability/Responsibility) serta mampu berkomunikasi secara efektif
(Communication)
dan
keterbukaan
(Openness).
(http://www.puncakview.com/obet_nusantara.htm)
Hal utama yang diperoleh dari kegiatan outbound adalah terapi di rimba belantara (Wilderness therapy). Penemuan program pelatihan ini merupakan hasil inovasi seorang ahli pendidikan Jerman ”Kurt Hant”. Hant adalah seorang ahli pendidikan terkenal yang pada saat pemerintahan Hitler tahun 1933 dideportasi ke Inggris. Ajaran Hant dikenal dengan sistem pendidikan ”Learning by Doing”
Gass (1993) dalam buku Adventure Therapy menerangkan pendapat Kimball dan Bacon bahwa ”Out Bound Course adalah suatu konsep pendidikan yang menggunakan rimba belantara sebagai media terapi”, seperti gunung, hutan, rimba, sungai, pantai dan lautan.
Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa outbound adalah sebuah konsep pendidikan dan pelatihan yang menggunakan metode belajar dari pengalaman dengan mengedepankan usaha olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik.
52
2.3.4 Manfaat dan Tujuan Outbound Kegiatan belajar seperti outbound bermanfaat untuk meningkatkan keberanian dalam bertindak maupun berpendapat, selain itu pelaksanaan kegiatan outbound tidak selamanya dilaksanakan di luar ruang, akan tetapi dapat juga di dalam ruang. Karena tujuan dari kegiatan outbound membentuk pola pikir yang kreatif, serta meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual dalam berinteraksi. Kegiatan ini akan menambah pengalaman hidup seseorang menuju sebuah pendewasaan diri.
Pengalaman dalam kegiatan outbound memberikan masukan yang positif dalam perkembangan kedewasaan seseorang. Pengalaman itu mulai dari pembentukan kelompok. Kemudian setiap kelompok akan menghadapi bagaimana cara berkerja sama. Bersama-sama mengambil keputusan dan keberanian untuk mengambil risiko. Setiap kelompok akan menghadapi tantangan dalam memikul tanggung jawab yang harus dilalui.
2.3.5 Outbound sebagai Fenomena Psikologis Kaplan dan Talbot (1983) mengadakan penelitan pada pengaruh psikologis terhadap pengalaman dari wilderness, mencoba untuk mengetahui bagaimana wilderness mempengaruhi seseorang. Dari penelitian tersebut terdapat tiga manfaat. Pertama dimulai dengan peningkatan kesadaran akan hubungan dengan lingkungan secara fisik dan sebuah perhatian yang terus menerus meningkat terhadap lingkungan seseorang, meskipun tanpa disertai tindakan. Kedua, terkadang orang-orang mendapat bahwa kehidupan sehari-hari membuat mereka
53
susah berkonsentrasi, untuk mengalami jiwa kerja yang tidak biasanya kerja keras, dan menjadi mudah marah karena kebisingan dan gangguan. Itu semua mungkin merupakan gejala dari ”sebuah kepenatan yang dipakai melewati batas efektifnya” (Kaplan dan Talbot, h. 188). Wilderness membebaskan orang-orang dari kondisi seperti itu dengan tuntutan fungsional pada perhatian dan lingkungan yang menarik. Ketiga, sebagai perenungan. Hal yang dimungkinkan oleh sebuah derajat kecocokan
yang
kecenderungan
tinggi
individual,
ditengah dan
pola-pola
lingkungan,
tindakan-tindakan
yang
kecenderungandibutuhkan
untuk
merasakan kenyamanan dalam lingkungan. Seseorang yang dihujani dengan bermacam-macam informasi dan tuntutan, seringkali merasa tidak mampu melakukan apa yang diinginkan lingkungannya juga yang diinginkan dirinya. Hal tersebut dapat menimbulkan frustasi dan stress yang mendalam yang menjadikan seseorang mampu membayangkan situsi yang dihadapinya.
2.3.6 Fasilitator outbound sebagai pekerja lepas Dalam pelatihan outbound para pekerja memiliki jabatan dan tanggung jawab tertentu, diantaranya sebagai Project Leader, Project Officer, Fasilitator, Tim Medis, Show Director, Stage Manager, Guide dan Rescue (Selaras, 2008). Umumnya para pekerja lepas banyak direkrut untuk menjadi tenaga fasilitator.
Mereka adalah orang yang membantu dan memandu sebuah tim untuk melakukan proses dalam menjalankan perintah untuk menyelesaikan tugas tertentu atau tujuan tertentu.
54
Menurut Selaras Outbound (2007) dikatakan, bahwa rincian tugas seorang fasilitator sebagai seorang pekerja lepas outbound, adalah: 1. Mengkoordinir dan mendampimpingi setiap tim. 2. Memimpin dan memberikan penjelasan mengenai simulasi yang akan dimainkan, 3. Ikut memberikan motivasi dan semangat pada setiap tim dalam setiap simulasi. 4. memandu jalannya metafora atau sebuah metode penganalogian sebuah permainan dalam kegiatan sehari-hari baik ditempat kerja maupun di kehidupan sehari-hari. 5. Memberikan penilaian pada setiap tim yang dipeganggnya.
2.4. Kerangka Berpikir Self-efficacy adalah keyakinan individu akan kemampuan dan kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan untuk dapat mencapai sebuah tujuan dan mengatasi hambatan. Besarnya usaha dan hasil yang didapat bukan hanya dipengaruhi oleh kemampuan berdasarkan pengetahuan atau wawasan semata, namun juga dipengaruhi oleh derajat self-efficacy individu tersebut.
Dalam menghadapi tugas, individu dengan self-efficacy tinggi akan dapat terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa dirinya dapat melakukan tugas lebih baik daripada individu dengan self-efficacy rendah. Individu akan menganggap kemampuannya sebagai satu faktor yang membantu dalam menyelesaikan tugas.
55
Dan kegagalan yang terjadi hanya karena kurangnya usaha yag dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
Self-efficacy yang tinggi akan memberikan arahan kepada individu untuk mengambil langkah dalam menghadapi permasalahan. Pada umumnya, individu akan bertindak untuk mencapai tujuan, jika merasa akan mendapatkan hasil dari tindakannya tersebut. (Bandura, 1999).
Keyakinan yang tinggi memberikan
kejelasan akan kemampuan yang dimiliki individu, hal ini akan memberikan keterangan bagaimana individu harus memberikan hasil yang dituntut oleh perusahaan.
Kemampuan untuk dapat mencapai tuntutan dari perusahan menandakan bahwa individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana individu tersebut berada. Sesuai dengan pendapat Feldman (1989), bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk memenuhi tuntutan dan tantangan yang diberikan oleh dunia dimana mereka berada.
Kartono (1994) menambahkan individu yang berada dalam suatu perusahaan ataupun bagian dari tim kerja harus mempunyai usaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan perusahaan, baik yang meliputi penyesuaian diri dengan individu lain sebagai bagian dari tim kerja maupun iklim lingkungan kerja itu sendiri. Hal ini karena setiap individu berbeda, baik karakter, maupun tujuan hidupnya. Maka diharapkan individu mampu menjelaskan dirinya dengan lingkungan dimana
56
individu
tersebut
berada.
dengan
lingkungan
Kemampauan
dimana
individu
untuk
tersebut
dapat
menyesuaiakan
berada.
Berarti
diri
individu
dapat memenuhi tuntutan dan harapan lingkungan tersebut dan hal ini memberikan nilai positif bagi perusahaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa individu dengan self-efficacy yang
tinggi
menyelesaikan menyesuaikan yang
dimiliki
kerangka
akan
mampu
tugas diri
dengan
dengan
individu
berpikir
di
mengarahkan dan
lingkungan.
untuk atas
baik
dapat
dapat
tindakannya memudahkan
Kemampuan menyesuaikan
digambarkan
untuk
dapat
individu
untuk
dan
keterampilan
diri.
Berdasarkan
melalui
bagan
sebagai
berikut : Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berpikir Hubungan Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri Tingkat kesulitan tugas (magnitude)
SELF-EFFICACY
PENYESUAIAN DIRI
Luas bidang prilaku (Generality) Berdasarkan Jenis Kelamin
Kekuatan (strength)
Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Berdasarkan Masa kerja freelance Berdasarkan Status pernikahan Berdasarkan Tingkatan Usia Berdasarkan 57 Pengalaman Organisasi
1.5
Hipotesis
Berdasarkan permasalahan di atas dapat di ambil hipotesis sebagai berikut : Hipotesis Pertama 1. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound 2. Hipotesis Nihil (Hi) Tidak ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound Hipotesis Kedua 1. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound terhadap masa kerja 2. Hipotesis Nihil (Hi) Tidak ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound terhadap masa kerja Hipotesis Ketiga 1. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound Berdasarkan Jenis Kelamin 2. Hipotesis Nihil (Hi) Tidak ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound Berdasarkan Jenis Kelamin
58
Hipotesis Keempat 1. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan usia 2. Hipotesis Nihil (Hi) Tidak ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan usia Hipotesis Kelima 1. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan latar belakang pendidikan 2. Hipotesis Nihil (Hi) Tidak ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan latar belakang pendidikan Hipotesis Keenam 1. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan status menikah 2. Hipotesis Nihil (Hi) Tidak ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan status menikah
59
Hipotesis Ketujuh 1. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada perbedaan Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan pengalaman organisasi 2. Hipotesis Nihil (Hi) Tidak ada perbedaan Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan pengalaman organisasi Hipotesis Kedelapan 1. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan masa kerja 2. Hipotesis Nihil (Hi) Tidak ada perbedaan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada freelance outbound berdasarkan masa kerja
60
BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang pendekatan dan metode penelitian, variable penelitian dan devinisi konseptual dan definisi operasional, subjek penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data yang terdiri dari metode dan instrument penelitian, teknik analisa data yang terdiri dari reliabilitas dan validitas alat ukur.
3.1. Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan jenis kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi) yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variable yang lain (Alsa, 2004). Salah satu tujuan utamanya adalah untuk menemukan seberapa banyak karakteristik yang ada dalam populasi induk mempunyai karakteristik seperti yang terdapat pada sampel (Alsa, 2004).
61
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Dan bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebabsebab dari suatu gejala tertentu (sevilla, et al, 1993). Dalam penelitian ini akan dilihat hubungan antara variabel self-efficacy dengan penyesuaian diri.
3.1.2. Variabel penelitian dan operasional variabel Istilah "variabel" merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002). Sedangkan variabel penelitian adalah suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai, menyangkut segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian. Menurut Kerlinger (2000) terdapat dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Berikut ini akan diuraikan variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini: a. Variabel Bebas Menurut Ahmadi (1991) variabel bebas (independent variable) adalah kondisi atau karakteristik yang mempengaruhi fenomena yang diobservasi atau variabel terikat. Variabel ini juga sering disebut sebagai variabel pengaruh karena berfungsi mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas (independent) yang terdapat dalam penelitian ini adalah self-efficacy.
62
Dengan demikian definisi variabel untuk menyatakan self-efficacy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah hasil kognitif yang berupa keyakinan terhadap kemampuan dan kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan dan mengatasi hambatan.
Self-efficacy adalah skor yang diperoleh melalui pengembangan instrumen sebanyak 25 butir, dengan skala 1 – 4 mengenai sumber self-efficacy yang meliputi : Tingkat kesulitan tugas; Mampu menyelesaikan tugas yang sederhana, Mampu melakukan tugas yang sulit. Luas bidang tingkah laku; Mampu mengatasi situasi tertentu yang spesifik, Mampu melakukan kegiatan yang beragam. Dan Tingkat kekuatan; optimis pada diri sendiri, mampu bertahan dalam menghadapi tantangan.
b. Variabel Terikat Variable terikat (dependent variable) yaitu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika mengintroduksi pengubah atau mengganti variable bebas (Ahmadi, 1991). Variabel ini sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel yang terpengaruh, karena menurut fungsinya, variable ini dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat (dependent variable) yang terdapat dalam penelitian ini adalah penyesuaian diri.
63
Definisi variable untuk menyatakan penyesuaian diri adalah suatu tindakan yang diarahkan pada usaha
untuk memenuhi tuntutan dan harapan yang
diberikan oleh lingkungan dimana individu tersebut berada.
Penyesuaian diri adalah skor yang diperoleh melalui pengembangan instrumen sebanyak 25 butir, dengan skala 1 – 4 mengenai faktor penyesuaian diri yang meliputi : Kemampuan dan kekuatan fisik, indikatornya meliputi keadaan sehat dan sakit.
Kecerdasan, indikatornya meliputi kemampuan menganalisis
dan mempersepsikan keadaan.
Minat pada suatu hal, indikatornya meliputi
suatu hal yang mendatangkan ketenangan dan menghibur.
Impian,
indikatornya meliputi kemampuan untuk memusatkan dan kejelasan tujuan. Dan
keyakinan yang ada dalam diri individu, indikatornya meliputi tempat
tumpuan dan motivasi hidup.
3.2. Pengambilan Sampel 3.2.1. Populasi penelitian Populasi adalah kelompok di mana peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya (Gay dalam Sevilla, 1993). Berdasarkan uraian ini maka dapat ditegaskan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah pekerja lepas (freelance) out bound.
64
3.2.2. Sampel penelitian Menurut Ferguson (dalam sevilla,el al,
1993), sampel adalah beberapa bagian
kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi. Jadi sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti yang dimaksudkan untuk menggeneralisasikan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian. Sevilla, et al, (1993), menawarkan beberapa ukuran minimal yang dapat diterima berdasarkan tipe penelitian. Untuk metode penelitian korelasional, jumlah sampel minimal adalah 30 subjek. Adapun menurut Arikunto (2002), jumlah sampel minimal yang dapat diambil adalah 10% 15% dari jumlah populasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yang terdiri dari 15 wanita dan 25 laki-laki.
3.3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel adalah proses yang meliputi pengambilan satu bagian dari
populasi,
melakukan
pengamatan
atas
kelompok
sampel,
kemudian
menggeneralisasikan penemuan-penemuan pada populasi (Sevilla, et al, 1993). Sampel yang diambil dalam penelitian adalah responden yang bekerja lepas (freelance) outbound. Sehingga teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, yaitu setiap individu dalam populasi mempunyai hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian (Arikunto, 20002). Peneliti mendapatkan sample di beberapa kegiatan outbound yang di laksanakan oleh PT. Selaras.
65
3.4. Instrumen Pengumpulan Data 3.4.1. Metode dan instrumen penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala model Likert, yaitu skala self-efficacy dan penyesuaian diri.
Dalam penelitian ini skor akhir subjek merupakan skor total dari jawaban pada setiap pernyataan. Adapun alternatif jawaban yang diberikan adalah: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju STS) . Skor jawaban antara pernyataan yang bersifat Favorable dan Unfavorable
berbeda,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Kategori Jawaban Skala model Likert Nomor item Pernyataan SS
S
TS
STS
Favorable
4
3
2
1
Unfavorable
1
2
3
4
1. Skala self-efficacy Untuk mengukur tingkat self-efficacy pada penelitian ini menggunakan skala model Likert, berdasarkan teori yang dipaparkan oleh Bandura adapun tabel blue print penyebaran item sebagai berikut :
66
Tabel 3.2 Blue Print Self-Efficacy No Dimensi 1
2
3
Indikator
Tingkat kesulitan tugas
Luas bidang tingkah laku
Tingkat kekuatan
Item Fav
a. Mampu 1*, 2* menyelesaikan Tugas yang 21*, 22* sederhana b. Mampu melakukan tugas 14*, 16*, yang sulit a. Mampu mengatasi situasi tertentu yang spesifik b. Mampu melakukan kegiatan yang beragam a. Optimis pada diri sendiri b. Mampu bertahan dalam menghadapi tantangan
Total
Item Un Jumlah Fav 3*, 4, 19* 8 29* 15*, 18*, 24
5
9*, 10*
11, 12*
4
6*, 20*
7, 28*, 30*
5
17*, 23*,
5, 13
4
8*, 27*
25*, 26*
4
14
16
30
2. Skala penyesuaian diri Untuk mengukur tingkat penyesuaian diri pada penelitian ini menggunakan skala model Likert, berdasarkan teori yang dipaparkan oleh Powell adapun tabel blue print penyebaran item sebagai berikut :
67
Tabel 3.2 Blue Print Penyesuaian Diri
No. 1.
2.
Aspek Kemampuan
Butir Soal
Indikator
dan
Jumlah
• Sakit
F
UF
1, 2,
3, 6
kekuatan fisik
• Sehat
Kecerdasan
• Kemampuan Persepsi • Kemampuan
21
4, 22
6,
5, 7,
8, 23
24
9, 10,
11, 12,
6
Analisis 3.
Minat pada bidang,
• Mendatangkan Ketenangan • Manghibur
4.
Impian
6 26
25
14, 16,
13,
• Kejelasan Tujuan • Mampu
6 27
15, 28
17, 20,
18, 19,
memusatkan diri 5.
Keyakinan (agama)
• Tumpuan Harapan • Motivasi
Total
6 29
30
15
15
30
Ketiga skala di atas menggunakan skala likert dengan jenjang 4 pilihan, agar lebih jelas dapat dilihat pada table dibawah berikut ini
68
Table 3.4 Skor Skala Favourable Sangat sesuai Sesuai Tidak sesuai Sangat tidak sesuai
Skor 4 3 2 1
Unfavourable Sangat sesuai Sesuai Tidak sesuai Sangat tidak sesuai
Skor 1 2 3 4
3.4.2. Teknik uji instrumen penelitian Penelitian yang menggunakan skala sebagai alat pengumpul data harus memenuhi syarat valid dan reliable. Agar terjamin akurasi datanya. Oleh karena itu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. 1. Uji Validitas Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003).
Suatu alat tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi
apabila
alat
tersebut
menjalankan
fungsi
ukurnya,
atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2003). Oleh karena itu, untuk menguji validitas dari skala yang telah dibuat, penulis menggunakan program SPSS versi 15.0 dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson.
69
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi, yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpecaya (Azwar, 2003). Untuk menguji reliabilitas dari skala self-efficacy dan skala penyesuaian diri, penulis menggunakan teknik analisa Alpha Cronbach (Azwar, 2003), dengan program SPSS versi 15.0
Tabel 3.4 Kaidah reliabilitas Guilford Koefisien <0,2 0,2 – 0,4 0,4 – 0,7 0,7 – 0,9 >0,9
Kriteria Tidak Reliabel Kurang Reliabel Cukup Reliable Reliabel Sangat Reliabel
3.5. Teknik Analisa Data Pengolahan data dilakukan dengan analisa statistic sebagai cara untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy sebagai variable independen terhadap kecemasan dan prokrastinasi sebagai dependent variable dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa rumus, yaitu: 1. Statistik Deskriptif, digunakan untuk mengolah gambaran umum responden 2. Korelasi product moment dari pearson, digunakan untuk mengetahui validitas dam korelasi instrument dimana skor setiap item dikorelasikan
70
dengan skor total, dengan rumusan sebagai berikut (azwar, 2003) untuk penghitunganya penulis menggunakan SPSS versi 15.0
Korelasi Bifariat product moment dari Spearman, digunakan untuk mengetahui hubungan self-efficacy dengan penyesuaian diri ditinjau dari masa kerja, untuk penghitungannya, penulis menggunakan program SPSS versi 15.0
3.6
Prosedur Penelitian
3.6.1 Tahap persiapan 1. Subjek Penelitian − Meminta izin kepada pimpinan PT. Selaras Inti Prima Indonesia untuk mengadakan penelitian. − Mencari dan mendata subjek penelitian melalui data yang ada di departemen operational − Meminta kesediaan dan membuat janji dengan subjek untuk membantu pengisian dan pengumpulan data. 2. Alat − Membuat kuesioner untuk mengetahui identitas subjek. − Pembuatan skala yang akan digunakan dalam penelitian. − Melakukan uji coba alat dengan menyebarkan kuesioner dan skala kepada kelompok tryout. − Analisa item yang telah diuji coba.
71
− Menyusun dan merapikan skala yang sudah diujicoba yang kemudian disebar kepada subjek penelitian yang asli (yang akan dijadikan sebagai hasil penelitian).
3.6.2. Tahap pelaksanaan Setelah alat penelitian siap, kemudian penulis : -
Membagikan kuesioner kepada subjek penelitian ketika kegiatan pelatihan sedang berlangsung (yang akan diisi ketika evaluasi malam).
-
Penulis menjelaskan petunjuk atau cara pengisian dan maksud dari kuesioner yang ada. Dan diberikan kesempatan untuk bertanya dan kemudian para pekerja lepas dianjurkan untuk mengisi.
-
Proses penyebaran dan pengembalian kuesioner ini dilakukan kurang lebih selama empat kali kegiatan berlangsung (23-24, 28-30 Januari 2011, 12-13 Februari 2011, 4-6 Maret 2011).
-
Saat pengambilan kuesioner dilakukan koreksi untuk menghindari kesalahan atau ketidaklengkapan dalam pengisian sehingga dapat dibetulkan atau dilengkapi oleh subjek.
-
Teknik Statistik, rumusan statistik yang dipergunakan untuk mengolah data dan melihat ada atau tidak adanya korelasi yang signifikan antara self Efficacy dengan penyesuaian diri adalah teknik Product-Moment dari Pearson.
72
BAB IV ANALISA DATA Pada Bab ini akan di uraikan hasil pengolahan data yang diambil pada penelitian, gambaran umum mengenai subjek penelitian serta hasil penelitian yang telah di laksanakan.
4.1. GAMBARAN UMUM RESPONDEN Gambaran umum subjek penelitian ini di urakan secara rinci di bawah ini yaitu berupa gambaran umum frekuensi dari pekerja freelance outbound yang tersebar di beberapa perusahaan dan yang berada di bawah PT. Selaras Inti Prima Indonesia berjumlah sekitar 40 orang a. Berdasarkan Jenis Kelamin Table 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis kelamin
Frekuensi
Persentase
1
Pria
25
62,5%
2
Wanita
15
37,5%
Dari hasil presentase di atas, maka dapat di ketahui bahwa responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin terdiri dari pria 25 orang (62,5%) dan wanita 15 orang (37,5%)
73
b. Berdasarkan Usia Table 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan Usia No
Usia
Frekuensi
Persentase
1
20-27 tahun
18 orang
45%
2
28- 35 tahun
22 orang
55%
Dari persentase di atas maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berdasarkan dari tngkatan usia yang berbeda
terdiri dari usia 20-27 tahun
sebanyak 18 orang (45%), 28-35 tahun sebanyak 22 orang (55%) artinya sample terbanyak adalah freelance yang berusia antara 28-35 tahun
c. Berdasarkan Masa Kerja Table 4. 3 Gambaran umum responden berdasarkan Masa Kerja No
Masa Kerja
Frekuensi Persentase
1
1 – 3 tahun
10
25%
2
4 – 6 tahun
25
62,5%
3
7 – 9 tahun
5
12,5%
Dari hasil persentase diatas dapat di ketahui bahwa responden dalam penelitian ini sudah melaksanakan kegiatan outbound di PT. Selaras Inti Prima Indonesia
74
selama rentan waktu 1 – 3 tahun 10 orang (25%), 4 - 6 tahun sebanyak 25 orang (62,5%), 7 - 9 tahun sebanyak 5 orang (12,5%).
d. Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Table 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan No
Pendidikan
Frekuensi
Persentase
1
SMA
5
12,5%
2
S1
35
87,5%
Dari hasil presentase di atas, maka dapat di ketahui bahwa responden dalam penelitian ini berdasarkan Latar Belakang Pendidikan terdiri dari SMA 5 orang (12,5%) dan S1 35 orang (87,5%).
e. Berdasarkan Pengalaman Organisasi Table 4.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pengalaman Organisasi No
Organisasi
Frekuensi
Persentase
1
Pernah/Ya/Aktif
30
75%
2
Tidak
10
25%
75
Dari hasil presentase di atas, maka dapat di ketahui bahwa responden dalam penelitian ini berdasarkan Pengalaman Organisasi terdiri dari Pernah/Ya/Aktif 30 orang (75%) dan Tidak 10 orang (25%).
f. Berdasarkan Status Perkawinan Table 4.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Perkawinan No
Status
Frekuensi
Persentase
1
Sudah
20
50%
2
Belum
20
50%
Dari hasil presentase di atas, maka dapat di ketahui bahwa responden dalam penelitian ini berdasarkan Status Pernikahan terdiri dari Sudah Menikah 20 orang (50%) dan Belum Menikah 20 orang (50%).
4,2.1 Kategori skor 4.2.1.1 kategori Skor Motivasi Belajar Kategori Skor Skala self-efficacy Descriptive statistics N0
Range
Self-efficacy
40
Valid N (listwise)
40
48,00
Minimum 50,00
Maximum 98,00
Mean 79,6000
Std. deviation 11,29511
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa mean yang didapat adalah sebesar 79,6000 dan standar deviasi sebesar 11,29511. Nilai minimum yang di dapatkan
76
adalah 50 dan nilai maksimum adalah 98. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 98 – 50 = 48, jarak tersebut kemudian di bagi tiga untuk melihat luas jarak tiap kategori yaitu 48/3 = 16, maka diperoleh kategorisasi sebagai berikut: Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Self-Efficacy Rentang Frekwensi
Kategori
%
Tinggi
X>2x + min
> 82
22
55%
Sedang
X<min≤X≤2x + min
66 – 82
18
45%
Rendah
X <x + min
< 82
0
0%
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, maka dapat di ketahui bahwa responden yang memiliki tingkat self-efficacy tinggi sebanyak 22 orang (55%). Jumlah responden yang memiliki selfefficacy sedang sebanyak 18 orang (45%) dan individu yang memiliki self-efficacy rendah yaitu 0%.
Kategori Penyesuaian Diri Descriptive statistics N0
Range
Penyesuaian Diri
40
Valid N (listwise)
40
44,00
Minimum 50,00
Maximum 94,00
Mean 79,1750
Std. deviation 9,48923
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa mean yang didapat adalah sebesar 79,1750 dan standar deviasi sebesar 9,48923. Nilai minimum yang di dapatkan adalah 50 dan nilai maksimum adalah 94. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 94 – 50 = 44, jarak tersebut kemudian di bagi tiga untuk melihat luas jarak tiap kategori yaitu 44/3 = 14,66, maka diperoleh kategorisasi sebagai berikut:
77
Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Penyesuaian Diri Rentang Frekwensi
Kategori
%
Tinggi
X>2x + min
> 79,32
26
65%
Sedang
X<min≤X≤2x + min
64,66 – 79,23
14
35%
Rendah
X <x + min
< 79,32
0
0%
40
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, maka dapat di ketahui bahwa responden yang memiliki tingkat penyesuaian diri tinggi sebanyak 26 orang (65%). Jumlah responden yang memiliki penyesuaian diri sedang sebanyak 14 orang (35%) dan individu yang memiliki penyesuaian diri rendah yaitu 0%.
4.3 Uji instrument penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrument dengan 60 item dari dua skala yaitu self efficacy 30 item dan skala penyesuaian diri sebanyak 30 item. Uji instrument di berikan kepada 40 orang Pekerja freelance outbound PT. SELARAS INTI PRIMA INDONESIA Adapun tujuan dari uji instrument ini adalah : 1. Mengetahui validitas instrument, dimana skor tiap item di korelasikan dengan skor total 2. Mengetahui tingkat reliabilitas instrument yang di gunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut 3. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan atau item-item yang di berikan
78
4. Mengetahui berapa lama waktu yang di butuhkan untuk menyelesaikan pengisian instrument.
4.2.1 Hasil uji validitas self efficacy Berdasarkan hasil uji instrument validitas dengan teknik korelasi product moment dari pearson pada self efficacy terhadap 40 orang pekerja freelance PT Selaras Inti Prima Indonesia dari 30 item yang uji cobakan di peroleh 25 item yang valid
4.2.2 Hasil uji validitas penyesuaian diri Berdasarkan hasil uji instrument validitas dengan teknik korelasi product moment dari pearson pada penyesiaian diri terhadap 40 orang pekerja freelance PT. Selaras Inti Prima Indonesia dari 30 item yang ujicobakan di peroleh 25 item yang valid
4.2.3 Hasil uji reliabilitas skala self efficacy dan penyesuaian diri Uji reliabilitas dilaksanakan pada pekerja freelance PT. Selaras Inti Prima Indonesia dengan jumlah sample sebanyak 40 orang. Uji reliabilitas kedua skala ini menggunakan uji statistic alpha croncbach dengan menggunakan program spss versi 15.0 hasil uji reliabilitas skala self cfficacy dan penyesuaian diri maka di peroleh hasil 1. Reliabilitas skala self efficacy dengan 25 item adalah 0.816 dengan nilai standart alpha sebesar 0.818 jadi skala self efficacy memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi atau reliable
79
2. Reliabilitas skala penyesuaian diri dengan 25 item adalah 0.816 dengan nilai standart alpha sebesar 0.818 jadi skala penyesuaian diri
memiliki tingkat
reliabilitas yang tinggi atau reliable Hai ini berdasarkan penjelasan Guilford & fruchter sebagai mana di kutip oleh IBM & kuncoro (2003) bahwa hasil skala 0.816 termasuk kategori reliable, sehingga instrument dapat di gunakan untuk penelitian lanjutan. Berikut norma reliabilitas yang di jelaskan oleh Guilford & fruchter Table 4.11 Norma reliabilitas 0,90
Sangat reliable
0,70 – 0,90
Reliable
0,40 – 0,70
Cukup reliable
0,20 – 0,40
Kurang reliable
<0,20
Tidak reliable
4.4 UJI PERSYARATAN 4.3.1 Uji Normalitas Singgih (2002) mengemukakan bahwa tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Menurut purbaya & anshari (2005) data-data berskala interval sebagai suatu hasil pengukura pada umumnya menikuti asumsi distribusi normal. Namun tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas.
80
Untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan (nurgiyantoro 2000)
Adapun uji normalitas yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan uji kormogorov – smirnov, uji kormogorov – smirnov adalah salah satu cara untuk menguji goodness of fit. Dalam hal ini yang di perhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sample (skor yang di observasi) dengan distribusi teoritis tertentu. Jadi hipotesis statistiknya adalah distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi harapan (teoritis).
Hasil uji normalitas data pada skala self efficacy angka probabilitas sebesar 0.113 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5% maka di ketahui nilai probabilitas 0,113 >0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar 69.0200 dan standar deviasi (Std) sebesar 7,88305.
4.3.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas di gunakan untuk mengetahui variabilitas mean dari data dalam suatu kelompok. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan dengan menggnakan rumus one way anove. Adapun hipotesis yang dapat di ajukan adalah: Hº = varians data bersifat homogen H¹=varians data bersifat tidak homogen
81
Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan 2 cara, yaitu menggunakan probabilitas dan membandingkan uji F hitung dengan F tabel. Jika pengambilan keputusan dengan menggunakan probablitas, maka kesimpulan yang dapat di ambil adalah probabilitas >0.05 maka Hº diterima. Sedangkan probabilitas <0,05 maka Hº di tolak, Jika pengambilan keputusan menggunakan perbandingan F hitung dan F tabel maka kesimpulan yang dapat diambil adalah F hitung
F tabel maka Hº di tolak.
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan melalui program spss 15.0 di dapat hasil sebagai berikut. Tabel 4.12 Uji Homogenitas Levene
df1
df2
Sig
statistic Self efficacy
3.203
1
48
.080
Penyesuaian diri
108
1
48
.743
Pengambilan keputusan untuk data penelitian ini menggunakan probabilitas. Dari tabel nilai uji homogenitas di atas sebagaimana yang terdapat dalam lampiran test of homogenity of variances pada levene statistic, dapat di ketahui bahwa self efficacy memiliki signifikansi sebesar 0.80 (sig <0,05 ) sehingga Hº diterima, artinya varians data bersifat homogen. Pada skala penyesuaian diri memiliki nilai
82
signifikansi 0.743 (sig> 0.05) maka Hº diterima artinya varians data bersifat homogen.
4.3.3 Uji Hipotesis Rumusan statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini. Peneliti menganalisa skor self efficacy dan skor penyesuaian diri dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari pearson dengan two tail technical. Hal ini karena data penelitian ini berupa data interval dengan menggunakan uji statistik parametrik dengan teknik penelitian korelasional. Dalam penghitungannya, peneliti menggunakan program SPSS versi 15.0.
Hubungan Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri Hasil analisis teruji bahwa ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri Pekerja Outbound Freelance PT. Selaras Inti Prima Indonesia.
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri pekerja Outbound Freelance teruji secara empiris. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengujian analisis jalur dengan nilai Pearson Corelation: 0, 891 pada taraf signifikansi 0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri pekerja Outbound Freelance PT. Selaras Inti Prima Indonesia
83
Temuan ini menunjukkan hubungan yang positif apabila seseorang memiliki selfefficacy yang tinggi akan memiliki penyesuaian diri yang tinggi. Sedangkan seseorang yang memiliki self-efficacy yang renda akan memiliki penyesuaian diri yang rendah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Warsito (Jurnal Psikologi, 2004)
Hipotesa Pertama hasil hipotesis diperoleh nilai koefisien korelasi antara self efficacy dengan penyesuaian diri adalah 0,891 Korelasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.8 Korelasi antara self efficacy dengan penyesuaian diri pada freelance outbound PT. Selaras Inti Prima Indonesia Correlations
Self Efficacy
Penyesuaian Diri
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Penyesuaian Diri ,891** ,000 40 40 ,891** 1 ,000 40 40
Self Efficacy 1
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.13 di ketahui, bahwa koefisien korelasi antara skala self efficacy dengan penyesuaian diri adalah 0,891 dengan signifikansi 0,000 (sig<0,05), lebih besar dari r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan penyesuaian diri pada Pekerja Outbound Freelance PT. Selaras Inti Prima Indonesia.
84
jika self efficacy meningkat maka semakin tinggi juga penyesuaian diri pada pekerja Outbound freelance PT. Selaras Inti Prima Indonesia. Dari hasil korelasi tersebut dapat terlihat bahwa korelasi antara kedua variabel bersifat negatif, yaitu semakin tinggi self efficacy maka semakin tinggi juga penyesuaian diri pada pekerja freelance outbound PT. Selaras Inti Prima Indonesia begitu juga sebaliknya yaitu semakin rendah self efficacy maka semakin rendah juga penyesuaian diri pada pekerja freelance outbound PT Selaras Inti Prima Indonesia.
Hasil analisa hipotesa pertama teruji bahwa ada hubungan yang signifikan antara Self Efficacy dengan penyesuaian diri pada pekerja Outbound Freelance PT.Selaras Inti Prima Indonesia.
Hipotesa Kedua Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap self-efficacy dengan penyesuaian diri ditinjau dari masa kerja, data di uji dengan menggunakan uji F (F test) hasil penghitungan dapat dilihat pada table 4.15. tampak pada table bahwa nilai signifikansi self efficacy adalah sebesar 0,035 dan penyesuaian diri sebesar 0,174, oleh karena signifikansi self efficacy nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka ada perbedaan self efficacy ditinjau dari masa kerja, hal ini dapat di sebabkan oleh pengalaman yang sudah banyak dan keberhasilan yang sering di alami oleh individu sehingga semakin lama masa kerja individu semakin tinggi self efficacynya begitu juga sebaliknya.
85
Maka H° ditolak artinya terdapat perbedaan tingkat self efficacy berdasarkan masa kerja. Sedangkan penyesuaian diri ditinjau dari masa kerja tidak terdapat perbedaan, signifikansi penyesuaian diri lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka H° ditolak artinya tidak terdapat perbedaan penyesuaian diri dilihat dari masa kerja, hal ini dapat di sebabkan oleh jumlah responden yang tidak seimbang masa kerjanya
Table 4.14 Hubungan self Efficacy dengan penyesuaian diri ditinjau dari perbedaan masa kerja ANOVA
self efficacy
Penyesuaian diri
Between Group Within Groups Total Between Group Within Groups Total
Sum of Squares 822,960
df 2
Mean Square 411,480
4152,640 4975,600
37 39
112,234
316,815
2
158,408
3194,960 3511,775
37 39
86,350
F
Sig 3,666
.035
1,834
.174
Hipotesa ketiga Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap self-efficacy dengan penyesuaian diri ditinjau dari jenis kelamin, data di uji dengan menggunakan uji T (T test) hasil penghitungan dapat dilihat pada table 4.15. tampak pada table bahwa nilai signifikansi self efficacy adalah sebesar 0,441 dan penyesuaian diri sebesar 0,049, oleh karena signifikansi self efficacy nilai tersebut lebih besar dari nilai rrobabilitas (>0.05) Maka H° diterima artinya tidak terdapat perbedaan tingkat self efficacy berdasarkan jenis kelamin,.tetapi pada signifikansi
86
penyesuaian diri lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka H° ditolak artinya terdapat perbedaan penyesuaian diri dilihat dari jenis kelamin, hal ini dapat di sebabkan oleh jumlah responden yang tidak seimbang (perempuan lebih sedikit) Table 4.15 Hubungan self Efficacy dengan penyesuaian diri ditinjau dari perbedaan jenis kelamin Group Statistics
Self Efficacy Penyesuaian Diri
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki
N
Mean 83,1333 77,4800 82,3333 77,2800
15 25 15 25
Std. Deviation 9,67225 11,84314 6,39940 10,60472
Std. Error Mean 2,49736 2,36863 1,65232 2,12094
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Self Efficacy
Penyesuaian Diri
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
,606
4,154
Sig. ,441
,049
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
1,560
38
,127
5,65333
3,62292
-1,68088
12,98755
1,642
34,317
,110
5,65333
3,44198
-1,33923
12,64590
1,667
38
,104
5,05333
3,03078
-1,08215
11,18882
1,880
37,986
,068
5,05333
2,68860
-,38951
10,49618
Hipotesa Keempat Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap self-efficacy di tinjau dari perbedaan usia, data di uji dengan menggunakan uji T (T test) hasil penghitungan dapat dilihat pada table 4.16. tampak pada table 4.16 bahwa nilai signifikansi self efficacy adalah sebesar 0,202 dan penyesuaian diri sebesar 0,027, oleh karena signifikansi self efficacy nilai tersebut lebih besar dari nilai rrobabilitas (>0.05) Maka H° diterima artinya tidak terdapat perbedaan tingkat self efficacy
87
berdasarkan usia,. adapun nilai signifikansi penyesuaian diri lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka H° ditolak artinya terdapat perbedaan penyesuaian diri berdasarkan usia Table 4.16 Hubungan self Efficacy dengan penyesuaian diri ditinjau dari perbedaan usia Group Statistics
Self Efficacy Penyesuaian Diri
Usia 20 - 27 tahun 28 - 35 tahun 20 - 27 tahun 28 - 35 tahun
N
Mean 81,5556 78,0000 81,1111 77,5909
18 22 18 22
Std. Error Mean 2,24660 2,67504 1,57366 2,38652
Std. Deviation 9,53151 12,54705 6,67646 11,19379
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Self Efficacy
Penyesuaian Diri
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
1,688
5,321
Sig. ,202
,027
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
,990
38
,328
3,55556
3,59072
-3,71347
10,82459
1,018
37,826
,315
3,55556
3,49329
-3,51730
10,62841
1,173
38
,248
3,52020
3,00146
-2,55594
9,59634
1,231
35,047
,226
3,52020
2,85865
-2,28289
9,32330
Hipotesa Kelima Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap self-efficacy di tinjau dari latar belakang pendidikan, data di uji dengan menggunakan uji T (T test) hasil penghitungan dapat dilihat pada table 4.17. Tampak pada table 4.17 bahwa nilai signifikansi self efficacy adalah sebesar 0,093 dan penyesuaian diri sebesar 0,255 oleh karena nilai tersebut lebih besar dari nilai probabilitas (>0.05)
88
Maka H° diterima artinya terdapat perbedaan tingkat self efficacy dan penyesuaian diri berdasarkan latar belakang pendidikan
Table 4.17 Hubungan self Efficacy dengan penyesuaian diri ditinjau dari perbedaan latar belakang pendidikan Group Statistics
Self Efficacy Penyesuaian Diri
Latar Belakang Pendidikan sma S1 sma S1
N
Mean 91,6000 77,8857 85,8000 78,2286
5 35 5 35
Std. Deviation 5,89915 10,86487 5,26308 9,62560
Std. Error Mean 2,63818 1,83650 2,35372 1,62702
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Self Efficacy
Penyesuaian Diri
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
2,964
1,338
Sig. ,093
,255
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
2,744
38
,009
13,71429
4,99789
3,59659
23,83199
4,266
8,579
,002
13,71429
3,21446
6,38792
21,04065
1,710
38
,096
7,57143
4,42887
-1,39434
16,53720
2,646
8,507
,028
7,57143
2,86133
1,04108
14,10178
Hipotesa Keenam Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap self-efficacy di tinjau dari latar belakang pendidikan, data di uji dengan menggunakan uji T (T test) hasil penghitungan dapat dilihat pada table 4.18. Tampak pada table 4.18 bahwa nilai signifikansi self efficacy adalah sebesar 0,637 dan penyesuaian diri sebesar 0,926 oleh karena nilai tersebut lebih besar dari nilai probabilitas (>0.05) Maka H° diterima artinya terdapat perbedaan tingkat self efficacy dan penyesuaian diri berdasarkan status pernikahan
89
Table 4.18 Hubungan self Efficacy dengan penyesuaian diri ditinjau dari perbedaan status pernikahan Group Statistics
Self Efficacy Penyesuaian Diri
Status Menikah sudah menikah belum menikah sudah menikah belum menikah
N
Mean 81,1500 78,0500 80,5500 77,8000
20 20 20 20
Std. Deviation 12,27010 10,30827 10,46033 8,45172
Std. Error Mean 2,74368 2,30500 2,33900 1,88986
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Self Efficacy
Penyesuaian Diri
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
,226
,009
Sig. ,637
,926
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
,865
38
,392
3,10000
3,58340
-4,15422
10,35422
,865
36,902
,393
3,10000
3,58340
-4,16132
10,36132
,915
38
,366
2,75000
3,00707
-3,33751
8,83751
,915
36,394
,366
2,75000
3,00707
-3,34634
8,84634
Hipotesa Ketujuh Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap self-efficacy di tinjau dari latar belakang pendidikan, data di uji dengan menggunakan uji T (T test) hasil penghitungan dapat dilihat pada table 4.19. Tampak pada table 4.19 bahwa nilai signifikansi self efficacy adalah sebesar 0,956 dan penyesuaian diri sebesar 0,485 oleh karena nilai tersebut lebih besar dari nilai probabilitas (>0.05) Maka H° diterima artinya terdapat perbedaan tingkat self efficacy dan penyesuaian diri berdasarkan pengalaman Organisasi
90
Table 4.19 Hubungan self Efficacy dengan penyesuaian diri ditinjau dari perbedaan pengalaman organisasi Group Statistics
Self Efficacy Penyesuaian Diri
Pengalaman Organisasi ya tidak ya tidak
N
Mean 80,2667 77,6000 80,0000 76,7000
30 10 30 10
Std. Deviation 11,24932 11,79642 9,93774 7,93095
Std. Error Mean 2,05383 3,73036 1,81437 2,50799
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Self Efficacy
Penyesuaian Diri
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
,003
,496
Sig. ,956
,485
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
,642
38
,525
2,66667
4,15585
-5,74642
11,07975
,626
14,860
,541
2,66667
4,25838
-6,41733
11,75066
,951
38
,348
3,30000
3,46921
-3,72305
10,32305
1,066
19,249
,300
3,30000
3,09547
-3,17322
9,77322
Hipotesa Kedelapan Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap self-efficacy dilihat dari masa kerja, data di uji dengan menggunakan uji F. penghitungannya
hasil
dapat dilihat pada table 4.20. oleh karena nilai signifikansi
sebesar 0,099 dan penyesuaian diri sebesar 0,104 oleh karena nilai tersebut lebih besar dari nilai probabilitas (>0.05) Maka H° diterima artinya tidak terdapat perbedaan antara self efficacy dan penyesuaian diri berdasarkan masa kerja.
91
Table 4.20 Tabel uji F Descriptives
N Self Efficacy
Penyesuaian Diri
1 - 3 tahun 4 - 6 tahun 7 - 9 tahun Total 1 - 3 tahun 4 - 6 tahun 7 - 9 tahun Total
Mean 86,0000 76,9600 80,0000 79,6000 84,6000 77,6400 76,0000 79,1750
10 25 5 40 10 25 5 40
Std. Deviation 9,82061 10,95247 12,68858 11,29511 5,56177 10,59827 5,78792 9,48923
Std. Error 3,10555 2,19049 5,67450 1,78591 1,75879 2,11965 2,58844 1,50038
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 78,9748 93,0252 72,4390 81,4810 64,2451 95,7549 75,9876 83,2124 80,6213 88,5787 73,2652 82,0148 68,8134 83,1866 76,1402 82,2098
Minimum 70,00 50,00 65,00 50,00 78,00 50,00 68,00 50,00
Maximum 98,00 94,00 96,00 98,00 94,00 94,00 84,00 94,00
ANOVA
self efficacy
Sum of Squares 584,640
Between Group Within Groups Total
Penyesuaian diri
Between Group Within Groups Total
df 2
Mean Square 292.320
4390,960 4975,600
37 39
118,675
403,615
2
201,807
3108,160 3511,775
37 39
84,004
F
Sig 2,463
.099
2,402
.104
Analisis Faktor Untuk mengetahui faktor yang lebih berpengaruh pada masing-masing variable. Peneliti menggunakan Model Summary pada masing-masing faktor dari variabel Self Efficacy dan penyesuaian Diri. Ada
dua
pengambilan
keputusan
untuk
mengetahui
faktor
yang
lebih
mempengaruhi; pertama dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi (R) dan yang kedua dilihat dari besarnya koefisien determinan (R2). Self Efficacy a. Tingkat kesulitan tugas (magnitude) Model Summary Change Statistics Model 1
R R Square ,938a ,881
Adjusted R Square ,877
Std. Error of the Estimate 3,95439
a. Predictors: (Constant), Model Prilaku
92
R Square Change ,881
F Change 280,190
df1
df2 1
38
Sig. F Change ,000
b. Luas bidang tingkah laku (generality) Model Summary Change Statistics Model 1
R R Square ,953a ,908
Adjusted R Square ,905
Std. Error of the Estimate 3,47620
R Square Change ,908
F Change 373,753
df1
df2 1
38
Sig. F Change ,000
38
Sig. F Change ,000
a. Predictors: (Constant), Pencapaian Kerja
c. Tingkat kekuatan (strength) Model Summary Change Statistics Model 1
R R Square ,877a ,769
Adjusted R Square ,762
Std. Error of the Estimate 5,50526
R Square Change ,769
F Change 126,168
df1
df2 1
a. Predictors: (Constant), Persuasi Dari Orang Lain
Dari data di atas diketahui bahwa koefisien determinan dari dimensi selfefficacy yaitu dimensi tingkat kesulitan tugas dengan R square sebesar 0,891 atau 80% tingkat kesulitan tugas dapat menjelaskan self-efficacy individu, dimensi luas bidang tingkah laku dengan R square sebesar 0,878 atau 87% luas bidang tingkat tingkah laku dapat menjelaskan self-efficacy individu, dan dimensi tingkat kekuatan dengan R square sebesar 0,880 atau 88% tingkat kekuatan dapat menjelskan self-efficacy individu. Dari ketiga dimensi diatas, dimensi yang paling mempengaruhi self-efficacy individu adalah dimensi tingkat kesulitan tugas, hal ini dapat disebabkan oleh individu yang sudah merasa berhasil akan memiliki self-efficacy yang tinggi ketika bertemu lagi dengan aktifitas yang sama sebelumnya dan jika tugas yang sulit dapat diselesaikan dengan baik, maka tugas yang tarafnya lebih rendah akan mudah di selesaikan dengan baik.
93
Penyesuaian Diri a. Kemampuan dan kekuatan fisik Model Summary Change Statistics Model 1
Adjusted R Square ,820
R R Square ,908a ,825
Std. Error of the Estimate 4,02059
R Square Change ,825
F Change 179,244
df1
df2 1
38
Sig. F Change ,000
38
Sig. F Change ,000
38
Sig. F Change ,000
38
Sig. F Change ,000
a. Predictors: (Constant), Kemampuan dan Kekuatan Fisik
b. Kecerdasan Model Summary Change Statistics Model 1
Adjusted R Square ,405
R R Square ,649a ,421
Std. Error of the Estimate 7,31728
R Square Change ,421
F Change 27,588
df1
df2 1
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan
c. Minat pada bidang Model Summary Change Statistics Model 1
R ,838a
Adjusted R Square ,694
R Square ,702
Std. Error of the Estimate 5,24804
R Square Change ,702
F Change 89,506
df1
df2 1
a. Predictors: (Constant), Minat Pada Bidang
d. Impian Model Summary Change Statistics Model 1
R R Square ,866a ,750
Adjusted R Square ,743
Std. Error of the Estimate 4,80656
R Square Change ,750
F Change 114,005
df1
df2 1
a. Predictors: (Constant), Impian
e. Keyakinan Model Summary Change Statistics Model 1
R R Square ,354a ,126
Adjusted R Square ,103
Std. Error of the Estimate 8,98973
R Square Change ,126
F Change 5,454
df1
df2 1
38
Sig. F Change ,025
a. Predictors: (Constant), Keyakinan
Dari data di atas diketahui bahwa koefisien determinan dari aspek-aspek penyesuaian diri yaitu aspek kemampuan dan kekuatan fisik dengan R square
94
sebesar 0,825 atau 82% kemampuan dan kekuatan fisik dapat menjelaskan penyesuaian diri individu, aspek kecerdasan dengan R square sebesar 0,421 atau 42% kecerdasan dapat menjelaskan penyesuaian diri individu, aspek minat pada bidang dengan R square sebesar 0,702 atau 70% dapat menjelskan penyesuaian diri individu. Dan aspek impian dengan R square sebesar 0,750 atau 75% dapat menjelaskan penyesuaian diri individu dan aspek keyakinan dengan R square sebesar 0,126 atau 12% dapat menjelaskan penyesuaian diri individu, Dari kelima aspek diatas, aspek yang paling mempengaruhi penyesuaian diri individu adalah aspek kemampuan dan kekuatan fisik, hal ini dapat disebabkan oleh individu yang sudah merasa punya kemampuan di bidangnya dan mempunyai fisik yang prima sehingga menjadi lebih mudah untuk menyesuaikan diri dimanapun, kapanpun dan dalam kondiei bagaimanapun karena selalu siap.
Tingkatan Faktor self efficacy yang mempengaruhi penyesuaian diri a. Tingkat kesulitan tugas – Penyesuaian Diri Model Summary Change Statistics Model 1
R R Square ,861a ,742
Adjusted R Square ,735
Std. Error of the Estimate 4,88512
R Square Change ,742
F Change 109,155
df1
38
Sig. F Change ,000
38
Sig. F Change ,000
df2 1
a. Predictors: (Constant), Model Prilaku
b. Luas Bidang Tingkah Laku – Penyesuaian Diri Model Summary Change Statistics Model 1
R R Square ,812a ,659
Adjusted R Square ,650
Std. Error of the Estimate 5,61378
R Square Change ,659
a. Predictors: (Constant), Pencapaian Kerja
c. Tingkat kekuatan – Penyesuaian Diri
95
F Change 73,433
df1
df2 1
Model Summary Change Statistics Model 1
R R Square ,775a ,601
Adjusted R Square ,591
Std. Error of the Estimate 6,07233
R Square Change ,601
F Change 57,239
df1
df2 1
38
Sig. F Change ,000
a. Predictors: (Constant), Persuasi Dari Orang Lain
Dari data di atas diketahui bahwa koefisien determinan dari aspek-aspek selfefficacy yaitu dimensi tingkat kesulitan tugas dengan R square sebesar 0,842 atau 84% pengaruh dan sumbangsihnya terhadap penyesuaian diri, dimensi luas bidang tingkah laku dengan R square sebesar 0,639 atau 63% pengaruh dan sumbangsihnya terhadap penyesuaian diri dan dimensi tingkat kekuatan dengan R square sebesar 0,651 atau 65% pengaruh dan sumbangsihnya terhadap penyesuaian diri. Dari ketiga dimensi self-efficacy diatas, dimensi yang paling mempunyai pengaruh dan sumbangsih yang tertinggi terhadap penyesuaian diri individu adalah dimensi tingkat kesulitan tugas
Tabel 4.21 Deskripsi Statistik Descriptive Statistics N Self Efficacy Penyesuaian DIri Valid N (listwise)
40 40 40
Minimum 50,00 50,00
Maximum 98,00 94,00
Mean 79,6000 79,1750
Std. Deviation 11,29511 9,48923
Dari deskripsi statistik diatas dapat di lihat bahwa secara rata-rata dapat digambarkan bahwa antara self efficacy dengan penyesuaian diri pada pekerja freelance outbound di PT. Selaras Inti Prima Indonesia berbanding lurus artinya jika
96
self efficacy nya menjadi positif maka penyesuaian dirinya pun menjadi positif dan jika self efficacy nya menjadi negatif maka penyesuaian dirinya menjadi negati
97
BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini berisi tentang kesimpulan, diskusi dan saran
5.1 KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan penyesuaian diri pada pekerja out bound PT Selaras Inti Prima Indonesia.(SIPI). Hal ini dapat dilihat dari karena r hitung lebih besar dari pada r table pada taraf signifikansi 1% yaitu 0,891>0,279 (sig>0,05) maka dari hasil korelasi tersebut dapat dilihat bahwa korelasi dari kedua variable bersifat negative, yaitu semakin tinggi self efficacy maka semakin tinggi pula penyesuaian diri pada pekerja freelance outbound PT Selaras Inti Prima Indonesia, dan begitu juga sebaliknya semakin rendah self efficacy maka semakin tinggi pula penyesuaian diri pada pekerja freelance outbound PT Selaras Inti Prima Indonesia.
5.2 DISKUSI Dari hasil penelitian, self-efficay dengan penyesuaian diri pada pekerja outbound freelance mempunyai hubungan yang signifikan hal ini didasarkan pada perhitungan correlation menggunakan program SPSS versi 15.0 (correlation product moment dari pearson terhadap skor self-efficacy dan skor penyesuaian diri)
98
Terdapatnya korelasi antara self-efficacy dengan penyesuaian diri ini menjelaskan bahwa semakin tinggi self-efficacy individu akan meningkatkan penyesuaian dirinya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Warsito (jurnal Psikologi, 2004). Oleh karena itu, untuk menciptakan penyesuaian diri yang diharapkan agar karyawan dapat bekerja dengan nyaman dan sesuai dengan harapan serta tuntutan perusahan, maka perusahaan harus lebih memperhatikan self-efficacy dari karyawan. Penurunan self-efficacy yang dialami karyawan dalam menjalankan pekerjaan akan berdampak negatif pada proses kerja yang harus dijalani. Hal ini didukung oleh pendapat Bandura (1991, 2-3) keyakinan terhadap kemampuan diri mempengaruhi individu dalam berpikir, merasa dan menentukan sutau tindakan. Jika self-efficacy individu dalam keadaan rendah, perilaku yang muncul tidak sesuai dengan target atau tujuan yang diharapkan sebelumnya mengakibatkan sulitnya penyesuaian diri terhadap lingkungan kerja. Individu akan merasa tidak sanggup untuk menjalankan tugas dengan baik atau menghindari tugas yang sulit, terfokus pada pribadi yang tidak efesien, khawatir mengalami kegagalan, stres, menjadi tertekan dan berpikir mengenai alasan kegagalan. Sebaliknya individu dengan self-efficacy yang tinggi akan lebih mudah dalam menentukan tindakan dan siap mengatasi hambatan kerja. Aktif memilih kesempatan yang paling baik, berani menetapkan tujuan, mencoba dengan keras, mampu memecahkan persoalan dengan kreatif, memperhatikan keberhasilan dan mampu membatasi stres. Dengan kemampuan tersebut individu akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Hal ini berarti tuntutan dan harapan
99
perusahaan lebih mudah terpenuhi. Sesuai dengan pendapat Feldman (1989), bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk memenuhi tuntutan dan tantangan yang diberikan oleh lingkungan dimana mereka berada. Sesuai dengan pendapat Feidman (1989, 68) penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk memenuhi tuntutan dan harapan yang diberikan oleh lingkungan dimana individu berada, dalam hal ini lingkungan kerja. Dengan kemampauan ini, berarti individu dapat memenuhi tuntutan dan harapan lingkungan tersebut. Belajar dari pengalaman, model perilaku, persuasi dari orang lain dan memahami fisik merupakan faktor dari self-efficacy, tetapi untuk melakukan seuatu tindakan yang lebih baik individu juga harus memiliki pengetahuan yang baik terhadap suatu pekerjaan termasuk perangkat yang secara langsung bersentuhan dalam menjalankan pekerjaan. Dalam uji perbedaan dengan menggunakan uji t (t-test) diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan self-effficacy antara laki-laki dan perempuan. Pada penyesuaian diri terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan lebih tinggi dalam penyesuaian diri dengan lingkunga kerja dibandingkan laki-laki, hal ini dapat disebabkan oleh karakter yang ada pada perempuan yang cenderung terbuka dari pada laki-laki. Pada
rentang
usia
tidak
membedakan
kemampuan
tingkat
self-efficacy
individu akan tetapi dalam hal penyesuaian diri rentan usia 28 – 35 tahun individu memiliki penyesuaian diri yang baik, hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan dalam menyelesaikan tugas kerja yang sudah berpengalaman, pemahaman yang baik terhadap kompetensi yang dimiliki dan persepsi yang akurat terhadap
100
lingkungan kerja.
Kondisi fisik yang baik dan adanya jalinan hubungan yang
supprotif juga memberikan kemudahan pada individu dalam memenuhi tuntutan dan harapan perusahaan. Kemapuan penyesuaian diri dilihat dari latar belakang pendidikan mempunyai perbedaan yang lebih besar dibandibng sel efficacy. Hal ini bisa disebabkan oleh pemahaman yang baik terhadap kemampuan akademis maupun non akademis, kemampuan yang baik dalam menyerap informasi dari lingkungan kerja dan impian yang tinggi untuk berkerja sehingga mempengarhi bagaimana individu menganalisis pekerjaan dan mempersepsikan lingkungan kerja dengan baik. Penyaluran minat terhadap bidang kerja juga mempengauhi bagaimana individu menyesuaikan dengan tuntutan dan harapan perusahaan. Pada sampel dengan masa kerja tidak adanya perbedaan tingkat self-efficacy dan penyesuaian diri. Hal ini dapat disebabkan oleh motivasi apa yang dimiliki oleh masing-masing individu, keinginan untuk constant and never ending emprovment self, dsb.
5.3 SARAN Peneliti ingin mengajukan beberapa saran untuk perbaikan dan penyempurnaan pada penelitian selanjutnya. 1. Sebaiknya sampel penelitian mencakup area dan jumlah yang lebih luas sehingga dapat dinyatakan sebagai suatu gambaran umum pekerja freelance 2.
Di sarankan juga penelitian lanjutan dengan mengkomparasikan berbagai hal tentang self efficacy dan penyesuaian diri
101
3. Penelitian lanjutan diharapkan dapat dilihat dengan lebih detail dan memperjelas definisi tentang pekerja freelance outbound dengan “produk jualan” yang lebih beragam
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120