393
Penguat Operasional
dimana Ao besarnya penguatan ikal terbuka (open loop) Dari persamaan (2.334) didapatkan persamaan arus keluaran I2 sebagai berikut: VA R2
-
VE R1
VA AO
1 R1
1 R2
1 RIN
(2.488)
Sehingga besarnya persamaan tegangan keluaran VA adalah: VA
VE
R1
1 1 R1 AO
1 R1
(2.489) 1 R2
1 RIN
Dengan mengasumsikan bahwa besarnya faktor penguatan AO >> 1, maka persamaan (2.489) dapat disederhanakan menjadi: VA
-
R2 VE R1
(2.490)
Gambar 2.248 memperlihatkan hubungan tegangan masukan (VE) dan tegangan keluaran (VA) yang dinyatakan seperti pada persamaan (2.490).
Gambar 2.248 Hubungan tegangan keluaran dan tegangan masukan
Dengan mengasumsikan kondisi opamp adalah ideal, maka persamaan matematis (2.489) dapat disederhanakan dan dinyatakan seperti pada persamaan (2.490), yang mana memperlihatkan hubungan tegangan keluaran VA tidak tergantung dari karakteristik spesifikasi daripada opamp, melainkan besarnya VA sangat ditentukan dari faktor perbandingan antara resistor R2 dan R1. Tanda minus (-) menunjukan beda fasa antara masukan dan keluaran adalah sebesar 180o (Gambar 2.248). Dan resistor R2 lebih dikenal dengan sebutan umpan balik negatif (negative feedback). 2.25.2. Resistansi Masukan Karena pada konfigurasi inverting, virtual grounded (sifatnya hanya menyerupai ground) dapat dibuat dengan jalan menghubungkan terminal non inverting ke reference node -0V, dengan demikian besarnya BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
394
Penguat Operasional
resistansi masukan dinamis rE pada rangkaian inverting selalu mendekati sama dengan resistor R1 atau (rE R1).
Gambar 2.249 Rangkaian pengganti penguat membalik
Resistansi masukan penguat membalik secara umum adalah:
rE vE
(2.491)
I1
Dengan menggunakan aturan node, maka persamaan tegangan dapat dievaluasi sebagai berikut: vE = I1 R1 - VD
(2.492)
dengan mengasumsikan kondisi opamp ideal (VD = 0), maka berlaku pernyataan: Selama kondisi opamp adalah ideal, maka bersarnya resistansi masukan (rE) berdasarkan Gambar (2.249) adalah sesuai dengan persamaan berikut:
rE
R1
R IN x rF R IN rF
(2.493)
Dimana rF - VD / I 2 , maka persamaan tegangan disekitar resistor R2 dapat dinyatakan sebagai berikut: -VD = I2.R2 + I2.rA + AD.VD
(2.494)
Dengan demikian besarnya resistansi masukan penguat membalikinverting amplifier ditentukan oleh persamaan berikut:
rF
-
VD I2
R 2 rA 1 AD
(2.495)
Karena nilai rF <<< RIN, dengan demikian terbukti bahwa besarnya resistansi masukan rE dari penguat membalik adalah selalu mendekati sama dengan resistor R1. Sebagai contoh, jika diketahui resistor R2 = 10k , resistor keluaran rA = 100 , dan besarnya penguatan beda adalah AD = 100.000 kali. Besarnya resistor masukan opamp adalah: BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
395
Penguat Operasional
rF
10 x 103 100 1 100.000
0.1
Selama nilai resistor R1 ditetapkan dominan jauh lebih besar daripada rF, dan karena resistor R1 dan rF terhubung secara seri, dengan demikian terbukti bahwa besarnya nilai dari resistansi masukan rE R1. 2.25.3. Resistansi keluaran Untuk mendimensikan besarnya resistansi keluaran penguat membalikinverting yaitu dengan menghubung singkat tegangan masukan vE, kemudian pada bagian keluaran dihubungkan tegangan sinus vA dengan frekuensi sebesar 1kHz. Gambar 2.250 memperlihatkan rangkaian pengganti metode pengukuran resistansi keluaran penguat operasioperational amplifier.
Gambar 2.250 Rangkaian pengganti resistansi keluaran
Resistansi keluaran dari penguat adalah rA VA /ID dengan arus IO yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu arus I2 yang mengalir melalui R2 dan arus IA yang mengalir melalui RA itu sendiri. Dengan menggunakan persamaan MESH, maka arus IO dapat dinyatakan sebagai berikut:
IO
vA - A D VD RA
vA R1
R2
(2.496)
Dengan mengasumsikan bahwa R1 << RIN, dengan demikian besarnya tegangan beda VD donminan ditentukan oleh pembagi tegangan antara R1 dan R2:
- VD
R1 R1 R 2
vA
(2.497)
Dengan mensubstitusikan kedua persamaan (2.497) terhadap persamaan (2.498)), maka resistansi keluaran rA dapat dinyatakan sbagai berikut:
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
396
Penguat Operasional
IO
1
R1 A D R1 R 2 RA
1
vA rA
1 R1
R2
(2.498)
Dari persamaan ini dapat disimpulkan bahwa resistansi keluaran rA terdiri dari dua resistor yang terhubung secara paralel dan dapat dimodelkan seperti Gambar 2.251 berikut:
Gambar 2.251 Rangkaian pengganti resistansi keluaran
Dimana
RX
RA R1 1 AD R1 R 2
(2.499)
Dalam banyak penerapan besarnya resistor (R1+R2) dan untuk memudahkan didalam perencanaan rangkaian, maka resistor (R1+R2) ditetapkan lebih besar daripada resistor pengganti Rx, dengan demikian besarnya resistansi keluaran rA dapat dinyatakan kedalam persamaan berikut:
rA
RA R1 1 AD R1 R 2
(2.500)
Semakin besar nilai penguatan beda AD suatu operasional amplifier, maka semakin kecil nilai resistansi keluaran rA. Contoh : Sebuah opamp mempunyai resistor RIN = 100k , penguatan tegangan beda AD = 100.000 kali, resistor keluaran RA = 100 , jika nilai dari resistor R1 = 1k dan R2 = 50k . Tentukan penguatan tegangan Av dan impedansi keluaran rA operasional amplifier tersebut. Penyelesaian: Dari persamaan (2.490) dapat ditentukan besarnya penguatan tegangan Av
Av -
R2 R1
50k 1k
50 kali
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
397
Penguat Operasional
Dengan menggunakan persamaan (2.493) dapat dicari resistansi masukan rE.
rE
R2 RA 1 AD
R1
50.000 100 1 100.000
1000
1000
Impedansi keluaran rA dapat dicari dengan menggunakan persamaan (2.348)
rA 1
rA
RA R1 AD R1 R2
100 2 x 10 3
100 1000 1000 50.000
1
0.05
2.25.4. Model Matrik Penguat Membalik Persamaan nodal dari jaringan umpan balik adalah:
V1 - VS R1
1 R1
V1 R IN
1 1 R IN R 2 1 AO R2 RO
V1 - VO R2
0
1 R2 1 R2
1 RO
(2.501)
VS R1 0
V1 VO
(2.502)
Penyelesaian node tegangan adalah
V1 VO
1
1 1 R2 RO 1 AO R2 RO
1 R1
1 R2 1 R IN
1 R3
1 1 RO R2
1 RO
VS R1 0
(2.503)
1 AO R2 RO
(2.504)
Dimana
1 R1
1 R IN
1 R2
Sehingga
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
398
Penguat Operasional
vO
1 AO R 2 RO 1 R1
1 RIN
1 R2
-
vO VS
1 R1
1-
1 RIN 1 R2
1 R3
VS R1
1 1 RO R2
1 AO R 2 RO
R2 R1 1 R2
(2.505)
(2.506) 1 R3
1 RO
1 AO R 2 RO
Contoh : Penguat operasional membunyai spesifikasi data parameter sebagai berikut: Penguatan terbuka (AO)
= 105 kali
Resistansi masukan (RIN)
= 108
Resistansi keluaran (RO)
= 10
Resitor umpan balik (R2)
= 5k
Resistor umpan balik masukan (R1)
= 1k
Penyelesaian: -
vO VS 1-
1 R1
1 RIN 1 R2
R2 R1 1 R2
- 4,9996994 5,000 1 R3
1 RO
1 AO R2 RO
Jika diasumsikan bahwa penguat operasional ideal mempunyai penguatan tegangan ikal terbuka besar sekali, maka berlaku persamaan pendekatan rangkaian membalik sebagai berikut:
lim
A
vO vS
-
R2 R1
- 5,000 kali
Pernyataan tersebut akan berlaku apabila keadaan opamp dalam keadaan ideal, dimana, BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
399
Penguat Operasional
Perbedaan arus masukan antara I+ = I- = 0 dan tidak ada perbedaaan tegangan antara v+ = v2.25.5. Pengaruh Resistansi Keluaran Penguat Membalik Besarnya tegangan keluaran dan penguatan tegangan penguat operasional selain ditentukan komponen umpan balik juga dipengaruhi oleh nilai resistansi keluaran, oleh sebab itu besarnya resistansi keluaran dapat dipilih dan ditetapkan sesuai dengan kebutuhan. Gambar 2.253 memperlihatkan konfigurasi pengaturan resistansi keluaran, dimana besarnya Rv sangat tergantung oleh besarnya perubahan tegangan Vv dan perubahan arus Iv yang melintas pada resistor Rv. Sebagai contoh misalnya, bila dikehendaki resistansi keluaran dari OP AMP LM741 sebesar 50 , maka besarnya resistor Rv adalah tidak sebesar 23 karena nilai resistansi keluaran dari OP AMP adalah sebesar 27 , dan tidak secara langsung terhubung seri dengan resistor Rv = 27 . Melainkan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh besarnya faktor penguatan ikal terbuka (open loop) dari op amp tersebut, semakin besar nilai dari penguatan ikal terbuka v, maka semakin kecil nilai resistansi keluaran dinamis suatu op amp.
Gambar 2.252 Pengaturan tahanan keluaran penguat operasional
Perubahan arus pada keluaran dapat dinyatakan sebagai berikut:
IA
I2
IV
(2.507)
Sehingga perubahan arus Iv dan arus I2 adalah:
IV
VA - VV dan RV
I2
VA - VE R2
(2.508)
Dengan mensubsitusikan persamaan (2.356) terhadap persamaan (2.355), sehingga diperoleh persamaan arus IA sebagai berikut:
IA
1 R2
1 RV
VA -
VV VE R2 RV
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
(2.509)
400
Penguat Operasional
Dengan mengasumsikan bahwa VV = -v VE, maka diperoleh pernyataan: IA
1 R2
1 RV
VA -
1 Ao R 2 RV
VE
(2.510)
Dengan kondisi penguat operasional adalah ideal, maka perbedaan arus masukan IE dapat dianggap sama dengan nol (IE 0). Oleh karena besarnya perubahan arus masukan I1 mendekati sama dengan perubahan arus I2 ( I1 I2), maka kedua resistor R1 dan R2 merupakan pembagi tegangan, sehingga persamaannya dapat dengan mudah dituliskan seperti berikut: VE
R1 R1 R 2
(2.511)
VA
Dengan mensubsitusikan persamaan (2.511) terhadap persamaan (2.358) sehingga didapatkan: I
R1 1 RV R 2 R1 R 2
1 R2
Ao R1 RV R1 R 2
(2.512)
Dengan mengasumsikan bahwa besarnya Ao >>>1, maka: IA
Ao R1 RV R1 R2
(2.513)
VA
Sehingga besarnya resistansi dinamis keluaran dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
rA
VA IA
RV R1 R2 Ao R1
(2.514)
atau,
rA
Rv Ao
1
R2 R1
(2.515)
Contoh : Sebuah penguat operasional, dimana pada keluaran dihubungkan secara seri resistor Rv sebesar 20 , resistor masukan R1 = 10k dan resistor umpan balik R2 = 100k . Dari data spesifikasi diketahui besarnya penguatan ikal terbuka Ao = 105. Berapa besarnya resistansi keluaran dinamis rA?
rA
VA IA
RV R1 R 2 AoR1
20
10.000 100.000 Ω 10 5 10.000
2,2m
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
401
Terbukti dari hasil tersebut, bahwa besarnya resistansi keluaran dinamis rA sangat dipengaruhi oleh besarnya faktor umpan balik dari resistor R1 dan R2, semakin kecil nilai R1 maka semakin besar nilai dari faktor umpan balik ikal tertutup, dengan memperkecil nilai dari resistansi masukan R1 maka nilai dari resistansi keluaran dinamis rA menjadi semakin besar atau sebaliknya. Suatu permasalahan apabila apabila sebuah rangkaian penguat yang terdiri beberapa tingkat yang dihubungkan secara kaskada, dimana kondisi penguat tidak ideal untuk dihubungkan secara kaskada, dan apabila kita ingin mengganti salah satu faktor dari umpan baliknya, maka perlu perlu kita perhatikan atau kita tinjau ulang dari sistem tersebut secara keseluruhan. Salah satu cara yang tepat apabila apabila kita hendak mereduksi resistansi dinamis keluaran rA yaitu hanya dapat dengan cara menambah tingkat kemudi (driver) pada tingkat berikutnya. 2.26. Resistor Tidak Simetris Suatu permasalahan seperti yang dicontohkan pada rangkaian penguat Gambar 2.253, yaitu idealnya apabila perbebedan tegangan masukan sama dengan nol (VE = 0), maka diharapkan juga besarnya tegangan keluaran juga sama dengan nol (UA = 0). Untuk itu apabila tegangan keluaran VA tidak sama dengan nol (VA ≠ 0) perlu dihubungkan pada masukan non inverting dengan sebuah resistor tidak simetris R3.
Gambar 2.253 Resistor tidak simetris pada masukan tidak membalik
Permasalahan ini sering terjadi apabila opamp dioperasikan dengan penguatan tegangan yang cukup tinggi, dengan demikian tegangan jatuh pada R1 dan R2 sangat kecil, demikian juga membuat arus yang mengalir pada masukan IE sedemikian rupa juga kecil. Oleh karena op amp dioperasikan dengan penguatan tegangan yang cukup tinggi, maka perbedaan tegangan masukan VE yang kecil membuat tegangan keluaran UA tidak sama dengan nol. Untuk itu diperlukan resistor R3 yang fungsinya adalah sebagai perbedaan kompensasi tegangan masukan VE, atau sesuai dengan fungsinya disebut juga resistor tidak simetris (non symmetric resistor). Gambar BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
402
Penguat Operasional
2.253, memperlihatkan resistor kompensasi R3 pada sebuah rangkaian penguat membalik (inverting amplifier). Besarnya perubahan arus yang mengalir pada masukan adalah jumlah dari arus: I1 + I2 = IE
(2.516)
Sehingga persamaan tegangan pada kedua masukan inverting dan non inverting adalah: VE- = -I1.R1, dan VE+ = -IE.R3
(2.517)
Besarnya arus I2 yang melalui resistor R2 dapat dituliskan sebagai berikut: I2
VA - VE R2
(2.518)
Subsitusi persamaan (2.364) dan (2.365) terhadap persamaan (2.518), didapatkan persamaan arus seperti berikut: VA 1 R2 R1
1 VE - = IE R2
(2.519)
Besarnya tegangan keluaran VA ditentukan oleh perbedaan antara tegangan masukan VE+ dan VE-, sehingga diperoleh persamaan berikut: VA = Ao (VE+ - VE-)
(2.520)
Sehingga berlaku hubungan persamaan sebagai berikut:
VE -
VE -
VA Ao
- IE R3 -
VA Ao
(2.521)
Subsitusi persamaan (2.521) terhadap persamaan (2.519) didapatkan: VA R2
1 R1
1 R2
I E R3
VA Ao
IE
(2.522)
atau dapat dinyatakan juga seperti persamaan berikut, 1 R2
1 1 Ao R1
1 R2
VA
1 - R3
1 R1
1 R2
IE
(2.523)
Untuk melihat pengaruh resistor R3 terhadap tegangan keluaran VA = 0, apabila ditetapkan: R3
1 R1
1 R2
1
(2.524)
Besarnya resistor R3 adalah paralel antara Tahanan R1 dan Tahanan R2, sehingga dapat dinyatakan kedalam persamaan berikut: BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
403
Penguat Operasional
R3
R1 R1
R2 R3
(2.525)
2.27. Konfigurasi Penguat Tidak Membalik Gambar 2.254 memperlihatkan konfigurasi penguat tidak membalik, dimana tegangan masukan diumpankan pada terminal masukan positif (+) dan tahanan R1 dihubungkan ke 0V
Gambar 2.254, Resistor tidak simetris pada masukan tidak membalik
Persamaan tegangan penguat tidak membalik:
VA VR2
VR2 VA
(2.526)
VE VD
V2 - VE - VD A VD
VD
VA A
(2.527)
Transfer fungsi tegangan keluaran (VA) terhadap tegangan masukan (VE): VE - VD R1
Av
VA VE
V2 - VE VD R2
A R1 R2 A R1 R1 R2
A R1 R2 R1 1 A R2 Av
VA VE
(2.528)
1
A
R1
R2 R1
1
R2 R1
R2 R1
(2.529)
(2.530)
2.28. Rangkaian Pengubah Impedansi Rangkaian penyangga atau disebut juga sebagai rangkaian pengubah impedansi, yaitu dari impedansi tinggi ke impedansi rendah. Oleh karena BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
404
itu sifat dari rangkaian ini adalah besarnya penguatan tegangan adalah maksimal adalah satu dengan beda fasa antara keluaran dan masukan adalah 0o. Gambar 2.255 memperlihatkan rangkaian penyangga-buffer dan Gambar 2.256 memperlihatkan model rangkaian pengganti.
Gambar 2.255 Model rangkaian umpan balik penyangga
Gambar 2.256 Model rangkaian pengganti penyangga
Persamaan penguatan: VO VS
1
1 RIN RO AO RIN
(2.531)
Dengan mengasumsikan bahwa RO <<< RIN, maka didapatkan: VO VS
1 1
1 AO
(2.532)
Karena penguatan ikal terbuka AO >>> 1, maka: VO VS
1
(2.533)
2.29. Penguat Differensial Konsep dasar terbentukanya penguat differensial karena penguat operasional memiliki dua keadaan sifat yang berlawanan, yaitu sifat membalikan (inverting) polaritas 180o dari sinyal masukan dan tidak membalikan (non inverting) polaritas 0o dari sinyal masukannya. Berdasarkan dua konsep tersebut, maka suatu penguat operasional dapat difungsikan untuk menguatkan dua keadaan sinyal masukan yang BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
405
berbeda. Gambar 2.257 memperlihatkan konsep awal terbentuknya penguat differensial.
Gambar 2.257 Hirarki penguat differensial
Dengan mengasumsikan bahwa opamp adalah ideal, maka berlaku besarnya tegangan pada masukan non inverting (V+) akan sama dengan tegangan masukan inverting (V-). Tinjauan Permasalahan: Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan, bahwa antara penguat inverting dan non inverting mempunyai permasalahan dengan perbedaan resistansi masukan, hal ini menunjukan adanya perbedaan arus masukan antara konfigurasi inverting dan non inverting. Suatu permasalahan apabila sebuah opamp agar supaya tegangan keluaran sama dengan 0V ketika tidak ada perbedaan antara kedua masukannya, untuk itu diperlukan dua buah resistor yang kompensator arus masukan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.26 berikut, dimana nilainya sama dengan R1 dan RF. Dengan pemilihan dimensi resistor R3 dan R4 yang tepat, diharapkan terjadi kompensasi arus masukan, sehingga pada saat V1 dan V2 sama tegangan keluaran VOUT = 0.
Gambar 2.258 Rangkaian penguat differensial
Kejadian I, bila masukan V1>V2, maka: Bila V2 = 0 ( terhubung ke Massa )
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
406
Penguat Operasional
R1
VOUT1 V '1
R2
R1 R2
V '1 1
R2
Non Inverting
(2.534)
Dengan adanya V2 terhubung ke massa, maka besarnya tegangan V„1 adalah:
R3
V '1 V1
R3
R3 R4
1
R4
V1
(2.535)
Substitusi persamaan (2.535) terhadap (2.534), maka didapatkan tegangan keluaran:
R3
VOUT1 V1
R3
R1 R4
R2 R2
(2.536)
atau VOUT1 V1
R3 R1 R2 R3
R2 R4
(2.537)
Kejadian II, bila masukan V1
R1 x V2 R2
-
Inverting
(2.538)
Kejadian III, bila V1 0 dan V2 0, maka dengan menjumlahkan kedua kejadian tersebut, maka didapatkan nilai dari tegangan keluaran VOUT seperti berikut: VOUT = VOUT1 + VOUT2 VOUT
V1
R3 R1 R2 R3
R2 - V2 R4
R1 R2
(2.539)
Kejadian khusus 1, yaitu bila resistor R1 = R3 =RF dan R2 = R4 = RE, maka: VOUT
V1
RF RF RE RF
RE - V2 RE
RF RE
(2.540)
Sehingga, VOUT
V1 - V2
RF RE
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
(2.541)
407
Penguat Operasional
Dari persamaan ini dapat disimpulkan bahwa, polaritas tegangan keluaran ditentukan oleh tegangan masukan V1 dan V2. Sedangkan selisih tegangan masukan dan resistor RF dan RE hanya menentukan besarnya tegangan keluaran VOUT. Kejadian khusus 2, yaitu bila resistor R1 = R3 = R2 = R4, maka:
VOUT
V1 - V2
Dari persamaan ini dapat disimpulkan bahwa, polaritas dan besarnya tegangan keluaran hanya ditentukan oleh perbedaan tegangan masukan V1 dan V2. Kejadian khusus 3, yaitu bila resistor R1 = R3 = R4 = RE, maka:
dan R2 =
Bila V2 > V1
maka VOUT tegangan saturasi Negatif
Bila V2 < V1
maka VOUT tegangan saturasi Positif
Jika V2 = V1
maka VOUT polaritasnya tak tentu tergantung nilai V1 dan V2
Gambar 2.259, Berubah menjadi rangkaian pembanding
Contoh 1:
Gambar 2.260 Kalibrasi penguat differensial mode sama
Data Teknis: R1 = RSG (Strain Gauge)
R2 = 120
R3 = 120
R4 = 120
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
408
Penguat Operasional
Permasalahan: Bila, Vout = 0
RSG = 120
Dan Vout
RSG = 120,1
0
dan Rb diset agar VOUT = 0Volt tentukan tegangan VOUT = 0Volt
Penyelesaian: Analisa pada kondisi tegangan keluaran Vout = 0 VOUT
1
R1 R2
VOUT
1
120 120
0
1 1
0
2
1200 R3 1200 R3
1 120 .10 .10 120 120 1 R3
10 120 1 R3
10 120 1 R3
- 1 .10
- 10
20 120 1 R3
10
10
R 1 . V1 - 1 .V2 R4 R2 1 R3
20 20 - 10
1200 10 R3 10R3
1200
R3 = Ra + Rb 120
= 100
R3
120
bila ditentukan Ra = 100 + Rb, sehingga Rb = 120
- 100
= 20
Jadi agar supaya didapat tegangan keluaran Vout = 0Volt, maka Trimpot Rb dipilih 100 dan diset pada 20 )
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
409
Penguat Operasional
Analisa pada saat tegangan keluaranVout VOUT
1
R1 R2
VOUT
1
120,1 120
VOUT
1 1,00083333 3
VOUT
0
R 1 . V1 - 1 .V2 R4 R2 1 R3 1 120,1 .10 .10 120 120 1 120
10 - 1,00083333 3 .10 1 1 2,00083333 3 5 - 10,0083333 3
VOUT
10,0041666 65 - 10,0083333 3
VOUT
- 0,00416666 5Volt
VOUT
4,166665mV olt
Jadi ketika RSG mengalami perubahan sebesar 120,1 , maka tegangan keluaran Vout berubah sebesar 4,166665mVolt. Contoh 2: Jika ditentukan nilai dari resistor umpan balik RF= 10k , R1= 2k , gambarkan tegangan keluaran penguat differensial selama 2 periode, apabila ketentuan tegangan masukan dari penguat differensial V1= 1V dan V2= 0.5sin(100 t).
Gambar 2.261 Penguat differensial dengan masukan tegangan DC dan tegangan bolak-balik
Penyelesaian: Persamaan tegangan keluaran penguat differensial, VO
RF V2 - V1 R1
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
410
Penguat Operasional
VO
100k 2k
VO
2,5 sin 100
0,5sin 100
t
t -1
5
Besarnya tegangan keluaran puncak maksimum adalah: VO_puncak = 2,5 – 5 = -2,5V Besarnya tegangan keluaran minimum, bila sin I/p minimum adalah: VO_min = -2,5 – 5 = -7,5V Bentuk kurva keluaran rangkaian penjumlah konfigurasi membaalik
Gambar 2.262 Bentuk tegangan keluaran hasil penjumlahan dari dua tegangan masukan DC dan tegangan bolak-balik
2.30. Rangkaian Penjumlah Untuk menjumlah beberapa tegangan masukan searah ataupun bolakbalik secara aritmatika dapat digunakan rangkaian penjumlah. Untuk membangun rangkaian penjumlah dapat dengan menggunakan konfigurasi mode membalik-inverting atau mode tidak membalik-non inverting. Gambar 2.263 memperlihatkan rangkaian penjumlah dengan menggunakan konfigurasi membalik-inverting.
Gambar 2.263 Rangkaian penjumlah dengan beberapa masukan BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
411
Penguat Operasional
Besarnya arus yang melalui resistor RF adalah: IF = IE1 + IE2 + IE3 + ……………..+ IEn
(2.542)
atau VA RF
1 RE
n
VE , sehingga VA
i 1
RF RE
n
VE
E 1
Dengan demikian persamaan tegangan keluaran dapat dinyatakan sebagai berikut: VA
RF
V1 R E1
V2 R E2
V3 R E3
.......... .....
Vn R En
(2.543)
Tegangan keluaran VA ditentukan oleh penjumlahan tegangan masukan V1, V2, V3…..Vn dan jaringan umpan balik dari resistor RE dan RF. Kejadian khusus 1: Bila resistor masukan RE1 = RE2 = ………..= REn = RE, maka tegangan keluaran, VA
RF V1 V2 RE
V3
.......... ...... Vn
(2.544)
Dengan mengkondisikan komponen RE1 = RE2 = ………..= REn = RE, maka tegangan keluaran ditentukan oleh perbandingan nilai jaringan umpan balik resistor RF terhadap RE dan banyaknya hasil penjumlahan dari tegangan tegangan masukan V1, V2, V3…..Vn. Kejadian khusus 2: Bila resistor masukan RE = RF, maka nilai tegangan keluaran ditentukan oleh:
VA
V1 V2 V3
.......... ...... Vn
(2.545)
Dari persamaan ini tegangan keluaran VA hanya ditentukan oleh banyaknya penjumlahan dari tegangan masukan V1, V2, V3…..Vn, nilai resistor jaringan umpan balik RE dan RF tidak lagi menentukan besarnya tegangan keluaran VA. Kejadian khusus 3: Bila resistor masukan RF= dan RE1 = RE2 = RE, maka komponen yang menentukan nilai besarnya tegangan keluaran adalah: Bila V1 > -V2 Bila V1 < -V2 Bila V1 = -V2
maka VOUT tegangan saturasi Negatif maka VOUT tegangan saturasi Positif maka VOUT Polaritasnya tak tentu tergantung nilai V1 dan V2
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
412
Penguat Operasional
Gambar 2.264 Rangkaian pengganti RF= , RE1 = RE2 = RE, V1 = V2.
Dari kejadian ini polaritas tegangan keluaran VA ditentukan oleh kondisi keadaan masukan V1, V2, dan dibatasi oleh tegangan saturasi dari sumber tegangan catu positif +VB2 dan sumber tegangan negative –VB2. Contoh 1: Tentukan besarnya tegangan keluaran Vo pada Gambar 2.265, seperti pada rangkaian berikut dan gambarkan bentuk tegangan keluaran untuk 2.5 periode.
Gambar 2.265, Rangkaian penjumlah dengan tiga masukan yang berbeda
Perhitungan Tegangan keluaran Vo 10k 10k
1V
10k 5k
VO
-
0.2 sin 100
VO
- 1V
0.4 sin 100
VO
- 1V
2.9 sin 100 t
t
t
2.5 sin 100
10k 2k
0.5 sin 100
t
Bentuk tegangan keluaran:
Gambar 2.266 Bentuk tegangan keluaran BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
t
413
Penguat Operasional
Contoh 2: Rencanakan sebuah rangkaian penjumlah dengan tiga buah masukan V1 (t), V2 (t) dan V2 (t). Tentukan besarnya resistor sesuai dengan persamaan beikut:
VO
- 2 V1 (t) 0.5 V2 (t) 10 V3 (t)
Penyelesaian: Persamaan rangkaian penjumlah dengan tiga buah masukan VO (t)
RF V1 (t) R1
VO (t)
2 V1 (t) 0.5 V2 (t) 10 V3 (t)
RF R1
2,
RF R2
RF V2 (t) R2
RF V3 (t) R3
RF R3
0.5, dan
10,
Dengan menentukan resistor umpan balik RF=10k , sehingga nilai resistor R1, R2, dan R3 dapat dihitung. RF R1
2
R1
RF 2
RF R2
0.5
R2
RF 0.5
10k 0.5
20k
RF R3
10
R3
RF 10
10k 10
1k
10k 2
5k
Gambar rangkaian hasil perencanaan:
Gambar 2.267 Rangkain hasil perhitungan Contoh 3 Rencanakan rangkaian penjumlah dengan 4 buah masukan untuk keperluan DAC (Digital to Analog Converter) 4bit b1, b2, b3, dan b4.
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
414
Penguat Operasional
Gambar 2.268 Aplikasi rangkaian penjumlah pada tegangan masukan biner
Persamaan tegangan sesuai dengan gambar rangkaian diatas adalah: VO
-
8k 1k
b1
8k 2k
b2
8k 4k
b3
8k 8k
b4
Sehingga didapatkan hubungan:
VO
- 8 b1 4 b2 2 b3
b4
Permasalahan, jika masukan (b1) sampai (b4) hanya mengeluarkan nilai digital 0V atau 1V, representasi tegangan digital „0‟ atau „1‟, hasil amplitude tegangan keluaran Vo merupakan ekivalensi dari nilai decimal yang merupakan representasi sekuensial dari tegangan masukan biner b1 sampai b4. Karena konfigurasi rangkaian penjumlah adalah inverting, maka tegangan keluaran Vo inversi dari masukan biner. Dan jika rangkaian DAC (b1) sampai (b4) mengeluarkan tegangan {1, 1, 0, 1}, maka besarnya tegangan keluaran Vo adalah: Vo= - (8(1) + 4(1) + 2(0) + 1(1)) Vo= -13V Tegangan keluaran 13 merupakan nilai decimal yang merupakan representasi dari tegangan masukan biner {1 1 0 1}. Perlu diketahui bahwa nilai resistansi pada rangkaian Gambar 2.269 hanya digunakan jika rangkaian keluaran digital pada tegangan 1 adalah representasi tegangan 1V atau level tegangan HIGH. Dan apabila digunakan untuk nilai yang lain, misal dengan tegangan digital keluaran sebesar 0.5V yang merupakan representasi dari tegangan digital level HIGH, maka nilai resistor dalam rangkaian penjumlah harus dirubah atau ditentukan kembali. Untuk memecahkan masalah ini salah satu cara yang paling mudah adalah dengan merubah dan melipatkan nilai resistor RF sesuai dari tegangan masukan digital. Dan jika semua tegangan keluaran rangkaian digital dalam keadaan HIGH, maka arus yang mengalir ke masukan OPAMP inverting adalah paling maksimum Imax.
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
415
Penguat Operasional
Gambar 2.269 Rangkaian penjumlah dengan 4 masukan biner
Dengan mengasumsikan bahwa nilai high keluaran digital adalah 1V,
1V 1kΩ
I MAX
1V 2kΩ
1V 4kΩ
1V 8kΩ
IMAK = 1.875 mA Contoh 4: Tentukan besarnya tegangan keluaran seperti yang diperlihatkan Gambar 2.270 dan gambarkan bentuk tegangan keluaran pada rangkaian penjumlah membalik bilamana tegangan masukan seperti yang diperlihatkan Gambar 2.271.
Gambar 2.270 Rangkaian penjumlah konfiguarsi membalik-inverting
Penyelesaian VY
- RF
VY
-
VY
- VW
VW R1
RF VW R1
VX R2 RF VX R2
20k 20k
VW
20k 10k
VX
2 VX
Dengan menggunakan persamaan VY - VW 2 VX , maka nilai tegangan keluaran pada interval waktu yang berbeda dapat ditentukan. BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
416
Gambar 2.271 memperlihatkan bentuk tegangan keluaran (VY) dengan masukan (VW) dan (VX).
Gambar 2.271 Bentuk tegangan keluaran hasil dari penjumlahan 2.31. Pembanding-Komparator 2.31.1. Permasalahan Rangkaian komparator dapat digunakan untuk membandingkan dua keadaan masukan yang berbeda dengan penguatan yang besar (open loop), oleh karena itu suatu permasalahan apabila tegangan masukan yang akan kita bandingan mengandung ripple atau gangguan, maka tegangan nois tersebut akan ikut dikeluarkan sampai ke tingkat akhir keluaran. Untuk itu rangkaian ini hanya efektif untuk digunakan, jika tegangan masukan yang akan dibandingkan dengan tegangan acuan/referensi harus bebas dari gangguan lebih dulu. Untuk mengatasi masalah tersebut, bila kita menginginkan akuisi data (pengambilan data)
Gambar 2.272 Prinsip komparator dengan tegangan masukan mengandung noise. BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
417
Penguat Operasional
dari keluaran sensor dengan tegangan kecil, salah satu cara yang tepat sebelum dihubungkan ke rangkaian pembanding adalah dihubungkan dahulu ke rangkaian pengubah impedansi (penyangga) atau rangkaian jembatan.Gambar 2.272 memperlihatkan ilustrasi komparator dimana tegangan masukan mengandung unsur gangguan (noise) dibandingkan dengan tegangan acuan DC. Tegangan keluaran VOUT yang dihasilkan sangat dimungkinkan pada selang waktu tertentu akan mengandung dan memunculkan gangguan yang menyerupai tegangan osilasi. 2.31.2. Rangkaian komparator Untuk membangun rangkaian komparator adalah sama seperti pada penguat linier, bedanya pada komparator tanpa adanya jaringan umpan balik negatif-negative feedback. Jadi.prinsip rangkaian komparator adalah membandingkan dua masukan berbeda dengan memanfaatkan penguatan ikal terbuka-open loop yang sangat tinggi dari penguat operasional. Gambar 2.273 dibawah memperlihatkan konsep dasar dari rangkaian pembanding, yang mana OPAMP dapat dimodelkan seperti rangkaian saklar yang bisa membuka dan menutup oleh perubahan kondisi tegangan antara VP dan Vm.
Gambar 2.273 Konsep dasar dari rangkaian pembanding
Dengan mengasumsikan bahwa op-amp ideal dan kondisi dimana tanpa umpan balik, maka berlaku persamaan sebagai berikut:
VA
(2.546)
AO ( VP - Vm )
Dengan penguatan dari op-amp untuk ikal terbuka-open loop (AO) sedemikian besar (typical 106), dan untuk mencapai agar saklar (SK) dalam kedaan terbuka, maka kondisi tegangan masukan harus dibuat dimana nilai tegangan (VP) harus lebih kecil atau lebih kecil daripapa nilai tegangan masukan (Vm). Sedangkan untuk membuka saklar (SK), maka dapat dengan membuat kedua tegangan masukan (VP) dan (Vm) sama besar. Saklar SK (tertutup1), jika VP > Vm, Saklar SK (tertutup2), jika VP < Vm, Saklar SK (tertutup3), jika VP = Vm,
tegangan keluaran VA = VB2. tegangan keluaran VA = -VB2. tegangan keluaran VA = 0V.
Dengan demikian dengan rangkaian komparator bisa didapatkan tegangan keluaran VA dengan polaritas negatif atau positif tergantung BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
418
Penguat Operasional
keadaan tegangan masukan (VP) dan (Vm). Oleh karena rangkaian komparator difungsikan untuk penguatan yang besar, maka permasalahan yang sangat penting pada rangkaian komparator adalah bagaimana mengatasi masalah dengan tanggapan frekuensi dan gangguan nois-ripple pada tegangan keluaran. Gambar 2.274 memperlihatkan dua konsep dasar dari rangkaian komparator, yaitu (a) inverting comparator dan (b) non inverting comparator.
(a)
(b)
Gambar 2.274 Konsep komparator inverting dan tidak non inverting
Prinsip komparator dinyatakan seperti berikut: VB 2
VSP
VREF
R E1 RE 2
VB 2
VSP
VREF
R E1 RE 2
VB 2
VSP
VREF
R E1 RE 2
VB 2
VSP
VREF
R E1 RE 2
VA
VA
Nilai CMRR dan slew rate pada penguat operasional sangat menentukan tegangan keluaran yang dikeluarkan, dimana terjadi pada saat kondisi perbedaan tegangan pada masukan (VD = 0), maka tegangan keluaran (VA = 0). Untuk itu selain slewrate yang tinggi juga harus mempertimbangkan rasio penolakan saat mode kedua masukan sama besar (VD=0) atau lebih dikenal dengan sebutan Common Mode Rejection Ratio- disingkat CMMR. Catatan; perlu diperhatikan, bahwa sebaik baiknya rangkaian komparator apabila pada kedua masukan atau salah satu dari masukan mengandung gangguan ripple, maka ripple tersebut akan ikut dikuatkan sampai pada tingkat keluaran. Komparator hanya dapat bekerja dengan baik sebagai pembanding tegangan/amplitude. BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
419
Rangkaian komparator kebanyakan dirangkai dengan konfiguransi kolektor terbuka (open collector) untuk bipolar transistor atau drain terbuka (open drain) untuk FET atau Mosfet. Permasalahan pada konsep ini adalah tegangan catu daya positif (+VB2) secara tidak langsung dikendalikan oleh kedaan saklar (SK) yang berfungsi memutus dan menghubungkan tegangan power positif (+VB2) ke massa. Gambar 2.275 dibawah memperlihatkan konsep rangkaian komparator dengan konfigurasi kolektor terbuka. Resistor RP merupakan resistor pendorongpull-up tegangan keluaran VA.
Gambar 2.275 Resistor pull-up pada rangkaian komparator kolektor terbuka
2.31.3. Resistor pull-up rangkaian komparator kolektor terbuka Bila saklar (SK) komparator open kolektor tertutup, maka tegangan keluaran (VA) terhubung ke massa (0V), sehingga VA 0. Bila saklar (SK) komparator open kolektor terbuka, maka tidak ada arus yang mengalir melalui resistor pull-up (RP), sehingga tegangan catu (+VB2) didorong ke keluaran dan menyebabkan tegangan keluaran (VA) terputus dengan massa (0V), sehingga VA +VB2. 2.31.4. Kapasitor discharge rangkaian komparator Permasalahan; dengan adanya penambahan resistor pull-up (RP) maka menyebabkan efek perlambatan yang cukup besar terhadap tegangan keluaran saat kondisi saklar (SK) terbuka. Untuk mengatasi permasalahan
Gambar 2.276 Kapasitor discharge (CL) rangkaian komparator BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
420
Penguat Operasional
tersebut pada bagian keluaran dari komparator perlu dihubungkan sebuah kapasitor beban (CL) terhadap massa (0V). 2.31.5. Prinsip kapasitor discharge (CL) Dan ketika tegangan keluaran VA = VB2 seketika itu saklar SK menjadi tertutup dan kapasitor (CL) membuang muatan melalui saklar (SK) dan mempercepat menuju massa (0V). Kejadian berikutnya adalah ketika tegangan keluaran mencapai dimana VA=0, maka saklar kembali terbuka dan kapasitor CL terisi muatan melalui resistor pull-up (RP). Besarnya nilai resistor (RP) menentukan waktu pengisian muatan pada kapasitor (CL), dengan demikian diperlukan waktu untuk mencapai titik dimana tegangan keluaran VA = +VB2. Untuk mendapatkan kecepatan waktu switched yang optimal sampai pada tingkat keluaran dan dengan tegangan gangguan atau ripple yang kecil mungkin, maka dianjurkan pemilihan op-amp dengan kecepatan slewrate yang tinggi atau IC khusus untuk keperluan saklar. Tabel 2.19 berikut memperlihatkan beberapa contoh IC-OPAMP khusus yang cocok untuk digunakan sebagai rangkaian pembanding-komparator, rangkaian Schmitt Trigger atau dapat digunakan sebagai rangkaian saklar dengan kecepatan cukup tinggi. Tabel 2.19 IC khusus untuk keperluan komparator, Schmitt trigger TIPE
PABRIK
CMP401 AD9687 AD9698 LTI394 LTI443 LTI671 LTI720 MAX944 MAX964 MAX970 MAX978 MAX993 MAX996 LM311 LP311 LM393 LMC6764 TL710 TLC372 SPC9689
Analog Dev. Analog Dev. Analog Dev. Lin. Tech Lin. Tech Lin. Tech Lin. Tech Maxim Maxim Maxim Maxim Maxim Maxim National National National National Texas Instr Texas Instr Signal Proc
JUMLAH IC KELUARAN 4 2 2 1 4 1 2 4 4 4 4 4 4 1 1 2 4 1 2 2
TTL ECL TTL TTL CMOS CMOS TTL CMOS CMOS CMOS CMOS CMOS CMOS TTL TTL TTL CMOS TTL CMOS ECL
DAYA POWER 40mW 210 Mw 300 mW 70 mW 6uW 3uW 12 mW 3 mW 40 mW 20 mW 3 mW 100uW 400uW 70 mW 1 mW 8 mW 50 uW 90 mW 2 mW 350 mW
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
WAKTU SAKLAR 23ns 2 ns 6 ns 7 ns 12 us 60us 4 ns 75 ns 4 ns 10us 20 ns 300 ns 120 ns 200ns 4us 600ns 4ns 40ns 200ns 0.6ns
421
Penguat Operasional
2.31.6. Implementasi dan Permasalahan Sebuah penguat operasinal LM741 dengan kecepatan slewrate SR=0,5V/ S digunakan untuk rangkaian komparator dengan tegangan catu 15V. Tentukan waktu tempuh minimum (tMIN) Penyelesaian: t MIN
t MIN
V Amak V A min SR
V S V
15V
V S V
15V 0 ,5
60 S
Waktu tersebut adalah waktu tempuh minimum untuk penguat operasional LM741 dengan catu simetris sebesar 15V. sebaik baiknya disain suatu rangkaian bila tidak disertai dengan pemilihan pirantikomponen yang tepat, maka akan didapatkan hasil perancangan yang kurang maksimal. Sebagai saran apabila suatu rangkaian seperti misalnya komparator atau rangkaian Schmitt Trigger diimplementasikan pada sistem kontrol dengan kecepatan-speed dan ketepatan-accuracy yang tinggi, mau tidak mau harus memilih komponen khusus untuk keperluan tersebut sesuai dengan permintaan spesifikasi. 2.32. Schmitt-Trigger 2.32.1. Rangkaian membalik (Inverting Schmitt Trigger) Gambar 2.277 memperlihatkan penerapan jaringan umpan balik positif pada rangkaian Schmitt Trigger mode membalik-inverting, dimana resistor R1, R2 berfungsi sebagai jaringan umpan balik positif yang mengembalikan sebagian tegangan keluaran ke masukan positif (noninveting). Untuk memperoleh posisi level histerisis yang diinginkan, yaitu dapat dengan cara menambahkan tegangan referensi atau tegangan pembanding VR melalui masukan membalik-inverting.
Gambar 2.277 Komparator sebagai Schmitt Trigger membalik
Dengan perubahan tegangan masukan VE kearah positif, akan didapatkan batas titik atas VH dan apabila tegangan masukan VE dirubah kearah negatif, didapatkan nilai batas tegangan titik bawah VL, sehingga nilai tegangan histerisis adalah H = VH – VL. BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
422
Penguat Operasional
Gambar 2.278 (a)titik atas histerisis VH (b) titik bawah histerisis VL
Sebuah piranti operasional amplifier (op-amp) pada mempunyai tegangan saturasi lebih kecil sekitar 1Volt.
umumnya
Gambar 2.279 Proses penggabungan dari Gambar 2.278 (a) dan (b) Dengan Resistor R3 Pada Gambar 2.279 diatas memperlihatkan penerapan rangkaian Schmitt Trigger dengan konfigurasi tidak membalik-non inverting dengan tegangan referensi Vm positif. Resistor R3 berfungsi sebagai penentu tegangan untuk keperluan tegangan referensi, sehingga dengan menghubungkan resistor R3, maka tegangan referensi membentuk rangkaian pembagi tegangan dengan resistor R2: Vm
R2 R2
R3
VC
(2.547)
Dengan demikian komponen yang menentukan faktor jaringan umpan balik positif adalah :
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
423
Penguat Operasional
a
R2 R3 R2 R3 R2 R3 R1 R2 R3
(2.548)
Sehingga batas jendela histerisis titik bawah (TL). TL= Vm + a.(-VS)
(2.549)
Demikian juga tegangan jendela trigger bagian atas TH, TH= Vm + a.(+VS)
(2.550)
Sehingga besarnya tegangan jendela histerisis (VH) dapat dinyatakan sebagai berikut: VH = TH - TL
(2.551)
Gambar 2.280, Rangkaian Schmitt Trigger dengan tegangan referensi
Contoh 1: Rencanakan sebuah rangkaian Schmitt Trigger dengan spesifikasi seperti beikut: Tegangan catu VS = 10V, factor pembagi resistor tegangan referensi R2 = R3 = 4.7k , dan resistor jaringan umpan balik positif R1 = 75k , VC = +8V. Tentukan besarnya tegangan histerisis VH. Penyelesaian: Tegangan referensi positif (Vm): Vm
R3 R2
R3
VC
4.7k 4.7k
4.7k
8V
4V
Faktor jaringan umpan balik positif (a):
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
424
Penguat Operasional
a
R2 R3 R2 R3 R2 R3 R1 R2 R3
4.7k x 4.7k 4.7k 4.7k 4.7k x 4.7k 75k 4.7k 4.7k
117.9 .10 - 3
Batas tegangan jendela histerisis titik atas (TH). TH= Vm + a.(+VS) TH = 4V + 117.9 (10-3) x 10V = 5.179V Batas tegangan jendela histerisis titik bawah (TL). TL= Vm + a.(-VS) TL = 4V + 117.9 (10-3) x (-10V) = 2.821V Tegangan jendela histerisis (VH) VH = TH - TL VH = 5.179V + 2.821V = 2.36V Tegangan masukan referensi (VC).
VC
VH 2
2.36V 2
1.18V
Tanpa resistor R3 Dengan melepas resistor R3, maka besarnya tegangan referensi Vm hanya ditentukan resistor R1 dan R2, dimana kedua resistor tersebut membentuk rangkaian pembagi tegangan. Dengan demikian faktor perbandingan kedua resistor tersebut adalah:
a
R2 R1 R 2
(2.552)
Sehingga besarnya tegangan jendela trigger bagian bawah TL adalah: TL= Vm + a.(-VS)
(2.553)
Demikian juga tegangan jendela trigger bagian atas TH, TH= Vm + a.(+VS)
(2.554)
Sehingga besarnya tegangan jendela histerisis (VH) dapat dinyatakan sebagai berikut: VH = TH - TL
(2.555)
Contoh 2: Rencanakan sebuah rangkaian Schmitt Trigger dengan spesifikasi seperti berikut: BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
425
Penguat Operasional
Tegangan catu VS = 10V, faktor pembagi resistor tegangan referensi R2 = 4.7k , R3 = (open), dan resistor jaringan umpan balik positif R1 = 75k , Vm = -4V. Tentukan besarnya tegangan histerisis VH. Penyelesaian: Faktor jaringan umpan balik positif (a): a
R2 R1 R 2
4.7k 75k 4.7k
58.97 (10 - 3 )
Batas tegangan jendela histerisis titik atas (TH). TH= Vm + a.(+VS) TH = -4V + 58.97 (10-3) x 10V = -3.41V Batas tegangan jendela histerisis titik bawah (TL). TL= Vm + a.(-VS) TL = -4V + 58.97 (10-3) x (-10V) = -4.59V Tegangan jendela histerisis (VH) VH = TH - TL VH = -3.41V + 4.59V = 1.18V Tegangan masukan referensi (VC).
VC
VH 2
1.18V 2
0.59V
Gambar berikut memperlihatkan tegangan jendela histerisis dengan tegangan referensi Vm negatif.
Gambar 2.281 Kurva histerisis dengan tegangan acuan negatif Gambar 2.281 memperlihatkan posisi histerisis, dimana dengan memberikan tegangan referensi negatif Vm 0, maka letak tegangan jendela histerisis berada disebelah kiri dari sumbu vertikal Y. Titik TL dan BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
426
TH merepresentasikan besarnya tegangan histerisis. Besarnya tegangan keluaran +VS dan –VS selalu lebih kecil dari tegangan catu VB , hal ini dikarenakan rugi tegangan saturasi dari penguat operasional. Dan ketika tegangan referensi Vm digeser sampai pada titik 0V, maka tegangan jendela histeris bergeser kearah kanan dan berada tepat ditengah sumbu vertikal Y seperti yang diperlihatkan Gambar 2.282.
Gambar 2.282 Kurva histerisis dengan tegangan acuan = 0V
Selanjutnya dengan merubah tegangan referensi kearah positif Vm 0, maka tegangan jendela histerisis VH semakin bergeser lagi kearah kanan dari sumbu vertikal Y seperti yang diperlihatkan Gambar 2.283.
Gambar 2.283 Kurva histerisis dengan tegangan acuan positif
Dengan memberikan tegangan referensi Vm =0V seperti yang dilakukan pada Gambar 2.282 didapatkan bentuk tegangan keluaran seperti yang diperlihatkan Gambar 2.284. Sedang jika diberikan tegangan referensi Vm < 0V seperti yang dilakukan pada Gambar 2.281 didapatkan bentuk tegangan keluaran seperti yang diperlihatkan Gambar 2.285
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
427
Gambar 2.284 Tegangan keluaran dengan tegangan acuan 0V
Gambar 2.285 Tegangan keluaran dengan acuan negatif
Dengan memberikan tegangan referensi Vm > 0V seperti yang dilakukan pada Gambar 2.283 didapatkan bentuk tegangan keluaran seperti yang diperlihatkan Gambar 2.286
Gambar 2.286 Tegangan keluaran dengan tegangan acuan positif BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
428
Penguat Operasional
2.32.2. Rangkaian Schmitt Trigger tidak membalik (non inverting) Rangkaian Schmitt Trigger tidak membalik (non inverting) dapat dibangun seperti yang diperlihatkan Gambar 2.287. Tegangan masukan diberikan pada terminal non inverting VE+ melalui resistor R2. Perubahan polaritas tegangan referensi VC positif +VR, VC=0V, dan negative –VR dapat dipilih dengan memindahkan saklar atau melalui pembagi tegangan antara resistor R4 dan R5.
Gambar 2.287 Rangkaian Schmitt Trigger tidak membalik-non inverting
Didalam perhitungan dan pendimensian rangkaian untuk keperluan pengendalian tegangan masukan yang diberikan oleh generator ke masukan Schmitt Trigger ditetapkan sedemikian sehingga resistor umpan balik positif R1 dibuat jauh lebih kecil daripada resistor R2. Fungsi resistor R3 adalah sama seperti konsep pada rangkaian inverting Schmitt Trigger. Tegangan referensi VC melalui pembagi tegangan resistor R4 dan R5 dapat dinyatakan seperti persamaan berikut:
vC
Vm
R5 R4
R5
VC
(2.556)
Tanpa resistor R3 dengan posisi saklar vC = 0, bersanya tegangan masukan VE+. vE+ = iE . R2
(2.557)
Pada saat kondisi dimana V1 = 0, maka berlaku persamaan tegangan keluaran VY:
VY
I A .R 1
-IE .R 1
(2.558)
Sehingga, VE
-
VY .R1 R2
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
(2.559)
Penguat Operasional
dimana VY =
429
VS
Tanpa resistor R3. Batas tegangan jendela histerisis titik atas (TH). TH
R1 R2
VS
(2.560)
atau TH
R1 R2
- VS
(2.561)
Batas tegangan jendela histerisis titik bawah (TL). TH
R1 R2
VS
(2.562)
atau TH
VS
R1 R2
(2.563)
Dengan resistor R3. Batas tegangan jendela histerisis titik atas (TH).
TH
VS
R1 R 2 //R 3
(2.564)
Batas tegangan jendela histerisis titik bawah (TL).
TH
VS
R1 R 2 //R 3
(2.565)
Untuk merubah posisi tegangan histerisis dapat dengan cara memberikan dan merubah polaritas tegangan referensi Vm negatif atau positif, atau dapat juga dengan menambahkan dua resistor R4 dan R5 pembagi tegangan, dimana fungsinya adalah untuk menentukan nilai dari tegangan referensi Vm. Sehinggga besarnya tegangan referensi Vm dapat dinyatakan sebagai berikut:
Vm
R5 R4
dimana
R5
VR
VR = adalah tegangan referensi
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
(2.566)
430
Penguat Operasional
Melalui pembagi pembagi tegangan resistor R1 dan R2, maka titik jendela histerisis dapat ditentukan: VC
R1 R2
Vm 1
(2.567)
Batas tegangan jendela histerisis titik atas (TH). TH
R2
VC
VS
(2.568)
R1
Batas tegangan jendela histerisis titik bawah (TL). TL
R2
VC
VS
(2.569)
R1
Contoh 1: Rencanakan sebuah rangkaian Schmitt Trigger dengan spesifikasi seperti berikut: Tegangan catu VS = 10V, faktor jaringan umpan balik positif R2 = 4.7k , R3 = (open), Pembagi tegangan referensi R4 = R4 = 4.7k , VR = 8V. Tentukan besarnya tegangan histerisis VH. Penyelesaian: Faktor jaringan umpan balik positif (a): Vm
VC
R5 R4
Vm 1
4,7k
VR
R5
4,7k
R1 R2
4V
8V
4,7k 1
4,7k 75k
4V
4,25V
Batas tegangan jendela histerisis titik atas (TH). TH
VC
R2
VS R1
4,7k 75k
4,25V
10V
4,88V
Batas tegangan jendela histerisis titik bawah (TL). TL
VC
R2
VS R1
4,25V
4,7K - 10V 75k
3,622V
Tegangan jendela histerisis (VH) VH = TH - TL VH = 4,88V – 3,622V = 1,29V BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
431
Penguat Operasional
Tegangan masukan referensi (VC).
VC
VH 2
1.29V 2
0,645V
Dengen memberikan tegangan referensi Vm = 0, jendela histerisis berada ditengah sumbu X dan sumbu Y seperti yang diperlihatkan Gambar 2.288.
Gambar 2.288 Kurva histerisis dengan tegangan referensi Vm = 0
Selanjutnya dengan merubah tegangan referensi kearah positif Vm 0, maka tegangan jendela histerisis VH semakin bergeser kearah kanan dari sumbu vertikal Y seperti yang diperlihatkan Gambar 2.289.
Gambar 2.289 Kurva histerisis dengan tegangan referensi Vm
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
0
432
Penguat Operasional
Gambar 2.290 Kurva histerisis dengan tegangan referensi Vm
0
Dan ketika tegangan referensi diturunkan sampai pada nilai negatif (Vm < 0), maka tegangan jendela histeris bergeser kearah kiri dari sumbu vertikal Y seperti yang diperlihatkan Gambar 2.290. Tegangan referensi Vm =0V
Gambar 2.291 Bentuk tegangan keluaran dengan tegangan acuan 0V
Tegangan referensi Vm
0V
Gambar 2.292 Bentuk tegangan keluaran dengan tegangan acuan negatif BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
433
Penguat Operasional
Tegangan referensi Vm
0V
Gambar 2.293 Bentuk tegangan keluaran dengan tegangan acuan positif
Dengan merangkai dan menggabungkan dari beberapa rangkaian Schmitt Trigger, maka akan dapat mengendalikan beberapa plant yang berbeda sekaligus. Pengontrolan seperti ini lebih dikenal dengan sebutan Multi level detektor (MLD) atau Multi Level Kontrol (MLK). 2.32.3. Multi Level Detector (MLD)
Gambar 2.294, memperlihatkan rangkaian multi level detector (MLD)
Rencanakan sebuah rangkaian Gambar 2.294 multi level detector dengan menggunakan IC TTL komparator LM339 QUAD kompatibel dengan spesifikasi dan fungsi rangkaian seperti tabel 2.20 berikut: BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
434
Tabel 2.20 Spesifikasi rangkaian komparator
LM339 adalah TTL O/P komparator yang dikeluarkan oleh National Semiconductor. Langkah Penyelesaian Langkah pertama adalah menentukan level tegangan threshold mulai dari +3V, +6V, dan +9V. Bila dikehendaki tegangan histerisis yang kecil, maka nilai dari resistor umpan balik positif RF adalah besar. Dengan mengasumsikan bahwa nilai dari semua resistor RF adalah besar sehingga tidak membebani rangkaian pembagi tegangan. Filter frekuensi rendah RC untuk bertujuan untuk mengeliminer gangguan yang diroduksi oleh power supply +15V. 2.33. Simulasi Dengan PSPICE-ORCAD 2.33.1. Percobaan Rangkaian Komparator Dengan menggunakan fasilitas program dari PSPICE-ORCAD, maka kelebihan dan kekurangan dari rangkaian komparator dan rangkaian Schmitt Trigger dapat dibedakan. Buka “Capture CIS Lite Edition, kemudian hubungkan rangkaian seperti yang diperlihatkan Gambar 2.295 berikut:
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
435
Gambar 2.295, Simulasi rangkaian Schmitt Trigger dan Komparator dengan PSPICE-ORCAD.
Gambar 2.296 memperlihatkan hasil simulasi dari rangkaian komparator dan Schmitt Trigger, dimana kedua tegangan keluaran belum nampak jelas perbedaan akibat pengaruh dari gangguan noise pada tegangan masukannya.
Gambar 2.296 Hasil simulasi rangkaian Schmitt Trigger dan Komparator
Setelah hasil simulasi diperbesar seperti Gambar 2.297, nampak sekali perbedaan tegangan keluaran yang dihasilkan. Pada rangkaian komparator muncul gangguan “noise”, sedangkan pada rangkaian Schmitt tegangan keluaran yang dihasilkan tanpa disertai oleh gangguan “noise”.
Gambar 2.297 Tegangan keluaran setelah diperbesar
2.33.2. Pengaruh noise dan frekuensi pada komparator Lakukan percobaan seperti Gambar 2.295 kemudian naikkan tegangan masukan sebesar 500mV dan frekuensi gangguan masukan sebesar 500kHz. Amati perubahan tegangan keluaran yang dihasilkan. BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
436
Gambar 2.298 memperlihatkan tegangan keluaran hasil simulasi. Dengan menaikkan tegangan noise dan frekuensi noise pada masukan, maka nampak jelas sekali kelebihan rangkaian Schmitt Trigger bila dibandingkan dengan rangkaian komparator. Meskipun level tegangan noise dinaikkan, pada rangkaian Schmitt Trigger dihasilkan tegangan keluaran tanpa gangguan noise.
Gambar 2.298 Tegangan keluaran antara Schmitt Trigger dan Komparator
Dengan memperbesar hasil simulasi dari Gambar 2.298, maka semakin nampak jelas sekali gangguan yang dihasilkan oleh rangkaian komparator seperti yang diperlihatkan hasil simulasi Gambar 2.299..
Gambar 2.299 Noise pada rangkaian komparator BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
437
Dari hasil simulasi dengan menggunakan perangkat lunak PSPICE, membuktikan bahwa kelemahan rangkaian komparator adalah tegangan noise ikut dibandingkan dan dikuatkan sampai pada tingkat keluaran. Tugas dan fungsi rangkaian komparator adalah hanya membandingkan keadaan sinyal masukan tidak menghilangkan atau menekan gangguan noise. Sedangkan fungsi dari rangkaian Schmitt Trigger selain dapat digunakan sebagai rangkaian pembanding dua atau lebih tegangan masukan, juga sekaligus dapat menghilangkan atau menekan gangguan noise seperti yang diperlihatkan Gambar 2.300.
Gambar 2.300 Bentuk tegangan keluaran komparator dan Scmitt Trigger
2.33.3. Penerapan Rangkaian Penerapan rangkaian schmitt trigger banyak digunakan pada rangkaian seperti misalnya untuk kontrol temperatur, pengisi baterei mobil, kontrol kecepatan motor, pengaman speaker penguat audio akibat dari tegangan DC. 2.33.4. Rangkaian temperature dengan AD590J Gambar 2.301, dibawah memperlihatkan rangkaian control temperatur dengan menggunakan sensor temperatur AD590J. Penguat operasional LM741 yang dikaskade dengan transistor darlington TR1 membentuk jaringan sumber arus konstan, dimana besarnya arus keluaran ditentukan oleh resistor R5. Resistor R1 dan trimpot R2 berfungsi sebagai titik pengaturan-setting point tegangan acuan yang nantinya akan dibandingkan dengan teganga pada VR5. Bila saklar S1 pada posisi 1, maka resistor R5 dan R6 terhubung secara parallel sehingga arus maksimum, sehingga temperature menjadi naik, dan tegangan yang BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
438
diumpan balikan ke masukan melaui R4 menjadi naik. Dan apabila saklar S1 dipindahkan pada posisi 2, maka sumber arus hanya dibatasi oleh resistor R5, dengan demikian arus yang mengalir pada resistor R5 menjadi menurun demikian juga tegangan yang dikembalikan ke input non inverting melalui resistor R4, dengan menurunnya arus IR5, maka temperature menjadi menurun. Dari dua kejadian tersebut perubahan arus yang mengalir melalui R5 perubahan temperatur dapat dikendalikan.
Gambar 2.301, memperlihatkan rangkaian kontrol temperatur dengan AD590J
FET BF245A berfungsi sebagai tahanan atur dengan tujuan agar konversi temperatur terhadap tegangan dihasilkan nilai keluaran pada VTH yang linier. 2.33.5. Aplikasi Pengendalian Dua Titik Dengan menghubungan tegangan masukan Vx terhadap keluaran VTH, maka temperatur dapat dikendalikan sekaligus dibandingkan dengan tegangan acuan VW dan dibatasi pada nilai tertentu sesuai dengan tuntutan spesifikasi dari perhitungan rangkaian Schmitt Trigger.
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
439
Penguat Operasional
Gambar 2.302, Rangkaian Schmitt Trigger sebagai kontrol dua titik
Menentukan besarnya tegangan referensi VW:
VW
R6 * - VB R5 R6
VW
- 6.07V
6.8k * - 15V 10k 6.8k
- VW
6.07V
Menentukan tegangan referensi (setting point voltage): Titik tegangan maksimum: V XMAK
2 VS
V XMAK
28V
R4 R3
- VW
R4
1k 150k 1k
1k
2 x 14V
6.07
150k
1k
6.26V
VH
- - 6.07V
Titik tegangan minimum: V XMIN
2 - VS
R4
R4 1k - 28V 150k 1k
V XMIN
R3
- VW
2 x - 14V
6.07
1k 150k
5.89V
1k
VL
Menentukan deviasi (histerisis) dua titik VX
H
VXMAK VXMIN 6.26V - 5.89V 0.37V
Atau dengan cara yang berbeda, histerisis dapat didimensikan: VX
2
R4 R3
R4
VS
2
1k 150k 1k
2 x14V
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
- - 6.07V
440
Penguat Operasional
VX VC
0.37V H
2
0.37V 2
0,185V
2.34. Rangkaian Integrator Ada dua manfaat dari rangkaian integrator, yaitu dapat digunakan sebagai pengubah tegangan kotak menjadi tegangan segitiga, atau dapat juga digunakan sebagai rangkaian filter lulus bawah-LPF-low pass filter. Dimensi yang tepat untuk rangkaian integrator bilamana konstanta waktu = 10 x T (periode), dan apabila rangkaian integrator dioperasikan sebagai low pass filter, maka pemilihan yang tepat adalah ketika konstanta waktu = 0,01 x T. Gambar 2.303 memperlihatkan rangkaian integrator
Gambar 2.303 Rangkaian integrator
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
441
Penguat Operasional
Gambar 2.304 Hubungan tegangan keluaran dan masukan rangkaian integrator
Dengan saklar S kemringan dan besarnya tegangan keluaran (VA) dapat didimensikan Arus yang mengalir melalui resistor masukan R1 rangkaian integrator adalah:
I1
V1 R1
(2.570)
Arus yang mengalir melalui kapasitor umpan balik CF rangkaian integrator adalah:
IF
CF
dVA dt
(2.571)
Dengan mengasumsikan bahwa arus I1 = IF, maka berlaku persamaan: V1 R1
(2.572)
C F .V A
Sehingga didapatkan persamaan tegangan keluaran: VA (t)
1 τ V1 ( )d R1 CF 0
V0
(2.573)
Dimensi untuk perencanaan praktis dapat dilakukan dengan cara seperti berkut: Penguatan tegangan (A)
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
442
Penguat Operasional
A
- VA V1
-
1 f CF R1
2
(2.574)
Pengendalian dengan tegangan masukan kotak (V1).
V1
VA t
- R1 CF
(2.575)
Contoh: Rencanakan rangkaian integrator dengan ketentuan sebagai berikut: Tegangan sinus V1 mempunyai amplitude sebesar 15V dengan frekuensi f = 500kHz dihubungkan pada rangkaian integrator resistor masukan R1 sebesar 33k dan bila dikehendaki tegangan keluaran VA sebesar 5V. Tentukan besarnya kapasitor integrator CF dan pengendalian batas daerah liner ( t) berakhir pada tegangan -14V dari perubahani tegangan keluaran VA. Dan bila pada rangkaian masukan pada saat t = 0 mempunyai konstanta tegangan sebesar V1=+3V dihasilkan tegangan keluaran sebesar 5V. Penyelesaian: Menentukan besarnya kapasitor integrator (CF) A
CF
- VA V1
2
-
1 f CF R1
2
V1 f V A R1
15V 2 x 3 ,14 x500 Hzx 5Vx 33000
28 ,95 nF
Menetukan perubahan waktu untuk batas pemotongan daerah linier ( t)
V1
- R1 C F
VA t
t
- R1 C F
VA V1
33000
x 28 ,95 x10
9
F
14V 5V 3V
6 ,051 mS
2.35. Rangkaian Differensiator Ada dua manfaat dari rangkaian diferensiator, yaitu dapat digunakan sebagai pengubah tegangan segitiga menjadi tegangan persegi (kotak), atau dapat juga digunakan sebagai rangkaian filter lulus atas-HPF-High pass filter. Dimensi yang tepat untuk rangkaian diferensiator bilamana konstanta waktu = 0,01 x T (periode), dan apabila rangkaian diferensiator dioperasikan sebagai high pass filter, maka pemilihan yang tepat adalah ketika konstanta waktu = 10 x T.
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
Penguat Operasional
Gambar 2.305 Rangkaian differensiator
Gambar 2.306 Hubungan tegangan masukan dan keluaran rangkaian differensiator
BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
443