PENDEKATAN PROTIBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI METABOLISME MELALUI PENERAPAN TEKNIK MUSIKALISASI Agung Probo Sasmito SMA Negeri 1 Lasem Kab. Rembang
[email protected]
PROTIBING APPROACH TO INCREASED ACTIVITY AND RESULTS IN METABOLISM BIOLOGICAL MATERIALS THROUGH MUSICAL TECHNIQUE APPLICATION ABSTRACT The background of this research was lowed activity and student’s learning outcome of class XII IPA 1. The problem was how the activitiy and learning outcomes could be improved. The purpose was to improved activity and learning outcomes from metabolism topic in XII IPA 1 SMAN 1 Lasem. The research was used PROTIBING (Creativity Guided Process) through musical technique application. Classical learner’s average percentage in first cycle was 71.49%, increased to 76.97% in the second cycle, it’s achieved the specified performance indicators, 70%. The result for learning outcome, 72.1% in first cycle and increased in the second cycle, 83.2%. The first cycle of performance didn’t reached 75, but the second cycle increased and exceeded the performance indicators. The final conclusion for PROTIBING through musical technique application increased the activity and learning outcomes of students in XII IPA 1 of SMAN 1 Lasem. Keywords: Activity Learning, Learning Outcomes, PROTIBING (Guided Creative Process), Technique Musical.
ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas XII IPA 1. Masalah yang dikaji mengenai bagaimana aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas XII IPA 1 bisa ditingkatkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi materi metabolisme peserta didik kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Lasem. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar adalah dengan pendekatan PROTIBING (Proses Kreatif Terbimbing) melalui penerapan teknik musikalisasi. Dari hasil pengamatan peneliti dibantu observer terhadap tingkat aktivitas, setelah tindakan, prosentase rata – rata klasikal peserta didik adalah 71,49% pada siklus I dan meningkat menjadi 76,97% pada siklus II, sehingga telah mencapai indikator
31
Bioma, Vol. 4 , No. 1 , April 2015
kinerja yang ditetapkan yaitu 70%. Untuk hasil belajar, prosentase nilai rata – rata secara klasikal pada siklus I adalah 72,1 dan meningkat pada siklus II yaitu 83,2. Meski pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yaitu 75, tetapi pada siklus II mengalami peningkatan dan melampaui indikator kinerja. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pendekatan PROTIBING melalui penerapan teknik musikalisasi mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Lasem. Kata kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, PROTIBING, Teknik Musikalisasi.
PENDAHULUAN Mata pelajaran biologi di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Lasem, sebagai salah satu mata pelajaran Ujian Akhir Nasional (UAN), merupakan mata pelajaran yang cukup membosankan bagi peserta didik. Selain minim kegiatan praktikum, mata pelajaran biologi materi kelas XII adalah materi yang dalam tuntutan penguasaannya membutuhkan kemampuan pemahaman dan menghapal dari peserta didik. Terlebih lagi untuk materi metabolisme, sub pokok bahasan materi metabolisme seperti katabolisme yang meliputi empat tahapan respirasi (glikolisis, oksidasi piruvat, siklus krebs, dan transpor elektron) membutuhkan waktu pemahaman lebih serta kemampuan menghapal setiap tahap perubahan substrat menjadi produk, jenis enzim yang terlibat, serta energi ATP, NADPH, dan FADH yang dihasilkan. Demikian pula pada sub pokok bahasan lainnya seperti proses anabolisme (fotosintesis) yang meliputi tahapan reaksi terang dan reaksi gelap (siklus calvin), juga dituntut hal yang sama. Karakteristik materi metabolisme
juga hanya memberikan peluang
kreativitas yang terbatas bagi penulis atau guru secara umum dalam menyampaikan materi. Adapun cara yang dianggap efisien oleh guru adalah materi ceramah yang diselingi tanya jawab atau diskusi. Hal ini menyebabkan posisi peserta didik hanya sebagai obyek
pembelajaran, sehingga aktivitas
pembelajaran mereka sangat rendah. Peserta didik hanya mendengarkan ceramah dari guru, untuk kemudian mereka dituntut memahami dan menghafal materi
32
Sasmito, A.P. Pendekatan PROTIBING untuk Meningkatkan
yang diberikan. Hal ini menyebabkan motivasi dari peserta didik untuk belajar biologi menjadi menurun, sehingga berpengaruh signifikan terhadap penurunan aktivitas dan hasil belajar dari peserta didik. Kurangnya tingkat aktivitas belajar dari peserta didik ini sangat terasa pada kelas XII IPA 1. Dalam kegiatan pembelajaran, suasana kelas cenderung monoton. Peserta didik terlihat diam dalam mengikuti pelajaran. Ketika diberi kesempatan bertanya mereka diam, begitu pula ketika diberi pertanyaan sering kali mereka hanya diam dan tidak bisa menjawab. Rendahnya aktivitas peserta didik, selain karena faktor karakter materi metabolisme yang cenderung membosankan, juga dimungkinkan karena faktor metode yang dipilih oleh guru merupakan metode yang konvensional, yaitu metode ceramah yang berjalan searah dan lebih berpusat pada guru. Aktivitas menurut Sardiman (2012:96) merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas sangat penting dalam belajar, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Sehingga bisa dikatakan tidak ada proses belajar kalau tanpa aktivitas. Hal ini diperkuat oleh Yamin (2008:74) yang menuliskan bahwa belajar itu harus dilakukan dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik ketika belajar, dan memanfaatkan indera sebanyak mungkin serta
membuat
seluruh
tubuh/pikiran
terlibat
dalam
proses
belajar.
Menghubungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera dapat berpengaruh besar dalam pembelajaran. Sardiman (2012:101) menggolongkan aktivitas peserta didik sebagai berikut a) visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; b) oral activities,
seperti:
menyatakan,
merumuskan,
bertanya,
memberi
saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, dikusi, interupsi; c) listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato; d) writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin; e) drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram; f) motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:
33
Bioma, Vol. 4 , No. 1 , April 2015
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak; g) mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan; h) emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Jadi berdasarkan klasifikasi tersebut, jenis aktivitas merupakan hal yang sangat kompleks dan bervariasi, sehingga di perlukan kreativitas guru untuk merencanakan aktivitas peserta didik yang sangat bervariasi itu. Belajar menurut Rusman (2010:1) pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Dari dua pengertian tersebut dapat dijabarkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus yang dilakukan oleh seseorang melalui latihan dan pengalaman. Hal ini lebih dipertegas lagi oleh Uno (2010:54) bahwa hakikat belajar adalah merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai – nilai. Manusia tanpa belajar akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah merupakan tuntutan kebutuhan manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya. Dengan demikian, belajar merupakan tuntutan hidup sepanjang hayat manusia (life long learning). Sedangkan hasil belajar menurut Yamin (2008:168) dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan, perubahan yang lebih baik dibanding sebelumnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak santun menjadi santun. Lebih jauh Uno (2010:210) menuliskan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari lima kategori, yaitu ketrampilan intelektual (intellectual skill), informasi verbal (verbal information), strategi kognitif (cognitive strategies), ketrampilan motorik (motor skill), dan sikap (attitudes). Dalam kegiatan belajar mengajar, ketrampilan intelektual dapat dilihat ketika peserta didik menggunakan simbol untuk berinteraksi dengan lingkungan. Informasi verbal dapat dilihat ketika peserta didik
34
Sasmito, A.P. Pendekatan PROTIBING untuk Meningkatkan
menyatakan suatu konsep atau pengertian. Strategi kognitif digunakan ketika memecahkan suatu masalah dengan cara – cara tertentu. Ketrampilan motorik digunakan ketika menggunakan perkakas atau alat – alat tertentu. Kemudian sikap digunakan untuk memilih perbuatan atau perilaku tertentu. Uno (2010:211) juga menjelaskan dalam taksonominya terhadap hasil belajar yang mengkategorikan hasil belajar pada tiga ranah atau kawasan, yaitu (1) ranah kognitif (cognitive domain), (2) ranah afektif (affective domain), dan (3) ranah psikomotor (motor skill domain). Kawasan kognitif mengacu kepada respons intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif mengacu kepada respons sikap, sedangkan ranah psikomotor berhubungan dengan perbuatan fisik (action). Hasil belajar siswa yang tampak dalam sejumlah kemampuan atau kompetensi setelah melalui kegiatan belajar mengajar sering hanya dinilai dari aspek kognitif saja. Padahal dalam kenyataannya siswa yang belajar pengetahuan tertentu sebenarnya tidak hanya memperoleh pengetahuan kognitif saja, tetapi pada saat yang sama juga memperoleh ketrampilan lain seperti ketrampilan psikomotorik. Jadi tampak bahwa antara ranah kognitif dan ranah psikomotorik sebenarnya saling melengkapi, bahkan disertai oleh hasil belajar dalam ranah afektif (sikap). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Menurut Rusman (2010:325), kreatif adalah kemampuan melakukan melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru. Kaitannya dengan pembelajaran, proses kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi. Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.
35
Bioma, Vol. 4 , No. 1 , April 2015
Proses kreatif terbimbing bisa diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung melalui proses pendampingan dalam bentuk bimbingan, pimpinan, dan tuntunan. Dalam
proses
kreatif
untuk
menghasilkan karya, peserta didik tetap membutuhkan guru sebagai fasilitator dalam memberikan bimbingan, pimpinan, maupun tuntunan dalam proses kreatif mereka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan musikalisasi adalah hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik (KBBI, 2003:767). Sehingga kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, musikalisasi bisa diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang diharapkan dengan cara menggubah materi pelajaran (metabolisme) melalui pendekatan musik. Hal ini akan menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih dinamis, kreatif, dan menyenangkan, serta lebih berorientasi pada peserta didik (Student Center). Aktivitas peserta didik juga akan meningkat, yang pada akhirnya akan memberi pengaruh signifikan pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Pada penelitian ini, aktivitas pembelajaran peserta didik dalam mempelajari dan memahami materi dilakukan dalam bentuk mengurutkan nama – nama dan istilah pada tiap tahapan materi metabolisme menjadi kesatuan kalimat yang runtut dan berirama. Kemudian setiap kelompok menuangkannya dalam bentuk nada lagu serta diiringi musik sesuai dengan minat, kreativitas dan kemampuan mereka dalam memainkan alat musik. Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu mengubah metode ceramah dengan metode inovatif berupa pendekatan PROTIBING (Proses Kreatif Terbimbing) terhadap materi metabolisme melalui penerapan teknik Musikalisasi. Harapan penulis, dengan pendekatan PROTIBING (Proses Kreatif Terbimbing) melalui penerapan teknik musikalisasi mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi materi metabolisme peserta didik kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Lasem semester I tahun 2013.
36
Sasmito, A.P. Pendekatan PROTIBING untuk Meningkatkan
Tujuan dari penelitian ini yaitu bagi peserta didik diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi; bagi guru bisa memberi alternatif pilihan teknik pembelajaran yang kreatif,
inovatif, dan menyenangkan; bagi
sekolah bisa digunakan sebagai media untuk memaksimalkan potensi peserta didik dan kinerja guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
METODE PENELITIAN Penelitian sekaligus penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan, yaitu antara awal bulan September sampai dengan awal bulan Oktober 2013. Adapun penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Lasem, yang beralamat di Jalan Sunan Bonang no. 1 Lasem Kabupaten Rembang pada tahun pelajaran 2013/2014. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari peserta didik sebagai subyek penelitian, teman sejawat sebagai observer serta dokumen yang relevan. Data prosentase hasil pengamatan observer selama pelaksanaan siklus I maupun pelaksanaan siklus II sebagai data tingkat aktivitas peserta didik. Data nilai ulangan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II sebagai tolok ukur hasil belajar peserta didik. Pengambilan data berupa teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mendapatkan skor hasil belajar peserta didik pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Data hasil tes dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Untuk teknik non tes, data berupa tingkat aktivitas peserta didik. Data aktivitas Peserta didik ini diambil dengan menggunakan lembar pengamatan tingkat aktivitas peserta didik. Pengamatan terhadap tingkat aktivitas peserta didik ini dilakukan oleh observer selama pelaksanaan siklus I dan siklus II. Lembar pengamatan tingkat aktivitas berisi 10 indikator aktivitas yang meliputi: 1) Memulai pembelajaran; 2) Mendengarkan penjelasan guru; 3) Mengikuti pembelajaran; 4) Bekerjasama dengan teman; 5) Keaktifan bertanya/menjawab pertanyaan; 6) Keaktifan menyimak presentasi teman; 7) Menghasilkan ide kreatif; 8) Memberi motivasi teman kelompok; 9) Mengerjakan tes evaluasi; dan
37
Bioma, Vol. 4 , No. 1 , April 2015
10) Menerima tugas dari guru. Untuk skor setiap indikator menggunakan skala 1 sampai dengan 4, mulai dari: sangat aktif (4) aktif (3) cukup aktif (2) hingga kurang aktif (1). Data hasil pengamatan tingkat aktivitas ini kemudian juga dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan tingkat aktivitas pada siklus I dan siklus II. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tahap perencanaan dimulai dengan observasi awal untuk mengidentifikasi dan menganalisis akar penyebab masalah melalui diskusi dengan rekan sejawat, juga pengamatan awal kaitannya dengan tingkat aktivitas peserta didik pada pembelajaran biologi. Langkah berikutnya kemudian menentukan bentuk solusi pemecahan masalah berupa pendekatan PROTIBING (Proses Kreatif Terbimbing) melalui penerapan teknik musikalisasi
pada materi metabolisme. Penulis
kemudian menyusun silabus dan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar pengamatan tentang tingkat aktivitas peserta didik, serta menyiapkan alat evaluasi berupa soal (bentuk pilihan ganda dan uraian untuk siklus I dan siklus II) beserta kisi – kisi soal untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Penulis kemudian membagi peserta didik menjadi 6 kelompok, serta memberikan bentuk penugasan kepada setiap kelompok sesuai undian untuk mengubah materi metabolisme menjadi bentuk gubahan lirik dan lagu. Langkah berikutnya adalah melakukan proses pendampingan dan pembimbingan selama kelompok melaksanakan proses kreatif untuk menggubah materi metabolisme menjadi bentuk lirik dan lagu. Proses pendampingan dan pembimbingan ini dilakukan pada siang hingga sore hari dalam bentuk diskusi kelompok diluar jam KBM. Tahap pelaksanaan tindakan, melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan pendekatan PROTIBING (Proses Kreatif Terbimbing) melalui penerapan teknik musikalisasi pada materi metabolisme peserta didik kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Lasem.
38
Sasmito, A.P. Pendekatan PROTIBING untuk Meningkatkan
Tahap pengamatan, melibatkan rekan sejawat sebagai observer untuk kegiatan observasi kaitannya dengan tingkat aktivitas peserta didik. Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati jalannya kegiatan pembelajaran, aktivitas yang terjadi di kelas maupun dalam kelompok yang dilakukan oleh setiap peserta didik yang meliputi kelompok pengamat maupun kelompok pentas. Tahap refleksi, yaitu proses analisis terhadap hasil lembar pengamatan tingkat aktivitas dan nilai tes sebagai hasil belajar. Selanjutnya hasil refleksi digunakan untuk merencanakan langkah/siklus selanjutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1.
Siklus 1 a. Tahap Perencanaan Setelah menyusun silabus, RPP, lembar pengamatan dan alat evaluasi, pada hari senin tanggal 26 Agustus 2013 peneliti memberikan pembekalan kepada peserta didik kelas XII IPA 1 pada jam ke-9 (jam tambahan) mengenai rencana pelaksanaan model pendekatan PROTIBING (Proses Kreatif Terbimbing) melalui penerapan teknik musikalisasi pada materi metabolisme. Peserta didik kemudian dibagi menjadi 6 kelompok yaitu: Kelompok Glikolisis I, Glikolisis II, OksiPiTraEl I (Oksidasi Piruvat dan Transpor Elektron), Siklus Krebs, dan OksiPiTraEl II. Setiap kelompok kemudian diberi tugas untuk menyusun materi tahapan respirasi aerob menjadi susunan lirik lagu sesuai genre lagu pilihan mereka seperti pop, rock, atau jazz. Hasil kreativitas mereka akan dipentaskan pada saat kegiatan pembelajaran siklus I. Tiap kelompok diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan alat musik pengiring. Selama proses pembuatan karya ini dilakukan pada siang hingga sore diluar jam KBM dibawah fasilitasi, pendampingan dan bimbingan penulis sebagai guru mata pelajaran. Siklus I direncanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada hari senin dan selasa, tanggal 2 dan 3 September 2013. Pertemuan pertama adalah
39
Bioma, Vol. 4 , No. 1 , April 2015
kegiatan pembelajaran dan pertemuan kedua digunakan untuk Tes Evaluasi.
Gambar 1. Peneliti memberi pengarahan pada tahap persiapan serta suasana PROTIBING (Proses Kreatif Terbimbing) b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah di susun oleh penulis. Setelah apersepsi, peneliti mengatur tempat duduk peserta didik sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Sesuai urutan berdasarkan hasil undian pada saat pembekalan, masing-masing kelompok menampilkan hasil kreativitasnya, sedang kelompok yang lain bertugas mengamati. Setelah semua kelompok selesai mementaskan tugas mereka
peneliti memberikan konfirmasi
keterkaitan antara materi dengan lirik lagu yang baru saja dipentaskan. Peneliti kemudian memberi kesempatan bertanya kepada peserta didik. Setelah tanya jawab selesai, peneliti memberi Pekerjaan Rumah (PR) kepada siswa, yang diakhiri dengan salam penutup. Kegiatan ini berlangsung selama satu kali pertemuan, dan untuk pertemuan kedua dilaksanakan tes evaluasi siklus I untuk 1 jam pelajaran pertama serta evaluasi dan perbaikan untuk siklus berikutnya pada jam pelajaran kedua. Pada kesempatan ini juga dilakukan pengundian kembali materi yang harus digubah oleh tiap kelompok untuk dipentaskan dalam bentuk lagu pada siklus II. Adapun materi yang diundi untuk dipilih oleh tiap kelompok adalah Reaksi Anaerob (Fermentasi) I, Reaksi Anaerob II, Fotosintesis I, Fotosintesis II, Katabolisme Lemak dan Katabolisme Protein.
40
Sasmito, A.P. Pendekatan PROTIBING untuk Meningkatkan
c. Pengamatan (Observasi) Hasil observasi dari observer diperoleh data bahwa ada dua kelompok (Glikolisis dan OksiPiTraEl I) yang kurang optimal dalam pementasan mereka. Misalnya kebanyakan peserta didik tidak hapal dan belum memahami isi lirik dalam lagu, sehingga ketika pentas mereka masih membawa
kertas
contekan.
Pada
kelompok
pengamat,
aktifitas
pengamatan didominasi oleh beberapa peserta didik. Ketika diberi kesempatan bertanya, pertanyaan hanya didominasi oleh beberapa peserta didik yang aktif dan pandai sedang anggota yang lain tetap pasif dan diam. Akan tetapi secara umum, untuk tingkat aktivitas mengalami peningkatan cukup signifikan. Pada kelompok pentas, anggota kelompok yang selama ini diam dan kurang berperan justru mengambil peran penting pada saat pentas. Mereka rata – rata mempunyai bakat dan minat yang bagus dibidang musik. Peran yang cukup menonjol ini berdasarkan pengamatan peneliti juga cukup terlihat selama proses kreatif kelompok dalam menggubah materi menjadi lagu. d. Tahap Refleksi Berdasarkan refleksi bersama antara peneliti dan observer, kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun. Peserta didik sangat antusias selama kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti dan observer, hasil evaluasi siklus I, serta lembar pengamatan aktivitas peserta didik dianalisis sesuai dengan rumus yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, ternyata tidak semua item penilaian dapat mencapai indikator kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan. Data tingkat aktivitas peserta didik, nilai rata – rata prosentase secara klasikal adalah 71,49% (melampaui indikator kinerja 70%). Rata–rata nilai klasikal hasil tes siklus I adalah 72,1% (belum mencapai indikator kinerja 75%). Sedang tingkat ketuntasan klasikal peserta didik, yang mendapat nilai ≥ 75 hanya 51,43% (belum mencapai indikator kinerja 75%).
41
Bioma, Vol. 4 , No. 1 , April 2015
Berdasarkan data pada siklus I, untuk lebih menguji validitas, penulis merencanakan tindakan lanjutan berupa siklus II. Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I akan diupayakan untuk dibenahi dan diperbaiki, antara lain: Agar kelompok pengamat lebih fokus dan serius dalam diskusi, semua kelompok pengamat diminta mengumpulkan hasil diskusi mengenai penilaian mereka terhadap penampilan kelompok pentas. Peneliti juga meminta pada siklus II, dari setiap kelompok diminta satu perwakilan untuk maju kedepan guna memberikan apresiasi, koreksi, maupun tanggapan terhadap penampilan kelompok pentas. Hasil penilaian kelompok pengamat nantinya akan dijadikan dasar bagi peneliti untuk menentukan pilihan yang akan menjadi kelompok terbaik. Penulis memberi penekanan pada setiap kelompok untuk penampilan pada siklus II diusahakan untuk tidak membawa catatan, sehingga mereka dituntut untuk lebih memahami dan hapal terhadap lirik lagu yang dinyanyikan. 2.
Siklus II a. Tahap Perencanaan Siklus II direncanakan pada tanggal 9 dan 10 September 2013. Siklus II berlangsung dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan kedua tanggal 10 September 2013 digunakan untuk Tes Evaluasi. b. Tahap Pelaksanaan Pada siklus II ini akan dipilih satu kelompok terbaik yang pemilihannya didasarkan pada penilaian perwakilan kelompok pengamat terhadap penampilan kelompok pentas. Sehingga pada siklus ini, tiap kelompok pengamat diminta untuk memilih satu perwakilan untuk maju didepan kelas guna membacakan hasil diskusi kelompok mengenai penilaian, koreksi, dan masukan terhadap penampilan kelompok pentas. Diharapkan, dari perbaikan ini setiap kelompok pentas akan berusaha tampil semaksimal mungkin. Setelah semua kelompok selesai mementaskan hasil karya musikalisasi mereka peneliti memberikan konfirmasi keterkaitan antara materi dengan lirik lagu yang baru saja dipentaskan. Peneliti
42
Sasmito, A.P. Pendekatan PROTIBING untuk Meningkatkan
kemudian memberi kesempatan bertanya kepada peserta didik. Setelah tanya jawab selesai, peneliti memberi Pekerjaan Rumah (PR) kepada peserta didik
yang diakhiri dengan salam penutup. Kegiatan ini
berlangsung selama satu kali pertemuan, dan untuk pertemuan kedua dilaksanakan tes evaluasi siklus II untuk 1 jam pelajaran pertama serta refleksi akhir dari pelaksanaan siklus II pada jam pelajaran kedua. c. Tahap Pengamatan Pada siklus II, kelompok pentas lebih hidup dalam mementaskan hasil karya musikalisasi yang ditugaskan kepada mereka. Hal ini disebabkan mereka lebih siap dan lebih memahami materi yang terkandung dalam lirik lagu yang mereka pentaskan. Kelompok pengamat dalam melaksanakan diskusi dalam rangka memberikan penilaian terhadap kelompok pentas juga lebih baik. Jalannya diskusi tidak lagi di dominasi oleh siswa – siswa tertentu saja. Hal ini dikarenakan bahwa mereka harus menyusun hasil diskusi dalam bentuk tertulis. Semua kelompok juga punya tugas yang sama. d. Tahap Refleksi Berdasarkan refleksi bersama antara peneliti dan observer, kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana pembelajaran
yang
disusun.
Aktivitas
peserta
didik
untuk
ikut
berpartisipasi dalam kelompoknya mengalami peningkatan. Pada hasil tes evaluasi juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, baik secara rata – rata kelas maupun tingkat ketuntasan belajar dari peserta didik. Berdasarkan hasil refleksi ini, beberapa hal kaitannya dengan aktivitas dan partisipasi peserta didik yang belum tercapai pada siklus I dapat ditingkatkan pada siklus II. Data tingkat aktivitas peserta didik, nilai rata – rata peserta didik secara klasikal adalah 76,97% (melampaui indikator kinerja 70%). Rata–rata nilai klasikal hasil tes siklus II adalah 83,2 (melampaui indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 75). Untuk tingkat
43
Bioma, Vol. 4 , No. 1 , April 2015
ketuntasan klasikal, peserta didik yang mendapat nilai ≥ 75 mencapai 88,57% (sudah melampaui indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 75%). Pembahasan 1.
Aktivitas Belajar Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan observer tingkat aktivitas peserta didik secara prosentase adalah 71,49 % dari keseluruhan prosentase kategori skor pilihan. Tingkat prosentase ini cukup baik karena telah melampaui indikator kinerja yang 70%.
Gambar 2. Siswa terlihat semangat dan menikmati suasana pembelajaran (kiri) dan observer tampak serius mengamati jalannya kegiatan pembelajaran (kanan) Pada siklus II, didapatkan data bahwa prosentase rata – rata tingkat aktivitas peserta didik adalah sebanyak 76,97%. Hasil ini juga cukup jauh melampaui indikator kinerja yang 70%. Secara keseluruhan, siklus II memang lebih kompetitif dibanding siklus I. Hampir semua kelompok mempersiapkan diri dengan baik, karena semua kelompok memiliki motivasi yang sama untuk menjadi kelompok dengan pementasan terbaik. Semua anggota kelompok memiliki andil keterlibatan sesuai dengan fungsinya, sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih hidup. Peserta didik juga lebih bergairah dalamk mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Yamin (2008:74) yang menuliskan bahwa belajar itu harus dilakukan dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik ketika belajar, dan memanfaatkan indera sebanyak mungkin serta membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. Menghubungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera dapat berpengaruh besar dalam pembelajaran.
44
Sasmito, A.P. Pendekatan PROTIBING untuk Meningkatkan
Tingkat prosentase aktivitas peserta didik dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini: 77 76 75 74 73 72 71 70 69 68
siklus I siklus II
aktivitas
Gambar 3. Diagram Prosentase Aktivitas Peserta didik
2.
Hasil Belajar Kaitannya dengan hasil belajar, ternyata mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Secara lengkap hasil belajar peserta didik bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Hasil Analisis Nilai Tes Evaluasi Tiap Siklus Uraian
Nilai Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Jumlah Nilai Rata-rata Nilai Tertinggi
2338 66,8 82
2913 83,2 96
Nilai Terendah
44
2525 72,1 92 40
68
Dilihat dari nilai rata – rata kelas, berdasarkan data
mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rata – rata 66,8 pada pra siklus, naik menjadi 72,1 pada siklus I, dan meningkat menjadi 83,2 pada siklus II. Hal ini berdasarkan analisis dan hasil diskusi peneliti dengan observer disebabkan karena beberapa faktor, yaitu yang pertama bahwa model pembelajaran pada tahap pra siklus masih berjalan secara konvensional yaitu dengan metode ceramah, diskusi, dan diselingi Tanya jawab.
Hal ini cenderung
membosankan sehingga hasil belajar peserta didikpun menjadi rendah. Pada tindakan siklus I dan siklus II, hasil belajar mengalami kenaikan, karena peserta didik lebih bergairah dan termotivasi untuk menguasai materi karena
45
Bioma, Vol. 4 , No. 1 , April 2015
peneliti melakukan pendekatan model
PROTIBING penerapan teknik
musikalisasi yang kreatif, dinamis, dan menyenangkan. Faktor yang kedua yaitu kenaikan hasil belajar peserta didik dari siklus I kesiklus II juga disebabkan karena peneliti melaksanakan kompetisi untuk pemilihan kelompok pentas terbaik. Mereka termotivasi untuk menguasai materi dan tampil sebaik mungkin. Hal ini menyebabkan tingkat pemahaman mereka menjadi meningkat, yang pada akhirnya berkorelasi positif dengan hasil belajar mereka. Perbandingan secara prosentase tiap siklus bisa dilihat pada diagram balok di bawah ini: 78 76 SIKLUS 1
74
SIKLUS 2
72 70 68 KENTUNTASAN
Gambar 4. Diagram Prosentase Hasil Belajar Peserta Didik
KESIMPULAN Pembelajaran dengan pendekatan model PROTIBING melalui penerapan teknik musikalisasi dapat meningkatkan aktivitas peserta didik. Ini bisa dilihat pada hasil
prosentase tingkat aktivitas peserta didik secara klasikal
yang
mencapai 71,49% pada siklus I dan meningkat menjadi menjadi 76,97% pada siklus II. Hasil ini melampaui indikator kinerja yang sudah ditetapkan yaitu 70%. Pada hasil belajar peserta didik, berdasarkan hasil tes evaluasi nilai rata – rata peserta didik secara klasikal mengalami peningkatan yaitu 66,8 pada pra siklus menjadi 72,1 pada siklus I, dan meningkat menjadi 83,2 pada siklus II. Ketuntasan secara klasikal juga tercapai pada siklus II, yaitu dari 51,43% pada siklus I menjadi 88,57% pada siklus II.
46
Sasmito, A.P. Pendekatan PROTIBING untuk Meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta, Rajawali Pers, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta, Balai Pustaka, 2003. Rusman. Model – Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta, Rajawali Pers, 2010. Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta, Bumi Aksara, 2010. Yamin, Martinis. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta, Gaung Persada Press, 2008.
47