SURVEILANS EPIDETIiIOTOGI GIZI BURU K
DI WILAYAH PROVIHSI HIT DAH NTB
DR. DRG. ANDI ZULKIFLI, NrP.
l3t ?0? 788
'I'IKES
BAGIAN EPIDEMIOTOGI FAKULTAS KESEHATAH fifrASYARAKAI U
NIVERSIIAS HASAN 2007
U
DDIN
BAB I PENDAHULTIAN
L Lrar Belak*ng Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, runnun penangulangalmya tidak dapat dilakukan dengan pendektan medis dan pelayanan kesehatan saja" Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifactor,
oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sector
terkait Upaya perbaikan gizi dengan ruang lingkup nasional dimulai
pada tahun
1980. Diawali dengan betbagai survei dasat, disusun strategi dan kebijakan yang
patia umumnya melibatkan berbagai sektor terkait. Keberhasilan program perbaikan gizi dinilai berdasarkan laporan rutin dan juga survei berkala melalui survei khusus maupun diimegrasikan pada survei nasional seperti Susenas, Survei Kesehatan Rumah Tangga dan lain-lain {Fajar lbnu dkk, 2002).
Berdasarkan perkembangan masalah
gizi, padatahun 2005 diperkirakan
sekitar 5 juta anak menderita gizi kurang (berat badan menurut unmr), 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang mendenta grzi buruk tersebut
ada 15S.000 menderita gizi buruk tingkat berat yang disebut lnarasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor, yang memerlukan perawatan kesehatan yang intensif rii Puskesmas dan Rumah Sakit. Masalah gizi kurang dan gizi buruk
terjadi hampir di semua Kabupaten dan Kota. Fada saat ini masih terdapat 110 Kabupaten/Kota
dari 448
Kabupaten/Kota
di
Indonesia yang mempunyai
prevalensi di atas 30% (berat badan menurut umur). Menurut WHO keadaan ini
masih tergolong sangat tinggi. tserdasarkan hasil surveilans Dinas Kesehatan
-1
2
Propinsi dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2005, total kasus gizi
buruk sebanyak75.67l balita" Kasus gizi truruk yang dilaporkan rnenurun setiap bulan. Semua anak gizi buruk mendapatkan penanganan berupa: perawatan Puskesmas dan
di Rurnah Sakit serta dilaleukan tindak lanjut
paska perawatan
berupa rawat jalan, dan rnelalui pcsyandu untuk dipantau kenaikan berat badan dan rnendapatkan nrakanan tarnbahan" Jumlah kasus gizi buruk yang rneninggal
dunia dilaparkan dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2il05 adalah 286 balita. Kasus gizi buruk yang meninggatr tersebut pada urnumnya disertai dengan penyakit infeksi seperti {SPA, diare, TB, campak dan malaria. Jurnlah kasus gizi yang rneninggal tertinggi teqjadi pada bulan Juni sebanyak 107 kasus" selanjutnya
pada bulan-bulan berikutnya kasus gizi a-uruk yang
meninggal
cenderungmenuftln, bahkan pada bulan }r{opember tidak ada laporan kasus gizi buruk yang meninggal dimia. Namun demikian pada bulan Desernber 2005 teryadi
peningkatan kasus
gizi buruk
yangmerupakan laporan dari
_v_'ang
rneninggal dunia sebanyak
54
kasus
7 propinsi yaitu dari.Tatim 14 kasus, Sulsel
!3
kasus,Gorontalo 13 kasus, NTT 6 kasr.ls" Larnpung 4 kasus, Sulteng 2 kasus" serta
Maluku dan Maiut masting-rnasing I kasus.
.lumlah kasus
gizi buruk yang dilaporkan dari bulan Januari
Desember 2005 sebesar 3"443 anak dari 498.095 balita yang ada di
l{TB
sampai
Kasus
gtzi buruk baru yang dilaporkan cenderung menurun. Dari 3"443 kasus gizi buruk tersebut dilaporkan sebanyak 33 anak yang meninggal dunia. Penyebatr kematian karena ISPA 14 anak, Diare 8 anak, malaria 2 anak, marasmus 6 anak, meningitis
2 anak, TB
I
anak dan anemia Lrerat 1 anak. Hasil assessment gizi .vang dilakut
J
Depkes bekeqa sarua dengan SEAMEO dan WFP bulan Juli-septernber 2005 menunjukkan prevalensi gizi buruk propinsi NTB sebesar 8,1%o, Kab Lombok Barat: 9,6%iLombok rengah '.6,0t/o, Lombok Timur .6,90/o, sumbawa 10,9yo dan
Bima :
ll,l}qk. Berita munculnya kembali kasus gizi buruk yang diawali di propinsi NTT
'lan NTB yang kemudian diikuti dengan Propinsi lainnya menunjukkan bahwa masalah gizi selain merupakan masalah kesehatan masyarakat juga terkait dengan
rnasalah kesejahteraan masyarakat ipendidikan, sosial ekonomi, budaya dan
politik) Di suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi . Kekurangan
$zi
dapat teqadi
dari tingkat ringan sampai fingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalarn u'akru cukup lama. Keadaan giz. atau status gizi masyarakat menggarnbarkan
tingkat kesehatan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
asuFn zat-zat glzi yang dikonsumsi seseorang. Anak yang kurang gizi akan menurun daya tahan tubuhnya" sehingga mudah terkena penyakit infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami gangguan natsu
makan dan penyerapen zat-zat gizi sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami ganggguan tumbuh
kembang yang akan rnempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan
@uktivitas di masa dewasa (trttgtwrruv.grgi"n€t/hil
, 2005).
dan
'T
4
3 lrnasan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut rnaka yang menjadi rurnusan masalah dari makalah ini adalah bagaimanakah gambaran surveilans epidemiologi gizi buruk,
distribusi, frekuensi, faktor determinant, dan program dalam penanganan masalah gizi buruk di daerah provinsi NTT dan NTB"
{c. Trjuan Untuk mendapatkan gambaran surveilans epidemiolo
ffiusnsi, factor determinant,
gi giziburuk, distribusi,
dan program dalam penanganail rnasalah grzi buruk di
da€rah provinsi NTT dan NTB."
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A,
Ilefenisi Gizi Snrnk
Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut) dari proses te{adinya kekurangan gizi - Anak balita {bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal dua tahun (baduta).
Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu sasdar Organisasi Kesehatan Dunia" dia bergizi baik" Kalau sedikit di bawah standar
disebx bergizi kurang yang bersifat kronis Apabila jauh di bawah standar dikatakan bergizi buruk' Jadi, isrilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut {Soekirma4 2005).
l,
f,pidemiologi Gizi Buruk Upaya perbaikan gizi dengan ruang lingkup nasional dimulai pada tahun 1980' Diawali dengan berbagai survei dasar, disusun strategi dan kebijakan yang
Fda umumnya melibatkan berbagai sektor terkait. Keberhasilan program perbaikan gizi dinilai berdasarkan laporan rutin dan juga survei berkala melalui survei khusus
ilierlpun diintegrasikan pada survei nasional seperti Susenas, Survei Kesehatan
Rmah Tangga dan lain-lain. Kecenderungan status gizi kurang dipantau melalui Srxenas 1989 sampai dengan 2000. Pada tahun 1989, gizi kurang diderita oleh 37'5ya anak balita' Pada tahun 2000, prevalensi gizi kurang adalah 24,6va. yang menjadi masalah adalah penderita gizi buruk, yang terlihat tidak terjadi penurunan penalensi. Prevalensi gizi buruk pada anak balita terlihat meningkat dari 6.396 pada
_d
6
mhrm 1989, menjadi 11,5% pada tahun 1995, kemudian tufun menjadi
V
'Ss/o
pada
ehun 2000. Terlepas dari kejadian krisis ekonomi tahun 1997, memasuki tahun 2{n0, masalah gizi kurang masih ditemui pada sebagian besar penduduk. Masih dits.mukan 20 kabupaten dengan prevalensi gizikurang pada anak balita diatas 4004,
fl)
kabupaten dengan prevalensi antata 30-40o/o, dan 141 kabupaten dengan
puevalensi antara 20-30%" Masalah tingginya prevalensi gizi kurang pada anak
balib berhubungan dengan masih tingginya bayi lahir dengan berat badan rendah. Perralensi
BBLR ini masih berkisar anlnra 2 sampai l7a/a pada periode 199t)-2000.
Ahibat dari BBLR dan gizi kurang pada balita berkelanjutan pada
masalah
pertumbuhan anak usia masuk sekolah. Berdasarkan hasil pemantauan Tinggi badan
rnak bare masuk sekolah {TBABS), diketahui bahwa prevalensi anak pendek tahun
1994 adalah l
rfoL.l*r,*v.s
i+i
39,&s/o. Prevalensi
rsllskpqjds'.+t*t gFdl$
lJ
ini turun menjadi 36,1a/o pada tahun 1999 RVE t r-&N $i,4?il$ lZ l-dqc,2004),
Berdasarkan data Departemen Kesehatan {20ti4), pada tahun 2003 terdapat
s*itar
27,5Yo {5 jutabalita kumng
gizi), 3,5 juta anak t19,2o ) dalam tingkat gizi
kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). W-HO (1999) mengelompokkan wilayah
berdasakan prevalensi
giri kurang ke dalam 4 kelompok yaitu rsndah (di bawah
l(Fvii, sedang (10-199o), tinggi {2A-29%} dan sangat tinggi mryunakan
\rn
(30%)Dengan
pengelompokan prevalensi gizi kurang berdasarkan WHO, Indonesia
2004 tergolong negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi karena
5-119.935 {atau28.47s/CI}dai 17.983.244 balita di Indonesia termasuk kelompok gizi
hrary
dangizi buruk. Angka ini cenderung meningkat pada tahun 2005-2CI06.
-=::-d
7
Gizi masih merupakan masalah serius pada sebaglan besar Kabupaten/Iiota, Dala 2AA4 menunjukkan masalah gizi terjadi dt 77,3ya Kabupaten dan 56Ya Kota, dan besarnya angka {
ini hampir
sama
jika dilihat menurut persentase keluarga miskin
11rl.rr'. i;rzi " n*€):
tinggi,
Jrmrlah kasus gizi buruk yang dilaporkan Dinas Kesehatan Propinsi selama JanuariDesember 2005 adalah 75.67tr balita tl$ur'luryg{.gizi,nsnJbtrsliag-1aFrr.co,id,2005).
C.
Fe*for Penyebab Gizi Buruk Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi o'uruk dan faktor tersebut
saling berkaitan. Secara langsung, pertama: anak kurang mendapat asupan gizi
rimbang dalam waktu cukup lama" dan kedua: anak menderita penyakit infeksi. anak yang sakit, asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal
karena adatya gangguan penyerapan akibat penyakit
inftksi gizt
penyebab
mjadinya gizi yaitu tidak cukupnya persediaan pangan di rurnah tangga, pola asuh kurang memadai dan sanitasilkesehatan lingkungan kurang baik serta pela,vanan kesehatan terbatas.
akses
Akar masalah tersebut berkaitan erat dengan
r€ndatrnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan keluarga &gE ..!a,+ny.ggl&g!3
u" 1{gg:_{p*g-{iX.n
i.
j}, 200 5 ).
!(
I Menurut Djoko Wijono {199V) sistem adalah kumpulan dari unsur-unsur,
.-;iaen-elemen" atav komponen-komponen yang saling rnempengaruhi, saling :ereaksi. saling berinteraksi, saling bergantung dan saling trerhuo-ungan Dari :trrrerrian ini, maka analisa *rasalah melatrui pendekatan sistem dapat berarti melihat
:'*,aiali
-i
sebagai suafu eiernen yang saling berganiug dan dipengaruhi oleh elemen
Den_san
inelihat suatru masalah rnelalui pendelcatan sistem maka dapat dilihat
: tungan-hubungan dan pengaruh satu masalah dengan urasalah yang
train.
lalam suatu sistem terdapat paling tidak 3 komponen yartu input, proses, dan output.
\La:alah merupakan suatu keluaran {oufput) yang disebabkan oleh suatu proses dan
:asuLannya (input)" Dalam masalah gizi buruk, maka gizi buruk merupakan suatu rl;rpur) dan untuk mengetahui penyebabnya. kita harus merunut ke belakang apa
',lil"
menjadi penyebab dasar {fundamental). Skema analisa masalah melalui pendekatan sistern
iSFL]T
FRtffiffi"$ I
Dari skema analisa masalah rnelalui :'-,
T}{JTFEJ$'
pendekatan systemdiatas, dapat
eiaskan, bagaiman kemiskinan (input) sebagai penyebab s€seorang mengkonsunisi
:alanan dengan asupan nurisi yang kurang Kekurangan finansial
menyebabkan
iuatu keluarga mengu{angr kuantitas makanan yang dikonsnmsi unhlk mencukupi r.:butuhan yang kebutuhan yang lain. Ferigetahuan yang kurang tentang kecukupan
:ril-lsl dapat menyebabkan seorang ibu tidak memperhatikan asupan nutrisi pada :iakanan yang dikonsumsi oleh anaknya sehingga akhin:rya akan menyei:abkan gizi
I ]ruk.
Budaya
di
suatu
:ensan budaya daerah dirnana seorang ibu biasanya iebih memprioritaskan suaminya
raEak) dalam mengkcnsumsi makanan. Ferilaku
ini
dalarn jangka panjang akan
iergensaruh jug pada status gizi anak yang pada akhirnya dapat rnengakibatkan gizi
:muk I i.;:*:i,. paiEei&g.9*S.
ln{:A
ggtl,
2CI07).
@" Tanda Klinis Gizi Buruk Masalah gizi buruk salah satu penyebabnya adalah Kekurangan Energi Potein
iEP r dimana keadaan kurang
gin
yang disebebkan oleh rendahnya konsumsi
::ergi dan protein dalam maknan sehari-hari
sehingga tidak rnemenuhi angka
*:culripan gizi. Orang yang n:engidap gejata Klinis KEP ringan dan
sedang pada
trrieriksaannya tampak kurus" Namun gejala klinisnya {KEP berat) secara garis
r:ar
dapat dibedakan meniadi tiga, yaitu marasmus, kwasriorkor, atau marsmic-
q"-,"ashrorkor
(Depkes RI,
1999). Tanda-tanda klinisnya. penderita KEP akan
::emperlihatkan tanda-tanda sebagai beri kut:
Ewashiorkor: Oedem umumnya diseluruh tubuh dan terutamapadakaki (dorsum pedis) Wa,iah membuiat dan sernbab
r
Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak berbaring terus-menerus Perubahan status mental: sengeng, rewlw', kadang apatis
-{nak sering menclak segala jenis makanan {ancreksia} Pembesaran hati
F
Senng disertai infeksi" anemia, dan diare
10
,
Rambut kusam dan mudah dicabr$
r
Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah rnenjadi hitam
r
Pandangan mata anak nammpak sayu.
Anak tampa sangl kurus, tinggai tulang terbungl*us ku,lit
l\
ajah seperti orang tua
Cengeng, rewel
Kulit keriput,.iaringan lernak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada Sering disertai diare kronik atau kcnstipasi atau sussa buang air, serta panyakit
lI a r as firlr s - I{te as hio r ks r \ferupakan Gabungan dari tanda-tanda yang ada pada marasrnus dan kwarshiokor ',ang ada iDepkes Rt, 1999).
f,-
Klesifrkasi Stafus Gizi Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering
,isebut refernce. Baku antrapornetn yang sekarang digunakan di Indonesia adalatr
I\HO-NCHS. Untuk menentukan kiasifikasi status gizi diperlukan ada balasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan bErbeda, ha1
ini
batasan-
ini di setiap negara reltif
tergantrmg dari kesepakatan para ahti grzi
di
Negara tersebut,
herdasarkan data empiris dan keadaan klinis. Klasifikasi oara WHO-NCHS sebagai
krrl-ut.
I1
Tatrel. 1: Klasifikasi Menurut Cara WHO
BBru
Status Gizi Bailq pernalt kurang Baik Jangkung, masih baik Buruk Rendah I Rcndah I i{urmal Buruk, kurang Kurang Rendah IRendah ;Tinggl Lebih, obesitas Tinggi I Renciah ;-" ' lTinggi I lrnggr lRendah Lebih,tidak obesritas lrnggr l.lormal i Lebih Suwtber: deswani ldrus dan {}arol kurnanttt, 199{}. epidemioiogi {, }}usdifu'tas. J{}karta. H{m. 3i.
BBiTB
TtsIU
Norrnal i Rendah : Rendah Normal I ruorrnal I Ncrrnat Normal Itinssi Ilingsi Ren,Cah i,i n"r.C*h I fin*ni
Adapun klasifikasi KKP rnenumt Depkes tahun 2*00 yang dil:utip dari edaran Dirjen Binkesmas No. KM03"AN4.1298 tentang KMSIPSG" tanggal
3l
Juli 2*0fi: Tabei 2 : Ktasifikasi KKF menurut Depkes tahun 20S0 lndeks BB terhadap Usia BB/Ti
Simoangan Baku
>2SD -L
I WD QT) JtV o/rl + t? qT) tV
z'--LJU;/UrJJU 1 Qf\ ^/l
Tinggi tarha
QT\
Berat badan terhadap Tinggr badan
BaiFrlLuArrB
-ac1nJ-I-J \-J
t^---.- -t_
+2 SD <-? SD >2 SD
\T--*'- - I t\til iltat
_3 SD s/d
TBru BBITS
12
Status Gizi I.ebibr
-2SDs/d+2SD s2SDs/d-3SD <3SI}
tiut u{\
pendek Gernuk Normal Kums Sansat kurus
Sumber: Depkes tchun 20$2.
F.
l-pava Pencegahan dan Penanggulamgaft Aeiapun program-program upaya penanggulangan masalah gizi buruk ciapat
iriakukan baik di tingkat pusat {pemenntah) maupun tingkat daerah antara lain:
*
Peningkatan cakupan deteksi gizi buruk urelalui penimbangan balita di pasyaniiil dan puskesrnas
12
,{i'
Program pola asuh gizi
*
Peningkatan suplementasi gizi pada anak.
+
Meningkatkan jangkauan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di rumah tangga, puskesmas dan rumah sakit,
+
Pembentukan keluarga sadar gizi
o'r
Promosi pemberian ASl eksklusif
{.
Pemberian makanan pendamping ASI tMP ASI),
o;.
Pemberian makanan tambahan (PMT)
*
Pemberian suplementasi vitamin A dan zat besi,
!5:'
Pendampingan keluarga" dan
ooo
Program Keluarga SadarGizi {
Wrug#bt&a.qo.id,
2007).
**d
l3 BAB III PEMBATTTSAN
L
Frllor-Faktor lleterminan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kasus
gizi buruk di
*rlavah kerja Puskesmas Kabukarudi rli NTT dimana hasil penelitian Kesamatan I smboya Kabupaten Sumba Barat Prov. NTT tahun 2006 oleh Lalu Malawirawan, -drrani Ch. K., Lidya Y. H" Bolo menunjukkan garnbaran sebagai berikut : sebagian besar pendidikan orang tua balita adalah tamat Sekolah Dasar
/ sederajat, sebagian
,b*ar perkerjaan ayah balita adalah petani: sebagian besar jumlah keluarga inti balita rerjumlah lebih dari empat orang : sebagian besar frekrvensi makan balita dalarn
-hari tiga kaii sehari
atau lebih; tidak terdapat balita yang komposisi asupan zat
grzrnya seimbang; tidak terdapat balita yang keragam&fl konsumsinya tergolong
baik, sebagian besar balita tidak diberikan Air Susu lbu sarnpai sfilur dua tahun
;
oebagian besar tingkat kecukupan energi dan protein balita tergolong defisit. Hasil
penelitian
ini memberikan
garnbaran bahwa kurangnya keragaman konsumsi dan
kurangnya jumlah konsumsi makanan sumber energi serta protein mempengarufu rendahnya asupan energi dan protein pada balita (lflipj,-lt*1:*;ggj$S:d_ii_i5J:.{S, 2005).
t4
n
llistribusi Gizi Buruk Distribusi Gizi Buruk Berdasarkan Orang (umur)
Tabel3 Jumlah Kasus Gizi tsuruk Di Kabupatem,IKota NTT Berdasarkan Umur Tahun 2txl5. Umur (tahun) < l tahun 1 - 4 tahun > 5 tahun
Jumlah Kasus 648
Kernatian {orans)
12,CI02
20
19
"?nr\ t7u
to
Sumber: Survei Swhdit Dirsre, Ditien PPh{-Ff,
Berdasarkan pada tabel 3 dapat kita lihat bahwa jumlah kasus gizi buruk vang terjadi di NTT menurut umllr paling banyak terjadi pada usia 1-4 tahun ini karena pada usia fersebut rnerniliki imun yang rentan terhadap penyakit. Kernatian
akibat diare yang paling tinggi te{adi pada umrn 1-4 tahun yakni sebesar
20olo
orang, tingginya angka kematian pada usia demikian karena pada baiita -iulnlah makanan yang dikonsumsi bertambah banyak berupa PMT dan
aktivitas bermain
anali yang dapat rnenyebabkan imunitas tubi*l rendah"
Tabet 4
Jumlah Kasus Penyakit Diare Di Kabupnten/Kota IrITB Berdasarkan Umur Tahun
2{XtS
Umur (tahun)
.Iumlah Kasus
Kematlan {orang)
< 1 tahu-n I -4tahun
l nQA
1A
1148
I tt
> 5 tahun
I 165
Sumber: Survei Swhdit lliure, Ditjen FPM-PL
t1+
Y
15
Berdasarkan pada tatretr riiatas dapat kita lihat bahwa jumlah kasus gizi
turuk
pacia tahun 20S5
di NTB berdasarkan urnur yang paling tinggi teriacii pada
u-sia >5 tahun sebesar 1165 kasus sedangkan kematian yang
paling banyak terjadi
berada pada usia <1 tahun yakni sebanyak 14 kematian dengan jumlah kasus keseluruhan yaitu 3443 kasus gizi bunik dari periode januari sampai dessmber 1005
-
Distribusi Gizi Buruk Berdasarkan Ternpat Berdasarkan tempat maka distribusi
gizi buruk di provinsi NTB banyak
Jitemukan di kabupaten Bima dengan jurnlah prevaiensi 11,10o/o, dengan -iurnlah kasus gizi buruk yang dilaporkan dari bulan januari sampai desember 2005sebesar -:
-lJ3 anak dari 498.095 balita yang ada di NTB.
Tabel 5 Prevalensi Gizi Bunuk Per Kabupaten Tahun 20S5 Prevalensi t%")
11 1n
Sitmher: Depkes hekerja sarnu tlengan SEAMEO drm WFP Berdasarkan pada tabel diatas bahwa prevalensi Gizo buruk yang paling tinggi il
:a,rng besar terjadi pada ka-bupatrn Bima dengan prevalensi sebesar ltr"ltl-o./o. Hal .at'sbakan karena tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola asuh
16
ruiJrir::- memadai dan sanitasilkesehatan lingkungan kurang
haik serta akses pelayanan
dllfn;'jj:en terbatas"
Tabel6 Prevalensi Gizi Buruk Per lfubupaten di Prov. NTT Tahun 2005 Prevalensi {?i,}
KabupatenlKota SumbaJirnrir TTS Kota K Ende
Floresfirnur
:r:
Depkes bekerja sama dengan SEAM?IO
tfa* WFP
3erdasarkan pada tabel diatas bahwa prevalensi Gizi bunuk YQ$B paling tinggi 'imrr:
:airlg
besar terjadi pada Kabupaten
TTS
dengan prevalensi sebesar 18,0y{,. Hal ini
m ,flir:al?r karena tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola
asuh
fiirmr:g nemadai dan sanitasiikesehatan lingkungan kurang baik serta akses pelayanan Lul,J*di,s:;
r
terbataS.
]*nbusi
Gizi tsuruk Berdasarkan Waku
TabelT Prevaiensi Batita Status Gizi Buruk menurut Tahun 1992-2ffi2 -
atun
Frevaiensi 6"30
-'rEt)
-vl .r,il
I 1"s6
.-S -
t0 5i
;"'q
8,11
Depkes
N"
(o"o)
1V
Berdasarkan waktu maka distribusi grzi buruk
di lndonesia rneningkat
:revalensinya dari tahtm ke taleun ini disebabkan karena pada tahun 1997 Indonesia
rengalami krisis ekcnomi sehingga menyebabkan
banSzak penduduk Indonesia yag
i*L-urangan pangan karena ketidak firarnpuan untuk rnembeli bahan pangan.
{-
Sun'eilans Gizi Buruk
Melihat data-data rnengenai kasus gizi buruk di dua daerah yang ada di -*Jonesia yaitu daerah NTT dan NTB dimana iumlah kasusnya atau prevalensinya
:s-ia tahun 2005 sangat tinggi. Maka Peranan swv-eilans dalam
intervensi
::nanggulangan g;n buruk sangat penting, surveilans dapat menilai perkembangan
snaneeulangan
gizi buruk serta dapat
renanggulangannya
membantu rnenentukan strategi
di daerah tsrsebut, terutama untuk perencanaan, pengendalian
-*rn evaluasi program penanggulangan gizi buruk ;rorinsi NTT
3,
di Indonesia
dan NTB",
Tujuan Surveilans Gzi Buruk Tujuan surveilans gizi buruk adalah sebagai berikut
1.
:
Mengetahui perubahan epiderniolegi gizi buruk
2.. Mengidentifikasi populasi risiko tinggr
3. tuIemprediksi
dan meneegah terjadinya
'1. Penyelidikan epidemiologi
setiap
Strategi Surveilans Gizi tsuruk Strategr surveilans gizi buruk meliputi
:
KLB gizi buruk
KLB gizi buruk
terkhusus derah
l8
I
Suweilans Rutin
suweilans rutin merupekan peragamatan epiderniolagi kasus masalah gizi buruk yang telah dilakukan secara rutin selama ini berdasarkan sumber data rutin tentang gtzi buruk yang telah ada serta sumber data lain yang mungkin dapat dij angkau pengumpulannnya.
I
SKD dan Respan KLB masaiah gizi buruk Pelaksanaan SKD dan Respon
KLB gizi o'uruk dilakukan setelah diketahui
atau adanya laporan 1 kasus pada suatu daerah serta pada daerah yang memiliki polulas rentan lebih 5%. Penyelidikan dan penanggulangan setiap KLts campak Setiap
KLB harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang
meliputi peningkatan cakupan deteksi gizi buruk melalui penirnbangan baiita di posyandu dan puskesmas serta peningkatan suplementasi gizi pada
anak.di desa-desa risiko tinggi. Program pencegahan dan penanggulangan gizi buruk yang telah dilakukan pemerintah antara lain promosi pemberian
ASI eksklusif, pernberian makanan pendamping ASI (MP ASI), pemberian makanan tarnbahan {PMT), pemberian suplementasi vitamin A dan zat besi,
pendampingan keluarga, prograin pola asuh gizi dan program Keluarga Sadar Gizi.
-l
Pemeriksaan laboratoriurn atau penilian status gizi Pada tahap analsis pencegahan
K{-B
:
perneriksaan laboratorium dilakukan terhadap lcl - i5 kasus baru pada setiap
KLB. Pada tahap eliminasiieradikasi, setiap kasus gizi o-uruk dilakukan
19
pemeriksaan laboratorium untuk diperiksa dilaboratorium. Jika dari hasil
pemeriksaan laboratorium diketahui adanya penyakit bawaan yang menimbulkan terjadinya gizi o-uruk, harus diobati dan terpaksa menialani rawat inap sarnbil memperbaiki anak.
5
Studi epidemiologi
Melakukan survei cepat, penelitian operasional atau operational research
tOR) sebagai tindak tranjut hasil analisis surveilans untuk melengkapi datalintbrmasi surveilans yang diperlukan sebagai
dasar
pengambilan
keputusan dalam perbaikan program {corrective action}.
a.
Pelaksanan Surveiians Gizi Buruk
Kegiatan surveilans campak dalam program eradikasi campak adalah
:
1. Surveilans rutin Surveilans rutin dilaksanakan terutarna oleh surveilans puskesmas serta surve il ans kabupater"tkcta.
2"
Sistem kewaspadaan dini KLB gizi buruk
Dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya KLB periu dilaksanakan kegiatan kewaspadaan
SKD-KLB gizi buruk adalah
a. Femantauan populasi
dini KLB^ Strategi
dalarn
:
rentan
Populasi rentan (susceptible) atau tak terlindungi imunisasi serta memilki status ekonomi keluarga yang tidak rnampu" Papolasi yang paling rawan terkena gizi buruk atau masalah
2A
grzi lainnya yaitu: Kelompok umur anlara 0 - <1 tahun {bayi) dan umur pra sekolah atau baiita yakni Batas nilai populasi rentan adalah
l-
4 tahun"
:syo"
Dalarn pemantauan populasi rentan dilakukan juga penaantauan terhadap
:
o
Status glzi Baiita
.
Keterjangkaun pelayanankesehatan {asesibilitas}
.
Keluarga dengan status ekonomi rendah"
b. Peinantauan gizi bunft Apabiia ditemukan satu
(i)
kasus pada desa dengan cakupan
tinggi {>909'6), masih perlu diwaspadai pula mengingat adanya kemungkinan kesalahan rantai dingin vaksin atau karena cakupan imunisasi yang kurang dipercaya. Menunrt WHO" apabila ditemukan satu
(i)
kasus pada satu wilayah, maka
kernungkinan ada 17-20 kasus
di
lapangan
pada
jumlah
pendudulc rentan yang tinggi.
Penvelidikan Dan Penanggulangan KLB
Dalam tahap penanggulangan kast"rs gizi buruk maka setiap KLB Gizo buruk harus dapat dilakukan penyelidikan epidemiologi balk oleh surveilans puskesmas maupun bersama-sama dengan surveilans dinas kesehatan. lndikasi
p'envelidikan
KLB grzi Buruk
dilakukan apabila hasil pengamatan SKD
KIB'?WS kasus gizi buruk ditemukan indikasi adanya peningkatan penvelidikan Pra
KLB
menunjukkan terjadi
kasus dan
KLB, atau adanya laporan
2l 3rmngkatan kasus atau kematian akibat gizi buruk dari rnasyarakat, rnedia masa
Ji"
Strategi penanggulangan KLB Gizi Buruk
+
PenyelidikanEpidemiologi
:
KLB gizi buruk harus segera diselidiki untr.lk melakukan diagnosa
secara
drni {early diagnosis), agar penanggulangan dapat seg€ra dilaksanakan. Penanggulangan Penanggulangan
KLB gizi buruk didasarkan analisis
dan rekomendasi hasil
penyelidikan KLB, dilakskan sesege{a mungkin dapat dihentikan dan KI-B
tidak meluas serta mernbatasi jurnlah kasus dan kematian" KLB gizi buruk
harus segera didiagnosa secara dini (early diagnasisi dan
segera
ditanggulangi (out break respans) agar KLB tidak meluas dan membatasi lumlah kasus dan kernatian. Perneriksaan spesimen di laboratorium.
Llntuk mendukung diagnosa kasus grzi buruk pada saat KlB, maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu" dengan mengambil spesimen. darah sebanyak 10-15 penderita baru, dan
waltu sakit
kasus kurang dari 21
hari, serta beberapa sarnpel urine kasus campak untuk isolasi virus" Tatacara
pengambilan
dan pegrriman sampl laboratorium campak serta
laboraratorium rujukan sampel lihat lampiran.
I
I,pava Meperkuat Surveilans
:
\{emperkuat dukungan politis
22
Advokasi {advctcac.vi kepada pimpinan pemerintah daerah, {Bupati, Bapeda,Binsos,dll) dan DPRD, Kepala Dinas dan iintas prograrrr serta sektor
terkait lainnya untuk mendapatkan dukungan politis dan pendanaan.
-
Pemasaran Sosial/Kornr"urikasi informasi dan Edukasi (
KIE)
Kegiatan surveilans dalarn upaya penanggulangan Wui buruk perlu disebarluaskan kepada Lintas Sektor, lintas program dan media rrlassa.
:
Kemitraan
Kemitraan terutarna dengan intern program pemberantasan penyakit menular serta sektoral terkait dan LSM.
*
Slar a penyelenggaraan S'u-n
eilans penanggulangan gizi buruk merupakan saiah satu kegiatansi.lrveilans
"rhu-sus
dan global, sehingga semra pihak harus dapat berperan untuk
n;nsukseskan kcmitmen global yang telah "ehubungan
dengan
itu maka dinas kesehatan
kita ikuti
bersama tersebut,
kabupaten,4
rtl-sat harus secara bersarna-sama ffiengupayakan
dana
;un eilans reduksi atau penanggulangan g'izi briruk
di
penyelengaraan,
Indonesia. Berbagai
siimber
APBD masing-masing kabupaten/kota APBN Donatur Nasional Bantuan Internasional
F
Dll thttp:#m+rv.pppl.depkes.go.id" 2004).
z)
l.
F\nffsahan Dan Pennnggulangan Gizi Buruk
-paia pncegahan dan penanggulangan gizi buruk di propinsi NTB dan hITT -
:::,'+;w fii;, nell-lui,r.rlgaFiii:, 2005).
Fropinsi ISTB
.c* \fembentuk tim operasi sadar gizi {OSG) vang bertanggung jawab keseluruhan proses pencegahan dan penanggutrangan
dalam
gizi buruk berdasarkan
in-struksi Gubernur Nornor 1 tahun 2405.
+
Perawatan gizi buruk melalui Puskesmas perawatalt dan Rumah Sakit di kelas 3 gratis.
.1! \felakukan operasi sadar gizi vang mencakup deteksi dini penernua{r
kasus
melalui operasi timbang dengan mengukur balita di seluruh propinsi NTB, rnembuat mapping gizi bumk.
'b
Puskesmas melakukan tindak lanjut kasus gizi buruk yang tidak memerlukan
peraw-atan clan mendapatkan makanan tambahan. Memberikan bantuan pangan darurat bagi keluarga miskin
4i
\femberikan penyuluhan gizi dan kesehatan melalui Posyandu, Tokoh Agama (Tuan Guru), Perkurnpulan Keagamaan dan kelompok potensial
}';L-unsan Pusat untuk NTts
{:'
Bantuan tehnis untuk penanganan kasus dan surveilans Dana dekonsentrasi Perbaikan Gizi Masyarakal tahun 2005 sebesar Rp. 2.033.538"000,Bantuan Pusat nnelaiui lVlenkcrkesra sebesar Rp. 7.000"00CI"000,Bantuan MP-ASI emergensi sebanyak 15 ton pada bulan Juni 2$CI5.
24
+
Bantuan MP-ASI tahun anggaran 2005 tintuk balita keluarga miskin sebanvak 134,4 ton
tt
Reritalisasi posyandu Rp. 50.000 per bulan dari dana PKPStsts&,{.
Dana dekonsentrasi Perbaikan Gizi Masyarakat tahun 2005 sebesar Rp.
tt.i73.000.000,-
+
tsantuan MP-ASi tal'run anggaran 2005 untuk tralita keluarga miskin sebanvak 134,4 ton
t'
Reritalisasi posyandu Rp. 50.000 per bulan dari dana FKPSBtsM.
+
Dana dekonsentrasi Perbaikan Gizi Masyarakat tahun 2006 sebesar Rp. 11 573 000.000.-
Fropinsi )iTT
*
\felaksanakan sistem kewaspadaan dini secara ir*ensif
+
Feiacakan kasris dan penemuan kasus baru.
+
l"fenangani kasus Gizi buruk dengan perawatan Puskesrnas dan di Rurnah
:rrrordinasi penggerakan sumber dana A
\tembenkan banhran bsras dan mernberikan makanan pendamping ASI, dan ;:lakanan tambahan.
ln-*u:rgan Pusat untuk NTT
'tr
3antuan tehnis untuk penanganan kasus dansurveilans, pelatihan petugas lilntuk tatalaksana
-::tiing
Gizi buruk di puskesmas dan rumah sakit dan Tlzercpeutic
Center (TFC) atau pusat rehatrilitasi Gizi dana dekansentrasi
Perbaikan Gizc Masyarakat tahun 2005 sebesar Rp. 2.951.911.000,-
25
{'
Bantuan Pusat melalui Menkokesra sebssar Rp. 51"$00.00CI.000,-
'i'
Bantuan MF-ASI emergensi sebanyak 14 ton.
+
Bantuan Makanan khusus unluk tralita Gizo buruk berupa MODISCO yang
terdiri dari gula" rninyak dan susu skirn.
+
Bantuan MP-ASI tahun anggaran 2005 untuk balita keluarga rniskin sebanyak 168,9 ton Revitalisasi posyandu Rp. 50"0tlt) per bulan dari ciana PKPSBBN{.
Dana dekonsentrasi Perbaikan gt"r Masyarakat tahun 2006
sebesar
Rp 21.424.000.000,-
'
Secara Nasional upaya pencegahan gizr bunrk dibagi daiarn 3 tahap yaitu:
a.
Jangka Fendek untuk Tanggap Darurat:
1.
Menerapkatr prosedur tatalaksana penanggutrangan gizi buruk yaitu .Melaksanakan sistein kelvaspadaan dini secara intensif Pelacakan
kasus dan penemuan kasus baru" Menangani kasus gizi buruk dengan perawatan Fuskesrnas dan di Rumah Sakit
2.
Melakukan pencegahan rneluasnya kasus dengan koordinasi lintas
program dan lintas sektor" Memirerikan banfuan memberikan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI)"
pangan,
pengobatan
penyakit, penyediaan air bersih, memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan terutama peningkatan Astr Eksklusif sejak lahir sampai 6
bulan dan diberikan Makanan Pendamping ASI setelah usia 6 bulan, menyusui diteruskan sampai usia 2 tahun
.
26
Rencana Jangka Menengah:
l.
Penyusunan Rencana
Aksi Nasionai
Fencegahan dan
Fenanggulangan Gizi Buruk 2005 -2009 2
Revitalisasi Posyandu ),ang mencakup pelxihan ulang kader, pen-vediaan saralla, pernbinaan dan pendarnpingan kader, penyediaan modal usaha kader rnelalui usaha kecil menengah
{UKM) dan mendorong partisipasi swasta sefia bantuan biaya operasional. 3.
Revitalisasi puskesmas dengan mengaktiflran kegiatan preventif dan promoti{, rneningkatkan manajemen program
gizi, sarana dan bantuan biaya operas:ional untuk kegiatan perubinaan posyandu, pelacakan kasus" dan kerjasama lintas sektor.
4.
Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan termasuk tata laksana gizi buruk bagi petugas rumah sakit dan
puskesmas perawatanPemberdayaan keluarga
di
bidang
ekonorni, pendidikan dan bidang ketahanan pangan untuk rneningkatkan pengetahuan dan daya beli keluarga.
5.
Advokasi dan Pendampingan untuk meningkatkan komitmen
ekskutif dan legislatif, t*koh mas3iarakat, tokoh
agafita,
pemuka adat dan rnedia massa agar pedtili dan bertindak nyata
di
lingkungannya untuk rnemperbaiki status
gizi
anak
Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi {SKPG)
27 pemantauan terus rnenerus sifuasi pangan dan gizi masyarakat,
untuk melakukan tindakan cepat dan tepat untuk mencegah timbulnya bahaya rawan pangall dan gizi buruk"
c.
Rencana Jangka Panjang
i.
:
Mengintegrasikan program perbaikan gizi dan ketahanan pangan kedalam program penanggulangan kemiskinan
2.
Meningkatkan daya beli rnasyarakat
J.
Meningkatkan pendidikan terutama pendidikan wanita
4.
Pemberdayaan keluarga untuk menerapkan perilalcu sadar gizi,
yaitu:
a.
Menimbang berat badan secara teratur
b.
Makan beranekaragam setiap hari
c.
Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan, memberikan MPASI setelah usia 6
bulan, menyusui ditenrskan sarnpai usia 2 tahun"
d.
Menggunakan garanx beryodium
e.
Memberikan suplemen gizi (kapsui vitarnin A, tablet Fe)
kepada anggota keluarga yang {
iii '+ r I ypr''w
-S
r
z
j
-i_e-j
+'*S_UIG:A$,
2
005 ) .
memerlukan.
28
BAB TV
PENUTUP
(enil,hasiian suweilans penyakit khususnya keberhasilan suweilans gizi buruk di riru-qusnva di Provinsi NTT dan
NTB sangat dipengaruhi dedikasi dan motivasi
gns mlam menlalankan peran dan fungsinya, serta komitmen yang tinggi dari semua nmrr-'n ru.mms
mendukung kegiatan surveilans seperli tersedia alckasi dana dan sumber
mEmadai_
DAFTAR PUSTAKA
ftrfrern0angan Penanggulangan Gizi Buruk
m5,
available at
Itnsu nglapar/l
54 persn
di
wi,w.
lndonesia Tahun Gizi.net
aporoA 20gizto/o2Asampa i %20des2005-fi na
Kematian Balita Akibat
L
Gizi
Kurang. www. republika. co. cUkaran detail. ap?id=Z7 697 1&kat- d = 1 3 i
i
4. Sundlans Gizi (drafr), nnrw. gizi- rd/surveilansgizi. htm.
m7.
ftrpmena Gizi &uruk Melalui Analisa Masalah
fr n&katan Sisfem, www. kompas-mm. Jakarta
Melalui
dd( 2002. Pdoman Sfafus G,4 EGC Penerbit buku kedokteran. Jakarta-
L,dkk. 20OG- Gambaran debrminan gizi buruk pada balita di wilayah kerja puskesrnas Kabukaru di Kwamatan Lamboya Kabupaten Sumba tsarat tahun 2006. vvu,y, litbang. Depkes. go. id/risbinkes/hrkus,62ffi 1 laporano,620penel iti an%2 02 Offi /d ete rm na n %o 2A gizfh}Aburu k. htm. i
2005. Gizi Buruk,
dan
Kemiskinan KKN. w*vr. kornpas. mrn/kompas-cetaU0506/opini n/1 7 99285.
34