DESKRIPSI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SAINS MATERI BUNYI MELALUI PENDEKATAN PAKEM (suatu penelitian di SMP 2 Gorontlo) Ribut Samdurawati, Enos Taruh*, Nova E. Ntobuo** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan di SMP Negeri 2 Gorontalo tahun ajaran 2012-2013 semester genap. Dengan jumlah siswa 30 untuk kelas VIII4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model-model pembelajaran sains materi bunyi melalui pendekatan pakem. Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan postes. Lembar observasi berisi ktivitas siswa yang terliht selama pembeljaran berlangsung dan tes berisi pertanyaan-pertanyaan yang dibuat mangacu pada tujuan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelas VIII4 SMP Negeri 2 Gorontalo untuk gambaran aktivitas dan hasil belajar siswa untuk setiap pertemuan aktivitas yang muncul pada setiap siswa semakin meningkat, dan untuk hasil belajar dari 30 siswa yang memperoleh nilai kriteria tuntas sebesar 27 siswa atau 90%. Sedangkan yang kriteria tidak tuntas hanya 3 siswa atau 10%, dengan demikian penerapan pendekatan model-modelpembelaran pendekatan pakem dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya materi bunyi. Kata kunci: Aktivitas dan Hasil Belajar I.
PENDAHULUAN Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memegang peranan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu, setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Pendidikan mencakup pembelajaran dan pengajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen, dua diantaranya adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus berperan secara aktif, diantaranya dalam hal mendorong siswa untuk aktif belajar dan memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Guru merupakan motor utama yang memiliki tanggung jawab langsung untuk menterjemahkan kurikulum ke dalam aktivitas pembelajaran dan bukan satu-satunya sumber
utama pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat dari tugas dan peran guru, antara lain sebagai komunikator, fasilitator, motivator, model, evaluator, sumber belajar dan administrator. Berkaitan dengan tugas guru tersebut, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam mengajar di kelas dengan sebaik-baiknya agar siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal (Nurhaeni, 2011) PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan atau PAKEM bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang lebih melengkapi peserta didik dengan keterampilanketerampilan, pengetahuan dan sikap bagi kehidupannya kelak. Aktif diartikan peserta didik maupun guru berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. Guru harus menciptakan suasana, sehingga peserta didik aktif bertanya, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan menantang dan mempertanyakan gagasan peserta didik. Belajar fisika bertujuan untuk memahami konsep, prinsip, hukum dan rumus untuk mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor serta mampu bekerja sama
dalam menyelesaikan permasalahan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pemecahan soal-soal fisika. Berdasarkan hal ini perlu diperhatikan kemampuan siswa dalam menguasai konsep agar tidak mengalami kesulitan dalam belajar fisika. Berdasarkan hasil survei, bahwa hasil belajar sains di SMP masih rendah. Ini diakibatkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru cenderung menggunakan metode ceramah. Untuk mengatasi hal tersebut, telah dikembangkan suatu model pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PAKEM. Untuk melihat efektivitas dari perangkat yang telah dikembangkan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan uji coba di SMP Negeri 2 Gorontalo, dengan melakukan penelitian ini akan dilihat gambaran aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sains melalui pendekatan pakem pada materi bunyi di SMP Negeri 2 Gorontalo.
Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia dan setiap orang mengalami belajar dalam hidupnya. Setiap manusia perlu proses pendewasaan, baik pendewasaan secaera fisik maupun psikis ataupun kejiwaan. Pendewasaan pada diri seseorang tidak bisa sempurna tanpa didukung dengan pengalaman berupa pelatihan, pembelajaran, serta proses belajar. Artinya, belajar dan pembelajaran merupakan proses penting bagi seseorang untuk menjadi dewasa. Bruner mengatakan, bahwa proses belajar itu terjadi itu terjadi atas 3 episode, yaitu 1) informasi 2) ransformasi 3) evaluasi Bruner (dalam Purwanto, 1992:84). Yang dimaksud dengan informasi adalah proses penjelasan, penguraian, atau pengarahan mengenai prinsi-prinsip struktur pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Adapun transformasi adalah suau proses peralihan atau perpindahan prinsip-prinsip sruktur ersebut diatas kedalam diri anak. Tentu saja proses transformasi itu antara lain melalui informasi. Sedangkan yang dimaksud dengan evaluasi adalah taraf penilaian untuk mengukur sampai sejauh manakah pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu dapat ditransformasikan atau dimanfaatkan bagi para siaswa sebagai subjek didik. Menurut Sabri (dalam Musfiqon, 2012:2), belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dari pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh siswa karena mengalami perubahan dalam belajar. Perubahan ini menyangkut aspek kepribadian, contohnya seperti perubahan dalam pemecahan suatu masalah keterampilan ataupun sikap siswa itu sendiri. Rogers (dalam Musfiqon, 2012:7) sangat menekankan pentingnya relasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Sebab menurut mereka, pendidikan akan berfaedah besar, apabila dapat menumbuhkembangkan kepribadian manusia. Berkaitan dengan hal-hal diatas, serta mencermati dunia sekarang. Tujuan pembelajaran adalah mengembangkan strategi dan teknologi yang lebih manusia guna menghadapi kehidupan yang secara terus menerus berubah.oleh sebab itu, pembelajaran harus mampu menjawab kebutuhan peserta didik, untuk merencanakan tujuan hidup, bagaiman membangun identitas diri, bagaimana membentuk ketangguhan diri, dan bagaimana mengupayakan relasi dan komunikasi, secara umum ada tiga tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan 2. Untuk menanamkan konsep dan pengetahuan 3. Untuk membentuk sikap atau kepribadian. Belajar bukanlah berproses dalam kehampak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek dan sebagainya. Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi dimanapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang di dapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materialis) menjadi barang jadi (finished goods). Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya Winkel (dalam Purwanto, 2009 : 45). Rusman (2011: 322) PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Rusman (2011: 323-326) dalam PAKEM guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat kaya, gagasan, pendapat, ide atau hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya. Menurut Benyamin (dalam mariana, praginda. 2009:17) mneyatakan sains sebagai suatau pertanyaan yang berusaha sampai kepada pengetahuan tentang alam melalui metode observasi dan metode mencocokkan hipotesis dengan yang diperoleh dari observasi. Benyamin menekankan kepada metode dan pengetahuan yang diakumulasikannya, sedangkan sains dapat berkembang secara revolusi. Sund (dalam Mariana dan Praginda, 2009:17) sains sebagai tubuh dari pengetahuan (body of knowledge) yang dibentuk melalui proses inkuari yang terus menerus, yang diarahkan oleh masyarakat yang bergerak dalam bidang sains. Sains lebih dari sekedar pengetahuan (knowledge). Sains merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilandan strategi memanipulasi dan menghitung, keingintahuan (curiosity), keteguhan hati (courage), ketekunan (persintence) yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta. Sains juga dapat dikatakan sebagai hal-hal yang dilakukan ahli sains ketika melakukan kegiatan penyelidikan ilmiah. Bunyi di hubungkan dengan indera pendengaran kita, dan berarti juga dengan fisiologi telinga dan fisiologi otak yang menerjemahkan sensasi yangmencapai telinga. Istilah bunti (sound) juga merujuk pada sensasi fisik yang merangsang telinga kita: yaitu, gelombang longitudinal. Kita dapat membedakan tiga aspek bunyi. Pertama, pasti ad sumber buny; dann seperti halnya dengan semua gelombang, sumber gelombang bunyi merupakan benda yang bergetar. Kedua, energy dipindahkan dari sumber dalam bentuk gelombang bunyi longitudinal. Dan ketiga, bunyi dideteksi oleh telinga atau sebuah alat. Bagaimana drum yang bergetar menghasilkan gelombang bunyi diudara. Dan memang, kita menganggap gelombang bunyi merambat diudara, karena biasanya getaran udara yang memaksa gendang telinga kita bergetar. Tetapi gelombang bunyi juga dapat merambat dimateri lain. Dua batu yang saling menumbuk dibawah air dapat didengar oleh perenang dibawah permukaan, karena getaran dibawa ketelinga oleh air. Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran manusia mendengr. Aspek ini adlah “kenyaringan” dan “ ketinggian”, dan masing-masing menyatakan sensasi dalam kesadaran pendengar. Ad besaran yang bisa diukur secara fisis, kenyaringan (loudness) berhubungan dengan energy pada gelombang bunyi, ketinggian (pitch) bunyi menyatakan
apakah bunyi tersebut tinggi. Besaran fisika yang menetukan ketinggian adalah frekuensi, makin tinggi ketinggian. Telinga manusia dapat mendengar frekuensi dalam jangkauan 20 Hz sampai 20.000 Hz. Jangkauan ini disebut jangkauan pendengaran. Seperti ketinggian, kenyaringan
merupakan sensasi dalam kesadaran manusia.
Ketinggian juga berhubungan dengan besaran fisika yang dapat diukur, yaitu intensitas gelombang. Intensitas didefinisikan sebagai energy yang dibawa sebuah gelombang per satuan waktu melalui satuanluas. Karena energy per satuan waktu adalah daya, intensitas memiliki satuan daya per satuan luas, atau watt/meter2 (W/m2).
II.
METODE PENULISAN Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 kota Gorontalo pada siswa kelas VIII4
tahun ajaran 2012-2013. Penelitian ini dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran 2012-2013 selama kurang lebih 3 (tiga) bulan dimulai dari persiapan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan post test, dimana posttest diberikan kepada siswa setelah berlangsungnya pembelajaran pada pertemuan ketiga, posttest bertujuan untuk mengetahui kemampuan atau pengetahuan siswa setelah diterapkan model pembelajaran PAKEM pada pembelajaran sains materi bunyi. Instrumen yang digunakan mencakup semua indikator yang harus dicapai oleh siswa pada materi bunyi. Test hasil belajar siswa disusun dalam bentuk essay.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang akan diperoleh dari penelitian ini akan diubah dengan teknik analisis statistika
deskriptif. Data – data yang diperoleh, dikelompokan berdasarkan aktiviatas siswa, yang diamati melalui lembar observasi yang terdapat aktivitas siswa yang akan terlihat selama proses pembelajaran berlangsung kemudian dianalisis, dikelompokan dan dipersentasekan melalui tabel atau diagram. Tes hasil belajar dikelompokan berdasarkan ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal, kemudian dipersentasekan melalui tabel atau diagram. Sebelum mengelola data penelitian terlebih dahulu datanya dianalisis. Dari hasil penelitian ketuntasan klasikal untuk hasil belajar pada pembelajaran sains materi bunyi SMP Negeri 2 Gorontalo, siswa yang tuntas yaitu sebesar 90% dari 30 siswa sedang siswa
yang tidak tuntas yaitu 10%. Capaian presentase hasil belajar siswa yang tuntas dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 90
Persentase (%)
100 80 60 40
10
20 0 tuntas
tidak tuntas Kriteria Ketuntasan
Berdasarkan grafik yang ditunjukan pada gambar 20 di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan PAKEM pada pembelajaran sains materi bunyi pada siswa kelas VIII4 SMP Negeri 2 Gorontalo hasil belajar mengalami peningkatan hal ini ditunjukan melalui grafik di atas dimana siswa yang tuntas yaitu 90% dan jumlah presentase ini dikategorikan sangat baik sedangkan siswa yang tidak tuntas yaitu 10%. Siswa yang tidak tuntas ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa tersebut tidak memperhatikan dengan baik sehingga berdampak pada hasil belajar namun secara umum presntase capaian hasil belajar dalam penelitian ini sudah sangat baik. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa penerapan pendekatan PAKEM menggunakan perangkat yang telah dikembangkan pada pembelajaran sains meteri di SMP Negeri 2 Gorontalo khususnya pada materi bunyi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang telah digambarkan melalui tabel hasil pengamatan dan grafik di atas.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukan bahwa, penggunaan model
pembelajaran pendekatan Pakem pada materi bunyi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII4 SMP Negeri 2 Gorontalo. Hal ini dapat di lihat dari analisis aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang terus meningkat pada setiap pertemuan. Demikian juga dengan hasil belajar siswa yang Nampak pada pertemuan ketiga setelah proses pembelajaran,
untuk persentase siswa yang tuntas sebesar 90% dan persentase siswa yang tidak tuntas sebesar 10%. Oleh karena itu, teruji bahwa model pembelajaran pendekatan Pakem dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada materi bunyi. Berdasarkan uraian dalam kesimpulan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran sains materi bunyi melalui pendekatan PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga penulis mengajukan saran dengan terujinya penelitian ini perlu adanya penelitian untuk lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran pendekatan Pakem pada materi lainnya, baik di sekolah dasar, di sekolah menengah pertama, maupun disekolah menengah atas atau sederajat. Model pembelajaran pendekatan Pakem hendaknya dapat diterapkan pada mata pelajaran fisika dan mata pelajaran lainnya sebagai alternatif untuk mencegah kebosanan pembelajaran di dalam kelas. DAFTAR PUSTAKA Brahim, Theresia K. Jurnal Pendidikan Penabur No.09/Tahun ke-6/Desember
2007
Giancoli, Douglas C.1999. Fisika. Jakarta. Erlangga Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara Indrawati dan Setiawan Wanwan. 2009. Pembelajaran Aktifm Kreatif, Efektif dan Menyenagkan. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Musfiqon,
HM.
2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta
Prestasi Pustaka Purwanto, 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Jogjakarta. Pustaka Belajar Puspasari, apriyani endah. 2010. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Menggunakan Metode Spesialisasi Tugas tipe co-op co-op pada Siswa kelas 8 c SMP Negeri 3 Purwanto, Ngalim M. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Suprijono, Agus. 2009. Cooprative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kulalitatif, dan R&d). Bandung: Alfabeta
Wicaksana, roni budi.2012. Penerapan Pembelajaran IPA dengan Strategi Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Ekosistem kelas SMP 3 Negeri Madiun. Surabaya Unesa. 2. Yuanita, Meiningrum Riski. 2012 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Teams Game Turnamens (TGT) Pokok Bahasan Membukukan Jurnal Umum ke Buku Keahlian Pemasaran 2 Semester 1 2011/2012
Besar kelas X Kompetensi
SMK Negeri 1 Salatiga. Fakultas Keguruan
dan Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.