frater CMM 3/12
| ZIARAH YANG KHUSUS | HARI BIARA TERBUKA | ‘PENGALAMAN LUAR BIASA’ | ‘Summer School Spirituality’ | AMANAT CMM DI RADIO KENYA | ‘HIDUPMU, SUATU PEMBERIAN ALLAH’ | HARI YANG KHUSUS DI KENYA
DAFTAR ISI
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
MENGENAI FRATER ANDREAS
5
MAKLUMAT MISI
KOLOFON
Belaskasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat.
Frater CMM, ISSN 1574-9193, adalah majalah triwulan Kongregasi Frater CMM. Langganan gratis dapat diminta pada alamat Kontak di bawah ini.
Belaskasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Buddha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belaskasih meninggalkan jejak dalam sejarah.
Redaksi: Rien Vissers (ketua redaksi), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok, Frater Lawrence Obiko, Frater Ronald Randang, Frater Jan Smits, Peter van Zoest (redaktur terakhir).
Perbagai bentuk penampilan gerakan belaskasih merupakan ungkapan masyarakat dalam mana belaskasih telah lahir, dan spiritualuitas yang mendukungnya.
Rencana tata:
Heldergroen www.heldergroen.nl
Dicetak:
Percetakan Kanisius, Yogyakarta
Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelaskasih, berakar dalam semangat belaskasih Kristiani.
Kontak:
Frater CMM Jalan Ampel 6, Papringan Yogyakarta 55281
E-mail:
[email protected]
Webside:
www.cmmbrothers.org
Terjemahan:
Frater Pieter-Jan van Lierop, Frater Jan Koppens
Foto sampul depan: Diambil waktu ‘Ziarah Zwijsen’ (hal. 6-10): Suster Hermin Bu’ulölö, anggota DPU SCMM bersama Frater Valerius Halawa (Indonesia), mantan siswanya. (foto: Peter van Zoest). Anak yang hilang, Rembrandt
2
Foto sampul berlakang: Yorkshire, Inggris (foto: Frater Ad de Kok)
ZIARAH YANG KHUSUS
6
HARI BIARA TERBUKA
11
‘Summer School Spirituality’
12
REDAKSI MENULIS ‘Menemukan kembali spiritualitas kita’. Begitulah tema ‘Summer School Sprirituality’, yang diselenggarakann dari 15 Juli sampai 2 Agustus 2012 di Postulat CMM di Nakuru - Kenya. Pertemuan itu diikuti oleh 24 frater dari Brazil, Indonesia, Kenya, Belanda dan Tanzania. Di antaranya ada Frater Niek Hanckmann dari Belanda. Dalam edisi ini ia memberi kesan-kesannya mengenai kursus itu. Spiritualitas CMM dapat ia hayati dengan baik waktu suatu lokakarya. Hal yang sama bisa dialami dalam ziarah pada tempattempat di Belanda, Belgia dan Perancis yang berkaitan dengan pendiri kongregasi, yaitu Mgr. Zwijsen, dan dengan pengilhamnya yang unggul, namanya Vinsensius a Paulo. Dalam musim panas 2012 yang lalu 14 suster SCMM dan 12 frater CMM, yang sudah sekian tahun berprofesi kekal, mengikuti ziarah itu. Mereka belum sempat berziarah ke tempat-tempat khusus itu. Dalam edisi ini diberikan laporan bergambar mengenai ‘Ziarah Zwijsen’ (22 Juni 2012). Tiga frater-frater Kenya memberi kesaksian tentang spiritualitas CMM dalam artikel mereka. Frater Zaccheaus Oonje menceritakan bagaimana ia menyebarkan amanat CMM lewat radio keuskupan. Frater Zaccheaus Odongo Atieno dari komunitas Sigona - Kenya, menjadi frater-guru di sekolah menegah yang dahulu sekolahnya di masa mudanya. Ia menulis bagaimana ia coba memperkaya siswa-siswinya demi masa depan mereka. Secara berkobar-kobar Frater Sylvester Lokaalei, novis tahun pertama, memberikan laporan mengenai suatu hari yang khusus di Provinsi CMM Kenya. Maka edisi ini memberikan inspirasi cukup untuk menghayati spiritualitas CMM.
BERITA PENDEK
17
AMANAT CMM
19
‘HIDUPMU, SUATU PEMBERIAN ALLAH’
21
HARI KHUSUS DI KENYA
In Memoriam
22
20
SUMBER
23 3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Pada permulaan bulan Agustus saya adakan kunjungan singkat pada komunitas di Urambo - Tanzania. Walaupun tidak direncanakan lebih awal, namun mereka senang dengan kunjungan itu. Tahun terakhir terdapat agak banyak masalah dengan sekolah yang dikelola oleh CMM - antara lain terjadi perampokan bersenjata! – maka baiklah saya mengunjungi mereka dan melihat bahwa mereka dalam keadaan baik-baik. Saya dapat mengalami bahwa frater-frater di komunitas, para guru, staf sekolah dan hampir 700 murid berada dalam sikon yang baik. Dari para murid separuh tinggal di asrama di kompleks sekolah. Enam tahun lalu kami mulai dari dasar dan sekarang saya dapat meresmikan ruang makan yang baru. Dengan demikian sekolah itu kurang lebih lengkap dengan segala fasilitas yang mutlak perlu. Akan tetapi pada kesempatan itu para frater, Uskup Agung, para orangtua dan para murid menghadapi saya dengan permohonan yang baru: meperluaskan sekolah menengah yang mempunyai empat tahun itu dengan dua tahun lagi, supaya lulusan dapat langsung masuk universitas. Inilah keinginan besar yang dapat kupahami: saya anggap bahwa pendidikan yang baik di Tanzania mutlak perlu. Serentak saya mengeluh, karena bagaimanakah hal ini dapat terwujud dari segi tenaga, tata organisasi dan keuangan? Akan tetapi ketika saya pulang di Belanda mata hari bersinar di situ. Musim panas berlangsung dengan cuaca bagus sesudah masa kedinginan pada awal mula musim itu ... Pada saat menulis kolom ini, saya sedang mengunjungi sejumlah komunitas di Indonesia. Juga di situ sekolahsekolah, yang beberapa tahun lalu CMM ambil alih, berjalan dengan baik. Walaupun pihak Pemerintah
4
menyumbangkan banyak uang pada dunia pendidikan dan kelihatan bahwa sekolah-sekolah negeri bisa memiliki fasilitas yang baik sekali, namun mutunya masih kurang. Pendidikan yang berbobot masih tetap dibutuhkan. Hal itu membenarkan adanya pendidikan swasta, sekalipun biayanya tinggi. Kami senang dengan subsidi yang diberikan oleh pihak Pemerintah, termasuk subsidi kepada persekolahan kami. Subsidi itu bisa berbeda-beda. Itu tergantung pada kemampuan daerah. Maka frater-frater harus minta uang sekolah yang agak tinggi untuk mempertahankan sekolahsekolah swasta milik CMM. Harus dicari keseimbangan yang baik antara pendapatan di sekolah-sekolah itu dan kepedulian akan anak-anak miskin, agar mereka pun memperoleh masa depan yang lebih baik. Jelas, dari Belanda tidak dapat diberikan sumbangan terusmenerus. Pada saat ini kemandirian setiap provinsi dan regio dalam hal keuangan merupakan salah satu tantangan besar dalam Kongregasi CMM.
Frater Broer Huitema
MENGENAI FRATER ANDREAS
RUTINITAS REKREASI
Dengan setia Frater Andreas menghadiri acara ‘rekreasi’ (waktu khusus di mana para frater berhimpun dan melepaskan lelah), dan ia berusaha agar acara itu menghibur hati sesama frater. Frater Calasanctius mengatakan: “Frater Andreas selalu mengikuti rekreasi dengan gembira hati, dan ia berusaha agar orang lain turut bersenang atau terhibur. Agar hal itu tercapai, ia sudah mengumpul koleksi lelucon yang ia tulis dalam sebuah buku kecil.” Tentu saja kita suka membaca catatan-catatan yang lucu itu, akan tetapi buku kecil itu tidak ditemukan dalam arsip. Barangkali Frater Andreas sendiri, yang hidup sangat teratur dan selalu menyimpan segala surat dan dokumennya dengan rapi, sudah membuang catatan-catatan itu. Untuk apa ia mau menyimpan lebih lama lelucon yang sudah pernah ia sampaikan? Agak sulit bagi kita untuk menerima fakta bahwa Frater Andreas menyiapkan dengan teliti lelucon yang ingin disampaikannya. Apakah ia tak pernah bersikap spontan? Mengapa saat yang ringan itu pun mau dikontrol olehnya? Kita harus menyadari bahwa banyak frater mempunyai perasaan mendua tentang acara rekreasi itu. Acara itu dimaksudkan sebagai saat hiburan dan keramahan, namun dalam praktek banyak
Beberapa frater berjalan santai waktu rekreasi di taman asrama Ruwenberg, 1914.
frater mengalami sesuatu lain. Acara rekreasi telah ditata dengan banyak peraturan: tidak boleh datang terlambat dan tidak boleh menyendiri. Kondisi di Asrama Ruwenberg lebih berat lagi, karena diharapkan agar frater-frater guru menggunakan bahasa Perancis waktu rekreasi. Maka acara rekreasi sering kurang menggembirakan hati: orang hanya berbasa-basi atau duduk dekat seorang konfrater yang kurang ramah. Lebih berat lagi bahwa acara rekreasi berlangsung setiap hari dengan cara yang sama. Dengan sikap masing-masing para frater di Asrama Ruwenberg menghadapi rutinitas rekreasi itu. Frater yang bukan guru lebih suka berbicara dalam bahasa daerah daripada dalam bahasa Perancis (bahasa pengantar di Ruwenberg). Penyimpangan itu kurang menonjol bila berada dalam kelompok kecil. Mereka menghindari frater-frater yang tidak bersedia bicara bahasa daerah. Frater Andreas menghadapi hal itu dengan sikap yang berbeda: ia berusaha meramaikan suasana rekreasi. “Saya hanya melihat dia bersikap ramah. Pada Minggu malam ia membacakan ceritacerita yang menarik”, kata Frater Polycarpus. “Dalam rekreasi ia suka berbicara”, kata Frater Bernardo, “akan tetapi ia tak pernah memotong pembicaraan orang lain”. “Ia dapat meramaikan acara rekreasi”, kata Frater Cunibertus. Menurut Frater Hilduardus “ia selalu bersikap ramah”. Frater Melchior berpendapat bahwa “Frater Andreas mampu menerima hal-hal positif dalam hidup membiara yang Allah berikan pada waktunya. Ia sangat menghargainya”. Charles van Leeuwen 5
BELANDA
Para peziarah berpose di depan patung Joannes Zwijsen, di samping gereja ’t Heike di Tilburg.
ZIARAH YANG KHUSUS Pada tanggal 22 Juni 2012, 14 suster SCMM dan 12 frater CMM asal Indonesia berziarah ke tempat-tempat di Belanda dan Belgia yang berkaitan dengan Joannes Zwijsen, pendiri kedua kongregasi. Setiap tahun sekian suster dan frater muda mengikuti ‘Ziarah Zwijsen’ itu dalam rangka persiapan profesi seumur hidup. Kali ini ke-26 peziarah ini sudah berprofesi kekal, namun belum ada kesempatan untuk berziarah. Dari 25 Juni sampai dengan 7 Juli mereka pun berziarah ke tempat-tempat yang berperan penting dalam hidup Santo Vinsensis a Paulo. Ziarah ini, yang biasanya adalah bagian dalam program persiapan profesi kekal, merupakan usaha mengejar ketinggalan bagi para frater dan suster. Dengan bantuan banyak foto akan diberikan laporan tentang ‘Ziarah Zwijsen’. Para suster dan frater didampingi oleh beberapa anggota dewan umum kedua kongregasi: Suster Hermin Bu’ulölö, Suster Margaretha Gultom, Suster Mariana Situngkir dan Frater Ronald Randang serta Frater Broer Huitema, pemimpin umum CMM. Angkutan adalah tanggung jawab sopir Piet Prinse, yang sejak tahun 2004 membantu frater dan suster dalam ziarah Zwijsen dan ziarah Vinsensius.
Gereja ’t Heike Ziarah Zwijsen dimulai dengan perayaan Ekaristi dan sarapan pagi di Provinsialat SCMM di Tilburg. Itu bagian rumah induk SCMM. Sesudahnya para suster dan frater berjalan kaki ke gereja ’t Heike dekat susteran. Di gereja itu Joannes Zwijsen pernah 6
bertugas sebagai pastor paroki. Kemudian dikunjungi pastoran, yang dibangun oleh Pastor Zwijsen. Perjalanan dengan bis dimulai dari biara Mater Misericordiae, yang letaknya dekat Provinsialat SCMM.
Wisma Gerra Etape pertama menuju Wisma Gerra, yang terletak pada pinggir jalan raya antara Tilburg dan ’s-Hertogenbosch. Wisma yang monumental itu dibangun oleh Mgr. Joannes Zwijsen pada tahun 1853, ketika ia diangkat menjadi Uskup Agung Utrecht. Wisma itu diberikan nama ‘Gerra’, nama suatu keuskupan yang tiada lagi. Nama gelar itu diterima oleh Mgr. Zwijsen ketika ia diangkat sebagai uskup pembantu (1842). Dari wisma itulah ia memimpin
Joannes Zwijsen, 1794-1877
Frater dan suster menuju Wisma Gerra. Nama ‘Gerra’ diambil alih dari nama suatu keuskupan tituler untuk Mgr. Zwijsen. Wisma itu dibangun olehnya (1853).
baik Keuskupan Agung Utrecht maupun Keuskupan ’s-Hertogenbosch sampai tahun 1863. Sesudah wafat Mgr. Zwijsen (1877), wisma itu kemudian dihuni oleh Pater MSC, kemudian Pater SMA, lalu oleh Buder Karitas dan akhirnya oleh Suster Santa Theresia. Sesudah Perang Dunia II gedung ini digunakan oleh Suster Karmel. Pada tahun 1957 dibangun sebuah kapel baru di samping rumah itu. Pada tahun 2009 rumah itu dibeli oleh perusahaan ‘Kadans Vastgoed BV’. Detail yang menonjol adalah bahwa pada tanggal 15 Juli 1863 Joannes Zwijsen selamat dari suatu percobaan pembunuhan. Peristiwa itu tidak pernah sungguh terbongkar. Beliau kena peluru di badannya dan ia berlumur darah. Di rumah induk SCMM beliau agak cepat pulih kembali. Pelaku tidak pernah ditangkap. Peristiwa ini adalah suatu perampokan yang hampir cabut nyawa. Habis itu ternyata bahwa sejumlah uang, sebesar enam ribu Gulden, hilang lenyap.
Joannes Zwijsen dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1794, sebagai anak pengusaha pengincir angin di Kerkdriel. Kampung itu terletak pada pinggir sungai Maas dekat ’s-Hertogenbosch. Ia ikut pendidikan imam di seminari Herlaer di SintMichielsgestel. Pada tahun 1817 ia ditakbiskan imam di Mechelen - Belgia. Sesudah itu, untuk waktu yang pendek, ia menjadi pastor pembantu di paroki St. Dionisius di Tilburg, yang biasanya disebut ’t Heike. Kemudian ia ditugaskan sebagai pastor pembantu di Schijndel (1818-1828), kemudian menjadi pastor paroki di kampung Best (1828-1832), lalu pastor paroki ‘t Heike di Tilburg. Pada tahun 1832 ia mendirikan Kongregasi Suster Cinta Kasih dari Santa Maria Bunda yang Berbelaskasih guna memberikan pendidikan kepada anak-anak perempuan yang terlantar di kota Tilburg. Kota itu sedang berkembang dan menjadi kota tekstil, namun para penghuninya masih sangat miskin. Pada tahun 1842 ia menjadi uskup pembantu (uskup tituler Gerra) dan berhak mengganti uskup ’s-Hertogenbosch, yaitu Henricus den Dubbelden. Sesudah uskup itu wafat di tahun 1851, Mgr. Zwijsen ambil alih tugasnya. Pada tahun 1844 ia mendirikan Kongregasi Frater St. Perawan Maria Bunda yang Berbelaskasih. Mgr. Zwijsen menjadi Uskup Agung pada tahun 1853, ketika hirarki gereja di Belanda dipulihkan kembali. Beliau serentak administrator apostolik Keuskupan ’s-Hertogenbosch. Beliau bertugas sebagai Uskup Agung sampai tahun 1868 dan memimpin Keuskupan ’s-Hertogenbosch sampai tahun wafatnya 1877.
Kuburan di Orthen Dari Wisma Gerra rombongan menuju kuburan di Orthen, bagian kota ’s-Hertogenbosch. Disitu Joannes Zwijsen dimakamkan di dalam ruang makam di bawah tanah sebuah kapel. Kapel itu dibangun (1882) guna memperingati Uskup Zwijsen. Sampai sekarang pembesar-pembesar gerejani dimakamkan di situ. Para frater dan suster terharu dan terkesan ketika mereka menurun ke dalam ruang makam itu. Mereka berdoa pada makam pendiri kedua kongregasi. Kemudian diadakan acara doa di kapel.
Kerkdriel Sepuluh kilometer dari kota ’s-Hertogenbosch, di pinggir sungai Maas, terletak kampung Kerkdriel. Disitu Joannes Zwijsen dilahirkan. Pada tempat
Foto dari tahun 1863 7
Gereja ’t Heike di Tilburg.
Pastoran yang Zwijsen bangun pada tahun 1834, dekat gereja ’t Heike.
Foto kiri: Para frater dan suster naik bis di depan Susteran di Tilburg menuju Wisma Gerra.
Foto kanan: Sopir Piet Prinse siap berangkat dari Tilburg.
Kapel kuburan di Orthen. 8
Perayaan di kapel kuburan di Orthen.
Di pusat paroki Kerkdriel seorang frater asal Indonesia mengamati sebuah gambar rumah kelahiran Zwijsen.
Katedral ‘St. Jan’ di ’s-Hertogenbosch.
pemberhentian ketiga itu para suster dan frater mengunjungi Kapel Maria di samping gereja St. Martinus. Di ruang sentrum paroki bpk. Jos Vriesema, tenaga pastoral di paroki Bommelerwaard, menerangkan secara pendek riwayat Joannes Zwijsen. Ia menceritakan bahwa patung Mgr. Zwijsen, yang diresmikan tahun 1927 di ‘Alun-alun Mgr. Zwijsen’ di Kerkdriel, untuk sementara waktu disimpan di tempat lain. Hal ini terjadi untuk menghindari perampok-perampok mencuri patung perunggu itu. Hal itu sudah terjadi dengan karya-karya seni lain yang dibuat dari logam. Sekarang pemerintah lokal memikirkan bagaimana patung itu dapat ditempatkan kembali dengan aman di tempat semula. Di Kerkdriel juga dikunjungi tempat di pinggir sungai Maas di mana Zwijsen dilahirkan. Rumah kelahiran itu sudah dibongkar, tetapi pada rumah yang kemudian dibangun di situ terpasang sebuah batu peringatan.
Seorang frater menyentuh batu nisan pada makam Joannes Zwijsen dalam ruangan di bawah kapel pada kuburan Orthen.
Pemimpin Umum CMM, Frater Broer Huitema, bertemu dengan rekannya dari Kongregasi SCMM, Suster Rosa Olaerts, di katedral ‘St. Jan’.
’s-Hertogenbosch en Hoogstraten Sesudah makan siang, rombongan mengunjungi gereja katedral ‘St. Jan’ di ’s-Hertogenbosch, gereja Uskup Joannes Zwijsen. Di sini pemimpin umum, Frater Broer Huitema, bertemu dengan rekannya dari Kongregasi SCMM, Suster Rosa Olaerts. Ia datang dari Generalat SCMM yang letaknya dekat katedral, untuk menyambut para frater dan suster. Ziarah Zwijsen dilanjutkan dan peziarah bertolak dari ’s-Hertogenbosch menuju desa Hoogstraten di Belgia. Tujuan perjalanan itu adalah mengunjungi tempat khusus bagi wanita-wanita saleh di tempat itu, letaknya kurang lebih 40 kilometer sebelah barat daya kota Tilburg. Dari tempat itulah datang tiga wanita saleh yang dipanggil Joannes Zwijsen ke Tilburg untuk menjadi Suster SCMM yang pertama. Salah satu dari mereka, Suster Michael Leijsen, pada tahun 1834 diangkat menjadi pemimpin umum pertama kongregasi baru itu. 9
Perumahan wanita-wanita saleh di Hoogstraten.
Meersel-Dreef Pada sore harinya kelompok peziarah menuju Tilburg, tapi sebelum menyeberangi perbatasan Belgia-Belanda, dikunungi biara Kapusin di Meersel-Dreef, di mana sejak tahun 1844 frater-frater pertama menjalankan tahun novisiat mereka. Pada masa itu biara ini dihuni oleh trapis-trapis. Di dalam biara itu masih ada kamar
tidur seperti digunakan oleh ketiga novis CMM. Pada malam hari ‘Ziarah Zwijsen’ diakhiri dengan makan bersama di restoran dekat kota Tilburg. Para peziarah pasti akan mengingat baik-baik segala kesan yang mereka petik dalam ziarah ini. Peter van Zoest (juga foto-foto)
Foto kiri: Biara Kapusin di Meersel-Dreef. Foto kanan: Kamar tidur biara yang asli di biara Kapusin, sebagaimana dimanfaatkan oleh ketiga novis CMM yang pertama.
10
BELANDA
HARI BIARA TERBUKA Pada tanggal 24 Juni 2012 diadakan ‘Hari Biara Terbuka’ yang kelima. Hari itu diorganisir oleh Konferensi para Religius Belanda (KNR). Hampir 10.000 orang mengunjungi empat puluh biara atau komunitas di Belanda. Komunitas Generalat dan ‘De Vuurhaard’ menyusun program untuk para pengunjung. Hari Biara Terbuka sebelumnya berlangsung pada bulan Maret 2000, bulan Maret 2003, bulan Mei 2006 dan bulan April 2008. Pada tahun 2008 kurang lebih 22.000 orang mengunjungi Hari Biara Terbuka itu, akan tetapi pada waktu itu tujuh puluh biara atau komunitas menerima orang luar. Karena cuaca jelek dan penurunan jumlah biara dan komunitas yang berpartisipasi, jumlah pengunjung menurun dengan drastis. Namun KNR menganggap Hari Biara Terbuka yang kelima ini cukup berhasil. Pihak KNR menulis: “Para tuan rumah religius sangat senang dengan pertemuan dan pembicaraan yang bisa dilangsungkan dengan para pengunjung.”
Pengunjung dipandu Di komunitas generalat, pemimpin umum, Frater Broer Huitema, menunjukkan suatu presentasi PowerPoint di ruangan kapitel. Para hadirin, limabelas orang,
menyaksikan keadaan kongregasi di tahun 2012. Sesudah itu orang-orang yang beminat dipandu di bagaian tertentu dari Generalat dan mereka bisa mengunjungi Museum CMM. Di frateran ‘De Vuurhaard’ di Udenhout programnya terdiri tiga bagian. Para frater dan pengungsi yang tinggal di situ serta beberapa sukarelawan menyambut kurang-lebih duapuluh pengunjung dengan kopi atau teh, disertai makanan ringan ciptaan pengungsi Afrika. Kemudian ditunjukkan sebuah film mengenai ‘De Vuurhaard’, dilanjutkan dengan diskusi bersama dan ibadat sabda yang pendek. “Kelompok pengunjung memang kecil saja, namun mereka sungguh berminat”, kata Frater Ad de Kok. “Pasti cocok untuk diulangi, mudah-mudahan dengan cuaca yang lebih baik.” Peter van Zoest
Frater Ad de Swart memandu pengunjung di Museum CMM yang ada di Generalat. 11
INTERNASIONAL
‘SUMMER SCHOOL SPIRITUALITY’:
KESAN
Untuk kedua kalinya diadakan ‘Summer School Spirituality’. Kali ini lokakarya itu dilangsungkan dari 15 Juli sampai dengan 2 Agustus di Postulat CMM di kota Nakuru - Kenya. Untuk pertama kalinya hari-hari lokakarya sejenis itu berlangsung di Tomohon-Sulawesi pada tahun 2010. Tahun 2012 pertemuan itu dihadiri oleh duapuluh empat frater yang datang dari Brazil, Indonesia, Belanda dan Tanzania. Temanya: “Menemukan spiritualitas kita”. Pertemuan itu dipimpin oleh Frater Edward Gresnigt, wakil pemimpin umum, dan didampingini oleh Frater Harrie van Geene dan sekretaris studi Bpk. Charles van Leeuwen. Di bawah ini Frater Niek Hanckmann dari komunitas Eleousa di Vught-Belanda memberikan kesannya mengenai kursus ini. Untuk pertama kalinya saya berada di Kenya dan di benua Afrika. Suatu pengalaman yang hebat. Saya mengerti bahasa Inggris yang dipakai di sana, bisa membaca segala sesuatu yang tertulis, dan karena itu saya tidak merasa asing. Nairobi adalah ibu kota dengan suasana barat, terdapat segala jenis perlengkapan modern, namun demikian perbedaan pun juga kelihatan. Lalulintas di kota agak kacau. Hal itu disebabkan oleh ratusan ‘matatu’ (bis mini) yang merupakan pengangkutan umum. Rasa kacau itu masih diperkuat oleh lalulintas yang berjalan sebelah kiri bukan kanan seperti di Belanda. Banyak jalan kota itu mirip sebuah pasar: banyak tempat penjualan dan toko. Di situ orang berusaha menjual barang-barang yang sama: jagung, sayur-mayur, nenas, arang, pakaian dan perabot. Pada tempat tertentu dapat dilihat pemukimam kumuh yang berada di belakang tempattempat jualan. Sana-sini terdapat sampah. Rupanya tidak ada budaya pembersihan. Terkadang pinggirpinggir jalan terisi penuh kotoran, seakan-akan kota terbangun di atas gunungan sampah. Foto kiri atas: Pandangan jalan di Kisii Foto kiri bawah: Para peserta ‘Summer School’ di Nakuru. 12
Foto kiri atas: Refleksi dalam kelompok kecil. Dari kiri ke kanan: Frater Urbanus Takasi, Niek Hanckmann, Yulius Sole, Eric Magoka, Patric Munyua. Foto kiri bawah: ‘Permainan identitas’, semacam teka-teki untuk mulai saling kenal lewat bicara tentang empat tokoh kongregasi: Yesus, Maria, Visensius dan Zwijsen. Foto kanan: Kunjungan pada SMU St. Justino di Umoja.
Pemandangan alam Ramailah di mana-mana. Terdapat banyak orang, baik di pinggir jalan maupun di tengah keramaian jalan raya. Orang-orang dewasa sering kelihatan sibuk dan berwajah serius. Anak-anak, yang paling miskin pun, rupanya selalu bergembira dan melambaikan tangan dengan antusias kepada orang yang berkulit putih. Juga di luar kota, sepanjang jalan raya besar, selalu dan di mana-mana kelihatan orang yang berjalan kaki. Dalam irama tetap orang berjalan kaki agak jauh. Mereka menuju sekolah, pasar dan tempat kerja. Pemandangan alam di Kenya sungguh indah: bergunung-gunung, wilayah dataran, rimba, danau, padang rumput yang luas, banyak pohon dan bunga serta binatang, kawanan zebra dan impala. Memang jelas, inilah benua yang berbeda dengan Eropa.
Religi Waktu ‘Summer School’ ada ceramah dari Bpk. Frans Dokman, seorang ahli dari Lembaga Misiologi Universitas Nijmegen. Ia mengutip suatu ungkapan: “Africans are notoriously religious”. Kutipan ini sulit diterjemahkan, tetapi benar orang Afrika beriman. Semangat beragama orang-orang Afrika memang kelihatan di mana-mana. Pada banyak mobil dan bis
terdapat semboyan religius. Di mana-mana ada papan suatu gereja dan persekolahannya. Di suatu toko saya alami bahwa para tenaga kerja berdoa sebelum membuka toko. Di tempat penerimaan tamu di rumah sakit tertulis semboyan: “Pasien menghindari, dokter merawat dan Allah menyembuhkan”. Di sini agama merupakan ragi dalam seluruh hidup dan dirayakan dengan meriah. Di perayaan Ekaristi yang pakai bahasa Inggris umat masih menahan diri. Mereka melambaikan dan bertupuk tangan sambil menyanyi dan mereka mengucapkan banyak doa permohonan. Dalam perayaan Ekaristi dalam bahasa daerah dan di gereja injili musik pesta berbunyi kuat. Semua orang turut terlibat, dan mereka menari-nari dan bertepuk tangan.
Perkembangan spiritual ‘Summer School’ ditata dengan baik. Hal itu berkat bentuk-bentuk kerja didaktis yang jelas berkaitan dengan latar belakang dunia pendidikan di kalangan CMM. Kursus itu terdiri atas tiga bagian, tiap-tiap bagian membutuhkan empat hari. Setiap bagian berpusat pada nilai-nilai inti spiritualitas CMM, dan diterangkan dengan cara yang berbeda. Dengan demikian bahan diulang-ulang dengan baik, tetapi setiap kali dengan cerita 13
dan kata yang berbeda. Pada bagian pertama kami membandingkan perkembangan spiritual kami dengan jalan Yesus, seperti tertulis dalam Injil, dengan jalan hidup pelindung kami Vinsensius, dengan pendiri kami Joannes Zwijsen dan perkembangan Kongregasi CMM berdasarkan peranan masing-masing pemimpin umum. Mata saya mulai terbuka lewat keterangan mengenai motivasi spiritual dari Zwijsen. Berdasarkan pelbagai sumber Bpk. Charles van Leeuwen menjelaskan bahwa kata-kata kunci kongregasi kami, seperti ‘belaskasih’ dan ‘kepercayaan kepada Allah’ dan juga pola hidup dan kerja sudah berlaku di zaman Mgr. Zwijsen. Frater Harrie van Geene memberikan kesaksian yang indah mengenai zaman penggalian sumber-sumber asli CMM di zaman pemimpin umum Frater Novatus Vincks, Frater Wim Verschuren dan Frater Harrie sendiri.
Nilai-nilai inti Bagian kedua diisi berdasarkan empat nilai inti CMM: belaskasih, persaudaraan, kesederhanaan dan kepercayaan kepada Allah. Baiklah bahwa kami
14
tidak hanya merenungkan ketujuh karya belaskasih lahiriah, melainkan juga ketujuh karya belaskasih batiniah yang masih kurang dikenal, karya-karyanya terarah pada upaya memenuhi kebutuhan rohani. Saya berpikir bahwa banyak frater, karena berkarya di dunia pendidikan dan pastoral, lebih mudah diilhami oleh ketujuh karya belaskasih batiniah. Menurut saya belaskasih batiniah sebaiknya lebih ditekankan. Latihan yang dilakukan berdasarkan Matius 25 sangat menarik. Menjadi lebih jelas bagaimana karya belaskasih dilakukan oleh kami sendiri. Perihal ‘kepercayaan kepada Allah’ mau tak mau disebut dalam hubungannya dengan Frater Andreas. Namun demikian, dalam pembicaraan antara para hadirin menjadi jelas bahwa kepercayaan itu, walaupun kurang disebut, berperan penting dalam kehidupan kami masingmasing. Ya boleh jadi bahwa inti iman terdapat justru di dalam hidup konkret ini. Dalam kursus ini hari Sabtu merupakan hari khusus, karena kami dikunjungi oleh ‘Ambassadors of a Worldwide Brotherhood’ (Duta-Duta Persaudaraan Universal) dari Kenya. Kebetulan hari itu diberikan tema ‘persaudaraan’. Bagi saya kunjungan
ini merupakan suatu pertemuan yang hangat. Mereka bercerita mengenai pengalaman mereka di Belanda dan di Madrid-Spanyol dan mengenai kegiatan mereka di Kenya. Saya kagum mendengar apa yang mereka lakukan di dua wisma yatim-piatu dekat kota Nakuru dan untuk beberapa keluarga yang bersusah di desa Oyugis.
Foto kiri: Murid-murid sekolah menengah St. George di Sikri. Foto kanan: Anak-anak di Sikri.
Pada sore harinya, saya berjalan dengan dua duta ke paroki mereka di seberang jalan raya. Saya minum teh di rumah seorang duta. Kami berbincang-bincang tentang gereja dan masyarakat. Sekali lagi saya mengamati bahwa, dengan tercipta ‘duta persaudaraan universal’ ini, kami berhasil menggabungkan mudamudi pintar pada Kongregasi CMM.
Hidup bersama Bagian ketiga diisi dengan tiga tiang pendukung hidup bersama religius: hidup bersama, berdoa dan pengutusan. Tema-tema itu diperpendek, sebab sudah banyak diuraikan dalam bagian pertama dan kedua. Dalam bagian ini juga diperhatikan bagaimana
15
INTERNASIONAL
Foto kiri: Kunjungan di Nakuru. Dari kiri ke kanan berdiri Frater Nisensius Mety, James Ochwangi, Niek Hanckmann, Francis Otiento, Harrie van Geene, Frans Janssen dan Zaccheaus Oonje. Yang berjongkok: frater Patrick Munyua dan Eric Magoka. Foto kanan: Acara penerimaan tamu dengan tarian di sekolah menengah St. George di Sikri.
membaca teks Kitab Suci atau teks spiritual lain. Pada waktu sore kami dapat melihat presentasi-presentasi dari Charles van Leeuwen mengenai sejarah Frater CMM di Kenya dan Indonesia. Pada hari terakhir diadakan evaluasi dan perayaan penutupan yang indah.
Mereka sungguh berusaha untuk mencari uang melalui a.l. derma, sponsoring, mereka sendiri berproduksi dan berdagang. Sekalipun demikian dibutuhkan lebih banyak dana, sebab situasinya sungguh memedihkan hati.
Pedih di hati
Pengalaman khusus
Sesudah kursus semua peserta berangkat ke Kenya Barat. Kami dibagi-bagi atas tiga komunitas. Syukur saya dapat tinggal di Sikri, tempat di mana konfrater dan anggota sekomunitasku, Frater Ad Mommers alm., pernah sekian tahun berdomisili. Sangat menarik untuk mengunjungi sekolah-sekolah dan proyek-proyek CMM: Oyugis Integrated Project, Lembag para tuna runggu dan tuna netra, Oyugis Craft Training Centre dan juga SD St. Vincent the Paul. Semua tempat merupakan sesuatu yang luar biasa sebab di situ menjadi jelas bagaimana para frater dan karyawan mereka berusaha memberikan yang terbaik kepada murid-murid mereka. Saya terkejut melihat kekurangan dalam hal perlengkapan di proyek-proyek ini.
Mengikuti ‘Summer School’ ini merupakan pengalaman istimewa bagi saya. Saya berani mengatakan bahwa keberadaan di Kenya dan segala kesan yang saya peroleh di situ tidak kalah pentingnya dengan kursus itu. Masih banyak kesan lain saya ingat sampai saat ini. Setiap hari saya masih bercerita mengenai Kenya. Beruntunglah saya bahwa saya anggota Kongregasi CMM yang internasional. Dalam pertemuan semacam itu, ‘persaudaraan universal’ yang sering kami bahas menjadi kenyataan dalam pertemuan macam ini.
16
Frater Niek Hanckmann
BERITA PENDEK
KOLEKSI SCRIPTION DI LOKASI BARU Pada awal tahun 2011 Museum Scription ditutup. Pada bulan-bulan berikutnya koleksinya disimpan di Generalat CMM untuk sementara waktu. Pada bulan Juni dan Juli 2012 koleksi dipindahkan ke gedung koleksi ‘De Gruyter’ di ’s-Hertogenbosch. Kongregasi CMM menyerahkan koleksi itu kepada lembaga ‘Onterfd Goed’ yang berdomisili di kompleks ‘De Gruyter’. Untuk sementara waktu terdapat 20.000 obyek di sana. Lembaga ‘Onterfd Goed’ memindahkan dan menyimpan koleksi museum-museum. Pemrakarsa lembaga itu adalah Jolande Otten, mantan direktur Museum Scription, dan Diewertje Wijsmuller serta Kathy Marchand. Sesudah penyelidikan bersama beberapa ahli dari luar, obyek-obyek yang penting bagi warisan nasional Belanda pantas dimuseumkan. Obyek-obyek tertentu yang sudah diseleksi terdahulu akan dijual atau digunakan oleh kaum seniman, mahasiswa dan penyelidik.
Pada 24 Agustus 2012 pemimpin umum, Frater Broer Huitema, mengunjungi lokasi baru untuk koleksi Scription. Ia bertemu dengan para pengurus lembaga ‘Onterfd Goed’. Dari kiri ke kanan: Jolande Otten, Diewertje Wijsmuller, Broer Huitema dan Kathy Marchant.
Kumpulan sekian tempat tinta dari koleksi Museum Scription.
Pada bulan Januari 2011, Scription harus menutup pintunya, karena penghematan pemerintah kota Tilburg-Belanda. Waktu itu masih ada harapan bahwa museum itu dapat dibuka kembali di kota Eindhoven, akan tetapi juga kota itu tidak bisa menopang Scription secara finansial. Maka koleksi itu untuk sementara disimpan di Generalat CMM. Museum Scription telah berfunksi selama 22 tahun dan memperlihatkan sejarah di bidang tulis-menulis dan penerapannya di kantor-kantor. Pada pengunjung dapat melihat sejumlah mesin tik, pulpen, balpen, pena tulis, mesin fotocopy, mesin stensil, komputer dan perabot kantor. Pengarang Willem Frederik Hermans, yang meninggal tahun 1995, mewariskan koleksinya 200 mesin tik kepada Scription. Setiap tahun museum itu dikunjungi 20.000 orang. Koleksi ini pernah dimulai sebagai kumpulan Frater-guru Ferrerius van den Berg. Berdasarkan barang kumpulannya itu berkembanglah ‘Schriften Schrijfmachinemuseum’, yang pada permulaan berdomisili di loteng Generalat CMM. Koleksi ini, yang tetap berkembang jumlah obyeknya, berpindah tempat di Tilburg dan akhirnya berdomisili di gedung mantan STM di tengah kota. Pemerintah kota Tilburg merehab gedung sekolah itu dan dengan bantuan beberapa perusahaan tertata ‘Museum Scription’.
17
BERITA PENDEK
‘SIAP UNTUK KEHIDUPAN LAIN’ Majalah ‘Frater CMM’ diterbitkan antara lain dalam bahasa Indonesia dan dicetak di Percetakan Kanisius di Yogyakarta. Proses itu ditangani oleh Bpk. Yohannes Suryo. Dalam komunikasi lancar antara redaksi dan bapak itu tiba-tiba masuk berita pada tgl. 19 Juni bahwa Bapak Yohannes untuk kali ini tidak bisa tangani proses di percetakan hal mana disebabkan karena ibunya yang tersayang pada hari sebelumnya sudah wafat. Untuk edisi kali ini rekannya akan ambil alih tugasnya. Atas nama redaksi Frater CMM langsung disampaikan kepada keluarga Bpk. Yohannes ungkapan balasukawa atas wafatnya ibu tersayang. Dua hari kemudian redaksi menerima berita sebagai berikut: “Terima kasih atas segala perhatian. Allah Bapa memang luar biasa. Dia tidak hanya memberikan Ibu kebebasan dari rasa sakit, tetapi juga sebuah
kehidupan abadi di Surga. Senin sore, saat dalam keadaan kritis, Ibu menerima sakramen minyak suci. Setelah itu dengan suara mantap, Ibu berkata: ‘Tuhan Yesus, saya sudah siap, saya sudah pasrah kalau Tuhan Yesus mau mengambil saya’. Setelah itu Ibu cuma berkata: ‘Aku haus’, dan sejak itu kesadaran Ibu terus turun sampai akhirnya Bapa memanggilnya. Terima kasih atas doa. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.” Maria dan Anaknya, ukiran Bali.
‘PANDANGAN SEORANG KUDUS’ Pada tanggal 5 Agustus 2012, seratus duapuluh lima peziarah menghadiri ziarah tahunan pada makam Frater Andreas di kapel Generalat CMM. Misa pada jam tiga dipimpin oleh Pater Jan Snijders OFMcap. “Setiap orang yang berefleksi atas riwayat hidup Frater Andreas, dengan cepat terpesona oleh hubungan akrab antara dia dan Yesus Kristus”, kata Pater Snijders. “’Frater Andreas berjalan bersama Kristus’, kata seorang konfrater. Tidak mungkin merumuskan
itu dengan lebih tepat. Bersama dengan Kristus menjalankan kehidupan, demikian Frater Andreas lakukan.” Itu sebabnya mengapa ada orang yang minta agar dimulai proses beatifikasinya. Kata Pater Snijders, “Saya pribadi selalu terpesona oleh potret Frater Andreas. Pasti ia seorang manusia seperti kita, ada keunggulan dan kelemahannya, ia seseorang yang bergumul dan terkadang ia kecewa. Namun ia juga seseorang yang menerangkan sesuatu tentang suatu dunia lain. Ia memiliki pandangan seorang kudus.” Pater Snijders mengakhiri khotbahnya dengan ajakan agar orang berdoa demi memperoleh panggilan untuk Kongregasi Frater: “Di mana-mana para frater dengan semangat antusias berusaha mewujudkan citacita kongregasi, yang juga cita-cita Frater Andreas: menghayati Kristus dalam diri kita sendiri, dalam menghadiri bersama perayaan Ekaristi, dalam doa bersama, dan dalam melayani penuh belaskasih semua orang yang dijumpai. Berdoalah kepada Frater Andreas, agar juga di zaman kita ini terdapat pria-pria yang memutuskan menjadi Frater CMM. Masyarakat kita sungguh membutuhkan frater-frater. Andreas akan menghantar doa kita kepada Tuhan!”
Foto kiri di atas: Pater Jan Snijders sedang berkhotbah. Foto kiri di bawah: Para peziarah menyalakan lilin pada makam Frater Andreas. 18
KENYA
AMANAT CMM DI RADIO KENYA Keuskupan Nakuru memiliki sebuat stasiun radio yang dalam bahasa Swahili bernama: ‘Radio Amani –Ngome ya Nyumbani’ (Radio Kedamaian – Topangan bagi Keluarga). Stasiun itu mulai bersiaran sesudah ledakan kekerasan antarsuka waktu pemilihan presiden pada tahun 2007. Nakuru dan sekitarnya adalah daerah paling terkena kekerasan dari semua daerah Kenya. Setiap hari Frater Zaccheaus Oonje, pemimpin komunitas Postulat CMM Nakuru, dapat didengar lewat stasiun radio itu dalam program pastoral. Kepada majalah ‘Frater CMM’ ia berkisah mengenai karyanya sebagai presentator radio. Pada permulaan tahun 2011, Benedict Ogolla, salah satu presentator Radio Amani, mengunjungi komunitas kami. Ia tertarik pada taman sayur yang kecil, di mana kami mengembangkan variasi besar sayur-mayur dan buah-buahan. Ia sedang menyusun suatu program radio untuk mengajak orang agar sendiri mengembangkan bahan makanan mereka daripada membelinya di pasar. Ia membuat wawancara mengenai taman kami, kemudian disiarkan di Radio Amani. Lalu saya diundang oleh presentator itu berperan di suatu siaran yang langsung disiarkan, dengan bercerita mengenai kongregasi kami dan perjuangan kami demi belaskasih dan persaudaraan.
Amani untuk melihat apakah saya dapat memberikan sumbangan kepada program pastoral. Pimpinan stasiun itu tertarik oleh usul saya dan minta saya untuk menyusun tata rencana sesuai panggilan saya sebagai frater. Sesudah berunding kami pilih kata ‘Ukristu’. Itu istilah bahasa Swahili yang berarti ‘Hidup Kristiani’. Tujuan program siaran adalah supaya para pendengar kristiani didorong untuk mengikuti Kristus dan mewartakan amanat kristiani. Hal ini cocok betul dengan ajakan baik Paus Yohanes Paulus II maupun Paus Benediktus XVI, agar dipromosi penginjilan baru melalui media massa.
Amanat kristiani
Sesudah berunding, saya diberikan tempat tetap di dalam program radio yang ditangani oleh wartawan dan presentator radio itu, yaitu Christabel Otsieno. Dari hari Senin sampai hari Jumat, dari setengah tujuh sampai jam tujuh kurang seperempat waktu malam, saya diberikan kesempadan untuk membawa sumbangan saya. Siaran pertama direncanakan pada tanggal 2 Februari 2012. Saya disiapkan oleh Christabel, namun saya belum berbicara dengan suara yang kuat dan tegas, karena berpresentasi di radio masih merupakan hal baru bagi saya, dan tidak gampang menarik perhatian para pendengar. Sesudah beberapa kali, presentasi saya sungguh membaik, berkat nasehat-nasehat Christabel. Ia tetap membimbing saya dan saya juga belajar banyak dari Benedict Ogalla dan presentatorpresentator lain seperti Moses Muriuki, Clare Wangoi dan Rose Ochieng. Mereka membantu saya supaya hati saya tenang pada saat rekaman dan supaya amanat CMM dikumandangkan dengan terang dan jelas.
Saya merasa tertarik oleh karya di radio itu, dan pada permulaan tahun 2012 saya menghubungi Radio
Frater Zaccheaus Oonje.
Nasihat-nasihat
Frater Zaccheaus Oonje 19
KENYA
‘HIDUPMU,
SUATU PEMBERIAN ALLAH’
“Ketika saya berstudi di St. Justino Secondary School di Umoja, suatu sekolah milik CMM, saya merasa terpanggil menjadi frater. Saya tertarik menjalankan suatu hidup yang diwarnai oleh melayani sesama, menjalin hubungan cinta dengan mereka, dan dengan demikian membagikan apa yang saya miliki dengan orang yang bersusah.” Yang berbicara adalah Frater Zacceaus Odongo Atieno, dari komunitas Sigona, Kenya. Sebagai frater-guru ia kembali pada sekolah asalnya. Amanatnya jelas bagi kaum muda. Ia memperoleh bicara. “Sesudah mengakhiri pendidikan awal sebagai frater di Nakuru dan Sigona, saya dipindahkan ke komunitas Umoja. Di sekolah St. Justino saya mengajak siswasiswi agar mereka serius dalam hal studi. Saya sungguh menekankan bahwa mereka harus berpikir positif mengenai diri sendiri. Hal yang terpenting yang saya jelaskan adalah tentang perbedaan besar antara ‘sekolah’ dan ‘hidup’ di luar sekolah. Di sekolah diberikan pelajaran yang disusul dengan suatu tes, sedangkan dalam ‘hidup yang nyata’ mereka langsung akan dites.” “Saya menerangkannya sebagai berikut: kalau kalian mau berpasiar dan bergembira, tidak boleh dilupakan bahwa hidupmu adalah pemberian Allah, dan apa yang akan kamu buat dengan pemberian itu merupakan korbanmu kepada Allah. Hormatilah semua nilai-nilai kristiani yang kamu pelajari di St. Justino. Undanglah Allah dalam hidupmu supaya kamu mampu mengembangkan nilai-nilai itu dan sungguh menghayatinya dalam hidup pribadi, agar nilai-nilai itu menghantar kalian untuk hidup sosial dan penuh tanggung jawab. Ajarilah dirimu setiap hari untuk memperhatikan hal itu. Hadapilah sesama dengan hormat dan cintailah kebenaran. Hal ini mengandaikan bahwa pada waktu tertentu kamu sekalian harus sanggup mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’. Berilah juga kesempatan kepada orang-orang lain untuk bersikap demikian. Untuk hidup dengan baik dan mewujudkan idamanmu, kamu harus mengembangkan sikap mengendalikan diri, berpikir kritis, kreatif dan memanfaatkan talenta yang ada. Hal yang sungguh bernilai dalam hidup ini bukan soal berapa lama kita boleh hidup, melainkan bagaimana kita hidup. Marilah kita sendiri membuat hidup ini suatu pemberian kepada-Nya.” Frater Zaccheaus Odongo Atieno 20
Foto kiri: Frater Zaccheaus Adongo Atieno. Foto di bawah: Peserta Summer School mengunjungi St. Justino.
KENYA
Ketujuh novis.
Frater Edward Gresnigt, wakil pemimpin umum CMM (kedua dari kiri) dan anggota dewan umum frater Ronald Randang (kedua dari kanan) bersama dengan pemimpin Provinsi Kenya, Frater Andrea Sifuna Barasa (yang kiri), dan tiga frater novis.
HARI KHUSUS DI KENYA Pada tanggal 1 Mei 2012, di Novisiat CMM di Sigona, Kenya, tujuh postulan diterima sebagai frater novis dan dua novis tahun kedua mengikrarkan profesi pertama mereka. Acara itu dihadiri oleh Frater Edward Gresnigt dan Frater Ronald Randang dari dewan umum, para frater dari dewan Provinsi Kenya dan komunitas CMM terdekat, banyak religius dari beberapa kongregasi yang lain, orangtua dan keluarga para postulan dan novis serta umat. Frater Sylvester Lokaalei Ikoel, novis tahun pertama, memberikan laporan dari hari yang khusus ini. Perayaan mulai jam 10 pagi dengan Misa yang mulia. Selebran dari paroki Rasul Petrus, di desa Kikuyu, berkhotbah mengenai nabi Yesaya, yang seperti kita bertanya apakah ia dipanggil Allah. Selebran mengundang semua hadirin untuk memberikan kesaksian mengenai Kristus melalui pelayanan kepada kaum miskin.
Nilai-nilai hakiki Frater Edward Gresnigt, wakil pemimpin umum CMM, membawa suatu pidato yang mengilhami dan menantang para postulan dan novis. Suatu kutipan: “Kami memilih pola hidup berdasarkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Yesus kepada kami, dan kami berusaha hidup sesuai dengan visiun persaudaraan religius. Nilai-nilai itu bukan menyangkut kekuasaan, kenikmatan belaka, milik harta benda, yang sering merupakan tujuan banyak orang. Nilai-nilai Yesus adalah: kesamaan antarsaudara, saling melayani dengan rendah hati, berbagi-bagi dengan murah hati, segala itu dengan tujuan supaya semua orang di dunia ini menikmati pemberian-pemberian ciptaan Allah.” Frater Edward menekankan bahwa fraterfrater bersangkutan menempuh suatu jalan untuk memperoleh pengertian mengenai
nilai-nilai kehidupan yang hakiki. “Inilah suatu proses yang berlangsung seumur hidup, apalagi bagi seseorang yang memilih untuk hidup sebagai frater dan berbakti kepada Allah”, katanya. Ia melanjutkan: “Kami melakukan hal ini di bawah naungan Maria, Bunda yang Berbelaskasih dan pelindung kami Vinsensius a Paulo. Bagi kami, kedua orang kudus itu merupakan teladan yang mendorong. Selama kami hidup, mereka adalah tiang-tiang dukungan yang kuat dalam pengabdian kami kepada Allah dan umat manusia.”
Sungguh berkeluarga Setiap orang yang kemudian berpidato memberi kesaksian mengenai hubungan erat antara frater yang berpadu betul menjadi suatu keluarga, sesuai rencana Allah. Para frater memberikan kesaksian tentang itu, bukan saja melalui cara mereka saling mencintai, seperti diperintahkan oleh Kristus, melainkan juga melalui karya dan doa bersama. Para frater sangat berterima kasih atas rahmat yang Allah berikan kepada mereka, dan dengan segenap hati mereka berharap agar jumlah frater bertambah terus. Frater Sylvester Lokaalei Ikoel 21
in memoriam
Frater
Frater
Lambertus (E.M.) Berkers
Johannes Geinamseb
Frater Lambertus lahir di desa Deurne, Belanda, pada tanggal 14 Maret 1939. Ia masuk Kongregasi CMM pada tanggal 29 Agustus 1957. Ia mengikrarkan profesinya seumur hidup pada tanggal 15 Agustus 1963 dan meninggal dunia pada tanggal 10 Juni 2012 di RS St. Elisabeth di Tilburg. Ia dikuburkan di pekuburan CMM, kompleks ‘Huize Steenwijk’ di Vught.
Frater Johannes lahir di Aminuis, Namibia, pada tanggal 25 Desember 1991. Ia masuk Kongregasi CMM pada tanggal 1 Mei 2012. Ia meninggal dunia pada tanggal 16 Juni 2012 di RS Mater di Nairobi, Kenya, dan dikuburkan di pekuburan misi di Döbra, Namibia.
Lahir di Deurne, ia berkontak dengan frater-frater CMM di sekolah frater. Ia juga ingin menjadi frater dan berangkat ke Goirle dan kemudian ke Tilburg untuk mengikuti pendidikan frater yang awal dan ia studi di bidang tipografi. Lalu ia bekerja di Penerbitan Zwijsen. Pada tahun 1967, Frater Lambertus diminta untuk bekerja di Scherpenheuvel, Willemstad-p.Curaçao. Tiga tahun sesudahnya bakatnya dibutuhkan di ‘Percetakan Leo Victor’ di Paramaribo, Suriname. Bertahun-tahun lamanya ia direktur perusahaan itu. Di samping itu ia membantu di sekretariat paroki Kekuarga Kudus di Paramaribo, di Keuskupan Paramaribo dan dalam Yayasan Christoforus. Ia berfungsi sebagai anggota dewan di beberapa komunitas, ia bendahara Regio Suriname dan menjadi pemimpin regio (1996-2012). Bulan Maret 2012, karya CMM di Suriname diakhiri sesudah 110 tahun para frater berkarya di situ. Setelah kembali di Belanda, Frater Lambertus harus menempuh jalan salib. Ia menjalankannya dengan berani dan penuh pasrah. Ia didampingi oleh para konfrater, anggota asosiasi dan familnya. Dalam penderitaannya pun, ia masih dapat mengatakan penuh rasa syukur: “Hidup saya telah berlangsung dengan baik.” Baginya kami berharap agar ia bisa menikmati ‘Hidup Baik’ yang tidak berkesudahan.
22
Johannes berkembang dalam suatu keluarga Katolik di Arminuis, Namibia. Dari orangtuanya ia belajar untuk memperhatikan sesama dan Allah. Ia mencintai orangtuanya dan keluarganya yang besar. Agak cepat ia melihat kebutuhan bangsanya dan sesudah menyelesaikan sekolah menengah ia melamar pada pemerintah untuk bekerja dalam suatu proyek sebagai promoter pengaksaraan bagi orang yang sudah dewasa. Dalam pekerjaan itu berkembanglah panggilannya. Johannes mengikuti masa postulatnya di Windhoek, Namibia. Pada tanggal 16 Januari 2012, ia berangkat bersama lima calon lain ke Kenya. Di Nakuru ia menyelesaikan masa postulatnya dan pada tanggal 1 Mei ia diterima di novisiat CMM di Sigona. Ia bercita-cita mendidik anak-anak miskin. Pada tanggal 16 Juni 2012, ia meninggal dunia dengan tiba-tiba. Sang Penciptanya memanggil dia ke rumahNya. Kami, keluarganya dan para konfraternya, hanya dapat merangkul salib itu. Sebagai orang beriman, kami mohon, dengan perantaraan Bunda Maria, agar Johannes dihantar kepada Sang Pencipta dari langit dan bumi, yang disebut Sang Belaskasih. Semoga Johannes, dalam hubungannya dengan Yang Mahakuasa, menjadi pengantara bagi kita semua, dan turut berupaya tambahnya panggilan di kalangan Frater CMM di Namibia.
SUMBER
‘TANPA EMBELAN’ Ajakan Zwijsen untuk hidup sederhana Hidup para suster dan frater seharusnya bagaikan “sebuah baju tanpa embelan”. Dengan kata itu Zwijsen mengajak para anggotanya agar hidup sederhana sesuai dengan spiritualitas Vinsensius a Paulo dan Fransiskus dari Sales. Kesederhanaan tanpa dibuat-buat merupakan sesuatu yang menarik dan indah. Kesederhanaan merupakan ciri khas kebenaran. Cintakasih yang tidak terbagi, demikian pandangan Zwijsen, mengandaikan kesederhanaan dalam sikap dan gaya hidup. Terdapat kesederhanaan lahiriah. Dalam hal itu tidak ada kemewahan: tahu membatasi diri, mengelola harta milik dengan baik, bersikap rendah hati. Itu bisa terwujud dalam segala sesuatu seperti pemondokan, luasnya bidang tanah, cara berpakaian, cara melepaskan lelah dan alat transpor. Kesederhanaan juga merupakan sesuatu yang batiniah. Hal ini disebut ‘sederhana hati’. Hidup selaras ditunjang oleh transparansi, kepolosan dan kejujuran. Tiada maksud sampingan, tiada agenda yang tersembunyi atau motivasi terselubung. Hidup dengan baik diwarnai oleh satu arah dan tujuan, bukan oleh arah dan tujuan yang mendua. Kesederhanaan masih lebih mendalam karena menyangkut tujuan yang satu di dalam hidup ini. Apa yang merupakan prioritas mutlak bagi saya? Dalam Injil tertulis: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mt. 6: 33). Dalam spiritualitas kristiani hanya ada satu tujuan, yaitu mengikuti Yesus. Secara praktis: kesederhanaan Injili dapat mengendalikan kecenderungan kita untuk mencari kepuasan atau mengejar Frater Harrie van Geene
23
Juga selaku saudara kita berusaha mendampingi semua orang yang kita jumpai dalam perjalanan menuju masa depan, yang ditandai bagi setiap orang oleh ketidakpastian dan harapan. (Konst. I, 83) Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelaskasih.