DAFTAR ISI PENGANTAR REDAKSI
1
Sambutan Ketua Panitia Paskah 2016 Saudara‐saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, Perayaan Paskah tahun 2016 ini sungguh menjadi peristiwa yang luar biasa bagi kita umat di Stasi Vincentius Gunung Putri, yang untuk pertama kalinya menyelenggarakan rangkaian perayaan Pekan Suci secara mandiri yang didasari oleh kepercayaan yang diberikan oleh pastor paroki kita RD. Michael Suharsono dan atas arahan pastor pembimbing stasi RD. Agustinus Suyatno. Sejalan dengan tema Paskah tahun 2016 ini yaitu “Keluarga Bersemangat Pantang Menyerah” kita hendaknya sebagai keluarga besar di stasi St. Vincentius ini dengan penuh sukacita senantiasa bersemangat melayani dengan penuh kasih dan pantang menyerah untuk terus bertumbuh dalam bimbingan Tuhan. Kita sungguh bersyukur bahwa seluruh umat di stasi St. Vincentius ini dapat membangun kerjasama yang baik untuk perayaan Paskah ini. Berbagai persiapan mulai dilakukan sejak awal pembentukan panitia paskah hingga memasuki masa prapaskah. Sarana dan prasarana yang dianggap perlu mulai dikerjakan seperti perluasan atap bangunan kapel, persiapan sarana parkir, juga penambahan system audio.Penyelenggaraan perayaan Paskah yang sederhana di kapel kita ini juga diwarnai dengan kegiatan Tablo yang dilakukan oleh anggota OMK stasi sebagai kaum muda gereja yang bisa mengambil perannya sebagai bagian dari pelaku sejarah pertumbuhan umat di Stasi St. Vincentius Gunung Putri. Sebagai akhir kata saya berterima kasih kepada seluruh tim panitia dari wilayah Theresia, kelompok kategorial/ lingkungan / wilayah pendukung tugas liturgi, juga kepada para petugas keamanan luar, baik dari unsur Kepolisian maupun Koramil yang telah membantu penyelenggaraan perayaan paskah ini. Semoga berkat Tuhan senantiasa berlimpah bagi kita semua. SELAMAT PASKAH…. DJAJUS SUBYANTORO 2
dalam mengamalkan KASIH TUHAN YESUS yang begitu besar kepada keluarga, dan sesama, MANUSIA BARU Rangkaian perayaan Paskah yang kita lakukan hendaknya membawa kita pertobatan dan perubahan hidup. Hendaknya kita ingat bahwa hidup kita dalam kuasa Tuhan. Marilah dengan tema Paskah ini kita dalam keluarga yang penuh semangat bersama mengimplemetasikan Kasih Yesus Kristus dalam kehidupan keluarga ,masyarakat ,dan lingkungan sekitar kita. Dengan Paskah kebangkitan Yesus Kristus kita diubah menjadi menusia baru , dan kita tingkatkan semangat dan jiwa PANTANG menyerah membangun hidup dalam pelayanan Rohani yang mendasar dan mendalam. Dengan semangat kasih Yesus kita ciptakan keluarga keluarga yang bersemangat pantang menyerah. Agar dalam setiap keluarga dijiwai oleh Roh Kudus dalam usaha membangun Gereja yang dapat di terima di masyarakat dan dunia ini . AMIN. SELAMAT PASKAH TUHAN MEMBERKATI
19
UCAPAN SELAMAT PASKAH PANITIA PASKAH
HARI JUMAT AGUNG. Perayaan ini merupakan perayaan kenangan sengsara dan wafatnya Tuhan Yesus. Bagi Gereja dan umat beriman merayakan wafat Kristus sama dengan merayakan peristiwa yang mendatangkan keselamatan. Maka perayaan ini bukanlah perayaan yang membawa kesedihan tetapi membawa selamat. Sebab dengan peristiwa sengsara dan wafat Yesus ini, kita ditebus dan diselamatkan. Maka dalam litugi Jumat Agung, kita berdoa demi keselamatan dunia kemudian menyembah Salib Kristus, mengenang sengsara Yesus Kristus. Jadi perayaan Jumat Agung mengandung arti ajakan untuk mengenang kisah sengsara perjalanan Yesus Kristus yang menuju kebukit Golgota dimana Yesus menyerahkan dirinya kepada BapaNya di Kayu Salib. Seraya menyembah Yesus kita bersyukur atas korban sengsara dan wafatNya yang menebus dosa kita dan menelamatkan kita. SABTU SUCI DAN MALAM PASKAH. perayaan ini merupakan kebankitan dari perayaan wafat Tuhan Yesus. Dalam Sabtu suci Gereja dan kaum beriman mengenangkan makam Tuhan dan mengatakan tirakatan sambil merenungkan sengsara dan kematiannya sambil berdoa dalam menantikan kebangkitan Nya pada hari Paskah hari kemengan bagi umat Kristiani atau kebangkitan Sang juru penyelamat Tuhan Yesus Kristus. Perayaan kebankitan dimulai pada hari sabtu malam hari sampai mejelang hari minggu Hari raya Paskah. Dalam perayaan ini kita diajak tirakatan menantikan hari bahagia Paskah kebngkitan Tuhan. Minggu Paskah adalah hari yg terbesar dalam tahun liturgi umat Kristiani dimana Umat Allah bersama memaklumkan Yesus Kristus yang bangkit dari kemenangannya atas Dosa dan Kematiaannya. Maka dengan tema Paskah Keluarga Bersemangat pantang menyerah ini Bapa Uskup Bogor mengajak kita semua bagai mana dalam keluarga kita dalam menyabut makna Paskah ini, Dalam permenungan APP yang kita lakukan dalam empat pertemuan kita semua diajak untuk semakin mendalam
18
3
KELUARGA BERSEMANGAT PANTANG MENYERAH Beberapa tahun terakhir sampai beberapa tahun ke depan Keluarga masih menjadi tema sentral dalam karya pastoral gereja. Di Keuskupan Bogor salah satu program unggulan yang menjadi road map sampai tahun 2020 adalah keluarga. Mengapa demikian karena keluarga dianggap perlu mendapat perhatian khusus dan mendesak. Hal itu dikarenakan keluarga merupakan dasar terbentuknya pribadi manusia. Kalau keluarga baik maka dengan sendirinya masyarakat menjadi baik. Sebaliknya kalau keluarga dalam keadaan yang tidak harmonis pastinya anggota yang ada di dalamnya juga tidak baik. Keluarga menjadi sarana tumbuh berkembangnya pribadi manusia sejak dari usia sangat dini dan keluarga sangat menentukan terbentuknya pribadi mansuia. Dalam Gaudium et Spes, salah satu Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, dikatakan bahwa keselamatan pribadi maupun masyarakat manusia dan umat Kristiani erat hubunganya dengan kesejahteraan hidup rukun dalam perkawinan dan perkawinan dan keluarga (bdk GS, 47). Masa Adven 2015 Keuskupan Bogor mengusung tema “Keluarga Menjadi Sumber Suka Cita”, kini dalam masa prapaska 2016 Keuskupan Bogor mengusung tema “Keluarga Bersemangat, Pantang Menyerah”. Apa kaitan kedua tema diatas? Tema ini tidak bisa dilepaskan dari keprihatainan Gereja universal, Gereja semesta yang diungkapkan oleh Paus Fransiskus. Paus Fransiskus sangat memahami dan prihatin akan adanya berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh keluarga‐keluarga sekarang ini. Maka tidak jarang Pemimpin Gereja Katolik Sedunia ini di berbagai kesempatan, mengungkapkan berbagai pendapatnya tetang keluarga dan hal‐hal yang terkait di dalamnya. Misalnya keberadaan dan peran besar dari sorang bapak, ibu dalam keluarga, perkawinan Kristiani, pendidikan anak. Itu semua merupakan bagian kecil dari tema besar tentang keluarga yang sering diangkat dalam berbagai kesempatan.
4
Gereja dan umat Katolik sangat mengimani perayaan Minggu Palma adalah perayaan agung dalam mengawali yang disebut mnggu Suci , dan daun palma yang kita bawa sesudah perayaan Minggu Palma dan kita simpan dalam rumah adalah sebagai lambang Kesaksian Iman akan Yesus Kristus , Raja Semesta Alam. TRI HARI SUCI Sebelum Perayaan Paskah kita mengenang Tri Hari Suci. Disini Gereja merayakan misteri agung penebusan umat manusia. Tri Hari Suci, tiga hari yang suci bagi umat Katolik yaitu hari KAMIS PUTIH, JUMAT AGUN dan SABTU SUCI. HARI KAMIS PUTIH. Perayaan ini merupakan perjamuan terakhir Tuhan Yesus dengan para murid, dan rasulNya. Perayaan in merupakan kenangan istimewa bagi Gereja dan kita semua. Dalam perayaan ini Yesus Sang Guru Agung rela berkorban sehabis‐habisnya untuk para murid, para rasul dan para pengikutNya. Yesus berpesan agar apa yang dilakukanya dikenang secara terus menerus tiada henti sampai sekarang saat kita merayakan Ekaristi. Dalam setiap perayaan Ekaristi kita mengenangkan kembali apa yang dilakukan oleh Yesus dalam perjamuan malam terakhir, dan dengan itu pula kita melaksanakan apa yang dipesankan oleh Yesus : “Lakukanlah ini untuk mengenakan Daku”. Sesuai dengan perintahNya itu, kita merayakannya dalam setiap Perayaan Ekaristi sampai sekarang. Dalam perayaan hari Kamis Putih kita mengenangkan peristiwa agung Yesus dalam Sakramen Maha Kudus, dimana pada akhir misa kita merayakan perayaan agung yang di sebut Adorasi kepada Sakramen Maha Kudus. Kiita sebagai umat beriman diajak untuk ambil bagian penting dalam mengenang perjalanan panjang Yesus Kristus. Saat inilah kita semua umat beriman dengan semangat mengabdi, memuji dan memuliakan seraya bersujud di hadapan Yesus yang hadir kepada kita dalam Sakramen Maha Kudus, untuk mengenang dan menghormati Yesus yang dibaringkan dalam makam sesudah penyaliban , dan Ia tinggal disana selama 40 jam. 17
KELUARGA BERSEMANGAT PANTANG MENYERAH Paskah adalah peristiwa agung dan menggembirakan. Rangkaian perayaan Paskah diawali dan dimulai pada saat hari Rabu Abu. Dalam liturgI perayaan Rabu Abu, kita menerima abu di dahi kita yang melambangkan kerapuhan umat manusia. Hari itu sekaligus awal masa pertobatan bagi kita selamat 40 hari sampai dengan Hari Raya Paskah. Gereja Katolik menyebut Masa PraPaskah ( Masa Tobat dan Pantang) . PRAPASKAH Dalam masa praPaskah selama 40 hari kita diajak untuk merenung lebih dalam tentang sengsara wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Keuskupan Bogor mengangkat tema “KELUARGA BERSEMANGAT PANTANG MENYERAH“. Dengan tema ini kita semua diajak agar bersemangat dalam keluarga dan tak kenal menyerah dan putus asa dalan usaha membangun keluarga yang baik penuh sukacita. Dasar dari seluruh perjuangan membangun keluarga itu adalah Yesus Kristus yang menjalani kehidupan dengan segala derita sampai wafat di kayu salib. Yesus tidak kalah dan menyerah, Yesus terus berjuang sampai akhir., sampai Allah mengaruniakan kemuliaan kebangkitan dari sengsara dosa dan maut. Maka secara pribadi dan bersama dalam keluarga kita diajak agar dapat semakin memahami makna Paskah dan kebangkitan Yesus Kristus didalam keluraga. MINGGU SENGSARA Seminggu sebelum Paskah disebut dengan minggu sengsara. Gereja mengajak kita untuk merenungkan perjalanan hidup dan karya Yesus. Perayaan Minggu Palma merupakan peringatan Yesus memasuki Yerusalem disambut sebagai Raja Maharaja. Seluruh bangsa mengelu–elukan Yesus dengan membawa daun palma atau dedaunan yang lain, yang pada waktu itu digunakan untuk menyambut Yesus Sang Raja Damai. Kemenangan Sang Penyelamat Yesus sebagai Raja Maharaja dilalui dengan sengsara dan wafatnya. Maka Dalam perayaan Minggu Palma, setelah bacaan pertama dan kedua dilanjutkan dengan kisah sengsara Yesus Kristus. 16
Melihat tantangan yang harus dihadapi keluarga jaman sekarang ini Bapa Suci memandang perlunya pembinaan secara menyeluruh di seluruh dunia. Maka pada tahun 2014 Bapa Suci Fransiskus, mengundang Uskup‐ Uskup di seluruh dunia dan mengadakan Sinode Luar Biasa yang membahas tantangan‐tantangan kehidupan Keluarga jaman modern ini. Banyak pihak merasa diberi pencerahan dan diteguhkan dalam menjalani kehidupan keluarga yang penuh gejolak dan tantangan di jaman ini. Tidak selesai dengan Sinode Luar Biasa dalam Sinode Biasa tahun 2016 kembali dibahas tema tentang keluarga, yaitu “Panggilan dan Perutusan Keluarga Katolik di dalam Gereja di tengah dunia”. Gereja menjujung tinggi tentang kehidupan keluarga, dan mengaharapkan keluarga sungguh menjadi tempat tumbuh berkembangnya pribadi manusia. Kehidupan keluarga jaman ini menhadapi berbagai tantangan. Berbagai gaya hidup jaman ini telah ikut serta merusak dan memporak‐ porandakan kerukunan dan keharmonisan kehidupan Keluarga. Baru‐baru ini muncul gaya hidup LGBT yang membuat banyak keluarga khawatir terhadap anak‐anak sekarang ini. Pergaulan bebas, poligami, poliandri, perceraian, kekerasan dalam keluarga dan rumah tangga telah menjadi sajian yang tiada habisnya dalam berbagai media sosial. Gaya hidup yang cenderung mengutamakan kenikmatan dunia, egoisme dan mementingkan diri sendiri mengarah kepada berkembangnya cinta diri, sedemikian rupa sehingga tidak mempedulikan kebutuhan dan kepentingan keluarga. Kesulitan ekonomi dan pola kehidupan yang cenderung instan, telah mempengaruhi kesejahteraan hidup dan kerukunan keluarga. Menghadapi kenyataan bahwa keluarga banyak tantanganya, sementara gereja mengharapkan keluarga menjadi tumpuan pertumbuhan dan perkembangan kualitas pribadi manusia. Maka tidak henti‐hentinya Gereja mengingatkan kembali tentang martabat perkawinan dan keagungan kehidupan Keluarga. Gereja semesta ingin meneguhkan setiap umat Kristiani dan semua orang beruasaha membela dan mengembangkan martabat asli dan nilai luhur serta kesucian perkawinan. Gereja mengingatkan bahwa perkawinan itu luhur suci dan mulia. Sedemikian luhur suci dan mulia, maka diungkapkan bahwa Allah sendirilah Sang Pencipta Perkawinan. 5
Persekutuan hidup dan kasih mesra suami istri yang diadakan oleh Sang Pencipta, dan dikukuhkan dengan hukum‐hukumnya dibangun oleh janji pernikahan yang tak bisa ditarik kembali. Oleh karena itu dua pribadi manusia karena janji perkawinan mereka bukan lagi dua melainkan satu dan keduanya menjadi satu daging (bdk. Mrk 10:6‐9). Dengan demikian anak yang lahir dari perkawinan adalah darah daging dari kedua orang tua. Anak‐anak adalah buah cinta kasih suami istri dan mahkota hidup perkawinan dan keluarga, yang dianugerahkan oleh Allah yang pemberi kehidupan. Maka dalam perkawinan mestinya pribadi manusia saling membantu dan melayani dalam ikatan kasih mesra diantara mereka. Oleh karena itu segala bentuk perceraian tidak bisa ditolelir karena persatuan mesra dalam ikatan kasih mutlak mereka perlukan. Kita berharap pribadi manusia terbentuk dari keluarga yang berkwalitas. Menurut UU nomor 58 tahun 2009, Keluarga berkwalitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah menurut agama dan negara. Keluarga berkualitas bercirikan damai sejahtera, keluarga yang sehat jasmani rohani, mandiri secara sosial ekonomi, dan anak‐anak mengenyam pendidikan yang baik dan wajar. Keluarga berkwalitas adalah keluarga rukun dan harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Gereja Katolik mendorong agar kehidupan keluarga sungguh sungguh berkwalitas didasarkan kepada persekutuan antara satu orang laki‐laki dan satu otrang perempuan yang diikat oleh cinta kasih yang saling melengkapi, untuk selama‐lama. Hanya maut yang boleh memisahkan mereka. Persekutuan yang seperti ini tak gampang dilakukan. Tetapi tak ada hal yang mustahil. Gereja Katolik mengajarkan bahwa kehidupan berkeluarga hendaknya dibangun atas dasar cinta kasih yang murni, tidak pura‐pura dan palsu. Hal itu menuntut adanya kebebasan dan tanggung jawab. Perkawinan akan menjadi sah dan berkekuatan hukum mankala dilaksanakan dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun dan dapat dipertanggungjawabkan. Selaras dengan kepedulian dan kepriuhatinan Paus, Gereja Indonesia mengadakan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) yang secara istimewa mengangkat tema “Keluarga Katolik: Sukacita Injil”. Dalam sidang ini diundang untuk keluarga terpilih dari seluruh Nusantara untuk memberi 6
IKLAN UCAPAN 1 HALAMAN
15
Allah yang telah didahului oleh para pendahulu kita. Jalan masih panjang, marilah kita bergandengan tangan yang diselimuti oleh Kasih Yesus Kristus untuk “Pantang menyerah” dalam membangun Gereja Santo Vincentius di Gunung Putri ini. Selamat Paskah 2016 ! Fiat Voluntas Tua, Sicut in Caelo et in Terra. Jadilah Kehendak‐Mu, diatas bumi seperti didalam sorga. Roni Simanjuntak
14
kesaksian tentang keluarga dengan segala tantangannya dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam ini. Dari Sidang Agung KWI ini diharapkan agar keluarga Katolik menjadi tempat bertumbuh dan berkembangnya pribadi manusia yang dewasa, matang dan berwatak serta berkepribadian yang mulia. Bagi kita orang Katolik, Keluarga Kudus Nazaret harus menjadi pola, contoh dan teladan keluarga kita. Keluarga ini disebut Keluarga Kudus karena segala perjalanan hidup dan karya, suka duka, sukses dan gagalnya keluarga digantungkan kepada Allah Yang Mahakudus. Ketaqwaan dan kesetiaan kepada Allah menjadi tanda kekudusan Keluarga Kudus Nazaret. Walaupun kehidupan keluarga Nazaret suci dan kudus tetapi bukan berarti hidup mereka tanpa kesulitan dan tantangan. Kita bisa mengatakan bahwa sejak dari awal mulai kehidupan keluarga kudus justru mengalami berbagai kesulitan dan tantangan. Saat sebelum terjadi perkawinan antara Maria dan Yosef, sudah tersebar kabar tidak sedap bahwa Maria telah mengandung. Saat kelahiran Yesus, Maria dan Yosef tidak mendapatkan tempat yang layak untuk kelahiran Sang Putera. Akhirnya Yesus lahir di gua dan kandang. Kehebatan Yesus dalam masa mudanya, bukan mengantarkan Dia kepada kejayaan, tetapi kepada perseteruan dan salah faham dengan orang Farisi, para ahli Taurat, dan tokoh‐tokoh masyarakat Yahudi saat itu. Sampai pada akhirnya Yesus harus mengalami derita dan sengsara bukan karena kesalahan tetapi karena iri hati, dan dendam. Yesus yang tidak bersalah harus mati tergantung di kayu salib. Menghadapi semua itu Yesus, Maria dan Yosef, anggota keluarga Kudus Nazaret itu tidak gampang menyerah, tidak putus asa. Mereka meletakkan segala peristiwa hidupnya di dalam nama Allah, disertai iman kepercayaan bahwa dalam Allah Yang Maharahim semua akan memperoleh jawabannya dan Allah Yang Maharahim akan membuat semuanya indah pada waktunya. Masih sealur dengan keprihatinan dan kepedulian Gereja universal, Gereja Semesta dan Gereja Nasional (KWI), Keuskupan Bogor mengangkat tema APP “Keluarga Bersemangat Pantang Menyerah”. Tema ini ingin mengingatkan kita sekalian bahwa membangun kehidupan keluarga itu tidak segampang membalikkan telapak tangan. Membangun Keluarga Katolik tidak terlepas dari berbagai masalah dan tantangan. Masalah dan tantangan 7
terkadang rumit sedemiakian rupa, dan menghimpit kehidupan sedemikian rupa sehingga tak sedikit dari keluarga Katolik yang menyerah kalah, putus asa. Serasa tertindih beban yang kelewat batas kekuatan kita. Dalam hal yang demikian itu gereja Keuskupan Bogor, Paroki Keluarga Kudus Cibinong, Stasi Santo Vincentius Gunung Putri, menyerukan bahwa Tuhan itu Maharahim. Ia bagaikan Rahim sang ibu yang membawa kenyamanan yang luar biasa, dan yang tinggal di dalamnya bisa bertumbuh berkembang menjadi pribadi manusia yang baik dan berkenan kepadanya. Gereja kita menyerukan agar keluarga Katolik, keluarga kita tetap bersemangat pantang menyerah untuk mengusahakan kehidupan keluarga yang baik, harmonis, damai sejahtera, penuh syukur, dan sukacita. SELAMAT PASKA, TUHAN MEMBERKATI. 8
baru dikirim untuk mengikuti pelatihan‐pelatihan dan kursus‐kursus. Setelah selesai mengikuti pelatihan, mereka diharapkan membagikan kepada pengurus lainnya dan umat. Strategi ini berjalan cukup baik dan bisa untuk mempercepat perkembangan stasi dalam melayani umat. Sekarang ini stasi kita sudah lebih mandiri dalam hal sumber daya manusia ditandai dengan tersedianya tenaga pengajar katekumen, tenaga pengajar bina iman, pembimbing misdinar, koor, lektor, mazmur, dan sebagainya. Dalam hal pelayanan Misa, pengurus pun harus mempersiapkan perangkat‐perangkat, petugas‐petugas, susunan Liturgi serta segala pernak‐ perniknya. Untuk itu pengurus harus mempersiapkan para prodiakon, misdinar, petugas koor setiap misa, petugas lektor, petugas mazmur, organis, tata tertib, dahar romo, petugas parker, petugas sound system, dan lain‐lain. Suatu tugas yang tidak mudah. Setiap misa adalah pelajaran bagi misa berikutnya. Semua harus berjalan dengan mulus, ter‐struktur, ter‐koordinasi dengan baik. Sehingga persiapan pelayan misa harus benar‐benar ditingkatkan. Jumlah Koor yang tadinya 7 kelompok harus ditambah menjadi 12 kelompok, misdinar harus mencapai kira‐kira 50 orang anggotanya, prodiakon harus ditambah, dan sebagainya, guna meng‐antisipasi pelayanan misa yang sudah diberikan setiap minggunya dan pada hari‐hari raya besar, Paskah dan natal. Suatu persiapan yang tidak bisa dikerjakan oleh satu orang ! Hal ini hanya bisa dibangun secara bersama‐sama antara pengurus dan umat. Jika sudah berjalan secara berkesinambungan barulah terlihat Gereja Allah yang seutuhnya. Gereja yang terus hidup sepanjang masa. Misa tanggal 21 Februari 2015 yang dipimpin oleh Romo Vikjen Ch. Tri Harsono Pr, diberitahukan kepada umat stasi bahwa Stasi St. Vincentius sudah ditingkatkkan menjadi Persiapan Paroki yang disebut juga Koasi. Kita akan menanggalkan status stasi untuk masuk kepada status Koasi. Kita telah menyelesaikan satu tahap yang lalu untuk masuk kepada tahap yang kemudian. Inilah “On‐Off” dalam kehidupan. Sama seperti Yesus yang juga melewati segala tahap yang telah dilalui, mulai dari masa kanak‐kanak, remaja, dewasa, memilih para murid, sengsara, kematian dan kebangkitan‐ Nya yang selalu setia kepada Bapa‐Nya, Kita pun umat Stasi St. Vincentius Gunung Putri harus setia kepada tujuan kita untuk membangun Kerajaan 13
Petrus Kanisius. Lalu kemana nama St. Vincentius ? Dengan dimekarkannya menjadi 3 wilayah dan 9 Lingkungan serta didukung dengan kegiatan di Kapel yang semakin bertambah, maka status wilayah St. Vincentius ditingkatkan menjadi Stasi St. Vincentius. Setelah pemekaran stasi kami mendapatkan pelayanan misa sebulan sekali yang ditingkatkan menjadi sebulan dua kali. Misa rutin yang diadakan di stasi sungguh membantu umat dalam beriman. Umat yang hadir pun semakin banyak. Pengurus stasi melakukan pembangunan tahap III dan IV yang berfokus pada pembangunan atap dan penambahan keramik lantai serta sarana untuk Ekaristi. Dalam rapat stasi, sebagian besar pengurus berniat untuk menambah tanah. Saat itu ditawarkan tanah seluas 1,589 m2 oleh pihak Pt. Ferry Sonneville dengan harga yang kompetitif. Pengurus sepakat untuk membelinya sekalipun tidak punya uang. Dalam kebimbangan, ada bantuan dari pihak PT. Armindo untuk menalangi biaya keseluruhan tanah dan stasi mengembalikan dengan cara menyicil sebanyak Rp. 12 juta per bulan selama 3 tahun. Akhirnya proses jual beli pun dilakukan tanggal 10 Juni 2012. Karya Roh Kudus tidak hanya berhenti disini, Keuskupan Bogor menambah dana kami untuk membeli tanah seluas 685 m2 tanggal 7 Januari 2014. Sekarang tanah kapel seluas 3,274 m2. Gua Maria di Kapel pun diresmikan dan diberi nama Gua Maria Penolong Abadi tanggal 1 oktober 2016 oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM. Misa 2 Uskup di kapel St. Vincentius, Gereja bukanlah sebuah 12 Januari 2014 bangunan mati, tetapi Gereja adalah umat itu sendiri . Pengurus Stasi pun mulai mengembangkan umat dimulai dari para pengurus Lingkungan, wilayah dan Stasi. Saat umat mau menjadi pengurus, banyak yang tidak mengerti bagaimana mengurus stasi, bagaimana memahami Iman Katolik guna di aplikasikan di lapangan, dan sebagainya. Untuk mengatasi itu para pengurus 12
Sejarah Stasi Santo Vincentius Gunung Putri Membicarakan Stasi St. Vincentius – Gunung Putri, selalu membawa kenangan saya tahun 1991 yang menghadiri rapat wilayah St. Simon Citeureup bersama Bapak Budi Susanto yang menjabat Ketua Lingkungan St. Vincentius Gunung Putri. Saat itu saya sebagai Ketua Kring diajak oleh Ketua Lingkungan memohon untuk meningkatkan status lingkungan menjadi wilayah. Pengembangan Lingkungan menjadi wilayah memang selayaknya dilakukan saat itu karena perkembangan umat yang signifikan dengan bertambahnya penduduk yang menempati perumahan‐perumahan baru yang banyak berdiri. Para pengurus wilayah St. Simon pun mengijinkan pemekaran dengan satu jaminan bahwa jika lingkungan menjadi wilayah para pengurus harus bisa mandiri mengurusi umat agar tidak terbengkalai. Kami berdua menyanggupi hal itu, tentu dengan memohon bantuan juga kepada para senior di kepengurusan wilayah St. Simon Citeureup. Setelah itu, barulah di kembangkan Lingkungan St. Vincentius yang mempunyai 3 Kring menjadi wilayah St. Vincentius yang mempunyai 3 Lingkungan, yang bertambah dikemudian hari 1 lingkungan lagi. Berkat kepada wilayah St. Vincentius mengalir dengan mendapat hibah tanah dari Perumahan PT. Ferry Sonneville seluas 1,000 m2 pada tahun 1999. Romo Adi Indiantono, Pr selaku Pastor Paroki saat itu menerima hibah tersebut dan langsung menginstruksikan para pengurus wilayah untuk segera mengupayakan lahan itu. Akhirnya terbentuklah Panitia Pembangunan Kapel St. Vincentius Gunung Putri yang dimotori oleh (alm) Bapak Fred H. Taka dan (alm) Bapak Ignatius Moeljono, para pengurus wilayah dan lingkungan serta orang muda. Panitia ini pun bergerak cepat untuk mempersiapkan pembangunan Kapel yang akhirnya membawa kepada Peletakan batu pertama tahun 2000
9
Peletakan Batu Pertama di Tahun 2000 setelah keluarnya Ijin Mendirikan Bangunan dengan No IMB : 645.8/182/TRB/2000. Pemberkatan Peletakan Batu Pertama dipimpin oleh Romo Ignatius Basembun, Pr. Gambar Gereja yang sudah disepakati mulai direalisasikan secara bertahap. Tahap pertama adalah mendirikan Ruang Depan serta pagar keliling. Belum selesai pembangunan tahap pertama, batu ujian dihadapi oleh panitia yaitu pengrusakan bangunan dan pagar oleh penduduk luar yang tidak setuju dengan berdirinya Gereja. Seketika itu juga pembangunan dihentikan menunggu hasil musyawarah pengurus Gereja, masyarakat sekitar dan aparat hukum serta aparat pemerintahan di Kantor Camat Gunung Putri. Pengrusakan tidak hanya dilakukan kepada bangunan Kapel saja, tetapi juga dialami oleh Rumah Bapak Ignatius Moeljono dan Bapak Fred. Hasil musyawarah memutuskan bahwa kegiatan ibadah di Kapel tidak dilarang dan untuk bangunan Gereja (jika dibangun) jangan terlalu mencolok dengan tanda‐tanda seperti salib besar, lonceng, dan sebagainya. Dalam hal perijinan juga harus direvisi mengenai nama desa yang keliru dalam IMB. Masa senjang yang panjang Sama seperti organisasi lainnya yang mengalami pasang surut, wilayah St. Vincentius pun mengalami suatu masa rutinitas yang mengarah kepada perkembangan yang statis dikarenakan masalah yang dihadapi. Pengurus wilayah saat itu mulai meredam pembangunan Kapel serta kegiatan di kapel dan hanya mengurusi urusan pastoral lingkungan dan wilayah saja. Kapel saat itu mulai ditumbuhi oleh rumput dan ilalang dan cenderung tidak terurus. Beberapa orang baik dari dalam dan dari luar mulai mempunyai keinginan untuk memakai lahan kapel untuk kegiatan non Katolik yang Pembangunan Tahap pertama sebelum pengrusakan
10
ditentang tegas oleh Pengurus wilayah saat itu. Akhirnya beberapa orang menjadi motor penggerak untuk membersihkan kapel dari rumput dan ilalang. Dari gerakan untuk membersihkan kapel inilah mulai muncul bibit baru, tunas‐tunas baru, pekerja‐pekerja baru di ladang Tuhan untuk mulai menghidupkan wilayah St. Vincentius Gunung Putri. Mereka tidak perlu bertanya lagi seperti dalam Mat 13:28b “Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?”. Mereka langsung membersihkan dan setelah layak untuk ditempati dimulailah devosi doa di kapel yang diadakan secara berkala. Berlanjut dengan latihan koor dan kegiatan‐kegiatan lainnya. Bertambah semaraknya kegiatan rohani yang diadakan di kapel memicu Pengurus wilayah untuk berbenah. Masa hampa yang begitu lama, hampir 10 tahun, kini mulai berubah menuju cahaya terang demi kemajuan wilayah St. Vincentius. Bibit yang ditanam mulai bertumbuh Kegiatan yang diadakan di kapel semakin bertambah. Kegiatan yang paling utama adalah Misa pertama setelah masa senjang yang begitu lama. Saat itu tanggal ….. dimulailah misa pertama yang dipimpin oleh Romo Michael Suharsono, Pr. Pelayanan misa pun semakin bertambah sekalipun belum rutin. Untuk itu pengurus wilayah ingin menambah atap kapel agar umat yang mengikuti misa bisa terhindar dari panas dan hujan. Dimulailah Pembangunan Kapel Tahap II yang bertujuan hanya menambah atap kapel. Dengan kenangan yang pas‐pas an, selesailah Pembangunan Tahap II dalam 2 bulan. Setelah pembangunan Tahap II, pengurus wilayah didorong untuk melakukan peremajaan pengurus wilayah oleh Pastor Paroki. Dalam Rapat wilayah terbentuklah pengurus baru yang mayoritas adalah keluarga muda yang penuh semangat. Dibawah kepengurusan yang baru, wilayah St. Vincentius dimekarkan menjadi 3 wilayah dan 9 Lingkungan. Mereka adalah : wilayah St. Yusuf, wilayah St. Louis, wilayah St. Theresia serta Lingkungan Bartholomeus, Lingkungan St. Bonifacius, Lingkungan St. Bonaventura, Lingkungan St. Fransiska, Lingkungan St. Monika, Lingkungan St. Sesilia, Lingkungan St. Leonardus, Lingkungan St. Christophorus, Lingkungan St. 11