Chapter 5 Entrepreneurship Bab 50 How To Making Money Pandai Belum Tentu Kaya Manusia bersekolah dan mengejar nilai yang tinggi di kampus, itu untuk apa? Itu semua dilakukan dengan persepsi bahwa jika nilainya tinggi, kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak juga semakin besar. Apapun yang ia lakukan adalah ujung-ujungnya yang ia cari di dalam pekerjaannya adalah jumlah uang yang mampu membuat dirinya hidup seperti yang diinginkannya. Jadi intinya, pada akhirnya, semua tentang bagaimana mendapatkan uang. Banyak orang berprasangka bahwa jika ia pandai di suatu bidang secara otomatis ia akan mendapatkan uang
yang
cukup
atau
berkelimpahan.
Ini
prasangka yang keliru. Kenapa keliru? Karena pandai di suatu bidang belumlah cukup, ia mesti juga pandai menjadikan kepandaiannya di suatu
bidang itu menjadi uang yang banyak. Banyak orang di sekeliling kita yang memiliki kepandaian di suatu bidang, semisal mendapatkan nilai 100 di matematika ketika ia sekolah atau kuliah, tetapi keadaan ekonominya malah kesusahan. Itu karena dia berprasangka bahwa nilai (kualitas) yang tinggi, gelar akademik yang tinggi, dan prestasi yang tinggi akan secara otomatis membuat keadaan ekonominya cukup atau berkelimpahan. Ada juga banyak
kasus
seseorang
yang
prestasi
akademisnya biasa saja atau bahkan kurang, malah memiliki keadaan ekonomi yang sangat baik. Jadi apa yang membuat seseorang memiliki keadaan ekonomi yang baik? Gelar dan prestasi akademis mungkin saja berpengaruh tetapi yang paling berpengaruh adalah kemampuan (kecerdasan) dalam menciptakan uang itu sendiri. Ada banyak kasus lain yang juga sangat sering kita lihat di kehidupan sehari-hari yakni di mana
2
seseorang yang berprofesi dengan gaji yang minim seperti sebagai guru, ustadz, tentara, satpam, dan polisi malah mengharapkan kekayaan dari sekedar mengandalkan besaran gajinya yang minim itu. Alhasil karena gajinya minim, banyak kasus (tentu tidak semua orang yang berprofesi tersebut melakukan
ini),
mereka
malah
berusaha
mendapatkan kekayaan dengan cara-cara yang menyakiti hati orang lain. Semisal guru yang “mewajibkan” anak didiknya untuk les padanya, jika tidak si murid akan diberi nilai yang jelek. Atau contoh lain adalah polisi yang mencari-cari kesalahan
para
pengguna
jalan
untuk
mendapatkan uang “damai”. Dan banyak contoh lainnya di sekitar kita di mana seseorang yang bergaji minim berusaha mendapatkan kekayaan dengan cara-cara yang menyakiti hati banyak orang. Itu tidak baik. Kenapa? Mohon berkenan
3
membaca ulang Bab Peninggian Derajat di Chapter 1 karena telah kita pelajari di sana. Kalaupun kita ingin berkerja dengan profesi tertentu di mana profesi tersebut gajinya minim, jangan hanya mengandalkan gaji untuk mendapatkan kekayaan, karena sungguh tidak mungkin. Kita mesti pandai-pandai menciptakan uang dari berbagai sumber yang baik (halal) dan untuk bisa seperti itu kita
mesti
memiliki
kemampuan
(kecerdasan)
menciptakan uang. Itu yang akan kita bahas di babbab selanjutnya khususnya di bab ini, perihal uang, dan bagaimana mendapatkannya serta bagaimana mengembangkannya. Apa itu uang? Jika kita ingin mendapatkan sesuatu (entah itu barang atau sesuatu yang abstrak/tak terlihat) maka kita mesti melakukan pertukaran, kecuali jika sesuatu tersebut diberikan secara gratis, dan biasanya 4
itu
dilakukan
dengan
menukarkan
sejumlah uang. Jadi dapat disimpulkan bahwa uang adalah alat tukar untuk mendapatkan sesuatu. Contohnya jika kita ingin mendapatkan (membeli) rumah maka kita harus menukarkan sejumlah uang semisal Rp 1 Milyar. Tetapi kadangkala aktivitas pertukaran masih menggunakan sistem barter yakni sistem menukar barang dengan barang, bukan menukar uang dengan barang. Contohnya adalah sewaktu zaman pemerintahan melakukan
Orde
transaksi
Baru,
Indonesia
dengan
pernah
Thailand
dan
“menukar” pesawat produksi IPTN dengan beras ketan negara itu. Atau ada juga sistem tukartambah yang sering digunakan oleh masyarakat. Semisal handphone bekas plus sejumlah uang tambahan ditukar dengan handphone baru. Jadi sejatinya bentuk uang itu tidak hanya uang kertas dan logam yang biasa kita pegang saat ini tetapi apapun yang bisa dijadikan alat pertukaran
5
maka itu juga bisa disebut sebagai uang. Inilah pemahaman dasar tentang uang. Cara Mendapatkan Uang Sebagaimana yang telah kita pahami mengenai pemahaman dasar uang, untuk mendapatkan uang maka harus ada yang kita tukarkan. Entah itu ilmu, tenaga, waktu, barang, jasa, atau apapun yang bisa ditukarkan kepada orang lain dan orang lain mau menukarkannya dengan sejumlah uang. Aktivitas ini yang kita sebut dengan menjual dan membeli. Kalau kita ingin mendapatkan uang, apa yang bisa kita tukarkan (jual) kepada orang lain dan orang lain mau membelinya? Ilmu kah? Tenaga kah? atau apa? Mari kita ambil contoh. Kalau Anda punya ilmu, Anda bisa menjual ilmu tersebut dengan cara menjadi guru. Kalau Anda punya tenaga, Anda bisa menjual tenaga Anda dengan cara menjadi kuli bangunan atau tukang batu. Kalau Anda punya 6
produk, entah itu berupa barang atau jasa, Anda bisa jual produk Anda itu banyak orang. Kalau Anda punya produk berupa kambing, Anda bisa jualan kambing dan mendapatkan uang dari jualan kambing. Dan berbagai macam contoh lainnya. Kalau tidak ada yang bisa kita jual dari diri kita, maka tidak akan ada yang membeli. Ketika tidak ada transaksi jual-beli maka tidak ada uang yang masuk ke dalam diri kita. Untuk mendapatkan uang, kita mesti memiliki sesuatu yang laku untuk dijual dan melakukan pertukaran. Nilai Jual Diri dan Bagaimana Kesepakatan Harga (uang) Tercapai Bisa jadi juga hal yang kita tukarkan kepada orang lain adalah kombinasi (gabungan) dari beberapa hal semisal ilmu + tenaga + waktu + penampilan + pelayanan + gengsi, dan kombinasi-kombinasi lainnya. Semakin banyak hal yang kita jual semakin tinggi nilai jual (harga) yang kita miliki. Semakin 7
tinggi nilai dari hal-hal yang kita jual semakin tinggi pula nilai jual yang kita miliki. Kita ambil contoh semisal Anda sebagai guru les private. Apa saja yang Anda jual? Semisal yang Anda jual adalah ilmu +
tenaga
+
waktu
+
pelayanan
(cara
memperlakukan konsumen) + penampilan yang cantik. Coba beri nilai dalam jumlah uang pada masing-masing komponen yang Anda jual di atas. Semisal ilmu Anda beri nilai Rp 20.000, tenaga = Rp 10.000, waktu = Rp 20.000, pelayanan = Rp 20.000, dan penampilan = Rp 20.000. Jadi anggap saja total nilai yang Anda jual seharga Rp 90.000 per jam. Itu anggapan Anda. Bagaimana anggapan konsumen? Apakah konsumen mau membeli apa yang Anda jual itu dengan harga Rp 90.000 per jam? Bisa jadi konsumen tidak mau karena konsumen merasa harga tersebut terlalu mahal atau konsumen merasa harga Rp 90.000 per jam adalah harga yang tidak pantas untuk dibayarkan melihat kualitas jasa
8
les private yang Anda tawarkan. Di situlah terjadi tawar menawar harga antara Anda sebagai penjual dan konsumen sebagai pembeli. Tawar menawar harga tersebut pada akhirnya nanti akan bertemu pada titik harga kesepakatan (harga pasar) di mana penjual dan penawar saling menyetujui harga transaksi (deal).
9