DISCUSSION SCENARIO
Prepared for Reintegration Seminar 20 April 2011
Scenario 1 Pak Bambang, 36 tahun, baru kembali dari Australia setelah selama dua tahun meninggalkan kantornya untuk mengambil Master di bidang Knowledge Management di UNSW. Dia ingin menerapkan ide2nya dibidang Knowledge Management di kantornya; Kementrian Tenaga Kerja. Sebagai contoh dia ingin menerapkan knowledge sharing, dimana setiap karyawan yang baru kembali dari studi atau mengikuti training diminta untuk melakukan presentasi untuk berbagi pengetahuannya yang baru dengan rekan2 kerjanya. Tetapi ternyata supervisornya tidak tertarik dengan gagasannya tersebut, beliau bahkan tidak mau mendengarkan saat dia menjelaskan rencananya. Pak Bambang ingin membicarakan idenya dengan atasan dari supervisornya karena dia pikir knowledge sharing sangatlah berguna untuk memperluas wawasan dan menciptakan learning organization bagi para karyawan di Institusinya. Tetapi jika dia melakukan hal ini tentunya akan menimbulkan masalah karena supervisornya merasa dilompati. Jika Bapak/Ibu adalah pak Bambang, apa yang akan Bapak/Ibu lakukan untuk menerapkan ide pak Bambang di kantornya?
Scenario 2 Ibu Karlina, 30 tahun, bekerja di Direktorat Jendral Penanganan Bencana. Dia mempunyai hubungan kerja yang sangat baik dengan teman2 kerjanya, supervisor dan manajernya. Mempunyai hubungan kerja yang baik sangatlah penting karena saat terjadi bencana tim kerjanya harus segera bertindak cepat untuk membantu para korban. Saat dia sedang studi Master di bidang Disaster Management di University of Wollongong terjadi transfer dan mutasi karyawan di kantornya. Saat dia kembali dia mendapati teman-teman kerja, supervisor dan manajer yang dekat dengannya sebagian besar telah digantikan oleh orang2 baru yang belum pernah dikenalnya. Ibu Karlina merasa kurang nyaman karena dia kembali ke tempat kerja yang lama tetapi berada dilingkungan orang2 yang asing baginya. Hal ini sangat mengganggu pikirannya karena selain harus melaksanakan tugasnya yang sangat sibuk karena banyaknya bencana yang terjadi di tanah air seperti tsunami di Mentawai dan letusan Gunung Merapi yang perlu penanganan segera, dia juga harus bisa bekerjasama dan membina hubungan kerja yang baru dengan teman2 kerjanya yang baru.
Scenario 3 Karena passion-nya di bidang Accounting, pak Rusmin (42 tahun) mengambil PhD di bidang Accounting di Monash University. Bulan Maret 2010 dia kembali ke Indonesia setelah submit thesisnya. Pak Rusmin langsung melapor ke kantornya, Direktorat Jendral Kekayaan Negara karena dia ingin cepat2 menerapkan ilmu Accounting yang didapatnya di Australia dalam pelaksanaan pekerjaannya. Tetapi ternyata pak Rusmin sementara ditempatkan di bagian SDM karena posisinya yang lama telah digantikan oleh karyawan lain. Pekerjaannya di bagian SDM tidak ada kaitannya dengan Ilmu Accounting yang dipelajarinya dan tidak terlalu sibuk sehingga dia banyak waktu luang. Bulan Desember yang lalu pak Rusmin dinyatakan telah lulus dan mendapat gelar PhD di bidang accounting, tetapi sampai saat ini dia belum ditempatkan dibagian yang berhubungan dengan accounting. Hal ini membuat semangat dan motivasi kerjanya menurun.
Scenario 4 Ibu Desi (26 tahun) adalah alumnus muda yang baru menyelesaikan studinya Master di bidang Law, legal and Judicial system di University of Melbourne. Dia kembali bekerja di Kementrian Hukum dan HAM dan ditempatkan di posisi staff. Padahal sebagai alumni ADS dia berharap untuk menjadi Change Agent dan terlibat dalam pembuatan kebijakan2 instasinya. Tetapi karena posisinya yang masih staff, dia tidak dilibatkan dalam pembuatan kebijakan2. Yang diikut sertakan dalam pembuatan kebijakan adalah atasannya yang lulusan Hukum dari S1 lokal. Melihat kenyataan ini Ibu Desi merasa dia tidak dapat memenuhi peran yang diharapkan tersebut dan tidak dapat menerapkan serta memanfaatkan ilmu yang telah diperolehnya.
Scenario 5 Pratama (27 tahun) adalah staff yang masih tergolong “junior”. Dia telah bekerja di kantornya yang merupakan salah satu institusi pemerintah di Medan selama kurang lebih 2.5 tahun. Karena kinerjanya yang baik dan konsisten, dia mendapatkan rekomendasi atasannya untuk mengikuti seleksi beasiswa ADS. Dengan perbekalan ilmu yang baik akhirnya ia berhasil mendapatkan beasiswa ADS. Sebelum dia berangkat study, celaan dan respon negative muncul dari rekan-rekan satu team maupun dari staff lain yang notabene sudah “senior”. Walaupun demikian Pratama tetap melangkah maju dan dia berhasil menyelesaikan perkuliahannya dengan hasil yang sangat memuaskan. Sekembalinya ke Indonesia, dia mendapat penempatan di posisi yang bagus di kantor pusat Jakarta. Berbagai komentar tidak enak pun kembali muncul, dia dianggap “anak daerah” yang hanya beruntung mendapatkan beasiswa ADS dan tidak pantas menduduki jabatan bagus di kantor pusat. Padahal thesis dan studynya di bidang Master of Natural Resource Studies di University of Queensland sangat dibutuhkan dan akan membatu keberhasilan teamnya. Kerjasama team sangatlah penting untuk mencapai keberhasilan tersebut dan “gap” yang dibuat dengan sengaja oleh para “senior” ataupun staff lain dengan posisi setingkat, membuat dia sulit menerapkan ilmunya dan mencapai keberhasilan tersebut. Di sisi lain yang lebih pribadi, dia merasakan tekanan psikologis dan juga terganggunya konsentrasi kerja akibat konflik internal ini.