PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE UNTUK MENGHINDARI FINANCIAL DISTRESS DENGAN VARIABEL KONTROL UKURAN PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDANAAN (Studi pada Perusahaan Go Publik Non Sektor Keuangan yang Listed di BEI)
Oleh Nidia Galuh Hendriani NIM: 107081001394
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011 M PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE UNTUK MENGHINDARI FINANCIAL DISTRESS DENGAN VARIABEL KONTROL UKURAN PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDANAAN
(Studi pada Perusahaan Go Publik Non Sektor Keuangan yang Listed di BEI)
Oleh Nidia Galuh Hendriani NIM: 107081001394
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011 M
PENGARUH PENERAPAN COKPORATE GOVERNANCE UNTUK MENGHINDARI FINANCIAL DIS TRESS DENGAI\ VARTABEL KOI\TROL UKURAN PERUSAHAAN DAI{ SUMBER PENDANAAN (Studi pada Ferusahaan Go publik Non Sektor Keuangan yang Listed di BEI)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Nidia Galuh Hendriani
NIM:
107081001394
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Dr. Ahmad Dumvati Bashori. i\{A NIP: 19100106200312 I 001
Pembimbing II
i\{uniatv Aisvah. N{N{ NIP: 19780307 20110i 2 003
UNI\/ERSITAS ISLANI NEGERI SYARIF' IIIDAYATULLAH JAI{.4.RTA 1432 Ht2011I)r
\
LENIBAR PENGESAHAN UJIAN KOI\{PREI{EI{SIF'
Hari ini, Rabu, 25
Ap'il
2011 telah dilakukan
ujian
Kompreirensif
atas
mahasiswa:
:Nidia Galuh Hendriani 1 Nama 2. NIM :107081001394 3. Jurusan : Manajemen 4. Judul Skripsi :pENGARUH PENERAPAN
COR\ORATE
GOI/ERNAIICd UNTUK MENGHINDARI FINANCIAL
DISTRESS DENGAN VARIABEL KONTROL
UKURAN PERUSAHAAN DAN
SUMBER
PENDANAAN (Studi pada perusahaan Go publik Non Sektor Keuangan yang Listed di BEI). Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan rurus dan diberi kesempatan untuk melanjutan ke tahap Ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonom i pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis ljniversitas Islam Negeri Sy.arif Hidayatullah I akarta. Jakarta, 25
l.
Apil20ll
Prof, Dr. Ahmad Rodoni
NIP. 19690203 200112
2.
|
003
Leis Suzanawaty, SE, M.Si.
NIP. 19720809 200s01 2 004
,--I: &4, -#-' Ketua
M^r
,
Sekretaris
I
3.
Titi Dewi Warninda,
SE. M.Si.
NIP. 19731221200s01 2 002
Penguji Ahli
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Rabu, 8 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama
2. NIM 3. Jurusan 4. Judul Skripsi
Nidia Galuh Hendriani
07081001394 Manajemen PENGARUH PENERAPAN COftP O RATE GOVERNANCE LTNTUK MENGHINDARI FINANCIAL D/SZRESS DENGAN VARIABEL KONTROL UKURAN PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDANAAN (StUdi Pada Perusahaan Go Publik Non Sektor Keuangan yang Listed di BED Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1
Jakarta,8 Juni 2011
1.
2.
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NrP. 19s706t7 r98s03 r 002
Suhendra, S.Ag,
Ketua
MM
NIP. 1971t206200312
1 001
3.
Indo YamaNasaruddin, SE, MAB NIP. 19741r27 200ll2I 002
4.
Dr. Ahmad Dumyati Bashori, MA
NrP. 19700106200312
1 001
5. Muniaty Aisyah, MM NrP. 19780307 201101 2 003
Sekretaris
Pembimbing I
a{,'wy Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nidia Galuh Hendriani
Nama
No. Induk Mahasiswa
1
0708 1 001 934
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan mempertanggu
n
gj
dan
awabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin
dari pemilik karya.
4. 5.
Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data' ini' Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
telah melalui .likalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan bahwa saya telah pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan berdasarkan aturan yang melanggar pernyatan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi Jakarta' berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya'
cinut{,
20 M3l 2011
'Tqhffi
w
"'':_'''"'*'Y'."'!d091 D9AAF4561
rw-.
uu-"v,"p$
\.
Q.{idia Galuh Henoriani)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI Nama
: Nidia Galuh Hendriani
Tempat / Tanggal Lahir
: Jakarta, 27 Agustus 1989
Agama
: Islam
Alamat
: Komp. Villa Mutiara JL. Mutiara III Blok: KK no. 24, Sawah Baru, Ciputat, Tangerang.
Telp / Hp
: (021) 7412571/085780078991
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 2007-2011
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2004-2007
: SMAN 29 Jakarta
2001-2004
: SMPN 161 Jakarta
1995-2001
: SDN Ciputat VI
ii
ABSTRACT There were some researches who analyze about prediction of firm financial distress which used companies financial ratio as the variable, but few researches which used corporate governance data as the variable. The financial distress condition hapenned before bankruptcy. The purpose of this research was to know the influenced of corporate governance to financial distress. This research used binary logistic regression, a hypothesis which showed that corporate governance influenced financial distress. The variable to proxy for corporate governance used in this research was managerial ownership, institutional ownership, the shareholding of the second largest shareholder, the number of board directors, public ownership, founder participation, and ownership dispersion. The sample consisteed of 10 companies which were delisted from 2005 until 2008 and 31 companies listed from 2001 until 2005, which choosen by the purposive sampling method. From the result of this sudy showed that variables of corporate governance simultaneously influenced financial distress and partially also influenced finacial distress as shoen by intitutional ownership, the shareholding of the second largest sharholder, and ownership dispersion”. Keywords : corporate governance, financial distress, and binary logistic regression.
iii
ABSTRAK Telah banyak penelitian yang meneliti tentang prediksi financial distress pada perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan perusahaan sebagai variabel, tetapi sedikit yang menggunakan data corporate governance sebagai variabelnya. Kondisi financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh corporate governance terhadap financial distress. Penelitian ini menggunakan regresi logistik binary, dimana hipotesisnya menunjukkan bahwa corporate governance mempengaruhi financial distress. Variabel corporate governance yang digunakan sebagai proksi dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri, dan penyebaran kepemilikan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 perusahaan yang delisted pada tahun 2005 sampai 2008 dan 31 perusahaan yang masih terdaftar dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 yang dipilih dengan metode purposive sampling. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel corporate governance berpengaruh terhadap financial distress dan secara parsial juga berpengaruh terhadap financial distress yang ditunjukkan oleh variabel “kepemilikian institusional, pemegang saham terbesar kedua, dan penyebaran kepemilikan”. Kata kunci: corporate governance, financial distress dan regresi logistik binary.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Meskipun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Papah dan Mamah tercinta, Bapak H. Pansuri dan Ibu Hj. Hendriyati yang selalu memberi dukungan, baik moril maupun materil tanpa henti pada penulis. Terima kasih untuk papah dan mamah atas kasih sayang dan cinta serta doa yang tidak pernah putus dan selalu setia mendampingi saat penulis mulai kehilangan semangat. Semua jerih payah ini, penulis dedikasikan selalu untuk Papah dan Mamah. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan satu Uin Jakarta. 4. Bapak Dr. Ahmad Dumyati Bashori, LC, MA, selaku Dosen Pembimbing utama dan Ibu Muniaty Aisyah, MM selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Terima kasih kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uin Jakarta. v
6. Kakak dan Adik tersayang, Hizratul Chairita, Nadia Galuh Hendriana, dan Emma Silmy Akmaliya, yang selalu memberi semangat serta dukungannya kepada penulis. Terima kasih Booya, ayu, mimi. 7. Bimo Ali Guntoro, terima kasih untuk support semangat dan bantuannya kepada penulis. 8. Sahabat-sahabat penulis, Pingkan Prawitasari, Wulan Praditasari, Achmad Wirman Chauzi, Bangga Syahmadan, dan M. Doli terima kasih atas semua semangat, dukungan dan waktu-waktu yang menyenangkan selama ini. 9. Sahabat-sahabat Manajemen Keuangan B angkatan 2007 (agus, ria, rizki, adit, bimo, ariyanto, emily, elvin, umi, dedi, lingga, andri, dery, dll) terima kasih untuk semangat dan untuk waktu yang menyenangkan yang telah kita lewati bersama. 10. Sahabat-sahabat Manajemen B angkatan 2007 (zadi, dini, novi, chaca, ayucil, haikal, adisu, jeje, dll), terima kasih untuk waktu-waktu yang telah kita lewati bersama. 11. Para staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta; staf administrasi, keuangan dan perpustakaan. 12. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis baik moril maupun materil, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, Mei 2011 Penulis
Nidia Galuh Hendriani vi
DAFTAR ISI
Hal COVER COVER Dalam LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................
ii
ABSTRACT......................................................................................................
iii
ABSTRAK........................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR......................................................................................
v
DAFTAR ISI.....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Penelitian……………………………………..
1
B.
Perumusan Masalah……………………………………….......
9
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitiaan………………………………
9
1. Tujuan Penelitian………………………………………..
9
2. Manfaat Penelitian………………………………………
9
BAB II LANDASAN TEORI A. Good Corporate Governance, Financial Distress 1. Good Corporate Governance………………….........................
11
1.1 Pengertian Good Corporate Governance…………….…….
11
1.2 Latar Belakang Good Corporate Governance………………
14
1.3 Prisip Utama Good Corporate Governance..……… ………
16
vii
1.4 Manfaat Good Corporate Governance………....…………..
20
1.5 Tahap-tahap Penerapan Corporate Governance……..……..
21
1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Good Corporate Governance………………………………… 26 1.7 Struktur Corporate Governance di Indonesia........................... 28 1.8 Mekanisme Good Corporate Governance................................ 29 1.9 Perkembangan Good Corporate Governance di Indonesia.....
36
2. Financial Distress (Kesulitan Keuangan) Perusahaan..................
37
2.1 Definisi Financial Distress......................................................
37
2.2 Penyebab Financial Distress Perusahaan................................. 43 2.3 Akibat Dari Financial Distress................................................
46
3. Perseroan Terbatas.........................................................................
47
4. Hubungan Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) dengan Kesulitan Keuangan (Financial Distress)……………….. 50 5. Variabel Kontrol dalam Financial Distress.................................... 51 B. Penelitian Terdahulu……………………...........................................
59
C. Kerangka Pemikiran…………………………………………………
61
D. Hipotesis…………………………………………………………….
63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Ruang Lingkup Penelitian………………………………………
64
B.
Metode Penentuan Sampel……………………………………..
65
C.
Metode Pengumpulan Data…………………………………….
69
D.
Metode Analisis………………………………………………..
70
E.
Definisi Operasional Variabel Penelitian...................................
75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Sekilas gambaran Objek Penelitian..............................................
79
1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia (BEI).......................
79
2. Deskripsi Objek Penelitian.......................................................
81
viii
B.
Analisis dan Pembahasan.............................................................
88
1. Analisis Statistik Deskriptif.....................................................
88
2. Analisis Regresi Logistik Binary……………..........................
93
3. Hasil Pengujian Hipotesis...................................... ...................
100
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A.
Kesimpulan………………………………….……..........….…..
118
B.
Saran………………………………………………………....…
119
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….................
120
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
Tabel 3.1
Sampel perusahaan yang mengalami financial distress................... 66
Tabel 3.2
Sampel perusahaan yang tidak mengalami financial distress.......... 67
Tabel 4.1
Distribusi perusahaan yang mengalami delisted.............................. 82
Tabel 4.2
Distribusi perusahaan yang sehat.................................................... 83
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Ukuran dewan Direksi secara keseluruhan.... 84
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Partisipasi Pendiri secara Keseluruhan.......... 85
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Penyebaran Kepemilikan secara Keseluruhan.......................................................................... 86
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi Sumber Pendanaan secara Keseluuruhan....... 87
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik Deskriptif..........................................................
Tabel 4.8
Hosmer and Lemeshow Test........................................................... 94
Tabel 4.9
Overall Model Fit Test..................................................................... 95
Tabel 4.10
Model Summary.............................................................................. 96
Tabel 4.11
Variables in the Equation................................................................ 99
Tabel 4.12
Hasil Analisis Regresi Logistik...................................................... 117
x
88
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Hal
Gambar 2.1
Struktur Corporate Governance di Indonesia................................ 29
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran....................................................................... 62
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Hal
Lampiran 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif..............................................
124
Lampiran 2
Hasil Uji Regresi Logistik.................................................. 125
Lampiran 3
Data variabel Kepemilikan Manajerial (dalam persentase).............................................................. 130
Lampiran 4
Data variabel Kepemilikan Institusional (dalam persentase).............................................................. 132
Lampiran 5
Data variabel Pemegang Saham Terbesar Kedua (dalam persentase)............................................................. 134
Lampiran 6
Data Variabel Ukuran Dewan Direksi (dummy variabel).. 136
Lampiran 7
Data Varaibel Kepemilikan Publik (dalam persentase)....
138
Lampiran 8
Data Variabel Partisipasi Pendiri (dummy variabel).........
140
Lampiran 9
Data Variabel Penyebaran Kepemilikan (dummy variabel)...............................................................
142
Lampiran 10 Data Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan (dalam logaritma natural total asset)..................................
144
Lampiran 11 Data Variabel kontrol Sumber Pendanaan (dummy variabel)................................................................ 146 Lampiran 12 Data variabel dependen kondisi financial distress perusahaan (dummy variabel).............................................. 148
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Dunia bisnis yang semakin berkembang memicu pelaku bisnis untuk berusaha menjadi lebih baik dalam menjalankan fungsi manajemen perusahaannya. Fungsi manajemen tersebut meliputi planning, organizing, leading, dan controlling. Dengan menjalankan fungsi manajemen secara baik, maka kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, perusahaan dapat mencapai laba yang optimal dan dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya sehingga memperoleh kepercayaan dari stakeholders. Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Namun di lain pihak manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda terutama dalam hal peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang akan diterima. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan investor, maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan. Oleh karenanya dibutuhkan adanya suatu perlindungan
1
terhadap berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (Almilia dan Sifa, 2006). Hui dan Jing Jing (2008) sekalipun perusahaan secara umum berjalan mulus, biasanya mengalami periode financial distress. Kesulitan keuangan biasanya dianggap sebagai situasi yang memalukan karena tidak mampu membayar beban atau hutang jatuh tempo karena masalah likuiditas, equity/modal yang tidak cukup, kegagalan dalam debt/utang dan kurangnya aktiva lancar. Biaya financial distress ada dua yaitu biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung meliputi berkurangnya asset yang disebabkan konflik antara pemilik dan kreditor, biaya legal dan biaya administratif lainnya. Plat dan Plat (2002) mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi (Almilia, 2006:1). Penelitian mengenai sistem atau metode guna memberikan peringatan dini (early warning) tentang terjadinya financial distress telah banyak dilakukan, dimana sistem ini memberikan peringatan berdasarkan isi dari laporan keuangan dan informasi lain yang terkait. Namun laporan keuangan biasanya bersifat ex-post dan juga telah mengalami proses window dressing agar bisa tampil cantik dan memenuhi harapan pemegang saham. Maka kita perlu mencari sumber informasi lain yang bersifat ex-
2
ante agar mampu digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress (Tsun Siou Lee dan Yin Hua yeh, 2001). Penelitian Wijanti (2007) menyatakan bahwa perusahaan perlu memahami pentingnya faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kondisi kesulitan keuangan (financial distress) yang pada akhirnya dapat menyebabkan berhentinya operasi suatu perusahaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah besarnya hutang yang dipakai, baik buruknya pengelolaan perusahaan serta memahami ciri industri. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) tahun 2001, Tata kelola perusahaan atau sering disebut sebagai corporate governance telah diyakini sebagai salah satu faktor utama yang menimbulkan krisis
finansial Asia di tahun 1997.
FCGI
juga
mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (Masruddin, 2007). Daniri (2005) menyatakan bahwa sulit dipungkiri selama sepuluh tahun terakhir ini, istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi terhormat. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan 3
untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG (Kaihatu,2006). Di lain pihak Johson, Boone, Breach dan Friedman (1999) menyatakan bahwa variabel-variabel corporate governance lebih mampu dalam menjelaskan terjadinya krisis ekonomi 1997 daripada variabelvariabel ekonomi makro. Mereka juga menunjukkan bahwa prospek ekonomi yang kurang cerah membuat masalah agensi menjadi makin parah, dan selanjutnya membuat bursa saham crash dan terjadi depresiasi terhadap mata uang, terutama pada negara-negara yang penerapan corporate governancenya lemah (Masruddin, 2007). Claessens, Djankov dan Ferri (1999) dalam Wijantini (2007), menyatakan masalah tata kelola perusahaan muncul karena lemahnya struktur pengawasan perusahaan terutama kurangnya pengawasan dari pemegang saham, dewan komisaris dan bank kreditur. Tingginya konsentrasi kepemilikan dan struktur kepemilikan yang berorientasi pada hubungan keluarga mengakibatkan keputusan stratejik perusahaan masih berada pada anggota keluarga. Sekalipun bukti empiris yang ada mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa corporate governance yang lemah akan cenderung untuk mengurangi nilai korporat, namun masih belum jelas apakah 4
corporate governance yang lemah akan menimbulkan peluang bagi terjadinya financial distress. Financial distress bisa menimbulkan kepailitan, likuidasi atau perubahan-perubahan signifikan pada kendali yang bisa memangkas aliran dari besarnya sewa yang diperkirakan akan dihasilkan oleh ekspropriasi. Pada umunya, pihak controlling shareholder cenderung akan mengalihkan kekayaan bagi kepentingannya sendiri semaksimal mungkin (Masruddin, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko dari financial distress antara lain: sensitivitas pendapatan perusahaan terhadap aktivitas ekonomi secara keseluruhan, proporsi biaya tetap terhadap biaya variabelnya, likuiditas dan kondisi pasar dari asset perusahaan, kemampuan kas terhadap bisnis perusahaan. Dengan diadakannya penelitian tentang financial
distress
mengidentifikasikan
dapat bahkan
digunakan
sebagai
memperbaiki
kondisi
sarana krisis
untuk atau
kebangkrutan. Sudah banyak peneliti yang sudah melakukan penelitian tentang prediksi financial distress pada perusahaan-perusahaan. Penelitian dalam memprediksi financial distress banyak informasi yang dapat dijadikan bahan acuan seperti dengan menggunakan variabel-variabel akuntansi maupun dengan menggunakan variabel corporate governancenya.
5
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Tsun-Siou Lee dan Yin-Hua Yeh pada tahun 2001, mereka meneliti tentang Corporate Governance and Financial Distress:Evidances from Taiwan. Dalam penilitian ini mereka meneliti tentang hubungan corporate governance dan financial distress dengan mengambil sampel negara yaitu perusahaan-perusahaan publik yang berada di Taiwan. Dengan menggunakan variabel corporate governance, mereka menyimpulkan bahwa perusahaan publik di Taiwan biasanya dikendalikan oleh keluarga. Variabel corporate governance yang digunakan adalah variabel struktur kepemilikan dan komposisi dewan. Hasil dari penelitian mereka membuktikan bahwa variabel-variabel tersebut di atas positif berkaitan dengan risiko kesulitan keuangan. Penelitian lain diteliti oleh Masruddin tahun 2007, beliau meneliti tentang Pengaruh Corporate Governance terhadap Financial Distress (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEJ). Dalam penelitian ini variabel-variabel corporate governance yang digunakan adalah rasio saham yang dimiliki manajer (kepemilikan manajerial), rasio saham yang dimiliki institusi (kepemilikan institusional), besarnya andil pemegang saham terbesar kedua, partisipasi pendiri, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, penyebaran kepemilikan. Dari penelitian ini menemukan bahwa variabel-variabel corporate governance secara simultan dapat mempengaruhi financial distress dan secara parsial juga dapat mempengaruhi financial distress yang terbukti pada variabel ukuran dewan direksi, partisipasi pendiri, dan kepemilikan publik. 6
Bukti-bukti
ini
mengindikasikan
bahwa
variabel-variabel
corporate governance dapat menjadi bahan penelitian dalam memprediksi akan terjadinya financial distress. Berdasarkan latar belakang masalah mengenai pengaruh corporate governance terhadap fianancial distress peneliti tertarik untuk meneliti financial distress dengan menggunakan variabel-variabel corporate governance berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, sampel yang digunakan adalah perusahaan go public non sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Masruddin (2007) yang melakukan penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu yaitu : Claessens, Djankov dan Klapper (1999) dan Tsun Sion Lee dan Yin Hua Yeh (2001). Adapun perbedaan penelitian terletak pada periode tahun dan sektor industri yang diteliti. Jika dalam penelitian sebelumnya Masruddin (2007) menggunakan sampel industri manufaktur dengan periode tahun 1996 sampai 2002, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan go publik non sektor keuangan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia dengan periode tahun 2001 sampai 2008. Kemudian variabel corporate governance yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi,
kepemilikan
publik,
partisipasi
pendiri,
dan
penyebaran
kepemilikan. Variabel corporate governance digunakan sebagai variabel 7
independen dan variabel dependen terdiri dari 2 kategori diantaranya (0) sebagai perusahaan yang mengalami financial distress dan (1) sebagai perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Untuk membatasi masalah agar tidak terlalu luas pembahasannya maka peneliti membatasi masalah pada pembagian kriteria sampel yang digunakan, yaitu : 1.
Perusahaan go publik non sektor keuangan yang delisted di BEI pada tahun 2008, 2007, 2006, dan 2005
2.
Perusahaan go publik non sektor keuangan yang memiliki laporan keuangan lima tahun terakhir sebelum delisted Sebagai sampel pembanding adalah perusahaan go publik non
sektor keuangan yang masih terdaftar (listed) di BEI yang memiliki laporan keuangan lima tahun terakhir, yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Data laporan keuangan tahun 2001-2005 merupakan data yang akan diolah.
8
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu yang dikemukakan sebelumnya terlihat terdapat beberapa variabel corporate governance yang dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh financial distress suatu perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti ingin menemukan bukti pengaruh bahwa dengan menggunakan variabel corporate governance dapat memprediksi financial distress. Maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Apakah terdapat pengaruh corporate governance terhadap financial distress?”
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh penerapan corporate governance untuk meghindari financial distress.
2.
Manfaat Penelitian a.
Bagi Perusahaan Go Publik Memberikan penerapan
informasi Good
bagi
Corporate
perusahaan
mengenai
Governance
dalam
memprediksi financial distress, serta diharapkan dapat menjadi masukan untuk memprediksi financial distress serta
diharapkan
dapat
menjadi
masukan
untuk 9
memperbaiki kelemahan perusahaan dan meningkatkan kemajuan yang telah dicapai oleh perusahaan. b.
Bagi Investor Investor dapat mengambil keputusan yang menyangkut investasinya dengan melihat penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan untuk memprediksi financial distress.
c.
Bagi Institusi Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang manajemen keuangan dan sebagai perbandingan untuk penelitian sejenis selanjutnya.
d.
Bagi Peneliti Peneliti mengetahui bagaimana pengaruh dari variabel corporate governance
yang dapat
digunakan untuk
memprediksi financial distress suatu perusahaan dan sebagai media pembelajaran bagi penulis guna memperoleh pengetahuan yang lebih luas khususnya di dalam bidang manajemen keuangan.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Good Corporate Governance, Financial Distress dan Perseroan Terbatas 1. Good Corporate Governance 1.1 Pengertian Good Corporate Governance Komite Cadbury (1992) mendefinisikan corporate governance sebagai: Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan
dengan
tujuan,
agar
mencapai
keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan
peraturan
kewenangan
pemilik,
direktur,
manajer,
pemegang saham, dan sebagainya (Surya dan Yustiviandana, 2008:24). Pengertian corporate governance menurut Turnbull report di Inggris (April 1999) yang dikutip oleh Tsuguoki Fujinuma (2003) dalam Effendi (2008:1) adalah sebagai berikut :
11
“Corporate governance is a company’s system of internal control, which has as its principal aim the management of risks that are significant to the fulfillment of its business objectives, with a view to safe guarding the company’s assets and enhancing over time the value of the shareholders investment”. (Berdasarkan pengertian di atas, corporate governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang). Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002 dalam Surya dan Yustiavandana (2008:25), corporate governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Center for European Policy Studies (CEPS), mendefinisikan Good Corporate Governance merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses, serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan. Sebagai
12
catatan, hak di sini adalah hak seluruh stakeholders, bukan terbatas kepada shareholders saja (James D. Wolfensohn, 1999). Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan good corporate governance (GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan
nilai
ekonomi
jangka
panjang
yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan (Effendi, 2008:1). Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance yaitu (James D. Wolfensohn, 1999): 1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder lainnya. 2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan asset perusahaan. 3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya. Good Corporate Governance secara singkat dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi 13
para pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan karena good corporate governance dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan dan profesional.
1.2 Latar Belakang Good Corporate Governance Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance tahun 2006, menjelaskan bahwa: Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKG) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko
Ekuin
Nomor:
KEP/31/M.EKUIN/08/1999
telah
mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang pertama. Pedoman tersebut telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun 2001. Berdasarkan pemikiran bahwa suatu sektor ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang sama, maka pada awal tahun 2004 dikeluarkan Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia dan pada awal tahun 2006
dikeluarkan
Pedoman
Perasuransian Indonesia.
Good
Sejak
Corporate
Governance
Pedoman Good Corporate
Governance dikeluarkan pada tahun 1999 dan selama proses pembahasan pedoman Good Corporate Governance sektor perbankan dan sektor perasuransian, telah terjadi perubahanperubahan yang mendasar, baik di dalam negeri maupun luar 14
negeri.
Walaupun
peringkat
penerapan
Good
Corporate
Governance di dalam negeri masih sangat rendah, namun semangat menerapkan Good Corporate Governance di kalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan. Perkembangan lain yang penting dalam kaitan dengan perlunya penyempurnaan Pedoman Good Corporate Governance adalah adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang di Indonesia berkembang menjadi krisis mutidimensi yang berkepanjangan. Krisis tersebut antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten, khususnya belum diterapkannya etika bisnis. Oleh karena itu, etika bisnis dan pedoman perilaku menjadi hal penting yang dituangkan dalam bab tersendiri. Di luar negeri terjadi pula perkembangan dalam penerapan Good Corporate Governance. Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) telah merevisi Principles of Corporate Governance pada tahun 2004. Tambahan penting dalam pedoman baru Organisation for Economic Cooperation and Development adalah adanya penegasan tentang perlunya penciptaan kondisi oleh pemerintah dan masyarakat untuk dapat dilaksanakannya Good Corporate Governance secara efektif.
15
Dengan latar belakang perkembangan tersebut, maka pada bulan November 2004, Pemerintah dengan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 telah menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Dengan telah dibentuknya Komite Nasional Kebijakan Governance,
maka
Keputusan
KEP/31/M.EKUIN/08/1999
tentang
Menko
Ekuin
Nomor:
pembentukan
Komite
Nasional Kebijakan Corporate Governance dinyatakan tidak berlaku lagi.
1.3 Prinsip Utama Good Corporate Governance Asas-asas dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi adalah sebagai berikut (www.kpk.go.id) : a.
Keterbukaan Informasi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga 16
hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya b.
Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan
harus
dapat
mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan
perusahaan
dengan
tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. c.
Pertanggungjawaban (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
d.
Kemandirian (Independency) Suatu
keadaan
profesional
dimana
tanpa
perusahaan
benturan
dikelola
secara
kepentingan
dan
pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai
17
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. e.
Kestaraan dan Kewajaran (Fairness) Dalam
melaksanakan kegiatannya,
perusahaan
harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. Asas-asas dasar good corporate governance ini diharapkan menjadi titik rujukan bagi para regulator (pemerintah) dalam membangun
framework
bagi
penerapan
good
corporate
governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal asas-asas ini dapat menjadi guaidance atau pedoman dalam mengelaborasi best practices bagi peningkatan nilai dan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2007 prinsip-prinsip Good Corporate Governance harus mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut (Dyah dan Budi, 2007): a.
Transparansi Yaitu keterbukaan yang diwajibkan oleh Undang-Undang seperti misalnya mengemukakan pendirian PT dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia ataupun Surat Kabar. Serta keterbukaan yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam 18
hal
penerapan
management
keterbukaan,
informasi
kepemilikan Perseroan yang akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada shareholders maupun stakeholder. b.
Akuntabilitas Adanya keterbukaan informasi dalam bidang finansial dalam hal ini ada dua pengendalian yang dilakukan oleh direksi dan komisaris. Direksi menjalankan operasional perusahaan, sedangkan komisaris melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan oleh direksi, termasuk pengawasan keuangan. Sehingga sudah sepatutnya dalam suatu perseroan, Komisaris Independent mutlak diperlukan kehadirannya.
Sehingga
adanya
jaminan
tersedianya
mekanisme, peran dan tanggung jawab jajaran manajemen yang profesional atas semua keputusan dan kebijakan yang diambil
sehubungan
dengan
aktivitas
operasional
perusahaan. c.
Responsibility Pertanggungjawaban perseroan baik kepada shareholders maupun stakeholder dengan tidak merugikan kepentingan para shareholders maupun anggota masyarakat secara luas. Yang ditekankan dalam UU ini perseroan haruslah berpegang pada hukum yang berlaku.
19
d.
Fairness Prinsip keadilan menjamin bahwa setiap keputusan dan kebijakan yang diambil adalah demi kepentingan seluruh pihak
yang
berkepentingan
baik
itu
pelanggan,
shareholders ataupun masyarakat luas.
1.4 Manfaat Good Corporate Governance Penerapan corporate governance memberikan empat manfaat (FCGI, 2001), yaitu: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan
meningkatkan
keputusan
efisiensi
yang
perusahaan,
lebih
baik,
serta
lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigit (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan
karena
sekaligus
akan
meningkatkan
shareholders’s values dan dividen.
20
Menurut Tri Gunarsih (2003), esensi corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui superfisi atau pemantauan
kinerja
manajemen
dan
adanya
akuntabilitas
manajemen terhadap shareholders dan pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan yang berlaku. Untuk meningkatkan akuntabilitas, antara lain diperlukan auditor, komite audit, serta remunerisasi eksekutif. Good Corporate Governance memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan berjalan efektif sehingga tercipta mekanisme checks and balances di perusahaan (Vinanta, 2010). Manfaat bagi perusahaan Publik yang menerapkan Good Corporate Governance adalah (Suhendah, 2003) : a.
Terciptanya suatu pola hubungan yang baik dan terbuka antara manajer dan karyawan dalam rangka meningkatkan kinerja masing-masing untuk mencapai tujuan perusahaan.
b.
Membentuk keseimbangan antara karakter dan kapabilitas setiap individu dalam perusahaan.
1.5 Tahap-tahap Penerapan Corporate Governance Menurut Chinn (2000) dan Shaw (2003) dalam Kaihatu (2006), pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan
Good
Corporate
Governance
menggunakan
pentahapan berikut : 21
a.
Tahap Persiapan Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama: 1) awareness building, 2) Good Corporate Governance assessment, dan 3)
Good
Corporate
Governance
manual
building.
Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting Good Corporate Governance dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk
kegiatan
lokakarya,
dapat
dilakukan
dan diskusi kelompok.
melalui
seminar,
Good Corporate
Governance Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penetapan Good Corporate Governance saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal level penerapan Good Corporate Governance dan untuk mengidentifikasi
langkah-langkah
yang
tepat
guna
mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan Good Corporate Governance secara efektif. Dengan kata lain, Good Corporate Governance assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa yang perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk 22
mewujudkannya. Good Corporate Governance manual building, adalah langkah berikut setelah Good Corporate Governance assessment dilakukan. Berdasarkan
hasil
pemetaan
tingkat
kesiapan
perusahaan dan upaya indentifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi Good Corporate Governance dapat disusun. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. b.
Tahap Implementasi Setelah perusahaan memiliki Good Corporate Governance manual, langkah selanjutnya adalah memulai implementasi di perusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yakni : 1. Sosialisasi,
diperlukan
untuk
memperkenalkan
kepada seluruh perusahaan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi Good Corporate Governance
khususnya
mengenai
pedoman
penerapan Good Corporate Governance. Upaya sosialisai perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada di bawah pengawasan direktur utama atau salah satu direktur
23
yang ditunjuk sebagai Good Corporate Governance champion di perusahaan. 2. Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman Good Corporate Governance yang ada, berdasar roadcamp yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach yang melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula
upaya
manajemen
perubahan
(change
management) guna mengawal proses perubahan yang
ditimbulkan
oleh
implementasi
Good
Corporate Governance. 3. Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk
memperkenalkan
Governance
di
dalam
perusahaan
kerja,
Good seluruh
dan
Corporate proses
berbagai
bisnis
peraturan
perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan Good Corporate Governance bukan sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar-benar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan.
24
c.
Tahap Evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan Good Corporate Governance telah dilakukan dengan
meminta pihak
independen
melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik Good Corporate Governance yang ada. Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan yang
melakukan
scoring.
Evaluasi
dalam
bentuk
assessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatory misalnya seperti yang diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi Good Corporate Governance sehingga dapat mengupayakan
perbaikan-perbaikan
yang
perlu
berdasarkan rekomendasi yang diberikan.
25
1.6 Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Keberhasilan
Good
Corporate Governance Menurut James D. Wolfensohn, President of the World Bank, c. (1999), keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri. Terdapat dua faktor yang memegang peranan, yaitu: 1) Faktor Eksternal Yang dimakud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Diantaranya: a.
Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b.
Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahan yang diharapkan dapat pula melaksanakan
Good
Governance
dan
Clean
Government menuju Good Government Governance yang sebenarnya. c.
Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices)
yang dapat
menjadi standar
pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan).
26
d.
Terbangunnya
sistem
tata
nilai
sosial
yang
mendukung penerapan GCG di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela. e.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik dimana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan
dapat
dikatakan
bahwa
perbaikan
lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam implementasi GCG. 2) Faktor Internal Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain: a.
Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang
mendukung
penerapan
GCG
dalam
mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan. 27
b.
Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG.
c.
Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG.
d.
Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e.
Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.
1.7 Struktur Corporate Governance di Indonesia Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun 1995 yang menyatakan
bahwa
anggota
dewan
direksi
diangkat
dan
diberhentikan oleh RUPS (pasal 80 ayat 1 dan pasal 91 ayat 1), demikian
juga
anggota
dewan
komisaris
diangkat
dan
diberhentikan oleh RUPS (pasal 95 ayat 1 dan pasal 101 ayat 1). Dengan adanya struktur yang demikian, maka baik dewan komisaris maupun dewan direksi bertanggungjawab terhadap 28
RUPS (kedudukannya sejajar). Gambar 2.1 di bawah ini menunjukan struktur CG di Indonesia. Gambar 2.1 Sumber : Tjager dkk (2003) dan Syakhroza (2005) dalam Arifin (2005) General Meetings of Shareholders (RUPS)
Board of Commissioners (Dewan Komisaris) Board of Director (Dewan direksi)
Management
1.8 Mekanisme Good Corporate Governance Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil
keputusan
dengan
pihak
yang
melakukan
kontrol/pengawasan terhadap keputusan tersebut. Mekanisme governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi berjalannya
29
sistem governance dalam sebuah organisasi (Walsh dan Seward, 1990). Menurut Bamhari dan Rosenstein (1998) dalam Midiastuty dan Machfoeds
(2003),
mengemukakan
mekanisme
corporate
governance meliputi mekanisme internal, seperti adanya struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif; dan mekanisme eksternal, seperti pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan istitusional, dan tingkat pendanaan dengan hutang (debt financing) (Iqbal dan Fachriyah, 2007:38). 1. Rapat Umum Pemegang Saham Rapat Umum Pemegang Saham merupakan organ yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam struktur kepengurusan perusahaan. Rapat Umum Pemegang Saham mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau komisaris seperti melakukan pengambilan keputusan
tentang
pengubahan
Anggaran
Dasar
Perusahaan, penggabungan, pelaburan, pengambilalihan, kepailitan, dan pembubaran Perseroan. Wewenang tersebut pada dasarnya hanya dibatasi oleh UU PT dan Anggaran dasar Perusahaan.
30
2. Kepemilikan Institusional Menurut Diyah Kusumawaty (2008), Sifat masalah keagenan secara langsung berhubungan dengan struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan yang tersebar tidak akan memberikan insentif kepada pemilik untuk memonitor pengelolaan manajemen. Hal ini disebabkan para pemilik akan menanggung sendiri biaya pengawasan (monitoring cost), sehingga semua pemilik akan menikmati manfaat (Riska Septiana, 2010:34). Menurut Faisal (2005) dalam Diyah Kusumawaty (2008) menemukan hubungan yang berlawanan antara kinerja saham dan kepemilikan saham institusional. Perusahaaan dengan kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan
kemampuannya
untuk
memonitor
manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional, maka pemanfaatan aktiva perusahaan semakin efisien. Dengan demikian, proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen. 3. Kepemilikan Manajerial Menurut Chen dan Steiner (1999) dalam Nuringsih (2005), manajer mendapat kesempatan untuk terlibat pada kepemilikan saham dengan tujuan untuk mensetarakan 31
dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan
menghasilkan
kinerja
yang
baik
serta
mengarahkan dividen pada tingkatan yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan memiliki sumber dana internal relatif tinggi. Proksi managerial ownership menggunakan persentase kepemilikan manajer dan direktur terhadap total common stock outstanding. Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai dewan komisaris asebagai atau sebagai managerial ownership. Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan ada suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh manajemen perusahaan (Handayani dan Hadinugroho, 2009). Menurut Jensen dan Meckling (1967) dalam Rudi Isnanta (2008) menunjukkan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Ross et al (1999) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha
untuk
meningkatkan
kinerjanya
untuk
kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. 32
4. Direksi Direksi
merupakan
organ
perseroan
yang
menjalankan tugas melaksanakan pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sebagai amanat dari pemegang saham yang ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi harus bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan (Vinanta, 2010). 5. Komite Audit Ikatan
Komite
Audit
Indonesia
(IKAI)
mendefinisikan komite audit sebagai berikut : Suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris dan dengan
demikian,
memperkuat pengawas)
tugasnya
fungsi dalam
dewan
adalah
membantu
komisaris
menjalankan
(atau
fungsi
dan
dewan
pengawasan
(oversight) atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan-perusahaan. Komite audit sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite
audit
dapat
dibentuk
oleh
komisaris
dan 33
bertanggung jawab kepada komisaris dengan pertimbangan bahwa dalam rangka mengoptimalkan kinerja, BUMN dituntut untuk dapat mengelola kegiatan usahanya dengan hemat, berdaya guna dan berhasil guna dan dengan menaati peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku
dengan
mewujudkan sistem dan pelaksanaan pengawasan yang kompeten dan independen (Vinanta, 2010). 6. Komisaris Independen Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004). Beberapa kriteria komisaris independen menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), yaitu: a. Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen b. Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau seorang pejabat atau dengan 34
cara lain yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan. c. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir
tidak
dipekerjakan
dalam
kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menempati posisi seperti itu. d. Komisaris independen bukan merupakan penasihat profesional perusahaan tau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut. e. Komisaris independen bukan merupakan pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut. f. Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apa pun atau hubungan lainnya yang dapat atau secara wajar dapat dianggap sebagai campur tangan secara materal dengan 35
kemampuannya sebagai seorang komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan.
1.9 Perkembangan Good Corporate Governance di Indonesia Menurut Akhmad syakhroza dan Camelia Malik (2007), implementasi Good Corporate Governance di negara kita sangat terlambat dibandingkan dengan negara-negara lain, mengingat masuknya konsep GCG di Indonesia relatif masih baru. Konsep GCG di Indonesia pada awalnya diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) dalam rangka pemulihan ekonomi (economy recovery) pasca krisis (Effendi, 2009:7). Pada April 2001, Komite Nasional Indonesia untuk Kebijakan Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance Policies) mengeluarkan The Indonesian Code for Good Corporate Governance (Kode Tata Kelola Perusahaan yang Baik) bagi masyarakat bisnis Indonesia. Dalam Indonesian Code for Good Corporate Governance tersebut dimuat hal-hal yang berkaitan dengan : pemegang saham dan hak mereka, fungsi dewan komisaris perusahaan, fungsi direksi perusahaan, sistem audit, sekretaris perusahaan, pemangku kepentingan (stakeholders), prinsip pengungkapan informasi perusahaan secara transparan, 36
prinsip kerahasiaan, etika bisnis dan korupsi, dan perlindungan terhadap lingkungan hidup (Effendi, 2009:7-8). Menurut Sutojo dan Aldridge (2005) dalam Effendi (2009:8), menyatakan bahwa pada tahap pertama, ketentuan tentang tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) tersebut (terutama) ditujukan bagi perusahaanperusahaan yang mempergunakan dana publik atau ikut serta dalam pengelolaan dana publik.
2. Financial Distress (Kesulitan Keuangan) Perusahaan 2.1 Definisi Financial Distress Menurut Brigham dan Gapenski (1992) dalam Musdholifah (2006),
menyatakan
bahwa
financial
distress
merupakan
keseluruhan kondisi keuangan yang meliputi mulai dari kesulitan mengenai harapan profitabilitas di masa depan sampai pada suatu keadaan di mana suatu perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi. Claessens et al (2001) dalam Khania (2010) menyatakan bahwa : “when firm are in financial distress, the value of their assets is insufficient to repay all of their creditors’ claims. Therefore, ownership of the firm becomes uncertain, because equity will be worthless if the firm is forced to repay creditors claim in full. Creditors have an incentive to be first to collect on their claims, because some creditors will be forced to take losses, and those that 37
collect earliest will receive the most. Managers have an incentive to gamble with failing firm’s assets, because a gamble that pays off will save the firm and a gamble that fails will leave managers and equity no worse off than they would have been anyway”. (Ketika perusahaan berada dalam kesulitan keuangan, nilai aset mereka tidak mencukupi untuk membayar semua klaim kreditur mereka. Oleh karena itu, kepemilikan perusahaan menjadi tidak pasti, karena modal akan berguna jika perusahaan dipaksa untuk membayar klaim kreditur secara penuh. Kreditur akan mengambil semua klaim tersebut, dan yang menagih lebih awal akan menerimanya. Manajer harus menerima kegagalan perusahaan dengan melepas aset yang dimiliki, karena kegagalan tersebut harus dibayar dengan melepas ekuitas yang ada). Menurut Khaira Amalia Fachrudin (2008:2-5), menyatakan bahwa ada beberapa definisi kesulitan keuangan, sesuai tipenya, yaitu economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency in bankruptcy, dan legal bankruptcy (Brigham dan Gapenski, 1997). Berikut ini adalah penjelasannya: 1. Economic failure Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, termasuk cost
of
capitalnya. Bisnis
ini dapat
melanjutkan operasinya sepanjang kreditur mau menyediakan 38
modal dan pemiliknya mau menerima tingkat pengembalian (rate of return) di bawah pasar. Meskipun tidak ada suntikan modal baru saat aset tua sudah harus diganti, perusahaan dapat juga menjadi sehat secara ekonomi. 2. Business failure Kegagalan
bisnis
didefinisikan
sebagai
bisnis
yang
menghentikan operasi dengan akibat kerugian kepada kreditur. 3. Technical insolvency Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical insolvency jika tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara, yang jika diberi waktu, perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya dan survive. Di sisi lain, jika technical insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, ini mungkin menjadi perhentian pertama menuju bencana keuangan (financial disaster). 4. Insolvency in bankruptcy Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan Insolvent in bankruptcy jika nilai buku hutang melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini lebih serius daripada technical insolvency karena, umumnya, ini adalah tanda economic failure, dan bahkan mengarah kepada likuidasi bisnis. Perusahaan yang dalam 39
keadaan insolvent in bankruptcy tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum. 5. Legal bankruptcy Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan secara resmi dengan undang-undang (Brigham dan Gapenski, 1997). Menurut Hofer (1980) dan Whitaker (1999) dalam Almilia (2006), mendefinisikan financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Menurut Platt dan Platt (2002), mendefinisakan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi (Almilia, 2004). Menurut Luciana Spica Almilia (2004), mendefinisikan kondisi financial distress sebagai suatu kondisi dimana perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas negatif berturut-turut serta perusahaan tersebut telah di merger. Menurut Ahmad Rodoni dan Rahman Muslim (2009), menyatakan financial distress adalah kondisi keuangan perusahaan pada tahap penurunan sebelum terjadi likuidasi atau kebangkrutan pada perusahaan. Umumnya perusahaan yang mengalami financial distress tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban perusahaan saat ini karena mengalami kerugian pada laba bersih perusahaan 40
dan harus dilakukan restrukturisasi keuangan pada perusahaan tersebut. Selain istilah kepailitan seperti yang diuraikan di atas, dalam dunia bisnis dikenal pula istilah kepailitan seperti yang diuraikan di atas, dalam dunia bisnis dikenal pula istilah delisted. Peraturan Pencatatan Bursa efek Jakarta No.1B tahun 2000 dan 2001 menyebutkan pengaturan delisted (Amrullah, 2010) sebagai berikut : 1) Delisting dapat dilakukan baik atas permohonan emiten maupun diputuskan oleh Bursa. Dalam hal delisting diputuskan oleh Bursa terlebih dahulu wajib mendengar pendapat dari Komite Pencatatan Efek. 2) Delisting
atas
permohonan
emiten
hanya
dapat
dilaksanakan apabila hal tersebut telah diputuskan oleh RUPS dan emiten yang bersangkutan telah menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada bursa. 3) Delisting atas permohonan emiten diajukan 2 (dua) bulan sebelum tanggal diberlakukan dengan mengemukakan alasannya
serta
melampirkan
berita
acara
RUPS
sebagaimana dimaksud pada angka 2 (dua) di atas. 4) Dalam hal permohonan delisting dipenuhi, bursa wajib mengumumkan
rencana
delisting
tersebut
sekurang-
kurangnya 30 hari sebelum tanggal delisting diberlakukan. 41
5) Emiten yang efeknya tercatat di bursa yang mengalami salah satu kondisi tersebut di bawah ini, dipertimbangkan untuk dikenakan delisting : a. Selama 3 tahun berturut-turut menderita rugi, atau terdapat saldo rugi sebesar 50% atau lebih dari modal disetor dalam neraca perusahaan pada tahun terakhir; b. Selama 3 tahun berturut-turut tidak membayar dividen tunai (untuk saham). Melakukan tiga kali cedera janji (untuk obligasi); c. Jumlah
modal
sendiri
kurang
dari
Rp.
3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah); d. Jumlah pemegang saham kurang dari 100 pemodal (orang/badan) selama 3 (tiga) bulan berturut-turut berdasarkan
laporan
bulanan
emiten/Biro
Administrasi Efek. e. Selama 5 bulan berturut-turut tidak terjadi transaksi; f. Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM; g. Melanggar ketentuan bursa pada khususnya dan ketentuan pasar modal pada umumnya;
42
h. Melakukan
tindakan-tindakan
yang
melanggar
kepentingan umum berdasarkan keputusan instansi yang berwenang; i.
Emiten
dilikuidasi
baik
karena
merger,
penggabungan, bangkrut, dibubarkan (reksadana) atau alasan lainnya. j.
Emiten dinyatakan pailit oleh pengadilan
k. Emiten menghadapi gugatan/perkara/peristiwa yang secara
material
mempengaruhi
kondisi
dan
kelangsungan hidup perusahaan; l.
Khusus untuk emiten reksadana, nilai kekayaan bersih (nilai asset value) turun menjadi kurang dari 50% dari nilai perdana yang disebabkan oleh kerugian operasi.
2.2 Penyebab Financial Distress Perusahaan Dun dan Bradstreet meneliti penyebab-penyebab kegagalan bisnis (Brigham dan Daves, 2003). Penyebab utama adalah faktor ekonomi (37,1%) dan faktor keuangan (47,3%), selain itu disebabkan oleh kelalaian, malapetaka, dan kecurangan (neglect, disaster, dan fraud), yaitu sebanyak 14%, serta faktor-faktor lain yang tidak dirinci yaitu sebanyak 1,6%. Faktor ekonomi meliputi kelemahan industri dan lokasi yang buruk. Faktor keuangan 43
meliputi hutang yang terlalu banyak dan modal yang tidak memadai. Pentingnya faktor-faktor yang berbeda ini bervariasi dari waktu ke waktu, bergantung beberapa hal seperti keadaan ekonomi dan tingkat suku bunga. Juga, kebanyakan kegagalan bisnis terjadi karena kombinasi sejumlah faktor yang membuat bisnis tidak dapat bertahan (Khaira Amalia Fachrudin, 2008:9). Lizal (2002) dalam Khaira Amalia Fachrudin (2008:6-7), mengelompokkan penyebab-penyebab kesulitan dan menamainya dengan Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas Penyebab Kesulitan Keuangan. Menurut beliau, ada tiga alasan yang mungkin mengapa perusahaan menjadi bangkrut, yaitu: a. Neoclassical model Pada kasus ini kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya tidak tepat. Kasus restrukturisasi ini terjadi ketika kebangkrutan mempunyai campuran aset yang salah. Mengestimasi kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporan laba rugi. Misalnya profit/assets (untuk mengukur profitabilitas), dan liabilities/assets. b. Financial model Campuran aset benar tapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints (batasan likuiditas). Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka 44
pendek. Hubungan dengan pasar modal yang tidak sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama kasus ini. Tidak dapat secara terang ditentukan apakah dalam kasus ini kebangkrutan baik atau buruk untuk direstrukturisasi. Model ini mengestimasi kesulitan dengan indikator keuangan atau indikator kinerja seperti turnover/total assets, revenues/turnover, ROA, ROE, profit margin, stock turnover, receivables turnover, cash flow/ total equity, debt ratio, cash flow/(liabilitiesreserves), current ratio, acid test, current liquidity, short term assets/daily operating expenses, gearing ratio, turnover per employee, coverage of fixed assets, working capital, total equity per share, EPS ratio, dan sebagainya. c. Corporate governance model Disini, kebangkrutan mempunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan. Model ini mengestimasi kesulitan dengan informasi kepemilikan. Kepemilikan berhubungan dengan struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan.
45
Dalam penelitian Wijantini (2006), beliau meneliti tentang faktor utama penyebab kesulitan keuangan perusahaan. Umumnya terdapat 3 (tiga) alasan utama sebuah perusahaan dapat dengan mudah menuju ke kondisi distress. Alasan pertama adalah struktur modal perusahaan yang mengacu pada banyaknya penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan, penyebab kedua adalah buruknya pengelolaan perusahaan, sedangkan penyebab yang terakhir adalah kondisi negatif dari perkembangan industri dari masing-masing perusahaan.
2.3 Akibat dari Financial Distress Perusahaan Menurut NetTel Africa (2002), Kerugian utama perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah peningkatan resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi. Hal ini mungkin mempunyai pengaruh merugikan bagi pemilik ekuitas dan hutang (Khaira Amalia Fachrudin, 2008:15). Akibat kesulitan keuangan sebagai berikut:
Resiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief) atas peningkatan level hutang.
Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika kesulitan, hubungannya dengan supplier, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi rusak parah. 46
Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati, atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali, jika mereka yakin tidak ada kesempatan peningkatan perusahaan dalam beberapa bulan.
Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan supplier mereka, dan merencanakan sendiri produksi mereka dengan andaian ada keberlanjutan dari hubungan tersebut. Adanya keraguan tentang longevity perusahaan tidak menjamin kontrak yang baik. Pelanggan umumnya menginginkan jaminan bahwa perusahaan cukup stabil untuk menepati janji.
3. Perseroan Terbatas Perseroan terbatas (corporation), yaitu suatu entitas yang tercatat di sebuah negara bagian dan membayarkan pajak serta secara hukum dapat dibedakan dari pemiliknya. Seseorang dapat menjadi pemilik dari suatu perseroan terbatas dengan cara membeli sahamnya. Kebanyakan perseroan terbatas kecil merupakan perseroan tertutup (privately held), yaitu kepemilikannya dibatasi hanya untuk sekelompok kecil investor saja. Sedangkan kebanyakan perseroan terbatas besar merupakan perseroan terbuka (publicly held), yaitu saham mereka dapat dengan mudah dibeli atau dijual oleh para investornya. 47
Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Penjualan saham ke masyarakat dilakukan dengan cara Initial Public Offering (IPO). IPO adalah proses penawaran saham perusahaan kepada masyarakat untuk pertama kali. Di Indonesia, perusahaan seperti ini biasanya mempunyai tambahan singkatan Tbk, di belakang nama perusahaannya (http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahan_publik). Para pemegang saham dari perseroan terbuka dapat menjual saham mereka ketika mereka membutuhkan uang, kecewa dengan kinerja perseroan, atau mungkin karena mereka memperkirakan harga saham tidak akan mengalami peningkatan lagi di masa mendatang. Saham mereka dapat dijual (dengan bantuan pialang saham) ke beberapa investor lain yang ingin menempatkan investasinya di perusahaan tersebut.
Keuntungan Perseroan Terbatas Bentuk
kepemilikan
perseroan
terbatas
menawarkan
keuntungan-keuntungan sebagai berikut: a.
Kewajiban Terbatas. Para pemilik perseroan terbatas mempunyai kewajiban yang terbatas, berbeda dengan pemilik tunggal dan sekutu umum yang pada umumnya memiliki kewajiban yang tidak terbatas.
48
b.
Akses ke Pendanaan. Perseroan terbatas dapat dengan mudah memperoleh pendanaan dengan menerbitkan saham baru. Hal ini memberikan fleksibilitas bagi perseroan terbatas untuk tumbuh dan bergerak di usahausaha bisnis yang baru.
c.
Perpindahan
Kepemilikan.
Para
investor
di
perusahaan besar dan terbuka biasanya dapat menjual saham
mereka
dalam
hitungan
menit
dengan
menghubungi pialang mereka atau menjualnya secara online melalui internet.
Kerugian Perseroan Terbatas Di samping keuntungan-keuntungan yang dimilikinya, bentuk kepemilikan perseroan terbatas memiliki kerugian-kerugian sebagai berikut: a.
Biaya Organisasi yang Tinggi. Pengorganisasian suatu perseroan terbatas biasanya lebih mahal daripada pembentukan kepemilikan bisnis yang lain karena adanya kebutuhan pembuatan akta pendirian perseroan dan mencatatkannya ke negara bagian.
b.
Pengungkapan
Keuangan.
Ketika
saham
dari
perseroan terbatas diperdagangkan secara terbuka, maka masyarakat investasi memiliki hak, dalam batasan-
49
batasan tertentu, untuk memeriksa data-data keuangan perusahaan. c.
Masalah Perwakilan. Perseroan terbatas terbuka biasanya
dijalankan
oleh
para
manajer
yang
bertanggung jawab dalam melakukan pengambilan keputusan bagi bisnis yang akan melayani kepentingan para pemiliknya. d.
Pajak yang Tinggi. Oleh karena perseroan terbatas adalah entitas yang terpisah, maka perusahaan akan dikenakan pajak secara terpisah dari para pemiliknya. Pajak tahunan yang dibayarkan oleh perseroan terbatas ditentukan dengan menghitungkan tarif pajak perseroan terhadap laba tahunan perusahaan.
4. Hubungan Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) dengan Kesulitan Keuangan (Financial Distress) Menurut Larcker et.al (2005) dalam Wardhani (2006), Tata kelola perusahaan biasanya mengacu pada sekumpulan mekanisme yang mempengaruhi keputusan yang akan diambil manajer ketika ada pemisahan
antara
kepemilikan
dan
pengendalian.
Beberapa
pengendalian ini terletak pada fungsi dari dewan direksi, pemegang saham institusional, dan pengendalian dari mekanisme pasar. Pengambilan keputusan oleh direksi, pengawasan oleh komisaris 50
independen,
peran
kreditur
dalam
pemberian
kredit
dapat
mempengaruhi kemungkinan kesulitan keuangan, walaupun tidak mutlak (Khaira Amalia Fachrudin, 2008:34). Kemudian,
Kebangkrutan
digambarkan
sebagai
‘proses
menurun yang berlarut-larut’ (protracted process of decline) dan ‘spiral yang cenderung menurun’ (downward spiral) (Hambrick and d’Aveni, 1988). Tentu, ada bukti-bukti empiris yang menunjukkan faktor pembeda antara perusahaan bangkrut dan tidak selama lima tahun sebelum ia masuk file kebangkrutan (Daily dan Dalton, 1994). Serangan yang menurunkan kestabilan keuangan sampai kebangkrutan mungkin memberi dasar konseptual untuk hubungan antara struktur governance dan kebangkrutan formal (Khaira Amalia Fachrudin, 2008:35).
5. Variabel Kontrol dalam Financial Distress Dalam penelitian ini digunakan dua variabel kontrol, yaitu: a) Ukuran Perusahaan (Size) Menurut Tittman dan Wessels (1988) dalam Yustiana Ratna Nuraini (2010), firm size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang diukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset). Total asset dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka panjang dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar suatu 51
perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal. Baik McCornell dan Muscarella (1985) dan Chan, Martin dan Kensinger (1990) menyarankan bahwa semakin tinggi rasio beban R&D dan iklan untuk total penjualan, semakin tinggi nilai perusahaan dapat menikmati, dan karenanya semakin rendah kemungkinan kesulitan keuangan. Tingkat resiko keuangan jelas berkaitan dengan kemungkinan kesulitan keuangan dan diukur dengan rasio utang. Ukuran perusahaan, yang didefinisikan sebagai total nilai pasar saham yang beredar pada akhir tahun sebelum kesulitan keuangan, dihipotesiskan secara negatif terkait untuk kemungkinan kesulitan keuangan (Tsun-Siou Lee dan Yin-Hua Yeh, 2001). Data kontrol biasanya dipergunakan untuk tujuan adakah data dari objek yang diteliti memiliki perbedaan karakteristik (atau memiliki karakteristik spesifik) tertentu. Variabel kontrol yang sering dipakai adalah size. Dalam hal ini biasanya size muncul sebagai variabel penjelas. Proksi size biasanya adalah total asset perusahaan. Karena asset biasanya sangat besar nilainya dan untuk menghindari bias skala maka besaran asset perlu dikompres.
52
Secara umum proksi size dipakai Logaritma (log) atau Logaritme Natural asset (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010:180). b) Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Sumber Pendanaan Jangka Pendek Sumber pendanaan jangka pendek adalah dana tersedia pada saat dibutuhkan, dan pemakaian biaya dengan efektif (Arief Sugiono, 2009:19). Jenis Pendanaan jangka Pendek (Arief Sugiono, 2009:1920): Sumber pendanaan jangka pendek bias juga dikelompokkan dalam pinjaman dengan jaminan (agunan) dan pinjaman tanpa jaminan (tanpa agunan). Pinjaman tanpa jaminan merupakan pinjaman yang didasarkan pada kepercayaan kreditor dalam mengeluarkan pinjamannya serta
kepercayaannya
mengenai
kemampuan
untuk
mengembalikan pinjaman. Umumnya pinjaman tanpa jaminan memiliki biaya bunga yang lebih tinggi. Yang dapat termasuk dalam kategori ini adalah utang dagang, commercial paper, dan kredit bank tanpa jaminan. Pinjaman dengan jaminan merupakan sumber pendanaan yang dijamin dengan kebendaan atau tagihan untuk menutup kerugian apabila peminjam tidak dapat 53
melunasi utangnya. Contoh: kredit bank, anjak piutang (factory funding), dan jaminan piutang (pledge receivable). Beberapa contoh bentuk pembiayaan / pendanaan jangka pendek adalah sebagai berikut:
Pinjaman Bank Jangka Pendek Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa pinjaman bank ada yang menggunakan jaminan (agunan) dan ada pula yang tanpa jaminan. Selain itu, juga kita mengenal istilah pinjaman overdrift, yaitu suatu kredit yang diberikan dengan cara menetapkan suatu plafon kredit dalam rekening koran nasabah. Dengan demikian, pemasok dapat menarik uangnya di bank nasabah meskipun dananya tidak mencukupi. Jika hal ini terjadi, rekening Koran nasabah yang bersangkutan akan bersaldo negatif. Kondisi ini berbeda dengan cerukan (cek kosong).
Utang Dagang (Trade Credits) Utang dagang merupakan bentuk yang lazim dan hampir semua perusahaan memilikinya. Utang dagang akan timbul sebagai akibat dari suatu transaksi
pembelian
suatu
barang.
Syarat
54
pembayaran atau pemebelian barang dinyatakan dalam suatu credit terms.
Surat Berharga (Commercial Paper) Surat berharga yang dimaksudkan itu merupakan surat berharga pasar uang yang berjangka pendek dan merupakan suatu janji dari perusahaan yang menerbitkannya untuk membayar pada tanggal jatuh tempo.
Jenis
ini
biasanya
dikeluarkan
oleh
perusahaan besar yang telah memiliki reputasi yang baik di dalam dunia bisnis. 2) Sumber Pendanaan Jangka Panjang
Modal Sendiri Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Sumber dari dalam (internal financing) berasal dari hasil operasi (laba) yang ditahan. Sedangkan sumber dari luar (external financing) dapat dalam bentuk saham biasa atau saham preferen. Bagi perusahaan yang tidak berbentuk PT, sumber dari luar yang berupa modal sendiri adalah (tambahan) modal yang disetor.
55
Hutang Jangka Panjang Hutang merupakan sumber dana yang mempunyai jangka waktu tertentu. Dalam bab ini dibicarakan hutang yang mempunyai jangka waktu yang relatif lama.
Jenis-jenis
hutang
tersebut
yang
kita
bicarakan di sini adalah obligasi, hipotek, dan kredit investasi. a. Obligasi Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan umumnya tidak dijamin dengan aktiva tertentu. Karena itu kalau perusahaan bangkrut,
pemegang
obligasi
akan
diperlukan sebagai kreditor umum.obligasi akan mencantumkan : (1) Nilai pelunasan atau face value, (2) Jangka waktu akan dilunasi,
(3)
Bunga
yang
dibayarkan
(disebut sebagai coupon rate), (4) Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan. b. Kredit Investasi Jenis
pendanaan
ini
disediakan
oleh
perbankan, dan masih banyak dimanfaatkan oleh
kalangan
pengusaha.
Per
akhir 56
September 1993 misalnya, posisi kredit investasi oleh bank-bank di Indonesia mencapai Rp. 30.381 milyar. Yang menarik adalah bahwa suku bunga kredit investasi di Indonesia dinyatakan lebih rendah dari suku bunga
kredit
modal
kerja.
Meskipun
demikian seringkali suatu klausul yang menyatakan bahwa debitur tidak dapat melunasi kredit investasi yang diambilnya lebih
cepat
dari
jangka
waktu
yang
disepakati, membuat tingkat bunga efektif yang ditanggungnya tidak selalu lebih kecil dari tingkat bunga kredit jangka pendek (modal kerja). c. Hipotek (mortgage) Hipotek merupakan bentuk hutang jangka panjang bergerak
dengan (tanah,
agunan
aktiva
bangunan).
tidak Dalam
perjanjian kreditnya disebutkan secara jelas aktiva apa yang dipergunakan sebagai agunan. Dalam peristiwa likuidasi kreditur akan dibayar terlebih dulu dari hasil penjualan aktiva tetap yang dipergunakan 57
sebagai agunan. Apabila hasil penjualan aktiva yang digunakan tersebut belum cukup, maka sisanya menjadi kreditur umum, sama seperti pemilik obligasi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal, yaitu:
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan
modal
asing
sepenuhnya
maupun
yang
berpatungan dengan modal dalam negeri.
58
B. Penelitian Terdahulu Penelitian
Variabel yang digunakan
Metode yang digunakan
Hasil Penelitian
Tsun-Siaou, Lee& Yin-Hua Yeh(2001).
Variabel Dependen: kondisi financial distress perusahaanperusahaan publik di Taiwan. Variabel Independen : variabel tata kelola perusahaan yang terdiri dari struktur kepemilikan dan komposisi dewan. Variabel kontrol: ukuran perusahaan.
Pengujian penelitian ini menggunakan regresi logistik biner. Dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan pada perusahaanperusahaan listed di Taiwan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang diproksikan yaitu pesentase kursi direksi yang dikendalikan oleh pemegang saham terbesar, persentase saham yang dijadikan jaminan kredit oleh anggota dewan dan manajer,penyimpangan dan hak kontrol dari hak arus kas positif berkaitan dengan risiko kesulitan keuangan. Bahkan setelah adanya pengendalian untuk mengetahui adanya kemungkinan pengaruh kinerja keuangan.
Almilia, Luciana Spica & Emanuel Kritiadji. (2003).
Variabel dependen: kondisi financial distress perusahaan. Variabel independen: profit margin, likuiditas, efisiensi, operasi, profitabilitas, financial leverage, posisi kas, pertumbuhan
Pengujian penelitian menggunakan regresi logit. Dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan 1998-2001 yang dipublikasikan di BEJ.
Dari penelitian ini dibentuk 12 persamaan regresi logit, yang menunjukkan bahwa rasio- rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan. Karena itu hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, bahwa rasiorasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Sedangkan tambahan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan adalah: rasio profit margun yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan (NI/S), rasio financial leverage yaitu hutang lancar dibagi dengan total aktiva (CL/TA), rasio likuiditas yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar (CA/CL), rasio pertumbuhan yaitu rasio pertumbuhan laba bersih dibagi dengan total aktiva (GROWTH NI/TA).
Almilia, Luciana Spica (2004).
Variabel Dependen: probabilitas perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Variabel Independen: Rasio keuangan, Rasio relatif industri, kumulatif return harian saham, sensitifitas perusahaan terhadap variabel makro ekonomi, Reputasi auditor.
Pengujian penelitian ini menggunakan regresi logistik. Dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 1993-2001 yang terdapat di ICMD, indikator makro ekonomi diambil dari Laporan mingguan Bank Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, data pasar modal untuk mengetahui harga saham dan return saham pada tahun 1993-2000 yang dapat diperoleh di Database PPA UGM.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio relatif industri memiliki kekuatan klasifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio keuangan yang tidak disesuaikan berdasarkan industri. Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa sensitifitas perusahaan terhadap variabel makro ekonomi(IHSG, General Consumer Price Index, Money Supply, dan suku bungan SBI) dan reputasi auditor adalah variabel yang signifikan dalam menentukan kondisi kesulitan keuangan perusahaan.
Amilia, Luciana Spica. (2006)
Variabel Dependen: kondisi financial distress perusahaan yang merupakan variabel kategori, 0 untuk perusahaan sehat dan 1&2 untuk perusahaan yang mengalami financial distress. Variabel Independen:
Penelitian ini menggunakan uji regresi multinomial logit. Teknik pengumpulan data pada 43 perusahaan yang sehat/non financial distress, 14 perusahaan dengan pendapatan negatif (2000-2001) dan masih
Hasil menunjukkan dari ketiga model variabel yang digunakan adalah: Model 1: lap. L/R & Neraca memiliki daya klasifikasi model sebesar 79.0%. Model 2: lap. Arus kas memiliki daya klasifikasi sebesar 58.0%. Model 3: lap.L/R, Neraca, & arus kas
59
rasio keuangan dari laporan laba rugi, neraca & arus kas.
terdaftar, 24 perusahaan dengan pendapatan negatif & nilai buku ekuitas negatif (2000-2001) yang terdaftar di BEJ.
memiliki daya klasifikasi sebesar 79,6%.
Sayidah, Nur (2007).
Variabel Dependen: kinerja perusahaan publik. Variabel Indepnden: Kualitas Corporate governance, yang diproksikan oleh skor GCPI. Skala skor CGPI yang digunakan adalah 0100 Variabel kontrol: LogBM, LogTA, Log Years.
Penelitian ini menggunakan data sekunder data terdiri dari skor CGPI untuk peringkat10 besar untuk tahun 2003,2004 &2005. harga saham, Laporan laba rugi,. pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi berganda.
hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara signifikan ada pengaruh antara skor CGPI, dan PM, ROA, ROE dan ROI Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara kualitas penerapan tata kelola perusahaan dan kinerja perusahaan.
Masruddin, (2007).
Variabel Dependen:probabilitas perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Variabel Independen: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Pemegang saham terbesar kesua, ukuran direksi, kepemilikan publik, penyebaran kepemilikan dan partisipasi pendiri. Varriabel kontrol: ukuran perusahaan dan sumber pendanaan.
Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Logistik berganda(multiple logistic regression). dengan menggunakan data sekunder laporan keuangan perusahaan dari tahun 1996-2002 yang dipublikasikan di BEJ. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 60 perusahaan. Dengan 19 perusahaan yang mengalami financial distress dan 41 perusahaan sehat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel corporate governance berpengaruh secara simultan dengan financial distress dan secara parsial juga berpengaruh terhadap financial distress yang terlihat melalui variabel ukuran dewan direksi, partisipasi pendiri, dan kepemilikan publik.
Nur, Emrinaldi DP. (2007)
Variabel Dependen: kesulitan keuangan, disajikan dalam bentuk variabel dummy dengan ukuran binominal, yaitu 1 untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan 0 untuk perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan diukur dengan mengamati keberadaan laba per lembar saham negatif. Variabel Independen: Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, komisaris independen, dan komite audit.
Penelitian ini menggunakan model logit regression. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 129 observasi dengan periode pengamatan selama 3 tahun, yaitu mulai dari tahun 2000 hingga 2002.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kesulitan keuangan.
Parulian, Safrida Rumondang. (2007).
Variabel dependen: probabilitas terjadinya finanacial distress pada perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Variabel independen: Komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan saham oleh blockholders, kepemilikan saham oleh insider, ukuran perusahaan, dan leverage.
Penelitian ini menggunakan regresi binary logistic. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2006. Sampel penelitian ini ada sebanyak 44 perusahaan.
Penelitian ini membuktikan , bahwa variabel yang terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya financial distress adalah LnAsset, Blockholder, persentase komisaris independen, dan Leverage. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa kepemilikan saham oleh investor institusional, atau oleh insider, memiliki hubungan yang signifikan dengan financial distress. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah sampel yang tidak terlalu besar. Ini juga sekaligus merupakan kelemahan dari penelitian ini.
60
C. Kerangka Pemikiran Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang terdiri atas kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan berpengaruh terhadap variabel dependennya yaitu financial distress dengan terdapat variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan sumber pendanaan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dibuat suatu kerangka teoritis yang digambarkan dalam bentuk diagram sistematik sebagai berikut :
61
Gambar 2.2 Variabel Independen (X)
Variabel Dependen (Y)
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Pemegang Saham Terbesar Kedua
Ukuran Dewan Direksi
Financial Distress (Kesulitan Keuangan)
Kepemilikan Publik
Partisipasi Pendiri
Penyebaran Kepemilikan
Variabel Kontrol Ukuran Persahaan (SIZE)
Sumber Pendanaan
62
D. Pengujian Hipotesis Berdasarkan kerangka penelitian, penelitian terdahulu, dan tujuan penelitian yang akan dilakukan maka dapat dibuat hipotesis: 1. Hipotesis I : Diduga kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan berpengaruh secara simultan terhadap kondisi financial distress. 2. Hipotesis II: Diduga kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan berpengaruh secara parsial terhadap kondisi financial distress.
63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan laporan keuangan tahunan periode 2001-2008 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia dan telah diaudit oleh auditor independen. Adapun laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan mengenai corporate governance yang kemudian akan diolah untuk mengetahui pengaruh financial distress pada perusahaan-perusahaan go publik di Indonesia. Variabel dalam penelitian ini adalah data-data mengenai corporate governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan sebagai variabel independen (X) dan kondisi financial distress sebagai variabel dependen (Y), sedangkan variabel kontrol yang digunakan adalah ukuran perusahaan dan sumber pendanaan dalam penelitian ini.
64
B.
Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua laporan keuangan perusahaan go publik yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2001-2008. Metode penentuan sampel penelitian ini adalah Purposive Sampling method yaitu: pengambilan data disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian berdasarkan kriteria di bawah ini: 1.
Laporan keuangan tahunan perusahaan go publik non sektor keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2008.
2.
Perusahaan go publik non sektor keuangan yang delisted di BEI pada tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008 kemudian memiliki laporan keuangan
lima
tahun
sebelum
delisted.
Sebagai
sampel
pembanding adalah perusahaan go publik non sektor keuangan yang masih terdaftar di BEI yang memiliki laba operasi positif dari tahun 2001 hingga tahun 2008 kemudian memiliki laporan keuangan lima tahun terakhir, yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. 3.
Data laporan keuangan tahunan periode 2001-2005 merupakan data yang akan diolah.
65
Berdasarkan metode penentuan sampel yang digunakan maka peneliti menggunakan sampel sebanyak 41 perusahaan go publik non sektor keuangan, 10 perusahaan yang dikatakan mengalami financial distress (0) dan 31 perusahaan tidak mengalami financial distress (1) di Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go publik non sektor keuangan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 3.1 Sampel Perusahaan yang Mengalami Financial Distress No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kode
Nama Perusahaan
ACAP PT. Andhi Chandra Automotove Tbk BASS PT. Bahtera Admina Samudra Tbk BUKK PT. Bukaka Teknik Utama Tbk DNKS PT. Dankos Laboratories tbk KOMI PT. Komatsu Indonesia KOPI PT. Korpora Persada Investama Tbk RYAN PT. Ryane Adibusana Tbk SHDA PT. Sari Husada Tbk SMPL PT. Summitplast Interbenua Tbk SUDI PT. Surya Dumai Industri Tbk Sumber : ICMD (Indonesia Capital Market Directory)
Tanggal Listing 04/12/2000 1999 09/01/1995 22/03/1990 14/12/2000 23/04/2001 17/10/2001 1990 03/07/2000 24/07/1996
Dalam tabel 3.1 diatas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisted dari tahun 2008, 2007, 2006 dan 2005 dan telah di seleksi sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan di atas, maka didapatkan sampel sebanyak 10 perusahaan. Sampel perusahaan yang mengalami financial distress di beri nilai kategori 0.
66
Tabel 3.2 Sampel Perusahaan Yang Tidak Mengalami Financial Distress No. 1
Kode AALI
Nama Perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk
Tanggal Listing 1997
2
ANTM
PT. Aneka Tambang Tbk
27/11/1997
3
ASII
PT. Astra International Tbk
18/12/1991
4
BATA
PT. Sepatu Bata Tbk
24/03/1982
5
BLTA
PT. Berlian laju Tanker Tbk
01/03/1993
6
CTBN
PT. Citra Tubindo Tbk
02/07/1990
7
DPNS
PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk
12/12/1991
8
GGRM
PT. Gudang Garam Tbk
27/08/1990
9
HMSP
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
15/06/1992
10
INDF
PT. Indofood Sukse Makmur Tbk
1994
11
JPRS
PT. Jaya Pari Steel Tbk
04/08/1989
12
JPRT
PT. Jaya Real Property Tbk
29/06/1994
13
KAEF
PT. Kimia Farma Tbk
04/07/2001
14
LION
PT. Lion Metal Works Tbk
03/11/1997
15
LMSH
PT. Lionmesh Prima Tbk
30/11/1990
16
LPCK
PT. Lippo Cikarang Tbk
24/07/1997
17
PTRO
PT. Petrosea Tbk
12/12/2000
18
PYFA
PT. Pyramid Farma Tbk
16/10/2001
19
RALS
PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk
24/07/1996
20
RIGS
PT. Rig Tenders Tbk
05/03/1990
21
SMDR
PT. Samudera Indonesia Tbk
05/07/1999
22
SMGR
PT. Semen Gresik Tbk
02/06/1995
23
SMRA
PT. Summarecon Agung Tbk
17/01/1995
24
SMSM
PT. Selamat Sempurna Tbk
09/09/1996 67
25
STTP
PT. Siantar Top Tbk
16/12/1996
26
TCID
PT. Mandom Indonesia Tbk
30/09/1993
27
TGKA
PT. Tigaraksa Satria Tbk
1991
28
TLKM
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
14/11/1995
29
UNIC
PT. Unggul Indah Cahaya Tbk
06/04/1990
30
UNVR
PT. Unilever Indonesia Tbk
02/01/1998
31
ETWA
PT. Eterindo Wahanatama Tbk
16/05/1997
Sumber : ICMD (Indonesia Capital Market Directory) Dari tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa sampel perusahaan yang non financial distress atau sehat dari tahun 2001 sampai dengan 2008 dan telah di seleksi sesuai dengan kriteria di atas, maka di dapatkan sampel sebanyak 31 perusahaan. Sampel perusahaan non financial distress atau sehat di beri nilai kategori 1.
68
C.
Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan untuk menganalisis masalah dalam penelitian ini adalah: Data kuantitatif yang merupakan data berupa angka-angka yang memiliki satuan hitung dan dapat dihitung secara matematis, yaitu ukuran perusahaan yang merupakan variabel kontrol dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini juga menggunakan data kualitatif yang merupakan data berupa informasi penerapan corporate governance oleh perusahaan yang merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Seluruh informasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, telah dikumpulkan dan diolah pihak lain. Data-data yang digunakan diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) yang berada di Bursa Efek Indonesia yang berupa laporan keuangan, hasil penelitian terdahulu dan jurnal. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik berikut: 1.
Studi Lapangan (Field Research) Pengumpulan data yang didapat langsung di Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Indonesia Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia). Data yang diambil berupa laporan keuangan tahunan periode tahun 2001 sampai dengan than 2008 di Bursa Efek Indonesia. 69
2.
Studi Kepustakaan (Library Research) Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa bahan-bahan teori atau konsep yang didapat dari www.idx.com, perpustakaan berupa literatur, artikel/jurnal ilmiah (English and Indonesian Journals) yang dapat mendukung sebagai bahan kajian penelitian dan juga sebagai landasan untuk menganalisa permasalahan.
D.
Metode Analisis Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode : 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain: maksimum, minimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (Ghozali, 2009:19).
2. Analisis Regresi Logistik Binary Pengujian kedua hipotesis dilakukan dengan analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal) untuk menguji variabel-variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, 70
partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan berpengaruh terhadap financial distress. Menurut Mudrajad Kuncoro (2004) yang dikutip dari mudrajad.com Regresi Logistik adalah :
Tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model.
Variabel bebas bisa variabel kontinyu, diskrit dan dikotomis.
Distribusi respon atas variabel terikat diharapkan nonlinear.
Jenis : 1. Binary Logistic Regression 2. Multinomial Logistic Regression Model binary logistic adalah model yang memiliki variabel
dependen berupa kategori, sedangkan variabel independennya berupa data numerik. Data kategori pada variabel independen kemudian di beri nilai 0 dan 1. Setiap nilai dugaan dari variabel independen terhadap variabel dependen dinyatakan dalam nilai probabilitas (Nawari, 2010 : 185). Dalam penelitian ini, model regresi logistik yang digunakan adalah model binary logistic regression. Dimana variabel dependen berupa data kategori yaitu nilai 0 untuk perusahaan yang mengalami financial distress dan 1 untuk perusahaan sehat. Teknik
71
analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2009 : 8). Model Regresi Logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut :
Ln (NFD/1-NFD) = β0 + β1 KM + β2 KI + β3 STK + β4 UDW + β5 KP + β6 PP+ β7 PK+ β8 SIZE+ β9 SP+ ε
Di mana : β0
= Konstanta
β1-7
= Koefisien
NFD
= Probabilitas bahwa faktor / covariate ke-NFD punya respon = 1 (NFD) dari respon regresi logistik biner yang mempunyai nilai 1 (NFD) dan 0 (1-NFD = FD).
KM
= Kepemilikan manajerial
KI
= Kepemilikan Institusional
STK
= Pemegang saham Terbesar kedua
UDW = Ukuran Dewan Direksi (Variabel dummy, Apabila perusahaan mempunyai jumlah dewan direksi 1-7 = 1, apabila perusahaan mempunyai jumlah dewan direksi >7 = 0) 72
KP
= Kepemilikan Publik
PP
= Partisipasi Pendiri ( Variabel dummy, Apabila pendiri perusahaan atau keturunannya masih tetap memegang kendali=1 dan apabila sebaliknya = 0)
PK
=
Penyebaran Kepemilikan (variabel dummy, apabila
perusahaan mempunyai kepemilikan yang menyebar =1, dan sebaliknya = 0) SIZE
= Ukuran Perusahaan
SP
= Sumber Pendanaan (Variabel dummy, apabila perusahaan tersebut
memiliki
sumber
dana
yang
berasal
dari
Penanaman Modal asing (PMA) = 1 dan perusahaan yang memiliki dana bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). ε
= variabel gangguan
73
3. Menilai Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of fit test statistic sama dengan atau kurang dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit lebih besar daripada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2009:269).
4. Menilai Model Fit Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum 74
of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi semakin baik.
5. Estimasi Parameter dan Interpretasinya Estimasi parameter dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (α).
E.
Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Independen (X) Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen berupa elemen corporate governance yang meliputi : a) Kepemilikan Manajerial (KM), yaitu persentase saham yang dimiliki oleh manajemen (komisaris, direksi dan karyawan). Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio. b) Kepemilikan Institusional (KI), adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham
75
yang beredar. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio. c) Pemegang Saham Terbesar Kedua (STK), yaitu besarnya andil dari pemegang saham terbesar kedua, baik alamat, nama dewan direksi atau atas nama institusi. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persentase
jumlah
saham.
Skala
pengukuran
yang
digunakan adalah rasio. d) Ukuran dewan Direksi (UDW), yaitu jumlah dewan direksi, jika jumlah dewan direksi 1-7 orang maka diberi skala 1 dan jika jumlah dewan direksi > 7 maka diberi skala 0. Skala
pengukuran
yang
digunakan
adalah
nominal
(dummy). e) Kepemilikan Publik (KP), yaitu persentase saham yang dimiliki oleh publik. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio. f) Partisipasi Pendiri (PP), yaitu seberapa besar partisipasi pendiri atau campur tangan pihak pendiri terhadap pengelolaan perusahaan. Jika pendiri perusahaan atau keturunannya
masih
tetap
memegang
kendali,
kita
memberikan skala 1 dan apabila sebaliknya maka diberi skala 0. Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal (dummy). 76
g) Penyebaran Kepemilikan (PK), yaitu kepemilikan saham yang menyebar. Dalam penelitian ini dukur dengan dummy variabel, kategori 1 untuk perusahaan yang mempunyai struktur kepemilikan saham yang menyebar (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan kepemilikan publik) dan kategori 0 untuk perusahaan yang mempunyai struktur kepemilikan tidak menyebar atau terdapat saham mayoritas.
2. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kondisi financial distress perusahaan yang merupakan variabel kategori, 0 untuk perusahaan yang mengalami financial distress dan 1 untuk perusahaan sehat.
3. Variabel Kontrol Variabel kontrol merupakan variabel yang digunakan untuk melengkapi atau mengontrol hubungan kausal antara variabel independen dan variabel dependen, agar mendapatkan model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik. Variabel kontrol bukanlah variabel utama yang akan diteliti dan diuji, tetapi lebih ke variabel lain yang mempunyai efek pengaruh (Jogiyanto, 2004:157). 77
a) Ukuran Perusahaan (Firm Size) Firm Size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang diukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset). Firm Size = Ln Total Asset b) Sumber Pendanaan Dalam penelitian sumber pendanaan dapat dukur dengan dummy variabel yaitu kategori 1 untuk perusahaan yang memiliki dana bersumber dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan 0 untuk perusahaan yang memiliki dana bersumber dari Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN).
78
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia (BEI) Objek penelitian ini adalah laporan keuangan konsolidasi tahunan yang berakhir setiap tanggal tutup buku 31 Desember pada perusahaan-perusahaan go
publik non sektor
keuangan
yang
dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia dan telah diaudit oleh auditor independen. Alasan Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai sumber dari objek penelitian ini karena Bursa Efek Indonesia merupakan Bursa tertua yang ada di Indonesia. Bursa Efek Indonesia (Indonesia stock exchange / IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional
dan
transaksi,
pemerintah
memutuskan
untuk
menggabungkan Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia berpusat di Kawasan Niaga Sudirman, JL. Jend.Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
79
Bursa Efek Jakarta pada awalnya pada saat pemerintahan Hindia Belanda mendirikan di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel. Pada tanggal 11 Januari 1925 dibuka Bursa Efek di Surabaya, dan disusul dengan pembukaan Bursa Efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kemudian pada tahun 1956 pemerintah mengaktifkan pasar modal sebagai sarana pembiayaan ekonomi. Pada tanggal 13 Juli 1992 Bursa Efek Jakarta diswastakan kemudian pada tahun 1995 bursa Efek jakarta meluncurkan sistem perdagangan yang disebut JATS (Jakarta Automated Trading System) sistem ini memberikan fasilitas pada perdagangan saham secara fair dan transparan sehingga informasi dapat diserap oleh investor dengan cepat, dan pada tahun 2002 Bursa Efek Jakarta juga mulai menerapkan sistem perdagangan jarak jauh yang disebut (remote trading system), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, kecepatan, dan frekuensi perdagangan.
80
2. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian berupa perusahaan go publik non sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikelompokkan ke dalam dua kategori berdasarkan kondisi kesehatan perusahaan tersebut, yaitu: 1. Perusahaan yang mengalami kondisi financial distress apabila perusahaan tersebut mengalami delisted. 2. Perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress atau sehat apabila perusahaan tersebut memiliki laba bersih positif selama periode waktu yang ditentukan. Sebagaimana pengaruh
tujuan
kepemilikan
penelitian,
manajerial,
pengujian
kepemilikan
signifikansi institusional,
pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan terhadap kondisi financial distress perusahaan yang akan diuji dengan menggunakan model regresi logistik. Hal ini dikarenakan ukuran kondisi financial distress disajikan dalam bentuk data nominal. Distribusi perusahaan go publik non sektor keuangan yang mengalami financial distresss dan yang telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan ada sebanyak 10 perusahaan. Mulai dari 2005 hanya terdapat satu perusahaan yang delisted dan telah memenuhi kriteria yaitu PT. Dankos Laboratories Tbk, kemudian tahun 2006 terdapat 81
tiga perusahaan yaitu PT. Komatsu Indonesia Tbk, PT. Bukaka Teknik Utama Tbk, dan PT. Ryane Adibusana Tbk. Tahun 2007 terdapat lima perusahaan yaitu PT. Summitplast Tbk, PT. Adhi Chandra Automotive Tbk, PT. Sari Husada Tbk, dan PT. Korpora Persada Investama Tbk. Tahun 2008 terdapat dua perusahaan yaitu PT. Surya Dumai Industri Tbk dan PT. Bahtera Admina Samudra Tbk. Tabel 4.1 Distribusi perusahaan yang mengalami delisted No. Kode Nama Perusahaan Tahun Delisted 1. DNKS PT. Dankos Laboratories Tbk 2005 2. KOMI PT. Komatsu Indonesia Tbk 2006 3. BUKK PT. Bukaka Teknik Utama Tbk 2006 4. RYAN PT. Ryane Adibusana Tbk 2006 5. SMPL PT. Summitplast Tbk 2007 6. ACAP PT. Adhi Chandra Automotive Tbk 2007 7. SHDA PT. Sari Husada Tbk 2007 8. KOPI PT. Korpora Persada Investama Tbk 2007 9. SUDI PT. Surya Dumai Industri Tbk 2008 10. BASS PT. Bahtera Admina Samudra Ybk 2008 Sumber : Fact Book 2009, 2008, 2007, dan 2006. Distribusi perusahaan go publik non sektor keuangan yang sehat atau tidak mengalami financial distress, yang dilihat dari nilai laba bersih yang positif dari tahun 2008 hingga tahun 2001 yaitu terdapat 31 perusahaan. Dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
82
Tabel 4.2 Distribusi perusahaan yang sehat/non financial distress No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Kode Nama Perusahaan AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk ANTM PT. Aneka Tambang Tbk ASII PT. Astra International Tbk BATA PT. Sepatu Bata Tbk BLTA PT. Berlian Laju Tanker Tbk CTBN PT. Citra Tubindo Tbk DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk GGRM PT. Gudang Garam Tbk HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk JPRT PT. Jaya Real Property Tbk KAEF PT. Kimia Farma Tbk LION PT. Lion Metal Works Tbk LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk LPCK PT. Lippo Cikarang Tbk PTRO PT. Petrosea Tbk PYFA PT. Pyramid Farma Tbk RALS PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk RIGS PT. Rig Tenders SMDR PT. Samudera Indonesia Tbk SMGR PT. Semen Gresik Tbk SMRA PT. Summarecon Agung Tbk SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk STTP PT. Siantar Top Tbk TCID PT. Mandom Indonesia Tbk TGKA PT. Tigaraksa Satria Tbk TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk Sumber : Indonesia Capital Market Directory (ICMD)
Tahun Listing 1997 1997 1991 1982 1993 1990 1991 1990 1992 1994 1989 1994 2001 1997 1990 1997 2000 2001 1996 1990 1999 1995 1995 1996 1996 1993 1991 1995 1990 1998 1997
83
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Ukuran Dewan Direksi secara Keseluruhan UDW
Valid 0 1
Valid Frequency Percent Percent
Cumulative Percent
25
12.2
12.2
12.2
180
87.8
87.8
100.0
100.0
100.0
Total 205
Sumber : Output SPSS 17 Dalam Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa variabel ukuran dewan direksi diukur dengan variabel dummy yaitu jika jumlah dewan direksi 1-7 orang maka diberi skala 1 dan jika jumlah dewan direksi >7 maka diberi skala 0. Perusahaan yang memiliki jumlah dewan direksi 1-7 mencapai 180 perusahaan atau sebesar 87.8% dan perusahaan yang memiliki jumlah dewan direksi >7 sebanyak 25 perusahaan atau sebesar 12.2%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel perusahaan yang diteliti memiliki jumlah dewan direksi antara 1 sampai 7 orang.
84
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Partisipasi Pendiri secara Keseluruhan PP
Valid 0 1
Frequency Percent
Cumulative Valid Percent Percent
128
62.4
62.4
62.4
77
37.6
37.6
100.0
100.0
100.0
Total 205 Sumber : output SPSS 17
Dalam tabel 4.4 dapat dilihat bahwa variabel partisipasi pendiri diukur dengan variabel dummy yaitu jika pendiri perusahaan atau keturunannya masih tetap memegang kendali diberi skala 1 dan jika tidak terdapat campur tangan dari pendiri atau keturunannya diberi skala 0. Perusahaan yang memiliki campur tangan dari pihak pendiri atau keturunannya terdapat 77 perusahaan atau sebesar 37.6% dan perusahaan yang tidak memiliki campur tangan pihak pendiri atau keturunannya mencapai 128 perusahaan atau sebesar 62.4%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel perusahaan yang diteliti tidak terdapat campur tangan pihak pendiri atau keturunannya.
85
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Penyebaran Kepemilikan secara Keseluruhan PK
Valid 0 1
Frequency Percent
Cumulative Valid Percent Percent
67
32.7
32.7
32.7
138
67.3
67.3
100.0
Total 205 100.0 Sumber : output SPSS 17
100.0
Dalam Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa variabel penyebaran kepemilikan diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu jika berskala 1 perusahaan memiliki kepemilikan saham yang menyebar atau tidak terdapat saham mayoritas (kepemilikan, manajerial, kepemilikan
institusional,
dan kepemilikan publik)
dan
jika
perusahaan tidak memiliki perusahaan yang menyebar diberi skala 0. Perusahaan yang memiliki saham yang menyebar mencapai 138 perusahaan atau sebesar 67.3% sedangkan perusahaan yang tidak memiliki saham yang menyebar terdapat 67 perusahaan atau sebesar 32.7%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel perusahaan memiliki kepemilikan saham yang menyebar atau tidak terdapat saham mayoritas.
86
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi Sumber Pendanaan secara Keseluuruhan SP
Valid 0 1
Frequency Percent
Cumulative Valid Percent Percent
158
77.1
77.1
77.1
47
22.9
22.9
100.0
Total 205 100.0 Sumber : Output SPSS 17
100.0
Dalam tabel 4.4 dapat dilihat bahwa variabel kontrol sumber pendanaan diukur dengan dummy variabel yaitu jika perusahaan mendapatkan permodalan dari luar negeri atau Penanaman Modal Asing (PMA) diberi skala 1 dan jika perusahaan mendapatkan permodalan dari dalam negeri atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) diberi skala 0. Perusahaan yang sumber permodalannya berasal dari luar negeri atau asing (PMA) terdapat 47 perusahaan atau sebesar 22.9% sedangkan perusahaan yang sumber permodalannya berasal dari dalam negeri (PMDN) mencapai 158 perusahaan atau sebesar 77.1%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian sampel perusahaan yang diteliti memiliki sumber permodalan yang berasal dari dalam negeri atau PMDN.
87
B. Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Statistik Deskriptif Sebagai tinjauan terhadap data penelitian, berikut ini akan disajikan ringkasan data dalam bentuk statistik deskriptif untuk masing-masing variabel. Ada sebanyak 205 data pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
KM
205
.000008
75.300000
4.09867524
1.168651071E1
KI
205
8.530000
99.250000
66.06951220
1.714675222E1
STK
205
.000008
30.570000
9.99700905
7.724999184
KP
205
.750000
66.540000
28.39131707
1.318632464E1
SIZE
205
24,254409
31,760910
27,66177237
1,702393920
Valid N (listwise)
205
Sumber : Output SPSS Data penelitian sebagaimana diringkas pada tabel 4.7 tersebut menunjukkan bentuk statistik deskriptif dari variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini yang berbentuk skala interval atau rasio. Variabel DW (Ukuran Dewan Direksi), PP (Partisipasi Pendiri), PK (Penyebaran Kepemilikan) dan SP (Sumber Pendanaan) tidak dimasukkan dalam perhitungan statistik 88
deskriptif karena ketiga variabel ini merupakan skala nominal. Skala nominal merupakan skala pengukuran kategori atau sekelompok atau sekelompok dari suatu subyek, (Ghozali, 2009). Angka ini hanya berfungsi sebagai data kategori semata tanpa nilai intrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa. Oleh karena itu, tidak tepat menghitung nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi dari variabel tersebut. Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif ini adalah untuk melihat kualitas data penelitian yang ditunjukkan dengan angka atau nilai yang terdapat pada mean dan standar deviasi. Dapat dikatakan apabila mean lebih besar daripada standar deviasi atau penyimpangan maka kualitas data adalah lebih baik. Dalam tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa variabel KM (Kepemilikan Manajerial) memiliki rata-rata sebesar 4.09867524% lebih besar dibandingkan standar deviasinya yaitu 1.168651071%. Variabel KI (Kepemilikan Institusional), menunjukkan rata-rata 66.06951220% lebih besar bila dibandingkan dengan standar deviasinya
yaitu 1.1714675222%,
(pemegang
saham
terbesar
kemudian variabel STK
kedua)
menunjukkan
rata-rata
9.99700905% lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai standar deviasinya yaitu sebesar 7.724999184%, sedangkan variabel
KP
(kepemilikan
publik)
menunjukkan
rata-rata
89
28.39131707% lebih besar bila dibandingkan dengan standar deviasinya yaitu sebesar 1.318632464% dan variabel kontrol SIZE (ukuran perusahaan) menunjukkan rata-rata 27,66177237 dengan standar deviasi yaitu sebesar 1,702393920. KM (kepemilikan manajerial) menunjukkan seberapa besar saham yang dimiliki oleh pihak dalam atau manajemen, baik saham yang dimiliki oleh komisaris, direksi maupun karyawan. Dalam tabel menunjukkan rata-rata kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak dalam atau manajemen sebesar 4.09867524%. Hal ini berarti bahwa porsi rata-rata saham yang dimiliki oleh dewan komisaris, dewan direksi maupun karyawan adalah sebesar 4.09867524% dari seluruh saham yang beredar. Kepemilikan saham manajerial paling rendah sebesar 0.000008% sedangkan yang paling tinggi mencapai 75.30%. Kepemilikan manajerial memiliki nilai standar deviasi sebesar 1.168651071% yang dapat diartikan bahwa batas penyimpangan kepemilikan manajerial adalah 1.168651071%. KI (kepemilikan institusional) menunjukkan seberapa besar saham yang dimiliki oleh institusi. Dalam tabel menunjukkan ratarata kepemilikan saham yang dimilki oleh institusi 66.06951220%, hal ini berarti bahwa porsi rata-rata saham yang dimiliki oleh institusi adalah sebesar 66.06951220% dari jumlah saham yang beredar. Kepemilikan saham institusional paling rendah adalah
90
sebesar 8.53%, sedangkan yang tertinggi adalah sebesar 99.25%. Kepemilikan institusional memiliki nilai standar deviasi sebesar 1.714675222%,
yang
berarti
bahwa
batas
penyimpangan
kepemilikan institusional adalah sebesar 1.714675222%. STK (pemegang saham terbesar kedua) menunjukkan seberapa besar saham yang dimiliki oleh pemegang saham terbesar kedua baik atas nama, alamat, direksi maupun institusi. Dalam tabel terlihat bahwa rata-rata saham yang dimiliki oleh pemegang saham terbesar kedua adalah sebesar 9.99700905%, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata saham yang dimiliki oleh pemegang saham terbesar kedua adalah sebesar 9.99700905% dari jumlah saham yang beredar. Kemudian saham yang terendah yang dimiliki oleh pemegang saham terbesar kedua adalah sebesar 0.000008% sedangkan saham tertinggi sebesar 30.57%. pemegang saham terbesar
kedua
memiliki
nilai
standar
deviasi
sebesar
7.724999184%, yang berarti bahwa batas penyimpangan variabel pemegang saham terbesar kedua adalah sebesar 7.724999184%. KP (kepemilikan publik) menunjukkan seberapa besar saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat. Dalam tabel terlihat bahwa rata-rata saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat sebesar 28.39131707%, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat adalah
91
sebesar
28.39131707%
dari jumlah saham
yang
beredar.
Kepemilikan saham publik yang terendah adalah sebesar 0.75% dan yang tertinggi adalah sebesar 66.54%. Sedangkan kepemilikan publik memiliki nilai standar deviasi sebesar 13.18632464% yang berarti bahwa batas penyimpangan saham kepemilikan publik adalah sebesar 13.18632464%. SIZE (ukuran perusahaan) menunjukkan seberapa besar total asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, data dihitung dengan menggunakan logaritma natural total asset. Dalam tabel terlihat bahwa rata-rata dari logaritma natural total asset yang dimiliki
oleh
perusahaan
sebesar
27,66177237,
hal
ini
menunjukkan bahwa rata-rata aset yang dimiliki oleh perusahaan sebesar 27,66177237. Total asset terendah adalah sebesar 24,254409 dan yang tertinggi sebesar 31,760910. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 1,702393920 yang berarti bahwa batas penyimpangan logaritma natural total asset adalah sebesar 1,702393920.
92
2. Analisis Regresi Logistik Binary Pengujian kedua hipotesis menggunakan model binary logistic regression dengan metode enter pada tingkat signifikansi α = 5%. Binary logistic regression digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen KM (kepemilikan manajerial), KI (kepemilikan institusional), STK (pemegang saham terbesar kedua), DW (ukuran dewan direksi), KP (kepemilikan publik), PP (partisipasi pendiri), PK (penyebaran kepemilikan) dan variabel kontrol SIZE (ukuran perusahaan) dan SP (sumber pendanaan) terhadap financial distress. Pengujian hipotesis meliputi (1) menilai kelayakan model regresi, (2) menilai keseluruhan model, dan (3) menguji koefisien regresi.
a. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit) Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi. Dari tampilan dalam tabel Hosmer and Lemeshow Test menunjukkan bahwa besarnya nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit sebesar 4.725 dengan probabilitas 0.787 dimana 0.787 > 0.05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak (H0 diterima). Hal ini dapat diartikan bahwa model regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini layak dipergunakan
93
untuk analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Tabel 4.8 Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square df
1 4.725 8 Sumber: Data diolah
Sig. .787
b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) Langkah berikutnya menilai kelayakan model (overall model fit). Pada tabel 4.9 ditunjukkan uji kelayakan dengan memperhatikan angka pada awal -2 LogLikelihood (LL). Dari hasil perhitungan -2 LogLikelihood pada blok pertama (block number = 0) terlihat nilai -2 LogLikelihood sebesar 227.770. Kemudian hasil perhitungan nilai -2 LogLikelihood pada blok kedua (block number = 1) terlihat nilai -2 LogLikelihood sebesar 151.665 terjadi penurunan pada blok kedua (block number = 1) yang ditunjukkan pada tabel 4. 9. Penilaian keseluruhan model regresi menggunakan nilai -2 LogLikelihood dimana jika terjadi penurunan pada blok
kedua
dibanding
blok
pertama
maka
dapat
disimpulkan bahwa model regresi kedua menjadi lebih 94
baik. Seperti yang ditunjukkan pada kedua tabel, pada blok pertama (block number = 0) nilai-nilai -2 LogLikelihood sebesar 227.770 dan pada blok kedua (block number = 1) nilai -2 LogLikelihood 151.665. Dari hasil ini kita dapat menyimpulkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Tabel 4.9 Overall Model Fit Test Block Number = 0 Block Number = 1 -2 Log Likelihood -2 Log Likelihood 227.770
151.665
Sumber : Data diolah
c. Menguji Koefisien Regresi Tahap yang terakhir adalah uji koefisien regresi, dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel Model Summary. Tabel tersebut menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat signifikansi 5 persen. Pada tabel Model Summary memberikan nilai Cox & Snell R Square sebesar 0.310 dan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0.462 yang menjelaskan bahwa dalam model regresi ini kemampuan variabel independen dalam menjelaskan financial distress sebesar 46.2% dan sisanya 53.8% dijelaskan oleh variabel lain. 95
Tabel 4.10 Model Summary Step
-2 Log Cox & Snell Nagelkerke R likelihood R Square Square
1 151.665a .310 .462 a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Variabel lain yang dapat mempengaruhi financial distress adalah faktor-faktor ekonomi makro. Menurut Ross (2005) dalam (Ahmad Rodoni dan herni Ali, 2010: 182) , mengungkapkan bahwa ketidakpastian kondisi ekonomi makro, merupakan contoh dari risiko sistematis yang mempengaruhi sejumlah besar aset perusahaan. Kondisi ini mempengaruhi semua saham diberbagai tingkat. Kepekaan perusahaan terhadap tekanan kondisi ekonomi makro merupakan inti dari risiko sistematis. Beberapa penjelasan terkait dengan faktor ekonomi makro adalah sebagai berikut:
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks pasar ini merupakan alat ukur kinerja sekuritas khususnya saham yang listing di bursa yang digunakan oleh bursa-bursa di dunia. IHSG digunakan untuk mengukur kinerja saham. Fungsinya juga sebagai benchmark kinerja portofolio, indikator trend pasar, 96
indikator tingkat keuntungan dan sebagai fasilitas perkembangan produk derivatif.
Inflasi Dalam ekonomi, inflasi memiliki pengertian suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi, dianggap inflasi jika terjadi proses kenaikan harga yang terus-menerus dan saling mempengaruhi. Inflasi
merupakan
faktor
risiko
yang
harus
dipertimbangkan dalam proses investasi. Adanya kenaikan harga secara umum akan berdampak pada berkurangnya daya beli sehingga tingkat hasil riil akan turun. Dengan demikian apabila inflasi naik, maka investor akan menginginkan kenaikan hasil nominal guna melindungi tingkat inflasi riilnya.
97
Nilai Tukar Globalisasi mendorong investasi lintas negara di samping untuk tujuan diversifikasi. Oleh karena itu, risiko nilai mata uang merupakan faktor ketidakpastian yang dihadapi investor apabila melakukan investasi di pasar global. Dengan terbukanya peluang investasi di Bursa Efek Jakarta bagi investor asing, maka faktor nilai tukar US Dollar terhadap rupiah merupakan faktor risiko yang patut diperhitungkan. Semakin tinggi fluktuasi nilai tukar mata uang yang bersangkutan. Dengan demikian investor harus mempertimbangkan pula premi risiko atas nilai tukar tersebut. Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar mempunyai hubungan positif dan signifikan mempengaruhi return saham. Dan return saham mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan, maka dapat diasumsikan bahwa sensitifitas perusahaan terhadap nilai tukar mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan.
98
Tabel 4.11 Variables in the Equation B a
Step 1
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
KM
-.024
.027
.794
1
.373
KI
.976
-.046
.023
4.049
1
.044
.955
STK
.078
.036
4.689
1
.030
1.081
UDW
.750
.996
.567
1
.451
2.117
KP
.048
.028
2.962
1
.085
1.049
PP
.849
.507
2.799
1
.094
2.337
PK
-1.255
.533
5.552
1
.018
.285
SIZE
1.008
.231
19.044
1
.000
2.741
SP
2.265
.700
10.473
1
.001
9.633
-25.484
6.901
13.638
1
.000
.000
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: KM, KI, STK, UDW, KP, PP, PK, SIZE, SP.
Dari pengujian persamaan logistik tersebut, maka diperoleh model regresi logistik sebagai berikut: Ln (NFD/1-NFD) = -25.484 - 0.024KM – 0.046KI + 0.078STK + 0.750UDW + 0.048KP + 0.849PP – 1.255PK + 1.008SIZE + 2.265SP
99
3. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hasil
Uji
Hipotesis
1
:
Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan berpengaruh secara simultan terhadap kondisi financial distress. Untuk mengetahuinya, dalam regresi logistik binary menggunakan statistik uji G, yaitu uji yang digunakan untuk menguji peranan variabel independen dalam model secara bersama-sama (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Berdasarkan hasil analisis untuk pengujian secara simultan
dari
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan berpengaruh terhadap financial distress. Pada pengujian ini H0 1 ditolak atau Ha 1 diterima ditunjukkan dengan besarnya probabilitas sebesar 0.000. nilai ini lebih kecil dari 0.05 (0.000<0.05), ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama (simultan) dari variabelvariabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, 100
kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan terhadap kondisi financial distress. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Masruddin (2007) yang meyatakan bahwa variabel-variabel
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, pemegang saham terbesar kedua, partisipasi pendiri, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik dan penyebaran
kepemilikan
berpengaruh
secara
serentak
(simultan) terhadap kondisi financial distress. Penelitian ini juga mendukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijantini (2007), yang menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab kesulitan keuangan perusahaan adalah buruknya pengelolaan perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia dinilai kurang berhasil dalam mengatasi krisis dibanding dengan perusahaan di negara Asia lainnya. Salah satu sebabnya adalah lemahnya tata kelola perusahaan. Masalah tata kelola perusahaan muncul karena lemahnya struktur
pengawasan
perusahaan
terutama
kurangnya
pengawasan dari pemegang saham, dewan komisaris dan bank kreditur. Tingginya konsentrasi kepemilikan dan struktur kepemilikan yang berorientasi pada hubungan keluarga
101
mengakibatkan keputusan stratejik perusahaan masih berada pada anggota keluarga. b. Hasil Uji Hipotesis Kedua : Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan berpengaruh secara parsial terhadap kondisi financial distress. Pengujian variabel dilakukan satu per satu menggunakan statistik uji wald (hosmer & lemeshow, 1989). Uji ini dilakukan
dengan
membandingkan
model
terbaik
yan
dihasilkan oleh uji simultan terhadap model tanpa variabel bebas di dalam model terbaik.
Variabel KM (Kepemilikan manajerial) tidak berpengaruh terhadap
terjadinya
financial
distress.
Dalam
tabel
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi sebesar -0.024, dengan nilai probabilitas sebesar 0.373, nilai ini lebih besar dari nilai signifikansi 0.05 (5%). Hal ini berarti bahwa secara individu variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap terjadinya financial distress.
102
Dari hasil diatas diketahui bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel kepemilikan manajerial dengan financial distress. Atau dengan kata lain jika terjadi peningkatan pada kepemilikan manajerial akan mampu mendorong turunnya potensi kesulitan keuangan karena akan mampu menyatukan kepentingan antara pemegang saham dan manajer sehingga akan mampu menurunkan potensi terjadinya kesulitan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Masruddin (2007) yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Menurut Classen, Djankov dan Lang (2000) dalam Masruddin (2007) menyatakan bahwa di Indonesia, 66.9% perusahaan yang go publik adalah perusahaan keluarga. Untuk perusahaan keluarga, ada kecenderungan bahwa antara pemilik perusahaan dan manajemen (pengelola perusahaan) adalah sama atau masih ada hubungan keluarga (istri, anak, menantu, adik dan sebagainya) sehingga tidak bisa dipisahkan antara keputusan atau policy yang ditetapkan oleh pemilik perusahaan dengan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan.
103
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian dari Huang Hui dan Jing-Jing Zhou (2008) yang menyatakan
bahwa terdapat
korelasi
negatif antara
persentase saham yang dimiliki oleh para manajer dengan biaya kesulitan keuangan atau tidak signifikan. Hal ini mungkin terjadi karena proporsi saham manajer terlalu kecil. Terdapat hasil penelitian lain yang mendukung dari hasil penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Safrida Rumondang Parulian (2007). Menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh insider (direksi dan komisaris) tidak terbukti memiliki hubungan signifikan dengan terjadinya distress, walaupun arah hubungannya sesuai dengan hipotesis. Tetapi hasil ini kurang sejalan dengan teori agensi dari Jensen (1993) dalam Masruddin (2007), yang menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial, maka semakin baik kinerja perusahaan. Teori Jensen didasarkan atas asumsi bahwa antara pemilik perusahaan dan manajemen (pengelola perusahaan) adalah
104
terpisah, sehingga timbul peluang terjadinya konflik antara pemilik perusahaan dengan pengelola perusahaan (agency conflict).
Variabel KI (Kepemilikan Institusional) berpengaruh terhadap
terjadinya
financial
distress.
Dalam
tabel
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi sebesar -0.046 dengan nilai probabilitas sebesar 0.044, nilai ini lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0.05 (5 %). Dengan diketahuinya nilai koefisien regresi yang negatif yaitu sebesar -0.046 maka variabel kepemilikan institusional juga memiliki hubungan negatif dengan variabel financial distress.
Maka
setiap
kenaikan
1%
kepemilikan
institusional akan menurunkan probabilitas terjadinya financial distress sebesar 0.046%. Artinya peningkatan kepemilikan
institusional
dalam
perusahaan
akan
mendorong semakin kecilnya potensi financial distress. Hal ini dikarenakan semakin besar kepemilikan institusional akan semakin besar monitor yang dilakukan terhadap perusahaan yang pada akhirnya akan mampu mendorong semakin kecilnya potensi financial distress yang mungkin tejadi di dalam persahaan. Hubungan yang bersifat negatif 105
tersebut juga didukung dengan kekuatan hubungan, yang artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel kepemilikan institusional dengan variabel financial distress yaitu sebesar 0.044 (signifikan pada tingkat 5%). Dengan demikian terbukti bahwa secara individu (parsial) variabel kepemilikan institusional berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Masruddin (2007), yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap
terjadinya
financial
distress.
Sebagian besar pemegang saham perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah memakai nama suatu institusi daripada nama pribadi. Kondisi ini akan menyulitkan untuk mengetahui nama-nama direksi atau komisaris yang mewakili pemegang saham perusahaan. Tetapi hasil penelitian
ini
mendukung
hasil
penelitian dari Emrinaldi Nur DP (2007) yang menyatakan bahwa
terdapat
hubungan
yang
signifikan
antara
kepemilikan institusional dengan perusahaan berstatus kesulitan keuangan. Peningkatan kepemilikan institusional dalam perusahaan akan mendorong semakin kecilnya
106
potensi terjadinya financial distress. Hal ini dikarenakan semakin besar kepemilikan institusional akan semakin besar monitor yang dilakukan terhadap perusahaan yang pada akhirnya akan mampu mendorong semakin kecilnya potensi financial distress yang mungkin terjadi di dalam perusahaan. Kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang dimiliki oleh institusi. Institusi itu sendiri meliputi pemerintah, perusahaan dan lembaga-lembaga keuangan lainnya, hal ini dapat membuktikan bahwa peran dari instutusi-intitusi tersebut besar terhadap perusahaan. Sehingga
institusi-institusi
tersebut
secara
otomatis
memiliki kontrol yang besar terhadap perusahaan. Oleh karena itu, perusahaanpun akan lebih baik lagi dalam hal meningkatkan
kinerja
perusahaan
guna
untuk
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan meningkatkan kepercayaan para pemegang saham.
107
Variabel
STK
(pemegang
saham
terbesar
kedua)
menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.078 dengan probabilitas sebesar 0.030 di bawah atau lebih kecil dari nilai signifikansi 0.05 (5 persen). Dengan demikian terbukti bahwa
variabel
berpengaruh
pemegang
signifikan
saham
terhadap
terbesar
terjadinya
kedua financial
distress. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian dari Masruddin (2007) yang menyatakan bahwa variabel pemegang saham terbesar kedua tidak berpengaruh terhadap
terjadinya
financial
distress.
Tetapi
hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan TsunSiou Lee (2004), yang menyatakan bahwa peran pemegang saham terbesar kedua dalam mengontrol kebijakan yang diambil oleh pemegang saham terbesar akan mengurangi peluang
pengambilan
keputusan
yang
cenderung
menguntungkan pemilik saham terbesar. Di samping itu menurut
Classen,
Djankov &
Lang (2000)
dalam
Masruddin (2007), menyatakan bahwa untuk perusahaan keluarga ada kecenderungan bahwa pemegang saham terbesar kedua, masih ada hubungan keluarga atau masih dari kelompok usaha yang sama sehingga hak suara yang 108
dimiliki cenderung mendukung keputusan pemegang saham mayoritas.
Variabel UDW (ukuran dewan direksi) menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.750 dengan probabilitas sebesar 0.451 lebih besar dari nilai signifikansi sebesar 0.05 (5%). Hal ini mengandung arti bahwa secara individu (parsial), terbukti bahwa variabel ukuran dewan direksi tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
terjadinya
financial
distress. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian Masruddin (2007), yang menyatakan bahwa variabel
ukuran
dewan
direksi
berpengaruh
secara
signifikan terhadap terjadinya financial distress. Hal ini tidak konsisten pula dengan penelitian Deni darmawati (2004) dalam Masruddin (2007) yang menjelaskan bahwa jumlah dewan direksi yang sesuai dengan besarnya perusahaan akan lebih efektif dalam monitoring kinerja perusahaan dan terciptanya network dengan pihak luar perusahaan.
109
Tetapi Eisenberg et al. (1998) dalam Khaira Amalia Fachrudin (2008:41) menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara ukuran dewan dan kinerja prusahaan, dengan menggunakan sampel di Finlandia. Dewan direksi menentukan kebijakan perusahaan. Dewan komisaris memonitor penerapan kebijakan tersebut. Wardhani (2006) menuliskan bahwa jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources dependence (Alexander, Fernel, Halporn, 1993; Goodstein, Gautarn, Boeker, 1994; Mintzberg, 1983). Maksud dari pandangan resources dependence adalah bahwa perusahaan akan tergantung dengan dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik. Kerugian
dewan
yang
besar
adalah
meningkatnya
permasalahan dalam hal komunikasi dan koordinasi serta turunnya
kemampuan
dewan
untuk
mengendalikan
manajemen, sehingga menimbulkan permasalahan agensi yang muncul dari pemisahan antara manajemen dan kontrol (Jensen, 1993; Yermack, 1996) dalam (Khaira Amalia Fchrudin, 2008:41).
110
Hasil statistik pada pengamatan tahun 2002 yang dilakukan
oleh
Khairan
Amalia
Fachrudin
(2008)
menunjukkan semakin banyak direktur semakin besar kemungkinan perusahaan untuk tidak kesulitan keuangan. Teori resources dependence mengatakan bahwa perusahaan tergantung pada dewannya untuk mengelola sumber daya secara lebih baik.
Variabel KP (kepemilikan publik) menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.048 dengan probabilitas sebesar 0.085 lebih besar dari nilai signifikansi sebesar 0.05 (5%). Hal ini dapat diartikan bahwa secara individu (parsial) terbukti
bahwa
variabel
kepemilikan
publik
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Masruddin (2007), yang menyatakan
bahwa
berpengaruh
terhadap
variabel
kepemilikan
terjadinya
financial
publik distress.
Masyarakat atau publik dalam hal ini dapat berupa pribadi atau
suatu
institusi.
Keberadaanya
menuntut
untuk
diberikannya informasi kinerja perusahaan yang jujur, jelas 111
dan tepat waktu. Penerapan corporate governance yang baik, akan banyak mempengaruhi tinggi rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang ditanamkan ke perusahaan tersebut. Dengan demikian tanggung jawab perusahaan dalam menerapkan corporate governance yang baik akan lebih besar, dimana hal tersebut sebagai bagian dari aspek transparansi dalam mekanisme corporate governance.
Variabel PP (partisipasi pendiri) menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.849 dengan probabilitas sebesar 0.094 lebih besar dari nilai signifikansi 0.05 (5%). Hal ini mengandung arti bahwa secara individu (parsial) terbukti bahwa variabel partisipasi pendiri tidak berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini tidak sebanding dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Masruddin (2007), yang menyatakan bahwa variabel partisipasi pendiri berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Tetapi hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tsun-Siou Lee dan Yin Hua Yeh (2004) yang menjelaskan bahwa semakin besar campur tangan pihak pendiri (dan 112
keluarga) dalam menjalankan bisnis perusahaan, maka tingkat
kemandirian
manajemen
dalam
mengelola
perusahaan akan cenderung rendah karena adanya campur tangan dari pihak pendiri perusahaan, sehingga penerapan prinsip-prinsip
transparancy,
accountability
dan
responsibility akan cenderung lemah yang berarti lemahnya penerapan corporate governance. Yeh,
Lee,
dan
Woidtke
(2001)
melaporkan
perusahaan keluarga yang memiliki tingkat control tinggi akan memiliki kualitas kinerja keuangan yang rendah, dibandingkan perusahaan keluarga yang memiliki tingkat kontrol yang rendah dan telah dimiliki secara luas oleh publik. Lebih lanjut, mereka menemukan bahwa nilai perusahaan lebih tinggi ketika pengendali perusahaan menempatkan wakilnya dalam jajaran manajemen dan jumlahnya hanya minoritas saja dalam (Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008:39).
113
Varaibel PK (penyebaran kepemilikan) menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -1.255 dengan probabilitas sebesar 0.018 lebih kecil dari nilai signifikansi 0.05 (5%). Hal ini dapat mengandung arti bahwa secara individu (parsial) terbukti
bahwa
variabel
penyebaran
kepemilikan
berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Masruddin (2007), yang menyatakan bahwa variabel
penyebaran
kepemilikan
tidak
berpengaruh
terhadap terjadinya financial distress. Sebabnya adalah perusahaan dengan struktur kepemilikan saham yang menyebar (banyak pemilik dengan kepemilikan yang kecil) menyebabkan pengendalian pemegang saham terhadap manajemen
cenderung
lemah,
karena
tidak
adanya
pemegang saham mayoritas dan meratanya hak suara dari masing-masing pemegang saham. Pemegang saham tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengendalikan manajemen sehingga manajemen mempunyai derajat discreation yang tinggi yang memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri (Tri gunarsih, 2003). Tetapi ada penelitian lain yang mendapati bahwa dengan kepemilikan saham
yang 114
menyebar, maka tidak ada pemegang saham yang terlalu dominan, dengan demikian kebijakan-kebijakan perusahaan akan banyak ditentukan oleh rapat umum pemegang saham (RUPS) yang dihadiri oleh perwakilan dari semua pemegang saham. Sebuah riset yang dilakukan oleh ekonom Bank Dunia pada tahun 1998 juga mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 1993 sampai tahun 1997, lebih dari 60 persen saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) hanya dikuasai oleh sepuluh keluarga terkaya di Indonesia. Dengan kepemilikan perusahaan Indonesia yang demikian kerap terjadi sengketa kepentingan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Sengketa kepentingan pada perusahaan publik di Indonesia disebabkan pemegang saham mayoritas umumnya memiliki kontrol yang sangat besar terhadap perusahaan tersebut. Pemegang saham mayoritas ini umumnya pemegang saham awal (keluarga) di mana perusahaan publik di Indonesia pada mulanya merupakan perusahaan keluarga. Walaupun perusahaan telah menjadi perusahaan publik, kepemilikan keluarga masih sangat besar dibandingkan jumlah saham yang
115
dilepas
ke
publik
dalam
(Indra
Surya
dan
Ivan
Yustiavandana, 2008:56) Forum For Corporate Governance in Indonesia (2002) mengatakan bahwa pemegang saham mayoritas ini kerap memanfaatkan kekuatannya pada perusahaan publik untuk
kepentingannya
yang
sebenarnya
merugikan
pemegang saham minoritas. Hal-hal seperti inilah yang menjadi penyebab sengketa antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Belajar dari perilaku usaha di Indonesia selama kurun waktu yang sangat panjang telah tercemar dengan berbagai tindakan, kegiatan, dan modus usaha usaha yang tidak sehat, karena pola dan kepemilikan usaha yang hanya terkonsentrasi pada segelintir kelompok dan secara sistematis menerapkan strategi usahanya dengan bertumpu pada praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dalam (Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008:57)
116
Variabel Independen
Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Logistik Unstandardized Sig Parsial Sig Simultan Coefficients β) (Uji Wald) (Uji G)
Interpretasi
(Constant)
-25.484
KM
-0.024
0.373
Tidak signifikan
KI
-0.046
0.044
Signifikan
STK
0.078
0.030
Signifikan
UDW
0.750
0.451
Tidak signifikan
KP
0.048
0.085
Tidak Signifikan
PP
0.849
0.094
Tidak signifikan
PK
-1.255
0.018
Signifikan
Cox & Snell R Square Nagelkerke Square
R
0.000
=0.310
=0.462
Sumber data : data sekunder yang diolah Keterangan
: *) Signifikansi pada level 5%
117
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh corporate governance terhadap financial distress pada perusahaan go publik non sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan sampel sebanyak 41 perusahaan pada delapan periode tahun 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008 sehingga didapatkan jumlah sampel (n) sebanyak 41 x 5 = 205 sampel. Dari hasil penelitian data dan pembahasan yang dilakukan, dengan menggunakan regresi logistik maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Obyek penelitian terdiri dari 205 sampel dengan periode pengamatan selama 5 tahun, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2 yang menunjukkan bahwa sebanyak 10 perusahaan mengalami financial distress dan 31 perusahaan sehat. 2. Secara simultan atau bersama-sama variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap finacial distress. Hal ini ditunjukkan oleh angka signifikansi untuk model regresi logistik ini adalah 0.000. angka signifikansi ini lebih kecil dari nilai signifikansi 0.05 sehingga H1 diterima atau variabel-variabel 118
bebas dalam model regresi logistik ini secara simultan atau bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (financial distress). 3. Secara parsial atau individu kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, dan penyebaran kepemilikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan oleh angka signifikannya sebesar 0.044, 0.030 dan 0.018. Angka signifikansi ini lebih kecil dari 0.05. Sehingga H2 diterima atau variabel-variabel bebas yaitu kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua dan penyebaran kepemilikan dalam model regresi logistik ini secara parsial atau individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (financial distress).
B. Saran 1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain yang diduga mempengaruhi financial distress perusahaan seperti komite audit dan komisaris independen. 2. Memperluas penelitian dengan menambah sampel penelitian dari seluruh perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sehingga hasil yang diperoleh akan lebih dapat digeneralisasi dan akan lebih menggambarkan kondisi sesungguhnya selama jangka panjang.
119
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica, “Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. XII No. 1, STIE Perbanas Surabaya, Maret 2006. _____________________, Dan Emanuel Kristijadi, “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI), Vol. 7 No. 2, STIE Perbanas Surabaya, Desember 2003. _____________________, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Suatu Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 No. 1, STIE Perbanas Surabaya, Januari, 2004. ____________________, Dan Lailul L. Sifa, “Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi, IX Padang, 2006. Amrullah, Khania Vissiani, “Prediksi Financial Distress Perusahaan (Studi Empirik Pada Perusahaan manufaktur Yang Terdaftar di BEI) Periode 2001-2008”. Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Atikhasari, Vinanta. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”, Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti Jakarta, 2010. Asri, Dyah Permata Budi. “Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) dalm Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas”, Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta. Effendi. M. Arief, “The Power of Corporate Governance: Teori dan Imlementasi”. Jakarta: Salemba Empat, 2009. Fachrudin, Khaira Amalia, “Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal”, USU Press, Medan, 2008 Ghazali, Imam, “Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
120
Habibie, M.Z., “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti Jakarta, 2010. Handayani, Dwi R. dan Bambang Hadinugroho, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Deviden (Studi Kasus Pada Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 2001-2005)”, Fokus Manajerial, Vol. 7 No. 1, Jurusan Ekonomi fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, 2009. Harahap, Sofyan Syarif, “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, Edisi 1, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Hui, Huang dan Jing-Jing Zhou, “Relationship between Corporate Governance and Financial Distress: An Empirical Study of Distressed Companies in China”, Internaational Journal of Management, Desember 2008. Iqbal, Syaiful dan Nurul Fachriyah, “Corporate Governance Sebagai Alat Praktik Manajemen Laba (Earnings Management)”. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2007. Jogiyanto.2004.”Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalamanpengalaman”.BPFE-Yogyakarta. Kaihatu, Thomas S, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.8 No.1, Maret. Universitas Kristen Petra Suarbaya, 2006. Komite
Kebijakan Corporate Governance, “Pedoman Governance Indonesia”. Jakarta: KNKG, 2006.
Good
Corporate
Madura, Jeff, “Introduction To Business (Pengantar Bisnis)”, Edisi 4 Buku 1. Jakarta: Salemba Emapt, 2007. Masruddin, “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Financial Distress (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEJ)”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. XI, No. 2, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Tadulako Palu, Mei 2007. Musdholifah, “Analisis Hubungan Financial Distress, Rasio BV/MV, dan Pendapatan Saham pada Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 4 No. 2, Agustus 2006. 121
Nawari, “Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17”, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010. Nur, Emrinaldi DP, “Analisis Pengaruh Praktek Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Terhadap Kesulitan Keuangan Perusahaan (Financial Distress): Suatu Kajian Empiris”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 9, No.1, April 2007.
Parulian, Safrida Rumondang, “Hubungan Struktur Kepemilikan, Komisaris Independe dan Kondisi Financial Distress Perusahaan Publik”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 1 Nomor 3, Desember 2007.
Rodoni, Ahmad dan Rahman Muslim, “Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go-Public Menggunakan Analisis Multinomial Logit”, Etikonomi, Vol. 8 No. 2, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2009. ______________, dan Herni Ali, “Manajemen Keuangan”. Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2010. Sayidah,
Nur, “Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik (Studi Kasus Peringkat 10 Besar CGPI Tahun 2003, 2004, 2005)”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI), Vol. 11 No. 1, Universitas Dr. Soetomo Surabaya, Juni 2007.
Septiana, Riska. “Pengaruh Corporate Governance dan Perumbuhan Terhadap Peringkat Obligasi”, Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Sugiono. Arief, “Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan”, Jakarta; PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009. Suhendah, Rousilita, “Implementasi Konsep Good Corporate Governance di PT. Astra International Tbk dan Bank central Asia dalam Rangka Meningkatkan Kinerja dan Kepercayaan Masyarakat”, Jurnal Manajemen, Vol. 7 No. 1, Universitas Tarumanegara Jakarta, Februari 2003. Surya, Indra dan Ivan Yustiviandana, “Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”. Edisi 1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
122
Tsun-Siou, Lee dan Yin Hua Yeh, “Corporate Governance and Financial Distress; Evidence from Taiwan”, E-mail:
[email protected], 2001. Widarjo, Agus, “Analisis Statistika Multivariat Terapan”, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010. Wijantini, “Faktor Utama Penyebab Kesulitan Keuangan Perusahaan”, Jurnal Akuntansi, Vol. XI No. 02, Prasetya Mulya Business School Jakarta, Mei 2007. Wolfhenson, James D, “Good Corporate Governance, Pengertian dan Konsep Dasar”, President of The World Bank, 1999. http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_publik http://www.deptan.go.id/bdd/admin/uu/UU-25-07.pdf http://www.scribd.com/doc/52798915/Analisis-Regresi-Logistik-Multinomial
123
Lampiran 1: Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptives Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
KM
205
.000008
75.300000
4.09867524 1.168651071E1
KI
205
8.530000
99.250000
66.06951220 1.714675222E1
STK
205
.000008
30.570000
KP
205
.750000
66.540000
28.39131707 1.318632464E1
SIZE
205
24,254409
31,760910
27,66177237
Valid N (listwise)
205
124
9.99700905
7.724999184
1,702393920
Lampiran 2 : Hasil Uji Regresi Logistik
Logistic Regression Case Processing Summary a
Unweighted Cases Selected Cases
N Included in Analysis
Percent 205
100.0
0
.0
205
100.0
0
.0
205
100.0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0
0
1
1
Block 0: Beginning Block a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
228.211
1.024
2
227.770
1.129
3
227.770
1.131
4
227.770
1.131
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 227,770
125
a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
228.211
1.024
2
227.770
1.129
3
227.770
1.131
4
227.770
1.131
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 227,770 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
a,b
Classification Table
Predicted Y Observed Step 0
Y
0
Percentage 1
Correct
0
0
50
.0
1
0
155
100.0
Overall Percentage
75.6
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
1.131
S.E. .163
Wald 48.393
df
Sig. 1
.000
Exp(B) 3.100
126
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Sig.
KM
8.887
1
.003
KI
3.724
1
.054
STK
.039
1
.844
UDW
4.148
1
.042
KP
19.299
1
.000
PP
.872
1
.350
PK
2.266
1
.132
28.549
1
.000
SP
4.468
1
.035
Overall Statistics
56.575
9
.000
SIZE
Block 1: Method = Enter a,b,c,d
Iteration History -2 Log likelihood
Iteration
Coefficients Constant
KM
KI
STK
UDW
KP
PP
PK
SIZE
SP
Step 1 1
175.096
-8.490
-.021
-.020
.033
.003
.012
.428
-.636
.373
.839
2
156.049
-16.687
-.023
-.034
.054
.311
.028
.637
-1.020
.688
1.618
3
151.984
-22.923
-.023
-.043
.070
.620
.042
.790
-1.193
.915
2.094
4
151.667
-25.251
-.024
-.046
.077
.739
.047
.844
-1.249
1.000
2.251
5
151.665
-25.482
-.024
-.046
.078
.750
.048
.849
-1.255
1.008
2.265
6
151.665
-25.484
-.024
-.046
.078
.750
.048
.849
-1.255
1.008
2.265
7
151.665
-25.484
-.024
-.046
.078
.750
.048
.849
-1.255
1.008
2.265
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 227,770 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
127
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
76.105
9
.000
Block
76.105
9
.000
Model
76.105
9
.000
Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood a
1
151.665
.310
.462
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
Sig.
4.725
8
.787
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Y=0 Observed Step 1
Y=1
Expected
Observed
Expected
Total
1
17
16.242
4
4.758
21
2
10
11.950
11
9.050
21
3
7
8.138
14
12.862
21
4
9
6.231
12
14.769
21
5
4
3.559
17
17.441
21
6
2
1.992
19
19.008
21
7
0
1.087
21
19.913
21
8
1
.557
20
20.443
21
9
0
.204
21
20.796
21
10
0
.040
16
15.960
16
128
a
Classification Table
Predicted Y Observed Step 1
Y
Percentage
0
1
Correct
0
25
25
50.0
1
13
142
91.6
Overall Percentage
81.5
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B a
Step 1
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
KM
-.024
.027
.794
1
.373
.976
KI
-.046
.023
4.049
1
.044
.955
STK
.078
.036
4.689
1
.030
1.081
UDW
.750
.996
.567
1
.451
2.117
KP
.048
.028
2.962
1
.085
1.049
PP
.849
.507
2.799
1
.094
2.337
PK
-1.255
.533
5.552
1
.018
.285
SIZE
1.008
.231
19.044
1
.000
2.741
SP
2.265
.700
10.473
1
.001
9.633
-25.484
6.901
13.638
1
.000
.000
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: KM, KI, STK, UDW, KP, PP, PK, SIZE, SP.
Correlation Matrix Constant Step 1
KM
KI
STK
UDW
KP
PP
PK
SIZE
SP
Constant
1.000
-.449
-.104
-.334
-.462
-.216
-.509
.046
-.940
-.417
KM
-.449
1.000
.750
-.091
-.005
.443
.404
.207
.212
.144
KI
-.104
.750
1.000
-.155
-.186
.565
.241
.124
-.197
-.065
STK
-.334
-.091
-.155
1.000
.181
.008
.093
-.497
.352
.216
UDW
-.462
-.005
-.186
.181
1.000
-.118
.272
-.054
.400
.482
KP
-.216
.443
.565
.008
-.118
1.000
.136
-.005
-.012
.224
PP
-.509
.404
.241
.093
.272
.136
1.000
.063
.393
.317
PK
.046
.207
.124
-.497
-.054
-.005
.063
1.000
-.113
-.107
SIZE
-.940
.212
-.197
.352
.400
-.012
.393
-.113
1.000
.346
SP
-.417
.144
-.065
.216
.482
.224
.317
-.107
.346
1.000
129
Lampiran 3 : Data variabel Kepemilikan Manajerial (dalam persentase) TABEL 1 PERUSAHAAN SEHAT/NON FINANCIAL DISTRESS
NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
NAMA PERUSAHAAN PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang Tbk PT. Astra International Tbk PT. Sepatu Bata Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Citra Tubindo Tbk PT.. Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandula Sampoerna Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Jaya Pari Steel Tbk PT. Jaya Real Property Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Lionmesh Prima Tbk PT. Lippo Cikarang Tbk PT. Petrosea Tbk PT. Pyramid Farma Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Rig Tenders PT. Samudera Indonesia Tbk PT. Semen Gresik Tbk PT. Summarecon Agung Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Siantar Top Tbk PT. Mandom Indonesia Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Unggul Indah Cahaya Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. Eterindo Wahanatama Tbk
KODE 2001 AALI 1.36 ANTM 0.043 ASII 0.02 BATA 0.28 BLTA 0.06 CTBN 0.65 DPNS 1.9 GGRM 1.75 HMSP 6.72 INDF 0.522 JPRS 15.53 JPRT 0.0001 KAEF 0.97 LION 0.18 LMSH 25.78 LPCK 1.46 PTRO 0.39 PYFA 23.08 RALS 3.71 RIGS 0.03 SMDR 2.29 SMGR 0.0010 SMRA 0.66 SMSM 1.91 STTP 6.28 TCID 2.00 TGKA 0.012 TLKM 0.408 UNIC 0.049 UNVR 0.003 ETWA 0.33
2002 3.60 0.044 0.01 0.24 0.06 0.65 1.9 1.74 2.69 0.51 2.20 0.001 0.97 0.18 25.78 2.85 0.43 23.08 3.71 0.03 2.29 0.00013 0.66 1.91 6.28 2.01 0.003 0.408 0.04 0.003 0.29
TAHUN 2003 3.22 0.025 0.01 0.20 0.06 0.63 0.83 1.74 1.97 0.47 2.20 0.001 0.97 0.18 25.78 2.85 0.42 23.08 3.71 0.03 2.29 0.00013 0.37 1.9 8.18 1.80 0.012 0.000626 0.04 0.002 0.31
2004 0.08 0.015 0.09 0.0094 0.06 0.641 1.9 1.74 2.0 0.12 2.20 0.001 0.97 0.18 25.61 2.85 0.19 23.08 3.71 0.002 2.29 0.00013 0.37 1.9 6.28 1.80 0.012 0.00041 0.04 0.001 0.25
2005 0.08 0.016 0.04 0.0094 0.06 0.641 1.9 2.06 2.0 0.05 2.20 0.001 0.40 0.18 25.61 2.85 0.19 23.08 3.71 0.00045 2.29 0.000033 0.36 1.9 6.28 0.9672 0.01 0.00038 0.04 0.001 0.06
130
TABEL 2 PERUSAHAAN FINANCIAL DISTRESS
NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
NAMA PERUSAHAAN PT. Adhi Chandra Automotive Tbk PT. Bahtera Admina Samudra Tbk PT. Bukaka Teknik Utama Tbk PT. Dankos Laboratories Tbk PT. Komatsu Indonesia Tbk PT. Korpora Persada Investama Tbk PT. Ryane Adibusana Tbk PT. Sari Husada Tbk PT. Summitplast Tbk PT. Surya Dumai Industri Tbk
KODE ACAP BASS BUKK DNKS KOMI KOPI RYAN SHDA SMPL SUDI
TAHUN 2001 2002 2003 0.000008 0.000012 0.000012 0.01 0.01 0.0003 0.24 0.24 0.24 0.0053 0.0038 0.0075 0.099 0.086 0.086 75.3 68.0 68.0 5.08 5.1 2.69 0.0013 0.0006 0.0006 1.89 1.89 0.60 5.92 5.92 4.67
2004 0.000012 0.0003 8.86 0.067 0.079 68.0 4.5 1.42 0.60 4.67
131
2005 0.000012 0.00028 9.15 0.0012 0.079 68.0 1.82 0.0148 0.60 4.67
Lampiran 4 : Data variabel Kepemilikan Institusional (dalam persentase) TABEL 3 PERUSAHAAN SEHAT/NON FINANCIAL DISTRESS NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
NAMA PERUSAHAAN PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang Tbk PT. Astra International Tbk PT. Sepatu Bata Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Citra Tubindo Tbk PT.. Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandula Sampoerna Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Jaya Pari Steel Tbk PT. Jaya Real Property Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Lionmesh Prima Tbk PT. Lippo Cikarang Tbk PT. Petrosea Tbk PT. Pyramid Farma Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Rig Tenders PT. Samudera Indonesia Tbk PT. Semen Gresik Tbk PT. Summarecon Agung Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Siantar Top Tbk PT. Mandom Indonesia Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Unggul Indah Cahaya Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. Eterindo Wahanatama Tbk
KODE AALI ANTM ASII BATA BLTA CTBN DPNS GGRM HMSP INDF JPRS JPRT KAEF LION LMSH LPCK PTRO PYFA RALS RIGS SMDR SMGR SMRA SMSM STTP TCID TGKA TLKM UNIC UNVR ETWA
TAHUN 2001 2002 2003 74.1 66.84 79.94 65.0 70.75 70.42 50.35 51.86 41.94 80.6 80.6 80.6 62.31 51.97 63.19 70.86 63.36 63.36 49.67 49.67 49.67 72.12 72.12 72.12 32.06 42.53 44.78 48.0 51.89 51.53 29.76 30.78 32.18 68.07 74.13 74.42 90.03 90.03 90.03 57.7 57.7 57.7 32.22 32.22 32.22 64.12 57.79 57.79 80.46 79.24 82.29 53.85 53.85 53.85 65.50 65.50 65.50 70.47 76.82 70.47 78.82 74.26 75.0 51.01 51.01 51.01 39.93 39.93 39.93 68.02 68.02 68.02 65.5 65.5 65.5 68.03 77.62 60.12 95.3 93.12 93.17 54.29 65.98 66.6 73.38 63.74 73.38 85.0 85.0 85.0 68.98 60.25 73.78
2004 79.94 70.0 47.55 72.6 45.38 63.54 65.29 72.12 44.78 51.53 32.18 74.42 90.02 57.7 37.56 57.79 82.29 53.85 64.07 77.47 75.0 76.53 39.93 62.08 71.22 60.12 97.83 65.88 73.38 84.99 73.78
2005 79.68 75.0 50.11 84.1 45.35 58.08 65.29 72.12 97.95 51.53 32.18 75.95 90.03 57.7 37.62 52.99 77.90 53.85 63.78 96.85 66.48 76.54 33.1 68.02 66.14 79.5 93.2 68.04 74.04 85.0 73.78
132
TABEL 4 PERUSAHAAN FINANCIAL DISTRESS NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
NAMA PERUSAHAAN PT. Adhi Chandra Automotive Tbk PT. Bahtera Admina Samudra Tbk PT. Bukaka Teknik Utama Tbk PT. Dankos Laboratories Tbk PT. Komatsu Indonesia Tbk PT. Korpora Persada Investama Tbk PT. Ryane Adibusana Tbk PT. Sari Husada Tbk PT. Summitplast Tbk PT. Surya Dumai Industri Tbk
KODE ACAP BASS BUKK DNKS KOMI KOPI RYAN SHDA SMPL SUDI
2001 64.92 80.36 56.98 71.46 80.49 8.53 86.67 80.80 74.85 63.93
2002 64.93 72.74 67.4 78.69 83.93 10.49 67.64 80.80 92.02 63.93
TAHUN 2003 64.93 74.43 67.4 76.78 90.26 17.24 73.05 80.85 82.56 71.52
2004 64.93 74.43 64.19 80.09 84.0 27.24 69.05 87.08 88.67 71.52
2005 64.92 84.0 63.65 81.25 84.0 45.0 52.47 98.59 99.25 71.52
133
LAMPIRAN 5 : Data variabel Pemegang Saham Terbesar Kedua (dalam persentase) TABEL 5 PERUSAHAAN SEHAT/NON FINANCIAL DISTRESS NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
NAMA PERUSAHAAN PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang Tbk PT. Astra International Tbk PT. Sepatu Bata Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Citra Tubindo Tbk PT.. Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandula Sampoerna Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Jaya Pari Steel Tbk PT. Jaya Real Property Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Lionmesh Prima Tbk PT. Lippo Cikarang Tbk PT. Petrosea Tbk PT. Pyramid Farma Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Rig Tenders PT. Samudera Indonesia Tbk PT. Semen Gresik Tbk PT. Summarecon Agung Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Siantar Top Tbk PT. Mandom Indonesia Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Unggul Indah Cahaya Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. Eterindo Wahanatama Tbk
KODE AALI ANTM ASII BATA BLTA CTBN DPNS GGRM HMSP INDF JPRS JPRT KAEF LION LMSH LPCK PTRO PYFA RALS RIGS SMDR SMGR SMRA SMSM STTP TCID TGKA TLKM UNIC UNVR ETWA
2001 7.01 0.010 7.5 8.0 17.32 25.0 6.32 5.32 5.2 12.16 17.22 0.001 0.97 28.85 14.09 15.59 6.98 11.54 3.71 11.37 8.52 25.53 8.58 1.53 6.28 6.31 20.26 0.223 10.11 3.3 21.83
2002 3.65 5.75 8.06 8.0 16.19 25.0 6.32 5.32 6.68 0.306 17.22 0.001 0.97 28.85 14.09 15.59 0.15 11.54 3.71 11.37 8.52 25.53 8.58 1.53 6.28 11.19 25.08 8.73 9.61 2.9 21.83
TAHUN 2003 3.22 5.42 4.90 8.0 12.36 25.0 5.68 5.32 7.17 0.39 17.22 0.001 0.97 28.85 14.09 15.59 0.15 11.54 3.71 11.37 8.52 25.53 8.58 1.53 6.28 11.18 25.06 8.89 10.11 5.0 14.25
2004 0.06 5.0 4.90 7.60 0.06 25.0 14.50 5.32 7.17 0.10 17.22 0.001 0.42 28.85 14.09 15.59 0.15 11.54 3.71 11.41 8.52 25.53 8.58 1.52 6.28 7.91 25.06 8.12 10.11 5.0 14.25
2005 0.06 10.0 0.02 7.60 0.06 25.0 14.50 5.32 2.05 0.04 17.22 12.36 0.40 28.85 14.09 10.79 0.15 11.54 3.70 11.41 8.50 25.53 8.17 1.52 6.28 11.31 30.57 9.18 10.11 5.0 14.25
134
TABEL 6 PERUSAHAAN FINANCIAL DISTRESS NO. NAMA PERUSAHAAN KODE TAHUN 2001 2002 2003 1. PT. Adhi Chandra Automotive Tbk ACAP 0.000008 0.000012 0.000012 2. PT. Bahtera Admina Samudra Tbk BASS 9.38 6.10 8.02 3. PT. Bukaka Teknik Utama Tbk BUKK 8.26 9.88 9.88 4. PT. Dankos Laboratories Tbk DNKS 0.0038 7.23 5.32 5. PT. Komatsu Indonesia Tbk KOMI 18.28 18.28 18.28 6. PT. Korpora Persada Investama Tbk KOPI 8.53 10.49 9.01 7. PT. Ryane Adibusana Tbk RYAN 2.5 1.82 20.58 8. PT. Sari Husada Tbk SHDA 10.67 12.16 10.79 9. PT. Summitplast Tbk SMPL 21.38 21.38 21.38 10. PT. Surya Dumai Industri Tbk SUDI 5.92 5.92 21.05
2004 0.000012 8.02 9.95 8.63 5.0 19.0 18.18 5.15 21.38 21.05
2005 0.000012 10.69 9.88 9.79 5.0 10.0 18.18 5.15 9.27 12.36
135
Lampiran 6 : Data Variabel Ukuran Dewan Direksi (dummy variabel) Tabel 7 Perusahaan Sehat/Non Financial Distress
NO.
NAMA PERUSAHAAN
KODE 2001
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang Tbk PT. Astra International Tbk PT. Sepatu Bata Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Citra Tubindo Tbk PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandula Sampoerna Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Jaya Pari Steel Tbk PT. Jaya Real Property Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Lionmesh Prima Tbk PT. Lippo Cikarang Tbk PT. Petrosea Tbk PT. Pyramid Farma Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Rig Tenders PT. Samudera Indonesia Tbk PT. Semen Gresik Tbk PT. Summarecon Agung Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Siantar Top Tbk PT. Mandom Indonesia Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Unggul Indah Cahaya Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. Eterindo Wahanatama Tbk
AALI ANTM ASII BATA BLTA CTBN DPNS GGRM HMSP INDF JPRS JPRT KAEF LION LMSH LPCK PTRO PYFA RALS RIGS SMDR SMGR SMRA SMSM STTP TCID TGKA TLKM UNIC UNVR ETWA
2002 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1
TAHUN 2003 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
2004
2005 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
136
1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
Tabel 8 Perusahaan Financial Distress
NO. NAMA PERUSAHAAN
KODE 2001
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
PT. Adhi Chandra Automotive Tbk PT. Bahtera Admina Samudra Tbk PT. Bukaka Teknik Utama Tbk PT. Dankos Laboratories Tbk PT. Komatsu Indonesia Tbk PT. Korpora Persada Investama Tbk PT. Ryane Adibusana Tbk PT. Sari Husada Tbk PT. Summitplast Tbk PT. Surya Dumai Industri Tbk
ACAP BASS BUKK DNKS KOMI KOPI RYAN SHDA SMPL SUDI
2002 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
TAHUN 2003 2004 2005 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
137
Lampiran 7 : Data Varaibel Kepemilikan Publik (dalam persentase) Tabel 9 Perusahaan Sehat/Non Financial Distress NO.
NAMA PERUSAHAAN
KODE 2001
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang Tbk PT. Astra International Tbk PT. Sepatu Bata Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Citra Tubindo Tbk PT.. Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandula Sampoerna Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Jaya Pari Steel Tbk PT. Jaya Real Property Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Lionmesh Prima Tbk PT. Lippo Cikarang Tbk PT. Petrosea Tbk PT. Pyramid Farma Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Rig Tenders PT. Samudera Indonesia Tbk PT. Semen Gresik Tbk PT. Summarecon Agung Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Siantar Top Tbk PT. Mandom Indonesia Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Unggul Indah Cahaya Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. Eterindo Wahanatama Tbk
AALI ANTM ASII BATA BLTA CTBN DPNS GGRM HMSP INDF JPRS JPRT KAEF LION LMSH LPCK PTRO PYFA RALS RIGS SMDR SMGR SMRA SMSM STTP TCID TGKA TLKM UNIC UNVR ETWA
24.60 35.0 49.63 19.40 37.49 28.62 41.11 26.13 61.22 52.0 19.27 31.93 9.0 42.12 41.98 35.88 19.54 23.07 30.79 29.39 21.45 23.46 60.07 30.07 28.22 4.70 31.97 45.71 26.62 15.0 30.61
2002 29.51 35.0 48.13 19.40 47.91 36.22 41.11 26.14 54.78 48.11 18.25 25.87 9.0 42.12 42.0 42.21 20.76 23.07 30.79 23.04 23.45 23.46 60.07 30.07 28.22 6.88 22.38 34.02 36.26 15.0 39.34
TAHUN 2003 20.06 35.0 58.06 19.40 36.69 36.43 41.75 26.14 53.25 48.47 16.85 25.58 9.0 42.12 42.0 39.36 17.71 23.07 30.79 29.39 22.71 23.46 60.07 30.08 26.32 39.88 6.83 33.40 26.62 15.0 25.81
2004 20.06 35.0 52.36 27.40 54.50 36.46 34.71 26.14 53.25 48.47 16.85 25.58 9.56 42.12 36.83 39.36 17.71 23.07 32.22 22.42 22.71 23.47 60.07 30.08 22.50 2.17 31.97 33.41 26.62 15.01 25.93
2005 20.32 35.0 49.89 15.90 54.53 41.92 34.71 25.82 2.05 48.47 16.85 24.05 9.7 42.12 36.77 44.16 22.10 23.07 32.52 3.04 31.23 23.46 66.54 30.08 27.58 6.80 20.50 31.96 25.96 15.0 25.93
138
Tabel 10 Perusahaan Financial Distress NO. NAMA PERUSAHAAN KODE 2001 1. PT. Adhi Chandra Automotive Tbk ACAP 35.08 2. PT. Bahtera Admina Samudra Tbk BASS 19.64 3. PT. Bukaka Teknik Utama Tbk BUKK 41.93 4. PT. Dankos Laboratories Tbk DNKS 28.54 5. PT. Komatsu Indonesia Tbk KOMI 19.51 6. PT. Korpora Persada Investama Tbk KOPI 16.17 7. PT. Ryane Adibusana Tbk RYAN 8.25 8. PT. Sari Husada Tbk SHDA 19.2 9. PT. Summitplast Tbk SMPL 25.15 10. PT. Surya Dumai Industri Tbk SUDI 30.15
2002 35.07 27.26 25.95 28.54 16.07 21.52 8.25 19.2 6.09 30.15
TAHUN 2003 35.07 19.47 25.95 23.22 9.74 14.77 16.98 19.15 7.57 23.81
2004 35.07 19.47 26.95 19.91 16.0 14.77 22.59 12.92 11.60 23.81
139
2005 35.08 16.0 27.33 18.75 16.0 37.0 27.59 1.41 0.75 23.81
Lampiran 8 : Data Variabel Partisipasi Pendiri (dummy variabel) Tabel 11 Perusahaan Sehat/Non Financial Distress NO.
NAMA PERUSAHAAN
KODE 2001
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang Tbk PT. Astra International Tbk PT. Sepatu Bata Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Citra Tubindo Tbk PT.. Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandula Sampoerna Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Jaya Pari Steel Tbk PT. Jaya Real Property Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Lionmesh Prima Tbk PT. Lippo Cikarang Tbk PT. Petrosea Tbk PT. Pyramid Farma Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Rig Tenders Tbk PT. Samudera Indonesia Tbk PT. Semen Gresik Tbk PT. Summarecon Agung Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Siantar Top Tbk PT. Mandom Indonesia Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Unggul Indah Cahaya Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. Eterindo Wahanatama Tbk
AALI ANTM ASII BATA BLTA CTBN DPNS GGRM HMSP INDF JPRS JPRT KAEF LION LMSH LPCK PTRO PYFA RALS RIGS SMDR SMGR SMRA SMSM STTP TCID TGKA TLKM UNIC UNVR ETWA
2002 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1
TAHUN 2003 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1
2004
2005 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1
140
Tabel 12 Perusahaan Financial Distress NO. NAMA PERUSAHAAN KODE 2001 2002 1. PT. Adhi Chandra Automotive Tbk ACAP 1 2. PT. Bahtera Admina Samudra Tbk BASS 0 3. PT. Bukaka Teknik Utama Tbk BUKK 1 4. PT. Dankos Laboratories Tbk DNKS 0 5. PT. Komatsu Indonesia Tbk KOMI 0 6. PT. Korpora Persada Investama Tbk KOPI 0 7. PT. Ryane Adibusana Tbk RYAN 0 8. PT. Sari Husada Tbk SHDA 0 9. PT. Summitplast Tbk SMPL 1 10. PT. Surya Dumai Industri Tbk SUDI 0
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
TAHUN 2003 2004 2005 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
141
Lampiran 9 : Data Variabel Penyebaran Kepemilikan (dummy variabel) Tabel 13 Perusahaan Sehat/ Non Financial Distress NO.
NAMA PERUSAHAAN
KODE 2001
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang Tbk PT. Astra International Tbk PT. Sepatu Bata Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Citra Tubindo Tbk PT.. Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandula Sampoerna Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Jaya Pari Steel Tbk PT. Jaya Real Property Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Lionmesh Prima Tbk PT. Lippo Cikarang Tbk PT. Petrosea Tbk PT. Pyramid Farma Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Rig Tenders Tbk PT. Samudera Indonesia Tbk PT. Semen Gresik Tbk PT. Summarecon Agung Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Siantar Top Tbk PT. Mandom Indonesia Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Unggul Indah Cahaya Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. Eterindo Wahanatama Tbk
AALI ANTM ASII BATA BLTA CTBN DPNS GGRM HMSP INDF JPRS JPRT KAEF LION LMSH LPCK PTRO PYFA RALS RIGS SMDR SMGR SMRA SMSM STTP TCID TGKA TLKM UNIC UNVR ETWA
2002 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1
0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1
TAHUN 2003 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
2004
2005 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
142
0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
Tabel 14 Perusahaan Financial Distress
NO.
NAMA PERUSAHAAN
KODE 2001
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
PT. Adhi Chandra Automotive Tbk PT. Bahtera Admina Samudra Tbk PT. Bukaka Teknik Utama Tbk PT. Dankos Laboratories Tbk PT. Komatsu Indonesia Tbk PT. Korpora Persada Investama Tbk PT. Ryane Adibusana Tbk PT. Sari Husada Tbk PT. Summitplast Tbk PT. Surya Dumai Industri Tbk
ACAP BASS BUKK DNKS KOMI KOPI RYAN SHDA SMPL SUDI
2002 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0
0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
TAHUN 2003 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
2004
2005 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
143
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 10 : Data Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan (dalam logaritma natural Total Asset) Tabel 15 Perusahaan Sehat/Non Financial Distress NO.
NAMA PERUSAHAAN
KODE
TAHUN 2001
1.
PT. Astra Agro Lestari Tbk
2.
PT. Aneka Tambang Tbk
3.
PT. Astra International Tbk
4.
PT. Sepatu Bata Tbk
5.
PT. Berlian Laju Tanker Tbk
6.
PT. Citra Tubindo Tbk
7.
PT.. Duta Pertiwi Nusantara Tbk
8.
PT. Gudang Garam Tbk
9.
PT. Hanjaya Mandula Sampoerna Tbk
10.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
11.
PT. Jaya Pari Steel Tbk
12.
PT. Jaya Real Property Tbk
13.
PT. Kimia Farma Tbk
14.
PT. Lion Metal Works Tbk
15.
PT. Lionmesh Prima Tbk
16.
PT. Lippo Cikarang Tbk
17
PT. Petrosea Tbk
18.
PT. Pyramid Farma Tbk
19.
PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk
20.
PT. Rig Tenders Tbk
21.
PT. Samudera Indonesia Tbk
22.
PT. Semen Gresik Tbk
23.
PT. Summarecon Agung Tbk
24.
PT. Selamat Sempurna Tbk
25.
PT. Siantar Top Tbk
26.
PT. Mandom Indonesia Tbk
27.
PT. Tigaraksa Satria Tbk
28.
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
29.
PT. Unggul Indah Cahaya Tbk
30.
PT. Unilever Indonesia Tbk
31.
PT. Eterindo Wahanatama Tbk
2002
2003
2004
2005
AALI
28,54690176
28,59098456
28,67647311
28,84973109
28,79157951
ANTM
28,56927332
28,96246507
29,09585952
29,42986311
29,48774308
ASII
30,91093733
30,89623095
30,94172134
31,29829517
31,54276132
BATA
26,1300474
26,07076377
26,17113619
26,2867704
26,44612846
BLTA
28,82195914
28,58302951
28,73309972
29,11124152
29,69897025
CTBN
27,29556796
27,22838301
27,20839561
27,20110244
27,69295124
DPNS
25,60317722
28,93994484
28,91161657
29,17970236
29,15971307
GGRM
30,22986073
30,36880506
30,48397359
30,65589409
30,73034063
HMSP
29,87920704
29,91514423
29,95318999
30,09054714
30,11046286
INDF
30,20351319
30,35569347
30,35945247
30,38068378
30,32470758
JPRS
25,26633719
25,57084088
25,5974703
26,22630613
26,04622703
JPRT
27,95204971
27,95431113
27,94486204
27,95878051
28,00145714
KAEF
27,80342364
27,66884181
27,94447692
27,79095902
27,79450213
LION
25,32942553
25,40782929
25,51596069
25,71167597
25,82939311
LMSH
24,39352297
24,27440505
24,25440902
24,47858825
24,46438189
LPCK
27,46218107
27,70536949
27,67642173
27,75310777
27,73589091
PTRO
27,24180379
27,26285179
27,23801853
27,42394774
27,6735249
PYFA
25,06275025
24,96819759
24,94669232
24,97788515
25,06122302
RALS
28,43392543
28,46025742
28,55221023
28,57050793
28,48037985
RIGS
26,89314432
26,86197297
26,98512577
27,14333242
27,23112099
SMDR
28,47965166
28,36507509
28,351513
28,58747827
28,80493968
SMGR
29,80156799
29,55852665
29,51193473
29,52801574
29,61847949
SMRA
27,30405892
27,57930879
28,00106352
28,02234741
28,25415294
SMSM
27,06370098
27,09252792
27,17311996
27,20166795
27,22024895
STTP
26,72482922
26,87695977
26,94882772
26,87637506
26,89171271
TCID
26,60261097
26,59821623
26,6832423
26,88101571
27,02532605
TGKA
27,16332841
25,70252742
27,25297952
27,25390729
27,41821272
TLKM
31,11134633
31,42216596
31,54869312
31,65956756
31,76091048
UNIC
28,4246745
28,24919149
28,44487107
28,69258207
28,62368383
UNVR
28,61737135
28,7597917
28,85957218
28,9249529
28,97710553
ETWA
28,81310561
28,72372968
26,81003375
26,91642964
26,91751407
144
Tabel 16 Perusahaan Financial distress NO.
NAMA PERUSAHAAN
KODE
TAHUN
1.
PT. Adhi Chandra Automotive Tbk
ACAP
2001 25,64445042
2002 25,65386898
2003 25,71983601
2004 25,6995374
2005 25,69595694
2.
PT. Bahtera Admina Samudra Tbk
BASS
26,96611342
26,96995189
27,00912239
26,92340983
26,67504316
3.
PT. Bukaka Teknik Utama Tbk
BUKK
28,21072016
26,91069183
26,6486253
26,68806295
26,80798618
4.
PT. Dankos Laboratories Tbk
DNKS
27,0662865
27,0662865
27,21694252
27,44080206
27,68065569
5.
PT. Komatsu Indonesia Tbk
KOMI
27,15241257
27,22935628
27,22935628
27,32611421
27,62613922
6.
PT. Korpora Persada Investama Tbk
KOPI
25,72526394
25,1412386
25,12958256
24,63908164
25,07596664
7.
PT. Ryane Adibusana Tbk
RYAN
24,97098935
24,97098935
25,05485407
24,72218188
24,46074496
8.
PT. Sari Husada Tbk
SHDA
27,40353314
27,56436836
27,74544117
27,82989329
27,71468465
9.
PT. Summitplast Tbk
SMPL
26,05047188
25,82413177
25,95608422
25,98736953
26,04223351
10.
PT. Surya Dumai Industri Tbk
SUDI
28,00395546
27,90625528
27,50869302
27,37133546
27,24047762
145
Lampiran 11 : Data Variabel kontrol Sumber Pendanaan (dummy variabel) Tabel 17 Perusahaan Sehat/Non Financial Distress NO.
NAMA PERUSAHAAN
KODE 2001
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang Tbk PT. Astra International Tbk PT. Sepatu Bata Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Citra Tubindo Tbk PT.. Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandula Sampoerna Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Jaya Pari Steel Tbk PT. Jaya Real Property Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Lionmesh Prima Tbk PT. Lippo Cikarang Tbk PT. Petrosea Tbk PT. Pyramid Farma Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Rig Tenders Tbk PT. Samudera Indonesia Tbk PT. Semen Gresik Tbk PT. Summarecon Agung Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Siantar Top Tbk PT. Mandom Indonesia Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Unggul Indah Cahaya Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. Eterindo Wahanatama Tbk
AALI ANTM ASII BATA BLTA CTBN DPNS GGRM HMSP INDF JPRS JPRT KAEF LION LMSH LPCK PTRO PYFA RALS RIGS SMDR SMGR SMRA SMSM STTP TCID TGKA TLKM UNIC UNVR ETWA
2002 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
TAHUN 2003 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
2004
2005 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
146
0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
Tabel 18 Perusahaan Financial Distress NO.
NAMA PERUSAHAAN
KODE
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
PT. Adhi Chandra Automotive Tbk PT. Bahtera Admina Samudra Tbk PT. Bukaka Teknik Utama Tbk PT. Dankos Laboratories Tbk PT. Komatsu Indonesia Tbk PT. Korpora Persada Investama Tbk PT. Ryane Adibusana Tbk PT. Sari Husada Tbk PT. Summitplast Tbk PT. Surya Dumai Industri Tbk
ACAP BASS BUKK DNKS KOMI KOPI RYAN SHDA SMPL SUDI
2001
2002 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
TAHUN 2003 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
2004
2005 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
147
Lampiran 12 : Data variabel dependen kondisi financial distress perusahaan (dummy variabel) Tabel 19 Perusahaan sehat/Non Financial Distress NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
NAMA PERUSAHAAN PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang Tbk PT. Astra International Tbk PT. Sepatu Bata Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Citra Tubindo Tbk PT.. Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandula Sampoerna Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Jaya Pari Steel Tbk PT. Jaya Real Property Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Lionmesh Prima Tbk PT. Lippo Cikarang Tbk PT. Petrosea Tbk PT. Pyramid Farma Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Rig Tenders Tbk PT. Samudera Indonesia Tbk PT. Semen Gresik Tbk PT. Summarecon Agung Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Siantar Top Tbk PT. Mandom Indonesia Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Unggul Indah Cahaya Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. Eterindo Wahanatama Tbk
KODE AALI ANTM ASII BATA BLTA CTBN DPNS GGRM HMSP INDF JPRS JPRT KAEF LION LMSH LPCK PTRO PYFA RALS RIGS SMDR SMGR SMRA SMSM STTP TCID TGKA TLKM UNIC UNVR ETWA
KONDISI FD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
148
Tabel 20 Perusahaan Financial Distress NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
NAMA PERUSAHAAN PT. Adhi Chandra Automotive Tbk PT. Bahtera Admina Samudra Tbk PT. Bukaka Teknik Utama Tbk PT. Dankos Laboratories Tbk PT. Komatsu Indonesia Tbk PT. Korpora Persada Investama Tbk PT. Ryane Adibusana Tbk PT. Sari Husada Tbk PT. Summitplast Tbk PT. Surya Dumai Industri Tbk
KODE ACAP BASS BUKK DNKS KOMI KOPI RYAN SHDA SMPL SUDI
KONDISI FD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
149