BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisis pada bab empat terkait pembahasan
terhadap peran Indonesia dalam kerjasama multilateral CTI-CFF untuk upaya menjaga keanekaragaman hayati laut pada tahun 2007 hingga 2012, dihasilkan kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian tersebut. Kesimpulan tersebut adalah: 1)
peran Indonesia di dalam kerjasama multilateral CTI-CFF sangat aktif.
Dari awal penggagasan hingga terbentuk institusi CTI-CFF hingga sekarang merupakan hasil diplomasi Indonesia dengan membangun sebuah pemikiran bahwa sebagai respon cepat dalam mengatasi dampak pemanasan global dalam skala global, adalah dengan dibentuknya wilayah konservasi laut. Di mana laut dapat menjadi carbon sink dunia karena biota laut yang ada di dalamnya, khususnya terumbu karang. Sehingga dibuat wilayah konservasi, juga menyangkut kepentingan masyarakat pesisir dalam kawasan CTI-CFF yang berjumlah kurang lebih seratus dua puluh juta jiwa. Jadi peran terbesar Indonesia adalah mengkonstruk pemikiran tersebut sehingga diadopsi oleh para anggota CTI-CFF dan tidak menutup kemungkinan seluruh masyarakat global.
2)
faktor-faktor yang terkait dengan peranan Indonesia di dalam kerjasama
multilateral CTI-CFF adalah faktor geografis dan ketahanan pangan. Jadi selain wilayah geografis Indonesia yang mendukung adanya keikutsertaan dan peran yang signifikan di dalam keanggotaan dalam kerjasama multilateral CTI-CFF, ketahanan pangan yang menjadi salah satu interest dalam menghadapi kelangkaan sumber daya alam karena populasi penduduk yang tidak terkontrol dan dampak pemanasan global serta pemanfaatan sumber daya laut yang merusak, juga menjadi faktor terkait peranan Indonesia di dalam CTI-CFF. 3)
hubungan internasional Indonesia dengan negara-negara anggota CT
lainnya adalah ditemukannya shared interest di antara negara-negara anggota CTI-CFF walaupun interaksi hubungan bilateral diantara negara-negara anggota CT pasif, terkait kerjasama CTI-CFF dalam upaya menjaga keanekaragaman hayati laut. Shared interest-nya adalah tindakan yang didasarkan pada pemenuhan Regional Plan of Action yang menyangkut kepentingan masyarakat global, khususnya masyarakat pesisir di kawasan Coral Triangle yang berjumlah kurang lebih seratus dua puluh juta jiwa. Serta pembangunan kerjasama yang mengarah ke dalam aspek ekonomi, yaitu mempersiapkan ketahanan pangan dalam skala global. 4)
Program-program di dalam CTI-CFF yang telah berjalan, yang mengacu
pada lima target pencapaian seperti yang tercantum di dalam Regional Plan of Action (RPoA) adalah:
a)
implementasi National Plan of Action (NPoA) yang sejalan dengan program nasional masing-masing negara di KKP dialokasikan 15 M/tahun;
b)
United States CTI Support Program (Coral Triangle Support Program, Program Integrator) total hibah USD 45 juta selama lima tahun untuk enam negara;
c)
Australia CTI Support Program –AUSD senilai tiga juta untuk mendukung penyusunan dokumen pendirian regional sekretariat dan lain-lain kegiatan selama lima tahun;
d)
Asian
Development
Program/Global
Environment
Facility
Knowledge Management Project USD senilai 1,2 juta untuk pengembangan jejaring pengetahuan selama tiga tahun; e)
aktivitas-aktivitas NGOs, seperti The Nature Conservancy (TNC), World Wild Fund (WWF) dan Conservation International (CI) dengan
anggarannya
masing-masing
yang
telah
disepakati
bersama; f)
Coral Triangle Learning Network oleh Coral Triangle Centre dibantu juga dengan organisasi NGOs yang memiliki fokus pada kegiatan pelatihan di dalam berbagai aspek yang terkait dengan Kawasan
Segitiga Karang.
Program-program NPoA yang mengacu pada RPoA secara garis besar sudah dalam proses pencapaian ketiga target dari total lima target pencapaian. Ketiga target yang telah dicapai adalah: a) Penentuan bentang laut dengan batas-batas yang jelas dan terbentuknya pengelolaan manajemen yang efektif;
b) pendekatan Ekosistem dalam pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan sumberdaya kelautan lainnya; c) penetapan dan pengelolaan efektif Kawasan Konservasi Laut dan Jejaringnya. 5)
hambatan-hambatan yang ditemukan di dalam pelaksanaan kerjasama
CTI-CFF adalah mengenai: a) luasnya cakupan kerjasama yang dibentuk dalam CTI-CFF membuat dibutuhkannya waktu yang tidak sebentar untuk dibuatnya persetujuan yang disepakati oleh para anggota CTI-CFF; b) kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat lokal, terkait pembentukan wilayah konservasi di daerah-daerah, menyulitkan agenagen CTI-CFF yang terlibat untuk melaksanakan program NpoA yang mengacu pada RpoA CTI-CFF; dan c) pengumpulan data yang relevan membutuhkan penelitian yang tidak sebentar terkait lokasi-lokasi yang akan dijadikan target kawasan konservasi.
Maka peran Indonesia dalam kerjasama multilateral CTI-CFF untuk upaya menjaga keanekaragaman hayati laut pada tahun 2007 hingga 2012 dapat dikatakan berhasil karena selain mengajak para aktor yang memiliki kepentingan yang sama, Indonesia juga berhasil mengajak aktor lain diluar kawasan CT yang pada akhirnya memiliki shared idea yang sama. Demikian kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis penulis.
5.2
Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah lancarkan diplomasi
Indonesia melalui sosialisasi mengenai CTI-CFF lebih lagi kepada masyarakat global, khususnya di Indonesia sendiri yang masih banyak orang belum mengetahui mengenai kerjasama internasional yang berupaya untuk menjaga keanekaragaman hayati laut ini. Sosialisasi dapat dilakukan melalui seminar misalnya atau bahkan melalui iklan-iklan yang dapat ditayangkan oleh media televisi, koran, radio, dan diwebsite-website yang sering diakses oleh banyak orang. Sesuai dengan pandangan konstruktivisme, tidak ada batasan untuk aktoraktor yang terlibat. Oleh karena itu, tidak hanya aktor yang memiliki identitas yang sama (reference actor) yang dilibatkan, tetapi juga aktor lain yang tidak memiliki kepentingan yang didasarkan oleh identitas yang sama. Penulis juga percaya dengan pemahaman yang sama mengenai tujuan dari dibentuknya CTICFF akan memengaruhi tindakan masyarakat dari yang berskala kecil sampai berskala global.