Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
KATA PENGANTAR
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, dan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat memberikan amanah kepada BPKP untuk melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam rangka mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dan bersih. Dalam menunaikan amanah tersebut, BPKP melakukan pengawasan dan pembinaan yang meliputi kegiatan audit, evaluasi, reviu, inves tigasi, bimbingan teknis, dan asistensi kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hasil pengawasan dan pembinaan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) serta memberikan keyakinan yang memadai atas kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah dan penyelenggaraan SPIP pada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. BPKP selaku auditor intern pemerintah telah dan akan terus berkomitmen untuk mendukung tugas-tugas pemerintahan melalui penyediaan jasa pemberian jaminan (assurance) dan konsultasi (consulting) kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang berorientasi pada peningkatan akuntabilitas keuangan negara/daerah, mendukung pencapaian prioritas nasional dengan menekankan pada pencapaian efektivitas , efisiensi, dan kehematan serta peningkatan tata kelola pemerintahan. Laporan hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 di Wilayah DI Yogyakarta berisi rangkuman informasi atas hasil pengawasan dan pembinaan sebagai media pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara/daerah terhadap satuan kerja kementerian/lembaga (instansi vertikal) dan unit kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan ini disajikan dalam empat dimensi pengawasan, yaitu pengawalan pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset negara/daerah, dan perbaikan sistem tata kelola (governance system).
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
i
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
RINGKASAN EKSEKUTIF
Mem enuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan pengawasan dalam rangka mengawal pembangunan nasional, mendorong peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset, dan perbaikan sistem tata kelola (governance system). Ikhtisar hasil pengawasan dan pembinaan tahun 2015 adalah sebagai berikut : A. Pengawalan Pembangunan Nasional Keberhasilan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain ditandai dengan tingkat skor capaian kinerja program berdasarkan hasil audit/evaluasi. Dalam bidang kesehatan, skor capaian keberhasilan pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 sebesar 89,89 atau dalam kategori “berhasil”. Dalam bidang infrastruktur, skor capaian pelaksanaan
program
Peningkatan
Penyediaan
Sanitasi
Air
bagi
Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (PAMSIMAS) Tahun 2014 pada Kabupaten Bantul sebesar 79,83% dan pada Kabupaten Kulon Progo sebesar 72,70% atau dalam kategori “cukup berhasil”. Capaian kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) tahun 2014 dan 2015 pada lima pemerintah daerah memperoleh predikat “berhasil”, dan PNPM Mandiri Perkotaan pada seluruh kabupaten/kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai predikat “memadai”. Dalam bidang kemaritiman, capaian pelayanan bidang kemaritiman pada dua pemerintah daerah mendapat predikat “baik”. Keberhasilan pembangunan bidang infrastruktur juga dapat dilihat dari tingkat cakupan pelayanan air minum yang dapat dinikmati oleh masyarakat, baik yang disediakan oleh PDAM maupun dengan sistem penyediaan air minum lainnya. Secara keseluruhan, ratarata cakupan layanan air minum di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 sebesar 52,84% dari jumlah penduduk. Sedangkan pelayanan yang dilakukan oleh PDAM adalah sebesar 38,70% dari jumlah penduduk. Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
iii
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Dalam rangka mengawal pembangunan nasional, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan melalui kegiatan audit kinerja, audit operasional, dan audit keuangan terhadap lima program prioritas pembangunan nasional yaitu bidang pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, infrastruktur, dan kedaulatan pangan dan kemaritiman. Pengawasan bidang pendidikan dijumpai permasalahn sebagai berikut:
Audit keuangan atas Health Professional Education Quality (HPEQ) pemberian beasiswa tidak sesuai ketentuan, tim monitoring dan evaluasi internal belum melaksanakan tugas dan fungsinya, serta penghematan pengeluaran negara sebesar Rp51.188.447,00.
Audit Tunjangan Profesi Guru Non PNS menghasilkan koreksi positif sebesar Rp242.427.700,00, koreksi negatif sebesar Rp302.037.800,00 dan menemukan kelebihan pembayaran TPG Gurun Non PNS sebesar Rp130.252.125,00.
Monitoring dan evaluasi Program Bansos Sarana dan Prasarana menemukan Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul belum memiliki data kebutuhan sarpras sekolah secara lengkap, monitoring atas penyaluran dan penggunaan anggaran sarpras pendidikan belum optimal, dan penyelenggaraan kegiatan belum sesuai ketentuan.
Evaluasi Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri, persentase jumlah mahasiswa yang dikenakan UKT kelompok 1 tidak mencapai 5% dan besaran Biaya Kuliah Tunggal (BKT) tidak dicantumkan dalam SK Rektor tentang Uang Kuliah Tunggal.
Dalam bidang kesehatan, pengawasan dilakukan dengan audit kinerja terhadap program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hasil audit menjumpai beberapa permasalahan yaitu terdapat peserta PBI yang belum mendapat kartu, peserta JKN tidak memenuhi kriteria namun masih terdaftar dalam kuota penerima PBI, penduduk miskin dan tidak mampu penerima bantuan iuran jaminan kesehatan melebihi jumlah penduduk miskin pada Kabupaten Sleman, dan penggunaan dana kapitasi di Kabupaten Kulon Progo tidak sesuai ketentuan sebesar Rp2.145.142.418,00. Dalam bidang penanggulangan kemiskinan, beberapa permasalahan yang dijumpai antara lain:
Monitoring dan Evaluasi Pengawasan Program dan Kegiatan Prioritas Nasional pada Dinas Sosial, Pendampingan Pengelolaan Dana Siap Pakai Pemasangan Sistem Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
iv
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Peringatan Bencana Longsor, Joint Audit BNPB dengan BPKP Tahun 2015, dan Reviu atas Program Hibah Air Minum bagi Mas yarakat Berpenghasilan Rendah.
Audit BNPB Tahun 2015 pensertifikatan tanah untuk korban erupsi gunung merapi belum m encapai target 944 KK baru terealisasi 500 KK dan kelebihan pembayaran sebesar Rp393.285.468,00.
Reviu atas Laporan hasil verifikasi hibah air minum pada empat kabupaten di DIY dijumpai penetapan baseline tidak cermat sehingga penerima manfaat m emperoleh lebih dari satu sambungan rumah, penggantian penerima manfaat diluar baseline, dan terdapat calon penerima manfaat yang tidak sesuai kriteria.
Pengawasan bidang infrastruktur dasar, dijumpai permasalahan berikut:
Audit Program PNPM Mandiri Perkotaan pada empat pemerintah daerah, dijumpai penyalahgunaan dana pinjaman bergulir oleh UPK dan KSM, serta kurangnya pembinaan, pemantauan, dan pengawasan oleh satuan kerja program PNPM Mandiri Perkotaan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, serta penghematan pengeluaran negara sebesar Rp49.780.642,00.
Audit keuangan terhadap program Second Water Resources and Irigation Sector Management Project
(WISMP) Phase II dijumpai pengembangan sistem irigasi
belum optimal, pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi daerah irigasi tidak sesuai dengan tujuan program WISMP Phase II, serta pemilihan dan penetapan daerah irigasi
belum
tepat,
serta
penghematan
pengeluaran
negara
sebesar
Rp57.400.400,00.
Audit Kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pembangunan infrastruktur perdesaan belum sesuai petunjuk teknis, pengadaan buku/jurnal hasil pelaksanaan PPIP belum sesuai ketentuan, dan kelemahan administrasi di tingkat Organisasi Mas yarakat (OMS) dan KPP.
Evaluasi kinerja BUMD dilakukan pada PDAM Kota Yogyakarta, PD AM Kabupaten Sleman, PDAM Kabupaten Bantul, PDAM Kabupaten Kulon Progo, dan PDAM Kabupaten Gunungkidul. Hasil evaluasi menjumpai beberapa permasalahan berupa tingkat kehilangan air masih tinggi dan harga/ tarif air yang belum sesuai dengan keputusan Kepala Daerah.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
v
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
B. Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal Perbaikan kualitas ruang fiskal pada pemerintah daerah antara lain ditandai dengan adanya peningkatan anggaran pendapatan asli daerah (PAD) dalam APBD sebesar 15,23%
atau
sebesar
Rp3.210.176.809.059,12
Rp2.785.779.939.194,80 di
tahun
2015.
Kenaikan
di
tahun
2014
menjadi
anggaran
PAD
tersebut
memungkinkan pemerintah daerah dapat mewujudkan tujuan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan pengawasan dalam rangka mendorong peningkatan ruang fiskal tahun 2015 menghasilkan potensi penghematan pengeluaran negara sebesar Rp559.488.503,00 serta beberapa permasalahan berikut:
Pengawasan atas optimalisasi PAD pada pemerintah Kabupaten Gunungkidul menyim pulkan pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum memiliki data b ase mengenai PAD serta pajak hotel, pajak restoran dan restribusi pengendalian menara telekomunikas belum tergali optimal.
Pengelolaan PNBP dijumpai penentuan target PNBP belum memadai, penggunaan PNBP belum sepenuhnya sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 243/KMK.06.2002, kelebihan pembayaran honor sebesar Rp90.083.000,00 serta belum dibangunnya sistem pengendalian intern di unit-unit yang mengelola PNBP.
Evaluasi penyelenggaraan fungsi PTSP-PM dijum pai sistem pelayanan informasi dan perizinan inves tasi secara elektronik (SPIPISE) belum digunakan, pelayanan perizinan melebihi ketentuan waktu yang berlaku.
Audit operasional pada KPUD Daerah Istimewa Yogyakarta menghasilkan potensi penghematan keuangan negara sebesar Rp.72.673.500,00.
Audit atas program JKN menghasilkan koreksi audit berupa selisih pembayaran tagihan oleh Kementerian Kesehatan sebesar Rp.218.415.225,00. Sedangkan kegiatan monitoring dan evaluasi DAK menunjukkan
koreksi penghematan
pengeluaran negara/effisiensi sebesar Rp.178.316.778,94. C. Pengamanan Aset Negara/Daerah Perwakilan
BPKP Daerah
Istimewa
Yogyakarta berperan
aktif dalam
upaya
pengamanan aset melalui kegiatan keinvestigasian, pendampingan pencegahan Fraud pada proses pengadaan barang dan jasa, dan koordinasi dengan aparat penegak hukum (APH), dan pembinaan pengelolaan aset. Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
vi
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Penyelamatan aset negara/daerah dilakukan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melalui penerapan strategi represif pada pemerintah daerah dan berbagai satuan kerja Kementerian/Lembaga atas permintaan penyidik, meliputi audit inves tigatif atas
kasus/penyimpangan yang berindikasi
Tindak
Pidana
Korupsi,
bantuan
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, dan pemberian keterangan ahli di persidangan. Beberapa informasi dapat disampaikan sebagai berikut:
Audit inves tigatif atas dua kasus yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp108.559.380,00
Audit penghitungan kerugian keuangan negara atas lima kasus, dengan nilai kerugian keuangan negara seluruhnya sebesar Rp1.905.653.045,00.
Kegiatan pemberian keterangan ahli pada instansi penyidik kepolisan dan kejaksaan serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sebanyak 26 kasus dengan nilai Rp12.551.106.058,00.
Dalam upaya pengamanan aset negara/daerah, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan pendampingan pencegahan fraud pada kontrak pekerjaan penyempurnaan pembangunan gedung perpustakaan, pengadaan landscape dan pekerjaan pengadaan interior gedung perpustakaan BPAD Daerah Istimewa Yogyakarta. Upaya lainnya berupa koordinasi dan supervis i pencegahan korupsi dengan KPK pada Kabupaten Kulon Progo dan Gunungkidul. D. Perbaikan Sistem Tata Kelola (Governance System) Beberapa indikator yang dapat menggambarkan perbaikan kualitas
tata kelola
kepemerintahan antara lain tercermin dari tingkat kematangan (maturity) dalam penyelenggaraan SPIP, perolehan skor sistem akuntabilitas kinerja/SAKIP, perolehan opini atas laporan keuangan pemerintah daerah maupun BUMD, dan tingkat leveling APIP. Penilaian maturitas SPIP dilakukan pada empat pemerintah daerah yaitu Kabupaten Sleman dengan nilai 2,83 (berkembang) dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan nilai 1,44 (rintisan), Pemerintah Kabupaten Bantul dengan nilai 1,92 (rintisan) dan Kabupaten Kulon Progo dengan nilai 2,16 (berkembang), sedangkan satu pemda yang lain belum dilakukan penilaian.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
vii
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Hasil penilaian SAKIP pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 menunjukkan perolehan nilai “sangat baik” dengan skor/nilai A. Pada Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul memperoleh nilai “cukup” dengan skor/nilai CC, dan empat Pemerintah Daerah lainnya memperoleh nilai “baik” dengan skor/nilai B. Hasil audit BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2014 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, lima LKPD atau 83,33% dari total enam LKPD memperoleh opini WTP. Perolehan opini WTP atas LKPD tahun 2014 sama dengan tahun 2013. Dari 16 BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, seluruhnya telah diaudit oleh auditor eksternal dan seluruhnya memperoleh opini WTP. Hasil assessment/evaluasi terhadap leveling tata kelola APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 menunjukkan, dari enam APIP s atu APIP berada pada level 2 penuh dan lima APIP berada pada level 2 dengan catatan perbaikan. Untuk memperbaiki kualitas tata kelola, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan berbagai kegiatan konsultatif berupa pendampingan dan bimbingan teknis kepada pemerintah daerah dan badan usaha serta BLUD terkait peningkatan kualitas tata kelola. 1. Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Dalam rangka peningkatan penyelengaraan sistem pengendalian intern pemerintah yang baik pada kegiatan utama SKPD/Unit Kerja, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyarankan kepada masing-masing pemerintah daerah sebagai berikut:
Satgas SPIP Kabupaten/Kota ikut terlibat dan proaktif dalam menerapkan SPIP di tingkat Kabupaten/Kota dan SKPD.
Menyus un Rencana Tindak Pengendalian (RTP) SPIP atas kegiatan utama sehingga setiap kegiatan mempunyai pengendalian yang memadai.
2. Perbaikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan pendampingan penyusunan laporan kinerja tahun 2014 di Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, serta focus group discussion (FGD) reviu laporan kinerja pada Pemerintah Kota Yogyakarta.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
viii
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Dalam upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan AKIP, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah merekomendasikan perbaikan pengelolaan AKIP kepada Pemerintah Kabupaten agar :
Melakukan reviu terhadap RPJMD dan Renstra SKPD secara kontinyu, untuk perbaikan berkelanjutan.
Pengembangan e-SAKIP tahun 2015 untuk memantau pencapaian kinerja setiap triwulan dan sinergi antara perencanaan. penganggaran, pelaksanaan dan pelaporan kinerja.
Menyem purnakan indikator yang kurang tepat.
Menyus un perbaikan pengukuran dan mekanisme pengumpulan data kinerja yang relevan.
3. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah/BUMD/BLUD Kegiatan pembinaan antara lain dalam bentuk pendampingan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah, pendampingan atas reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, pendampingan penataan Barang Milik Daerah, peningkatan SDM pengelola keuangan daerah, dan peningkatan kapasitas APIP Daerah. Pendampingan penyusunan laporan keuangan juga dilakukan pada instansi vertikal, yaitu Kejaksaan Tinggi DIY, Polda, Kanwil KUMHAM, Bawas lu, KPU, Balai Besar Latihan Ketransmigrasian, Dinas PU Perumahan dan ESDM DIY, dan STTN Yogyakarta. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan perhatian yang besar dalam upaya peningkatan kompetensi SDM pengelola keuangan dan barang milik daerah dengan melakukan pelatihan dan pembekalan mengenai penatausahaan dan penyusunan laporan keuangan dengan menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan, pelatihan SAP berbasis akrual, pembekalan reviu LKPD. Untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan BLUD, selain melakukan reviu atas laporan keuangan BLUD, BPKP juga telah mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) BLUD. Dalam tahun 2015 BPKP telah mendampingi 96 Unit Pengelola Teknis Daerah (UPTD) dalam pengelolaan keuangan dan penerapan SIA BLUD. 4. Penguatan Pengelolaan Dana Desa Besarnya peran yang diterima oleh desa, tentunya harus disertai dengan tanggungjawab dan tuntutan akuntabilitas yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah
desa harus
bisa menerapkan
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
prinsip akuntabilitas
dalam
tata ix
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
pemerintahannya dalam bentuk pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan. Untuk itu Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan bimbingan dan konsultasi kepada aparat di Kabupaten dan Desa (piloting). Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: a. fasilitasi penyusunan produk-produk hukum kabupaten tentang pengelolaan keuangan desa b. pendampingan implementasi pengelolaan keuangan desa kepada pejabat terkait di kabupaten dan kecamatan, pengenalan sistem keuangan desa (Siskeudes), serta pemetaan permasalahan dan solusinya dalam implementasi pengelolaan keuangan desa c. bersinergi
dengan
kabupaten
dalam
melaksanakan
piloting
pengelolaan
keuangan desa menggunakan Siskeudes (satu kabupaten satu desa piloting). d. monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan desa di tingkat kabupaten. 5. Pembangunan Sistem Anti Korupsi (Fraud Control Plan) dan Zona Integritas menuju WBK/WBBM Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan sosialisasi pembangunan sistem anti korupsi (fraud control plan) sebagai pengembangan pengendalian yang dirancang secara spesifik untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan kejadian berindikasi korupsi pada forum pencegahan TPK dan gratifikasi di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul serta forum peningkatan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan pada Dinas PUP dan ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan bimbingan teknis penyusunan Fraud Control Plan dilakukan pada RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo dan diagnostic assessment Fraud Control Plan pada RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Selain itu juga telah melakukan sosialisasi WBK/WBBM di unit-unit kerja lingkup Kanwil Kementerian Agama serta workshop pemenuhan penilaian indikator-indikator Zona Integritas menuju WBK/WBBM pada Kantor Kemenag Kabupaten Bantul yang telah ditunjuk oleh Kementerian Agama sebagai salah satu unit kerja yang dijadikan pilot project untuk mendapatkan predikat unit kerja menuju WBK/WBBM. 6. Sosialisasi Program Anti Korupsi Sosialisasi Program Anti Korupsi diberikan kepada Pelajar SLTA di lingkungan Kabupaten Gunungkidul, Mahasiswa Universitas Islam Negeri dan Univers itas Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
x
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Muhamm adyah Yogyakarta serta Pengelola Barang Jasa di lingkungan Instansi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, forum pencegahan TPK dan gratifikasi di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul serta forum peningkatan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan pada Dinas PUP dan ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta. 7. Peningkatan Pelayanan Masyarakat dengan pola BLUD Dalam tahun 2015 dillakukan berbagai kegiatan guna mendukung kelancaran implementasi PPK BLUD yaitu bimbingan teknis penyusunan laporan keuangan, penyusunan kebijakan akuntansi, penyusunan rencana bisnis anggaran (RBA), implementasi sistem informasi akuntansi (SIA) BLUD, bimbingan teknis pengawasan BLUD bagi Inspektorat. Beberapa kendala dalam implementasi BLUD antara lain tidak tersedianya sumber daya manusia dengan kompetensi tata kelola keuangan yang memadai, keterbatasan sarana dan prasarana pengelolaan keuangan, belum seluruh stakeholder memiliki pemahaman yang sama terkait tata kelola keuangan BLUD, dan belum seluruh BLUD memiliki kelengkapan tata kelola yang memadai. 8. Pembinaan Peningkatan Kapabilitas APIP BPKP memberikan pembinaan agar APIP mampu berperan memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, memberikan peringatan
dini
dan
meningkatkan
efektivitas
manajemen
risiko
dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, serta memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Kegiatan pembinaan yang dilakukan meliputi asistensi/bimtek peningkatan tata kelola, penerapan ketentuan Jabatan Fungsional Auditor (JFA), dan menjadi narasumber program pelatihan mandiri (PPM) maupun diklat yang diselenggarakan oleh APIP, serta kegiatan evaluasi/validasi atas leveling tata kelola APIP dengan tujuan untuk mendorong peningkatan level kapabilitas APIP yang pada umumnya masih berada pada level 2 dengan catatan perbaikan menuju level 2 penuh dan menuju level 3. Beberapa hal yang telah direkomendasikan kepada masing-masing Inspektur di lingkungan Pemerintah Daerah se Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan level kapabilitas meliputi :
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
xi
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Menerapkan pedoman kendali mutu audit sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 2009
Setiap tim audit agar menyus un rencana dan program kerja audit secara terstruktur, serta mendokumentasikan kertas kerja audit secara memadai.
Menerapkan standar audit dalam pelaksanaan penugasan audit.
Mem bangun perencanaan pengawasan berbasis risiko.
E. Fokus Rencana Tindak Untuk meningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan negara, beberapa hal yang diharapkan menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai berikut: 1. Mendorong Kepala Daerah yang laporan keuangannya belum memperoleh opini WTP untuk menyus un rencana aksi peningkatan kualitas pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan. 2. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada seluruh Pemerintah Daerah sampai tingkat SKPD dan unit kerja instansi vertikal dengan menyusun rencana tindak pengendalian, membangun infrastruktur tindak pengendalian, monitoring penerapan SPIP dan menyus un laporan penyelenggaraan SPIP. 3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pengelola keuangan pemerintah daerah antara lain dengan memanfaatkan program beasiswa STAR-BPKP. 4. Mendorong penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik sampai dengan unit-unit penyelenggara layanan serta meningkatkan kualifikasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). 5. Melakukan identifikasi dan meningkatkan kecukupan fasilitas pelabuhan serta membangun sistem yang mempermudah proses perizinan kapal penangkap ikan. 6. Meningkatkan kapabilitas APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui penguatan infrastruktur dan peningkatan jumlah dan kompetensi auditor, didukung dengan anggaran yang memadai. 7. Mendorong penerapan Fraud Control Plan (FCP) pada unit kerja/SKPD dan BUMD yang memiliki risiko korupsi tinggi.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
xii
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR
i
RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI BAB I
BAB II
iii xiii
INFORMASI U MUM
1
A B
Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015 Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015
1 2
C
Peran Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
2
D E
Dukungan Sumber Daya Penyajian Informasi
2 3
URAIAN HASIL PENGAWASAN A Pengawalan Pembangunan Nasional
5 5
1. Kualitas Pembangunan Nasional B
C
5
2. Peningkatan Kualitas Pembangunan Nasional Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal
7 21
1. Kualitas Peningkatan Ruang Fiskal
21
2. Peningkatan Kualitas Ruang Fiskal Pengamanan Aset Negara/Daerah
21 29
1. Kegiatan Keinvestigasian 2. Pendampingan Pencegahan
29 31
Fraud
pada
Proses
Pengadaan Barang/Jasa
D
E
3. Pembinaan Pengelolaan Aset 4. Koordinasi dan supervis i pencegahan korupsi
31 31
Perbaikan Sistem Tata Kelola (Governance System)
33
1. Kualitas Sistem Tata Kelola (Governance System) 2. Peningkatan Kualitas Sistem Tata Kelola
33 38
Rencana Tindak Negara/ Daerah
51
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
Perbaikan
Akuntabilitas
Keuangan
xiii
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
BAB I INFORMASI UMUM A. Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015 Sebagai unit kerja BPKP, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh BPKP Pusat. Penetapan kebijakan pengawasan dan pembinaan didasarkan pada ruang lingkup peran BPKP sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mencakup : 1. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. 2. Pembinaan
penyelenggaraan
SPIP
meliputi
penyusunan
pedoman
teknis
penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan konsultasi, serta peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah (APIP). Selain itu, untuk dapat memberikan kontribusi pada penyelenggaraan tugas Pemerintah, penyusunan kebijakan pengawasan dan pembinaan, BPKP juga memperhatikan amanah yang diberikan kepada BPKP melalui berbagai peraturan perundang-undangan sebagai berikut : 1. Peraturan
Pemerintah
Nomor
6
Tahun
2008
tentang
Pedoman
Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. 2. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara. 3. Instruksi Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 – 2025. 4. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 5. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. 6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2015.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
1
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Kebijakan dan strategi pengawasan BPKP diarahkan untuk mendukung terwujudnya sasaran pembangunan nasional, yaitu pembangunan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Kegiatan pengawasan BPKP juga diarahkan untuk mencapai terwujudnya pengawasan intern pemerintah, penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional, kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang independen, profesional dan sinergis, serta kebijakan penerapan sistem manajemen kinerja pembangunan nasional yang efisien dan efektif.
B. Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015 Kebijakan pengawasan dan pembinaan selanjutnya menjadi dasar dalam menyus un Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahunan (PKP2T). PKP2T yang berisi berbagai jenis penugasan pengawasan terhadap akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan SPIP menjadi kontrak kinerja Kepala Perwakilan dengan Kepala BPKP yang dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (Tapkin). Dokumen Tapkin berisi program, kegiatan serta target kinerja. Sampai dengan akhir tahun 2015, rencana penugasan pengawasan (PP) sebanyak 701 penugasan tercapai 100%. C. Peran Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta Keberadaan Perwakilan BPKP di daerah dimaksudkan untuk memberikan kontribusi nyata, khususnya kepada Pemerintah Daerah dalam upaya mewujudkan visi dan misinya melalui pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan kerja K/L dan Pemerintah Daerah di wilayah tugasnya. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada satuan kerja K/L dan satuan kerja Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menuju terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan bersih (Good and Clean Governance). D. Dukungan Sumber Daya Untuk dapat melaksanakan mandat dan amanah dari Presiden, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta didukung oleh sumber daya manusia yang professional sebanyak 146 orang (struktural 5 orang, korwas 5 orang, PFA 96 orang, analis kepegawaian 2 orang, pranata komputer 2 orang, dan fungsional umur 36 orang). Rincian atas jumlah pegawai tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut:
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
2
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
4% 3% 25% Struktural 1%
Korwas
1%
PFA Analis Kepegawaian
66%
Pranata Komputer PFU
Grafik 1.1 Pegawai Perwakilan BPKP DIY Berdasarkan Jabatan
Selain dukungan sumber daya manusia, dalam pelaksanaan tugas pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga didukung dengan dana yang cukup memadai. Sampai dengan akhir tahun 2015 jumlah penyerapan dana sebesar Rp3.147.630.813,00atau 92.21% dari anggaran sebesar Rp3.413.575.000,00. Rincian anggaran dan realisasi dana dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Anggaran Pengawasan Tahun 2015 No
Dimensi Pengaw asan
Anggaran Jum lah
1
Pengaw alan
Realisasi 2015 %
Jum lah
%
1.126.611.110
33.00
1.060.785.261
94.16
Pembangunan Nasional 2
Peningkatan Ruang Fiskal
115.910.000
3.40
96.271.370
83.06
3
Pengamanan
394.483.000
11.56
371.665.955
94.22
1.776.570.890
52.04
1.618.908.227
91.13
3.413.575.000
100.00
3.147.630.813
92.21
Aset
Negara 3
Perbaikan Governance Sub Jumlah
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
E. Penyajian Informasi Laporan Hasil Pengawasan ini menyajikan informasi keseluruhan kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan data eks ternal dan internal hasil pengawasan serta mengacu pada empat fokus dimensi pengawasan yaitu : Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
3
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
1. Pengawalan Pembangunan Nasional 2. Peningkatan Ruang Fiskal 3. Pengamanan Aset Negara 4. Perbaikan sistem tata kelola (governance system) Data internal hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta adalah data yang diperoleh dari kegiatan pengawasan dan pembinaan (assurance dan consulting) yang dilakukan langsung atas satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan data eksternal adalah data yang diperoleh BPKP dari pihak ketiga, auditor eksternal, publikasi laporan keuangan oleh satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah yang bersangkutan atau sumber data lain yang sah yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran keseluruhan kualitas akuntabilitas keuangan pada satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah. Penyajian informasi kualitas akuntabilitas keuangan negara satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang berasal dari
berbagai sumber
tersebut, dimaksudkan
untuk memberikan
informasi
yang
komprehensif dan obyektif, sehingga persepsi/simpulan yang diperoleh oleh pengguna informasi (users) tidak bias (misleading) yang disebabkan oleh faktor risiko ujipetik (sampling) pengawasan.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
4
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
BAB II URAIAN HASIL PENGAWASAN Dalam rangka meningkatkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan serta untuk lebih mengefektifkan fungsi pengawasan intern di lingkungan pemerintah, BPKP sebagai auditor intern pemerintah telah melakukan kegiatan pengawasan yang bersifat assurance dan consulting kepada para pemangku kepentingan (stakeholders). Hasil
pengawasan
disajikan
dalam
empat
dimensi
pengawasan,
yaitu pengawalan
pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset negara/daerah, dan perbaikan sistem tata kelola (governance system). A. Pengawalan Pembangunan Nasional 1. Kualitas Pembangunan Nasional Keberhasilan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain ditandai dengan tingkat s kor capaian kinerja program berdasarkan hasil audit/evaluasi, sebagaimana terlihat pada table 2.1. Tabel 2.1 Capaian Kinerja Program Prioritas Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 No
Bidang
1
Kesehatan
2
Infrastruktur
Nam a Program
Capaian Kine rja 86,92
Predikat
Kab. Kulon Progo
80,87
Berhasil
Progra m Peningkatan Kab. Bantul Penyediaan Sanitasi Air bagi Masyarakat Kab. Kulon Progo Berpenghasilan Rendah (PA MSIMAS) Tahun 2014
79,83
Cukup Berhasil
72,70
Cukup Berhasil
D. I. Yogyakarta
89,74
Berhasil
Kab. Kulon Progo
88,67
Berhasil
Kab. Gunungkidul
86,51
Berhasil
Kab. Sleman
88,77
Berhasil
Kab. Bantul
88,61
Berhasil
-
Memadai
Progra m Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2015
Progra m Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Tahun 2014 dan 2015
3
Kemaritiman
Lokasi Kab. Sleman
Berhasil
Progra m PNPM Mandiri Per kotaan Tahun 2014
Wilayah Daerah Istimew a Yogyakarta
Pelayanan Pemda Bidang Kemaritiman
D. I. Yogyakarta
60,52
Baik
Kab. Kulon Progo
60,61
Baik
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
5
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Perkembangan capaian kinerja PNPM Mandiri Perkotaan selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Capaian Kinerja PNPM Mandiri Perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta No.
Satuan Kerja
2010
2011
2012
2013
2014
1
D.I Yogyakarta
Memadai
Memadai
Memadai
Tidak Diaudit
Memadai
2
Kota Yogyakarta
Tidak Diaudit
Tidak Diaudit
Tidak Diaudit
Memadai
Memadai
3
Kabupaten Bantul
Memadai
Memadai
Tidak Diaudit
Memadai
Memadai
4
Kabupaten Sleman
Memadai
Memadai
Memadai
Memadai
Memadai
5
Kabupaten Kulon Prog o
Tidak Diaudit
Tidak Diaudit
Tidak Diaudit
Tidak Diaudit
Tidak Diaudit
6
Kabupaten Gunungkidul
Tidak Ada PNPM
Tidak Ada PNPM
Tidak Ada PNPM
Tidak Ada PNPM
Tidak Ada PNPM
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Keberhasilan pembangunan bidang infrastruktur juga dapat dilihat dari tingkat cakupan pelayanan air minum yang dapat dinikmati oleh masyarakat, baik yang disediakan oleh PDAM maupun dengan sistem penyediaan air minum lainnya. Secara keseluruhan, ratarata cakupan layanan air minum di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan tahun 2015 sebesar 51,27% dari jumlah penduduk. Sedangkan pelayanan yang dilakukan oleh PDAM adalah sebesar 33,37% dari jumlah penduduk dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3. di bawah ini. Tabel 2.3. Rekapitulasi Cakupan Pelayanan dan Kuantitas Air per KK/bulan s.d Tahun 2015 No
PDAM
% Cakupan terhadap jum lah pe nduduk (PDAM)
% Cakupan terhadap jum lah pe nduduk (Total)
Kuantitas air/ pe langgan/bulan (m 3)
1
Kota Yogyakarta
45,52
82,30
17,44
2
Kabupaten Sleman
15,68
43,50
15,02
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
6
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
No
PDAM
% Cakupan terhadap jum lah pe nduduk (PDAM)
% Cakupan terhadap jum lah pe nduduk (Total)
Kuantitas air/ pe langgan/bulan (m 3)
3
Kabupaten Gunungkidul
46,75
56,08
15,50
4
Kabupaten Bantul
21,78
31,14
14,55
5
Kabupaten Kulon Pr ogo
37,12
43,33
12,69
Rata-rata
33,37
51,27
15,04
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY dan Dinas terkai t
Sebagai salah satu badan usaha milik daerah yang berperan dalam pembangunan infrastruktur air minum, PDAM telah menunjukkan kinerja yang baik sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini. Tabel 2.4 Rekapitulasi Nilai Kinerja dan Tingkat Kesehatan PDAM Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 - 2015 Tahun 2012 No
1 2 3 4 5
PDAM
Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Bantul Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2013
Tahun 2014
Nilai Kinerja
Tingkat ke sehatan
Nilai Kinerja
Tingkat ke sehatan
Nilai Kinerja
Tingkat ke sehatan
62,47
3,180
60,12
3,145
60,22
3,205
58,77
3,025
59,27
3,175
60,97
2,995
51,29
2,255
61,15
2,945
60,09
3,05
62,47
2,890
60,24
2,990
61,32
2,82
61,53
3,430
64,75
3,480
63,05
3,37
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
2. Peningkatan Kualitas Pembangunan Nasional Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan terhadap beberapa program pembangunan nasional yang menjadi prioritas utama pemerintah. Tujuan pengawasan untuk mendukung pencapaian program prioritas pemerintah dengan mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang mungkin timbul dan memberikan saran perbaikan untuk tercapainya tujuan program pembangunan nasional. Pengawasan
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
7
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
didasarkan pada
penilaian
atas
efektivitas , efisiensi,
dan keekonomisan
(3E)
pelaksanaan program/kegiatan melalui audit kinerja dan audit keuangan. Dalam tahun 2015, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan pengawasan
terhadap
prioritas
pembangunan
bidang
pendidikan,
kesehatan,
penanggulangan kemiskinan, infrastruktur dan kedaulatan pangan sebagaimana tampak pada tabel 2.5 di bawah ini. Tabel 2.5 Rekapitulasi Kegiatan Pengawasan Pengawalan Pembangunan Nasional Tahun 2015 No 1
2
3
4
Prioritas Pembangunan Pendidikan
Kesehatan
Penanggulangan Kemiskinan
Infrastruktur
Kegiatan Pengaw asan
- Monev Progra m Bansos Sarpras Pendidikan pad Dinas Pendidikan TA 2015 - Monev Pengaw asan Progra m dan Kegiatan Prior itas Nasional - Evaluasi Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri - Audit kinerja program Jaminan Kesehatan Nasional - Evaluasi Kinerja pada RSUD Tahun 2014 - Monev Pengaw asan Progra m dan Kegiatan Prior itas Nasional pada Dinas Sosial - Pendampingan Pengelolaan Dana Siap Pakai Pemasangan Sistem Per ingatan Bencana Longsor - Joint Audit BNPB dengan BPKP Tahun 2015 - Progra m Hibah Air Minum bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Audit keuangan : - PA MSIMAS
1
Lokasi Kegiatan Pengaw asan UGM, UII dan UMY Kota Yogyakarta, Kab. Sleman, Kab. Kulon Progo, Kab. Gunung Kidul, Kab.Bantul Kab. Gunungkidul
2
UNY dan UGM
1
Universitas Gadjah Mada
2 1
Kab. Sleman dan Kab. Kulon Progo Kota Yogyakarta
1
Kabupaten Sleman
1
UGM
1
D. I. Yogyakarta
1
D. I. Yogyakarta
3
- PNPM Mandiri Per kotaan
4
D. I. Yogyakarta, Kab. Bantul dan Kab. Kulon Pro go D. I. Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Kab. Bantul dan
- Audit keuangan HPEQ - Audit atas Kekurangan Bayar TP Guru TK Non PNS Tahun Anggaran 2014
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
Jum lah Kegiatan 3 5
8
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
No
Prioritas Pembangunan
Kegiatan Pengaw asan
- WISMP II
Audit kinerja : - Progra m Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Tahun 2014 - BUMD – PDAM
5
6
Kedaulatan Pangan
Kemaritiman
- Progra m Gerakan Peningkatan Prod uksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) Intensifikasi Tahun 2014 - Progra m Akselerasi Sw asembada Pangan Audit kinerja pelayanan pemerintah daerah bidang kemaritiman Jumlah
Jum lah Kegiatan 15
5
5
4
Lokasi Kegiatan Pengaw asan Kab. Sleman D. I. Yogyakarta, Kab. Bantul, Kab. Sleman, Kab. Gunungkidul dan Kab. Kulon Progo D. I. Yogyakarta, Kab. Kulon Progo, Kab. Gunungkidul, Kab. Sleman, Kab. Bantul Kota Yogyakarta, Kab. Sleman, Kab. Bantul, Kab. Kulon Progo dan Kab. Gunungkidul PT Sang Hyang seri PT Pertani PT Pupuk Sriw ijaya PT Pupuk Petrokimia Gresik
1
Dinas Peranian DIY
2
D. I. Yogyakarta dan Kab. Kulon Prog o
Mas ing-masing kegiatan pengawasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Program Prioritas Pendidikan 1) Health Professional Education Quality (HPEQ) Pengawasan atas program prioritas bidang pendidikan berupa audit keuangan Health Professional Education Quality (HPEQ) pada Univers itas Gajah Mada, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tujuan program HPEQ diharapkan akan berkontribusi pada pencapaian layanan kesehatan melalui penguatan kualitas penyedia jasa kesehatan, yang akan dicapai melalui penguatan sistem dan institusi akreditasi program studi dan sertifikasi lulusan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan profesional kesehatan. Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program HPEQ antara lain : a) Tim monitoring dan evaluasi internal tidak melaksanakan tugas dan fungsinya b) Pemberian beasiswa tidak sesuai dengan panduan pelaksanaan Program Hibah Kompetensi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dokter (PHK PKPD) Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
9
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
2) TPG TK Non PNS Tujuan Tunjangan Profesi Guru sesuai Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengatur bahwa guru dan dosen berkedudukan sebagai tenaga profesional untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru dan dosen berhak atas tunjangan profesi yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Tunjangan Profesi Guru diberikan kepada guru yang telah mendapatkan Sertifikat Pendidik dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pemberian Tunjangan Profesi Guru diberikan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang mengatur tentang Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru. Kegiatan audit atas Tunjangan Profesi Guru TK Non PNS dilaksanakan untuk : a) Mem astikan bahwa tunggakan TP Guru Non PNS telah diperhitungkan sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagai dasar pembayaran TP Guru. b) Mem astikan bahwa dalam pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi Non PNS telah memenuhi prinsip pengelolaan kepemerintahan yang baik c) Mengidentifikasi permasalahan/kendala yang terjadi pada proses penyaluran TPG. Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan audit TPG TK Non PNS adalah : a) Koreksi
positif
atas
kekurangan
bayar
TPG
TK
Non
PNS senilai
kekurangan
bayar
TPG TK Non
PNS senilai
Rp242.427.700,00 b) Koreksi
negatif atas
Rp302.037.800,00 c) Kelebihan pembayaran TPG TK Non PNS senilai Rp130.252.125,00 3) Monev Program Bansos Sarana dan Prasarana Tujuan monitoring dan evaluasi bantuan sosial sarana pendidikan adalah : a) Mendapatkan informasi tentang peran dan fungsi Dinas Pendidikan berkaitan dengan pengelolaan sekolah, penyediaan anggaran sarana dan prasarana pendidikan dan peran terhadap penyaluran bantuan sosial sarpras pendidikan b) Mendapatkan informasi yang cukup tentang pengelolaan bantuan sosial oleh sekolah penerima c) Mengetahui hambatan/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan bantuan sekolah serta memberikan saran-saran perbaikan.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
10
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Monev bans os sarpras hanya dilakukan di Kabupaten Gunungkidul dengan permasalahan sebagai berikut: a) Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul belum memiliki data kebutuhan sarpras sekolah secara lengkap b) Monitoring atas penyaluran dan penggunaan anggaran sarpras pendidikan belum optimal c) Penyelenggaraan kegiatan bansos sarpras pendidikan belum sesuai ketentuan 4) Monev Pengawasan Program dan Kegiatan Proritas Nasional Monitoring dan evaluasi pengawasan program dan kegiatan prioritas Nasional merupakan penugasan dari Kantor Staf presiden (KSP). Monitoring di bidang pendidikan tahun 2015 dilakukan terhadap rencana aksi tersalurkannya beasiswa bidik misi dan beasiswa afirmasi pada Univers itas Gadjah Mada sebanyak 4.784 orang mahasiswa dan Universitas negeri Yogyakarta sebanyak 4.577 orang mahasiswa. Sampai dengan triwulan III (B 09) tidak ada realisasi penyaluran beasiswa atau tercapai 0% karena lambatnya proses verifikasi dan validasi data mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi dan pencairan dana pada Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Ristek Dikti. 5) Evaluasi Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri Tujuan evaluasi atas pengelolaan dana bantuan operasional PTN adalah : a) Melakukan penilaian risiko atas pengelolaan BOPTN b) Mem astikan kecukupan BOPTN untuk menutupi kekurangan biaya operasional Peruruan Tinggi c) Mem astikan penggunaan dana BOPTN memenuhi prinsip 3E dan 2K Permasalahan dalam evaluasi bantuan operasional PTN (Universitas Gadjah Mada), antara lain : a) Besaran Biaya Kuliah Tunggal tidak dicantumkan dalam SK Rektor tentang Uang Kuliah Tunggal b) Persentase jumlah mahasiswa yang dikenakan UKT kelompok 1 tidak mencapai 5% b. Program Prioritas Kesehatan 1) Audit Kinerja Program Jaminan Kesehatan Nasional Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan perlindungan sosial diantaranya Program Indonesia Sehat, Presiden RI menerbitkan Instruksi Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
11
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Presiden Nomor 7 Tahun 2014 diantaranya memuat instruksi kepada Kepala Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan
untuk
melaksanakan
pemantauan, bimbingan, dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan serta mengambil langkah-langkah pengawasan keuangan sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
atas
penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat. Mem enuhi instruksi tersebut, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit kinerja Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan audit kinerja JKN adalah untuk menilai keberhasilan Kementrian Kesehatan dan Instansi terkait dalam melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Nasional khususnya kepada fakir miskin dan masyarakat tidak mampu peserta PBI, dan memberikan rekomendasi atas kelemahan dalam kaitannya dengan peningkatan
kualitas
pelayanan
kesehatan, ketaatan
terhadap
peraturan
perundang-undangan dan keandalan laporan kegiatan dari pelaksanaan program JKN. Sasaran audit JKN adalah: a) Menilai keberhasilan pelaksanaan Program JKN yang dijabarkan dalam tiga indikator utama yaitu: Ketepatan Perencanaan, Kualitas Pelayanan Kesehatan, dan Keandalan Pelaporan. b) Mengindentifikasi hambatan pelaksanaan program di daerah c) Mengindentifikasi adanya kerugian negara yang diakibatkan oleh pelaksanaan program yang tidak sesuai ketentuan. Dari hasil audit program JKN, dijumpai permasalahan sebagai berikut : a) Terdapat peserta PBI yang belum mendapat kartu b) Peserta JKN tidak memenuhi kriteria namun masih terdaftar dalam kuota penerima PBI berdasarkan SK Menteri Sosial Nomor 147/HUK/2013 c) Penduduk miskin dan tidak mampu penerima bantuan iuran jaminan kesehatan melebihi jumlah penduduk miskin pada Kabupaten Sleman d) Penggunaan dana kapitasi di Kabupaten Kulon Progo tidak sesuai ketentuan sebesar Rp2.145.142.418,00 2) Evaluasi Kinerja pada RSUD Kota Yogyakarta Selain pengawasan pada Program JKN, Perwakilan BPKP DIY juga melakukan evaluasi kinerja PPK BLUD pada RSUD Kota Yogyakarta yang mencakup tiga indikator kinerja yaitu kinerja keuangan, kinerja pelayanan dan kinerja mutu pelayanan serta penilaian terhadap capaian standar pelayanan minimal. Hasil Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
12
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
evaluasi menunjukkan bahwa kinerja RSUD Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori sehat. c. Program Prioritas Penanggulangan Kemiskinan Pengawasan terhadap Program Prioritas
Penanggulangan Kemiskinan dapat
diuraikan sebagai berikut: 1) Monitoring dan Evaluasi Pengawasan Program dan Kegiatan Prioritas Nasional pada Dinas Sosial Penugasan dari Kantor Staf Presiden (KSP) di bidang sosial meliputi monitoring rencana aksi prioritas pembangunan nasional pada Kabupaten Sleman tahun 2015 dengan hasil:
Tersalurkannya raskin kepada 60.485 Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS-PM) yang mencakup 86 desa dan 17 kecamatan di Kabupaten Sleman dengan jumlah 10.887.300 kg. Sampai dengan bulan September 2015 Raskin yang sudah didistribusikan kepada 60.485 RTS-PM sebanyak 8.165.475 kg atau 75%.
Target terdistribusikannya Kartu Kesejahteraan Sosial sebanyak 59.971 RTS, sedangkan sampai dengan September 2015 realisasi sebesar 57.920 atau 95,58% dari target.
Pemberian bantuan kepada siswa yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya melalui Kartu Indonesia Pintar telah direalisasikan pembayaran BSM (Bantuan Sis wa Mis kin) untuk 41.839 siswa atau 100%.
2) Pendampingan Pengelolaan Dana Siap Pakai Pemasangan Sistem Peringatan Bencana Longsor Kegiatan pendampingan BNPB untuk pengelolaan Dana Siap Pakai (DSP) pemasangan
sistem
peringatan
bencana longsor
pada
UGM bertujuan
memberikan masukan/saran tentang pengelolaan dana siap pakai pemasangan sistem peringatan bencana longsor kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendahara Pengeluaran agar dapat menyus un laporan pertanggungjawaban pengelolaan DSP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3) Joint Audit BNPB dengan BPKP Tahun 2015 Tujuan audit operasional atas pengelolaan dana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pas ca Bencana adalah menilai efektivitas pelaksanaan pengelolaan dana penanggulangan bencana, yang meliputi penilaian atas mekanisme penyaluran dana, kesesuaian jumlah dana yang diterima, kesesuaian penggunaan dana
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
13
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
dibandingkan perencanaannya, kes esuaian kriteria penerima dana, akuntabilitas keuangan dan kemanfaatannya. Beberapa permasalahan dalam
audit pengelolaan dana
rehabilitasi dan
rekonstruksi, antara lain : a) Target pensertifikatan tanah untuk korban erupsi gunung merapi belum tercapai (dari target 944 KK baru terealisasi 500 KK) b) Terdapat kelebihan perhitungan volume pekerjaan yang mengakibatkan kelebihan pembayaran, senilai Rp393.285.468,00. 4) Program Hibah Air Minum bagi Mas yarakat Berpenghasilan Rendah Selain melakukan evaluasi kinerja PDAM, pada tahun 2015 Perwakilan BPKP DIY juga melakukan reviu atas Laporan hasil verifikasi hibah air minum pada empat kabupaten di DIY. Program hibah air minum merupakan pemberian hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari dana APBN 2015. Pemerintah Daerah dipersyaratkan melakukan inves tasi melalui penyertaan modal kepada PDAM, yang selanjutnya PDAM melaksanakan pemasangan sambungan rumah sesuai kriteria penerima manfaat dan kriteria teknis SR. BPKP melakukan reviu atas laporan verifikasi pelaksanaan program hibah air minum yang dilaksanakan oleh konsultan. Berdasarkan hasil reviiu tersebut dapat disampaikan bahwa : a) Seluruh PDAM yang melaksanakan program hibah air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah telah memenuhi kuota yang ditetapkan. Program hibah air minum bagi masyararakat berpenghasilan rendah (MBR) telah berhasil menambah jumlah pelanggan sebanyak 3.890 pelanggan. Dengan demikian program ini turut meningkatkan cakupan layanan air bersih di DIY b) Seluruh Pemerintah Daerah di wilayah DIY yang mengikuti program hibah telah melakukan penyetoran penyertaan modal kepada PDAM c) Penetapan b aseline belum dilaksanakan dengan cermat yang ditunjukkan adanya penerima manfaat yang memperoleh lebih dari satu sambungan rumah d) Terdapat penggantian penerima manfaat di luar baseline. e) Terdapat calon penerima manfaat yang tidak sesuai kriteria Program MBR ini masih berlanjut di tahun 2016, untuk itu dalam rangka meningkatkan keberhasilan program diperlukan tindakan perbaikan khususnya peningkatan kecermatan dalam perencanaan (penetapan baseline penerima manfaat) sehingga tidak terdapat penggantian penerima manfaat, penerima manfaat dobel maupun yang tidak sesuai kriteria. Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
14
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
d. Program Prioritas Infras truktur Pengawasan atas program prioritas bidang infrastruktur dasar dilakukan terhadap lima program/proyek dengan audit keuangan sedang terhadap BUMD dilakukan audit kinerja, dengan hasil sebagai berikut: 1) Audit Keuangan PAMSIMAS (Third Water Supply Sanitation for low Income Communities Project) Program Pamsimas dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban yang dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan, meningkatkan penerapan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka pencapaian target MDGs sektor air minum dan sanitasi
melalui
pengarusutamaan
dan
perluasan
pendekatan
pembangunanberbasis masyarakat. Program PAMSIMAS di Daerah Istimewa Yogyakarta memasuki tahap pertama dengan alokasi dana tahun 2014 sebesar Rp.4.199.493.200,00 terinci pada tabel 2.6 di bawah ini. Tabel 2.6 Alokas i Dana Pamsimas DIY untuk Tahun 2014 No. 1 2
Kabupate n Bantul Kulon Prog o Jum lah
Jum lah Desa Sasaran 10 5 15
Alok asi Dana (Rp) 2.755.743.200,00 1.443.750.000,00 4.199.493.200,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
2) Audit keuangan PNPM Mandiri Perkotaan Tujuan
Program
Nasional
Pemberdayaan
Mas yarakat
(PNPM)
adalah
meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Audit terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dilaksanakan dengan tujuan : a) Mem berikan opini mengenai tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan program b) Mem berikan penilaian atas sistem pengendalian intern program guna mencapai tujuan program, serta penilaian atas tingkat efektivitas implementasi di lapangan c) Mem berikan penilaian terhadap pencapaian kinerja program berdasarkan indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
15
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
d) Mem berikan penilaian terhadap kepatuhan program berdasarkan jenis kegiatan yang ditetapkan. Selama empat tahun terakhir, jumlah alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selalu mengalami peningkatan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.7. di bawah ini. Tabel 2.7. Alokas i Dana PNPM Mandiri Perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta Jum lah (Rp)
No.
Tahun
1
2011
14.550.000.000,00
2
2012
31.280.000.000,00
3
2013
33.800.000.000,00
4
2014
40.667.350.000,00
Jum lah
120.297.350.000,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan, antara lain : a) Penyalahgunaan dana pinjaman bergulir oleh UPK dan KSM. b) Terdapat Unit Pengelola Keuangan pada tingkat kecamatan yang belum melaksanakan fungsinya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. c) Kurangnya pembinaan, pemantauan, dan pengawasan oleh satuan kerja program PNPM Mandiri Perkotaan baik di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta maupun kabupaten/kota, terhadap pelaksanaan kegiatan pada Unit Pengelola Keuangan pada tingkat kecamatan maupun fasilitator pendamping. 3) Audit Keuangan WISMP II (Second Water Resources and Irrigation Sector Management Project) Tujuan program Water Resources and Irrigation Sector Management Program (WISMP)Phase II adalah untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan Sumber Daya Air wilayah sungai dan irigasi serta meningkatkan produktivitas pertanian di lahan beririgasi. Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program WISMP Phase II antara lain: a) Pengembangan sistem irigasi di daerah irigasi Payam an belum optimal
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
16
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
b) Pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi daerah irigasi belum seluruhnya sesuai dengan tujuan program WISMP Phas e II c) Pemilihan dan penetapan daerah irigasi belum mengacu pada pedoman penyusunan AWP 4) Audit Kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Tahun 2014 Tujuan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) untuk mewujudkan peningkatan akses masyarakat miskin, dan kaum perempuan, termasuk kaum minoritas
ke pelayanan infrastruktur dasar permukiman perdesaan, yang
mendukung pengembangan potensi desa dengan berbasis pada pendekatan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik. Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan PPIP antara lain : a) Pembangunan infrastruktur perdesaan belum sesuai petunjuk teknis b) Pengadaan buku/jurnal hasil pelaksanaan PPIP belum sesuai ketentuan c) Kelemahan administrasi di tingkat Organisasi Mas yarakat (OMS) dan KPP 5) Audit Kinerja BUMD PDAM Sampai dengan tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan evaluasi kinerja tahun 2014 pada lima PDAM di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta, PD AM Kabupaten Sleman, PDAM Kabupaten Bantul, PDAM Tirta Binangun Kabupaten Kulon Progo dan PDAM Tirta Handayani Kabupaten Gunungkidul. Evaluasi
kinerja bertujuan membantu manajemen PDAM dalam mendorong
pencapaian
tujuan
secara
ekonomis,
efisien,
efektif,
memperbaiki
dan
meningkatkan kinerja, serta memberikan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab. Sasaran evaluasi kinerja adalah memberikan penilaian atas capaian kinerja PDAM tahun 2014 menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 dan penilaian tingkat kesehatan menurut BPPSPAM. Evaluasi kinerja PDAM juga melakukan analisis terhadap cakupan layanan serta kuantitas konsumsi air oleh pelanggan. Selain hal-hal yang telah disampaikan tersebut terdapat permasalahan lain yaitu: a) Tingkat kehilangan air masih tinggi b) Mas ih dijumpai harga /tarif air yang belum sesuai dengan keputusan Kepala Daerah.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
17
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
e. Program Prioritas Kedaulatan Pangan 1) Program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K) Intensifikasi tahun 2014 Sesuai Peraturan Pemerintah RI nomor 17 tahun 2015 bahwa ketahanan pangan adalah terpenuhinya pagan bagi negara sampai dengan peseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau. Untuk mewujudkan ketahanan pangan tersebut, diperlukan adanya keterlibatan semua unsur termasuk BUMN yang bergerak di bidang pangan dan pupuk. Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP DIY telah melakukan pengawasan atas peran korporasi dalam mendukung program ketahanan pangan nasional serta verifikas i atas pelakasanaan program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K) Intensifikasi Tahun 2014 pada empat korporasi yaitu: a) PT Sang Hyang Seri (Persero) b) PT Pertani (Persero) c) PT Pupuk Sriwidjaja d) PT Pupuk Petrokimia Gresik Hasil pengawasan peran korporasi dalam mendukung program ketahanan pangan nasional menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a) PT Sang Hyang Seri (Persero) tidak dapat memenuhi kebutuhan benih tahun 2014 karena mengalami kendala keuangan dan kurangnya koordinasi dengan pemerintah kabupaten b) Alokas i benih bersubsidi tidak dapat dipenuhi oleh PT Pertani (Persero) karena kurangnya
koordinasi
antara
pemerintah
D.I
Yogyakarta,
pemerintah
Kabupaten, dan PT. Pertani (Persero) c) Dalam tahun 2015 PT Pupuk Sriwidjaja PPD D.I Yog yakarta tidak melakukan kegiatan pengawalan program
Gerakan Peningkatan Produksi Pangan
berbasis Korporasi (GP3K) d) Target panen pada program GP3K PT Pupuk Petrokimia Gresik tidak dapat dipenuhi karena kelemahan pengawasan. Pada masa mendatang seluruh pemerintah daerah dan korporasi bidang pangan di DIY perlu didorong untuk meningkatkan perannya dalam mendukung program swasembada pangan.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
18
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
2) Program Akselerasi Swasembada Pangan Tujuan
monitoring
dan
evaluasi
atas
pelaksanaan
program
akselerasi
swasembada pangan pada Dinas Pertanian DI Yogyakarta adalah untuk memperoleh gambaran pelaksanaan program akselerasi swasembada pangan Tahun
2015
sebagai
dukungan
atas
pelaksanaan
program
akselerasi
swasembada pangan nasional. Adapun sasaran kegiata program akselerasi swasembada pangan yaitu : a) Pengadaan alat dan mesin pertanian b) Pembangunan/rehabilitasi rice milling unit (RMU) c) Pengadaan benih d) Pengadaan pupuk e) Pembangunan/rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (JIT) f) Pengembangan optimasi lahan Permasalahan terkait dengan monev program akselerasi swasembada pangan antara lain a) Untuk kegiatan bansos konstruksi jaringan irigasi, pada Kabupaten Kulon Progo terdapat pengembalian luasan lahan sebesar 243 ha karena tumpang tindih dengan kegiatan pelaksanaan Gerakan Peningkatan Penerapan Tanaman Terpadu (GPPTT) b) Pengadaan pupuk dan benih untuk optimasi lahan tanaman jagung sampai dengan 30 November 2015 belum terealisasi karena ketidaksanggupan Dinas Pertanian DY melaksanakan kegiatan tersebut, yang disebabkan sisa waktu tidak memadai untuk proses pengadaan dengan penunjukkan langsung melalui ULP, dan prakiraan BMKG tentang awal musim hujan di Kabupaten Gunungkidul. c) Untuk pengembangan seribu desa mandiri benih, pada kelompok tani Setyo Manunggal Kabupaten Sleman belum melaksanakan pekerjaan bangunan gudang dan lantai jemur karena adanya pemindahan lokasi lahan dari sebelumnya merupakan lahan milik pribadi anggota kelompok beralih ke lokasi yang merupakan kas desa. d) Kabupaten Sleman tidak mendapatkan target pengembangan System of Rice Intensification (SRI) karena ketidaksanggupan dari Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, mengingat metode pelaksanaan yang berbeda dengan kebiasaan masyarakat di daerah tersebut (menggunakan metode Tajarwo). Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
19
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
e) Terdapat Als intan berupa traktor roda 2 belum dapat didistribusikan ke kelompok tani penerima (CPCL) karena terkendala dengan UU Nomor 23 tentang Pemerintah Daerah, khususnya terkait penyaluran dana bansos yang berasal dari APBD f. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kemaritiman Audit bertujuan untuk menilai kinerja pemerintah daerah, m enguji ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, serta memberikan rekomendasi
perbaikan atas
permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah. Tahun 2015 Perwakilan BPKP DIY melakukan audit kinerja pelayanan bidang kemaritiman pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo. Hasil audit tersebut menjumpai beberapa permasalahan antara lain : 1) Fasilitas
pokok, fungsional,
dan penunjang pelabuhan
perikanan belum
sepenuhnya tersedia 2) Beberapa kriteria teknis dan fungsional pelabuhan perikanan belum terpenuhi 3) Jumlah SDM untuk manangani illegal fishing belum memadai 4) Terdapat beberapa kapal penangkap ikan yang belum mempunyai izin lengkap
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
20
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
B. Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal Pemerintah perlu memiliki ruang fiskal yang cukup untuk membiayai program-program pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Selaku auditor intern pemerintah, BPKP berkomitmen untuk mendorong peningkatan ruang fiskal dalam anggaran pemerintah. 1. Kualitas Peningkatan Ruang Fiskal Peningkatan ruang fiskal bisa dilakukan melalui dua sisi sekaligus yaitu dengan meningkatkan penerimaan negara/daerah
dan melakukan efisiensi pengeluaran
negara/daerah. Perbaikan kualitas ruang fiskal pada pemerintah daerah antara lain ditandai dengan adanya peningkatan anggaran pendapatan dalam APBD. Anggaran pendapatan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015
sebesar
Rp11.713.510.197.035,60
mengalami
kenaikan
sebesar
Rp1.200.061.693.469,57 atau 11,41% dibandingkan dengan anggaran pendapatan tahun
2014
sebesar
Rp10.513.448.503.566,00.
Kenaikan
anggaran
tersebut
memungkinkan pemerintah daerah dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam rangka kemandirian daerah, anggaran pendapatan asli daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 sebesara
Rp3.210.176.809.059,12 mengalami
kenaikan sebesar Rp424.396.869.864,32 atau 15,23% dibandingkan dengan jumlah anggaran pendapatan asli daerah tahun 2014 sebesar Rp2.785.779.939.194,80 2. Peningkatan Kualitas Ruang Fiskal Kegiatan pengawasan BPKP dalam rangka peningkatan ruang fiskal bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dan menjaga pengeluaran keuangan negara dalam batas kewajaran dan dilakukan secara efisien. Kegiatan pengawasan tahun 2015 menghasilkan potensi penghematan pengeluaran negara yang berasal dari koreksi atas tagihan pihak ketiga, hasil audit pengelolaan PNBP dan hasil audit operasional. Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan dalam rangka peningkatan ruang fiskal sebagaimana tercantum pada tabel 2.8 di bawah ini.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
21
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Tabel 2.8. Rekapitulasi Kegiatan Pengawasan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal Tahun 2015 No 1 2 3 4
5
6 7
Kegiatan Pengaw asan Pengaw asan atas pendapatan asli daerah Verifikasi atas Utang Usaha Verifikasi Kegiatan Pembangunan Audit atas Pengelolaan PNBP
Jum lah Kegiatan 1
Evaluasi Penyelenggaraan Fungsi Pelayanan Terpadu satu pintu Bidang Penanaman Modal (PTSP- PM) Audit Operasional/Audit Keuangan/Audit Kinerja Monitoring dan evaluasi Dana Alokasi Khusus tahun 2014 Jumlah
Lokasi Kegiatan Pengaw asan Kab Gunungkidul
1 1
RSUP Dr. Sardjito RSUP Dr. Sardjito
4
Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Yogyakarta, Biaya Hak Penggunaan Frekuensi Kementerian Kominfo pada Balai Monitoring Kelas II D.I Yogyakarta BKPN DIY Dinas Perijinan Kota Yogyakarta
2
3
KPU, JKN
53
Kab Sleman, Kab Kulon Pro go, Kab Gunungkidul
63
Sumber : Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Penjelasan masing-masing kegiatan pengawasan diuraikan sebagai berikut : a. Pengawasan atas Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah. Salah satu kegiatan pengawasan yang dilakukan dalam rangka peningkatan ruang fiskal adalah pengawasan atas optimalisasi pendapatan asli daerah pada pemerintah kabupaten Gunungkidu dengan tujuan mendorong peningkatan rasio PAD terhadap total pendapatan daerah, mendorong perencanaan PAD didukung oleh data base potensi perencanaan yang memadai, mendorong terciptanya ketaatan hukum dan perbaikan Sistem Pengendalian Intern atas pengelolaan PAD Ruang lingkup pengawasan pendapatan asli daerah mencakup pengelolaan PAD tahun 2014 dengan memperhatikan PAD tahun 2012 sampai dengan 2014 dan pengelolaan tahun 2015 Kesimpulan dari hasil pengawasan: 1) Pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum memiliki data base mengenai PAD Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
22
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
2) Pajak hotel, pajak restoran dan restribusi pengendalian menara telekomunikas belum tergali dengan optimal. b. Verifikas i atas Utang Usaha Mem enuhi permintaan dari Direktur RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan kegiatan verifikasi atas utang usaha RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Tujuan kegiatan verifikas i adalah untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa saldo utang usaha dan Biaya yang masih harus dibayar (BYMHD) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta per 31 Desember 2014 adalah benar-benar kewajiban yang harus diselesaikan, sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dan barang/jasa yang diterima benar-benar dilaksanakan terkait dengan revisi DIPA BLU RSUP Dr. Sardjito Tahun 2015. Kegiatan verifikasi menghasilkan simpulan DIPA BLU RSUP Dr. Sardjito Tahun 2015 tidak mengalokasikan anggaran untuk pembayaran Utang usaha per 31 Desember 2014 sebesar Rp23.514.690.983,40 dan Biaya yang masih harus dibayar per 31 Desember 2014 sebesar Rp17.082.176.360,00. c. Verifikas i Kegiatan Pembangunan Mem enuhi permintaan dari Direktur RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan kegiatan verifikasi atas kegiatan pembangunan pada RSUP DR. Sardjito Yogyakarta dengan simpulan penyelesaian tagihan atas sisa pekerjaan pembangunan tahap II gedung ICC RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dapat dilanjutkan dengan DIPA Tahun Anggaran 2015. d. Audit atas pengelolaan PNBP Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit atas Pengelolaan PNBP pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Yogyakarta serta Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Yogyakarta. Tujuan audit atas pengelolaan PNBP adalah : 1) Me yakini penerimaan dan penyetoran PNBP ke kas negara telah dilakukan secara tertib, tepat jumlah dan tepat waktu 2) Menilai ketaatan atas pemenuhan kewajiban PNBP sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP dan ketentuan lainnya yang berlaku 3) Mengidentifikasi kelemahan sistem dan prosedur pengelolaan PNBP 4) Me yakini penggunaan PNBP telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
23
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Permasalahan dalam audit pengeolaan PNBP antara lain : 1) Penentuan target PNBP belum memadai 2) Penggunaan PNBP belum sepenuhnya sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 243/KMK.06.2002 3) Pengendalian untuk beberapa kegiatan belum dibangun 4) Kelebihan
pembayaran
honor
atas
kegiatan
pelayanan
penyelesaian
pemeliharaan data pendaftar tanah sebesar Rp90.083.000,00 e. Evaluasi Penyelenggaraan Fungsi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Tujuan evaluasi adalah memberikan rekomendasi atas penyelenggaraan fungsi PTSP-PM dalam rangka mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta memperpendek proses pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan terjangkau. Hasil evaluasi penyelenggaraan fungsi PTSP-PM antara lain : 1) Sis tem Pelayanan Informasi dan Perizinan Inves tasi secara Elektronik (SPIPISE) belum digunakan 2) Pelayanan perizinan bidang penanaman modal jangka waktunya melebihi ketentuan yang berlaku yaitu lebih dari tujuh hari 3) BKPM DIY belum mempunyai SOP mengenai perizinan pembukaan kantor cabang f. Audit Operas ional/ Audit Keuangan/ Audit Kinerja Dalam rangka melaksanakan fungsi sebagai auditor internal pemerintah dan memenuhi beberapa permintaan stakeholders, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan peran penjaminan kualitas (assurances) berupa audit operasional, audit keuangan, dan audit kinerja sebagaiman terangkum dalam tabel 2.9. di bawah ini. Tabel 2.9. Rekapitulasi Kegiatan Penjaminan Kualitas (Assurances) Tahun 2015 No 1 2 3
Kegiatan Pengaw asan Audit operasional Audit keuangan Audit kinerja Jumlah
Jum lah Kegiatan 1 26 2 29
Lokasi Kegiatan Pengaw asan KPU PHLN JKN
Sumber : Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
24
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Mas ing-masing kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1) Audit Operas ional Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit operasional pada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan audit bertujuan untuk menilai efisiensi, efektifitas , dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta memberikan rekomendasi perbaikan terhadap akuntabilitas keuangan. Sasaran audit adalah pengelolaan keuangan KPU meliputi pelaksanaan anggaran, penatausahaan, dan pelaporan pelaksanaan APBN yang memerlukan perbaikan atau peningkatan, baik segi efisiensi, efektivitas dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Audit operasional pada KPUD Daerah Istimewa Yogyakarta menghasilkan potensi penghematan keuangan negara sebesar Rp.72.673.500,00. Selain itu juga dijumpai hal-hal sebagai berikut : a) Pembayaran honor kelompok kerja/Tim Pelaksana kegiatan tidak sesuai ketentuan b) Pembayaran uang harian perjalanan dinas tidak sesuai ketentuan c) Pertanggungjawaban kegiatan yang tidak benar. 2) Audit Keuangan Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit keuangan atas program/proyek berbantuan luar negeri (loan) sebanyak 27 kegiatan/proyek. Pelaksanaan audit keuangan mencakup audit terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan program, penilaian terhadap efektivitas internal control, kinerja program,
serta
menghasilkan
ketaatan potensi
terhadap
ketentuan
penghematan
program.
pengeluaran
Kegiatan
negara
audit
sebesar
Rp158.369.489,25. 3) Audit Kinerja Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit kinerja pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pelaksanaan audit bertujuan untuk menilai keberhasilan Kementrian Kesehatan dan instansi terkait dalam melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Nasional khususnya kepada fakir miskin dan masyarakat tidak mampu peserta PBI, dan memberikan rekomendasi atas kelemahan dalam kaitannya dengan peningkatan
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
25
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
kualitas pelayanan kesehatan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan keandalan laporan kegiatan dari pelaksanaan program tersebut. Audit atas program JKN di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo menghasilkan koreksi audit berupa selisih pembayaran tagihan oleh Kementerian Kesehatan sebesar Rp.218.415.225,00 dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.10 berikut. Tabel 2.10 Rekapitulasi Kegiatan Pengawasan Pengawalan Pembangunan Nasional Tahun 2015 No. 1 2
Kabupate n Sleman Kulon Progo Jum lah
317.181 232.517
Dibayar oleh Keme nkes (Rp) 73.173.656.700 53.641.671.900
72.971.428.925 53.625.484.450
202.227.775 16.187.450
549.698
126.815.328.600
126.596.913.375
218.415.225
Jum lah PBI
Seharusnya (Rp)
Selisih (Rp)
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
g. Monitoring dan evaluasi Dana Alokasi Khusus 2014 Dalam tahun 2015, BPKP Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan monitoring dan evaluasi Dana Alokasi Khusus (DAK) pada tiga kabupaten di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul dengan rincian alokasi anggaran DAK tahun 2014 sebagai berikut: No
Nam a Kab./Kota dan Bidang DAK
Slem an Pendidikan Kesehatan Infrastruktur Kemaritiman Kedaulatan Pangan Penanggulangan Kemiskinan Sub Jum lah Sleman B Kulon Progo 1 Pendidikan 2 Kesehatan 3 Infrastruktur 4 Kemaritiman 5 Kedaulatan Pangan 6 Penanggulangan
Jum lah Bidang DAK
Alok asi dalam APBD TA 2014 DAK (Rp) Pendam ping Jum lah (Rp) (Rp)
A
1 2 3 4 5 6
3 2 5 1 2 1
18.518.280.000 4.608.250.000 14.469.443.400 3.424.760.000 6.626.150.400 1.017.720.000
2.566.571.500 3.296.227.300 1.879.612.600 342.476.000 876.639.400 113.080.000
21.084.851.500 7.904.477.300 16.349.056.000 3.767.236.000 7.502.789.800 1.130.800.000
14
48.664.603.800
9.074.606.800
57.739.210.600
4 3 8 1 2 1
12.134.170.000 5.071.960.000 17.045.624.218 3.594.314.541 5.103.716.618 857.740.000
1.213.417.000 507.196.000 1.704.562.683 359.431.454 660.371.662 85.774.000
13.347.587.000 5.579.156.000 18.750.186.901 3.953.745.995 5.764.088.280 943.514.000
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
26
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
No
Nam a Kab./Kota dan Bidang DAK
Kemiskinan Sub Jum lah Kulon Progo C Gunungkidul 1 Pendidikan 2 Kesehatan 3 Infrastruktur 4 Kemaritiman 5 Kedaulatan Pangan 6 Penanggulangan Kemiskinan 7 Kedaulatan Energi Sub Jum lah Gunung Kidul Jum lah
Jum lah Bidang DAK
Alok asi dalam APBD TA 2014 DAK (Rp) Pendam ping Jum lah (Rp) (Rp)
19
43.807.525.377
4.530.752.799
48.338.278.176
4 3 8 1 2 1
18.196.860.000 6.473.330.000 19.908.670.000 4.856.530.000 8.354.660.000 1.044.690.000
1.877.661.000 647.333.000 2.180.737.451 506.653.000 1.453.976.010 122.585.000
20.074.521.000 7.120.663.000 22.089.407.451 5.363.183.000 9.808.636.010 1.167.275.000
1 20 53
2.728.120.000 61.562.860.000 154.034.989.177
272.812.000 7.061.757.461 20.667.117.060
3.000.932.000 68.624.617.461 174.702.106.237
Hasil monitoring dan evaluasi atas capaian kinerja keuangan dan output pada sebagian bidang DAK yang dilakukan monitoring dan evaluasi menunjukkan kinerja keuangan dan output masing-masing sebagai berikut:
No.
Bidang DAK
a. 1 2 3 4
Pendidikan Pendidikan SD Pendidikan SMP Pendidikan SMA Pendidikan SMK
b. 1
4
Kesehatan Kesehatan Pelayanan Dasar Kesehatan Pelayanan Rujukan Kesehatan Pelayanan Far masi Infrastruktur Sarana dan Prasarana Perdagangan Peru mahan dan Kaw asan Per mukiman Keselamatan Transportasi Darat Transportasi Perdesaan
5
Lingkungan Hidup
2 3 c. 1 2 3
Kab. Slem an
Kab. Kulon Progo
Kab. Gunungk idul
Keu (%)
Fisik (%)
Keu (%)
Fisik (%)
Keu (%)
Fisik (%)
42,18 56,01 37,21 tidak ada alokasi
87,02 75,05 37,21 tidak ada alokasi
55,98 70,51 81,14 61,66
86,48 97,96 98,77 82,82
0 0 0 0
0 0 0 0
tidak ada alokasi 74,86
tidak ada alokasi 100,00
96,63
100,00
95,89
96,01
100,00
100,00
30,94
42,06
97,04
100,00
96,01
100,00
96,06
100
tidak ada alokasi tidak ada alokasi 92,18
tidak ada alokasi tidak ada alokasi 96,68
91,95
100,00
92,82
100,00
tidak ada alokasi tidak
tidak ada alokasi tidak
tidak dimonev tidak ada alokasi tidak dimonev 98,16
tidak dimonev tidak ada alokasi tidak dimonev 100
tidak
tidak
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
tidak tidak dimonev dimonev tidak ada tidak ada alokasi alokasi 97,58 99,58
27
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
No.
Bidang DAK
Kab. Slem an Keu (%)
Fisik (%)
dimonev
dimonev
Kab. Kulon Progo
Kab. Gunungk idul
Keu (%)
Keu (%)
Fisik (%)
dimonev
dimonev
Fisik (%)
d. 1
Kem aritim an Kelautan dan Perikanan
86,84
100,00
tidak dimonev
tidak dimonev
tidak dimonev
tidak dimonev
e. 1
Kedaulatan Pangan Pertanian
79,29
94,93
2
Kehutanan
87,24
100,00
tidak dimonev tidak dimonev
tidak dimonev tidak dimonev
tidak dimonev tidak dimonev
tidak dimonev tidak dimonev
f. 1
Penanggulangan Kem iskinan Keluarga Berencana
92,33
100,00
tidak dimonev
tidak dimonev
tidak dimonev
tidak dimonev
g. 1
Kedaulatan Ene rgi Energi Perdesaan
tidak ada alokasi 74,52
tidak ada alokasi 89,09
97,12
100
46,46
48,67
Rata-Rata
tidak ada tidak ada alokasi alokasi 84,43 96,96
Hasil monitoring dan evaluasi pada sebagian bidang DAK menunjukkan koreksi penghematan pengeluaran negara/effisiensi pada pemerintah Kabupaten Sleman, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 2.11. Tabel 2.11 Hasil Monitoring dan Evaluasi DAK pada Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2015 No
1 2 3
Nam a Program /Poyek/Kegiatan
Bidang Pendidikan SD/SMP/SMA Bidang Kesehatan Pelayanan Rujukan Bidang Keselamatan Transportasi Darat JUMLAH
Penghem atan Pengeluaran Negara dan denda 5.400.400,00 146.286.405,00 26.630.373,94 178.316.778,94
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
28
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
C. Pengamanan Aset Negara/Daerah Aset
negara/
daerah
merupakan
salah
satu
sumber
daya
penting
dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang harus dijaga keberadaannya dan dioptimalkan kemanfaatannya. Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan aktif dalam upaya pengamanan aset melalui kegiatan keinves tigasian, pendampingan pencegahan fraud pada proses pengadaan barang dan jasa, dan koordinasi dengan aparat penegak hukum (APH), serta pembinaan pengelolaan aset. 1. Kegiatan Keinvestigasian Penyelamatan aset Negara/ daerah dilakukan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melalui penerapan strategi represif pada Pemerintah Daerah dan berbagai satuan kerja Kementerian/Lembaga atas permintaan penyidik, meliputi audit inves tigatif atas kasus/ penyim pangan yang berindikasi tindak pidana korupsi, bantuan penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli di persidangan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.12 berikut. Tabel 2.12 Kegiatan Penerapan Strategi Represif terhadap KKN Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 No
Kegiatan
Pemda/ BUMD
Satker K/L
Jum lah Diselesaikan
1.
Audit Investigatif
2
-
2
2.
Bantuan Perh itungan Kerugian Keuangan Negara Pemberian Keterangan Ahli
5
-
5
26
-
26
3.
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Mas ing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Audit In ves tigatif Pada Tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah selesai melakukan audit inves tigatif
atas dua kasus yaitu dugaan penyelewengan
pengelolaan dana desa Tahun 2011 sd 2013 di Desa Margosari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo dan dugaan penyimpangan dalam pengelolaan kas kecil pada Unit Pertambangan PT Anindya Mitra Internasional Tahun 2011. Terhadap kedua kasus tersebut telah terjadi penyimpangan yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp108.559.380,00 dan laporannya telah diserahkan Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
29
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
kepada aparat penyidik guna melengkapi berkas yang diperlukan untuk proses hukum selanjutnya. b. Bantuan Penghitungan Kerugian Keuangan Negara Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara atas lima kasus yang laporannya telah diserahkan kepada penyidik untuk melengkapi berkas yang diperlukan untuk proses hukum selanjutnya, yaitu: 1) Penyim pangan Penyaluran BLT Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa Bumi di Dsn Pakis I dan II Ds Dlingo Kec Dlingo Kabupaten Bantul TA 2007; 2) Penyim pangan
Program
Pengembangan
Model
Pengolahan Tanaman
Terpadu Kedelai Kabupaten Gunungkidul tahun anggaran 2013; 3) Perkara TPK Dugaan Penyimpangan Pengelolaan PADes di Desa Sriharjo Kec. Imogiri Kab. Bantul TA 2008 – 2013; 4) Dugaan TPK pada UPK BKM Kel. Patangpuluhan kec. Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2009 dan; 5) Dugaan TPK Dana Hibah dari Pemda DIY TA 2013 Kelompok Ternak Sapi Andini Makm ur Wonosari Gunungkidul. Nilai kerugian keuangan negara kelima kasus tersebut seluruhnya sebesar Rp1.905.653.045,00. c. Pemberian Keterangan Ahli Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan kegiatan pemberian keterangan ahli pada instansi penyidik kepolisan dan kejaksaan serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yogyakarta sebanyak 26 kali dengan rincian sebagaimana tampak pada Tabel 2.13 berikut. Tabel 2.13 Pemberian Keterangan Ahli Kasus Berindikasi TPK di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 No 1. 2. 3.
Ins tans i Kejaksaan (BAP ) Kepolisian (BAP) Pengadilan Tipikor (Sidang) Jumlah
Jum lah Kasus 6 10 10 26
Nilai (Rp) 12.551.106.058,00 12.551.106.058,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
30
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
2. Pendampingan Pencegahan Fraud pada Proses Pengadaan Barang Jasa Pada Tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pendampingan penandatanganan
pencegahan
fraud
kontrak pekerjaan
atas
proses
penyem purnaan
perencanaan
sampai
pembangunan
gedung
perpustakaan, pengadaan landscape dan pekerjaan pengadaan interior gedung perpustakaan BPAD Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada pendampingan tersebut telah disampaikan beberapa saran perbaikan atas kelemahan dalam perencanaan sampai dengan penandatanganan kontrak, dan telah ditindaklanjuti oleh manajemen BPAD DIY. 3. Pembinaan Pengelolaan Aset Salah s atu bentuk pengamanan aset dilakukan melalui penerapan manajemen aset yang baik pada BUMN/D. Namun demikian sampai saat ini seluruh PDAM di Daerah Istimewa Yogyakarta belum memiliki kebijakan pengelolaan aset, termasuk masih adanya aset yang belum ditetapkan statusnya. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyampaikan kepada masingmasing Direktur PDAM agar membuat kebijakan pengelolaan/manajemen asset dan berkoordinasi dengan jajaran terkait untuk menetapkan status asetnya. 4. Koordinasi dan Supervis i Pencegahan Korupsi Sesuai dengan tugas dan kewenangannya, KPK dan BPKP melakukan sinergi untuk mengoptimalkan upaya pencegahan korupsi khususnya di pemerintah daerah dalam bentuk kegiatan koordinasi dan supervisi pencegahan korupsi. Pada tahun 2015 kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul dengan tujuan: a. Mendorong pengelolaan APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Untuk memastikan prosedur perencanaan, proses pengadaan, dan pemanfaatan barang dan jasa telah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. c. Mendorong optimalisasi pendapatan asli daerah melalui pencegahan terhadap potensi kebocoran penerimaan daerah. d. Menurunkan potensi dan tingkat korupsi. e. Perbaikan sistem pengendalian intern pada pemerintah daerah.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
31
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Ruang lingkup kegiatan meliputi : a. Pengelolaan APBD, yaitu Perencanaan dan penganggaran TA 2014 dan 2015, Pengelolaan Hibah dan Bansos, Pengadaan Barang Jasa pada bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. b. Pengelolaan Pendapatan Hasil pengamatan dan FGD identifikasi serta penilaian risiko yang perlu dikendalikan berkaitan dengan ruang lingkup kegiatan, telah dilakukan semiloka pada masing-masing kabupaten, yaitu tanggal 17 Novem ber 2015 di Kabupaten Kulon Progo dan tanggal 19 Novem ber 2015 di Kabupaten Gunungkidul.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
32
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
D. Perbaikan Sistem Tata Kelola (Governance System) Perbaikan sistem tata kelola pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta BUMN/BUMD menjadi fokus pengawasan BPKP yang dilakukan dalam rangka membantu memperbaiki tata kelola organisasi, pengelolaan risiko, dan sistem pengendalian intern pemerintah. 1. Kualitas Sistem Tata Kelola (Governance System) Beberapa indikator yang dapat menggambarkan perbaikan kualitas tata kelola kepemerintahan antara lain tercermin dari tingkat kematangan (maturity) dalam penyelenggaraan SPIP, perolehan skor sistem akuntabilitas kinerja/SAKIP, perolehan opini atas laporan keuangan pemerintah daerah maupun BUMD, tingkat leveling APIP, dan hasil survei integritas sektor publik, dengan uraian sebagai berikut : a. Tingkat Kematangan/maturitas Penyelenggaraan SPIP Kualitas penyelenggaran SPIP pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dapat diukur menggunakan tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP. Tingkat kematangan dinilai berdasarkan keberadaan sistem pengendalian intern yang telah dibangun oleh instansi pemerintah, dengan simpulan sebagai berikut : Tingkat
Tingkat Maturitas
Klasifik asi Nilai 0
Interval Nilai
1
Belum Ada
Nilai < 1,0
2
Rintisan
1
1,0 < Nilai < 2,0
3
Berkembang
2
2,0 < Nilai < 3,0
4
Terdefinisi
3
3,0 < Nilai < 4,0
5
Terkelola dan terukur
4
4,0 < Nilai <4,5
6
Optimum
5
Nilai > 4,5
Penjelasan masing-masing tingkat sebagai berikut : 1) Tingkat 1 (belum ada) berarti K/L/Pemda sama sekali belum memiliki kebijakan dan
prosedur
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan
praktek-praktek
pengendalian intern. 2) Tingkat 2 (rintisan) berarti telah ada praktik pengendalian intern, namun pendekatan risiko dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat ad-hoc dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa komunikasi dan pemantauan sehingga kelemahan tidak diidentifikasi. Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
33
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
3) Tingkat 3 (berkembang) berarti K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian
intern, namun
tidak
terdokumentasi
dengan
baik
dan
pelaksanaannya sangat tergantung pada individu dan belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai. 4) Tingkat 4
(terdefinisi)
berarti
K/L/Pemda
telah melaksanakan
praktik
pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai. 5) Tingkat 5 (terkelola dan terukur) berarti K/L/P telah menerapkan pengendalian internal yang efektif, masing-masing personel pelaksana kegiatan yang selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/Pemda. Evaluasi formal dan terdokumentasi. 6) Tingkat 6 (optimum) berarti K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh pemantauan otomatis menggunakan aplikasi komputer. Penilaian maturitas SPIP dilakukan pada empat pemerintah daerah yaitu Kabupaten Sleman dengan nilai 2,83 (berkembang), Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan nilai 1,44 (rintisan), Pemerintah Kabupaten Bantul dengan nilai 1,92 (rintisan) dan Kabupaten Kulon Progo dengan nilai 2,16 (berkembang), sedangkan dua pemda yang lain belum dilakukan penilaian. b. Skor Sis tem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP) Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tercermin dari hasil evaluasi/penilaian yang dilakukan oleh Kementerian PAN dan RB terhadap Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Hasil penilaian menunjukkan bahwa SAKIP Pem erintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 memperoleh nilai sangat baik dengan level A. Nilai tingkat akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dapat digambarkan dalam Tabel 2.14. Tabel 2.14 Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 No 1. 2. 3.
Pemeintah Daerah Daerah Istimew a Yogyakarta Kota Yogyakarta Kab. Bantul
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
Skor/ Nilai
Keterangan
A B B
Sangat Baik Baik Baik 34
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
No 4. 5. 6.
Pemeintah Daerah Kab. Sleman Kab. Kulon Progo Kab. Gunungkidul
Skor/ Nilai
Keterangan
B B CC
Baik Baik Cukup
Sumber : Bagian Organisasi masing-masing Pemda (dikonfirmasi dengan hasil Menpan)
Perkembangan perolehan skor hasil evaluasi sistem sistem akuntabilitas kinerja sampai dengan tahun 2014 tampak pada tabel 2.15 di bawah ini. Tabel 2.15 Perkembangan Skor Hasil Evaluasi SAKIP Pem erintah Daerah di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 – 2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pemerintah Daerah Daerah Istimew a Yogyakarta Kota Yogyakarta Kab. Bantul Kab. Sleman Kab. Kulon Progo Kab. Gunungkidul
2012
2013
2014
CC C CC C C CC
B CC B C C CC
A B B B B CC
Sumber : Bagian Organisasi masing-masing Pemda
c. Opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Hasil audit BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2014 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, lima LKPD atau 83,33% dari total enam LKPD memperoleh opini WTP. Perolehan opini WTP atas LKPD tahun 2014 sama dengan tahun 2013. Perkembangan opini BPK atas LKPD Tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.16 di bawah ini. Tabel 2.16 Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 – 2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pemerintah Kabupate n/Kota Daerah Istimew a Yogyakarta Kota Yogyakarta Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kabupaten Kulon Pr ogo Kabupaten Gunungkidul
2011 WTP WTP WDP WTP WDP WDP
Opini LKPD 2012 2013 WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WDP WTP WDP WDP
2014 WTP WTP WTP WTP WTP WDP
Sumber : Website BPK RI
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
35
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
d. Opini Laporan Keuangan BUMD Kewajaran penyajian informasi keuangan pada laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMN/D) menjadi salah satu indikator kualitas tata kelola organisasi. Hasil audit oleh auditor eksternal atas laporan keuangan BUMN/D menjadi salah satu faktor penting dalam mengukur good corporate governance BUMN/D. Dari 16 BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 16 BUMD (PDAM) telah diaudit oleh auditor eksternal dan seluruhnya memperoleh opini WTP. Perkembangan opini auditor eksternal atas Laporan Keuangan BUMD tahun 2012-2014 disajikan pada Tabel 2.17. Tabel 2.17 Perkembangan Opini Auditor Eksternal atas Laporan Keuangan BUMD di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 – 2014 No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Opini WTP WDP TMP TW Belum diaudit Jumlah
2012 16 100% 0 0 0 0 0 0 0 0 16 100%
Jum lah BUMD 2013 16 100% 0 0 0 0 0 0 0 0 16 100%
16 0 0 0 0 16
2014 100% 0 0 0 0 100%
Sumber : Ikhtisar Hasil Audit Kantor Akuntan Publik
e. Level Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang mampu berperan secara efektif akan mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih. Agar berperan efektif, APIP sekurang-kurangnya harus mampu: 1) memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah 2) memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah 3) memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Dalam m elaksanakan tugas dan fungsinya, APIP memiliki kemampuan berbedabeda sesuai dengan kapabilitas masing-masing yang diukur menggunakan pendekatan Internal Audit Capability Model (IACM). Pendekatan tersebut mengelompokkan kapabilitas APIP dalam lima level yaitu level 1 (initial), level 2 Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
36
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
(infrastructure), level 3 (integrated), level 4 (managed), dan level 5 (optimazing) berdasarkan
tingkat
pemenuhan masing-masing
APIP
terhadap
seluruh
parameter yang menunjukkan kemampuan dalam melaksanakan peran dan layanan, mengelola sumber daya manusia yang dimiliki, melaksanakan praktik pengawasan secara profesional, merencanakan dan melaporkan kinerja secara akuntabel, mengembangkan budaya dan hubungan kerja yang harmonis baik internal maupun eksternal organisasi, serta menjaga struktur tata kelola organisasi. Hasil assessment/evaluasi atas leveling tata kelola APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan tahun 2015 menunjukkan, dari enam APIP satu APIP berada pada level 2 penuh dan lima APIP berada pada level 2 dengan catatan perbaikan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.18 di bawah. Tabel 2.18 Hasil Assessment/Evaluasi Leveling APIP di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta s.d. Tahun 2015 No
Ins pektorat
Le veling APIP
1.
Inspektorat Daerah Istimew a Yogyakarta Inspektorat Kota Yogyakarta
2 (infrastructure) dengan catatan Level 2 (infrastructure) dengan catatan Level 2 (infrastructure) penuh Level 2 (infrastructure) dengan catatan Level 2 (infrastructure) dengan catatan Level 2 (infrastructure) dengan catatan
2. 3. 4. 5. 6.
Inspektorat Kabupaten Bantul Inspektorat Kabupaten Sleman Inspektorat Kabupaten Kulon Progo Inspektorat Kabupaten Gunungkidul
Tahun Assessment 2015 2015 2015 2014 2015 2014
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
APIP yang berada pada level 2 penuh, telah membangun infrastruktur yang diperlukan, proses
audit telah dilakukan secara konsisten namun belum
seluruhnya selaras dengan standar audit. Dilihat dari sisi hasil pengawasan, APIP yang berada pada level 2 penuh mampu menjamin proses tata kelola pemerintah daerah sesuai peraturan perundang-undangan dan mampu mendeteksi terjadinya korupsi. Perkembangan leveling APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2.19 di bawah ini.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
37
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Tabel 2.19 Perkembangan Leveling APIP di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 – 2015 No 1. 2. 3. 4. 5.
Le veling APIP Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Jumlah
1 5 6
2013 16,67 83,33 100%
Jum lah APIP 2014 6 100% 6 100%
6 6
2015 100% 100%
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Selain uraian di atas, hasil Survei Integritas Sektor Publik Tahun 2013 oleh KPK, Kota Yogyakarta mendapatkan skor 7,28 dan menempati peringkat 10 nasional dari 60 pemerintah kota yang disurvei. Survei Integritas Sektor Publik dilakukan dalam rangka memberikan penilaian terhadap integritas layanan yang diberikan oleh lembaga pemerintah kepada masyarakat. Hasil penilaian merupakan cerminan bagaimana masyarakat sebagai pengguna layanan memberikan penilaian yang didasarkan pada pengalaman pengguna layanan dalam mengurus layanan di lembaga tersebut. 2. Peningkatan Kualitas Sistem Tata Kelola (Governance System) Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan dalam peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan menuju good governance and clean government. Tata kelola pemerintahan yang baik perlu segera diwujudkan guna mendukung peningkatan daya saing dan kinerja pembangunan nasional di berbagai bidang, khususnya di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan berbagai kegiatan konsultatif berupa pendampingan dan bimbingan teknis kepada pemerintah daerah dan badan usaha terkait peningkatan kualitas tata kelola. Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan berbagai upaya perbaikan sistem tata kelola (governance system) terdiri dari : a. Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) merupakan salah satu dasar untuk terwujudnya penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik. Komitmen Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mendorong
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
38
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
perbaikan kualitas penyelenggaraan SPIP pada pemerintah daerah diwujudkan melalui kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan pemahaman dan membangun komitmen penyelenggaraan SPIP kepada seluruh Pemerintah Daerah dan Satker Kementerian/Lembanga (K/L) melalui sosialisasi, workshop, dan diklat SPIP. Sebagai hasil upaya pemahaman tersebut telah diterbitkan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota tentang penyelenggaraan SPIP dan telah dibentuk Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Pemerintah Daerah se-Daerah Istimewa Yogyakarta dan K/L. Dalam
rangka
peningkatan
penyelengaraan
sistem
pengendalian
intern
pemerintah yang baik pada kegiatan utama SKPD/Unit Kerja, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta telah menyarankan
kepada masing-masing
pemerintah daerah sebagai berikut: 1) Satgas SPIP Kabupaten untuk ikut terlibat dan proaktif dalam menerapkan SPIP di tingkat Kabupaten dan SKPD. 2) Menyus un Rencana Tindak Pengendalian (RTP) SPIP atas kegiatan utama sehingga setiap kegiatan mempunyai pengendalian yang memadai. Selain mendorong penyelenggaraan SPIP di lingkungan pemerintah daerah, Perwakilan BPKP DIY juga membina BUMD untuk dapat meningkatkan efektivitas pengendalian internal PDAM melalui evaluasi sistem pengendalian intern pada PDAM Kabupaten menunjukkan
Sleman
bahwa
penyelenggaraan
kedua
dan
Kabupaten
Gunungkidul. Hasil
PDAM tersebut telah
pengendalian
internnya
yaitu
cukup
telah
evaluasi
efektif dalam
diterapkan
dan
terdokumentasi namun belum dilakukan evaluasi dengan jabaran per unsur. b. Perbaikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP) Dalam mendorong peningkatan kualitas AKIP Pemda, dalam tahun 2015 Perwakilan
BPKP
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
telah
melaksanakan
pendampingan penyusunan laporan kinerja tahun 2014 di Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Selain itu dilakukan focus group discussion (FGD) reviu laporan kinerja pada Pemerintah Kota Yogyakarta. Permasalahan yang masih dijumpai dalam penyelenggaraan AKIP adalah pemahaman yang keliru mengenai konsep penilaian dalam evaluasi LKjIP, yaitu evaluasi dipahami terbatas pada penilaian kualitas pelaporannya saja padahal mencakup evaluasi Sistem AKIP secara keseluruhan. Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
39
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Hal-hal yang perlu peningkatan dalam penyus unan LAKIP di masa mendatang antara lain masih terdapat sasaran yang belum sepenuhnya berorientasi hasil, rumusan indikator kinerja sasaran belum sepenuhnya memenuhi indikator yang baik, Indikator Kinerja Utama (IKU) belum mengacu pada Permen PAN Nomor 20/PER/M.PAN/11/2008, IKU belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam dokumen perencanaan, penganggaran dan pengukuran kinerja, penetapan kinerja belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk mengarahkan dan menilai keberhasilan unit kerja, belum tersedia sistem/mekanisme pengumpulan data kinerja, dan laporan kinerja belum dimanfaatkan untuk perbaikan perencanaan, pelaksanaan program dan kegiatan. Dalam upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan AKIP, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah merekomendasikan perbaikan pengelolaan AKIP kepada Pemerintah Kabupaten agar: 1) Melakukan reviu terhadap RPJMD dan Renstra SKPD secara kontinyu, untuk perbaikan berkelanjutan. 2) Pengembangan e-SAKIP tahun 2015 untuk memantau pencapaian kinerja setiap triwulan dan sinergi antara perencanaan. penganggaran, pelaksanaan dan pelaporan kinerja. 3) Menyem purnakan indikator yang kurang tepat. 4) Menyus un perbaikan pengukuran dan mekanismne pengumpulan data kinerja yang relevan. c. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta secara proaktif telah bekerja sama dengan Pemda dalam upaya mendorong menuju perolehan opini WTP. Mengingat opini WTP merupakan pintu masuk menuju tata kelola kepemerintahan yang baik, maka terhadap LKPD yang belum memperoleh opini WTP perlu terus didorong untuk meningkatkan upaya agar memperoleh opini WTP dari BPK. Lingkup kegiatan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah yang dilaksanakan antara lain dalam
bentuk pendampingan penyusunan laporan keuangan
Pemerintah Daerah, pendampingan atas reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, pendampingan penataan Barang Milik Daerah, peningkatan SDM pengelola keuangan daerah, dan peningkatan kapasitas APIP Daerah.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
40
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Kegiatan pembinaan oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 tampak pada Tabel 2.20 di bawah ini. Tabel 2.20 Kegiatan Upaya Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015
No 1. 2. 3. 4.
Jum lah Pemerintah Daerah Jum lah % 2 33,33%
Kegiatan Pendampingan penyusunan laporan keuangan Pendampingan reviu laporan keuangan Penguatan penataan Barang Milik Daerah Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola Keuangan
1 1 5
16,67% 16,67% 87,33%
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Mas ing-masing kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Pendampingan Penyus unan Laporan Keuangan Dalam penyusunan laporan keuangan tahun 2014, dari enam Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dua Pemerintah Daerah didampingi oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Pemerintah Kabupaten Bantul dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Pada lingkup instansi vertikal, pendampingan penyus unan laporan keuangan dilakukan pada Kejaksaan Tinggi DIY, Polda, Kanwil KUMHAM, Bawaslu, KPU, Balai Besar Latihan Ketransmigrasian, Dinas PU Perumahan dan ESDM DIY, dan STTN Yogyakarta. Dalam rangka penguatan tata kelola pemerintahan di lingkungan KPUD Daerah Istimewa
Yogyakarta telah
dilakukan
penandatanganan
Nota
Kesepahaman Kerjasama antara KPU Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta,
Kabupaten
Bantul,
Kabupaten
Kulon
Progo,
Kabupaten
Gunungkidul, dan Kabupaten Sleman dengan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta. Lingkup kerjasama tersebut adalah membangun dan menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah yang meliputi : a) Pendampingan dalam rangka peningkatan akuntabilitas keuangan negara dan akuntabilitas kinerja b) Pendampingan dalam proses pengadaan barang dan jasa c) Kegiatan pendampingan lainnya. Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
41
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Untuk membantu Pemerintah Daerah agar dalam menyusun laporan keuangan dapat dilakukan secara lebih mudah, cepat, dan akurat, BPKP telah mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMD A). Penerapan SIMDA yang berbasis teknologi informasi ini mendukung program e-government yang sedang digalakkan oleh pemerintah dan pelaksanaan e-audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dalam tahun 2015, dua Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan secara penuh meliputi penganggaran, penatausahaan dan pelaporan yaitu Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan Pemerintah Kabupaten Bantul. 2) Pendampingan Reviu Laporan Keuangan Pendampingan reviu laporan keuangan dilakukan untuk membantu Pemda dalam upaya meningkatkan kualitas LKPD. Pendampingan reviu dilakukan terhadap
Inspektorat
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Dalam
tahun
2015,
pendampingan reviu dilakukan pada satu pemerintah daerah yaitu Pemerintah Kabupaten Sleman. Manfaat yang diperoleh dari pendampingan reviu adalah berupa perbaikan kualitas penatausahaan dan pengelolaan keuangan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas LKPD melalui peningkatan kompetensi para auditor APIP, perumusan strategi mencapai opini WTP, dan percepatan penyelesaian tindak lanjut atas temuan pemeriksaan BPK atau APIP. 3) Penguatan Penataan Barang Milik Daerah Kelemahan dalam pengelolaan aset Barang Milik Daerah (BMD) merupakan salah satu penyebab belum diperoleh opini WTP menjadi perhatian BPKP dalam
upaya
peningkatan
tata kelola
barang
milik
daerah melalui
pendampingan dan pelatihan pengelolaan BMD. Pendampingan pengelolaan aset dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Bantul, berupa bimbingan teknis implementasi SIMDA BMD yang telah mengakomodir perhitungan penyus utan BMD sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 4) Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola Keuangan Kompetensi SDM pengelola keuangan dan barang milik daerah serta penyusun laporan keuangan memegang peranan yang sangat menentukan untuk mewujudkan tata kelola penatausahaan keuangan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta tersusunnya laporan keuangan yang sesuai Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
42
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
dengan standar akuntansi pemerintahan. Oleh karena itu, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan perhatian yang besar dalam upaya peningkatan kompetensi SDM pengelola keuangan dan barang milik daerah dengan melakukan sosialisasi, workshop, maupun pelatihan mengenai pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan. Dalam tahun 2015 dilakukan peningkatan kapasitas SDM pengelola keuangan dan inspektorat berupa pelatihan dan pembekalan mengenai penatausahaan dan penyusunan laporan keuangan dengan menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan, pembekalan/reviu LKPD, serta memberikan masukan dalam pengembangan kurikulum dan silabus Diklat pengelolaan keuangan berbasis akrual pada Badan Diklat DIY. d. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan BUMD Peran aktif Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan BUMN/D melalui kegiatan peningkatan tata kelola dan akuntansi yang telah dilakukan selama ini telah membuahkan hasil. Seluruh PDAM di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah mampu menyus un laporan keuangan secara mandiri dan seluruhnya mendapat opini WTP dari BPK. e. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan dan Kapasitas SDM BLUD Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) merupakan bentuk pola pengelolaan keuangan pada SKPD dan unit pelayanan teknis pada Pemerintah Daerah yang memberikan fleksibilitas kepada BLUD untuk mengelola keuangannya berbeda dari tata kelola keuangan yang berlaku umum pada pemerintahan. Peningkatan layanan
melalui
fleksibilitas
pengelolaan
keuangan
menjadi salah
satu
pertimbangan pemerintah daerah dalam pembentukan BLUD. Guna mendorong keberhasilan dalam penerapan pola pengelolaan keuangan BLUD, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan bimbingan teknis
peningkatan
kualitas
pelaporan
keuangan
BLUD
dan
peningkatan kapasitas SDM penglola keuangan BLUD. Dalam tahun 2015, kegiatan peningkatan kapasitas SDM dan kualitas pelaporan keuangan BLUD terlihat dalam Tabel 2.21 berikut.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
43
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Tabel 2.21 Kegiatan Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan BLUD di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 No
Kegiatan
Jum lah (Keg)
1.
Bimtek/reviu penyusunan Laporan Keuangan
5
BLUD/Manual 2.
Implementasi aplikasi SIA BLUD
10
Jumlah
15
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Untuk membantu meningkatkan kualitas laporan keuangan BLUD, selain melakukan reviu atas laporan keuangan BLUD, BPKP juga telah mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) BLUD. Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah mendampingi 96 Unit Pengelola Teknis Daerah (UPTD) dalam pengelolaan keuangan dan penerapan SIA BLUD dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.22. Tabel 2.22 Unit Pelaksana Teknis Daerah – BLUD Yang Didampingi di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta No 1. 2. 3. 4. 5.
Kota/Kabupaten Kota Jogjakarta Kabupaten Sleman Kabupaten Bantul Kabupaten Kulon Pr ogo Kabupaten Gunung Kidul Jumlah
Penyusunan L/K 3 27 21 30 81
SIA BL UD 18 27 45
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Selain pendampingan kepada UPTD, s aat ini Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta sedang melakukan bimbingan teknis penerapan SIA BLUD pada RSUD Wates. Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan kualitas L/K dan kapasitas SDM BLUD adalah belum seluruh UPTD memiliki SDM dengan kompetensi bidang akuntansi sehingga
penerapan pelaksanaan penggunaan aplikasi SIA BLUD
untuk menyusun Laporan Keuangan belum optimal. Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
44
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan BLUD, BPKP telah menyam paikan saran perbaikan pengelolaan laporan keuangan dan peningkatan kapasitas SDM BLUD berupa : 1) Rekrutmen SDM berbasis akuntansi bagi UPTD BLUD 2) Menggunakan aplikasi pengelolaan BLUD dalam tata kelola keuangan 3) Meningkatkan pembinaan/pengawasan terhadap UPTD BLUD f. Penguatan Pengelolaan Keuangan Desa Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa diberikan kesempatan yang besar untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri serta pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. Selain itu pemerintah desa diharapkan lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk didalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa.Begitu besar peran yang diterima oleh desa, tentunya disertai dengan tanggungjawab dan tuntutan akuntabilitas yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, dimana semua akhir
kegiatan
penyelenggaraan
pemerintahan
desa
harus
dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan. Dalam pelaksanaannya Pemerintah Desa masih mengalami kesulitan dalam waktu yang relatif singkat menerapkan berbagai aturan perundangan yang mengatur pelaksanaan dana desa. Pada tingkat Kabupaten kesiapan infrastruktur berupa peraturan perundangan dapat digambarkan sebagaimana pada Tabel 2.23 di bawah ini. Tabel 2.23 Kesiapan Infrastruktur peraturan Perundang-undangan Dana Desa di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
No
1 2 3 4
Nama Pemda
Bantul Sleman Kulon Progo Gunungkidul
Kelengkapan Perkada PengelolaPengadaan an Barang Keuangan dan Jasa Desa (PKD)
Tata Cara Penyaluran Dana Desa
Penetapan Besaran Alokasi Dana Per Desa
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
Penyusun an APB Desa
Alokasi Dana Desa
45
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
BPKP selaku pengemban amanat untuk mempercepat peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara sebagaimana tercantum dalam diktum keempat Inpres Nomor 4 Tahun 2011, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan bimbingan dan konsultasi kepada aparat di Kabupaten dan Desa (piloting) di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa yang diterbitkan oleh Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah. Disamping itu Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi bagian dari Tim Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 yang dibentuk dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan desa dan pemerintah daerah yang mempunyai peran dalam memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah desa.Tim Fasilitasi efektif bekerja pada bulan November dan Desember 2015 dengan melaksanakan kegiatan di empat kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul meliputi: 1) Fasilitasi penyus unan produk-produk hukum kabupaten tentang pengelolaan keuangan desa; 2) Pendampingan implementasi pengelolaan keuangan desa kepada pejabat terkait di kabupaten dan kecamatan dengan menyam akan dan memperdalam pemahaman mengenai substansi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, pengenalan sistem keuangan desa (Siskeudes), serta pemetaan permasalahan dan solusinya atas kendala dalam implementasi pengelolaan keuangan desa; 3) Bersinergi dengan kabupaten dalam melaksanakan percontohan atau piloting pengelolaan keuangan desa dengan menggunakan Siskeudes pada satu desa di masing-masing kabupaten, yakni Desa Sinduadi Kabupaten Sleman, Desa Panggungharjo Kabupaten Bantul, Desa Kalidengen Kabupaten Kulon Progo dan Desa Kalitekuk Kabupaten Gunungkidul. Piloting di Desa Panggungharjo telah berhasil menginput APBDes, menatausahakan dan membuat laporan realisasi APBDes, sedangkan di tiga desa piloting yang lain penatausahaan belum selesai untuk seluruh transaksi tahun 2015 sehingga belum dapat menghasilkan laporan realisasi APBDes;
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
46
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan desa di tingkat Kabupaten. Perkembangan jumlah dana desa yang diterima oleh kabupaten dan penyalurannnya ke desa-desa per 31 Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.24 di bawah. Tabel 2 24 Perkembangan Penyaluran Dana Desa di Wilayah DIY Tahun 2015 Rupiah *)
TAHAP I (Apr ) JML Diterima PEMDA (Rp) *)
TAHAP II (Ags) JML Diterima Kab. (Rp) *)
TAHAP III (Des) JML Diterima (Rp) * )
Alokasi APBNP No
Nama Pemda
Desa
1 2 3
Kab. Sleman Kab. Bantul Kab. Kulon Progo Kab Gunungkidul
86 75 87
28.048.816 26.962.671 26.948.074
11.219.526 10.785.068 10.779.229
11.219.526 10.785.068 10.779.229
145
46.117.057
18.446.822
393 128.076.618 51.230.645 Sumber : database masing-masing pemda
4
TOTAL s.d. TAHAP III JML Diterima PEMDA (Rp) *)
JML Diterima Kab. (Rp) *)
5.609.763 5.392.534 5.389.614
28.048.816 26.962.671 26.948.074
28.048.816 26.962.671 26.948.074
18446.822
9.223.411
46.117.057
46.117.057
51.230.645
25.615.322
128.076.618
128.076.618
Sisa Belum Disalur kan JML Jml Diterima (Rp) (Rp) * ) *)
*) dalam ribuan
g. Pembangunan Sistem Anti Korupsi (Fraud Control Plan) Fraud Control Plan merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang dimulai dengan melaksanakan Diagnostic Assesment, dilanjutkan dengan membangun dan mengimplementasikan Sistem Pengendalian Anti Fraud kemudian dilakukan evaluasi atas pengendalian yang telah terbangun. Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan sosialisasi pembangunan sistem anti korupsi (fraud control plan) sebagai pengembangan pengendalian yang dirancang secara spesifik untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan kejadian berindikasi korupsi. Sosialisasi disampaikan dalam forum pencegahan TPK dan gratifikasi di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul serta forum peningkatan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan pada Dinas PUP dan ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, dilakukan bimbingan teknis penyusunan Fraud Control Plan pada RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo dan diagnostic assessment Fraud Control Plan pada RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
47
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
h. Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan sosialisasi WBK/WBBM di unit-unit kerja lingkup Kanwil Kementerian Agama serta workshop pemenuhan penilaian indikator-indikator Zona Integritas menuju WBK/WBBM pada Kantor Kemenag Kabupaten Bantul yang telah ditunjuk oleh Kementerian Agama sebagai salah satu unit kerja yang dijadikan pilot project untuk mendapatkan predikat unit kerja menuju WBK/WBBM sebagaimana diatur dalam Permenpan dan RB No 52 Tahun 2014 tentang Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM di Lingkungan Ins tansi Pemerintah. i.
Sosialisasi Program Anti Korupsi Kegiatan Sosialisasi Program Anti Korupsi bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, tentang permasalahan korupsi dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memerangi korupsi. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kepedulian masyarakat sesuai dengan peran masing-masing
untuk
menghindarkan
diri
dari
sikap
membiarkan
tindakan/perbuatan curang yang terjadi pada diri, keluarga dan lingkungannya Pada tahun 2015 Perwakilan BPKP DIY telah melakukan Sosialisasi Program Anti Korupsi kepada Pelajar SLTA di lingkungan Kabupaten Gunungkidul, Mahasiswa Universitas Islam Negeri dan Universitas Muhammadyah Yogyakarta serta Pengelola Barang Jasa di lingkungan Instansi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sos ialisasi juga disampaikan dalam forum pencegahan TPK dan gratifikasi di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul serta forum peningkatan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan pada Dinas PUP dan ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta. j.
Peningkatan Pelayanan Mas yarakat dengan pola BLUD Guna meningkatkan layanan kepada masyarakat, Pemerintah Daerah di DIY menetapkan beberapa SKPD dan unit kerja untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Dengan pola pengelolaan tersebut, rumah sakit maupun SKPD dapat membelanjakan anggaran secara lebih fleksibel sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan cepat, serta bebas bekerja sama dengan pihak ketiga. Tabel 2.25 di bawah menyajikan perkembangan SKPD yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
48
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Tabel 2.25 Perkembangan Penerapan PPK BLUD di Wilayah D. I. Yog yakarta Tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6
Pemerintah Daerah Provinsi Kota Yogyakarta Kab Bantul Kab Sleman Kab Kulon Progo Kab Gunung Kidul
RSD
Unit Kerja Kesehatan
1 1 1 2 1 1
18 27 27 21 30
SKPD/Unit Kerja non Kesehatan 2 -
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Selama tahun 2015 Perwakilan BPKP DIY telah melakukan berbagai kegiatan guna mendukung kelancaran implementasi PPK BLUD melalui: 1) Bimbingan teknis penyusunan laporan keuangan 2) Bimbingan teknis penyusunan kebijakan akuntansi 3) Bimbingan teknis penyusunan rencana bisnis anggaran (RBA) 4) Implementasi sistem informasi akuntansi (SIA) BLUD 5) Bimbingan teknis pengawasan BLUD bagi Inspektorat Beberapa BLUD masih menghadapi berbagai kendala antara lain: 1) Tidak tersedianya sumber daya manusia dengan kompetensi tata kelola keuangan yang memadai 2) Keterbatasan sarana dan prasarana pengelolaan keuangan 3) Belum seluruh stakeholder memiliki pemahaman yang sama terkait tata kelola keuangan BLUD 4) Belum seluruh BLUD memiliki kelengkapan tata kelola yang memadai k. Pembinaan Peningkatan Kapabilitas APIP Guna mendorong APIP agar lebih berperan dalam meningkatan kualitas tata kelola pemerintah daerah, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan upaya pembinaan peningkatan kapabilitas APIP. Pembinaan dilakukan melalui kegiatan asistensi/bimtek peningkatan tata kelola, penerapan ketentuan Jabatan Fungsional Auditor (JFA), dan narasumber program pelatihan mandiri (PPM)
maupun diklat yang
diselenggarakan
oleh
APIP serta
kegiatan
evaluasi/validasi atas leveling tata kelola APIP. Pem binaan bertujuan untuk mendorong peningkatan level kapabilitas APIP di wilayah Daerah Istimewa Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
49
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Yogyakarta yang secara umum masih berada pada level 2 dengan catatan perbaikan menuju level 2 penuh dan menuju level 3. Dalam tahun 2015 dilakukan kegiatan pembinaan pada seluruh APIP di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.26. Tabel 2.26 Kegiatan Pembinaan APIP di Wilayah D. I. Yog yakarta Tahun 2015 No
Kegiatan
1
Bimtek Peningkatan Level Kapabilitas APIP dan Penerapan Ketentuan JFA
2
Monitoring/Evaluasi penerapan Tata Kelola APIP dan ketentuan JFA Koordinasi peningkatan Tata Kelola APIP
3
Jum lah Kegiatan 5
4
2
Lokasi Kegiatan Pembinaan D. I. Yogyakarta, Kota Yogyakarta Kab. Sleman, Kab. Bantul, dan Kab. Kulon Prog o. D. I. Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Kab. Bantul, dan Kab. Kulon Pro go Kab. Kulon Pro go dan Kab. Gunungkidul
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Fokus kegiatan pembinaan diarahkan untuk memperbaiki beberapa area yang perlu ditingkatkan berdasarkan hasil evaluasi/validasi. Atas berbagai kelemahan telah direkomendasikan kepada masing-masing Inspektur agar : 1) Menerapkan pedoman kendali mutu audit sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 2009, yang meliputi kendali mutu dalam perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan pengelolaan hasil audit. 2) Setiap tim audit agar menyusun rencana dan program kerja audit secara terstruktur, serta mendokumentasikan kertas kerja audit secara memadai. 3) Menerapkan standar audit dalam pelaksanaan penugasan audit. 4) Mem bangun perencanaan pengawasan berbasis risiko. Dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM APIP, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta
memberikan
pelatihan
mengenai
teknik
substansi
penugasan APIP sebagaimana tampak pada Tabel 2.27.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
50
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Tabel 2.27 Kegiatan Peningkatan kompetensi SDM APIP di Wilayah D. I. Yogyakarta Tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6
Materi Pelatihan Reviu Laporan Keuangan (LKPD) Reviu Laporan Kinerja (LKjIP)
Jum lah Kegiatan Pemda 1
Audit Pengelolaan Keuangan Desa Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Audit investigatif, Penghitungan Kerugian Keuangan Negara/Daerah (PPKN), dan Pemberian keterangan ahli di depan penyidik/ pengadilan
2
Lokasi Kegiatan Pembinaan Kab. Sleman
1 1
Kota Yogyakarta, Kab. Gunungkidul Kab. Gunungkidul Kota Yogyakarta
1
Kota Yogyakarta
1
Kab. Bantul
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga terus mendorong Forum Bersama (FORBES APIP) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang selama ini sudah berjalan agar lebih berperan menjadi wadah untuk saling berbagi informasi dan pengalaman antar anggota sehingga mampu m empercepat upaya peningkatan kapabilitas APIP. Sejalan dengan terbentuknya asosiasi auditor internal pemerintah Indonesia (AAIPI) tingkat nasional, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta mendorong agar FORBES APIP wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan persiapan menjadi AAIPI wilayah. Tanggal 10 Juni 2015, pengurus AAIPI Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dikukuhkan oleh Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta KGPAA Paku Alam IX. E. Rencana Tindak Perbaikan Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Sehubungan dengan kondisi akuntabilitas keuangan negara/daerah tersebut di atas, beberapa hal yang diharapkan menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai berikut : 1. Mendorong Kepala Daerah yang laporan keuangannya belum memperoleh opini WTP untuk menyusun rencana aksi peningkatan kualitas pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
51
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
2. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada seluruh Pemerintah Daerah sampai tingkat SKPD dan unit kerja instansi vertikal dengan menyus un rencana tindak pengendalian, membangun infrastruktur tindak pengendalian, monitoring penerapan SPIP dan menyus un laporan penyelenggaraan SPIP 3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pengelola keuangan pemerintah daerah antara lain dengan memanfaatkan program beasiswa STAR-BPKP 4. Mendorong penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik sampai dengan unit-unit penyelenggara layanan serta meningkatkan kualifikasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) 5. Melakukan identifikasi dan meningkatkan kecukupan fasilitas
pelabuhan serta
membangun sistem yang mempermudah proses perizinan kapal pengangkap ikan 6. Meningkatkan kapabilitas APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui penguatan infrastruktur dan peningkatan jumlah dan kompetensi auditor, didukung dengan anggaran yang memadai 7. Mendorong penerapan Fraud Control Plan (FCP) pada unit kerja/SKPD dan BUMD yang memiliki risiko korupsi tinggi.
Perwakilan BPKP Daerah Isti mewa Yogyak arta
52