e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT, TINGKAT EFISIENSI BANK DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL TERHADAP JUMLAH KREDIT YANG DISALURKAN PADA BPR BULELENG 45 DAN BPR KANAYA SELAMA PERIODE 2010-2014 Dean Andre Budiutami[1], Ni Luh Gede Erni Sulindawati[1], Ni Kadek Sinarwati[2] Jurusan Akuntansi Progam S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh secara parsial : tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal terhadap jumlah kredit yang disalurkan, serta pengaruh secara simultan tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kausal. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Perkreditan Rakyat Buleleng 45 dan Bank Perkreditan Rakyat Kanaya. Sedangkan sampel penelitian ini adalah laporan keuangan berupa laporan neraca, laporan laba rugi dan laporan kualitas aktiva produktif BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya selama periode 2010-2014. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan neraca BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan : (1) tingkat suku bunga kredit secara parsial berpengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan, (2) tingkat efisiensi bank secara parsial berpengaruh negatif terhadap jumlah kredit yang disalurkan, (3) tingkat kecukupan modal secara parsial berpengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan, (4) tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal secara simultan berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Kata Kunci: BPR, Suku Bunga Kredit, Efisiensi Bank, Kecukupan Modal. Abstract This present study was intended to examine the partial impact of: the interest rate of loans, the degree of bank efficiency and the degree of capital sufficiency on the total loans distributed, and the simultaneous impact of the interest rate of loans, the degree of bank efficiency and the degree of capital sufficiency on the total loans distributed. It used casual quantitative method. The population of the study included Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Buleleng 45 and Bank Perkreditan Rakyat Kanaya. The samples of the study included the financial statements which were in the forms of balance sheets, profit and loss statements, and statements of the quality of productive assets of BPR Buleleng 45 and BPR Kanaya from 2010 to 2014. The secondary data which were obtained from the balance
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) sheets of BPR Buleleng 45 and BPR Kanaya were used. The data were analyzed using the multiple regression analysis method. The result of the study showed that (1) the interest rate of loans partially positively affected the total loans distributed, (2) the degree of bank efficiency partially negatively affected the total loans distributed, and (3) the degree of capital sufficiency partially positively contributed to the total loans distributed, (4) the interest rate of loans, the degree of bank efficiency and the degree of capital sufficiency simultaneously affected the total loans distributed. Keywords: BPR, Interest Rate of Loans, Bank Efficiency, Capital Sufficiency
PENDAHULUAN Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya (Ismail, 2011:12). Menurut Siamat (2005:349) salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit dan sumber dana bank berasal masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki dana berlebih dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, agar fungsi intermediasinya dapat berjalan dengan baik maka dibutuhkan bank yang memiliki kinerja keuangan yang baik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Oleh karena itu pemberian kredit harus diawasi dengan manajemen risiko yang ketat (Hitapupondang, 2009). Terkait dengan sistem Bank Indonesia melakukan pemantauan terhadap sistem keuangan secara menyeluruh dengan membagi aspek-aspek pemantauan ke dalam tiga kelompok, yaitu pemantauan risiko perbankan, pemantauan risiko di sektor korporasi dan rumah tangga, serta pemantauan risiko di institusi keuangan nonbank dan pasar keuangan. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan yang cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern. Sektor perbankan mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang kelebihan dana dengan unitunit ekonomi yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan. Dana yang telah dihimpun akan disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi bank umum, bank persero, bank swasta nasional devisa maupun non devisa, bank pembangunan daerah, bank campuran dan bank asing serta bank perkreditan rakyat.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Adapun alasan pemilihan Bank Perkreditan Rakyat karena Bank perkreditan rakyat yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka dan bentuk lainnya dan melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan pelayanan dalam jasa lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha dari bank perkreditan rakyat terutama ditunjukkan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Suku bunga kredit merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada pihak bank (Kasmir, 2004:152). Menurut Llewellyu dan Hefferman (dalam Yusuf, 2009) hubungan jumlah kredit yang disalurkan dengan tingkat suku bunga mempunyai hubungan negatif, yang bermakna bahwa semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin besar jumlah kredit yang disalurkan. Tingkat efisiensi kinerja operasional perbankan sering diukur menggunakan beban operasional terhadap pendapatan operasional atau biasa disingkat menjadi BOPO. Di dalam rasio ini akan dibandingkan antara biaya operasional dan pendapatan operasionalnya. Dimana semakin kecil rasio ini, artinya bank tersebut semakin efisien dalam mengeluarkan biaya guna mendapatkan pendapatan. Permodalan atau yang sering diukur menggunakan rasio capital adequacy ratio (CAR) merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya penyaluran kredit (Dendawijaya, 2003). Kecukupan modal yang tinggi dan memadai akan meningkatkan jumlah penyaluran kredit perbankan (Warjiyo, 2006). Salah satu bank yang ingin peneliti teliti adalah Bank Perkreditan Rakyat Buleleng 45. Bank Perkreditan Rakyat Buleleng 45 merupakan salah satu jenis Bank Perkreditan Rakyat yang berlokasi di Jalan Pramuka, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng yang memiliki
komitmen yang tinggi untuk menghimpun dana masyarakat dengan misi membangun perekonomian daerah menuju masyarakat yang sejahtera dengan pelayanan maksimal. Jumlah kredit yang disalurkan BPR Buleleng 45 mengalami fluktuasi dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Penurunan jumlah kredit yang disalurkan BPR Buleleng 45 terjadi pada tahun 2012 sebesar 76.206.048.000 dan tahun 2014 sebesar 19.778.042.000. Sedangkan peningkatan jumlah kredit terjadi pada tahun 2011 dan 2013 masing-masing sebesar 40.465.171.000 dan 60.174.189.000. Pada tingkat suku bunga kredit dari tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 terlihat stabil sebesar 3% dengan tingkat efisiensi bank paling tinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 88.20% sedangkan tingkat kecukupan modal menurun paling tinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 3.78%. Bank Perkreditan Rakyat yang kedua adalah BPR Kanaya yang berlokasi di Jalan Raya Kerobokan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Jumlah kredit yang disalurkan BPR Kanaya mengalami fluktuasi dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Penurunan jumlah kredit yang disalurkan BPR Kanaya terjadi pada tahun 2011 sebesar 10.679.570.000 dan mengalami peningkatan yang bertahap di tahun 2012, 2013 dan 2014. Pada tingkat suku bunga kredit dari tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 terlihat stabil sebesar 2% dengan tingkat efisiensi bank paling tinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 78.96% sedangkan tingkat kecukupan modal menurun paling tinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 1.69%. Jumlah kredit yang disalurkan mengalami fluktuasi diduga karena adanya pengaruh dari tingkat suku bunga, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal. Sesuai latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan perluasan penelitian yang pernah ada untuk mengkaji tentang jumlah kredit yang disalurkan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya selama periode 2010-2014. Maka dari itu, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) pengaruh tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada BPR buleleng 45 dan BPR Kanaya selama periode 2010-2014. Tingkat suku bunga kredit perbankan merupakan biaya oppurtunitas dalam pembentukan investasi oleh sektor bisnis, sehingga peningkatan tingkat bunga kredit perbankan akan menurunkan tingkat investasi dan kemudian menurunkan pertumbuhan ekonomi (Siregar, 2006). Pendapatan bank baru muncul jika pricing credit lebih besar dari cost of fund. Oleh karena itu agar bank memperoleh pendapatan, perlu ditentukan tingkat suku bunga kredit. Suku bunga kredit ditentukan oleh tiga komponen, yaitu : Cost of Fund (COF), Overhead Cost (OHC), dan Spread Profit (SP) Suku Bunga Kredit = COF + OHAC + SP. Cost of Fund (biaya dana) adalah suku bunga yang dipikul atas dana yang dikumpulkan bank. Overhead Cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan bank yang langsung maupun tidak langsung atas kegiatan operasional bank. Spread Profit merupakan laba atau keuntungan yang ingin diperoleh bank dan dalam persentase tertentu. Penentuan besarnya laba juga mempengaruhi besarnya bunga kredit. Penelitian mengenai pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit pernah dilakukan, diantaranya dilakukan oleh Anggrahini (2009), bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut H1 : Tingkat suku kredit berpengaruh secara parsial terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya adalah dengan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional dan pendapatan operasional yang rendah menunjukkan bahwa bank melakukan efisien yang tinggi dalam mengelola biaya sehingga akan mendapatkan tingkat keuntungan optimal untuk menambah
jumlah dana yang akan disalurkan (Kuncoro, 2003). Secara sistematis, menurut PP No.6/23/DPNP/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut: Total Beban Operasional BOPO = --------------------------------- x 100% Pendapatan Operasional
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Yulhasnita (2013) mengemukakan bahwa jika bank dalam kondisi bermasalah maka kegiatan operasional bank akan terganggu termasuk kegiatan bank dalam melaksanakan fungsi intermediasinya. Menurut Yulhasnita (2013) BOPO berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan. Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut H2 : Beban operasional pendapatan operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit Modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi lembaga keuangan dalam rangka mengembangkan usaha serta untuk menjaga kemungkinan risiko kerugian, perlindungan terhadap dana nasabah dan risiko kredit macet (Antonina, 2010). Modal digunakan untuk meningkatkan pendapatan komersial lembaga keuangan (Jhon Brathland, 2010). Tingkat kecukupan modal diperlukan agar dapat melindungi lembaga keuangan dari risiko serta menjamin keberlanjutan lembaga keuangan (Lestari, 2012). Tingkat modal yang lebih tinggi mampu meningkatkan jumlah kredit karena dengan memiliki lebih banyak modal, lembaga keuangan dapat dengan mudah mematuhi satandar peraturan permodalan sehingga kelebihan modal dapat diberikan sebagai pinjaman (Muhamad Azam dan Sana Siddqui, 2012). Pertumbuhan nasabah merupakan perkembangan jumlah nasabah periode sekarang di bandingkan dengan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) jumlah nasabah periode sebelumnya (Muana, 2011). Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko, dengan rumus sebagai berikut (Dendawijaya, 2005: 121). Total Modal CAR= ----------------- 100% ATMR
Total modal merupakan jumlah dari modal inti dan modal pelengkap, sedangkan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) merupakan jumlah dari ATMR kredit dan ATMR risiko pasar. Modal inti terdiri dari beberapa komponen, yaitu modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasi dan pinjaman subordinasi. Komponen dari ATMR terdiri dari kas, tagihan yang dijamin oleh lembaga-lembaga tertentu, kredit yang diberikan, tagihan kepada lembagalembaga lain, aktiva tetap dan investasi. Penelitian mengenai pengaruh tingkat kecukupan modal terhadap penyaluran kredit pernah dilakukan, diantaranya dilakukan oleh Budiawan (2008), bahwa tingkat kecukupan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut H3 : Tingkat kecukupan modal berpengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran besarnya pengaruh tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Penelitian ini menggunakan empat variabel, yaitu tingkat suku bunga kredit (X1), tingkat efisiensi bank (X2), tingkat kecukupan modal (X3) dan jumlah kredit yang disalurkan (Y). Desain penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah desain kausalitas.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif, yaitu data selama lima tahun meliputi tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank, tingkat kecukupan modal dan jumlah kredit yang disalurkan. Sumber data adalah Laporan Keuangan berupa Laporan Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Kualitas Aktiva Produktif BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya tahun 2010-2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara melihat dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data tersebut berupa tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank, tingkat kecukupan modal dan jumlah kredit yang disalurkan. Penelitian ini berlokasi pada BPR di Kabupaten Buleleng karena persentase kredit yang disalurkan BPR cukup besar. Variabel bebas penelitian ini adalah suku bunga kredit (X1), tingkat efisiensi bank (X2), tingkat kecukupan modal (X3). Jumlah kredit yang disalurkan (Y) menjadi variabel terikat. Populasi penelitian ini, yakni BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya. Sampel penelitian ini adalah Laporan Keuangan berupa Laporan Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Kualitas Aktiva Produktif BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya. Untuk kepentingan analisis, variabelvariabel yang dioperasikan harus memenuhi persyaratan sehingga tidak menghasilkan hasil pendahuluan bias dalam pengujian. Pengujian pendahuluan diperlukan karena model analisis didasarkan pada asumsi-asumsi penyederhanaan. Pengujian tersebut meliputi pengujian asumsi klasik, antara lain uji normalitas, multikolinearitas, autokolerasi, dan heteroskedastisitas. Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis regresi untuk menguji kekuatan variabel - variabel penentu (Suku bunga kredit,tingkat efisiensi bank, tingkat kecukupan modal) terhadap jumlah kredit yang disalurkan, maka digunakan analisis regresi berganda dengan model dasar sebagai berikut : (Gujarati, 1995). Y = + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + dimana : Y : Jumlah kredit yang disalurkan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) X1 X2 X3
: Tingkat suku bunga kredit : Tingkat efisiensi bank : Tingkat kecukupan modal Koefisien determinasi berfungsi untuk melihat sejauhmana keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah semakin kuat, yang berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sedangkan nilai Koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah terbatas (Ghozali, 2005). Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, deviasi standar, minimum dan maksimum. Selanjutnya uji asumsi klasik dalam pengujian persamaan regresi berganda terdapat beberapa asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi terlebih dahulu, asumsi-asumsi tersebut adalah model regresi tidak terjadi multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan data terdistribusi secara normal (Ghozali, 2009). Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. uji normalitas juga dapat dideteksi dengan uji statistik dan One Sample Kolmogrov-Smirnow Test (K-S). Pengambilan keputusan dari uji K-S adalah jika nilai probabilitas signifikan K-S lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Metode Durbin-Watson (DW Test). Jika nilai DW Test sudah ada, maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai tebel dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Uji multikolinearitas bertujuan apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance ince inflation factor (VIF). Tolerance dan nilai variance mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2009). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Metode ini dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel bebas. Jika tidak ada variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat maka tidak terjadi heteroskedastisitas. HASIL PEMBAHASAN Statistik deskriptif memberikan gambaran yang cukup bermanfaat dalam melakukan analisa permasalahan. Rangkuman statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan hasilnya sebagai berikut, total sampel dalam penelitian ini berjumlah 120 data. Nilai minimum atau jumlah terkecil dari variabel suku bunga sebesar 0,02. Nilai maksimum adalah 0,03. Dan nilai mean-nya
Tabel 1. Stastistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Sukubunga
120
,02
,03
,0250
,00502
BOPO
120
60,0
89777,0
827,041
8188,2217
CAR
120
24
60
44,72
6,208
28,95
5,555
Kredit
120
Valid N (listwise)
120
Sumber: data diolah, 2015
22
36
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) adalah 7,6451. Standar deviasi untuk suku bunga adalah sebesar 0,00502. Hal ini berarti bahwa berdasarkan hasil statistik deskriptif terjadi perbedaan nilai tingkat suku bunga yang diteliti terhadap nilai rataratanya sebesar 0,00502. Efisiensi bank (BOPO) memiliki nilai minimum sebesar 60. Nilai maksimum sebesar 89777,0. Nilai mean sebesar 827,041. Standar deviasi untuk efisiensi bank adalah sebesar 8188,2217. Hal ini berarti bahwa berdasarkan hasil statistik deskriptif terjadi perbedaan nilai efisiensi bank yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya sebesar 8188,2217. Kecukupan modal (CAR) memiliki nilai minimum sebesar 24,0. Nilai maksimum 60,0. Nilai mean sebesar 44,72. Standar deviasi untuk Kecukupan modal adalah sebesar 6,208. Hal ini berarti bahwa berdasarkan hasil statistik deskriptif terjadi perbedaan nilai kecukupan modal yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya sebesar 6,208.
0.05 atau signifikan, yang berarti data residual pada penelitian ini berdistribusi normal. Hasil pengujian autokorelasi menunjukkan nilai DW sebesar 1.589 yang akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifik ansi 5% dengan jumlah sampel 120 (n) dan jumlah variabel independen 3 (k=3), maka dalam tabel Durbin Watson akan didapat nilai du sebesar 1.798. Oleh karena nilai DW 1.589 lebih besar dari batas atas (du) 1.798 dan kurang dari 4−1.798 (4−du), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari autokorelasi. Heteroskedastisitas terjadi jika pada grafik scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED (variabel bebas) dan SRESID (variabel terikat) menyebar dan tidak mempunyai pola yang teratur. Sedangkan heteroskedastisitas terjadi jika pada grafik scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur, baik menyempit, melebar maupun
Tabel 2. Uji Koefisien determinasi Model
R 1
R Square ,993a
,986
Adjusted R Square ,986
Std. Error of the Estimate ,65370
Sumber: data diolah, 2015 Nilai minimum untuk jumlah kredit yang disalurkan adalah 22. Nilai maksimum adalah 36. Nilai mean sebesar 28,95. Standar deviasi untuk jumlah kredit yang disalurkan adalah sebesar 5,555. Hal ini berarti bahwa berdasarkan hasil statistik deskriptif terjadi perbedaan nilai jumlah kredit yang disalurkan yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya sebesar 102,58287. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005:110). Pengujian dilakukan dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada pengolahan pertama data normal hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) sig < 0,05. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai K-S residual sebesar 2,169 dengan probabilitas signifikansi 0.000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa secara statisitik, probabilitas signifikansi K-S kurang dari
bergelombang. Dari hasil grafik plot antara nilai residual variabel dependen dengan residualnya, diperoleh hasil tidak adanya pola yang jelas, serta titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji multikolinearitas menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF tidak lebih dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen. Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen dalam model penelitian terhadap variabel dependen. Pengujian ini digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Hasil pengujian ditampilkan dalam tabel 2. Berdasarkan persamaan di atas didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = -1,077 +1102,004X1 +0,055X3 + e Konstanta sebesar -1,077 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel perubahan suku bunga kredit, efisiensi bank dan kecukupan modal, maka tingkat perubahan jumlah kredit yang disalurkan sebesar -1,077. Nilai koefisien regresi Suku bunga (X1) sebesar 1102,004 mengandung pengertian bahwa jika Suku bunga (X1) meningkat sebesar 1% pada saat variabel lain tidak mengalami perubahan, maka akan meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan sebesar 110.200,4%. Nilai koefisien regresi kecukupan modal (X3) sebesar 0,055, mengandung arti bahwa setiap terjadi perubahan tingkat kecukupan modal (X3) sebesar 1%, maka akan meningkatkan perubahan kredit yang disalurkan sebesar 5,5% dengan catatan pada saat variabel lain tidak mengalami perubahan. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,986 hal ini berarti 98,6% jumlah kredit yang disalurkan pada BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya dipengaruhi oleh suku bunga kredit, efisiensi bank dan kecukupan modal, sedangkan sisanya sebesar 1,4% dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor lain
Model
1
(Constant) Tingkat suku bunga kredit Tingkat efisiensi bank Tingkat kecukupan modal
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabelvariabel bebas (independen) yaitu tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal terhadap variabel terikat (dependen) yaitu jumlah kredit yang disalurkan. Besarnya pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) secara bersama-sama dapat dihitung melalui suatu persamaan regresi berganda. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil regresi yang disajikan pada tabel 3. Uji t (t-test) ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu) variabel-variabel independen (tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal) terhadap variabel dependen (jumlah kredit yang disalurkan) atau menguji signifikansi konstanta dan variabel dependen. 1) Berdasarkan table 3, menunjukkan variabel suku bunga kredit memiliki thitung > ttabel sebesar 91,582>-1,981 dan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa suku bunga kredit berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Dengan demikian hipotesis H1 yang menyatakan suku bunga kredit berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan, diterima. 2) Berdasarkan table 3, menunjukkan variabel
Tabel 3. Analisis Linear Berganda Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta -1,077 ,555
T -1,943
Sig. ,054
1102,004
12,033
,996
91,582
,000
-1,382E006
,000
-,002
-,187
,852
,055
,010
,062
5,698
,000
a. Dependent Variable: Jumlah kredit yang disalurkan Sumber : Data diolah, 2015 yang tidak termasuk dalam variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
efisiensi bank memiliki thitung> ttabel sebesar 1,981 > -0,187 dan nilai probabilitas yaitu
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) 0,852 > 0,05. Ini menunjukkan bahwa efisiensi bank tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Dengan demikian hipotesis H2 yang menyatakan efisiensi bank berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan, ditolak. 3) Berdasarkan table 3, menunjukkan variabel kecukupan modal memiliki thitung> ttabel sebesar 5,698>-1,981 dan nilai probabilitas yaitu 0,000< 0,05. Ini menunjukkan bahwa kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Dengan demikian hipotesis H3 yang menyatakan kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan, diterima. Uji F dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen yaitu apabila tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal secara simultan terhadap variabel dependen yaitu jumlah kredit yang disalurkan. Dengan ketentuan H0 diterima jika Fhitung < Ftabel untuk α = 5%. Ha diterima jika Fhitung > Ftabel untuk α = 5%. Diketahui Ftabel = 2,68. Dari uji ANOVA atau F – test, didapat Fhitung sebesar 2825.407 dengan tingkat signifikansi 0,000. Tingkat signifikansi 0,000 mengindikasikan bahwa koefesien regresi signifikan, karena nilai Probabilitas 0,000 <0,05. Selain itu, nilai Fhitung> Ftabel (2825.407> 2,68) sehingga H4 diterima. Maka, diambil kesimpulan bahwa tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada BPR Buleleng 45 dan BPR Kanya dan model regresi yang digunakan dianggap layak uji. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan Pengaruh suku bunga kredit terhadap jumlah kredit yang disalurkan menunjukkan bahwa secara parsial suku bunga kredit berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 yaitu -ttabel (-1,981) thitung (91,582) dan berdasarkan pengujian statistik diperoleh signifikansi sebesar 0,000 (kurang dari 0,05) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima yaitu tingkat suku bunga
kredit berpengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Hasil ini tidak konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan BPR maka akan semakin sedikit kredit yang disalurkan (Moch.Soedarto, 2004). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Anggrahini(2009) menghasilkan kesimpulan yaitu tingkat suku bunga kredit berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila tingkat suku bunga meningkat, maka penyaluran kredit juga meningkat, begitu juga sebaliknya. Ini berarti penyaluran kredit oleh BPR dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit. Diduga tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit BPR karena market BPR adalah masyarakat daerah dimana pilihan alternative kredit sangat terbatas sehingga mau tidak mau ketika ada kebutuhan dana maka melakukan pinjaman ke BPR walaupun suku bunganya tinggi. Pengaruh Tingkat Efisiensi Bank Terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan Pengaruh tingkat efisiensi bank terhadap jumlah kredit yang disalurkan menunjukkan bahwa secara parsial tingkat efisiensi bank berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 yaitu -ttabel (-1,981) ≤ thitung (-0,187) dan berdasarkan pengujian statistik diperleh signifikansi sebesar 0,852 (lebih dari 0,05) yang berarti H0 diterima dan H2 ditolak yaitu tingkat efisiensi bank berpengaruh negatif terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Hasil ini tidak konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa rasio BOPO yang rendah menunjukkan bank melakukan efisien yang tinggi dalam mengelola biaya sehingga akan mendapatkan tingkat keuntungan optimal untuk menambah jumlah dana yang disalurkan (Kuncoro, 2003:567). Hal ini terjadi karena meskipun secara rata-rata rasio BOPO pada BPR efisien tetapi beragamnya data BPR menyebabkan variabel tingkat efisiensi usaha tidak signifikan.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yulhasnita (2013) yang menyatakan bahwa jika bank dalam kondisi bermasalah maka kegiatan operasional bank akan terganggu termasuk kegiatan bank dalam melaksanakan fungsi intermediasinya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai BOPO maka kegiatan operasional bank menjadi kurang efisien karena meningkatnya biaya operasional, maka bank tidak akan mampu untuk menyalurkan pembiayaan kepada nasabah, akan dapat dipastikan bahwa pembiayaan bermasalah pun akan menurun. Bila semua kegiatan yang dilakukan bank berjalan secara efisien, maka laba yang akan didapat juga semakin besar yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan bank tersebut. Faktor yang menyebabkan variabel BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan adalah cerminan dari tingginya rasio BOPO pada periode penelitian yang menjelaskan bahwa tingginya rasio tersebut merupakan upaya bank dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi bank pada masa mendatang dan masa berjalan seperti promosi, inovasi produk-produk usaha bank, pemberian hadiah (upaya menarik nasabah untuk meningkatkan simpanan pada bank), serta didukung dengan bertambahnya kantor cabang beserta perekrutan dan pelatihan karyawan melalui media edukasi dan sosialisasi dengan harapan kedepannya akan tercipta efektivitas dan efisiensi maksimal dalam kinerja operasional bank. BOPO tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap jumlah kredit karena sifatnya yang jangka panjang, dimana beban operasional yang tinggi akan memberikan efek tunda jangka panjang terhadap kredit. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Subegti (2010) yang menyatakan bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap volume kredit. Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal Terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan Pengaruh tingkat kecukupan modal terhadap jumlah kredit yang disalurkan menunjukkan bahwa secara parsial tingkat
kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 yaitu -ttabel (-1,981) thitung (5,698) dan berdasarkan pengujian statistik diperoleh signifikansi sebesar 0,000 (kurang dari 0,05) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima yaitu tingkat kecukupan modal berpengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Hasil ini konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sember daya financial yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit (Wibowo, 2009). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Budiawan (2008) dan Nasiruddin (2005) sama-sama menghasilkan kesimpulan yang sama yaitu pengaruh kecukupan modal berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit. Maka secara singkat dapat dikatakan besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Dengan CAR diatas 20%, perbankan bisa memacu pertumbuhan kredit hingga 20 – 25 persen setahun (Wibowo, 2009). Pengaruh Tingkat Suku Buga Kredit, Tingkat Efisiensi Bank dan Tingkat Kecukupan Modal Terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan Berdasarkan hasil pengujian terhadap Hipotesis ke-4 (H4), dapat disimpulkan bahwa suku bunga kredit, efisiensi bank dan kecukupan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya di Kabupaten Buleleng. Hal ini berarti variabel suku bunga kredit, efisiensi bank dan kecukupan modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya di Kabupaten Buleleng. Dengan demikian, hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Pengaruh simultan dari suku bunga kredit, efisiensi bank dan kecukupan modal terhadap jumlah kredit yang disalurkan sebesar 63,3%, sedangkan pengaruh variabel lain diluar variabel
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) tersebut sebesar 36,7%. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi tingkat jumlah kredit yang disalurkan selain suku bunga kredit, efisiensi bank dan kecukupan modal yang memerlukan penelitian yang lebih lanjut. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yesi Fransiska D (2003) mengenai suku bunga kredit, efisiensi bank dan kecukupan modal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan.
efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal secara serempak berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya selama periode 2010-2014, yang dilihat dari nilai Fhitung (2825,407) > Ftabel (2,68). Jumlah kredit yang disalurkan pada BPR (Y) di BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya selama periode 2010-2014 dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit (X1), tingkat efisiensi bank (X2) dan tingkat kecukupan modal (X3) sebesar 63,3 % sedangkan sisanya sebesar 36,7 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uji pengaruh uji parsial (Uji Statistik t) pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) Dengan membandingkan thitung dengan ttabel diperoleh hasil dari tingkat suku bunga kredit, yang ditunjukkan dengan thitung (91,582) > ttabel (-1,981) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima yaitu tingkat suku bunga kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya selama periode 2010-2014, yang menyatakan positif dan signifikan, (2) Dengan membandingkan thitung dengan ttabel diperoleh hasil dari tingkat suku bunga kredit, yang ditunjukkan dengan thitung (1,981) ≤ ttabel (-0,187) yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak yaitu tingkat efisiensi bank berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya selama periode 2010-2014, yang menyatakan negatif dan tidak signifikan, (3) Dengan membandingkan thitung dengan ttabel diperoleh hasil dari tingkat kecukupan modal, yang ditunjukkan dengan thitung (5,698) > ttabel (1,981) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima yaitu tingkat kecukupan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya selama periode 2010-2014, yang menyatakan positif dan signifikan. Berdasarkan uji pengaruh simultan (Uji Statistik F), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (4) Diketahui bahwa tingkat suku bunga kredit, tingkat
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan periode penelitian dari tahun 2010 - 2014. Oleh karena itu penelitian ini hanya mampu menggambarkan kondisi penyaluran kredit di BPR Bulelengg 45 dan BPR Kanaya selama periode tersebut. Faktor - faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit juga dipengaruhi oleh kondisi periode penelitian yang digunakan. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka saran-saran yang dapat disajikan adalah sebagai berikut: (1) Pihak BPR Buleleng 45 dan BPR Kanaya sebaiknya memperhatikan tingkat efisiensi bank karena secara parsial tidak berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan, pihak bank diharapkan lebih meningkatkan efisiensi bank karena tingkat efisiensi yang tinggi akan berdampak pada peningkatan pendapatan bank. Sedangkan tingkat suku bunga kredit dan tingkat kecukupan modal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan, (2) Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian selanjutnya yang tidak hanya pada variabel tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal yang mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan, sehingga data yang digunakan dapat dikembangkan dengan lebih luas dari penelitian ini guna penyempurnaan dari penelitian sebelumnya.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) DAFTAR PUSTAKA Anggrahini, Dewi. 2009. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Perbankan pada Bank Umum di Indonesia Periode 1994.1 – 2003.4. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Akuntansi Universitas Diponegoro. Budiawan. 2008. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (Studi Kasus pada BPR di Wilayah Kerja BI Banjarmasin). Tesis Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang. Dahlan, Siamat. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: FE-UI. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: FE-UI. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometrics. Singapore: Mc Graw Hill, Inc Ismail. 2010. Manajemen Perbankan dari Teori Menjadi Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kasmir, 2001. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kuncoro, M. dan Suhardjono. 2003. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Lestari, Indah. 2008. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Tingkat Penyaluran Kredit pada Bank - Bank Umum di Indonesia. Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makassar. Bank Indonesia, 2004. Peraturan Bank Indonesia No.6/23/DPNP/2004
tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum.
Tingkat
Satria, Dias & Rangga Bagus Subegti. 2007. Determinasi Penyaluran Kredit Bank Umum di Indonesia periode 2006-2009. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol.5 Nomor 2, hlm. 415– 424. Siregar, H Sakti. 2007. Pengaruh Faktor Internal bank Terhadap Volume Kredit pada Bank yang Go Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi Keuangan Volume 7 No 2, hlm. 1-14. Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI. Yulhasnita. 2013. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset(ROA), Return On Equity (ROE), Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Dan Loan To Deposit Ratio (LDR) Terhadap Penyaluran Kredit Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Riau. Yusuf, Mohammad. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Konsumtif bank Pemerintah di Sumatera Utara. Tesis. Medan: Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.