DIALOG ANAK-BANGSA, VOL.2 Oleh : MOHAMAD YAHYA Hak Cipta 2007 pada penulis viii + 262 halaman
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa ijin tertulis dari penulis.
Penerbit
:
Distributor :
CAHAYA NEGERIKU, Surabaya YAYASAN ANITA KUSUMAWARDHANI
[email protected]
Pengantar-kata
Alhamdulillah
Dengan mengucap syukur ke Hadirat Illahi Rabbi, selesailah Buku “Dialog Anak Bangsa” vol.2 ini. Anak Bangsa ini telah banyak tahu akan ketidakberesan pemerintahnya, khususnya para mahasiswa sebagai kawula-muda. Enak tidak-enak mereka diskusikan, mengapa Negara yang dikaruniai beragam kekayaan-alam, tanah yang subur serta luas, hasil laut yang berlimpah, - tetapi sebahagian besar rakyatnya hidupnya susah, jika tidak bisa disebut miskin. Musibah demi musibah,- ada yang alami, tetapi banyak pula yang akibat salah urus dan akibat tamaknya manusia yang mengurus. Susah untuk berbenah, sebab ibarat benang-kusut, mana ujung mana pula pangkalnya. Akhirnya . . . . . . sebagai umat Islam maka mari kembali dan kita kaji dengan sebenar-benar pengertian apa yang tersurat
dan tersirat didalam Al-Quranul Karim sebagaimana tercantum didalam surat, Al-Anbiyaa : 10, “Sungguh telah Kami turunkan kepadamu satu Kitab yang didalamnya merupakan (kunci) kemuliaan kalian. Tidakkah kalian menggunakan akal”. Subhanallah – Maha Suci Allah.
Bandung, 19 Nopember 2007.
MOHAMAD YAHYA
DAFTAR – ISI Halaman • Pengantar Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v • Daftar – Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
8.
MUDIK LEBARAN
1. 1 7 A g u s t u s ....................................... 1 2. Gerakan Aceh Merdeka ........................... 29 3. 1-Nusa, 1-Bangsa, 1-Bahasa ................... 59 4. BBM dan Teknologi ................................ 85 5. Berjudi Dollar .......................................... 127 6. Kenaikan Harga BBM ............................. 147 7. Republik UNGGAS ................................ 183 8. M u d i k L e b a r a n ............................. 209 9. A l i r a n S e s a t ................................... 229 10. Dunia P e n d i d i k a n Kita ................... 245
Setiap musim libur besar, seperti lebaran, tahun baru, natal dan tahun ajaran baru, pemerintah selalu “kewalahan” untuk pengadaan transportasi. Dan rakyat lebih parah penderitaannya, karena menanggung kebutuhan transportasi dan naiknya harga kebutuhan pokok yang tidak terkendali. Kadang, terlintas betapa na’ifnya pemerintah. Bukan berusaha semaksimal mungkin, malahan secara resmi mengijinkan tarif khusus pada 10 hari sebelum dan sesudah lebaran. Rakyat banyak ini kepada siapa mengharap pengaturan dan pengelolaan yang memadai untuk segala macam kebutuhannya ?
***** Anak-anak mahasiswa lagi rehat dirumah Pakde Dawam, sebagai kampus idola sesudah kampus almamaternya.
Buce
:
Sarip
:
Buce
:
Sarip
:
Lho Sarip, kamu kok tidak pulang lebaran ? Apa tidak dinanti-nanti oleh bapak-ibu dirumah ? Kasihan dong beliau itu, menunggu-nunggu anaknda tercintanya belum juga nongol. Memang aku mau pulang secepatnya, tetapi masih ada kegiatan dan tugas dikampus yang harus kuselesaikan dalam 1 a 2 hari ini. Mau bagaimana lagi, nanti pulangnya sudah terkena tarip angkutan yang meng-gila. Kamu ikutan yuk berlibur dirumahku, agar tambah wawasan bagaimana kehidupan saudarasaudaramu dari rumpun yang lain, baik bahasa, adat-istiadat maupun alamnya. Ini nawarin beneran lho, bukan nawar pasaran. Aku terimakasih sekali atas tawaranmu. Cuma belum bisa jawab sekarang, kiriman dari rumah belum sampe, dan juga takut ongkos transport yang menurutmu meng-gila tadi. Lain kali ya, juga teman-teman dari kampus Pakde ini untuk main ketempatku, kapan saja. Masalah ongkos
naik, aku tidak habis mengerti; sudah begitu kurang kontrol, rakyatlah yang menanggung ketidak-mampuan pemerintah menangani sektor angkutan. Buce : Kalau kita bicara masalah pemerintah dan (kurang-) kontrol, itu sudah kronis. Bukan susah obatnya, melainkan sudah mengembang. Ditangan pemerintah berikutnya, seperti tambah bodo, tambah bodo, bahkan terkesan multiplikasi dari masa sebelumnya. Ada Bang Take kita bisa belajar praktis darinya. Yu Trimo :(nyeletuk). Tapi Bang Take bukan superman lho. Dari awal dia sudah katakan, kalau dirinya biasa-biasa saja tidak beda dengan kita, . . . . cuma beda usia, lahir lebih dahulu dan mengenal masalah lebih dahulu dibanding kita semua yang jauh lebih muda. Yang jelas senang baca dan suka bertualang kedesadesa dan pelosok-pelosok, bergaul dengan rakyat kebanyakan dan miskin. Sarip : Itu cuma basa basi Yu. Kalau otaknya lempung (maksudnya ibarat tanah liat), maka tetap saja. Ibarat sejuta buku
dihabisin dalam sehari, yang nempel dijidat cuma ulat atau rayap-nya saja. Isinya tidak, apalagi apinya! Tecol : Begitulah adanya, kita tidak tahu rahasia kemampuan diri seseorang. Ada yang suka pamer, ada pula yang diam-diam tapi menghanyutkan. Bisa pula menggetarkan. Kita sebagai kelompok muda, kebetulan bisa berkenalan dengan Bang Take dan Kang Tasrip, kita manfaatkan buat menambah ilmu dan wawasan kita. Khoirunisah : Didalam Hadis, maaf buat yang non muslim, saya yakin kalian bisa temukan dibuku non-islam; saya menemukannya dalam Hadis berikut, Dalam bepergian (safar) terdapat lima keuntungan : 1. mencari nafkah 2. peningkatan hiburan 3. memperoleh kawan-kawan baru 4. peningkatan ilmu dan pengetahuan 5. menambah pengalaman Hadist riwayat Al Hakim Bang Take serta Kang Tasrip, selain usianya diatas kita semua, juga suka
Yu Trimo
berkelana, apalagi kalau ditambah suka baca. Maka pas-lah semuanya itu. Tinggal kita yang muda-muda ini, bagaimana bisa mengambil manfaat dari mereka. Apalagi orangnya mau berkumpul dengan kita disini. Alhamdulillah, selain kita menghormat yang tua – masih dapat bonus berguru kepada mereka, dengan gratis. : Itulah yang namanya milik. Awalnya, saya mengharap Kang Tasrip mau bergabung dengan adik-adik disini, saya tidak kenal Bang Take. Ternyata Kang Tasrip menawari kerabat dekatnya, yaitu Bang Take – dengan catatan kalau mau dan ada waktu, karena Kang Tasrip tidak tahu sampai kapan masih didesa kita ini. Selain itu, mudah-mudahan Pakde dan Bude Dawam mau juga meluangkan waktu sesekali waktu kumpul disini, melihat ada Kang Tasrip dan Bang Take hadir ditengah kita. Masalah transportasi dihari-mudik, Genduk – anakku yang di DKI, biasanya ikut rombongan tumpangan gratis yang diadakan oleh beberapa perusahaan
Mei Lan :
Sarip
:
swasta. Pulang dengan kendaraan umum dan bayar sendiri, berat baginya. Baliknya ke DKI yang susah, digorok sana-sini oleh calo lokal. Begitulah, apalagi aku, sampai kapanpun dianggap non-pri dan merupakan sasaran empuk buat segala macam pemerasan. Apa yang perlu ditanggulangi masalah transport dan lainlainnya itu cuma DKI saja ?? Dan, Indonesia itu apa cuma DKI? DKI kebanyakan pejabat, mulai dari yang asli pejabat DKI sampai yang pejabat nasional, yang seharusnya mengurusi urusan nasional. Misalnya menteri, anggota DPR, juga MPR – seyogyanya mereka itu konsentrasi urusan nasional. DKI percayakan kepada Gubernur DKI. Begitu pula urusan militer dan polri, biarlah ditangani penuh oleh Kapolda DKI dan Pangdam DKI. Itu baru namanya menjalani bagian dari management dan bernegara yang benar. (Logat madura-nya masih kental). Do – adoh. Tak ngira saya, Mei Lan ini tenang tenang menghanyutkan. Tak kuwat saya.
Begitu, bagus Lan. Jangan pakai mikir pri apa non-pri, sebagai warganegara yang baik dan peduli, keluarkan saja kalo punya nek-unek. Enak tidak enak, ini Negara kita. Suka atau tidak suka, istilah mBak Mega tak iya – kita yang muda muda ini yang bakal nanggung akibatnya. Menteri, presiden sak wakilnya apa itu, rata-rata tumpes (maksudnya: mati) duluan sebelum kita. Siapa yang nanggung akibat salah-urus ini semua. Menik : Sudah, kalau naksir Mei Lan, lamar saja. Malang (asal Mei Lan) dan Madura dari sini kan sejurusan. Barengan dah, ngomong diluar yang asik. Semua yang hadir ketawa dan kelihatannya mendukung selingan humor ini. Thamrin : Benar, kata Sarip tadi. Enak-tidak enak, suka-tidak suka, kita wajib bicara. Jangan sampai terjadi kasus seperti di Aceh – tempat asalku. Kondisi ketidakbecusan pemerintah-pusat menjadi lahan intimidasi petualang politik untuk menyulut ide-ide gila, lepas dari persatuan dan kesatuan Republik
Gaffar
:
Indonesia. Kita menjadi salah-tingkah. Diam saja tidak benar, usul tidak ada tanggapan sedangkan berontak malah lebih salah lagi. Marilah kita cari cara, bagaimana meng-ingatkan pemerintah dan bagaimana cara dan sistim untuk mendapatkan pemerintah-an yang baik , yang amanah juga cerdas. Jangan pintarnya untuk mengelabuhi rakyat saja, pakai itu otaknya untuk pembangunan, jangan menguras kekayaan alam untuk memakmurkan segelintir kelompoknya, termasuk maskapai-maskapai asing (juga pemerintah asing !!) Maka, kita berkumpul disini, jangan rehat saja. Mari kita isi dengan kegiatan yang bermanfaat, syukur-syukur berbobot untuk kepentingan hari-depan kita sendiri dan hari-depan masyarakat , tepatnya bangsa dan Negara kita. Jangan sampai timbul masalah seperti Aceh, Poso, Ambon dan Irian, - sekarang namanya balik menjadi Papua. Kapan kita sampai tujuan kalau programnya maju selangkah – mundur dua langkah. Ini kalau pakai bahasa saudara-saudara
Thamrin :
Menik
kita yang dari Sunda, benar-benar “ b e l e g u k h “. Saya takut dan ngeri, kalau kita semua diam saja, manut saja tanpa upaya untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar, maka akan berlakulah sebagaimana didalam Al Qur’an surat An Nisaa’ : 133, Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian. : Alasan angkutan naik itu nekoneko, macam-macam atau akal-akalan. Tujuan menghalalkan cara. Mulai dari: cuma satu tahun sekali, terbatasnya sarana angkutan, membeludaknya pengguna angkutan dalam waktu yang bersamaan. Pemerintah itu bekerjanya separuh-hati, bisa-bisa seperempat atau kurang dan bahkan tidak punya hati. Kondisi mudik, harusnya menjadi peluang bisnis yang positip, dikelola oleh pemerintah, bukan oleh swasta atau pemilik modal alias “kapital-is”, maka ya harus diutamakan pelayanan ,bukan
Ucok
:
keuntungan. Tapi juga tidak boleh rugi, sebab ini sama dengan menyerobot jatah generasi dibelakang kita. Jangan sampai dalih untuk rakyat, merugipun ditabrak yang ujung-ujungnya menggelembungnya biaya, dan semangat korupsi bertambah marak. Bus bus antar-kota, dalam kondisi normal diluar musim mudik, bisa beroperasi. Ini berarti mereka bisa melayani angkutan/routenya. Jika tidak untung, mana mungkin mereka masih beroperasi sampai sekarang. Satu dua perusahaan bus memang ada yang bangkrut, tetapi itu adalah masalah lain. Didunia usaha jatuhbangun dan kesalahan strategie serta managemen yang kurang baik adalah kendala yang umum. Ini adalah manifestasi dari ketidak-adilan masyarakat dan ketidak-benaran pola pikir pemerintah. Mentang-mentang penumpang membeludak, masyarakat pengusaha angkutan bukannya bersyukur banyak penumpang, malah memeras dengan menaikkan tarip, sebagaimana alasan yang dikemukakan Menik tadi.
Menik :
Pemerintah-nya meng-amin-i. Memberi keleluasaan tuslag sampai 30% pada 10 hari sebelum dan sesudah musim mudik (=lebaran). Para calo lebih beringas lagi, harga-harga resmi termasuk tuslag, bisa dipasarkan sampai 2x lipat. Ada razia, tapi lebih rame di TV dan radio daripada yang ditangkap. Bagaimana bisa ngatur dan bagaimana pula bisa kontrol, kalau para pejabatnya tidak tahu dan tidak merasakan sakitnya dipermainkan para calo ini. Kalau kita bicarakan korupsi, saya jadi teringat dibuku yang pernah saya baca, judulnya lupa. Ini pendapat Nusyirwan Adil, raja Persi, Awal setiap pemerasan selalu kecil. Nanti setiap pendatang baru menambahinya, ia menjadi teramat besar. Jika Raja memakan meski hanya satu apel dari kebun hambanya tanpa membayar, kerabat Raja akan mencabut semua pohon sampai akar-akarnya. Jika diizinkannya dirinya mengambil telur hanya lima buah tanpa membayar,
Buce
:
Sarip
:
Frans
:
tentarana akan merampas seribu ekor unggas dengan paksa. Udah gitu, pejabat itu kesana kemari naik mobil. Mobilnya mobil dinas atau dapat korupsi. Mana mungkin tahu penderitaan rakyat. Merdeka Bung ! Kami bangsa Indonesia, dengan ini menanyakan kemerdekaannya. Hal-hal yang mengenai jalannya kekuasaan ditangani oleh pemerintah dan dimanfaatkan sepuas-puas untuk keperluannya. Ha – ha, kan begitu gambarannya sekarang ini. Mau atau tidak mau, suka ataupun tidak suka. Kalau rus-terus macam begini, tak kowat aku Lan. Bisa berontak, bikin sendiri Republik Madura. Kamu mau jadi calon separatis, atau sudah separatis? Kalau mau bahas masalah “persatuan nasional” sebaiknya kita bahas lain kesempatan, karena meluas kemana-mana dan tidak ada yang benar. Begitu muncul kasus separatis, sulit menetralkannya. Lihat contohnya seperti di Poso, di Papua, di Ambon dan di Aceh. Apa sekarang sudah tuntas ???
Ucok
:
Buce
:
Kan kayak api didalam sekam, sekali waktu masih bisa membara, jika tidak cermat menyelesaikan-nya. Mana sih agenda-kerja pemerintah yang benarbenar closed? Cuma pamer saja, tega bener menipu dan membodohi bangsanya. Sudah Frans, jangan diterus-teruskan. Bang Take tidak ada, nanti kalau Yu Trimo angkat bicara, keluar semua itu jurus-jurus telak, kita kewalahan tidak ada yang bisa menenteramkan Yu Trimo selain Bang Take atau Kang Tasrip. Itu orangnya kesini, bawa ubi dan pisang rebus. Saya menilai pemerintah itu tel-mi (telat mikir). Tidak memiliki semangat juang. Sedikit sedikit, cari konsultan, diborongkan ke swasta, bahkan asing. Butuh dana pembangunan, cari utang. Butuh biaya operasionil, bebankan ke rakyat. Menaikkan tarip listrik, tarip air, biaya pendidikan dan lain-lain. Ada uang atau Dana-BOS, tetapi tarikan uang gedung dan daftar ulang sekolah, malah lebih tinggi dari sebelum ada Dana BOS.
Ini kan kebaikan palsu, semuanya BOHONG ! Kerjanya dimana dan kapan ? Jalanan, sebentar diaspal, sebentar lagi dibongkar untuk pemasangan kabel listrik bawah tanah. Di-aspal lagi, eh sebentar sudah dibongkar untuk pemasangan pipa air. Ini kan kelihatan kalau tidak terkoordinasi dengan baik, semaunya departemen sendiri-sendiri. Gedunggedung pemerintah pada dibangun mentereng, khususnya gedung pemerintahan kota, gaji juga cepat naik untuk kalangan atas. Ini yang membuat banyak celah buat provokator untuk melaksanakan misinya. Dahulu masyarakat non- Jawa menganggap kekeliruan pengelolaan Negara ini, juga perkorupsian adalah ulah para saudarasaudaranya yang Jawa, yang kebetulan jadi pejabat. Sekarang, mata mereka terbuka selebar-lebarnya, bahwa yang jadi maling dinegeri ini ternyata dari semua rumpun, sepertinya ada kompetisi mau menembus rekor MURI disektor korupsi dan Permalingan.
Gaffar
:
Tecol
:
Kasus percaloan dan tarip-tarip khusus dimusim mudik, juga dapat dicermati pada musim ibadah haji. Orang yang mau menjalankan ibadah, bukannya disambut dan diringankan beban biayanya, justru dipandangnya sebagai ikan paus mengapung yang mengantarkan rejeki. Para petugas yang juga beragama Islam, lupa apa tidak tahu, bahwa memudahkan orang lain itu berpahala, apalagi kalau yang dimudahkan itu adalah calon tamu Allah. Di Arab Saudi, para pengusaha kaya dan kerajaan Saudi, antusias sekali memuliakan tamu Allah ini. Bekal bingkisan makanan dan buah-buahan diberikan secara gratis menyambut saat kedatangan mereka, mulai dari dibandara sampai dikota-kota suci Mekkah dan Madinah. Sama halnya dengan para TKI/W kita. Mereka itu menapak satu perjalanan panjang, berat dan terjal. Berangkat sarat penipuan dan pemerasan, juga dinegara orang, dan berhasil pulangpun sudah ditunggu oleh para preman. Belum lagi kalau disiksa dan dipulangkan paksa dari
Yu Trimo
negeri jiran. Apa pemerintah itu tidak bisa mengelolanya dengan baik, melindungi, mengayomi sebagaimana pekerja-pekerja asing dari Filipina, India dan Pakistan. Atau, - kalau tidak sanggup distop saja mereka itu agar tidak berangkat, dan para penyelenggara /eksportir tenaga kerja yang terbukti bersalah, hendaknya dihukum yang berat. Pemerintah apa tidak punya malu? Urus yang baik, atau stop sama sekali kalau tidak mampu mengurusnya. Jangan plinplan dan jangan berlagak, jangan kebutuhannya sendiri saja yang digelembungin. Sebentar-sebentar keluar negeri, pejabatnya anjang sana-anjang sini. Kalau begini terus, negara jiran bisa semakin kurang-ajar kepada kita. Para pejabat kita, penampilannya bagusbagus, ibarat presenter pelelangan lukisan antik. Sayang sekali otak dan hatinya tidak secerah busana dan penampilannya. : Wow, Bang Ucok sudah mulai menggeledek. Begitu, senang aku Bang, kalau aku mati, yakin anak cucuku ada
yang membela dan memperjuangkan nasibnya. Jangan petentang-petenteng tetapi otaknya digade-kan. Sekolah bisa tinggi, titel boleh berendeng, tapi kalau tidak ada hati nurani dan otaknya telatmikir, buat apa jadi pejabat. Ingat, didepan kita masih ada kehidupan lain. Khoirunisah : Betul kata Yu Trimo itu. Didalam Hadis riwayat Bukhari dan Muslim ada saya dapatkan demikian, Rasulullah s.a.w bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah (yang berharap diberi jabatan): “Wahai Abdurrahman, janganlah kamu menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu, maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu, maka kamu akan ditolong mengatasinya”. Mei Lan : Bagaimana dengan orang yang mencalonkan diri, dan membiayai kampanyenya dengan dana yang tidak kepalang besarnya. Khoirunisah : Kalau menurutku, bilamana dia orang Islam, maka langkahnya itu tidak islami. Jika dia beragama diluar Islam, dengan
Frans Gaffar
: :
Yu Trimo
Yap
:
sendirinya ketentuan tersebut tidak berlaku baginya. Terus sistim pemilihannya bagaimana ? Yah harus dicari, harus ditemukan konsep yang islami serta tidak bertentangan dengan Undang-undang Dasar Negara. Setahu saya UU Dasar tidak menentukan cara pemilihan umum, itu semua diatur oleh undang-undang pemilihan yang herarkhienya dibawah UU Dasar. Bahwa belum ketemu cara yang pas, karena masing-masing, khususnya orang Islam telah digerogoti oleh nafsu untuk menjadi Umaroh atau penguasa. Tapi ada baiknya hal ini dibahas lain kesempatan saja, agar tidak meluas dan keluar dari bahasan awal, yaitu musim mudik. : Subhanallah. Saya tambah senang dan bangga berkenalan dengan kalian semua. Bisa menggeledek, bisa menembus sana sini, tetapi juga bisa mengerem kalau persoalan bakal meluas. Saya uruskan kopinya ya. Sebenarnya gampang-gampang susah ngurus transportasi ini. Mau lebaran, mau musim mudik, mau angkutan sampah,
angkutan BBM, angkutan 9 bahan-pokok atau apa saja yang jadi problema kala itu. Yaitu, ajaklah mereka yang terlibat dan berkepentingan disitu. Jangan main putusi sendiri. Serta yang ngajak itu, hendaklah punya nalar,- ngerti, jangan pinter atau titel doang. Saya kalau lagi di bus, dengar keluhan para penumpang, dengar keluhan sopir-sopir, kenek dan juga sekali waktu ada kesempatan bisa bicara-bicara dengan pengusahanya, mereka juga senang kalau tatanan untuk transportasi itu dibenahi yang baik. Juga jangan dilupakan peran-serta para petugas dan aparat kepolisian. Tanpa semuanya itu dilibatkan secara merata dan daya-guna, saling isi, kemudian hukum dijalankan dengan tegas tanpa pandang bulu, maka tak mungkin harapan kita sebagai rakyat ini untuk menikmati hidup adil dan makmur. Sekarang ini kita hidup di Republik BBM, yaitu Banyak Bohong Melulu. Buce, Gaffar dan Tecol: Kayaknya, kita sepakat ya, bahwa ditiap sektor perlu koordinator atau pimpinan puncak yang menguasai
Yu Trimo
masalah, tidak tel-mi. Maka, bagaimana pola untuk mendapatkan pimpinan, dari bawah – menengah sampai yang tertinggi, agar mereka mampu mengemban amanat, dan tidak mengkhianatinya. Tentunya, bukan model Pil-Kada-L , yaitu Pilihan Kepala Daerah secara Langsung sekarang ini. : Itu kan teru-teru. (= n j i p l a k Negara lain !!)
9.
ALIRAN SESAT
Maraknya sering terdapat aliran sesat dimana-mana, baik di Indonesia maupun dinegeri orang, baik di ajaran Islam maupun non-Islam, telah menggerakkan Pakde Dawam suami-istri untuk datang menengok anak-anak mahasiswa yang sering berkumpul dirumahnya. Kebetulan saat itu hadir juga Bang Take dan Kang Tasrip.
***** Pakde Dawam II : Assalamu’alaikum semuanya, khususnya Bang Take dan Kang Tasrip. Semoga kehadiran kami berdua tidak mengganggu pertemuan ini. Bang Take, Kang Tasrip : Waalaikumussalam wr.wb. Kami senang dan turut gembira, Bapak dan Ibu hadir ditengah kami ini, membuat suasana akan menjadi semakin meriah. Anak-anak : Benar Pakde dan Bude. Kami telah lama menanti, kapan Pakde dan Bude bisa
meluangkan waktu ikut memberi arahan kepada kami. Pakde Dawam : Terimakasih atas antusias kalian. Kalau kami tidak hadir kesini, bukannya tidak mau, justru ingin memberi keleluasaan dan agar tidak mengganggu kalian, agar bisa rehat dan diskusi apa saja dengan tenang. Cuma, kali ini saya perlukan datang, sehubungan ada dan seringnya terjadi aliran sesat dinegara kita, khususnya dari aliran agama kita, yaitu Islam. Saya terpanggil untuk hadir kesini, juga mumpung ada Bang Take dan Kang Tasrip. Begitu kan ya Bang, juga Kang Tasrip – jangan sampai kita yang tua disini “kecolongan”, anakanak muda yang potensiel ini bervisi yang menyesatkan, baik urusan agama maupun urusan berbangsa dan bernegara. Bang Take : Benar Pakde. Itu sudah kewajiban kita mengantarkan mereka. Itupun, dengan catatan kalau mereka mau. Jaman anak muda sekarang, jauh lebih maju, segala terbuka – tetapi juga rawan penyimpangan. Semoga saja, kami yang tua-tua ini tidak dianggap kolot atau orthodoks. Khoirunisah: Bang Take bisa saja. Saya atas nama teman-teman disini, tak lupa menyampaikan
terimakasih atas keikhlasan Pakde berdua, juga Bang Take, Kang Tasrip, tak lupa pula Yu Trimo yang telah menerima kami dengan baik, serta menerima kami semua ini sebagai anak, dan sudi memberi nasehat dan arahan yang baik dan benar. Allah SWT jualah yang membalas kebaikan kesemuanya tadi. Amin. Pakde Dawam : Baiklah, mari tidak berbasa-basi lagi. Dalam agama kita, Islam – saya ingatkan, khususnya kepada diri saya sendiri, bahwa pedoman utama kita adalah Al Qur’an dan Hadis. Kita, tidak boleh kategorikan kuno ataupun kolot, tidak demokratis, karena akan menggerogoti iman kita. Sebagaimana firman Tuhan didalam Al Qur’an surat Al An’am : 116, - Dan jika engkau turuti saja kebanyakan orang-orang yang dibumi, niscaya akan sesatlah engkau dari jalan Allah. Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Malik dan Al-Hakim, Rasulullah s.a w bersabda, “Benar-benar aku tinggalkan dua pegangan yang kamu tiada akan sesat sekali-kali selama kamu berpegang kepadanya, yaitu Kitab Allah dan sunnah Nabi Nya”.
Dan kita ini sebagai umat Muhammad s.a.w, maka dengan mengikut sunnah-nya kita kaji dan dalami Al Qur’an untuk kita jalani. Allah Swt telah berfirman sesuai Al Qur’an surat Al Anbiyaa : 10 berikut, “Sungguh telah Kami turunkan kepadamu satu kitab yang didalamnya merupakan (kunci) kemuliaan kalian. Tidakkah kalian menggunakan akal.” Oh ya, hampir lupa. Untuk Mei Lan, Yap, Tecol, Frans serta Nyoman – semoga kalian tidak buru buru antipati. Kita bicarakan kebersamaan, dan kita hindari yang membuat perbedaan prinsip, sesuai iman dan agama masing-masing. Banyak peri-laku orang Islam yang tidak terpuji, tetapi agama Islam tidak mengajarkan seperti itu. Bedakan antara umat dan ajaran Islam, sebagaimana juga kalian bisa lihat orang Amerika dan pemerintah Amerika. Berimpitan, tetapi tidak identik. Juga, adakah Islam seseorang diterima atau tidak oleh Nya, maka itu adalah Hak dan Rahasia Allah Swt semata. Kami harus selalu memperbaiki diri, tak lepas selalu berdo’a, semoga sholat – ibadah serta hidup dan mati kami diterima oleh Allah Swt.
Jadi, tidak bisa arogan serta betapa kecil kami ini dihadapan Nya. Frans: Kami selama disini telah bersepakat, tidak memasuki koridor agama dan kepercayaan lain, tetapi tetap bisa dan boleh di-utarakan, sebagaimana kebersamaan kami selama ini. Bagi kami menambah wawasan, dengan niat bisa menjembatani kelompok kami masingmasing. Pakde Dawam : Nah begitu. Kami yang tua-tua ini senang mendengarnya. Yang rukun, karena tanpa persatuan, apa jadinya negara kita ini. Pemerintah bisa carut-marut, tetapi kalian-lah harapan dan pewaris negeri ini. Jangan ikutan yang tua-tua dan brengsek itu. Saya benar-benar prihatin, Negara yang dikaruniai kekayaan berlimpah, kok rakyatnya hidup sengsara. Yang jelek-jelek diakomodir, bahkan dikoleksi jadi satu, serakah – tega – budeg – gueblegh – juga buta(-hati). Apa lagi ya, itu saja dulu. Bang Take : (ketawa kecil). Rupanya bukan saya saja yang bahasanya stereo. Semua yang hadir ketawa. Tapi Yu Trimo tidak berani nyeletuk, segan dan hormat sama induk-semangnya. Pakde Dawam : Kalian yang rajin baca, pahami benar sejarah, kalau dalam agama disebut
tarikh. Jika kalian tinggalkan sejarah, bukan saja kehilangan budaya melainkan juga kehilangan sumbernya. Al Qur’an sekarang bebas beredar, dan terjemahan-pun sudah memadai. Beberapa ayat ada yang perlu direvisi dari sudut bahasa, khususnya gramatika terjemah. Ini saya tahu dari keluhan ahli-ahli bahasa Indonesia yang paham bahasa Arab. Secara prinsip, terjemah bahasa Indonesia versi Departemen Agama sudah baik. Pada masa pra-kemerdekaan, oleh Belanda cuma diboleh kan belajar Al Qur’an secara tajuid saja, baca saja. Dilarang belajar artinya. Orangtua-orangtua kita secara sembunyi-sembunyi, dan banyak ulama kita yang paham dan menguasai bahasa Arab dengan baik. Satu-satunya Al Qur’an terjemah resmi yang ada saat itu, yaitu terjemah dalam bahasa Belanda karangan van der Plast. Itupun, cendekiawan kita yang memiliki, mendapatkan dan mendalaminya dengan sembunyisembunyi. Kalian adalah keturunan orangorang pandai dan pejuang, jadi jangan ikutan saja tanpa tela’ah yang benar. Jangan taqlid secara buta, tetapi gunakan akalmu. Kita dahulu punya K.H Agus Salim, yang paham dan menguasai 6 (enam) bahasa, diluar bahasa ibu.
Kalau kalian gunakan akalmu, gali sejarah atau tarikh itu tadi, insyaallah kalian akan menemukan kebenaran, tidak bisa disesatkan dan tidak akan menyesatkan. Yang Kristen, gali itu sejarah Yesus, gali dan teliti itu kitab suci kalian yang namanya Injil, juga yang beragama Hindu Bali, gali itu sejarah dan Kitab Weda; karena dengan begitu kalian punya prinsip dan bisa bertanggung-jawab, tidak ikutan saja. Padukan dengan ilmu pengetahuan modern yang kalian peroleh dibangku kuliah. Seluruh ilmu (-yang baik dan benar) berasal dari satu sumber, Tuhan mu adalah benar-benar Maha Kaya atas Segala-sesuatu. Kalian akan menemukan kebenaran disitu ! Begitu pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini, jangan tinggalkan sejarah, perdalam dan pahami dengan sebaik-baiknya sejarah perjalanan bangsamu ini. Tempoh hari, pada jaman orde-baru – apa saja yang berbau Soekarno serta-merta disisihkan. Sedangkan banyak ide dan buku-buku Bung Karno yang baik. Maka lihatlah, bangsa Indonesia sekarang telah kehilangan sumber, tidak tahu dengan pasti, negara ini mau dikemanakan. Kehilangan
arah, semua yang baik dinegara orang, dijiplak saja. Belum lagi kalau dapat hantaran ide dari si-pemberi utang. Ini semua, karena kalian telah kehilangan sumber, tidak memahami dan mendalami sejarahmu sendiri. Gampang sesat dan mudah disesatkan! Orang cuma ramai aliran sesat dibidang agama, baik Islam maupun Kristen, terbongkar adanya aliran sesat. Karena saya bukan ulama, Bang Take juga bukan, maaf ya Bang kalau saya salah – maka saya tidak ulas aliran sesat agama tadi lebih dalam. Saya sekedar meng-ingatkan agar kita tidak terbawa arus kesesatan tadi, saling ingat mengingatkan. Maka sekali lagi, perdalam, gali dan hayati dengan baik buku-pinter kalian, yaitu Al Qur’anul Karim untuk yang Islam dan Injil untuk Kristen serta Weda untuk yang HinduBali. Paralel dengan masalah agama, maka yang tidak terbahas oleh masyarakat, adalah aliran sesat didalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita ini. Anak-anak pada teriak tertahan - w o w (begitu ?!) Pakde Dawam : Itu sinyalemen-ku, boleh disalahkan, tetapi saya tidak akan mundur dari pendapat ini. Ini sudah pakem, bukan hypothese !
Bang Take : Sinyalemen Pakde ini benar-benar “dentuman”, tapi saya membenarkan bahkan mendukung. Mari kita buat suatu tetapan atau rambu, bagaimana yang kita sebut atau anggap sesat itu. Jangan seperti tuduhan “teroris”, asal apa saja yang bertentangan dengan maunya Amerika dicap teroris. Lalu kalau Amerika sendiri memporak-porandakan negeri orang, mengacau ketenangan negeri orang, campurtangan negeri orang, sebagaimana jaman Bung Karno dahulu, apa itu bukan mBah-nya teroris? Sesudah ditetapkan definisinya, masih harus diikuti dengan kesamaan tafsir, bahasa dan visi. Contohnya, Undang-undang anti korupsi sudah ada, ternyata koruptor kelas kakap bisa bebasmurni. Dan berapa ribu lagi koruptor baru telah tercipta selama ini ? Maka untuk “sesat” tadi juga perlu didefinisikan dengan baik, sehingga ada kesamaan pegangan. Karena yang kita bahas bukan sesat agama, maka kita bisa lebih mudah, dan lugas membahasnya, ini 100% urusan manusia. Pakde Dawam : Bagaimana anak-anak. Masukan dari Bang Take ini bagus. Sumber dari berbangsa dan bernegara ini, adalah UU Dasar, Sejarah berdirinya negara ini, sebelum - saat - sesudah
proklamasi - hingga saat ini. Yang menyimpang dari garis-garis tersebut, baik tersurat ataupun tersirat, itulah - s e s a t - , jadi jangan namanya masih Indonesia tetapi kenyataannya Indonecia. Juga jangan Undang Undang Dasar 1945, tetapi didalamnya bersemayam model lembaga tinggi sistim 2-kamar, presidential tapi parlementer, ada fit and proper-test untuk eksekutip yang dilakukan oleh legislatip, dimana tanggung jawab dan wewenang presiden sebagaimana ditetapkan dalan UU Dasar ?! Dan buat kalian yang Islam, kaji dengan cermat dan benar Al Qur’an, tarikh dan sunnah yang dicontohkan oleh junjungan kita, Yang Mulia Rasulullah s.a.w. Kesesatan mana yang telah terjadi, baik dari sudut pandang agama dan juga kenegaraan. Howgh !! (Gaya Pakde Dawam terbawa emosi yang menyala, meniru Winnetou – ketua suku Apache). Frans : Kami akan banyak belajar Pakde. Khususnya sejarah kebangsaan. Banyak sekali penyimpangan di pemerintahan sekarang, biarpun banyak yang tahu. Usul-usul kan cuma masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Kemudian masih dibutuhkan keberanian untuk menyampaikannya, banyak yang masih trauma
akibat hilangnya para pemrotes dijaman Ordebaru. Pakde Dawam : Ini penyakit anak muda sekarang. Berani dan tidak berani. Jika berani – ngawur, dan jika tidak berani – tidak ketulungan, malah jadi peng-hamba alias yes-man. Bagaimana Bang, punya acuan yang mujarab ?? Bang Take : Kalau cuma berani saja, tidak modal kebenaran dan kemaslahatan, artinya cuma gede dan kuat doang, mending ikutan wrestling atau tinju prof. Tidak bakalan rugi, duwit banyak, tenar, mana pacarnya se-keranjang. Tidak berani ?? Itu adalah kerugian besar, karena keberanian tidak akan datang untuk keduakalinya !! Asal kalian sudah terpanggil, dan niat serta dilandasi kebenaran, maka insyaallah, keberanian itu menyertaimu. Jika takut, itulah yang kukatakan tadi, keberanian itu tidak akan datang buat kali yang kedua. Sarip : Banyak muatan piloshopie bertemu dengan Pakde dan Bang Take ini. Kami perhatikan Bang, untuk bekal kami melangkah. Pakde Dawam : Ingat, kalian tidak mendadak – sim sala bim, lalu jadi pintar, apalagi mengerti. Roma, tidak dibangun dalam 1 malam. Juga kalian sebelum masuk perguruan-tinggi, harus
melalui proses dan tahapan pendidikan sebelumnya. Dan juga jangan lupa, Rasulullah s.a.w mengalami proses bertingkat. Al Qur’anpun bertahap ! Jika kalian sudah menampung pembicaraan kita tadi, itu sudah baik. Sambil jalan, unsur pengertian itu akan bertambah. Ini semua proses, ada yang cepat ada yang agak lambat. Untuk mengetahui sesat dan tidak, jika kalian banyak baca, banyak bertanya kepada ahlinya, maka kalian akan selamat. Tentunya, do’a jangan dilupakan sebagai ciri umat beragama. Tecol : Yang saya amati dari kalangan non-Islam, timbul pertanyaan, apakah tidak ada “demokrasi” dalam Islam? Kan di Indonesia ini berlaku kebebasan beragama. Khoirunisah: Sejauh mereka tidak menamakan dirinya agama Islam, silahkan. Apalagi kalau pakai mendiskreditkan ajaran Islam yang baku, yaitu Al Qur’an. Yah jelas, kacau nantinya. Selain itu, orang Islam sudah baku mengimani bahwa Rasulullah Muhammad s.a.w adalah Rasul dan Nabi terakhir. Diluar dari ketentuan itu, maka iman Islam orang itu perlu dipertanyakan. Buce : Kebebasan beragama, dinegara kita ?
Khoirunisah: Bukti sudah jelas, kita semua yang disini, dari berbagai agama. Ternyata negara mentolerir. Kalau kami sendiri yang Islam, jangankan beda agama, tidak beragama-pun, kami tidak wajib melarangnya. Tetapi kalau mengatas-namakan Islam, inilah yang jadi masalah, jika dasarnya tidak benar alias sesat. Coba, bagaimana kalau ada sekelompok yang menyatakan dirinya Kristen, tetapi tidak ada kaitannya dengan ajaran Kristen yang sesungguhnya. Saya yakin umat kristiani pasti protes. Andai mereka tidak menamakan dirinya Kristen, tetapi Kris…….; yah umat kristiani tidak bisa apa-apa bukan ? Menik : Di Amerika, negara pendengung demokrasi dan HAM; ada aliran baru yang mengaku Islam “reformis”. Sholat laki-wanita kumpul, tidak perlu jilbab/mukena, toh akhirnya dilarang. Coba mereka buat suatu koloni sendiri, menjalani ritual tersebut dan tanpa menamakan diri Islam, tentunya tidak harus dilarang. Yap : Saya sepaham dengan Menik, juga Khoirunisah. Artinya sejauh namanya tidak sama, kan silahkan saja. Bagaimana kalau tafsirnya yang beda, misal di - UU Dasar, kan bisa saja terjadi beda penalaran, dimana tiap orang tidak sama
kemampuan dan pendalamannya. Saya rasakan, kita ini belum satu bahasa, secara tersirat. Makanya setiap pejabat bisa se-enak maunya dalam mengartikan dan menjalankan perundang-undangan dinegeri kita. Sarip : Dahulu dijaman Orde-Baru sudah dirintis dengan pola P-4. Sayang kurang mengena, bobotnya lebih ke politis daripada pendalaman yang sesungguhnya. Para peserta bukan antusias, selainnya terpaksa. Frans : Kamu kok tahu ? Sarip : Dari kuliah dosen kewarganegaraan. Afdhol kan, bukan karanganku?! Pakde Dawam : Masalah pentafsiran, itu tak lepas dari pemahaman dari aturan atau undangundang bersangkutan. Dan kalau sudah bersikeras, berlanjutlah urusan itu menjadi sengketa (-hukum). Masing-masing bersikukuh, dan yakin paling benar. Maka tela’ah hukumnya diambil berdasar kajian berikut, 1. B a h a s a 2. H i s t o r i s (latar belakang dibuatnya hukum tersebut) 3. T e l e o l o g i s (tujuan dibuatnya hukum tersebut) 4. P o l i t i s - I d e o l o g i s
Dari 4-tela’ah ini, akan ditemukan mana yang benar dan mana yang salah, sedangkan dalam dan dangkal-nya persepsi, tidak akan menyimpang dari nash hukum itu sendiri. Buntut-buntutnya, juga sejarah, yaitu kapan situasi yang membidani turun dan dibuatnya aturan atau hukum tersebut. Ini untuk segala urusan, baik science – agama ataupun kenegaraan. Yu Trimo yang sadar kalau kemampuannya tidak sampai kesitu, pasrah tetapi senang, puas dan ikhlas hidup disekeliling mereka ini.
*****
10. DUNIA PENDIDIKAN KITA
Habis ujian semester, sebagaimana biasa para mahasiswa yang tidak pulang kedaerah asalnya, kumpul dan mengaso dirumah Menik, putri Pakde Dawam. Mereka sudah akrab dengan keluarga disitu, juga dengan warga-desa. Selain Pak Dawam dikenal baik dan peduli atas kesulitan-hidup warga sekitar, juga anak-anak sendiri akrab dengan warga desa. Mereka melepaskan lelah, ngobrol sana-sini sampai akhirnya ketemu satu thema diskusi yang baik. Begitulah acara mereka, bicara bebas, belajar mengeluarkan pendapat dan ber inter-aksi antar sesama mahasiswa ditengah-tengah keheningan kehidupan desa, jauh dari hiruk-pikuk alam per-kotaan yang keras.
Sarip : Semalam saya mengikuti acara di salah-satu TV, ada demo dari BEM UI didalam Gedung DPR. Mereka menuntut pengesahan APBN untuk Dana Pendidikan sebesar 17,4% sebagaimana yang telah disepakati didalam UUD hasil amandemen, padahal seharusnya 20%. Rupanya, DPR telah bersepakat dengan pemerintah(-eksekutip) untuk mencadangkan APBN sebesar (-hanya) 12% saja untuk Dana Pendidikan. Lho, ini kan tidak konsekwen namanya. Apa semua acuan sebelumnya itu cuma hanya kamuflase saja, akal-akalan alias bohong besar ? Mana uang sidangnya saja cukup buat bayar kuliah kita. Tecol
: Saya juga melihat acara tersebut, ada benturan antara pihak keamanan DPR dengan para mahasiswa. Masing-masing berpegang pada pendapatnya sendiri. Pihak BEM UI, merasa bahwa kapan lagi bisa menyuarakan aspirasi mereka, dan pihak keamanan memandang perlu untuk menggusur mereka keluar dari ruangan sidang, sebab menurut
mereka, areal itu bukan tempat untuk umum. Cuma, saya berpendapat bagaimana temanteman mahasiswa itu bisa masuk, apalagi kalau jumlahnya lebih dari 10 (sepuluh) orang. Ini kan salahnya pihak keamanan. Kemudian, untuk mengatasi kejadian yang sudah terlanjur begitu, seyogyanya wakil rakyat yang ada disitu bisa menjembatani – menampung aspirasi mahasiswa dan kemudian memintanya untuk bubar-diri dengan keluar dari ruang sidang setelah menampung aspirasi mahasiswa tersebut. Jangan diadu dengan aparat keamanan, apalagi yang beringas mengusir para mahasiswa. Ini kan sudah bukan jamannya Kompeni menghadapi Bang Pitung, atau Kompeni menghadapi pak Sakerah ?? Menik : Kapan ya, ada satu “ketika”, dimana wakilwakil rakyat itu membuka diri kepada masyarakat, untuk bisa berdialog dengan baik dan enak. Bukan harus didatangi saja, kalau perlu mereka yang datang kepada rakyat. Disertai ketulusan dan niat yang benar untuk
mewakili rakyat, menampung keluhan rakyat dan mencarikan jalan keluar yang baik. Tapi bukan “anjang-sana” lho, yang sering kita dapati padat dengan hura-hura dan show, disertai uang dinas. Pikirkan yang bener rakyat ini. Sarip : Kalau bicara perihal bener-bener mikirin rakyat, saya jadi berprasangka buruk, apa masih punya “pikiran” pemerintah itu ? Buce : Jangan cuma jadi jago kandang, datanglah kepada rakyat, berdialog-lah dengan rakyat, dan hidup-lah bersama rakyat. Kalaupun anjang-sana, jangan pamer dan jangan pula berhura-hura. Masak ketempat musibah, bukan berkesan prihatin, justru seperti orang camping saja, tetapi “elit”. Mulai dari tendanya, airnya, tempat mandinya juga kamar-kecilnya. Rakyat yang terkena musibah, lebih dari sekedar itu kebutuhannya. Untuk makan dan minum mereka juga butuh sekali, tidak perlu mewah, tidak mutlak 4-sehat 5-sempurna. Pejabat yang camping ditempat musibah kan cuma 1 a 2malam saja. Bekal makanannya tidak
ketulungan cukupnya, mana mungkin bisa merasakan penderitaan yang terkena musibah ?? Belum lagi pengawalan dan pengamanan yang ketat, mana merasakan kalau rakyat yang terkena musibah itu juga hatinya tidak tenang, khawatir barangnya yang sedikit, juga keselamatan dirinya terancam dari penggarongan. Frans : Ini sebenarnya juga termasuk “pendidikan”, kendati informal. Memberikan contoh, mendidik lewat kebiasaan yang baik. Cuma yang bener. Tidak segalanya harus lewat bangku sekolah. Pola-hidup para pejabat, kebiasaan yang mudah diserap dan baik untuk rakyat, itu juga bernuansa mendidik. Topdown, kata SBY sebelum jadi presiden dahulu. Entah, bagaimana kampanye calon-calon Gubernur, calon Walikota, calon Bupati, calon Kepala Desa pada saat berminat sekali untuk menjabat. Mei Lan : Juga jangan dilupakan janji partai-partai sebelum menang di pemilu. Sebelum mendapat
posisi, segala janji di-obral, “seakan “ pintar dan mampu mengatasi masalah. Nanti, setelah jadi, menduduki jabatan, pemimpin pemerintahan atau wakil rakyat, dari tingkat bawah sampai pusat, kumat bodo-nya. Sedikitsedikit studie-banding keluar negeri. Menik : Kalau kita yang rakyat kecil ini, sekolah – agar pandai. Kemudian bekerja, berkarya, membawa bekal dari apa yang kita pelajari untuk menyelesaikan tugas pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Kata Bapak, selesai dari dunia pendidikan bukan berarti tutup-buku, tetap harus belajar dan menambah pengetahuan agar bisa meningkatkan mutu dan pekerjaan kita. Gaffar : Menurut Imam Syafi’ie , menuntut ilmu lebih utama daripada ibadah sunnah. Menurut Umar bin Khattab r.a, apabila engkau melihat orang yang berilmu mencintai dunia, maka curigailah dia mengenai agamanya. Karena setiap orang yang mencintai sesuatu, pasti akan disibukkan dengan apa ang dicintainya.
Khoirunisah : Ilmu, tidak bisa lain selainnya dengan belajar. Dan belajar tidak selamanya harus dibangku sekolah. Cuma, tanpa sekolah(formal) kan tidak dapat ijazah. Ini juga menjadi kendala. Pemerintah disatu sisi mengagung-agungkan ijazah, khususnya gelar; sementara disisi lain tidak mampu menyelenggarakan segi pendidikan formal yang memadai, baik kwalitas, maupun pendanaan. Buktinya, dengan disunnatnya anggaran pendidikan yang sebelumnya telah lama disepakati. Dari dua sisi-negatip pemerintah ini, maraklah berdiri sekolah-sekolah swasta, dari TK sampai perguruan-tinggi. Ada yang berbobot dan banyak pula yang 100% komersiel. Belum lagi munculnya ijazah palsu dan gelar palsu. Ini semua merupakan tanggungjawab pemerintah didalam mengelola dunia pendidikan, bukan sekedar berdirinya sekolah dan pendanaan-nya saja, melainkan juga pola dan sistim pendidikan yang diadakan. Dunia pendidikan secara menyeluruh, sangat erat
kaitannya dengan tehnology.
wilayah
science
dan
Rupanya, tanpa disadari oleh anak-anak yang lagi asik berdiskusi tadi, Pak Dawam, Bang Take dan juga Kang Tasrip telah berada tidak jauh dari mereka dan ikut mendengarkan. Pak Dawam : Ma’af. Kami bukan mencuri dengar, tetapi tidak enak mengganggu keseriusan kalian berdiskusi. Tetapi, akhirnya kami tidak kuat, dan ingin juga menyampaikan pendapat. Yang hadir : Ah, Pakde ini bisa saja. Dengan senang hati kami mencari arahan dari manapun datangnya. Juga Bang Take dan Kang Tasrip, ditunggu partisipasinya. Anggap kami ini adik, atau anak; jangankan diberi arahan, dimarahipun dengan hati terbuka kami terima. Pak Dawam : Terimakasih atas kepercayaan kalian. Saya tertarik, masalah ijazah khususnya gelar palsu tadi. Ini semua karena pola pemerintah kita, memberi bobot-lebih kepada ijazah serta gelar daripada ketrampilan dan kesungguhan
orang bekerja. Ijazah yang pada puncak dunia pendidikan(-formal) berujung dengan mendapat gelar, jangan-lah diartikan segalagalanya. Banyak yang bergelar dinegara kita ini, tetapi penempatan dan tugasnya tidak sesuai dengan disiplin ilmu-nya. Ini kan sama dengan “the right man not on the right place”. Dan siapa mereka itu ? Konco-konconya, sanakkeluarganya, kroni-nya !! Ini berdampak luas, saling tolong-menolong, tutup-menutupi kekurangan dan kelemahan, akhirnya saling berjamaah melakukan permalingan dinegara kita ini. Frans, ngerti, permalingan itu apa ? Ini adopsi dari bahasa Jawa. Frans : Belum tahu dengan pasti Pakde. Cuma kirakira saja, pokoknya yang tidak benar dan tidak baik. Pak Dawam : Itu, identik dengan k o r u p s i !! Korupsi kan tidak beda dengan maling(-ayam), bedanya kalau curi ayam langsung, dimana saja – kapan saja. Kalau korupsi, pakai meja, pakai kantor dan pakai grup. Jadi melibatkan sistim,
kelompok, juga di-program atau di-rencanakan. Kalau maling, itu mendadak, ada kesempatan, saat pemiliknya lengah. Kalau korupsi, celah atau kelengahan tadi dibuat, diadakan, sehingga dia atau kelompoknya bisa mencuri. Nah, pencurian yang terencana ini yang disebut korupsi. Tapi lain kesempatan saja kalau mau bicarakan korupsi, bisa panjang dan menarik. Ijazah palsu dan gelar palsu tadi, buntutnya juga kesalahan visi pemerintah. Pemerintah terlalu memberi nilai-lebih untuk ijazah, apalagi gelar. Maka jangan heran, bagi yang memiliki gelar, maka dipajanglah dikartu nama, dimejakerja, juga dipapan nama rumah. Kadang mirip ulil (itu temannya si-Komo), karena banyaknya gelar, apalagi kalau militer, sudah ber-haji, maka tambah lagi sambungan gerbongnya. Bang Take : Benar kata Pakde-mu tadi. Dan pemerintah sendiri tidak memberi contoh yang baik. Begitu bangga-nya orang-orang pemerintah menggunakan gelarnya, sampai lupa bagaimana aplikasi-nya. Dinegara-negara
maju, orang-orang pemerintah, terutama yang menduduki jabatan politik, rata-rata bergelar, tetapi tidak ditulis. Karena gelar tadi tidak klop sama dengan dunia yang digelutinya. Kalau dosen, dan para guru disekolah, itu wajib mencantumkan gelar, karena hal itu merupakan kredibilitas bahwa dia mengajar bidang studie tersebut sesuai dengan bidang studienya dahulu. Kalau yang berkecimpung dijabatan poltik, tidak ada yang mencantumkan gelarnya. Jimmy Carter, itu presiden Amerika yang dahulu; dia adalah Doctor dibidang astronomi. Clinton, Helmut Schmidt, Willy Brandt, Abe dan lain-lain menteri Jepang, hampir semua bergelar, tetapi tidak pernah ditulis. Dinegara kita, Haji-pun buru-buru dicantumkan ? Apa Rasulullah itu bukan Haji ? Apa 4 Khalifah itu bukan Haji ? Toh beliau-beliau ini, dibuku-buku Islam tidak pernah ada dicantumkan status Haji-nya. Dinegara kita ini, jadinya orang senang pamer, riya, gila-gelar, gila pangkat.
Sarip : Balik lagi, harus TOP-DOWN. Yang diatas memberi contoh yang dibawah. Didalam sholat, kalau Imam sujud, rakyat sujud. Imam berdiri, rakyat berdiri. Sekarang ini kan yang diatas pamer kebawah, “ngejago”. Pamer, serta a-bidin, atas biaya dinas. Dimana-mana, banyak kunjungan-kunjungan pejabat, anjang-sana, anjang sini, anjang situ. Lama-lama kalau rakyat sudah muak, bisa-bisa mereka teriak : (Hey-)anjing-sini ! Ha – ha – ha. Pak Dawam : Lupakan saja slogan Top-Down itu. Kampanye sudah lewat lama. Buktinya yang kita tunggu. Perihal gelar-gelar tadi, marilah kita simak pendapat-pendapat berikut, Akio Morita – seorang usahawan Jepang, # Pendidikan tinggi memang perlu, tetapi untuk mengukur segala-galanya berdasarkan diploma atau gelar-kesarjanaan adalah salah. # Selama kita mengagung-agungkan Diploma atau gelar kesarjanaan maka kaum muda akan berusaha untuk mendapatkan gelarnya tetapi tidak cinta akan ilmu-pengetahuan.
Ini yang harusnya ditindak-lanjuti oleh para pemimpin kita, baik yang didalam maupun diluar pemerintahan, juga yang aktiv di-partai maupun tidak. Susun sistim dan pola pendidikan, berikut kurikulum yang tepat-guna. Jangan sewot lihat negara orang, lebih-lebih tetangga dekat; kasus nilai UAN misalnya, mau diperketat, tidak boleh ada nilai 5 (a 5.5) untuk setiap mata-pelajaran. Kemudian sewot lagi, tetangga bikin sekolah internasional, terus nyontek. Sekarang mulai dikembangkan untuk tingkat SLTP, dibeberapa kota didirikan sekolah internasional. Kalau mau jujur, sekolah internasional itu, jumlah mata-pelajarannya tidak banyak, sekitar 6 (baca: enam mata pelajaran!!), diperdalam, dan nilainya per matapelajaran tidak boleh kurang dari 6 (enam). Wajar, kan !! Tanyakan Bang Take, juga Kang Tasrip, bagaimana jaman semasa kami sekolah. Bang Take : Jaman saya sekolah dahulu, mata pelajaran tidak sebanyak sekarang, tetapi jauh
lebih mendalam daripada adik-adik sekarang. Untuk SMA ( = SLTA), sudah dipisah Bagian A (Sastra), Bagian B (Ilmu Pasti dan Alam) dan Bagian C (Ekonomi). Mulai kelas 3 SMP (sekarang SLTP), sudah dijuruskan, yaitu kelas 3A (untuk melanjutkan ke SMA A atau SMA C). Untuk kelas 3B, melanjutkannya ke SMA B atau ke SMA C. Diluar itu ada sekolah-sekolah kejuruan, STM, SMEA, Analis dan SGB/SGA untuk calon guru. Semuanya lebih berbobot dibanding sekarang. Kala itu, Malaysia juga Filipina, banyak membutuhkan tenaga guru dari Indonesia, lho sekarang terbalik, kita njiplak sana dan kirim TKI. Mundur banyak kan ?! Sarat kelulusan tetap ada, tidak boleh ada angka 3 (tiga), dan punya batas nilai minus 5k untuk bisa lulus. Nilai 4 disamakan dengan 3k, persisnya lupa saya. Ini bisa dianggap imbang, bilamana angka yang lain ada yang 9 atau 2-kali nilai 8, untuk nilai ujian 5, dianggap 2k, ini hanya bisa ditebus dengan 1 nilai 8, atau 2-kali nilai 7. Sehingga , kalau tidak punya nilai penebus, maka kandungan k hanya bisa
maksimal 5k. Tidak ada keberatan, dan yang dinyatakan tidak lulus bisa menerima. Cukup transparan, dan bagi yang merasa ada kekurangan disalah-satu mata pelajaran, yah usahakan jangan mendapat nilai angka-mati (nilai 3), dan imbangi dengan mata pelajaran lain kesenangannya dan raih nilai setinggi mungkin, untuk menebus. Ini tidak memberatkan ! Justru “demokratis” disegi perolehan nilai. Tidak semua siswa menguasai dan menyenangi semua mata pelajaran. Belum lagi faktor pengajarnya, tidak semua guru mengajar dengan baik. Kalau model kurikulum sekarang, mata-pelajaran banyak variasi, jika dituntut setiap mata pelajaran tidak boleh kurang dari 6; maka kasihan mereka yang kurang mampu otaknya, dan yang tidak senang dengan pelajaran tertentu. Mereka yang senang membuat aturan-aturan itu kan tahunya Indonesia itu cuma Jakarta. Ketrampilan dan kepandaian seseorang tidak merata untuk semua pelajaran. Apalagi, kalau kurikulum-nya tidak pernah baku. Berapa kali kita ini mengalami
ganti sistim kurikulum, pada akhirnya kalau “gagal” baliknya ke situ-situ lagi. Fasilitas apa yang sudah diberikan oleh pemerintah, apa sudah merata untuk seluruh sekolah, khususnya gedung/bangunan, buku-buku dan tenaga pendidik. Saya sedih dan prihatin. Guru-guru belum semuanya laik tempur. Cukup banyak guru tidak menguasai dengan baik mata pelajarannya. Itu dari SD sampai perguruantinggi. Ini semua selain butuh dana untuk membangun mereka, juga jangan dilupakan, pola,- sistim, - kurikulum juga harus dicermati dan dikaji-ulang. Hampir semua sektor dinegara kita ini diacak-acak. Perlu petinggi yang handal, - jujur, - mengerti. Buce : Naga-naganya, kita ini ibarat barang komoditi saja. Frans : Para pejabat kita senang ganti-ganti aturan. Asal ganti pejabat baru, ganti aturan bukannya ganti kebijaksanaan saja. Apalagi ganti menteri, ganti presiden. Kapan sampainya, kalau maju selangkah – mundur dua langkah. Mereka
selesai menjabat, bubar-jalan, - gerak – sudah, tutup buku. Kita masih berkutet menanggung kebablasannya (bukan kebijaksanaannya). Tecol : Ada yang salah dari bangsa kita ini, yaitu tidak menghargai pendahulu-pendahulunya. Bukan ceremonial, melainkan benar-benar menghargai. Ini kan bagian dari tidak meninggalkan sejarah. Sarip : Mau bagaimana kita menyikapi semua ini ? Diam salah, bertindak salah, mau apa ? Kita ini rakyat, usul - tidak ditanggapi, datang ramerame dicap demo, dibenturkan sama keamanan. Mau begini terus, menunggu 350 tahun dijajah Bangsa-nya sendiri kemudian datang Jepang menjajah kita, kemudian baru merdeka ?? Thamrin : Berarti ada tahapan setara dengan Perang Dunia ke-II, bukan masalah internal kita saja, melainkan situasi internasional. Menik : Jika begitu, kan halnya menunggu nasib, sampai nanti suatu ketika ada Goro-goro.
Mereka bubaran, selain sudah malam, juga Pak Dawam – Bang Take dan Kang Tasrip sudah meninggalkan mereka, karena ada masalah lain.
*****
Untuk pemesanan buku ini secara komplit dapat menghubungi yayasan Anita Kusumawardhani, email ke
[email protected]
