Tim redaksi :
Salam Redaksi Assalamu’alaikum
Karbala bukanlah sebuah peristiwa sejarah yang berhenti pada 10 Muharram, tetapi merupakan titik balik yang sangat penting bagi aqidah Islam yang agung. Yang dilakukan Imam Husain as di Karbala adalah revolusi tauhid, yakni revolusi yang –menurut Ali Syariati-gugusannya dimulai oleh Nabi Ibrahim as, diledakkan secara sempurna oleh Nabi Muhammad saww, dipertahankan hidup oleh Imam Husain as dan berakhir pada Imam Mahdi ajf. Revolusi Imam Husain as ibarat matahari yang terus memancarkan cahayanya. Sinarnya merobek kegelapan dan mencurahkan energi dan kehangatan kepada jiwajiwa yang lelah karena penindasan.
Haryati Ismail, Zahra Alzena Nurrafika, Arsyi Fadhilah, Ade Zahara Marwan, nufadHurr Penanggung Jawab : Lembaga Fathimiah Alamat Redaksi : Muaseseye Aliye Syahide Bintul Huda,QomIran.
DAFTAR ISI Salam Redaksi Topik Utama …………….…………… 1 “HITAM DAN PUTIH TRAGEDI ASYURA”
Pada edisi ke-14 ini, kami tim redaksi menyajikan pembahasan sejarah tentang bangkitnya Imam Husain as dengan kuantitas yang kecil, berani menghadapi pasukan Yazid yang puluhan ribu jumlahnya. Dan juga ada pembahasan peran besar kaum hawa dalam tragedi ini, hukum-hukum yang berkaitan dengan peringatan Azadari ketika ingin memperingati, mengenang dan menyelenggarakan majelis duka untuk beliau As dan pembahasan yang lain. Kami mempersembahkan dalam rangka memperingati hari ke-40 syahadahnya Imam Husain as yang lebih popular dengan sebutan peringatan Arbain. Semoga apa yang tersajikan dalam bentuk sederhana ini berkenan dihati pembaca dan membawa berkah bagi kita semua. Amin
Fiqh ………………………………..….5 “Hukum-Hukum Asyura Husaini”
Wassalam
Interview …………….……………....25 IBU DARI TIGA ORANG SYAHID, Zahra Karkub Zadeh
Website : www.fathimiah.com
Rubrik Muslimah …………………….12 “Perempuan dan Keabadian Asyura” Parenting ……………………………..16 “Penerapan Amar Ma'ruf di Rumah Sendiri” Safar Ruhani …………………………18 Kabar Indonesia …………..………….22 “Kabar dari Indonesia Tengah, Sekolah Rakyat Cakrawala; Menyelaraskan Cinta dan Pengetahuan”
Kesehatan ……………………….…..28 “Menangis, berdampak Negatifkah???” Resensi Buku ……………………….30 Puisi ……………………………...…33 About Fatimiyah ………...………….34
Kata Mereka …………………….37
HITAM DAN PUTIH TRAGEDI ASYURA
Layar Asyura terbentang, sebuah panggung tersaji dengan background hitam, gelap, pekat nan menyeramkan. Panggung yang menampilkan sekian bentuk kebobrokan, kerendahan, kebiadaban dan kejahatan tak tertandingi yang tak akan pernah kita temukan pada insiden-insiden kejahatan manapun di dunia. Aktoraktor yang berkiprah di panggung ini adalah Yazid bin Muawiyyah, Abdullah bin Ziyad, Umar bin Sa’ad, Syimr bin Dzil Jausyan, Khuli, dan sejumlah aktoraktor antagonis lainnya. Benarkah sejarah Asyura hanya memiliki satu dimensi saja, hanya ada layar hitam kejahatan, kebiadaban dan musibah? Sejatinya, kisah Asyura dan sejarah Karbala merupakan sebuah kisah dengan dua poin interest, dua panggung yang kontras, satu hitam pekat nan gelap, dan satunya lagi begitu putih, dipenuhi oleh cahayacahaya kemilau. Dua kontradiksi mutlak yang langka dan unik.
Benar. Sejarah ini memiliki layar lain yang dibintangi oleh Al-Husian As. Aktor yang muncul sebagai simbol kemuliaan, kegemilangan, manifestasi pengorbanan, kepahlawanan, kebenaran, kemanusiaan, kemuliaan, dan kematangan. Tragedi asyura merupakan teladan utama sejarah Syiah dalam membela nilai-nilai kebebasan dan pembebasan, sikap altruisme, kerelaan berkorban, heroik, berjihad di jalan mempertahankan akidah dan berkorban untuk mencapai tujuan mulia. Lalu mengapa kita harus mempelajari kisah Karbala selalu dari layar hitamnya, haruskah selalu kejahatankejahatan Karbala yang disodorkan kepada kita? Haruskah kita selalu mengkaji Al-Husain bin Ali dari aspek sebagai korban kebiadaban? Kita begitu jarang mengkaji lembaran-lembaran penuh cahaya dari kisah ini, padahal aspek epik dan 1
Endang Zulaikha
kesatria dari kisah ini ratusan kali lebih bermanfaat dari aspek kebiadaban yang terdapat di dalamnya.... Benar jika dikatakan, hanya dalam satu hari mereka telah berhasil membunuh Al-Husain dan memisahkan kepalanya dari tubuh, namun AlHusain toh bukan hanya tubuh, bahkan Al-Hussein ... lebih hidup setelah kesyahidannya. Kematian Al-Husain lebih merepotkan musuh ketimbang kehidupannya. Hal yang juga dikatakan oleh Bibi Zainab Sa kepada Yazid, “Salah jika engkau mengira telah berhasil membunuh saudaraku, karena ia tidak mati, bahkan akan lebih hidup lagi setelah ini.” Dan ajaib! Para musuh, setelahnya menyaksikan betapa kuburan Al-Husain telah menjadi bencana dan petaka bagi mereka. Dalam setiap peringatan Arbain, puluhan juta peziarah rela berjalan dan bertelanjang kaki puluhan kilometer untuk memperbaharui baiat
mereka kepada sang ksatria Karbala. Dan mereka kembali dengan membawa semangat Asyura di dalam dada mereka masingmasing. Percikan semangat alHusain tersebar di seluruh alam, gerakan-gerakan anti tirani, anti koloni, anti penindasan, perlawanan hegemoni dan dominasi Barat menggeliat dan bermunculan di berbagai belahan dunia. Di India, Mahatma Gandhi, pendiri dan desainer pembebas bangsa India dari kolonial Inggris mengenai Imam Husain As berkata, “Aku tidak membawa hal baru untuk rakyat India, kecuali dari hasil kontemplasi, telaah dan penelitianku tentang kehidupan manusia agung Karbala.” Sementara di Iran, Imam Khomeini sebagai founder NRII dan penginspirasi revolusi anti rezim Pahlevi memplokamirkan bahwa kemenangan yang diraihnya dalam revolusi ini, seluruhnya bersumber dari pelajaran Asyura. Dan belakangan, gerakangerakan revolusi anti diktator yang merambah di berbagai kawasan Arab yang terkenal dengan Arab Spring bermunculan satu per satu menghentak dunia, semuanya ini tak lepas dari 1
. Lihat: Al-Kamil fi at-Tarikh, Ibn al-Atsir, jil. 4, hlm. 48;
semangat yang dipercikkan oleh tragedi Asyura yang emoh dan menolak mentah kehadiran para penguasa zalim. Kini, di ruang yang sempit dan terbatas ini, mari kita sepintas merenungi lembaran-lembaran kemilau dan nilai-nilai yang memotivasi revolusi besar ini. Kebebasan, Pembebasan dan Anti Tirani Sebagian menganggap bahwa tujuan Imam melakukan revolusi Karbala adalah untuk meraih kekuasaan dan dunia. Namun sebelumnya, beliau telah menepis hal ini: Aba Abdillah mengucapkan kalimat ini di rumah Baidhah setelah bertemu dengan Hurr bin Yazid Riyahi, “Wahai kaumku, Rasulullah bersabda, Barangsiapa melihat para penguasa zalim yang
Tarikh ath-Thabari, Thabari, jil. 4, hlm. 304.
2
mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya, menghalalkan apa yang diharamkan-Nya, melanggar apa yang diperintahkan-Nya, menentang sunnah rasulNya, dan berbuat maksiat di tengah-tengah hamba-Nya, akan tetapi tidak menentang mereka, baik dengan perilaku ataupun perkataan, maka Demi Allah ia berada di tempat mereka. Ketahuilah, mereka ini mentaati setan dan meninggalkan ketaatan kepada-Nya, menampakkan kerusakan dan meliburkan hukumhukum-Nya, mereka mengijinkan diri untuk menggunakan Baitul-mal, menghalalkan yang diharamkan-Nya, dan mengharamkan yang dihalalkan-Nya. Ketahuilah bahwa akulah yang paling layak untuk memperbaiki urusan umat Muslim.”1
Dengan baik kita ketahui, pada masa Imam Husain terdapat perbedaan yang sangat kentara antara kebenaran dan kebatilan, dan seakan makruf dan mungkar telah mengalami posisi, dengan ucapannya ini, Imam ingin membangkitkan semangat masyarakat untuk bergerak melawan Yazid bin Muawiyah sebagai jelmaan dari kekufuran mutlak dan penguasa tiran di masa itu. Imam juga menegaskan bahwa pemerintahan yang hak dan legal adalah pemerintahan yang dipimpin oleh pemimpin yang benar, adil dan anti kezaliman, dan ini tak lain adalah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Imam Maksum. Dalam kitabTharikhnya, Thabari menukil perkataan Imam yang bersabda, “Demi Tuhan! Tiada yang lebih patut menjadi seorang pemimpin, kecuali ia mengamalkan al-Quran, menegakkan keadilan dan menunaikan segala ketentuan agama, hak, serta mengorbankan jiwa untuk mengamalkan semua ini”.
itu, beliau bersabda, “Aku tidak akan mengulurkan tanganku kepadanya sebagaimana orang hina membaiatnya, dan aku tidak akan lari darinya sebagaimana larinya para budak.” 2 Dalam pandangan Imam Husain As, orang yang berkuasa adalah orang yang memerintah dengan bersandar pada al-Quran dan menegakkan keadilan, sementara pemerintahan Bani Umayyah memiliki tipe sebaliknya. Di sinilah beliau memandang bahwa tugasnya adalah melawan dan menentang penguasa zalim ini dan membebaskan masyarakat dari kegelapan.
Masalah perbaikan merupakan masalah yang asasi dari tragedi Asyura. Tujuan revolusi ini bukan hanya untuk satu kaum pada ruang dan waktu tertentu saja, melainkan menghidupkan makruf dan memberanguskan mungkar di seluruh alam. Dan manifestasi makruf tertinggi tak lain adalah Imam Maksum,4 sedangkan kemungkaran yang tampak nyata saat itu adalah Yazid dan orangorang sepertinya (di saat ini).
Perbaikan Umat
Dan untuk menampakkan pertentangannya terhadap rezim pemerintahan saat
Hal penting lainnya yang ditelurkan oleh revolusi alHusain adalah masalah reformasi umat, dimana hal ini dengan sangat tegas beliau perlihatkan dalam surat wasiatnya kepada saudaranya, Muhammad bin Hanafiyah, Imam mengatakan, “Perjalananku bukanlah untuk bersuka ria dan bukan pula untuk bertindak aniaya, melainkan hanya untuk memperbaiki umat datukku. Aku ingin
2
3
. Lahuf, Sayyid bin Thawus, hlm. 10.
menunaikan tugas amar makruf dan nahi mungkar sebagaimana sirah datukku dan ayahku, Ali bin Abi Thalib.”3
. Mausua’ Kalimat al-Imam alHusain, hlm. 291. 4 . Imam Shadiq As bersabda, “Kami adalah pokok segala
3
Jelas, bukan kekuasaan atau gemilang dunia yang hendak diraih, melainkan yang ditarget oleh revolusi ini adalah melakukan perbaikan umat dengan amar makruf dan nahi mungkar dan menghidupkan kembali ajaran rasul Saw yang telah terkubur oleh umat Islam sendiri. Menghidupkan nilai Islam Kemanusiaan
Nilaidan
kebaikan dan dari kamilah cabang segala kebaikan”, Alammah Majlisi, Bihar alAnwar, jil. 23, hlm. 303.
Nilai lain yang tak kalah penting yang ditinggalkan oleh Imam dan para pengikutnya ini adalah gelora untuk meraih kesyahidan dan semangat rela berkorban. Di rumah Dzu Khusam, beliau bersabda, “Tidakkah engkau melihat bahwa kebenaran tak lagi diamalkan, dan kebatilan tak lagi dianggap sebagai pelanggaran? Dalam keadaan seperti ini, seorang Mukmin harus menemui para penuntut kebenaran, dan bagiku, kematian di jalan ini tak lain adalah syahadah yang lebih mulia daripada hidup dengan orang-orang yang zalim.”5 Beliau juga bersabda, “Mati dengan kemuliaan lebih mulia dari hidup dalam kehinaan.” Dalam peristiwa tragis ini, Imam telah memperlihatkan perannya dengan sangat sempurna, beliau mempersembahkan pengorbanan agungnya demi menyelamatkan manusia dari kumparan kehancuran sosial dan membawanya dari kegelapan menuju cahaya, sebagaimana sabda
. Mausua’ Kalimat al-Imam alHusain, hlm 356. 5
Rasulullah Saw, “Sesungguhnya al-Husain adalah bahtera keselamatan dan pelita hidayah.”6 Tentunya ini hanyalah sepercik dari apa yang telah ditinggalkan oleh tragedi Asyura, masih begitu banyak pesan-pesan yang perlu kita gali sebagai pelajaran dan ibrah. Untuk lebih bisa memaknai peristiwa Asyura, kita harus mampu menelusuri tujuan dan cita dari tragedi ini, dimana keseluruhannya memerlukan rekonstruksi pemikiran yang bebas dan kritis sehingga kita bisa mengepakkan sayap lebih tinggi dari sekedar melulu memahaminya sebagai sebuah kisah sejarah dan memaknainya sekedar dari sisi gelapnya. Kadangkala kita hanya disibukkan dengan kisahkisah kebiadaban dan memilukan yang terjadi dalam sepanjang peristiwa Karbala dan berhenti hingga pada titik kesyahidan beliau, dengan melalaikan sisi lainnya, padahal sudah seharusnya kita beranjak lebih jauh dari titik ini dan mencoba
6
. As-Sayyid Hasyim al-Bahrani, Madina al-Ma’ajiz, jil. 4, hlm. 51-52.
4
menyusuri apa gerangan yang telah membuat Imam begitu bergairah menjemput kesyahidan, kenapa beliau dengan sukarela membawa seluruh anggota keluarga yang dimilikinya ke tanah gersang tak berpenghuni, apa yang menyebabkan beliau rela melakukan itsar dan pengorbanan seagung ini, apa perlunya amar makruf dan nahi munkar ditegakkan, haruskah ada gerakan untuk menentang hegemoni, tirani dan penindasan, kenapa para penguasa zalim harus disingkirkan, dan segudang pertanyaan-pertanyaan lain. Jarak jangkau jelajah kita masih akan tetap pendek, ketika kita sendiri tak memiliki keinginan untuk menambah gerak laju ke depan. Pemaknaan kita terhadap tragedi dan kisah Karbala pun tak akan mengalami peningkatan, ketika kita sendiri tak memiliki keinginan untuk itu. Wallahu ‘alam bi shawab.
menyelenggarakan majlis duka untuk beliau As. Berikut ini kami sajikan hukumhukum yang berkaitan dengan masalah-masalah tersebut kepada para pengikut dan pecinta beliau As. Semoga kiranya dapat dibaca dengan benar, dipahami dengan baik dan diamalkan dengan penuh ikhlas hanya karena mengharap ridha Allah Swt semata.
Mukaddimah Seluruh perbuatan, tingkah laku dan ucapan setiap insan, baik yang bersifat individu maupun sosial, pasti ada hukum syar’inya di dalam Islam. Demikian pula halnya dengan berbagai acara, ibadah, perayaan dan peringatan yang berkaitan erat dengan ucapan dan perbuatan manusia, tidak luput dari hukum-hukum, ketentuan dan aturan Islam.
Semoga pula secuil goresan yang kami ambil dari kitab Ahkam Munasebat ha yang ditulis oleh Syekh Mahmud Akbari ini (dengan perubahan yang kami anggap perlu dan secukupnya) dapat bermanfaat dan menjadi pahala simpanan buat kami di hari akhirat kelak. Harapan kami semoga kita dan seluruh pecinta dan perindu Imam Husain As dikumpulkan bersama beliau dan kakek beliau di telaga surga kelak. Amin……………..
Dengan demikian bahwa peringatan Asyura pun tidak luput dari ketentuan dan hukum-hukum Islam. Dengan kata lain bahwa agama Islam mengatur secara ketat dan jelas mengenai pelaksanaan peringatan Asyura atau majlis ‘aza Imam Husein As.
Hukum-Hukum ‘Azadari
Setiap pengikut dan pecinta Ahlulbait As dan khususnya para pecinta dan perindu Imam Husein As harus memahami dan memperhatikan hukum-hukum yang berkaitan dengan peringatan Asyura ketika ingin memperingati, mengenang dan
1. Azadari ( peringatan mengenang duka dan musibah) penghulu para syahid termasuk ibadah yang paling utama dan dapat memperkokoh ruh iman, semangat keislaman, itsar
5
(peduli dan mengutamakan orang lain) dan keberanian bagi umat Islam.1
mereka melakukan hal itu dengan membuka bajunya) maka wanita melihatnya).6
2. Azadari dan menampakkan duka dan kesedihan untuk Ahlulbait As, terutama untuk Imam Husein As, khususnya pada hari Asyura (tanggal 10 Muharram), begitu pula menangis karena mengingat musibah beliau As sangat dianjurkan dan disunahkan.2
dilarang
5. Apabila di dalam acara ‘Azadari terdapat maksiat seperti; memandang wanita yang bukan mahram atau bercampurnya lelaki dan wanita (ikhtilath), maka hukumnya haram mengikuti dan turut serta pada acara peringatan tersebut.7
3. Memukul-mukul bagian punggung badan dengan zanjir (untaian rantairantai kecil) untuk tujuan mengenang duka Imam Husein As, jika dilakukan sesuai dengan kondisi umum (tidak berlebihan dan tidak sampai membahayakan dan menyakiti), hukumnya boleh, dan hal itu termasuk bagian dari ‘azadari dan refleksi kesedihan.3
6. Di dalam melaksanakan acara ‘Azadari Imam Husein As, setiap mukmin harus menghindari hal-hal yang tidak layak dipandang mata yang dapat melemahkan syi’ar ‘Azadari Imam Huseain As tersebut. Seperti gerakan melingkar dengan lompatanlompatan kecil ketika dianggap melemahkan syi’ar ‘Azadari hukumnya tidak dibolehkan. Tetapi jika tidak dianggap melemahkan, maka hukumnya boleh.8
4. Secara ihtiyat wajib, lelaki tidak boleh membuka bajunya ketika menepuk-nepuk dadanya atau mengayunkan zanjir ke bagian punggungnya.4 Dan secara ihtiyat wajib, lelaki harus berpakaian rapi (ketika melakukan hal itu) sehingga badan tidak terlihat oleh wanita yang bukan muhrimnya.5 Dan (ketika
7. Tidak boleh (hukumnya haram) melaksanakan acara ‘azadari dengan
1
5
2
6
.Istiftaat Imam Khomeini Ra. Jilid 2, hal. 28 soal 71. Farhangge Fikih, jilid 3 hal. 305, menukil dari kitab at-Tanqih jilid 9, hal. 235. 3 Ajwibatul Istiftaat, Ayatullah Khamene’I Hf soal 1463. 4 Istiftaat Makarim, jilid 2. Hal. 376.
Taudhihul Masail Bahjat, masalah 1937. Jamiul Masail Fadhil, jilid 1, hal. 619, soal 2162. 7 Istiftaat Bahjat, jilid 4, soal 6392. 8 Pasukh be Pursesyhaye Barguzideh jilid 13, hal. 333.
6
10. Seorang ulama mengatakan: “kita tidak boleh melakukan acara azadari Imam Husein As dengan hal-hal yang tidak logis dan menyimpang”.12
suara keras yang dapat mengganggu ketenangan dan menyakiti tetangga, sekalipun memperingati acara tersebut sangat dianjurkan dan termasuk perbuatan yang utama.9
11. Al-Marhum Allamah Amini alAmili Ra. menulis : “Qami zani atau tathbir (melakukan ‘azadari dengan menggunakan pisau atau benda tajam lainnya) dalam peringatanperingatan duka adalah haram hukumnya baik menurut akal sehat maupun syariat yang lurus. Melukai bagian kepala dengan cara membacoknya, bukan saja tidak ada manfaat ukhrawinya, bahkan juga tidak ada manfaat duniawinya sama sekali. Dan menyakiti diri sendiri jelas hukumnya haram. Di samping itu, perbuatan rendah semacam ini akan menjadikan para pengikut dan pecinta keluarga suci Nabi Saw dibenci dan dicemooh oleh umat Islam dan masyarakat lainnya. Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan ini termasuk
8. Shalat fardu harus didahulukan dari ‘azadari. Karena itu tidak dibenarkan oleh syari’at meninggalkan atau mengakhirkan shalat dengan alasan mengikuti acara ‘azadari, karena mengikuti acara tersebut hukumnya sunah dan shalat adalah wajib.10
Hukum-Hukum Qami Zani (Tathbir) 9. Hukumnya haram melakukan ‘azadari dengan menggunakan pisau, pedang dan alat-alat tajam lainnya yang dapat melukai badan dan mengeluarkan darah sehingga menjadi alasan bagi musuh-musuh Islam untuk melemahkan agama Islam atau mengambil kesempatan buruk.11
9
11
.1001 masalah fikih, Nuri Hamadani, jilid 2, hal. 4 dan Ajwibatul Istiftaat, jilid 2 hal. 129. 10 .Ajwibatul istiftaat Imam Khamene’i jilid 2, hal. 130, soal 362.
.Istiftaat Jadid Makarim, jilid 1, hal. 158, soal 57 dan Istiftaat Imam Khomeini jilid 3 soal 37 dan 34 dan Ajwibatul istiftaat jilid 1 hal. 1441. 12 .Rah Tusyeh Rahiyane Nur, Muharram 76.
7
masyarakat dilakukan oleh para pelaku qami zani tersebut.14 13. Imam Ali Khamene’i Hf berkata: “Ketika kaum komunis Rusia berhasil menguasai daerah Azarbaijan, mereka menghapus dan menghancurkan berbagai sisa-sisa dan peninggalan Islam. Masjid-masjid mereka ganti menjadi gudang-gudang, mushalla-mushalla dan husainiyyah mereka ganti menjadi tempat-tempat selain rutinitas agama, sehingga tidak tersisa dan tidak terlihat lagi peninggalan dan budaya-budaya Islam. Yang masih mereka izinkan adalah acara “qami zani”. Penguasa mereka telah mengeluarkan peraturan dan undang-undang bahwa kaum muslimin tidak punya hak untuk melakukan shalat, shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, melakukan majlis ‘aza (memperingati hari-hari duka atas musibah keluarga suci Nabi Saw) dan acara-acara ritual Islami lainnya. Tetapi mereka mengizinkan para pecinta keluarga suci Nabi Saw untuk melakukan qami zani. Apa sebabnya? Karena qami zani itu sendiri merupakan sarana yang efektif untuk
waswasah syaithani dan membuat murka Allah Swt dan juga RasulNya saw dan kelurga suci beliau As”.13 12. Ayatullah Makarim Syirazi berkata: “Musuh-musuh Islam senantiasa tidak tinggal diam, mereka berupaya keras menebarkan pikiran-pikiran khurafat yang menyimpang yang dapat menjauhkan para pemuda muslim dari ajaran Islam yang sebenarnya. Hal-hal yang diluar agama mereka jadikan dan masukkan ke dalam ritual-ritual agama. Mereka berupaya keras untuk merubah acara-acara ‘azadari (diantaranya memotivasi para pemuda agar melakukan qami zani atau tathbir dalam ‘azarari hari Asyura). Informasi meyakinkan dan cukup akurat saya terima bahwa beberapa orang dari kedutaan besar negara tertentu membagi-bagikan qami (sejenis pisau) dalam suatu acara ‘azadari di sebuah masjid. Tujuan mereka adalah agar masyarakat dunia memandang bahwa tindak kekerasan yang terjadi di 13
14
.A’yanu as-Syiah jilid 10, hal. 363.
8
.Kayhan 87/6/20 hal. 5.
menjauhkan masyarakat dari agama dan Syiah Imamiyah. Karena itu, terkadang musuh-musuh Islam menggunakan hal-hal yang seperti ini (qami zani, untuk menghancurkan wajah Islam yang sebenarnya),
melakukan suatu perbuatan yang disamping tidak sesuai dengan hukum Islam, juga tidak dapat diterima oleh akal sehat. Misalnya seperti acara qami zani yang tidak bisa diterima dengan alasan apapun, bahkan hal ini malah dapat digunakan oleh musuh-musuh Islam, baik yang di dalam maupun yang di luar sebagai sarana yang cukup memberikan pengaruh buruk kepada masyarakat secara umum.17
sehingga citra agama yang murni menjadi buruk dengan adanya khurafat seperti ini”.15 “Karena itu qami zani hukumnya haram dan dilarang oleh syari’at Islam”.16
15. Al-Marhum Ayatullah Hakim Ra. (seorang marja tasyayyu’ besar pada masanya) menulis (kesimpulannya) bahwa: “Qami zani itu hukumnya haram karena hal itu mengandung dharar (bahaya), mendatangkan cemoohan dan menyebabkan adanya permusuhan dari pihak lain.18
14. Syahid Hasyimi Nezad (salah seorang ulama dan murid Imam Khomeini Ra) berkata: “Apabila peringatan duka mengenang musibah Imam Husein As di padang Karbala itu dilaksanakan dengan baik, benar dan logis, maka disamping mempunyai nilai-nilai Islami dan maknawi yang mendalam, juga akan dapat menarik ‘athifiyah (perasaan hati) seseorang untuk membela kemazluman Imam Husein As. Tetapi sangat disayangkan, terkadang sebagian orang dengan alasan mencintai Imam Husein As
16. Apabila seorang pelaku qami zani merasa khawatir bahwa jika ia melakukan hal itu akan terancam nyawa dan jiwanya, kemudian ia lakukan juga hal itu sehingga mengakibatkan kematian dirinya, maka ia dihukumi sebagaimana intihar (pelaku bunuh diri).19 17. Qami zani dalam kondisi apapun diharamkan, baik secara sembunyisembunyi maupun terang-terangan.
15
18
16
19
.Majalah Muballigan No. 75 hal. 162. Lihat ucapan beliau terkait masalah Azadari. 17 Darsi keh Husein be Insanha Amukht, hal. 404
9
Fatwa al-Ulama wa al-‘Alam Idem
Qami zani tidak pernah dilakukan baik pada masa para Imam Maksum As maupun pada masa-masa sesudah mereka. Bahkan tidak pernah mendapat dukungan baik secara khusus maupun umum dari para maksumin As. Dan pada masa sekarang ini qami zani dapat melemahkan dan memburamkan wajah mazhab Syi’ah Imamiyah.20
masuk dan pindah ke mazhab Syiah Imamiyah”. 18. Cara terbaik dalam melakaksanakan ‘Azadari dan peringatan duka Imam Husein As adalah dengan mengadakan majelismajelis Husaini dan menceritakan sejarah peristiwa karbala, menjelaskan tujuan perjuangan beliau, keluarga dan para sahabat setia dan syuhada’ Karbala, pesan-pesan, wasiat dan nasihat-nasihat beliau, pembacaan sya’ir-sya’ir duka dan perjuangan serta syiar-syiar islami lainnya yang dapat menyadarkan dan membangunkan jiwa umat Islam. Boleh pula dengan memasang bendera-bendera, plang, poster, dan lain-lain yang dapat mengingatkan masyarakat umum dan umat Islam akan peristiwa penting dan bersejarah ini.21
Jelas bahwa qami zani itu bukan bagian dari ajaran, anjuran dan syi’ar Islam dan mazhab Syiah Imamiyah, dan bukan pula merupakan perlakuan para pengikut Ahlulbait As. Tidak seorang muslim pun yang sehat akal dan pikirannya yang mau melakukannya, apalagi orang-orang yang mengaku sebagai pengikut dan pecinta keluarga suci Nabi Saw. Para pelaku qami zani adalah orang-orang awam yang telah terbius dan teracuni oleh pikiran-pikiran musuh-musuh Ahlulbait As dan waswasah syaithani. Seseorang berkata: “Untungnya saya pindah dari Sunni ke Syiah Imamiyah dan masuk ke mazhab Syiah sebelum mengenal qami zani. Kalau saya mengenal Syiah lewat qami zani lebih dulu, mungkin saja saya tidak akan
Azadari Wanita 19. Tidak layak para wanita ikut serta dalam barisan azadari dengan menggunakan untaian rantai yg dipukulkan ke belakang punggung (sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kaum pria) atau alat lainnya sekalipun dengan menggunakan hijab
20
21
.Lihat Ajwibatul istiftaat, hal. 133 soal 375 dan jilid 2 soal 146 hal. 326.
10
.Istiftaat Jadid Makarim jilid 1 soal 575.
sempurna dan pakaian yang menutup semua auratnya .22
dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya), tetapi hendaknya ia menjaga adab dan penghormatanya pada hari-hari syahadat tersebut.26 Sebaiknya ia tidak melakukan hal –hal tersebut (bersolek, merias wajah dll yang biasanya sebagai penampilan kebahagiaan).27
20. Pengidung wanita dibolehkan berkidung di majelis khusus wanita. Tetapi lelaki tidak dibolehkan mendengarkannya jika menyebabkan adanya kelezatan dan ribah (kerusakan akhlak dan terkena hal yang diharamkan).23 Dan para wanita itu pun dibolehkan menepuk-nepuk dada atau paha mereka sebagai tanda duka dan kesedihan di dalam majlis tersebut.24
23. Seorang istri tidak diperbolehkan mengadakan dan mengikuti acara ‘Azadari atau perayaan kelahiran Imam Maksum As tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya. Tetapi jika ia yakin bahwa suaminya pasti menyetujuinya, maka 28 diperbolehkan.
21. Apabila pengidung wanita di majlis ‘Azadari mengetahui bahwa suaranya itu didengar oleh lelaki yang bukan mahramnya, maka apabila suaranya itu mengakibatkan mafsadah (kerusakan akhlak) dan perbuatan haram, maka wanita itu tidak dibolehkan berkidung di tempat tersebut.25
24. Acara ‘Azadari dan mengenang duka Imam Hussein As termasuk sarana yang paling baik untuk bertaqarrub kepada Allah Swt. Karena itu, kaum muslimin harus berhati-hati jangan sampai acara tersebut bercampur dengan hal-hal yang diharamkan syari’at islam. 29
22. Pada bulan Muharram dan Shafar kaum wanita dibolehkan bersolek, memotong rambut dan merias wajahnya (untuk suaminya dan tidak
22
26
.Ajwibatul Istiftaat jilid 2 hal. 369 soal 1454. Jamiul Masail Fadhil jilid 1 soal 2182 hal. 625. Jamiul Ahkam Shafi jilid 2 soal 1681 dan Ajwibatul Istiftaat Khamene’i soal 1145. 24 Istiftaat Bahjat jilid 4 soal 6388. 25 .Ajwibatul Istiftaat jilid 2 hal. 132 soal 373.
.Ahkam Banuwan Makariom, hal. 246 soal 894 dan 895. 27 idem 28 .Jamiul Masail Fadhil jilid 1 hal 625 soal 2118. 1101 masalah Nuri Hamadani jilid 2 hal 180. 29 Istiftaat Makarim jilid 3 soal 504.
23
11
Perempuan dan Keabadian Asyura Islam menempatkan perempuan pada posisi dan
Kalau kita membagi peristiwa Karbala menjadi
kedudukan
tiga
yang
agung
dan
terhormat.
fase,
sebelum,
pada
saat
peristiwa
Meskipun kenabian dan keimamahan berada
berlangsung dan setelahnya, maka sejarah
ditampuk laki-laki, bukan berarti perempuan
mempersembahkan
tidak
menjejakkan
perempuan yang memberi peran besar dan
pengaruhnya dalam sejarah penyebaran agama
kontribusi yang tidak sedikit di ketiga fase
ini. Al-Qur’an setiap mengkisahkan epik
tersebut.
memberi
perjuangan menceritakan
peran
laki-laki pula
dan
tidak peran
pernah
luput
kisah
heroik
kaum
Fase sebelum Asyura
perempuan
dibaliknya. Mulai dari istri Nabi Adam dan
Peran yang tidak bisa dipungkiri di fase ini
Ibrahim, dari ibu nabi Musa dan Isa as, yang
adalah mempersiapkan kaum laki-laki yang
menunjukkan sejarah Islam dan dunia bukan
berani dan beriman kuat yang telah mengukir
hanya milik kaum laki-laki, melainkan hasil
kisah paling heroik sepanjang sejarah di padang
kerja kolektif keduanya. Begitupun dengan
Karbala. Lewat asuhan dan didikan kaum ibu
peristiwa yang terjadi pada hari Asyura di
yang bertakwa dan dorongan para istri salehah
Karbala 61 H. Di tengah berbagai dimensi luas
yang setia, Islam tidak pernah kehabisan
peristiwa Asyura, Sang Pencipta memberi ruang
ksatria-ksatria yang gagah. Peran kaum pria
khusus kepada perempuan sehingga mereka
pada peristiwa agung tersebut harus dilihat
bisa menampilkan seluruh potensinya dalam
sebagai bagian dari pengorbanan dan kearifan
memikul tanggung jawab besar dengan cara
kaum perempuan. Zuhair bin al-Qain misalnya,
terbaik dan mengajarkan orang lain bagaimana
yang mulanya tidak tertarik untuk ikut dalam
membela kebenaran.
Karbala,
kafilah al Husain, berkat pengaruh dan
perempuan – meski harus kehilangan orang-
dorongan istrinya, akhirnya tergerak dan
orang yang mereka cintai – memainkan
karena kecintaannya pada Al Husain beliau
berbagai peran sebagai istri, ibu, dan kakak
turut menyertai perjalanan cucu tersayang Nabi
dengan bentuk terbaik.
tersebut.
Di Padang
12
syuhada perempuan. Adalah Ummu Wahb, Istri
Fase Berlangsungnya Peristiwa Asyura
Abdullah bin Umair al-Kalbi, yang terus setia
Kontribusi nyata lebih terlihat lagi di fase ini. Di
bersama suaminya meskipun di medan laga
Sahara Nainawa dalam pertempuran antara hak
sekalipun, perempuan gagah berani ini tercatat
dan batil, kaum perempuan tampil untuk
sebagai syuhadah perempuan pertama yang
membela keluarga Nabi Saw dan melukiskan
gugur di padang Karbala.
kisah heroik yang dikenang sepanjang masa. Beberapa ibu yang hadir di Karbala, dengan
Srikandi-srikandi Karbala adalah perempuan-
penuh cinta memakaikan pakaian perang
perempuan pengukir sejarah, meskipun jiwa
kepada
putra-
mereka dipenuhi oleh
putra mereka, lalu
cinta
menyaksikan mereka bertarung membela Allah
agama
Swt.
Saat
musuh melempar kepala-kelapa putra
mereka
yang
telah
anak
menyambut
suami, mereka
mampu mengalahkan perasaannya
demi
membela agama dan nilai-nilai
yang
diperjuangkan
oleh
kekasih Allah Swt. Menurut
datang dan
dan
namun
dipenggal, ibu-ibu tersebut
kasih
sayang kepada anak-
Srikandi-srikandi Karbala adalah perempuan-perempuan pengukir sejarah, meskipun jiwa mereka dipenuhi oleh cinta dan kasih sayang kepada anak-anak dan suami, namun mereka mampu mengalahkan perasaannya demi membela agama
bagaimana putra
dan
para
skrikandi Karbala, tugas
mengusap
seorang Muslim adalah kearifan
wajah anaknya yang bersimbah
dalam
darah. Mereka menegaskan apa
beragama,
pengenalan
mendalam tentang Ahlul Bait as, dan cinta
yang telah dikorbankan di jalan
kepada mereka. Dalam surat ash-Syura ayat 23,
Allah Swt, tidak akan diambil kembali. Ucapan
Allah Swt berfirman, “Katakanlah, Aku tidak
mereka membuat musuh takjub sekaligus
meminta kepadamu sesuatu upah pun atas
ketakutan.
seruanku
kecuali
kecintaan
dalam
kekeluargaan.”
Tidak hanya berlakon sebagai pemberi semangat kepada suami dan putera-putera mereka,
Pada malam kesepuluh bulan Muharram, Imam
bahkan sejarahpun mencatat, padang gersang
Husein as mengumpulkan semua anggota
Karbala juga terbasahi oleh curahan darah
kafilah dan memberi mereka pilihan untuk 13
pergi atau tetap tinggal bersama beliau. Imam
tengah mereka sungguh berbeda jauh dengan
berkata, “Wahai para sahabatku! Siapa saja yang
Islam murni dan ajaran- ajaran Rasul Saw. Dan
tetap
orang
tinggal
bersamaku
dan
berperang
yang
sesungguhnya
menebarkan
melawan musuh, maka ia akan terbunuh...
kerusakan dan kemaksiatan di tengah umat
Kalian bebas untuk mengambil keputusan.
adalah pemerintahan Yazid.
Kalian bisa pergi dan tidak ada seorang pun
Di antara para pahlawan Nainawa, Ahlul Bait
yang menahan kalian...” Air mata nampak
Nabi as sebagai poros utama gerakan itu telah
membasahi wajah-wajah penuh kerinduan itu
memainkan peran gemilang.
di tengah malam yang membisu.
Dakwah
para
Namun, para wanita yang hadir di Karbala meminta suami dan putra-putra mereka untuk selalu
bersama
Imam
Husein
as
dan
keluarganya. Ketika istri Junadah bin Kaab Al-ansari menyaksikan jumlah pasukan musuh, ia berkata, “Meski aku sudah tua dan lemah, tapi dengan pukulan keras, aku akan menghancurkan kalian dan membela putra Fathimah.” Fase Pasca Peristiwa Asyura Peristiwa Asyura merupakan sebuah peristiwa penting, dimana perempuan dan laki-laki sama-sama melakoni peran masing-masing dengan
sempurna
dan
sedemikian
menakjubkan. Gerakan kafilah tawanan dari Karbala ke Kufah dan kemudian ke Syam, memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan suci Asyura. Meski harus memikul penderitaan dan duka, para srikandi Karbala mampu menggagalkan tipu daya musuh dan
tawanan Karbala, khususnya Sayidah Zainab as
mencerahkan
di sepanjang perjalanan mereka berperan
mampu
masyarakat.
memberi
Para
tawanan
pencerahan
kepada
penting dalam
mensukseskan
kebangkitan
Imam as. Para skrikandi Ahlul Bait as tak pernah
masyarakat bahwa apa yang disebut Islam di 14
berhenti memperkenalkan Imam Husein as dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di Padang Karbala. Masyarakat yang awalnya datang untuk menyaksikan para tawanan perang, kini tak kuasa menahan tangis dan menyesali apa yang telah mereka lakukan terhadap keluarga Nabi as. Para pahlawan Karbala menanggung semua derita demi kemuliaan, harga diri, dan wibawa.
besar dan berhasil melahirkan gelombang penentangan terhadap kekuasaan Bani Umayyah. Para skrikandi Karbala ini menerima tanggung jawab berat dan sulit, namun kesabaran mereka seperti permata yang menghiasi jiwanya. Bagi Sayidah Zainab as sendiri, ketegaran di jalan kebenaran dan pengorbanan di jalan Allah Swt senantiasa indah. Demikianlah setelah peristiwa Asyura, Sayidah Zainab as berkata, “Aku tidak menyaksikan sesuatu kecuali keindahan.”
Sekitar 14 abad sudah berlalu dari tragedi Karbala. Namun sampai saat ini, peristiwa agung itu tetap mengilhami kebangkitan kaum tertindas dan para pejuang kebenaran. Tak syak bahwa kebangkitan Islam yang kita saksikan saat ini di berbagai belahan dunia Islam terinspirasi oleh gerakan Imam Husein as di Karbala. Bagi pihak musuh, apa yang dilakukan para srikandi Karbala ini terkesan kecil dan remeh. Namun tanpa mereka sadari, kesan yang ditimbulkannya sangat
[Disarikan dari Revolusi Asyura dan Peran Perempuan, dipublish pertama kali oleh IRIB Indonesia]
15
Penerapan Amar Ma'ruf di Rumah Sendiri Tahun demi tahun, peristiwa syahidnya Imam Husain as bersama keluarga dan para sahabat setianya selalu kita peringati. Kita mendengar ulang kembali kronologi perjuangan berdarah-darah Imam Husain as dalam menegakkan amar ma'ruf dan nahyi munkar.
“Kalian adalah umat terbaik yang bangkit untuk memperbaiki masyarakat, mengajak pada pekerjaan yang baik dan menjauhkan dari pekerjaan yang buruk.”
Munkar itu sendiri bak virus penyakit yang masuk ke dalam tubuh umat Islam
Secara harfiah, amar ma'ruf nahyi munkar berarti mengajak saudara muslim kita untuk melakukan hal-hal yang baik (ma'ruf) dalam pandangan Islam dan menjauhi hal-hal yang buruk (munkar) dalam pandangan Islam. Dalam Islam sendiri, ma'ruf berarti semua hal yang wajib dan mustahab untuk dilakukan; sementara munkar adalah semua hal yang haram dan makruh untuk dikerjakan. Dengan kata lain, saat seorang muslim melakukan amar ma'ruf nahyi munkar berarti dia tengah mengajak saudara muslimnya untuk menjalankan ajaran Islam dengan benar dan menjauhi larangannya. Jadi, ruang lingkup amar ma'ruf nahyi munkar sangat luas, bisa mencakup akidah, fikih sampai akhlak.
menggerogotinya perlahan. Jika kemunculan munkar dibiarkan begitu saja maka lambat laun tubuh itu akan hancur. Allah swt mengecam mereka yang cuek bebek pada kemunkaran yang terjadi di sekitar mereka.
Begitu pentingnya amar ma'ruf ini hingga al-Qur'an menyebutnya sebagai faktor yang akan menyelamatkan umat Islam. Dalam surah al- Imran ayat 110, Allah swt berfirman:
ِ كنتم خي ر أ َُّم ٍة أُخ ِرج ِ َّاس تَأْمرو َن بِالْمعر وف ْ َ ْ ُْ َ ُ ُ ِ ت للن ََْ ْ ُ َوتَ ْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمن َك ِر
16
ِ َّ لَوالَ ي ْن هاهم ِ َ الس ْح صنَ عُو َن ُّ َحبَ ُار َعن قَ ْوِلِِ ُم ا ِإل ْْثَ َوأَ ْكلِ ِه ُم ْ َس َما َكانُواْ ي ْ الربَّانيُّو َن َواأل ُُ َ َ ْ َ ت لَبْئ “Kenapa ulama Nasrani dan ulama Yahudi tidak menjauhkan mereka [umat] dari perkataan mereka yang berbau dosa dan memakan harta yang haram? Sungguh jelek aksi diam yang mereka lakukan itu.” (QS. Surat al-Maidah: 63). Meskipun ayat di atas berbicara tentang umat Nasrani dan Yahudi tapi umat Islam tentu tidak boleh melupakan pesan asli yang terdapat dalam ayat tersebut. Apalagi al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang dalam sebagian ayatnya, diceritakan kisah umat terdahulu agar umat Islam mengambil pelajaran dan hikmah dari mereka. Begitu pula dalam hal amar ma'ruf dan nahyi munkar ini. Jika umat Islam ingin komunitasnya menjadi komunitas solid yang dicintai Allah swt maka mereka harus melaksanakan amar ma'ruf nahyi munkar. Umat Islam terdiri dari elemen-elemen kecil yang sangat penting dan menentukan yaitu keluarga. Ketika setiap keluarga Muslim mampu melaksanakan amar ma'ruf nahyi munkari ini maka kita bisa berharap akan terwujud sebuah masyarakat Islam yang sehat dan mencerminkan nilai-nilai Islam dengan sempurna. Dalam hal ini, orang tua sebagai teladan anak-anak harus mampu menjadi pelaku amar maruf nahyi munkar yang baik. Ketika suami, misalnya, menyaksikan sang istri tidak memakai kaos kaki di depan tamu pria (non mahram) yang datang ke rumahnya maka suami harus segera mengingatkan istrinya. Tentu saja dengan lemah lembut dan tidak menjatuhkan harga diri istrinya di depan tamu. Jika suami tidak melakukannya maka besar sekali peluang istri akan kembali mengulanginya dengan anggapan bahwa hal itu bukan masalah. Toh, suaminya adem ayem saja. Begitu pula dengan istri. Ketika dia menyaksikan sang suami, misalnya, bercanda ria dengan wanita non mahram dan tidak menjaga batas-batas pergaulan syar'i, istri juga harus segera mengingatkan suaminya. Jika tidak, suami akan terbiasa dengan halhal seperti itu dan bisa saja, 'kedekatan' itu akan berakhir pada dosa-dosa lain yang lebih berat. Lalu bagaimana menarapkan amar maruf nahyi munkar kepada anak-anak? Selain menjadi teladan yang baik, orang tua juga harus terus memperkenalkan hal-hal yang baik (ma'ruf) pada anak-anaknya dan menyediakan sarana agar anak-anak terdorong dan mencintai prilaku ma'ruf. Orang tua juga harus memperkenalkan hal-hal yang munkar agar anak-anak mudah mengenali mana prilaku yang ma'ruf dan mana prilaku yang munkar. Tentu saja penjelasannya harus disesuaikan dengan tingkat nalar dan kedewasaan anak-anak. Dalam tugas berat ini, orang tua tak boleh melupakan faktor kelembutan dan cinta kasih dalam hal ini. Pakar pendidikan menyebutkan, jika anak benarbenar mendapatkan limpahan cinta kasih dari orang tuanya maka dia akan lebih mudah mendengarkan perkataan orang tuanya. Dia akan lebih mudah meniru hal-hal ma'ruf seperti yang dicontohkan orang tuanya. Memang, salah satu syarat agar kita bisa melaksanakan amar ma'ruf nahyi munkar adalah kita melihat adanya peluang berubah dalam diri orang yang akan kita ajak berbuat ma'ruf. Jika kita tak melihat peluang itu, sebagain ulama berpendapat bahwa kewajiban amar ma'ruf terlepas dari kita. Tapi sebagian ulama mengatakan, jika kita tidak melihat peluang itu maka kita seharusnya menyiapkan sarana agar peluang itu muncul1. jadi, kewajiban amar ma'ruf nahyi munkar tidak hilang begitu saja dari kita.
So, mari kta mulai ber-amar ma'ruuf nahyi munkar di rumah kita. Setidaknya, kita bisa mencontoh perjuangan Imam Husain as meski dalam skala yang lebih kecil. Jangan sampai kita hanya mencukupkan diri sebagai pendengar sejati kisah heroik Imam Husain as tanpa mau mengambil hikmah apalagi mengamalkannya. Khuda nakunad! [nta] _____ 1
DR. Sayyid Hasan Islami, Amr be Ma'ruf va Nahyi az Munkar, imamali.net.
17
j
Madrasah Bintul Huda yang berada di kota Qom – tempat di mana aku menimba ilmu- membuka pendaftaran ziarah ke kota suci Karbala. Aku pun turut mendaftarkan diri. Karena ini adalah Kesempatan yang tidak boleh disia-siakan, Kuota yang diberikan sangat terbatas, sehingga tidak semua yang mendaftar bisa diberangkatkan. Oleh karenanya, hari-hari menjadi sebuah penantian, menanti siapa yang beruntung mendapat undangan istimewa dari Al-Husain putra ‘Ali As dan hari-hari kini menjadi hari yang mencemaskan sekaligus mendebarkan. Hari pengumuman itu tiba. Ketika seorang teman memberikan informasi bahwa namaku termasuk dalam deretan daftar orang yang akan diberangkatkan ke kota suci Karbala, diri ini tidak bisa menahan air mata haru, air mata mengalir begitu saja dari kelopak mata ini, tanpa bisa kutahan. Aku sempat bersedih hati, ketika dikabari bahwa namaku ternyata hanya berada dalam daftar kelompok cadangan, yang hanya bisa berangkat jika salah satu dari kelompok inti ada yang mengundurkan diri. Tangisanku semakin memuncak, harapan untuk mengusap bumi Karbala seakan mundur beberapa langkah dari diriku. Tapi Aku tak ingin berputus asa, hari-hari selanjutnya Aku isi dengan terus berdoa, semoga maulaku al Husain as tidak membatalkan undangannya untuk jiwa yang berlumur dosa ini. Terus kupanjatkan berbagai do’a, bermunajat di sudut hati, mengadu pada kekasih kalbu hingga ijabahNya menyerbak, menghembuskan kabar cinta, menghantarkan undangannya kembali. Sujud syukur pun kupanjatkan. Alhamdulillah, harapan telah terijabah dan Aku tidak mampu menahan haru ketika bersama para peziarah lainnya memasuki kota Karbala. Air mata sedemikian deras mengucur ketika membaca tulisan “Welcome to Karbala”. Ya Allah, akhirnya Aku benar-benar telah berada di salah satu kota suci-Mu.
Ku ucapkan banyak terimakasih atasmu karna engkau telah mengundang diri yang berlumuran dosa ini.....
Pada saat Ustadzah yang mendampingi kami memperlihatkan sebuah sungai yang luas, beliau pun memberitahukan kepada kami bahwa sungai tersebut adalah sungai Eufrat. Hatiku bergumam, sungguh kejam para musuh al Husain yang tidak memberikan setetes air pun untuk pangeran kami al Husain dan keluarganya,
18
sementara sungai tersebut sedemikian luasnya. Setelah kami membersihkan diri, kami berkumpul untuk mengunjungi makam pangeran kami, al Husain dan al ‘Abbas. Kaki memijak bumi suci safarmarwanainawa bainul Haramain. Sejenak berkumpul mengenang tragedi, butir-butir pasir seakan turut berhikayat. Terlihat pancaran keemasan kubah purnama keluarga Hasyim. Lututku tertunduk lemas terpaku memandanginya. Kami masuk ke dalam haram Abu al Fadhl al ‘Abbas. Kaki tergetar melangkah memasuki pintu haram al Abbas, air mata terjatuh. Sungguh tak pernah kusangka bahwa diri ini akhirnya bisa sampai di pintu haram sosok yang menjadi figurku selama ini. Haram Abu al Fadhl al ‘Abbas. Al ‘Abbas telah memanggil diri yang berlumur dosa ini, haram sungguh sangat ramai oleh orang-orang yang haus akan syafaat dari beliau. Seakan tak percaya, saat tanganku menggapai pagar suci zarih purnama Bani Hasyim. Tanganku kini menggapai pagar suci ini seakan-akan beliau sedang menyambut tangan kotor ini, air mata ini kembali terjatuh. Berbekal izin dari Sang purnama hati, kami pun beranjak menuju pusara suci cucu kesayangan Nabi Saww. Sungguh, diri ini seakan terkejut ketika langkah ini menelusuri setapak demi setapak haram maula kami. Air mata tak tertahan lagi, Aku menangis sejadi jadinya. Khayalku kembali jatuh pada tragedi karbala, berbagai perasaan kembali berkecamuk dalam benakku. Terlintas dalam pikiranku perasaan takut apabila diri ini menjadi pengkhianat al Husein dan para keluarganya, takut jika al Husein tidak menengok padaku pada saat itu, takut al Husein tidak mengizinkanku mencium zarih sucinya. Semua ketakutan pun muncul dalam pikiranku. Tapi Aku selalu yakin bahwa al Husein akan menoleh pada pencintanya yang dhaif ini. Haram suci putra az-Zahro' penuh oleh para peziarah, hingga sulit bagiku untuk menggapai dan mencium makam suci al Husein. Dan saat Aku berada disisi zarih, ingin mencium makam itu terbesit dalam pikiranku ''siapakah diri ini yang berani mencium makam suci beliau?!'' Aku pun mengulurkan niat, sadar akan lumuran dosa di sekujur tubuh ini. Keberanianku belum muncul saat itu, rasa bersalah dan ketakutan selalu membayangi diriku, selalu saja tersungkur saat Aku ingin menggapainya, Aku tak sanggup. Saudariku akhirnya menuntunku untuk bisa mencium pusara maulaku. Tersadar tanganku telah menggenggam jeruji zarih Imam-ku. Hanya menangis dan terus menangis, hingga khadem penjaga makam menarik tanganku tuk segera melepaskan genggamanku. Ingin rasanya kuberontak, namun kusadar akan keegoisan ini lalu kulepaskan dengan berat hati, kubiarkan para pecinta yang lain meraih ma'syuqnya. Aku pun berlari, dan terjatuh tersungkur di pelukan saudariku, karena tak tahu harus ke mana. Kuterus menangis dan menangis dalam pelukannya. Masih dalam isak tangisku, aku pun kembali menuju maula berpamit diri dan kucium pusara ini untuk yang terakhir kalinya. Salam atasmu wahai pahlawan Karbala.... 19
Izinkan kami untuk bisa berziarah ke makam suci mu ... Kami pun kembali ke tempat peristirahatan, terkejut saat mengetahui bahwa semua makanan dan tempat tinggal itu adalah pemberian dari al Husein. Tak bisa kubayangkan betapa haru menyelimuti diri saat itu. Salam sejahtera atas mu ya Aba Abdillah... Setelah beberapa hari aku bermukim di Karbala, datang juga saatnya untuk kami mengunjungi makam suci ayahanda Imam Husein, Imam Ali Karamallaahu Wajhahu. Akhirnya, kami berangkat dan dengan berat hati meninggalkan kota tempat Imamku terbantai. Setelah dua jam kemudian, kami sampai di kota Najaf. Air mataku kembali mengalir, kota ini amatlah kotor penuh dengan debu, hatiku teriris. Kami sampai dan mencari tempat peristirahatan, setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju pusara Amirul- mu'minin. Sesampainya di depan makam Imam Ali as, hati ini tak sanggup menahan deraian air mata yang sudah terbendung, suasana di tempat ini sangat hangat dan penuh dengan kasih sayang. Hati ini terasa nyaman dan ingin berlama-lama disana. Hanya waktu yang tak memihak pada kami, karena pimpinan rombongan khawatir akan terjadi sesuatu pada kami. mungkin dikarenakan minimnya keamanan kota tersebut. Harum makam Imam memiliki khas tersendiri berbeda dari wewangian makam-makam suci lainnya, wanginya begitu lembut. Wahai Imam ku, berilah kami syafaatmu.... Hari terakhir pun tiba, dan kami harus segera beranjak dari kota tersebut. Kepala rombongan mengabarkan bahwa seluruh jamuan makanan untuk kita adalah dari haram Imam Ali. Lagi lagi kumenangis dan menangis, sungguh waktu itu terasa cepat sekali. Wahai Imamku izinkan kami untuk berziarah ke makam suci mu kembali..., Jangan palingkan wajah sucimu kepada kami..., sungguh diri ini tak tau harus bagaimana ketika engkau memalingkan wajah sucimu... Selamat tinggal kota tempat pintu ilmu Nabi,,, Akhirnya kami berangkat dari najaf ke Kadzhimain, Kadzamain adalah makam Imam Musa al-Kadzim dan Muhammad al-Jawad. Ketika kusampai di sana, sungguh kota itu sangat bersih dipenuhi dengan hehijauan. Akan tetapi negara itu sangatlah tidak aman, kami sampai di tempat peristirahatan kira kira jam 8 malam, waktu yang 20
sangat mepet sekali, karena kami harus ke makam Imam dan pada petang hari kami harus kembali ke kota Qom tercinta, setelah kami bersiap-siap untuk berangkat ke makam Imam, kami menunggu beberapa saat karena kepala rombongan kami harus melihat kondisi di luar, aman atau tidak kah untuk kami, setelah kami menunggu beberapa jam sampai juga waktu untuk kami berangkat menuju ke makam Imam suci kami, tapi waktu sangat mepet sekali, kami berangkat sekitar pukul 11 malam dan kota kadzimain tepat jam 12 malam masyarakat diharuskan tidak berada di luar rumah, sungguh ketika kumelewati jalanan menuju makam Imam, hati ini sangat sedih karena makam suci Imam berdekatan dengan pasar pasar .Kami pun sampai di gerbang suci Imam kami, tak terasa air mata ini jatuh dengan sendirinya tanpa kusadari. Kami masuk ke dalam makam suci Imam dan setelah beberapa menit kemudian terdengar suara bahwa rombongan madrasah Bintul Huda berkumpul di halaman Imam. Setelah mendengar pengumuman tersebut, hatiku menangis karena diri ini belum puas untuk berziarah di sana. Aku pun keluar dengan kaki yang sangat berat, aku tak mempedulikan mereka berbicara apa karena aku ingin sekali menghabiskan waktuku di dalam sana. Aku terkejut akan suatu pembicaraan dari orang penjaga Imam, bahwa kami akan masuk ke dalam setelah semua orang beranjak dari dalam Imam, Imam mendengar permintaanku. Jam 12 pun tiba, kami bergegas masuk ke dalam, tak kusangka kami menjadi tamu istimewa dari Imam Musa al Kadzim dan Imam Muhammad al Jawad. Diri yang kotor ini tak sanggup menahan deraian air mata yang sudah tak tebendung lagi. Aku duduk di kaki makam Imam-Imamku, kumenangis sejadi-jadinya. Aku bisa melihat jelas bahwa makam Imam Musa dan makam Imam Jawad berdekatan. Waktu pun tak terasa berjalan dengan cepatnya dan kami pun dengan berat hati harus melepaskan makam Imam suci kami. Tak terasa malam berganti dengan cepatnya, pagi hari kami pun kembali ke haram Imam suci kami untuk berziarah yang terakhir kalinya. Salam sejahtera atasmu wahai Imam Musa Al Kadhzim....... Salam sejahtera atasmu wahai Imam Muhamad Al Jawad…. Ku ucapkan banyak terimah kasih atasmu karna engkau telah mengundang diri yang berlumuran dosa ini..... Semoga para Imam berkenan mengundang kita semua untuk berziarah ke makam Imam suci kami.....Amin ya Rabbal ‘Alamin.......
21
Sekolah Rakyat Cakrawala; Menyelaraskan Cinta dan Pengetahuan Mengutip ucapan Harold Hulbert, seorang psikiater ternama, kami memulai berinspirasi tentang sebuah konsep sekolah. Kami percaya, bahwa anak-anak berhak mendapatkan cinta, agar kelak mereka tumbuh dengan kemanisan cinta dan mereka akhirnya belajar berkasih-sayang untuk orang-orang di sekitarnya. Sebab, anakanak yang dibesarkan dengan kebaikan, maka mereka akan tumbuh dengan perbuatan baik. Begitupun sebaliknya, anak-anak yang dibesarkan dengan keburukan (kekerasan), maka mereka pun akan tumbuh dengan perbuatan yang buruk. Demikianlah harapan kami, untuk anak didik yang bernaung di Sekolah Rakyat Cakrawala. Penggagas Sekolah Rakyat Cakrawala (SRC) adalah beberapa aktivis perempuan. yang pada awalnya hanya merupakan gagasan sederhana saja. Gagasan ini lahir dari keprihatinan melihat begitu banyak anak-anak usia prasekolah maupun usia sekolah berkeliaran di sekitar pertokoan di kawasan Tamalanrea, Makassar, saat teman-teman sebaya mereka sedang mengikuti proses belajar di sekolah. Dari gagasan tersebut, kemudian bermetamorfosa menjadi sebuah wadah pendidikan. Wadah ini tidak serta-merta lahir sebagaimana sekolah pada umumnya. Beberapa persiapan awal pun dilakukan, semisal mendamaikan kecurigaan masyarakat kepada sekolah karena seringnya masyarakat di sekitar menjadi korban janji-janji politik atau orang-orang yang memiliki kepentingan sehingga sekolah pun menjadi sasaran firasat buruk mereka. Penggalangan dana untuk memenuhi kebutuhan dasar sekolah seperti peralatan tulis menulis, pembenahan tempat belajar, persiapan mengajar bagi para guru berdasarkan kapasitas keilmuannya, dan pendataan selama berminggu-minggu tentang kondisi keluarga anak-anak tersebut, sampai pada alasan mengapa mereka tidak Program SRC : memedulikan persoalan sekolah pun tidak luput dari perencanaan. Dari pendataan tersebut, diperoleh fakta bahwa sebagian besar PROGRAM JANGKA dari mereka adalah anak putus sekolah dan sebagian lagi sama PENDEK sekali tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah. Yang lebih memilukan adalah sebagian dari mereka memiliki orang tua, PROGRAM JANGKA penderita dan mantan penderita kusta. Dan alasan memereka tidak PANJANG mementingkan pendidikan, karena persoalan ekonomi keluarga yang pas-pasan, lalu menuntut sang anak menjadi salah satu tulang punggung keluarga. Di samping itu, pengetahuan orang tua mereka juga sangat kurang tentang pentingnya pendidikan sebab mereka kebanyakan tidak pernah mengenyam bangku sekolah, kalaupun ada, palingan hanya sebatas bangku sekolah dasar. Akhirnya, anak-anak usia sekolah tersebut memenuhi pertokoan dan bertebaran di lampu merah untuk mencari nafkah. Keberadaan mereka di seputar pertokoan adalah menawarkan jasa angkat 22
barang atau hanya sekedar meminta belas kasihan para pembeli, atau mengamen yang juga telah lebih dahulu dilakoni oleh beberapa dari orangtua mereka di tempat yang berbeda. Pun tak jarang diantara mereka, bersikap dan berbicara kasar sebagai konsekwensi hidup di lingkungan yang keras. Kita memiliki waktu seumur hidup untuk bekerja, namun anak-anak hanya memiliki sekali masa kecil. Olehnya itu, masa kecil tersebut harus diisi dengan pelajaran-pelajaran hidup yang bermanfaat untuk masa depan mereka. Kekhawatiran akan masa depan anak-anak inilah yang memotivasi para pendiri sekaligus pengelola bersamasama dengan para pengajar untuk konsisten meluangkan waktu membangun generasi bangsa. Inilah sepotong cinta yang coba kami berikan pada mereka yang terenggut haknya oleh beban hidup. Kami yakin, bila mereka diberi kesempatan yang sama seperti anak-anak lainnya, maka mereka akan mampu menjadi generasi yang tangguh, berakhlak, dan menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat. Pada tanggal 10 Juni 2006, SRC resmi didirikan. SRC pada awalnya mengumpulkan anak-anak jalanan dan pemulung berusia 7 sampai 13 tahun yang berjumlah 15 orang. Mereka diajarkan membaca dan menulis, pendidikan akhlak, serta dibekali keterampilan yang dapat mereka aplikasikan langsung. Seiring waktu berjalan, pembenahan kurikulum SRC pun mengalami perbaikan. Aspek legalitas sekolah juga tak lepas dari perhatian pengelola dan alhamdulillah sejak tahun 2010 SRC terdaftar di Dinas Pendidikan (Diknas) kota Makassar. SRC menumpang digedung Panrita IJABI Sulawesi Selatan karena belum memiliki gedung sendiri. Program SRC terdiri dari: PROGRAM JANGKA PENDEK I. Program Pendidikan 1. Kelompok Bermain/ Pendidikan Anaka Usia Dini (PAUD) untuk usia 4 – 6 tahun. 2. Kelas Regular (memberi pendidikan paket untuk anak putus sekolah) untuk usia SD – SMP 3. Kelas Membaca Anak dan Orang Tua II. Program Pemberdayaan Ekonomi 1. Kelas Lifeskill 2. Tabungan dan Bantuan Modal Usaha PROGRAM JANGKA PANJANG 1. Be my parent Program be my parent adalah program yang akan menghubungkan orang tua asuh dengan anak asuhnya. Anak asuh yang dimaksud adalah anak-anak yang membutuhkan sokongan finansial untuk melanjutkan pendidikan di sekolah formal. Peran sekolah hanya menjadi kontrol keuangan yang akan menyampaikan kebutuhan anak asuh kepada orang tua asuhnya. 23
2. Save the children Save the children merupakan program pendampingan bagi anak-anak yang berada di sekitar lingkungan sekolah. Program ini merupakan program yang dirancang sebagai penyambung masalah krusial yang dihadapi anak-anak dengan pihak donatur ataupun pihak pemerintah untuk menanggulangi. Di antaranya masalah kesehatan dan masalah perlindungan hak anak. Untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) telah meluluskan 5 angkatan berjumlah kurang lebih 100 orang, dengan 4 orang tenaga pengajar dari berbagai universitas di Makassar, dan tiga tenaga asisten guru (Shadow teacher) yang merupakan anak binaan dan siswa awal di SRC. Untuk program Be my Parent, kami memiliki 4 anak dampingan (3 anak sedang duduk di kelas 3 SMP, dan seorang lagi kelas 1 SMK). Kelas life skill sedang memberikan keterampilan berbahasa Inggris dan komputer untuk anak-anak di sekitar lingkungan sekolah, untuk mengisi waktu sore mereka. Kegiatan ini berlangsung 3 kali seminggu dengan jumlah siswa 15 orang. Kelas membaca terbuka setiap kali selesai semester dan pasca penamatan agar waktu libur tidak sia-sia, menampung alumni PAUD dari berbagai angkatan yang belum lancar baca tulis abjad dan Al Quran. Pun, untuk program tabungan dan bantuan modal usaha, sampai sekarang masih berjalan, dan alhamdulillah anak-anak PAUD sangat antusias dengan program ini. Setiap paginya, mereka selalu menyisihkan sebagian uang jajannya untuk ditabung, pun dengan beberapa orang tua yang juga ikut serta, meski awalnya mereka tidak tertarik dengan program ini. Walhasil, setiap penamatan sekolah, banyak diantara mereka dapat merasakan manfaat menabung dengan tanpa sadar mengumpulkan nominal yang terbilang banyak. Dengan motto, “Cerdas dengan hati nurani.” Kami berusaha mewujudkan sebuah sistem pendidikan yang berprinsip: Dari orangtua anak-anak mengenal kebiasaan, nilai, budaya dan karakter. Sekolah membantu menyelaraskan hal itu dengan pendidikan terencana. Mengajarkan anak-anak untuk mempercayai nurani mereka, dengan cara mendengarkan kata hati dan menghargai perasaannya. Hal terbaik yang dapat diberikan kepada anak-anak selain tingkah laku yang baik adalah kenangan yang indah. Demikianlah, sepotong asa dari Sekolah Rakyat Cakrawala. Semoga bermanfaat dan doakan kami tetap istiqomah. [Muchniart AZ]
24
Wawancara
IBU DARI TIGA ORANG SYAHID Berikut kami ingin mengajak teman-teman untuk mengenal sosok seorang ibu yang berhasil mendidik anak-anaknya menjadi pejuang-pejuang Islam dan syahid di jalan-Nya. B : Suami dan semua putra saya ikut serta dalam peperangan kecuali anak pertama saya karena keadaannya kurang baik. Mereka yang pergi berperang adalah Muhammad Ridha, Abdul Jalil Karkub zadeh, Khalil Karkub Zadeh dan Manshur. Diantara mereka, Manshur paling kecil. Usianya saat itu baru 12 tahun. Khalil pada tahun 1359 HS (1980 M) syahid dan pada tahun berikutnya 1360 HS (1981) Jalil menyusul saudaranya. Sedangkan Manshur sampai sekarang tidak diketahui kabarnya. Dan putri saya yang bernama Habibah dikarenakan bahan kimia yang diidapnya telah meninggal dunia.
A : Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh B : Wa’alaikum salam warahmatullahi wa barokatuh A : Senang sekali kami bisa bertemu dan berbincangbincang dengan anda, jika tidak keberatan bisakah anda memperkenalkan diri secara singkat? B : Nama saya Zahra Karkub Zadeh. Sekarang usia saya 80 tahun, keluarga kami berasal dari Abadan, salah satu pusat daerah pertempuran dan sekitar tahun 1365 HS (bertepatan dengan tahun 1986 M) kami pindah ke Qom. A : Berapa putra putri anda?
A : Bagaimana dengan Muhammad Ridha dan suami anda?
B : saya dan suami, Khada Dadi Karkub Zadeh dikaruniai sembilan anak, 5 laki-laki dan 4 perempuan. Namun sekarang tinggal lima orang, dua laki-laki dan tiga perempuan.
B : Kami masih diberi kesempatan untuk hidup bersama usai perang. Beliau pulang bersama Muhammad Rhida. Namun sakit yang dideritanya akibat perang telah mengantarkan ia menemui ketiga anaknya. Sekitar dua tahun yang lalu saat
A : Bisakah anda menyebutkan nama anakanak anda yang syahid?
25
sakitnya telah parah, ia hanya terbaring di tempat tidur dan enam hari setelah rahbar Ayatullah Khamenei menjenguknya, ia pergi untuk selamanya.
yang sulit bagi kita. Melalui Imam Makshum as yang mempunyai kedudukan tinggi disisi Allah swt semua yang mungkin itu bisa terjadi. Begitu banyak Allah memberikan nikmat kepada kita yang tidak akan mungkin bisa dibalas. Keyakinan saya para syuhada dan Makshumin as itu hidup dan mendengar perkataan kita.
Sedangkan Muhammad Ridha, semasa perang sudah 4 kali mengalami luka parah dan keluar masuk rumah sakit. Tapi setiap keluar rumah sakit, ia kembali ke medan perang. Pernah suatu saat lukanya sangat parah, satu matanya masuk kedalam sedang mata sebelahnya bengkak keluar sebesar telur, kepala dan dadanya pun nyaris hancur. Saya tahu jika dia bisa bertahan hidup tentunya dalam keadaan cacat. dokter pun tidak bisa memberikan harapan apa-apa kepada kami, kecuali jika ada mukjizat mungkin Muhammad bisa sembuh. Saat itu bertepatan dengan pemilu yang dimenangkan oleh Ayatullah Khamenei dan saya pun memilih beliau sebagai presiden. Saya bertawasul lewat beliau dan saya katakan, anakku pergi berperang untuk membela agama dan bangsa ini, jika Allah swt ingin mengambil anakku saya tidak punya alasan untuk
A : Dimana suami dan kedua putra anda dimakamkan? B: Jalil dan Khalil dimakamkan di Abadan, gulzar shaheb az zaman, begitu juga ayahnya walau pun beliau meninggal di Qom namun dimakamkan di Shaheb al Zaman. A: Bagaimana putri anda ‘Habibah’ bisa mengidap bahan kimia hingga menyebabkan dia meninggal? B : Saat di Abadan, semua daerah tidak lepas dari amukan perang. Oleh karena itu bahan kimia yang digunakan untuk berperang pun merabah kedaerah-daerah. Dan putri saya termasuk yang terkena parah. Saya sendiri, karena selalu mencuci dengan tangan baju-baju suami dan anakanak selepas
menahannya. Namun jika engkau biarkan dia hidup dalam keadaan cacat seperti ini saya akan melaknatmu. Saya minta maaf berkata seperti ini Rahbar. Tapi engkau bisa melakukan sesuatu untuk kami. Dengan ini beliau mengirim kakeknya, Imam Ridha as dan dengan syafaat beliau Muhammad sembuh dan kembali lagi berperang sampai Iran menang. Dan sekarang dia masih hidup dan tinggal di Zanbil Abad bersama keluarganya.
perang tanpa saya sadari saya pun terkena bahan kimia yang melekat di baju-baju mereka. A :Apakah anda yang mengirim mereka pergi untuk berperang?
A: Yakni Muhammad sembuh normal seperti sedia kala?
B : Tidak, mereka sendiri yang mempunyai kemauan untuk pergi berperang. Keluarga kami adalah keluarga syuhada. Rumah kami adalah medan perang.
B : Iya, bahkan dia kembali pergi berperang. Mudah bagi Allah swt untuk melakukan sesuatu
26
hidup sampai masa kemenangan, karena Allah swt lebih tahu dimana yang terbaik bagi kita. Mereka tertinggal hingga bisa berkhidmat pada Negara ini. Namun ada juga yang tidak pergi berperang. Sama seperti zaman Iman Husain as, mereka yang tidak ikut berperang, menyesali dan meratapi kesalahannya namun tidak ada guna penyesalan.
A : Bagaimana anda bisa mengizinkan mereka pergi dengan mudah sedangkan anda tahu perang artinya siap dengan kehilangan? B : Kenapa tidak? Mereka pergi untuk menziarahi Imam Husain as, berkumpul bersama para syuhada karbala. Mereka diundang, mereka orang-orang pilihan Allah swt. Kenapa harus tidak diizinkan?
Ada pun saya dalam mendidik anak-anak, sangat sederhana. Bagi saya yang terpenting adalah akhlak. Saya tidak mudah memberi janji kepada anak-anak tapi selalu melakukan apa yang saya katakan kepada kereka.
A : Bagaimana perasaan anda dengan kesyahidan putra-putra anda? B : Semua orang akan meninggal dunia, sebagian karena sakit, sebagian lagi karena kecelakaan dan lain sebagainya. Namun sangat beruntung mereka yang meninggal dengan jalan syahid. Mereka mulia disisi Allah swt. Allah swt mencintai mereka hingga mereka syahid dijalan-Nya.
A : Bagaimana anda menanggung kesedihan terhadap Manshur yang hilang sampai saat ini? B : Jangan pernah katakan kalau mereka yang pergi berjuang dan tidak kembali lagi itu syahid yang hilang atau syahid tanpa nama (ghomnam). Nama mereka tinggi disisi Allah swt, bukan tidak bernama. Kedudukan mereka tidak bisa dikiaskan dengan kata-kata atau hanya sekedar sebutan. Mereka tidak hilang, mereka ada disisi Allah swt pada tempat yang mulia. Insya Allah Manshur kembali datang bersama imam Zaman ajf.
A : Walau pun hidup di zaman perang, namun tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk bisa syahid dijalan Allah swt. Hanya orang-orang yang siap dan layak yang mendapatkan karunia ini. Dan tentunya peran ibu sebagai murabbi sangat penting dalam hal ini. Yang ingin saya tanyakan adalah, bagaimana anda mendidik anak2 hingga mempunyai kelayakan syahid di jalan Allah swt?
A : Apa pesan anda untuk kami dan generasi muda khususnya? B : Hendaknya kalian selalu bersama wilayah, jika kalian bersama wilayah berarti kalian bersama Tuhan. Jaga apa yang telah diperjuangkan oleh para syuhada. Pertahankan, bela dan istiqomah.
B : Mereka syahid, Allah sendiri yang mendidiknya, seolah mereka terlahir untuk berperang. Seandainya mereka terlahir dizaman Imam Mahdi ajf, maka merekalah yang akan menjadi pembelanya. Semua pejuang Islam adalah kekasih Allah swt. Allah swt mencintai mereka hingga memasukkan kecintaan syahid di jalan-Nya. Adapun jika sebagian mereka ada yang tetap
[ Hanif ]
27
Menangis Berdampak negatifkah? Anjuran untuk menangis memang ada dalam beberapa hal dalam kepercayaan kita. Satu diantaranya bersedih di hari-hari Muharram dan Arba'in, sebagaimana anjuran dari riwayat-riwayat para maksumin. Dari ini, apakah terlalu banyak menangis memberi dampak negatif untuk kesehatan jiwa ataupun raga? Lalu mengapa islam mengajarkan kita untuk bersedih?. Pertama, kita lihat dari sebab dan seperti apa tangisan tersebut. Ketika iman seseorang sedang lemah dan karena sebuah kekecewaan, frustasi, atau kehilangan masalah duniawi dia menangis disertai dengan depresi dan stress yang berkepanjangan diteruskan dengan mengurung diri, menyakiti atau menyiksa dirinya dengan mogok makan atau sejenisnya, hingga sampai tahap terlintas adanya niat untuk mati, kesedihan yang semacam ini bisa mengganggu ruh seseorang yang berujung pada kekacauan jiwa. Dan hanya sebagian kecil yang berpendapat bahwa menangis dalam kondisi ini bisa melepaskan stress dan tekanan batin saat depresi. Namun ketika seseorang banyak menangis dalam pengakuan dosa, rasa sesal yang positif, ataupun berduka yang didasari oleh sebuah kepedulian, cinta dan keterikatan batin dengan orang yang meninggalkannya tanpa disertai dengan tanda-tanda sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, tangisan ini mampu menguatkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kejiwaan. Dan merupakan semacam nutrisi penting bagi ruh yang mengokohkan iman dan menerangi hati. Tentang hal ini Imam Shadiq AS bersabda : "Cahaya dalam hati akan ditemukan dengan berfikir dan menangis,...". ~Mustadrikul
Wasail, jil.12, hal.173. Satu lagi dari keutamaan menangis. Menangis juga sebuah wasilah untuk mendekatkan diri pada Allah. Sebagaimana Imam Baqir AS berkata, tentang firman Allah kepada Nabi Musa AS :
28
"..., Hai Musa, sampaikanlah pada kaummu yang diantara mereka sedang berusaha mendekatkan diri padaKu, bahwa apabila mereka berusaha tanpa (disertai dengan) tangisan karena rasa takut padaKu maka mereka belumlah dekat padaku...," lalu menambahkan : "..., sesungguhnya mereka yang berusaha mendekatkan diri pada Ku dengan (disertai dengan) tangisan karena takut pada Ku, mereka berada di a'la "illiyyin (setinggi-tingginya tempat) dan tidak seorangpun yang menyaingi mereka dalam (tingkatan) ini". ~Tsawabu l a'mal, jil.1, hal.205. Menangis untuk imam Husain merupakan sebuah ekspresi rasa duka, prihatin, atas dasar cinta dan keterikatan batin atau bentuk simpati atas perjuangan Aba Abdillah di medan Karbala. Hal ini banyak dianjurkan dalam riwayat para ma'shumin bahwa menangisi Imam Husain AS banyak dianjurkan dan barang siapa yang menangis untuk Imam Husain akan mendapatkan banyak pahala dan berkah spiritual yang berpengaruh khusus bagi kejiwaan mereka. Ayatullah Jawadi Amuli dalam sebuah pidatonya tentang keutamaan menangis untuk Imam Husain;, menurut penuturan populer hadzrat Sukainah SA ketika berada disamping tubuh suci Al Husain dia diperintahkan untuk menyebarkan satu prinsip umum bahwa setiap terjadi peristiwa pahit buatlah itu menjadi alasan untuk menangisi kepergianku. "..ب أَو َش ِهي ٍد فَاندبُوني ٍ س ِمعتُم ِبغ َِري َ "َأو Dengan demikian, prinsip umum ini adalah ketika terjadi insiden pahit dan tidak menyenangkan kita jadikan alasan untuk menangis mengenang tragedi para syuhada, dan bukan berduka hanya untuk meringankan perasaan mereka. Dalam penuturannya beliau melanjutkan, Syahidussyuhada mengatakan "أَنَا َقتِي ُل "برة َ ال ِعyang berarti bahwa aku syahid dalam pemberantasan dengan tujuan mengembalikan kebenaran dan merobek kepalsuan. Ini adalah salah satu ibarat yang apabila para pecinta AlHusain mendengarnya mata mereka akan basah diliputi duka. Tradisi menangis ini mempunyai banyak pengaruh diantaranya memperbesar kecintaan kaum muslimin pada ahlulbait. Dan orang-orang yang sangat mencintai ahlulbait tidak akan sekalipun meninggalkan kecintaan mereka karena penggerak anggota badan mereka adalah hati dan kecintaan telah meliputi hati mereka. Dan hati para pencinta alHusain akan mengarahkan seluruh anggota badannya ke arah shiratul mustaqim. Apa yang tertulis diatas hanya sebagian dari manfaat menangis bagi spiritual, fisik, dan batin manusia. Dan lebih khususnya menangis juga memberikan pengaruh khusus bagi kehidupan didunia dan diakhirat nanti. 29
Hikmah Abadi Revolusi Imam Husain”
“
Judul
: Hikmah Abadi Revolusi Imam Husain
Penerbit
: Sadra Press
Tahun terbit : 2013 Bulan Muharram, yang merupakan bulan terjadinya tragedi paling memilukan dalam sejarah umat Islam yang menurut Ahmad Syafi’i Ma’arif tragedi kemanusiaan yang menyesakkan nafas, yakni syahidnya Imam Husain dalam pembantaian oleh penguasa otoriter dan dhalim Yazid bin Muawiyah dari Dinasti Bani Umayyah, Sadra Press menerbitkan buku baru berjudul “Hikmah Abadi Revolusi Imam Husain”. Buku ini terutama adalah upaya, seperti kata Rumi, untuk melihat Karbala dengan memusatkan perhatian kepada Imam Husain, pusat agung dari semua peristiwa ini. Kepada teladan kecintaan sempurna kepada Tuhan dan penyangkalan diri habis-habisan di hadapan-Nya. Bukan kepada peperangan, pertumpahan darah, kejahatan, kekejaman, kehewanan, dan kenafsu ingin membalas dendam. Buku ini adalah tentang kita belajar cinta kepada Tuhan, dari Tuan -nya para Penghulu Syuhada ini. Seperti Iqbal saja, kita berkata: Peran Husain di karbala begitu agungnya sehingga Ia memupuskan gagasan-buas tentang kekejaman dan keberdarah-dinginan. Penulis juga akan membahas pemikiran beberapa tokoh-tokoh Indonesia dalam Buku ini, buku ini juga mengulas secara komperhensif tentang Asyura dalam berbagai perspektif; historis, sosio-kultural, politik, religi-teologis & tentunya filosofis-sufistik. Sehingga, Asyura sebagai salah satu khazanah penting dalam sejarah peradaban Islam bisa digali pesan dan makna universalnya guna dikontekstualisasikan, direlevansikan dan tentunya diaplikasikan bagi umat Islam di Indonesia saat ini. Agar kita tak hanya terjebak dalam romantika sejarah dan ritualitas peringatan Asyura semata, tanpa mengurangi bobot pentingnya itu sebagai momentum refleksi. Juga, agar 30
pesan universal Asyura tak hanya dipetik oleh umat Islam (apalagi hanya penganut Syiah), melainkan lintas agama dan bangsa. Buku “Hikmah Abadi Revolusi Imam Husain” memuat 16 tulisan dari 16 tokoh Indonesia yang kompeten di masing-masing bidang kajiannya. Sehingga, tulisannya bukan hanya relevan dengan konteks keindonesiaan, tapi juga kompeten sebagai sebuah karya. Berikut ini ringkasan beberapa tulisan dari tokoh-tokoh tersebut yang termuat dalam buku “Hikmah Abadi Revolusi Imam Husain”: 1. Sayyid Abbas Salehi mengawali esai-esai dalam buku ini dengan menulis prolog tentang sosok Imam Husain ssebagai pribadi kecintaan Nabi. Ia juga menulis sosok Imam Husain dalam kacamata kenabian.
bagi penerasan prinsip Islam itu. Agar prinsip Islam itu tak justru memberi kesan buruk bagi Islam. 5. Dr. Fanaei Eskhavari menegaskan tentang dua dimensi (intelek & emosional) yang terkandung dalam gerakan Imam Husain dengan menekankan bahwa intelek adalah basis bagi ekspresi emosi.
2. Abdul Hadi W.M menulis tentang bagaimana epos Asyura digunakan sebagai media pembelajaran prinsip iman & moral Islam. Yang kemudian menjadi bagian penting penyebaran Islam di Nusantara. Ia juga menulis hikayat-hikayat budaya Melayu yang memperingati kesyahidan Imam Husain, khususnya di Indonesia.
6. Husain Heriyanto mendemonstrasikan karakter rasionalitas & universalitas revolusi al-Husain melalui telaah logika-filosofis bahwa revolusi & syahidnya Imam Husain adalah keniscayaan sejarah untuk menjaga Islam dari kepunahan.
3. Musa Kazhim menguak rahasia aspek tempat & waktu yang dipilih Imam Husain dalam gerakan penyelamatan Islam di Karbala. Terpilihnya Karbala, misalnya, yang adalah wilayah tertua dalam sejarah peradaban manusia yang menyiratkan pesan bahwa misi Imam Husain lintas waktu.
ketika cinta sudah bersemi, ia akan menyelimuti hati, sehingga tak ada ruang untuk selainnya, apalagi benci.
7. Gerardette Philips & Husein Shahab sajikan analisis psiko-sufistik dengan menyatakan gerakan al-Husain sebagai bentuk riil perjalanan spiritual dengan kesempurnaan cinta ilahiah berupa penyerahan diri total pdNya.
8. Nanang Tahqiq memaparkan tentang Imam Husain di mata Muslim Indonesia, khususnya kalangan Sunni, yang ternyata jika disadari bisa jadi peluang persatuan Sunni-Syiah.
4. Amsal Bakhtiar & Husein al-Kaff mempresentasikan klarifikasi & penjelasan prinsip Qur’an & hadist yang terkait dengan ajaran amar ma’ruf-nahi munkar, jihad & syahadah yang semuanya adalah pesan penting syahidnya Imam Husain. Mereka menegaskan bahwa gerakan Husain adalah model yang benar
9. Aan Rukmana tegaskan bahwa revolusi Al Husain telah berhasil kembalikan sesuatu 31
yang hilang dari peradaban modern yang sekular, yakni spiritualitas.
13. Alef Theria Wasim melihat tragedi Karbala dalam perspektif & analisis psikoreligio-sosio-kultural.
10. Dede Azwar Nurmansyah menulis tentang kilasan tatapan moral & fenomenologi massa dalam tragedi Karbala. Secara filosofis, ia menjelaskan tentang Asyura sebagai simbol pertarungan “yang baik” & “yang jahat”, serta bahasa nalar alHusain & kebisingan massa yang semu.
14. ‘Abdillah Baa’bud menulis aspek historis dari tragedi Karbala, guna mencatat & memetik hikmah-hikmah yang berserak, khususnya dalam riwayat tentang Asyura. Akhirnya, Haidar Bagir menutup buku ini dengan epilog tentang Karbala sebagai padang cinta & al-Husain sebagai imam cinta. Sesuai dengan misi Islam sebagai agama cinta. Bahkan peperangan dilakukan karena kecintaan pada kemanusiaan & musuh itu sendiri karena telah menganiaya diri (fitrah)-nya sendiri. Bukan karena kebencian. Bagi Haidar, ketika cinta sudah bersemi, ia akan menyelimuti hati, sehingga tak ada ruang untuk selainnya, apalagi benci.
11. Ihsan Ali-Fauzi membahas tentang ketaklekangan Asyura dalam ruang maupun waktu yang paradigmanya menjadi spirit revolusioner & sumber protes kaum Syiah atas segala kesumbangan. 12. Subhi Ibrahim menyoroti aspek politik dari kebangkitan Imam Husain, yakni revolusi dan syahadah.
32
Asyuro Ribuan tahun telah mati.... Tapi teriakan , tangisan keluarga Al-Husein tak pernah mati.. Ribuan tahun telah tergores.. Telah menggores luka dan sejarah pada Al-Husein... Hari boleh pergi dan hilang begitu saja Tapi al-husein tak pernah mati dan hilang begitu saja dalam tiap ingatan. Asyuro.. Apa yang terkata dalam kata itu?? Bukan hanya sebuah kata bukan hanya simbol sejarah... Tak mampu kugambar tak mampu ku toreh. Hanya mampu ku tangis... Asyuro...asyuro.. Setiap hari asyuro setiap bumi karbala.. Lagi lagi tak mampu ku gores... Hanya pengorbanan yang ku tahu... Duka Asyuro telah membakar setiap jiwa-jiwa pecintanya... Duka Asyuro telah meruntuhkan istana-istana durjana... Duka Asyuro telah mematahakan sendi-sendi kedzaliman.. Duka Asyuro telah menerangi jiwa-jiwa pecintanya.... Duka Asyuro telah menunjukkan antara hak dan kebathilan... Islam hanya nama tanpa Asyuro... By: Wafa'17
33
BADAN KHUSUS FATHIMIAH PERIODE 2013-2014 “Setiap kaum adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya” Fathimiah salah satu organisasi formal yang merupakan bagian dari Himpunan Pelajar Indonesia (HPI) yang memiliki peran penting dalam merekrut dan mengkoordinir pelajar-pelajar putri dan sekaligus menjadi wadah silaturahmi bagi para pelajar putri yang berada di Qom khususnya. Fathimiah pada bulan Rabiul Tsani 1422 H/2001 M dibentuk sebagai sebuah divisi dalam tubuh HPI. Lembaga ini selama perjalanannya beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 25 Juni tahun 2003 berdasarkan hasil keputusan Musyawarah Anggota (MA) HPI ke-4, Anggaran Rumah Tangga (ART) Bab II pasal 17, Fathimiah menjadi lembaga otonom (LOF) dengan tetap memiliki hubungan kerja dengan organisasi HPI. Pada tahun 2010 berdasarkan MA ke-11, ART Bab II pasal 24, status LOF berubah menjadi Lembaga Fathimiah (LF) yang bersifat ex officio pimpinan HPI. Dan pada tahun 2011 pada MA HPI ke-12, berdasarkan ART Bab II pasal 24 Lembaga Fathimiah (LF) berubah menjadi Badan Khusus Fathimiah (BKF) yang bersifat ex officio pimpinan HPI. Dan sampai pada MA HPI ke-14 pada 22 November 2013, berdasarkan ART Bab II pasal 24, Fathimiah tetap menjadi Badan Khusus HPI yang bersifat koordinatif dengan organisasi HPI yang secara struktural BKF ini merupakan pimpinan dalam kepengurusan HPI. Dalam internal HPI, BKF berfungsi sebagai bidang keperempuanan dan ditingkat eksternal HPI berfungsi sebagai organisasi putri. Dalam suatu organisasi tema kepengurusan yang bersifat umum menjadi tolak ukur bagi arah kerja organisasi tersebut. Oleh karena itu pada kepengurusan ini Fathimiah membutuhkan sebuah tema yang bersifat kondisional dan transparan untuk memperjelas arah kerja dan tujuan yang akan dicapai. Dan Fathimiah pada periode kepengurusan ini mengambil tema: “MENGOKOHKAN PERAN INTELEKTUAL DAN SPRITUAL KADER MENUJU FATHIMIAH BERKARAKTERISTIK”. Penjelasan Tema Tema kepengurusan pada prinsipnya merupakan suatu acuan dalam mengelola sebuah organisasi. Seluruh aktifitas kelembagaan akan digerakkan berdasarkan tema kepengurusan yang telah ditetapkan sesuai visi dan misi yang telah dirumuskan sebelumnya. Hal ini juga dilakukan untuk memperjelas posisi Fathimiah sebagai organisasi formal di bawah HPI, agar tidak terbawa arus dalam berorganisasi dan tetap berjalan pada arah dan tujuan yang dimaksud. Frase “Mengokohkan Peran Intelektuual dan Spritual Kader” merupakan suatu upaya untuk menguatkan identitas Fathimiah sebagai organisasi keputrian. Penggunaan kata “intelek dan spiritual” sebagai kata sifat dimaksudkan agar kerja-kerja (aktifitas) Fathimiah tidak sekedar merupakan tanggung jawab kelembagaan, akan tetapi sekaligus men-sifat-i karakter dan tindakan kader-kader Fathimiah secara individu dimana pun dan pada situasi apa pun. Karakter ini 34
diharapkan akan senantiasa melekat pada diri kader Fathimiah sebagai wujud dari tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Fathimiah dan pelajar agama. Tema tersebut berangkat dari sebuah pandangan bahwa sudah pada waktunya Fathimiah melakukan revolusi ke dalam (internal) dirinya sendiri. Mengingat sudah tiga belas tahun Fathimiah berdiri, maka sudah seharusnya Fathimiah memperkuat dan memperjelas identitas dirinya sebagai pelajar Islam dan kader Fathimiah yang merupakan lembaga keputrian di bawah HPI. Oleh karena itu, agenda-agenda yang akan di usung Fathimiah difokuskan pada penguatan intelektual dan spiritual kader serta penguatan pada batang tubuh Fathimiah baik dari segi kemampuan administrasi maupun secara struktural. Penguatan intelektual merupakan identitas yang sangat penting bagi kader Fathimiah, mengingat status kita sebagai pelajar yang akan hadir di tengah-tengah masyarakat untuk menjawab masalahmasalah sosial dan wacana-wacana yang telah berkembang khususnya di Negara kita Indonesia. Dengan tema ini kami ingin mencoba memberikan identitas yang jelas pada sosok kader Fathimiah menuju Fathimiah yang berkarakteristik. Yang dimaksud berkarakteristik disini adalah memapankan nilai-nilai intelektual dan spiritual dalam diri kader hingga nilai-nilai ini menjadi karakter yang tertanam pada tubuh Fathimiah. Oleh karena itu merupakan tanggung jawab kita secara kelembagaan untuk menfasilitasi anggota dalam mengembangkan rana intelektual pada level kader khususnya terlebih bagi pengurus Fathimiah. Sifat spiritual merupakan kelaziman yang harus dimiliki oleh setiap kader Fathimiah. Mengingat Fathimiah adalah bagian dari organisasi HPI yang berasaskan Islam dan juga merupakan kumpulan dari pelajar-pelajar hauzah yang tentunya secara mendasar mengetahui hukum-hukum dan syariat Allah swt, maka sebuah keharusan bagi setiap kader Fathimiah menanamkan sifat spiritual yang tercermin pada perkataan, tingkah laku dan hubungan bermasyarakat khususnya sesama kader Fathimiah. Dengan penjelasan tema kepengurusan diatas, maka semua program kerja setiap bidang Fathimiah akan diarahkan pada pengembangan dan penanaman nilai-nilai intelektual dan spiritual kader selama satu tahun kepengurusan. Terima kasih atas kerja sama dan partisipasi semua pengurus. Semoga kerja-kerja kita kedepan mendapatkan ridha Allah swt dan membuahkan hasil yang lebih baik bagi kemajuan Fathimiah baik secara individu maupun secara struktural. Hormatku, Nurmin Suding Ketua Umum Fathimiah 2013-2014
35
Struktur Pengurus Fathimiyah MA:
Novita Triandari Aliyah Rizviyah
Ketua Umum:
Nurmin Sudding
Sekretaris Umum:
Hanif Fitriyani
Bendahara:
Nafisah Mulachela
Ketua Bidang Humas:
Shafiah Husain
Anggota:
Aminah Adibi
Ketua Bidang Kajian Ilmiah: Shinta Riany Anggota:
Siti Fathimah, Fitriyatur Rafiqoh
Ketua Bidang Sosial Budaya: Khairunnisa Serang Anggota: Ketua Bidang Media: Anggota:
Laila Shofiyah, Siti Asriyah, Najibah Ghoniem,Az Zahra Zahra Alzena Nurrafika Ade Zahara Marwan, Arsyi Fadhilah
36
Kata Mereka: Wahai sekalian manusia! Ingatlah ketika detik-detik kematian menjemputmu dan ingatlah pula masa ketika kalian menghuni alam kubur. Ingat pula ketika kau berada dihadapan Tuhan, ketika semua anggota badanmu akan bersaksi atas pekerjaan-pekerjaan yang telah kau lakukan. Pada saat itu, langkah-langkah akan menjadi bergemetar. (Imam Husain AS, Nahjul Syahadah, hal. 59) Apabila Asyura dan kesetiaan keluarga suci Rasulullah itu tiada maka kenabiaan dan segala upaya Rasulullah SAW akan musnah dan sirna di tangan rezim saat itu. Jika Asyura tiada maka akan tercapailah cita-cita Abu Sofyan yang menghendaki penghapusan wahyu dan kitab suci Al-Quran secara total. Yazid yang merupakan pewaris masa kejahilan dan simbol bagi era kegelapan penyembahan berhala menyangka bahwa dengan membunuh Imam Husain As berharap akar-akar suci Islam akan tercabut dan kemudian menjadikan ungkapan 'Tiada kabar Ilahi yang datang dan tiada wahyu suci yang turun' sebagai syiar pemerintahannya. Kalau Asyura tiada maka kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi dengan Al-Quran dan Islam. Ak an tetapi, Tuhan menghendaki Islam tetap tegak dan Al-Quran sebagai hidayah Ilahi terus lestari hingga hari kiamat, dan dengan darah para syuhada seperti putra suci Nabilah yang menjadi wasilah terjaganya Islam dari kepunahan. Imam Husain AS sebagai pewaris Wilayah Ilahi dipilih oleh Allah Swt untuk menjadikan dirinya sendiri dan keluarga serta para sahabatnya sebagai pelindung ajaran Islam, Al-Quran, dan umat Rasulullah SAW. Darah suci Imam Husain AS dan para syuhada Karbala lah yang menyuburkan agama Tuhan itu dalam bentangan perjalanan Islam dan mempertahankan ajaran-ajaran wahyu Ilahi. (Imam Khomeini QS) Thomas Carlyle, sejarawan asal Skotlandia dalam mengomentari keperwiraan Imam Husain di gurun panas Karbala berkata, “Sebaik-baik pelajaran yang dapat kita petik dari tragedi Karbala adalah bahwa Husain dan para sahabatnya memiliki iman yang kokoh kepada Tuhan. Mereka dengan aksinya menjelaskan bahwa tatkala hak dan batil berhadap-hadapan minimnya jumlah bukan persoalan penting. Dan kemenangan Husain dengan kuantitas kecil itu telah membuatku terkesima.” Mahatma Gandhi founding father dan arsitek pembebas bangsa India dari cengkeraman penjajahan Inggris, tentang Imam Husain AS berujar, "Aku tidak membawa sesuatu yang baru untuk rakyat India, aku hanya membawa hasil dari perenungan, telaah dan penelitianku terhadap sejarah kehidupan para pahlawan Karbala untuk mengangkat harkat bangsa India. Jika kita ingin menyelamatkan bangsa ini, maka kita wajib melakukan apa yang telah dilakukan oleh Husain bin Ali bin Abi Thalib AS." Imam Husain AS bersabda, "Aku tidak melihat kematian melainkan kebahagiaan, sedang hidup bersama orang-orang zalim adalah kehinaan." Barang siapa yang meninggalkan rumahnya ingin berziarah ke haram Imam Husain as dengan berjalan kaki, maka Allah Swt akan menuliskan kebaikan untuk setiap langkahnya dan menghapus darinya keburukan. (Al Imam Shadiq as)
37