KESIAPSIAGAAN
NUKLIR
DIPUSATPENGEMBANGANPENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Erwansyah Lubis, Agus Gindo S., Untara, Gunandjar Pusat PengembanganPengelolaanLimbah Radioaktif, BAT AN
ABSTRAK PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKUR ill PUSAT PENGEMBANGAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF. Program kesiagaan nuklir dalam pengelolaan limbah radioaktif aktivitas rendah dan sedangtelah diturunkan berdasarkan potensi kecelakaan radiasi yang terparah yang mungkin dapatterjadi. Berdasarkan analisis keselamatan yang telah dilakukan kecelakaan radiasi yang mungkin dapat terjadi adaiah kontaminasi, tumpahan limbah dalam pengangkutan limbah, kegagalan operasi unit evaporator dan kebakaran gedung tempat penyimpanan limbah radioaktif. Potensi jenis keclakaan ini relatif kecil dikarenakan instalasi pengolahan limbah radioaktif dan sistem pendukungnya selain telah didisain berdasarkan kaidah-kaidah keamanan dan keselamatan proteksi radiasi, dalam pengoperasiannya mengikuti standard prosedur pengelolaan limbah radioaktif secara intemasional. Dalam makalah ini diuraikan kesiagaan nuklir di Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif untuk tingkat instalasi dan kontribusinya dalamtindakan penanggulangan tingkat kawasan di Pusat PengembanganTeknologi Nuklir (PPTN) Serpong.
PENDAHULUAN Walaupun instalasi nuklir telall didis~ dan dibangun dengan menerapkan kaidall-kaidall proteksi radiasi dalam upaya melindungi pekerja serta masyarakat dan lingkungan, namun dalam dalam pengoperasiannya berdasarkan ketentuan yang berlaku, maka daerall kerja, pekerja radiasi, pembuanganefluen dan lingkungan disekitar instalasi nuklir haruslal1dimonitor. Pemonitoran selain untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang diberlakukan dan sebagai alat bukti terjadinya pencemaran ataupun tidak, juga bertujuan untuk mendapatkan informasi sedini mungkin ~1:IId/I)LI/1~AI1Va' ~ No..2.2CXJO
bila terjadi kegagalanoperasi,sehingga upaya pencegahandapat dilakukan sedini mungkin. Ketentuanlain yang perlu dipersiapkan oleh penguasa instalasinuklir adalahkesiagaandalam upaya penanggulanganbila terjadi kegagalan operasi. Upaya penanggulangan ini disiapkan berdasarkan potensi kegagalan operasi terparah yang dapatterjadi dalampengoperasian suatau instalasi nuklir, sehingga apabila terjadi kecelakaansebenarnya tindakan penanggulangan dapat dilakukan dan berlangsung secara optimal. Dalam makalahini akan diuraikan program kesiagaan nuklir dalam
[I]
ARTIKEL GedungMES adalah gedungtempat pengoperasian pengelolaan limbah radioaktif di Pusat Pengembangan pembangkit dan catu energi yang Pengelolaan Limbah Radioaktif menunjang proses pengolahan lirnbah (P2PLR) dan kontribusi terhadap radioaktif dan letaknya terpisah dengan penangguiangantingkat kawasan di gedung IPLR. Gedung ini dilengkapi generator listrik daya 600 kVA, ketel PPTN Serpong. uap (steam) kapasitas 2280 kg/jam dengan tekanan 8,3 bar, 2 unit
INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF Pusat PengembanganPengelolaan Limbah Radioaktif (P2PLR) mempunyai tugas melaksanakanpengembangan teknologi pengelolaanlimbah radioaktif dan melaksanakan pengelolaan limbah radioaktif baik yang ditimbulkan oleh instalasiinstalasi nuklir Badan Tenaga Nuklir (BATAN) maupun yang berasal dari pemanfaatan Ilmu Pengetahuandan Teknologi (Iptek) nuklir oleh instalasi lain di luar BATAN. Disamping itu P2PLR mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan pemantauanradioaktif lingkungandan keselamatankerja personildi kawasan PPTN Serpong. Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif di P2PLRdidisain mampu untuk mengolah limbah radioaktif aktivitas rendah (10-6sId. 10-3Ci/m3) dan sedang (10-3 sId. 10-1 Ci/m3». Dalam melaksanakan tugasnyaP2PLR dilengkapioleh gedungcalli mediadan listrik (MES), Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif (IPLR), gedung dekontaIninasi,kendaraantruk pengangkut limbah, gedungpenyimpanan limbah hasil olahan dan laboratorium penelitian keselamatankerja personil dan lingkungan serta laboratorium Bidang Teknologi PengolahanLimbah Radioaktif(BTPLR).
rn
kompresor kapasitas masing-masing 225 Nm3/j dengan tekanan 10 bar, tangki penyirnpanan bahan bakar solar kapasitas 25000 liter yang berada di bawah permukaan tanah dan instalasi air dingin (chiller). Gedung IPLR terdiri dari 4 tangki penampungan lirnbah cair, unit evaporasi, unit sementasi, unit kompaksi dan unit insinerasi. Tangki penampungan limbah cair kapasitas masing-masing 50 m3. Tangki penampungan terletak di dalam ruangan yang dihubungkan dengan sistem ventilasi dan gas huang. Ruang tempat tangki berfungsi sebagai tempat penampunganhila terjadi kebocoran. Unit evaporasi terdiri dari tangki evaporator, tangki pemisah, tangki pendingin, sistem pemipaan dan panel kontrol. Unit ini mampu mengolah lirnbah radioaktif rendah dan sedang yang mengandung kepadatan garam kering 5g/l, dengan faktor pemekatan 50 -60 kali dan laju pengurnpanan750 liter/jam. Ruang kontrol berada jauh dari unit evaporator yang dipisahkan oleh beberapa dinding pemisah. Unit kontrol berada di zone-l (ImSv/tahun) dan unit evaporator berada di zone-4 (50 mSv/ tahun), sehingga hila terjadi kegagalan operasi operator berada dalam ruangan yang terlindungi dan aman. Unit sementasi adalah fasilitas untuk pemadatan lirnbah konsentrat t'lIldInL//1t',,1/1Vd~ Na.22(:::t::XJ
ARTIKEL basil evaporasi, limbah semi-padat (resin bekas), limbah padat yang tidak terkompaksi clan tidak terbakar serta abu basil insenerasi. Sementasi dilakukan dalam ruang sementasizone2 (5 mSv/tahun) clan operator melaksanakan sementasi melalui panel kontrol yang berada di ruang zone-I, sehingga operator aman dalam melaksanakan tugasnya. Sementasi dilakukan dalam sel beton volume 950 liter dengan bahan matrik semen portland. Total curie limbah yang dapat disementasi dalam sel drum 950 liter berdasarkan disain adalah 6 Ci. Unit kompaksi berada dalam zone2, fasilitas ini digunakan untuk memadatkan limbah padat aktivitas rendah. Pemadatan dilakukan dalam drum 100 L dengan alat tekan hidrolik yang mempunyai kekuatan 60 kN. Tiap drum 200 L dapat memuat 4 -5 drum 100 L yang telah dikompaksi, selanjutnya drum 200 L ini disementasi dengan adonan semen. Paparan radiasi pada permukaan drum 200 L tidak boleh melebihi 0,25 mSv/jam. Sel drum 200 L ini selanjutnya dengan menggunakan forklift dibawa ke gedung tempat penyimpanan limbah sementara. Unit insenerasi adalah fasilitas untuk membakar limbah padat clan cair organik. Pembakaran limbah pada dilakukan pada suhu 800 °C dengan laju pembakaran 50 kg/jam. Pembakaran limbah organik dilakukan pada suhu 1100 °C dengan laju pembakaran 20 kg/jam. Laju penggunaan bahan bakar solar adalah 15 -30 liter per jam dengan tekanan udara 8,7 bar.
950 liter. Gedungini di disain dapat menahanradiasiyangdipancarkanoleh limbah hasil olahan,sehinggapaparan radiasi dipermukaan finding bagian luar 0,7mrem (0,07mSv)/jam. Alat transportasi limbah padat adalah truk yang dilengkapi dengan bak SS-304ukuran 4 m x 2,5 m x 2,8 m dengan berat total 30 ton. Alat transportasi limbah cair adalah truk tangki yang terbuatdaTibahancarbon steeldengankapasitas3 m3. Dalam kegiatanpengolahanlimbah IPLR dilengkapi dengan sistem Proteksi Radiasi (PR) yang terpusat dan manual. Daerah yang dimonitor secaraterpusatadalah daerahradiasi rendah (zone-I) dan sedang(zone-2), yaitu ruang proses,ruang kendali dan laboratorium. Daerah radiasi tinggi (zone-4) seperti ruang evaporator, tempatpenyimpananlimbah konsentrat dan ruang proses sementasi tidak dimonitor secara terpusat, tetapi dimonitor secara manual. Daerah radiasi tinggi ini dalam pengoperasiannya adalah ruang yang tertutup dan diberitanda-tandabahaya radiasi, sehinggatidak seorangpekerja diperkenankan memasuki daerah radiasiill.
KECELAKAAN RADIASI DALAM PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
Kecelakaan radiasi adalah suatu kejadian yang tidak nonna1 yang mengakibatkan tidak terkendalinya suatu sumber radiasi yang secara langsung, Gedung tempat penyimpanan langsung atau tidak limbah basil olahan dapat menampung menimbulkanbahayaradiasi terhadap 1700 drum 200 liter clan 526 sel beton pekerja, masyarakatclan lingkungan. t'u/d/nL//1t'/1/1 Va(~ Na.z ~
m
ARTIKEL Berdasarkanjebis kegiatandan sistem peralatanpengelolaan limbah radioaktif dan pendukungnya, jenis-jenis kecelakaan radiasi yang dapat terjadi adalah[I], a. Kontaminasi b. Tumpahanlimbah c. Kegagalanoperasiunit Evaporator d. Kebakarangedungtempatpenyimpananlimbah radioaktif
larutan H2O23 0;0sesuai denganbagian tubuh yang terkontaminasi. Lakukan pengukuran kontaminasi permukaan hila telah aman sesuai batasan yang diperkenankan,pekerja radiasi di bawa ke poliklinik/tirn medis untuk tindak lanjut hila diperlukan. Juklak tindakan penanggulangan termuat dalam buku "Penanggulangan Kecelakaan Radiasi di IPLR" [2].
Tindakanpenanggulangan KecelakaanKontaminasi kontaminasi daerah kerja Kecelakaan kontaminasi baik Tindakan penanggulangan tumterhadappekerja maupundaerahkerja dalam pengelolaanlimbah dapat saja pahan bahan radioaktif (cair, padat, terjadi. Kemungkinanterjadinyajenis serbuk)dalarnjumlah kecil di daerah kecelakaan ini diperkecil melalui kerja dapat dilakukan langsung oleh pengawasanpelaksanaanjuklak dan pekerjaradiasi atau dibantuolehPPR. protap untuk ~etiap kegiatan Isolasi tumpahan bahan radioaktif pengelolaan limbah. Bila terjadi denganmenggunakanbahan penyerap kecelakaan,Petugas Proteksi Radiasi (bloting paper, handuk penyerap, (PPR) yang setiap saat ikut dalam kertas penyerap. 011). Lakukan kegiatan pengelolaan limbah akan penyekaandaerah tumpahan dengan melaksanakanupaya penanggulangan kain penyerapdan setiap penyekaan sesuaidenganjuklak daDprotap yang gunakan kain penyerap yang baru. Kain penyerapyang telah digunakan telahtersedia"[1]. tempatkan kedalarn tempat limbah. Lakukan pengukuran tingkat konTindakanpenanggulangan kontaminasipersonil taminasipermukaanhinggabetul-betul Tindakan penanggulangandekon- arnan. taminasi personil yang anggota tubuhnya (mata, tangan, kulit, mulut Tumpahan Limbah dan bagian tubuh yang luka) Tumpahan limbah padat ataupun terkontaminasihila mungkindilakukan limbah cair dapat saja terjadi pada saat oleh pekerja radiasi ire sendiri atau pengangkutanlimbah daTi luar dan daTi dibantu oleh PPR. Pada tahap awal dalam Pusat Pengembangan Tenaga pekerja radiasi segeradibawa ke cool Nuklir (PPTN) ke IPLR. Dalam room, pakaian kerja radiasi di- pengangkutan limbah ini sesuai tanggalkandan pekerja radiasi dibilas ketentuan disertai oleh PPR yang dengan air/shower clan selanjutnya dilengkapi dengan Protap dan Juklak dilakukan dekontaminasi pada anggota tindakan penanggulangan serta badan yang terkontaminasi. Dekon- peralatan penanggulangan (Emergency taminasi dilakukan dengan meng- Kit). Bila terjadi tabrakan dijalan raya gunakan air, larutan NaCI I % atau saat truk mengangkut limbah cair
o::J
Pvid/1J1-I11~AI1 Va' ~ Nt:!.2 .2a::t?
ARTIKEL dengan aktivitas 1.10-1 Ci/m3 dengan volume total 3 m3 diasumsikan limbah tumpah ke jalan raya. Berdasarkan asumsi limbah cair mempunyai By rata-rata sebesar 1.0 MeV clan berupa sumber titik akan memberikan paparan radiasi sebesar 4,16 mSv/jam pada jarak 1 m. Tindakan penanggulangan tahap awal langsung dilakukan oleh PPR yang ikut serta dalam pengambilan limbah tersebut [2], a. Isolasi tumpahan limbah dengan bahan penyerap atau bahan lainnya agar tidak meluas peyebarannya. b. Ukur paparan radiasi clan isolasi daerah aman dengan memberi rambu-rambu bahaya radiasi clan tali pengaman pada daerah dengan paparan radiasi ~ 25 IJ-Sv. c. Lapor segera ke kantor polisi terdekat clan lakukan pengaturan lalu-lintas hila mungkin. d. Lapor ke Ka. PzPLR untuk tindakan penanggulanganselanjutnya. Tindakan penanggulangan pada phase akhir dapat digunakan beberapa metoda yang umum digunakan sepertihalnya washing or vacum sweping of road, fixation contamination (cat, asphalt, polimer) clan pencucian dengan menggunakan air clan detergen atau bahankimia. Seluruh hasil dari kegiatan ini dikumpulkan dalam kontainer limbah clan dibawa ke IPLR untuk pengolahan lebih lanjut. Kegagalan Operasi Unit Evaporator Kegagalan operasi dalam pengolahan limbah radioaktif dengan unit evaporator dapat saja terjadi. Hal ini dapat terjadi hila sistem evaporator dan sistem pendukungnya tidak berfungsi dengan baik, sehingga terjadi tekanan yang tinggi dalam tangki epavorator .t't//ef/nL./I1.t'AIt Va' ~ No..2.2axJ
yang menyebabkanterjadinya ledakan. Lirnbah cair yang telah mengalarni pemekatan akan tersebar dalam ruang evaporator, namun diperkirakan tidak akan sampai ke ruang kontrol, dikarenakan ruang kontrol dengan ruang evaporator dipisahkan oleh 3 buah dinding beton yang tebalnya masing-masing 30 Cm. Tindakan penanggulangandilakukan berdasarkan asumsi jenis lirnbah yang diolah adalah aktivitas sedang dengan aktivitas 10-1 Ci/m3, volume evaporator 1200 liter, telah terjadi pemekatan dengan faktor 50 kali dan Ey rata-rata sebesar 1 MeV. Hasil perhitungan yang diperoleh lirnbah ini akan memberikan paparan radiasi sebesar 66,7 mSv di daerah zone-4. Pekerja radiasi yang berada di ruang kontrol (zone-2), dengan mengabaikan faktor pelindung (shielding) akan menerirna paparan radiasi sebesar 0,67 mSv. Besaran dosis ini masih lebih kecil dari batasan dosis yang diperkenankanuntuk daerah kerja zone-2. Tindakan penanggulangan pada phase awal dilakukan langsung oleh PPR dati pekerja radiasi adalah sebagaiberikut, a. Segera matikan sistem evaporasi dan sistem catu-daya listrik
evaporator b. Instruksikan pekerja ke luar gedung IPLR melalui paging sistem clan diberi imforrnasi pintu darurat yang harus dilalui. c. Laporkan terjadinya kecelakaan ke Ka. P2PLR dan Ka. BKKL d. Ukur paparan radiasi di daerah tempat kecelakaan (TKP) clan lakukan solasi daerah TKP dengan rambu-rambu tanda bahaya Tadiasi dan tali pengaman.
[IJ
ARTIKEL e. PPR siap di IPLR untuk upaya kembangantindakan penanggulangan secara berkala dilaporkan ke Ka. tindakanselanjutnya. BKKL. Ka. P2PLRmelaporkanadanya kecelakaan radiasi ke Pusat Kebakaran Kecelakaan kebakaran di IPLR PengendalianKrisis (PPK) tingkat dapat saja terjadi dan hat ini tidak kawasan demikian juga hasil dan tindakanpenanggulangmustahil terjadinya kebakaran limbah perkembangan radioaktif yang sudah maupun yang an yang sedangdilakukan.PPK tingkat akan di olah. Kecelakaan ini akan kawasan akan siap-siaga memberi menyebabkan tersebarnya zat radio- bantuan dan menggerakkanunit-unit aktif ke udara dan terbawa oleh angin bantuan lainnya hila diminta oleh ke daerah sekitar PP1N Serpong. P2PLR. Inventori radionuklida yang terlepas dalam jenis kecelakaan ini belum dapat diperoleh sehingga dampak dan upaya
PEMANTAUANLINGKUNGAN PADA KEDARURATAN NUKLIR
penanggulangannya mengacu pada upaya penanggulangan kedaruratan PzPLR selain mempunyai tugas nuklir tingkat kawasan. Tindakan penanggulangan termuat dalam buku pokok melaksanakanpengembangan "Pedoman umum penanggulangan dan pengolahanlimbah radioaktif yang ditimbulkandaTikegiatanBATAN dan kedaruratan nuklir di lokasi BAT AN, di kawasan Puspiptek Serpong, Revisi- pemanfaatanIptek nuklir oleh pihak diluar BATAN, juga melaksanakan 1, 1993 [3]. Organisasi Penanggulangan Kecelakaan radiasi Tingkat IPLR Tindakan penanggulangankecelakaan radiasi tingkat IPLR harus berjalan secara efisien dan efektif, untuk itu operasional pelaksanaannya dilakukan berdasarkan hirarki struktural. Pekerja radiasi dalam pelaksanaan tugasnya sesuai ketentuan selalui didampingi oleh satu atau lebih PPR. Bila dalam tugas pengelolaan limbah ditemui adanya indikasi yang menjurus mempunyai potensi akan terjadinya suatu kecelakaan atau telah terjadinya suatu kecelakaan, maka PPR segera melapor ke Ka. BKKL dan Ka. P2PLR. Ka. BKKL bersama PPR akan melakukan tindakan pencegahan ataupun penangulangan sesuai prosedur yang ada. Hasil dan per-
w
pemantauankeselamatanpersonil dan keselamatanlingkungan di kawasan PPTN Serpong baik untuk kondisi operasi normal maupun hila terjadi kedaruratannuklir. BKKL merupakan bagian dari Tim Penanggulangan tingkat kawasanyang setiapsaatsiapsiaga mendapatkomandodaTi PPK di PPTN Serpong untuk melakukan tindakan penanggulangan tingkat kawasandanlepaskawasan. Dalam pemantauan lingkungan kondisi normal BKKL dilengkapi dengan continous ambient air dose monitoring yang sensor-sensomya terpasang di bawah stak release instalasi nuklir, sehingga apabila terjadi abnormal release disuatu instalasi nuklir dapatsegeradiketahui. Bila sensor memberikan informasi terjadi abnormale release di suatu ~/nL.//1t'/1I1
Vd~ Na.2.2CXXJ
~
ARTIKEL instalasi nuklir, BKKL akan memberikan informasi ke instalasi nuklir dan ke Pusat Pengendalian Krisis (PPK) tingkat kawasan. Pada kondisi kedaruratan nuklir, BKKL melakukan prakiraan dosis yang akan diterima anggota masyarakat dan daerah kritis penyebaran beluk. Informasi ini digunakan oleh pengelola/penguasa kawasan untuk menentukan jenis tindakan penanggu1anganyang harus di1akukan oleh PPK PPTN Serpong baik pada tahap awal, pertengahandan akhir daTi suatu kedaruratan nuklir. Mekanisme prakiraan dosis yang di1akukan oleh BKKL pada kondisi kedaruratan nuklir ditunjukkan dalam Gambar 1. Pada tahap awal suatu kedaruratan nuklir yang akan terjadi, instalasi nuklir memberikan informasi ke ke PPK. PPK akan meminta prakiraan jells dan jumlah radionuklida yang kemungkinan di release. Data ini se1anjutnya disampaikan ke BKKL oleh PPK, dan BKKL me1akukan prakiraan dosis clan daerah kritis dari penyebaran beluk yang akan terjadi. Hasi1 prakiraan ini disampaikan segera ke PPK untuk menjadi bahan daIam pengambi1ankeputusan mengenaijenis tindakan penanggu1anganyang harus disiapkan/dilakukan. Sementara itu BKKL memobilisasi Tim Pemantauan Lingkungan (TPL) dan Tim Pemantauan Dosis Personi1 (TPDP) Dan Tim Dekontaminasi Personil (ffiP) untuk siap untuk melaksanakan tugas pada phase pertengahan dan phase akhir daTi suatu kedaruratannuklir. Pada phase pertengahan, TPL berdasarkan informasi kondisi meteorologi diinstruksikan untuk C'tIId/ntl/1t',,1'1
~ Na.2.zca.
melakukan pengambilan sampling udara (gas clan partikulat) di daerah yang dilewati oleh beluk pada 3 jarak yang berbeda dari titik release. Hasil sampling ini selanjutnya dibawa ke Lab Lingkungan untuk pencacahan dan perhitungan konsentrasi integral dari radionuklida yang teramati clan prakiraan dosis dari jalur paparan awan radiasi, inhalasi clan paparan permukaan tanah. Hasil yq diperoleh segera diinformasikan ke PPK. Hasil ini menjadi bahan evaluasi bagi penguasa kawasan untuk menilai tindakan penanggulangan yang sudah dilakukan pada phase awal dan menetapkan tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan. Pada phase akhir, kondisi kedaruratan telak dapat ditanggulangi. TPL akan mengambil sampel lingkungan di daerah kritis aliran beluk. Sampel lingkungan di bawa ke Lab Lingkungan untuk analisis jells clan jumlah radionuklida yang terdeposisi dan prakiraan dosis dari jalur paparan permukaan, bahan makanan dan air minum. Hasil prakiraan ini disampaikan ke PPK untuk menentukan jells tindakan penanggulangan ataupun pemulihan setelah phase akhir kedaruratannuklir.
OJ
ARTIKEL
Gambar 1. Diagram alir prakiraan dosisuntuk abnormalreleaseke udara (Sumber NRPB-RI82, 1986; dimodifikasi).
Padaphasepertengahanclanphase akhir, TPOPclanTOP akanmelakukan pemeriksaantingkat kontaminasiclan tingkat penerimaandosis(pengambilan
rn
TLD) pada pekerja yang dievakuasi clan personil yang telah melakukan upaya penanggulangan.Hasil pengukuran yang diperolehmenjadi dasar t'vId/nL//1t'/1/1Vd ~ No..2.2tXJO
ARTIKEL untuk tindakan dekontaminasipersonil dantindakanmedisselanjutnya. Organisasi dan personil Bidang KeselamatanKerja dan Lingkungan (BKKL), P2PLR.dalam Tim Penanggulangantingkat kawasanditunjukkan dalamGambar2 (lampiran). Prakiraan Langsung Prakiraan dosis secara langsung dapat dilakukan hila infonnasi mengenaijells dan jumlah radionuklida yang akan terlepaskan ke atmosfer diperoleh daTi penguasa instalasi dimana instalasi diidentifikasi akan mengalami kegagalan operasi. Dengan infonnasi arah daD kecepatan angin serta kelas kestabilan atomsfir pada saat kecelakaanterjadi, prakiraan dosis yang diterima anggota masyarakat di daerah aliran beluk sebagai fungsi jarak dapat diperkirakan dengan menggunakan perangkat lunak HARMA 1T AN, sehingga j enis tindakan penanggulangan yang sesuai dapat dilakukan oleh penguasa kawasan PPTN Serpong [4].
Berdasarkanmetodafaktor pemekatan prakiraandosis organ, dosis kulit dan dosis seluruhtubuh dari berbagaijenis radionuklida penting dapat dilakukan, sebinggabasil yang diperoleh dapat digunakan untuk pengambilan keputusanjenis tindakanpenanggulangan yangbarnsdilakukan[4]. Padaphase akhir dari kedaruratan nuklir dilakukan pemantauankeradioaktifan lingkungan dalam berbagai komponenekosistemdi daerah yang dilalui aliran beluk, basil analisisyang diperoleh digunakan sebagai dasar untuktindakanpemulihan(restoration) olehpengelolakawasandi daerahyang mendapatdampak[5]. Pemantauan Dosis daD
DekontaminasiPersonil Pemantauan tingkat kontaminasi dan penerimaandosis oleh personil pada kondisi kedaruratan nuklir di PPTN Serpongdilaksanakanoleh Sub Bidang KeselamatanKerja Radiasi, BKKL. Sub Bidang juga merupakan Tim Penangguiangan tingkat kawasan yang setiap saapsiap-siagamenerima Prakiraan Tidak Langsung komandodari PPKdi PPTNSerpong. Prakiraan tidak langsung dilakukan Bila terjadi kedaruratan nuklir dengan pengambilan contoh udara dan tingkat kawasan dan personil dipartikulat di daerah aliran beluk evakuasi dari daerah terkontrol ke dangan alat pencuplik udara. Catridge daerah aman, terhadap personil ini dan kertas filter dibawa ke lab dilakukan pemeriksaan kontaminasi lingkungan untuk dicacah dengan alat permukaan tubuh dan pengambilan Multi Channel Analyzer untuk TLD. Bila terhadap personil yang mengetahui jenis dan jumlah diperiksa ada indikasi menerima radionuklida-y yang terkandung. kontaminasi permukaan, segera Selanjutnya berdasarkan infonnasi dilakukan dekontaminasipersonil dan lamanya release, dan data meteorologi pencacahanseluruhtubuh denganalat saat kecelakaan terjadi dapat Whole Body Counter (WBC) dan diperkirakan besarnya konsentrasi dilakukan pembacaan TLD secara integral radionuklida di udara sebagai langsung. Bila hasil analisis pemfungsi jarak dari titik release. bacaan dosis eksterna dan interna ~oId/nL.l/1t:'AI1 Va{ ~ No..2 ZO(X}
rn
ARTIKEL menunjukkan penerimaandosis seluruh f. tubuh melampaui 25 mSv maka korban segera diserahkan ke Bagian Medis untuk tindak lanjut [6]. Dekontaminasi personil mengacu pada urain tindak penanggulangankontaminasi personil. g.
Perlengkapan pemantauan lingkungan (mobil lingkungan, route monitoring, alat pencuplik udara clan contoh lingkungan lainnya, MCA, stasionmeteorologi,dll) Perlengkapan keselamatanpersonil penanggulangan (dosimeter,respirator, pakaian clan sepatu PERALATAN pelindung,dll) h. Perlengkapan pengawasan dan PENANGGULANGAN isolasi daeralt(tandarambu-rambu baltayaradiasi,tali pengaman,dll) Kecelakaanradiasi ataukecelakaan Perlengkapan dekontaminasi nuklir bervariasi baik jells maupun intensitasnya sesuai dengan be(vacum cleaner, detergen,baltan kimia, baltanpenyerap,dll). ragamnya kegiatan nuklir itu sendiri, sehinggamemerlukanperalatan yang khusus untuk tindakan penangguIangannyahila terjadi kecelakaan PENUTUP radiasi. Peralatan pemantauan dan penanggulangan untuk kecelakaan Program kesiagaan nuklir dalam radiasi tingkat P2PLRtelah diadakan pengelolaan limbah radioaktif aktivitas padatahunsembilanpuluhan,sehingga rendah dan sedang telah diturunkan saat ini sebagianbesar sudahtua dan berdasarkan potensi kecelakaan radiasi memerlukan peremajaan khususnya untuk alat cacah,alat ukur radiasi dan yang terparah yang mungkin dapat terjadi. Berdasarkan analisis kesistemmeteorologi[7]. selamatan yang telah dilakukan Peralatanpenanggulangan minimal kecelakaanradiasi yang mungkin dapat yang perlu terdapat di fasilitas terjadi adalah kontaIninasi, tumpahan pengkajian dampakradiologi BKKLlimbah dalam pengangkutan limbah, P2PLRadalah, kegagalan operasi unit evaporator dan a. Buku pedomantindakan penangkebakaran gedungtempat penyimpanan guIangan kedaruratan tingkat limbah radioaktif. Potensi jenis instalasi, kawasan dan lepas keclakaan ini relatif kecil dikarenakan kawasan. instalasi pengolahan limbah radioaktif b. Peta kawasan terbaru, skala 1; dan sistem pendukungnya selain telah 5000 di disain berdasarkan kaidah-kaidah c. Sarana komunikasikhusus untuk keamanan dan keselamatan proteksi kedaruratan radiasi, dalam pengoperasiannya d. Fasilitas pengkajian dampak mengikuti standard prosedur peradiologi (komputer, perangkat ngelolaan limbah radioaktif secara lunak, sourceterm instalasinuklir, intemasional. dll) Program kesiagaan nuklir ini akan e. Cadangancatu-daya efektif dan efisien saat dibutuhkan pada
OQJ
~1d/nL//1t'/tI1Vd ~ Na.2 2(X}O
ARTIKEL kondisi kecelakaan radiasi yang pelatihan-pelatihan sesUat sebenarnyahila infrastruktur untuk kebutuhan. tindakan penanggulangan tersediadan selalu berada dalarn keadaan siap pakai, dilain itu kesiagaanpersonil perlu terns ditingkatkan melalui
dengan
DAFTARPUSTAKA [1] [2] [3] [4]
[5] [6]
m
Pengawasankeselamatankerja radiasi lnstalasi PengolahanLimbah Radioaktif,BKKL-PTPLR, Januari1992. Prosedur tetap penanggulangan bahaya radiasi, BKKL-PTPLR, Serpong,08-10-1990. Pedomanumumpenanggulangankedaruratannuklir di lokasi BATAN dikawasanPuspiptekSerpong, Revisi-l, BATAN, Serpong,1993. E. Lubis., PemantauanKedaruratanLingkungan,Diklat penyusunan dan pelaksanaan penanggulangan kedaruratan nuklir, PTPLRPusdiklat,Serpong,Januari1994. Program pemantauan keradioaktifan lingkungan kawasan PPTA Serpongdalam radius5 km,BKKL-PTPLR, 1987. Protap dan juklak pemrosesandosimeterpada kecelakaannuklir, BKKL-PTPLR, 30-03-1996. E. Lubis., PeralatanPenanggulanganKecelakaan,Diklat penyusunan dan pelaksanaan penanggulangan kedaruratan nuklir, PTPLRPusdiklat,Serpong,Januari1994.
---0000000---
t'l//dinL./I1~/1'1Va{::J Na.z.zooo
Kembali ke Jurnal
DO