Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
pemberantasan korupsi bukan seperti membalik telapak tangan,Karena harus ada kerja keras dan sinergi anntara aparat Penegak Hukum dan Masyarakat.Harus dibangun k e s a d a r a n y a n g mengartikulasikan kejujuran dan budaya malu di melakukan korupssi.Selain itu dalam pproses pembelajaran sikap pengajar h a r u s t e r b u k a , j u j u r, t i d a k melakukan korupsi waktu,tidak k o r u p s i a b s e n , d a n sebagainya..Kita bangun system Pendidikan sebagai proses penyadaran petensi kejujuran,pendidikan hendaknya sebagai media penyadaran dari Negara dan masyarakat.
KANTIN KEJUJURAN DAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI Kantin kejujuran merupakan upaya untuk mendidik akhlak siswa agar berperilaku jujur.kantin kejujuran adalah kantin yang menjual makanan kecil dan minuman dimana kantin ini tidak memiliki penjual dan tidak dijaga.Da dalam kantin terdapat kotak uang untuk membayar dan menganbil uang kembali,dimana siswa dapat mengambil dan menghitung sendiri. Kantin kejujuran merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan antikorupsi.Tanpa k e j u j u r a n , p r a k t i k korupsi,kolusi,dan nepotisme akan tetap subur di Negeri ini.Untuk itu Pendidikan anti korupsi perlu diterapkan sebagai upaya preventif bagi generasi
DAFTAR PUSTAKA Tunggal,Hadi Setia.2007.UU korupsi beserta peraturan pelaksananya.Jakarta:Harvarindo KPK.2008.Buku panduan melawan korupsi.Jakarta.KPK Press Http://sawali.info/2008/14/perlukah pendidikan anti korupsi masuk kurikulum Http://www.diknas-padang.org=publiser&op Http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid
282
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
PENGANTAR REDAKSI Pencinta Jurnal widya Wacana yang terhormat, pada Penerbitan volume 5 nomor 3 September 2009 ini widya Wacana agak sedikit selektip dikarenan banyak artikel yang masuk dan berharap dapat ikut terbit pada edisi ini. Dewan redaksi berupaya untuk dapat menampung keinginan dari pencinta Widya Wacana, namun Dewan redaksi yakin pastinya Tidak semua keinginan dapat dipenuhi pada penerbitan kali ini. Selain itu redaksi juga agak sedikit repot karena banyaknya naskah yang masuk dari guru untuk memperoleh poin dari komponen tujuh maupun sebagai pelengkap untuk naik ke golongan IV b, sedangkan kami memang masih pada komitmen untuk tetap selektif dalam naskah dan jumlah artikel yang dimuat setiap nomor penerbitannya. . Untuk itu kepada teman-teman yang naskahnya belum dimuat pada penerbitan kali ini untuk dapat bersabar. Harapan redaksi adalah semoga penerbitan-penerbitan selanjutnya, Widya Wacana akan lebih tepat waktu dan rutin setiap catur wulannya sehingga semakin dapat menampung keinginan bagi pecinta Widya Wacana September 2009
Redaksi
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
p e n d i d i k a n informal(keluarga),formal(sekola h ) , d a n n o n formal(masyarakat),yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.Oleh karena itu sasaran yang ingin dicapai dari pendidikan adalah pembentukan aspek kognitif,afektif,dan psikomotorik.Maka idealnya pembentukan aspek kognitif menjadi tugas dan tanggung jawab para pendidik disekolah,pembentukan aspek efektif menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua,dengan membangun k e p r i b a d i a n d a n kebiasaan.Sedangkan pembentukan aspek psikomotorik menjadi tugas dan tanggung jawab masyarakat.Dengan adanya pembagian tugas ini,maka masalah pendidikan anti korupsi sebenarnya menjadi tanggung jawab semua pihak:orangtua,pendidik,masyara kat. Pendidikan oranng tua mengupayakan pendidikan moral,seperti agama,budi p e k e r t i , e t i k a d a n sejenisnya,menjadi tugas dan
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
tanggung jawab orang tua.Membentuk sikap anti korupsi sejak dini dan mulai dari pendikan keluarga merupakan tindakan preventiif dan edukatif untuk membangun kultur perlawanan terhadap budaya korupsi yang dimulai dari keluarga. Pendidikan di sekolah menjadi tugas dan tanggung jawab para pendidik di sekolah.Untuk mewujudkan pendidikan anti korupsi,pendidikan di sekolah harus di oreantisikan pada tataran moral action,agar peserta didik tidak hanya barhenti pada tataran moral saja,tapi sampai kemauan(will),kebiasaan(habit),d alam mewujudkan nilai-nilai dalam kehidupan seharihari.Lickona(1991)menyatakan bahwa untuk mendidik moral anak pada tataran moral action diperlukan tiga proses pembinaan yang berkelanjutan mulai dari proses moral knowling,moral feeling,hingga moral action,karena Pendidikan memiliki peran yang srategis dalam mendukung dan mempercepat pembentukan masyarakat berkeadapan. Proses percepatan
281
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.Dalam UU NO.20 Th 2003 tentang Sistim Pendikan Nasional,Bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan Bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa. Dalam teori Pendidikan terdapat tiga ranah dalam tasonomi tujuan pandidikan.Pertama ranah kognitif yang menekankan aspek untuk mengingat dan mereproduksi informasi yang telah dipelajari yaitu untuk mengkombinasikan cara-cara kreatif dan mensintesakan ide-ide dan materi baru.Kedua,ranah afektif yang menekankan aspek emosi,sikap,apresiasi,nilai atau tingkat kemampuan menerima a t a u m e n o l a k sesuatu.Ketiga,ranah psikomotorik yang menekankan pada tujuan untuk melatih ketrampilan seperti m e n u l i s , t e k n i k mengajar,berdagang,dan lainlain.dari ketiga ranah pendidikan
tersebut idealnya harus selaras dan saling melengkapi.tetapi kenyataannya hubungan antara perubahan sikap (afektif)dan m e n i n g k a t n y a ilmupengetahuan(kognitif) secara statistic cenderung berdiri sendiri.Maka dari ketiga unsur pencapaian pendidikan itu idealnya harus dilakukan secara terpadu(integral) sehingga tercapai tujuan proses pendidikan yang diinginkan dan akan jelas kemana pendidikan itu akan diarahkan.namun kenyataannya kecenderungan dan pencapaian pendidikan sudah jauh bergeser dari tujuan idealnya. Pendidikan diselenggarakan d e n g a n m e m b e r i keteladanan,membangun kemauan dan mengembangkan kreatifitas.Maka untuk mewujudkan pendidikan anti korupsi harus menjadi tanggungjawab bersama antara keluarga,masyarakat,dan pemerintah karena itu pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat.Pendidikan kita terdiri atas tiga bagian,yaitu
JURNAL ILMIAH WIDYA WACANA FORUM KOMUNIKASI PEMERHATI MASALAH PENDIDIKAN INDONESIA Volume 5. Nomor 3. September 2009 DAFTAR ISI Sri Handayani A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII” ( 174-193 ) Siti Supenii Internalisasi Nilai-NIlai Budaya Jawa dalam Hubungan Antara Guru dan Siswa ( 194-209 ) Ch Evy Tri Widyahening Pentingnya Minat yang Harus Dimiliki Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris atau Reading Comprehension untuk Mencapai Prestasi Belajar yang Baik. ( 210-227 ) Siti Asiyah Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. ( 228-238 )
Lydia Ersta Kusumaningtyas Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar bagi Siswa Berbakat Akademis. ( 239-252 ) Suwarto Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Value Clarification Technique Siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri I Banyudono Tahun 2008/2009 (253-269)
Dora Kusumastuti Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Didik Sebagai Sarana yang Efektif Mencegah Korupsi. ( 270-282 )
280
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
A CONTENT ANALYSIS ON 'THE BRIGDE ENGLISH COMPETENCE GRADE VII' ( An English Textbook Analyzed With Communicative The Competence) Oleh:Sri Handayani dan Prasetya Karyanta Abstraks: Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis isi buku “The Brigde English Competence Grade VII. Peneiti mengkategorikan isi buku menjadi dua bagian, yaitu tugas receptive ( Listening dan Reading ) dan tugas productive ( speaking dan writing). Teknik analsis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Criterion Referenced Evaluation menurut Burhan Nurgiantoro. Hasil penelitian menunjukan 62,99 isi buku tersebut masuk dalam kategoti cukup bagus. Keywords: Content Analysis, textbook. INTRODUCTION Today language becomes the power of our life because language takes the important role to distribute the knowledge or science. Languages can appear as written, oral and the gesture. There are some languages that ever in the world used by human in the communication process. By the communication process, human can develop their knowledge, science and their cultures. Human attempt to fulfill their needs by the communication 174
occurred in their life among people in the worlds and their surrounding. Human use all the type of language to deliver his or her ideas so someone that receive it can respond the information. The development of the science makes the human life become easier and it also makes their life is not more than fulfill their primary needs like foods, cloths and shelters but also it use to satisfy their life with various kinds of entertainments such as somedevices resulted from high Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
korupsi merupakan public enemy yang harus dihancurkan bersama. Pendidikan antikorupsi perlu dirancang agar menggunakan pijakan multicultural sebagai basisnya karena banyaknya p e r b e d a a n d a l a m kesederajadan,baik secara individual maupun kebudayaan. Pendidikan anti korupsi berbasis multicultural mengandaikan bangsa sebagai arena yang dipenuhi bermacam tipe manusia.pendidikan anti korupsi berbasis multicultural didasari konsep perbedaan yang unik tiap orang. Para siswa didik perlu tahu betapa berbahayanya perilaku korupsi itu sehingga mereka diharapkan memiliki filter yang amat tidak tergoda melakukan tindakantindakan korup. Pendidikan anti korupsi masuk kedalam kurikulum pendidikan secara formal kalau tidak diimbangi dengan proses deskonstruksi social secara simultan.Berbagai komponen masyarakat perlu menjadikan perilaku korupsi ini sebagai tindakan paling keji yang bisa
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
menyengsarakan hajat hidup rakyat banyak.Supremasi hukum harus jalan,Para pengemplang uang rakyat yang nyata-nyata terbukti korupsi harus dikerangkeng dipenjara untuk menimbulkan efek jera.Seiring dengan itu,para siswa didik juga perlu diajak berdialog dan mengikuti proses pembelajaran secara terbuka dan interaktif melalui pemaparan perilaku korupsi dan dampaknya bagi masyarakat luas. Dengan begitu perilaku antikorupsi dengan sendirinya akan masuk kedalam ranah nurani dan jiwa siswa didik sehingga kelak mereka benarbenar menjadi generasi masa depan yang bersih dan berwibawa.Jadi tidak perlu lagi diformalkan kedalam kurikulum. PENDIDIKAN ANTI KORUPSI Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar dan penyesuaian individu-individu secara terus menerus terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat,pendidikan adalah sutu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan
279
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
yang tertuang diatas kertas,benda fisik apapun selain kertas,maupun yang terekam secara elektronik,yang berupa tulisan,suara,gambar,peta,ranca ngan,foto,huruf,tanda,angka,atau perforasi yang memiliki makna. Dalam UU ini diatur pula hak Negara untuk mengajukan gugatan Perdata terhadap harta benda terpidana yang disembunyikan atau tersembunyi baru diketahui setelah keputusan Pengadilan mempunyai Kekuatan Hukum tetap.Harta yang patut diduga barasal dari Tindak Pidana Korupsi,gugatan Perdata dapat di lakukan terhadap ahli warisnya.Untuk dapat melakukan Gugatan itu,Negara dapat menunjuk Kuasanya untuk mewakili Negara. PENTINGNYA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI Perbuatan Korupsi juga sangat lekat dalam kehidupan kita seharihari,seperti kebiasaan mencontek bagi para Pelajar atau Mahasiswa,kebiasaan korupsi waktu pada para Pegawai,dan masih banyak lagi.Kondisi
278
Bangsa kita saat ini yang menjadikan korupsi sebagai kebudayaan,perlu sekali untuk segera dibenahi.Berdasarkan fakta ironis semacam itu,masuk akal kalau ada wacana perlunya diadakan pendidikan anti korupsi.Pendidikan anti korupsi didasarkan pertimbangan bahwa pemberantasan korupsi mesti dilakukan secara integrative dan simultan yang mesti berjalan beriringan dengan tindakan represif terhadap pelaku korupsi atau koruptor.Pendidikan anti korupsi perlu dirancang agar menggunakan pijakan multicultural sebagai basisnya karena banyaknya perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun kebudayaan. Sudah saatnya dunia Pendidikan kita disentuh oleh persoalan riil yang berlangsung d i t e n g g a h - t e n g g a h masyarakat.Ketika perilaku korupsi sudah demikian mengakar dalam lini kehidupan masyarakat,sudah saatnya yang kelak akan menjadi penentu massa depan negeri ini,untuk selanjutnya diajak bersama-sama memberikan pencitraan bahwa
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
technology. The high technology supported by language used make human easier and comfortable in their live. The language encourages the communications that develop the science and people view, those result the new technology and it would be more sustainable in our life. Language executed in the communication triggered the development of technology and science that always serves the ease while it was implicated in the ordinary live toward answering the human needs that always change and more various able from the years to years. The power of language to create the development of science and technology produced a comfortable life. English is an example of the international language that used of the number people in the world takes the important role of the development of science and technology. The development of science was resulted from the development of educations that prepared the human source especially in English language so it is suggested to be learned in order
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
to be more acceptable the information or knowledge from the other countries in the world that its necessities for the development of science. Indonesian education systems usually try to answer the demand of potential human resource that they must have ultimate skill, ability to fulfill the need of prospective human resource toward creating the valuable technology and science that used to make our life more comfortable and easier than some years before. Educational department consider that language has the central role toward the development of intelligences, social and the emotional of the learners and it emerge the success learners in order to study the subjects. Language study was hoped assisting the student to understand them self, their cultural, and the other cultural. In deep, language study is valuable in expressing their ideas and feel, collaborate in the social and it can find and accomplish the analytics and the imaginative ability that ever in them self. Educational
175
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
l institutions have some duties to create the prospective human resource. It uses an appropriate system that its relates with the human resources would be. Some of the system or called as curriculum has been practiced in Indonesian education system. Today, our Government via the education department executes a system that known as KTSP. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) refers to a curriculum mode that arranged in order to focus on the subject study. Its purpose to answers the differentiations of the education qualification demand in the diverse areas. The process of arrangement in built up of KTSP had been given to the educational department even in the each regency. Curriculum as the method and the system of the educational process creates the student to be more comprehensible and acceptable to apply the subject learned in their environment. The learner, particularly in the English study must able to accept the English material and must able to bring English in the
176
communication whether it is not completely mastery in their English. These goals reemphasis the educational department to be balance the quality of the out put student had studied with the demand of their area. In the other words education as the provider of the potential human resource is must be able to fulfill the demand in their area. By the new curriculum in Indonesia, some of the teachers hunt the appropriate book used in the teaching process. The first target of the curriculum is to prepare the student ability in English or they will be more communicative in using English. According to the Depdiknas, the Indonesia students differentiated as three levels first is per formative level, functional level, informational function and epistemic level. Especially for secondary school, students used functional level. It means that they can optimally English in the other from of writing, orally and they can handle the ordinary problem, in this life. Based on these argumentations, the writer
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
Masyarakat.Yang dimaksud fasilitas adalah perlakuan istimewa yang diberikan dalam bentuk,misalnya bunga pinjaman yang tidak wajar,pemberian izin yang exklusif,termasuk keringanan bea masuk atau pajak yang bertentangan dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Hal baru lainnya adalah dalam hal terjadi Tindak Pidana Korupsi juga menerapkan sistim P e m b u k t a i n Te r b a l i k , y a i t u Terdakwa mempunyai Hak untuk membuktikan bahwa Ia tidak m e l a k u k a n Ti n d a k P i d a n a Korupsi dan wajib memberikan keterangan seluruh harta bendanya dan harta benda Istria tau Suami anak,dan harta benda setiap orang atau Korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang bersangkutan,dan Penuntut Umum tetap berkewajiban membuktikan dakwaannya. UU NO 20 Th 2001 tentang Perubahan UU.31 Th 1999 tentang Pemberantasan Korupsi juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Masyarakat untuk berperan serta
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
membantu upaya Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,dan terhadap anggota Masyarakat yang berperan serta tersebut diberikan perlindungan. Ketentuan perluasan mengenai sumber perolehan alat bukti yang sah berupa Petunjuk,drumuskan bahwa mengenai “petunjuk”selain diperoleh dari keterangan saksi,surat,dan keterangan Terdakwa,juga diperoleh dari alat bukti yang lain yaitu dari keterangan Saksi,Surat,dan K e t e r a n g a n Te r d a k w a , j u g a diperoleh dari alat bukti yang lain yang berupa informasi yang diucapkan,dikirim atau diterima,atau disimpan secara elekronik dengan alat optic atau yang serupa dengan itu tetapi tidak terbatas pada data penghubung elektronik(elektonik data interchange),surat e l e k t o n i k ( e mail),telegram,teleks,dan faksimili,dan dari dokumen yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat,dibaca atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana,baik
277
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
memerlukan langkah-langkah p e n c e g a h a n d a n m e n y e l u r u h . D a l a m melaksanakan pencegahan dan pemberantaan korupsi yang efektif dan efisien dilaksanakan berdasarkan peraturan UndangUndang yang berlaku sejak tahun 1957 dan telah diubah sebanyak 5 kali.UU No.31 Th 1999 Tentang pemberantasan Korupsi diberlakukun tanggal 16 agustus 1999 timbul banyak interpretasi mengenai penerapan UU tersebut terhadap tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum UU.31 Th 1999 tentang Pemberantasan Korupsi ,Karena UU NO 3 Th 1971 tentang Pemberantasan korupsi tidak berlaku lagi sejak UU.31 Th 1999 tentang Pemberantasan Korupsi berlaku.Akibatnya timbul kekosongan hukum untuk mengisi kekosongan tersebut,Pemerintah pada tanggal 21 november 2001 telah mengesahkan UU NO 20 Th 2001 tentang Perubahan UU.31 Th 1999 tentang Pemberantasan Korupsi. Dalam UU ini Tindak Pidana Korupsi dirumuskan secara tegas
276
sebagai tindak Pidana formal,yang artinya bahwa walaupun hasil korupsi telah dikembalikan kepada Negara,pelaku Tindak Pidana Korupsi tetap diajukan ke Pengadilan dan Di Pidana.Perkembangan baru yang diatur adalah korporasi sebagai Subjek Tindak Pidana dapat di kenakan Sanksi.Dalam rangka mencapai tujuan yang lebih efektif untukl mencegah dan memberantas Tindak Pidana Korupsi,UU ini memuat ketentuan Pidana yang berbeda dengan UU sebelumnya,yaitu menentukan ancaman Pidana minimum khusus,Pidana denda yang lebih tinggi,dan ancaman pidana mati yang merupakan pemberatan Pidana.Selain itu UU ini juga mengatur Pidana Penjara bagi pelaku Tindak Pidana Korupsi yang tidak dapat membayarkan Pidana tambahan berupa uang penganti kerugian Negara. Dalam UU ini juga memperluas pengertian Pegawai Negeri,yang antara lain adalah yang menerima gaji atau upah dari Korporasi yang mempargunakan modal atau fasilitas dari Negara atau
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
interests to take a research in the content analysis of the books material in order to chose the appropriate books. According to Savignon there are seven functions that language performs for children: 1. the instrumental function: using language to get things 2. the regulatory function: using language to control the behavior of others 3. the interactional function: using the language to create interaction with others. 4. the personal function: using language to express personal feeling and meaning. 5. the heuristic function: using the language to learn and to discover 6. the imaginative function: using language to create a world of the imagination 7. the representational function: using language to communicate information (Richard and Theodore, 1998: 50-51). The writer did his research in the first grade of SLTP because its grade as the transition time of
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
the student after in the elementary school so they need a method that makes them easier to accept the material especially English subject. With the changes of material between Elementary English material with the SLTP English material the writer hopes it's not result some problems and it can be handle by the first grade student of SLTP. R E V I E W S O F R E L AT E D THEORIES 1.
There ever some efforts to emerge the success of learning process and its need approach and method use. English as the most particular language that most be thought in the some ways in order to make the learning process will be easier and it has some benefit to the learner toward their subject joined. There are so many way in the teaching English and the one of those are communicative language teaching. “CLT or communicative language teaching is an approach to
177
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
foreign language that emphasize interaction as both the means and the ultimate goal of learning a language” citied in http://en.wikimedia.org/wiki/com municative-language teaching. Due to the CLT focused on the communicative competence, it will be correlates to the definition of communicative competence definitions. According to Dell Hymes ideas, “Communicative competence refers to that speakers of language have to have more than grammatical competence in order to be able communicative effectively in language, they also need to know how language is used by numbers of speech community to accomplish their purpose”. 2. Curriculum and KTSP The part of educational system during the implementation of learning process, curriculum is essentially used. Curriculum generally defines as a plan developed to facilitate teaching learning process under the direction and guidance of a school, college and their staff members. Curriculum designed includes all of the planned
178
activities and events, which based on the educational instruction. Due to Nunan views curriculum refers to all aspect of planning, implementation, evaluating, and managing an educational program (1998: 14). Nunan view that “there are three ways in which teachers have interpreted the notion of curriculum as a product or set of items to be taught, as a process for deriving materials and methodology, and as the planning phase of program”(Nunan in Graves, 1996: 3). Curriculum emerge an effort of school to lead the teacher in giving the materials to achieve the purpose of learning and teaching process. Related to the development of technology, educational institution supposed to improve the student ability to answers the needs. Developing or reinforcement the curriculum in education system must be held. One of the solutions is to employ curriculum that had been modified suitable with the education needs. KTSP is the derivative of CBC utilized and it must be balanced with the areas
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
Negara.Apa saja tindakantindakan korupsi itu antara lain d i k e l o m p o k a n menjadi:menyebabkan kerugian terhadap keuntungan Negara,suap menyuap atau sogokan,pengelapan dalam jabatan,pemerasan,perbuatan curang,benturan kepentingan d a l a m p e n g a d a a n barang,gratifikasi atau menerima hadiah. Jur.Andi Hamzah92006:1823)membuat suatu asumsi atau hipotesis penyebab korupsi sebagai berikut:1)kurangnya gaji atau pendapatan Pegawai Negeri di bandingkan dengan kebutuhan yang makin hari makin meningkat.2)latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau s e b a b m e l u a s n y a korupsi.3)manajemen yang kurang baik dan control yang kurang efektif dan efisien.4)penyebab korupsi adalah modernisasi,kaarena modernisasi membawa perubahan pada nilai dasar masyarakat,membuka sumbersumber kekeyaan dan kekuasaan
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
baru,modernisasi juga merangsang korupsi karena perubahan yang diakibatkan dalam bidang kegiatan sistim politik. Gunar Myrdal berpendapat bahwa korupsi membawa dampak negative antara lain:korupsi mengakibatkan kurangnya hasrat untuk barkecimpung di bidang usaha sehingga kurang timbulnya pasaran nasional,korupsi mempertajam permasalahan masyarakat prural dan mengakibatkan kesatuan Negara bertambah lemah,korupsi juga menurunkan martabat pemerintah ,membahayakan stabilitas politik,dan turunya disiplin national. PERATURAN PERUNDANGAN YANG MENGATUR KORUPSI Korupsi merupakan ancaman terhadap prinsip-prinsip Demokrasi,yang menjunjung transparansi,akuntabilitas,dan integritas Bangsa.Oleh karena korupsi merupakan Tindak Pidana yang sistimatik dan merugikan Bangsa sehingga
275
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
harafiah dari kata Korupsi m e n u r u t A n d i Hamzah(2006:5)adalah kebusukan,dapat disuap,tidak barmoral,menyimpang dari kesucian,kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.Banyak teori yang menjelaskan penyebab dari korupsi,seperti teori dariJack Bologna mengemukakan teori GONE yaitu:1)Greek/tamak .2)Opportunity/kesempatan korupsi.3)Need/dorongan manusia untuk memenuhi kebutuhanya.4)Exposure/tindaka n bila koruptor tertangkap.Jadi menurut Bologna,korupsi di sebabkan oleh keempat unsure diatas. Para akuntan menyebutkan tiga kondisi penyebab kecurangan yang mereka namakan”Fraud triangle”yaitu:1)Incentives/Press ures yaitu Manajemen atau karyawan lain memilliki insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan.2)Opportunities yaitu keadaan memberikan peluang kepada management atau karyawan untuk melakukan kecurangan.3)Attitudes/Rationali zatian yaitu suatu
274
sikap,karakter,atau kumpulan nilai etis yang ada,yang memperbolehkan manajemen dan karyawan untuk melakukan tindakan tidak jujur,atau mereka dalam suatu lingkungan yang tertekan,yang menyebabkan mereka merasionalisasi tindakan tidak jujur. Robert Klitgaard memberi suatu persamaan korupsi sebagai berikut “C=M+D-A dan M+D-T”( C)Coruption equals monopoly power(M):plus discreation by officials (D):minus Accountability(T)Transparansi.Ar tinya korupsi sama dengan kekuasaan monopoli plus wewenang pejabat minus akuntabilitas atau amanah atau transparansi. Korupsi menurut UU NO.31 tahun 1999 jo UU No.20 tahun 2001 tentang pemberantasan korupsi, bahwa pengertian korupsi adalah suatu perbuatan yang memenuhi unsur-unsur:setiap orang,memperkaya diri sendiri,orang lain atau korporasi,dengan cara melawan hukum,dan dapat merugikan keuangan dan ekonomi
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
development must answers the areas characteristic need. Suitable with educational law designed by DEPDIKKNAS, the description of KTSP as follows: KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD/MI/SDLB, S M P / M T s / S M P L B , SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. So, KTSP curriculum designed must relate to the educational level/ grade, the characteristic areas, social cultural and the learners themselves. In the others educational instruction planned by DEPDIKNAS RI, there are some competencies due to the student in second year SLTP to be classified competence students especially to the English subject. There are four aspects for the student competencies. Meanwhile our educational department had arranged the goals of English instruction to the
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
SLTP students are as follows: 1. T o d e v e l o p t h e communication competence in both, oral and written in order to gain the functional literate level. 2. To increase the student awareness toward the function and the beneficial of English mastery in order to develop the student competence due to the global needs. 3. To increase the students comprehension to correlate between the language and society.( DEPDIKNAS 2006) The other description goals of learning English in SLTP student recommended by Depdiknas are as follows: 1. I t u s e s t o e n c o u r a g e communication competence in the form of oral and written form to gain the functional literate. 2. It is having consciousness of the essential and importance of English in order to encourage the Indonesian value in global competitions. 3. It is improving students
179
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
understanding on correlation between language and culture. (DEPDIKNAS: 2006) 2. Communicative Exercise In order to create a powerful of teaching process toward the English competence some linguist precedes teaching methods that called as CLT. Little Wood argues that in communicative activity provides opportunities for positive personal relationships to develop among learners between learners and teachers (1981: 18). Consequently, the students take their role in process of learning by themselves. The students emerge to make interactions that hold in conducive, in the class learning activities and persuade them to be able to take the conclusion or the point of their learning process done. a. Jigsaw Principle This principle allows the students to be both procedures and receivers in the communication. For example the students listen to the tape materials
180
and than communicate the contents to each other of the class. In other way these activities can be done, such as asking the students to follow street directions given by the teachers and to mark given location on the map (Brumfit and Jhonson: 1998: 201) b. Correction for content In sufficient principle that the student language production should be j u d g e d o n i t s communicative efficiency in relation to a specific task that can be defined as describe and draw, in which one student describes an illustration, diagram, etc. to his or her partners and the partner, tries to reproduce the item from the description and questioning (Jordan, 1997: 112). c. I n f o r m a t i o n Tr a n s f e r Principles The information transfers principle need the ability to understand information
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
mempunyai kemampuan yang serius untuk memberantas korupsi.Seiring berakhirnya dominasi kekuasaan legislative dan maraknya pertumbuhan partai politik,korupsi yang dulu didominasi birokrasi pemerintahan sekarang menyebar ke kalangan Legislalif dan Partai Politik.Berbagai kalangan pesimistis Pemerintah akan mampu menyelesaikan Korupsi. Dalam suatu Negara yang mempunyai Korupsi besar,Pemerintahannya sudah tidak memiliki kredibilitas karena Pemerintah sudah menjadi bagian dari korupsi.Pihak Swasta dalam hal ini sering terjebak dalam persoalan ini,dengan alasan korupsi yang sudah membudaya menjadikan pahak Swasta menjadi terlibat dalam hal ini.Sejak 1998,dalam skala 010,rata-rata IPK Indonesia di bawah 2.5.Semakin tinggi nilai IPK semakin baik kinarja Negara itu dalam memberantas Korupsi.Transparensi Internasional memiliki Indeks Presepsi Kumulasi ini untuk menghimpun persepsi dari para
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
pelaku bisnis di pasar Internasional.Dalam Indeks tersebut Indonesia saat ini menempati urutan ke-63,hal ini lebih baik dari pada tahun 2002 kita menempati posisi ke-96.Bila kita bandingkan sengan Negara Asean ,Indonesia memiliki tingkat kemiskinan jauh lebih rendah k e t i m b a n g Vi e t n a m , n a m u n Vietnam mendapat IPK jauh lebih baik yaitu 2.4.Menurunnya infestasi luar negeri selama lima tahun terakhir seharusnya menjadi pertimbangan bagi elite Politik untuk memberantas Korupsi.Kalau tidak segera diberantas,maka akan sulit memperbaiki perokonomian dan infestasi akan beralih ke Negara dengan tingkat korupsi yang kecil. PENGERTIAN KORUPSI Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan Korupsi sebagai perbuatan yang buruk seperti pengelapan uang,penerimaan u a n g s o g o k , d a n sebagainya.Bank Dunia(Word Bank) mendefinisikan Korupsi sebagai”an abuse of entrusted power by politicians or civil servants for personal gain.Arti
273
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
kemiskinan masih saja membelenggu.Akibatnya,kemisk anan yang berkepanjangan telah mendera bertubi-tubi sehingga menumpulkan kecerdasan dan masuk terjerembab dalam kurungan keyakinan mistis,fatalisme,dan selalu mencari jalan pintas. Kepercayaan terhadap p e n t i n g n y a k e r j a keras,kejujuran,dan kepandaian semakin memedar karena kenyataan dalam masyarakat tarjadi yang sebaliknya.Banyak yang bekerja keras,jujur dan pandai tetapi barnasip buruk,dan sebaliknya banyak yang mendapatkan kekayaan dengan mudah,hanya karena mereka dekat atau menjadi Pejabat,Penguasa,dan tokoh masyarakat. Dalam tahun-tahun terakhir ini sering kita menyaksikan banyak para Anggota Dewan,juga Kepala Daerah,berurusan dengan Aparat Negara karena tersangkut masalah korupsi.Budaya korupsi seakan memperoleh lahan yang subur karena sifat rakyat Indonesia yang lunak sehingga permisif terhadap
272
penyimpanggan moral dalam kehidupan masyarakat.Karena itu Korupsi dianggap sebagai masalah yang biasa atau wajar dalam kehidupan Penguasa.Hal ini sangat bertolak belakang dengan Negara lain,sebut saja di korea utara,mantan Perdana Menteri “Rooh mon yuung” bunuh diri karena disangka korupsi pada saat Beliau menjabat Perdana Menteri dengan dugaan pernah menerima gratifikasi atau hadiah. Korupsi bukanlah hanya persoalan hukum saja,tetapi juga merupakan persoalan social,ekonomi,politik,budaya dan agama.Realitas social yang timpang,kemiskinan rakyat,merebaknya nafsu politik kekuasaan,budaya jalan pintas dalam menerobos aturan,serta depolitisasi agama yang semakin mendangkalkan iman,semuanya telah membuat korupsi semakin s u b u r d a n s u l i t diberantas,disamping itu banyaknya lapisan masyarakat dan kompanen bangsa yang terlibat dalam tindak kurupsi. Korupsi saat ini sudah menyebar ke kalangan legislative dan partai politik.Elite politik belum
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
and to extract data in order to fill in the form (Jordan, 1 9 9 7 : 11 2 ) . F o r t h e example, the students asked to change the text into the table or diagram. d. Authentic Principle “This principle involves the authentic materials. These might include languagebased realia, such as sign, magazine, advertisement and newspapers, or graphic and visual source around the communicative activities can be built, such as maps, pictures, symbols, graphs and charts” (Richard and Rodgers, 2001: 170). e. Problem Solving Principle The techniques utilize activities that encourage the students to talk together or share information to find a solution of problems or tasks (Harmer, 1998: 129). In the other view, Little Wood belief that problems solving activities need not be based on everyday situation that arise inside or
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
outside the classroom. The teacher may also present more unusual situation, in order to stimulate the l e a r n e r ' s i n g e n u i t y. (1981:37). f. G a m e s o r R e l a x e d Principles These principles take games as the media over their process of learning. Games are vital part of teachers' equipment, not only for the language practice, but also for the therapeutic effect. Games can be used at any stage of class to provide an amusing and challenging and games are especially useful at the end of a long day, for the example twenty questions and other Yes / No Games Quizzes (Harmer, 1998: 101) g. Task Dependency. This principle can only be done if the first task has been successfully completed, e.g. listening to or reading something and then using the information to produce something such
181
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
as a report (oral or written) (Jordan, 1997:112). 3. content Analysis There is a way to observe the quality of book contents is done in order to analysis the book what is the content of text book accomplish with the students' need toward learning process. Ole Holsti 1969 describes that content analysis means a technique for making inferences by objectively and systematically identifying specified characteristics of message. (http://en.wikipedia. org/wiki/content_analysis) Earl Babbie defines content analysis as the study of recorded human communications, such as books, websites, painting and laws, and in other viewed Harold Lasswell formulated the core question of content analysis: Who says what, to whom, why, to what extends and with what effects?. (http://en.wikipedia.org/wiki/conte nt_analysis). Meanwhile Gall in Borg and Gall (1996) has ones proposed types of knowledge that research contributed to education is
182
Improvement Research. “Improvement research is the type of research that mainly concerned w i t h t h e e ff e c t i v e n e s s o f intervention and the research approach include experimental design and evaluation research”(http://www.personal.ps u.edu/students/w/x) . Patton (1990) view that improvement evaluation summative and formative) means a study the process and outcome aimed at attempted solution. The summative research purposed is to judge the effectiveness of a program, policy or product( http://www.personal.psu.edu/stud ents/w/x) Ole Holsti (1969) groups of content analysis into three basic categories: 1. Make inferences about the a n t e c e d e n t s o f communication 2. D e s c r i b e a n d m a k e inferences about the characteristic of communication 3. make inferences about the e f f e c t s o f a communications( http://en.wikipedia.org/wiki/ content_analysis).
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
merugikan Bangsa sehingga memerlukan langkah-langkah pencegahan. Saat ini Indonesia merupakan salah satu Negara dengan peringkat tinggi angka korupsinya,Sering kita menyaksikan banyak para Anggota Dewan,juga Kepala Daerah,berurusan dengan Aparat Negara karena tersangkut masalah korupsi,itu adalah bukti kecil bahwa tingkat korupsi kita begitu tingginya.Prihatin atas kondisi korupsi di Indonesia saat ini,yang sudah begitu menggurita dalam kehidupan kita seharihari,diharapkan kebiasaan korupsi dapat dikikis,atau dihilangkan,dengan menerapkan Pendidikan anti korupsi di kalangan pelajar dan Mahasiswa,melalui memasukan materi anti korupsi ke dalam kurikulum,maupun dengan mempraktekan kantin kejujuran di sekolah-sekolah,juga melakukan pelatihan terhadap para Pendidik. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar dan penyesuaian individu-individu secara terus menerus terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat,pendidikan adalah
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
sutu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.Dalam UU NO.20 Th 2003 tentang Sistim Pendikan Nasional,Bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan Bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa.Diharapkan berdasar fungsi pendidikan nasional ini secara khusus dengan menerapkan pendidikan anti korupsi,dapat membentuk watak dan perilaku generasi muda yang tidak korup. B U D AYA K O R U P S I D I INDONESIA Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumbar daya alam yang beraneka ragam,akan tetapi realitanya Negara kita cukup banyak memiliki hutang terhadap Negara lain.Sejak zaman Pemarintah Kerajaan,kemudian Penjajahan,dan hingga zaman modern dalam Pemerintahan NKRI sampai saat ini tetap saja
271
Dora Kusumastuti : Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Pada Anak Sebagai Sarana Yang Efektif Mencegah Korupsi
PENTINGNYA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI PADA ANAK DIDIK SEBAGAI SARANA YANG EFEKTIF MENCEGAH KORUPSI Oleh:Dora kusumastuti Abstraks:Korupsi saat ini telah begitu lekat dengan kehidupan kita seharihari,entah korupsi itu hanyalah korupsi waktu,ataupun sampai pada korupsi uang yang bernilai milyaran rupiah.Korupsi merupakan suatu perbuatan yang merugikan Rakyat.Karena seharusnya uang tersebut dapat kita nikmati barsama-sama,tetapi realitanya uang tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang untuk kepentingan pribadi.Bahkan Masyarakat sudah mulai menggangap korupsi adalah suatu hal yang biasa dilakukan oleh para Pejabat atau Penguasa.Melihat keadaan yang menggangap korupsi sebagai hal yang lumrah,mendorong lahirnya suatu gagasan atau wacana untuk memasukan pendidikan anti korupsi ke sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi,dengan cara memasukan materi Anti korupsi ini kedalam kurikulum.Diharapkan dengan memasukan materi anti korupsi ini dapat mengikis kebiasaan budaya korupsi,khususnya pada generasi muda,dikarenakan generasi muda ini kelak yang menjadi penerus Bangsa.Sehingga akan tercipta suatu Pemerintahan yang bersih,dan tercipta masyarakat yang adil dan sentosa. Kata kunci:Pendidikan Anti Korupsi,Korupsi PENDAHULUAN Korupsi menurut UU NO.31 tahun 1999 jo UU No.20 tahun 2001 tentang pemberantasan korupsi,disebutkan bahwa pengertian korupsi adalah suatu perbuatan yang memenuhi unsurunsur:setiap orang,memperkaya diri sendiri,orang lain atau 270
korporasi,dengan cara melawan hukum,dan dapat merugikan keuangan dan ekonomi Negara. Korupsi merupakan ancaman terhadap prinsip-prinsip Demokrasi,yang menjunjung transparansi,akuntabilitas,dan integritas Bangsa.Oleh karena korupsi merupakan Tindak Pidana yang sistimatik dan Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
Generally, most of content analyses in education have been aimed at answering question directly relating to the material analyzed. A kind of contents analyses of current textbooks used in schools can describe us such thing as: What is the content relate to the curriculum? Can these textbook materials help the student to improve their English competency? What is the quality category of text book? These text books analyses are often carried out by test publishing companies that produce standardized achievement test. So the text books can be constructed to have high content validity. Among the importance of content analyses took in the education by simple words frequency is used to judge those material book related to the curriculum or not and those can be used to improve the students English competence or not. The content analyses is necessary to obtaining certain types of information that assist people to identifying or solving educational problems especially to the text book materials selection.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
RESEARCH OF METHODOLOGY The writer analyzes “The Bridge English Competence” an English textbook for the first year of junior high school as the source of the data. This analysis is kind of the documentary study, so it does not need a specific place and the study can be done every time the writer wants. According to Hadi, The research methodology is scientific method chosen by the researcher to find, develop, and examine the truth of science (1995: 4). In this research the writer uses qualitative research with descriptive method as the appropriate method. The descriptive method means researcher only drawing the object condition or phenomenon based on the data only without taking general conclusion (Hadi, 1983: 3). Material book titled “The Bridge English Competence” as primary data. The researcher analyst the content of this book supported by other books as secondary data used to clarify the
183
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
material book in order to know the quality of the text book. They are some of book references, and the other data takes from the internet. “The Bridge English Competence”, an English textbook for the first school student, contains 7 units for two semesters. Unit 1 up to unit 4 is semester I and unit 5 up to unit 7 is semester II. The researcher takes all units in the book analyzed as the sample research by analyzing the command, question and the form of questions and additions question form. In this study, the writer carry out the total sampling means that the sample is taken from all of the population itself or the content of this book only. The researcher uses a documentary analysis as the technique in collecting the data in this research. The data take from “The Bridge English Competence” for the first year of junior high school student, written by Kistono, Ismukoco, Esti Tri Andayani, Albert Tupan and the researcher arrange this book into seven units. Each unit is separated into fourlanguage skill and some
184
Due to analyzing the data, the researcher classifies the data into two groups as qualitative data and quantitative data. Quantitative data are formed by the words or sentences, which range from the question or tasks, which develop the language skill and give the communicative exercise. The qualitative data are got by counting and adding the numbers then giving percentage from the numbers. Analyzing refers to evaluate. In this study, the writer evaluates the contents of the textbook. Based on: Patton (1990) “the evaluation research conducted in summative evaluation purposed to judge the effectiveness program, policy or product”.(http://www.personal.ps u.edu/students/w/x).. The evaluation uses to know whether the textbook are suitable with the curriculum demand and it is communicative characteristics as advised by some expert in CLTThe writer uses some steps to analyzing the data. There are as follows: Separating Material The researcher separates
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
DAFTAR PUSTAKA Dwiyono Agus, 1995. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMP, Yudistira: Jakarta Buchori, Muchtar, 1994. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Yogjakarta: Tiara Wacana Halim A. Ridwan, 1985. Tindak Pidana Pendidikan (Suatu tinjauan Filosofis-Educatif), Jakarta: Ghalia Moch Lukman Fatahulah Rais, 1997. Tindak Pidana Perkelahian Pelajar, Jakarta: Pustaka Sinar Nawawi. dkk, 1994. Kebijakan Pendidikan di Indonesia Ditinjau dari Sudut Hukum, Yogjakarta: University Press Ngalim Purwanto, 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya R. Soesilo, 1993. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bogor: Politecia Soedijarto, 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, Jakarta: Balai Pustaka Supriatma, A. Made Tony (ed),1996. Tahun Kekerasan (Potret Pelanggaran HAM di Indonesia), Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Suryanto, Abbas, 2001. Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa, Jogjakarta: Adi Cita UU RI No. 20 Tahun 2003, tentang: Sistem Pendidikan Nasional, Citra Umbara, Bandung, 2006 UU RI No. 14 Tahun 2005, tentang : Guru dan Dosen, Citra Umbara, Bandung, 2006 --------------, 1985. Pedoman Metode Penyajian Pendidikan Pancasila dan Penerapannya, Dirjen Dikdasmen: Jakarta --------------, 2007, Silabus Pendidikan Kewaarganegaraan , KTSP : SMP N 1 Banyudono
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
269
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
tuntas menjadi 97.43%, Penanaman Nilai Sikap kategori baik dan sangat baik 93% siswa, aktivitas motivasi belajar siswa mencaapai kriteria baik dan sangat baik 79.75%. KESIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran dengan model pembelajaran value clarification technique dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa.-siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan ini, kemampuan motivasi aktivitas belajar lebih baik, jika dibandingkan dengan belajar mandiri. Pembelajaran dengan model pembelajaran value clarification technique (VCT). dapat meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan menanamkan nilai sikap positif siswa.-siswa yang sekaligus peningkatan motivasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan ini. Saran bagi guru pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat menerapkan model pembelajaran value clarification technique. dalam proses
268
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan perkembangan penanaman sikap dan motivasi aktivitas belajar menurut peneli dapat memberikan keuntungan ganda, target kurikulum terpenuhi, kemampuan kreatif anak juga berkembang.
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
the task in the “The Bridge English Competence” in each unit. The material book consist of 7 units divided into two semesters. Unit 1-4 is semester one and the unit 5-7 is semester two. The percentage used as measurement as follows: Score Interval Percentage 85%-100% 75%-84% 60%-74% 40%-59% 0%-39%
0-4 4 3 2 1 0
DATA ANALYSIS In this research, the researcher used the textbook material as the primary data so the researcher uses the textbook materials as the sample or data during the research process. The researcher tries to analysis the task on the textbook material in the content of tasks unit and task order too. There are seven units in this textbook material and in the process of analyzing the data; the researcher started the analysis use table and the end of the analysis, tell the descriptions of the result of percentage data and the analysis of content material by KTSP curriculum. The description analysis Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
E-A A B C D E
Quality Very Good Good Fairly Good Bad Very Bad
of Unit I Personal Life as follows: Unit I with the theme Personal Life consists of two Oral cycles and two Written Cycles. For the first oral cycle and the second oral cycle have differentiation in their task content. There are 11 tasks and 6 tasks respectfully. So the sum of Oral cycle tasks is 17 tasks. Then in the written cycles have two sessions. First written cycle has 9 tasks and the second has 7 task so the total of written cycles in unit I is 16 tasks. Meanwhile if the researcher count the sum of the task due to the productivereceptive categorizes it can be found that the productive task in the unit I is 24 task or 72.72% task 185
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
are productive forms. In the other side, the receptive form is 9 tasks or 27.27% receptive task. Based on the presentation above, many kinds of task in unit I can be categorized as the communication exercises competence because there are significantly the productive form tasks more than the passive form tasks. And according to the Burhan's Categorized it is Fairly Good Category or C Grade. The productive form was formulated by the author as the student activity that produced orally products such as speaking used to describing, presenting and kinds of answers that only focused on oral act and written form used as communication means. The content of unit I especially at the texts materials was found that the texts are in the terms of functional sentences such as greeting, parting, counting and describing the personal identity. From the task below, the task have followed by the KTSP material purposed the student to encourage communication competence in the form of oral and written form to gain the functional literate,
186
however the texts have not use the cultural materials in the surroundings area. KTSP materials suggest that the materials must lead the student to improve their knowledge, competence and the materials also emerges the student knowledge about their culture The description analysis of Unit II School Life as follows: Unit II with the theme School Life consists of two Oral cycles and two Written Cycles. For the first oral cycle and the second oral cycle have differentiation in their task content. There are 9 tasks and 8 tasks. So the sum of Oral cycle tasks is 17 tasks. Then in the written cycles have two sessions. First written cycle has 9 tasks and the second has 10 tasks, so the total of written cycles in unit II is 18 tasks. Meanwhile if the researcher count the sum of the task due to the productive-receptive categorizes it can be found that the productive task in the unit II is 19 tasks or 52.78% tasks are productive forms. In the other side, the receptive form is 17 tasks or 47.22% receptive task.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
siswa 51.57. Untuk Penanaman Nilai Sikap diperoleh data kategori sangat baik 0 (0%) , kategori baik 16 (41 %) siswa , kategori sedang 20 (51 %), kategori kurang sejumlah 3(8 %), kategori tidak baik 0 (0%). Sedangkan untuk motivasi aktivitas belajar data yang diperoleh ; motivasi sangat baik 4.25%, motivasi baik 20.125%, motivasi cukup 40.50%, motivasi kurang 35.125%, Dari analisa tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa dengan belajar mandiri siswa yang tuntas diukur dari prestasi belajar secara klasikal baru 15.38% yang semestinya 85% siswa harus tuntas. Untuk penanaman sikap tuntas untuk kategori minimal baik 85%, yang pada kenyataannya baru 41% Pada hasil pengamatan aktivitas siswa dan guru untuk mengukur motivasi kegiatan belajar mengajar diperoleh data; aktivitas sangat baik dan baik sejumlah 24.375%, yang semestinya minimal 75% siswa beraktivitas baik dan sangat baik Berdasarkan hasil pembahasan pada prasiklus
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
bahwa tindakan pada prasiklus belum sama sekali menunjukkan pencapaian hasil yang optimal. Oleh sebab itu sangat perlu diadakan tindakan lagi yaitu pada siklus I dilanjutkan pada siklus II dengan model pembelajaran value clarification technique (VCT). Kegiatan pada siklus II mengacu pada pelaksanaan siklus I dengan mengadakan penyempurnaan model pembelajaran value clarification technique (VCT). dengan tujuan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus I dapat ditanggulangi atau bahkan dihilangkan pada tindakan siklus II. Berdasarkan data yang didapat tingkat daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang ditandai dengan peningkatan prestasi, penanaman nilai sikap dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT). cukup memuaskan yaitu nilai tertinggi didapat siswa 95 sedangkan nilai terrendah menjadi 65, Pencapaian rata-rata nilai 75.26 siswa berhasil belajar
267
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
Tabel 5. Data Penilaian Sikap Siswa Pada Siklus Rentang Nilai
Jumlah
Keterangan
% Nilai Sikap
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
12 24 3 0 0
7
31 62 7 0 0
135 s,d 152
Sangat Baik
3
115 s,d 134
Baik
28
97 s,d 114
Cukup
8
58 s,d 96
Kurang
0
39 s.d 57
Tidak baik
0
72 21 0 0
Tabel 6. Data Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus Siklus I
Siklus I
Sangat Baik
Siklus II Sangat Baik
Siklus II
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
(%)
(%)
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Partisipasi
5
7
(%)
57
66
38
27
0
Pendapat
7
0
8
61
69
32
23
0
Sikap Demokratis
0
6
9
57
62
34
19
3
0
Pembicaraan
8
12
59
69
29
18
4
1
Sikap Monopoli
7
14
63
70
29
15
1
1
Emosional
7
9
59
77
31
14
3
0
Konsentrasi
8
8
61
81
31
11
0
0
Toleransi
6
7
58
70
36
23
0
0
Rata-rata
6,75
9,25
59,375
70,5
32,5
18,75
1,375
0,25
Aspek
pembicaraan
Pembahasan Proses pembelajaran yang berlangsung pada prasiklus belum sesuai dengan apa yag menjadi tujuan pembelajaran yaitu hasil prestasi siswa belum meningkat dan penanaman nilai sikap pada siswa serta antusias siswa dalam melakukan proses pembelajaran prosentasenya 266
masih kecil. Berdasarkan data yang ada pada tindakan prasiklus diperoleh data dari prestasi siswa adalah : 1) nilai tertinggi diperoleh siswa 80 2) nilai terendah diperoleh siswa 35 3) siswa tuntas belajar 6 (15.38%) sedangkan belum tuntas belajar 33 (84.62%), dari sejumlah 39 siswa, 4) rata-rata Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
The characteristic of task in unit II is relevant to the students and teachers in the school life. The productive tasks formed by the author via attracting the students to explore their knowledge about activities in the classroom. The student in oral cycle also have to practice the expression of regret followed the response of regret too. They also have a challenge to speak up their opinions related to the rules of their school used disagree and agreement form. The percentage of productive tasks is 51.43 % so the typical of task according to Burhan's categories is Bad or D type and this unit is categorized as Bad textbook material too because it not enough support the KTSP curriculum that want the student have competency in oral and written form in order to make the student reach the functional literate level. Meanwhile the receptive forms, the author served listening skill tasks and reading comprehension. The description analysis of Unit III Family Life as follows:
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
NOTE Unit III Shopping: Productive = 22 (61.11%) Receptive = 14 (38.89%)
Unit III with the theme Family Life consists of two Oral cycles and two Written Cycles. For the first oral cycle and the second oral cycle have differentiation in their task content. There are 8 tasks and 6 tasks respectfully. So the sum of Oral cycle tasks is 15 tasks. Then in the written cycles have two sessions. First written cycle has 10 tasks and the second has 12 tasks, so the total of written cycles in unit III is 22 tasks. Meanwhile if the writer count the sum of the task due to the productivereceptive categorizes it can be found that the productive task in the unit III is 22 tasks or 61.11% tasks are productive forms. In the other side, the receptive form is 14 tasks or 38.89% receptive task. According to the table description above, unit III has 22 tasks or 61.11% of productive form and it can be categorized as fairly good categories or C type. The productive form tasks consist of oral and written skill that arranged in the daily activities theme. This unit promotes the
187
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
student to make description about daily's activities in a good paragraph so the students have to explore their new word in the context of daily activities. This unit also gives the students challenge to practice their words in dialog. In the other part of this unit, the receptive task is arranged in the form of listening and reading comprehension. The description analysis of Unit IV Professions as follows: NOTE Unit IV Shopping: Productive = 27 (75%) Receptive = 9 (25%)
Unit IV with the theme Professions consists of two Oral cycles and two Written Cycles. For the first oral cycle and the second oral cycle have differentiation in their task content. There are 8 tasks and 8 tasks too. So the sum of Oral cycle tasks is 16 tasks. Then in the written cycles have two sessions. First written cycle has 10 tasks and the second has 10 tasks too, so the total of written cycles in unit IV is 20 tasks. Meanwhile if the writer count the sum of the task due to the productive-receptive categorizes it can be found that
188
the productive task in the unit IV is 27 tasks or 75% tasks are productive forms. In the other side, the receptive form is 9 tasks or 25% receptive task. Taking from the data above, the unit IV has 27 tasks or 75% of productive task and it categorizes as Good textbook material because it can improve the students communicative competence in oral and written form. In Burhan's theory, unit IV can be categorized as Good or B level in the communicative competence material. Unit IV has theme professions provide the students to improve their knowledge and skill in the kinds of jobs. The students can practice how to ask and give the factual information in oral or written in curriculum vitae. They can practice and discus the professions theme in the simple dialog or interview with the others in politeness. The receptive tasks in this unit consist of listening and the major one is reading comprehension. They must read carefully and answering the questions precisely. This unit arranged in many kinds of
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
belajar siswa. Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I : Prestasi Akademik siswa tertinnggi 90, terendah 45, ratarata 70.75. Untuk penilaian sikap diperoleh data sangat baik 7 %, baik 72 %, cukup 21 %, kurang 0 %, demikian juga dengan Aktivitas belajar siswa rata-rata dalam kategori sangat baik/terpuji sejumlah 6.75 %, kategori baik sejumlah 59.375 %, kategori cukup sejumlah 32,5 %, kategori kurang sejumlah 1.375 %. Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut : Prestasi Akademik siswa tertinnggi 95, terendah 65, ratarata 75.26.
Untuk penilaian sikap diperoleh data sangat baik 31 %, baik 62 %, cukup 7 %, kurang 0 %,demikian juga dengan Aktivitas belajar siswa rata-rata dalam kategori sangat baik/terpuji sejumlah 9.25 %, kategori baik sejumlah 70.5 %, kategori cukup sejumlah 18.75 %, kategori kurang sejumlah 0.25 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh siswa jauh lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelum dilakukan kegitan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Hasil siklus I dan Siklus II peneliti paparkan pada tabel-tabel sebagai berikut:
Tabel 4 . Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus Nilai Siklus NO
Rentang Nilai
Prestasi Siswa Siklus I
Siklus II
% Prestasi Siklus Siklus I II
1
91 - 100
0
1
0
2.5
2
81 - 90
2
5
5
12.5
3
71 - 80
19
17
47.5
44
4
61 - 70
11
16
27.5
41
5
51 - 60
4
0
10
0
6
41 - 50
3
0
7.5
0
7
31 - 40
0
0
0
0
Nilai Tertinggi
0
90
95
0
0
Nilai Terendah
0
45
65
0
0
Rata-rata
0
70.75
75.26
0
0
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
265
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
Tabel 3. Data Observasi Aktivitas Siswa pada Prasiklus Sangat Baik/Terpuji Baik Cukup Aspek (%) (%) (%) Partisipasi 2 26 38 Pendapat/Gagasan 6 23 42 Sikap Demokratis 4 31 34 Pembicaraan 5 21 48 Sikap Monopoli pembicaraan Emosional Konsentrasi Toleransi Rata-rata
4
13
51
32
0
3 7 3 4,25
16 12 19 20,125
43 34 34 40,5
38 47 44 35,125
0 0 0 0
Deskripsi Siklus I dan Siklus II Pada tindakan siklus pertama dan siklus ke-dua siswa diberikan penjelasan-penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan pengantar materi pembelajaran, guru menerapkan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) . Dalam proses pembelajaran ini guru memberikan penjelasanpenjelasan ulang tentang materi pembelajaran dan memberikan pasilitas kepada siswa tentang hal-hal yang dianggap belum jelas, siswa dan guru melakukan kegiatan belajar mengajar dengan model Value Clarification
264
Kurang (%) 34 29 31 26
Kurang Sekali (%) 0 0 0 0
Technique (VCT) saling tukar pengalaman dan pendapat tentang materi dilanjutkan dengan langkah kegiatan penyimpulan materi hasil belajar dengan m o d e l Va l u e C l a r i f i c a t i o n Technique (VCT) disamping juga guru mengadakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar m e n g a j a r. S e t e l a h s e m u a rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran dilakukan penilaian untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa, hasil penanaman nilai sikap dan pengamatan dari guru ataupun sejawat untuk mengetahui tingkat aktivitas
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
variation and hopefully, it is the attractive tasks for students to do it. The description analysis of Unit V Hobbies as follows: NOTE Unit V Shopping: Productive = 23 (63.89%) Receptive = 13 (36.11%)
Unit V with the theme Hobbies consists of two Oral cycles and two Written Cycles. For the first oral cycle and the second oral cycle have differentiation in their task content. There are 10 tasks and 7 tasks. So the sum of Oral cycle tasks is 17 tasks. Then in the written cycles have two sessions. First written cycle has 9 tasks and the second has 10 tasks, so the total of written cycles in unit V is 19 tasks. Meanwhile if the writer count the sum of the task due to the productive-receptive categorizes it can be found that the productive task in the unit V is 23 tasks or 63.89% tasks are productive forms. In the other side, the receptive form is 13 tasks or 36.11% receptive task. Based on the presentation
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
of the productive task, it can be categorized as fairly good textbook material or in C level in Communicative competence type because it has 23 task or 63.89% tasks are productive tasks. The productive tasks are consisting of oral and written form task in hobbies theme. The unit gives students many kinds of hobbies an d allow them to use question tag and present continues tens in their description. These pictures in unit V make the students enjoy the tasks and the students are easier to describe the picture as same as the tasks order. The receptive task in unit V provided in listening form and reading comprehension. Listening the teacher description and study the reading text material are arranged by the author as the challenge of the students. The description analysis of Unit VI Things Around as follows: NOTE Unit VI Shopping: Productive = 22 (57.89%) Receptive = 16 (42.11%)
Unit VI with the theme Things Around consists of two Oral cycles and two Written
189
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
Cycles. For the first oral cycle and the second oral cycle have differentiation in their task content. There are 9 tasks and 8 tasks. So the sum of Oral cycle tasks is 17 tasks. Then in the written cycles have two sessions. First written cycle has 11 tasks and the second has 10 tasks, so the total of written cycles in unit VI is 21 tasks. Meanwhile if the researcher count the sum of the task due to the productivereceptive categorizes it can be found that the productive task in the unit VI is 22 tasks or 57.89% tasks are productive forms. In the other side, the receptive form is 16 tasks or 42.11% receptive task. Things around theme in this unit is drawing the students about the modern people life so it attract to people to listen and to read the text carefully in order to consider what the modern people look like? The percentage of productive tasks categorized the text materials in bad type because it is not enough improve the student's communicative competence. This unit needs more oral or written task than listening and reading texts
190
material. However, this unit make the students improve they new word and knowledge by the reading text material or the picture in this unit The description analysis of Unit VII Shopping as follows : NOTE Unit VII Shopping: Productive = 24 (60%) Receptive = 16 (40%)
Unit VII with the theme Shopping consists of two Oral cycles and two Written Cycles. For the first oral cycle and the second oral cycle have differentiation in their task content. There are 8 tasks and 12 tasks. So the sum of Oral cycle tasks is 20 tasks. Then in the written cycles have two sessions. First written cycle has 9 tasks and the second has 11 tasks, so the total of written cycles in unit VII is 20 tasks. Meanwhile if the researcher count the sum of the task due to the productivereceptive categorizes it can be found that the productive task in the unit VII is 24 tasks or 60% tasks are productive forms. In the other side, the receptive form is 16 tasks or 40% receptive task.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
Tabel 1 . Data Hasil Belajar Siswa pada Prasiklus NO Nilai Prasiklus Prestasi Siswa Rentang Nilai 1 91 - 100 0 2 81 - 90 0 3 71 - 80 2 4 61 - 70 10 5 51 - 60 6 6 41 - 50 6 7 31 - 40 15 Nilai Tertinggi 0 80 Nilai Terendah 0 35 Rata-rata 0 51.57 Tuntas 0 6 Tabel 2. Data Penilaian Sikap Siswa Pada Prasiklus Rentang Nilai Keterangan Jumlah 135 s,d 152 Sangat Baik 0 115 s,d 134 Baik 16 97 s,d 114 Cukup 20 58 s,d 96 Kurang 3 39 s.d 57 Tidak baik 0
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
% Prestasi 0 0 5 26 15 15 39 0 0 0 15.38
% Nilai Sikap 0 41 51 8 0
263
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
teknik diskritif yang dilakukan dengan cara trianggulasi yaitu dengan cara 1) reduksi data 2) penyajian data, dan 3) penarikan simpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis dilapangan dan berlanagsung terus menerus selama penelitian dilaksanakan (Huberman, 1992:16). Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan dengan memilih data yang sesuai dengan perumusan masalah dan kumpulan data yang ada. Penyajian informasi data yang diniliki disusun dengan baik dan runtut sehingga mudah dilihat, dibaca dan dipahami tentang sesuatu kejadiaan dari tindakan atau peristiwa dalam bentuk data kualitatif dan data kuantitatif. Berdasarkaan datadata yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber diambil kesimpulan yang masih bersifat sementara sambil mencari data pendukung dan penolakan simpulan, dalam penelitian ini menggunakan prosentase.
262
HASIL PENELITIAN Deskripsi Prasiklus Sebelum diadakan tindakan sebagai langkah awal diberikan tes awal. Hasil yang diperoleh pada tindakan prasiklus. Prestasi Akademik siswa tertinnggi 80, terendah 35, rata-rata 51.57. Untuk penilaian sikap diperoleh data sangat baik 0 %, baik 41 %, cukup 51 %, kurang 8 %, demikian juga dengan aktivitas belajar siswa rata-rata dalam kategori sangat baik/terpuji sejumlah 4,25 %, kategori baik sejumlah 20,125 %, kategori cukup sejumlah 40,5 %, kategori kurang sejumlah 35,125 %. Hal ini menunjukkan hasil yang diperoleh siswa masih jauh dari apa yang diharapkan. Dengan hasil yang belum memenuhi harapan tersebut guru perlu meningkatkan dengan mendesain proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif yaitu dengan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT). Hasil prasiklus dipaparkan sebagai berikut
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
This unit allows the student to improve their communicative competence with shopping theme. The tasks emerge the students to build a good dialog by using asking and offering sentences both in written and oral. According to the table, the percentage of productive task is 60% or 24 tasks, so it can be categorized as fairly good text book material or C level in the
c o m m u n i c a t i v e competence in Burhan's Categories. The productive task consists of oral and written form. Both of them arranged from the description task, completing the dialog and practicing dialog using the offering and asking sentences form. The text materials in this unit are attractive and support the students to use English as the communicative means.
BIBLIOGRAPHY Baedhowi, 2006. Sosialisasi KTSP Kurikulum. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Brow, H. Douglas. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey: Prentice Hall Regents Brumfit, C. J and K. Jhonson. 1998. The Communicative Approach To language Teaching. Oxford: Oxford University Press. Burhan Nurgiantoro. 1988. Penelitian Dalam Pengajaran Bahasa Dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Depdiknas 2006. Kurrikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 Dubin, Faraida dan Olshtain, Elite. 1997. Course design Denveloping Programs And Materials for Language Learning. Cambridge: Cambridge University Press.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
191
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
Graves, Kathleen. 1996. Teachers As course Developers. Cambridge: Cambridge University Press. Hamalik ,2008.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta.: Sinar Grafika. Harmer, Jeremy. 1991. The Practice of English Language Teaching. London and New York: Longman. Jordan, R.R. 1997. English for Accademic Purpose. Cambridge: Cambridge University of Press Kemmis, Stephen, Mc. Taggart Robin. 1990. The Action Research Planner. Australia: Deakin University. Kistono, dkk. 2006. The Bridge English Competence. Surabaya. Yudistira. .Larsen, Diane-Freeman. 2000. Techniques and Principle in Language Teaching. Oxford University Press. Littlewood, William. 1981. Communicative Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Nunan, David. 1995. LanguageTteaching Methodology. New York Prentice Hall. Richard, Jack C and Rodgers Theodore. 1998. Approaches and Methods in language Teaching. Cambridge: University Press. Suharsini Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sutrisno Hadi. 1983. Methodology Research. Yogyakarta: Yayasan
192
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
pengembangan, karena mengembangkan perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi : (1). Rencana Pelaksanaan pembelajaran, (2). Materi ajar, (3). Lembar kegiatan siswa, dan (4). Lembar observasi. Dan lembar pengamatan Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII semester 2 SMP Negeri 1 Banyudono tahun pelajaran 2008/2009 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar pengamatan, lembar hasil tes prestasi akademik sebagai pengukuran aspek kognitif dan lembar hasil tes sikap.sebagai pengukuran aspek afektif Prosedur Penelitian P e n e l i t i a n i n i menggunakan pendekatan proses yang berkesinambungan yang direncanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya,
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan tahap refleksi. Teknik Analisis Data Te k n i k a n a l i s i s d a t a kualitatif yang berupa lembar observasi, lembar hasil penilaian sikap dan pengamatan sejawat digunakan analisis diskriptif kualitatif. Analisis ini dilakukan pada saat proses pembelajaran dilaksanakan yaitu untuk observasi dari guru ke siswa dan pengamatan temana sejawat, sedangkan penilaian sikap dilakukan setiap selesai pembelajaran pada setiap siklus dan untuk selanjutnya dilakukan refleksi hasilnya. Data yang lain berupa data kuantitatif . Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajaar siswa yang berupa tes tertulis pada prasiklus, siklus satu dan siklus kedua. Analisis data tes sikap dan analisis data kuantitaif digunakan diskripsi komparatif yaitu membandingkan nilai tes pada kegiatan prasiklus dengan siklus pertama selanjutnyaa siklus kedua. Teknik analisa data dalam
261
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
pasti. Siswa dilatih untuk berani menentukan nilai yang dipilihnya, yang akan diketahui oleh orang lain. Dengan cara ini siswa akan meneliti sikap orang lain dan setelah didiskusikan siswa akan dapt memetik beberapa manfaat seperti: 1) pilihannya cukup menyakinkan, 2) nilai yang baik mungkin tidak hanya satu, 3) belajar menghadapi sikap dan pendirian orang lain Teknik Menentukan Urutan Prioritas Dengan cara ini siswa dilatih untuk menentukan pilihannya berdasarkan beberapa kemungkinan yang dihadapi. Juga dapat digunakan untuk melatih siswa menetapkan urutan prioritas dari kemungkinankemungkinan tersebut. Pilihan tersebut memerlukan pemikiran yang mendalam, terlebih dahulu para siswa harus mampu mengemukakan alasanalasannya, menjelaskannya kepada orang lain Teknik Penilaian Diri Dengan teknik ini siswa
260
dirinya sendiri, sehingga dapat menilai secara lebih tepat. Te k n i k i n i c u k u p p e n t i n g dilakukan, karena dapat menggali potensi dirinya dalam kehidupan sehari-hari, karena sesorang memiliki berbagai peran, sehingga kadang-kadang lupa akan diri pribadinya. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, yakni bermaksud mencari kemungkinan hubungan sebabakibat dengan memberikan perlakuan khusus terhadap kelompok coba dan membandingkannya dengan kelompok control.
Sri Handayani : A content Analisys on “The Bridge English Competency Grade VII”
http://en.wikipedia.org/wiki/content_analysis http://teachers.net/lessons/posts/4032.html http://www.personal.psu.edu/students/w/x http://en.wikimedia.org/wiki/communicative language teaching http://www.sil.org/lingualinks/LANGUAGE LEARNING hhtp//www.mtsu.edu.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas VIII semester 2 SMP Negeri 1 Banyudono tahun pelajaran 2008/2009 Metode dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dapat disebut juga penelitian
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
193
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
INTERNALISASI NILAI-NILAI BUDAYA JAWA DALAM HUBUNGAN ANTARA GURU DAN SISWA Oleh: Siti Supeni Abstrak: Internalisasi Nilai-nilai Budaya Jawa dalam Hubungan Guru dan Siswa di Sekolah, tampaknya lambat laun sudah memulai memudar, penanaman nilai-nilai budipekerti pada siswa melalui pelajaran Bahasa Jawa dan kesenian Jawa tentunya dapat diaplikasikan dalam perilaku kehidupan dalam tata krama Jawa, sehingga dalam internalisasi hubungan guru dan siswa melalui pelajaran etika dan budi pekerti dalam bahasa Jawa perlunya menampilkan kembali nilai-nilai budaya Jawa yang adiluhung, yang bersumber pada ajaran Wulang Reh, ajaran Mangkunegara dalam Serat Niti Sastra dan Serat Rama, begitu pula perlunya internalisasi hubungan guru sebagai “Quantum Teacher”, mampu mengubah potensi energi dalam diri siswa menjadi cahaya bagi orang lain, yang bercirikan pada budaya lokal (Jawa) sebagai pelestarian nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia. Kata Kunci: Nilai, Budaya Jawa, Guru-Murid PENDAHULUAN Di tengah lajunya informasi yang kian mengglobal, internalisasi nilai-nilai hubungan antara Guru dan Siswa dalam budaya Jawa yang merupakan kearifan lokal acapkali terabaikan. Padahal, lahirnya suatu informasi (termasuk pemikiran) umumnya tidak terjadi secara langsung, melainkan melalui internalisasi simbul-simbul sosial-budaya yang hidup di masyarakat tempat informasi/pemikiran muncul. Konteks seperti itu mestinya 194
mendorong semua pihak untuk “mempertimbangkan secara sungguh-sungguh” nilainilai kearifan lokal untuk diterapkan di dalam kehidupan keluarga, sekolah,masyarakat, dan bernegara. Yang menjadi pertanyaan penulis adalah bagaimana Internalisasi Nilai-nilai Budaya Jawa dalam Hubungan Guru dan Siswa di Sekolah dapat seiring dan konsisten antara kurikulum bahasa Jawa melalui pembelajaran di kelas dan Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Guru cenderung meletakkan siswa sebagai obyek, bukan subyek, bukan pribadi-pribadi yang memiliki kekhasan yang patut dihargai, tetapi malah diseragamkan lewat bahasa “disiplin” T E N T A N G M O D E L P E M B E L A J A R A N VA L U E CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) Value Clarification Technique (VCT) merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada pembinaan nilai. Nilai disini pengukurannya pada tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia yang sepatutnya dijalankan dan dipertahankan. Dengan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) merupakan salah satu usaha untuk membentuk anak dalam menentukan nilai-nilai yang akan dipilihnya. Dalam hal ini bukan meneliti nilai-nilai mana yang dianggap baik, melainkan ditik
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
beratkan pada proses pengambilan nilai. Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) digunakan untuk Pertama, membantu siswa dengan menggunakan langkahlangkah tertentu dalam proses pengambilan nilai menjadi nilai yang diyakini, Kedua; kalau nilai itu sudah ada maka siswa akan semakin menyadari akan nilai tersebut, Ketiga; apabila nilai tersebut baru akan disadari dan kemudian sebagai nilai yang luhur, Keempat; Siswa dapat menentukan pilihan nilai dengan keyakinan diri yang kokoh. Dalam pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Value Clarification Technique (VCT) guru dapat menggunakan beberapa teknik dalam rangka efektifitas, efisiensi dan tujuan pembelajaran. Teknik-teknik pembelajaran dengan Model Value Clarification Technique (VCT) antara lain: Teknik Pemungutan Suara Te k n i k i n i d i t e m p u h dengan tujuan siswa dapat dengan cepat menentukan dan menyatakan pilihannya secara
259
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
Soesilo, 1979 :6). Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa pada suatu sekolah digolongkan juga tindakan pidana. Berkaitan dengan tindak pelanggaran dalam dunia pendidikan maka dapat dijelaskan disini bahwa unsur perbuatannya berwujud sebagai suatu kesalahan baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur secara yuridis dalam peraturanperaturan hukum yang berlaku. Hal tersebut berpengaruh buruk terhadap dunia pendidikan Pertama ; Unsur yang tidak kalah pentingnya yaitu adanya kesalahan, unsur ini adalah jantungnya hukum pidana karena kesalahan merupakan masalah pokok dalam hukum pidana. Kedua; Unsur yang lain adalah pertanggung jawaban pidana,
Beberapa Permasalahan dalam Dunia Pendidikan Ya n g diKategorikan sebagai Tindak Pidana Berbicara mengenai tindak pidana pendidikan dalam perkembangannya ternyata tidak hanya dilakukan oleh tenaga 258
pendidiknya, tetapi juga dilakukan orang tua siswa, siswa, serta yang universal sifatnya dalam arti penyebabnya umum. Berikut ini akan ditunjukkan beberapa bentuk tindak pidana yang masuk dalam dunia pendidikan kita antara lain : Tindak kekerasan, sebagai faktor yang banyak mendukung terjadinya tindak pidana didunia pendidikan. Tindak kekerasan tak pernah diinginkan oleh siapapun apalagi di lembaga pendidikan yang sepatutnya menyelesaikan masalah secara edukatif.. Namun pada kenyataannya di lembaga pendidikan masih sering terjadi tindak kekerasan. Kekerasan adalah salah satu bentuk budaya primitif yang ingin dihilangkan lewat pendidikan. Jika pendidikan tetap mengajarkan bentuk-bentuk kekerasan, maka pendidikan kita tidak ubahnya mendidik siswa menjadi orang-orang yang primitif, yang suka bertindak kasar, gampang marah dan mudah membenci orang tanpa alasan yang jelas. Warna kekerasan dalam dunia pendidikan kita mencerminkan kurangnya ajaran kasih sayang
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
prakteknya dalam kehidupan sehari-hari? Tampaknya lambat laun sudah memulai memudar, penanaman nilai-nilai budipekerti pada siswa melalui pelajaran Bahasa Jawa dan kesenian Jawa tentunya dapat diaplikasikan dalam perilaku kehidupan dalam tata krama Jawa, sehingga dalam internalisasi hubungan guru dan siswa melalui pelajaran etika dan budi pekerti dalam bahasa Jawa perlunya revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal memang tidak terhindar dari upaya reinterpretasi (penapsiran ulang) dan rekontekstualisasi. Tu j u a n p e n u l i s a n i n i adalah merupakan sumbangan kajian dan pemikiran tentang Internalisasi Nilai-nilai Budaya Jawa dalam Hubungan Guru dan Siswa di Sekolah dapat seiring dan konsisten antara kurikulum bahasa Jawa melalui pembelajaran di kelas dan prakteknya, materi yang penulis ambil dari berbagai rujukan kajian pustaka yang relevan dengan budaya Jawa dalam hubungannya antara guru dan siswa.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
PEMBAHASAN Mengawali kajian dalam penulisan ini adalah Internalisasi Nilai-nilai Budaya Jawa dalam Hubungan Guru dan Siswa di Sekolah dalam Budaya Jawa menurut pendapat (Karkono Partokusuma, 1995:7-12) mengutarakan guru dalam masyarakat Jawa, bahwa masyarakat Jawa memberikan tempat yang amat terhormat kepada orang yang mengajarkan ilmu kepadanya. Di jaman silam disebut Pendeta, Brahmana, Ajar, dan sebagainya kemudian disebut guru, yakni guru ilmu, bukan guru sekolah. Gurupun terhitung pemimpin non formal, makin besar peguronnya, makin besar pengaruh sang guru kepada masyarakat. Guru wajib dihormati. Guru wajib dihormati, bahkan wajib disembah, karena gurulah yang menunjukkan hidup yang sempurna hingga akhir hayat, yang memberi petunjuk tentang kebaikan dan dialah yang dapat memberi nasehat sewaktu orang bersusah hati, dan orang berdurhaka kepada guru adalah
195
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
paling berat, maka baiklah mohonlah siang dan malam akan cinta kasihnya, janganlah cinta kasihnya sampai berkurang. Meskipun ada amanat orang harus menghargai guru, namun orang pun dipesan agar pandaipandai memilih gurunya. Amanat tentang ”memilih guru” sekaligus menunjukkan betapa sifat guru yang baik dan yang selainnya adalah guru yang cacat dan tercela. Dalam hal ini penulis ingin menyajikan beberapa rujukan dan pembahasan yang diambil dari nilai-nilai budaya Jawa yang adi luhung, seperti yang telah diajarkan oleh para pujangga Jawa terdahulu dimana nilai-nilai filosofi dari ajaran budaya Jawa tampaknya dengan kondisi sekarang masih perlu kita tinjau ulang sebagai bahan kajian dalam mewujudkan harmonisasi hubungan antara siswa dan guru melalui internalisasi nilai-nilai bvudaya jawa. R. Ng. Ranggawarsita, pujangga kraton Surakarta (dalam Karkono Partokusuma,
196
1985:7) menggariskan bahwa yang pantas menjadi guru, ialah: (1) keturunan orang luhur yang masih menjabat, (2) ulama yang paham kitab-kitab agama Islam, (3) ahli pertapa yang masih senantiasa menjalankan tapa, (4)orang ahli dan mahir menjadikan orang baik-baik, (5)orang pandai yang terus berusaha menambah kepandaiannya, (6)orang yang bersifat perwira, yakni prajurit yang masih mashur kewiraannya, (7)hartawan yang masih mempunyai keberuntungan, (8) petani yang jujur. Serat Wulang Reh Sri Pakubuwana IV berpesan di dalam ”Serat Wulang Reh” sebagai berikut: Dhandhanggula: Nanging yen sira ngguguru kaki, amiliha manungsa kang nyata, ingkang becik martabate, sarta kang wruh ing kukum, kang ngibadah lan kang wirangi, sokur oleh wong tapa, ingkang wus amungkul, tan mikir pawewehing liyan, iku pantes sira guronana kaki, sartane kawruhana.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan bernegara akan selalu berdasarkan pada norma-norma hukum yang berlaku.seorang sarjana Paul A Sauelson berpendapat bahwa “Kepentingann atau kebutuhan manusia pada dasarnya tidak terbatas, sedangaakan alat untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan itu sangat terbatas, sehingga manusia cenderung untuk selalu berusaha memenuhi apa yang diperlukannya itu” Meskipun kaidah-kaidah hidup dan peraturan-peraturan hukum telah dibuat untuk mengatur dan menjaga ketertiban dalam kehidupan masyarakat, namun hal ini belum dapat menjamin adanya ketentraman. Hukum dengan segala sangsinya hanya sebagian dari upaya untuk menciptakan suatu ketertiban dalam masyaraakat. Upaya ini harus dibarengi dengan rasa kesadaran tinggi dari anggota masyarakat untuk dapat menjunjung tinggi dan menghayati arti pentingnya hidup dalam masyarakat yang aman dan tertib berdasarkan kaidaha-
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
kaidah hidup dan peraturan hukum. Meskipun sudah dibuat kaidah hukum dan peraturan hukum dalam suatu negara, namun pelanggaran terhadap norma kehidupan dan peraturan hukum yang berlaku selalu akan tetap saja ada. Pendidikan merupakan hak dasar dari setiap warga Negara sebagai upaya untuk menciptakan generasi yang cerdas, produktif dan beraklak mulia, dan dunia pendidikan ini pada kenyataannya sering kali mengalami penyelewenganpenyelewengan sebagai akibat perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma kehidupan dan peraturan hukum yang dilakuakan oleh para siswa maupun warga sekolah lainnya.
Pelanggaran dalam dunia pendidikan Menurut R. Soesilo, tindak pidana didefinisikan sebagai sesuatu perbuatan yang dilarang atau diwajibkan undang-undanag yang apabila dilakukan atau diabaikan, maka orang yang melakukan atau mengabaikan itu diancam dengan pidana. (R.
257
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
(tahun 1789). Pernyataan ini mencanangkan hak atas kebebasan (liberate), kesamaan (egalite), dan persaudaraan dan kesetiakawanan (fraternite).
Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa Tahun 1946, Perserikatan Bangsa Bangsa membentuk komisi hak-hak manusia (commission of human rights) yang berhasil merumuskan naskah pengakuan akan hak-hak asasi manusia, yang dikenal dengan Universal Declaration of Human Rights. Melalui sidangnya, naskah ini diterima dan disetujui pada tanggal 10 Desember 1948. Universal Declaration of Human Rights mengatur hak-hak asasi manusia terutama dalam pasalpasal: Pasal 1, Pasal 7, Pasal 10, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 ayat (1),(2), Pasal 21 ayat (3) Pasal 22, Pasal 23 ayat (1),(2),(3), Pasal 26 ayat (1),(2),(3), pasal 27 ayat (1)
Hak Asasi Manusia di Indonesia Hak asasi manusia di Indonesia bersumber dan juga bermuara pada Pancasila. Maksud bersumber pada Pancasila adalah bahwa hak asasi manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, Pancasila, sedangkan bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Oleh, karena itu bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti melaksankan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, hak asasi manusia diatur menurut Pembukaan UUD 1945 dan pasal- pasalnya
Tentang Hukum Indonesia adalah Negara hukum (recht staat), sehingga
256
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
Te r j e m a h a n d a l a m bahasa Indonesia sebagai berikut: Tetapi apabila anda akan berguru anakku, pilihlah manusia yang benar, yang baik kedudukannya, dan yang tahu hukum (agama), yang taat beribadah dan yang tidak raguragu akan kebenaran Tuhan, syukur dapat seorang pertapa, yang sudah tekun, tak mengharapkan pemberian orang lain, itulah yang anda pantas berguru padanya anakku, dan juga ketahuilah. Selanjutnya, (Heniy Astiyanto, 2006: 202-204), juga mengutarakan tentang tata krama Jawa dalam internalisasi hubungan guru dan siswa melalui pelajaran etika dan budi pekerti dalam bahasa Jawa. Pelajaran etika itu berhubungan dengan garis longitudinal umur seseorang, yang dijalani setingkat-demi setingkat. Tata krama dimulai sejak kita kecil, sedini mungkin. Di dalam keluargalah kita diajar, dibiasakan bagaimana beretiket: halus tutur
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
bahasanya, luhur budipekertinya, sikap yang sopan santun mengenal jenjangjenjang bahasa, dikenallah : bahasa ngoko (andhap antya basa/ basa antya) bahasa krama (andhap madya inggil) ( D a r m a r d j a t i S u p a d j a r, 1993:102). Kesadaran atau kedewasaan etis berhubungan dengan kedewasaan cipta rasa dan karsa (logical reasoningemotional maturity-moral stability). Dalam hal demikian pengembangan bahasa Jawa nampaknya akan membantu pelajaran Tata-Krama Jawa. Kita semua tahu bahwa tidak mungkin kita bertengkar memakai bahasa krama; apabila kita bertengkar pastilah kita lalu memakai bahasa ngoko, lebih-lebih apabila sudah emosional. K e s e m u a n y a i t u sesungguhnya berlandaskan kepada pandangan hidup Jawa. Bukan pada tempatnya menguraikan hal itu, lebih-lebih dihadapan para ahli Javanologi. Kata-kata kunci: Sangkan paraning dumadi, Pangastuti, Mawas diri.
197
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
Kata-kata kunci Wulang-wulang Kajawen. Ajaran etika Jawa sebagaimana nampak pada etiketnya, meliputi banyak segi : unggah-ungguh, suba-sita, boja-krama, kesemuanya mencakup hubungan selengkapnya. Antara manusia dengan Tuhan: Manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam sekitarnya, antara manusia dengan sesamanya dibedakan, antara yang muda dengan yang lebih tua (anak-bapak; adik-kakak, siswa-guru). Bawahan atasan (anak buah-pemimpin), suamiisteri, teman akrab atau baru dan lain sebagainya. Juga dikenal ajaran yang lebih luas, mengenai kota dan desa; ungkapan : Desa mawa cara, negara mawa tata. Petunjuk-petunjuk di atas mengajarkan agar orang dapat memperoleh kelebihan hendaknya jangan lupa ajaran gurunya. Di samping itu hendaknya jangan mencela sesama manusia, karena pada hakekatnya tidak ada orang yang tanpa cela cacad. Dewa-dewa
198
saja yang masih mempunyai cacad apalagi manusia. Jika dalam pergaulan orang dapat berlaku demikian, maka akan selamat hidupnya. (Yayasan Mangadeg Surakarta, 1979: 28), menulis tentang karya Pakubuwana IV dalam gubahan tembang Pangkur dalam serat Wulang reh, lagu yang memuat ajaran dan bernilai filsafat jawa sebagai berikut: (1) Kang sekar pangkur winarna, lelabuhan kang kanggo wong ngaurip, ala lan becik puniku, prayoga kawruhana, adat waton puniku dipun kadulu, miwah ta ing tata krama, den kaesthi siyang latri. (2) Deduga lawan prayoga, myang reringa watara aywa kari, iku prabot satuhu, tan kena tininggala, tangi lungguh angadeg miwah lumaku, angucap meneng anendra, duga-duga nora kari. (4) Kalamun ana manusa, tan nyinggahi dugi lawan prayogi, iku wateke tan patut, amor lawan kathah, wong deksura dhaludur tanwruh ing edur, aja sira cedhakcedhak, nora kena neniwasi. Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
hukum maupun norma sosial.
Te n t a n g Manusia
Hak Asasi
b).Petition of Rights ( tahun 1628 ), c). Habeas Corpus Act ( tahun 1679 ), d). Bill of Rights ( tahun 1689 ).
Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak lahir. Hak dasar ini bersifat universal, berlaku dimana saja, kapan saja, dan untuk siapa saja. Hak ini tidak tergantung pada pengakuan manusia lain, juga tidak pada negara atau masyarakat. Hak ini diperoleh manusia dari penciptaNya, dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan. Sejarah perkembangan, dan perumusan Hak Asasi Manusia berjalan secara perlahan dan beraneka ragam yang dapat ditelusuri dinegara-negara :
Pemikiran filsuf John Locke yang merumuskan hak-hak alam; seperti hak atas hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty, and property) mengilhami sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat Amerika waktu memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun 1776. pemikiran John Locke mengenai hak-hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan “Declaration Indefendence of the United State”
Hak Asasi Manusia di Inggris
Hak Asasi Manusia di Perancis
Inggris sering disebutsebut sebagai negara pertama di dunia yang memperjuangkan hak asasi manusia. Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan yang berhasil disusun dan disahkannya antara lain:
Perjuangan hak asasi manusia di Perancis terlihat dalam naskah yang dirumuskan pada awal revolusi Peraancis melawan kesewenang-wenangan rezim lama. Naskah yang dikenal dengan sebutan “Declaration Des Droits De L'homme et Du Citoyen”
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
255
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
PENDAHULUAN Pembelajaran PKn di SMP Negeri 1 Banyudono harus mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) SMP Negeri 1 Banyudono yang tertuang dalam silabus PKn. Didalam silabus PKn tersebut dituntut adanya peran aktif siswa dalam perlindungan HAM dan penegakan hukum, sedangkan pada kenyataan di SMP Negeri 1 Banyudono para siswa belum m a k s i m a l t i n g k a t pemahamannya tentang HAM d a n h u k u m s e r t a implementasinya dimasyarakat sekolah terutama. Hal ini ditandai dengan seringnya siswa berperilaku, bertindak, dan bersosialisasi cenderung melanggar HAM dan hukum yang disebabkan kurang mengerti atau belum faham tentang HAM dan hukum secara maksimal oleh siswa. Kita menyadari bersama bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan hak asasi setiap generasi. Pendidikan merupakan sebuah proses pembangunan kerangka pikir
254
manusia sejak ia dilahirkan. Hal ini ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 bahwa pendidikan merupakan salah satu hak dasar yang harus diterima oleh warga Negara Indonesia. Ketentuan ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa pemerintah mendapat amanat untuk menjamin hak-hak warga Negara tersebut. Bidang pendidikan adalah suatu aspek yang sangat peka terhadap berbagai macam sikap tindak pendidikan yang negatif, saat ini banyak terjadi pelecehan maupun kejahatan pendidikan. Untuk menghindarinya ialah dengan senantiasa bertindak menurut nilai, asas, sendi dan norma yang baik dalam dunia pendidikan, baik dalam peran sebagai pihak pendidik maupun sebagai siswa ataupaun orang tua/walinya, sedapat mungkin selalu mempertahankan serta melindungi dari berbagai bentuk perbuatan yang merugikan bagi dunia pendidikan, berikut segala kesempatan yang dapat memungkinkan terjadinya perbuatan yang merugikan, yaitu segala bentuk perbuatan yang
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
(5) Mapan wateke manusa, pan ketemu ing laku lawan linggih, solah muna muninipun, pan dadi panengeran, kang apinter kang abodho miwah kang luhur, kang asor lan kang mlarat, tanapi manusa sugih. (6) Ngulama miwah maksiyat, wong kang kendel tanapi wong kang jerih, durjana bebotoh kaum, lanang wadon pan padha panitike lima puniku, apa dene wong kang nyata ing pangawruh kang wus pasthi. Terjemahan dalam bahasa Indonesia : Ya n g d i c e r i t e r a k a n d a l a m nyanyian pangkur jasa bagi orang hidup, buruk dan baik itu, sebaiknya kau ketahui, ada dan peraturan itu dilihat, dan tata krama jadikan tujuan siangmalam. Baik dan buruk, serta penghati-hati dan pertimbangan jangan ketinggalan, itu adalah alat yang sungguh-sungguh tidak dapat ditinggalkan, bangun duduk, berdiri dan berjalan, berkata diam tidur, baik buruk jangan ketinggalan. Jika manusia, tidak menghindari baik dan buruk, Jurnal Ilmiah Widya Wacana
itu wataknya tidak baik, berkumpul dengan orang banyak, orang yang kejam dan menuruti nafsu sendiri tidak tahu aturan, jangan engkau dekat-dekat, akan membuat celaka. Memang watak manusia, bukankah terdapat dalam perbuatan dan duduk, gerak dan ucapannya, bukankah menjadi tanda, bagi yang pandai, yang bodoh dan yang luhur, serta yang rendah dan melarat. Ulama dan maksiyat yang berani dan penakut kaum laki-laki dan perempuan, bukan sama yaitu melihat tanda-tanda kelima watak tersebut, demikian pula yang nyata-nyata, dalam hal pengetahuan yang sudah pasti. Penulis mempunyai pendapat bahwa tunjuk di atas mengajarkan agar orang hidup itu mengetahui baik dan buruk, demikian pula bersikap hati-hati dan penuh pertimbangan. Orang yang tidak mengetahui baik buruk akan berwatak kurang baik, kejam, menuruti nafsu saja. Jangan dekat dengan orang yang berwatak buruk tersebut. Sebaliknya dalam bersahabat dengan orang lain hendaknya
199
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Apawong sanak sira kaki, lan wong kang berbudi wicaksana, lawan apawong mitra kaki, sujana kang, gedhe ngamalira, iya ingkang ngamal saleh, kang anamur ing laku, kalakuan kang marang becik, yaiku janma ingkang, tan umbag tan sengung, yen tetulung tan ketara, mring liyane aniat s i d h e k a h , p i k i r, t u m e m e n kautaman. Nahan warna kaping nem winarni, lamun sira mrih apawong sanak, akekancan sesamine, pikiren jroning kalbu, upamane sira ningali, panganan lan minuman, sira pan kepencut, pikiren jroning wardaya, iya dene kari iku manpangati, marang sariranira. Terjemahan dalam bahasa Indonesia : Bersahabatlah engkau anakku, dengan orang yang berbudi bijaksana, dan bertemanlah engkau anakku, cendekiawan yang besar amalnya, yang beramal sholeh, yang tidak menonjolkan 200
p e r b u a t a n n y a , berkelakuan baik, itulah orang yang, tidak besar mulut dan tidak congkak, jika menolong tidak kentara, terhadap sesama bersedekah pikiran, masuk dalam keutamaan. Yang tersebut nomor enam, jika kamu ingin bersahabat, berteman dan yang sejenisnya, pikirlah dalam hati, seumpama engkau melihat, makanan dan minuman, engkau kemudian tertarik. Pikirlah dalam hati, apakah hal itu bermanfaat terhadap badanmu. Yen apawong sanak sira kaki, akekancan lan manungsa kathah, kulanana sesadhenge, yen prayitna ing kewuh, aywa dumeh ngagungken sami, anggunggung marang sira, ngalembaneng wuwus, akeh kang tumekeng manah, pan wus kantuk pitutur ingkang sayekti, ing mangkya mana-mana. Karub badanira ing ngaurip, nora pisan silih tetukenga, malah muwuhi ribede, agawe aru biru, karya tandha denya mrih budhi, pawong mitra sadhengah, temah dadya satru, nanging yen mengkono, ana sira myarsa aja niyat malas
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Suwarto: Peningkatan Pemahaman HAM dan Hukum Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Valeu Clarification Technique siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 1 Banyudono Tahun 2008/2009
PENINGKATAN PEMAHAMAN HAM DAN HUKUM PADA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALAUI MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE SISWA KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN 2008/2009 Oleh : Suwarto Abstract: Ability of Student class two SMP one Banyudono school year 2008 / 2009 adequate relative seen from domination storey;level and understanding of kognetif asfek and afektif. The mentioned can be seen from result of acquirement assess achievement learn class mean student have seethed with excitement, however is the result obtained with measurement by klasikal, while if/when measured by complete boundary of complete value learn to minimize the amount of complete expressed student not yet gratified. In Curriculum Mount Set Of Education SMP 1 Banyudono contend that complete criterion minimize for the semster of two PKn subject is sixty six, with amount of student obtain;get minimum value is equal to minimum value or more than that at least eighty five prosen . Its meaning from Amount of thirtieth student nine in this research sampel minimize student obtain;get value is equal to complete value criterion minimize and more than that at least thirtieth four student. With the condition require to be done/conducted by more serious handling by process more study of inovatif and please with exploiting various study model, which is on finally obtained by achievement is student earn more maximal. In order to attainment toward is the of researcher in this case learn PKn class subject eight semester two of SMP 1 Banyudono conduct research of this class action with a purpose to after this research is conducted will be obtained by the make-up of motivation and achievement learn more optimal student. Kata Kunci : HAM, ,Model Pembelajaran, Value Clarification Technique.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
253
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
Herry Widyastono, dkk. (1997). Profil Peserta Didik Yang Memberikan Perhatian Khusus di Sekolah Dasar. Jakarta : Balitbang Dikbud. Herry Widyastono, dkk. (1997). Profil Peserta Didik Yang Memberikan Perhatian Khusus di Sekolah Dasar. Jakarta : Balitbang Dikbud. Milgram, R.M. (1991). Counseling Gifted and Talented Children. New Jersey : Ablex Publishing Corporation. Utami Munandar, SC. (1982). Pemanduan Anak Berbakat. Suatu Studi Penjajagan. Jakarta : CV Rajawali. Utami Munandar, SC. (1989). Bunga Rampai Anak Berbakat : Pembinaan dan Pendidikannya. Jakarta : CV Rajawali. Yaumil A. Achir. (1990) Bakat dan Prestasi. Disertasi. Jakarta : Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia.
252
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
Suksma. Penulis berpendapat bahwa kutipan di atas mengajarkan agar jangan bersahabat dengan orang atau kelompok yang tidak berbudi, ingin menang sendiri, tidak takut berbuat salah, jahil dan sebagainya. Sebaliknya ia harus bersahabat dengan orang atau kelompok yang bijaksana, suka beramal, berbudi luhur, suka menolong, suka melakukan keutamaan. Agar memperoleh manfaat dalam berkawan lebih dahulu wajib memikir dan menimbang-nimbang dengan cermat apakah jika ia bersahabat dengan seseorang atau dalam hubungannya dengan kelompok bermanfaat adanya. Belum tentu orang yang selalu memuji dengan manis itu adalah orang pantas menjadi kawan, sebab sanjungan tersebut tidak berasal dari hati sanubarinya. Seandainya seseorang sudah terlanjur mempunyai kawan yang demikian hendaknya jangan membalas dendam, tetapi wajib berlaku sabar, nasihat-nasihat tersebut memperkuat apa yang telah
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
diuraikan yaitu bahwa didalam hidup bermasyarakat yang mobah mosik lir cakra manggilingan itu pihak-pihak yang bersangkutan wajib selalu waspada dan hati-hati. Waspada dan berhati-hati memilih kawan dalam internalisasi hubungan masyarakat Jawa yang dapat menyebabkan ketentraman dan kebahagiaan hidup bersama. Waspada dan berhati-hati untuk memilih kawan yang jujur, berlaku adil dan suka bekerja sama demi kebahagiaan bersama. Jika dalam pergaulan tersebut ternyata ada pihak lain yang berbuat curang, biarkan saja jangan dibalas, sebab dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa orang tersebut mudahmudahan menjadi baik. Selanjutnya (Franz Magnis-Suseno SJ, (1993:60) dalam buku yang berjudul dalam Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafah tentang “Kebijaksanaan Hidup Jawa” menjelaskan bahwa kaidah yang memainkan peranan besar yang mengatur internalisasi interaksi dalam masyarakat Jawa ialah ”prinsip hormat”, demikian
201
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
pula pendapat (Purwadi, 1990: 46), mengemukakan internalisasi hubungan dalam birokrasi pemerintahan terimplementasi pada hubungan guru dan kepala sekolah, pemimpin yang efektif selalu memanfaatkan kerja sama dengan para bawahan untuk mencapai cita-cita organisasi, seiring pendapat yang dikemukakan menurut (Mulyasa, 2005: 26-27), kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang : mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan para guru (bawahannya), dalam masyarakat Jawa, : dapat melibatkan mereka secara aktif dalam mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan; berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah; bekerja dengan team manajemen (Majalah Pelangi Pendidikan, Belajar Untuk Masa Depanku Senin, 30-Juli-2007), internalisasi hubungan masyarakat jawa sebagai internalisasi hubungan antara wong cilik dengan kaum priyayi, mungkin perlu
202
pandangan dunia priyayi yang menjadi pengukur metafisik dan norma priyayi, batas yang diringkas menjadi sepasang konsep yang sentral: alus dan kasar. Alus berarti murni, berbudi halus tingkah lakunya, sopan, indah sekali tutur bahasanya, lembut, halus, beradap dan ramah. Seseorang yang berbicara kromo inggil (berbicara bahasa Jawa tinggi), demikianlah yang diharapkan kepemimpinan Jawa, (Fahry Ali, 1989: 18-19). Irama hidup yang dicita-citakan oleh masyarakat Jawa adalah manusia “ethic” yang banyak diilhami oleh cerita wayang, diantaranya; sifat ikhlas, mengekang rasa (wani ngalah dhuwur wekasane), belas kasihan kepada yang lemah, dan tidak pendendam. (G. Moejanto dalam Soedarsono, 1986:26). Dari uraian diatas, penulis dapat menggambarkan bahwa dalam internalisasi hubungan antar masyarakat Jawa, merupakan suatu keinginan yang diharapkan oleh masyarakat Jawa sebagai sebuah pakem adalah mengikuti aturan-aturan
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
DAFTAR PUSTAKA Balitbang Depdikbud (1986a). Hasil Identifikasi Siswa Berbakat di Sembilan SMP/SMA. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. Balitbang Depdikbud (1986b). Materi penataran Lokakarya Pelayanan Pendidikan Untuk Anak Berbakat. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. Balitbang Depdikbud (1986c). Penelitian Alat Identifikasi Sederhana Siswa Berbakat. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. Balitbang Depdikbud (1986d). Hasil Lokakarya Persiapan Pelaksanaan Program Pendidikan Untuk Anak Berbakat. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. Balitbang Depdikbud (1986e). Penelitian Alat Identifikasi Sederhana Siswa Berbakat. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. Clark, Barbara (1983). Growing Up Gifted. Columvus Ohio. Charles E. Merril Publishing Company. Callagher, JJ (1975). Teaching the Gifted Child . Boston : Allyn & Baccon. Heryy Widyastono. “Sistem Percepatan Belajar Bagi Siswa yang Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Oktober 2000, Tahun ke-6, No.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
251
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
yang ditetapkan secara nasional. Perubahan orientasi manajemen ini telah mendorong para penyelenggara pendidikan (sekolah) untuk mengelola layanan pendidikan kepada masyarakat lebih optimal dan lebih berdaya guna, mulai dari layanan pendidikan kepada naka didik dibawah normal, anak didik normal, dan anak didik diatas normal. Beberapa hal yang perlu ditegaskan danmendapat perhatian khusus, yaitu : penyelenggaraan program percepatan belajar harus memberi peluang dan kesempatan serta terbuka untuk semua warga negara Indonesia, tanpa membedakan tingkat dan strata sosial ekonomi seseorang. Sekolah penyelenggara Program percepatan belajartidak bolehmengabaikan faktor sosialisasi nilai-nilai budaya bangsa. Sangat perlu dihindari terjadinya dampak kesenjangan antara program reguler dan Program percepatan belajar. Penyelenggaraan Program
250
mengantarkan anak didik menuju perkembangan yang seimbang antara aspek intelektual, kreativitas, emosional, dan spiritual.
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
(tata krama) yang sesuai, dengan mengambil sikap hormat atau kebapakan yang tepat, adalah amat penting. Disamping itu, bahwa kaidah yang memainkan peranan besar yang mengatur internalisasi interaksi dalam masyarakat Jawa ialah prinsip hormat kepada yang lebih tinggi derajatnya. Serat Nitisastra Dalam Serat Nitisastra, Yasadipura II mengungkapkan sebagai berikut: Pan samono jrone ingkang warih panengraning janma susila, swasana pratingkahe, dhihin tataning wuwus, kaping kalih tataning linggih, rereh ing semunira, keh santosanipun, nastiti yen amemangun, rereh ririh tan barebah lamun angling, sih samaning tumitah. Momoting tyas tulus datan mamrih, karusakaning sesama, pan iya iku cihnane, jatikula ranipun, ing panengeran datan ngendhani, tandhane janma tama, ing tata tinemu, kadya kang aran pandhita, sastra genyang lire tan ngendhak sakehing patekening sujanma.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Kasusastran linaden sakapti, sinung sabda ririh lawan karsa, anedahken patakone, amadhangi tyas limut, ngenakaken ing tyas prihatin, wruh wirasaning sastra, putusing tumuwuh, yeku wiku sastra genyang. Lamun ana wong sugih arta retna dinanging panganggenira. Terjemahan dalam bahasa Indonesia: Demikianlah didalam air tanda manusia susila, awasilah perbuatannya, lebih dahulu tata ucapan, kedua tatanan duduk, halus tampaknya, banyak sentosanya, berhati-hati sekali bila makan, halus dan pelan tidak berubah jika tertawa, kasih sayang terhadap sesama makhluk. Lemah hatinya bersih tanpa pamrih, kerusakan terhadap sesama, bukankah itu buktinya, akunya sejati namanya, dalam tanda tidak menghindari, tandanya manusia utama, ditemukan didalam tata, seperti yang bernama pendeta, sastra genyang artinya tidak mencegah semua pertanyaan manusia. Kesusasteraan disajikan sesuai dengan maksudnya, berisi 203
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
ucapan yang halus dan kehendak, menunjukkan pertanyaannya, menerangi hati yang susah, mengenakkan hati yang prihatin, tahu rasanya sastra, ahli dalam hal hidup, yaitu wiku sastra genyang. Jika ada orang yang mempunyai uang dan ratna yang indah, tetapi caramu memakai. (Sarjono Darmasarkara, tth: No.1439) Tujuan di atas menunjukkan bahwa tanda manusia susila dapat dilihat pada ucapannya, dan perbuatannya. Misalnya tanda seorang pendeta ialah sastra genyang artinya halus ucapannya, menerangi hati orang lain yang sedang dilanda oleh kesusahan, mengenakkan hati orang yang sedang berperihatin, ahli sastra dan masalah hidup. Berbicaranya orang susila, seperti tersebut di atas itulah yang perlu, menjadi contoh dan tauladan, agar pergaulan dalam masyarakat berjalan tertib. Dalam Serat Nitisastra diterangkan sebagai berikut: Ingkang janma yen arsa amanggih, ing kalewihan sira leksana, wuruking guru ywa supe, 204
dene ta wong kang wuru, amuroni dhiri pribadi, dhingin bagus ing warna, anom dhasaripun sugih tur bisa ing karya, lawan mungguh kulaning arang tumandhing, wong ingkang wus mangkana. Limang prakara wus angenggoni, yekti wuru yen wuru wong ika, anemu papa temahe, lamun papa wong iku temah asor papa pinanggih, ing janma ywa mamada, nanacad wong iku, tan cacad. Sang Hyang Guru janggane cemeng lir mangsi, Hyang Wisnu cacadira. Angon bantheng Hyang Endra ta malih, cacadira netra nira kathah, sagunging gelitan kabeh, pan woriten netranipun, marma aywa nanacad janmi, yakti datanpa guna, amaoni tuwuh. Yen ana janma kang wikan, ing rahayu petunging dina kang becik, yogya sungana dana. Terjemahan dalam bahasa Indonesia: Manusia jika ingin memperoleh, kelebihan mulailah ajaran jangan lupa, dan orang yang mabuk, memabuki diri sendiri, mula-mula warnanya bagus, muda dasar jarang tertandingi, orang yang demikian itu sudah menempati Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
dibutuhkan karena mereka mempunyai karakter tertentu yang perlu mendapat pelayanan tepat. Pembiayaan Dana yang diperlukan program percepatan belajar relatif lebih besar dibandingkan dana yang diperlukan dalam program r e g u l e r. U n t u k i t u d e m i keberhasilan pelaksanaan program tersebut, sekolah penyelenggara hendaknya berupaya menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan tidak mengikat dengan berbagai pihak : misalnya pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait lainnya. Peran aktif orang tua peserta didik percepatan belajar dalam pengadaan dana sebagaimana halnya pembinaan kegiatan penunjang lainnya mutlak diperlukan oleh sekolah. Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan Program percepatan belajar dapat dilaksanakan setalah sekolah-sekolah tersebut memiliki persyaratan penyelenggaraan pendidikan
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
yang ditetapkan,baik yang menyangkut peserta didik, guru sarana prasarana, kurikulum, dan lain-lain, termasuk ke dalamnya pembentukan dewan Pendidikan, Komite Sekolah Sekolah dan / atau Wakil Orang tua Tingkat Kelas (WOTK) sangat diperlukan. Banyak hal dan kegiatan yang dapat dilakukan oleh komite sekolah terhadap sekolah, yang pada gilirannya akan sangat membantu penyelenggaraan pendidikan pada sekolah tersebut. Penutup O r i e n t a s i penyelenggaraan pendidikan saat ini telah berubah dari manajemen berbasis pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management). Pada dasarnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberikan peluang besar kepada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri dalam rangka memberikan layanan pendidikan kepada anak didik dan masyarakat orang tua siswa (Stakeholder), tetapi masih dalam koridor kebijakan pemerintah
249
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
pendidikannya. 2. M e m i l i k i p e n g a l a m a n mengajar dikelas reguler sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dengan prestasi yang baik. 3. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik siswa. Sarana Prasarana Sekolah penyelenggara program percepatan belajar, diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa yang mencakup prasarana dan sarana belajar. Prasarana Belajar antara lain :Ruang Kepala Sekolah, ruang guru, ruang BK,ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang TU, ruang OSIS dan lainlain Yang termasuk sarana belajar : buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, koran, modul, lembar kerja, kaset Video, VCD, CD Room, dan sebagainya. Sedangkan media pembelajaran
248
yang dibutuhkan seperti radio casette recorder, TV, OHP, W i r e l e s s , S l i d e P r o j e c t o r, L D / L C D / V C D / D V D P l a y e r, Komputer dan sebagainya. Sistem Evaluasi Evaluasi yang dilakukan untuk siswa pada program percepatan pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada program reguler, yaitu untuk mengukur ketercapaian materi (dya serap)materi dalam program percepatan belajar ini sebaiknya sejalan dengan prinsip belajar tuntas. Adapun sistem evaluasi yang ada di kelas percepatan meliputi : Ulangan Harian, Ulangan Umum, dan Ujian Nasional (UN) Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan Konseling bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dilakukan dengan tujuan untuk membantu individu mengenali dan memahami diri dan mengarahkan dirinya dengan tepat terhadap lingkungannya, teman, keluarga dan sekolah. Bimbingan dan Konseling
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
lima hal, pasti mabuk jika orang itu mabuk, akhirnya memperoleh hina, jika hina biasanya orang itu menemuka derajat yang rendah, jangan mencela sesama manusia, mencela orang lain, tidak ada orang cacad, Sang Hyang Guru lehernya hitam seperti tinta, Hyang Wisnu cacadnya. Menggembala banteng Hyang Endra lagi, cacadnya matanya banyak, seluruh lekuk, kan ada matanya, karena itu jangan mencela orang, pasti tidak ada gunanya, mencela segala yang hidup. Jika ada orang yang pandai, dalam menghitung keselamatan harihari baik berilah dana. (yasadipura II, 1981:33). Serat Rama Yasadipura II dalam tulisannya (1981:18-19). Serat Rama menulis sebagai berikut: ”Nahan kaping hastha kang gumanti, warna kaping sanga kang pangucap, aywa sok metuwa bae, myang wektuning kang rembug, rerimbagan sabarang pikir, kang dhingin singgahana, pangucap tekabur,
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
ujub riya lan sumengah, padha bae ana -lawanireki, lawan ngucap priyangga. Liring kibir gumedhe ing dhiri, pangrasane ngungkuli ngakathah, sarwa kaduga bareng reh, sumugih gumuneku, sapa sira sapa mami. Liring riya lumaku tinuting, den alema samining tumitah, ing sabarang pratingkahe. Kaping kalih aywa sira angling, luwih ing kat awening sru mangas, ning lesanireku, saking pangucap druhaka, kaping pat sira reksaa, lesanira angucap dora sakikir. Kaping lima reksanen ta kaki, lesanira saking ing pangucap, ananacad ing liyane amamaoni wuwus, kaping neme reksanen lesanta, angucap kang tanpa gawe, geguyon amemisuh, acarita tanpa asil” Te r j e m a h a n bahasa Indonesia:
dalam
Demikianlah kedelapan yang berganti, warna kesembilan hal ucapan, jangan sampai asal keluar saja, dan waktunya pembicaraan, teratur segala pikirannya, yang pertama hindarilah, berucap takabur, ujub, riya dan sumunggah sama saja 205
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
ada lawannya, serta ucapan pribadi. Arti kibir ialah merasa besar diri, perasaannya melebihi orang banyak, dan mampu terhadap segala aturan, yang menakjubkan ialah merasa kaya, siapa engkau dan siapa saya. Sedangkan riya berarti minta diikuti, dan dipuji oleh sesama makhluk, dalam segala tingkahnya. Kedua jangan kamu bicara, melebihi batas dan jelas bernafsu, setia menjaga mulutnya, dari ucapan duraka, keempat jagalah mulutmu mengucap bohong, kelima jagalah anakmu, mulutmu dariucapan mencela orang lain, mencela ucapan. Keenam jagalah mulutmu, berucap yang tanpa arti, bergurau dengan musuh bercerita tanpa hasil. Hal Kibir. Selanjutnya dijelaskan arti kibir adalah gumedhe ing dhiri atau menganggap dirirnya besar dan melebihi orang banyak, merasa serba dpat, merasa kaya, bersikap siapa kamu dan siapa saya, kasar dan keras serba sanggup dan membesarbesarkan kewibawaan. Riyak
206
berarti minta diturut kehendaknya, dipuji oleh sesama mengenai semuaa tingkah lakunya. Ujub berarti apa yang dilakukan meniombulkan takjub kepada yang melihatnya. Sumungah berarti minta agar setiap perbuatannya didengar oleh orang lain. Penulis berpendapat bahwa perbuatan kibir harus ditinggalkan karena barang siapa melakukannya akan terkena bebendu dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Disamping kibir masih ada ucapan-ucapan yang harus dihindari yaitu: mengucap kasar, mengucap durhaka, mengucap bohong, mengucap maki-maki, mengucap yang tanpa arti misalnya misuh mengucap (kata-kata kotor) kurang hati-hati. Larangan-larangan tersebut diatas menunjukkan bahwa orang seharusnya berbicara yang baik, sopan-santun dan yang dapat menarik perhatian pihak lain. Dalam pergaulan masyarakat bahasa adalah alat yang penting, karenanya bahasa lisan wajib dipelihara dengan baik. Berbicara seharusnya masih dalam batas-
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
penyelenggaraan program percepatan belajar, kepada kepala Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten /Kota meneliti proposal dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar tahun 2003 yang diterbitkan oleh Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas. SekolahSekolah yang memenuhi kriteria, selanjutnya diberikan rekomendasi oleh kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk kemudian diusulkan guna memperoleh Surat Keputusan (SK) sebagai sekolah penyelenggara program percepatan belajar dari Kepala Dinas Pendidikan Propinsi. Kurikulum Kurikulum program percepatan belajar adalah kurikulum nasional dan muatan lokal, yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
antara pengembangan spiritual, logika, etika dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sistematis, linear dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa mendatang. Guru Karena siswa memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, idealnya gurunya juga memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Namun, untuk mencapai kondisi ideal tersebut nampaknya sulit dicapai. Berkenaan dengan hal itu, guru yang dipilih hendaknya guru yang memiliki kemampuan, sikap dan keterampilan terbaik diantara guru yang ada (the best of the best). Secara lebih operasional, guru yang dipilih memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Memiliki tingkat pendidikan yang dipersyaratkan sesuai dengan jenjang sekolah yang diajarkan, sekurangkurangnya S1 untuk guru SD, S
247
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
perilaku kognitif (daya tangkap cepat, mudah dan cepat memecahkan masalah, dan kritis), Kualifikasi perilaku kreatif (rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang, berani ambil resiko), Kualifikasi perilaku keterikatan terhadap tugas ( tekun, bertanggung jawab, disiplin kerja keras, keteguhan dan daya juang), Kualifikasi perilaku kecerdasan emosi (pemahaman diri sendiri, pemahaman diri orng lain, pengendalian diri, kemandirian, penyesuaian diri, harkat diri dan berbudi pekerti), Kualifikasi perilaku kecerdasan spriritual (pemahaman apa yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain) Persiapan Penyelenggaraan Program D a l a m r a n g k a Penyelenggaraan program percepatan belajar perlu dilakukan berbagai macam persiapan. Diantaranya adalah sebagai berikut : Mengadakan konsultasi dan komunikasi intensif dengan sekolah-sekolah yang sudah
246
menyelenggarakan lebih dahulu program tersebut, untuk mendapatkan berbagai informasi dan masukan. Membentuk tim kecil program percepatan belajar di sekolah penyelenggara yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru-guru senior yang memiliki kepedulian dan perhatian untuk memberikan layanan bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasaan luar bisa. Mekanisme Penyelenggaraan Permohonan ijin Penyelenggaraan ujicoba program percepatan belajar dilaksnaakan atas ide dari sekolah yang bersangkutan (School Based Management). Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut : Sekolah mengajukan proposal permohonan ijin secara tertulis dilengkapi dengan data dan informasi tentang ketersediaan sumber daya pendidikan (input siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-rasarana, dana manajemen sekolah, proses belajar-mengajar, dan lingkungan sekolah) sebagai pendukung
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
batas kasih sayang. Berbicara dengan kasih sayang merupakan salah satu keberhasilan dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Berbicara dengan dasar kasih sayang akan menimbulkan kerukunan, sehingga tujuan hidup bersama yaitu kebahagiaan akan dapat tercapai. Disamping laranganlarangan tersebut orang wajib menjaga agar tidak berbicara yang durhaka, menipu, memaki atau mencerca, mengumpat, misuh dan berbicara yang tanpa arti. Hal-hal tersebut ditegaskan untuk menjaga jangan sampai m e l a n g g a r, k a r e n a d a p a t menimbulkan pertentangan, perselisihan, perpecahan bahkan kekacauan masyarakat. Katakata tersebut tidak mengandung nilai kasih sayang. Karena itu dapat menimbulkan kegagalan masyrakat dalam membina dan memelihara serta menjaga kebahagiaan dan ketentraman. Petunjuk- petunjuk yang dikemukakan petunjuk sebagaimana dikemukakan di atas mengandung nilai yang
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
tinggi. Petunjuk-petunjuk yang dikemukakan disajikan dalam bentuk yang runtut dalam suatu sistem nilai. Sekaligus petunjuk tersebut adalah metode untuk bergaul, isis petunjuk tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam mencapai keberhasilan cita-cita hidup kemasyarakatan yaitu kebahagiaan. Quantum Teacher (Kotter. P John, 1996: 11511 6 ) d a l a m t u l i s a n n y a berpendapat bahwa internalisasi hubungan guru sebagai “Quantum Teacher”, mampu mengubah potensi energi dalam diri siswa menjadi cahaya bagi orang lain, yang bercirikan: (1) antusias; menampilkan semangat hidup, (2) positif melihat peluang setiap saat, (3) berwibawa menggerakkan orang, (4) supel mudah menjalin hubungan dengan beragam siswa, (5) humoris berhati lapang untuk menerima kesalahan, (6) luwes menemukan lebih dari satu cara untuk mencapai hasil, (7) fasih berkomunikasi dengan jelas, (8) tulus memiliki niat dan motivasi
207
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
positif, (9) spontan; dapat mengikuti irama dan tetap menjaga hasil, (10) menarik dan tertarik mengaitkan setiap informasi dengan pengalaman hidup siswa dan peduli akan diri siswa, (11) menganggap siswa mampu; percaya akan mengorkestrasi kesuksesan siswa, (12) menetapkan dan memelihara harapan tinggi; pedoman yang memacu pada setiap siswa untuk berusaha sebaik mungkin, (13) menerima mencari dibalik tindakan dan penampilan luar untuk menemukan nilai-nilai inti. KESIMPULAN Dari uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa internalisasi nilai-nilai budaya Jawa dalam hubungannya antara guru dan siswa adalah hubungan yang berkaitan dengan etika dan tata krama, bahkan lebih jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan negara kita, yang pada umumnya telah melembaga secara tradisional. Dengan demikian maka hal itu amat erat hubungannya dengan berbagai aktifitas yang dilakukan, baik di
208
rumah, di sekolah, maupun di rumah. Kita pada umumnya masih hafal di luar kepala nyanyian sejak masa kecil kita : dedalane guna lawan sekti, kudu andhap asor, wani ngalah luhur wekasane, tumungkula yen dipun dukani, bapang den singkiri, ana catur mungkur. Kalau kita mau mengkaji kitab-kitab Jawa dahulu, penuh dengan Ajaran moral; Misalnya : Centhini, Wulangreh, Wedhatama, Wetaradya. Bahkan kritik pujangga Josodipuro, yakni Wicara-Keras, juga disampaikan secara etis. Centhini misalnya menggariskan kewajiban atau syarat etis seorang calon sarjanasarjana, yaitu: nastiti, nestapa, kulina, diwasa, santosa, engetan, santika, lana. bahwa hubungan antara siswa dan guru dalam budaya Jawa adalah hubungan timbal balik yang diikat dalam manunggaling cipta rasa budi miwah karsa dalam jalinan lahir batin. Atas dasar inilah proses pembelajaran yang melibatkan guru yang baik dengan siswa akan memperoleh kawruh begja sawetah (ilmu kebahagiaan seutuhnya) jika diikuti dengan
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan y a n g b e r s i f a t perluasan/pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk siswa lainnya. Program ini cocok untuk siswa yang bertipe “enriched learner) Program Percepatan (acceleration), yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa, dengan memberi kesempatan yang lebih singkat dibanding teman-temannya. Program ini cocok bagi siswa yang bertipe “accelerated learner”. Bentuk Penyelenggaraan Program Ditinjau dari bentuk Penyelenggaraannya dapat dibedakan menjadi (Clark, 1983) : (1) Kelas Reguler, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tetap berada bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas reguler (model inklusif). (2) Kelas khusus,
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus, dan (3) Skeolah khusus, dimana semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Lama Belajar Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa lebih cepat dibandingkan siswa reguler. Pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD), dari (enam) tahun dapat dipercepat menjadi 5 (lima) tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masingmasing dari 3 (tiga) tahun dapat dipercepat menjadi 2 (dua) tahun. Standar Kualifikasi Standar kualifikasi yang diharapkan dapat dihasilkan melalui program percepatan belajar adalah peserta didik yang memiliki kualifikasi kemampuan sebagai berikut :Kualifikasi
245
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
(1) hakekat manusia, (2) hakekat pembangunan nasional, (3) tujuan pendidikan, dan (4) usaha untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut (Depdikbud, 1994). Pertama, manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan. Potensi itu pada dasarnya merupakan anugerah kepada manusia yang semestinya dimanfaatkan dan dikembangkan, serta jangan disia-siakan. Peserta didik yang memiliki yang memiliki potensi kecerdasan kebutuhan pokok keberadaannya (eksistensinya). Apabila kebutuhan pokoknya tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu-raguan. Jika potensi mereka dimanfaatkan, mereka walaupun potensial akan mengalami kesulitan (Utami Munandar, 1982). K e d u a , d a l a m pembangunan nasional, manusia merupakan sentral, yaitu sebagai subyek pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya sebagai subyek, maka manusia
244
I n d o n e s i a dikembangkan untuk menjadi manusia yang utuh, yang berkembang segenap dimensi p o t e n s i n y a s e c a r a w a j a r, sebagaimana mestinya. Ketiga, pendidikan nasional berusaha menciptakan keseimbangan antara pemerataan kesempatan dan keadilan. Pemerataan kesempatan berarti membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik dari semua lapisan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan tanpa dihambat perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, dan agama. Akan tetapi, memberikan kesempatan yang sama (equal opportunity) pada akhirnya akan dibatasi oleh kondisi obyektif peserta didik, yaitu kapasitasnya untuk dikembangkan. Penyelenggaraan Pendidikan Program penyelenggaraan pendidikan yang dapat digunakan adalah dengan : Program pengayaan (Enrichment), yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Supeni : Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dakan Hubungan Antara Guru dan Siswa
kapati marsudi (berusaha dengan sungguh-sungguh) DAFTAR PUSTAKA Karkono Partokusumo (Kamajaya). 1985. Ajaran Jawa Tentang Kepemimpinan Masyarakat dan Negara. Yogyakarta: Yayasan Ilmu Pengetahuan dan kebudayaan Panunggalan Lembaga Javanologi. Kotter. P John. 1996. Leading Change. Boston, Massachusettes: Havard Business School Press. Sarjono Darmasakara. (tth: No.1439). Keteladanan Pangeran Samber Nyawa. Surakarta: Perpustakaan Mangkunegaran. Soedarsono. 1986. Dalam Etika Jawa. Surakarta: Centhini. Fahry Ali. 1989. Refleksi Paham “Kekuasaan Jawa” dalam Indonesia Modern. Jakarta: PT Gramedia . Franz Magnis-Suseno SJ. 1984. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia. ----------------------------,1993. Etika Jawa (Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa). Jakarta: Gramedia Pustaka. Majalah Pelangi Pendidikan, Belajar Untuk Masa Depanku, Senin, 30 Juli 2007. Mulyasa. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Purwadi. 2006. Prabu Joyoboyo – Wejangan Luhur untuk Membaca Owah Gingsiring Taman. Yogyakarta: Tugu. (Yayasan Mangadeg Surakarta, 1979: 28), menulis tentang karya Pakubuwana IV dalam gubahan tembang Pangkur dalam serat Wulang reh. Yasadipura,R.Ng. 1981. Serat Rama. (Alih huruf oleh Mulyohutomo). Surakarta: reksapustaka Mangkunegaran. Jurnal Ilmiah Widya Wacana
209
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
PENTINGNYA MINAT YANG HARUS DIMILIKI SISWA DALAM BELAJAR PEMAHAMAN MEMBACA BAHASA INGGRIS ATAU READING COMPREHENSION UNTUK MENCAPAI PRESTASI BELAJAR YANG BAIK Oleh: Ch. Evy Tri Widyahening Abstract: Education is the most important factor to increase the quality of human resources. A good system of education will influence the human resources. Study is also to be the most important thing to reach a good achievement in this life. It is influenced by many factors, such as social factors, non-social, physiological, psychology, attention, interest, and so on. In studying reading comprehension, students must have interest firstly to get a good achievement in their study. Interest has an important role in reaching a good achievement, especially in deciding to choose a place to study (school). If students have this factor, they will study reading comprehension enthusiastic. Beside that, they have to know that studying reading comprehension is a must and important. Because reading comprehension is one of four skills in English language and they must study and comprehend this subject more deeply. Key words: education, study, interest, reading comprehension. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sebuah Negara akan mendapat julukan sebagai Negara maju apabila Negara tersebut memiliki kualitas sumber daya manusia yang bagus dan bernilai tinggi. Sistem pendidikan yang baik juga 210
memiliki peran yang tidak kalah penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia melalui pola pikir dan juga aspek moralitas. Komisi Pendidikan untuk abad XXI (Unesco, 1996;85) melihat bahwa hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada 4 pilar, yaitu (1) Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
potensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya memiliki sifat-sifat yang positif. Sebetulnya tidak demikian. Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai k e b u t u h a n p o k o k akanpengertian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu-raguan. Jika minat, tujuan dan cara laku mereka yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya, bakat istimewa akan mengalami kesulitan. Hal ini nyata dari daftar yang disusun oleh Seoge (dikutip oleh Martinson, 1974) yang menunjukkan bahwa ciri-ciri tertentu dari siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat dapat atau mungkin mengakibatkan timbulnya masalah-masalah tertentu, misalnya : 1. Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
2. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan meraka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugastugas rutin. 3. Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus k e i n g i n a n u n t u k memaksanakan atau m e m p e r t a h a n k a n pendapatnya. 4. Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik. 5. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Landasan Filosofis Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, termasuk didalamnya program percepatan (akselerasi) belajar didasari filosofi yang berkenaan dengan :
243
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
pula perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak yang berbakat istimewa agar mereka dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal”. Tekad ini berlanjut terus dan dipertahankan dalam GarisGaris Besar haluan Negara berikutnya yaitu GHBN Tahun 1988, yang berbunyi : “Anak didik berbakat istimewa perlu mendapat perhatian khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya”, dan selanjutnya GBHN Tahun 1998 mengamanatkan bahwa : “Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya.” Landasan Teoritis Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggunakan istilah warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Penggunaan istilah
242
potensi kecerdasan dan bakat istimewa ini berkait erat dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, namun juga beberapa jenis kemampuan lainnya seperti yang disebut oleh Gardner dengan teorinya yang dikenal Multiple Intelligences (1983) yaitu, kecerdasan linguistik, kecerdasan musikal, kecerdasan spesial, kecerdasan logikal-matematikal, kecerdasan kinestik, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Untuk pendekatan unidimensional, kriteria yang digunakan hanya semata-mata skor IQ saja. Secara operasional batasan kemampuan intelektual umum yang digunakan adalah “mereka yang mempunyai skor IQ 140 skala Wechsler), dimensi kreativitas cukup (ditetapkan skor CQ dalam nilai baku cukup) dan pengikatan diri terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik). Landasan Empiris Siswa yang memiliki
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
learning to know, (2) learning to do, (3) learning to live together, learning to live with others, dan (4) learning to be. Belajar merupakan faktor yang juga sangat penting dan harus dilakukan oleh siswa dalam meraih prestasi yang baik di perjalanan studinya.Belajar sendiri dipengaruh oleh berbagai faktor seperti faktor sosial, nonsosial, fisiologis, psikologis, perhatian, minat dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang perlu dimiliki oleh seorang siswa agar dapat meraih prestasi yang baik di sekolah adalah memiliki minat yang besar dalam belajar suatu materi belajar, khususnya belajar salah satu ketrampilan berbahasa dalam bahasa Inggris seperti belajar reading comprehension. Untuk bisa belajar dan memahami materi reading comprehension secara mudah dan lancar, seorang siswa perlu memiliki minat terhadap mata pelajaran tersebut, karena dengan memiliki minat seorang siswa dapat tergerak dalam melakukan tindakan guna mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai suatu
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
tujuan, minat ini merupakan kekuatan yang timbul dari dalam diri individu untuk melakukan aktivitas dalam belajar di dunia pendidikan. Jika semua siswa memiliki minat yang kuat untuk belajar reading comprehension, maka siswa akan dapat belajar dengan baik, nyaman, antusias, dan tidak mengalami hambatan apapun yang berarti. Tetapi sebaliknya bila siswa tidak memiliki minat apapun dalam belajar reading comprehension maka keadaannya akan sangat berbeda, siswa akan merasa tertekan dan terpaksa dalam mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mempengaruhi hasil belajarnya pula. Perlu diingat bahwa aktivitas yang dilandasi dengan minat akan menimbulkan usaha yang sungguh-sungguh dan tanpa rasa tertekan didalam mencapai tujuan. Dari uraian diatas, maka penulis akan membahas mengenai Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Berbahasa Inggris Atau Reading
211
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar Yang Baik PENGERTIAN MINAT Menurut W.S. Winkel (1984 ; 162), minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik dalam hal atau bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Sedangkan Bingham (dalam Suyahman, 2002 ; 18) berpendapat bahwa minat adalah karakteristik kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan atau ketrampilan tertentu melalui latihan. The Liang Gie (1984 ; 20) mengatakan bahwa minat berarti tengah sibuk, tertarik atau sepenuhnya dalam suatu kegiatan dan kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar. Menurut Kasijan (1984 ; 357) mengemukakan bahwa minat berarti dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong kita untuk memberikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman
212
yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan minat, seseorang akan berusaha memenuhi pekerjaan yang sedang dilakukan, minat merupakan suatu tendensi individual untuk tenggelam dalam pekerjaan tersebut. Minat ditandai dengan adanya suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja atau terlahir dengan kemauan sendiri dan tidak tergantung bakat dan lingkungannya. Minat memiliki hubungan yang erat dengan dorongan-dorongan, motif-motif dan respon-respon emosional. Minat dalam belajar misalnya dapat merupakan sumber penelitian perbuatanperbuatan yang distimuli oleh keingintahuan memperoleh kepuasan. Hal tersebut dapat menunjukkan ketelitian seseorang dalam kegiatan itu. Minat mempunyai peranan penting dalam aktivitas manusia untuk mencapai tujuan. Dengan tertariknya seseorang dalam suatu hal, maka akan timbul perasaan senang dan tidak senang. Ada dua faktor yang mempengaruhi minat seseorang
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
Percepatan Belajar kepada 11 (sebelas) sekolah yakni 1 (satu) SD, 5 (lima) SMU di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kemudian pada tahun pelajaran 2001/2002 diputuskan penetapan kebijakan pendiseminasian program percepatan belajar pada beberapa sekolah dibeberapa propinsi di Indonesia. Tujuan Penyelenggaraan Program Percepatan Ada dua tujuan yang mendasari dikembangkannya program percepatan belajar bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa : Tujuan Umum penyelenggaraan program ini adalah memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya, memenuhi Hak azasi peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri, memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik, memenuhi kebutuhan akuatlisasi diri peserta didik, menimbang peran peserta
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran, menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan. Sedangkan tujuan khususnya adalah memberikan penghargaan untuk dapat menyelesaikan program secara lebih cepat sesuai dengan potensinya, meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik, mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal, memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosionalnya secara berimbang. Landasan Yuridis K e s u n g g u h a n pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa secara tegas telah dinyatakan sejak GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1983, yang menyebutkan : “....... Demikian
241
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tersebut, telah dimulai sejak tahun 1974 dengan pemberian beasiswa bagi siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Krjuruan (SMK) yang berbakat dan berprestasi tinggi tetapi lemah kemampuan ekonomi keluarganya. Pada tahun 1982 Balitbang Dikbud membentuk Kelompok Kerja Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat (KKPPAB). Kelompok kerja ini mewakili unsur-unsur struktural serta unsur-unsur keahlian seperti Balitbang Dikbud, Ditjen Dikdasmen, Ditjen Dikti, Perguruan Tinggi, serta unsur keahlian dibidang sains, matematika, teknologi (elektronika, otomotif dan pertanian), bahasa dan humaniora, serta psikologi. Kelompok kerja tersebut antara lain bertugas untuk mengembangkan “Rencana Induk pengembangan pendidikan anak berbakat” yang meliputi
240
program jangka pendek dan jangka panjang untuk pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi ; m e r e n c a n a k a n , m e n g e m b a n g k a n , menyelenggarakan / melaksanakan, dan menilai kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana induk pengembangan anak berbakat. Pada tahun 1998/1999, dua sekolah swasta di DKI Jakarta dan satu sekolah swasta di Jawa Barat melakukan uji coba pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam bentuk program percepatan belajar (akselerasi), yang mendapat arahan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pada tahun 2000 program dimaksud dicanangkan oleh menteri pendidikan nasional pada Rakernas. Depdiknas menjadi program pendidikan nasional. Pada kesempatan tersebut Mendiknas melalui Dirjen Dikdasmen menyampaikan Surat Keputusan (SK) Penetapan Sekolah Penyelenggara Program
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
dalam perkembangannya yaitu minat merupakan hasil hubungan antara faktor keturunan dan faktor lingkungan. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah tendensi individual untuk tenggelam dalam suatu pekerjaan yang digemari, cenderung menetap, bersifat kesadaran, kesenangan, kemauan dan perhatian dalam mereaksi suatu obyek yang mengandung sangkut paut dengan dirinya. F A K T O R - F A K T O R YA N G MEMPENGARUHI MINAT Faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang adalah: a) dorongan dari dalam; b) faktor motif sosial, dan c) faktor emosional. Faktor pertama terkait dengan keinginan yang timbul dari dalam diri seseorang, seperti keinginan untuk makan sehingga menimbulkan motivasi untuk melakukan kegiatan makan, keinginan untuk mencipta sehingga menimbulkan motivasi atau hasrat untuk mencipta sesuatu.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Faktor kedua lebih menitikberatkan pada minat terhadap self-improvement, seperti hasrat untuk mendapatkan kompetisi dalam pekerjaan atau hasrat untuk mendapatkan penghargaan dari teman-teman atau instansi. Faktor ketiga memiliki hubungan erat dengan perasaan senang yang mampu memperkuat aktivitas dari minat yang ada. Kegagalan umumnya akan menghilangkan minat. Minat didasari oleh suatu kemampuan yang mengandung aspek perhatian dan memacu seseorang kearah usaha produktivitasnya yang menjamin keberhasilannya dalam aktivitas tersebut sesuai dengan batas kemampuannya. PENGERTIAN BELAJAR Menurut Gagne (1984) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
213
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut. 1. belajar adalah perubahan tingkah laku; 2. perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, b u k a n k a r e n a pertumbuhan; 3. perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. James O. Whittaker (dalam Aunurrahman, 2009;35) mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya. 214
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut : 1) Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. 2) Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. 3) Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as a result of practice”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Lydia Ersta K: Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik
PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR BAGI SISWA BERBAKAT AKADEMIK Oleh: Lydia Ersta Kusumaningtyas Abstraks : Upaya merintis program pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tersebut, telah dimulai sejak tahun 1974. Pada tahun 1982 Balitbang Dikbud membentuk Kelompok Kerja Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat (KKPPAB). Kelompok kerja tersebut antara lain bertugas untuk mengembangkan “Rencana Induk pengembangan pendidikan anak berbakat”. Bentuk penyelenggaraannya dapat dibedakan menjadi (Clark, 1983) : (1) Kelas Reguler (model inklusif). (2) Kelas khusus, dan (3) Sekolah khusus Lama belajar untuk Sekolah Dasar (SD), dari 6 (enam) tahun dapat dipercepat menjadi 5 (lima) tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing dari 3 (tiga) menjadi 2 (dua) tahun. Standar kualifikasi yang diharapkan adalah peserta didik yang memiliki :Kualifikasi perilaku kognitif, Kualifikasi perilaku kreatif, Kualifikasi perilaku keterikatan terhadap tugas, Kualifikasi perilaku kecerdasan emosi, dan Kualifikasi perilaku kecerdasan spriritual Kata Kunci : Program Percepatan Belajar, Siswa Berbakat Akademik Pendahuluan Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikalmassal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang tampak dari penyelenggaraan pendidikan seperti ini adalah tidak Jurnal Ilmiah Widya Wacana
terakomodasinya kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa normal. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa hakikat pendidikan adalah untuk memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan bakatnya secara optimal. Upaya merintis program pelayanan pendidikan bagi 239
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dewa Ketut Sukardi. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
238
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan. Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selaras dengan pendapatpendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk
215
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
m e n i n g k a t k a n kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai. PROSES BELAJAR Proses berasal dari bahasa latin “processus” yang artinya berjalan kedepan yaitu berupa urutan langkah-langkah atau kemajuan yang mengarah pada tercapainya suatu tujuan. Jadi, proses belajar berarti caracara atau langkah-langkah khusus yang menimbulkan perubahan sehingga tercapai tujuan tertentu (Robert dalam Muhibin, 1995). Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar
216
menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu. Sementara itu menurut Wittig (dalam Muhibbin, 1995) proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yaitu : 1. A c q u a s i s t i o n ( t a h a p perolehan informasi), pada tahap ini si belajar mulai menerima informasi sebagai stimulus dan memberikan respon sehingga ia memiliki pemahaman atau perilaku baru. Tahap aguasistion merupakan tahapan yang paling mendasar, bila pada tahap ini kesulitan siswa tidak dibantu maka ia akan mengalami kesulitan untuk menghadapii tahap selanjutnya. 2. S t o r a g e ( p e n y i m p a n a n informasi), pemahaman dan perilaku baru yang diterima siswa secara otomatis akan disimpan dalam memorinya yang disebut shortterm atau longterm memori. 3. Retrieval (mendapatkan kembali informasi), apa bila seorang siswa mendapat
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
3. Memiliki jabatan yang sesuai 4. M e m i l i k i i m b a l a n y a n g memadai 5. Diakui oleh masyarakat. P a d a d a s a r n y a profesionalitas konselor akan dapat dicapai dengan dilakukannya pengembangan profesionalitas juga pengembangan kompetensi inovatif. Sebagai konselor memiliki kewenangan yang dimiliki oleh suatu profesi atau seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu. Ada 5 karakter kompetensi konselor yaitu : 1. Motivasi 2. Sifat 3. Konsep diri 4. Knowledge 5. Skill Semua karakter kompetensi konselor itu akan selalu berkembang secara inovatif sesuai dengan perkembangan yang ada sekarang ini. Prinsip bimbingan konseling meliputi kegiatan preventif, curative, presentatif dan development. Dan sebagai seorang konselor maka harus mampu mengembangkan dirinya sebaik mungkin sehingga akan
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
dapat menjalankan tugasnya memberikan bimbingan dan konseling di sekolah dengan sebaik mungkin.
237
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
seorang ahli kepada oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalam memecahkan masalahmasalah yang dihadapi. Untuk konseling sering digunakan istilah penyuluhan, padahal istilah penyuluhan telah terlanjur digunakan secara luas di masyarakat untuk pengertian yang tidak begitu relevan dengan makna konseling yang sebenarnya. Bimbingan dan konseling yang dimaksudkan adalah bimbingan konseling disekolah yang diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bentuk pelayanan dan bukan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa. PROFESI KONSELOR DENGAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI INOVATIF DAN PROFESIONAL
236
Profesi sebagai konselor adalah seseorang yang berprofesi sebagai seorang konselor yang tugasnya adalah membantu individu/sekelompok individu dalam mencegah masalah yang akan timbul, memelihara keadaan yang telah berhasil memecahkan masalahnya, mengatasi masalah y a n g d i a l a m i d a n mengembangkan dirinya menjadi lebih baik, agar tercapai kehidupan yang bahagia sejahtera sebagai individu, sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk Tuhan YME. Konselor sejak beberapa tahun yang lalu telah memiliki pendidikan profesi yang pelaksanaannya telah dipelopori oleh IKIP Malang. Secara profesionalitas seorang konselor itu membutuhkan keahlian khusus yang didapatkannya melalui pendidikan formal baik itu jenjang pendidikan S1, S2 dan S3. Syarat-syarat profesi sebagai konselor itu meliputi : 1. Pendidikan formal 2. Memiliki bukti kelulusan dari pendidikan formal dalam bentuk ijazah.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
pertanyaan mengenai materi yang telah diperolehnya maka ia akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang dihadapinya. Tahap retrival merupakan peristiwa mental dalam rangka mengungkapkan kembali informasi, pemahaman, pengalaman yang telah diperolehnya. (dalam UT.AC.ID/SMU-NET/2007) D a l a m p r o s e s b e l a j a r, pengenalan terhadap diri sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam usaha pemberdayaan diri (selfempowering). Melalui pengenalan diri sendiri, seseorang mengenal kelebihankelebihan atau kekuatan yang dimilikinya untuk dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Selain itu, melalui proses pengenalan diri ini pula seseorang dapat pula mengenal kelemahan-kelemahan pada dirinya sendiri sehingga dia dapat berusaha mencari caracara yang konstruktif untuk Jurnal Ilmiah Widya Wacana
mengatasi kelemahankelemahannya itu.Bila seorang siswa tidak dapat memahami kelemahannya dengan baik, maka akan menimbulkan potensi kearah ketidakberhasilan belajar. PENGERTIAN MEMBACA Membaca merupakan proses untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam sebuah teks dan hanya dapat dipecahkan apabila kita membacanya. Oleh karena itu, seorang pembaca tidak hanya membaca kata-kata yang ada dalam teks tersebut namun juga memahami gagasan atau ide penulis yang tertuang dalam teks itu. Membaca merupakan proses untuk menggunakan informasi sintaksis, semantik, dan retoris, pengetahuan dunia yang telah dimiliki, kemampuan kognitif dan penalaran untuk memahami pesan penulis (Devine, 1987;230). Definisi ini mengimplikasikan bahwa ada tiga hal yang harus digunakan oleh pembaca, yaitu: (1) pengetahuan 217
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
bahasa yang meliputi pengetahuan sintaksis, semantik dan retoris, (2) pengetahuan dunia yang berarti pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki pembaca, dan (3) kemampuan kognitif dan penalaran. Sedangkan tujuan akhir dari membaca menurut definisi ini adalah memahami pesan penulis atau isi teks yang dibaca. Menurut Davies (1995;1) membaca untuk memahami teks merupakan proses mental atau kognitif yang menuntut pembaca untuk mengikuti dan merespons pesan dari penulis yang jauh dari segi tempat dan waktu. Klein, dkk. (dalam Farida Rahim, 2005: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka 218
mengonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga, membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Menurut North Central Regional Educational Laboratory (dalam
[email protected]; 2009)memberikan definisi membaca: according to the first definition, learning to read means learning to pronounce words. According to the second definition, learning to read means learning to identify words and get their meaning. According to the third definition, learning to read means learning to bring meaning to a text in order to get meaning from it. Dalam proses membaca ini, seorang pembaca harus berusaha untuk memahami pesan penulis atau isi teks karena sesungguhnya posisinya sangat
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana dan interpretasi yang diperlukan untuk penyesuaian diri dengan baik. Sedangkan menurut Bernard (1999) bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi individu. Kedua pendapat itu dapat menjelaskan mengenai bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Konseling secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “cnsilium” yang berarti 'dengan” atau ”bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau”memahami”. Konseling itu
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
menurut Bernard (1999) adalah meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhankebutuhan, motivasi dan potensipotensi yang unik dari individu dan membantu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut. Pendapat lain dari Smith (1974) konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya. Jadi konseling dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Bimbingan dan konseling yang merupakan pelayanan dari untuk dan oleh manusia memiliki pengertian yang khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
235
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan dan juga menjadi perantara dari siswa dalam hubungannya dengan guru maupun tenaga administrasi. Adapun fungsi bimbingan ada 4 macam: 1. Preservatif y a i t u memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar. 2. Preventif yaitu mencegah sebelum terjadi masalah. 3. Kuratif yaitu mengusahakan pembentukan dalam mengatasi masalah. 4. R e h a b i l i t a s i y a i t u mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan treatmen yang memadai. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004: 117). Pentingnya layanan bimbingan dalam pendidikan sudah disadari oleh para pendidik khususnya guru yang banyak
234
menghadapi kegiatan sosial siswa. Siswa sebagai individu dan sebagai makhluk sosial yang sedang berkembang dalam menuju keberhasilan, tidak selalu benar arahnya. Mereka banyak yang belum menyadari tentang arah belajar mereka dan lebih dari itu adalah masalahnya setiap orang baik muda maupun lanjut dan dapat terjadi setiap saat. Bimbingan dapat menghindarkan kesalahankesalahan atau dapat memperbaiki kesalahan. Bimbingan dapat menghindarkan kesalahan namun bimbingan jangan terlalu banyak atau secara berlebihan ataupun terlalu sedikit/sangat kurang. Bimbingan yang terlalu banyak merusak tujuan yaitu menyebabkan anak terlalu bergantung, bimbingan harus diberikan dalam batasbatas yang diperlukan individu. Sebaiknya bila bimbingan yang terlalu sedikit, siswa belum tahu arah yang dituju, kepercayaan diri akan hilang atau lemah karena adanya kegagalan yang dialami. Smith (1974) diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu-individu guna
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
jauh dengan penulis teks apabila ia kesulitan untuk memahami isi teks yang ditulis oleh penulis. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini pembaca melakukan proses mental atau kognitif untuk memahami teks agar pemahamannya terhadap teks dapat mendekati maksud penulis, meskipun tidak sepenuhnya sama. Menurut Gillet dan Temple (1994;35) membaca adalah memahami informasi baru berdasarkan apa saja yang telah diketahui pembaca. Definisi ini menganggap bahwa pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki pembaca berperan penting dalam memahami teks. Jadi, membaca adalah memahami isi teks yang merupakan pesan penulis. Untuk memahami teks tersebut pembaca perlu memiliki pengetahuan berbahasa Inggris, pengetahuan umum, dan kemampuan kognitif. Jadi, membaca adalah proses yang melibatkan pengetahuan berbahasa Inggris, pengetahuan umum, dan kemampuan kognitif untuk memahami isi teks. Jurnal Ilmiah Widya Wacana
PEMBAHASAN Penyelenggaraan pendidikan sampai saat ini masih merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Sungguhpun demikian pemerintah dalam hal ini Depdiknas telah melakukan berbagai upaya dalam mengatasi segala masalah pendidikan termasuk didalamnya semua komponen pendidikan, misalnya pembaharuan kurikulum, pembaharuan proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pelajaran, pengadaan dan penyempurnaan sarana dan prasarana belajar, penyempurnaan sistem penilaian, penataan organisasi dan manajemen pendidikan, dan berbagai usaha yang mengarah pada pencapaian hasil pengajaran atau pendidikan secara maksimal. Unsur manusia yang paling penting menentukan keberhasilan pendidikan adalah pendidik dan peserta didik. Dalam hal ini seorang pendidik dituntut untuk menjadi seorang tenaga pengajar yang profesional. Di lain 219
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
pihak peserta didik harus sadar bahwa pendidikan sangat menentukan kemajuan peradaban manusia. Mewujudkan proses kegiatan pendidikan dan pengajaran, maka unsur yang terpenting adalah bagaimana seorang pendidik dapat merangsang dan mengarahkan siswanya dalam belajar, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa dalam mencapai hasil belajar yang memuaskan. Usaha pendidik dalam memberi pelajaran pada siswanya diharapkan mampu meolong siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap serta ide dan apresiasi yang mengarah pada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa. Selain usaha seorang pendidik dalam membantu siswanya dalam memahami dan mencapai prestasi belajar, siswa pun harus memiliki minat belajar terhadap pelajaran yang dimaksud. Minat memiliki peran yang sangat penting dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Bilamana siswa tidak 220
memiliki minat terhadap suatu pelajaran, maka akan timbul kesulitan dalam belajarnya dan tidak mampu mencapai hasil belajar yang baik. Didalam mempelajari bahasa Inggris, siswa juga harus mampu menguasai ketrampilanketrampilan berbahasa yang sangat ditekankan dalam pelajaran bahasa Inggris, yaitu ketrampilan mendengar (listening), membaca (reading), berbicara (speaking) dan menulis (writing). Semua ketrampilan berbahasa tersebut disajikan secara terpadu. Ketrampilan membaca perlu mendapat perhatian khusus karena memang sulit menumbuhkan tradisi atau kebiasaan membaca seseorang. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca. Umumnya kemampuan membaca dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman pada bacaan yang dibacanya dan tingkat kecepatan yang dimiliki. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain, (1) tingkat intelegensi, (2) kemampuan berbahasa, (3) Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Maka dapat diambil kesimpulan dari beberapa definisi bimbingan sebagai berikut: 1. Bimbingan merupakan suatu p r o s e s y a n g berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terusmenerus dan terarah kepada tujuan tertentu. Dengan demikian kegiatan bimbingan bukanlah kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu tidak sengaja atau kegiatan yang asal-asalan. 2. B i m b i n g a n m e r u p a k a n proses membantu individu. Dengan menggunakan kata membantu berarti dalam kegiatan bimbingan tidak adanya unsur paksaan. Dalam kegiatan bimbingan, pembimbing tidak memaksa individu untuk menuju kesuatu tujuan yang
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
ditetapkan oleh pembimbing, melainkan pembimbing membantu mengarahkan klien kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama-sama, sehingga klien dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Dengan demikian dalam kegiatan bimbingan dibutuhkan kerjasama yang demokratis antara pembimbing dengan kliennya. 3. Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya didalam proses perkembanganya. Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan memberikan bantuannya kepada setiap individu, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. 4. B a h w a b a n t u a n y a n g diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar i n d i v i d u d a p a t mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
233
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan konseling merupakan pelayanan dari, untuk dan oleh manusia. Dimana pengertian bimbingan konseling itu sesuai dengan pengertian masing-masing yaitu mengenai “bimbingan” dan “konseling”. Bimbingan atau membimbing memiliki dua makna yaitu bimbingan secara umum yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau menanamkan nilainilai, membina moral, mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik. Sedangkan makna bimbingan yang secara khusus yaitu sebagai suatu upaya atau program membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Bimbingan ini diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, serta dorongan bagi pengembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 233) Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005: 82) Bimbingan dapat diartikan sebagai upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai perkembangannya yang lebih
232
optimal. Menurut Rochman Natawidjaja dalam bukunya S y a m s u Yu s u f ( 2 0 0 5 : 6 ) Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang d i l a k u k a n s e c a r a berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan dapat membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. Menurut Moh. Surya dalam bukunya Dewa Ketut Sukardi (2002: 20) Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
sikap, (4) minat, (5) keadaan membaca, (6) kebiasaan membaca, (7) pengetahuan tentang cara membaca, (8) latar belakang sosial ekonomi dan budaya, (9) emosi, (10) pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya (Sudarman, 1997;5). Minat terhadap membaca adalah merupakan salah satu faktor yang mampu mendorong seorang siswa untuk membaca, yang kemudian akan diikuti oleh kegiatan membaca bacaan yang diminatinya. Di dalam pelajaran m e m b a c a ( r e a d i n g comprehension), siswa diwajibkan untuk mencermati dan membaca dengan baik bacaan yang diberikan dalam bahasa Inggris. Kegiatan membaca siswa ini sangat membantu dan menunjang kegiatan belajar yang meliputi empat ketrampilan berbahasa lainnya di sekolah. Berdasarkan hal tersebut, minat baca sangat penting dalam meningkatkan pemahaman maupun pengetahuan secara umum tentang pelajaran yang d i b e r i k a n . Dalam proses belajar mengajar Jurnal Ilmiah Widya Wacana
reading comprehension, seorang pendidik berusaha mempelajari hubungan antara proses membaca (reading process) dengan bagaimana cara mengajar reading yang efektif sehingga siswa dapat memahami teks secara cepat dan mudah. Siswa sendiri pun selain harus memiliki minat terhadap pelajaran tersebut, dia juga harus mampu menjadi negosiator antara dirinya, proses belajar, dan objek belajar terpadu dengan peran siswa lain dalam kelompok dan kegiatan kelas. Siswa harus memberikan sumbangan sebanyak mungkin dan belajar secara independen. Dalam hal ini siswa harus aktif berpartisipasi di kelas dna pendidik harus memperlakukan siswanya sebagai subyek didik dan bukan sebagai obyek didik. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang berpusat pada siswa yang memfokuskan pada kebutuhan, minat, dan kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar. Karena pentingnya membaca, maka bimbingan dan latihan perlu diberikan kepada siswa. Pembelajaran membaca perlu dilakukan karena 221
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
penggunaan bahasa Inggris yang paling tinggi frekuensinya setelah lulus sekolah adalah dalam hal membaca. Siswa membaca buku bahasa Inggris untuk melanjutkan sekolah, membaca surat kabar atau majalah agar tidak ketinggalan informasi, membaca novel atau karya sastra dari pengarang-pengarang dunia, dan membaca isu-isu mutakhir. Pembelajaran dan pemahaman membaca ini perlu dilakukan karena masih banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang tertulis dalam bahasa Inggris. Siswa harus terus menerus didorong untuk terus belajar membaca dan banyak membaca karena belajar membaca tidak akan pernah berhasil dengan sempurna. Selain itu, siswa harus memiliki minat yang besar terhadap kegiatan membaca dan selalu belajar membaca untuk mengembangkan kecakapannya dalam membaca. Tanpa adanya minat membaca maka kehidupan ini akan diwarnai ketertinggalan. Minat membaca harus dipupuk, dibina, dan dibimbing. Hal ini selaras dengan pandangan kurikulum yang berpusat pada
222
siswa yang memfokuskan pada kebutuhan, minat, dan kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar. Karena membaca merupakan kegiatan memahami isi teks yang merupakan pesan penulis maka seorang pembaca perlu memiliki pengetahuan berbahasa Inggris, pengetahuan umum, dan kemampuan kognitif untuk memahami isi teks. Untuk mempupuk, membina, dan membimbing minat siswa dalam membaca maka peranan pendidikan baik pendidik dan orang tua sangat menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar membaca. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu menciptakan lingkungan yang mendidik yaitu situasi belajar mengajar yang lancar dan nyaman. Pendidik harus bisa menjadi fasilitator sekaligus motivator. Selanjutnya, diharapkan bahwa kegiatan membaca bukan lagi menjadi beban berat tetapi merupakan suatu kebutuhan. Sehingga tujuan akhir pendidikan nasional dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dapat segera terwujud bahkan usaha Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola kegiatan Bimbingan Konseling berbasis kompetensi di sekolah dasar. Bimbingan dan konseling merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan oleh guru pembimbing. Tujuan pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu siswa dalam mengatasi permasalahan yang dialaminya baik masalah pribadi, belajar, keluarga, masyarakat dan lain sebagainya. Bimbingan dan konseling dapat dilakukan dalam beberapa bentuk layanan seperti bimbingan a t a u k o n s e l i n g perorangan/individu, bimbingan kelompok, layanan informasi,
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
layanan orientasi, layanan penempatan dan penyaluran, dan layanan pembelajaran. Sekolah sangat berkepentingan dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling oleh karena itu di sekolah harus ada konselor sehingga pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lebih baik. Konselor agar dapat menjalankan tugasnya secara professional maka harus ada dukungan dari semua pihak termasuk sekolah dan konselor sendiri untuk mengembangkan kompetensi inovatif dan profesionalitasnya sebagai konselor. Sebagai seorang konselor sekolah maka tugas utama yang diemban adalah memberikan bimbingan serta mengembangkan potensi diri siswa agar bisa menunjang hidupnya di masa depan. Konselor dengan kemampuannya maka akan bisa mengarahkan siswa untuk mengembangkan semua kemampuan dalam dirinya secara optimal. BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
231
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
menyampaikan semua materi pelajaran (kecuali Agama dan Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan konseling kepada semua siswa tanpa terkecuali. Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Guru Sekolah Dasar harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti. Realitas di lapangan, khususnya di Sekolah Dasar menunjukkan bahwa peran guru
230
kelas dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa. Selain melaksanakan tugas pokoknya menyampaikan semua mata pelajaran, guru SD juga dibebani seperangkat administrasi yang harus dikerjakan sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara maksimal. Walaupun sudah memberikan layanan bimbingan konseling sesuai dengan kesempatan dan kemampuan, namun agaknya data pendukung yang berupa administrasi bimbingan konseling juga belum dikerjakan secara tertib sehingga terkesan pemberian layanan bimbingan konseling di SD "asal jalan". Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu sistem
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
mencerdaskan kehidupan bangsa akan membuahkan hasil yang dapat diandalkan. Minat baca atau gemar membaca sangat dituntut oleh semua pihak untuk dikembangkan. Pemerintah Republik Indonesia bahkan menganggapnya sebagai strategi mendasar yang sangat penting untuk membangun bangsa. Ini terbukti dan tertuang dalam tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam undang-undang nomor 2 tahun 1989, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk mencapai tujuan tersebut kebiasaan membaca perlu ditanamkan pada setiap warga negara pada umumnya dan pada anak-anak didik pada khususnya. Didalam kegiatan membaca, siswa perlu menyadari dirinya sebagai pembaca dengan memperhatikan ketrampilan dan strategi membacanya, asumsinya mengenai teks, dan partisipasinya dalam berinteraksi dengan teks. Di dalam teks bahasa Inggris tersebut ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, maka siswa akan terdorong untuk Jurnal Ilmiah Widya Wacana
mempersiapkan diri dengan memahami isi teks. Kebiasaan bertanya-jawab ini akan melatih siswa berdiskusi dengan baik s e r ta s e d i k i t d e m i s e d i k i t menumbuhkan minat yang besar pada kegiatan membaca. Diskusi setelah kegiatan membaca perlu dilakukan agar siswa dapat mempertajam pemahamannya dan saling berbagi pendapat mengenai teks yang telah dibaca. Diskusi juga akan menyadarkan pembaca atas kesalahan dan kekurangannya dalam membaca. Membaca menuntut partisipasi aktif siswa untuk memahami makna dan argumen serta memutuskan apakah setuju dengan teks atau tidak. Siswa harus dibuat tertarik pada teks yang dibaca agar dia lebih aktif memahami dan mendapat lebih banyak informasi dari teks. Respons siswa tidak hanya dari segi bahasanya tetapi juga isinya. Untuk itu, siswa harus selalu melakukan prediksi-prediksi dalam membaca dan kegiatan itu akan berjalan lancar jika pendidik pun memberikan tugas-tugas yang tepat sesuai dengan teks yang dibaca dan kemudian 223
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
menggunakan hasil pemahaman teks tersebut dalam kegiatan diskusi. Selain hal-hal yang disebutkan diatas, pemupukan minat yang harus dimiliki siswa dalam belajar reading comprehension juga harus didukung dari pihak sekolah. Dilingkungan jalur pendidikan sekolah promosi membaca hendaknya dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Untuk meningkatkan minat baca di sekolah ada dua permasalahan yang mendasar harus diperhatikan yaitu: 1. Penyediaan dan Pembinaan Perpustakaan Sekolah yang Baik dan Lengkap 2. Kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan minat baca Dengan memahami kedua usaha yang mendasar dalam meningkatkan minat baca tersebut sesungguhnya dapat disimpulkan bahwa dua hal yang paling penting dalam usaha menanamkan dan menumbuhkan 224
minat baca adalah menyangkut pengadaan sarana yang menyediakan sumbersumber informasi. Selain itu perlu ada usaha-usaha dari pihak sekolah khususnya untuk mendorong siswa untuk m e m b a c a s e c a r a berkesinambungan. Dengan begitu, pembelajaran membaca teks berbahasa Inggris akan jauh lebih efektif lagi dengan usahausaha yang dilakukan oleh pihakpihak yang sangat berperan aktif dalam dunia pendidikan. Menyadari pentingnya usaha-usaha seperti yang disebut di atas, sekaligus memahami bahwa pelaksanaan usaha tersebut tidak mudah dan menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang lama, maka kiranya usaha tersebut perlu secara terus menerus diupayakan oleh berbagai pihak, khusunya pihak yang berhubungan langsung dengan kegiatan pendidikan dalam hal ini guru dan guru pustakawan.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
m a n u s i a s e r t a mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (Pasal 3 PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar). Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam yang berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa. Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik,
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
sedangkankan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:58). Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalanpersoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut. D i S e k o l a h D a s a r, kegiatan Bimbingan Konseling tidak diberikan oleh Guru Pembimbing secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas harus menjalankan tugasnya secara menyeluruh, baik tugas
229
Siti Asiyah : Pengembangan Kompetensi Inovatif dan Profesionalitas Konselor Dalam Menjalankan Tugas Melakukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
PENGEMBANGAN KOMPETENSI INOVATIF DAN PROFESIONALITAS KONSELOR DALAM MENJALANKAN TUGAS MELAKUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH Oleh: Siti Asiyah Abstraks: Seorang konselor hanya akan berhasil melaksanakan tugas profesionalnya apabila dalam dirinya dilengkapi dengan berbagai kemapuan yang tidak saja diperoleh dari kegiatan akademis formalnya , tetapi juga dari pengembangan pribadi dan pengalaman lapangan dan juga pengembangan empathi dan perasaan humanis yang ada dalam dirinya untuk menjadi seorang helper. Keinginan untuk maju dan berkembang dengan selalu belajar dan menambah wawasan setiap saat akan dengan sendirinya membentuk jati diri seorang konselor professional, yang tidak gampang menyerah dalam menagani masalah dengan cara referral. Kata Kunci: Kompetensi, Profesionalitas Konselor, Bimbingan. PENDAHULUAN Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada 228
Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
KESIMPULAN Kegiatan membaca merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam pembelajaran empat keterampilan bahasa dalam bahasa Inggris. Membaca sendiri merupakan salah satu prasyarat mencerdaskan kehidupan bangsa dan melancarkan penyebaran ide-ide pembangunan lebih luas. Kemampuan membaca juga merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki siswa dalam menguasai salah satu keterampilan berbahasa guna mampu menerima ilmu dan pesan-pesan pembangunan melalui media komunikasi cetak yang perkembangannya semakin hari semakin pesat. Walhasil, kemampuan membaca memang diakui oleh hampir semua orang sebagai modal utama untuk maju. Semakin tinggi kemampuan seseorang untuk membaca bahan-bahan bacaan yang berkualitas, niscaya akan semakin terbuka pula peluang bagi mereka untuk menyerap sebanyak mungkin pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Terwujudnya kemampuan membaca, khususnya membaca teks berbahasa Inggris dalam p e l a j a r a n r e a d i n g comprehension, pada tingkat awalnya merupakan hasil pembiasaan dari lingkungan atau oleh karena adanya rangsangan khusus. Pembiasaan dari lingkungan bisa terjadi dalam lingkungan keluarga, sekolah, kantor tempat bekerja, atau di masyarakat pada umumnya. Adapun perangsang yang paling dominan dalam medorong perkembangan minat baca adalah adanya kebutuhan. Artinya, apabila sesuatu bahan bacaan bisa memenuhi kebutuhan yang diharapkan oleh seseorang, maka minat baca mereka akan terangsang. Usahausaha dari sekolah seperti penyediaan perpustakaan yang memadai serta kegiatan-kegiatan yang merangsang minat baca siswa juga sangat penting dikembangkan dalam upaya peningkatan minat terhadap membaca teks berbahasa Inggris. Tapi hal yang tak kalah pentingnya dalam mendorong terbinanya minat baca siswa
225
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
adalah adanya pembiasaan membaca sejak dini dan berkesinambungan, sejak dari lingkungan keluarga, sekolah, serta lingkungan pergaulan dimasyarakat. Para orang tua/kepala keluarga, para pemimpin sekolah/guru serta para tokoh panutan di masyarkat secara serempak dan terpadu harus senantiasa memberikan dorongan dan tuntutan mengenai
minat baca yang baik dan sehat. Selain mendorong adanya kebiasaan membaca, mereka juga harus rajin memberikan tuntunan tentang kriteria bacaan yang baik, agar kebiasaan yang telah tumbuh dan terbina tidak disalahgunakan untuk membaca bacaan yang kurang berguna, bahkan sebaliknya bisa merusak moral, cita-cita dan keimanan.
Ch. Evy Tri W: Pentingnya Minat Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Belajar Pemahaman Membaca Bahasa Inggris Atau Reading Comprehension Untuk Mencapai Prestasi Belajar yang baik
[email protected]. 2009. Copyright © North Central Regional Educational Laboratory. All rights reserved. Disclaimer and copyright information.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi, Soeyono. 1991.Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Alfabeta. Bandung. Bond, Guy L. and Eva Bond Wagner.1962. Teaching the Child to Read. The Macmillan Company. New York. Davies, Florence.1995. Introducing Reading. Penguin Group. England. Devine, Thomas G.1987. Teaching Study Skills. Allyn and Bacon, Inc. Boston. Saleh, Abdul Rahman dkk.1996. Penelitian Minat Baca Masyarakat di Pulau Batam. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta. Saleh, Abdul Rahman dkk.1997. Penelitian Minat Baca Masyarakat di Jawa Timur. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 226
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
Jurnal Ilmiah Widya Wacana
227