perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BUDIDAYA TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum Capsicum annum .L) Varietas Krida 99 MAGANG MAHASISWA DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA OISCA (Organization Organization for Industrial Spritual and Cultural Advancement) KARANGANYAR
TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan / Program Studi Agribisnis Hortikultura Dan Arsitektur Pertamanan
Disusun Oleh : RIKA DYAH PUSPITASARI H 3309012 PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca Laporan Tugas Akhir dengan Judul : BUDIDAYA TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum .L) Varietas Krida 99 MAGANG MAHASISWA DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA OISCA (Organization for Industrial Spritual and Cultural Advancement) KARANGANYAR Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Rika Dyah Puspitasari H 3309012 Telah dipertahankan di depan dosen penguji pada tanggal : ............................... Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima. Penguji Penguji I
Penguji II
Ir. Hardjono Sri Gutomo M.P
Ir. Wartoyo S.P , M.S
NIP. 19501117 197611 1001
NIP. 195209151979031003
Surakarta,
Juni 2012
Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Pertanian Dekan,
Prof. Dr. Ir. Bambang Pudjiamanto, MS. NIP. 195602251986011001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil Kegiatan Magang Mahasiswa ini dengan baik sebagai Tugas Akhir kuliah. Dalam penyusunan laporan ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pudjiamanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ir. Wartoyo S.P , M.S selaku Ketua Minat Program Studi D III Agribisnis Minat Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ir. Hardjono Sri Gutomo M.P selaku Dosen Pembimbing Magang. 4. Bapak A.G Mulyono Herlambang selaku direktur OISCA TC Karanganyar yang telah memberikan ijin dan seluruh dewan guru serta staf-staf OISCA TC Karanganyar banyak membantu dalam memberikan dukungan selama kegiatan magang dan yang bersedia menjadi pembimbing lapangan selama kegiatan magang. 5. Orang tua ku yang selalu memberikan doa dan restunya. 6. Sahabat seperjuangan ku, terimaksih atas semangat kalian yang senantiasa membersamai langkah ku. 7. Rekan – rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan laporan hasil magang. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya. Surakarta,
commit to user
iii
Juni 2012
Tim Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
viii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................
1
A. Latar Belakang ...................................................................................
1
B. Tujuan .................................................................................................
2
1. Tujuan Umum ...............................................................................
2
2. Tujuan Khusus ..............................................................................
3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
4
III.TATALAKSANA PELAKSANAAN ....................................................
20
A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan ........................................................
20
B. Cara Pelaksanaan ................................................................................
20
1. Pengumpulan Data secara Langsung ............................................
20
2. Pengumpulan Data secara Tidak Langsung ..................................
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
21
A. Lokasi Secara Umum ..........................................................................
21
1. Profil OISCA Training Centre sebagai Institusi Mitra ...................
21
2. Sejarah OISCA Training Centre Karanganyar ...............................
21
3. Kondisi Lapang OISCA Training Centre Karanganyar ................
24
4. Visi dan Misi OISCA Training Centre Karanganyar .....................
24
5. Struktur Organisasi OISCA Training Centre Karanganyar Tahun 2011/2012 ............................................................................
24
B. Hasil Kegiatan dan Pembahasan ......................................................... commit to user ....................................... 1. Syarat Tumbuh........................................
27
iv
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Persiapan Lahan (Pengolahan Tanah).... ........................................
29
3. Penyiapan Benih dan Pembibitan.......... .........................................
31
4. Penanaman............................................. .........................................
31
5. Pemeliharaan.......................................... ........................................
32
6. Panen...................................................... ........................................
38
7. Pasca Panen............................................. .......................................
38
8. Pemasaran................................................. ......................................
38
9. Analisis Usaha Tani........................................................................
38
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
43
A. Kesimpulan .........................................................................................
44
B. Saran....................................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
No 1.
Judul
Hal
Analisis Usaha Tani Tanaman Cabai (Capsicum annum .L) ................
commit to user
vi
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
No 1.
Judul
Hal
Bagan Struktur Organisasi OISCA Training Centre Karanganyar..........................................................................................
commit to user
vii
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
No
Judul
Hal
1. Foto Kondisi Persemaian Tanaman Cabai ...............................................
45
2. Foto Pembuatan Arang Sekam (Kuntan) .................................................
46
3. Foto Hama Pada Tanaman Cabai .............................................................
47
4. Foto Penyakit Pada Tanaman Cabai ........................................................
48
5. Foto Kondisi Tanaman Cabai di Lhan OISCA ........................................
49
6. Foto Kegiatan Apel / Tengko bersama Siswa OISCA dan CFP ..............
50
7. Sertifikat Magang.....................................................................................
51
8. Nilai Magang............................................................................................
52
9. Data Cuaca OISCA TC Karanganyar Bulan Januari ...............................
53
10. Data Cuaca OISCA TC Karanganyar Bulan Februari ............................
54
11. Jurnal Kegiatan Magang ..........................................................................
55
commit to user
viii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sampai hari ini, cabai masih termasuk komoditas primadona hortikultura. Bahkan pada waktu-waktu tertentu, permintaan dipasaran sangat tinggi karena pasokan yang terbatas. Jadi, tak heran kalau kenaikan harga cabai sering menjadi rumor hangat dikalangan masyarakat. Pasalnya, si pedas ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidangan masakan nusantara Kebutuhan cabai di Indonesia meningkat menjelang event tertentu, seperti memasuki bulan puasa dan lebaran, natal, dan tahun baru.pada saatsaat tersebut, permintaan cabai yang tinggi diiringi dengan harga yang melambung. Selain faktor di atas, harga cabai menjadi mahal kerena saat event tersebut bertepatan dengan musim hujan. Biasanya, petani yang menanam cabai hanya sedikit dan banyak pula yang gagal panen karena serangan hama dan penyakit. Akibatnya, keberadaan cabai dipasaran menjadi langka dan secara otomatis harganya melonjak tajam. Budidaya cabai memang tergolong beresiko tinggi, risiko tersebut dibayar seimbang dengan keuntungan yang dijanjikan. Strategi dan pengetahuan teknis dan lapangan menjadi hal yang penting untuk dikuasai guna mencapai hasil yang maksimal dengan menekan risiko-risiko tersebut. Pada saat musim hujan banyak petani enggan bertanam cabai pada musim tersebut karena tingkat serangan penyakit cukup tinggi, sehingga sangat berisiko terhadap produktivitas hasil. Sementara itu, pemasaran hasil yang tidak cermat, termasuk jalur penjualan, biasanya menjadi kendala di lapangan yang bermuara pada penurunan kualitas cabai akibat terlalu lama dalam pengangkutan atau penyimpanan. Budidaya cabai merah mempunyai prospek yang menjanjikan di pasaran
perdagangan
sayur.
Dalam
pembudidayaannya
menerapakn
tekniknologi yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan praktik kerja commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lapang ini bermaksud untuk belajar bagaimana cara budidaya dan pengelolaan cabai yang benar Mahasiswa sebagai orang terpelajar diharap mampu memiliki pemikiran-pemikiran baru untuk mengatasi masalah-masalah yang sudah ada serta dapat mengantisipasi permasalahan baru yang akan muncul di kemudian hari di bidang pertanian khususnya sektor tanaman hortikultura, seperti permasalah fluktuasi harga produk hortikultura khususnya cabai merah. Mahasiswa diharapkan memiliki pemikiran baru supaya bisnis cabai merah dapat terus berkembang di Indonesia. Maka dari itu, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta menyelaraskan antara teori yang telah didapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan, Mahasiswa Program Diploma III sebagai calon Ahli Madya Pertanian perlu melaksanakan Magang ke suatu perusahaan yang bergerak dibidang yang sesuai dengan jurusannya. Diharapkan setelah melaksanakan magang tersebut, mahasiswa yang bersangkutan memperoleh pengetahuan baru sehingga dapat mengatasi permasalahan tentang produk hortikultura yang ada dipasar saat ini. B. Tujuan 1. Tujuan Umum a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori dengan penerapannya di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat merupakan bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarakat. b. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang agribisnis. c. Meningkatkan
wawasan
mahasiswa
tentang
berbagai
kegiatan
agribisnis. d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tujuan Khusus a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang pertanian khususnya pada tanaman hortikultura yang dilakukan di Pusat pendidikan dan pelatihan OISCA (Organization for Industrial Spritual and Cultural Advancement) Karanganyar. b. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang hubungan teori dan aplikasi lapangan mengenai bidang kegiatan yang ada di institusi mitra. Kegiatan di institusi mitra yaitu tentang sistem budidaya tanaman mulai dari persiapan hingga pemasaran. Kegiatan magang ini, mahasiswa akan memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam persiapan pelaksananaan pembangunan masyarakat desa nantinya c. Melihat dan memahami secara langsung upaya dan pengembangan agribisnis, khususnya agribisnis tanaman cabai merah (Capsicum annum L.). 3. Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dalam pelaksanaan magang di OISCA Training Center Karanganyar adalah : a. Bagi mahasiswa, kegiatan magang ini bermanfaat untuk memahami dan menambah wawasan tentang aplikasi pertanian di lapangan kerja. b. Bagi Fakultas, kegiatan magang ini merupakan strategi peningkatan kompetensi dan ketrampilan lulusan Fakultas Pertanian UNS. c. Bagi OISCA Karanganyar, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi hubungan kerjasama dalam hal pengembangan ilmu pertanian yang aplikatif dan teruji melalui penelitian-penelitian di bidang akademis.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Cabai Secara Umum Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang dapat dipasarkan, baik dalam bentuk segar maupun bentuk olahan. Data statistik mengenai permintaan cabai dalam bentuk segar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu sebesar 1,70 kg/tahun 1983 menjadi 4,04 kg/tahun 1993. Kendala yang dihadapi untuk memenuhi permintaan tersebut masi banyak baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Cabai merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan batang berkayu, banyak cabang, serta ukuran yang mencapai tinggi 120 cm dan lebar tajuk tanaman hingga 90 cm. Umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip. Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun oval dengan ujung yang meruncing, tergantung spesies dan varietasnya. Bunga cabai keluar dari ketiak daun dan berbentuk seperti terompet. Sama halnya dengan tanaman dari keluarga Solanaceae lainnya. Bunga cabai merupakan bunga lengkap yang terdiri atas kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Bunga cabai juga berkelamin dua, karena benang sari dan putik terdapat dalam satu tangkai. Bentuk buah cabai berbeda-beda, dari cabai keriting, cabai besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel, dan berbentuk cabai hias lain yang banyak ragamnya. Cabai berakar tunggang, terdiri atas akar utama dan akar lateral yang mengeluarkan serabut dan mampu menembus ke dalam tanah hingga 50 cm dan melebar sampai 45 cm. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, cabai diklasifikasikan dalam taksonomi sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta commit to user : Spermatophyta
Divisi
4
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Subkelas
: Sypetalae
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Spesies
: Capsicum annum .L Tanaman cabai atau lombok termasuk kedalam famili Solanaceae.
Tanaman lain yang masih sekerabat dengan cabai, diantaranya kentang (Solanum tuberosum L.), terung (Solanum melongena L.), leunca (Solanumm nigrum L.), akokak (Solanum torvum Swartz.), dan tomat (Solanum lycopersicum). B. Jenis - jenis Cabai 1. Cabai Besar Cabai merah (Capsicum annuum L.var.longum L. Sendt), menghasilkan buah yang bulat panjang, dan runcing ujungnya. Saat masih muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi merah. Daging buah umumnya renyah, kadang-kadang lunak pada jenis tertentu. rasanya manis dan agak pedas (Redaksi Agromedia, 2007). 2. Cabai Kecil Cabai kecil atau C. frutescens, sering mendapat sebutan sebagai cabai rawit atau lombok jempling. Seperti cabai besar juga, jenis yang satu ini juga tidak hanya satu dua macam saja varietasnya. Ada cabai kecil yang berukuran mini, ada juga yang dikatakan cabai putih alias cengek, atau lombok ceplik (Tjahjadi, 1990). 3. Cabai Bulat Cabai bulat (Capsicum annum L. var. Brevita Finger Ruth), disebut juga dengan cabai udel atau cabai domba. Buahnya pendek dan ujungnya tumpul. Saat muda berwarna putih, setelah tua berubah menjadi merah. Rasanya tidak begitu pedas dan agak manis (Redaksi Agromedia, 2007). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
C. Syarat Tumbuh Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) +2.000 meter dari atas permukaan laut (dpl) yang mempunyai iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa temperatur yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah antara 24oC – 27oC, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 16oC – 23oC. Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Cabai hibrida Hot Beauty dan Hero dapat berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi + 1.200 m dpl dan cabai hibrida Long Chili lebih cocok ditanam pada ketinggian antara 800 – 1.500 m dpl. Tjahjadi (1990) mengatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh pada musim kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Faktor lingkungan yang dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain: 1. Sinar matahari Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal. 2.
Curah Hujan Tanaman cabai tumbuh baik dimusim kemarau tetapi juga memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2.000 mm/tahun.
3. Suhu dan Kelembaban Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 21oC – 28oC, malam hari 13oC - 16oC, untuk kelembaban tanaman 80%. 4. Temperatur Temperatur untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 24oC samapi 27oC sedangkan pada saat pembuahan adalah 16oC sampai 23oC. Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman to user pertanian, cocok pula bagicommit tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 - 6.8, karena pada pH di bawah 5.5 atau di atas 6.8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (rendah). Pada tanah-tanah yang becek seringkali menyebabkan gugur daun dan juga tanaman cabai mudah terserang penyakit layu. Khusus untuk tanah yang pH-nya di bawah 5.5 (asam) dapat diperbaiki keadaan kimianya dengan cara pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH normal (Anonima, 2011). Suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan cabai merah, dari
saat
pembibitan
sampai
saat
produktif.
Selama
periode
perkecambahan memerlukan suhu 20-24oC. Di atas nilai itu, proses perkecambahan akan berlangsung lambat. Pada masa pertumbuhan memerlukan suhu 27- 30oC pada siang hari dan 18-25oC pada malam hari. Suhu pada malam kurang dari 15oC dan pada siang hari lebih dari 32oC bisa menghambat proses pembentukan buah. Curah hujan tinggi atau iklim basah tidak terlalu baik untuk cabai merah karena dapat menyebabkan kerontokan bakal bunga, serta bisa membuat bunga dan buah tumbuh kecil. Selain itu, kelembaban yang tinggi
akan
merangsang
perkembangan
jamur
yang
berpotensi
mengundang penyakit. Curah hujan yang cocok adalah sebesar 600-1.250 mm dan tersebar merata di sepanjang masa pertumbuhannya. Cabai merah membutuhkan iklim kering dengan lama penyinaran 12 jam per hari, terutama pada masa pembungaan dan pembuahan. Untuk itu, sebaiknya cabai merah ditanam pada awal musim kemarau. Untuk mendaptkan keuntungan yang lebih tinggi, karena harga jualnya melonjak, cabai merah bisa ditanam pada musim hujan (Redaksi Agromedia, 2007). Curah hujan tinggi atau iklim basah tidak terlalu baik untuk cabai merah karena dapat menyebabkan kerontokan bakal bunga, serta bisa membuat bunga dan buah tumbuh kecil. Selain itu, kelembaban yang commit to user tinggi akan merangsang perkembangan jamur yang berpotensi
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
mengundang penyakit. Curah hujan yang cocok adalah sebesar 600 - 1.250 mm dan tersebar merata di sepanjang masa pertumbuhannya. D. Tata Laksana Budidaya 1. Pengolahan Lahan Memilih tanah sesuai yang memenuhi syarat tumbuh yang telah dijelaskan, kemudian tanah diolah dengan baik dan membuat bedengan – bedengan. Setiap bedengan dipersiapkan lubang penanaman yang berukuran 40 cm. Lubang – lubang tersebut diisi dengan pupuk organik yaitu pupuk kandang atau kompos yang telah masak. Petak atau bedengan tersebut dibuat saluran drainase, sebab tanaman cabai tidak tahan air. Jika tanaman tergenang air tanaman akan busuk dan layu serta bunga akan gugur (Kanisius, 1976). Dalam bertanam cabai secara intensif, baik cabai keriting, cabai besar, hibrida, maupun varietas open pollinated, pemakaian mulsa untuk bedengan bisa membantu meningkatkan produksi cabai. Ada beberapa jenis mulsa yang bisa digunakan, seperti mulsa jerami dan mulsa plastik. Penggunaan MPHP dan jerami sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman, lebih – lebih bila ditunjang dengan menggunakan pupuk kandang dan pestisida, pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman lebih baik lagi. Hal ini disebabkan adanya penambahan unsur hara dari pupuk kandang dan adanya pemeliharaan tanaman dengan penyemprotan pestisida menyebabkan tanaman akan lebih sehat. Disamping itu penggunaan mulsa dapat mengurangi pencucian unsur hara dari dalam tanah serta menjaga kelembaban dan temperatur tanah, sehingga unsur hara dapat ditahan dan diambil oleh tanaman cabai untuk pertumbuhannya (Sumiati, 1989). Pemberian pupuk kandang selain dapat memperbaiki fisik tanah, juga dapat menambah unsur hara ke dalam tanah (Soepardi, 1986 dan Saefudin, 1986). Pemberian pestisida dapat mencegah kerusakan oleh hama dan penyakit sehingga tanaman tumbuh dengan baik. Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan system commit to user dengan diameter kurang lebih 8 – pemanasan dengan menggunakan kaleng
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8 – 10 cm. Bibit cabai dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindah tanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag. Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak tanam yang dianjurkan . 2. Persemaian a. Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman adalah 150 - 300 gram dengan daya tumbuh lebih dari 90 %. b. Siapkan media semai dari tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 yang dibuat bedengan setinggi ± 20 cm, lebar ± 1 m dan anjang 3-5 m serta diberi naungan dari jerami atau alang-alang atau daun kelapa. c. Sebar benih secara merata atau ditebar dalam garikan dengan jarak antar paritan 5 cm dan ditutup tanah tipis-tipis lalu disiram. Pertahankan kelembaban anah tetap baik agar biji cepat tumbuh d. Setelah bibit berumur 10 hari, maka dilakukan pengkokeran untuk memudahkan menanaman dan mencegah kematian pada waktu tanaman dipindahkan. Sebagai oker dapat digunakan daun pisang , daun kelapa atau kantong plastik. Bibit ang telah dikoker ditempatkan dibawah naungan persemaian. e. Sekitar lima hari sebelum bibit dipindahkan naungan pada persemaian dibuka atau dikurangi supaya bibit terbiasa kena sinar matahari. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menyemai benih cabai adalah menyiapkan media tanam, yakni berupa campuran dua ember tanah subur dan satu ember pupuk kandang. Tanah dan pupuk kandang ini harus diayak terlebih dahulu. Sementara itu, pupuk buatan yang digunakan yaitu 100 gram NPK. Sebagai pencegah terhadap serangan hama, tambahkan insektisida bubuk atau butiran dengan dosis 70 gram. Bahanbahan tersebut dicampur satu sama lain hingga rata. Isi media tanam tersebut ke dalam polybag berukuran 12 x 8 cm. Pastikan plastik tempat menanam benih sudah dilubangi untuk meneruskan kelebihan air siraman. Letakkan polybag di bedengan tersendiri. Beri penahan tepian bedengan dengan kayu atau batu bata (Anonim, 2011). 3. Penanaman (Transplanting) Tanaman cabai memerlukan tanah yang subur, gembur dengan drainase yang baik, maka sebelum tanam, tanah perlu diolah dengan jalan membajak atau mencangkul, kemudian diberi pupuk kandang 20-30 ton/ha, pupuk ini dicampur merata, selanjutnya tanah tersebut digulud. Lebar guludan antara 120-160 cm. Sesudah tinggi bibit mmencapai 7,5-10 cm baru ditanam di guludan. Jarak barisan tanaman 60-80 cm, sedangkan jarak antara tanaman dalam barisan 40-50 cm. Mula – mula biji cabai disemaikan, kemudian pada umur 2-3 minggu dibumbung atau dipindahkan ke dalam pot kecil. Umur 5-7 minggu setelah semai, bibit dapat ditanam ke lahan yang telah disiapkan (Ashari, 1995). Bibit telah siap tanam saat pengolahan lahan selesai, maka harus memperhitungkan : luas lahan, jumlah tenaga yang tersedia, dan umur bibit, sehingga ketepatan tanam
dapat tercapai. Bibit yang terlambat
ditanam akan mengurangi masa juvenil (masa pertumbuhan vegetatif). Bibit yang sudah siap sedangkan tanah belum selesai dikerjakan mengakibatkan pengolahan tanah menjadi tergesa – gesa. Pengolahan tanah yang tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap pertanaman dan hal tersebut sulit untuk diperbaiki lagi. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pemeliharaan a. Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati, layu, rusak, atau kurang baik tumbuhnya. Penyulaman dilakukan setelah seminggu penanaman tetapi jangan terpaku pada aturan tersebut. Sebelum satu minggu menemukan tanaman yang mati maka penyulaman perlu dilakukan secara cepat. Bibit pengganti berasal dari bibit cadangan yang umurnya sama dengan bibit yang ditanam. b. Pengajiran Pemasangan ajir lebih awal setelah tanam lebih baik, karena tidak merusak akar, panjang ajir yang digunakan berukuran 130 cm dan masuk dalam tanah 20 cm. Ajir dipasang dengan tujuan supaya tanaman setelah besar tidak rebah, antara ajir satu sama yang lainnya dipasang palang dan diikat untuk menguatkan cabang dan ranting – ranting bila tanaman telah dewasa banyaknya buah kadang – kadang cabang bisa patah. c. Pemupukan Pupuk yang sukar larut atau pupuk yang bekerjanya lambat seperti pupuk yang mengandung P, umumnya diberikan sebelum tanam dan pupuk yang bekerjanya cepat dan mudah larut, seperti pupuk yang mengandung N, sebaiknya diberikan setelah tanaman tumbuh aktif. Adapun dosis pupuk yang digunakan adalah Urea 150 kg/ha + ZA 50kg/ha + SP36 150kg/ha + KCI 200 kg/ha. Pupuk dasar diberikan pada saat 2 - 3 hari sebelum tanam dengan semua dosis pupuk SP36. Pupuk susulan pertama diberikan pada umur 10 hari setelah tanam dengan sepertiga dosis masing-masing pupuk Urea, ZA dan KCI. Pemupukan susulan kedua dan ketiga masing-masing pada 40 dan 70 hari setelah tanam dengan dosis sama dengan pemupukan pertama setelah tanam. Waktu pemupukan disesuaikan dengan ketersediaan air dimana keadaan air tanah dalam keadaan cukup. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pupuk diberikan dengan cara tugal sedalam 5 -15 cm dan ditutup kembali dengan tanah (Anonim, 2010). d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit. Kehilangan hasil produksi karena serangan penyakit berkisar antara 5 - 30%. Cara yang paling baik untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai yaitu penerapan pengendalian secara terpadu. Beberapa hama dan penyakit pada tanaman cabai yaitu : 1. Hama Hama yang sering menyerang pada tanaman cabai, adalah sebagai berikut : a) Ulat Grayak Ulat grayak menyerang daun dan buah cabai. Gejala yang ditimbulkan oleh serangan hama ini adalah rusaknya daun dan buah cabai akibat gigitan ulat grayak. Pengendalian terpadu yang dilakukan adalah kultur teknis, hayati dan kimiawi. Cara kultur teknis dengan menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama . Cara hayati dengan menyemprotkan cairan berbahan aktif Bacilus thuringiensis seperti Dipel, Florbac, Bactospine dan
Thuricide.
Cara
kimiawi
dengan
menyemprotkan
insektisida seperti Atabron 50 EC (Emulsifiable Consentrates), Curracon 500 EC, Dharmafur 3G, Fenval 200 EC, Hostathion 40 EC (2 cc/l) atau Orthene 75 SP I g/L (Anonim, 2009). b) Ulat tanah Hama ini menyerang bagian batang cabai yang masih muda dengan cara memakan sampai batang terpotong. Pengendalian dilakukan dengan cara : commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Sungkup media pesemaian pada malam hari sebaiknya ditutup untuk menghindari ulat masuk ke pesemaian. b. Lahan diolah secara sempurna agar larva dan pupa ulat mati. c. Tanaman disemprot dengan insektisida Diptrex 95 SP atau Dursban 0,2 % dosis sesuai anjuran di kemasan. c) Ulat buah Buah merupakan sasaran utama hama ini. Buah yang terserang akan membusuk dan rontok. Agar tidak menular, buah yang telah terserang harus dibuang atau dimusnahkan. Pengendalian dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida, seperti Agrymicin, Buldok 25 EC, Cucacron 500 EC dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan (Redaksi Agromedia, 2007). d) Kutu Daun Pengendalian secara terpadu dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) disekeliling kebun cabai misalnya jagung. Cara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin 25 EC (0,1 - 0,2 cc/L), Decis 2,5 EC (0,04% atau Orthene 75 SP 0,1%.) (Anonim, 2009). e) Thrips Thrips adalah serangan dari ordo Thysanoptera. Hama ini berukuran sangat kecil, panjang 1 – 2 mm, berwarna cokelat kehitaman dan lembut. Thrips yang menyerang cabai merah adalah spesies Thrips parvispinus. Hama jantannya tidak bersayap, sedangkan betinanya memiliki dua pasang halus berjumbai. Hama thrips menyebabkan pucuk dan daun muda mengeriting, berubah warna menjadi keperakan sebelum akhirnya mengering dan rontok. Pada musim kemarau, populasinya memuncak dan akan menurun bila turun hujan commit to user lebat. Pencegahan serangan thrips dilakukan petani dengan cara
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjaga lingkungan dalam keadaan bersih, mengatur jarak tanam tidak terlalu rapat dan mengatur waktu tanam (Redaksi Agromedia, 2007). f) Tungau Tungau yang sering menyerang cabai merah ada dua jenis yaitu tungau merah (Tetranichus bimaculus) dan tungau kuning (Polyphogotarsonemus latus). Kedua tungau tersebut berukuran sangat kecil kurang dari 1 mm. Bentuknya seperti laba – laba dan warna sesuai namanya. Serangga tungau ditandai dengan adanya semacam benang halus, seperti sarang laba – laba pada permukaan daun bagian bawah. Hama ini menyerang daun, pucuk dan tunas muda. Tungau dewasa merusak dengan cara menghisap cairan yang terdapat dalam daun sehingga daun mengalami nekrosis atau luka. Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat karena serangan tungau didukung kondisii yang lembab dan suasana gelap. g) Lalat buah Lalat buah (Bactrocera dorsalis) bukan hanya hama tanaman buah – buahan, tetapi juga bagi cabai merah. Serangan lalat buah pada cabai merah sama seperti serangan pada buah – buah lain. Lalat buah betina menusuk buah cabai merah untuk meletakkan telur – telurnya. Telur tersebut kemudian menetas menjadi larva dan memakan bagian dalam cabai merah.cabai yang terserang akan busuk dan rontok dan dengan beberapa larva di dalamnya. Pencegahan serangan lalat buah biasanya dilakukan dengan sanitasi lingkungan. Pengendalian dengan pestisida sulit dilakukan karena susah mengenai sasaran sehingga akan terjadi pemborosan. Pengendalian lalat buah yang cukup efektif commit to user tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan adalah dengan
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memasang alat penangkap. Sementara untuk pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida seperti Buldok 25 EC, Curracon 500 EC, Decis, Mospilan 20 SP dengan dosis sesuai anjuran pada kemasannya. 2. Penyakit Penyakit yang terdapat pada tanaman cabai, adalah sebagai berikut: a) Antraknosa Antraknosa merupakan salah satu penyakit yang menjadi momok menakutkan bagi para petani cabai merah. Penyakit yang juga dinamakan penyakit kering buah atau patek ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan Gloeosporium piperatum. Penyakit ini disebabkan oleh jamur. Gejalanya timbul cendawan berwarna merah muda atau hitam bundar pada buah muda dan buah yang sudah hampir matang. Lama-kelamaan buah menjadi busuk, kering dan akhirnya rontok (Redaksi Agromedia, 2007). Penyakit ini berkembang pesat pada musim hujan karena saat tersebut udara sangat lembab, tetapi hangat. Antraknosa biasanya muncul pada musim hujan. Untuk pencegahannya, penanaman cabai merah diusahakan tidak di tengah-tengah musim hujan. Untuk pengendalian penyakit antraknosa dapat digunakan fungisida organik. b) Layu Bakteri Penyebaran penyakit dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman yang sakit dan residu tanaman. Pengendalian terpadu dilakukan dengan perlakuan benih dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin 0,5 g/L selama 5 - 15 menit (Anonim, 2010). c) Layu Fusarium Penyakit disebabkan organisme cendawan yang bersifat commit to user tular tanah. Gejala serangan adalah terjadinya pemucatan warna
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tulang-tulang
daun
disebelah
alas
dan
diikuti
dengan
merunduknya tangkai-tangkai daun. Pengendalian dilakukan dengan perlakuan benih direndam dalam larutan fungisida Benlate atau Derosal 0,5 - 1,0 g/L selama 5 - 15 menit. Pengapuran tanah sebelum tanam dengan dolomit pada tanah yang ber pH rendah (Anonim, 2011). d) Bercak Daun Penyakit bercak daun disebabkan oleh cendawan patogen Alternaria solani. Adanya penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak – bercak kecil bulat dan sedikit basah pada permukaan daun. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan pinggiran berwarna lebih tua. Bercak ini bisa meluas sampai 0.5 cm. Pada serangan parah daun menjadi kuning dan gugur atau langsung gugur tanpa didahului perubahan warna. Pengendalian bercak daun dapat disemprot dengan fungisida Benlate seminggu sekali (Ashari, 1995). e) Busuk Daun Busuk daun yang menyerang tanaman cabai merah disebabkan oleh cendawan patogen Phytopthora infestans sehingga sering juga disebut busuk phytopthora. Seranggga penyakit ini biasanya mengganas pada musim hujan. Infeksi cendawan ini menyebabkan daun – daun membusuk dan berguguran. Infeksi bermula daari pucuk tanaman lalu meluas ke daun lainnya. Hal ini menyebabkan daun layu, membusuk, dan berguguran. Infeksi pada buah mengakibatkan warna cokelat kebasah – basahan, lalu lepas dari kelopak dan membusuk.
Pencegahan
dilakukan
dengan
menghindari
penanaman pada musim hujan serta mengatur jarak tanaman agar tidak terlalu rapat (Ashari, 1995). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
5. Pemanenan Pada saat tanaman berumur 75 – 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabai tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabai dapat dipanen setiap 2 – 5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama. Buah cabai yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai sehat. Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan. 6. Analisis Usaha Tani Menurut (Tjahjadi, 1990) Analisis usaha tani dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha, beberapa hal yang dibahas dalam analisis ini adalah: a. Biaya tetap Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktifitas sampai dengan tingkatan tertentu. 2) Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. b. Biaya variabel Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding commit to user volume kegiatan, semakin besar (proporsional) dengan perubahan
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel. 2) Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya semakin konstan. c. Penerimaan Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : TR = Q x Pq Keterangan : TR
= Total penerimaan (Rp)
Q
= Jumlah produk
Pq
= Harga produk (Rp)
d. Keuntungan Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari perhitungan berkala. Hal ini akan diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan kegiatannya dan dilakukan likuidasi (Anonim, 2011). Tujuan dari pelaku ekonomi adalah memaksimumkan utility. Produsen memaksimumkan utility dengan cara memaksimumkan keuntungan. Keuntungan (Jl) merupakan hasil pengurangan dari penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk (Q) dengan harga produk (P). Jika dirumaskan yaitu : = חR–C ( = חQ x P) – C commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) R/C
Ratio
(Revenue
Cost
Ratio)
merupakan
ukuran
perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk menentukan kelayakan suatu usaha. R/C Ratio lebih dari satu maka usaha ini layak untuk dijalankan. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi. Rumusnya yaitu : R/C Ratio
= Total penerimaan Total biaya produksi
f. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) biasanya digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha tani dilihat dari keuntungan yang diperoleh, yaitu dengan cara membandingkan antara keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C Ratio lebih dari satu maka usaha ini berarti untung dan layak untuk dijalankan. Rumus B/C Ratio adalah keuntungan dibagi total biaya. Rumus B/C Ratio adalah : B/C Ratio
= Keuntungan Total biaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III. TATALAKSANA PELAKSANAAN
A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan magang mahasiswa ini dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari tanggal 25 Januari – 25 Februari 2012. Tempat magang di Pusat Pendidikan
dan
Pelatihan
Pembangunan
Masyarakat
Desa
OISCA
(Organization for Industrial Spritual and Cultural Advancement) Training Centre Karanganyar yang beralamat di Jl. Joko Songo Km 1.2, Doplang, Karangpandan, Karanganyar, 57791, Surakarta, Jawa Tengah B. Cara Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan magang mahasiswa di Pusat Pelatihan Pertanian Terpadu OISCA Karanganyar ini antara lain : a.
Pengumpulan data secara langsung 1) Wawancara Melakukan wawancara dengan pihak-pihak dari instansi mitra guna mengetahui segala hal yang diperlukan. 2) Observasi Melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi dan kegiatan yang ada dilokasi magang. 3) Praktik Lapang Turut serta dengan melaksanakan praktek kerja secara langsung pada setiap kegiatan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pembangunan Masyarakat Desa OISCA Karanganyar.
b.
Pengumpulan data secara tidak langsung 1) Studi Pustaka Mencari
dan
mempelajari
pustaka
mengenai
permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan magang mahasiswa. 2) Dokumentasi Mendokumentasikan dan mencatat data atau hasil-hasil yang ada pada commit to user pelaksanaan magang mahasiswa.
20
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi Secara Umum 1. Profil OISCA Training Centre sebagai Institusi Mitra OISCA (Organisation for Industrial, Spiritual and Cultural Advancement) yaitu suatu organisasi swasta nirlaba yang bekerja untuk meningkatkan atau membangun semangat dan kesadaran serta budaya yang lingkup kerjasamanya bertaraf internasional. OISCA merupakan organisasi non politik, non relegius dan non profit yang bergerak dalam bidang agribisnis. Kata Industrial pada singkatan OISCA bermakna kerja keras dalam membangun bidang pertanian, perikanan, kehutanan, maupun melestarikan lingkungan hidup manusia dan terutama membangun Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksananya. Jadi, yang dimaksud bukan industri pabrik dalam arti pengertian umum. Sedangkan makna spiritual dalam hal ini bukan berarti agama secara umum, melainkan tentang semangat dan kesadaran untuk berbuat, mengembangkan dan memelihara materi dunia, demi kepentingan umat manusia, baik masa kini maupun masa yang akan datang. 2. Sejarah OISCA Training Centre Karanganyar OISCA didirikan pada tanggal 6 Oktober 1961. Dr. Yonosuke Nakano terpilih untuk memimpin OISCA sebagai presiden pertama, setelah sebelumnyaa beliau memprakarsai sejumlah konferensi bertaraf Internasional. tujuan dari gerakan tersebut adalah ingin membentuk kehidupan dunia yang serasi dan masa depan kehidupan yang damai dari konferendi-konferendi tersebut kemudian di tindak lanjuti dengan ajakanajakan dan gerakan-gerakan yang mendapat sambutan dari pimpinanpimpinan gerakan sosial, keagamaan, kalangan pengusaha, politikus, dan lain-lain, dari seluruh dunia; terutama negara-negara kawasan Asia. Perwakilan dari berbagai negara dan kalangan tersebut kemudian bersamasama mendiskusikan bermacam-macam commit to user persoalan yang ada di dunia dan 21
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
mencapai mufakat, bahwa perlu kiranya untuk mendirikan suatu badan organisasi yang berorientasi obyektif, baik ditinjau dari segi semangat, maupun materinya. disepakati bahwa ke butuhan akan pembangunan kesadaran dan semangat manusia merupakan landasan yang kokoh bagi tujuan kerjasama antar bangsa dan manusia sedunia demi tarcapainya perdamaian dan kehidupan yang harmonis di kemudian hari. Dari konferansi-keofernsi di atas, akhirnya menuntun terbentuknya OISCA secara resmi dan aksinya bertaraf Internasional yang berkantor pusat di Jepang. setelah OISCA Internasional terbentuk, kemudian di susunlah aksi-aksi untuk mendorong tercapainya cita-cita pendiriannya semula. Pada pertengahan tahun 1960, negara-negara asia selatan dan tenggara mengalami krisis penyediaan pangan karena musim kemarau yang panjang. OISCA yang pada saat itu belum terbentuk secara resmi, tapi karena keberadaannya sudah di kenal lewat aktifitasnya diminta untuk membantu mengembangkan sektor pertanian di negara-negara yang mengalami krisis pangan tersebut. Kemudian di kirim misi peneliti yang diikiti oleh pengiriman misi pengembangan kerja yang terdiri dari para petani teladan dan sukarelawan lain yang semuanya dari jepang. Mengiringai program tersebut, beberapa teknisi muda bidang pertanian dari berbagai negara Asia tadi diterima untuk mengikuti program pelatihan OISCA di Jepang. Selama masa pelatihan tersebut diajarkan teknik-teknik yang lebih maju melalui praktek pelatihan yang di selenggarakan atas kerjasama dengan para anggota OISCA. OISCA Internasional mulai mengadakan kerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dengan ditandatanganinya suatu perjanjian pada tanggal 5 Januari 1979. Kesepakatan kerja sama ini beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir kali berbentuk Memorandum of Understanding dengan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia yang ditandatangani pada tanggal 19 Juni 1989. Program kegiatan OISCA di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1976 sampai dengan sekarang. commit to user Dimana tahun 1992 berdirilah OISCA Training Centre Karanganyar yang
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
juga termasuk dalam salah satu program negara tersebut. Bapak A.G. Mulyono Herlambang sebagai Direktur OISCA Training Centre Karanganyar dan CV. MGA, yang mengusahakan produksi benih F1 dan pemasarannya baik di dalam maupun ke luar negeri. Wilayah OISCA tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai macam kegiatan yang telah dilakukan meliputi pendidikan seperti training centre dalam bidang pertanian, pemberdayaan wanita OISCA (PWO), permeubelan dan lain-lain. Bidang lingkungan hidup antara lain Childrens Forest Program (CFP) yaitu pendidikan lingkungan hidup bagi anak-anak, People Forest Program (PFP) yaitu penghijauan bersama masyarakat, Tokio Marine Mangrove Project (TMMP) yaitu penghijauan atau rehabilitasi pantai dan lain-lain. Selain itu terdapat juga proyek atau bantuan berupa proyek percontohan bunga krisan, ulat sutera, Committee Environmental and Educational Project in Indoneia (CEEPI), pengentasan kemiskinan, bantuan gedung dan prasarana sekolah dan lain-lain. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di OISCA Training Centre Karanganyar meliputi : a. Pelatihan reguler rutin tiap tahun (± 9-12 bulan), peserta pelatihan ini adalah pemuda yang berminat di bidang pertanian, melalui sistem tes seleksi. b. Kegiatan harian dimulai sejak pukul 05.00-22.00 WIB. c. Magang atau PKL. Lahan keseluruhan yang ada di OISCA Training Centre Karanganyar seluas ± 6,5 Ha. Dari luas lahan tersebut dibagi menjadi luas lahan pada lingkup Training Centre sebesar 0,5 Ha dan sisanya adalah lahan yang digunakan untuk praktek yaitu seluas ± 6 Ha. Lahan seluas 0,5 Ha tersebut terdapat beberapa bangunan yang digunakan sebagai sarana pendukung dalam berusaha. Bangunan tersebut antara lain digunakan sebagai kantor, ruang kelas untuk teori, asrama bagi siswa pelatihan, gudang untuk tempat peralatan, dan tempat persemaian untuk bibit yang commit to user akan ditanam di lapang. Lahan praktek pertanian untuk budidaya beberapa
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
macam komoditas baik itu sayur ataupun buah seluas 6 Ha ini seluruhnya merupakan lahan sewa. 3. Kondisi Lapang OISCA Training Centre Karanganyar OISCA Training Centre Karanganyar berada di Jl. T.P Joko Songo km
1,2
Desa
Doplang,
Kecamatan
Karangpandan,
Kabupaten
Karanganyar. Terletak ± 30 km sebelah timur kota Surakarta. Batas lokasi sebelah Utara : Desa Doplang, sebelah Timur : Desa Ngemplak, sebelah Selatan : Kecamatan Matesih, dan batas sebelah Barat : Desa Gerdu. Kondisi lingkungan tempat OISCA Training Centre Karanganyar didirikan adalah sebagai berikut : Tinggi tempat
:
450 - 490 m dpl berhawa sejuk
Kemiringan bangunan
:
300 - 400
Suhu
:
240 - 310 C
Curah hujan rata-rata
:
3.150 mm/th
Jenis tanah
:
latosol
Kelembaban relatif
:
61% - 91%
4. Visi dan Misi OISCA Training Centre Karanganyar Visi a. Membentuk insan–insan mandiri, dengan usaha sendiri dapat memperbaiki nasibnya masing-masing. b. Membantu
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
dan
lingkungannya. Misi Misi OISCA adalah menciptakan masa depan masyarakat dunia yang damai tanpa ada peperangan, dengan lingkungan yang baik dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. 5. Struktur Organisasi OISCA Training Centre Karanganyar Tahun 2011/2012. Dalam menjalankan usahanya yaitu budidaya pertanian dan pemasarannya baik itu sayur, buah, ataupun tanaman hias, Bapak Mulyono to user dibantu oleh beberapa stafcommit dan semua siswa pelatihan OISCA.
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Struktur Organisasi OISCA Training Centre Karanganyar. Direktur AG. Mulyono Herlambang
Wakil Direktur Darmanto
Sekertaris Patoni
Administrasi Tri Dwidarningsih
Kabag Kesiswaan Setyo Budi U
Kabag lingkungan hidup Rifaan
Kabag Pelatihan I.B. Mei .S
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi OISCA Training Centre Karanganyar. OISCA merupakan organisassi yang dikelola secara sukarela oleh para anggotanya. Struktur organisasi yang dimiliki masih sangat sederhana yang terdiri atas direktur, wakil direktur, bagian administrasi, bagian kepala kebun, bagian humas, penghijauan, dan kesiswaan. Berdasarkan pembagian bentuk organisasi di OISCA termasuk dalam struktur organisasi lini (Lini organization atau organisasi garis). Masing-masing jabatan memiliki wewenang yang telah disepakati. Wewenang masing-masing jabatan sebagai berikut : 1. Direktur utama bertanggung jawab atas semua kebijakan yang akan diambil oleh organisasi, mengatasi seluruh aktivitas kegiatan perusahaan, baik dalam hal administrasi, kegiatan budidaya, penghijauan, dan pelatihan. Selain itu juga harus mampu menjalin kemitraan dengan lembaga lain. 2. Wakil direktur berwenang sebagai pelaksana harian wewenang direktur utama dan menjalin kerjasama dengan lembaga lain di wilayah lokal (kabupaten). 3. Ketua bidang administrasi sebagai pengelola semua catatan masuk dan keluar sebagai laporan yang akan dikirim ke OISCA internasional. Selain commit to user
Kabag Lapang Heri widyanto
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
itu juga berperan dalam pencatatan keuangan secara teratur sehingga posisi keuangan organisasi dapat diketahui setiap saat. 4. Ketua bidang kebun bertanggung jawab dalam pengadaan kebutuhan kegiatan budidaya tanaman, mulai dari kegiatan produksi tanaman seperti persiapan atau penyewaan lahan, penyediaan sarana dan prasarana, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), dan pemeliharaan tanaman sampai panen. Selanjutnya, tugasnya disesuaikan dengan kurikulum yang dibuat oleh bidang kesiswaan dan ditentukan jadwal kegiatan harian yang disampaikan saat apel kerja. 5. Kepala bidang kesiswaan bertanggung jawab dalam pembuatan kurikulum dan pelaksanaan kegiatan pertanian yang diadakan oleh OISCA setiap tahunnya selama 10 bulan (November-Agustus), kemudian membuat laporan realisasi kegiatan budidaya yang telah dilaksanakan. 6. Kepala bidang penghijauan bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan penghijauan dan lingkungan hidup, seperti Children Forest Program dan People Forest Program). 7. Staff kantor berwenang sebagai pelaksana bagian tata usaha dan pengaturan masalah administrasi. 8. Staff atau instruktur lapangan berperan sebagai pemberi instruksi dan pelatihan harian siswa. Pengelolaan organisasi yang ada di OISCA TC Karanganyar dilakukan secara terarah sesuai dengan bidang yang telah ada. Dalam menjalankan kegiatan tersebut, OISCA TC Karanganyar memiliki sumber daya yang dapat diandalkan. Sumber daya organisasi yaitu semua kekayaan yang dimiliki organisasi dan dapat dipergunakan dalam kegiatan operasional organisasi. Sumber daya organisasi meliputi : a. Sumber Daya Manusia OISCA TC Karanganyar memiliki anggota yang membaktikan dirinya dan melaksanakan tugasnya secara sukarela. Metode kerja yang diterapkan adalah kegiatan pembangunan masyarakat pedesaan dan commit to user dasar dan pertanian serta sektor menekankan pada pemberdayaan industri
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendukung lain, sehingga pembangunan tersebut dapat dilakukan secara berkelanjutan. Prinsip kerja yang diterapkan bukanlah menggunakan teknologi tinggi, namun dengan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat yang mengikuti kegiatan pelatihan. Pengelola OISCA TC Karanganyar berjumlah 10 orang, yang merupakan staff kantor dan instruktur lapangan. Seluruh staff OISCA merupakan alumni OISCA Internasional Jepang yang mengabdikan dirinya secara sukarela. Kegiatan pelatihan ditambah tenaga pengajar yang merupakan dewan guru dari Dinas Pertanian Karanganyar. b. Sumber Daya Modal Sumber daya modal merupakan sumber daya yang digunakan oleh organisasi untuk menjalankan dan memperlancar kegiatan yang dilakukan OISCA TC Karanganyar. Sumber daya modal dibagi menjadi 2 yaitu sumber daya fisik dan sumber daya modal kerja. Sumber daya fisik merupakan sumber daya pengelola organisasi yang handal dan terampil di bidangnya, sedangkan sumber daya modal kerja diperoleh sepenuhnya dari OISCA Internasional yang berpusat di Jepang. Seluruh keadaan keuangan baik yang masuk maupun keluar dari kas OISCA harus dicatat secara rinci sebagai
bentuk
pertangggungjawaban
berkala
kepada
OISCA
Internasional. B. Hasil Kegiatan dan Pembahasan 1. Kondisi Lokasi a. Syarat iklim Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 - 270 C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 - 230 C. Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Cabai hibrida Hot Beauty dan Hero dapat berproduksi commit to user dengan baik di dataran rendah
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sampai dataran tinggi + 1200 m dpl. Sedangkan cabai hibrida Long Chili lebih cocok ditanam pada ketinggian antara 800 - 1500 m dpl. Khusus untuk cabai Paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran tinggi.
Kisaran
temperatur
optimum
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman paprika antara 210 - 250 C, sedangkan untuk pembentuk-an buah memerlukan temperatur 18,30. Cabai paprika tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena dapat menyebabkan buah seperti terbakar (sunburn) dan juga hasil akhir bobot buah akan sangat rendah. Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, tanaman paprika akan mengalami gugur tunas, gugur bunga dan buah muda, serta ukuran buah sangat kecil. Meskipun cabai paprika umumnya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat pula dikembangkan di dataran menengah mulai ketinggian 600 m dpl; yakni dengan cara memanipulasi lingkungan. Alih teknologi budidaya paprika di dataran menengah antara lain menggunakan sungkup beratapkan plastik bening (transparan). b. Syarat tanah Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 - 6.8, karena pada pH di bawah 5.5 atau di atas 6.8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (rendah). Pada tanah-tanah yang becek seringkali menyebabkan gugur daun dan juga tanaman cabai mudah terserang penyakit layu. Khusus untuk tanah yang pHnya di bawah 5.5 (asam) dapat diperbaiki keadaan kimianya dengan cara pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH normal. Pada pH tanah asam, ketersediaan unsur-unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium dan Molibdinum menurun dengan to user cepat. Pada pH tanah commit basa akan menyebabkan unsur-unsur Nitrogen,
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Besi, Mangan, Borium, Tembaga dan Seng ketersediaannya relatif menjadi sedikit. Cabai yang ditanam pada tanah asam pada umumnya keracunan unsur Alumunium (Al), Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya pada pH basa, jumlah unsur bikarbonat cukup banyak untuk merintangi
penyerapan
ion
lain,
sehingga
dapat
menghalangi
pertumbuhan tanaman secara optimum. 2. Persiapan Lahan (Pengolahan Tanah) Pengolahan tanah bertujuan untuk memperoleh media tumbuh yang subur, aerasi cukup, tidak becek (drainase baik), serta meminimalisasi hama dan penyakit. Perlakuan pengolahan tanah ini tergantung dari beberapa faktor, diantaranya jenis lahan, tekstur tanah, struktur tanah, ketersediaan bahan organik dalam tanah, musim saat pengolahan tanah, tingkat drainase tanah, serta keterampilan tenaga kerja. Alat-alat yang biasa digunakan dalam mengolah tanah antara lain; handtractor, traktor rotary, cangkul, garpu, bajak atau garu. Tahap-tahap pengolahannya sebagai berikut: a. Pembersihan sisa tanaman sebelumnya. Pembersihan tanaman lama dilakukan dengan mencabut gulma (tanaman pengganggu) di seluruh bagian tanaman beserta akar-akarnya. b. Pembajakan atau pencangkulan pertama. Hal ini dilakukan dengan membuka tanah total dengan bajak atau cangkul kira-kira sedalam 25 cm. Pembajakan atau pencangkulan pertama ini bertujuan untuk membalik tanah, mendapatkan bongkahan tanah,
mematikan
gulma,
mendapatkan
sinar
matahari,
dan
menghilangkan zat-zat yang merugikan. c. Pembajakan atau penggaruan ke dua dan penggaruan. Pembajakan kedua ini dilakukan sebelum pembuatan bedengan kasar agar tanah mudah dibentuk menjadi bedenga-bedengan kasar d. Pembuatan got dan takaran bedeng. Pada tanah yang becek got dibuat sebelum pembajakan pertama dan ke commit to user dua.
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
e. Penaburan pupuk. Pupuk dan bahan yang digunakan antara lain: a) Pupuk kandang (20 – 30 ton/ha), b) Pupuk kimia: TSP (400 – 500 kg/ha), ZA (600 kg/ha), KCl (300 – 400 kg/ha) c) Kapur pertanian (1 ton kapur tiap penaikan 1 pH tanah) d) Insektisida Carbofuran (40 kg/ha). Pemupukan dilakukan pada siang hari dengan cara pupuk tersebut diletakkan pada bedengan setengah jadi. f. Pengecrohan. Bedengan dikecroh (diaduk) sehingga pupuk, kapur, dan Carbofuran tercampur dan masuk dalam tanah. Kemudian tanah dihaluskan. g. Menutup calon bedengan tersebut dari parit bedengan, sehingga bedengan dapat curam (tingginya 30 – 40 cm)dan parit pun dalam. h. Penutupan bedengan ini membuat bahan-bahan yang ditambahkan tadi tercampur rata dengan tanah, sehingga tanah dalam bedengan tidak perlu mengandung (ditambah) pupuk lagi karena penyebaran akar adalah 5 cm di bawah permukaan sampai kedalaman 50 cm. i. Lapisan luar bedengan sampai penutup diusahakan sehalus mungkin karena akan menjadi tempat (permukaan) melekatnya mulsa (MPHP). j. Pemasangan MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak). MPHP dipasang saat ada terik matahari agar MPHP bisa kuat dan kencang. Kemudian bagian tepi dan tiap sudut diklip dengan bilahan bambu dengan ukuran kira-kira 20 cm x 1 cm. bedengan dibiarkan selama 2–3 hari agar kondisinya menjadi baik dan pupuk terurai. k. Pelubangan bedengan. Plastik mulsa dilubangi dengan alat pelubang khusus atau dari kaleng susu yang telah dipanasi. Jarak antar lubang 70 x 70 cm atau 70 x 60 cm. Kemudian tanah di bawahnya dilubangi juga. Pada kondisi ini bedengan telah siap digunakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
3. Penyiapan Benih dan Pembibitan Benih yang digunakan merupakan benih unggul keturunan pertama (F1). Persiapan benih ini dilakukan setelah pengolahan tanah selesai 70%, agar waktu antara benih siap tanam dengan tanah (media tanam) siap pakai sesuai. Benih yang telah dipilih direndam dalam air hangat (kurang lebih 40oC) selama 4 – 5 jam untuk mempercepat pertumbuhan. Setelah itu benih dimasukkan dalam media semai. Media semai ini berupa campuran tanah, pupuk kandang, kuntan, dan NPK dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 0,2% yang dimasukkan dalam box. Benih yang disemai akan tumbuh dalam waktu 8 – 11 hari. Benih yang telah tumbuh di persemaian box kemudian dipindah ke polybag ukuran 8 x 12 cm. Benih tersebut dirawat dengan: a. Pengairan (disiram sesuai keadaan) b. Penyeprayan (penyemprotan) dengan Antracol takaran setengah dosis untuk mengantisipasi penyakit karena Dumping Off. c. Penyeprayan (penyemprotan) dengan insektisida (Curacron, Lannate, Decis, Marshal, dll) takaran setengah dosis untuk serangan serangga. Bibit hasil persemaian siap ditanam pada umur 23 – 25 hari atau berdaun 4 – 5 helai. 4. Penanaman Bibit hasil dari persemaian tersebut diharapkan telah siap tanam saat pengolahan tanah selesai. Kondisi lahan dan bibit yang akan digunakan harus diperhitungkan luas lahannya, jumlah bibit yang tersedia, dan umur bibit agar ketepatan tanam dapat tercapai. Bibit yang terlambat ditanam akan mengurangi masa juvenile (masa pertumbuhan vegetatif). Sebaliknya, jika bibit sudah siap tanam tetapi pengolahan tanah belum selesai maka akan mengakibatkan pengerjaannya tergesa-gesa, sehingga hasilnya kurang optimal. Hal-hal yang dilakukan dalam penanaman antara lain: commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Menata bibit dalam kotak kemudian dibawa dari tempat persemaian ke lahan yang telah siap tanam. b. Bibit dalam kotak tersebut direndam sebentar agar tanah dan plastik polybag tidak lengket, sehingga bibit beserta tanahnya mudah dikeluarkan. c. Memisahkan polybag dan bibit beserta tanahnya (diusahakan tanah tersebut tidak pecah) kemudian memasukkannya pada lubang tanam. Tiap lubang berisi satu bibit. Saat memasukkan bibit, diusahakan leher akar berada tepat di permukaan tanah (permukaan tanah pada polybag sejajar dengan permukaan tanah). Selain itu diupayakan daun tidak terlalu dekat atau rebah ke mulsa karena panas matahari yang dipantulkan mulsa warna perak dapat membakar daun yang masih muda tersebut. d. Menutup lubang dengan tanah yang gembur agar akar mudah tumbuh. e. Bibit yang baru ditanam dibalut dengan sedotan plastik yang sudah dipotong-potong untuk melindungi batang muda dari serangan hama (ulat, bekicot, dsb). f. Menyiram bibit yang baru ditanam dengan air. Tanaman yang masih muda perlu dilakukan penyiraman pada lubang tanamnya karena akar belum mampu menjangkau air yang ada di parit bedengan. g. Melakukan pengecekan dengan rutin pada tanaman baru setelah disiram karena posisi tanaman dapat berubah. 5. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan tanaman cabai terdiri atas: a. Penyiraman Penyiraman dilakukan secara intensif pada saat tanaman masih muda, terutama yang baru ditanam dan pada saat itu tidak turun hujan. Hal ini dilakukan karena akar tanaman tersebut masih terlalu pendek sehingga belum dapat menjangkau air yang ada di parit bedengan. Bedengan yang masih basah tidak perlu dilakukan penggenangan parit commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bedeng (pengeleban). Dalam pengulangan penyiraman masih tetap dilakukan sampai pembentukan cabang. Pada waktu cabang mulai terbentuk panjang akar sudah mencapai 15 cm, sehingga apabila bedengan kering tidak perlu disiram lagi per lubang tanam tetapi cukup melalui parit saja. Penggenangan parit (pengeleban) dilakukan hingga air setinggi setengah dari tinggi bedengan, kemudian dibiarkan sesaat sampai air meresap. Setelah meresap air segera dibuang (jangan sampai ada air yang menggenang). Semakin besar diameter batang cabai, akar semakin banyak dan panjang (kurang lebih 50 cm), sehingga air yang tertinggal di bedengan sedikit demi sedikit akan terjangkau oleh akar. b. Perompesan Perompesan atau perempelan yaitu membuang tunas-tunas muda yang tumbuh pada ketiak daun di batang pokok. Tunas-tunas muda tersebut apabila dibiarkan akan mengganggu pertumbuhan tanaman, pohon menjadi semakin rimbun, produksi berkurang, dan patogen mudah menyerang karena kondisi tanaman lembab. Perompesan ini dapat dilakukan langsung dengan tangan. Sebaiknya perompesan dilakukan saat terik matahari. Hal ini bertujuan agar bekas luka rompesan segera kering, sehingga tidak mudah diserang (dimasuki) patogen. Perompesan diulangi jika bekas rompesan tersebut tumbuh tunas lagi. c. Penyulaman Setelah penanaman perlu dilakukan pengecekan keliling untuk mengetahui ada tidaknya tanaman yang mati. Biasanya bibit yang rusak, media yang pecah, dan penanaman yang salah akan mati dalam waktu 3 – 7 hari. Penyulaman harus segera dilakukan agar tanaman sulaman tidak kalah bersaing dengan tanaman lain. Bibit sulaman berasal dari bibit cadangan yang umurnya sama dengan bibit yang ditanam. Pada saat ini pupuk susulan terutama NPK cair segera to user diberikan dengan dosis commit 0,2% untuk memacu pertumbuhan.
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Pengajiran Pengajiran yaitu memberikan kayu (ajir) sebagai penyangga tanaman agar tidak rebah ketika sudah besar. Setelah tanaman berdaun 10 – 11 helai mulai terbentuk cabang “V”. Pada saat ini batang perlu segera diikat pada ajir. Pengikatan biasanya menggunakan tali rafia dan membentuk angka delapan (8) agar ikatan kuat tetapi tidak melukai batang. Pemasangan ajir lebih baik dilakukan saat tanaman masih muda dan perakaran belum terlalu panjang dan banyak agar tidak merusaknya. Biasanya ajir terbuat dari bilah bambu sepanjang 130 cm (masuk atau menancap dalam tanah sedalam 20 cm). Ajir yang digunakan sengaja dibuat lebih tinggi dari tanaman agar dapat bertahan lama dan bisa digunakan untuk beberapa kali tanam, sehingga lebih efisien biaya. Antara ajir satu dengan lainnya dipasang ajir dengan posisi horisontal (membentuk palang) dan saling diikatkan. Hal ini bertujuan untuk menguatkan cabang dan ranting-ranting jika tanaman telah dewasa dan mengantisipasi patahnya cabang akibat buah yang terlalu banyak. e. Pemupukan Dalam pemberian pupuk dilakukan pada saat pengolahan tanah. Pemberian MPHP pada tanaman berpengaruh dalam pemupukan, pupuk tidak mudah hilang karena larut atau menguap. Jadi pupuk tersimpan dengan baik dan harapannya dapat terserap optimal oleh tanaman. Untuk
memacu
pertumbuhan
tanaman
dapat
dilakukan
pemberian pupuk tambahan yang berupa: a) Pupuk daun (pupuk pelengkap cair) b) NPK yang dicairkan (0,2% per liter air), kemudian disiramkan pada lubang tanam (dikocor). Frekuensi pemupukan tergantung dari kondisi tanaman itu sendiri, pemberian pupuk dilakukan dengan mengocor per lubang commit to user tanaman.
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Pengendalian gulma Walaupun telah menggunakan MPHP namun perlu dilakukan penyiangan terutama pembersihan rumput yang masih tumbuh di lubang tanam. Rumput (gulma) yang tumbuh akan mengganggu pertumbuhan tanaman cabai karena terjadi perebutan unsur hara. Pembersihan gulma jangan sampai terlambat karena jika rumput sudah tumbuh besar maka akan sulit dicabut. Pencabutan yang tidak hati-hati kemungkinan juga akan merusak (mematahkan) akar cabai. Selain pada lubang tanam, sanitasi juga dilakukan pada parit dan daerah sekitar bedengan. Sanitasi akan sangat bermanfaat bagi kesehatan tanaman dan unsur hara tidak banyak yang berkurang karena diserap gulma. Lahan yang kotor akan memudahkan berkembangnya hama dan penyakit. Sanitasi dilakukan pada waktu pagi atau siang hari minimal 2 hari sekali. g. Pengendalian hama dan penyakit a) Hama penting pada tanaman cabai ini antara lain: 1. Lalat buah (Dacus sp.) Lalat ini memiliki tipe mulut penusuk yang kemudian digunakan
untuk
menusuk
buah
cabai
dengan
tujuan
menempelkan telurnya. Buah yang rusak akan membusuk dan berjamur. Lalat buah bisa dikendalikan dengan musuh alami (semut, laba-laba, dan kumbang), sanitasi lahan, bahan kimia yang bersifat atraktan (methyl eugenol), serta penyepraian insektisida. 2. Kutu (Aphids) Kutu daun merusak jaringan dan menghisap cairan sehingga daun tumbuh tidak normal (keriting). Hama ini banyak menyerang lahan di dataran rendah pada bulan Juni sampai September (musim kemarau) dan berperan sebagai vektor virus. to user Pengendaliannya commit dilakukan dengan pengaplikasian pestisida.
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Thrips Thrips banyak menyerang pada musim kemarau. Serangga ini menghisap cairan daun dan bunga serta berperan sebagai vector virus. Bagian yang diserang akan menjadi kerdil, berwarna keperakan, melengkung, dan akhirnya mati. Bunga yang diserang menjadi keriput dan kerdil. Pengendaliannya dilakukan dengan insektisida (biasanya menggunakan Nuvacron dan Curacron). 4. Tungau Tungau berwarna merah, aktif di siang hari, membuat sarang berupa serat-serat halus di bagian daun. Populasinya akan meningkat di musin kemarau. Gejala serangannya serupa dengan kutu daun. Pengendaliannya menggunakan pestisida (Omite, Mitac, Kethane, dan Moretan). 5. Ulat grayak (Spedoptera litura) Ulat
grayak
memakan
semua
bagian
tanaman.
Pengendaliannya dilakukan dengan pengaplikasian insektisida (Ripcord dan Supraicide), melakukan sanitasi lingkungan, dan menggunakan musuh alami (burung). b) Penyakit pada tanaman cabai antara lain: 1. Antraknosa (pathek) Gejala serangannya pada buah terdapat bercak-bercak dan akan berkembang memanjang, tepi berwarna coklat muda. Sedangkan bagian tengah berwarna coklat keabu-abuan dan terus menghitam. Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput seperti jerami. Pada bagian tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan. Pengendalian dilakukan dengan merotasi tanaman yang bukan family Solanaceae.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Layu bakteri Tanaman yang terserang pada awalnya terlihat tidak segar kemudian layu dan akhirnya mati, namun daun dan buah tidak rontok. Tanaman yang mati dapat dilihat (ditandai) dengan penampakan warna coklat pada pembuluh batang dan jika ditekan akan mengeluarkan lendir berwarna keruh. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menghindari terjadinya luka pada akar atau batang, drainase yang baik, aerase yang baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah jadi (matang), rotasi tanaman, menjaga kebersihan lingkungan, dan langkah terakhir dengan menggunakan bahan kimia (Agrimicin) pada saat tanam. 3. Layu Fusarium Tanaman yang terserang daun-daunnya akan terlihat layu total seperti kekurangan air yang terjadi secara mendadak. Jika diamati bagian pangkal batang terdapat bercak-bercak kebasahan dan berwarna lebih gelap. Pengendalian layu fusarium dapat dikatakan sulit karena penyakit ini terjadi karena dipengaruhi faktor lingkungan yang kompleks juga. Biasanya langkah pengendaliannya dengan penaburan bahan kimia Saco P 1 gram/batang. Selain itu juga dilakukan pencabutan tanaman yang terserang secara dini. 4. Mozaik Serangan virus ini ditandai dengan timbulnya warna kuning hijau belang-belang pada daun muda, permukaan tidak rata, berkerut, mengeriting, buah cabai belang, dan ukurannya kecil. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pembersihan lingkungan lahan terutama tumbuhan inang, mengendalikan kutu daun yang membawa virus ini, mencabut tanaman yang terserang, dan diusahakan tidak menggesekkan atau menyentuhkan tanaman commit sakit pada tanaman sehat.to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Panen Cabai dapat dipanen setelah berumur kira-kira 3 bulan. Pada saat itu buah cabai sudah berwarna kemerahan. Setelah panen pertama dapat dilakukan pemanenan selanjutnya. Pemanenan berikutnya dapat dilakukan setelah 2 atau 3 hari sekali. Pemanenan dilakukan dengan memetik buah cabai beserta tangkainya secara hati-hati di saat cuaca terang. Hasil panen dimasukkan ke dalam wadah, kemudian dikumpulkan di tempat penampungan. 7. Pasca Panen Setelah dipanen cabai tersebut disortasi (dipisah-pisahkan menurut kualitasnya) dan digrading (dikelompokkan sesuai ukuran, warna, dan sebagainya). Hal ini bertujuan untuk menambah nilai jual di pasaran dan memenuhi selera konsumen. Cabai yang sudah siap segera dipasarkan untuk menghindari turunnya harga akibat kelayuan dan kerusakan lainnya. Sebelum dipasarkan sebaiknya mengetahui pasar atau pembeli tujuan kita. Produk hortikultura yang dihasilkan OISCA TC Karanganyar biasanya dijual di pasar Matesih atau diambil langsung oleh tengkulak sekitar. 8. Pemasaran Cabai hasil produksi OISCA TC ini langsung dipasarkan kepada tengkulak yang datang, selain itu juga dijual langsung kepada konsumen yang datang ke OISCA TC dengan harga Rp. 20.000,00/ Kg. 9. Analisis Usaha Tani Analisis usaha tani cabai merupakan salah satu analisis dalam melakukan penanaman secara intensif. Perkiraan analisis usaha tani seluas 282 m2 dengan beberapa kali panen, informasi terkait usaha budidaya cabai Krida 99 adalah sebagai berikut : a. Lahan yang diperlukan seluas 282 m2 b. Jarak tanam 60 cm x 70 cm. c. Populasi tanaman 428 batang commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Analisis Usaha Tani Tanaman Cabai (Capsicum annum .L) No
Uraian
Kebutuhan
Harga Satuan Jumlah (Rp) (Rp)
1
Biaya Tetap - Sewa Lahan
282 m2
350
98.700 98.700
850 biji 0,5 karung 500 lembar
61/ biji 6.000/karung 12/lembar
51.850 3.000 6.000
28 karung 18 L 62 ml
2.000 karung 8.000/ lt 55/ ml
56.000 144.000 3.140
7,75 kg 5,17 kg 2,58 kg 4,2 kg 0,2 kg 93 ml 340 gr 15 kg 7 kg 0,85 kg 133 m 0,5 batang
1.460/kg 2.060/kg 6.000/kg 7.400/kg
11.315 10.650 15.480 31.080
35/ml 17/gr 300/kg 1.200/kg 11.250/kg 860/ m 2500/batang
428 batang 1 kg
125/batang 11.000/kg
3.255 5.780 4.500 20.400 9.563 114.380 1.250 5.000 53.500 11.000
45 gr 40 gr 20 gr 5 gr 7,5 gr
80/gr 75/gr 120/gr 65/gr 80/gr
3.600 3.000 2.400 325 600
6 ml 60 ml
90/ml 20/ml
540 1.200
Jumlah 2
Biaya Variabel a. Benih b. Media Tanam c. Polybag d. Pupuk * Organik - Pupuk Kandang - Moretan - Herbafarm *Anorganik - ZA - SP 36 - Phonska - NPK Mutiara - KCP - Atonik - Maxicalis - Dolomid - Kalium - KNO3 e. Mulsa f. Bambu g. Arang&minyak tanah h. Ajir i. Tali Rafia j. Pestisida * Fungisida - Antracol - Ziflo - Sultricob - Bazoka - Trico G * Insektisida - Marsal commit to - Rizotin
user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
- Curacron - Spontan - Atabron - Thuricide - Mospilan * Perekat (Apsa) Jumlah 3
Sewa Peralatan a. Sprayer b. Ember c. Cangkul d. Sabit e. Pelubang mulsa f. Box g. Gembor h. Drum i. Persemaian j. Karung k. Kontainer l. Tugal Jumlah
12 ml 39 ml 6 ml 20 ml 16 ml 69 ml
180/ml 68/ml 140/ml 220/ml 200/ml 110/ml
2.160 2.652 840 4.400 3.200 7.590 593.950
11 kali 20 kali 8 kali 8 kali 1 kali 10 kali 1 kali 1 kali 1 kali 10 kali 13 kali 1 kali
500 100 200 100 100 100 100 200 2.000 100 100 100
5.500 2.000 1.600 800 100 1.000 100 200 2.000 1.000 1.300 100 15.700
Waktu (jam) HKP / HKW
4
Tenaga Kerja a. Persiapan Persemaian b. Semai & Perawatan c. Pembajakan (borong) d. Pembuatan Bedengan ½ jadi e. Angkut & tabur pupuk kandang f. Angkut & tabur pupuk dasar, kalsium, dolomid g. Kecroh & buat bedengan jadi h. Kocor & siram bedengan i. Buat sindik & pasang mulsa j. Buat jarak tanam & pasang ajir commit to k. Pelubang mulsa &
Jumlah
2 HKW 10 HKW
2.500 2.500
15 HKP
3.000
5.000 25.000 25.000 45.000
10 HKP
3.000
30.000
3 HKP
3.000
9.000
20 HKP
3.000
60.000
1 HKP
3.000
3.000
5 HKP
3.000
15.000
2 HKP
3.000
6.000
user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembuatan lubang tanam l. Penanaman * angkut bibit * penanaman m.Pemeliharaan * Sulam * Pengairan * Penyiangan * Pupuk Susulan * Rompes * Pengikatan * Spray n. Panen * Petik * Angkut&Pemasaran o. Pembersihan * Cabut ajir&tanaman * Gulung mulsa Jumlah
3 HKP
3.000
9.000
1 HKP 4 HKW
3.000 2.500
3.000 10.000
1 HKW 5 HKP 12 HKW 12 HKW 3 HKW 5HKW 11 HKP
2.500 3.000 2.500 2.500 2.500 2.500 3.000
2.500 15.000 30.000 30.000 7.500 12.500 33.000
30 HKW 10 HKP
2.500 3.000
75.000 30.000
5 HKW 3 HKW
2.500 2.500
12.500 7.500 500.500
5 Lain – lain Jumlah Total
120.882 1.329.702
Sumber : Data Sekunder Keterangan : a. Bunga modal = 1,5 % x 5 bulan x input : 100 = 1,5 x 5 x 1.329.702 : 100 = Rp 99.728,00 b.
Input Total = Input + Biaya Modal = Rp. 1.329.702,00 + Rp 99.728,00 = Rp. 1.429.430,00
c.
Out put 1. Populasi
: 428 batang
2. Mortalitas
: 9 batang
3. Tanaman Produktif
: 419 batang
4. Produksai
commit to user : 0,7 kg/batang
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Harga /kg
: Rp 20.000,00
6. Pendapatan
: Rp 20.000,00 x 0,7 x 419 : Rp 5.866.000,00
d.
SHU (Sisa Hasil Usaha) = Output – input total = Rp 5.866.000,00 – Rp 1.429.430,00 = Rp 4.436.570,00
e.
Sisa tak habis pakai MPHP
= 50% x Rp 114.380,00 = Rp 57.190,00
Ajir
= 50 % x Rp 53.500,00 = Rp 26.750,00
Total f.
= Rp 83.940,00
Total SHU (Sisa Hasil Usaha) = SHU (Sisa Hasil Usaha) + Sisa tak habis pakai = Rp 4.436.570,00 + Rp 83.940,00 = Rp 4.520.510,00
g.
Biaya per Batang = Input total : populasi = Rp 1.429.430,00 : 428 = Rp 3.340,00
h.
BEP (Break Event Point) / Biaya Impas = Input total : produktif = Rp 1.429.430,00 : 419 = Rp 3.411,00
i.
B/C Ratio (Revenue Cost Ratio) = Output : Input total = Rp 5.866.000,00 : Rp. 1.429.000,00 = 4,1
j.
Persentase Keuntungan = total SHU (Sisa Hasil Usaha) : Input total x 100% = Rp 4.520.510 : Rp 1.429.000 x 100% = 316 % commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil magang yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1.
Dalam hal pembudidayaan tanaman perlu diperhatikan cara – cara yang tepat dalam mengelola lahan.
2. Baik buruknya tanaman tergantung pada saat awal mulai mempersiapkan lahan, lahan yang steril berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 3. Budidaya tanaman hortikultura yang perlu dipersiapkan adalah mengelola tanah, persiapan benih dan bibit, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen 4. Dalam mengelola tanah harus dipersiapkan sejak awal untuk mencapai hasil yang optimal 5. Persiapan benih dan bibit dilakuakan setelah pengolahan tanah selesai 70%. Bibit hasil persemaian siap ditanam pada umur 23 – 25 hari atau berdaun 4 – 5 helai 6. Penanaman yang tepat adalah saat pagi atau sore hari dengan intensitas cahaya matahari yang cukup 7. Pemeliharaan penyulaman,
tanaman
meliputi
pengajiran,
yaitu
pemupukan,
penyiraman, pengendalian
perompesan, gulma,
dan
pengendalian hama dan penyakit 8. Cabai dapat dipanen setelah berumur kira-kira 3 bulan. Pada saat itu buah cabai sudah berwarna kemerahan 9. Setelah dipanen cabai tersebut disortasi (dipisah-pisahkan menurut kualitasnya) dan di grading (dikelompokkan sesuai ukuran, warna, dan sebagainya). 10. Jumlah Total Keseluruhan Biaya yang digunakan dalam pembudidayaan tanaman cabai di OISCA dengan luasan lahan 282 m2 adalah Rp. 1.329.000,00
commit to user
43
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11. Dari Analisis Usaha Tani memperoleh persentase keuntungan sebanyak 316 %. B. Saran Dari kesimpulan yang telah diperoleh maka saran yang dapat disampaikan yaitu : 1. Perlu adanya perhatian yang lebih maksimal lagi tentang pemeliharaan termasuk pada pengendalian penyakit karena melihat kondisi lapang yang terkena penyakit sehingga bagian dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsi dengan sebaik – baiknya. 2. Perlu dilakukan pemeliharaan seperti pemupukan secara intensif, serta penyemprotan terhadap tanaman yang terserang hama dan penyakit untuk memaksimalkan tujuan yang dicapai. 3. Sebaiknya
managemen
pemasaran
lebih
dikoordinir
lagi
serta
meningkatkan promosi terhadap tanaman hortikultura. Promosi dapat dilakukan dengan memperluas jaringan mitra kerja.
commit to user