TINGKAT KESADARAN MEREK MAJALAH ROLLING STONE (Studi Deskriptif tentang tingkat kesadaran merek majalah Rolling Stone pada SLANK’ERS Potlot Jakarta Selatan)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaKomunikasi Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Marcomm
Disusun Oleh: Nama : Hendra Pujiadi NIM : 04302-058 Jurusan : Marcomm
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI…………………………………… LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI…………………………………………….. LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI………………………………. ABSTRAKSI………………………………………………………………………... KATA PENGANTAR………………………………………………………………. DAFTAR ISI………………………………………………………………………… DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang masalah………………………………………
1
1.2
Perumusan Masalah………………………………………….
6
1.3
Tujuan Peneltian……………………………………………..
6
1.4
Manfaat Penelitian…………………………………………...
6
KERANGKA TEORI………………………………………………..
7
2.1
Pengertian Komunikasi………………………………………
7
2.2
Media Massa…………………………………………………
8
2.3
Majalah Sebagai Media Massa Cetak………………………..
10
2.4
Merek………………………………………………………...
12
2.4.1 Pengertian Merek………………………………………
13
2.4.2 Manfaat Merek…………………………………………
14
Kesadaran Merek…………………………………………….
16
2.5.1. Ekuitas Merek Berdasar Pelanggan Dan Produsen…...
18
2.5.2. Hubungan ekuitas Merek Dengan Kesadarn Merek….
21
METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….
31
3.1
Sifat Penelitian……………………………………………..
31
3.2
Metode Penelitian…………………………………………..
32
3.3
Populasi dan Sampel………………………………………
33
3.4
Definisi Konsep……………………………………………
34
2.5
BAB III
i ii iii iv v x xii xiii
x
BAB IV.
BAB VI
3.5
Operasionalisasi Konsep………………………………….
35
3.6
Tekhnik Pengumpulan Data………………………………
35
3.7
Analisa Data………………………………………………
36
Hasil Penelitian…………………………………………………..
37
4.1.
Gambaran Umum Majalah Rolling Stone……………….
37
4.2.
Hasil Penelitian………………………………………….
38
4.2.1 Karakteristik Responden………………………….
39
4.3.
Piramida Brand Awareness……………………………
40
4.4.
Kebiasaan Responden Membaca Media………………
49
4.5.
Pembahasan……………………………………………
60
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………
61
5.1
Kesimpulan………………………………………….
62
5.2
Saran………………………………………………...
65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1.
Operasinalisasi Konsep………………………………………….40
xi
2. Tabel 4.1.1
Usia………………………………………………………………41
3. Tabel 4.1.2
Jenis Kelamin…………………………………………………….42
4. Tabel 4.2.1
Top of Mind Brand awareness………………………………… 44
5. Tabel 4.2.2
Brand Recall or Brand Awareness……………………………….46
6. Tabel 4.2.3
Brand Recognition of Brand Awareness…………………………47
7. Tabel 4.2.4
Awareness Responden terhadap majalah Rolling Stone…………48
8. Tabel 4.2.5
Awareness Responden terhadap majalah Rolling Stone di media cetak surat kabar………………………………………….49
9. Tabel 4.2.6
Perhatian responden terhadap iklan Rolling Stone di media cetak surat kabar…………………………………………………50
10. Tabel 4.2.7
Perhatian responden terhadap informasi iklan majalah Rolling Stone di media cetak surat kabar……………………….51
11. Tabel 4.2.8
Perhatian responden terhadap iklan majalah Rolling Stone pada spanduk…………………………………………………….52
12. Tabel 4.2.9
Perhatian responden terhadap informasi iklan majalah Rolling Stone pada spanduk……………………………………..53
13. Tabel 4.2.10
Awareness responden terhadap majalah Rolling Stone pada poster……………………………………………………….54
14. Tabel 4.2.11
Perhatian responden terhadap poster majalah Rolling Stone……55
15. Tabel 4.2.12
Perhatian responden terhadap informasi yang ada pada poster majalah Rolling Stone……………………………………56
16. Tabel 4.2.13
Pengenalan responden terhadap logo Rolling Stone…………….57
17. Tabel 4.2.14
Logo Rolling Stone………………………………………………58
18. Tabel 4.2.15
Awareness responden terhadap logo Rolling Stone……………...59
19. Tabel 4.3.1
Frekuensi membaca media cetak……………………………… 60
20. Tabel 4.3.2
Media cetak surat kabar………………………………………….61
21. Tabel 4.3.3
Media cetak tabloid yang di baca……………………………… 62
22. Tabel 4.3.4
Media cetak majalah yang dibaca……………………………… 63
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri musik, tidak bisa dilepaskan dari media massa. Salah satunya adalah media cetak. Media cetak di Indonesia sudah semakin berkembang dewasa ini. Mula dari majalah anak sampai majalah dewasa. Isinyapun juga beragam, mulai dari pariwisata, otomotif, kesehatan, interior, dan musik. Dilihat dari jenis – jenis majalah tersebut. Majalah musik yang pertama kali terbit di Indonesia adalah majalah aktuil. Aktuil adalah media massa cetak dengan format majalah pertama yang mengandalkan berita musik sebagai sajian utamanya. Majalah ini tebit untuk pertama kalinya pada 8 juni 1967. Tetapi, majalah ini hanya bertahan hingga tahun 1981. Setelah aktuil media massa cetak musik bermunculan diantaranya majalah MTV TRAX, Poster, News musik, popcity, tabloid rock, Rolling Stone 1 . Dengan demikian menjadi sangat penting bagi produsen untuk merebut pasar melalui merek yang di milikinya sebagai salah satu sumber asset terbesar bagi perusahaan. Berbagai perusahaan dan investor akan menyadari sebagai asset perusahaan yang paling bernilai. Ini merupakan konsep yang sangat penting sekaligus merupakan visi mengenai bagaimana mengembangkan, memperkuat, mempertahankan, dan mengelola suatu perusahaan sehingga akan menjadi lebih penting untuk memiliki pasar ketimbang pabrik. 1
Skripsi, oleh Soleh Solihun, Perjalanan majalah di Indonesia, studi historis majalah di Indonesia yang menyajikan musik sebagai sajian terbesarnya, Universitas Padjajaran, Fakultas Ilmu Komunikasi, Bandung 2004 hal 3
1
2
Menekankan bahwasannya sangatlah penting bagi perusahaan untuk mempunyai merek yang kuat. Banyak perusahaan – perusahaan besar yang mulai menyadari pentingnya untuk merek yang kuat. Merek yang kuat berarti ekuitas merek yang kuat pula. Dalam peta persaingan yang ketat perusahaan di wakili oleh merek. Mereklah yang secara riil berhubungan dengan konsumen. Merek bukan terletak di kemasan produk, tetapi dalam persepsi komsumen. Dalam dinamika kompetisi antara merek dalam benak konsumen, merek harus mempunyai kedudukan yang unik jika dibandingkan dengan merek lain. Sehingga di perlukan positioning merek yang tajam, yang menggambarkan diferensiasi di bandingkan kompetitor. Di dasari atas kekuatan ekuitas merek yang ada pada group band Rolling Stone, maka pada pertengahan tahun 2005, terbit majalah Rolling Stone di Indonesia oleh PT JHP Media, majalah Rolling Stone versi Indonesia yang menceritakan pemusik dari luar negeri maupun dari dalam negeri 2 . Adapun isi atau rubrik –rubrik tetap majalah Rolling Stone tetap adalah : Rs Graffiti, R&R, Faal out Boy, Ungu, Fashion Issue, Fashion, Rs Fashion Spring Style, Rolling Style, The End Of Tibet, South Park, Rs Classic, Quiz, Review & New Cds, Review & Live. Banyaknya bonus yang terdapat di majalah Rolling Stone. Tampilan majalah Rolling Stone membahas masalah para pemusik dari dalam negeri maupun dari luar negeri dari aksi panggung si pemusik sampai gaya
2
www.Rolling Stone.com
3
berpakaian pemusik. Tampilan visualnya di buat semarak dengan beraneka ragam warna. Terdapat bermacam – macam gaya penulisan, tata letak, sertai gambar atua foto dan isi rubrik sesuai dengan peristiwa yang sedang terjadi. Untuk bertahan dalam kondisi persaingan yang ketat ini maka hampir setiap majalah musik melakukan kegiatan promosi untuk memasarkan produk yang mereka tawarkan kepada konsumen. Untuk melakukan tindakan promosi di dalam pemasaran, pengiklan dapat menggunakan media yang sekiranya sesuai dengan tujuan dari melakukan tindakan promosi. Kita bisa melihat di mana para pengiklan mengunakan hampir seluruh media yang ada untuk mendukung kampanye periklanan yang berjuan untuk meningkatakan brand awareness dalam benak masyarakat. Peneliti tertarik memilih majalah Rolling Stone sebagai objek karena majalah Rolling Stone itu mengambil nama/ terilhami dari sebuh group band musik dari Inggris yang bernama Rolling Stone, yang kita ketahui bahwasanya group musik Rolling Stone sangat melegenda hingga sampai sekarang dan sangat di sukai oleh para pecinta musik rock. Dengan adanya majalah Rolling Stone di Indonesia peneliti tertarik untuk melihat dari sisi kesadaran merek. Alasan peneliti memilih brand awareness sebagai objek penelitian karena melihat meningkatkan kesadaran adalah sesuatu mekanisme untuk memperluas pasar merek, kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku dan kesadaran merek merupakan kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya, jika kesadaran itu sangat rendah maka hampir di pastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah.
4
Brand awareness merupakan proses penyadaran khalayak bahwa suatu merek itu ada, oleh sebab itu para pemilik merek harus menyusun dan melaksanakan
perencanan
pemasaran
untuk
mempublikasikan
mereknya.
Sebagaitahap awal dalam brand equity, yakni mengkomunikasiakn asosiasi merek dan ciri khas dari produk, sehingga merek dan produk dapat sejalan. Hal ini berlaku bagi semua perusahaan baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Banyak perusahaan asing yang membuka cabangnya dinegara lain, merasa sudah dikenal dinegara asal produk kebanyakan cabang yang dibuka di negara lain tidak memetingkan adanya promosi untuk pengenalan kembali kepada konsumen barunya di negara tersebut. Ini yang menjadi kesalahan, karena setiap negara mempunyai karakter yang berbeda- beda termasuk penerimaan produk. Oleh sebab itu perlu dianjurkan bahwa setiap produk perlu di komunikasikan ke khalayak umum.
1.2. Perumusahan Masalah Berdasarkan uraian peneliti mengenai latar belakang masalah yang akan di teliti, peneliti merumuskan masalah yang akan di analisis adalah : “Bagaimana Brand Awareness Majalah Rolling Stone di benak khlayak”?
1.3. Tujuan Penelitian “Ingin mengetahui brand awareness majalah Rolling Stone di benak khalayak.
5
1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis : Peneliti ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan Ilmu komunikasi, khususnya bidang periklanan yang berkaitan dengan kesadaran merek (Brand Awareness). 2. Manfaat Praktis : Peneliti ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau saran – saran positif kepada majalah Rolling Stone yang ada untuk dapat mengetahui tingkat kesadaran merek khalayak terhadap majalah Rolling Stone mereka. Dan juga untuk mengetahui media apa saja yang dianggap cocok untuk dipakai dalam beriklan.
6
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial sehari-hari. Komunikasi pada dasarnya suatu proses menstimuli dari seseorang individu terhadap individu lain dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti 3 . Komunikasi juga pada prinsipnya merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui suatu media. Sedangkan Komunikasi menurut pengertian dari Donlad Byker dan Loren J. Anderson Komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih 4 . Selain itu juga dapat dikatakan bahwa setiap pesan yang dilancarkan oleh komunikator kepada komunikan bertujuan mempengaruhi komunikan kearah sikap dan tindakan yang diinginkan oleh Komunikator. Apabila pelaksanaan keinginan ini tidak terjadi bisanya komunikator cenderung berpikir, bahwa pesan tidak mencapai sasaran. 5 Proses komunikasi adalah proses pengoperan dan penerima lambang yang mengandung arti dari individu ke satu individu yang lain, atau dari kelompok ke satu kelompok yang lain. Proses komunikasi melalui media berarti proses pengoperan dari lambang-lambang yang mengandung arti yang dioperkan melalui saluran-saluran yang dikenal sebagai pers, televisi, radio, telepon, teleks, dan lainlain.
3
Sumarno, Dimensi-dimensi komunikasi Politik, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989, hal 7 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi suatu pengantar, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001, hal 69 5 Phil. Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, IKAPI, Jakarta, 1988, hal 1 4
6
7
Periklanan sebagai suatu bentuk komunikasi yang dapat di terapakan secara umum melalui formula Harold D.Laswell (1984) yang juga digunakan peneliti sebagai objek penyusun skripsi ini. Cara yang tepat untuk sebuah tindakan komunikasi adalah menjawab dengan pertanyaan-pertayaan dibawah ini : Who (siapa), Say what (mengatakan apa), In which channel (dengan saluran mana), with what effect (dengan efek bagaimana). 6 Terkait teori diatas dimana suatu rencana strategi periklanan digunakan dengan berbagai macam media baik media lini atas maupun media lini bawah dengan tujuan meningkatkan bran awareness masyarakat terhadap yang dalam hal ini adalah majalah musik.
2.2. Media Massa Komunikasi menurut keadaannya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi interpersoanal di Bantu mesin ( machine – assisted), dan komunikasi massa 7 . Joseph R. Dominick mendefinisikan komunikasi massa sebagai mass communication refers to the process by which a complex organization with the aid of one or more machines producers and transmits public message that are directed at large, heterogenous, and scattered audience 8 .
6
Putu Luxman S Pendit, Model-model komunikasi, Uni Primas, Jakarta 1985, Hal : 1 Joseph R Dominick, The Dynamics of Mass Comununication, Innternational Edition, The MeGraw- Hill Inc Hal : 12 8 Ibid Hal : 17 7
8
Komunikasi massa berdasrakan uraian Dominick merujuk pada organisasi yang kompleks dan memiliki fungsi sebagai komunikator untuk mengrim pesan – pesan yang bersifat umum kepada komunikan yang luas dan heterogen. Devito mendefinisikan komunikasi massa dengan lebih tegas. Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komuniasi yang disalurkan oleh pemancar – pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku. 9 Sedangakan DeFleur dan Dennis mengartikan komunikasi massa sebagai ; Mass communication is a process in which professional communicator use media to disseminate messages widely, rapidly, and continually to arouse intended meaning in large and divese audiences in attempts to influence them in variety of ways 10 . Berdasarkan beberapa definisi di atas komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi massa dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar , heterogen, anonim, melalui media massa cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak pada saat yang sama dengan umpan balik yang tertunda. 9
Effendy Opcit hal 21 Melvin De Fleur & Everret E Dennis, Understading Mass Communication, Second Edition Hougton Muffin Company, Boston 1985 hal 10
10
9
2.3. Majalah sebagai Media Massa Cetak Majalah merupakan salah satu media massa yang digolongkan sebagai pers/media cetak yang banyak digunakan untuk melakukan komunikasi massa pendamping surat kabar. Menurut Melvin deFleur majalah memiliki format tampilan yang lebih baik dari pada surat kabar. Kelebihan majalah tersebut antara lain menggunakan kertas yang berkualitas yang lebih baik dan terikat rapi (tak sekedar di lipat) dan mempunyai sampul kulit muka yang bagus 11 Majalah memiliki sifat dan cirinya sebagai media massa, berusaha memenuhi kebutuhan info khalayaknya yaitu : 1. Majalah sebagai media massa memiliki sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki dan membedakannya dengan jenis media massa lainnya seperti televise dan radio yaitu terekam. Berita – berita yang disiarkan majalah tersusun dalam alinea, kalimat dan kata-kata yang terdiri dari huruf –huruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian tiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca tiap saat dan dapat dikaji ulang, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu. 2. Menimbulkan perangkat mental yang aktif, karena berita-berita majalah yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak mati di atas kertas, maka untuk dapat mengerti
11
Melvin de Fleur & Everent E Dennis, Understanding Mass Comunication, 1985, hal 261
10
makananya pembaca harus menggunakan perngakat mentalnya secara aktif. 12 . Industri majalah kemudian di mulai dengan suatu resep baru untuk sukses yaitu : Spesialisasi dan berorietansi pada gaya hidup tertentu (lifestyle). Industri biasanya mengkategorikan konsumen majalah dalam rangka mencari target audience. Tentunya yang menjadi penentu isi dari suatu penerbitan adalah apa yang menjadi keinginan, kebutuhan, ketertarikan, dan harapan dari pembaca 13 F. Fraser Bond mengkategorisasikan majalah ke dalam sembilan kategori yaitu : 1. Majalah popular (popular magazine) : yaitu majalah yang berisi artikel masalah
actual dan kemanusiaan.
2. Majalah wanita ( Women’s Magazine) : yaitu majalah yang berisi fiksi, artikel dan ilustrasi dengan materi sesuai dengan selera wanita seperti memasak. 3. Majalah Bermutu (Qualified Magazine) : yaitu majalah yang berisi cerita roman artikel dengan mutu sastra yang tinggi. 4. Majalah kritik dan opini (Critics and Opinion Magazine) : yaitu majalah yang berisi ulasan dan pendapat, jarang memuat cerita atau roman. 5. Majalah berita (News Magazine) : yaitu majalah yang berisi berita– berita aktual mingguan, isinya padat. 12
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, teori, dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya, Bandung 1993 Baran, Stanley J, Intoduction to Mass Communication, Media Literacy & Culture, Second Edition, The McGraw-Hill Companies, Inc. 2002 hal 81 13
11
6. Majalah ringkasan (Summary Magazine) : yaitu majalah yang berisi artikel yang sudah diringkas dari majalah atau terbitan lain. Biasanya dengan format ukuran saku. 7. Majalah bergambar (Pictorial Illustrated Magazine) : Yaitu majalah yang berisi gambar (foto-foto) sebagai salinan utama. 8. Majalah Mode ( Fashion Magazine) 9. Majalah Khusus (Specialized Magazine) : yaitu majalah yang berisi subjek seperti film, musik, teater, dan lain-lain. 14 Majalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah majalah musik. Menurut Kurniawan Junaedhie seperti termuat dalam bukunnya Rahasia dapur majalah musik Indonesia, majalah musik adalah media cetak yang tebit secara berkala, tapi bukan terbit setiap hari, bersampul, setidaknya-setidaknya punya wadah, di jilid atau sekurang-kurangnya memilki sejumlah halaman tertentu, berformat tabloid atau format majalah dan menjadikan berita musik sebagai sajian terbesarnya 15 . Namun, kenyataan di Indonesia membuktikan bahwa tidak sedikit majalah musik yang pernah dan masih terbit, tidak hanya menyajikan berita musik. Mereka menggabungkannya dengan fashion, atau bahkan menjadikan foto-foto sebagai daya tarik majalah itu. Dengan begitu, kalau kita merujuk pada uraian Bond, maka majalah Rolling Stone bisa digolongkan ke dalam gabungan antara specialized magazine, fashion magazine dan pictoraial illustrated magazine.
14 15
Bond, Fraser F, 1975, hal 425 Kurniawan Junaedhie, Rahasia Dapur Majalah Indonesia, PT Gramedia, Jakarta 1995
12
2.4. Merek 2.4.1. Pengertian Merek Salah satu hal penting yang nantinya harus dilakukan oleh perusahaan adalah mengenai keputusan pemberian merek. Merek bisa menambah nilai suatu produk sehingga ia merupakan salah satu aspek yang penting dalam suatu strategi produk. Suatu merek yang kuat akan mendapatkan kesetian dari konsumen meskipun harga produk tersebut lebih tinggi dari harga pesaingnya. Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang, atau disain, atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk-produk milik pesaing. 16 Sedangkan menurut David A. Aaker Merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang penjual atau sekelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor. 17 Pada dasarnya suatu merek juga merupakan janji penjual untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri-ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada para pembeli. Merek yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan kualitas. 18 Maka perusahaan dan investor akan menyadari merek sebagai aset perusahaan yang paling bernilai. Ini merupakan konsep yang sangat penting 16
Philip Kotler, Op.Cit, hal 91 David A.Aaker, Manajemen Ekuitas Merek, Mitra Utama, Jakarta, hal. 89 18 Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa, ANDI Yogyakarta, hal. 76 17
13
sekaligus merupakan visi mengenai bagaimana mengembangkan, memperkuat, mempertahankan, dan mengelola suatu perusahaan sehingga akan menjadi lebih penting untuk memiliki pasar ketimbang memiliki pabrik. Satu-satunya cara untuk menguasai pasar adalah memiliki pasar dengan merek yang dominan.
2.4.2 Manfaat Merek Produsen lebih senang memberikan merek untuk produk mereka, walaupun ini jelas mengakibatkan biaya yang cukup banyak. Karena merek mempunyai peranan penting baik konsumen maupun bagi produsen. Dengan merek konsumen dapat mengenali suatu produk atau jasa yang dapat memuaskan keinginan mereka, disamping itu merek juga dapat menjadi pembanding akan kualitas dalam satu kategori produk tertentu. Bila dikaitkan dengan peneltian ini maka dengan merek yang mempunyai kesadaran yang tinggi dibenak khalayak maka akan mudah untuk menegenali suatu. Merek. Dengan Kesadaran Merek yang tinggi pula suatu merek dapat lebih mudah dalam memberikan atau memasukan asosiasi-asosiasi merek mereka kepada khalayak Dengan penjelasan diatas Darmadi Durianto menyatakan beberapa faktor yang menjadikan merek sangat penting saat ini, seperti : 19 1. Emosi konsumen terkadang turun naik, merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil.
19
Darmadi Durianto, Op.Cit, hal 45.
14
2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima diseluruh dunia dan budaya. 3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merek, semakin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak asosiasi merek yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika asosiasi merek yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat, potensi ini akan meningkatkan Brand Image (citra merek). 4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen. 5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut. 6. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.
Beberapa pengertian mengenai merek (brand) yaitu : A. Brand Name (nama merek) yang merupakan dari yang dapat diucapkan. B. Brand Mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain atau warna khusus.
15
C. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian dari merek yang di lindungi penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek (tanda merek). D. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang di lindungi undang – undang untuk memproduksi, menertbitkan, menjual karya tulis, karya musik atau karya seni. E. Merek (brand) suatu nama, istilah, tanda, lambang, atau disain, atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk – produk milik pesaing 20
2.5. Periklanan (Advertising) 2.5.1. Pengertian Periklanan Periklanan adalah usaha penarikan perhatian dengan komunikasi, seperti pengumuman, pemberitahuan, dan lain-lain, untuk antara lain sesuatu barang produksi atau jasa, dimaksudnya agar dibeli. 21 Sedangkan menurut Wells Burnet dan Moriarty (1998) Advertising is paid nonpersonal communication from an identified sponsor using mass media to persuade or influence an audience. 22
20
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran,Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Erlangga, Jakarta 1995 hal : 79 21 Pratikto Riyono, Jangkauan komunikasi, Alumni, Bandung,1983, hal. 172 22 Wells, Burnett dan Moriarty, dalam Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Rosdakarya, Bandung, 2001, hal 276.
16
Pengertian tersebut menyatakan bahwa Periklanan adalah komunikasi non personal di bayarkan oleh sponsor yang menggunakan media massa untuk mengajak atau mempengaruhi audiens. Sebagai mahluk sosial kita memang membutuhkan informasi, karena memang banyak sekali informasi yang terdapat disekeliling kita dan tidak mungkin semuanya kita tahu, terutama tentang produk atau jasa yang baru atau kebutuhan sehari-hari dan informasi tersebut yang salah satunya dapat diperoleh dari iklan. Untuk membuat sebuah peyajian iklan yang baik agar dapat diterima aduiencenya ada beberapa yang harus dilakukan menurut Cautip dan Center 23 yaitu: a. Iklan yang disajikan harus jelas atau terus terang, adil dan jujur. b. “Message” harus dikemukakan langsung kepda individu dengan bahasanya. Individu yang membacanya atau menerimanya harus segera dapat memahami “message” tersebut. Dengan demikian katakata yang dipergunakan harus tepat dan sederhana. c. Dalam menyampaikan “message” janganlah hendaknya memandang individu-individu tersebut lebih rendah atau lebih tinggi dari komunikator. d. Individu-individu (komunikan) harus segera dapat mengerti dan lebih dari itu percaya. Pada yang dikemukakan oleh komunikator maka itu sebutkanlah kata-kata yang sederhana dan sebutkan fakta-fakta
23
Pratikto Riyono,Op.Cit, hal. 177
17
Setiap informasi atau pesan yang ditampilkan oleh setiap iklan pastinya mempunyai sesuatu tujuan yang akan dicapai. Berikut beberapa tujuan dari sebuah iklan 24 : a. Menginformasikan, berarti pemasar harus merancang iklan sedemikian rupa agar hal-hal yang penting mengenai produk bisa disampaikan dalam pesan iklan. Iklan yang menonjolkan manfaat produk biasanya dikategorikan sebagai iklan yang bersifat informatif, pesan iklan untuk peluncuran produk juga biasanya bersifat informatif. b. Membujuk, berperan penting bagi perusahaan dengan tingkat persaingan tinggi. Tujuan pemasar adalah untuk coba meyakinkan konsumen bahwa merek yang ditawarkan adalah pilihan yang tepat, iklan yang bersifat membujuk bisanya dipakai dalam pesan-pesan iklan perbandingan
(comparative
advertising).
Pemasar
berusaha
membandingkan kelebihan produk yang ditawarkan dengan produk lain yang sejenis. Produk-produk konsumsi sering menggunakan iklan perbandingan dengan tujuan membujuk, seperti iklan Elektrolux dengan “kalo saja semuanya seawet elektrolux”, Rinso membersihkan paling bersih. c. Mengingatkan, pada umumnya iklan yang bersifat mengingatkan digunakan untuk produk-produk yang sudah mapan dan mempunyai kelompok konsumen tertentu. Iklan yang bersifat mengingatkan sangat penting terutama bagi produk-produk yang dibeli dengan keterlibatan
24
Sutisna, Op.Cit, hal 277.
18
rendah. Produk-produk yang dibeli berulang-ulang tapi dengan keterlibatan konsumen yang rendah sangat rentan terhadap bujukanbujukan pesan iklan produk lain yang sejenis, seperti produk sabun kesehatan, rokok , dan lain-lain. Melihat dari tujuan iklan diatas seperti menginformasikan dan mengingatkan maka hal tersebut bisa juga dikatakan iklan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan Brand Awareness khalayak, karena dengan informasi yang didapat khalayak tentang suatu merek dari tidak tahu akan tahu (Brand Recognition), setelah itu mengingatkan, jika sesuatu merek sudah sangat diingat maka dapat dikatakan merek yang paling diingat (Top of Mind).
2.5.2
Brand Equity berdasarkan Perspektif pelanggan dan Produsen Merek memberikan nilai positif terhadap suatu produk sehingga memiliki
image yang baik ini tidak terlepas dari brand equity. Menurut Fandy Tjiptono kutip dari David A. Aaeker (1991) dalam buku brand management & strategy bahwa brand equity merupakan seperangakat asset yang terkait dengan merek, nama, simbol yang dapat menciptakan sesuatu nilai baik positif maupun negatif dari sebuah produk atau jasa terhadap perusahaan maupun pada pelanggan. 25 Pengertian brand equity dapat dilihat dari sudut pandang perspektif konsumen, pendapat ini lebih banyak berhubungan dengan masalah psikologis dan perilaku konsumen. Jadi jangan melihat perilaku pengambilan keputusan
25
Fandy Tjiptono, Brand Management & Srategy ANDI Yogyakarta,2005, hal 39
19
pembelian. Manajer pemasaran dapat menentukan seberapa jauh persepsi brand equity yang dimilki oleh pelanggan terhadap suatu merek. David A. Aaker menjabarkan asset merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi 26 : 1. Brand Awareness, yaitu kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu. 2. Perceived quality merupakan penilaian konsumen tehadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan. Oleh sebab itu, perceived quality didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen ( bukan manajer atau pakar) 3. Brand associations, yakni segala yang terkait dengan memori terhadap sebuah merek. Brand associations berkaitan erat dengan brand image, yang didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan makna tertentu. Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan semakinkuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau eksposur dengan merek spesifik. 4. Brand loyalty, yaitu “the attachment that has to a brand” Dari penjelasan diatas berdampak pada konsumen, maka konsumen dalam memberi nilai, tercipta dari keterkaitan elemen – elemen brand equity tersebut sehingga dapat membantu konsumen dalam menafsirkan, memproses dari
26
Ibid hal 40
20
menyimpan informasi yang terkait produk dan merek tersebut selain itu brand equity juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam mengambil keputusan pembelian berdasarkan asosiasi yang terbentuk, pengalaman serta kedekatan dari suatu merek. Di samping memberi nilai bagi konsumen, brand equity juga memberikan nilai bagi perusahaan dalam bentuk 27 : 1. Brand Equity yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama. 2. Empat dimensi brand equity : brand awareness – perceived quality, asosiasi – asosiasi, dan asset merek lainnya dapat mempengaruhui alas an pembelian konsumen. 3. Brand loyality yang telah diperkuat merupakan hal penting dalam merespon inovasi yang dilakukan para pesaing. 4. Brand association juga sangat penting sebagai dasar srategi positioning maupun strategi perluasan produk. 5. Salah satu cara memperkuat brand equity adalah dengan
melakukan
promosi besar – besaran yang membutuhkan biaya besar. 6
Brand equity yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainnya atau menciptakan bidang bisnis
27
Darmadi, Durianto dkk, Strategi Menaklukan Pasar : Melalui Riset Ekuitas Merek dan Perilaku Merek, (2001), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 6-7
21
baru yang terkait yang biayanya akan jauh lebih mahal untuk dimasuki tanpa merek yang memiliki brand equity tersebut. 7
Brand equity yang kuat dapat meningkatkan penjulan karena mampu menciptakan loyalitas saluran distribusi.
8.
Aset –aset brand equity lainnya dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan dengan memanfaatkan cela – celah yang tidak miliki pesaing.
2.5. 3. Hubungan Brand Equity dengan Brand Awarness Menurut Terence A.Shimp Kesadaran Merek (Brand Awareness) adalah kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori produk tertentu dan seberapa mudah nama tersebut dimunculkan . 28 Pengertian Brand Equity dapat dilihat dari sudut pandang perspektif konsumen. Jadi dengan melihat perilaku pengambilan keputusan pembelian. Manajer pemasaran dapat menentukan seberapa jauh persepsi brand equity yang dimiliki oleh pelanggan terhadap suatu merek. Brand awareness merupakan bagian dari brand equity, Brand awareness salah satu hal penting yang harus diperhatikan untuk menunjang berhasilnya brand equity yang baik. Hal tersebut juga sependapat dengan Sugiarto dkk yang menyatakan bahwa brand awareness dalam brand equity tergantung pada tingkatan akan tercapainya .kesadaran di benak konsumen. Dengan kata lain keberhasilan brand equity tidak terlepas dari komponen – komponen yang 28
Terence A shimp, Periklanan Promosi, Erlangga, Jakarta,2003, hal 11.
22
menunjang penilaian khalayak terhadap suatu merek, salah satu komponen yang bisa menunjang brand equity adalah brand awareness. Menurut David A.Aaker (1996:90); Kesadaran Merek (Brand Awareness) adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. 29 Sedangkan Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran menyatakan bahwa merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya dipasar, yaitu. 30 : 1. Merek yang baik diketahui oleh sebagian besar pembeli dipasar. 2. Brand Awareness (Kesadaran Merek) yang tinggi (diukur berdasarkan ingatan atau pengakuan atas merek tersebut). 3. Brand Acceptability (Penerimaan Merek) yang tinggi: merek yang sebagian besar pelanggannya tidak akan menolak untuk membelinya. 4. Brand Preference (Preferensi Merek) yang tinggi: merek yang dipilih diatas yang lainnya. 5. Brand Loyality (Kesetiaan merek), dimana pelanggan akan setia dengan merek tertentu. 2.6.1. Brand Awareness (kesadaran merek) Kesadaran merek (brand awereness) artinya adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu 31 .
29
David A. Aaker dalam Fredy Rangkuti, Op. Cit, hal 39 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, PT. Prenhalinndo, Jakarta, 1998, hal 64. 31 Darmadi Durianto, Op. Cit, hal 54 30
23
Pengenalan
maupun
pengingatan
merek
akan
melibatkan
upaya
mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke kategori produk. Agar brand awareness dapat dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh beberapa cara berikut 32 : 1.
Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dangan lainnya serta harus ada hubungan antara merek dengan kategori produknya.
2.
Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek.
3.
Jika produk memiliki symbol, hendaknya symbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya.
4.
Perluasaan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan
5.
Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek, atau keduanya.
6.
Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan. Pentingnya
brand
awareness
(kesadaran
merek)
konsumen
bagi
perusahaan ialah konsumen cenderung membeli suatu merek yang sudah dikenali, dengan membeli dan mengkonsumsi merek tersebut, mereka akan merasa aman, terhindar dari berbagai risiko pemakaian dengan bahwa merek yang sudah dikenal lebig dapat diandalkan dan berkualitas, bahkan merek yang dikenal mempunyai
32
Darmadi Durianto, Ibid hal 57
24
tingkat kepedulian terhadap konsumen, sebagai contoh apabila konsumen merasa dibohongi dengan hasil yang diberikan oleh merek, maka konsumen mempunyai hak untuk menuntun kepada perusahaan pemegang hak merek tersebut. Terlebih lagi merek dengan reputasi baik akan terus diingat dan digunakan oleh konsumen. Brand Awareness tercipta melalui proses panjang dan konsisten dalam membina merek, dimulai dari segmentasi pasar, Philip Kotler (1997) menggabungkan prose penciptaan dan penyampaian nilai kepada konsumen dalam bentuk yang sebut. Segmentasi, Targeting, Positioning. Segmentasi pada dasarnya adalah suatu srategi untuk memahami struktur pasar. Sedangkan targeting adalah persoalan bagaimana, menyeleksi, dan menjangkau pasar. Positioning pada dasarnya adalah suatu strategi untuk untuk memasuki jendela otak konsumen 33 Ini mungkin terlihat seperti hanya berfokus pada peningkatan pendapatan merek sebagai purna jual perusahaan, namun lebih jauh dari itu bahwa merek merupakan investasi jangka panjang yang tentunya memerlukan biaya dan tenaga untuk membangun sebuah merek dan menjadikannya dikenal sejak pembentukan persepsi merek ke benak konsumen, kemudian merek diberikan berbagai asosiasi – asosiasi yang melekat pada merek., barulah dengan sendirinya konsumen menilai dan merasakan merek yang dikenalkan. Mengelola merek membutuhkan tenaga dan biaya yang tak sedikit, bahkan banyak marketer mengeluarkan milyaran rupiah hanya ingin merek yang dikembangkan menancap dibenak konsumen, pada akhirnya konsumen menggunakannya.
33
Rhenald Kasali. Segmentasi, Targeting, Positioning : Membidik Pasar Indonesia. (1998) PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 48 – 49.
25
Darmadi Durianto dkk mengungkapkan bahwa Brand Awareness membutuhkan jangkauan kontinum dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk atau jasa. 34 Lebih lanjut menurut David A.Aaker Tingkat Kesadaran Merek (Brand Awareness) secara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu Piramida seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini 35 :
Gambar 1-1 Piramida Brand Awareness
Puncak Pikiran (Top Of Mind) Pengingat kembali merek (Brand Recall) Pengenalan merek (Brand Recognition) Tidak Menyadari merek (Unaware of Brand)
Sumber : David. A. Aaker. Manajemen Ekuitas Merek.
34
Darmadi Durianto, Op.Cit, hal 55. David A. Aaker, Manajemen Ekuitas Merek: Memanfaatkan nilai dari suatu merek, terjemaham Aris Ananda, Sperktrum, Jakarta, 1997, hal 26
35
26
David A. Aaker mengkategorikan tingkatan-tingkatan kesadaran merek sebagai berikut 36 : 1. Unaware of Brand
(tidak menyadari merek), merupakan tingkat yang
paling rendah dalam Brand Awareness, di mana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. 2. Brand Recognition (pengenalan Merek), tingkat minimal dari kesadaran merek dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan. 3. Brand Recall (Pengingatan kembali terhadap Merek), pengingatan kembali terhadap merek dimana pada tingkatan ini responden diminta untuk menyebutkan beberapa merek kategori produk tertentu tanpa adanya bantuan. 4. Top of Mind (Puncak Pikiran), menggambarkan merek yang pertama kali disebut tanpa diberikan bantuan pengingatan. Dapat dikatakan semakin tinggi Kesadaran Merek (Brand Awareness) khalayak terhadap suatu kategori produk tertentu maka kemungkinan khalayak untuk membeli produk tersebut akan lebih besar, karena merek tersebut sudah sangat melekat didalam benak khalayak dan brand awareness merupakan benang merah dari unsur inti dalam ditentukannya strategi pemasaran yang direncanakan oleh perusahaan agar dapat menjangkau target marketnya, namun semua ini akan berjalan dengan baik bila perusahaan tidak melupakan elemen – elemen lainnya yang juga harus diperkuat sebagai penunjang dalam menciptakan brand equity yang kuat.
36
Ibid, hal 26
27
Hubungan antara konsep Customer Based Brand Equity dan Piramida Brand Awareness : Customer based brand equity merupakan suatu konsep untuk melihat sampai sejauh mana penciptaan merek dianggap berhasil dimata konsumen. Pembentukan merek dimulai dari membuat brand identy, brand assosation, brand awareness, hingga brand equity proses ini berkesinambungan membentuk image merek yang baik di benak konsumen. Sedangkan piramida brand awareness merupakan tolak ukur pada tahap dimana konsumen mengerti dan memahami merek, piramida brand awareness sangat erat kaitannya dengan customer based brand equity, karena konsep penciptaan merek diawali dengan konsep customer based brand equity, sedangkan piramida brand awareness sebagai tahap selanjutnya dalam penentuan penerimaan konsumen terhadap suatu merek. Piramida brand awereness terdiri dari top of mind, brand recall, brand recognition, unware of brand. Apabila kita melihat isi dari kedua konsep diatas, ada sebuah benang merah, dimana isi dari customer based brand equity merupakan tahap penciptaan merek, dimana setiap tahapan itu terdapat pencapaian pemahaman merek terdapat benak konsumen yang tertuang dalam konsep piramida brand awareness.
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif Kuantitatif. Deskriptif yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi
37
. Bersifat deskriptif karena
penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang tingkatan brand awareness majalah Rolling Stone di benak khalayak. Dalam hal ini, peneliti memaparkan secara detail dan mendalam mengenai tingkat kesadaran merek terhadap majalah Rolling Stone versi Indonesia. Sedangkan untuk analisanya peneliti menganalisa data yang di peroleh dari hasil survai melalui penyebaran kuesioner yang di jumlahkan dan di kelompokan sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan. Apabila data telah terkumpul lalu di klasifikasikan menjadi dua kelompok yakni data kuantitatif yang berbentuk table atau angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata – kata tersebut disisihkan untuk sementara, karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisa data kuantitatif 38
37
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2000, hal 24 38 Suharsimi dan Ari Kunto, Produser Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi v, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, Hal 213
29
3.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai, yaitu penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok 39 . Metode Survai adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta –fakta dari gejala –gejala yang ada dan mencari keterangan – keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok atau daerah 40 . Metode Survai adalah metode yang pertama kali yang mempunyai sifat kuantitatif.
Dengan
penekanan
menggunakan
pengumpulan
data
yang
represetantif tidak hanya pernyataan tentang suatu masalah tetapi juga dapat menerangkan sebagian dari suatu kelompok 41 . Dengan metode kuantitaf yang digunakan, maka langkah – langkah yang di tempuh dalam pelaksanaan survai adalah sebagai berikut 42 : 1. Merumuskan masalah peneltian dan menetukan tujuan survai. 2. Menentukan konsep dan hipotesa. 3. Pengambilan sampel. 4. Pembuatan kuesioner 5.
Pekerjaan lapangan (penyebaran kuesioner temasuk wawacara tambahan).
6. Pengolahan data. 7. Analisa data.
39
Masri Singarimbun, Metode Peneliyian Survai, LP3ES Jakarta 1991, hal 3 Moh. Nazir, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta 1988. hal 65 41 Ibid hal 14 42 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. 1995. Jakarta. LP3ES. Hal 8 40
30
3.3.Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisa yang menjadi sasaran penelitian 43 . Sampel penelitian adalah sebagian dari subjek penelitian yang dipilih dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapakan dapat mewakili populasinya. Dalam penelitian ini ditentukan populasi anak – anak Slank’ers Potlot Jakarta karena Slankers merupakan pencinta musik rock n roll Dan sekumpulan orang yang memiliki fanatisme yang tinggi terhadap grup musik asal Indonesia yaitu Slank. Komunitas Slankers cukup besar mereka tersebar hampir di seluruh Indonesia dan luar negeri dan mereka mempunyai markas besar di rumahnya Slank di jalan potlot Jakarta bernama Pulau Biroe “untuk wilayah Jakarta, jumlah anggota aktif Slankers sekitar 20.000 orang,” ujar Dibo 44 . Hubungan Majalah Rolling Stone versi Indonesia dengan komunitas slankers karena para personel slank terutama personil yang bernama Bim–Bim merupakan para pengagum group band yaitu The Rolling Stone dengan itu secara tidak langsung para slankers juga mengagumi group band tersebut. Untuk mendapatkan sample yang optimal dan dapat menggambarkan populasi, digunakan rumus Taro Yamame, yaitu : n=
N n = Jumlah Sampel Nd + 1 N = Jumlah Populasi
n=
20000 d = Presisi. (20000) (0.1) ² + 1
43 44
Bambang Setiawan, Metode Penelitian Komunikasi, Universitas Terbuka 1995, hal 40 www.google slankers.com
31
n=
20000 201
n = 99.5 n = 100 orang Berdasarkan perhitungan Taro Yamame, sample (n) yang akan diambil dari populasi (N) sebanyak 20000 orang dengan presisi (d) = 10 % adalah sebanyak 100 orang. Cara menarik sample penelitian dilakukan melalui metode simple random sampling (sample acak sederhana).
3.4 Definisi Konsep Konsep dalam penelitan ini yakni Brand awareness yang mengacu pada pendapat David A.Aaker dalam buku Manajeman Ekuitas Merek 45 Kesadaran merek (brand awareness) dalam penelitian ini akan diukur sejauh mana responden dapat mengingat atau mengenali merek perusahaan. Untuk melihat operasionalisasi brand awareness majalah Rolling Stone dapat diukur melalui tahap –tahap, yaitu : A. Unaware of Brand Merupakan tingkat yang paling rendah dalam Brand Awareness dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.
45
David .A. Aaker, Manajemen Ekuitas Merek : Memanfaatkan nilai dari suatu merek, terjemahan Darmadi Durianto, Sugiarto, Lie Joko Budiman, Gramedia, Jakarta, 2004, hal 7
32
B. Brand Recognition Tingkat minimal dari kesadaran merek dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan. C. Brand Recall Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk tertentu. D. Top of Mind Menggambarkan merek yang pertama kali disebut tanpa diberikan bantuan pengingatan.
33
3.5
Operasionalisasi Konsep Variabel
Dimensi
Pengukuran
1. Top Of Mind
Khalayak
( Puncak pikiran)
memerlukan pertolongan dalam
tidak
Responden diminta menyebutkan merek majalah musik.
mengingat
kembali suatu merek 2. Brand Recall
Khalayak
(Pengingat
kembali
merek)
dapat
Responden
diminta
untuk
mengingat suatu merek
menyebutkan
beberapa
merek
tanpa
produk sejenis
dibantu
dengan
dibantu
mengingat
untuk merek
tersebut 3.Brand Recognition
Khalayak
dapat
(Pengenalan Merek)
mengingat merek dangan
pertanyaan yang menyebutkan
bantuan.
merek majalah Rolling Stone
4. Responden
5. Responden di beri tiga contoh logo, responden diminta untuk memilih
yang
mana
logo
Majalah Rolling Stone 6. Mengenal memilih
logo media
dengan iklan
dan
mengenal logo tidak melalui media
4. Unaware of Brand
Khalayak suatu merek
3.6.
tidak
tahu
Diberi pertanyaan tentang merek majalah Rolling Stone
Tehnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Simple Random
Sampling (sampling acak sederhana) di mana peneliti memilih Slank’ers Potlot Jakarta sebagai tempat penyebaran kuesioner. Peneliti hanya mengambil 100
34
responden sebagai sumber informasi dan diharapkan akan memberikan data yang represeretatif ( mewakili). Untuk melengkapi data penelitian dilakuakan wawancara ke pihak Rolling Stone, diantaranya adalah wawacara dengan Bapak Indra selaku Managing Director majalah Rolling Stone dan melakukan studi kepustakaan : yaitu dengan mempelajari buku – buku dan sumber – sumber lainnya seperti surat kabar, majalah, tabloid dan lain sebagainya yang berkaitan denganmasalah yang di bahas sebagai data sekunder.
3.7.
Tehnik Analisa Data
Data yang telah diperoleh akan dianalisa dengan menggunkan statistik deskriptif. Menurut Sugiono dalam buku Metode Penelitian Bisnis mengatakan bahwa Stasistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimnana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskriptifkan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. 46 Dalam penelitian ini peneliti hanya ingin mengetahui tingkat kesadaran Merek khalayak terhadap majalah Rolling Stone.
46
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabet, jakarta, 2001, hal 142
35
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Majalah Rolling Stone San Fransisco pada tahun 1965 dalam acara penghargaan untuk Dr. Strange, yang menampilkan Jefferson Airplane. Gleason, kolumnis jazz untuk The San Francisco Chronicle, segera akrab dengan Wenner, seorang mahasiswa Berkeley dan di tahun 1967, mereka berdua mendirikan sebuah majalah yang mendokumentasikan dunia baru rock & roll. Di sebuah ruangan yang disumbang oleh percetakan mereka, mereka mengumpulkan sebuah tim berisi pemberontak cerdas, menemukan foto John Lennon yang berseragam militer dari film untuk dijadikan cover dan menamakan terbitan itu Rolling Stone. Di tahun pertamanya, majalah ini menyelidiki Monterey Pop Festival, meliputi penggerebekan narkotika di rumah The Grateful Dead dan memberi sarana baru bagi para musisi untuk berkomunikasi langsung dengan pendengarnya. Pete Townshend, Mick Jagger, Eric Clapton dan Lennon berbicara dengan para penggemar dengan cara yang baru dan 40 tahun kemudian, kami masih mendengarnya. Dalam Kampanye pemasaran yang brilian, edisi kelima dan keenam menawarkan bonus istimewa bagi setiap pelanggan baru : sebuah penjepit linting hasil karya Bob Kingsbury, yang kemudian direkrut sebagai art director Rolling Stone. Rumah pertama kantor pertama Rolling Stone berada dalam ruangan di lantai atas percetakan majalah 746 st,.di kawasan industri San Fransisco. Stafnya
35
36
– yang pada awal berjumlah di bawah 15 orang – seringkali bekerja dalam keadaan panas menyengat akibat mesin – mesin di bawahnya. Majalah bernama Rolling Stones? Yup, inilah majalah yang sangat berpengaruh bagi kaum muda di Amerika Serikat (AS). Majalah yang terbit pada 1967 dan terilhami oleh nama sebuah grup musik itu memiliki pembaca fanatik hingga 12 juta. Kabar baiknya buat kamu adalah majalah Rolling Stone ini hadir dengan format baru. Mulai 2 Mei 2005, telah terbit Rolling Stones berbahasa Indonesia. Rolling Stone versi Indonesia ini hadir dengan 108 halaman. Untuk tahap awal, majalah ini mengandung 20 persen materi lokal. Sisanya yang 80 persen masih diadaptasi dari Rolling Stone AS dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. ''Tahap berikutnya, porsi lokal akan ditingkatkan sampai 50 persen,'' tutur B Haryo Pambudi, Presiden Direktur PT JHP Media, perusahaan media yang mendapat lisensi majalah itu. Rolling Stone versi Indonesia diterbitkan oleh PT JHP Media, sebuah perusahaan media yang dibidani Eddi J Soebari, B Haryo Pambudi, dan Hermawan Halim. ''Setelah melalui beberapa proses yang cukup panjang, kami berhasil mendapat kepercayaan dari Jann S Wenner, publisher Rolling Stone AS,'' ujar Haryo. Indonesia adalah negara pertama di Asia yang diberi kepercayaan untuk menerbitkan majalah Rolling Stone dalam versi bahasanya sendiri. Menurut Haryo, pemberian lisensi majalah ternama di dunia itu telah menorehkan sejarah bagi bisnis media di Tanah Air.
37
''Hampir tak bisa dipercaya, hal ini akhirnya bisa jadi kenyataan,'' ujar Haryo. Padahal, lanjutnya, negara-negara lain di Asia pun bersaing memperoleh lisensi untuk menerbitkan majalah yang diminati dari generasi muda 1970-an. Indonesia adalah negara kedelapan di dunia yang dipercaya untuk menerbitkan Rolling Stone dengan bahasa sendiri. Untuk edisi pertama, Rolling Stone versi Indonesia dihiasi sosok Tora Sudiro dan grup musik Slank. Pada tahap awal, majalah ini dicetak sebanyak 30 ribu eksemplar. Harganya hampir separuh dari Rolling Stone AS yang beredar pula di Indonesia. Tak jauh beda dengan edisi Rolling Stone AS, majalah versi Indonesia pun menempatkan artikel musik dengan porsi terbesar, yakni 54 persen. Selebihnya, Rolling Stone Indonesia menyuguhkan berita dari dunia entertainment (13 persen), internasional, dan nasional (10 persen). Selain itu, ada berita budaya, fashion, dan berita-berita lainnya. Haryo menjanjikan akan ada kejutan dan bonus khusus dalam setiap edisi. ''Semua itu akan dipadu dengan berbagai suguhan berita dan foto-foto berkelas.'' Memang, foto-foto banyak ditampilkan dalam majalah itu. Pada edisi perdana, misalnya, grup musik Slank tampil di halaman Rolling Stone Style dengan gaya dan angle menarik. Bahasa yang dipakai pun terkesan lugas, populer, dan mudah dicerna. Menurut Managing Editor, Indra K Thamrin, Rolling Stone Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berbeda dengan versi Amerika yang lebih banyak menggunakan bahasa slank. Ini tampaknya pas dengan target pembaca yang dibidik Rolling Stone Indonesia, yaitu kalangan berusia 20-40 tahun dengan status sosial ekonomi pada
38
tingkat A dan B+. ''Namun, tidak menutup kemungkinan, Rolling Stone kelak akan menjadi sebuah majalah keluarga,'' papar Haryo. Rolling Stones Indonesia hadir setiap satu bulan sekali, tepatnya setiap Senin di awal bulan. Uniknya, meski telah hadir Rolling Stone versi Indonesia, ternyata majalah versi AS-nya pun tetap beredar di Indonesia. Majalah versi AS hadir dua pekan sekali. Silakan memilih. Majalah Rolling Stone versi Indonesia diterbitkan oleh JHP Media dibawah lisensi Rolling Stone LLC, 1290 Avenue of the America, New York, NY 10104-0298 dan terbit pertama kali majalah Rolling Stone versi Indonesia edisi pertama Mei 2005 majalah Rolling Stone terbit hingga sekarang. Kantor Rolling Stone versi Indonesia berada di daerah Jl Ampera No 16, Cialandak Timur Jakarta 12560 Bertepatan dengan usia ke-40 tahun, Majalah Rolling Stone memasuki edisi 1027 di bulan Mei 2007 ini dan Majalah Rolling Stone Indonesia yang memasuki edisi ke-25, merayakan hari jadinya di usia 2 tahun dengan menggelar 'Rolling Stone Private Party' dengan menghadirkan grup band Gigi, Naif serta Nidji, serta duet MC Indra Bekti dan Sarah Sechan. Dan sebagai penanda visi dan misi dalam memberikan kontribusi pada musik Indonesia serta dunia entertainment Indonesia, Rolling Stone Indonesia edisi Mei 2007 menghadirkan Iwan Fals sebagai cover story.
39
4.2 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakasanakan pada 5 November sampai dengan 10 November 2007. Responden yang akan yang diteliti adalah para Slanker’s di JL Potlot 1, Kalibata, Jakarta Selatan. Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan brand awareness majalah Rolling Stone. Untuk mengetahui brand awareness melalui penyebaran kuesioner, maka dari jumlah item pertanyaan sebanyak 19 buah, setiap responden memiliki taraf brand awareness yang berbeda – beda terhadap majalah Rolling Stone.
4.2.1
Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi Jenis kelamin
responden dan jenjang pendidikan atau kelas responden. Tabel 4.1.1. Usia n = 100 Usia
Frekuensi (f)
Persentasi (%)
16
7
7%
17
17
17%
18
22
22%
19
34
34%
20
20
20%
Jumlah
100
100%
Sumber pertanyaan No 1
40
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 99 responden yang berusia 16 berjumlah 7 responden atau sebesar 7% responden yang berusia 17 tahun berjumlah 17 responden atau sebesar 17 % responden yang berusia 18 tahun berjumlah 22 responden atau sebesar 22% responden yang berusia 19 tahun berjumlah 34 responden atau sebesar 34% responden yang berusia 20 tahun berjumlah 20 responden atau sebesar 20% responden.
4.2.2
Jenis Kelamin Responden Tabel 4.1.2 n = 100 Jenis Kelamin
Frekuensi (f)
Persentasi (%)
Laki-laki
64
64%
Perempuan
36
36%
Jumlah
100
100%
Sumber pertanyaan No 2 Merujuk dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden yang tertera pada tabel ini dilihat dari segi jenis kelamin, jumlah responden lakilaki sebanyak 65 responden atau sebesar 64% responden, sedangkan jumlah perempuan yang menjadi responden sebanyak 36 responden atau sebesar 36% responden.
41
4.3 Piramida Brand Awareness Hasil penelitian ini diukur melalui tingkatan piramida brand awareness yang meliputi : 1. Unaware of Brand (tidak menyadari merek), merupakan tingkat yang paling rendah dalam Brand Awareness, di mana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. 2. Brand Recognition (pengenalan Merek), tingkat minimal dari kesadaran merek dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan. 3. Brand Recall (Pengingatan kembali terhadap Merek), pengingatan kembali terhadap merek dimana pada tingkatan ini responden diminta untuk menyebutkan beberapa merek kategori produk tertentu tanpa adanya bantuan. 4.
Top of Mind (Puncak Pikiran), menggambarkan merek yang pertama kali disebut tanpa diberikan bantuan pengingatan. Dari tiap – tiap level brand awareness yang diteliti akan digabungkan data
yang berisi majalah musik yang ada. Berikut hasil penelitian brand awareness terhadap majalah musik Rolling Stone adalah sebagai berikut :
42
4.3.1 Top of Mind Untuk mengukur Top of mind akan dilihat dari responden menyebutkan merek majalah musik yang pertama kali ia ingat. Tabel 4.3.1 Top of Mind Brand Awareness n = 100
Majalah Musik
Frekuensi (f)
Persentasi (%)
SLANK
32
32%
ROLLING STONE
28
28%
TRAX
10
10%
GUITAR
9
9%
KORT
8
8%
MBS
7
7%
MG
6
6%
100
100%
Jumlah Sumber pertanyaan no 3
Dari penjabaran tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 100 responden terdapat 32 responden atau sebesar 32 % menyebutkan Slank sebagai majalah musik yang pertama kali mereka ingat, sebanyak 28 responden atau sebesar 28% menyebutkan Rolling Stone sebagai majalah musik yang pertama kali mereka ingat, sebanyak 10 responden atau 10 % menyebutkan Trax sebagai majalah musik yang pertama kali mereka ingat,
43
sebanyak 9 responden atau sebesar 9% menyebutkan Guitar sebagai majalah musik yang pertama kali mereka ingat, sebanyak 8 responden atau sebesar 8% menyebutkan Kort sebagai majalah musik yang pertama kali mereka ingat, sebanyak 7 responden atau sebesar 7% menyebutkan MBS sebagai majalah musik yang pertama kali mereka ingat dan sebanyak 6 responden atau 6% menyebutkan MG sebagai majalah musik yang pertama kali mereka ingat. Melalui tabel dapat dilihat bahwa majalah Slank menduduki posisi Top of Mind pertama. Posisi kedua ditempati oleh Rolling Stone sedangkan majalah Trax posisi ketiga dan sisanya memilih majalah lain
4.3.2
Brand Recall Untuk mengukur Brand Recall akan dilihat responden yang menyebutkan majalah – majalah musik setelah responden menyebutkan majalah musik yang pertama kali mereka ingat (Top of Mind)
44
Tabel 4.2.2. Brand Recall of Brand Awareness n = 100
Majalah Musik
Frekuensi (f)
Persentasi (%)
ROLLING STONE
28
28%
GUITAR
20
20%
SLANK
18
18%
TRAX
15
15%
KORT
10
10%
MBS
5
5%
MG
4
4%
100
100%
Jumlah Sumber pertanyaan no 4
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 responden yang paling sering menyebutkan majalah musik Rolling Stone sebanyak 28 responden atau sebesar 28%. Guitar sebanyak 20 responden atau sebesar 20%. Slank sebanyak 18 responden atau sebesar 18%. Trax sebanyak 15 responden atau sebesar 15%. Kort sebanyak 10 responden atau sebesar 10%. MBS sebanyak 5 responden atau sebesar 5%. MG sebanyak 4 responden atau sebesar 4%.
45
Dilihat dari tabel 4.2.2. menunjukkan bahwa majalah Rolling Stone pada tahap Brand Recall berada pada peringkat pertama.
4.3.3 Brand Recognition Untuk mengukur brand recognition akan dilihat responden yang ditanyakan tentang keberadaan majalah Rolling Stone, adapun pertanyaan dengan mengingat kembali lagi responden yang lupa akan keberadaan majalah Rolling Stone dengan memberikan penjelasan mengenai majalah musik Rolling Stone. Tabel 4.2.3 Brand Recognition of brand awareness N : 100 Brand aware
Frekuensi
Persentase
1
Mengenal
67
67%
2
Mengetahui dari kuesioner
33
33%
3
Tidak Mengetahui
0
0
Jumlah
100
100%
Sumber pertanyaan no 5
Hasil penelitian menunjukan bahwa 100 responden terdapat 67 responden atau sebesar 67% responden mengetahui keberadaan majalah Rolling Stone dan 33 responden lainnya atau sebesar 33% responden mengetahui dari kuesioner keberadaan majalah Rolling Stone.
46
Brand Awareness terhadap majalah musik Rolling Stone melalui media Tabel 4.2.4. Awareness responden terhadap Rolling Stone N = 72 Ya No
Tidak
Total
Sumber F
%
F
%
F
%
1
Teman
50
69.5%
22
30.5%
72
100%
2
Media cetak (surat kabar)
55
76.4%
17
23.6%
72
100%
3
Spanduk
47
65%
25
35%
72
100%
4
Poster
40
55.5%
32
44.5%
72
100%
5
Televisi
10
14%
62
86%
72
100%
Sumber pertanyaan no 6 Dari penjabaran tabel diatas awareness responden terhadap majalah musik Rolling Stone dari 72 responden mengetahui majalah Rolling Stone dapat dijelaskan sebagai berikut, yang mengetahui dari teman adalah 50 responden sedangkan yang tidak mengetahui dari teman berjumlah 22 responden. Awareness responden yang mengatakan mengetahui melalui media cetak sebesar 55 responden yang tidak mengetahui melalui media cetak sebesar 17 responden, yang mengetahui melalui spanduk sebanyak 47 responden yang tidak mengetahui melalui spanduk 25 responden, yang mengetahui melalui poster sebesar 40 responden sedangkan yang tidak mengetahui melalui poster 32
47
responden sedangkan Awareness responden melalaui televisi yaitu sebesar 10 responden dan yang mengatakan tidak mengetahui melalui televisi sebesar 62 responden. Tabel 4.2.5. Awareness responden terhadap majalah Rolling Stone di media cetak (surat kabar)
No
Keterangan
Frekuensi
N=61 Persentasi (%)
1
Kompas
50
82%
2
Media Indonesia
7
11.5%
3
Koran Tempo
4
6.5%
61
100%
Jumlah Sumber pertayaan no 7
Tabel diatas menunjukan bahwa 61 responden yang mengetahui majalah Rolling Stone melalui media cetak surat kabar. Dapat diketahui bahwa responden yang mengetahui melalui Koran Kompas sebanyak 50 responden atau sebesar 82% dan melalui Koran Media Indonesia sebanyak 7 responden atau sebesar 11.5%. Serta yang mengetahui melalui Koran tempo sebanyak 4 responden atau sebesar 6.5%. Dari hasil penelitian dan data dilapangan dapat menunjukan bahwa tingkat awareness khalayak terhadap iklan di media cetak (surat kabar)
48
ataupun media lini bawah dan lini atas yang dijelaskan oleh majalah Roling Stone cukup mengena terhadap responden. Tabel 4.2.6 Perhatian responden terhadap iklan Rolling Stone di media cetak N=61 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Ya
55
90.2%
2
Tidak
6
9.8%
61
100%
Jumlah Sumber pertanyaan no 8
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 61 responden yang mengetahui majalah Rolling Stone dari media cetak surat kabar terdapat 55 responden atau sebesar 90.2% yang mengetahui iklan majalah Rolling Stone melalui media cetak dan telah membaca iklan majalah Rolling Stone 6 responden atau sebesar 9.8% responden menyatakan tidak membaca.
49
Tabel 4.2.7 Perhatian responden t erhadap informasi iklan majalah Rolling Stone di media cetak (surat kabar) N= 54 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Issue terbaru
48
89%
2
Sisipan bonus
6
11%
54
100%
Jumlah Sumber pertanyaan no 9
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 54 respondeen yang membaca iklan majalah Rolling Stone disurat kabar, 48 responden atau sebesar 89% mendapat informasi berupa issue terbaru dan 6 responden atau sebesar 11% mendapat informasi berupa sisipan bonus yang biasanya berupa merchandise yang diselipkan pada halaman – halaman atau di depan cover majalah Rolling Stone.
50
Tingkatan perhatian responden terhadap iklan majalah Rolling Stone pada spanduk akan dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.2.8 Perhatian responden t erhadap informasi iklan majalah Rolling Stone pada spanduk N= 72 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Ya
40
55.5%
2
Tidak
32
44.5%
Jumlah
72
100%
Sumber pertanyaan no 10 Dari hasil penelitian pada tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat 40 responden atau sebesar 55.5% dari total responden yang yang mengatakan pernah melihat spanduk Rolling Stone dan 32 responden atau sebesar 44.5% yang mengatakan tidak pernah melihat spanduk Rolling Stone.
51
Tabel 4.2.9. Perhatian responden terhadap informasi iklan pada spanduk Rolling Stone N = 45 No 1
Keterangan Rolling Stone sebagai
Frekuensi
Persentasi (%)
29
64.4%
12
26.7%
4
8.9%
sponsor event musik 2
Informasi issue terbaru majalah Rolling Stone
3
Tampilan cover majalah Rolling Stone Jumlah
45
100%
Sumber pertanyaan no 11 Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 29 responden yang membaca iklan majalah Rolling Stone pada responden atau sebesar 64.4% mendapatkan informasi bahwa majalah Rolling Stone sebagai sponsor suatu event musik, 12 responden atau sebesar 26.7% mendapatkan informasi tentang issue terbaru majalah Rolling Stone, sedangkan 4 responden atau sebar 8.9% mendapatkan informasi tampiloan cover Rolling Stone yang biasanya berupa foto musisi dari dalam atau dari luar negeri baik pendatang baru maupun yang sudah menjadi legenda di dalam di dunia musik. Tingkat awareness responden terhadap iklan majalah Rolling Stone melalui responden akan dijelaskan sebagai berikut :
52
Tabel 4.2.10 Awareness responden terhadap iklan majalah Rolling Stone pada Poster N = 42 No 1
Keterangan Ditembok-tembok di
Frekuensi
Persentasi (%)
35
83.3%
4
9.5%
pinggir jalan/halte 2
Di Mading (majalah dinding) tempat kursus
3
Di madding (majalah
3
7.2%
dinding) sekolah Jumlah
42
100%
Sumber pertanyaan No 12 Hasil penelitian menunjukan terdapat bahwa dari 42 responden terdapat yang mengetahui Majalah Rolling Stone melalui poster. Sebanyak 35 responden atau sebesar 83.3% melihat poster Rolling Stone di tembok – tembok atau di pinggir jalan, 4 responden atau sebesar 9.5% melihat poster Rolling Stone di madding (majalah dinding) tempat siswa kursus, 3 responden atau 7.2% melihat poster majalah Rolling Stone di mading sekolah.
53
Tabel 4.2.11 Perhatian responden t erhadap poster Majalah Rolling Stone N= 42 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Ya
38
90.5%
2
Tidak
4
9.5%
42
100%
Jumlah Sumber pertanyaan No 13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 responden yang mengetahui majalah Rolling Stone melalui poster terdapat 38 responden atau sebesar 90.5% yang membaca informasi pada poster majalah Rolling Stone sedangkan yang tidak membaca poster majalah Rolling Stone sebanyak 4 responden atau sebesar 9.5% dari 42 responden yang mengetahui majalah Rolling Stone melalui poster.
54
Tabel 4.2.1.2 Perhatian responden terhadap informasi yang ada pada poster Majalah Rolling Stone N = 40
No 1
Keterangan Issue terbaru majalah
Frekuensi 28
Persentasi (%) 70%
Rolling Stone 2
Foto selebritis pada
9
22.5%
cover/sampul depan majalah Rolling Stone 3
Desain lay out pada
3
7.5%
poster
Jumlah
40
100%
Sumber pertanyaan No 14 Hasil penelitian menyatakan bahwa dari 40 responden yang membaca poster majalah Rolling Stone, sebanyak28 responden atau 70.0% tertarik dengan issue terbaru majalah Rolling Stone, sebanyak 9 responden atau sebesar 22.5% tertarik dengan foto selebriti pada cover/sampul depan majalah
Rolling Stone, sedangkan 3 responden atau sebesar 7.5%
menyatakan tertarik desain dan lay out yang berupa tata letak tulisan, foto, serta komposisi warna pada poster tersebut.
55
Pengenalan responden terhadap logo majalah Rolling Stone akan dijelaskan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.2.1.3. Pengenalan responden tehadap logo Rolling Stone N= 100 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Ya
81
81%
2
Tidak
19
19%
Jumlah
100
100%
Sumber pertanyaan No 15 Dari hasil penjelasan pada tabel dapat diketahui bahwa terdapat 81 responden atau sebesar 81% responden dari total responden mengatakan logo Rolling Stone dan 18 responden atau sebesar 19% responden mengatakan tidak mengenal logo Rolling Stone.
56
Hasil penelitian tehadap logo majalah Rolling Stone akan dijelaskan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.2.1.4. Logo Majalah Rolling Stone N= 100 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
A
81
81%
2
B
13
13%
3
C
6
6%
100
100%
Jumlah Sumber pertanyaan No 16 Keterangan : A.
B
The Rolling Stone C.
Rolling Stone
57
Pada penelitian ini responden di suruh memlih 3 contoh logo RollingStone yang sudahtersedia pada lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 responden terdapat 81 responden
yang
mengetahui logo Rolling Stone atau sebesar 81% dimana 81 responden tersebut memberi pilihan pada jawaban yang benar yaitu logo A jadi dapat dilihat bahwa dari 81 responden yang mengetahui mengenal logo Rolling Stone semua benar didalam memberikan pilihan pada logo Rolling Stone yang benar. Selain logo yang asli yaitu logo A, peneliti juga membuat 2 logo yaitu B dan C dan memilih logo B sebanyak 13 responden atau sebesar 13% serta memilih logo C sebanyak 6 responden atau sebesar 6%.
Hasil penelitian tehadap awareness responden logo majalah Rolling Stone akan dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel 4.2.1.5. Awarness responden terhadap logo majalah Rolling Stone N= 100 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Poster
36
36%
2
Media Cetak
46
46%
3
Spanduk
18
18%
Jumlah Sumber pertanyaan No 17
100
100%
58
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 responden terdapat 61 responden yang mengenal logo Rolling Stone, dimana sebanyak 36 responden atau sebesar 36% mengetahui melalui poster, 46 responden atau sebesar 46% mengetahui melalui media cetak, 18 responden atau sebesar 18% mengetahui melalui spanduk.
4.4 Kebiasaan Responden Membaca Media Didalam penelitian ini peneliti juga melihat media habit dengan mengamati kebiasaan responden dalam mengkonsumsi/membaca media cetak yang berguna untuk mengetahui terpaan media terutama media cetak, yang akan dijelaskan pada tabel – tabel frekuensi berikut :
Tabel 4.3.1. Frekuensi membaca media cetak N= 100 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Selalu
64
64%
2
Kadang - kadang
36
36%
3
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
100
100%
Sumber pertanyaan No 18 Mengenai frekuensi membaca media cetak data yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa tingkat frekuensi dalam mengkonsumsi media cetak dapat dilihat
59
dari angka yang menunjukan 64 responden atau sebesar 64% yang membaca media cetak, 36 responden atau sebesar 36% responden adalah kadang – kadang membaca media cetak. Sedangkan tidak ada responden yang tidak pernah membaca media cetak
Tabel 4.3.2. Frekuensi media cetak surat kabar yang dibaca N= 100 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Kompas
44
44%
2
Media Indonesia
11
11%
3
Koran Tempo
7
7%
4
Top Skor
24
24%
5
Warta Kota
14
14%
Jumlah
100
100%
Sumber pertanyaan No 19 Hasil penelitian menunjukanbahwa surat kabar yang paling banyak dibaca adalah surat kabar kompas yaitu sebanyak 44 responden atau sebesar 44%, sebanyak 11 responden atau sebesar 11% membaca surat kabar media Indonesia, sebanyak 7 responden atau sebesar 7% membaca surat kabar Koran tempo. Sebanyak 24 responden atau sebesar 24% membaca surat kabar top skor. Sedangkan 14 responden atau sebesar 14% membaca surat kabar warta kota.
60
Tabel 4.3.3. Frekuensi media cetak tabloid yang dibaca N= 100 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Bola
37
37%
2
Genie
9
9%
3
Motor Plus
17
17%
4
Cek & Ricek
6
6%
5
Nova
10
10%
6
Go
8
8%
7
Gaul
13
13%
Jumlah
100
100%
Sumber pertanyaan No 19 Hasil penelitian menunjukan jumlah responden yang mengatakan membaca tabloid Bola yaitu sebanyak 37 responden atau sebesar 37%.
9
responden atau sebesar 9%, sebanyak yang membaca tabloid Genie, 17 responden atau sebesar 17% membaca tabloid Motor Plus, sebanyak 6 responden atau sebesar 6% yang membaca tabloid cek & ricek, sebanyak 10 responden atau sebesar 10% membaca tabloid Nova, sebanyak 8 responden atau sebesar 8% membaca tabloid Go, sebanyak 13 responden atau sebesar 13% membaca tabloid Gaul.
61
Tabel 4.3.4. Frekuensi media cetak majalah yang dibaca N= 100 No
Keterangan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Slank
45
45%
2
Hai
16
16%
3
Gadis
7
7%
4
Rolling Stone
12
12%
5
Kawanku
8
8%
6
Misteri
12
12%
Jumlah
100
100%
Sumber pertanyaan No 19 Berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden yang membaca majalah yang paling banyak dibaca oleh responden adalah majalah Slank sebanyak 45 responden atau sebesar 45%, responden, yang membaca majalah Hai sebanyak 16 responden atau sebesar 16%, sebanyak 7 responden atau sebesar 7% membaca majalah Gadis, sebanyak 12 responden atau sebesar 12% membaca majalah Rolling Stone, sebanyak 8 responden atau sebesar 8% membaca majalah Kawanku, sebanyak 12 responden atau sebesar 12% membaca majalah Misteri.
62
4.5 Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan selama bulan November 2007 di lingkugan Slanker’s yang berlokasi di jalan Potlot 1 Kalibata Jakarta Selatan dengan sejumlah sample yang menjadi responden penelitian sebanyak 100 responden dengan mengacu pada konsep brand equity yang dikemukakan oleh David A.Aaker yang dibagi dalam beberapa kategori, yang pertama pengnalan merek dimana tingkatan ini di nilai sebagai pengingat kembali dengan menggunakan bantuan jadi responden diberikan merek kategori produk tertentu segai alat Bantu pengingat. Kedua, mengingat kembali merek dimana pada tingkatan ini responden diminta untuk menyebutkan beberapa merek kategori produk tertentu tanpa adanya alat Bantu sebagai pengingat. Dan tingkatan terakhir adalah puncak pikiran dimana merek kategori produk tertentu disebut pertama kali dengan tanpa alat Bantu. Pada tahap ini Top of Mind Brand Awareness, majalah Rolling Stone menempati urutan ke dua dengan 28 responden atau sebesar 28% setelah, majalah Slank hal ini berdasarkan pengalaman dan pengenalan responden dan terhadap logo dan merek majalah Rolling Stone. Pada tahap Brand Recall majalah Rolling Stone menempati urutan pertama dengan responden 28 atau sebesar 28%, majalah Guitar pada urutan kedua dengan responden 20 atau sebesar 20%, sedangkan majalah Slank pada urutan ketiga dengan responden 18 atau sebesar 18%. Pada tahap Brand Recognition majalah Rolling Stone, yang mengenal majalah Rolling Stone cukup banyak yaitu sebanyak 67 responden atau sebesar 67% dari jumlah 100 responden yang
63
menjadi sample penelitian. Dari 67 responden yang mengenal majalah Rolling Stone. Pola intesitas iklan untuk mengenalkan logo majalah Rolling Stone bersifat kontinyu, Rolling Stone bersedia untuk menjadi sponsor event – event konser, festival musik, seperti acara Rolling Stone yang membuat kaset/cd berisi 150 lagu terbaik Indonesia yang dikumpulkan dari tahun 1950 – 2007, memilih dan menentukan album musik Indonesia dari kurun waktu dasawarsa ’50 an hingga sekarang bukanlah perkara ringan. Apalagi kemudian merangkumnya menjadi 150 album terbaik. Dan itulah yang dilakukan oleh Majalah Rolling Stone versi Indonesia sebuah pekerjaan yang tak mudah sesuatu yang berbeda – beda, karena musik yang dipilih dari bermuasal dari berbagai genre, ada pop, rock, jazz, R&B, dangdut, progressive rock, eksperimental, dan banyak lagi yang masing – masing memiliki karakter dan pesona tersendiri. Subyektivitas berupa selera pribadi dari awal memang harus disingkirkan jauh – jauh. . Mencoba yang mereka rasakan sangat penting guna meningkatkan brand awareness majalah Rolling Stone. Iklan – iklannya pun ditampilkan sebagian besar dalam bentuk logo pada spanduk atau poster. Teman dan saudara juga memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan brand awareness, hal tersebut dibuktikan dari 72 responden yang mengetahui majalah Rolling Stone sebanyak 50 responden atau sebesar 50% mengakui mengenal juga melalaui lewat teman, dengan kata lain sistem komunikasi dari mulut ke mulut. Menurut Barry L. Bayus dalam buku Word Of Mouth : The Inderect Effect of Marketing Effort, mengatakan bahwa :
64
“Pemasaran berharapdapat mendorng terjadinya promosi berbentuk komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth comm.). Metode ini membantu penyebaran kesadaran merek produk hingga menjangkau konsumen di luar dari mereka yang melakukan kontak langsung dengan promosi 45 . Pada tahap media habit, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum dari 99 responden yang menjadi sample penelitian, yang mengkonsumsi atau membaca surat kabar dan tabloid sebagai media cetak yang dibacanya Kompas, Koran Tempo, Top Skor, Media Indonesia, dan Warta Kota, sedangkan tabloid yang dibaca oleh responden terdiri dari Bola, Genie, Motor Plus, Cek & Ricek, Nova, GO, dan Gaul, dari hasil penelitian pada media cetak majalah menunjukkan bahwa majalah yang sering dibaca adalah Slank, Rolling Stone, Hai, Misteri, Kawanku, dan Gadis.
45
Peter .J. Paul dan Olson. C. Jerry. Consumer Behavior : Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. (200), Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 200
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui posis brand atau merek dibenak khalayak dengan jumlah sample penelitian sebanyak 100 responden yang bersal dari Slanker’s yang berlokasi di jalan Potlot 1 Kalibata Pancoran Jakarta Selatan. Penelitan ini mengacu pada konsep Brand Equity dalam buku manejemen Equitas merek yang dikemukkan oleh David A.Aaker yang dalam beberapa tingkatan yaitu Top of Mind, Brand Recall, dan Brand Recognition. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada tahap Top of
Mind, majalah Rolling Stone menempati posisi
kedua.dengan dengan 28 responden atau sebesar 28% yang menyebutkan merek majalah Rolling Stone yang pertama kali ia ingat. Sedangkan peringkat pertama ditempati oleh majalah Slank dengan jumlah responden sebanyak 32 responden atau sebesar 32%. 2. Pada tahap ini Brand Recall majalah Rolling stone berada pada tingkat pertama dengan 28 responden atau sebesar 28% yang menyebutkan majalah Rolling Stone setelah menyebutkan merek majalah Slank yang berada pada posisi pertama Top of Mind. 3. Pada tahap Brand Recognition, responden yang harus dingatkan kembali tentang keberadaan majalah Rolling Stone, sebanayak 67 responden atau
65
66
sebesar 67% dari 100 sampel penelitian. Sedangkan yang tidak mengenal majalah Rolling Stone 33 responden. 5.2
Saran Setelah peneliti melakukan penelitian dan hasil penelitian telah diperoleh
penelti ingin mengemukan beberapa saran yang mungkin berguna bagi majalah Rolling Stone di kemudian hari dan menjadi pertimbanagn didalam melakukan tindakan baik di media cetak, media elektronik, ataupun media lini bawah sebagai pendukung : 1.
Dari data yang ada mengenai brand dan logo Rolling Stone, dapat diketahui bahwa responden yang mengetahui majalah Rolling Stone melalui televisi merupakan yang paling rendah yakni sebanyak 10 responden. Jadi hal ini lebih meningkatkan intensitas strategi periklanan melalui media tersebut mengingat kondisi persaingan majalah musik yang sangat tinggi.
2.
Walaupun majalah Rolling Stone telah mengadopsi nama besar dari sebuah group band rock and roll yang telah menjadi sebuah group band legenda yaitu Rolling Stones, hal tersebut ternyata belum mampu membuat brand recognition of brand awareness majalah Rolling Stone secara penuh, maka dari itu majalah Rolling Stone harus lebih mengencarkan kampanye periklanan dalam segala jenis media yaitu media lini atas (Above the line media) dan media lini bawah (Below the line media) sebagai pendukung dari semua bentuk kampanye periklanan yang dilakukan pada media lini atas serta lebih gencar dan aktif untuk menjadi sponsor event – event, konser,
67
festival musik, yang hal tersebut dirasakan sangat penting guna meningkatkan brand awareness majalah Rolling Stone.
DAFTAR PUSTAKA
A.Aaker, David Manajemen Ekuitas Merek, Jakarta: Mitra Utama,1997. Durianto, Darmadi dkk, Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2001. Effendy, Onong Uchjana, “Hubungan masyarakat suatu studi komunikologis”, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992. Sumarno, Dimensi-dimensi Komunikasi Politik, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989. Jahi, Amri, Komunikasi massa dan pembangunan negara-negara dunia ketiga suatu pengantar, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993. Jefkins, Frank, Periklanan, Terjemahan Sumiharti, SE dan Drs. Singgih Agung, Jakarta: Erlangga, 1997. Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, Jakarta: PT. Prenhalindo, 1998. Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan, dan pengendalian, Jakarta: Erlangga, 1989 Kunto, Ari, dan Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Kountur, Rony, Metode Penelitian Untuk penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta: PPM, 2004 . Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi suatu pengantar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001. Nasir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988. Pendit, Putu Luxman S, Model-model Komunikasi, Jakarta: Uni Pramas, 1985. Paul.J .Peter & Jerry.C.Olson, Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Jakarta: Airlangga (2000) Riyono, Pratikto, Jangkauan komunikasi, Bandung: Alumni, 1983. Rangkuti, Fredy, The Power of Brand, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Rakhmat, Jalaludin Metodologi Penelitian Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 1984. Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta: Alfabet, 2001. Simamora, Bilson, Riset Pemasaran, , Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004. Singarimbun, Masri, dan, Effendi, Sofian, Metode Penelitian Survai, Jakarta, 1995 Shimp, Terence A, Periklanan Promosi, Jakarta: Erlangga, 2003. Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Rosdakarya, Bandung: Rosdakarya, 2001. Susanto, Phil Astrid, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: IKAPI, 1988. Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andy Offset.1996 Tjiptono, Fandy, Manajemen Jasa, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004. Tjiptono, Fandy, Brand Management & Strategy,Yogyakarta: Andy Offset 2005
Sumber Lain : Skripsi Soleh Solihin, Perjalanan Majalah Musik Di Indonesia, Studi historis majalah di Indonesia yang menyajikan musik sebagai sajian terbesarnya. Universitas Padjajaran, Fakultas Ilmu Komunikasi, Bandung. 2004 Skripsi Sumanjaya, Brand Awareness Majalah MTV TRAX (Studi Deskriftif tentang kesadaran merek majalah MTV TRAX pada siswa SMU BUDI LUHUR Ciledug Tangerang). http : www.Rolling Stone. Com http : www.slank. Com.
KUESIONER SKRIPSI KESADARAN MEREK (BRAND AWARENESS) MAJALAH ROLLING STONE (Studi Deskriptif tentang Kesadaran Merek majalah ROLLING STONE terhadap SLANK’ERS Potlot Jakarta Selatan)
A.
Identitas Responden : 1. Usia : a. 16 b. 17 c. 18 d. 19 e. 20
2. Jenis Kelamin : a. Laki- laki
b. Perempuan
B. Brand Awareness (Kesadaran Merek) : 3. Majalah musik apa saja yang paling anda ingat? (sebutkan 1 saja) .......................... 4. Selain majalah musik yang anda sebutkan di atas, majalah musik apalagi yang anda ingat ? (boleh lebih dari satu merek) 1. ......................................... 2. ......................................... 3. ......................................... 4. ........................................
5. Apakah anda mengetahui majalah musik ROLLING STONE ? a. Ya, saya telah menuliskannya diatas (lanjut ke no 6) b. Ya, saya baru mengetahui melalui kuesioner ini c. Tidak ( lanjut ke no 10)
6. Darimana anda mengetahui majalah ROLLING STONE (beri tanda v) No
Sumber
1
Teman
2
Media Cetak
3
Spanduk
4
Poster
Ya
Tidak
7. Bila anda mengetahui dari media cetak, di media mana anda membacanya? a. Kompas b. Media Indonesia c. Koran Tempo
8. Apakah anda membaca media iklan di media tersebut ? a. Ya b. Tidak
9. Informasi apa yang ada dalam iklan tersebut ? a. Informasi berita terbaru b. Sisipan bonus
10. Apakah anda pernah melihat spanduk ROLLING STONE a. Ya b. Tiadak ( lanjut ke no 11)
11. Informasi apa yang anda lihat pada spanduk tersebut? a. ROLLING STONE sebagai sponsor event musik b. Informasi terbaru ROLLING STONE c. Tampilan cover majalah ROLLING STONE
12. Bila anda mengetahuinya melalui poster, dimana anda pernah melihat poster tersebut? a. Di tembok – tembok/halte di pinggir jalan b. di (majalah dinding) tempat anda kursus c. Di dinding ( majalah dinding) sekolah
13. Apakah anda membaca poster tersebut ? a. Ya b. Tidak ( lanjut ke no 14)
14. Bila ya, apa yang membuat anada tertarik untuk meliahat poster tersebut ? a. Informasi terbaru majalah ROLLING STONE b. Foto selebriti pada cover/ sampul depan ROLLING STONE c. Desain dan lay out pada poster
15 Apakah anda mengenal logo ROLLING STONE a. Ya ( lanjut ke no 16) b. Tidak
16 Menurut manakah logo majalah ROLLING STONE diantara logo dibawah ini ?
a.
b.
The Rolling Stone
c.
17. Dari mana Anda mengetahui logo ROLLING STONE? a. Poster b. Media Cetak c. Spanduk
C. Media Habit Responden
18. Apakah Anda selalu membaca media cetak? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
19. Media cetak apa yang biasa anda baca ? Surat Kabar
Tabloid
Majalah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Hendra Pujiadi
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 11 Juni 1984
Jenis Kelamin
: Laki – Laki
Alamat
: Jl. Cheri 1 No : 3 Rt ¼ Rengas Tangerang Ciputat 15412
[email protected]
Agama
: Islam
No. Telp/ Mobile Phone
: (021) 7431181/081808265271
RIWAYAT PENDIDIKAN
a. Formal - SDN Negeri Kartika Putra 1 (1991-1997) -
SMP Muhammadiyaah 8 Jakarta Selatan (19971999)
-
SMT Grafika YL Jakarta Selatan (1999-2002)
-
Universitas Mercu Buana Jurusan Marcomm Fakultas Ilmu Komunikasi (Angkatan 2002)
PENGALAMAN ORGANISASI : Anggota Fikom Photography Club Universita Mercu -
Buana
Sekjen Satma Pemuda Pancasila Universitas Mercu Buana Periode 2004-2006
-
Anggota
Ranting Rengas Pemuda Pancasila
Periode 2008-2013
-
Kordinator keamaman Sidang Umum Universitas Mercu Buana.
-
Anggota
Himpunan
Mahasiswa
Universitas Mercu Buana. PENGALAMAN KERJA
-
Karyawan PT Ikrar Mandiri Abadi -
Karyawan part timer Starbuck coffe
-
Karyawan CV Sejahtera Offset
Periklanan