SUPERVISI AKADEMIK DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) PENAMPUNG, KECAMATAN IV ANGKAT, KABUPATEN AGAM
TESIS
oleh:
DESMAWITA NIM : 10617
Ditulis Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010
ABSTRACT
DESMAWITA. 2010. Academic Supervision at the State Madrasah Tsanawiyah (MTsN) Penampung, IV Angkat Sub-District, Agam Regency. Thesis. Graduate Program, State University of Padang. This research concerns with academic supervision at MTsN Penampung which the researcher finds, through her preliminary observation, is not satisfactory. The research focuses on findings the answers to three research question as the followings: a) how the academic supervision at MTsN Penampung has been implemented by the school principal; b) what problems are found in the implementation of the supervision; and c) what follow-up has been carried out to solve the problems. In finding the answers, the researcher uses qualitative approach. To collect data the researcher conducts field observation, interviews and study of documentation. Research informants are obtained through snowball sampling technique in which the MTsN ‘s principal is treated as the key informant. Data analysis is done following the steps as suggested by Miles and Huberman which consist of data reduction, data display, drawing conclusion and verification. In order to confirm its validity triangulation technique is used. Research findings consist of two types: general and specific. General finding is related to the profile of MTsN Penampung, IV Angkat Sub-District, Agam Regency. Specific findings include the followings: a) MTsN’ principal is not efectively able to administer the academic supervision because of psychological aspect such as reluctancy to supervise senior teachers; b) limited time for the principal to conduct supervision; c) limited knowledge and competency to ademinister academic supervision. During the research, it is felt that “no academic supervision” is not a problem, and it seems they let things go as if there is no fault at all”.
i
ABSTRAK
DESMAWITA (2010). Supervisi Akademik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berkaitan dengan Supervisi Akademik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung Kecamatan IV Angkat Kabupaten Agam. Berdasarkan temuan awal penelitian bahwa implementasi supervisi akademik itu belum memuaskan. Penelitian ini memfokuskan pencarian jawaban atas tiga pertanyaan penelitian seperti berikut ini : a) Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung; b) Kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan supervisi Kepala Madrasah; dan c) Apa tindak lanjut yang dilakukan oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah Penampung untuk menyelesaikan masalah-masalah itu. Dalam mencari jawaban peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk mengumpulkan data peneliti melaksanakan observasi lapangan, interview dan studi dokumentasi. Informan penelitian diperoleh melalui teknik snowball. Dalam hal ini Kepala MTsN Penampung diperlakukan sebagai informan kunci (Key Informant). Analisis data dilakukan mengikuti langkahlangkah yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman yang terdiri adari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Untuk menyakinkan validitas data digunakan teknik trianggulasi. Temuan penelitian ini terdiri dari dua jenis; temuan umum dan temuan khusus. Temuan umum berhubungan dengan profil MTsN Penampung Kecamatan IV Angkat Kabupaten Agam, temuan khusus mencakup hal-hal berikut: a). Kepala MTsN Penampung belum mampu secara efektif melaksanakan supervisi akademik disebabkan oleh aspek-aspek psykologis seperti keengganan melakukan supervisi terhadap guru-guru senior, b). Keterbatasan waktu bagi Kepala MTsN Penampung untuk melakukan supervisi, c). Keterbatasan ilmu pengetahuan dan kompetensi melaksanakan supervisi akademik. Dalam melaksanakan supervisi akademik selama penelitian terasa tidak ada masalah walaupun tidak dilakukan supervisi akademik dan juga terlihat guru-guru membiarkan saja seolah-olah segala sesuatu berlalu tidak masalah sama sekali.
ii
Persetujuan Akhir Tesis
Nama : Desmawita NIM : 10617
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Prof. Dr. H. Chatlinas Said Pembimbing I
__________________
__________________
Dr. Yahya, M.Pd Pembimbing II
__________________
__________________
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang
Ketua Program Studi / Kosentrasi
Prof. Dr. Mukhaiyar
Prof. Dr. Kasman Rukun, M.Pd
iii
Persetujuan Komisi Ujian Tesis Magister Kependidikan
No.
Nama
Tanda Tangan
1.
Prof. Dr. H. Chatlinas Said (Ketua)
___________________
2.
Dr. Yahya, M.Pd (Sekretaris)
___________________
3.
Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, M.A, Ed. D (Anggota)
___________________
4.
Prof. Dr. H. Rusdinal, M.Pd (Anggota)
___________________
5.
Prof. Dr. Gusril, M.Pd (Anggota)
___________________
Mahasiswa Nama
: Desmawita
NIM
: 10617
Tanggal Ujian
:
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Karya tulis ini, tesis saya dengan judul Supervisi Akademik Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lainnya. 2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing. 3. Di dalam karya ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis dan dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, Juni 2010 Saya yang menyatakan
Desmawita NIM. 10617
v
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga tesis saya dengan judul Supervisi Akademik Di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam dapat diselesaikan. Tesis ini ditulis guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar magister pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Penulis menyadari bahwa apa yang telah ditulis di dalam tesis ini bukanlah semata-mata atas kemampuan sendiri, tetapi atas bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan penuh ketulusan menyampaikan dan mengucapkan penghargaan serta terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. Chatlinas Said sebagai Pembimbing I dan Dr. Yahya, M.Pd sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing, mengarahkan serta berdiskusi dengan penulis. Dengan sikap arif, kekeluargaan, suasana yang nyaman dan akademis yang selalu beliau bangun dan suguhkan untuk mendorong penulis agar lebih percaya diri guna menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. 2. Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, M.A, Ed. D, Prof. Dr. H. Rusdinal, M.Pd dan Prof. Dr. Gusril, M.Pd masing-masing sebagai penguji tesis ini yang telah banyak memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
vi
3. Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Padang, dosen, karyawannya yang telah memberikan ilmu, bimbingan, bantuan selama perkuliahan, sehingga menambah wawasan akademik penulis. Demikian juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah bersedia berdiskusi dan meminjamkan buku-buku selama penulisan ini. 4. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Sumatera Barat, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Agam dan Kepala MTsN Penampung yang telah memberikan izin dan dorongan untuk menyelesaikan perkuliahan penulis. Demikian juga para majelis guru, pegawai dan pengawas MTsN Penampung yang ikut memberikan motivasi untuk penulis. 5. Khusus buat ayahanda (Ali Amran) dan ibunda (Khairahni) tercinta yang telah membesarkan dan selalu mendoakan penulis agar selalu sukses dalam menjalani kehidupan ini. Juga kepada adik yang selalu memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan perkuliahan ini. 6. Teristimewa buat suami tercinta, Naskopil, beserta anak tersayang, Hifzah Nafilah, yang selalu memberikan motivasi baik moril maupun materil serta doa kepada penulis terutama selama perkuliahan sampai pada penulisan tesis ini. Mereka telah menjadi korban kurang perhatian dan kasih sayang selama penulis mengikuti perkuliahan. Akhirnya atas segala bantuan, petunjuk, arahan, bimbingan, motivasi dan kerjasama yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT memberikan imbalan pahala yang berlipat ganda. Amin, Ya Rabbal Alamin. Pasia, Juni 2010 Penulis Desmawita
vii
DAFTAR ISI ABSTRACT ..................................................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................... PERSETUJUAN AKHIR ............................................................................... PERSETUJUAN KOMISI .............................................................................. SURAT PERNYATAAN ............................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
i ii iii iv v vi viii x xi xii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ......................................... 16 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 17 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 17
BAB II
KAJIAN TEORETIS ................................................................. A. Pengertian Supervisi ............................................................. B. Tujuan Supervisi .................................................................. C. Pentingnya Supervisi ............................................................ D. Teknik Supervisi .................................................................. E. Langkah-langkah Pelaksanaan Supervisi ............................. F. Hambatan Supervisi ............................................................. G. Evaluasi dan Tindak Lanjut Supervisi .................................
19 19 22 23 24 26 27 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................. A. Pendekatan Penelitian .......................................................... B. Lokasi Penelitian dan Situasi Sosial .................................... C. Informan Penelitian .............................................................. D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... E. Teknik Analisis Data ............................................................ F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ................................... G. Langkah-langkah Penelitian .................................................
31 31 33 34 35 38 41 42
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... A. Temuan Umum tentang MTsN Penampung ........................ 1. Sejarah Singkat ............................................................... 2. Lokasi ............................................................................. 3. Struktur Organisasi ........................................................ 4. Visi dan Misi ................................................................... 5. Sarana dan Prasarana ...................................................... 6. Lingkungan .................................................................... 7. Personalia ....................................................................... 8. Gambaran Umum Aktivitas ............................................ B. Temuan Khusus Penelitian ...................................................
45 45 45 47 51 57 58 60 61 67 71
viii
1. Pelaksanaan Supervisi Akademik ................................... 72 2. Kendala dalam Melaksanakan Supervisi ........................ 84 3. Tindak Lanjut Hasil Supervisi ....................................... 91 C. Pembahasan .......................................................................... 94 1. Pelaksanaan Supervisi Akademik .................................. 95 2. Kendala dalam Melaksanakan Supervisi ....................... 98 3. Tindak Lanjut Hasil Supervisi ........................................ 102 D. Tema Budaya ....................................................................... 104 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................... 106 A. Kesimpulan .......................................................................... 106 B. Implikasi ............................................................................... 107 C. Saran-saran ........................................................................... 109
DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 112 LAMPIRAN .................................................................................................... 115
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Data Pegawai Tata Usaha MTsN Penampung ........................... 61
Tabel 4.2
Pangkat/Golongan Pegawai Tata Usaha MTsN Penampung ..... 62
Tabel 4.3
Latar Belakang Pendidikan Guru MTsN Penampung................. 62
Tabel 4.4
Masa Kerja Guru-guru MTsN Penampung ................................ 63
Tabel 4.5
Usia Guru-guru MTsN Penampung ........................................... 64
Tabel 4.6
Pangkat dan Golongan Guru-guru MTsN Penampung .............. 65
Tabel 4.7
Tingkat Pendidikan Guru-guru MTsn Penampung .................... 66
Tabel 4.8
Data Siswa MTsN Penampung .................................................. 66
Tabel 4.9
Data Hasil Ujian Nasional MTsN Penampung .......................... 67
Tabel 4.10 Prestasi MTsN Penampung ........................................................ 67
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data .................................................................. 41 Gambar 4.1 Posisi Sumatera Barat di Pulau Sumatera .................................. 48 Gambar 4.2 Posisi Kabupaten Agam di Propinsi Sumatera Barat ................. 48 Gambar 4.3 Posisi Kecamatan IV Angkat di Kabupaten Agam .................... 49 Gambar 4.4 Letak MTsN Penampung ........................................................... 50 Gambar 4.5 Denah Lokasi MTsN Penampung .............................................. 51 Gambar 4.6 Struktur Organisasu MTsN Penampung ………………………… 52 Gambar 4.7 Grafik Masa Kerja Guru MTsN Penampung .............................. 63 Gambar 4.8 Grafik Umur Guru-guru MTsN Penampung .............................. 64 Gambar 4.9 Grafik Pangkat/Golongan Guru MTsN Penampung .................. 65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pedoman Catatan Lapangan ............................................ 115 Lampiran 2. Daftar Aktor dan Data Yang diberikan ...................................... 120 Lampiran 3. Daftar Photo-photo Penelitian .................................................... 124 Lampiran 4. Catatan Lapangan Penelitian ...................................................... 126 Lampiran 5. Photo-photo Penelitian ............................................................... 165 Lampiran 6. Pemohonan Izin Penelitian ......................................................... 186 Lampiran 7. Surat Izin Penelitian ................................................................... 187
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas bangsa. Melalui pendidikan dapat dihasilkan sumber daya manusia yang berwawasan luas, memiliki kreatifitas tinggi dan mempunyai kemampuan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di era globalisasi ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan masyarakat. Pendidikan yang berkualitas merupakan sasaran pembangunan pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia yang menyeluruh. Oleh sebab itu peningkatan mutu pendidikan tidak dapat diabaikan karena, melalui pendidikan yang berkualitas dapat diharapkan tercipta sumber daya manusia yang andal. Sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan: Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, (UU SPN, 2003: 3). Selanjutnya dalam Bab I, Pasal 1 (UU SPN, 2003: 5) dicantumkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1
2
Potensi-potensi inilah yang diharapkan akan dapat menopang kehidupan masa depan yang lebih baik, makmur dan sejahtera. Oleh karena itu pembangunan nasional sektor pendidikan harus menjadi prioritas utama, jika bangsa ini tidak ingin kalah bersaing di era globalisasi yang semakin kompetitif. Di era globalisasi ini kehidupan manusia berubah, tumbuh dan berkembang cepat seiring dengan kemajuan zaman. Hal ini menuntut kemampuan mempertahankan kebudayaan, identitas dan ciri khas bangsa. Dalam kaitan inilah madrasah, sebagai salah satu institusi pendidikan yang kurikulumnya berciri khas Islam berperan dalam pembentukan anak bangsa yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang seimbang dengan peningkatan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ). Oleh sebab itu madrasah perlu dikelola dengan baik, profesional dan sesuai dengan kebutuhan/tuntutan masyarakat Islam. Agar tercapai tujuan pendidikan nasional Indonesia dengan baik, pemerintah telah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Usaha itu di antaranya ialah melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan mutu dan kualitas guru. Selain itu juga diupayakan pula mengangkat kepala madrasah yang memiliki kemampuan mengelolanya dengan baik. Kemampuan itu meliputi bagaimana membimbing, mengarahkan, menggerakkan, dan membantu guru dalam mengatasi kesulitannya. Kesulitan yang dimaksud tentu berhubungan dengan bagaimana melaksanakan tugas sebagai guru, disamping bagaimana menjalin kerja sama yang baik dengan guru dan masyarakat sekitarnya. Kepala madrasah merupakan salah satu faktor penentu utama bagi sukses tidaknya kegiatan madrasah. Dengan kata lain, kualitas madrasah banyak
3
ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala madrasahnya. Kepala madrasah memang dituntut mempunyai kemampuan yang dapat mendorong dan memotivasi seluruh warga madrasah. Hal ini penting untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran madrasah melalui program yang direncanakan dengan matang dan bertahap. Keadaan ini perlu pula disesuaikan dengan potensi sumber daya, dukungan masyarakat dan ketepatan waktu agar semuanya itu terlaksana dengan baik. Selanjutnya kepala madrasah juga diharapkan dapat memahami keberadaan madrasah sebagai organisasi yang kompleks dan unik serta mampu melaksanakan peranannya yang selama ini dikenal dalam tugas pokok dan fungsinya dengan sebutan EMASLIM (educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator) (Mulyasa, 2004). Salah satu diantaranya kepala madrasah sebagai seorang Supervisor yang bertugas melaksanakan supervisi pada satuan pendidikan. Pokoknya kepala madrasah merupakan figur yang menentukan titik pusat keberhasilan dan irama suatu madrasah. Dengan demikian kepala madrasah sangat berperan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab VIII Pasal 57 tentang standar Pengelolaan memberikan pemahaman bahwa supervisi yang dilakukan meliputi supervisi manajerial dan supervisi akademik dan dilaksanakan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala madrasah secara teratur dan berkesinambungan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 kegiatan supervisi pada satuan pendidikan (sekolah) semenjak sekolah dasar hingga Sekolah Lanjutan Atas (Umum dan kejuruan) adalah suatu kegiatan yang integral dan tidak
4
dapat diabaikan dan harus dijalankan/dilakukan oleh kepala madrasah sebagai atasan langsung pendidik (guru) di satuan pendidikannya. Sebagai supervisor, kepala madrasah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah, kepala madrasah harus memiliki beberapa kompetensi, kompetensi dimaksud ialah kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Dalam peraturan yang sama dikatakan pula bahwa kompetensi supervisi kepala madrasah meliputi perencanaan
program
supervisi
akademik
dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme guru, pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru dan penindak lanjuti hasil supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesioanalisme guru. (Departemen Pendidikan Nasional, 2009:329) Supervisi akademik merupakan kunci keberhasilan kepala madrasah dalam menjadikan madrasah itu lebih efektif, bermutu, berprestasi dan berprestise. Supervisi akademik merupakan bagian yang penting dalam proses penyelengaraan pendidikan di madrasah. Oleh sebab itu kepala madrasah perlu memahami konsep supervisi secara utuh (arti, tujuan dan teknik supervisi) menyusun programnya, melaksanakannya dan memanfaatkan hasilnya untuk perbaikan pendidikan madrasah. Sebagai supervisor, kepala madrasah diharapkan dapat menguasai halhal yang berkaitan dengan tugas-tugas guru, penguasaan materi, strategi belajar, sistem evaluasi dan pengelolaan kelas.
5
Guru yang disupervisi merupakan penanggung jawab terdepan dalam peningkatan mutu pendidikan. Sebagai penentu keberhasilan pendidikan di madrasah dituntut
kemampuannya dalam melaksanakan fungsinya secara
profesional dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Guru dikatakan profesional bila dia memiliki kemampuan dan keahlian dalam menjalankan tugas keguruannya. Menurut Tilaar dalam Suyanto (2001:145) guru profesional memiliki beberapa ciri diantaranya: 1) memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik, 2) menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, 3) berkepribadian yang matang dan berkembang, dan 4) memiliki sikap profesional yang berkembang secara berkesinambungan. Guru adalah orang yang berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan Muhibbin (1995), sebagai pendidik dan pengajar, guru merupakan faktor penentu dalam keberhasilan peserta didik. Guru yang berkualitas akan mampu membimbing anak didiknya, menciptakan suasana yang kondusif, melibatkan peserta didik secara aktif dan membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar secara optimal. Guru yang baik mampu merefleksikan dirinya sendiri dengan melakukan evaluasi cara mengajar dan cara mendidik serta membina siswanya. Karena itu sasaran evaluasi tidak hanya untuk mengevaluasi anak didik saja tetapi juga pendidik itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik, guru diharapkan mampu mengimplementasikan seluruh kompetensi profesional yang dimilikinya. Tugus guru sebagai profesi sebagaimana yang dinyatakan Usman (2000)
meliputi
mendidik,
mengajar,
dan
melatih.
Mendidik
berarti
mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti mengembangkan ilmu
6
pengetahuan; sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 74 tahun 2008 Tentang Guru Bab II Pasal 3 dalam menjalankan tugasnya guru diharapkan memiliki beberapa kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. (Departemen Pendidikan Nasional, 2009: 117) Dalam melaksanakan tugas dan merencanakan persiapan mengajar guru harus memiliki niat yang tulus dan ikhlas dengan mengaharap ridho Allah SWT. Rasulullah s.a.w menyatakan: “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang ikhlas mengharapkan pahala dari Allah”. Hal ini sesuai dengan gubahan penyair: “Hendaklah anda lurus dan ikhlas dalam bekerja dan berbuat baiklah selalu di mana saja anda berada” (Bakry, 1993:39). Niat yang tulus dan ikhlas, bila diaplikasikan dalam perencanaan persiapan mengajar, diharapkan akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang direncanakan itu. Pencapaian tujuan dan harapan di atas tidak terlepas dari kepemimpinan kepala madrasah. Karena itu betapapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan suatu madrasah, misalnya ruangan kelas, ruang laborotorium, ruang perpustakaan, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi dan tempat bermain/berolahraga, namun kalau semua itu tidak diberdayakan dengan baik, maka tujuan untuk menciptakan madrasah yang bermutu akan sulit dicapai. Selanjutnya untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas diperlukan pula program pembinaan yang
7
berkelanjutan dan terprogram. Salah satu di antaranya ialah supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala madrasah. Supervisi akademik merupakan bagian yang sangat penting dalam proses penyelenggaraan pendidikan di madrasah. Oleh sebab itu kepala madrasah perlu memahami hakekat supervisi akademik secara komprehensif dan berkelanjutan. Berkaitan dengan ini dari hasil pengamatan penulis sementara di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Penampung Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam terkesan hal-hal berikut: Pertama, kepala madrasah tersebut belum sepenuhnya melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan supervisi. Terlihat bahwa supervisi yang dilaksanakannya masih bersifat kritikan, bukan memberikan bimbingan untuk mencarikan penyelesaian masalah yang dipunyai guru. Kedua, sebagai supervisor, orang pertama di madrasah ini kelihatannya kurang memberikan pembinaan, bimbingan serta arahan terhadap guru yang mengalami masalah. Akibatnya, peningkatan kemampuan guru dalam mengajar belum terlihat. Ketiga, kepala madrasah terkesan belum mampu mendorong guru melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. Sebagai akibatnya keluaran (out-put) madrasah masih tetap rendah. Hal ini terlihat dari hasil ujian nasional yang cenderung menurun. Keempat, sarana yang dimiliki madrasah belum memenuhi kebutuhan. Hal ini terlihat belum memiliki ruangan perpustakaan, laboratorium, aula, mushala, ruang usaha kesehatan sekolah dan ruang multimedia.
8
Kelima, masih ada guru yang belum mampu menyusun program pengajaran dengan baik. Mereka juga kurang mampu menanamkan konsep dasar materi pelajaran. Demikian pula kurang mampu merancang strategi pembelajaran yang diajarkan. Keenam, rendahnya kemampuan guru menggunakan media, memperbaiki metode dan melaksanakan strategi pembelajaran yang bervariasi. Ketujuh, masih ada guru yang kurang berminat melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka terkesan melaksanakan tugas hanya sekedar menyampaikan materi dan menyelesaikan program. Guru suka meninggalkan ruang kelas saat pembelajaran berlangsung. Di samping itu sebagian besar duduk-duduk di ruang majelis guru membicarakan hal-hal yang kurang terkait dengan masalah pembelajaran dan masalah siswa. Kedelapan, dalam rapat dengan majelis guru, kepala madrasah cenderung menyampaikan daftar kelemahan-kelemahan guru dalam mengajar, memberikan instruksi tentang apa yang harus dilakukan dan jarang memberikan kesempatan kepada guru untuk menyampaikan masalah-masalah yang dihadapinya di kelas. Kesembilan, masih terlihat para pegawai bekerja dengan santai tanpa memperhatikan apakah pekerjaannya mereka harus segera dikerjakan atau tidak. Akhirnya, kesepuluh, sejumlah guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan keahliannya. Di samping itu masih banyak dipakai guru honor. Berdasarkan observasi yang selanjutnya peneliti lakukan pada bulan MeiJuli 2009 di madrasah ini ditemukan beberapa hal lain. Observasi pada tanggal 15 Mei 2009, teramati bahwa kepala madrasah ini tidak menyusun program
9
supervisi pendidikan secara tertulis. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan belum adanya terpajang program supervisi pendidikan di ruang kepala madrasah itu maupun di ruang majelis guru. (Lihat Catatan Lapangan 01 pada lampiran). Selanjutnya pada tanggal 28 Mei 2009 dari guru kelas IX di peroleh informasi bahwa masih banyak guru yang belum memperoleh supervisi kunjungan kelas oleh kepala madrasah. Kepala madrasah terkesan kurang sekali mengkomunikasikan tentang kegiatan proses belajar mengajar dengan guru. Dalam rapat dengan majelis guru, misalnya kepala madrasah cenderung memberikan instruksi dan sedikit sekali memberi kesempatan kepada guru untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kepala madrasah kurang menerima masukan dan saran dari guru. (Lihat Catatan Lapangan 02 dan Gambar 01 pada lampiran). Hasil wawancara dengan Wakil Kepala Madrasah di ruang majelis guru pada tanggal 9 Juni 2009 diperoleh informasi bahwa kepala madrasah ini belum sepenuhnya melaksanakan supervisi pendidikan sebagaimana yang seharusnya. Supervisi dilaksanakan tanpa rencana dan dilakukannya dengan mengamati dari luar ruangan belajar. Jika kepala madrasah ternyata melaksanakan supervisi sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung, maka hal itu belum dapat mencapai sasaran. Akibatnya, pelaksanaan proses dan hasil pembelajaran terkesan belum sesuai dengan yang diharapkan (Lihat Catatan Lapangan 03 pada lampiran). Kepala Madrasah ini selanjutnya diketahui sering rapat dan dinas luar, di antaranya rapat ke Lubuk Basung ibu kota kabupaten, dan ke Padang ibu kota propinsi membicarakan persiapan ujian nasional dan ujian madrasah siswa kelas IX. Rapat juga berkaitan dengan musyawarah kerja kepala madrasah di kabupaten
10
dan propinsi. Kemudian rapat peningkatan sarana dan prasarana madrasah, pengurusan bantuan siswa yang tidak mampu dan pengurusan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). (KM. 12 Juni 2009), (Lihat Catatan Lapangan 04 pada lampiran). Guru-guru yang mengajar di MTsN Penampung masih banyak yang berstatus guru tidak tetap. Terkait dengan objek supervisi, sebagian guru masih belum membuat perangkat pembelajaran (program/rencana pembelajaran dan penilaian) secara rutin. Dalam melaksanakan proses pembelajaran mereka belum menggunakan multimedia dan metode yang bervariasi sehingga pembelajaran terkesan kurang menyenangkan dan tidak menarik minat siswa untuk belajar. Selanjutnya diperoleh pula informasi dari guru kelas IX pada tanggal 13 Juni 2009 bahwa Kepala Madrasah jarang mengajar dikelas. Seharusnya disamping sebagai kepala madrasah, dia masih mempunyai kewajiban mengajar selama 6 jam per minggu. Informasi
lain
yang
diperoleh
ialah
bahwa
MTsN
Penampung
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran pada dua lokasi yang terpisah dengan jarak lokasi ± 500 meter. Hal ini mempunyai dampak terhadap disiplin pertukaran jam pelajaran, dimana guru yang mengajar sering terlambat masuk kelas karena lokasi yang berjauahan (Lihat Catatan Lapangan 05 pada lampiran). Informasi seperti ditemukan di atas, telah mendorong penulis untuk melihat madrasah ini lebih dekat. Untuk itu telah dilakukan semacam grand tour ke madrasah tersebut mulai tanggal 15 Mei sampai dengan 24 Juli 2009 sebanyak 5 kali. Tujuannya ialah untuk melihat tiga sasaran yaitu: 1) ketenagaan,
11
2) kegiatan pembelajaran, 3) supervisi akademik. Hasil masing-masing aspek dijelaskan sebagai berikut: 1. Ketenagaan MTsN Penampung ini terletak di Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam, dipimpin oleh seorang kepala madrasah. Yang bersangkutan telah memimpin madrasah ini sejak 1 Mei 2005 sampai laporan ini ditulis. Kepemimpinannya dibantu oleh 32 orang guru. Sembilan belas orang di antaranya berstatus pegawai negeri sipil (PNS), 13 lainnya bekerja sebagai guru tidak tetap. Di samping itu 2 orang di antaranya masing-masing berfungsi sebagai wakil kepala madrasah. Kemudian madrasah ini juga mempunyai 1 orang kepala tata usaha, 1 orang pegawai tetap, 3 orang pegawai tidak tetap, 1 orang penjaga madrasah dan 1 orang petugas kebersiahan 2. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilaksanakan setiap hari sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kegiatan tersebut berlangsung mulai dari pukul 07.30 WIB sampai dengan 14.10 WIB. Kegiatan itu sebagai berikut: a. Pada tahun 2008/2009 kegiatan pembelajaran menggunakan dua macam kurikulum. Kelas VII dan kelas VIII masing-masing menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sementara itu kelas IX menggunakan dua macam kurikulum yaitu, kurikulum KTSP dan Kurikulum 2004. Perubahan Kurikulum 2004 menjadi KTSP membuat banyak persoalan di dunia pendidikan. Kurikulum 2004 belum berjalan secara sempurna dan belum dapat dilihat hasilnya. Dalam waktu yang sama KTSP sudah harus dilaksanakan pula. Untuk
12
menghadapi perubahan kurikulum ini guru perlu mendapatkan pelatihan dan pembinaan. b. Kegiatan
pembelajaran
dilengkapi
dengan
perangkat-perangkat
pembelajaran. Guru-guru mempersiapkan hal-hal yang diperlukan seperti program tahunan, program semester, rencana pembelajaran dan media pembelajaran. Sebagian proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan persiapan yang matang. Namun sebagian terkesan berjalan asal-asalan, tanpa persiapan yang terencana dengan baik. Hal ini mengakibatkan tidak terlaksananya kegiatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. c. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan bernuansa Islam sehingga menjadi kebiasaan. Hal itu terlihat pada program berdoa bersama sebelum pembelajaran dimulai. Setelah itu dilakukan pula pembacaan Al-Quran oleh siswa. Proses pembelajaran ditutup dengan berdoa bersama lagi. Di samping itu siswa melaksanakan sholat zuhur berjamaah dengan majelis guru. Kegiatan muhadarah diselenggarakan setiap hari Jumat. Kegiatan ini diawali dengan pembacaan Al-Quran, dan saritilawah. Pada kegitan ini ditampilkan pula pidato berbahasa Arab, berbahasa Inggris, berbahasa Indonesia dan khutbah. Pada penutupannya ditampilkan acara kesenian, bakat siswa berupa pembacaaan pantun, puisi dan nasyid. Selanjutnya pada hari Sabtu pukul 10.30 WIB dilaksanakan kegiatan pengembangan diri melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, dan palang merah remaja. Hal ini dipandang perlu dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan potensi dan minat siswa.
13
3. Supervisi Akademik a.
Program Supervisi Akademik Observasi yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2009 di ruangan Kepala
Madrasah dan ruangan majelis guru, belum memperlihatkan kejelasan program supervisi Kepala Madrasah. Di sana di dinding ruangan kepala madrasah dan di ruangan majelis guru belum tampak terpajang secara jelas program supervisi yang bertujuan untuk mamberikan bantuan dan pembinaan kepada guru-guru. b. Pelaksanaan Supervisi Akademik Dari salah seorang guru kelas IX didapat informasi bahwa Kepala Madrasah belum melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan yang diharapkan. Supervisi yang dilakukan Kepala Madrasah belum ditujukan kepada semua guru. Walaupun Kepala Madrasah telah melaksanakan supervisi sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung, namun hal itu terkesan belum dapat mencapai sasaran. Guru merasa tidak terbantu, baik dalam penguasaan materi maupun penggunaan strategi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran yang tepat, serta pengelolaan kelas. c. Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik Tindak lanjut hasil supervisi yang dilaksanakan Kepala Madrasah kelihatannya belum sepenuhnya dapat memberikan bantuan dan bimbingan bagi guru-guru. Kenyataannya memang belum terlihat adanya perubahan perilaku guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai umpan balik dari hasil pembinaan Kepala Madrasah sebagai supervisor.
14
d. Kegiatan Kepala Madrasah Kepala Madrasah sangat sibuk dengan berbagai kegiatan luar. Dia sering menghadiri rapat di ibu kota kabupaten dan ibu kota propinsi. Rapat itu berupa persiapan ujian nasional, ujian madrasah, ujian sekolah,
Musyawarah Kerja
Kepala Madrasah (MK2M), pengurusan bantuan beasiswa bagi siswa yang berprestasi dan siswa tidak mampu, pengurusan dana bantuan operasional sekolah, persiapan ajang kreatifitas siswa madrasah di propinsi. Kepala Madrasah juga sibuk dengan pengurusan bantuan pembangunan ruang belajar siswa, perbaikan, pembenahan, pembangunan, dan pengembangan sarana prasarana madrasah berupa tambahan ruang belajar siswa. Sementara itu, keberadaan Kepala Madrasah tidak hanya pada satu lokasi madrasah, kadang kala dia berada di ruangan yang berjauhan tempatnya dari ruangan belajar siswa. Berbagai kegiatan lain juga dilaksanakan oleh Kepala Madrasah bersama guru dan penjaga madrasah, seperti kegiatan membina kebersihan, ketertiban dan keindahan (K3) madrasah. Hal ini terlihat pada pekarangan madrasah yang tertata bersih dan rapi. Setelah itu juga terlihat bunga-bunga hidup di ruangan Kepala Madrasah dan majlis guru. Kegiatan grand tour dilanjutkan dengan kegiatan mini tour. Untuk ini observasi dikhususkan pada supervisi akademik. Dari hasil mini tour didapatkan kesimpulan bahwa Kepala Madrasah kelihatannya belum melaksanakan tugasnya di bidang supervisi akademik secara optimal. Guru merasa belum terbantu dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar dengan supervisi yang dilaksanakan Kepala Madrasah. Kepala Madrasah dalam melaksanakan supervisi, misalnya hanya
15
dengan melihat dari luar kelas. Kalaupun yang bersangkutan masuk ke dalam kelas, namun hal itu terkesan hanya mencari-cari kesalahan guru. Selain dari itu supervisi yang dilaksanakan Kepala Madrasah terkesan tanpa persiapan dan perencanaan yang matang. Supervisi dilaksanakannya secara tiba-tiba tanpa diketahui guru. Sekilas Kepala Madrasah sudah hadir di depan kelas terutama yang di dalamnya sedang berada dalam keributan.Untuk lebih jelasnya kegiatan supervisi akademik yang dilaksanakan Kepala Madrasah dapat dilihat dari informasi tentang program, pelaksanaan dan tindak lanjutnya seperti di bawah ini. a. Program Supervisi Akademik Berdasarkan hasil pegamatan pada tanggal 15 Mei 2009, Kepala Madrasah ditemukan belum membuat program supervisi akademik. Hal ini antara lain di tandai oleh belum adanya terpajang program supervisi Kepala Madrasah di dalam ruangannya maupun dalam ruangan majelis guru. (Lihat Catatan Lapangan 01 pada lampiran). b. Pelaksanaan Supervisi Akademik Dari hasil wawancara pada tanggal 13 Juni 2009 dengan guru kelas IX, di ruang majelis guru dapat disimpulkan bahwa Kepala Madrasah belum melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan supervisi oleh Kepala Madrasah terkesan masih melihat di luar kelas, kalaupun masuk ke dalam kelas guru merasa belum terbantu baik dalam penguasaan materi, penggunaan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan, penggunaan strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas selama proses belajarmengajar sehingga upaya menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan
16
menyenangkan belum mencapai hasil yang diharapkan. (Lihat Catatan Lapangan 03 pada lampiran). c. Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik Informasi yang didapatkan dari wakil Kepala Madrasah pada tanggal 15 Juni 2009 bahwa tindak lanjut hasil supervisi yang dilaksakan Kepala Madrasah belum memberikan bantuan, arahan dan bimbingan terhadap guru-guru. Penyampaian hasil supervisi dilaksanakan Kepala Madrasah hanya sekedar saja di ruang rapat majelis guru. Guru merasakan supervisi yang diberikan oleh Kepala Madrasah belum menyentuh terhadap perubahan tingkah laku guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. (Lihat Catatan Lapangan 06 pada lampiran) B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian Dari hasil pengamatan di lapangan seperti dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, Kepala Madrasah terkesan belum melaksanakan tugasnya sebagai supervisor menurut yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pembelajaran yang dilaksanakan belum sesuai dengan tujuan supervisi akademik. Dengan kata lain supervisi akademik yang dilakukan Kepala Madrasah belum dapat memberikan bimbingan, bantuan ke arah yang lebih baik dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Berawal dari hasil pengamatan terdahulu penelitian ini selanjutnya akan difokuskan pada pelaksanaan supervisi akademik di MTsN Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam. Untuk itu masalah penelitian yang akan diajukan ialah: Kenapa pelaksanaan supervisi akademik Kepala MTsN Penampung Kabupaten Agam tidak efektif? Untuk menjawabnya dirumuskan pertanyaan penelitian berikut:
17
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala MTsN Penampung? 2. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan supervisi oleh Kepala MTsN Penampung? 3. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan Kepala MTsN Penampung terhadap masalah yang ditemui dalam pelaksanaan supervisi akademik? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: 1. Ihwal pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala MTsN Penampung. 2. Kendala–kendala yang menghambat pelaksanaan supervisi Kepala Madrasah. 3. Tindak lanjut yang dilakukan Kepala Madrasah terhadap masalah-masalah yang ditemui dalam pelaksanaan supervisi akademik di MTsN Penampung. D. Manfaat Penelitian Secara teoretis penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat untuk pengelolaan pendidikan dalam pengembangan khasanah ilmu pengetahuan di bidang supervisi pendidikan. Selanjutnya secara praktis penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat untuk: 1. Kepala MTsN Penampung, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kemampuan supervisi di sekolahnya. 2. Kepala Madrasah lainnya, sebagai bahan masukan dalam menyampaikan program supervisi di madrasah masing-masing. 3. Guru-guru calon Kepala Madrasah sebagai bahan masukan.
18
4. Pengawas madrasah, sebagai masukan pelaksanaan supervisi di madrasah. 5. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Agam, sebagai bahan masukan dalam memberikan bimbingan kepada Kepala MTsN di lingkungan Kabupaten Agam menyangkut prongram supervisi. 6. Bagi peneliti sendiri untuk dapat menambah wawasan tentang pentingnya supervisi dalam pembinaan tugas dan keprofesionalan dalam menjalankan profesi guru.
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pengertian Supervisi Menurut Arikunto (2004:2), kata supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super yang berarti di atas dan vision yang berarti melihat. Jadi supervisi berarti melihat dari pihak atas ke pihak bawah. Bila dikaitkan dengan sekolah, maka supervisi dapat diartikan sebagai upaya melihat dan kemudian menjadikan
kegiatan sekolah yang masih negatif untuk diupayakan menjadi
positif, dan yang sudah positif menuju lebih positif lagi. Karena itu diperlukan pembinaan. Menurut Harris (1975:24) supervisi adalah “what school personnel do with adults and things to maintain or change the instructional operation of the school in order to facilitate the learning process” (Supervisi adalah apa yang dilakukan personil sekolah terhadap orang dewasa dan hal–hal untuk memelihara atau mengubah pelaksanaan pembelajaran di sekolah untuk memudahkan proses belajar). Menurut Robert (1979:3) “Supervision is a combination or integration of processes, procedures and conditions that are consciously designed to advance the work effectiveness of individuals and group” (supervisi merupakan gabungan atau perpaduan berbagai proses, prosedur dan keadaan yang dirancang secara sadar untuk meningkatkan efektivitas kerja perorangan dan kelompok). Menurut Purwanto (1989:131) “supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif”, Lazaruh (1984) mengemukakan bahwa supervisi merupakan kegiatan atau usaha untuk merangsang, mengkoordinasikan dan membimbing kemampuan guru-guru. Dengan secara
19
20
demikian penampilannya diharapkan akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya, Soetopo (1982) melihat kegiatan supervisi sebagai proses mengamati, mengawasi atau membimbing kegiatan pembelajaran dengan maksud untuk perbaikan pembelajaran itu. Menurut Pidarta (1992) supervisi pembelajaran merupakan proses pengembangan kompetensi guru secara optimal sesuai dengan tingkat kemampuannya sehingga tercapai efisiensi kerja yang lebih meningkat. Bafadal (1992:230) menjelaskan bahwa supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf agar mereka dapat meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan pekerjaannya kepada tujuan yang lebih baik. Lebih lengkap lagi supervisi merupakan usaha mengawasi, mengarahkan, meng-koordinasikan dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru–guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif (Sahertian, 1990:17). Ditegaskan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999) bahwa salah satu tugas kepala madrasah sebagai supervisor adalah mensupervisi staf atau guru dalam kegiatan pembelajaran. Tugas ini disebut juga sebagai supervisi pembelajaran akademik yaitu memberikan bantuan profesional kepada guru melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang efektif. Menurut Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam (2000:3) supervisi akademik adalah supervisi yang mengarah kepada pengendalian dan pembinaan bidang akademik melalui kegiatan dan proses belajar mengajar di sekolah agar hasil belajar siswa lebih baik. Beranjak dari beberapa kajian supervisi yang dipaparkan oleh beberapa ahli diatas dapat disimpulan bahwa supervisi adalah suatu proses pemberian bantuan, bimbingan oleh supervisor kepada pendidik (guru) untuk meningkatkan
21
kemampuan dan mengembangkan kompetensi profesional guru dalam proses pembelajaran yang lebih efektif. Dalam pengertian tersebut tampak dengan jelas bahwa supervisi akademik diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap perbaikan proses pembelajaran melalui upaya peningkatan kualitas kemampun guru dalam mengelola proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian supervisi di atas, maka supervisi akademik diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap perbaikan proses pembelajaran, melalui peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan, merancang dan mengelola proses pembelajaran di kelas. Melalui supervisi itu pula kepala sekolah diharapkan akan dapat membantu guru dalam menentukan metode pembelajaran yang efektif. Di samping itu dia akan dapat pula menggunakan media pembelajaran yang mampu menunjang kelancaran proses pembelajaran di kelas, menguasai materi pembelajaran dan melaksanakan evaluasi dan pengelolaan kelas agar tercapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah Mengenai Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah. Kompetensi supervisi ini meliputi: 1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, 2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, dan 3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Arikunto (2004:5) membedakan supervisi akademik dengan supervisi administrasi. Supervisi akademik menitik-beratkan pada masalah akademik. Artinya, kegiatan itu langsung ditujukan pada kegiatan pembelajaran oleh guru
22
untuk membantu siswa dalam proses belajar-mengajar. Kemudian berbeda dengan supervisi akademik, supervisi administrasi terkait dengan masalah administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya proses pembelajaran. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah lebih mengarah pada masalah akademik. Hal ini ditujukan pada proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di sekolah. B. Tujuan Supervisi Arikunto (2004:42) membedakan supervisi secara umum dengan supervisi secara khusus. Secara umum supervisi bertujuan untuk memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf sekolah yang lain. Dengan bantuan yang diberikan personil sekolah diharapkan akan mampu meningkatkan kinerjanya terutama dalam proses pembelajaran. Secara khusus supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan hal-hal yang berkenaan dengan: 1) kinerja siswa sehingga mencapai prestasi belajar yang optimal, 2) mutu kinerja guru, 3) efektivitas kurikulum, 4) efektivitas dan efisiensi sarana dan prasarana, 5) kualitas pengelolaan sekolah, dan 6) kualitas situasi umum sekolah. Soetopo (1982) melihat supervisi bertujuan untuk membantu guru yang menyangkut hal-hal seperti: 1) tujuan-tujuan pendidikan, 2) bimbingan pengalaman belajar siswa, 3) penggunaan alat pembelajaran modern, metode dan sumber pengalaman belajar, 4) penilaian kemajuan siswa dan hasil pekerjaan guru itu sendiri, 5) penciptaan suasana gembira dengan tugas yang diperolehnya, dan 6) penggunaan waktu dan tenaga sepenuhnya dalam pembinaan sekolah. Menurut Amentambun (1981:92) supervisi bertujuan untuk: 1) membina kepala sekolah dan guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan, 2) memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi
23
lebih baik, 3) meningkatkan kesadaran guru tentang cara kerja yang demokratis, 4) memperbesar semangat guru dan meningkatkan motivasi berprestasi, 5) membantu guru dalam mengevaluasi aktivitasnya, 6) mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan di kalangan guru. Selanjutnya Sagala (2002:235) melihat supervisi pendidikan sebagai upaya membantu guru dalam: 1) mengembangkan proses belajar-mengajar, 2) menerjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajarmengajar, dan 3) mengembangkan staf sekolah. Bagi Suwadji (1984) tujuan supervisi
adalah
untuk:
1)
melihat
dengan
jelas
tujuan
pendidikan,
2) membimbing siswa dalam proses belajar-mengajar, 3) mengefektifkan penggunaan sumber belajar-mengajar, 4) mengevaluasi kemajuan belajar siswa, 5) mencintai tugasnya dengan rasa tanggung jawab. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik bertujuan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Termasuk didalamnya penguasaan materi pelajaran, penggunaan strategi dan metode, penggunaan media pembelajaran dan proses penilaian kemajuan belajar murid. Dengan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah/madrasah diharapkan kinerja dan profesionalisme guru akan lebih meningkat. Pada akhirnya diharapkan pula tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dapat dicapai. C. Pentingnya Supervisi Menurut Rivai (1982) supervisi perlu dari tiga aspek yaitu: 1) hakikat individu, 2) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan 3) perubahan jabatan guru. Ditinjau dari aspek hakikat individu dikatakan bahwa guru memiliki kelebihan dan kekurangan baik dari segi pengetahuan maupun dari hal
24
kemampuan profesionalnya. Alasan inilah yang dijadikan pertimbangan perlunya pembinaan guru melalui supervisi akademik. Dari aspek perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disadari pula bahwa manusia dituntut kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kaitan ini madrasah sebagai wadah pembinaan manusia intelek dituntut kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang ilmu pengetahuan ini. Dengan demikian, perlu dilakukan supervisi akademik terhadap guru-guru. Kemudian ditinjau dari pertumbuhan jabatannya, guru perlu mendapat perhatian dengan memberikan bantuan bimbingan melalui supervisi akademik. Dapat dipahami bahwa supervisi akademik yang dilakukan kepala madrasah terhadap guru-guru diharapkan akan dapat membantu mereka dalam meningkatkan kemampuan mengajarnya. Dengan kata lain supervisi akademik penting artinya bagi peningkatan kemampuan profesionalnya terutama dalam proses pembelajaran. Dilihat dari hakekat manusia, guru mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam mengajar. Kelemahan dapat memperbaiki diri dengan belajar, menambah wawasan dan lainnya. Dengan kelebihannya, guru akan dapat lebih percaya diri dan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Melalui supervisi akademik guru-guru
diharapkan
akan
dapat
meningkatkan
kemampuannya
dalam
pembelajaran secara optimal. D. Teknik Supervisi Dalam melakukan tugasnya, seorang supervisor sepatutnya dapat memilih teknik yang tepat dan cocok bagi setiap guru. Dikemukakan Arikunto (1993:76),
25
Setiap guru mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Di samping itu, sifat, pembawaan, ciri-ciri fisik dan akan sangat mempengaruhi bagaimana bentuk interaksi yang terjadi. Selain itu pergaulan antara sesama guru dengan muridnya sudah akan mengubah karakteristik guru jika berhadapan dengan supervior. Supervisor yang bertugas untuk memberikan bantuan kepada guru didalam meningkatkan kualitas kerjanya akan mempunyai efek yang belum tentu sama bagi guru yang berbeda, bagi guru yang sama dalam situasi yang berbeda, atau guru yang sama tetapi untuk kasus yang berbeda. Dari kutipan di atas jelaslah bahwa supervisor sepatutnya mengetahui teknik-teknik supervisi yang tepat untuk masing-masing guru. Alasannya ialah bahwa menghadapi guru yang berbeda tidak mungkin dengan teknik yang sama. Teknik tertentu adakalanya cocok untuk guru tertentu pula tetapi belum tentu cocok untuk yang lain. Sebagai supervisor, kepala madrasah perlu mengetahui kondisi masing-masing guru sehinga dapat memilih teknik yang tepat. Dengan cara demikian supervisi diharapkan akan berhasil lebih baik. Menurut Lazaruth (1984), Soetopo (1982), Sahertian (1990) dan Mulyasa (2004) supevisi sedapatnya dilakukan dengan menggunakan teknik yang bervariasi. Di antara teknik-teknik itu ialah: 1) observasi kelas, 2) percakapan individu/kelompok, 3) saling berkunjung, 4) demonstrasi mengajar, 5) rapat staf, 6) lokakarya, 7) pustaka jabatan, 8) penilaian diri, 9) buletin supervisi, dan 10) kunjungan studi. Soetopo (1982) menambahkan bahwa supervisi pembelajaran dapat pula dilakukan baik langsung atau tidak langsung. Akhirnya menurut Sutisna (1985) Supervisi dapat juga dilakukan dengan menggunakan teknik yang lain seperti: 1) pengembangan kurikulum, 2) lokakarya dan, 3) survei sekolah masyarakat. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat dipahami bermacam–macam teknik supervisi akademik yang dapat dilakukan untuk membantu guru-guru.
26
Teknik-teknik ini tentu dapat dilakukan sesuai dengan situasi, kebutuhan dan tujuan supervisi akademik. E. Langkah-langkah Pelaksanaan Supervisi Pelaksanaan supervisi mencakup persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Kegiatan persiapan mencerminkan mekanisme supervisi yang akan dilakukan pelaksanaannya, pelaporannya dan tindak-lanjutnya. Pada tahap persiapan ini yang disiapkan instrumen atau penjelasan teknis pelaksanaan supervisi. Di dalamnya juga ditentukan petunjuk pelaksanaan pendidikan di madrasah. Dalam melaksanakan supervisi perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1) kesinambungan supervisi, 2) perbedaan keadaan pada awal kegiatan dengan hasil kegiatan akhir supervisi, 3) penggunaan instrumen secara terampil, 4) kemampuan supervisor mengembangkan instrumen, 5) pangutamaan pada pemecahan masalah, 6) keterlibatan teknis administrasi, 7) penguasaan materi supervisi oleh supervisor, penggunaan instrumen, penyusunnan masalah dan hal lain yang diperlukan. Sebagai tindak lanjut, pada pertemuan akhir sebaiknya didiskusikan hasil supervisi dengan guru yang bersangkutan.Pada tahap ini dia diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya mengenai pelaksanaan tugasnya di kelas. Di sinilah waktunya memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitan pribadinya maupun kesulitan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Selain itu supervisor dapat pula memberikan tugas lain berkaitan dengan upaya memperbaiki kekurangan yang dialami guru pada waktu mengajar, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. (Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 1999 : 23).
27
Selanjutnya Burhanuddin (1998:104) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan supervisi, yaitu: 1) sistematik persiapan dan perencanaan, 2) pemberitahuan kepada guru yang akan di supervisi tentang rencana supervisi, 3) data yang lengkap dan teknik yang bervariasi dalam pelaksanaan supervisi, 4) rangkapkan hasil supervisi, 5) format-format penilaian supervisi, 6) nilai rata-rata penilaian masing-masing komponen, 7) pengembangan seluruh hasil penilaian. Ketujuh hal di atas dilakukan berurutan melalui lima langkah yaitu: 1) menciptkan hubungan yang harmonis, 2) menganalisa kebutuhan, 3) mengembangkan strategi dan media, 4) meningkatkan keberhasilan, 5) merevisi program (Marks dan Stoop dalam Bafadal (1992:41). Dari beberapa langkah pelaksanaan supervisi di atas jelaslah bahwa supervisi sangat perlu dilakukan dalam rangka membina, membimbing dan mendorong guru agar melakukan pekerjaan dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. F. Hambatan Supervisi Pelaksanaan supervisi pembelajaran sering mengalami beberapa hambatan. Manurut Rivai (1987) hambatan-hambatan itu adakalanya:
1)
lingkungan yang kurang mendukung, 2) sikap guru yang apatis terhadap supervisor, dan 3) program pembinaan yang tidak teratur. Hambatan supervisi tidak saja dialami oleh guru tetapi juga oleh supervisor. Hambatan yang dialami guru itu, menurut Sahartian (1990) antara lain: 1) ketidak senangan terhadap supervisi pembelajaran, 2) keinginan terhadap pencarian kesalahan, 3) ketertutupan (tidak terbuka dan berpura-pura), 4) kekurangan pemahaman terhadap supervisi pembelajaran, 5) kekurangan
28
manfaat supervisi pembelajaran, 6) ketidak butuhan terhadap supervisi pembelajaran, 7) kekurang yakinan terhadap kemampuan dan kecakapan supervisor. Dari pihak supervisor hambatan-hambatan itu sekurang-kurangnya miliputi sembilan hal yaitu: 1) sikapnya sebagai atasan yang memiliki otoritas mencari-cari kesalahan dan menilai pekerjaan bawahannya, 2) sikap yang kaku dan menyeramkan, 3) kegiatan yang dilakukan tanpa didahului perkenalan, ketidaktahuan terhadap prosedur pelaksanaan supervisi pembelajaran, 4) perencanaan yang kurang lengkap, 5) ketidaktahuan dalam penggunaan instrumen, 6) keengganan dalam menyelengarakan pertemuan awal tanpa alasan yang jelas, 7) ketidakpahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru yang sedang disupervisi, 8) keterbatasan pengetahuan terhadap jenis-jenis metode, dan 9) kegagalan menjadi guru sebelumnya. G. Evaluasi dan Tindak Lanjut Supervisi Rivai (1987) mengemukakan bahwa evaluasi supervisi sebaiknya dilakukan pada tiga komponen. Ketiga komponen itu adalah: 1) murid (wawasan, minat, motivasi, dan hubungan sosial), 2) guru (kemampuan dalam kegiatan belajar-mengajar, kreatifitas, semangat kerja, situasi, dan iklim organisasi sekolah), 3) kepala sekolah (tujuan melakukan supervisi pembelajaran, metode, teknik kepemimpinan, dan kemampuan berkomunikasi). Proses supervisi berlanjut dengan pertemuan akhir sebagai tahap akhir. Hal ini dilakukan segera setelah dilaksanakan pengamatan. Tujuan utamanya ialah untuk menindak-lanjuti (sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu) apa saja yang dilihat supervisor sehingga pengamat berkaitan dengan
29
proses belajar-mengajar. Setidak-tidaknya tiga komponen perlu dibahas dalam pertemuan
pasca
pengamatan
ini.
Komponen
yang
dimaksud
ialah:
1) perencanaan dan persiapan mengajar, 2) faktor situasional kelas pada waktu diamati, dan 3) pengakuan terhadap pribadi yang diamati. Menurut Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam (1999:27) dalam proses tindak-lanjut ini, ada dua prinsip yang harus diperhatikan: 1) pengambilan langkah-langkah pembinaan yang kongkrit, praktis dan kontinu, 2) kesepakatan perbaikan maupun peningkatan program supervisi selanjutnya. Evaluasi hasil supervisi perlu dilakukan secara berkesinambungan. Pada akhir semester/tahun dilakukan penilaian secara menyeluruh. Dalam melakukan evaluasi ini diperlukan pendekatan-pendekatan preskriptif atau kolaboratif. Secara preskriptif, proses penilaian seharusnya mengandung prinsip bahwa: 1) supervisor itu penjaga peraturan, 2) supervisor itu merasa lebih pakar, 3) penilaian berdasarkan metode yang sudah dilakukan, dan 4) metode penilaian yang ditetapkan dilaksanakan secara betul. Kemudian dari pendekatan kolaboratif dituntut: 1) supervisor sebagai mitra yang disupervisi, 2) kehadiran berbagai kepakaran, 3) pemahaman supervisi terhadap yang diamati, 4) diskusi terbuka, dan 5) bantuan terhadap yang disupervisi yang lebih profesional. Hasil supervisi diharapkan akan mempunyai makna penting dan dampak yang positif bagi guru. Hal itu akan terjadi bila supervisi ini dapat membuat dirinya merasakan perhatian yang diberikan kepadanya dan memberinya kesempatan untuk maju berkembang. Semakin percaya guru pada dirinya, semakin mampu dia mengelola mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
30
Pada gilirannya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan diharapkan akan dapat dicapai secara maksimal.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Berdasarkan masalah, fokus dan tujuan penelitian yang dikemukakan dalam Bab I, dimana penelitian ini ingin mengungkapkan bagaimana pelaksanaan supervisi akademik di MTsN Penampung maka jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai upaya memahami dan memaknai yang terjadi tentang implementasi supervisi Akademik di MTsN Penampung. Pemilihan metodologi tersebut didasari oleh pertimbangan bahwa peneliti ingin mengkaji secara mendalam tentang pelaksanaan supervisi akademik pada MTsN Penampung dan berusaha mengkaji secara faktual, akurat, sistematis. Metode ini dipilih karena melalui penelitian kualitatif dimungkinkan lebih dapat dipahami setiap peristiwa dan rangkaian kejadian yang diamati. Menurut William (1989) penelitian kualitatif merupakan metode yang efektif untuk mengetahui empat hal yaitu: 1) makna-makna prilaku manusia, 2) deskripsi situasi sosial dan interaksi yang kompleks antara manusia, 3) informasi baru, dan 4) deskripsi fenomena yang digunakan untuk menyusun teori. Metode kualitatif dalam penelitian menurut Bogdan dan Biklen (1982:2) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk memayungi berbagai strategi penelitian. Data-data yang terkumpul melalui informasi tentang orang, prilaku, peristiwa dan tempat kejadian sulit ditangani secara statistik. Penelitian kualitatif mengarahkan perhatian pada makna data-data yang diperoleh. Pertanyaanpertanyaan penelitian diarahkan tidak untuk keperluan perlakuan terhadap
31
32
variabel tertentu, tetapi tertuju untuk menggali pengertian-pengertian berbagai peristiwa yang diamati sebagaimana adanya. Menurut Moleong (2005) pendekatan kualitatif dapat digunakan sekurangkurangnya atas tiga pertimbangan yaitu: 1) metode kualitatif lebih mudah digunakan apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, 2) metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan responden, dan 3) metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Sugiyono (2005:22) menambahkan bahwa metode penelitian kualitatif akan cocok digunakan sekurang kurangnya dalam tujuh hal: 1) masalah penelitian yang masih samar-samar atau mungkin masih gelap, 2) keperluan terhadap pemahaman makna di balik data yang tampak, 3) kebutuhan pemahaman interaksi sosial, 4) kebutuhan terhadap pemahaman perasaan orang, 5) penelitian yang bertujuan untuk pengembangan teori, 6) penelitian yang bertujuan untuk memastikan kebenaran data dan 7) penelitian yang bertugas sejarah perkembangan. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan pelaksanaan supervisi Kepala MTsN Penampung, Kecamatan IV Angkat Kabupaten Agam. Untuk itu seperti yang dikemukakan Nasution (1992) telah dilakukan: 1) pengambilan data langsung dari sumber alami, 2) pengambilan sampel secara purposif, 3) menempatkan peneliti sebagai instrumen pokok, 4) upaya penekanan pada proses dari pada produk, bersifat deskriptif atau interprestatif, idiografik (gambar) dan 6) pengedepanan makna dibalik fakta. Karena itu metode kualitatif dalam penelitian diharapkan akan dapat mengungkapkan masalah bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang
33
dilakukan oleh Kepala MTsN Penampung. Hal ini telah dilihat sebagaimana adanya, sesuai dengan kasusnya, kata kunci metode ini adalah “kasus”. Kata kasus mengandung makna khusus, unik, spesial, keluar dari pola biasanya. Jadi penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peristiwa-peristiwa, proses serta hasilnya dalam konteks terbatas (Prasetya,1999). B. Lokasi Penelitian dan Situasi Sosial 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di MTsN Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam. Tempat ini berbatasan dengan Kecamatan Tilatang Kamang di bagian utara. Sebelah selatan dan timur terdapat Kecamatan Baso. Di bagian barat terdapat Kecamatan Candung.
2. Situasi Sosial Pada dasarnya suatu situasi sosial mengandung tiga unsur yaitu tempat, pelaku dan kegiatan (Nasution, 1992). Sehubungan dengan itu tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah ruang belajar, ruang majelis guru, ruang Kepala Madrasah, dan kantin sekolah. Aktor-aktor yang digunakan untuk memperolah informasi adalah Kepala Madrasah, wakil Kepala Madrasah, guruguru, pegawai tata usaha, siswa, dan pengawas. Selanjutnya kegiatan-kegiatan yang diobservasi berhubungan dengan pembelajaran dalam kelas, pertemuan Kepala Madrasah dengan guru, supervisi yang dilakukan Kepala Madrasah dan pengelolaan madrasah oleh Kepala Madrasah. Pemilihan situasi sosial ini dilakukan atas pertimbangan bahwa keadaan objek penelitian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) sederhana dan mudah
34
untuk diamati. Situasi sosial ini jelas dari segi jumlah aktor, kegiatan dan tempatnya. (2) MTsN Panampung relatif dapat dijangkau dengan mudah dan transportasi juga lancar, (3) dalam pelaksanaan penelitian nanti diperkirakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan tidak dan mengganggu aktivitas lingkungan sekolah . (4) Penelitian diperkirakan akan memperoleh izin dan (5) peneliti akan dapat melakukan penelitian secara berulang-ulang dan berjalan dengan lancar. Sesuai dengan yang dikemukakan Spradley (1980 : 40) situasi sosial perlu mempertimbangkan faktor-faktor : 1) kesederhanaan, 2) kemudahan memasuki lingkungan sosialnya, 3) ketidak-mencolokan dalam melakukan penelitian, 4) mudah memperoleh izin dan 5) kegiatan berulang-ulang. C. Informan Penelitian Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan yang ditampilkan mempunyai sifat jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk kelompok yang bertentangan dengan latar pendidikan, dan mempunyai pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi (Moleong, (1999). Di samping syarat-syarat di atas, peneliti menggunakan teknik bola salju (snowball) dalam menentukan informan penelitian. Strategi dasar teknik snowball ini dimulai dengan menetapkan satu atau beberapa orang informan kunci (key informants) dan melakukan interviu terhadap mereka. Kepada mereka dimintakan arahan, saran, petunjuk mengenai siapa sebaiknya yang dijadikan informan berikutnya yang menurut mereka memiliki pengetahuan, pengalaman, informasi mengenai informasi yang dicari.
35
Menurut Lee, 1993 dalam Berg (2001 : 33) pemilihan informan dengan teknik snowball lebih populer pemakaiannya dalam penelitian kualitatif dan adakalanya merupakan teknik terbaik, terutama dalam hal-hal penelitian dengan topik yang sensitif atau populasi yang sulit dijangkau. Dalam hal ini peneliti berpegang pada kriteria yang dikemukakan oleh Sanafiah dalam Sugiyono, (2008 : 57) yaitu : 1) Subjek cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang menjadi objek penelitian, 2) subjek masih aktif, 3) subjek mempunyai banyak waktu untuk dimintai informasinya dan 4) subjek dalam memberikan informan tidak cenderung mengalah terlebih dahulu, dan 5) subjek yang sebelumnya masih asing bagi peneliti untuk dipilih sebagai informan. Menurut Nasution (1992:24) tidak ada pedoman khusus tentang penetapan seorang sebagai objek penelitian. Hal itu dapat diperoleh setelah diadakan percakapan dan diketahui berpengalaman dan bersedia memberikan informasi yang dalam tentang objek penelitian. Dari perkiraan di atas maka yang menjadi informasi dalam penelitian ini adalah : 1) Kepala Madrasah, 2) Wakil Kepala Madrasah, 3) guru-guru, 4) pegawai tata usaha, 5) siswa dan 6) pengawas. D. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan tiga macam teknik yakni: observasi, wawancara dan studi dokumentasi. 1. Observasi Data dikumpulkan dengan mengobservasi mencatat informasi yang disaksikan selama penelitian dalam dokumen catatan lapangan. Hal itu dilakukan dengan melihat, mendengarkan, merasakan dan kemudian mencatatnya seobjektif mungkin. Dengan kata lain peneliti mengamati dan mencatat perilaku serta
36
interaksi sosial yang terjadi di kalangan para aktor secara langsung. Tujuannya ialah untuk mempelajari gejala dan peristiwa yang teramati. Observasi dilakukan dengan memandang fenomena sebagaimana halnya pelaku memandang makna fenomena itu. Dalam pengamatan ini posisi pengamat sangat memungkinkan sebagai posisi pihak yang diamati (Sudjana, 2004:301). Tempat-tempat yang diobservasi dalam penelitian ini seperti telah dikemukakan sebelumnya adalah ruang belajar, ruang Kepala Madrasah, dan ruang majelis guru.observasi juga diarahkan pada yakni guru, Kepala Madrasah, siswa dan pengawas pendidikan. Observasi juga mencakup kajian proses belajarmengajar di dalam kelas, dan pertemuan Kepala Madrasah dengan guru-guru baik secara sendiri atau bersamaan. Selanjutnya observasi juga ditujukan pada kegiatan supervisi akademik yang dilakukan Kepala Madrasah dan kegiatan Kepala Madrasah dalam mengelola madrasah. Menurut GulÖ (2007:116), peranan pengamat dalam observasi dapat dibedakan berdasarkan hubungan partisipatifnya dengan kelompok yang diamatinya, yaitu: 1) partisipan penuh, didalamnya peneliti menyamakan dirinya dengan pihak yang diteliti, 2) partisipan sebagai pengamat, didalamnya masingmasing pihak (pengamat atau pihak yang diamati) menyadari peran masingmasing, oleh karena itu pengamat membatasi aktivitasnya dalam kelompok responden, 3) pengamat sebagai partisipan, yang berpartisipasi hanya sepanjang yang dibutuhkan dalam penelitiannya, 4) pengamat sempurna, yang menjadi pengamat tanpa terlibat bersama-sama dengan pihak yang diamati, atau dengan kata lain peneliti menjaga jarak dengan pihak yang diamati.
37
Sehubung dengan penelitian ini, peneliti menempatkan diri
sebagai
pengamat, kadang-kadang berpartisipasi pasif, kadang-kadang aktif. Bentuk partisipasi ini dilakukan dengan alasan bahwa peneliti adalah orang luar sehingga tidak memungkinkan melakukan partisipasi penuh, namun untuk menghayati situasi sosial objek yang diamati peneliti masuk ke dalamnya. Data diperoleh juga dengan menggunakan kamera digital sebagai alat bantu. Informasi penting lainnya seperti kehadiran Kepala Madrasah sehari-hari dan kegiatannya diluar supervisi akademik tidak dilakukan melalui pengamatan secara terang-terangan. Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan tersamar. Selama observasi dilapangan peneliti melibatkan diri dalam situasi sosial yang diteliti. Pengamatan dilakukan secara netral dan objektif dalam berbagai kegiatan semua kejadian-kejadian yang dialami direkam dan dibubuhkan dalam catatan lapangan (Prasetya, 1994). 2. Wawancara Menurut Moleong (2005:186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Di dalamnya terlibat pewawancara (interviewer), di satu pihak, yang memberikan pertanyaan dan terwawancara (interviewee), pihak lain, yang memberikan jawaban. Wawancara dilakukan sesuai dengan Lincoln dan Guba dalam Moleong (2005) yang bertujuan untuk mengkonstruksi hal-hal seperti orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan dan kepedulian yang dihadapi dalam situasi penelitian. Wawancara dilakukan dalam latar alamiah, berjalan dengan suasana yang biasa, wajar, sehingga dimungkinkan diperoleh data dengan latar alamiah. Dengan wawancara peneliti mendapatkan informasi yang berkaitan langsung dengan
38
kegiatan pengamatan yang berhubungan dengan supervisi akademik di MTsN Penampung. Wawancara dilakukan dengan informan secara langsung. Kemudian peneliti mencatat hasil wawancara. Metode wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kejadian, perasaan, motivasi dan informasi lainnya yang diperlukan, yang tidak terjangkau melalui media observasi maupun studi dokumentasi. 3. Studi Dokumentasi Melalui studi dokumentasi diperoleh informasi yang sudah tersedia berupa dokumen, rekaman atau catatan lain yang dibutuhkan pada penelitian ini. Dokumen yang dipergunakan sebagai bahan informasi dalam penelitian ini ada berupa laporan bulanan keadaan guru dan pegawai, agenda rapat, kumpulan catatan prestasi madrasah, papan data yang memuat berbagai informasi, tata tertib dengan dokumen lainnya yang dirasa perlu. Data dokumentasi ini merupakan data yang stabil dan akurat sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya. Studi dokumentasi yang dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan superavisi akademik. E. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun untuk menambah pemahaman peneliti mengenal bahan-bahan tersebut dan memungkinkan peneliti melaporkan yang telah ditemukan kepada pihak lain. (Muhajir, 1996).
39
Pada tahap awal, fokus penelitian masih melebar dan belum tampak jelas. Observasi masih bersifat umum dan luas. Setelah fokus semakin jelas, maka penelitian menggunakan observasi yang lebih terstruktur untuk mendapatkan data yang lebih spesifik. Data yang didapat dari observasi dianalisis secara kualitatif dengan model interaktif Miles dan Huberman (1992:16-19). Kegiatan ini meliputi tiga tahap yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dengan mengikuti Yahya (2002:128) pada tahap reduksi data yang diperoleh dari lapangan diketik dalam bentuk laporan yang terinci. Laporan ini kemudian dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, kemudian difokuskan pada halhal yang penting, dicari tema atau polanya sehingga lebih mudah dikendalikan. Pada tahap penyajian data, data yang telah dikumpulkan dibuatkan dalam bentuk matriks, grafik, net work sehingga peneliti dapat menguasai data. Pada tahap pengambilan kesimpulan dan verifikasi data yang diperoleh dari awal merupakan usaha untuk mencari pola, tema, hubungan atau persamaan sebagai wujud dari kesimpulan. Tetapi kesimpulan yang diambil masih bersifat tentatif, kabur, diragukan, kemudian dengan bertambahnya data kesimpulan itu semakin teruji dan kuat sehingga menjadi lebih “grounded”. Kesimpulan ini diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dapat dilakukan secara singkat dengan mencari data baru. Miles dan Huberman (1992:16) menjelaskan bahwa dalam tahap reduksi data berlangsung proses pemilihan, pemusatan perhatian/pemfokusan pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data mentah/kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang
40
menajamkan, menonjolkan hal-hal yang penting, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak dibutuhkan, dan mengorganisasikan data agar lebih sistematis sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan yang bermakna. Tahap penyajian data merupakan proses pemberian sejumlah informasi yang telah disusun sedemikian rupa. Dengan cara demikian dapat ditarik kesimpulan dan tindakan yang diperlukan. Penyajian data ini dilakukan dengan menampilkan data yang telah direduksi dalam bentuk matrik, format narasi dan sebagainya. Data yang diperoleh selama tahap observasi, wawancara dan studi dokumentasi di MTsN Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam di proses/dianalisis sampai menjadi data yang siap disajikan. Berdasarkan hasil analisis ini ditarik kesimpulan tentang pelaksanaan supervisi. Penarikan kesimpulan yang akurat tentang pelaksanaan supervisi akademik di MTsN Penampung, Kecamatan IV Angkat. Kabupaten Agam ini akan dapat dilakukan setelah data yang terkumpul sudah valid. Untuk mendapatkan data yang valid diperlukan verivikasi terhadap data yang sudah ada. Dengan cara demikian kesimpulan diharapkan dapat dipertanggung-jawabkan karena sudah merupakan suatu konfirmasi yang utuh. Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dapat dilihat pada Gambar 3.1
41
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data Kesimpulan-kesimpulan: penarikan / verifikasi Gambar: 3.1 Komponen-komponen Analisis Data : Model Interaktif Sumber: Miles dan Huberman (1992 : 20) F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data Sebelum dilakukan analisis, data telah diuji keabsahannya. Caranya ialah dengan menggunakan teknik trianggulasi. Menurut Moleong (2004:178) trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan keberadaan yang lain di luar data. Tujuannya ialah untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut. Menurut Denzin seperti yang dikutip Sudarwan (2002:37) trianggulasi adalah aplikasi studi yang menggunakan multimetode untuk menelaah fenomena yang sama. Patton dalam Moleong (1999) mengemukakan bahwa trianggulasi dilakukan dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperlukan pada waktu dan dengan alat yang berbeda. Caranya ialah dengan membandingkan 1) data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2) apa yang dikatakan seseorang di depan umum dengan apa yang dikatakannya bila sendirian, 3) apa yang dikatakan seseorang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, 4) keadaan dan pendapat
42
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, dan 5) hasil wawancara atau isi suatu dokumen yang berkaitan dengan hal yang diteliti. Menurut Moleong (1999:332) trianggulasi adalah cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain, dengan triangulasi, temuan penelitian akan dapat diperiksa lagi dengan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Teknik trianggulasi dapat dilakukan dengan jalan: 1) melakukan berbagai macam variasi pertanyaan, 2) mengeceknya pada berbagai sumber data, dan 3) memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. Dalam penelitian dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga macam trianggulasi yaitu trianggulasi teknik, trianggulasi sumber, dan trianggulasi waktu. Trianggulasi teknik data yang sama diperiksa dengan mengunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Lain halnya dengan trianggulasi sumber. Disini data yang sama diperiksa melalui sumber yang berbeda. Akhirnya trianggulasi waktu artinya peangumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah nara sumber memberikan data yang sama atau tidak. Kalau nara sumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum kridibel. G. Langkah-langkah Penelitian Penelitian kualitatif dilaksanakan dengan berbagai langkah yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan. Nasution (1996) mengemukakan sembilan tahapan penelitian kualitatif. Di antaranya ialah: 1) menentukan topik umum, 2) mengajukan pertanyaan umum, 3) memperkirakan informasi yang diperlukan, 4)
43
memilih metode pengumpulan data, 5) memasuki lapangan, 6) mengumpulkan data, 7) melakukan analisis data, 8) verifikasi data, dan 9) membuat laporan. Spradley (1990) menyarankan dua belas langkah dalam penelitian kualitatif. Di antaranya ialah: 1) menentukan situasi sosial, 2) melakukan observasi lapangan, 3) membuat catatan etnografis, 4) melakukan observasi deskriptif, 5) melakukan analisis kawasan, 6) melakukan observasi terfokus, 7) melakukan analisis taksonomi, 8) melakukan observasi terseleksi, 9) melakukan analisis komponensial, 10) melakukan analisis tema, 11) mendapatkan inventaris budaya, dan 12) menulis laporan penelitian. Bogdan sebagaimana dikutip Moleong (1989) mengemukakan hanya tiga tahap/langkah saja yaitu: 1) tahap pra lapangan, 2) kegiatan lapangan, 3)analisis intensif. Tahap pra lapangan terdiri dari enam kegiatan ditambah satu pertimbangan yaitu etika penelitian lapangan. Keenam kegiatan itu adalah: 1) menyusun rancangan penelitian, 2) memilih lapangan penelitian, 3)mengurus perizinan, 4) mejajaki dan menilai keadaan lapangan, 5) memilih dan memanfaatkan informasi, dan 6) menyiapkan perlengkapan penelitian. Tahap kegiatan lapangan dibagi atas tiga bagian yaitu: 1) memahami penelitian dan persiapan diri, 2) memasuki lapangan, dan 3) melakukan peran sambil mengumpulkan data. Tahap ketiga adalah analisis intensif yang meliputi: 1) kosep dasar, 2) menemukan tema dan merumuskan hipotesis, dan 3) bekerja dengan hipotesis. Selanjutnya Miles and Huberman (1992) mengemukakan langkah penelitian yaitu: 1) menentukan setting sosial, 2) mengumpulkan data, 3)
44
mereduksi data (mendisplay data), 4) menarik kesimpulan, 5) memverifikasi, dan 6) menulis laporan. Penelitian ini berlangsung melalui dari enam langkah. Keenam langkah itu ialah : 1) menyusun proposal penelitian, 2) memilih lapangan penelitian atau menyeleksi situasi sosial, 3) menyiapkan perangkat penelitian, 4) pengumpulan data, 5) analisis data dilapangan, dan 6) menulis laporan penelitian.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Temuan penelitian ini dituangkan dalam bentuk temuan umum dan temuan khusus. Temuan umum mengungkapkan hal ikhwal Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Penampung secara menyeluruh yang dipandang punya kaitan dengan supervisi akademik. Dalam temuan umum akan dijelaskan tentang sejarah singkat Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung, lokasi sekolah tersebut, struktur orgnanisasinya, visi, misi, sarana, dan prasarana, lingkungan MTsN Penampung, personalia dan aktivitasnya. Temuan khusus merupakan inti penelitian ini yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi akademik, kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan supervisi dan upaya-upaya Kepala Sekolah untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik. A. Temuan Umum Tentang MTsN Penampung 1. Sejarah Singkat Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung setingkat dengan sekolah menengah pertama (SMP) yang bercirikan Islam. Madrasah ini didirikan di atas tanah yang diwakafkan masyarakat Rawang Surau Lauik Penampung. Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung berdiri dengan M. Thaib Labai Mudo sebagai pelopornya. Beliau adalah alumni madrasah Thawalib Padang Panjang, memiliki kemauan atau potensi yang kuat dalam mengembangkan pendidikan Islam yang modern. Dapat diketahui beliau merupakan pemerhati
45
46
pendidikan yang mampu merombak pendidikan yang sebelumnya bercorak pendidikan surau (halaqah). Pada tahun 1930 masyarakat Penampung, khususnya penduduk Rawang mendukung penuh keinginan M. Thaib Labai Mudo untuk mendirikan madrasah. Diniyah School, mereka menyerahkan tanah berupa wakaf berukuran 40 x 40 M2, dari suku koto. Sekolah ini terdiri dari 4 lokal dipimpin oleh M. Thalib Labai Mudo dan dibantu para guru tuo (guru senior), pada tahun 1935 M. Thalib Labai Mudo mengundurkan diri dan diganti oleh Zainuddin Angku Mudo yang juga alumni madrasah Thawalib Padang Panjang. Setelah itu M. Thalib Labai mudo diangkat menjadi penasehat sekolah. Pelajaran yang diberikan berbasis kurikulum madrasah Thawalib Padang Panjang dengan buku pegangan yang di tulis oleh Abdul Hamid. Bahasa Arab dan Kitab Kuning merupakan mata pelajaran utama. Dalam masa kepemimpinan Zainuddin Angku Mudo nama sekolah diganti menjadi Madrasah Azas Salamah (MAS) kegiatan belajar berganti pada sore hari. Sebagai kepala sekolah Zainuddin Angku Mudo dibantu oleh Angku Dalimi, alumni pesantren Balubuih di Payakumbuh. MAS ini berakhir pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 akibatnya dialihkan fungsi sekolah menjadi sekolah rakyat Jepang Setelah Indonesia merdeka MAS kembali melakukan kegiatan belajarmengajar dibawah pimpinan Zainuddin Angku Mudo. Pada periode ini nama MAS diganti lagi menjadi Madrasah Diniyah. Namun pada tahun 1950 Madrasah Diniyah dirobah lagi menjadi SMP Islam (SMP I) yang berpatokan pada SMP Islam di Jirek Bukittinggi.
47
Pada tahun 1958 terjadi pergolakan PRRI (Pemberontakan Rakyat Republik Indonesia). Akibatnya semua kegiatan sekolah berhenti total. Pada tahun 1959 pemerintah membuka dua sekolah guru yaitu SGB (Sekolah Guru Biasa) dan SGA (Sekolah Guru Agama), kemudian SGA dirobah lagi menjadi PGA (Pendidikan Guru Agama), PGA ini ada dua yaitu PGA 4 tahun (sama dengan tsanawiyah sekarang) dan PGA 6 tahun (sama dengan aliyah sekarang). Pada tahun 1980 PGA dihapuskan oleh DEPAG (Departemen Agama) dan diganti dengan nama MTsN (Madrasah Tsanawiyah Negeri) dan MAN (Madrasah Aliyah Negeri). Setelah adanya perubahan nama dari PGA menjadi MTsN dan atas inisiatif dan usaha dari M. Rasyid Dt. Bagindo (mamak dari Fauzi Damrah Dt. Bagindo) bersama dengan Baharuddin Buyung asal dari Surau Laut Penampung, dimana kedua orang tersebut adalah pegawai DEPAG, mengusulkan agar Tsanawiyah Penampung berubah statusnya menjadi negeri yang mana sebelumnya meupakan filial dari MTsN Kamang. Keinginan M. Rasyid Dt. Bagindo terwujud, akhirnya pada tanggal 25 Oktober 1993 ditetapkanlah penegerian madrasah tsanawiyah negeri penampung dengan nama Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung. Penegerian ini berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Agama Republik Indonesia dengan akta pendirian MTsN No. 244/1993. Madsah ini berada di atas tanah milik negara No.03.04.02.09.100003 tanggal 29 September 1991, luas tanah seluruhnya 2151 M. dengan luas bangunan 840 M2 dengan tanah kosong 1311 M2. 2. Lokasi Lokasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung terletak di Desa Surau Laut, Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Secara
48
geografis, desa ini merupakan daerah dataran, merupakan daerah pertanian, berbatas sebelah utara dengan Kecamatan Tilatang Kamang, sebelah selatan dan timur dengan Kecamatan Baso, sedangkan sebelah barat dengan Kecamatan Candung. Sekolah ini berada pada dua lokasi yag terpisah pada jarak ± 500 meter. Pada saat penelitian ini dilakukan siswanya berjumlah 355 orang (tahun ajaran 2009/2010) dengan 12 rombongan belajar. Tempat pemukiman penduduk yang jaraknya lebih dekat ke sekolah ini membuat sekolah ini semakin diminati. Untuk lebih jelasnya lokasi sekolah ini terdapat di Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat seperti tertulis di bawah ini: I II
V
IV
VIII
VI VII
IX
X
KETERANGAN: I. II. III. IV. V.
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PROVINSI SUMATERA UTARA PROVINSI SUMATERA BARAT PROVINSI RIAU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
VI. VII. VIII. IX. X.
PROVINSI JAMBI PROVINSI SUMATERA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG PROVINSI BENGKULU PROVINSI LAMPUNG
Gambar 4.1 Posisi Sumatera Barat di pulau Sumatera Gambar diadopsi dari Atlas Global halaman 4 dan 5
VIII
IV
XVIII
IX II
VI
XV
XVI XII
XIX VII V
XIII
XI XVII XIV
X X
III
KETERANGAN I. II. III. IV. V. VI. VII. VIII. IX. X.
KABUPATEN AGAM KOTA BUKITTINGGI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA KOTA PADANG KOTA PADANG PANJANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN KABUPATEN PASAMAN KOTA PAYAKUMBUH KABUPATEN PESISIR SELATAN
XI. XII. XIII. XIV. XV. XVI. XVII. XVIII. XIX.
KABUPATEN SAWAH LUNTO SIJUNJUNG KOTA SAWAH LUNTO KABUPATEN SOLOK KOTA SOLOK KABUPATEN TANAH DATAR KABUPATEN DHARMASRAYA KABUPATEN SOLOK SELATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT KOTA PARIAMAN
Gambar 4.2 Posisi Kabupaten Agam di Sumatera Barat Gambar diadopsi dari Atlas Global halaman 10 dan 11
49
V IV XII
III XI
II
IX I
VI
XIII X
XVII
XV
XVI VIII
VII
Keterangan I. Kec. Lubuk Basung II. Kec. Tanjung Mutiara III. Kec. Ampek Nagari IV. Kec. Palembayan V. Kec. Palupuah VI. Kec. Tanjung Raya VII. Kec. Malalak VIII. Kec. Sei. Puar IX. Kec. Matur
X. Kota Bukittinggi XI. Kec. Tilatang Kamang XII. Kec. Kamang Magek XIII. Kec. Baso XIV. Kec. IV Angkat XV. Kec. Candung XVI. Kec. Banu Hampu XVII. Kec. IV Koto
Gambar 4.3 Posisi Kecamatan IV Angkat di Kabupaten Agam
Madrasah ini berdiri di atas tanah yang luasnya 3323 M2 dengan lokasi I yang luasnya 2151 M2 dan lokasi II seluas 1172 M2. Pada lokasi I terdapat tiga gedung bertingkat. Gedung I terdiri dari 6 ruang, 4 diantaranya dipakai untuk ruang belajar, 1 ruang untuk kantor majelis guru, dan 1 lainnya untuk labor komputer. Di belakang gedung I terdapat satu mushalla masyarakat Surau Laut. Rumah ibadah inidimanfaatkan oleh madrasah sebagai sarana untuk shalat dan acara kegiatan keagamaan. Gedung II terdiri dari 6 ruang, 5 ruang diantaranya untuk ruang belajar, dan satu ruangan lainnya digunakan untuk kantor kepala sekolah dan tata usaha. Ruang kepala sekolah dan tata usaha dibatas dengan dinding triplek. Di belakang gedung II terdapat 1 ruang koperasi sekolah. Gedung III terdiri dari 4 ruang, sedang dilaksanakan pembangunannya atas biaya bantuan Departemen Agama. Bangunan ini rencananya akan digunakan untuk ruang kepala sekolah, ruang majelis guru, ruang labor, dan ruang pustaka.
50
Antara gedung I dan gedung II terdapat halaman sekolah dengan luas 360 M2 yang dimanfaatkan untuk kegiatan upacara bendera dan sebagai tempat kegiatan muhadarah. Di belakang gedung III terdapat kolam masyarakat Surau Laut. Dari informasi ini terlihat bahwa MTsN Penampung memiliki tanah yang terbatas, maka pengembangannya dibangun gedung bertingkat. Letak madrasah untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4 selanjutnya denah madrasah dapat di lihat pada Gambar 4.5
Kec. Tilatang Kamang
Jl. Koto Katik
Dari Bukittinggi
III Simpang Biaro
Kec. Baso
Kec. Candung Kec. IV Angkat
II
Jl. Desa Surau Laut
I
IV V Simpang Candung U
T
Payakumbuh
B
Kec. Baso
Keterangan gambar : I. Lokasi satu MTsN Panampung II. Lokasi duaMTsN Panampung III. SMA IV Angkat IV. Pondok Pesantren Modern Nurul Ihsan V. MTsN IV Angkat Candung
S
Gambar 4.4 Letak MTsN Penampuang Sumber: Dokumen sekolah
51
KOPSIS GEDUNG II
GEDUNG I
GEDUNG III
WC
LOKASI II
4 II V 3 IIV 2 II V
Gambar 4.5 Denah Lokasi MTsN Panampuang Sumber: Dokumen sekolah 1. Struktur Organisasi Struktur organisasi MTsN Penampung menggambarkan pembagian tugas masing-masing anggota. Hal itu dibuat dengan tujuan agar tujuan madrasah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Jabatan wakil kepala madrasah dipegang oleh dua orang, yakni wakil kepala bidang kurikulum dan wakil kepala bidang kesiswaan. Lengkapnya struktur organisasi MTsN Penampung dapat dilihat seperti gambar di bawah ini:
52
KEPALA URUSAN TATA USAHA
Keterangan : ------ GARIS KONSULTASI GARIS KOMANDO Gambar 4.6 Struktur Organisasi MTsN Penampung Sumber: Kepala Urusan Tata Usaha MTsN Penampung
53
Berdasarkan struktur organisasi di atas dapat dijelaskan tugas dan fungsi masingmasing komponen yang ada didalamnya. a. Kepala Madrasah Kepala madrasah melaksanakan tugas sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM) (Mulyasa, 2004). Sebagai supervisor, kepala madrasah melakukan tiga macam tugas yaitu: 1) menyusun program, 2) Melaksanakan program, dan 3) mengevaluasi dan menindak lanjuti hasil supervisi. Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampung mempunyai ruangan tersendiri yang berdampingan atau bersebelahan dengan ruangan tata usaha, yang berbatas dengan dinding triplek, yang terletak di gedung II lantai I pada bangunan sebelah kiri yang terdepan dekat gerbang. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh kepala madrasah sebagai berikut : 1) Kegiatan Awal Tahun Pelajaran, diantaranya : a. Merencanakan kebutuhan guru setiap mata pelajaran b. Pembagian tugas mengajar c. Menyusun program mengajar, jadwal pelajaran, dan kalender pendidikan d. Menyusun kebutuhan buku pelajaran dan buku pengangan guru e. Menyusun kelengkapan alat-alat pelajaran dan bahan pelajaran f. Mengadakan rapat guru 2) Kegiatan Harian, diantaranya : a. Memeriksa daftar absensi guru, pegawai b. Memeriksa program kegiatan proses belajar/ mengajar c. Menyelesaikan segala sesuatu masalah yang terjadi
54
d. Menyelesaikan surat menyurat yang berhubungan dengan kegiatan sekolah bersama-sama pegawai tata usaha e. Mengatur dan memeriksa kegiatan 7 K di sekolah 3) Kegiatan Mingguan, a. Upacara bendera setiap hari Senin b. Mengikuti kegiatan muhadharah setiap Jum’at pagi c. Memeriksa surat dan agenda lainnya d. Memeriksa keperluan kantor dan proses belajar-mengajar e. Mengadakan pertemuan dengan guru, pegawai kalu diperlukan 4) Kegiatan Bulanan, a. Mengadakan rapat bulanan MK2M (Musyawayah Kerja Kepala Madrasah) b. Melaksanakan pertanggung jawaban keuangan Bantuan Operasional Sekolah 5) Kegiatan Akhir Tahun, diantaranya : a. Menyelenggaran evaluasi pelaksanaan tahun pelajaran yang bersangkutan dan menyusun program sekolah untuk tahun yang akan datang b. Melakukan penyusunan rencana
anggaran pendapatan dan belanja
madrasah (RAPBS) b. Wakil Kepala Madrasah Kepala madrasah dibantu oleh dua orang wakil masing-masing di bidang kurikulum dan bidang kesiswaan. Wakil kepala bidang kurikulum ditugasi menyusun pembagian dan uraian tugas guru, jadwal pembelajaran, penjabaran kalender pendidikan, pelaksanaan kegiatan kurikuler, menyusun laporan. Tugas lainnya ialah mengatur pelaksanaan
55
program perbaikan dan pengayaan, mencari informasi tentang paradigma terkini, dan mengadakan pengembangan kurikulum sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Wakil kepala bidang kesiswaan bertugas membantu Kepala menyusun program pembinaan/kegiatan kesiswaan, dia juga diserahi urusan pelaksanaan keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, dan keindahan. Tugas lainnya ialah mengatur dan membina program OSIS, membuat perencanaan pemilihan siswa teladan serta mengatur pelaksanaannya, dan program pembinaan siswa serta jadwal pelaksanaannya. c. Guru Guru bertanggung jawab kepada kepala madrasah dan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan proses belajar-mengajar secara efektif dan efisien. Tugas lainya berupa tambahan bervariasi dari seorang guru kepada guru yang lain. Ada yang aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) forum komunikasi antara guru-guru mata pelajaran sejenis di samping pertemuanpertemuan rutin untuk mengembangkan bahan ajar, strategi pembelajaran serta system penilaiannya. Sebagian guru lainnya diperankan sebagai wali kelas. Tugasnya antara lain membuat laporan kepada kepala madrasah tentang kemajuan siswa binaannya, secara individu maupun klasikal untuk semua pelajaran. Wali kelas juga membantu kepala sekolah dalam kegiatan pengelolaan kelas, penyelenggaraan administrasi kelas meliputi denah tempat duduk siswa, papan absensi siswa, daftar pelajaran kelas, daftar piket kelas, buku absensi kelas siswa, buku kegiatan pembelajaran, tata tertib kelas, penyusunan statistik bulanan siswa,
56
pengisian kumpulan nilai siswa, pembuatan catatan khusus siswa, pengisian buku rapor, dan pembagian buku rapor. Selanjutnya, beberapa orang guru ditugaskan sebagai pembimbing ekstrakurikuler, sebagai tim evaluasi, sebagai pengelola perpustakaan. d. Kepala Urusan Tata Usaha Tugas utama kepala urusan tata usaha ialah mengkoodinasikan urusan administrasi dan rumah tangga madrasah.Termasuk di dalamnya, administrasi perpustakaan, laboratorium, serta tugas lain yang bersifat menunjang pelaksanaan pendidikan. Dia bertanggung jawab kepada kepala madrasah. Jalannya tugasnya kegiatan ialah: 1) menyusun program kerja tata usaha madrasah, 2) mengelolah keuangan madrasah, 3) mengurus administrasi dan siswa, 4) mengurus administrasi perlengkapan madrasah dan 5) menyusun laporan-laporan kegiatan madrasah secara berkala e. Guru Bimbingan dan Konseling Guru bimbingan dan konseling mempunyai tugas antara lain: 1) menyusun program dan melaksanakan bimbingan dan koseling, 2) koordinasi dengan wali kelas dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar, 3) memberikan layanan dan bimbingan pada siswa agar lebih berprestasi, 4) memberikan layanan dan bimbingan pada siswa untuk memperoleh gambaran lanjutan pendidikan, 5) mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling, 6) menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling, 7) melaksanakan kegiatan analisa hasil evaluasi belajar, 8) menyusun dan
57
melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling, dan 9) menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling. f. Komite Madrasah Komite madrasah berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan di madrasah dalam rangka membantu madrasah agar terlaksana kegiatan pengelolaan madrasah secara optimal. 2. Visi dan Misi a. Visi Visi adalah pandangan jauh ke depan untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam Madrasah Tsanawiyah Negeri Penampuang. Mempunyai visi yaitu menciptakan insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Berakhlaqul Karimah dan memiliki keterampilan dalam berbakti kepada agama, negara dan masyarakat. b. Misi Misi adalah langkah-langkah yang dipergunakan untuk mencapai visi. Misi MTsN Penampuang adalah: (1) Menyelenggrakan pendidikan yang berakar pada pembinaan akhlak, budi pekerti masyarakat. (2) Memotivasi siswa mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. (3) Melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan potensi yang dimiliki. Sumber : Kantor Tata Usaha MTsN Penampung
58
3. Sarana dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu atau benda tidak bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu atau benda bergerak yang merupakan penunjang terlaksananya suatu proses. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTsN Penampung antara lain: a. Ruang belajar madrasah ini mempunyai 12 ruangan belajar. Pada lokasi I terdapat 9 ruang belajar masing-masing ditempati kelas VII1, VIII1, VIII2, VIII3, VIII4, IX1, IX2, IX3, dan IX4. Pada lokasi II terdapat 3 ruang belajar masingmasing untuk kelas VII2, VII3, VII4. Pada lokasi I ini sedang dibangun 4 lokal tambahan yang juga akan digunakan sebagai ruang belajar. b. Ruang Kepala Madrasah berada dalam ruangan yang sama dengan ruang kepala tata usaha, ruangan pegawai dan ruang komputer. Ruang Kepala Madrasah dibatasi dengan triplek, Didalamnya terdapat 1 buah lemari yang diatasnya dipajang beberapa tropi penanda prestasi siswa dalam berbagai perlombaan. Di samping lemari buku terdapat 1 buah pot bunga hidup, di dinding dalam ruang kepala madrasah dipajang sebuah kalender dan dua buah bunga gantung dari plastik. Di belakang ruang Kepala Madrasah diletakkan sebuah bendera, dan kemudian di ujung kursi tamu di letakkan satu pot yang ditanami bunga hijau. c. Ruang Wakil Kepala Madrasah dan ruang majelis guru berada dalam satu ruangan. Dalam ruang majelis guru terdapat satu set kursi tamu dengan beberapa bunga hidup di sudut ruangan. Di ruang wakil kepala madrasah terdapat dua meja dan satu lemari yang berisi arsip wakil kurikulum dan wakil kesiswaan. Di depan meja wakil kepala madrasah terdapat 25 pasang meja guru yang tersusun rapi. Di dinding ruangan dipajang daftar pelajaran, daftar nama-nama guru, daftar nama
59
guru piket dan wali kelas, sepuluh dasar kemampuan guru, kalender dan papan pengumuman, dan di dekat kursi tamu diletakkan satu televisi. d. Satu ruang gudang yang berukuran 2x4 m2 yang didalamnya tersimpan alat kesenian dan alat kebersihan. Gudang ini terletak di gedung I. e. Satu ruang koperasi siswa berukuran 2x4 m2 yang di dalamnya diletakkan keperluan siswa berupa alat-alat tulis dan makanan-makanan yang bergizi dan dikemas dan ditutup rapat dan rapi. f. Satu ruang guru pada lokasi II dengan ukuran 3x3 m2 yang di dalamnya diletakkan 3 meja guru dan rak buku. g. Satu ruang labor komputer yang didalamnya terdapat 25 buah komputer. h. Satu lapangan tempat upacara yang berukuran 20x18 m2 yang dikelilingi lokal belajar, lapangan ini dimanfaatkan untuk upacara bendera setiap Senin pagi dan kegiatan ekstrakurikuler seperti latihan drum band, kepramukaan, dan untuk lapangan olah raga. i. WC guru dan WC siswa hanya ada pada lokal jauh sedangkan pada lokasi I belum ada dan para murid dan guru yang memanfaatkan WC, dilakukan di tempat WC umum/ tabek milik nagari. Dari uraian di atas terlihat MTsN Penampung belum memiliki Labor Bahasa, Labor IPA, Ruangan Perpustakaan, Ruang PMR, Ruang OSIS, dan WC yang memadai. Begitu juga dengan Mushalla, MTsN Penampung memanfaatkan Mushalla milik nagari yang berada di samping madrasah, kantin hanya memanfaatakn koperasi siswa. Tempat parkir juga belum tersedia. Baik tempat parkir kendaraan guru maupun siswa. Sedangkan lapangan olah raga juga tidak dimiliki oleh madrasah ini, kegiatan oleh raga dilaksanakan di halaman sekolah
60
dan juga memanfaatkan lapangan volley yang dimiliki oleh nagari yang letaknya tidak begitu jauh dari lingkungan sekolah, tempatnya di samping kantor wali nagari. 4. Lingkungan Pada umumnya siswa madrasah ini tinggal bersama orang tuanya. Sebagian besar mereka pergi ke sekolah berjalan kaki atau naik angkutan pedesaan. Sebagian kecil menggunakan sepeda. Situasi di lokasi sekolah cukup nyaman, jauh dari kebisingan. Disekitarnya terdapat rumah penduduk. Di depan sekolah merentang jalan sekolah dikenal dengan jalan surau laut belakang sekolah terdapat sebuah mushalla yang diberi nama mushalla Darussalam. Mushalla ini kepunyaan masyarakat surau laut dibelakangnya terdapat tabek berukuran ± 500 m2.
Madrasah berada ditempat tinggal
pemukiman penduduk yang dikelilingi oleh sawah dan ladang. Masyarakatnya hidup dengan bertani, tukang jahit dan pegawai negeri. Siswa madrasah ini berasal dari tamatan sekolah dasar negeri (SDN) dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) dari Kecamatan Candung, Kecamatan Baso, Kecamatan Kamang, dan dari Kota Bukittinggi. Kehidupan beragama masyarakat sekitar lokasi sekolah sangat terasa. Mereka memiliki loyalitas yang tinggi terhadap agama yang mereka anut ini dapat dilihat dari tingginya rasa kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan yang berbasis agama. Di samping itu banyak orang tua yang lebih suka menyekolahkan anak-anaknya di madrasah. Mereka memberikan izin kepada madrasah menggunakan Mushala Darussalam bagi keperluan siswa dan guru. Para siswa
61
shalat berjamaah dan tempat ini mereka melakukan kegiatan peringatan hari besar agama Islam seperti isra mi’raj, maulid nabi Muhammmad saw. 5. Personalia Madrasah ini dipimpin oleh seorang kepala madrasah. Yang bersangkutan telah memimpin sekolah ini sejak 1 Mei 2005. Beliau dibantu oleh dua orang wakil kepala sekolah yang berperan masing-masing sebagai wakil kepala bidang kurikulum dan wakil kepala bidang kesiswaan, dan satu orang lainnya kepala tata usaha. a. Pegawai tata usaha Pegawai tata usaha berjumlah lima orang, terdiri dari satu orang kepala tata usaha, satu orang pelaksana administrasi umum, dua orang diposisikan pada bagian kesiswaan, satu orang sebagai inventaris umum, satu orang memegang inventaris barang-barang, dan satu orang pula sebagai operator komputer. Sementara itu bendahara rutin dan bendahara BOS berada dibawah guru tertentu yang diberi tugas tambahan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Data Pegawai Tata Usaha MTsN Penampung No. 1 2 3 4
Pendidikan SMA SMA MAN SMK Jumlah
Jenis Kelamin Lk
Pr
1 1
1 2 1 4
Jumlah
Keterangan
1 2 1 1 5
Kapala Tata Usaha Pegawai Pegawai Pegawai
Sumber: Dokumen MTsN Penampung Pegawai MTsN Penampung terdiri dari 5 orang, dua orang diantaranya berstatus pegawai tetap dan tiga lainnya pegawai tidak tetap. Kedua pegawai itu
62
masing-masing bergolongan III/b dan II/a. Secara rinci data ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Pangkat/Golongan Pegawai Tata Usaha MTsN Penampung No. 1 2
Pangkat / Golongan Penata muda Tk.I (II/b) Pengatur muda Jumlah Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Jumlah 1 1 2
Persentase 50 % 50 % 100%
b. Guru Madrasah ini diasuh oleh 32 orang guru, 19 orang diantaranya berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS), sementara, 13 orang masih sebagai guru tidak tetap. Di dalamnya termasuk 2 orang yang berjabatan sebagai wakil kepala madrasah. Dari segi tamatan pendidikannya, guru-guru madrassah ini berasal dari berbagai perguruan tinngi, lebih lanjutnya dapat dilihat pada table di bawah ini: Tabel 4.3 Latar Belakang Pendidikan Guru MTsN Penampung Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan Lk Pr 1 IAIN 1 3 2 STKIP 4 3 STIT 2 4 IKIP 1 2 5 UNP 2 6 STAIN 2 7 UBH 1 8 UMSB 1 Jumlah 2 17 Sumber: Dokumen MTsN Penampung No.
Jumlah
Keterangan
4 4 2 3 2 2 1 1 19
21,05 % 21,05 % 10,52 % 15,78 % 10,52 % 10,52 % 5,26 % 5,26 % 100 %
Masa kerja guru-guru MTsN Penampung ini bervariasi, mulai dari yang telah berpengalaman selama 30 tahun sampai dengan yang baru mengajarnya 1 tahun. Tabel berikut memberikan informasi yang lebih lengkap:
63
Tabel 4.4 Masa Kerja Guru MTsN Penampung No. 1 2 3 4 5 6
Pengalaman Kerja 26 – 30 Tahun 21 – 25 Tahun 16 – 20 Tahun 11 – 15 Tahun 06 – 10 Tahun 01 – 05 Tahun Jumlah Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Jumlah 2 3 1 3 4 6 19
Persentase 10,5 % 15,8 % 5,3 % 15,8 % 21,1 % 31,6 % 100 %
Masa kerja guru-guru MTsN Penampuang di atas dapat juga dilihat pada grafik di bawah ini:
35 30 25 jumlah 20 persentase 15 10 5 0 Lama masa tugas
Gambar 4.7 Grafik masa kerja guru MTsN Penampung Sumber: dokumen MTsN Penampung Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa lama tugas 26-30 tahun 2 orang dengan persentase 10,5 %, lama tugas 21-25 tahun 3 orang dengan persentase 15,8%. Lama tugas 16-20 tahun 1 orang dengan persentase5,3%. Lama tugas 11-15 tahun 3 orang dengan persentase 15,8%, lama tugas 06-10 tahun 4 orang dengan persentase 21,1%. Lama tugas 01-05 tahun 6 orang dengan persentase 31,6%.
64
Usia guru-guru madrasah ini juga bervariasi yaitu mulai dari yang berusia 25 tahun paling muda sampai dengan yang berumur 59 tahun paling tua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Usia Guru-guru MTsN Penampuang No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Lama Tugas 56 – 60 Tahun 51 – 55 Tahun 46 – 50 Tahun 41 – 45 Tahun 36 – 40 Tahun 31 – 35 Tahun 26 – 30 Tahun < 25 Tahun Jumlah Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Jumlah 1 3 2 3 4 4 2 19
Persentase 5,3 % 15,8 % 10,5 % 15,8 % 21,1 % 21,1 % 10,5 % 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan guru berumur antara 30 dan 51 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 35 30 25 jumlah 20 persentase 15 10 5 0 Umur Guru
Gambar 4.8 Grafik umur guru-guru MTsN Penampung Sumber: dokumen MTsN Penampung Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa guru-guru yang berumur 56-60 tahun berjumlah 1 orang (5,3%), umur 51-55 tahun 3 orang (15,8%), umur 46-50
65
tahun 2 orang (10,5%), umur 41-45 tahun 3 orang (15,8%), umur 36-40 tahun 4 orang (21,1%), umur 31-35 tahun 4 orang (21,1%), umur 26-30 tahun 2 orang (10,5%). Guru-guru madrasah ini pada umumnya sudah bergolongan III dan IV. Tabel 4.6 berikut dapat memberikan datanya lebih jelas. Tabel 4.6: Pangkat/Golongan Guru MTsN Penampung. No. 1 2 3 4 5
Pangkat/Golongan Pembina (IV/a) Penata Tk. I (III/d) Penata (III/c) Penata Muda Tk. I (III/b) Penata Muda (III/a) Jumlah Sumber: Dokumen MTsN Penampung
Jumlah 3 5 5 6 19
Persentase 15,8 % 26,3 % 26,3 % 31,6 % 100%
35 30 25 jumlah 20 persentase 15 10 5 0 Pangkat / Golongan Guru
Gambar 4.9 Grafik pangkat/golongan guru MTsN Penampung Sumber: dokumen MTsN Penampung Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa guru-guru yang pangkat Pembina IV/a berjumlah 3 orang (15,8 %), Penata Tk. I III/d berjumlah 5 orang (26,3%), penata muda Tk. I III/b berjumlah 5 orang (26,3%), penata muda III/a berjumlah 6 orang (31,6%).
66
Tingkat pendidikan guru-guru pegawai negari sipil MTsN Penampung bervariasi yaitu mulai dari DII sebanyak 1 orang, DIII sebanyak 1 orang S1 sebanyak 17 orang. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7: Tingkat Pendidikan Guru MTsN Penampung
No Pendidikan
Nama Perguruan Tinggi IAIN STKIP STAIN IKIP STIT UNP UBH UMSB
Jml
1
S2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
S1
5
3
1
2
1
3
1
1
17
3
DIII
1
-
-
-
-
-
-
-
1
4
DII
1
-
-
-
-
-
-
-
1
7
3
1
2
1
3
1
1
19
Sumber: Dokumen MTsN Penampung c. Siswa Keadaan siswa MTsN Penampung selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Data Siswa MTsN Penampung (2006-2010) Kelas VII Lk Pr 1. 2006/2007 70 74 2. 2007/2008 66 69 3. 2008/2009 60 70 4. 2009/2010 69 54 Jumlah 265 267 Sumber: Dokumen MTsN Penampung No
Tahun
Kelas VIII Lk Pr 56 61 59 70 68 64 58 57 241 252
Kelas IX Lk Pr 55 53 46 58 53 67 54 63 208 241
Jumlah 369 368 382 355 1474
Tabel diatas memperlihatkan antara lain bahwa jumlah siswa tiap tahun cenderung menurun. Kemudian persentase kelulusan siswa tiap tahun terlihat cenderung menurun. Datanya secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
67
Tabel 4.9 Data Hasil Ujian Nasional MTsN Penampung No Tahun Peserta 1. 2006/2007 108 2. 2007/2008 101 3. 2008/2009 120 Sumber: Dokumen MTsN Penampung Walaupun
persntase
kelulusan
Lulus 106 94 113
Tidak Lulus 2 8 7
cenderung
menurun
atau
% Lulus 98,15 93,00 93,33
kurang.
Keikutsertaan dalam perlombaan mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten dan propinsi siswa madrasah memperoleh prestasi di berbagai bidang lomba. Prestasi yang diraih oleh MTsN Penampung dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Prestasi MTsN Penampung Pada Berbagai Perlombaan. Tahun 2005
2006
2007 2008
Peringkat I I I I I I I I II II II III I II II II I II
Nama Penghargaan / Prestasi Cerdas Cermat Remesta Bkt/Agam Timur Lomba Pantomin Remesta Pidato Bhs. Minang Remesta LKBB di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Cerdas Cermat di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Mendirikan Tenda di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) MSQ di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Azan di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Memasak di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Tahfiz di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Morse Pa dan Pi di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) P3K di PP. Nurul Ihsan Lurah Penampung (Gelar II) Lomba Kaligrafi Bkt/Kab. Agam Tk. SMP/MTs Lomba Kaligrafi Bkt/Kab. Agam Tk. SMP/MTs Lomba Kaligrafi PORSENI Kanwil Depag Sumbar Lomba Fashion Show Dewasa Pekan Muharram 1429 H Lomba Cepat Tepat 3 Bahasa Tk. SLTP/MTs di MAN Model Bkt Try Out kelas IX SLTP/MTs di MAN 2 BKT
Tingkat Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Bkt/Agam Timur Kabupaten Agam Kabupaten Agam Propinsi Sumbar IV Angkat Candung Propiinsi Sumbar Bkt/Agam Timur
Ket Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi Tropi
Sumber: Dokumen MTsN Penampung 6. Gambaran Umum Aktivitas Kegiatan pembelajaran di MTsN Penampung berlangsung mulai dari hari Senin sampai hari Sabtu. Kegiatan dimulai pada pukul 7.30 WIB dan berakhir pada pukul 14.10 WIB, kecuali pada hari Jumat kegiatan berakhir pada pukul 11.10 WIB. Sebelum lonceng tanda masuk kelas berbunyi umumnya siswa telah berada di pekarangan madrasah. Segera setelah lonceng dibunyikan oleh guru
68
piket pada jam 07.20 WIB siswa berkumpul berbaris seperti yang telah diatur di lapangan dengan tertib. Dari lapangan mereka memasuki ruang belajar dengan teratur. Guru segera menyusul memasuki ruang belajar. Begitulah yang terjadi setiap hari kecuali pada hari Senin dan Jum’at. Pada hari Senin dilaksanakan upacara bendera. Pada hari Jum’at pagi semua siswa dilibatkan dalam kegiatan muhadharah, masing-masing lokal bergantian dari minggu ke minggu untuk mengisi acara ini. Mereka menunjukkan kebolehan diberbagai bidang, seperti pembacaan Al Quran, pidato berbahasa Arab, berbahasa Inggris, berbahasa Indonesia dan khutbah dan acara kesenian berupa pembacaan pantun, puisi dan nasyid. Setiap hari selama penulis melakukan observasi ditemukan guru yang terlambat. Demikian juga kepala sekolahnya. Meskipun jumlahnya hanya satu dan dua orang, namun yang demikian kelihatan berpengaruh sekali kepada kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak dapat mulai sesuai dengan jadwal belajar. Kemudian Guru piket dengan menggunakan alat pengeras suara selalu menyampaikan kepada siswa agar masuk pada waktunya menunggu guru didalam kelas masing-masing. Sebelum memulai pelajaran dilaksanakan kegiatan tadarus selama 15 menit, tadarus berupa pembacaan ayat-ayat pendek dan bacaan doa-doa harian. Pembacaan ayat-ayat dan doa-doa ini diambil nilainya oleh guru yang mengajar pada jam pertama di tiap-tiap kelas. Selama kegiatan pelajaran siswa tidak dibenarkan keluar kelas. Izin keluar diberikannya bila mendapatkan izin dari guru yang mengajar pada sesi berikutnya.
69
Siswa yang kebetulan terlambat datang ke sekolah diharuskan melapor kepada guru piket. Setelah mendapat penyelesaian yang bersangkutan baru diizinkan masuk ke kelas. Bila jam pelajaran sudah berlangsung 5 menit, sementara guru masuk belum juga datang, maka ketua kelas melaporkannya kepada guru piket atau wakil kepala madrasah. Setiap hari guru piket sudah bertugas dengan baik. Namun pembelajaran ada kalanya masih belum berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena guru piket boleh juga mengajar pada hari yang sama. Selain itu madrasah mempunyai dua lokasi yang berjauhan, hal ini berpengaruh terhadap proses belajar mengajar pada saat pertukaran jam pelajaran, dimana pada hari yang sama guru yang mengajar di lokasi I juga mengajar di lokasi II, sehingga terjadi ketarlambatan di awal proses belajar mengajar lebih kurang sepuluh menit. Guru piket bertugas membunyikan lonceng tanda masuk, istirahat dan pulang. Pada jam 10.25 WIB merupakan jam istirahat I, istirahat ini berlangsung selama 20 menit, maka pada jam 10.45 WIB siswa kembali masuk lokal untuk belajar. Waktu istirahat dipergunakan siswa untuk bermain, jajan atau ngobrol dengan teman-temannya. Bagi guru-guru waktu istirahat merupakan kesempatan untuk berkumpul di ruang majlis guru. Di sini tersedia air teh dan air putih untuk minum yang diletakkan di atas meja dan boleh diambil oleh guru yang menginginkan. Karena makanan tidak disediakan, maka sebagian guru pergi ke kantin madrasah, atau menyuruh siswa untuk berbelanja di warung. Sementara itu sebagian guru ada kalanya memanfaatkan waktu istirahat ini untuk melayani siswa yang berurusan. Disinilah guru-guru meperkatakan berbagai masalah seperti
70
pembelajaran siswa masyarakat, keadaan sehari-hari di rumah dan tentang kepala madrasah, sebagian guru lain menggunakan waktu istirahat untuk memeriksa tugas-tugas siswa. Jam istirahat kedua yaitu jam 11.50 WIB siswa di istirahatkan untuk menyiapkan dan melaksanakan shalat berjamaah di mesjid dan mushalla. Bagi iswa likal jauh pada lokasi II dilaksankan shalat berjamaah di mesjid As Saadah Surau Lauik, sedangkan bagi siswa di sekolah utama dilaksanakan di mushalla yang berada si samping sekolah. Siswa datang ke madrasah dengan pakaian seragam yang telah ditentukan dan sesuai dengan tata tertib sekolah. Laki-laki memakai baju putih, celana panjang warna biru tua dan sepatu hitam. Bagi siswa perempuan diwajibkan memakai baju kurung putih, rok biru tua, sepatu hitam dan mudawarah putih. Busana seragam putih biru ini dipakai mulai hari Senin sampai hari Kamis. Berbeda dengan itu pada hari Jum’at perempuan memakai baju kurung warna hijau, rok warna biru tua dan mudawarah putih. Pada hari yang sama laki-laki memakai baju koko warna hijau, celana biru tua dan peci hitam. Khusus pada hari Sabtu siswa berseragam pramuka. Kepala madrasah kadang-kadang datang pagi sesuai jadwal sekolah. Tetapi kadang-kadang dia datang terlambat, bahkan tidak hadir ke sekolah. Orang pertama di madrasah ini adakalanya meninggalkan madrasah beberapa waktu, tetapi datang kembali lagi ke sekolah atau sama sekali tidak balik lagi ke sekolah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan guru (G. 05) pada tanggal 21 Desember 2009 di ruangan majelis guru yang menyatakan bahwa kepala madrasah sibuk. Dia sibuk dengan tulisannya. Di samping itu dia sering meninggalkan madrasah
71
karena berbagai alasan seperti rapat, berurusan dengan komite, urusan proyek bantuan pembangunan ruang belajar, urusan ke kantor kecamatan, ke Bank Pembangunan Daerah (BPD), ke Kantor Kementerian Agama Lubuk Basung dan ke Kantor Wilayah Kementerian Agama di Padang, serta urusan lain. Kesibukan demikian kurang memberikan harapan terlaksananya supervisi yang efektif. B. Temuan Khusus Penelitian Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan supervisi akademik Kepala MTsN Penampung, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam. Masalah penelitian yang diajukan berkenaan tidak efektifnya pelaksanaan supervisi akademik Kepala MTsN Penampung, Kabupaten Agam. Sehubungan dengan itu penelitian ini berupaya mendapatkan jawaban tiga macam pertanyaan yaitu: Pertama, bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala MTsN Penampung? Kedua, kendala-kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan supervisi Kepala MTsN Penampung? Akhirnya, ketiga, bagaimana tindak lanjut yang dilakukan Kepala Madrasah terhadap masalah yang ditemui dalam pelaksanaan supervisi di MTsN Penampung? Untuk mengungkapkan jawaban pertanyaan pertama yakni tentang pelaksanaan supervisi akademik seperti dikemukakan dipandang perlu untuk melihat ihwal perencanaan supervisi kepala madrasah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bagan 1 berikut ini :
72
Penelitian dilaksanakan Mei 2009 s.d Januari 2010
Materi : Program, Pelaksanaan dan tindak lanjut supervisi Akademik di MTsN Penampung
Temuan Penelitian:
Pelaksanaan Supervisi Akademik
Temuan Umum : Profil MTsN Penampung Temuan Khusus: 1) Program Supervisi belum tersusun, 2) Supervisi belum terlaksana secara optimal karena masalah psikologis, keterbatasan waktu dan kesibukan tugas dan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan tentang supervisi akademik, 3) Belum ada tindak lanjut supervisi oleh kepala madrasah secara maksimal.
Metode Penelitian : pendekatan kualitatif
Pengumpulan data : observasi, wawancara dan studi dokumen
Untuk Penjaminan keabsahan data : trianggulasi
Bagan 1 : Rekap Temuan Penelitian I. Pelaksanaan Supervisi Akademik a. Rencana Program Supervisi Sebelum dikemukakan
rencana program supervisi Kepala Madrasah
berikut dijelaskan keadaan Kantor Kepala Madrasah. Dalam ruangan terlihat satu set kursi tamu, sebuah lemari buku, sepasang meja kepala madrasah. Kemudian di dinding kantor tidak kelihatan tulisan berisi tentang supervisi Kepala Madrasah. (Lihat Catatan Lapangan 01 dan Gambar 06 pada lampiran). Gambaran yang dikemukakan mengisyaratkan kepala madrasah belum menyusun program supervisi sebagai acuan dalam melaksanakan tugas supervisi
73
secara transparan dengan majelis guru dan kariawan. Kepala Madrasah (KM) menjelaskan belum membuat program supervisi secara khusus, hanya baru program tahunan secara umum yang mencakup kegiatan madrasah secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena kesibukan dan banyaknya tugas yang harus dikerjakan. Apalagi sekarang di akhir tahun anggaran banyak laporan yang harus diselesaikan. Sehingga terabaikan kegiatan supervisi. (Lihat Catatan Lapangan 07 dan Gambar 10 pada lampiran). Belum tersusunnya program supervisi Kepala Madrasah diperkuat dengan keterangan yang diberikan Wakil Kepala Madrasah 01 ( 26 November 2009) Setahu saya, tidak ada kepala madrasah membuat program supervisi, serta saya juga tidak melihat program supervisi kepala madrasah itu terpajang di ruang kantor majelis guru ataupun di ruang kepala sekolah, dan tidak pernah disosialisasikan kepada saya maupun kepada majelis guru. (Lihat Catatan Lapangan 08 dan Gambar 11 pada lampiran). Keterangan wakil kepala madrasah diperkuat oleh pegawai Tata Usaha (TU. 01) sebagai berikut : Belum ada program yang dibuat oleh Kepala Madrasah untuk pelaksanaan supervisi, karena bapak kepala selalu sibuk, menurut saya kepala madrasah lebih mengutamakan urusan administrasi, seperti laporan bulanan, triwulan, laporan tahunan dan laporan inventaris yanga sifatnya rutinitas dan menyelesaikan masalah pisik madrasah seperti tambahan ruang belajar siswa. (Lihat Catatan Lapangan 09 dan Gambar 12 pada lampiran). Keterangan Wakil Kepala di atas didukung pula oleh G.01 sebagai berikut : Belum ada Kepala Madrasah membuat program supervisi dan supervisi yang dilakukan kepala madrasah yang langsung dengan jadwal tidak ada, jadi kami tidak tahu kapan kepala madrasah melakukan supervisi. Karena program supervisi itu tidak pernah disampaikan kepada kami majelis guru. (Lihat Catatan Lapangan 10 dan Gambar 13 pada lampiran).
74
Informasi yang sama diberikan Wakil Kepala 02 (3 Desember 2009) di ruang majelis guru. Dinyatakan bahwa memang belum ada program supervisi kepala madrasah yang tertulis secara langsung. Kepala Madrasah tepatnya mempercayakan saja kepada guru dalam kegiatan pembelajaran. Alasannya karena Kepala Madrasah sibuk dengan tugasnya dan sering dinas luar seperti mengikuti rapat misalnya ke Kantor Kementerian Agama di Lubuk Basung, dan ke Kantor Wilayah Kementerian Agama di Padang untuk mengurus proyek pembangunan tambahan ruang belajar. Jika Kepala berada di dalam ruangan dia sibuk dengan kegiatan menulisnya. Mungkin Kepala Madrasah menganggap bahwa program supervisi itu tidak penting, karena tanpa program supervisi kegiatan proses pembelajaran terlaksana juga walaupun tidak maksimal (Lihat Catatan Lapangan 11 dan Gambar 14 pada lampiran). Disimpulkan bahwa berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis baik dengan kepala madrasah, wakil kepala madrasah, guru dan pengawai tata usaha diketahui kepala madrasah belum menyusun program supervisi sebagai acuan dalam melaksanakan tugas supervisi. Kepala Madrasah sebagai supervisor dalam melaksanakan tugas supervisi seharusnya mempunyai rencana persiapan yang dituangkan dalam program supervisi. Dapat dipahami bahwa rencana merupakan salah satu hal penting guna mempersiapkan kegiatan. Apabila hal itu tidak dilaksanakan maka supervisor akan mengalami kesulitan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Merencanakan berarti memikirkan tentang penghematan biaya, tenaga dan waktu. Juga memperkecil kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Perencanaan
75
adalah aktifitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan yang tertuju pada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Sebagai supervisor Kepala Madrasah perlu menyusun perencanaan supervisi yang dirumuskan dalam program kerja Kepala Madrasah. Dia tidak mungkin bekerja tanpa rencana untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Para ahli mengatakan “rencanakan apa yang mau dikerjakan dan bekerjalah apa yanga telah direncanakan”. Pada
bulan Mei 2009 penulis tidak melihat tanda bahwa
Kepala
Madrasah menyusun program supervisi. Seharusnya hal itu telah dirumuskan pada awal tahun pelajaran sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, baik itu disusun secara bersama dengan Wakil Kepala Madrasah, maupun oleh Kepala Madrasah sendiri. Akibat penyusunan program supervisi yang belum terlaksana menurut semestinya, maka pembinaan dan bantuan terhadap guru-guru belum dapat dilakukan. Seharusnya hal itu dapat dilakukan berdasarkan program secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan guru. Tema dari temuan ini adalah kepala madrasah belum menyusun program supervisi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bagan 2.
PROGRAM YANG DIBUAT OLEH KEPALA MADRASAH
Program kerja Kepala Madrasah berisikan kegiatan-kegiatan yang direncanakan dilaksanakan pada tahun 2009/2010, mulai dari kegiatan awal tahun pelajaran, kegiatan harian, mingguan, bulanan, dan kegiatan akhir tahun pelajaran. Tidak terdapat di sana program supervisi
Bagan 2 : Temuan Penelitian tentang Program yang dibuat kepala madrasah
76
b. Pelaksanaan Supervisi Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan Kepala Madrasah, guruguru, pengawas dan beberapa siswa MTsN Penampung ditemukan bahwa supervisi yang dilakukan oleh Kepala Madrasah sudah terlaksana tapi belum menurut yang semestinya. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Madrasah (KM) pada tanggal 2 Desember 2009 , bahwa pelaksanaan supervisi yang sifatnya kunjungan kelas belum dapat dilaksanakan karena Kepala Madrasah memiliki kesibukan lainnya setiap hari, misalnya : mengurus masalah pembangunan ruang belajar, mengikuti rapat pertemuan musyawarah kerja kepala madrasah, rapat persiapan ujian nasional, dan penyusunan laporan keuangan. Namun supervisi dilaksanakan secara umum dengan memantau guru yang sedang mengajar dari luar kelas, hal ini dilaksankan kepada guru yang telah dan akan disertifikasi. (Lihat Catatan Lapangan 12 pada lampiran). Pernyataan Kepala Madrasah diatas setelah dikonfirmasikan dengan wakil kepala (WK. 01) pada tanggal 3 Desember 2009, dia menyatakan bahwa: Supervisi nan dilakukan bapak kapalo yo mancaliak dari lua lokal sajo, lai ado Bapak Kapalo masuak ka lokal bilo takana sajo dan indak ado program nan jaleh, nan acok dilakukan bapak kapalo masuak lokal kalau di lokal tadanga anak-anak maeboh, kini dek ado sertifikasi untuak guru-guru tertentu, lai dicaliak bapak kapalo cara maaja dan dipareso perangkat pembelajaran guru tu. (Lihat Catatan Lapangan 13 pada lampiran). (Supervisi yang dilakukan bapak kepala dengan melihat dari luar kelas, ada bapak kepala masuk ke kelas secara dadakan saja dan tidak ada program yang jelas, yang sering dilakukan bapak kepala masuk ke dalam lokal jika terdengar siswa meribut, sekarang dengan adanya sertifikasi untuk guru-guru tertentu, ada dilihat guru yang mengajar dan diperiksa perangkat pembelajaran guru tersebut).
77
Selanjutnya
wakil
kepala
02
pada
tanggal
7
Desember
2009
mengungkapkan sebagai berikut : Supervisi yang dilakukan kepala secara langsung masuk ke dalam kelas dengan jadwal yang telah ditetapkan tidak ada, saya lihat yang dilakukan kepala sambil lewat saja, dilihat kepada siapa guru yang mengajar dalam kelas. Jika menurut bapak kepala perlu rasanya dilihat guru yang mengajar baru bapak kepala masuk ke dalam lokal. Kalau tidak bapak kepala lewat saja, istilah kami kalau bapak kepala lagi mut baru bapak kepala masuk kelas, kalau tidak bapak kepala lewat saja, kadang kami tidak tahu kiranya bapak kepala sudah berada saja dalam kelas, tetapi semenjak berlakunya ketentuan sertifikasi untuk guru-guru yang akan menyusun Portofolio, kepala madrasah melakukan supervisi untuk guru-guru tertentu saja. (Lihat Catatan Lapangan 14 pada lampiran). Dijelaskan pula oleh G. 02 pada tanggal 7 Desember 2009 : (Bapak kepala belum ada melihat saya mengajar di dalam kelas, hanya melihat dari luar lokal saja. Saya lihat bapak kepala sibuk saja, sering rapat dan keluar, ada saja yang diurus bapak kepala. Kadang sebentar Bapak Kepala di sekolah, sesudah itu pergi keluar, kadang-kadang ada kembali kadang tidak kembali lagi. Kalau Bapak kepala duluan datang pagi kami guru-guru yang terlambat ditelpon, tapi kepala sering juga terlambat datang di sekolah kadang-kadang tidak datang ke sekolah. Jadi kapan bapak kepala akan melakukan supervisi. Sehingga Bapak kepala tidak tahu apa kejadian di sekolah diserahkan saja kepada kami guruguru. Sebenarnya saya ingin dilihat Bapak kepala cara mengajar saya, agar saya tahu dimana kekurangan saya, tapi bagaimana bapak kepala sibuk dan sering berada dalam kantor). Lihat Catatan Lapangan 15 dan Gambar 15 pada lampiran). Dengan membandingkan hasil wawancara dengan guru-guru dengan hasil observasi yang peneliti lakukan mulai bulan November 2009 teramati bahwa selama penelitian dilakukan di sekolah ini memang belum terlihat Kepala Madrasah melakukan supervisi akademik di kelas. Kepala Madrasah sering berada dalam ruangan kepala, kemudian keluar ruangan melihat guru melaksanakan pembelajaran dari luar kelas, kemudian masuk lagi ke dalam ruangan kepala, waktunya banyak digunakan untuk bekerja di kantor.
78
Guru (G.04) 8 Desember 2009 didalam ruangan kelas VIII mengatakan: “Indak ado bapak kapalo mancaliak ambo maaja, padahal ambolah lamo batugaih di sekolah ko, sabananyo ambo ingin dicaliak apak kapalo cara maaja ambo. Buliah ambo tahu dima kakurangan ambo, kan bisa ambo perbaiki. Walau ambo lah lulus bana sertifikasi, kan pembinaan dari bapak kepalo itu paralu, buliah ado semangat awak, anak termotivasi untuk melaksanakan tugas, ambo caliak ba beda bana kapalo nan kiniko buk jo apak kapalo nan lamo! apak kapalo nan kini mancaliak kami maaja dari luas kelas bila takana sajo, paratian kapalo kapado masalah proses belajar mengajar nan dihadapi guru kurang, bapak tu dak pernah mananyokan masalah nan dihadapi guru. Kalo kapalo nan lamo lai kami ditanyo, Bapak Kapalo nan lamo ado masuk kelas, pagilah tibo, malahan apak tu batanyo kakami, apo nan bisa ambo bantu, kesulitan apo sajo nan dihadapi dalam maaja. Kalo bapak kapalo nan kini sibuk acok dinas lua kadang pai rapek mauruih proyek bangunan sekolah, kan lah rancak gedung sekolah ko buk. Bangunan iko ado sajak bapak kapalo nan kini. Tiok hari salasai upacara acok diadokan rapek yang disampaikan masalah disiplin, bantuan siswa miskin, Bahkan salasai rapek kapalo mangatokan dak paralu ditanggapi. (Lihat Catatan Lapangan 16 dan Gambar 16 pada lampiran ) (Tidak ada bapak kepala melihat saya mengajar, padahal saya sudah lama tugas disekolah ini. Sebenarnya saya ingin dilihat Bapak Kepala cara mengajar saya. Boleh saya tahu dimana kekurangan saya dan bisa diperbaiki, walau saya sudah lulus sertifikasi, pembinaan dari bapak kepala itu perlu, boleh ada semangat dan motivasi melaksanakan tugas, saya lihat berbeda benar kepala yang sekarang, Bapak kepala yang sekarang melihat kami mengajar dari luar kelas tidak ada ada diberi tahu itupun kapan teringat saja. Perhatian kepala kepada masalah proses belajar mengajar yang dihadapi guru kurang, bapak kepala tidak pernah menanyakan masalah yang dihadapi guru. Kalau kepala yang dulu ada kami ditanya, ada masuk kelas, pagi sudah sampai di sekolah, malahan bapak itu bertanya apa yang bisa dibantu dan apa kesulitan dalam mengajar. Kalau Bapak kepala yang sekarang sibuk sering dinas luar kadang pergi rapat menguru proyek bangunan sekolah, kan sudah bagus bangunan sekolah sekarang. Gedung ini dibangun semenjak bapak kepala sekarang. Setiap hari senin selesai upacara yang diadakan rapat yang disampaikan masalah disiplin, bantuan siswa miskin, bahkan selesai rapek kepala mengatakan tidak perlu ditanggapi). Wawancara dengan Pengawas Rumpun Madrasah (PM) pada tanggal 17 Desember 2009 menjelaskan :
79
Tidak terlihat adanya kegiatan supervisi yang dilakukan kepala madrasah baik itu supervisi kunjungan kelas maupun supervisi untuk kegiatan ekstrakurikuler. Tapi semenjak berlakunya ketentuan sertifikasi kepala madrasah melakukan supervisi untuk guru-guru tertentu saja. Secara umum supervisi akademik yang dilakukan kepala madrasah hanya melihat dari luar kelas dan itupun belum terlaksana secara maksimal, ada kepala madrasah yang melaksanakan ada juga yang tidak. Menurut saya di MTsN Penampung supervisi akademik yang dilaksanakan kepala sekolah belum terlaksana secara maksimal, hanya melihat-lihat dari luar kelas saja. Selain itu kepala madrasah ada jam wajibnya tapi jarang masuk kelas untuk mengajar, sehingga guru bertanya kenapa kepala jarang masuk mengajar ke kelas. Di samping itu kepala sering keluar untuk mengikuti rapat. (Lihat Catatan Lapangan 17 dan Gambar 23 pada lampiran). Guru (G.07) pada tanggal 9 Desember 2009 mengatakan: Saat saya sedang mengajar di kelas tiba-tiba bapak kepala sekolah masuk ke dalam kelas, tak lama dia keluar lagi, saya tidak tahu apakah Bapak Kepala melakukan supervisi karena tidak pernah diberitahu. Kadang-kadang Bapak Kepala melihat-lihat di luar kelas saja. Menurut saya sebaiknya bapak kepala memberitahu bahwa dia akan melihat saya mengajar. Pernah melalui rapat pada hari Senin selesai upacara. Kepala sekolah menyampaikan, ada guru yang mengajar monoton saja dengan metode ceramah saja dan tidak mau memperbaiki diri. Sehingga kami majelis guru tercengang saja. Kami tidak tahu siapa yang dibicarakan, karena kami tidak pernah dipanggil. (Lihat Catatan Lapangan 18 dan Gambar 18 pada lampiran). Dari trianggulasi yang dilakukan diperoleh keterangan kepala madrasah belum melaksanakan supervisi terhadap semua guru, baik kunjungan kelas atau supervisi ekstrakurikuler. Dari berbagai data seperti yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah adalah supervisi dadakan kapan teringat saja. Akibatnya proses pembelajaran belum terlaksana secara optimal. Kepala madrasah memberikan pembinaan terhadap guru hanya melalui pengarahan rapat/pertemuan. Itu hanya sepihak (yang sifatnya intruksi) belum memecahkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi para guru-guru dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran.
80
Kesimpulan diatas sesuai dengan catatan lapangan hasil observasi yang dilakukan di bulan November 2009. Pada suatu pertemuan yang dilaksanakan pagi Senin peneliti mencatat seperti dibawah ini: Boleh dikatakan setiap pagi hari Senin selesai upacara bendera, majelis guru serta karyawan dikumpulkan di ruangan majelis guru (meetings). Selanjutnya kepala sekolah memulai mengucapkan salam diteruskan dengan mukadimah, dan terus memberikan pengarahan, isi dari pengarahan tersebut lebih banyak mengenai disiplin, baik tentang berpakaian maupun jam masuk dan bagaimana meningkatkan kelulusan anak, nasehat-nasehat, siraman rohani. Selesai memberikan pengarahan diakhiri dengan tidak perlu ditanggapi dan dipertanyakan, Bapak dan Ibuk dipersilahkan masuk lokal karena waktu kita sudah habis anak-anak sudah menunggu. Wawancara dengan Wk. 01 pada tanggal 3 Desember 2009 di ruang majlis guru menjelaskan Kepala Madrasah sering mengadakan rapat setiap pagi senin selesai upacara bendera yang dibicarakan dalam rapat tentang disiplin siswa dan guru, nasehat-nasehat berupa siraman rohani, penyampaian ide-ide, kadangkadang ide-ide itu sudah ada pada Kepala Madrasah, jadi kami menyetujui saja dan pendapat kepala harus diterima sehubungan dengan supervisi akademik tidak pernah dibicarakan. Berkaitan dengan kesan kurang atau tidak adanya kunjungan kepala Madrasah ke kelas, SW I pada tanggal 12 Desember 2009 dihalaman mushalla MTsN Penampung mengatakan bahwa : Belum ada Bapak Kepala Madrasah masuk lokal kami, baik bersama dengan guru, maupun masuk sendirian. Kami tidak tahu kenapa Kepala Madrasah tidak pernah masuk / mengajar, mungkin karena seorang kepala. (Lihat Catatan Lapangan 19 dan Gambar 20 pada lampiran). Sedangkan menurut SW II pada tanggal 19 Desember 2009 diruang kelas VIII menyatakan:
81
Bapak Kepala sekolah ada masuk kekelas kami hanya satu kali dan sebentar pula, sesudah bapak menfoto-foto lokal bapak itu keluar, bukan mengajar kami. Sebenarnya kami ingin dilihat Bapak kepala sedang belajar, biar kami semangat. Dan kami ingin diajar Bapak kepala. (Lihat Catatan Lapangan 20 dan Gambar 27 pada lampiran). Dari hasil wawancara baik dengan guru, siswa, pengawas pendidikan peneliti amati kegiatan pembelajaran dalam kelas yang dilakukan oleh guru lebih banyak siswanya yang pasif, guru banyak menerangkan pelajaran yaitu dengan menggunakan metode ceramah. Setelah selesai ceramah guru memberikan siswa tugas atau latihan tentang apa yang telah diterangkan. Peneliti melihat metode pembelajaran yang digunakan guru tidak berfariasi lebih dominan ceramah sehingga kelihatan siswa-siswa bosan, jadi peneliti mengamati guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Sebenarnya supervisi/pengawasan itu penting dilaksanakan setiap lembaga pendidikan termasuk MTsN Penampung. Dengan adanya supervisi/pengawasan dari Kepala Madrasah, maka sasaran dari kegiatan akan dapat dicapai secara maksimal. Tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas, yang pada gilirannya. Untuk meningkatkan kualitas belajar siswa bukan saja memperbaiki proses pembelajaran tapi juga untuk mengembangkan kualitas guru. Kegiatan utama pendidikan yang dilaksanakan di Madrasah merupakan kegiatan pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Karena itu seluruh aktivitas organisasi madrasah bermuara pada pencapaian efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Dalam hal ini kepala madrasah sebagai supervisor, seyogyanya mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.
82
Supervisi/pengawasan jika tidak dilakukan menurut semestinya oleh kepala madrasah, akan berakibat terjadinya penyimpangan antara rencana yang sudah ditetapkan dengan pelaksanaan, oleh karena itu supervisi sangat penting pada lembaga pendidikan. Kepala Madrasah sebagai supervisor di Madrasah ini belum melaksanakan kegiatan supervisi menurut ketentuan yang ada. Akibatnya kegiatan pembelajaran kurang efektif dan efesien. Hal ini disebabkan karena Kepala Madrasah kurang memahami tentang pentingnya arti pelaksanaan supervisi terhadap peningkatan kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Kesimpulan dari temuan ini ialah belum terlaksananya kegiatan supervisi, secara umum untuk semua guru menurut semestinya kecuali untuk guru-guru tertentu saja. (Bagan 3). Hal ini menyebabkan semangat, motivasi kerja guru menurun. Sehingga proses belajar mengajar belum maksimal. Selanjutnya hasil kegiatan pembelajaran siswa kurang memuaskan / memadai. Tema dari temuan ini adalah bahwa pelaksanaan supervisi oleh Kepala Madrasah belum efektif. Pelaksanaan supervisi dilakukan oleh Kepala Madrasah secara umum dengan tiba-tiba tanpa diketahui guru, misalnya melihat guru mengajar dari luar kelas. Tapi apa yang didengar dan dilihat tidak dikonfirmasikan kepada guru. PELAKSANAAN SUPERVISI
Pelaksanaan supervisi untuk guru-guru tertentu, yang akan dan telah disertifikasi dilakukan secara ketat, mulai dari perangkat pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran sampai dengan kehadiran tiap hari Bagan 3 : Temuan Penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.
83
c. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Supervisi Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan Kepala Madrasah dan dari guru MTsN Penampung didapatkan informasi pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan oleh Kepala Madrasah sebagai berikut : G.05 pada tanggal 14 Desember 2009 mengatakan: Kepala Madrasah kurang peduli dengan kebutuhan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, dia tidak pernah menanayakan ataupun mengevaluasi tugas-tugas yang diserahkan kepada guru. (Lihat Catatan Lapangan 21 dan Gambar 21 pada lampiran). Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan G. 03 pada tanggal 19 Desember 2009 menyatakan : Pembinaan kepada guru disampaikan melalui rapat secara umum agar guru memperbaiki cara mengajar, supaya dalam kegiatan mengajar jangan menggunakan metode ceramah saja, bagaimana menggunakan media, alat peraga tidak ada ditinjau dan dilihat kedalam kelas. (Lihat Catatan Lapangan 22 dan Gambar 26 pada lampiran). Pernyataan G. 03 diatas peneliti konfirmasikan pula dengan Guru 02 tanggal 19 Desember 2009 diruang majelis guru mengatakan : Kami ada disuruh membuat perangkat pembelajaran diminta diakhir semester dan tidak semua guru ditagih. Seharusnya perangkat pembelajaran itu dikumpulkan diawal semester. Saya lihat kepala tidak konsisten, membuat tidak membuat sama saja. Sehingga guru yang rajin-rajin juga yang malas-malas juga. Apa yang disuruh Kepala Madrasah misalnya mengajar harus menggunakan alat peraga supaya pelajaran lebih menarik, ini tidak dilaksanakan oleh semua guru sebab tidak dinilai juga oleh Kepala Madrasah, sebagian guru menganggap merepotkan dan menambah biaya saja karena tidak juga dilihat dan dinilai oleh Kepala Madrasah. (Lihat Catatan Lapangan 23 pada lampiran). Dijelaskan pula oleh Wk. 01 pada tanggal 19 Desember 2009 di ruang majlis guru. Menjelaskan : evaluasi pelaksanaan supervisi disampaikan Kepala
84
Madrasah melalui rapat secara umum, guru tidak tahu siapa yang dikatakan karena tidak pernah dipanggil secara langsung, sehingga guru tidak mengetahui kekurangannya dalam mengajar. (Lihat Catatan Lapangan 24 pada lampiran). Dari berbagai informasi seperti yang telah diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa Kepala Madrasah belum maksimal melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan supervisi yang dilakukannya. 2. Kendala dalam Melaksanakan Supervisi Dalam melaksanakan supervisi Kepala Madrasah, tidak terlepas dari berbagai kendala. Diantara kendala yang dihadapi Kepala Madrasah adalah sebagai berikut : a. Alasan Psikologis Sehubungan dengan kendala untuk melaksanakan supervisi karena alasan psikologis terungkap dari hasil wawancara dengan Kepala Madrasah (KM) pada tanggal 16 Desember 2009. Dikatakannya : Menurut saya terlaksana saja proses belajar mengajar itu sudah cukup, karena kita di madrasah kekurangan tenaga guru, jadi saya mempertimbangkan perasaan guru, jangan-jangan disebabkan saya melakukan supervisi kunjungan kelas menjadi beban oleh guru, sehingga kehadiran saya dilokal mengakibatkan mereka tidak konsentrasi karena merasa diawasi dan merasa dicari-cari kesalahan mereka. Disamping itu latar belakang pendidikan saya adalah dari guru mata pelajaran agama jadi saya kurang menguasai materi pelajaran, media-media yang menyenangkan dan bermacam strategi yang efektif. (KM, Desember 2009). (Lihat Catatan Lapangan 25 pada lampiran). Pernyataan ini dikuatkan dengan keterangan guru 07 diruangan majelis guru pada tanggal 18 Desember 2009 menyatakan : Keberatan kepala madrasah melakukan supervisi, karena diantara guru ada yang lebih senior dari beliau (kepala), baik dari segi umur maupun dari segi pengalaman menjadi guru, jadi atas pertimbangan
85
perasaan dia agak keberatan melakukan supervisi kunjungan kelas disamping itu Kepala Madrasah menjaga hubungan silahturahmi sesama guru. (Lihat Catatan Lapangan 26 dan Gambar 24 pada lampiran). Berdasarkan informasi dan G.07 penulis kembali menemui Kepala Madrasah untuk mencek kebenaran informasi itu, maka kepala madrasah (KM) tanggal 18 Desember 2009, menjelaskan : diantara guru ada yang lebih senior dari Kepala Madrasah sehingga ada pertimbangan perasaan dan keberatan melakukan supervisi kunjungan kelas. Supervisi dilakukan dengan melihat dari luar ruangan sewaktu proses belajar mengajar sedang berjalan. (Lihat Catatan Lapangan 27 pada lampiran). Menurut G. 04 memang terdapat perbedaan antara Kepala Madrasah yang sebelumnya dengan yang sekarang, ia mengutarakan bahwa: Memang antaro kapalo madrasah nan dulu jo nan kini ado perbedaan. Kalo apak kapalo nan dulu, tiok sabanta masuak ka kelas mananyoan apa masalah pembelajaran yang dihadoki kini, ado nan bisa ambo bantu?” Kami maraso sanang dan basamangat untuk maaja dek karano kami lai dicaliak, ditanyo dan diparatian. Tapi kapalo sakolah awak nan kini ko dak surupo itu doh buk. Mungkin karano kamilah tuo pak kapalo manjago parasaan kami. (G. 04 21 Desember 2009) (Lihat Catatan Lapangan 28 pada lampiran) (Memang antara kepala madrasah yang dulu dengan yang sekarang jauh berbeda,
kalau Bapak Kepala Madrasah yang dulu. Tiap sebentar
masuk kelas untuk menanyakan apa masalah pembelajaran yang sedang dihadapi, dia menawarkan apakah ada yang bisa dibantu. Kami merasa senang karena ada dilihat dan ditanya. Tapi kepala madrasah yang sekarang tidak seperti yang dulu. Mungkin karena kami sudah tua dan senior bapak kepala menjaga perasaan kami).
86
Tentang keberatan kepala sekolah untuk melakukan supervisi kunjungan kelas. Penulis konfirmasikan dengan guru G.05 dan G. 01 (21 Desember 2009) sebagai berikut saya tidak merasa keberatan untuk disupervisi oleh kepala madrasah, karena itu sangat bermanfaat sekali bagi saya, selama ini belum pernah saya menerima bimbingan dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dari kepala madrasah, saya tidak tahu dimana kekurangan. Hanya saja kepala madrasah yang merasa enggan melaksanakan supervisi, mungkin kepala madrasah terlalu sibuk dengan tugas atau mungkin kurang memahami bagaimana supervisi yang sesungguhnya. Jadi ada beban psikologis dalam melaksanakan supervisi (Lihat Catatan Lapangan 29 dan Gambar 29 pada lampiran). Pernyataan ini dikuatkan dengan wawancara bersama wakil kepala (Wk 01 dan Wk 02) 21 Desember 2009. Menurut kami supervisi akademik harus dilaksanakan kepala madrasah, karena itu merupakan tugas kepala madrasah, dan tidak ada memandang guru senior dan guru yunior dan kami tidak keberatan untuk disupervisi. Karena dengan supervisi yang dilakukan kepala madrasah guru bisa mengetahui kekurangannya. Mungkin pengelolaan kelas kami belum betul, penguasaan materi yang kurang, atau media yang digunakan tidak tepat, tapi bagaimana bapak kepala tidak ada mensupervisi kami, sehingga kami merasa sudah benar cara mengajar kami. (Lihat Catatan Lapangan 30 dan Gambar 28 pada lampiran) Selanjutnya Guru (G. 03) dalam wawancara tanggal 21 Desember 2009 : Keberatan kepala madrasah melakukan supervisi, guru-guru yang mengajar di sekolah ini sudah ada yang senior. Baik dari segi umur maupun pengalaman jadi guru. Jadi ada semacam ganjalan psikologis melakukan supervisi terhadap guru senior. (Lihat Catatan Lapangan 22 dan Gambar 29 pada lampiran).
87
Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang penulis lakukan pada pertengahan Juli 2009 sejauh yang penelti cermati Kepala Madrasah belum melaksanakan supervisi, karena tidak terlihat melakukan observasi kunjungan kelas. Biasanya supervisi dilakukan pada awal semester. Kemudian evaluasinya dilaksanakan pada akhir semester atau akhir tahun pelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis bahwa kepala madrasah belum melaksanakan supervisi, disebabkan karna masalah psikologis yaitu masalah senioritas, pengalaman waktu jadi guru dan hubungan pribadi, pelaksanaan supervisi oleh kepala madrasah hanya bersifat umum. Seperti melihat dari luar lokal waktu guru mengajar. Tapi belum melakukan supervisi yang bersifat kunjungan kelas. Akibatnya kegiatan pembelajaran dilaksanakan guru semampunya dan seadanya, mereka belum mendapat bimbingan/pembinaan secara khusus dari kepala madrasah. Temuan ini menyatakan bahwa pelaksanaan tugas guru dalam proses pembelajaran belum mendapat bimbingan maksimal dari kepala madrasah. Akibatnya komitmen guru terkesan kurang terlihat terhadap peningkatan mutu pendidikan dan minat pengembangan profesi sebagai guru. Tema dari temuan ini adalah supervisi tidak terlaksana secara profesional oleh Kapala Madrasah. b. Alasan Keterbatasan Waktu dan Kesibukan Untuk
melaksanakan
kegiatan
supervisi
kepala
madrasah
perlu
menyediakan waktu, karena supervisi merupakan tugas pokok kepala madrasah sebagai supervisor disamping tugas sebagai edukator, manager, administrator, leader, inovator dan motivator. Oleh karena itu, kepala madrasah harus bisa mengatur dan mengelola waktu agar tugas sebagai supervisor bisa dilaksanakan.
88
Berkaitan dengan kendala Kepala Madrasah tidak melakukan supervisi dengan alasan keterbatasan waktu dan kesibukan. Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan Kepala Madrasah, guru-guru MTsN Penampung terungkap dari hasil wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 16 Desember 2009 terungkap: bahwa supervisi tidak terlaksana dengan maksimal karena salah satu sebabnya kesibukan dan keterbatasan waktu (Lihat Catatan Lapangan 25 pada lampiran). Hasil wawancara dengan kepala madrasah penulis konfirmasikan lagi dengan wakil kepala (Wk 01) pada tanggal 19 Desember 2009 terungkap bahwa, Kepala Madrasah sibuk dengan tugas administrasi, dan sering dinas luar. (Lihat Catatan Lapangan 24 pada lampiran). Hal yang sama juga diutarakan oleh (G. 06) 21 Desember 2009, bahwa Kepala Madrasah sering keluar mengikuti rapat dan jika berada di sekolah disibukkan dengan urusan administrasi.(Lihat Catatan Lapangan 31 pada lampiran). Informasi yang sama diberikan pegawai tata usaha (TU. 01) pada tanggal 16 Desember 2009 diruangan tata usaha mengatakan: Kepala Madrasah sering tugas luar mengikuti rapat-rapat dinas dan situasi belajar mengajar kurang terpantau oleh Kepala Madrasah. (Lihat Catatan Lapangan 32 dan Gambar 22 pada lampiran). Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan kepala madrasah, wakil kepala, guru dan pegawai tata usaha. Diketahui bahwa kepala madrasah sibuk dengan urusan yang sifatnya rutin dan juga tugas pokok sebagai Kepala Madrasah yang sifatnya penunjang. Hal ini disebabkan kepala madrasah belum
89
mampu mengelola waktu dan memanfaatkan waktu yang tersedia, dan belum mampu mendelegasikan wewenang, kebanyakan tugas dilaksanakan sendiri oleh Kepala Madrasah. Akibatnya tidak teralokasikan waktu untuk melaksanakan pembinaan kepada guru, sehingga perhatian guru terhadap proses pembelajaran semakin menurun. Temuan ini menyimpulkan bahwa Kepala Madrasah belum mempunyai waktu untuk mengelola dan membuat skala prioritas tugas. Hal ini mengakibatkan fungsi Kepala Madrasah sebagai supervisor belum dapat dilaksanakan secara maksimal, maka pembinaan belum terlaksana menurut semestinya, sehingga hasil belajar siswa belum memuaskan. Tema dari temuan ini adalah pemanfaatan waktu oleh Kepala Madrasah tidak efisien. c. Alasan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan Kepala Madrasah yang sukses adalah kepala madrasah yang mampu mengembangkan, memahami dirinya dan mampu pula memahami serta mengembangkan orang lain yang berhubungan dengan pelaksana pendidikan di madrasah. Di samping itu kepala madrasah juga mampu memahami situasi serta kondisi di lingkungan madrasah itu sendiri. Kemampuan kepala madrasah dalam melaksanakan supervisi terungkap dari hasil wawancara dengan kepala madrasah pada tanggal 18 Desember 2009 bahwa pengetahuan kepala madrasah tentang supervisi sangat terbatas dan kurang memadai. (Lihat Catatan Lapangan 27 pada lampiran). Wawancara dengan PM tanggal 17 Desember 2009 disampaikan terungkap bahwa kepala madrasah terkendala untuk melaksanakan supervisi karena keterbatasan pengetahuan tentang supervisi itu sendiri dan latar belakang
90
pendidikan kepala madrasah tidak sama dengan guru yang disupervisi. (lihat Catatan Lapangan 17 pada lampiran). Hal yang sama disampaikan oleh wakil Kepala Madrasah (WK. 01) diruangan guru, pada tanggal 19 Desember 2009 bahwa kepala madrasah memiliki keterbatasan pengetahuan tentang supervisi dan belum menguasai teknik-teknik supervisi secara rinci dan tidak mempunyai program tentang supervisi. (Lihat Catatan Lapangan 24 pada lampiran) Hal yang sama dikemukakan oleh guru G. 03 pada tanggal 19 Desember 2009 di kantor Tata Usaha bahwa kemampuan dan pengalaman Kepala Madrasah tentang supervisi memang kurang apalagi guru yang disupervisi bidang studi yang diajarkan tidak sama dengan kepala madrasah atau tidak ada keinginan kepala madrasah untuk melakukan supervisi, sebab disupervisi atau tidak disupervisi guru proses pembelajaran tetap berjalan juga. (Lihat Catatan Lapangan 22 dan Gambar 26 pada lampiran). G. 02
pada tanggal 19 Desember 2009) diruangan majelis guru
menjelaskan latar belakang pendidikan, bapak kepala tamatan syariah bukan dari tarbiyah dan ilmu yang dimiliki kepala madrasah tidak sama dengan ilmu guruguru yang disupervisi sehingga kepala madrasah memiliki keterbatasan dalam melaksanakan supervisi. Pembinaan terhadap guru hanya disampaikan secara umum melalui rapat. (Lihat Catatan Lapangan 23 pada lampiran). Kesimpulan dari temuan ini yang merupakan kendala bagi kepala madrasah dalam melaksanakan supervisi adalah kurangnya kemampuan dan pengetahuan kepala madrasah untuk memberikan bimbingan dan pembinaan kepada guru-guru. Akibatnya semangat dan gairah kerja guru menjadi kurang
91
sehingga hasil belajar siswa yang optimal belum tercapai. Tema dari temuan ini adalah kepala Madrasah belum memahami secara komprehensif dan mendalam tentang supervisi. 3. Tindak lanjut Hasil Supervisi Setelah dilaksanakan proses supervisi diperlukan tahap pertemuan akhir yang dilakukan segera setelah dilaksanakan pengamatan. Tujuan utamanya adalah menindak lanjuti apa saja yang dilihat supervisor sebagai hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran. Dalam pertemuan ini sangat diperlukan adanya keterbukaan antara supervisor dengan guru. Seyogyanya supervisor menanamkan kepercayaan diri guru bahwa pertemuan ini bukan untuk menyalahkan melainkan untuk memberi umpan balik. Baru setelah itu dilanjutkan dengan analisis setiap aspek pengajaran yang menjadi perhatian supervisi tersebut. Berkaitan dengan tindak lanjut dari hasil supervisi yang dilaksanakan kepala madrasah dapat diketahui dari hasil wawancara penulis dengan kepala madrasah (KM) pada tanggal 22 Desember 2009 saya akan memanggil guruguru yang bermasalah, lalu memberi pembinaan secara pribadi sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Hal itu dilakukan kadang-kadang melalui pertemuan majelis guru, sewaktu meetings pagi Senin selesai upacara bendera, dengan cara memberikan Pembinaan secara menyeluruh, atau secara individu. (Lihat Catatan Lapangan 33 pada lampiran). Informasi ini dikemukakan G. 07 (22 Desember 2009) dijelaskan: Saya perhatikan kepala madrasah memanggil guru-guru yang bermasalah, lalu diberikan pembinaan sebagai langkah tindak lanjut, kadang-kadang pembinaan disampaikan secara umum melalui rapat
92
pertemuan majelis guru, meetings pada hari senin selesai upacara bendera, dengan memberikan pembinaan secara menyeluruh. (Lihat Catatan Lapangan 34 pada lampiran ). Wawancara dengan guru (G. 01) (22 Desember 2009) terungkap tindak lanjut dari hasil supervisi oleh kepala madrasah belum ada karena supervisi belum terlaksana. (Lihat Catatan Lapangan 35 dan Gambar 30 pada lampiran). Wawancara dengan (Wk. 02) pada tanggal 22 Desember 2009 mengatakan bahwa : Memang pernah dipanggil oleh Kepala Madrasah keruangannya tapi itu bukan masalah tindak lanjut dari proses belajar mengajar. Yang demikian itu adalah masalah kebijakan penggunaan dana komite. Agar menyelesaikan pembukuan, kuitansi-kuitansi dan menyiapkan laporan pertanggungjawaban keuangan komite, karena kita akan menggadakan rapat pertemuan wali murid yang dibicarakan bukan tindak lanjut supervisi. (Lihat Catatan Lapangan 36 pada lampiran). Wawancara dengan guru (G. 09) pada tanggal 13 Januari 2010 sebagai berikut : Saya guru pembimbing kegiatan ekstra kurikuler tapi saya belum pernah dievaluasi, bagaimana kegiatan yang dilaksanakan tidak pernah ditanyakan oleh kepala madrasah beliau (kepala) hanya pernah menyuruh saya untuk melaksanakan kegiatan ekstra. (Lihat Catatan Lapangan 37 dan Gambar 33 pada lampiran). Kepala madrasah sebagai supervisor pada pertemuan akhir supervisor bersama dengan supervisi seharusnya mendiskusikan hasil supervisi, waktu itu supervisi mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya mengenai pelaksanaan tugasnya di kelas. Sebaiknya supervisor memberi kesempatan untuk membantu guru mengatasi kesulitan pribadinya maupun yang berkaitan dengan pekerjaannya. Supervisor juga dapat memberikan tugas yang berkaitan dengan upaya perbaikan
93
kekurangan yang dialami guru pada waktu mengajar, sejak dari perencanaan/ pelaksanaan sampai evaluasi. Evaluasi hasil supervisi seharusnya dilakukan secara berkesinambungan setiap semester / tahun dilakukan penilaian secara menyeluruh. Namun sejauh observasi yang dilakukan pada minggu pertama bulan Desember 2009 dari pengamatan penulis terkesan bahwa pada bulan Desember adalah akhir semester ganjil, penulis tidak melihat adanya monitor dan evaluasi kepala madrasah terhadap proses pembelajaran selama satu semester, apakah guru telah tuntas setiap kompetensi dasar dalam proses belajar mengajar apakah sudah diadakan remedial atau belum, hal ini tidak dimonitor dan tidak dievaluasi oleh kepala sekolah. Hal yang sama diungkapkan oleh G. 01 dan G. 04 (22 Desember 2009) mereka mengatakan bahwa belum pernah ditanyai mengenai ketuntasan belajar, apakah telah melakukan remedial, maupun masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar oleh kepala madrasah sebagai tindakan evaluasi baik dalam rapat atau secara pribadi. (Lihat Catatan Lapangan 35 pada lampiran). Hasil wawancara dengan SW. I. 03 dan SW. II pada tanggal 12 Januari 2010 terungkap bahwa Bapak Kepala ketika berkunjung kelokal kami, hanya sampai di pintu saja, kemudian Bapak Kepala menanyakan guru yang tidak hadir lalu menyuruh kami tunggu saja guru kalian di dalam lokal dan bapak kepala pergi menemui guru piket. Setelah itu guru piket datang memberi tugas mencatat, tidak pernah Bapak Kepala menanyakan tentang bagaimana proses belajar, apa pelajaran yang sulit bagi kalian, bagaimana guru mengajar. (Lihat Catatan Lapangan 38 dan Gambar 31, 32 pada lampiran).
94
Wawancara dengan siswa (SW3. 02) pada tanggal 12 Januari 2010 terungkap bahwa kepala madrasah belum pernah masuk ke kelas, hanya lewat di depan kelas saja. (Lihat Catatan Lapangan 38 pada lampiran). Salah satu cara menindak lanjuti hasil pelaksanaan supervisi adalah memberikan laporan kepada pihak yang berwenang sehubungan dengan hal tersebut penulis mengkonfirmasikan dengan pengawas (PM. 01) pada tanggal 15 Januari 2010 terungkap bahwa kepala madrasah belum pernah memberikan informasi dan laporan secara tertulis maupun lisan tentang hasil dari pelaksanaan supervisi yang dilakukan. (Catatan Lapangan 39 dan Gambar 34 pada lampiran). Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang penulis lakukan diketahui bahwa Kepala Madrasah belum menindaklanjuti hasil sepervisi. Hal ini disebabkan kepala madrasah belum melakukan monitoring baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja guru-guru, apalagi dalam pelaksanaan supervisi yang sesungguhnya, maka kepala madrasah sulit melakukan tindak lanjut dari hasil supervisi. Kesimpulan dari temuan ini adalah belum terlaksananya supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap proses pembelajaran, maka sulit dilakukan pembinaan terhadap guru-guru karena belum diketahui apa masalah bagi guru dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa tidak dapat dioptimalkan. Tema dari temuan ini adalah kepala madrasah belum melakukan tindak lanjut hasil supervisi. B. Pembahasan Pembahasan ini mengulas hasil temuan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu dalam beberapa hal yang dijadikan fokus penelitian ini.
95
1. Pelaksanaan Supervisi Akademik a. Penyusunan Perencanaan Program Supervisi Temuan Penelitian berdasarkan observasi dari wawancara bahwa Kepala Madrasah belum melaksanakan supervisi secara maksimal yang dimulai dengan penyusunan perencanaan program supervisi, sehingga pembinaan, bimbingan, dorongan dan bantuan terhadap guru-guru belum dapat dilakukan secara maksimal. Kepala Madrasah sebagai supervisor dalam melaksanakan tugas supervisi seharusnya mempunyai rencana persiapan yang dituangkan dalam program supervisi dan menyusun perencanaan supervisi yang dirumuskan dalam program kerja Kepala Madrasah agar lebih terarah dan operasional, sehingga pembinaan, bimbingan, dorongan dan bantuan terhadap guru-guru dapat dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan guru. Penyusunan perencanaan program supervisi merupakan suatu keharusan dalam melaksanakan supervisi, sebagaimana dinyatakan Siswanto Masruri (2002). Tujuan penyusunan program supervisi diharapkan menghasilkan program yang lebih terarah dan operasional, berdasarkan prinsip-prinsip prosedur, dan cara-cara memilih alternatif pemecahan masalah yang tepat. Menurut Dirjen Kelembagaan Agama Islam (2003) dalam penyusunan program langkah-langkah yang perlu diikuti adalah : 1) menentukan/menyusun tujuan yang hendak dicapai, 2) mengidentifikasi masalah atau pekerjaan yang akan dilakukan, 3) menghimpun data informasi yang diperlukan tahap-tahap kegiatan, dan 4) merumuskan bagaimana masalah itu akan diperoleh dan bagaimana pekerjaan dilakukan. Dengan demikian, menyusun perencanaan program mengandung tiga unsur yakni : 1)
96
tujuan yang hendak dicapai, 2) cara untuk mencapainya, dan 3) usaha memanfaatkan sumber yang dapat digunakan. (Mudjahid Ak 2003) b. Pelaksanaan Supervisi Kepala Madrasah sebagai supervisor belum dapat melaksanakan supervisi secara optimal. Supervisi yang dilakukan Kepala Madrasah adalah supervisi secara umum tanpa diketahui guru. Pada hal kegiatan supervisi oleh kepala madrasah merupakan salah satu tugas pokok sebagai supervisor guna menentukan langkah/tindakan tepat dalam rangka memberikan pembinaan kepada guru. Pembinaan
yang
diberikan
terhadap
guru
hanya
melalui
pengarahan
rapat/pertemuan itu hanya sepihak yang sifatnya instruksi belum memecahkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi guru-guru dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran. Menurut Herabudin (2009 : 212) menyatakan prinsip yang digunakan dalam mengadakan kegiatan supervisi adalah : 1) Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif sehingga menimbulkan dorongan semangat bekerja bagi para pegawai yang dinilai, 2). Supervisi hendaknya bersifat sederhana, realitis dan informal dalam pelaksanaannya. 3) Supervisi harus bersifat objektif, tidak mencari-cari kesalahan, tidak bersifat objektif, tidak mencari-cari kesalahan, tidak bersifat otoriter, dan mementingkan hubungan profesional, bukannya berdasarkan hubungan pribadi, 4) Supervisi bersifat preventif, yaitu mencegah timbulnya halhal yang berakibat buruk, 5) Supervisi bersifat korektif, yaitu memperbaiki penyimpangan-penyimpangan dalam kegiatan organisasi sekolah, 6) Supervisi bersifat kooperatif yaitu menemukan penyimpangan-penyimpangan yang ada dan berusaha memperbaikinya secara bersama-sama.
97
Supervisi akademik merupakan salah satu tugas pokok kepala madrasah. Sebagai supervisor dan kepala madrasah dia harus memiliki kompetensi supervisi sesuai dengan Peraturan Materi Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 13 Tahun 2007, yaitu melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Dalam rangka memberikan pembinaan kepada tenaga pendidikan, terutama kepada guru, Sergiovani dan Strarat dalam E. Mulyasa (2004:111) menyatakan : supervision is a process designed to help teacher and supervisor leam more about their practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools; and to make the school a more effective learning community. Bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di madrasah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan madrasah, serta berupaya menjadikan madrasah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif. c. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Supervisi Kepala Madrasah belum maksimal melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan supervisi yang dilakukannya. Evaluasi hasil pelaksanaan supervisi seharusnya dilaksanakan Kepala Madrasah dengan harapan dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengajar, guru akan dapat mengetahui kelebihan dan kelemahannya dalam mengajar, jika terdapat kekurangan, maka guru akan dapat memperbaikinya dengan belajar dan
98
menambah wawasan. Dengan mengetahui kelebihannya guru akan dapat lebih percaya diri dan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Kegiatan monitor dan evaluasi menurut Mudjahid Ak (2002) : Suatu kegiatan monitor adalah mengawasi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh warga sekolah. Sedangkan evaluasi kegiatan menilai kemajuan dari suatu aktivitas atau kegiatan membandingkan antara hasil yang dicapai dengan perencanaan sebelumnya. 2. Kendala dalam melaksanakan supervisi a. Alasan Psikologis Dalam melaksanakan supervisi kepala madrasah terkendala oleh alasan psikologis, karena diantara guru ada yang lebih senior dan hubungan pribadi. Pelaksanaan tugas guru dalam proses pembelajaran belum mendapat bimbingan yang maksimal dari kepala madrasah. Dalam melaksanakan supervisi, supervisor seharusnya melaksanakan kegiatan supervisor atas dasar profesional, sehingga ia tidak merasa dibebani oleh masalah psikologis dalam melaksanakan tindakan-tindakan supervisi, untuk itu hendaklah diperhatikan beberapa prinsip berikut, menurut Muhammad Rivai (1987) prinsip tersebut adalah : 1. Supervisi hendaklahnya bersifat konstruktif dan kreatif, yang dibimbing dan diawasi harus dapat menimbul dorongan untuk bekerja; 2. Supervisi harus dilaksanakan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya (realitas, mudah dilaksanakan); 3. Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaan; 4. Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru-guru dan pegawai sekolah yang disupervisi; 5. Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas dasar hubungan pribadi; 6. Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap dan mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah; 7. Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan perasaan gelisah atau bahkan antipati dari guru-guru;
99
8. Supervisi tidak boleh berdasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan atau kekuasaan pribadi; 9. Supervisi tidak boleh mencari-cari kesalahan dan kekurangan (supervisi berbeda dengan inspeksi); 10. Supervisi tidak dapat terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas merasa kecewa; 11. Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif, dan koorperatif. Hal ini sejalan dengan Made Pidarta (1992) supervisi mestilah dilakukan atau diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal dan vertikal baik tingkat pusat maupun daerah. b. Alasan Keterbatasan Waktu dan Kesibukan Kepala madrasah terkendala oleh keterbatasan waktu dan kesibukan tugas, belum dapat menetapkan skala prioritas tugas, tidak bisa melakukan manajemen waktu dengan baik, dan pemanfaatan waktu tidak efesien, sehingga pembinaan terhadap guru belum dapat dilakukan secara maksimal yang berakibat hasil sekitar siswa belum memuaskan. Membagi dan memanfaatkan waktu merupakan kunci sukses kepemimpinan kepala madrasah. Menurut Sudarwan Danim (2009 : 89) menyatakan : Salah satu kelemahan utama sebagian besar kepala sekolah adalah kurangnya disiplin dalam memanfaatkan
setiap waktu dalam masing-masing
kegiatan dalam jadwal kerja yang telah mereka susun sendiri. Mereka kurang memperhatikan pembagian dan pemanfaatan waktu untuk berada di kantor sekolah, melakukan perjalanan dinas, melayani telepon penting, atau menekuni rapat-rapat. Adakalanya kepala sekolah dibelenggu oleh waktu, padahal dialah yagn harus mengatur dan “menguasai” waktu.
100
Kepala Madrasah sebagai supervisor harus mampu mengelola jadwal kerja mereka sendiri, bukannya justru diperbudak oleh waktu. Di samping itu kepada madrasah menyadari bahwa tugas sebagai supervisor, sangat erat hubungannya dengan tugas sebagai manajer. Kepala Madrasah tidak perlu melakukan pembinaan seorang diri, karena di dalam struktur organisasi madrasah terdapat wakil yang mempunyai fungsi bermacam-macam. Di samping itu, jika MGMP dapat dilaksanakan dengan baik, maka guru senior dapat pula membantu kepala madrasah membina guru yunior. Dengan membentuk tim supervisi akademik yang didelegasikan kepada guru senior dimana wakil kepala bertindak sebagai akademik bidang kurikulum. Manajer harus mempunyai kemampuan mengelola dan memanfaatkan waktu sehingga dia mampu menyusun skala prioritas serta dapat mendelegasikan wewenang, sebagaimana dinyatakan Jakson dan Hayen dalam Timpe (1993 : 157). waktu tidak menunggu siapapun juga, dan bahkan bagi mereka yang tidak menyadarinya atau tidak mau mengakui mereka memboroskannya, sebaiknya menganalisis bagaimana efesien mereka memanfaatkan komoditas yang berharga ini. Salah satu kunci keefektifan manajerial terletak dalam menghilangkan atau peling sedikit mengurangi sampai seminimum mungkin semua kegiatan tidak esensial. Yang penting untuk selalu diingat adalah kesadaran efesien yang berlaku melalui kesadaran waktu. Sebagaimana Pater Druker dalam Timpe (1993:157) “Jalan terbaik untuk merubah aktivitas individu seperti dengan meningkatkan pemanfaatan waktu”. Meskipun Kepala Madrasah mampu mengatasi sendiri kesulitan dengan lebih cepat, akan lebih baik kepala madrasah dapat mendelegasikan tugas dan
101
wewenang kepada wakil atau guru-guru senior agar supervisi Akademik dapat dilaksanakan secara maksimal. Dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada wakil kurikulum dan guru senior sehingga hambatan dalam melaksanakan supervisi dapat diatasi, kepala madrasah dalam waktu bersamaan telah mendorong dan memupuk pertumbuhan madrasah, sebagaimana dinyatakan Sudarwan Danim (1990 : 88) Kepala sekolah harus mendukung upaya pemecahan setiap permasalahan, tetapi dia tidak perlu memecahkan persoala itu sendiri atau secara langsung, tetapi dapat menyerahkan tugas dan wewenang tersebut kepada wakil atau staf pengajarnya. Dengan demikian, bila masalah itu berhasil dipecahkan, staf pengajar akan memperoleh kepuasan batin yang besar dan ini sangat penting untuk merangsang motivasi dan percaya diri mereka melakukan segala macam tugas dan pekerjaan serta memecahkan pelbagai persoalan sendiri secara lebih baik. c. Alasan Terbatasnya Kemampuan dan Pengetahuan Kepala Madrasah belum memahami secara komprehensif dan mendalam tentang supervisi. Dan kurangnya bimbingan dan pembinaan kepada guru-guru. Supervisi hanya dilakukan seadanya, akibatnya semangat dan gairah kerja guru menjadi kurang sehingga hasil belajar siswa yang optimal belum tercapai. Kepala Madrasah sebagai supervisor harus memiliki pengetahuan dan kecakapan tinggi yang sesuai dengan bidang dan tanggungjawabnya. Dengan demikian kepala madrasah dapat menjalankan tugas dan dipercaya sebagai pimpinan organisasi yang baik. Disamping itu kepala madrasah harus memiliki ide-ide kreatif sehingga guru bersemangat dan bergairah dalam melaksanakan tugas, sehingga hasil belajar siswa yang optimal dapat tercapai. Kepala madrasah sebagai supervisor punya strategi, yang digunakan untuk membujuk paksa, tanpa menyinggung perasaan seperti melakukan pendekatan
102
kemanusiaan, oleh sebab itu kepala madrasah haruslah punya kemampuan teknis, kemampuan teknis, kemampuan personal dan kemampuan managerial, serta cakap dan berwibawa. Sehubungan dengan pentingnya supervisi menurut Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (2000) dalam melaksanakan fungsi pelaksana, seorang supervisor hendaknya memperhatikan kegiatan-kegiatan berikut: 1) melaksanakan tugas-tugas supervisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, 2) mengamankan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan, 3) melaporkan hasil supervisi/pengawasan kepada pejabat yang berwenang untuk dianalisasi dan ditindaklanjuti. Setiap upaya yang dilakukan untuk perbaikan peningkatan mutu madrasah mestilah dengan tujuan yang jelas, disepakati bersama dan mempunyai indikator yang jelas, semua ini tidak bisa hanya dengan keinginan saja. Seorang kepala madrasah harus memiliki : a) kemampuan untuk merumuskan program, b) punya kemampuan untuk melaksanakannya, dan c) dapat mengevaluasi guna menindaklanjuti hasil yang ditemukan. Seyogyanya supervisor memiliki pengetahuan tentang supervisi yang meliputi penyusunan program, pelaksanaan program, dan pemanfaatan hasil supervisi. 3. Tindak Lanjut Hasil Supervisi Temuan penelitian berdasarkan observasi dan wawancara menunjukkan bahwa belum terlaksananya supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Kepala madrasah belum melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi. Sehingga sulit dilakukan pembinaan terhadap guru-guru karena belum diketahui apa masalah bagi guru dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa tidak dapat dioptimalkan.
103
Guru masih menganggap bahwa kepala madrasah belum melakukan tindak lanjut hasil supervisi, upaya meningkatkan kemampuan profesional guru tidak boleh berhenti, karena kepala madrasah tidak dapat bekerja sendiri. Menurut Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (1999) dalam proses tindak lanjut supervisi ada dua hal prinsip yang harus diperhatikan adalah: 1) pengambilan langkah-langkah pembinaan yang konkrit, praktis dan demokratis, 2) kesepakatan perbaikan maupun peningkatan program supervisi selanjutnya. Kepala madrasah sebagai supervisor sekaligus harus mampu melaksanakan pengawasan, dalam pelaksanaan pengawasan juga melakukan tindakan monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitor dan evaluasi menurut Mudjahid AK (2002). Suatu kegiatan monitor adalah mengawasi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh warga madrasah. Sedangkan evaluasi kegiatan menilai kemajuan dari suatu aktivitas atau kegiatan membandingkan antara hasil yang dicapai dengan perencanaan sebelumnya. Dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi dapat dilihat/diketahui indikator keberhasilan suatu kegiatan, menurut mudjahid AK (2002) diantaranya : a) persiapan, apakah persiapan dilakukan dengan matang dan seksama, apakah dilaksanakan jauh hari sebelum tiba saat pelaksanaan, b) waktu pelaksanaan, apakah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan termasuk tata pelaksanaannya, d) pelaksanaanya, apakah pelaksanaan bertitik tolak kepada rencana yang telah ditetapkan baik dari segi waktu, tenaga, biaya, bentuk dan materi kegiatan maupun tujuannya, e) instrumen merupakan salah satu alat evaluasi yang dapat berupa daftar isian, lazimnya instrumen ini diberikan kepada orang-orang yang terlibat dalam suatu kegiatan. Monitoring dan evaluasi
merupakan kegiatan untuk dapat menindak
lanjuti dari hasil supervisi yang dilaksanakan. Tanpa monotoring dan evaluasi kegiatan supervisor tidak memiliki informasi untuk menyatakan apakah suatu kegiatan mengalami perubahan kearah yang lebih baik atau tidak, karena monitoring dan evaluasi pada umumnya menghasilkan informasi yang dapat
104
digunakan dalam memberikan tindak lanjut hasil temuan supervisi yang dilakukan. D. Tema Budaya Analisis tema atau discovering cultural themes, sesungguhnya merupakan upaya mencari “benang merah” yang mengintegrasikan lintas domain yang ada (Sanapiah faisal dalam Sugiyono 2005: 114). Peneliti dapat menemukan kenyataan pendidikan yang terjadi di sekolah tempat penelitian ini dilakukan setelah mereduksi, menyajikan, dan menarik kesimpulan atau verifikasi data. Dua jenis tipe tema dikemukakan oleh Patton yang dikutip oleh Basrowi (2008:195) yaitu tipe asli dan tipe hasil konstruksi analisis. Tipe asli menggunakan perspektif emik dalam antropologi. Peneliti berpendapat bahwa kebiasaan hidup manusia akan mempengaruhi organisasinya. Perilaku manusia sebagai sebuah tema ditemukan melalui analisis proses kognitif dan struktur kognitif orang-orang yang diteliti bukan dari sudut pandang peneliti. Subjek penelitian digambarkan secara apa adanya tanpa perlu memanipulasi lingkungan alamiah subjek yang diteliti. Peneliti mencoba memahami perilaku dan kebiasaan serta sifat seseorang dan organisasinya sesuai dengan kenyataan yang peneliti temukan dilapangan. Temuan budaya dalam sebuah organisasi atau lembaga yang diteliti merupakan beberapa prinsip perlakuan dominan yang terjadi berulangulang baik tersembunyi atau secara terang-terangan, serta pemberian bentuk pelayanan sebagai wujud hubungan antara sub-sub sistem dalam organisasi atau lembaga dikemukakan oleh Spradley (1980:141). Peneliti melakukan langkah-langkah penelitian ini dengan mengunjungi dan mewancarai informan yang dianggap dapat memberikan keterangan yang
105
peneliti butuhkan. Peneliti menyajikan informasi tersebut sebagaimana adanya. Ketika penelitian ini berlangsung disamping berwawancara, peneliti juga mengamati kejadian, perilaku dan segala gejala-gejala yang mengarah pada pokok penelitian yang dilakukan untuk benar-benar memperoleh gambaran real tentang supervisi akademik di MTsN Penampung. Tema Budaya yang ditemukan pada penelitian ini dapat dikemukakan pola prilaku yang dikerjakan oleh pimpinan di dukung dan dikembangkan oleh yang lain sehingga pekerjaan tidak pernah tuntas tidak ada yang mau memperbaiki dan membiarkan keadaan itu berjalan terus, apa yang teringat satu saat oleh kepala dilakukan kepala madrasah sikap bawahan menurut saja tanpa ada koreksi hal ini menjadi budaya terus menerus dan menyebabkan pendidik tidak berangsur kearah yang lebih baik. Pekerjaan kegiatan pendidikan terkesan dilakukan secara random saja tanpa program yang teratur. Dalam melaksanakan supervisi akademik selama penelitian terasa tidak ada masalah walaupun tidak dilakukan supervisi akademik dan juga terlihat guru-guru membiarkan saja seolah-olah segala sesuatu berlalu tidak masalah sama sekali.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian baik temuan umum maupun temuan khusus dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, Kepala MTsN Penampung belum melaksanakan proses supervisi dengan baik dilihat dari yang belum tersedia baik program tahunan maupun program semester yang lebih terarah dan operasional, sehingga kepala madrasah tidak punya acuan untuk melaksanakan supervisi. Pada saat tidak ada juklak dan juknis tentang penyusunan program dan pelaksanaan supervisi kepala madrasah tidak mampu melakukan inovasi dan kreasi sendiri. Dengan demikian kegiatan supervisi belum dapat terlaksana menurut semestinya. Kepala madrasah sebagai supervisor belum melaksanakan supervisi secara maksimal, karena kurang memahami arti penting dari pelaksanaan supervisi, baik kepala madrasah maupun guru, yang berdampak terhadap proses pembelajaran, maka hasil belajar siswa kurang memuaskan. Kedua, tugas supervisi tidak terlaksana oleh kepala madrasah disebabkan beberapa kendala yaitu : a. Kepala madrasah terkendala oleh masalah psikologis, karena diantara guru ada yang lebih senior dan hubungan pribadi, sementara hubungan interpesonal antara kepala sekolah dengan guru tidak menciptakan situasi yang kondusif agar terlaksananya supervisi. Mengakibatkan kurangnya komitmen guru terhadap tugas guru meningkatkan mutu pendidikan dan minat untuk mengembangkan profesi keguruan.
106
107
b. Kepala madrasah terkendala oleh keterbatasan waktu dan kesibukan tugas, belum dapat menetapkan skala prioritas tugas dan tidak bisa melakukan manajemen waktu dengan baik akibatnya ada pekerjaana-pekerjaan penting tidak terlaksana karena pekerjaan-pekerjaan yang kurang penting, sehingga pembinaan terhadap guru belum dapat dilaksanakan secara maksimal, yang berakibat hasil belajar siswa belum memuaskan c. Kepala madrasah terkendala oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan tentang supervisi pendidikan, sedangkan lingkungan kurang mendukung untuk melaksanakan supervisi, sehingga pembinaan oleh kepala madrasah belum terlaksana secara maksimal, yang mengakibatkan guru dalam proses pembelajaran tampak kurang sungguh-sungguh, hanya dilaksanakan seadanya, semangat dan gairah kerja guru menjadi kurang, sehingga hasil belajar siswa yang optimal tidak mungkin tercapai. Ketiga, Kepala Madrasah dalam pelaksanaan supervisi, belum melakukan tindak lanjut terhadap hasil supervisi secara maksimal, maka pembinaan secara bertahap dan berkelanjutan belum dapat dilaksanakan, sehingga motivasi guru rendah terhadap proses pembelajaran, maka berakibat hasil belajar siswa tidak dapat dioptimalkan. B. Implikasi Pada prinsipnya pelaksanaan fungsi manajemen oleh kepala madrasah khususnya supervisi bertujuan agar terwujudnya peningkatan kemampuan yang profesional. Kepala madrasah sebagai supervisor memberikan pembinaan secara menyeluruh, karena supervisi merupakan kunci keberhasilan seorang kepala
108
madrasah dalam membawa madrasahnya menjadi madrasah yang efektif, bermutu, berprestasi dan berprestise. Kegagalan dalam melaksanakan supervisi dapat membuat gagalnya pencapaian tujuan dari setiap lembaga. Pelaksanaan supervisi yang telah dianggap baik belum tentu memperoleh hasil yang optimal dalam pelaksanaannya, bila tidak disertai kewibawaan dari kepala madrasah dalam melaksanakannya. Menurut wahjosumidjo (2003) kewibawaan pada hakikatnya merupakan sumber lahirnya kekuatan pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan. Dari hasil temuan diperoleh informasi bahwa guru-guru menganggap kepala madrasah mereka, belum mampu melaksanakan supervisi karena belum mampu merumuskan program supervisi sebagai acuan agar lebih terarah dan operasional dalam melaksanakan supervisi. Dalam melaksanakan supervisi kepala madrasah mengalami kendala sebagai berikut : 1) ada beban psikologis terhadap guru-guru yang lebih senior, 2) terlalu sibuk dengan tugas penunjang, serta 3) kurangnya kemampuan dan pengetahuan tentang supervisi pendidikan. Kepala madrasah yang mempunyai kemampuan manajemen yang baik, dapat menghindari hal-hal yang dapat mengganggu pelaksanaan supervisi. Tugas supervisi pendidikan merupakan bagian yang amat penting dalam proses penyelenggaraan madrasah. Oleh karena itu, seorang kepala madrasah sekaligus supervisor harus paham secara komprehensif dan mendalam tentang supervisi. Menyadari bahwa pelaksanaan supervisi merupakan suatu yang mutlak dilaksanakan pada madrasah atas dasar profesional, maka tidak seharusnya terkendala oleh senioritas, hubungan pribadi, dan dengan alasan kesibukan serta kurang kemampuan dan pengetahuan.
109
Dalam melaksanakan kegiatan supervisi kepala madrasah dapat : 1) mengalami “human relation” dan memiliki kemampuan beradaptasi, karena dalam tugasnya ia berhubungan dengan makhluk yang unik yang berbeda satu sama lainnya. Pengetahuan tentang “human relation” dan kemampuan beradaptasi ikut menjembatani pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen oleh kepala madrasah, dan 2) memahami secara lengkap teori tentang motivasi serta bagaimana memotivasi. Menurut Duncan dalam Wahjosumidjo (1981) “From a managerial perspective, motivation refers to any conscious attempt to influence behavior toward the accomplishment of orgnization goals”. Motivasi adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah kepada tercapainya tujuan organisasi. Tugas supervisor adalah memotivasi guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara optimal. Seorang guru akan termotivasi melakukan tugasnya bila ia memperoleh sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Memang kebutuhan manusia tidak sama, namun secara umum ada kesamaan dan tergantung pada kondisi masing-masing. Memberikan penghargaan dalam bentuk materil dan non materil merupakan contoh motivasi. Menurut Soejitno (2004). Penghargaan atau hadiah yang diberikan kepada bawahan yang tepat akan berpengaruh positif bagi karyawan yang lain. Namun kenyataan jarang kepala madrasah yang memikirkan dan mengalokasikan anggaran untuk imbalan bagi guru yang berprestasi. C. Saran-saran Berdasarkan temuan penelitian, untuk dapat meningkatkan pembinaan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas di MTsN Penampung, maka diperlukan hal-hal sebagai berikut :
110
1. Untuk kepala MTsN Penampung hendaklah : a. Merumuskan program pembinaan dan bimbingan tertulis agar kegiatan supervisi dapat melaksanakan secara teratur dan berkelanjutan, karena tujuan program adalah agar kegiatan lebih terarah dan lebih operasional b. Agar betul-betul melaksanakan supervisi kepada guru-guru atas dasar profesional, tanpa dibebani oleh perasaan yang menganggu c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terutama tentang supervisi, dengan cara banyak membaca dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. d. Memahami hakikat manusia dewasa, guru adalah manusia dewasa, yang memiliki karakter (sifat-sifat) tertentu, mereka itu perlu diperlakukan dan dihargai sebagai orang dewasa. Dalam hal ini, kepala madrasah perlu memiliki kemampuan personal yang salah satunya adalah kemampuan interpersonal. e. Mampu merumuskan apa yang ingin dicapai bersama dengan majelis guru, karyawan dan unsur yang terkait dengan madrasah, saat ini mulai disadari bahwa selama ini madrasah lebih mengutamakan pendidikan pada bidang pengajaran (kognitif), sementara pendidikan rasa (emosional), sosial, agama, akhlak dan budi pekerti (Spritual) terabaikan. f. Kunjungan kelas oleh kepala madrasah adalah salah satu bentuk supervisi. Langkah-langkah yang diperlukan untuk ini, antara lain: merumuskan tujuan kunjungan, membuat instrumen kunjungan, membuat instrumen kunjungan, serta menetapkan waktu kunjungan dan yang terpenting
111
melaksanakan diskusi tentang masalah peningkatan proses pembelajaran dengan guru, sebagai tindak lanjut dari hasil supervisi. g. Mendelegasikan wewenang untuk melakukan supervisi akademik kepada guru senior dengan membentuk tim supervisi akademik dimana wakil bertindak sebagai akademik bidang kurikulum. 2. Untuk Guru a. Guru-guru hendaklah berani menyampaikan kritik yang positif guna perbaikan proses pembelajaran. b. Guru-guru
hendaklah
berani
dan
tegas
menyampaikan
ide-ide
pembaharuan yang berkaitan dengan pengembangan profesi guru dan pembelajaran. c. Guru-guru hendaklah bersedia menerima perobahan, yang diberikan oleh supervisor untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran dan profesi keguruan.
DAFTAR RUJUKAN
Amentambun N. A. (1981). Supervisi pendidikan bagi para penilik pengawas kepala sekolah dan guru-guru. Bandung: Suri Bandung. Arikunto, Suharsimi. (2004). Dasar-dasar supervisi. Yogyakarta: Rineka Cipta. ________________. (1993). Organisasi dan administrasi pendidikan teknologi dan kejuruan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bafadal, Ibrahim. (1992). Supervisi pengajaran teori dan aplikasinya dalam membina profesional guru. Jakarta: Bumi Aksara. Bakry, Oemar. (1993). Akhlak muslim. Bandung: Angkasa. Bogdan, R.C dan Biklen, SK. (1982). Qualitative research for education: Introduction to theory and methods. Boston: Allyn and Bacon. Danim, Sudarwan dan Suparno. (2009). Manajemen dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah.Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Agama. (2004). Standar supervisi dan evaluasi pendidikan RA/BA/TA dan PAI pada TK. Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam. _________________. (2003). Pedoman pengembangan administrasi Supervisi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
dan
_________________. (2000). Petunjuk peningkatan mutu pendidikan di MTs. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam. _________________. (2006). Pedoman pelaksanaan supervisi pendidikan. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam. _________________. (1999). Supervisi madrasah aliyah. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam. Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Perangkat peningkatan mutu pendidikan untuk sekolah menengah pertama dan madrasah tsanawiyah. Jakarta: Binatama raya. Hariss, Ben M.(1975). Supervision behavior in education. New Jesey: Prentice Hall. Herabuddin. (2009). Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Moleong, L. J. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
112
113
Muhibbin. (1995). Psikologi pendidikan. Bandung: Rosda karya. Mulyasa, E. (2004). Pedoman manajemen berbasis madrasah. Bandung: Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Nasution, S. (1992). Metode research penelitian ilmiah. Bandung: Jemmars. Nazir, M (1985). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41 Pidarta. (1992). Pemikiran tentang supervisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Prasetia, Irawan. (1999). Logika dan prosedur penelitian: Pengantar teori dan panduan praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula. Jakarta: STIA-LAN Press. Purwanto, M. Ngalim, dan Djojopranoto Sutadji. (1989). Administrasi pendidikan. Jakarta: Mutiara Sumber Widiya. Purwanto, M. Ngalim. (2009). Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung Remaja Rosdakarya. Rivai, Muhammad. (1987). Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: Jemmers. Robert, J. Firtin. (1979). Instructional supervision. New York: Macmillan. Sagala, Saiful. (2002). Administrasi dan supervisi pendidikan teknologi dan kejuruan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Profesional. Bandung: Angkasa. Sanafiah, F. (1990). Penelitian kualitatif dasar-dasar dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soetopo, Hidayat. (1982). Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Soewaji, Lazaruth. (1984). Kepala sekolah dan tanggung jawabnya. Yogyakarta: Kanisus. Sudjana. (2004). Manajemen program pendidikan untuk pendidikan nonformal dan pengembangan sumber daya manusia. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sahertian. (1990). Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sutisna, Oteng. (1983). Administrasi pendidikan: Dasar teoretis untuk praktek.
114
Spradley, James P. (1980). Participant observation. New York: Winston. Tilaar. H. A. R. (2002). Membuahi pendidikan nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. (2003). Jakarta: Cipta Jaya. Usman, Uzer. (2000). Menjadi guru profesional. Bandung: Rosda Karya. W. GulÖ. (2007). Metode penelitian. Jakarta: Grasindo Yahya. (2002). Sistem manajemen pembiayaan pendidikan. Disertasi doktor tidak dipublikasikan. Bandung: UPI. Yusak, Burharudin. (1998). Administrasi Kelembagaan Agama Islam.
pendidikan.
Bandung:
Dirjen
165 LAMPIRAN 5
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 28 MEI 2009 DIRUANG KELAS IX
RUANG KEPALA MTsN PANAMPUNG
166
GEDUNG MTsN PANAMPUNG
NAMA MTsN PANAMPUNG
167
GEDUNG MTsN PANAMPUNG YANG SEDANG DIBANGUN DI LOKASI. I
168
GEDUNG MTsN PANAMPUNG PADA LOKASI II
169
DATA YANG TERPAJANG DI DINDING RUANG MAJELIS GURU MTsN PANAMPUNG
170
DATA YANG TERPAJANG DI DINDING RUANG MAJELIS GURU MTsN PANAMPUNG
171
MUSHALL DARUSSALAM TEMPAT SISWA DAN GURU MELAKSANAKAN SHALAT BERJAMAAH DAN MENGADAKAN KEGIATAN KEAGAMAAN
172
WAWANCARA DENGAN KEPALA MADRASAH TANGGAL : 26 NOVEMBER 2009 DI RUANG KEPALA MADRASAH
WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA MADRASAH TANGGAL : 26 NOVEMBER 2009 DI RUANGAN MAJLIS GURU
173
WAWANCARA DENGAN KEPALA TATA USAHA MTsN PANAMPUNG TANGGAL : 26 NOVEMBER 2009 DI RUANG KEPALA MADRASAH
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 3 DESEMBER 2009 DI RUANG KELAS IX
174
WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA MADRASAH TANGGAL : 3 DESEMBER 2009 DI DEPAN PINTU RUANG MAJELIS GURU
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VIII TANGGAL : 7 DESEMBER 2009 DI RUANG MAJELIS GURU
175
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VIII TANGGAL : 8 DESEMBER 2009 DI RUANG KELAS VIII
WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA MADRASAH TANGGAL : 8 DESEMBER 2009 DI RUANG MAJLIS GURU
176
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 9 DESEMBER 2009 DI RUANG MAJELIS GURU
177
KANTIN MTsN PANAMPUNG
178
WAWANCARA DENGAN SISWA KELAS VII TANGGAL : 12 DESEMBER 2009 DI HALAMAN MUSHALLA DARUSSALAM MTsN PANAMPUNG
WAWNCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 14 DESEMBER 2009 DI RUANG KELAS IX
179
WAWANCARA DENGAN PEGAWAI TATA USAHA TANGGAL : 16 DESEMBER 2009 DI RUANG TATA USAHA
WAWANCARA DENGAN PENGAWAS RUMPUN MADRASAH TANGGAL : 17 DESEMBER 2009 DI RUANG TAMU KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN AGAM
180
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VII TANGGAL : 18 DESEMBER 2009 DI RUANG MAJELIS GURU
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VIII TANGGAL : 18 DESEMBER 2009 DI TERAS RUANG KELAS
181
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VII TANGGAL : 19 DESEMBER 2009 DI RUANG TATA USAHA
WAWANCARA DENGAN SISWA KELAS VIII TANGGAL : 19 DESEMBER 2009
182
WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA MADRASAH TANGGAL : 21 DESEMBER 2009 DI DEPAN RUANG MAJLIS GURU
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 21 DESEMBER 2009 DI RUANG MAJELIS GURU
183
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS IX TANGGAL : 22 DESEMBER 2009 DI RUANG MAJELIS GURU
WAWANCARA DENGAN SISWA KELAS VII TANGGAL : 12 JANUARI 2010 DI RUANG KELAS VII 3
184
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VII TANGGAL : 13 JANUARI 2010 DI RUANG KELAS VII 2
185
WAWANCARA DENGAN GURU KELAS VII TANGGAL : 13 JANUARI 2010 DI RUANG KELAS VII 3
WAWANCARA DENGAN PENGAWAS RUMPUN MADRASAH TANGGAL : 15 JANUARI 2010 DI RUANG KEPALA MTsN IV ANGKAT CANDUNG