KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga RTBL klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard dapat tercetak dengan baik. RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.
RTBL Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
diterbitkan untuk
dapat
memudahkan
engembangan kawasan Sekip-Bulaksumur-Boulevard khususnya dan kawasan UGM pada umumnya, agar membentuk lingkungan akademik yang lebih kondusif sehingga tercipta suasana yang nyaman untuk mahasiswa dan masyarakat umum. Selanjutnya, semoga RTBL dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, Desember 2011
Tim Penyusun
Laporan Akhir RTBL Klaster Sosio Humaniora Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ii
Daftar Isi
Daftar Isi
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
i ii iv v
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1.1.1. Pengertian dan Posisi RIPK (Rencana Induk Pengembangan Kampus) . 1.1.2. Pengertian RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) ………... 1.1.3. Pengertian Klaster UGM ………………………………………………. 1.1.4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster UGM …….. 1.2. Tujuan dan Sasaran Perencanaan Fisik RTBL Klaster SBB ………………… 1.2.1. Tujuan Perencanaan Fisik ....................................................................... 1.2.2. Sasaran Perencanaan Fisik ...................................................................... 1.3. Tinjauan dan Acuan Kebijakan Terkait Rencana Pengembangan UGM .......... 1.3.1. Tinjauan Kebijakan Terkait Rencana Pengembangan UGM .................. 1.4. Hasil Keluaran ................................................................................................. 1.5. Rencana Lingkup Perencanaan ....................................................................... 1.6. Metodologi Perencanaan ....................................................................... .......... 1.6.1. Pendekatan Perencanaan .......................................................................... 1.6.2. Tahapan Perencanaan ..............................................................................
I-1 I-1 I-3 I-3 I-6 I-7 I-7 I-7 I-8 I-8 I-9 I-9 I-10 I-10 I-12
Bab II Deskripsi Profil 2.1. Profil Klaster SBB …….……………. ............................................................. 2.2. Kondisi Eksisting ………………………........................................................... Bab III Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan 3.1. Evaluasi Terhadap Materplan/RIPK Terdahulu .................................................. 3.1.1. Pemanfaatan Lahan Eksisting ................................................................... 3.1.2. Fasilitas Pelayanan .................................................................................... 3.1.3. Transportasi dan Aksesibilitas .................................................................. 3.1.4. Analisis Lokasi dan Aspek Lahan ............................................................. 3.1.5. Potensi Sumberdaya .................................................................................. 3.2. Evaluasi Kebutuhan Ruang ................................................................................. 3.2.1. Zona Temu Ilmiah dan Kebudayaan (MICE) ……................................... 3.2.2 Zona Layanan Masyarakat ……………………………………………… 3.2.3. Zona Riset Plasa ……………………………….................. ..................... 3.2.4. Zona Hunian Perumahan dan Asrama ………………………………….. 3.2.5. Zona Arboretum ………………………………………………………… Bab IV Pendekatan Perencanaan 4.1. Acuan Perencanaan ............................................................................................ 4.1.1. Konsep Educopolis .................................................................................. Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
II-1 II-10
III-1 III-4 III-5 III-6 III-6 III-7 III-11 III-11 III-12 III-13 III-15 III-16
IV-1 IV-1 ii
Daftar Isi
4.1.2. Peraturan Kementrian Umum tentang RTBL ………............................... 4.2. Rencana Induk Pengembangan Kampus tentang RTBL ………………………. 4.3. Analisis Keterkaitan Acuan dengan Kondisi Eksisting Klaster SekipBulaksumur-Boulevard ……………………………………………………….. 4.3.1. Analisis Peruntukkan Lahan ……………………………………………. 4.3.2. Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan …………………………………. 4.3.3. Analisis Tata Bangunan ………………………………………………… 4.3.4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung ………………………………… 4.3.5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau …………………………………. 4.3.6. Analisis Tata Kualitas Lingkungan …………………………………….. Bab V Konsep Perancangan 5.1. Struktur Peruntukkan Lahan …………………………....................................... 5.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan …………………………………………………. 5.3. Tata Bangunan ………………………………………………………………… 5.4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung ……………………………………….. 5.5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau ………………………………………...
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-2 IV-7 IV-11 IV-11 IV-12 IV-16 IV-17 IV-17 IV-18
V-1 V-2 V-2 V-8 V-11
iii
Daftar Gambar
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Pembagian Klaster dan Zona dalam Masterplan UGM (1984) …….... Gambar 1.2. Rencana Pembagian Klaster pada Masterplan UGM yang Baru …….. Gambar 3.1. Skema Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan ……………………... Gambar 3.2. Rencana Tata Lansekap Landmark, Pedestrian Plaza ………………... Gambar 3.3. Eksisting Klaster SBB ……………………………………………….. Gambar 3.4 Klaster SBB …………………………………………………………... Gambar 3.5 Sumbu Imajiner RTBL Klaster SBB ….…………………………..…... Gambar 5.1. Pengelompokkan Zona Klaster ………………………………………. Gambar 5.2. Tata Bangunan ……………………………………………………….. Gambar 5.3. Jalur Sirkulasi…………………………………………………………. Gambar 5.4. Tata Vegetasi Klaster …………………………………………………
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-4 I-5 III-2 III-3 III-5 III-7 III-10 V-5 V-7 V-10 V-11
iv
Daftar Tabel
Daftar Tabel Tabel 3.1. Perkembangan Pencemaran di Lingkungan Kampus UGM, 1993-2000 .. Tabel 3.2. Luas Bangunan Eksisting Zona MICE …………………………………. Tabel 3.3. Luas Bangunan Eksisting Zona Layanan Masyarakat ………………….. Tabel 3.4. Luas Bangunan Eksisting Zona Riset Plasa …………………………….. Tabel 3.5. Luas Bangunan Eksisting Zona Hunian Perumahan dan Asrama ………. Tabel 5.1. Tabel Zona Rancangan Baru Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard …...
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-8 III-11 III-12 III-13 III-15 V-1
v
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah kampus perguruan tinggi yang memiliki jumlah fakultas terbanyak di seluruh Indonesia, kampus Universitas Gadjah Mada secara fisik telah mengalami perkembangan yang relatif pesat, yang tidak terlepas dari perkembangan kegiatan akademiknya, yang ditengarai dengan berkembangnya jurusan dan program studi. Termasuk pula dalam hal ini adalah jumlah mahasiswanya yang hingga saat ini mencapai sekitar 49.000 orang. Perkembangan fisik yang sedemikian pesat juga terkait dengan perkembangan kota dan wilayah perkotaan Yogyakarta, di mana kampus Universitas Gadjah Mada tidak lagi berkedudukan sebagai kawasan yang berada di pinggiran kota sebagaimana masih dirasakan sekitar dua dekade yang lalu. Akan tetapi kampus Universitas Gadjah Mada sudah merupakan kawasan yang bersifat urban, dengan segala konsekuensi dan kompleksitas kegiatan dan lingkungan secara fisik. Dari beberapa fakultas di wilayah kampus Universitas Gadjah Mada tersebut terbentuk kelompok atau yang sering disebut sebagai Klaster. Dalam perkembangannya, klasterklaster tersebut telah menunjukkan adanya peningkatan kegiatan yang sangat menyolok. Hal ini tentu saja dibarengi dengan meningkatnya kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang kegiatan tersebut. Secara fisik, penambahan fasilitas terutama yang berupa lahan, bangunan, dan lansekap tentunya memerlukan penataan yang terencana dengan baik. Melihat fakta tersebut maka sangat dibutuhkan sebuah evaluasi masterplan secara berkala untuk mengetahui arah pengembangan fisik Universitas Gadjah Mada agar perkembangan fisik yang terjadi memiliki arah yang jelas dan memiliki konsep yang baik untuk jangka waktu yang panjang. 1.1.1.
Pengertian dan posisi RIPK (Rencana Induk Pengembangan Kampus) Rencana Induk Pengembangan Kampus adalah acuan bagi pelaksanaan, pengembangan dan peningkatan fisik yang efisien, fungsional dan nyaman
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-1
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
bagi universitas, baik yang mencakup tata guna lahan, integrasi yang serasi antara bangunan dengan ruang terbuka, peralatan dan jaringan pelayanan yang memadai, serta sistem transportasi dan sarana pejalan kaki yang aman dan aksesibel. Fungsi Rencana Induk Kampus (sesuai dengan Rencana Induk Kampus, yaitu tertuang pada Bab XVII Pasal 102) : 1. Sebagai acuan bagi pelaksanaan tanggungjawab Pimpinan Universitas untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan fisik yang efisien, fungsional dan nyaman, dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai tujuan universitas, yang antara lain mencakup tata guna lahan, integrasi yang serasi antara bangunan dengan ruang terbuka, peralatan dan jaringan pelayanan yang memadai, serta sistem transportasi dan sarana pejalan kaki yang aman dan aksesibel 2. Disusun dalam suatu instrumen yang bersifat imperatif, dengan tujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat universitas dan lingkungan kampus yang tertib 3. Ditinjau kembali setiap jangka waktu 10 (sepuluh) tahun untuk memenuhi kebutuhan penyesuaian terhadap perkembangan yang terjadi, dan penyusunannya berdasarkan atas hasil kajian ilmiah terbaik pada saat itu Tetapi didalam Rencana Induk Pengembangan Kampus tersebut, bahasan mengenai wawasan lingkungan atau pengembangan yang tanggap terhadap aspek ekologi belum termuat secara langsung. Padahal kedua aspek tersebut relatif penting bagi pengembangan UGM karena pengembangan kampus turut memberikan kontribusi dan dampak cukup besar terhadap kawasan di sekitarnya, baik secara fisik maupun sosial ekonomi. Keberadaan dan perkembangan kampus UGM tersebut pada kurun waktu tertentu telah memberikan pengaruh terhadap tata ruang kawasan, baik secara internal pada lingkungan kampus maupun secara eksternal yaitu terkait dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga dibutuhkan pula perencanaan yang baik dengan mempertimbangkan tata letak bangunan dan lingkungan, pengaturan jalur-jalur sirkulasi, perbaikan Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-2
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
sarana dan prasarana penunjang, yang kedepannya dapat digunakan sebagai satu instrumen dalam pengendalian perkembangan wilayahnya. Pencapaian keselarasan suatu kawasan yang baik, harus merupakan satu kesatuan sistem organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi, budaya, edukasi, dan memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, serta estetika visual yang terencana secara terpadu. Untuk meningkatkan pemanfaatan tata ruang suatu wilayah atau kawasan yang terkendali, maka produk tata ruang suatu wilayah harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
1.1.2.
Pengertian RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Maksud dan tujuan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah untuk memberikan: 1. Masukan rencana dan program pembangunan fisik di lingkungan Universitas Gadjah Mada dalam penanganan penataan kawasan. 2. Masukan teknis dalam bentuk rincian penataan perwujudan bangunan dan lingkungan di kawasan Universitas Gadjah Mada. 3. Panduan untuk terciptanya suatu sistem penataan bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan, sesuai dengan arahan Rencana Strategis (Renstra) UGM 2008-2012, dan Rencana Induk Pengembangan Kampus (RIPK) UGM 2005-2015.
1.1.3.
Pengertian Klaster di UGM Klaster merupakan kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atau atas dasar karakteristik tertentu.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-3
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
Dalam konteks akademika, klaster merupakan kumpulan fakultas yang di dalamnya terdapat kesamaan bidang ilmu. Sistem klaster bertujuan untuk menata bidang-bidang ilmu yang memiliki kesamaan ke dalam suatu kawasan tertentu. Sistem klaster di Universitas Gadjah Mada telah dimulai sejak 1984. Di tahun tersebut, fakultas-fakultas di UGM terbagi menjadi empat bidang ilmu, yaitu :
Klaster Sains dan Teknik
Klaster Kesehatan
Klaster Agro
Klaster Sosial-Humaniora
Gambar 1.1. Pembagian Klaster dan Zona dalam Masterplan UGM (1984)
Seiring berjalannya waktu,, kampus Universitas Gadjah Mada mengalami perkembangan yang pesat, di antaranya mengenai pertumbuhan jumlah mahasiswa, kebutuhan fasilitas akademik dan non-akademik. Hal-hal tersebut mendorong adanya perubahan-perubahan yang terjadi di kampus UGM.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-4
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
Gambar 1.2. Rencana Pembagian Klaster pada Masterplan UGM yang baru
Dalam rencana tata klaster UGM yang baru nantinya, sistem klaster terbagi menjadi klaster akademik dan klaster non-akademik. Klaster akademik terdiri dari :
Klaster Kesehatan
Klaster Teknik
Klaster Sosio-Humaniora
Klaster Sains
Klaster Agro
Klaster Vokasi
Klaster Pasca Sarjana
Sedangkan klaster non-akademik terdiri dari :
Klaster Komersil
Klaster Boulevard dan Riset Plaza
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-5
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Klaster Perumahan
Klaster MICE
Klaster Administrasi
Klaster Rumah Sakit
Bab I
Sistem klaster yang baru ini adalah salah satu upaya untuk menjawab permasalahan kebutuhan luasan ruang yang terus meningkat seiring meningkatnya populasi mahasiwa di UGM serta progresif Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dipenuhi. Dengan adanya sistem klaster UGM yang baru, maka diperlukan pembaharuan terhadap Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). 1.1.4.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster UGM Pencapaian keselarasan suatu kawasan yang baik, harus merupakan satu kesatuan sistem organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi, budaya, edukasi, dan memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, serta estetika visual yang terencana secara terpadu. Untuk meningkatkan pemanfaatan tata ruang suatu wilayah atau kawasan yang terkendali, maka produk tata ruang suatu wilayah harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dalam pengembangan sistem klaster UGM, diperlukan pula perangkat pengendali laju pertumbuhan dan penataan lahan peruntukan, serta panduan terhadap penataan bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan yang memiliki kekuatan hukum tetap. Panduan tersebut berupa dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Penataan klaster UGM melalui RTBL Klaster ini mampu memberikan arahan terhadap pemanfaatan lahan dan pencapaian kualitas lingkungan yang lebih baik.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-6
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
1.2. Tujuan dan Sasaran Perencanaan Fisik Masterplan Klaster Sosio-Humaniora 1.2.1. Tujuan Perencanaan Fisik Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster SBB Tujuan kegiatan dari perencanaan fisik Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster Sosio-Humaniora adalah untuk mengevaluasi kembali efektifitas pemanfaatan lahan serta meninjau kembali pentahapan pengembangan fisik sesuai visi strategi UGM sehingga didapat kelayakan investasi fisik untuk dibangun, dioperasikan, dihuni, mampu dirawat, dan berkesinambungan (right-sizing the facilities), khususnya pada klaster SosioHumaniora. Dalam waktu jangka panjang, diharapkan kegiatan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi perancangan fisik kampus UGM khususnya perancangan fisik Klaster Sosio-Humaniora yang memiliki kondisi sebagai berikut: Mampu memenuhi kapasitas kebutuhan kampus UGM Meningkatkan daya guna dan hasil guna pelayanan, upaya pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin pada penentuan jenjang fungsi ruangnya. Memberikan arahan pembangunan dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan. Mengakomodasikan kegiatan di sekitar kampus UGM dan sekitarnya yang tercermin dalam pola intensitas penggunaan ruang. Menetapkan syarat-syarat ruang dan lingkungan fisik serta mengendalikan dan mengarahkan perkembangan fisik di Kawasan Lingkungan Kampus UGM, terutama pada lingkup kawasan Klaster Sosio-Humaniora dan sekitarnya. Menciptakan suasana ‘educopolis’, yaitu suatu lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran dalam konteks pengembangan kolaborasi multidisiplin dan tanggap terhadap isu ekologi demi mencapai visi universitas. 1.2.2. Sasaran Perencanaan Fisik Sasaran kegiatan dari evaluasi efektifitas pemanfaatan lahan dan perencanaan fisik Klaster Sosio-Humaniora adalah untuk mengevaluasi kembali dan Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-7
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
mendukung upaya sistem penataan bangunan dan lingkungan di Klaster SosioHumaniora. 1.3. Tinjauan dan Acuan Kebijakan Terkait Rencana Pengembangan UGM 1.3.1. Tinjauan Kebijakan Terkait Rencana Pengembangan UGM Berbagai kebijakan yang ditinjau sebagai acuan rencana pengembangan UGM secara substansial dan operasional adalah: Rencana Induk Pengembangan Kampus (RIPK) Universitas Gadjah Mada. Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 6 tahun 2007 tentang pedoman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan KPTS Menteri PU No. 640 tahun 1986, tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 tahun 1987, tentang pedoman penyusunan Rencana Kota Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 59 tahun 1988, tentang juklak Permendagri No. 2 tahun 1987 Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan dan Evaluasi Rencana Kota di Daerah, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri, Juni 1994 Peraturan daerah No. 23 tahun 1994, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman, beserta reviewnya Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah Aturan-aturan tentang Perencanaan Tata Ruang yang mengikat khususnya di Kabupaten Sleman Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-8
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan 1.4. Hasil Keluaran Hasil keluaran atau output yang diharapkan dari penyusunan perencanaan fisik dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster Sosio-Humaniora UGM adalah: Rencana kawasan atau masterplan khususnya kawasan klaster Sosio-Humaniora UGM yang secara teknis dapat dipahami dan dimengerti sebagai suatu perencanaan maupun sebagai suatu implementasi. Output ini nantinya akan menjadi dasar penyusunan: Dokumen teknis perencanaan yang berupa analisa kawasan dan rencana kegiatan Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang. Daftar indikasi program yang bisa ditindaklanjuti menjadi Program Jangka Menengah (RPJM) dan Jangka Panjang. 1.5. Rencana Lingkup Perencanaan Lingkup wilayah Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah kawasan kampus UGM khususnya Klaster Sosio-Humaniora yang mencakup Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Psikologi, Fakultas Filsafat, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta Fakultas Isipol. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) akan disesuaikan dengan kondisi dan peraturan setempat yang memerlukan penanganan khusus. Dalam Penetapan ruang lingkup perencanaan wilayah secara konkrit, hasil diskusi harus dikonsultasikan dengan Tim Teknis Universitas Gadjah Mada dan seluruh pihak terkait. Berikut adalah lingkup tugas kegiatan dalam penyusunan RTBL Klaster SOsioHumaniora UGM:
Pengumpulan data: mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber primer maupun sekunder sebagai bahan analisis, menyajikan peta kawasan, dan melakukan analisis data sebagai bahan untuk merumuskan masalah.
Perumusan potensi dan masalah berdasarkan analisis lapangan, metode pendekatan pemecahan dengan analisis SWOT.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-9
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
Penjabaran peruntukan lahan yang ditetapkan untuk jangka waktu tertentu, terkait dengan jenis, jumlah, besaran, dan luas bangunan. Meliputi penetapan fungsi-fungsi bangunan/peruntukan lahan mikro, kebutuhan ruang terbuka/open space, aktivitas umum dan fasilitas sosial.
Program bangunan dan lingkungan meliputi: faktor kelayakan yang ditinjau dari faktor ekonomi, sosial, dan budaya.
Rencana umum (designplan) meliputi: rencana tapak, rencana peruntukan lahan mikro, rencana sistem pergerakan, rencana wujud bangunan.
Rencana detil bangunan (design guidelines) meliputi: rencana teknis tata bangunan yang menegaskan pencapaian kualitas minimal visual dan lingkungan yang responsif, serta menjelaskan dimensi gubahan dan peletakan bangunan, komponen bangunan, sarana dan prasarana lingkungan, open space, serta pedestrian dan lain-lain.
1.6. Metodologi Perencanaan 1.6.1. Pendekatan Perencanaan Pendekatan yang holistik menekankan pada pemahaman mengenai jaringan interaksi yang integral antara elemen dengan lahan. Pada pemikiran holistik, integrasi adalah lebih dari sekedar gabungan antar bagian. Pendekatan ini melihat lahan tidak hanya sebagai material fisik/ biologis atau hanya sebagai aset estetis tetapi merupakan total entitas ruang dan entitas visual dari tata kehidupan yang mengintegrasikan geosphere, biosphere, noosphere dan artefak buatan manusia, orang, tanaman, binatang dan materi abiotik merupakan bagian sistem yang saling tak terpisahkan dari sistem yang lebih besar. Konsep perencanaan tata ruang secara holistik tidak dapat dilepaskan dari wacana akademis tentang konsep keseimbangan ekosistem. Ekosistem yang merupakan kependekan dari frase eco-system (sistem ekologi) ini lahir dan berkembang berdasar prinsip-prinsip ekologi yang menekankan pemahaman mengenai hubungan makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya. Sebagai disiplin ilmu, ekologi itu sendiri merupakan reaksi terhadap biologi dan botani yang terlalu memfokuskan pada spesies secara individu. Sedangkan studi-studi yang berkait dengan fenomena Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-10
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
tata lingkungan menuntut pengkajian tidak hanya terhadap karakter dan perilaku spesies itu sendiri namun juga berkaitan dengan tata hubungan antar spesies, bahkan antara spesies dengan lingkungan abiotiknya. Hal inilah yang membuat studi-studi ekologi menjadi komplek. Untuk
menghadapi
kompleksitas
ini,
kemudian
para
intelektual
mulai
mengembangkan suatu metode pendekatan yang disebut pendekatan sistem (system approach). Sistem sendiri adalah kumpulan elemen-elemen yang memiliki satu hubungan atau lebih dalam rangka membentuk satu entitas komponen yang berinteraksi secara aktif. Dalam konsep sistem, bagian-bagian itu memiliki peran yang signifikan, tetapi interaksi mutual antara bagian itu merupakan aspek yang lebih penting untuk kelangsungan sistem itu sendiri. Keseimbangan adalah penentu keberlanjutan suatu ekosistem. Makna keseimbangan itu sendiri yang secara sederhana kita mengerti sebagai suatu kondisi kestabilan yang terjadi pada tata hubungan antara unsur-unsur yang berlawanan bukanlah dalam pengertian yang statis. Keseimbangan ekosistem adalah keseimbangan dalam kerangka proses yang dinamis dan memiliki kontinuitas. Metode perencanaan dalam rangka menyusun Penyusunan Master Plan Zona Klaster Sosio-Humaniora, Universitas Gadjah Mada ini mengikuti suatu konsepsi kerangka pikir berdasarkan hasil temuan analisis dan konsep dasar perencanaan kawasan yang mencakup : kebijakan spasial, pengembangan penduduk, sumber daya alam dan lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya sehingga didapat rumusanrumusan :
Kebijakan dan arah pengembangan
Tata guna lahan
Pertumbuhan kawasan
Pengembangan kegiatan
Sistem transportasi
Penataan bangunan
Kelembagaan dan program pembangunan
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-11
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
1.6.2. Tahapan Perencanaan Metodologi Pekerjaan Penyusunan Master Plan Zona Klaster Sosio-Humaniora, Universitas Gadjah Mada meliputi seluruh pekerjaan mulai dari persiapan survey lapangan sampai perumusan rencana yang merupakan landasan pelaksanaan pembangunan yang mencakup tahapan dan rincian pekerjaan sebagai berikut : Tahap Survey dan Penelitian Persiapan survey lapangan yakni persiapan dasar yang meliputi penyusunan metode pelaksanaan studi literatur, dan pendalaman materi yang terkait dengan materi kawasan perencanaan serta persiapan teknis berupa persiapan peta, daftar pertanyaan atau amatan, dan peralatan survey yang akan digunakan. Tahap survey dan penelitian yang meliputi jenis kegiatan yaitu: Identifikasi bangunan yang dilengkapi peta meliputi fungsi utama bangunan atau fungsi lainnya Kondisi
bangunan
terkait
kondisi
fisik
bangunan
(permanen/semi/nonpermanen), jenis konstruksi, banyak lantai dan lainnya. Koefisien Dasar Bangunan (KDB), garis sempadan jalan, ketinggian bangunan. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Bentuk dan corak/tekstur bangunan. Identifikasi Utilitas (dilengkapi peta), meliputi: Jaringan listrik mencakup daya yang tersalur pada klaster tersebut, gardu dan titik-titik sambungan, penerangan jalan dan sebagainya. Jaringan telepon mencakup pelanggan pada kawasan tersebut. Jaringan air bersih Jaringan pembuangan dan pengelolaan air limbah. Sistem pembuangan sampah Jaringan pembuangan air hujan Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-12
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
Identifikasi Sumber Daya Alam/Lingkungan yang meliputi: Identifikasi Ruang terbuka Hijau (taman, hutan dan pertanian) Tahap Analisis Pekerjaan analisis meliputi penilaian terhadap seluruh aspek yang dapat terinci pengukurannya yaitu: Penilaian terhadap situasi klaster Sosio-Humaniora dan lingkungan sekitarnya, meliputi penegasan masing-masing fakultas dalam struktur yang lebih luas. Penilaian terhadap faktor fisik dasar dengan mengukur ketersediaan lahan/ruang serta melihat batasan pada kawasan perencanaan Penilaian terhadap aspek buatan, meliputi penilaian terhadap hasil karya manusia sebagai dasar mengenali ciri/karakter terhadap masing-masing bangunan. Penilaian terhadap kualitas kehidupan manusia pada area perencanaan yang meliputi kegiatan pendidikan, perekonomian, dan transportasi di sekitar klaster. Penilaian terhadap kualitas sumber daya alam/lingkungan yang berada pada area perencanaan. Penilaian terhadap estetika lingkungan yang menunjukkan tingkat hubungan manusia dengan alam lingkungannya, keserasian kehidupan manusia pada area perencanaan. Penyusunan Rencana dan Rancangan Rencana rancangan merupakan kegiatan rencana untuk mendapatkan susunan tata ruang dan bangunan yang terinci dengan komposisi optimal dalam setiap pengaturan komponennya. Sifat dari rancangan masih berupa konsep matang dan siap diajukan pada diskusi terbatas. Rencana rancangan tersebut berupa: Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan Rencana sistem transportasi
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-13
Pendahuluan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab I
Rencana sistem jaringan utilitas: sistem jaringan air bersih, sistem jaringan air kotor limbah, sistem jaringan listrik, sistem jaringan air hujan, dan sistem jaringan sampah.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
I-14
Profil dan Eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard
BAB II PROFIL DAN KONDISI EKSISITING
2.1. Profil Klaster SBB Klaster SBB merupakan Klaster yang memiliki beberapa fungsi yakni Fungsi Kemahasiswaan, Perumahan dan Fungsi Pelayanan Umum. Berikut ini adalah Fungsi-Fungsi yang diwadai pada Klaster SBB untuk saat ini: 1. Kemahasiswaan Penyaluran hobi, minat dan bakat mahasiswa diwadahi dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Di Universitas Gadjah Mada tercatat 51 UKM, yang 47 di antaranya aktif, yakni 23 Unit Olahraga, 11 Unit Kesenian, 5 Unit Kerohanian, 6 Unit Khusus dan 2 Unit Penalaran. Daftar UKM adalah: -
Unit kegiatan olah raga: :Renang, Selam, Karate Inkai, Kempo, Karate Kala Hitam, Pencak Silat Merpati Putih, Pencak Silat Periasi Diri, Pencak Silat Pro Patria, Pencak Silat Setia Hati Teratai, Tae Kwon Do, Judo, Hockey, Sepak Bola, Soft Ball, Bola Voli, Bola Basket, Atletik, Berkuda, Bridge, Bulu tangkis, Catur, Tenis Lapangan, dan Tenis Meja.
-
Unit kegiatan kesenian: Kesenian Gaya Yogyakarta (SWAGAYUGAMA), Kesenian Gaya Surakarta, Tari Bali, Tari Kreasi Baru, Fotografi, Gama Band, Marching Band, Keroncong, Paduan Suara Mahasiswa, Teater, dan Seni Rupa.
-
Unit kerohanian: Unit Kerohanian Islam (Jama'ah Shalahuddin), Unit Kerohanian Katholik, Unit Kerohanian Kristen, Unit Kerohanian Hindu, dan Unit Kerohanian Budha.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada
II‐1
Bab II
Profil dan Eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard
-
Unit kegiatan khusus: Badan Penerbit Pers Mahasiswa, Mapagama, Unit Kesehatan Mahasiswa, Pramuka, Satmenwa, dan Koperasi Mahasiswa "KOPMA UGM".
-
Unit kegiatan penalaran: Unit Penalaran llmiah Interdisipliner dan Unit Penalaran Gama Cendekia.
Unit kegiatan mahasiswa (UKM) memiliki pusat kegiatan di Boulevard UGM Gelanggang Mahasiswa, Gelanggang Mahasiswa terdiri dari ruang sekretariat, ruang rapat dan ruang Hall. Ruang Sekretariat digunakan untuk sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa. Ruang Hall selain digunakan untuk kegiatan olahraga Basket, Bolavoli, Bulutangkis dan Bela Diri juga untuk kegiatan pameran dan pentas seni 2. PPTIK Unit Penunjang Universitas PPTIK ini terletak di Jalan Pancasila Bulaksumur yang dulu dikenal sebagai Boulevard Universitas Gadjah Mada. Unit ini diresmikan penggunaannya pada tanggal 18 Februari 1978 dengan nama Pusat Komputer Universitas Gadjah Mada. Unit ini bertanggung jawab langsung kepada Rektor. UPU PPTIK mempunyai tugas menyediakan fasilitas dan layanan dibidang teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa, dosen, karyawan dan seluruh unit kerja dilingkungan UGM. 3. UC UGM University Club (UC UGM) adalah hotel & convention. Berbagai tamu dari dalam maupun luar negri ingin merasakan atmosfer pendidikan di lingkungan Universitas Gadjah Mada. Dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, kami mencoba memberikan kepuasan dan pengalaman yang tidak terlupakan selama berada di Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh UC adalah Ruang Rapat, Hall Room berkapasitas 400 orang, Restaurant, Wireless High-speed Internet Access (Hotspot Area)
4. GAMAnet Universitas Gadjah Mada sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi di Indonesia memiliki kampus yang terpadu namun terpisahkan oleh jarak yang cukup jauh antara fakultas satu dengan yang lain, maka keberadaan jaringan akan sangat dibutuhkan.
Bab II
Profil dan Eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard
Keberadaan suatu jaringan komunikasi data berbasis komputer diperlukan untuk memperlancar arus penyebaran informasi dalam kampus maupun diluar kampus. GAMA-net dikelola UPT Pusat Komputer. GAMA-net sendiri dirintis sejak tahun 1986, bekerjasama dengan UI, ITB, ITS, dan UNHAS, membentuk suatu sistem jaringan antar kampus di Indonesia yang disebut dengan UNI-net. Fasilitas yang tersedia hanya sebatas penggunaan elektronik-mail (E-mail). Penggunaan sistem tersebut masih terbatas di lingkungan UPT Pusat Komputer UGM. Mulai tahun 1991 penggunaan sistem ini diperluas, sehingga disambungkan dengan beberapa lembaga dan fakultas di lingkungan UGM, diantaranya adalah Pusat Studi Kependudukan, Kantor Rektor, Unit Informasi Kesehatan Fakultas Kedokteran, MIPA, Teknik, Peternakan, Isipol, Kehutanan, dan lainnya melalui infrastruktur jaringan telepon kampus. Saat ini GAMA-net bergabung dengan IPTEK-net dan salah satu provider swasta (Lintas Arta) sehingga GAMA net berfungsi sebagai penghubung antara sesama pusat informasi data base maupun perorangan di dalam kampus, baik dalam negeri maupun luar negeri. Saat ini GAMA-net mampu menangani informasi dengan baik lewat Internet. 5. Perumahan Dalam laporan yang disampaikan oleh Presiden Universitit Prof. Dr. M. Sardjito dalam Rapat Senat Terbuka Universitit Gadjah Mada di Sitihinggil, 19 September 1953 tersebut, dipaparkan tentang pembangunan tiga rumah guru yang sudah didiami dan proses pembangunan 12 rumah guru dari luar negeri, yang merupakan realisasi dari usaha bersama antara UGM, Djawatan Gedung-gedung dengan Yayasan Guna Dharma. Rumah-rumah di Komplek Bulaksumur dan Sekip dibangun dalam berbagai bentuk, tampilan dan ukuran. Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada
II‐3
Bab II
Profil dan Eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard
Seluruh rumah dosen yang terdapat di Komplek Bulaksumur dan Sekip ini diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan No. 056a/M/1979, dan disebut sebagai Rumah Dinas Golongan II pada Universitas Gadjah Mada. Dalam surat keputusan tersebut, yang saat ini tersimpan di Kantor Arsip UGM, sedikitnya disebutkan tentang keberadaan 187 unit rumah, berikut tahun pembuatannya, yaitu mulai tahun 1951 sampai tahun 1976. Di antara para dosen yang mendiami rumah di Komplek Bulaksumur dan Sekip juga terdapat konvensi tidak tertulis, yang lahir sekitar tahun 1960-an. Bunyinya, rumah dinas tersebut tidak bisa dibeli maupun diperjual-belikan, dan bisa didiami sampai isteri atau suami dari dosen yang bersangkutan meninggal dunia. Saat ini peruntukkan rumah dinas diatur dalam kebijakan pimpinan universitas. Semasa Prof. Dr. Ichlasul Amal MA menjabat sebagai Rektor misalnya, rumah yang telah kosong tidak lagi diperuntukkan bagi rumah dosen, tetapi diubah fungsinya menjadi kantor, misalnya kantor pusat studi. Demikian pula saat Prof. Dr. Sofian Effendi, MPIA menjabat sebagai Rektor, beberapa rumah yang telah kosong difungsikan sebagai rumah dinas pejabat struktural universitas dan fakultas. 6. Pusat Studi Universitas memiliki fasilitas berupa Pusat studi yang berkegiatan dalam penelitian yang terbagi dalam bidangnya masing-masing. -
PS Sumberdaya Lahan,
-
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan , Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan berdiri pada April, 1973 sebagai pusat studi pertama yang berada di UGM. Pusat Studi ini bergerak pada penelitian tentang pertumbuhan populasi penduduk, kelahiran, kematian, pertumbuhan dan hal yang berkaitan dengan kependudukan
-
PS Pedesaan dan Kawasan,
-
PS Transportasi dan Logistik,
-
PS Keamanan dan Perdamaian, Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada (UGM), muncul dalam konteks konfigurasi politik dunia yang berubah, khususnya pasca “Perang Dingin”. Situasi dan tantangan baru tersebut menuntut pengembangan
Bab II
Profil dan Eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard
konsep dan ideide baru tentang perdamaian dan keamanan. PSKP UGM didirikan pada tanggal 1 Oktober 1996 untuk mempertajam konsep dan pemikiran mengenai keamanan dan perdamaian, dengan tujuan memperluas dan memperdalam pemahaman masyarakat tentang isu-isu keamanan dan perdamaian dalam lingkup nasional dan regional. PSKP mendasarkan aktivitasnya pada bidang riset aksi (action research). Dengan demikian sebagai pusat studi, PSKP memiliki komitmen yang kuat terhadap aksi-aksi advokasi, fasilitasi, pelatihan, serta pendampingan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat di dalam transformasi pembangunan. Sebagai lembaga riset, PSKP UGM mencoba untuk menpromosikan nilai-nilai dan konsep-konsep perdamaian melalui pendidikan secara formal dan nonformal. Secara non-formal PSKP UGM mempromosikannya melalui institusi-institusi yang telah ada -
PS Bencana,
-
PS Pariwisata , PUSPAR UGM merupakan salah satu bagian dari Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada, yang merupakan universitas tertua dan terbesar di Indonesia. Lembaga ini berdiri pada tanggal 23 Juli 1994 dengan Surat Keputusan Rektor UGM No. UGM/92/4576/UM/01/37. USPAR merupakan lembaga non profit yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan pariwisata dunia umumnya dan kepariwisataan Indonesia khususnya. Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai salah satu pusat penelitian di lingkungan UNIVERSITAS GADJAH MADA, PUSPAR menjalin kerjasama erat dengan pusat-pusat penelitian yang lain seperti Pusat Penelitian Pedesaan dan Kawasan, Pusat Studi wanita, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan berbagai Pusat Penelitian yang lain.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada
II‐5
Bab II
Profil dan Eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard
Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) merupakan bagian dari Universitas Gadjah Mada, oleh karena itu visi dan misi pusat ini tidak terlepas dari visi dan misi universitas dengan menjadikan pariwisata sebagai media aktualisasinya. Untuk melakukan pengkajian dan penelitian dibidang pariwisita secara antar disiplin. -
PS Ilmu Teknik,
-
PS Jerman, Kerja sama antara universitas Gadjah Mada dengan universitas-universitas di Jerman baik formal maupun informal telah berjalan realtif lama. Kerja sama tersebut seperti misalnya dengan universitas Karlsruhe, Stuttgart, Oldenburg, Giessen, Berlin dll. Demikian juga kerja sama antara universitas Gadjah Mada dengan German Academic Exchange Service (Deutscher Akademischer Austauschdienst, DAAD), Badan Kerjasana Teknik Jerman (Gesellschaft fuer Technische Zusammenarbeit, GTZ) dan juga dengan Badan Penelitian Jerman (Deutsche Forschungsgesellschaft, DFG) dll. Selama jangka waktu tersebut telah diselenggarakan berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh universitas Gadjah Mada. Diantaranya adalah kegiatan seminar dan kuliah umum yang dilakukan oleh Prof. Dr.-Ing. Dr. h.c. mult Franz Nestmann, Prof. Dr. sc.agr. Dieter Prinz, Prof. Dr.-Ing. Norbert Einsenhouer, Prof. Dr. Steinbach dan profesor-professor dari Jerman lainnya di universitas Gadjah Mada serta kunjungan Rektor Universitas Gadjah Mada dan Pembantu Rektor IV ke Jerman. Pada bulan maret juga ada kunjungan dari Parlemen Jerman dan juga kunjungan menteri Penelitian dan Pendidikan Jerman Mrs. Edelgard Buhlmann sengaja berkunjung ke UGM, 18 Maret 2005 untuk mengetahui apa saja kiprah alumni Jerman di UGM. Kegiatan konstruktif lainnya adalah seminar dan lokakarya kerja sama UGM dan Universitas Karlsruhe; Sustainable Resource Development (SURED). SURED I diselenggarakan dibawah Jurusan Teknik Sipil UGM Yogyakarta tahun 2000 dan SURED II pada tahun tahun 2001 diselenggarakan langsung dibawah Universitas Gadjah Mada. Kegiatan seminar ini kemudian melahirkan berbagai macam ide kerja sama baru antara Universitas Gadjah Mada dan universitas-universitas di Jerman serta dengan badan-badan donor Jerman lainnya.
Bab II
Profil dan Eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard
-
PS Korea,
-
PS Pangan dan Gizi,
-
PS Farmakologi Klinik & Kebijakan Obat,
-
PS Sosial Asia Tenggara,
-
PS Lingkungan Hidup, Menyelenggarakan dan memfasilitasi kajian kritis dan holistik mengenai lingkungan hidup, mendiseminasikan dan mengaplikasikan hasil kajian tersebut, dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi, meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, dengan mengutamakan dharma penelitian.
-
PS Pancasila, usat Studi Pancasila (PSP-UGM) dibentuk sebagai tempat berkarya para pakar dalam mengembangkan Pancasila melalui pendekatan multidisipliner untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Disamping memusatkan perhatian pada penelitian, PSP-UGM juga bergerak dalam kegiatan lain seperti pelatihan, advokasi, diskusi, seminar dan publikasi.
-
PS Wanita, PSW UGM merupakan bagian dari masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam pembangunan yang berkelanjutan dan dan menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. PSW UGM berupaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama, dan penghargaan yang sama di masyarakat dalam proses pembangunan, akses yang sama terhadap pelayanan serta memiliki status sosial dan ekonomi yang simbang (Kesetaraan dan keadilan Gender). Sumber daya manusia laki-laki dan perempuan meresap dalam empat fungsi utama manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi sehingga dilaksanakan Pengarusutamaan Gender (PUG) atau Gender Mainstreaming.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada
II‐7
Bab II
Profil dan Eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard
-
PS Ekonomi dan Kebijakan Publik,
-
PS Perencanaan & Pembangunan Regional ,
-
PS Bioteknologi, Pusat Studi Bioteknologi awalnya bernama Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi yang didirikan pada tahun 1985, dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.909/D/T/1996. Tujuan pendirian PAU Bioteknologi ini untuk mengembangkan bioteknologi di Indonesia melalui kegiatan penelitian, seminar, lokakarya, magang penelitian, kursus singkat dan pengiriman tenaga pengajar ke berbagai universitas di luar negeri untuk program doktor dan master.
-
PS Ekonomi Kerakyatan, Pembentukan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dipicu oleh keprihatinan terhadap perkembangan ilmu dan sistem ekonomi di Indonesia. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perkembangan ilmu dan sistem ekonomi di Indonesia, tidak hanya semakin jauh dari cita-cita proklamasi tetapi juga semakin meminggirkan rakyat dalam proses penyelenggaraan ekonomi. Secara resmi, Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM yang lahir dengan nama Pusat Studi Ekonomi Pancasila, dibentuk pada tanggal 17 Oktober 2002 berdasarkan
Keputusan
Rektor
Universitas
Gadjah
Mada
No.
177/P/SK/HKTL/2002, dengan Kepala Prof. Dr. Mubyarto (Alm) . Perubahan nama menjadi Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan terjadi pada tanggal 3 April 2006 yaitu
dengan
terbitnya
SK
Rektor
Universitas
Gadjah
Mada
No.
176/P/SK/HT/2006. -
PS Sumberdaya & Teknologi Kelautan,
-
PS Pengendalian Hayati,
-
PS Kebudayaan, sejak tahun 2000 institusi ini resmi menggunakan nama Pusat Studi Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (PSK-UGM). kajian-kajian kebudayaan dikembangkan terutama dengan merengkuh semua pelaku budaya pusat-pinggiran. Saat Prof.Dr.Umar Kayam mengelola institusi ini, beliau antara lain mencetuskan ide Pasar Seni Gadjah Mada atau yang lebih dikenal dengan Gama Fair.
Bab II
Profil dan Eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard
-
PS Asia Pasifik , Menjadi pusat studi yang berkelas internasional berkaitan dengan Asia dan Pasifik melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya secara multi, lintas atau interdisiplin sehingga dapat mendukung mewujudkan visi universitas sebagai universitas riset yang bertaraf internasional, unggul, terkemuka, berorientasi pada kepentingan bangsa dan berdasarkan Pancasila.
-
PS Perdagangan Dunia Usulan kegiatan ini didasarkan pada keperluan untuk memperluas dan melengkapi kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh PSPD UGM dalam skema WTO Chairs Programme 2010-2013.
-
PS Jepang,
-
PS Agroekologi,
-
PS Energi Pusat Studi Energi ( PSE ) UGM adalah lembaga penelitian yang bergerak di bidang rekayasa dan implementasi teknologi di bidang energi , khususnya energi terbarukan, seperti solar cell( photovoltaic) , mikrohidro, kincir angin, daan lainlain. Selain itu PSE juga melakukan berbagai pelatihan/ kursus yang berkaitan dengan manajemen energi, AMDAL, RUKD, audit energi, dll. Guna meningkatkan kemampuan aplikatif di bidang instrumentasi dan energi , PSE juga melaksnakan kegiatan pelatihan Mikrokontroller Tingkat Dasar, Mikrokontroller Tingkat Lanjut Untuk Akuisisi data, Komputer Interfacing Untuk Kontrol dan Akuisisi data. Untuk bidang energi terbarukan PSE melaksanakan pelatihan antara lain Workshop Perencanaan, Instalasi, dan Perawatan Pembangkit Listrik tenaga Surya, pembangkit Listrik tenaga angin, Pembangkit Listrik Mikrohidro dan lain-lain.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada
II‐9
Bab II
Profil P dan Eksisting Kla aster Sekip-Bulak ksumur-Bolueva ard
2.2. Kondisi Eksisting s ini Klastter SBB diddominasi oleeh bangunann 1 lantai yaakni bangunaan Kondisi saat dengan fuungsi perumaahan. Dan beebrapa bangunan memiliki ketinggiaan 3 lantai
Bab II
Profil P dan Eksisting Kla aster Sekip-Bulak ksumur-Bolueva ard
Sesuai deengan Ketenntuan bahwaa bangunan dengan ketiinggian dibaawah 2 lanttai dapat dihaapus (demollish) untuk dapat d memennuhi kebutuhhan dimasa mendatang. m
hir Laporan Akh RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada
II‐11
Bab II
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
BAB III Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard 3.1. Evaluasi Terhadap Masterplan/RIPK Terdahulu Salah satu arahan mendasar yang menjadi basis dalam proses perancangan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster Sekip Bulaksumur Boulevard Universitas Gadjah Mada adalah review terhadap masterplan atau Rencana-Rencana Induk Pengembangan Kampus (RIPK) terdahulu. Pada RIPK 1996, tercatat titik kelemahan utama dalam masterplan ini, yakni terkait rancangan dalam hal efektifitas pemanfaatan lahan dan optimalisasi lahan hijau di lingkungan kampus, tata sirkulasi dan pemanfaatan lahan parkir, serta tata massa terkait performa integrasi antar fungsi bangunan terhadap bangunan lainnya. Hal ini secara sistemik menurunkan kualitas keterhubungan aktifitas akademik antar fakultas dan menurunkan kualitas lingkungan hijau kampus. Kelemahan ini disebabkan kurang terdefinisi secara baik pengaturan pemanfaatan lahan dalam RIPK 1996 tersebut. Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan didasarkan pada studi dan ketentuan serta kebijakan terkait yang ada yaitu RIPK UGM 2005-2015 yang berisi tentang ketentuan pembangunan gedung baru yang tidak dibangun di atas ruang terbuka hijau, tetapi di atas bangunan lama yang berupa bangunan gedung berlantai 1 (satu) dan atau 2 (dua). Sehingga efisiensi lahan diharapkan akan tercapai di antaranya melalui rancangan bangunan dengan ketinggian minimal 3 lantai. Dalam ketentuan tersebut,
untuk
mengefektifkan sirkulasi antar bangunan direkomendasikan adanya penghubung antar bangunan berupa koridor atau jejalur. Di dalam melakukan evaluasi, juga didasarkan pada pedoman rencana tata bangunan yang tertuang pada PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 06/PRT/M/2007 PEDOMAN RTBL tentang KDB (Koefisien Dasar Bangunan), KLB (Koefisien Lantai Bangunan), dan KDH (Koefisien Daerah Hijau). Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-1
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
Gambar 3.1. Skema Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster SBB juga terkait dengan rencana tata lansekap Universitas Gadjah Mada yang menerapkan kebijakan open system dan closed system. Open system (OS) ditujukan sebagai tempat parkir atau tempat kegiatan lain yang dinaungi oleh pohon-pohon tinggi, besar dan beragam. Closed system (CS) ditujukan sebagai daerah resapan air dan penyejukan udara dan dalam jangka panjang seharusnya dapat menggantikan fungsi air conditioner di tiap blok zonasi sub-klaster. Wilayah studi adalah Klaster SBB yang termasuk dalam kawasan UGM Yogyakarta; yang berkonsep Educopolis yaitu kampus dengan kondisi lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran dalam konteks pengembangan sinergi interdisiplin dan tanggap terhadap isu ekologis. Untuk itu, UGM telah melakukan penanaman pohonpohon penghijauan yang sesuai dengan konsep kampus educopolis. Pada dasarnya konsep Rencana Induk Pengembangan Kampus (RIPK) UGM telah memiliki strategi pengembangan yang cukup baik namun perlu disusun kembali kerangka acuan RTBL meruntut pada kebutuhan masing-masing klaster secara spesifik khususnya pada kasus studi Klaster SBB sehingga perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: 1. Peletakan entrance dan besaran, terutama karena entrance Klaster SBB merupakan main entrance UGM 2. Peletakan tata unit dan orientasi bangunan 3. Pengaturan sirkulasi, jarak, dan besaran baik untuk pejalan kaki dan kendaraan. Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-2
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
4. Jarak pencapaian dari halte bus menuju ke main entrance harus dekat. 5. Aksesibilitas dan besaran lahan parkir yang mencukupi dalam konteks berkelanjutan 6. Ruang terbuka/shared placed menjadi optimal terintegrasi dengan fungsi-fungsi bangunan disekitarnya. 7. Efektifitas lahan dan ruang yang ditingkatkan dengan rencana pembangunan gedung minimal 5 lantai 3.1.1. Pemanfaatan Lahan Eksisting Pemanfaatan lahan pada perencanaan Klaster SBB untuk menghasilkan suatu produk baru yang lebih optimal sebagai penunjang fasilitas pendidikan tanpa mengurangi potensi bangunan sekitar. Pemanfaatan lahan di dalamnya mengandung unsur-unsur penggunaan lahan yang telah ada dan arahan pengembangan pemanfaatan lahan yang lebih optimal berdasarkan evaluasi sumberdaya lahan dan kesesuaian pemanfaatan. Evaluasi sumber daya lahan dan kesesuaian pemanfaatan diusahakan sedemikian rupa sehingga beberapa area-area pada Klaster SBB yang pada mulanya kurang terpelihara dapat dikembangkan sebagai area fungsional. Dalam evaluasi sumberdaya lahan pada klaster ini nantinya sangat ditekankan pada pengelompokan fungsi-fungsi bangunan ke dalam susunan zona atau sub-klaster, yaitu Zona Temu Ilmiah dan Kebudayaan (MICE), Zona Layanan Masyarakat (Komersial), Zona Riset Plasa, Zona Hunian Perumahan dan Asrama, serta Zona Arboretum. Upaya pemanfaatan lahan-lahan atau bangunan-bangunan yang tidak terpakai dikembangkan menjadi fasilitas-fasilitas pendidikan berdasarkan perkembangan program pendidikan yang telah disesuaikan untuk beberapa masa yang akan datang. Berdasarkan kompleksitas permasalahan yang ada, akan mempermudah analisis fungsi kawasan perencanaan nantinya, yang akan menjadi acuan dalam perencanaan nantinya. Kondisi/konstruksi bangunan eksisting secara umum adalah bangunan permanen. Masih terdapat pula beberapa bangunan dengan konstruksi non permanen yang berfungsi sebagai tempat parkir dan food court. Umur bangunan dalam klaster ini umumnya tergolong cukup tua, karena klaster ini termasuk dalam blok yang pertama dibangun di lingkungan UGM. Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-3
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
Dari kondisi yang akan dipetakan dibawah ini, dapat menjadi materi usulan tentang beberapa bangunan yang akan diganti (demolition), yang merupakan bangunan berlantai 1 dan 2, dijadikan bangunan berlantai tiga ke atas dengan dasar kebijakan RIPK yang berlaku saat ini.
Gambar 3.2. Eksisting Klaster SBB
3.1.2. Fasilitas Pelayanan Umumnya fasilitas pelayanan kampus UGM berada dalam Klaster ini. Misalnya Subklaster Boulevard yang memberi fasilitas untuk kemahasiswaan dan UC, serta Subklaster Sekip dan Bulaksumur yang mayoritas merupakan bangunan hunian. Fasilitas pelayanan yang lebih kecil seperti aula, mushola, dll tersedia pada tiap bangunan. Penempatan parkir pada klaster ini sekarang tersebar pada tiap-tiap
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-4
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
bangunan karena antara bangunan satu dan yang di sebelahnya umumnya tidak berkaitan fungsi dan memiliki pengguna yang berbeda-beda pula. 3.1.3. Transportasi dan Aksesibilitas Akses utama dalam klaster ini yang juga merupakan main entrance dari kampus Universitas Gadjah Mada adalah Sub-klaster Boulevard itu sendiri. Selain itu juga terdapat Jalan Kaliurang yang membelah Klaster SBB. Saat ini, kondisi system transportasi dalam klaster telah mengakomodasi kebutuhan ruang sirkulasi kendaraan dengan cukup baik, terutama untuk civitas akademika UGM. Namun tidak demikian untuk sirkulasi pejalan kaki. Tidak adanya trotoar atau pergola khusus mengurangi kenyamanan bagi pejalan kaki. Vegetasi pun kurang memberikan kenyamanan karena hanya memberi keteduhan di bagian-bagian tertentu saja. 3.1.4. Analisis Lokasi dan Aspek Lahan Klaster SBB yang terdiri dari Sub-klaster Sekip, Bulaksumur, dan Boulevard ini berdiri diatas lahan seluas ± 270.000 m2 dengan batas lahan sebagai berikut: Utara: Graha Sbha Pramana dan Klaster Kesehatan Barat: Permukiman umum Sendowo Timur: Masjid Kampus UGM Selatan: Kawasan komersial umum
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-5
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
Gambar 3.3. Klaster SBB
3.1.5. Potensi Sumber Daya Pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya dapat menentukan keberhasilan pengembangan
fungsi
pada
suatu
kawasan.
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
mengoptimalkan fungsi pemanfaatan kawasan dengan resiko sekecil mungkin dan penanganan potensi kendala yang ada sebagai alternatif pemecahan masalah. a. Sumber Daya Alam Kondisi tanah di lingkungan Klaster SBB relatif subur dan cukup tersedia air, sehingga mendukung pengembangan lansekap dan penanaman beberapa pohon sebagai peneduh. Potensi ruang terbuka hijau tersebut diharapkan tidak menjadi kendala pengembangan di lingkungan Klaster SBB, tetapi justru akan menjadi potensi kekayaan di masa sekarang dan mendatang, karena fungsinya sebagai paruparu kota. Terkait dengan masalah tata hijau dan lansekap yang merupakan bagian dari penataan sumber daya alam ini adalah kualitas lingkungan kampus, khususnya yang berhubungan dengan terdapatnya sejumlah bahan polutan di dalam udara di kampus. Pengukuran yang dilakukan pada dua kurun waktu (1993 dan 1999/2000) Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-6
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
menunjukkan hasil yang cukup mengkhawatirkan dalam hal kandungan Karbon Monoksida, sedangkan untuk jenis-jenis polutan lain sudah mendekati batas ambang maksimal. Adapun untuk pencemaran lingkungan yang berupa kebisingan, angka yang didapatkan pada tahun 1999/2000 sedikit berada di atas batas ambang maksimal
yang
dipersyaratkan.
Keseluruhan
data
pencemaran
tersebut
menunjukkan masih diperlukannya upaya pencegahan dengan membatasi peluang terproduksinya bahan-bahan polutan tersebut di lingkungan kampus, yang juga harus disertai dengan berbagai penyelesaian teknis lansekap kampus sehingga angka-angka yang telah melebihi batas ambang tersebut dapat dikurangi seminimal mungkin, hingga berada di bawah batas ambang. Tabel 3.1. Perkembangan Pencemaran di Lingkungan Kampus UGM, 1993-2000 Batas No.
Jenis
polutan
maksimal
yang yang
Des 1993
1999/2000
Tak terdeteksi
8 ppm
247
-
diukur
diperbolehkan
1.
Karbonmonoksida (CO)
2,6 ppm
2.
Karbon dioksida
3.
Hidrokarbon
0,24 ppm
Tak terdeteksi
-
4.
Sulfur dioksida (SO2)
0,3 ppm
Tak terdeteksi
0,025 ppm
5.
Nitrogen
0,0006 ppm
0,0016 ppm
57,4 dba
70,7 dba
dioksida 0,2 ppm
(NO2) 6.
kebisingan
70 dba
Sumber: RIP Kampus 2005-2015 Permasalahan kondisi tata lansekap: Taman di seluruh kampus yang sangat gersang terutama disaat musim kemarau, sangat tidak terawat, dan pada saat musim hujan air hujan melimpah menggenangi area lansekap dan; Kampus tidak semuanya terasa sejuk, rindang, damai, tenang, dan nyaman untuk belajar maupun kegiatan lainnya. Taman belum ditata dan dirawat dengan baik.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-7
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
b. Sumber Daya Buatan Bangunan yang potensial saat ini di lingkungan Klaster SBB adalah bangunan MICE, yang terdiri dari Graha Sbha Pramana, Purna Budaya, University Club, Kagama, dsb. Bangunan tersebut secara fungsional akan memberikan kehidupan bagi kegiatan ilmiah dan kebudayaan dalam kawasan kampus. Potensi lain dari aspek bangunan kampus adalah kemampuan menciptakan bentuk bangunan dengan dasar estetika dan lingkungan kampus UGM sehingga salah satu bangunan kampus akan menjadi landmark bagi bangunan kampus sekitarnya. Bentuk bangunan di Klaster SBB relatif sama. Untuk mempertahankan keselarasan dan konsistensi bentuk antara bangunan yang telah ada dan bangunan yang akan dibangun, diperlukan adanya arahan-arahan yang berupa guidelines, yang dapat menunjukkan ciri-ciri atau karakter pada setiap bangunan di kampus UGM pada umumnya, dan pada Klaster SBB pada khususnya. Dengan terciptanya ciri-ciri atau karakter pada semua fasad bangunan di seluruh kampus UGM, akan terwujud unsur ‘kemenerusan’ yang menjadi bagian “urban design” kota Yogyakarta. Dalam usaha menciptakan guidelines yang selaras dengan kota Yogyakarta, pada pengembangan RTBL Klaster SBB nantinya UGM juga mengambil konsep sumbu imajiner dalam sirkulasinya.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-8
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
Gambar 3.4. Sumbu Imajiner RTBL Klaster SBB c. Sumber Daya dan Kelembagaan Potensi SDM di lingkungan Klaster SBB mengalami kenaikan dari segi kuantitas maupun kualitas, baik dari sisi mahasiswa, dosen dan karyawan. Meskipun tingkat perkembangan SDM-nya terus meningkat, namun kualitas SDM perlu pembinaan lebih jauh berkaitan searah dengan perkembangan program pendidikan/ kurikulum. Di sisi lain, lokasi UGM di Yogyakarta memiliki peluang untuk mendukung atmosfer akademik, dengan suasana yang penuh rasa kebersamaan, memiliki moralitas relatif tinggi, adanya rasa memiliki, saling menghormati dan menghargai, serta lingkungan kerja yang baik. Klaster SBB tidak terlepas dengan university governance di UGM yang berstatus sebagai PT BHMN, atau lebih dikenal dengan otonomi pengelolaan kampus. Otonomi universitas yang dikaitkan dengan kebijaksanaan pembiayaan sendiri memungkinkan peningkatan kesejahteraan staf, yang diantaranya ditujukan untuk peningkatan kreatifitas tenaga akademik, sehingga kualitas proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-9
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
Isu lain tentang university governance adalah penegakan hukum yang masih lemah untuk beberapa peraturan, serta birokrasi dan prosedur yang tidak jelas sehingga menghambat beberapa kegiatan. Organisasi yang besar cenderung menurunkan efisiensi dan produktifitas. Sejalan dengan arahan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara penelitian dengan pengabdian masyarakat maka kegiatan pengabdian masyarakat yang sementara ini banyak dilakukan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat perlu diubah pendekatannya. Fasilitas akademik mencukupi untuk pengembangan kegiatan, tetapi di sisi lain terdapat penggunaan ruang dan fasilitas yang tidak efisien, karena waktu pemanfaatannya belum optimal, maupun adanya sejumlah fasilitas pendidikan dengan ruang dan peralatan yang sudah tidak layak. Isu yang terkait dengan pengelolaan sarana-prasarana ini adalah belum adanya kesepakatan pendistribusian kewenangan. 3.2. Evaluasi Kebutuhan Ruang 3.2.1. Zona Temu Ilmiah dan Kebudayaan (MICE) MICE ("Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition" atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran) atau The Meetings Industry, merupakan suatu jenis kegiatan pariwisata di mana suatu kelompok besar, biasanya direncanakan dengan matang, berangkat bersama untuk suatu tujuan tertentu [Wikipedia Indonesia]. Zona MICE dalam perencanaan RTBL Klaster SBB UGM sendiri dimaksudkan sebagai zona yang memfasilitasi serangkaian kegiatan MICE, mulai dari kegiatan konferensi atau seminar hingga peristirahatan. Tabel 3.2. Luas Bangunan Eksisting Zona MICE Nama Bangunan
Luas Lt Dasar
Juml Lantai
Luas Total Lantai
UC Guest House
1691.1
3
5073.3
UC 1
1258.8
3
3776.4
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-10
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
UC 2
4787.4
2
9574.8
UC 3
4459.9
2
8919.8
Purna Budaya
5857.8
1
5857.8
Total
18055
Bab III
33202.1
Sumber : Daftar Barang Milik Negara Unit Kerja UGM Kawasan Bulaksumur (DPPA) dan Olah Data Tim Blokplan Dalam klaster SBB eksisting, sudah terdapat University Club (UC UGM) dan Wisma Kagama yang memfasilitasi berbagai kegiatan MICE dalam lingkungan kampus UGM. Bersama Grha Sabha Pramana, ketiga fasilitas ini sudah dimanfaatkan dalam rangkaian kegiatan exhibition, expo, ataupun pernikahan. Sesuai dengan peraturan RIPK 2005-2015, bangunan yang perlu diganti adalah bangunan 1 dan 2 lantai. Dalam zona ini, bangunan UC seluruhnya dipertahankan karena termasuk bangunan baru dan satu kesatuan. Dan untuk Purna Budaya, bagian yang dilestarikan adalah Pendopo Purna Budaya karena termasuk dalam bangunan heritage, sedangkan untuk bagian yang lain diganti. 3.2.2. Zona Layanan Masyarakat (Komersial) Maksud dari Zona Komersial disini adalah zona yang berisikan fasilitas-fasilitas yang memberikan pelayanan pada masyarakat pada umumnya dan pada civitas akademika UGM pada khususnya. Selain melayani masyarakat, zona ini juga sebagai pendukung Zona MICE. Antara lain dengan fasilitas bank, fasilitas kesehatan atau klinik, restoran atau food court, serta koperasi. Klaster SBB kini telah memiliki berbagai fasilitas, baik yang berada dibawah pengelolaan dan pengawasan UGM maupun pihak luar yang bekerjasama dengan UGM. Fasilitas tersebut antara lain terdapat dalam tabel di bawah ini.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-11
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
Tabel 3.3. Luas Bangunan Eksisting Zona Layanan Masyarakat Luas
Total
Lokasi
Nama Bangunan
Luas Lt Dasar
Juml Lantai
Lantai
BLOK A10
Kantor SMEDC
129.35
1
129.35
GMUM PT.
BPR
Duta
BLOK A11
Gama
323
1
323
BLOK A14
Kantor Kosudgama
225.55
1
225.55
BLOK A15
Kantor Kosudgama
225.55
1
225.55
GMUM Kantor Pos UGM
349.7
1
349.7
275.7
1
275.7
Kantor BLOK H4
Bank
Negara
Indonesia Kantor
GMUM
BLOK H5
(Swaragama)
299.7
1
299.7
BLOK H6
Kantor GMC lama
409.7
1
409.7
BLOK H8
KOPMA UGM
590
1
590
BLOK K2
Jogja Medianet
321.8
1
321.8
BLOK L3
Kantor GMC
311.55
1
311.55
BLOK L4
Kantor Bank Niaga
333.6
1
333.6
BLOK L6
Kantor Bank Mandiri
309.5
1
309.5
Total
4104.7
4104.7
Sumber : Daftar Barang Milik Negara Unit Kerja UGM Kawasan Bulaksumur (DPPA) dan Olah Data Tim Blokplan Bangunan-bangunan berlantai satu di atas direncanakan untuk diganti dengan bangunan berlantai tinggi sesuai dengan ketentuan RIPK 2005-2015. Selain itu, UGM juga telah memiliki fasilitas baru berlantai tinggi Gama Bookstore yang belum dapat digunakan sekarang.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-12
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
3.2.3. Zona Riset Plasa UGM memiliki visi untuk menjadi universitas riset kelas dunia yang unggul, mandiri, bermartabat, dan dengan dijiwai Pancasila mengabdi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa. Kegiatan-kegiatan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, yang didukung dengan fasilitas yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, sistem manajemen modern, dan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi difokuskan untuk mencapai visi tersebut. Namun sayangnya keberadaan Pusat-Pusat Studi yang menampung kegiatan pembelajaran dan penelitian di lingkungan UGM tersebut masih bersifat sporadic, tidak terkoordinasi dan terpadu dalam sebuah wadah aktivitas riset. Kondisi tersebut cukup menyulitkan koordinasi antar Pusat Studi. Karena itu diperlukanlah suatu upaya untuk mengoptimalkan koordinasi yang lebih baik dalam rangka membuka peluang kerjasama dan sinergisme dalam aktivitas riset antar Pusat studi di lingkungan UGM. Lalu tercetuslah gagasan UGM untuk menyatukan Pusat-Pusat Studi tersebut menjadi sebuah wadah aktivitas riset kolaborasi multidisiplin, yang kemudian dinamakan sebagai International Research Plaza (IRP), yang kemudian dalam Laporan RTBL Klaster SBB ini diistilahkan dengan Zona Riset Plasa. Tabel 3.4. Luas Bangunan Riset Eksisting UGM Lokasi
BLOK A4 BLOK B2 BLOK B7 BLOK B9 BLOK B11 BLOK
Nama Bangunan
Kantor Pusat Sumber Daya dan Tek.
Luas Lt
Juml
Luas Total
Dasar
Lantai
Lantai
116
1
116
Kantor Pusat Studi Ekonomi Pancasila 116
1
116
116
1
116
Pusat Studi Korea
116
1
116
Kantor Pusat Studi Jerman
162.4
1
162.4
Kantor Pusat Studi Jepang
162.4
1
162.4
Kelautan
Kantor
Pusat
Studi
Pengendalian
Hayati
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-13
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
B12 BLOK B13 BLOK B19 BLOK B20 BLOK B21 BLOK C7 BLOK C9 BLOK C16 BLOK D13 BLOK D22 BLOK E9 BLOK E12
Kantor Pusat Studi Asia Pasifik
205.25
1
205.25
SKKK
663.4
1
663.4
Kantor Managemen Parkir
157
1
157
Kantor Majalah Balairung
113.5
1
113.5
116
1
116
Pusat Studi Pariwisata (JTTC)
116
1
116
Kantor Pusat Studi Bencana Alam
116
1
116
Pusat Studi Agro Ekologi
116
1
116
Kantor Pusat Studi Pancasila
133.88
1
133.88
Kantor PUSTRAL
138
1
138
Kantor Magister Hukum
236.8
1
236.8
205.25
1
205.25
Kantor Internasional Student Housing
116
1
116
Pos MENWA
338.1
1
338.1
Kantor Pusat Studi Pariwisata
420.37
1
420.37
420.37
1
420.37
300
1
300
Kantor
Pusat
Studi
Perdagangan
Dunia
BLOK
Kantor Pusat Studi Farmakologi dan
F12
Kebijakan Obat
BLOK F13
BLOK J3 BLOK J7 BLOK
Kantor Koperasi Keluarga Gadjah Mada Kantor Pusat Studi Energi
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-14
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
K1a BLOK K5 BLOK K7 BLOK K8 BLOK K9
Kantor PPS. Wanita Unit
Pencegahan
Penyalahgunaan
Narkoba Kantor PSPMPT Kantor Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian
306.05
1
306.05
288.8
1
288.8
288.8
1
288.8
367.8
1
367.8
BLOK M3
Pusat Studi Transportasi dan Logistik
300.3
1
300.3
BLOK M5
Kantor Darma Wanita
300.3
1
300.3
182
1
182
DAA
1043.25
1
1043.25
PPTIK
1126
2
2252
GELANGGANG MAHASISWA
10119.28
1
10119.28
791.6
2
1583.2
BLOK N2
Kantor
Pusat
Pengembangan
Kebijakan Industrialisasi
Pusat
Studi
Kependudukan
kebijakan UGM Total
dan
19814.9
21732.5
Sumber : Daftar Barang Milik Negara Unit Kerja UGM Kawasan Bulaksumur (DPPA) dan Olah Data Tim Blokplan 3.2.4. Zona Hunian Perumahan dan Asrama Universitas menyediakan fasilitas hunian bagi para pengajar dan mahasiswanya, serta bagi para peserta pelatihan, latihan ataupun tamu yang memiliki kepentingan di dalam UGM. Antara lain adalah hunian perumahan Sekip dan Bulaksumur, Bulaksumur Residence, Cemaralima Residence, Darmaputera Residence, serta Ratnaningsih Residence. Keempat residence tersebut tersebar dalam penjuru kota Yogyakarta, sedangkan hunian perumahan Sekip dan Bulaksumur berada dalam kawasan kampus UGM, tepatnya di Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard. Berdasarkan data DPPA UGM, jumlah hunian dalam Blok Sekip dan Bulaksumur berjumlah total 281 bangunan, termasuk di dalamnya adalah flat heritage serta Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-15
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
bangunan yang kini dialihfungsikan menjadi Pusat Studi, kantor, penginapan GMUM, bangunan komersial, ataupun bangunan kosong.
Gambar 3.5. Zona Hunian Perumahan Sekip dan Bulaksumur Eksisting UGM Tergambarkan dalam gambar di atas bahwa zona hunian perumahan eksisting mencapai lebih dari setengah luas Klaster SBB. Tentu saja hal ini membuat pemanfaatan kawasan tidak dapat maksimal, apalagi zona ini didominasi oleh bangunan satu lantai. Tabel 3.5. Luas Bangunan Eksisting Zona Hunian Perumahan dan Asrama Nama Bangunan
Luas Lt Dasar
Juml Lantai
Luas Total Lantai
Blok A
2200.3
1
2200.3
Blok B
1740.19
1
1740.19
Blok C
2943.56
1
2943.56
Blok D
3162.05
1
3162.05
Blok E
1933.9
1
1933.9
Blok F
488.25
1
488.25
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-16
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab III
Blok G
991.4
1
991.4
Blok J
840.74
1
840.74
Blok K
1691.55
1
1691.55
Blok L
1336.1
1
1336.1
Blok M
1801.8
1
1801.8
Blok N
11149.8
1
11149.8
Blok S
558.5
1
558.5
Blok T
1411.3
1
1411.3
Blok U
1182.9
1
1182.9
Total
33432.34
33432.34
Sumber : Daftar Barang Milik Negara Unit Kerja UGM Kawasan Bulaksumur (DPPA) dan Olah Data Tim Blokplan 3.2.5. Zona Arboretum Pada kondisi saat ini, dalam Klaster SBB belum ada tempat yang khusus dialokasikan sebagai arboretum. Pada rencana RTBL ke depannya, ada beberapa lokasi yang akan dialihfungsikan sebagai arboretum.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
III-17
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
BAB IV PENDEKATAN PERENCANAAN Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Pada bab IV ini didasarkan pada Permen No.06 Tahun 2007 RTBL yang menjadi acuan dalam membuat rancangan RTBL Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard yang baru. 4.1. Acuan Perancangan 4.1.1. Konsep Educopolis Dalam kajian Rencana Stratejik Universitas Gadjah Mada dapat dikemukakan prinsip dasar yang terkait dengan perkembangan fisik kampus sebagai “suatu sistem interaksi sosial yang khas masyarakat akademis, mandiri, berwawasan internasional dalam jiwa kebangsaan yang tinggi”. Sebagai suatu sistem sosial, kawasan kampus dapat diibaratkan sebagai “kota” atau dalam istilah kemasyarakatan jaman Yunani disebut dengan “polis”. Kawasan kampus UGM harus mampu mewadahi dan menjamin keberlangsungan proses pembelajaran masyarakat akademis yang sudah dicanangkan dalam rencana stratejik universitas. Dengan demikian sangat tepat jika visi dan arah pengembangan fisik kampus Universitas Gadjah Mada adalah mewujudkan Educopolis, A conducive environment for learning within ecological and multidiciplinary colaborative developed setting towards the achievement of the university’s vision (Educopolis, suatu lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran dalam konteks pengembangan kolaborasi multidisiplin dan tanggap terhadap isu ekologi demi mencapai visi universitas). Pengembangan fisik Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard yang terkait dengan aspek akademik dan administratif hendaknya diarahkan, agar memiliki fasilitas dan infrastruktur dengan kapasitas yang mampu :
memberikan pelayanan untuk berlangsungnya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien;
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-1
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
memberikan pelayanan menuju terwujudnya sinergi proses belajar-mengajar, penelitian dan pelayanan profesional pada masyarakat untuk menghasilkan proses penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas secara berkelanjutan; dan
memberikan pelayanan optimal dengan mengacu pada struktur (komposisi) dan manajemen program studi, baik secara vertikal (level program studi) dan horisontal (jumlah dan bidang ilmu) yang telah disepakati sebagai strategi pengembangan akademik menuju universitas riset.
4.1.2. Peraturan Kementrian Umum tentang RTBL a. Struktur Peruntukan Lahan Struktur Peruntukan Lahan adalah merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.
Peruntukkan Lahan Makro Peruntukan Lahan Makro, yaitu rencana alokasi penggunaan dan pemanfaatan lahan pada suatu wilayah tertentu yang juga disebut dengan tata guna lahan. Peruntukan ini bersifat mutlak karena telah diatur pada ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.
Peruntukkan Lahan Mikro Peruntukan Lahan Mikro, yaitu peruntukan lahan yang ditetapkan pada skala keruangan yang lebih rinci (termasuk secara vertikal) berdasarkan prinsip keragaman yang seimbang dan saling menentukan. Hal-hal yang diatur adalah: i. Peruntukan lantai dasar, lantai atas, maupun lantai besmen; ii. Peruntukan lahan tertentu, misalnya berkaitan dengan konteks lahan perkotaan-perdesaan, konteks bentang alam/lingkungan konservasi, atau pun konteks tematikal pengaturan pada spot ruang bertema tertentu. Dalam penetapan peruntukan lahan mikro ini masih terbuka kemungkinan untuk melibatkan berbagai masukan desain hasil interaksi berbagai pihak seperti perancang/penata
kota,
pihak
pemilik
lahan,
atau
pun
pihak
pemakai/pengguna/masyarakat untuk melahirkan suatu lingkungan dengan Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-2
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
ruang-ruang yang berkarakter tertentu sesuai dengan konsep struktur perancangan kawasan. Penetapan ini tidak berarti memperbaiki alokasi tata guna lahan pada aturan rencana tata ruang wilayah yang ada, namun berupa tata guna yang diterapkan dengan skala keruangan yang lebih rinci, misalnya secara vertikal per lantai. b. Intensitas Pemanfaatan Lahan Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Komponen penataan intensitas pemanfaatan lahan meliputi:
Koefisien Dasar Bangunan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
Koefisien Lantai Bangunan Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
Koefisien Daerah Hijau Koefisien Daerah Hijau (KDH), yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
c. Tata Bangunan Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen: blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-3
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
Tata Bangunan juga merupakan sistem perencanaan sebagai bagian dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan prasarananya pada suatu lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dengan aturan tata ruang yang berlaku dalam RTRW Kabupaten/Kota, dan rencana rincinya. Tata bangunan meliputi beberapa komponen diantaranya:
Pengaturan Blok Lingkungan, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, dimana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas: Bentuk dan Ukuran Blok, Pengelompokan dan Konfigurasi Blok, Ruang terbuka dan tata hijau.
Pengaturan Kaveling/Petak Lahan, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompokan dan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas: Bentuk dan Ukuran Kaveling, Pengelompokan dan Konfigurasi Kaveling, Ruang terbuka dan tata hijau.
Pengaturan Bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam blok/kaveling. Pengaturan ini terdiri atas: Pengelompokan Bangunan, Letak dan Orientasi Bangunan, Sosok Massa Bangunan, Ekspresi Arsitektur Bangunan.
Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan, yaitu perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan baik pada skala bangunan tunggal maupun
kelompok
bangunan
pada
lingkungan
yang
lebih
makro
(blok/kawasan). Pengaturan ini terdiri atas: Ketinggian Bangunan, Komposisi Garis Langit Bangunan, Ketinggian Lantai Bangunan. d. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan sistem jaringan penghubung.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-4
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
Penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung dapat memberikan beberapa manfaat:
Mengoptimalkan efisiensi pemanfaatan prasarana jalan dengan jenis arus pergerakan yang terjadi.
Mendapatkan distribusi atau penyebaran pergerakan yang selaras dengan jenis aktivitas yang diwadahi sehingga dicapai ketertiban.
Mencapai kinerja fungsi serta keseimbangan, kaitan, keterpaduan dari berbagai elemen pergerakan, lingkungan dan sosial, antara kawasan perencanaan dan lahan di luarnya.
e. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik. Prinsip-prinsip penataan Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau:
Pelestarian ruang terbuka kawasan
Aksesibilitas publik
Keragaman fungsi dan aktivitas
Skala dan proporsi ruang yang manusiawi dan berorientasi bagi pejalan kaki
Sebagai pengikat lingkungan/bangunan
Sebagai pelindung, pengaman dan pembatas lingkungan/bangunan bagi pejalan kaki.
f. Tata Kualitas Lingkungan Penataan Kualitas Lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen-elemen kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu. Komponen penataan lingkungan meliputi: Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-5
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
Konsep Identitas Lingkungan, yaitu perancangan karakter (jati diri) suatu lingkungan yang dapat diwujudkan melalui pengaturan dan perancangan elemen fisik dan nonfisik lingkungan atau subarea tertentu.
Konsep Orientasi Lingkungan, yaitu perancangan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk lingkungan yang informatif sehingga memudahkan pemakai untuk berorientasi dan bersirkulasi.
Wajah Jalan, yaitu perancangan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk lingkungan berskala manusia pemakainya, pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan memperkuat karakter suatu blok perancangan yang lebih besar.
g. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Sistem prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan mencakup jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik, serta jaringan telepon, sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi. Komponen Penataan utilitas lingkungan meliputi:
Sistem jaringan air bersih, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan air bagi penduduk suatu lingkungan, yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, dan terintegrasi dengan jaringan air bersih secara makro dari wilayah regional yang lebih luas.
Sistem jaringan air limbah dan air kotor, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan pembuangan/pengolahan air buangan rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran, dan bangunan umum lainnya, yang berasal dari manusia, binatang atau tumbuh-tumbuhan, untuk diolah dan kemudian dibuang dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga aman bagi lingkungan, termasuk di dalamnya buangan industri dan buangan kimia.
Sistem jaringan drainase, yaitu sistem jaringan dan distribusi drainase suatu lingkungan yang berfungsi sebagai pematus bagi lingkungan, yang terintegrasi dengan sistem jaringan drainase makro dari wilayah regional yang lebih luas.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-6
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
Sistem jaringan persampahan, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan pembuangan/pengolahan sampah rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran dan bangunan umum lainnya, yang terintegrasi dengan system jaringan pembuangan sampah makro dari wilayah regional yang lebih luas.
Sistem jaringan listrik, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan daya listrik dan jaringan sambungan listrik bagi penduduk suatu lingkungan, yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, dan terintegrasi dengan jaringan instalasi listrik makro dari wilayah regional yang lebih luas.
Sistem jaringan telepon, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan kebutuhan sambungan dan jaringan telepon bagi penduduk suatu lingkungan yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, yang terintegrasi dengan jaringan instalasi listrik makro dari wilayah regional yang lebih luas.
Sistem jaringan pengamanan kebakaran, yaitu sistem jaringan pengamanan lingkungan/kawasan untuk memperingatkan penduduk terhadap keadaan darurat, penyediaan tempat penyelamatan, membatasi penyebaran kebakaran, dan/atau pemadaman kebakaran.
Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi, yaitu jalur perjalanan yang menerus (termasuk jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis) dari setiap bagian bangunan gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman, yang disediakan bagi suatu lingkungan/kawasan sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi.
4.2. Rencana Induk Pengembangan Kampus tentang RTBL Rencana Induk Pengembangan Kampus atau RIPK merupakan Rencana Induk Kampus (RIK) adalah instrumen yang digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan (policy), prosedur dan tugas-tugas lain yang terkait dengan perencanaan dan pengelolaan fasilitas fisik dan peralatan yang diperlukan Universitas Gadjah Mada. Beberapa komponen yang diatur pada RIPK yang menjadi acuan untuk penyusunan RTBK adalah sebagai berikut: Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-7
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
a. Tata Bangunan Arahan penataan bangunan meliputi beberapa prinsip sebagai berikut.
Bangunan baru tidak dibangun di atas ruang terbuka hijau, tetapi di atas bangunan lama yang masih berupa bangunan satu lantai atau dua lantai
Bangunan baru menerapkan efisiensi lahan, diantaranya melalui rancangan bangunan dengan ketinggian minimal 3 lantai
Bangunan berciri arsitektur tropis dengan ciri khas diantaranya melalui bentuk atap limasan, penggunaan batu candi atau batu alam warna gelap
Bangunan menggunakan warna-warna alam
Bangunan menggunakan konfigurasi fasad formal dan artikulasi fasad yang kuat
Terdapat penghubung antar bangunan berupa koridor atau jejalur
Optimalisasi
penggunaan
bangunan
dengan
menambah
jumlah
jam
penggunaan
b. Sirkulasi eksternal & Tata Parkir Strategi Jangka Pendek Pembagian wilayah-wilayah kampus menjadi klaster-klaster, serta melakukan pagarisasi di dalam klaster-klaster itu sendiri menyediakan kenyamanan bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda. Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-8
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
Strategi Jangka Menengah Diharapkan sudah dapat dibangun jalan-jalan alternatif atau jalan lingkar guna penutupan atau penurunan status jalan Kaliurang tersebut bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi DIY dan Pemerintah Kabupaten Sleman.
Strategi Jangka Panjang Dalam menyusun program jangka panjang penataan transportasi kampus UGM harus memegang konsep bahwa pengembangan sistem transportasi kampus dilaksanakan secara komprehensif, sistematik, dan berkesinambungan. Sistematik berarti semua unsur harus dicermati keterkaitannya karena transportasi adalah “sistem terbuka,” sedangkan kampus adalah suatu area yang tertutup guna terjamin sekuritinya.
Perencanaan Sirkulasi pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard tidak jauh berbeda dengan kondisi eksisting sekarang, sirkulasi keluar dan masuk tetap. Sedangkan kantong parkir untuk mobil terbagi dalam empat titik, tata letak parkir diarahkan memiliki kedekatan dengan sirkulasi masuk hal ini dimaksudkan untuk mengurangi presentase kendaraan yang masuk ke dalam Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard. Parkir kendaraan roda dua diletakkan pada basement bangunan baru.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-9
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
Tata lansekap terkait secara langsung dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di UGM. Hal-hal yang menjadi permasalahan pada saat ini meliputi:
Penyelesaian masalah lingkungan, yang meliputi faktor fisiologis (termal, kebisingan) kawasan dan psikologis (estetika, orientasi) kawasan.
Kebutuhan akademik, terkait dengan pengetahuan yang bisa diserap dengan keragaman jenis tanaman serta penggunaannya sebagai laboratorium alam
Fungsi rekreasi (ekowisata)
Minimal pada setiap klaster perlu diadakan, selain fungsional kegiatannya juga perlu ditingkatkan menjadi ekoteknik, dan juga ekospiritualnya.
c. Utilitas Agar kampus terasa sejuk, damai, tenang, nyaman untuk belajar, maka disana-sini perlu dibuat kolam-kolam dan saluran yang selalu berisi air dengan ikan-ikan di dalamnya. Tentu saja rangkaian yang sangat mendukung adalah taman, dan untuk menyiram tanaman di musim kemarau, cukup di ambilkan dari kolam atau saluran di sebelahnya.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-10
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
4.3. Analisis Keterkaitan Acuan dengan Kondisi Eksisting Klaster Sekip-BulaksumurBoulevard 4.3.1. Analisis Peruntukkan Lahan Analisis peruntukkan lahan
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard merupakan
komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan Kampus UGM yang didasarkan pada ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah. Prinsip-prinsip penataan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard secara fungsional meliputi penataan keragaman tata guna yang seimbang, saling menunjang Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-11
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
(compatible) dan terintegrasi. Selain itu pola distribusi jenis peruntukan yang mendorong terciptanya interaksi aktivitas. Sesuai dengan konsep Educopolis yang dicanangkan pada setiap rancangan pengembangan Kampus UGM, yaitu “suatu lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran dalam konteks pengembangan kolaborasi multidisiplin dan tanggap terhadap isu ekologi demi mencapai visi universitas”. Selain itu penetapan peruntukan lahan yang tanggap terhadap topografi dan kepentingan kelestarian lingkungan di dalam Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard dengan meminimalkan penyebaran area terbangun dan perkerasan serta beradaptasi dengan tatanan kontur yang ada. 4.3.2. Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan a. KDB Pengaturan kepadatan bangunan suatu wilayah atau kawasan bertujuan untuk mendapatkan ruang-ruang terbuka diantara bangunan-bangunan pada wilayah atau kawasan yang bersangkutan. Ruang-ruang terbuka diantara atau sekitar bangunanbangunan dimaksudkan untuk :
Memperoleh peredaran udara lingkungan
Pemerataan penyinaran matahari
Penyerapan air hujan ke dalam tanah
Keamanan lingkungan untuk bahaya kebakaran dan gempa
Perhitungan kepadatan bangunan adalah dengan memperhitungkan ketersediaan lahan dan jumlah penduduk yang akan ditampung. Sebagai dasar analisis, klasifikasi kepadatan bangunan suatu wilayah atau kawasan dihitung berdasar Luas Bangunan dikurangi pekarangan dibagi Luas Wilayah/ Kawasan. Menurut Kep. Men. Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002, klasifikasi kepadatan bangunan untuk blok peruntukan adalah :
KDB sangat tinggi
: > 75%
KDB tinggi
: 50% - 75%
KDB sedang : 20% - 50%
KDB rendah : 5% - 20%
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-12
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
KDB sangat rendah
Bab IV
: > 5%
Selanjutnya dalam analisis kepadatan bangunan ini, pendekatan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
Menilai kecenderungan pertumbuhan kepadatan bangunan yang ada
Mengkaitkan fungsi-fungsi penggunaan lahan
Memberikan dasar arahan kepadatan bangunan pada masing-masing pemanfaatan lahan
Dalam kaitan fungsi Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard yang didasarkan pada survei kebutuhan fasilitas dan analisis pemanfaatan lahan, maka kegiatan yang akan direncanakan di klaster ini adalah riset (berupa pusat studi-pusat studi), aktivitas komersial (berupa fasilitas MICE), dan transportasi. Kepadatan bangunan untuk kegiatan yang berbeda akan memiliki kebijakan kepadatan bangunan yang berbeda pula. Pertimbangan yang lain untuk penentuan adalah kondisi lahan sebagai daerah resapan. Berdasar pertimbangan di atas maka dasar arahan kepadatan bangunan pada masing-masing pemanfaatan kegiatan campuran adalah:
Fungsi atau kegiatan pada lahan hijau/ ruang terbuka
Fungsi atau kegiatan pendidikan dan permukiman
: 20% - 50%
Fungsi atau kegiatan perdagangan dan jasa
: 50% - 75%
: < 20%
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) merupakan perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas persil atau kapling lahan. Penetapan KDB merupakan upaya pengendalian agar kepadatan bangunan yang direncanakandapat terlaksana. Dengan tercapainya kepadatan bangunan maka pengendalian kawasan dalam rangka melindungi daerah resapan dan pertanian akan tercapai. Jika kepadatan bangunan diwujudkan dengan jumlah bangunan pada setiap fakultas, maka KDB akan diwujudkan dengan luas dasar bangunan dalam suatu persil atau kavling lahan/ pekarangan dimana bangunan didirikan. Sasaran KDB adalah persil atau lahan pekarangan dalam blok-blok pemanfaatan. Oleh karena itu, besarnya KDB akan diarahkan sebesar 40%.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-13
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
b. KLB Peraturan tinggi bangunan memberikan kebijakan tentang tinggi bangunan maksimal (dihitung dari lantai dasar/ tanah atau ground floor sampai dengan puncak atap bangunan) dalam suatu kawasan atau lingkungan agar terwujud tata bangunan yang sesuai dengan rencana. Pengaturan ketinggian bangunan juga akan terkait dengan aspek jumlah lantai bangunan melalui Koefisien Lantai Bangunan (KLB). Adapun klasifikasi ketinggian bangunan adalah :
Bangunan sangat rendah dengan tinggi maksimum 12m
Bangunan rendah dengan tinggi maksimum 20m
Bangunan sedang dengan tinggi maksimum 28m
Bangunan tinggi dengan tinggi lebih dari 28m
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) merupakan perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas persil dimana bangunan berada. Pengaturan KLB merupakan upaya efisiensi pemanfaatan lahan yang karena faktor ekonomi tanah (mahalnya harga tanah dan keterbatasan lahan di kawasan strategis). Hal ini untuk mengakomodasi kegiatan komersial sehingga bangunan yang berada di lahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi akan memiliki luas tanah lebih besar daripada luas dasar bangunannya. Selain pertimbangan harga tanah, KLB juga mempertimbangkan faktor lingkungan yang berkaitan dengan peraturan tinggi bangunan karena wilayah perencanaan relatig dekat dengan bandara Adisucipto yang memiliki peraturan aga bangunan yang berada dalam radius 4 km dari bandara harus memiliki tinggi bangunan di bawah 40 meter. Secara umum tinggi bangunan di Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard berkisar dari lantai 1 sampai lantai 3 atau ketinggian bangunan sampai dengan 12 meter, sehingga tinggi bangunan dikategorikan bangunan dengan ketinggian sedang. Karena tiap-tiap blok pada klaster ini memiliki tingkat perkembangan yang cukup signifikan, maka untuk jangka waktu 10 tahun yang akan datang dimungkinkan arahan pengembangan bangunan ke arah vertikal. Efisiensi penggunaan tanah diakomodasi dengan pengaturan ketinggian bangunan yaitu Koefisien Lantai Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-14
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
Bangunan dan pelestarian lahan terbuka. Misalnya, untuk pusat kegiatan riset, komersial diberikan ketinggian bangunan sampai 6 lantai untuk jangka waktu 10 tahun mendatang (tahun 2020). Kondisi bangunan yang ada di Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard rata-rata berlantai 3. Beberapa bangunan masih memiliki ketinggian 1 dan 2 lantai yakni Gedung Wisma Kagama, gedung Gelanggang Mahasiswa, Purna Budaya, PPTIK, dan DAA. Bangunan dengan ketinggian 1 dan 2 lantai tersebut diganti dengan bangunan baru vertikal dengan ketinggian minimal 5 lantai, untuk melestarikan adanya ruang terbuka hijau. c. KDH Pada klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard memiliki eksisting untuk daerah hijau belum sebanding dengan banyaknya bangunan yang ada didalamnya. Dapat dikatakan bahwa pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard masih jarang perutukkan lahan untuk ruang terbuka hijau. Area Kuster Sekip-Bulaksumur-Boulevard merupakan area yang dilalui cukup banyak kendaraan sehingga sangat diperlukan merancang ruang terbuka hijau untuk menyeimbangkan kondisi udara dilingkungan Klaster Sekip-BulaksumurBoulevard agar mampu tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Untuk selanjutnya Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard perlu diarahkan untuk memiliki KDH yang ideal yakni sebanding dengan lahan terbangun pada klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard yakni dengan menambah kantong-kantong terbuka hijau di beberapa titik. d. KTB Kondisi sekarang bangunan pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard belum terdapat fasilitas basement, namun untuk kedepannya bangunan baru dengan ketinggian 6 lantai dirancang memiliki basement untuk dapat menampung parkir sepeda motor baik untuk mahasiswa maupun karyawan Klaster SekipBulaksumur-Boulevard, hal ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan di lingkungan klaster tersebut.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-15
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
4.3.3. Analisis tata bangunan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard memiliki bangunan dengan ketinggian rata-rata 1-2 lantai, hanya beberapa yang memiliki ketinggian 3 lantai. Beberapa bangunan memiliki orientasi yang tidak sama serta memiliki citra bangunan masing-masing, sehingga dapat dikatakan secara keseluruhan bangunan pada Klaster SekipBulaksumur-Boulevard belum terlihat sebagai satu kesatuan yang utuh. Orientasi bangunan yang sesuai standar adalah arah barat-timur agar bukaan maksimal serta tidak terkena cahaya matahari secara langsung, tetapi pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard orientasi bangunan masih belum. Orientasi bangunan yang berbeda-beda mengakibatkan pemanfaatan lahan yang tidak efisien dan akan mempengaruhi jalur sirkulasi yang ada dalam Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard. Bangunan-bangunan yang terdapat pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard cenderung padat dan jarak bangunan yang berdekatan terutama pada kompleks perumahan dosen serta bangunan di sekitar Boulevard, jarak bangunan yang terlalu berdekatan akan membuat bangunan tidak berfungsi secara maksimal seperti misalnya, sirkulasi udara tidak berlangsung secara maksimal, serta cahaya matahari, sistem pencegahan musibah seperti kebakaran akan sulit diterapkan. Sirkulasi bagi pejalan kaki maupun kendaraan bermotor masih belum jelas, karena Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard belum memiliki pedestrian secara keseluruhan. Selanjutnya, Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard diarahkan memiliki lingkungan yang lebih kondusif dan lebih interaktif antar bangunan yang didalamnya. Dengan memakimalkan interaksi antar bangunan yang ada didalamnya serta memberikan kemudahan akses baik bagi mahasiswa maupun umum untuk dapat mengakses setiap fasilitas yang ada pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard. Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard juga diarahkan untuk memiliki ruang terbuka hijau yang lebih maksimal.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-16
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
4.3.4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Sirkulasi utama eksisting pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard terbagi menjadi beberapa bagian. Untuk Sekip melewati Jalan Sekip. Untuk bagian BulaksumurBoulevard akses utama yaitu melewati jalan Boulevard UGM. Sirkulasi pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard masih belum terbagi secara jelas antara sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. Ketidakjelasan tersebut membuat alur sirkulasi tidak terarah. Hampir tidak ada pedestrian bagi pejalan kaki dalam Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard. Sehingga kedepannya Klaster Sekip-BulaksumurBoulevard diarahkan untuk sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan memiliki sirkulasi masing-masing. Pedestrian direncanakan sebagai sirkulasi pejalan kaki didalam Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard, pedestrian juga digunakan sebagi jalur penghubung antar bangunan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan jalur interaksi antar bangunan. Pedestrian juga merupakan upaya untuk mengurangi polusi udara dan meningkatkan sustainabilitas di lingkungan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard. Kantong parkir pada kondisi eksisting masih tersebar dibeberapa titik. Penyebaran parkir mengakibatkan kondisi di sekeliling gedung akademik tidak terkendali secara kebisingan dan polusi udara. Kondisi ini dapat memngganggu kegiatan akademis dalam klaster tersebut. 4.3.5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Ruang terbuka hijau pada eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard masih sangat minim. Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard akan diarahkan memiliki ruang hijau yang maksimal dengan menerapkan sistem pembangunan bangunan baru diatas 75% lahan bangunan lama sehingga 25 % dari lahan tersebut dapat digunakan sebagai lahan hijau terbuka. Ruang terbuka hijau menjadi hal yang penting karena dapat memberikan manfaat seluas-luasnya untuk ruang interaksi antar mahasiswa dan kalangan umum. Ruang terbuka hijau juga dapat menjadi pengikat antar bangunan mengingat dalam Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard memiliki beberapa fasilitas yang berbeda. Ruang terbuka hijau yang maksimal juga dapat memberikan dampak positif bagi keberlangsungan kegiatan dalam bangunan. Sirkulasi udara, dapat berlangsung secara Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-17
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
maksimal, cahaya matahari tidak akan mengenai secara langsung serta meredam kebisingan yang timbul dari kendaraan umum yang lewat di Jalan Kaliurang maupun jalan utama yang melewati klaster ini. Pohon merupakan salah satu komponen tata hijau, pada eksisting Klaster SekipBulaksumur-Boulevard pohon peneduh terhitung cukup banyak, keseluruhan pohon tersebut dipertahankan dan selanjutnya akan ditambah dngan pohon peneduh yang baru di tempat yang masih sedikit pohon peneduh. Keberadaan ruang terbuka hijau yang maksimal juga dapat memberikan sumbangan untuk UGM menjadi kawasan yang lebih sustainable. 4.3.6. Analisis Tata Kualitas Lingkungan Penataan kualitas lingkungan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard merujuk pada upaya rekayasa elemen yang ada di dalamnya. Orientasi yang nampak khas adalah adanya pola grid yang nampak pada perencanaan blokplan baru. Konsep identitas lingkungan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard diwujudkan melalui pengaturan elemen fisik yang berupa bangunan, dan juga elemen non fisik yang berupa lanskap. Secara garis besar ide dari identitas elemen fisik (bangunan gedung) adalah kesamaan benang merah dalam penggunaan batu candi pada desain bangunan itu sendiri. Selain itu yang lebih utama adalah penjabaran arsitektur tropis yang diaplikasikan di dalam desain. Untuk kegiatan pendukung utama yang akan diwujudkan adalah kegiatan interaksi yang terjalin antar hirarki bangunan yang saling berhadapan dan membentuk plasa di tengah atau inner courtyard. Sedangkan konsep orientasi lingkungan dapat ditunjukkan dengan pola tata informasi (directory signage system), yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk menjelaskan berbagai informasi/petunjuk mengenai tempat yang ada di Klaster SekipBulaksumur-Boulevard sehingga memudahkan pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungan dengan mengadakan sistem tata rambu pengarah (directional signage system). Wajah jalan yang berusaha diwujudkan dalam konsep perencanaan blokplan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard ini bertujuan agar elemen fisik dan nonfisik guna Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-18
Pendekatan Perencanaan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab IV
membentuk lingkungan berskala manusia. Pengaturan ini dapat terdiri atas wajah penampang jalan dan bangunan yang bersinergis satu sama lain, pengadaan street furniture dan pedestrian yang jelas (sistem grid dan dilengkapi dengan tata hijau yang meneduhi),
serta
pengadaan
signage
yang
memperjelas
sistem
informasi
perletakkan/posisi pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
IV-19
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
BAB V KONSEP PERANCANGAN Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
5.1.
Struktur Peruntukan Lahan Pada blokplan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard (Klaster SBB) peruntukan lahan yang dirancang masih berupa konsep yang makro, yaitu melihat secara keseluruhan kawasan SBB sebagai suatu rancangan yang saling terkait. Sekip-Bulaksumur-Boulevard merupakan gabungan dari beberapa blok yaitu administrasi, komersial, hunian, pusat studi, pelayanan masyarakat dan mahasiswa serta MICE (UC, Wisma Kagama). Blok-blok tersebut masih belum menunjukkan suatu keteraturan, maka perlu adanya pengaturan sehingga blok-blok tersebut dapat dikelompokan dalam zona-zona yang berbeda. Selain itu, rancangan baru ini juga berfungsi untuk menambah kapasitas layanan yang ada di Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard untuk jangka waktu 10 tahun ke depan.
Tabel 5. 1 Tabel Zona Rancangan Baru Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard No
NAMA BLOK
LUAS LANTAI LUAS TOTAL LUAS LANTAI LUAS TOTAL LUAS LAHAN DASAR EKSISTING LANTAI EKSISTING DASAR RTBL LANTAI RTBL (PER ZONA)
ZONA TEMU ILMIAH & 1 KEBUDAYAAN (MICE) 2ZONA RISET PLASA ZONA HUNIAN PERUMAHAN 3 DAN ASRAMA ZONA LAYANAN 4 MASYARAKAT TOTAL
KDB RTBL
KLB RTBL
18055 19814.9 33432.34
33202.1 21732.5 33432.34
7581.6 4354.56 6531.84
33708.96 23950.08 32659.2
58086 19388 41810
0.36 0.30 0.16
1.07 1.31 0.94
4104.7
4104.7
7483.06
32504.91
27870
0.41
1.37
75406.94
92471.64
25951.06
122823.15
147154
0.30
1.12
Tabel di atas menunjukkan perbandingan luas total lantai eksiting dengan luas total lantai blokplan baru. Dari tabel, dapat dilihat bahwa masing-masing fungsi kegiatan memiliki kapasitas baru yang akan dibutuhkan pada beberapa tahun mendatang
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-1
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
. 5.2.
Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Koefisien Dasar Bangunan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai. Dalam proses perancangan, klaster SBB mengambil lahan dari lahan eksisting bangunan lantai 1 dan 2 kecuali bangunan Pendopo Wisma Kagama, Pendopo Purna Budaya, dan University Club (UC).
b. Koefisien Lantai Bangunan Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
c. Koefisien Dasar Hijau Koefisien Daerah Hijau (KDH), yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
5.3.
Tata Bangunan a. Pengelompokkan Blok Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard dikelompokkan dalam beberapa zona. Zona-zona tersebut masing-masing memiliki satu fungsi yang sama, yaitu MICE (Meeting, Incentive, Convention,and Exhibition), komersial, hunian (yang terdiri dari hunian dosen dan mahasiswa), riset plaza (yang terdiri dari pusat studi dan pusat pembelajaran lainnya), dan arboretrum (zona hijau kampus).
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-2
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-3
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-4
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
Gambar 5. 1 Pengelompokkan Zona Klaster
b. Ketinggian Lantai Bangunan Untuk memenuhi kebutuhan dan kapasitas bangunan-bangunan yang ada di klaster SBB, maka perlu adanya penambahan fasilitas/bangunan. Penambahan tersebut dilakukan dengan mengganti bangunan-bangunan lama yang sudah tidak efektif terutama bangunan lantai 1 dan 2. Selain itu, untuk mengoptimalkan ruang terbuka hijau, maka bangunanbangunan baru yang direncanakan akan memiliki lantai lebih dari 3 lantai. Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-5
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-6
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
Gambar 5. 2 Tata Bangunan Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-7
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
5.4.
Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Sirkulasi dalam klaster SBB terbagi menjadi beberapa macam yaitu jalur sirkulasi utama (yang dilalui kendaraan bermotor), jalur pedestrian atau pejalan kaki, dan jalur sepeda. Jalur sirkulasi utama kendaraan di klaster SBB tedapat dua titik yaitu jalur yang melewati Boulevard yaitu jalan sepanjang Boulevard dan jalur yang melewati daerah Sekip yaitu jalan Kaliurang. Pada daerah Boulevard terdapat gate atau pintu masuk dan keluar dari dan menuju ke kompleks Bulaksumur-Boulevard. Pintu masuk tersebut juga berfungsi untuk membatasi kendaraan yang masuk ke dalam kompleks Bulaksumur-Boulevard, sehingga aktivitas akademisi maupun administratif yang terdapat di dalam klaster ini tidak terlalu terganggu. Jalur untuk pedestrian terbagi menjadi dua yaitu pedestrian utama dan pedestrian kecil. Pedestrian utama yaitu pedestrian besar yang terdapat di daerah riset plaza menuju ke zona MICE. Sedangkan jalur pedestrian kecil terdapat di jalur-jalur arboretrum dan di setiap zona. Untuk jalur sepeda direncanakan ada pada tiap zona. Jalur tersebut dibatasi dengan garis kuning seperti yang sudah ada sekarang. Dengan penambahan jalur sepeda ini, juga perlu adanya penertiban terhadap kendaraan-kendaraan umum. Hal tersebut dimaksudkan agar pengguna sepeda memiliki rasa aman dan nyaman untuk berkendara di sekitar UGM terutama di klaster SBB ini.
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-8
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-9
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
Gambar 5. 3 Jalur Sirkulasi
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-10
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
5.5.
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Ruang terbuka direncanakan ada pada setiap zona atau blok bangunan. Ruang terbuka ini berasal dari 25% luas lantai dasar eksisting, sehingga bangunan yang baru direncanakan pada 75% luas lantai dasar eksisting. Hal tersebut dilakukan untuk menambah kapasitas ruang terbuka hijau di lingkungan Sekip-BulaksumurBoulevard.
Gambar 5. 4 Tata Vegetasi Klaster
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-11
Konsep Perancangan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
Bab V
Laporan Akhir RTBL Klaster SBB Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
V-12