11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Model Input-Output Model Input-Output sering digunakan untuk analisis dampak ekonomi memiliki sifat yang statis (berdasarkan tabel input-output yang tersedia). Model ini memperlihatkan transaksi antar industri yang diperlukan untuk menghasilkan output suatu industri. Misalkan X merupakan vektor output berukuran nxl, F vektor permintaan akhir berukuran nxl, Y vektor nilai tambah berukuran nxl dan A = [Xij/CiXij]matriks koefiesien teknis berukuran nxn maka:
x = (I-A)-IF dan Y=VX
dimana: V = matriks diagonal berukuran nxn dengan unsur 1 - Ciaij, j = 1,2,. ..,n pada
diagonal utarnanya, sedangkan yang lainnya sama dengan nol. Tipikal model input-output, vektor permintaan akhir (F) sebag~ieksogen clan jumlah tenaga kerja dapat ditentukan dari:
L=Ax dimana: A = matriks diagonal berukuran nxn sebagai rasio tenaga kerja terhadap
output Polenske (1979) menyatakan dual dari model input output adalah model harga inputoutput dapat dinyatakan sebagai berikut:
P = (I-A,)-'Z
dimana: A' = matriks transpose koefisien teknis
Z = vektor nilai tambah per unit output berukuran nx 1 Harga input-output tidak lain adalah biaya per unit, yang merupakan variabel eksogen. Jadi model input-output seperti yang dijelaskan sebelumnya, bukan merupakan interaksi antara penawaran dan permintaan. Permintaan bersifat eksogen dan penawaran ditentukan secara rekursif untuk memenuhi permintaan. Harga yang diperoleh bukan diperoleh dari keseimbangan pasar, tetapi merupakan suatu variabel eksogen yaitu biaya per unit.
2.1.2. Model Ekonometrika Secara umum model ekonometrika bersifat stokastik, non-lbzear dan persamaannya dinamis. Mekanistik model ekonometrika sebenarnya sangat sederhana, ada vektor variabel endogen dan eksogen, unsur error yang bersifat stokastik dari setiap variabel endogen dan menduga vektor parameter yang tidak diketahui nilainya dengan metode dugaan yang tepat. Setelah parameter diduga, model dapat digunakan untuk simnlasi dan peramalan dengan mengasumsikan nilai eksogen tertentu. Model ekonometrika biasanya memasukkan beberapa pasar secara spesifik. Dari sisi permintaan ada pasar barang dan uang, sedangkan dari sisi penawaran ada fungsi produksi dan pasar input atau faktor produksi. Pada umumnya model ekonometrika tidak memasukkan sektor-sektor industri secara rinci. Ciri khas dari model ekonometrika adalah persamaan permintaan dan penawaran menentukan harga dan output pada keseimbangan pasar, ha1 ini sangat berbeda dengan model inputoutput dimana harga yang terjadi bukan dari keseimbangan pasar.
2.1.3. Model Integrasi Input-Output Ekonometrika Untuk mengatasi kelebihan dan keterbatasan dari model input-output dan ekonometrika adalah dengan cara menggabungkan kedua model tersebut menjadi satu kesatuan. Ada tiga strategi yang dapat digunakan untuk menggabungkan kedua model tersebut yaitu: (1) embedding, (2) linking dan (3) coupling (Gambar 1). Perbedaan utarna dari ketiga strategi tersebut terletak pada regim integrasi dan struktur integrasi tenaga kelja. Regim integrasi berhubungan dengan sifat dasar dan kuatnya interaksi antara model input-output dan ekonometrika, interaksi antar model dapat berupa sistem persarnaan rekursif atau simultan. Struktur integrasi terdiri atas persamaan matematis dan metode solusi optimal yang dipilih. Struktur tersebut dapat bersifat komposit dan modular, struktur komposit menyatakan bahwa kedua model didalam sekuensial persamaan linear dan atau non-linear yang kemudian diselesaikan dengan algoritma iterasi yang tepat. Sedangkan struktur modular menunjukkan bahwa suatu model dapat dijalankan sampai konvergen sebagai sub-sekuensial kemudian berinteraksi dengan sub-sekuensial model yang lain. Integrasi model dengan strategi embedding, didominasi oleh model ekonometrika, sedangkan model input-output hanya bersifat memberikan informasi keterkaitan antar sektor-sektor perekonomian. Akibatnya regim integrasinya tidak bersifat rekursif dan simultan karena satu model lebih berpengaruh dari model yang lain. Struktur integrasi dari strategi embedding ini bersifat komposit. Dalam strategi linking, model input-output tidak telalu tergantung dengan model ekonometrika. ~ e & mintegrasi dari strategi ini bersifat rekursif karena satu model digunakan sebagai input bagi model yang lain secara rekursif (satu arah).
Em bedding
Model Ekonometrik
Linking
Model Input-Output
Sumber: Rey, 1995 Gambar 1. Strategi Integrasi Model Input-Output dan Ekonometrika
Coupling
Daerah Tumpang Tindih
Strategi yang terakhir adalah coupling, strategi ini menggambarkan eratnya hubungan dan kuatnya interaksi antara model input-output dan ekonometrika. Model ini memandang satu kesatuan antara model input-output dan ekonometrika, yang dihubungkan melalui permintaan akhir. Strategi integrasi coupling, terdiri atas beberapa bagian yang saling tumpang tindih, mirip seperti strategi embedding, sedangkan bagian yang lain mirip dengan strategi integrasi linking. Strategi
coupling ini jauh lebih baik dibandingkan dengan dua strategi sebelumnya dan lebih komprehensif mewakili sistem regional. Regim integrasi model coupling bersifat simultan karena ada hubungan umpan balik antara model input-output dan ekonometrika, sedangkan struktur integrasinya bersifat komposit sehingga secara keseluruhan model dapat diselesaikan secara simultan. Dalam penelitan ini akan digunakan strategi integrasi coupling dengan alasan strategi ini lebih baik dari kedua strategi sebelumnya.
2.2. Tinjauan Studi Terdahulu 2.2.1. Model Input-Output
LTntuk melihat analisis darnpak dan keterkaitan antar sektor perekonomian Indonesia umumnya hanya menggunakan tabel input-output ymg sifatnya statis. Kondisi perekonomian Indonesia pada masa yang akan datang yang sifatnya dinamis dengan menggunakan tabel input-output sulit dilakukan karena data tabel input-output yang tersedia tidak ada setiap tahun.
--
Sitompul (1990), menganalisis keterkaitan sektor pertanian dan sektor industri dan gambaran pembahan sektor-sektor perekonomian yang memberikan dampak daya penyebaran dan derajat kepekaan perekonomian Indonesia berdasarkan tabel inputoutput Indonesia tahun 1971, 1975, 1980 dan 1985. Dalarn penelitian ini juga dibahas prioritas industri yang dapat dikembangkan berdasarkan efek angka pengganda. Pada
tahun 1971, 1975 dan 1980 terlihat bahwa sektor p e r h i a n mempunyai keterkaitan
yang tinggi dengan sektor pertanian sendiri, akan tetapi pada tahun 1985 keterkaitannya mengalami penurunan. Keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor industri dan sektor lainnya rendah pada tahun 1971, 1975 dan 1980, sedangkan pada tahun 1985 keterkaitan sektor pertanian tinggi terhadap sektor industri dan sektor lainnya. Hulu (1992). memaparkan kinerja struktur ekonomi dua negara yaitu: Jepang dan Indonesia, serta keterkaitan hubungan ekonomi kedua negara dengan menggunakan tabel input-output bilateral kedua negara tahun 1975 dan 1985. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur output maupun nilai tarnbah perekonomian Indonesia masih sangat besar ketergantungannya kepada sektor primer (pertanian dan pertambangan) dibandingkan dengan Jepang. Sektor pertanian dan pertambangan di Indonesia lebih efisien dibandingkan dengan Jepang. Sektor industri dan jasa di Jepang lebih efisien dibandingkan dengan di Indonesia. Kegiatan sektor listrik, gas dan air minum serta bangunan, perdagangan dan transportasi sangat tinggi efisiensinya di Jepang dibandingkan di Indonesia. Peningkatan sumbangan sektor industri manufaktur terhadap PDB di Indonesia cenderung tidak menggembirakan, sedangkan di Jepang sangat stabil karena keberadaan sektor ini sangat kokoh didukung sektor jasa yang mantap dan penguasaan teknologi yang tinggi. Angka pengganda ekonomi Indonesia yang bersumber dari dalam negeri cenderung turun, sedangkan untuk Jepang naik. Siregar (1993), menggunakan analisis keterkaitan antar sektor dan angka pengganda berdasarkan tabel input-output tahun 1985. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sub sektor peternakan dan produk-produknya seharusnya mendapat prioritas yang lebih baik dalarn pembangunan ekonomi Indonesia. Karena sub sektor ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan sektor lainnya. Walaupun kaitannya dengan sektor hilir hanya menempati peringkat ketiga, kaitan ke hulu dan kaitan kompositnya
menduduki peringkat pertarna. Selain itu dari output multipliernya, subsektor ini menempati peringkat pertama. Seperti diketahui model input-output mengalami kendala dari sisi dimensi waktu, Hulu (1996) meneliti model input-output yang sifatnya dinamis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendugaan tabel input-output masih kurang sempuma, karena hasilnya tidak tunggal (unique). Jadi model input-output dinamis belum bisa digunakan dalam dunia nyata, karena pada kenyataannya kegiatan ekonomi sifatnya tidak statis. Sulistianingsih (1997), menganalisis dampak perubahan struktur ekonomi terhadap struktur penyerapan tenaga kerja di Indonesia pada periode tahun 1980 sampai 1993 dan proyeksinya sampai tahun 2019. Penelitian ini membangun model inter-industri ekonomi dan dekomposisinya, model tenaga kerja dan proyeksi ekonomi dan tenaga kerja; menganalisis secara terintegrasi dampak perubahan struktur ekonomi terhadap strukutur penyerapan tenaga kerja; dan menganalisis dampak alternatif kebijakan terhadap kondisi ekonomi dan tenaga kerja sampai tahun 2019. Untuk analisis ekonomi digunakan tabel input-output Indonesia tahun 1980, 1985, 1990 dan 1993; sedangkan untuk analisis tenaga kerja digunakan data dari Sensus Penduduk 1980 dan 1990; dan data SUPAS 1985 dm 1995. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia telah mencapai titik balik ekonomi yang dituiljukkan dengan perubahan struktur sektoralnya. Komponen ekspor merupakan mesin pertumbuhan ekonomi. Sektor tekstil, pakaian jadi dan barang dari kulit dan sektor kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik merupakan leading growth sector dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi pada periode 1980 - 1993. Pada periode ini, terjadi transformasi ekonomi dari pola perdagangan bahan baku menjadi pola perdagangan barang-barang terolah. Penyerapan tenaga kerja terbesar pada sektor pertanian, meskipun dengan kecendrungan menurun. Peranan sektor manufaktur dan
jasa dalam penyerapan tenaga kej a menunjukkan peningkatan yang relatif lambat. Kondisi ini menyebabkan lambatnya pencapaian titik balik tenaga kerja selama periode 1980 - 1993. Firdaus (1998), menganalisis peran sektoral ekonomi Indonesia pada fase industrialisasi dengan menggunakan tabel input-output Indonesia transaksi produsen tahun 1971, 1985, 1990 dan 1995. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kontribusi sektor-sektor industri pertanian terhadap permintaan antara dan output total menunjukkan peningkatan yang tajam selama tahun 1985 - 1995. Pada tahun 1990 1995, sektor yang mempunyai tingkat pertumbuhan output tinggi adalah industri pengolahan dan pengawetan makanan, industri makanan lain, serta industri barang dari karet. 2.2.2. Model Makro Ekonomi
Tidak satupun model makro ekonomi Indonesia dengan pendekatan ." ekonometrika membahas secara rinci dan jelas keterkaitan antar sektor perekonomian. Model makro ekonomi Indonesia umumnya dibuat secara agregat dan menekankan pada sektor tertentu saja, misalnya sektor pertanian, industri manufaktur atau perdagangan. Azis dan Ekawati (1990), membuat model makro ekonomi Indonesia yang terdiri atas 4 blok persamaan yaitu: permintaan agregat, perdagangan, fiskal dan moneter. Model tersebut tidak membahas sektor produksi sama sekali. Kosuge (1999), hampir mirip dengan Azis dan Ekawati, tetapi ada tambahan blok persamaan yaitu: tenaga kerja dan upah, blok harga dan blok neraca pembayaran. Simbolon (1990), membangun model makro ekonomi untuk menganalisis keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pertanian akan menyebabkan multiplier effect yang relatif kecil terhadap sektor lainnya, khususnya terhadap sektor industri dan pendapatan
nasional. Nilai tukar komoditi pertanian terhadap komoditi industri sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian, industri dan pendapatan nasional. Isdijoso (1992), membuat model makro ekonomi yang terdiri atas 8 blok persamaan yaitu: finansial, fiskal, tananaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, perikanan, agro industri dan industri pengolahan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan devaluasi dan kebijakan uang ketat berdampak negatif terhadap produksi dan ekspor hasil sektor pertanian. Kedua kebijakan tersebut dapat menghambat pertumbuhan sektor pertanian, menghambat kesempatan k e j a di sektor pertanian, menghambat peningkatan pendapatan petanitburuh tani dan mendorong petani/buruh tani mencari tambahan pendapatan keluar desa. Safrida (1999), membuat model makroekonomi inflasi
- tenaga kerja. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa laju inflasi di Indonesia lebih dipengaruhi oleh laju inflasi tahun sebelumnya, ha1 ini berarti ekspektasi inflasi lebih berperan dalam mendorong peningkatan laju inflasi di Indonesia. Respon laju inflasi terhadap upah minimum dan penawaran uang relatif lemah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh peningkatan upah minimum terhadap penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga k e j a baik sektor pertanian dan jasa cukup besar dan berpengaruh nyata, sedangkan terhadap permintaan tenaga kerja sektor industri pengaruhnya kecil dan tidak berpcngaruh ilyata. Investasi asing dan investasi dalam negeri lebih dipengaruhi ekspetasi penanam modal dibandingkan dengan tingkat suku bunga, nilai tukar, maupun upah minimum. Kombinasi kebijakan upah minimum dan makroekonomi memberikan darnpak positif bagi perekonomian Indonesia, dimana terjadi peningkatan cukup besar pada variabel-variabel permintaan agregat. Ditinjau dari sisi penawaran agregat terlihat peningkatan permintaan tenaga kej a lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah penawaran tenaga kerja, sehingga pada kondisi ini Indonesia dapat mengatasi masalah pengangguran.
Supartinah
(1999), membuat model makroekonomi
Indonesia
yang
menekankan pada kaitan antara inflasi dan pendapatan nasional. Kebijakan yang menyebabkan peningkatan inflasi dan penurunan pendapatan nasional adalah depresiasi nilai tukar, peningkatan pajak, upah dan kombinasi depresiasi, pajak dan upah. Untuk menekan inflasi, kebijakan yang dapat dilakukan adalah peningkatan tingkat suku bunga diskonto, giro wajib minimum dan kombinasi peningkatan tingkat sub1 bunga diskonto, penerimaan pajak dan upah, dengan konsekuensi penurunan pendapatan nasional yang lebih kecil dari pada peningkatan inflasi. Alternatif lain dari peningkatan upah tanpa diikuti kenaikan tingkat harga dengan cepat adalah dengan peningkatan produktivitas pekerja, melalui bantuan bahan kebutuhan pokok, bantuan pedidikan dan peningkatan fasilitas kesehatan bagi tenaga kerja. Dabukke (2000),membuat dua model yaitu (1) model makroekonometrika Indonesia yang terdiri atas 3 submodel yaitu: pasar komoditas pangan, perdagangan intemasional komoditas pangan dan moneter dan (2) model nilai tukar dan neraca perdagangan komoditas pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan makroekonomi memiliki dampak yang nyata terhadap kinerja komoditas pangan utama dan dampak kebijakan ini tidak netral. Kebijakan perdagangan intemasional (peningkatan perbedaan harga akibat penurunan pajak ekspor) memiliki dampak yang nyata dan langsung terhadap kinerja komoditas pangan utama Indonesia. Widjaja (2000),membangun model rnakroekonomi Indonesia yang digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan kinerja perekonomian Indonesia dalam konteks T-
ekonomi terbuka. Model terdiri atas 4 blok persamaan yaitu: neraca pembayaran, fiskal, moneter dan perdagangan. Iiberalisasi
perdagangan berdampak positif
terhadap kinerja ekonomi Indonesia, dimana dapat meningkatkan kinerja perdagangan Indonesia. Pengurangan tarif secara sekaligus memberikan hasil lebih baik daripada secara gradual terhadap kinerja perdagangan. Kebijakan devaluasi nilai tukar rupiah
ternyata tidak cukup ampuh untuk menolong daya saing produk ekspor Indonesia dan ha1 ini terbukti dengan terjadinya penurunan cukup besar pada neraca perdagangan. Terjadinya peningkatan foreign direct investment yang sebenarnya berperan besar dalam mendorong sektor ril, ternyata belum dapat meningkatkan neraca perdagangan Indonesia. Sedangkan pengaruh faktor eksternal, dalam ha1 ini diwakili oleh perubahan nilai tukar Yen terhadap dollar Amerika Serikat ternyata berpengaruh cukup besar terhadap kinerja perdagangan Indonesia. Hanani (2000), membangun model mikro-makroekonomi Indonesia dengan mengintegrasikan aspek mikro clan makro perekonomian nasional, antar pasar domestik dan pasar dunia, terutama dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan menyusun berbagai altematif kebijakan strategis yang dapat memperbaiki kinerja perekonomian nasional. Model terdiri atas 5 blok persamaan yaitu: produksi, perdagangan, kesempatan kerja, fiskal dan moneter. Model yang dibangun mampu mengevaluasi dan meramalkan dengan baik kinerja perekonomian nasional di masa datang dan dapat digunakan untuk mengevaluasi alternatif kebijakan, serta mampu menangkap goncangan internal maupun eksternal. Sipayung (2000), membuat model ekonometrika yang terdiri atas persamaan: investasi pemerintah, investasi swasta asing dan swasta, nilai tukar rupiah, suku bunga, inflasi, nilai tukar barter sektor pertanian, investasi antar sektor, kapital stok dan produksi dan penyerapan tenaga kerja antar sektor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan kurs dan perdagangan internasional, alokasi investasi pemerintah dan alokasi kredit perbankan pada sektor pertanian dan sektor non pertanian menentukan pertumbuhan sektor pertanian. Kombinasi kebijakan penurunan distorsi kurs rupiah, penurunan distorsi perdagangan internasional yang diikuti dengan peningkatan alokasi investasi pemerintah clan kredit perbankan pada sektor pertanian serta peningkatan keterkaitan sektor pertanian dengan sektor non pertanian dapat memperbaiki nilai
tukar barter pertanian, meningkatkan pertumbuhan output sektor pertanian maupun perekonomian secara keseluruhan. Budiasih (2001), membangun model ekonometrika dengan menggunakan teori IS-LM dalarn perekonomian kecil dan terbuka dengan sistem nilai tukar tetap. Penitilian ini membahas bagaimana variabel fiskal (pajakltar) dan moneter (tingkat bunga rillreal interest rate) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam svatu sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate). Secara umum kebijakan fiskal lebih efektif di dalam mendorong kegiatan ekonomi. Dengan mengasumsikan tingkat pertumbuhan harga konstan, kebijakan fiskal dan moneter yang longgar akan memberikan tingkat pertumbuhan ekonmi yang maksimal.
2.2.3. Model Integrasi Input-Output Ekonometrika Sampai saat ini belum ada yang menggabungkan secara komprehensif tabel input-output Indonesia dengan model makro ekonomi nasional. Studi-studi yang berhubungan dengan model integrasi input-output dan ekonometrika cukup banyak dilakukan khususnya di Amerika Serikat. Model integrasi input-output dan ekonometrika lebih banyak digunakan pada tingkat regional, seperti: Glickman (1977) untuk Philadelphia; Duobinis (1981) untuk Chicago; Moghadam dan Ballard (1988) untuk Nothern California; Glennon dan Lane (1990) untuk Kentucky; Magura (1990) untuk Toledo; dan Coomes dkk. (1991) untuk Louisville. Strategi integrasi yang digunakan dalam studi tersebut menggunakan strategi integrasi embedding. Studi yang lain tetapi menggunakan strategi integrasi linking adalah L'Esperance dkk. (1977) untuk Ohio; dan Steven dkk. (1981) untuk Massachusetts. Sedangkan studi yang menggunakan strategi integrasi coupling adalah Conway (1990) untuk Washington; Israilevich dkk. (1996) untuk Chicago; dan Brodjonegoro (1997) untuk DKI Jakarta. Seluruh model tersebut, mengasumsikan perekonomian suatu daerah atau negara bagian dipengaruhi oleh perekonomian secara nasional.