14
Pengembangan Agribisnis Berbasis Perikanan Menghadapi Era Perdagangan Bebas Abad 21
Pendahuluan Pengembangan subsektor perikanan dimasa lalu telah menghasilkan berbagai kemajuan. Produksi perikanan laut telah meningkat dari sekitar 785 ribu ton tahun 1969 menjadi sekitar 2,8 juta ton pada tahun 1994, atau naik 5,8 persen per tahun. Demikian juga produksi perikanan air tawar telah naik dari sekitar 429 ribu ton tahun 1969 menjadi 934 ribu ton tahun 1994 atau naik 3,2 persen per tahun. Dengan demikian, secara total, produksi perikanan nasional telah naik dari 1,2 juta ton tahun 1969 menjadi 3,8 juta ton tahun 1994 atau meningkat 4,74 persen per tahun. Peningkatan produksi tersebut telah memungkinkan peningkatan konsumsi hasil perikanan dari sekitar 14,7 Kg per kapita per tahun (1986) menjadi sekitar 19,4 Kg per kapita per tahun (1995), Selain itu, ekspor hasil perikanan juga menunjukkan keadaan yang menggembirakan, Pertumbuhan ekspor hasil perikanan utama selama tahun 1990-1995 mampu bertumbuh 34,5 persen per tahun dalam volume dan 45,6 persen per tahun dalam nilainya sehingga pada tahun 1995 nilai ekspor produk utama perikanan telah mencapai sekitar US $ 1,66 miliar (belum termasuk ekspor perikanan bukan makanan). Di masa yang akan datang, kesempatan subsektor perikanan untuk bertumbuh lebih cepatmasih terbuka luas, baik dilihat dari sisi penawaran maupun dari sisi permintaan. Dari sisi penawaran, Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta (52) km2, perairan ZEE 2,7 km2) dan garis pantai sekitar 90 ribu km (terpanjang di dunia), yang merupakan basis kegiatan ekonomi perikanan. Diperkirakan, potensi lestari sumber daya perikanan nasional sekitar 77 juta ton per tahun, Sementara tingkat produksi perikanaji laut tahun 1994 hanya 2,8 juta ton. Dengan demikian, potensi perikanan baru termanfaatkan sekitar 36 persen. Hal ini berarti, kesempatan untuk meningkatkan produksi perikanan laut di masa yang akan datang masih terbuka luas.
R3_bab_14_Edited.indd 179
02/04/2010 17:55:50
Pengembangan Agribisnis Berbasis Perikanan Menghadapi Era Perdagangan Bebas Abad 21
Peningkatan produksi perikanan air tawar juga masih cukup potensial, Potensi perikanan perairan umum (sungai dan danau), budi daya kolam, budi daya ikan keramba/jaring apung, budi daya ikan rawa dan budi daya ikan sawah juga masih terbuka luas, Selain arealnya masih cukup luas, juga spesies ikan lokal (asli Indonesia) cukup banyak dan potensial untuk dikembangkan. Kemudian dari sisi permintaan, konsumsi hasil perikanan di masa yang akan datang masih tetap meningkat. Di Indonesia, hasil analisis data Susenas tahun 1990 (Harianto, 1994) menunjukkan bahwa pengeluaran untuk konsumsi ikan segar masih sangat elastis (1,409). Hal ini berarti, meningkatnya pendapatan penduduk yang diperkirakan lebih cepat di masa yang akan datang akan meningkatkan konsumsi hasil perikanan yang lebih besar dari persentase peningkatan pendapatan penduduk. Permintaan dari luar negeri akan hasil perikanan Indonesia juga diperkirakan semakin meningkat di masa yang akan datang. Selain disebabkan menguatnya keyakinan masyarakat internasional terhadap keunggulan nutrisi ikan, juga disebabkan oleh semakin menurunnya produksi hasil perikanan dari sentra produksi perikanan di berbagai negara. Menurut Sri Hartati Ramelan (1996), dari 17 wilayah penangkapan ikan yang ada di seluruh dunia, 14 diantaranya sudah menunjukkan kondisi penangkapan yang berlebihan (over fishing) dan hanya tiga lainnya tergolong dalam kawasan penangkapan yang masih di bawah kapasitas produksinya (under fishing), termasuk yang ada di Indonesia. Menurunnya produksi hasil perikanan di wilayah yang mengalami penangkapan berlebihan tersebut membuka peluang yang lebih besar bagi ekspor hasil perikanan Indonesia. Uraian di atas menunjukkan bahwa pembangunan subsektor perikanan Indonesia di masa yang akan datang memiliki prospek yang cerah oleh karena itu, pembangunan perikanan harus ditangani lebih serius dan bahkan agribisnis berbasis perikanan hendaknya dijadikan salah satu agribisnis unggulan nasional yang pantas memperoleh keberpihakan kebijaksanaan secara nyata. Memasuki abad 21, pembangunan subsektor perikanan akan diperhadapkan pada suatu lingkungan ekonomi internasional yang baru, yang berbeda dengan masa lalu. Oleh karena itu, ada baiknya menemu-kenali lingkungan baru tersebut, sehingga kita mampu mengantisipasinya secara dini melalui program-program pembangunan perikanan ke depan, termasuk dalam penyusunan Repelita VII Perikanan.
180 180
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_14_Edited.indd 180
02/04/2010 17:55:50
Pengembangan Agribisnis Berbasis Perikanan Menghadapi Era Perdagangan Bebas Abad 21
Era Pasar Bebas dan Perubahan Preferensi Konsumen Dengan diratifikasinya WTO pada 1 Januari 1995 yang lalu, rezim protektif dalam perdagangan internasional akan berakhir. Kebijaksanaan proteksi seperti tarif, subsidi, kuota dan hambatan-hambatan lain, yang dimasa lalu membatasi perdagangan internasional, secara bertahap akan dikurangi atau dihapuskan. Dengan demikian, di masa yang akan datang (abad 21) pasar internasional akan makin mengarah pada pasar bebas. Keyakinan akan kecenderungan pasar internasional menuju pasar bebas makin diperkuat oleh semakin menguatnya globalisasi perekonomian dunia yang ditandai dengan makin maraknya bentuk aliansi strategis, perusahaan global, dan perusahaan multinasional. Selain itu, semakin menguatnya integrasi perekonomian negara-negara satu kawasan seperti AFTA, APEC, NAFTA, EEC, dan lain-lain juga merupakan kekuatan yang mendorong terwujudnya era pasar bebas di masa yang akan datang. Dalam era pasar bebas tersebut tidak ada lagi perbedaan pasar domestik dan pasar luar negeri. Yang ada adalah pasar internasional yang dapat dimasuki setiap pelaku ekonomi dari negara manapun dan di negara manapun. Hal ini berarti, perusahaan—termasuk perusahaan/ usaha perikanan nasional— harus bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan perikanan dari negara lain, baik di dalam negeri maupun di pasar internasional. Dalam era persaingan yang semakin kuat tersebut hanya perusahaan yang memiliki daya saing yang mampu bertahan. Perusahaan yang tidak efisien akan terkikis dengan sendirinya. Sementara bergulirnya arus liberalisasi perdagangan internasional, dewasa ini dan di masa yang akan datang, preferensi konsumen produk agribisnis juga sedang mengalami perubahan mendasar secara internasional. Perubahan preferensi ini sangat berbeda dari preferensi konsumen di masa lalu. Meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat internasional (terhadap masalah lingkungan hidup dan hak asasi, serta gencarnya aksi LSM di berbagai negara terhadap masalah tersebut, telah mengubah pemahaman tentang hakekat kesejahteraan manusia yang sebenarnya. Menguatnya keyakinan masyarakat internasional terhadap ancaman kemorosotan mutu lingkungan hidup seperti pemanasan global, lapisan ozon, perubahan iklim dunia, terancamnya keanekaragaman hayati, telah (54) menyadarkan masyarakat internasional bahwa masalah kelestarian lingkungan hidup telah merupakan bagian dari konsep kesejahteraan manusia. Sementara itu, semakin kuatnya kesadaran masyarakat internasional untuk menempatkan manusia Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_14_Edited.indd 181
181 181
02/04/2010 17:55:50
Pengembangan Agribisnis Berbasis Perikanan Menghadapi Era Perdagangan Bebas Abad 21
sebagai manusia (bukan sekadar sumber daya produksi), telah meningkatkan kepedulian internasional terhadap perlindungan hak asasi manusia. Dengan demikian, aspek lingkungan hidup dan hak asasi telah menjadi bagian dari nilai-nilai kesejahteraan universal. Masuknya aspek kelestarian lingkungan telah ikut mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat khususnya perilaku dalam mengonsumsi suatu barang. Perubahan perilaku konsumen ini ditandai dengan semakin banyak atribut suatu produk yang akan dievaluasi. Bila di masa lalu konsumen hanya mengevaluasi suatu produk berdasarkan atribut utama seperti jenis, kenyamanan dan harga, maka dewasa ini dan di masa yang akan datang, konsumen akan menuntut (demanding demand) atribut yang lebih lengkap dan rinci, seperti aspek kualitas, aspek komposisi nutrisi, aspek keselamatan mengkonsumsi, aspek lingkungan hidup, aspek kemanusiaan. Perubahan preferensi konsumen yang dernikian bukan lagi sekadar fenomena tetapi telah dan sedang mengalami pelembagaan secara internasional. Dewasa ini, hampir setiap negara sedang menyusun dan memperbaharui standar mutu pangan dan bahkan secara internasional telah memperoleh legalisasi dalam WTO yaitu pada aspek sanitary dan phytosanitary. Dengan demikian, bila suatu produk tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan suatu negara, maka produk tersebut akan mengalami penolakan. Meskipun sementara pihak berpendapat bahwa penerapan standar mutu pangan yang ketat pada suatu negara merupakan bentuk baru proteksi perdagangan, namun itulah realitas pasar yang kita hadapi ke depan. Setuju atau tidak, standar mutu pangan suatu negara harus kita penuhi, bila ingin meningkatkan ekspor ke negara yang bersangkutan.
Membangun Agribisnis Perikanan yang Berdaya Saing Lingkungan ekonomi internasional abad ke-21 yang dicirikan oleh liberalisasi perdagangan, persaingan yang ketat dan disertai oleh perubahan preferensi konsumen produk agribisnis telah merubah konsep keunggulan daya saing suatu produk di pasar internasional. Bila di masa lalu, kemampuan menghasilkan suatu komoditas yang lebih murah dari pesaing merupakan faktor utama dalam menentukan keunggulan bersaing, maka di masa yang akan datang faktor tersebut bukan lagi yang paling menentukan. Konsep keunggulan bersaing di masa yang akan datang akan ditentukan oleh kemampuan untuk memasok barang dan jasa pada waktu, tempat, dan bentuk (atribut) yang diinginkan konsumen pada harga
182 182
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_14_Edited.indd 182
02/04/2010 17:55:50
Pengembangan Agribisnis Berbasis Perikanan Menghadapi Era Perdagangan Bebas Abad 21
yang sama atau Iebih rendah dari yang dipasarkan pesaing dengan memperoleh keuntungan paling tidak sebesar biaya oportunitas ekonomi (opportunity cost) sumber daya yang digunakan (Cook and Bredahl, 1991). Hal ini berarti bahwa kemampuan memasok barang yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi keunggulan bersaing suatu produk. Sedangkan kemampuan memasok barang dengan harga yang lebih murah merupakan syarat kecukupan (sufficient condition) bagi keunggulan bersaing suatu produk. Artinya, harga produk yang Iebih murah dari pesaing baru akan menjadi kekuatan bersaing, bila produk yang bersangkutan mampu memenuhi atribut yang dituntut konsumen. Perubahan konsep keunggulan bersaing tersebut mempunyai implikasi dalam mengembangkan subsektor perikanan ke depan. Untuk membangun subsektor perikanan yang mampu menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, kita memerlukan suatu cara baru membangun subsektor perikanan yang mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen sembari mampu menghasilkan produk yang Iebih murah dari pesaing. Cara baru membangun subsektor perikanan yang mampu mengakomodir hal tersebut adalah pembangunan dengan pendekatan sistem agribisnis. Pembangunan subsektor perikanan dengan pendekatan sistem agribisnis yang dimaksud adalah membangun dan mengembangkan subsistem industri hulu perikanan (perbenihan, industri peralatan penangkapan ikan, industri pakan ikan), subsistem budi daya atau penangkapan ikan dan penanganan pasca penangkapan, subsistem pengolahan hasil perikanan dan perdagangan, subsstem jasa penunjang (terutama kegiatan penelitian dan pengembangan) secara terintegrasi dalam suatu sistem, baik sistem nilai maupun pengelolaannya. Paling sedikit secara teoritis, pembangunan perikanan dengan pendekatan sistem agribisnis akan mampu menghasilkan hasil perikanan yang memenuhi syarat produk berdaya saing sebagaimana diuraikan terdahulu. Pertama, atribut suatu produk perikanan merupakan hasil akhir dari tahapan-tahapan proses produksi mulai dari hulu hingga ke hilir. Udang beku yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen (berat, ukuran, penampilan, kandungan residu obat/antibiotika, proses produksinya tidak merusak lingkungan dan lain-lain) merupakan resultan dari mutu benur, pakan (hulu), teknologi budi daya tambak, penanganan pascapanen, teknologi pengelatan, teknologi pendinginan (cold storage) dan teknologi pengemasan (packaging). Oleh karena itu, untuk menghasilkan produk yang demikian, hanya mungkin, bila di seluruh tahapan-tahapan produksi tersebut dikelola dalam suatu sistem. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_14_Edited.indd 183
183 183
02/04/2010 17:55:50
Pengembangan Agribisnis Berbasis Perikanan Menghadapi Era Perdagangan Bebas Abad 21
Kedua, atribut yang dituntut konsumen akan selalu berubah. Oleh karena itu, agar perikanan nasional tidak kehilangan daya saingnya, perubahan atribut tersebut haruslah ditransmisikan secara sempurna ke seluruh komponen sistem hingga ke subsistem yang paling hulu. Transmisi secara sempurna ini hanya mungkin bila antar subsistem (secara vertikal) mempunyai ikatan institusional. Ketiga, pendekatan sistem agribisnis akan mampu mengurangi bahkan menghapus margin ganda (double marginalization) dan distorsi. Pada kondisi dimana tidak ada ikatan institusional antar tahapan produksi dari hulu ke hilir (vertikal) seperti selama ini, margin ganda (melalui praktik mark-up yang berlebihan) pada setiap tahapan produksi, telah menyebabkan harga produk akhir menjadi tidak kompetitif. Dengan pendekatan sistem agribisnis, kondisi demikian dapat diminimumkan (kalau bukan dihapus), sehingga biaya rata-rata produk akhir dapat ditekan serendah mungkin, Hal ini akan memampukan agribisnis perikanan untuk menghasilkan produk akhir dengan harga yang kompetitif.
Enam Krida Pembangunan Perikanan Pengembangan subsektor perikanan pada abad 21 memiliki prospek yang cerah. Namun demikian, aktualisasi dari prospek tersebut tidak secara otomatis terjadi, tetapi harus direbut. Oleh karena itu, paling sedikit enam agenda pokok dalam pembangunan subsektor perikanan yang diperlukan ke depan. Pertama, pengembangan teknologi dan alat penangkapan, pasca penangkapan dan pengolahan hasil perikanan. Sasaran utamanya adalah meningkatkan kapasitas produksi perikanan penyelamatan mutu hasil penangkapan dan pengolahan hasil untuk memperbesar nilai tambah hasil perikanan. Kedua, penataan pengembangan struktur dan kelembagaan sistem agribisnis perikanan yang mampu mengakomodir upaya pencapaian keunggulan daya saing. Dalam hal ini termasuk penyeimbangan struktur hulu-hilir, pengembangan dan penataan sistem manajemen kualitas total (total quality management system) yang kondusif untuk pencapaian daya saing, pengembangan asosiasi agribisnis vertikal (bukan horizontal seperti yang ada selama ini) dan pengembangan strategi aliansi agribisnis perikanan, baik pada kegiatan produksi maupun pemasaran.
184 184
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_14_Edited.indd 184
02/04/2010 17:55:50
Pengembangan Agribisnis Berbasis Perikanan Menghadapi Era Perdagangan Bebas Abad 21
Ketiga, pengembangan organisasi bisnis nelayan (koperasi agribisnis perikanan) dan jaringan bisnisnya dalam kerangka pengembangan kemitraan agribisnis hulu-hilir, pengusaha besar-menengah-kecil. Sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kemampuan nelayan kecil merebut nilai tambah yang ada pada agribisnis perikanan, sehingga pendapalan riil nelayan dapat ditingkatkan. Keempat, pengembangan pasar, pengkajian preferensi konsumen dan pelembagaannya pada seluruh mata rantai agribisnis perikanan mulai dari hulu ke hilir. Sasaran utamanya adalah untuk memperluas pasar ke negaranegara importir hasil perikanan dan penyesuaian produk yang dihasilkan (diekspor) sesuai dengan atribut produk yang dituntut konsumen pada negara tujuan ekspor. Kegiatan semacam ini juga perlu untuk pasar domestik. Kelima, pengembangan sumber daya manusia yang sesuai dengan peranannya dalam mata rantai agribisnis perikanan. Dalam hal ini, programprogram pelatihan pada setiap mata rantai agribisnis perikanan perlu direncanakan dengan baik dan materinya harus benar-benar diperlukan. Keenam, penyediaan infrastruktur perikanan seperti pelabuhan, kapalkapal ikan, listrik, telekomunikasi dan air bersih. Hal ini dibutuhkan untuk mendukung pengembangan agribisnis perikanan secara keseluruhan. Pengembangan pelabuhan perikanan perlu ditempatkan sebagai bagian dari pengembangan wilayah pesisir secara keseluruhan.
Catatan Penutup Untuk mendukung pengembangan agribisnis perikanan yang berdaya saing, peran pemerintah jelas sangat dibutuhkan. Disamping peranan pengelolaan dan memberi iklim yang kondusif, pemerintah perlu berperan secara langsung khususnya dalam aspek-aspek yang belum dapat ditangani oleh swasta maupun masyarakat nelayan, seperti pembangunan infrastruktur, penyuluhan, penelitian dan pengembangan, dengan arah sebagai berikut: Pertama, pembangunan infrastruktur perikanan khususnya pembangunan pelabuhan perikanan terpadu. Pelabuhan perikanan terpadu ini hendaknya memiliki fasilitas bongkar muat ikan, pasar lelang ikan, dan agroindustri perikanan (pengolahan ikan dan ikan sampingan). Hendaknya pembangunan pelabuhan perikanan ini perlu memperoleh prioritas pada pembangunan perikanan di masa yang akan datang, Sebab tanpa dukungan pelabuhan perikanan yang memadai, sulit dicapai agribisnis perikanan yang berdaya saing. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_14_Edited.indd 185
185 185
02/04/2010 17:55:50
Pengembangan Agribisnis Berbasis Perikanan Menghadapi Era Perdagangan Bebas Abad 21
Kedua, pendidikan di pengembangan kemampuan nelayan pelabuhan perikanan yang dibutuhkan ke depan hendaknya jangan hanya terbatas pada teknik budi daya atau teknik penangkapan ikan, tetapi juga pengembangan kemampuan bisnis dan manajerial. Ketiga, penelitian dan pengembangan. Di masa yang akan datang yang ada hanyalah perubahan, sehingga hanya mereka yang mampu mengikuti (membuat) perubahanlah yang mampu bertahan. Agar mampu membuat perubahan yang semakin baik diperlukan penelitian dan pengembangan yang terencana dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan penelitian dan pengembangan perikanan hendaknya Iebih diprioritaskan untuk mendukung upaya pencapaian daya saing perikanan nasional.
186 186
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_14_Edited.indd 186
02/04/2010 17:55:50