Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) “SURABAYA” Rekrutmen • Cara Penentuan : Lebih banyak pada penunjukkan langsung dari Tomas • Ketua KSM, biasanya Tomas, menunjuk anggota-anggotanya • Ketua KSM, umumnya kelas menengah ke atas, menerima BLM lebih besar dari anggota 3 • Relawan ditunjuk oleh Ketua RT/RW • Pemilihan secara demokratis • Keanggotaan masih ada pengaruh Toma/Toga • Relawan ada, ketika ada kegiatan • Koordinator BKM, dipilih karena pensiunan PU • Aparat kelurahan & BKM belum optimal dalam melakukan pendekatan terhadap kelompk Etnis Madura • Belum dikuasai oleh satu lingkungan tertentu • KSM lingkungan cenderung dari Ketua RT • Pemilihan KSM lebih diprakarsai oleh BKM • Pengurus BKM adalah Ketua RT/RW/ Pengurus PKK • Anggota relawan banyak diambil dari kader • Anggota dominan ibu rumah tangga & perempuan • Relawan tidak ada aktivitas • Masih memilih orang yang aktif (itu-itu saja) Positifnya • Pengurus BKM sukarela keluarkan biaya dari kantong sendiri • Masih ada orang-orang “baik” di BKM yang berpihak pada masyarakat miskin • Beberapa usaha KSM terbukti maju dengan suntikan dana dan pendampingan Hambatan 1 • SDM di BKM di atas Faskel, Faskel dipandang sebelah mata • Relawan minta “uang bensin” • Rasa memiliki BKM dari para pengurus, jadi alasan tidak mau diganti • Dana-dana bergulir lebih dittujukkan kepada orang yang punya usaha mampu • Masih melihat pada kemampuan finance, waktu • Orientasi relawan dari kelompok masyarakat miskin masih pada BLM • Interest pribadi melatar belakangi kesediaan jadi BKM
Hambatan 2 • Kesadaran anggota KSM untuk mengembalikan dana bergulir masih rendah • Dana bergulir terlalu kecil, khususnya bila membuka usaha baru • Hanya 2-3 orang yang aktif dalam kepengurusan BKM
Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) “SURABAYA” Interaksi Stakeholder Yang Terjadi • Ketua RW berperan membentuk KSM dan menunjuk relawan • Ketua RT/Ketua RW sebagai pengurus BKM. Kasus RT/RW = KSM Lingkungan • Anggota BKM adalah Toga dan Toma • Penyusunan PJM Pronangkis biasa dirembug dengan Ketua RW • Tokoh masyarakat “warga asli” kalah pamor dengan menengah atas (anggota BKM) • Lurah sebagai “bumper” BKM Kasus Kerjasama Yang Tidak Terjadi • Lurah hanya partisipasi administrasi saja • Lurah hadir sebagai pelengkap pada sebagian daerah (cenderung apatis) • Toma dari masyarakat Cina belum dilibatkan dalam proses P2KP • Tokoh terekat memiliki massa yang besar, tetapi tidak dilibatkan kegiatan • Lurah kerjasama dengan BKM-sementara aparat/staf kelurahan tidak Parking Lot Kartu Tak Bertuan • Berperan dalam membuat keputusan pada rapat/pertemuan • Peran Lurah memberikan persetujuan dengan membubuhkan tanda tangan • RT/RW banyak menentukan kegiatan-kegiatan pembangunan & penyebaran informasi Faktor Yang Mempengaruhi • RT/RW mempunyai kewenangan terhadap lingkungan • Lurah memiliki peran dalam membangun kerjasama antara kelompok masyarakat Cina & pribumi • Toma/Toga mempengaruhi pengambilan keputusan • Lurah memberikan “tempat” pengurus BKM • Toma/Toga sebagai pengawas pembangunan infrastruktur • Mengarahkan informasi pembangunan
Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) “SURABAYA” Tantangan Dan Hambatan • Pembangunan lingkungan masih menggunakan lahan orang lain. Mis : MCK. Kasus : Pembuatan beberapa MCK, tapi penduduk masih suka be-ol di selokan/sunga • Tantangan : koordinasi dengan SKPD sehubungan dengan program pembangunan infrastruktur • Pemahaman antara kebutuhan & keinginan • Baru sebagian kecil saja menjangkau KK miskin karena persoalan di tingkat UPK/BKM (pertanggung jawaban-transparansi) • Bedah rumah tidak menjangkau rumah-rumah petak yang dihuni para migran • Tantangan : merubah persepsi dana bergulir sebagai dana ‘hibah’ tidak usah dikembalikan • Hanya pelatihan saja, sehingga tidak ada kelanjutan • Kebijakan Bappeda kota yang belum mau mengintegrasi P2KP dan rencana kota “trauma ka Bapeko” • Anggota yang tidak bisa membayar angsuran ditinggal, tidak bisa ambil lagi BLM • Sebagian besar kegiatan sosial masih bersifat charity walaupun menjangkau KK miskin • Pemanfaatan BLM untuk lingkungan lebih banyak focus pada sarana umum, sehingga dampak langsung pada KK miskin kecil • Kegiatan sosial tidak menjangkau janda miskin • Konsep kegiatan sosial belum terlihat keberlanjutannya • Masih bersifat charity • PJM Pronangkis belum bersifat “sustainable” • Tantangan : visi dan orientasi masyarakat terutama BKM perlu dibenahi • Hambatan : kasus ketua kelompok memperoleh dana pinjaman lebih besar dibandingkan anggota • Anggota KSM dipilih yang kira-kira mampu melunasi cicilan, bukan miskin • Mencitrakan BLM sebagai dana hibah, sehingga pengurus yang ambil dana juga tidak perlu bayar juga • Rasa “pasrah” untuk tidak dilibatkan dalam program dari warga pendatang • Kategorisasi warga menghambat penerima manfaat • Lingkungan kelurahan yang terlalu luas menghambat program
EKONOMI & LINGKUNGAN Peluang & Keberhasilan • Sudah mengarah kepada kemandirian contoh : BKM mandiri, UPK sudah mandiri • Adanya pembuatan MCK menginspirasi penduduk membuat WC & kamar mandi sendiri • Pembuatan jalan/pavingisasi memudahkan penduduk beraktivitas • Relawan perempuan cukup peka dalam seleksi KK miskin penerima manfaat bantuan sosial • Pekerjaan fisik lebih banyak pekerjaan saluran air • Pembuatan sumur MCK, penduduk biasa mandi di sumur, tidak di sungai lagi • Kota Surabaya untuk pembangunan lingkungan sudah berjalan, saat ini masuk dalam masa pemeliharaan • Lingkungan : Rencana pembangunan lingkungan sudah masuk dalam rencana kota Surabaya Masing-masing SKPD sudah mendapat buku putih perencanaan pembangunan infrastruktur Keberlanjutan • Kegiatan-kegiatan sosial mengarah kepada keberlanjutan. Contoh : Alat pesta untuk bantuan sosial • Kegiatan sosial sudah disusun oleh Bapeko untuk disebarkan ke dinasdinas terkait belum langsung ke masyarakat miskin SOSIAL Ikut kegiatan P2KP (minuman keras)”
untuk
menghindari
“pergaulan
buruk
lingkungan