Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) “MEDAN” Lingkungan • Kegiatan bermanfaat • Swadaya berjalan bagus, hampir 50% (uang + tenaga) • Tepat sasaran • Tingkat keberlanjutan kegiatan cukup bagus (air bersih) • Bagi KSM kegiatan lingkungan telah menambah pengetahuan • Pembangunan infra struktur tidak pada akar masalah (saluran ada di wilayah miskin, tapi masalah di lokasi non miskin) • Swadaya di Medan belum bisa dilihat secara riel (ada admin yang bisa dipertanggung jawabkan) • Komponen lingkungan yang dibangun masih pada kebutuhan dasar (jalan lingkungan) • Pemanfaat kegiatan lingkungan masyarakat/lingkungan miskin • Ada kegiatan dengan status tanah tidak jelas Ekonomi • Kegiatan bermanfaat tepat sasaran (tukang becak, buat beli becak) “kemungkinan” berkelanjutan • KSM dibentuk untuk memperoleh pinjaman (belum menjadi kelompok pemberdayaan) • Jumlah pinjaman (500 ribu) tidak cukup untuk mengembangkan usaha • Pemahaman dana bergulir ‘HIBAH’ tidak perlu dikembalikan • Belum melihat potensi wilayah lokal sebagai modal kegiatan dalam UPK • Tantangan : BKM masih terlibat dalam pengumpulan pengembalian dana bergulir dari masyarakat • Bantuan BLM untuk UKM/home industry tidak mencukupi • Tersendatnya dana sharing membuat kegiatan ekonomi belum jalan • “Kelompok elit” masih menerima bantuan BLM • Usulan kegiatan dana bergulir dibatalkan takut seperti JPS • Kebutuhan gakin (dana bergulir) tertunda karena teknis prosedur (Karang Berombak) • Kurang sosialisasi kepada calon penerima bantuan/BLM • Faskel mengarahkan dalam penyusunan kegiatan-kegiatan PJM • PJM hanya sejumlah BLM • Di Karang Berombak belum ada KSM ekonomi yang ditunggu-tunggu gakin
Sosial • Kegiatan sosial bermanfaat tapi tidak berkelanjutan • Sasaran “kadang tepat” , “kadang meleset” (keluarga BKM) • Perlunya peningkatan kegiatan sosial produktif (sewa tenda, penyewaan peralatan) • Masyarakat cukup jelas merumuskan program sosial • Ada ide kegiatan memanfaatkan limbah garment membuat lap • Kegiatan sosial masih bersifat ‘charity’ • Perlu pelatihan industri rumah tangga • Meski kegiatan (sosial, lingkungan) sudah dilakukan BKM, di Karang Berombak rutin melakukan pertemuan tiap minggu
Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) “MEDAN” Relawan • Relawan berasal dari warga miskin • Prosedur melalui penawaran di tingkat RT • Dominasi ibu RT • Keaktifannya hanya sampai pada pembentukan pengurus BKM • Tidak semua relawan yang mendaftar dapat mengikut ipelatihan (over quota) • Relawan yang tidak ikut pelatihan tidak tahu peran dan fungsinya • Ada relawan yang kebetulan miskin menjadi termarjinalkan karena orientasi materialistis • Relawan bukan dari tokoh masyarakat. Tetapi dari kelompok peduli BKM • • • • • • •
• • • KSM • • • • •
Pemilihan BKM berdasarkan usuan RT-RW untuk dipilih secara langsung di kelurahan Keanggotaan “campuran” (miskin & tidak miskin) Sebagian besar miskin Adanya permintaan agar BKM untuk mendapatkan pengganti transport Anggota BKM mendominasi tokohisme, penetapan & penentuan lokasi kgiatan untuk miskin BKM masih disibukkan dengan persoalan internal sehingga keberpihakan pada masyarakat miskin kemajuannya minim Di Belawan, rekrutmen relawan sampai dengan menjadi BKM cukup menghasilkan anggota BKM yang handal meski menghadapi konflik di masyarakat Dana sharing yang tidak turun (kurang lebih 1 tahun) membuat BKM mati suri BKM mati suri karena BLMtahap II hampir 1 tahun belum turun Pemilu BKM dimulai dari tingkat lingkungan KSM dibentuk untuk mendapatkan pinjaman Anggota KSM heterogen (kaya & miskin) Cara penentuan anggota KSM tidak selalu sesuai prosedur (saudara/anggota BKM) KSM = Keplig umtuk KSM Infra (dominasi usulan) Di tingkat kepling, penentuan skala priorits tidak/belum berjalan di tingkat kelurahan
Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) “MEDAN” Lurah • Lurah memberi dukungan & proaktif terhadap PNPM • Hubungan Lurah dengan BKM bagus • Tidak ada koordinasi antara SKPD dengan Pemerintah, Kelurahan dan Program-program lain (tumpang tindih program) • Ada kebijakan dari Kelurahan agar LPM & BKM bersinergi • Tantangan : Ada juga kebijakan di tingkat kelurahan melakukan pungli terhadap BLM • Lurah sebatas tanda tangan berkas popposal (BAPPD/BAPUK) • Tidak dilibatkan dalam penetapan usulan • Lurah terlibat aktif sejak mendapat pengarahan dari SNVT Provinsi • Lurah cukup akomodatif setelah ada sosialisasi P2KP • Lurah hanya “mengawasi” tidak intervensi RT/RW (KEPLING) • Memberikan dukungan positif terhadap siklus P2KP, pembentukan relawan, pemilihan anggota BKM • RT/RW menjadi mediator penetapan prioritas kegiatan • Sosialisasi di tingkat RT/RW kurang berjalan sehingga usulan sifat pemerataan • Peluang : Rata-rata Kepling (RT/RW) berperan aktif karena sebagian besar juga menjadi anggota BKM • Lurah bukan warga setempat, Kepling lebih berperan di masyarakat • Cukup berperan dalam pembentukan BKM dan usulan program • Kepling mempengaruhi pembentukan BKM • Ada Kepling terpilih dengan suara terbanyak tidak bersedia TOGA/TOMA • Cukup banyak toma menjadi anggota BKM • Kurang berperan. Masyarakat eqaliter • Toga hanya sebagai relawan • Toga terlibat P2KP jika diundang
Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) “MEDAN” Sasaran • Pemanfaat kegiatan lingkungan, masyarakat/lingkungan miskin • Kegiatan sosial sudah tepat sasaran • Kegiatan lingkungan bermanfaat • Swadaya berjalan bagus • Tepat sasaran • Bagi KSM kegiatan lingkungan telah menambah pengetahuan • Kegiatan ekonomi bermanfaat, tepat sasaran (tukang becak buat beli becak) “kemungkinan” berkelanjutan Tantangan • Kegiatan sosial masih bersifat “charity” • Sasaran “kadang tepat” , “kadang meleset” (keluarga BKM) • Kurang sosialisasi kepada calon penerima bantuan/BLM • Faskel mengarahkan dalam penyusunan kegiatan-kegiatan PJM • Pemahaman bahwa dana bergulir adalah ‘HIBAH’ sehingga tidak perlu dikembalikan • Komponen lingkungan yang dibangun masih pada kebutuhan dasar (jalan lingkungan) • Kegiatan sosial bermanfaat tapi tidak berkelanjutan • Usulan kegiatan dana bergulir dibatalkan, takut seperti JPS • Ada kegiatan dengan status tanah tidak jelas • “Kelompok elit” masih menerima bantuan BLM • Tersendatnya dana sharing membuat kegiatan ekonomi belum jalan • Pembangunan infra struktur tidak pada akar masalah • Belum melihat potensi wilayah lokal sebagai modal kegiatan UPK • Tantangan : BKM masih terlibat dalam pengumpulan pengembalian dana bergulir dari masyarakat • PJM hanya sejumlah BLM • KSM dibentuk untuk memperolah pinjaman (belum menjadi kelompok pemberdayaan) • Jumlah pinjaman (500 ribu) tidak cukup untuk mengembangkan usaha • Perlu pelatihan industri rumah tangga • Perlunya peningkatan kegiatan social produktif (sewa tenda, penyewan peralatan) • Bantuan BLM untuk UKM/home industry tidak mencukupi • Di Karang Berombak belum ada KSM ekonomi yang ditunggu-tunggu gakin • Swadaya di Medan belum bisa dilihat secara riel (ada admin yang bisa dipertanggung jawabkan) • Kebutuhan gakin (dana bergulir) tertunda karena teknis prosedur (Karang Berombak)
Peluang • Masyarakat cukup jelas merumuskan program sosial • Tingkat keberlanjutan kegiatan cukup bagus (air bersih) • Ada ide kegiatan memanfaatkan limbah garmen membuat lap
Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) “MEDAN” Keanggotaan • Ada relawan yang kebetulan miskin, menjadi termarjinalkan karena orientasi materialistis • Relawan berasal dari warga miskin • Prosedur melalui penawaran di tingkat RT • Dominasi ibu RT • Relawan bukan dari tokoh masyarakat tetapi dari kelompok peduli • Keanggotaan “campuran” (miskin & tidak miskin) • Sebagian besar “miskin” Cara Pemilihan • Pemilihan BKM berdasarkan usulan RT-RW untuk dipilih secara langsung di kelurahan • KSM dibentuk untuk mendapatkan pinjaman • Anggota KSM heterogen (kaya & miskin) • Cara penentuan anggota KSM tidak selalu sesuai prosedur (saudara/anggota keluarga BKM) • Keaktifannya hanya sampai pada pembentukan pengurus BKM • Tidak semua relawan yang mendaftar dapat mengikuti pelatihan • Pemilu BKM dimulai dari tingkat lingkungan • Di Belawan, rekrutmen relawan sampai dengan menjadi anggota BKM cukup menghasilkan anggota BKM yang handal meski menghadapi konflik di masyarakat • Ada kepling terpilih dengan suara terbanyak tidak bersedia Tantangan • BKM mati suri karena BLM tahap II hampir 1 tahun belum turun • Relawan yang tidak ikut pelatihan tidak tahu peran & fungsinya • Dana sharing yang tidak turun (kurang lebih 1 tahun) membuat BKM mati suri • KSM = Kepling untuk KSM Infra (dominasi usulan) • Adanya permintaan agar BKM mendapatkan penggantian transport • Meski kegiatan (sosial, lingkungan) sudah dilakukan BKM, di Karang Berombak rutin melakukan pertemuan tiap minggu • Di tingkat Kepling : Pengetahuan skala perioritas tidak/belum berjalan di tingkat kelurahan • BKM masih disibukkan dengan persoalan internal sehingga keberpihakan pada masyarakat miskin kemajuannya minim
Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) “MEDAN” Interaksi • Cukup akomodatif setelah ada sosialisasi P2KP • Lurah hanya “mengawasi” tidak intervensi • Sosialisasi di tingkat RT/RW kurang berjalan • Toga terlibat P2KP, jika diundang • Lurah terlibat aktif sejak mendapat pengarahan dari SNVT Provinsi • Rata-rata Kepling (RT/RW) berperan aktif karena sebagian besar juga menjadi anggota BKM • Cukup banyak toma menjadi anggota BKM • Lurah sebatas tanda tangan berkas proposal (BAPPD/BAPUK) • Tidak dilibatkan dalam persiapan usulan • Toga hanya sebagai relawan • Lurah memberi dukungan proaktif terhadap PNPM • Hubungan Lurah dengan BKM bagus • Kurang berperan masyarakat eqaliter • Ada kebijakan dari kelurahan agar LPM & BKM bersinergi • Toma/toga dianut oleh masyarakat • Tidak ada koordinasi antara SKPD dengan Pemerintah, Kelurahan dan program-program lain (tumpang tindih program) Pengaruh pada perencanaan • Kepling mempengaruhi pembentukan BKM • RT/RW menjadi mediator penetapan prioritas kegiatan • Lurah bukan warga setempat, Kepling lebih berperan di masyarakat • RT/RW cukup berperan dalam pembentukan BKM dan usulan program • RT/RW memberikan dukungan positif terhadap siklus P2KP • Pembentukan relawan • Pemilihan anggota BKM • Tantangan : ada juga kebijakan di tingkat kelurahan melakukan pungli terhadap BLM