MATEMATIKA LANJUT
DERET
4.2. DERET PANGKAT Deret pangkat dari (x-m) merupakan deret tak hingga yang bentuk umumnya adalah : ∞
i 2 C (z − m) = C + C (z − m) + C (z − m) + ..... ∑ i 0 1 2 i=0
( 4-1 )
C1, C2,... = konstanta disebut koefisien deret m = konstanta disebut titik pusat (center) deret z = Variabel i = Bilangan integer positip Bila m = 0, terbentuk deret pangkat khusus (particular) dari z ∞
i 2 2 C z = C + C z + C z + C z + ....... ∑ i 0 1 2 3 i=0 ( 4-2 )
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
1
MATEMATIKA LANJUT
DERET
4.2.1. Konvergensi Deret Teorema 1 Jika deret pangkat ( pers 4-1) konvergen pada titik z = a, maka deret itu akan konvergen untuk setiap z bila : |z-a| < |zo–a|
Ini menunujukkan bahwa setiap z berada di dalam lingkaran yang melewati zo di sekitar a. Misal deret pangkat ( pers 4-1) konvergen untuk zo, berlaku : Cn(zo – a)n → 0 untuk n → ∞
Bila diimplemantasikan untuk z =zo, maka deret jadi dibatasi, misal : |Cn(zo – a)n |< M untuk setiap n = 0,1, 2.....
Sehingga dapat dibentuk
C n (z-a) n
n ⎛ z-a ⎞ = C n (z 0 -a) ⎜ ⎟ z -a ⎝ 0 ⎠
n
z-a < M z 0 -a
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
n
2
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Karena itu : ∞
∑ n=0
C n ( z - a )n
∞
z-a = ∑ M z0 - a n=0
n
∞
=M∑ n=0
z-a z0 - a
n
( 4-3 ) Jika diasumsikan |z-a| < |zo – a|, maka dapat dibentuk pertidaksamaan (inequality) :
z -a < 1 z0 - a Dengan pertidaksamaan di atas terbukti bahwa deret (pers. 4-1 ) akan konvergen jika :
|z-a| < |zo–a| Ruas kanan pers (4-3) adalah deret geometris yang konvergen. Ruas kiri pers. (4-3) juga merupakan deret yang konvergen.
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
3
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Dari teorema 1: Untuk seluruh z di dalam lingkaran, dengan radius R dan pusat a, berlaku : Deret akan konvergen bila | z-a | < R
( 4-4 )
Deret akan divergen bila | z-a | > R Disebut Lingkaran Konvergensi bila | z-a | = R R disebut Radius Konvergensi y R a x
a-R
a+R
x
A. B. Gbr. 4.1. Lingkaran dan interval konvergensi AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
4
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Teorema 2 (Radius Konvergensi) Bila terdapat urutan (squence) n
cn
, n= 1, 2, .......
Akan kovergence dengan limit L dan radius R pun akan konvergen pula, jika :
R=
1 L
( 4-5a )
Termasuk di dalamnya L = 0 ketika R = ∞ Bila sequencenya tidak konvergen tapi nilainya terbatas, berlaku rumus Cauchy - Hadamard
R=
A
1 A
( 4-5b )
adalah titik limit terbesar dari sequence.
Bila sequence tak terbatas, maka R = 0 dan deret hanya akan konvergen pada z = a. AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
5
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Teorema 3 (Produk Cauchy dari Deret Pangkat) Produk Cauchy (Cauchy Product) dari 2 buah deret pangkat merupakan konvergensi mutlak setiap z di dalam lingkaran konvergen dari masing-masing deret konvergen. Bila jumlah masing-masing deret tersebut g(z) dan h(z), maka Produk Cauchy berjumlah : s(z) = g(z)h(z)
( 4-6 )
Contoh Soal : 1. Konvergensi pada sebuah pringan. Deret geometri ∞ m ∑ z = 1 + z + z 2 + z 3 ........... m
Konvergen mutlak ketika |z| < 1 dan divergen ketika |z| > 1. 2. Konvergensi pada seluruh bidang terbatas. Deret Pangkat ∞
zn z 2 z3 ∑n n! = 1 + z + 2! + 3! ........... AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
6
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Persamaan tersebut akan konvergen mutlak untuk setiap bidang (terbatas) z , z n +1
∞
∑ n
( n + 1 )!
z
n
=
n!
z n+1
→ 0
;
n→ ∞
3. Konvergen hanya pada titik pusat ∞
n 2 3 n !.z = 1 + z + 2z + 6z + ........... ∑ n
konvergen hanya pada titik z = 0, tetapi divergen untuk setiap z ≠ 0, karena : ∞
∑ m
(n + 1)! . z n +1 n ! . zn
= (n + 1) z → ∞ ; n → ∞
z ≠ 0 (fixed) 4. Produk Cauchy Deret geometris 1 + z + z2 + z3 + ..... berjumlah 1/(1-z) ketika |z| < 1 2 ∞ ∞ ⎛ 1 ⎞ k m 2 2 z z 1 z z .... 1 z z .... = = + + + + ∑ ∑ ⎜ 1− z ⎟ ⎝ ⎠ k =0 m=0 ∞ n = 1 + 2z + 3z2 + ...= ∑( n + 1) .z ; ( z < 1)
(
n =0
)(
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
)
7
MATEMATIKA LANJUT
DERET
4.2.2 REPRESENTASI FUNGSI DENGAN DERET PANGKAT ∞
∑ Misalkan
cnzn
adalah deret pangkat tak tentu dengan radius R ≠ 0, konvergen. Jumlah fungsi ini merupakan fungsi z ; f(z) n=0
∞
f(z) = ∑cn .zn = c0 + c1 + c2z2 + c3z3 +...... ( z < R) n=0
( 4-7 )
Teorema 1 (Kontinyuitas) Fungsi f(z) dengan R > 0 akan kontinyu pada z=0 ( 4-8 ) lim f(z) = f(0) = c0 z →0
Teorema 2 (Teorema identitas deret pangkat) Misalkan terdapat 2 buah deret : ∞
∑an . zn
n→0
∞
dan
n b . z ∑ n
n →0
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
8
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Bila kedua deret identik, maka : an = b n untuk seluruh
( 4-9 )
n = 0,1,2...........
a0 + a1z + a2z2 + ...= b0 + b1z + b2z2 + ... ( 4-10 ) Untuk
∞
|z| < R
∑n.c . z
n−1
n
= c1 + 2 c2 z + 3 c3 z2 +......
( 4-11 )
n
Disebut sebagai deret pengembangan dari deret pangkat tersedia. Teorema 3 (Differensiasi) Deret pengembangan dari deret pangkat memiliki radius konvergensi yang sama dengan deret asli (original) nya. AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
9
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Teorema 4 (Integrasi) Misalkan sebuah deret pangkat ∞
cn n+1 c1 2 c2 3 .z = c0z + z + z + ∑ 2 3 n=0 n +1 Deret pangkat tersebut dibentuk oleh pengintegrasian deret c + c1z + c2z2 + .... tahap demi tahap, memiliki radius konvergensi yang sama dengan deret originaknya. Teorema 5 (Fungsi Analitis. Penurunan) Deret pangkat dengan radius konvergensi R ≠ 0 merepresentasikan fungsi analitis pada setiap titik di dalamnya hingga membentuk lingkaran konvergensi. Penurunan fungsi ini akan dibentuk oleh diferensiasi deret original tahap demi tahap ; Seluruh deret yang dibentuk memiliki radius konvergensi yang sama dengan deret originalnya.
bn − a n − na n −1 = (b − a)A n b−a
( 4-12a )
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
10
MATEMATIKA LANJUT
DERET
dan
An = bn - 2 + 2 abn - 3 + 3 a 2 bn - 4 +.....+ (n-1) a n - 2 ( 4-12b )
∆z
∞
∑ c n ( n-1) R n =2
n
n-2 0
( 4-13 )
n-1 = koefisien terbesar 1, 2, 3 ..., n-1. n = jumlah tahapan (term). Deret dalam pers. (4-13) berhubungan erat dengan penurunan kedua deret yang memperhitungkan titik pada R0. Penurunan ke m fungsi f(m)(z) direpresentasikan oleh : ∞
f (z) = ∑n( n-1 ) .....( n - m + 1 ) cn zn−m ( 4-14 ) (m)
n=m
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
11
MATEMATIKA LANJUT
DERET
4.2.3. SOLUSI PD DENGAN DERET PANGKAT Menyelesaikan PD dengan mencari harga-harga koefisien yang tak diketahui setelah fungsi PD berubah bentuk menjadi deret pangkat. Langkah-langkah peneyelesaian PD : 1. Representasikan fungsi persamaan dalam bentuk deret pangkat x atau (x-m).
y = c0 + c1x + c 2 x + c3 x + ...... = 2
3
∞
m c x ∑ m
m =0
2. Diferensialkan (tingkat pertama) fungsi y di atas, sehingga berbentuk : ∞
y' = c1 + 2c2 x + 3c3x + ...... = ∑ mcm x m−1 2
m=0
3. Diferensilkan kembali (tingkat kedua dst) fungsi y tersebut. ∞
y'' = 2c2 + 6c3x + ...... = ∑ m(m − 1)cm xm−2 m=0
4. Samakan dengan nol (Nolkan) semua koefisien yang tak diketahui setelah dalam bentuk deret pangkat. Selesaikan PD. AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
12
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Contoh Soal dan Penyelesaian 1. Carilah solusi dari PD berikut ini : y’ – y = 0 Jawab : Penyelesaian dengan pendekatan deret pangkat. (c1 + 2c2x + 3c3x2 + ...) – (c0+ c1x + c2x2 + c3x3 +.....) = 0 (c1-c0) + (2c2-c1) x + (3c3-c2) x2 + ..... = 0 Samakan koefisien-koefisien persamaan dengan nol c1 - c 0 = 0 ; 2c2 - c1 = 0 ; 3c3 - c2 = 0 c1 = c0 ; c2 = c1/2 = c0/2! ; c3 = c2/3 = c0/3!
c0 2 z0 3 y = c0 + c0 x + x + x + .......... 2! 3! y = c0 (1+ x +
1 2 1 3 x + x + .......... = x0ez 2! 3!
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
13
MATEMATIKA LANJUT
DERET
2. Carilah solusi dari PD berikut ini y” + y = 0 Jawab : Penyelesaian dengan pendekatan deret pangkat. (2c2 + 3.2c3x + 4.3c4x2 + ...) + (c0+ c1x + c2x2 + c3x3 +.....) = 0 (2c2 + c0)+(3.2c3 + c1)x +(4.3c4 + c2)x2 + ...= 0 2c2 + c0 = 0 ; 3.2c3 + c1 = 0 ; 4.3c4 + c2= 0 c2 = -( c0 /2! )
;
c3 = -(c1/3!)
c4 = -[c2/(4.3)] = -(c0 /4!)
c 0 2 c1 3 c 0 4 y = c 0 + c1 x − x − x + x + ....... 2! 3! 4!
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
14
MATEMATIKA LANJUT
DERET
1 2 1 3 1 4 y = c 0 (1 − x + x + x − ... + ....) + 2! 3! 4! 1 1 c1 (x- x 3 + x 5 -...+......) 3! 5! Solusi Umum :
y = cos x + sin x
3. Carilah solusi dari PD berikut ini (x+1)y’ – (x+2)y = 0 Jawab : Penyelesaian dng pendekatan deret pangkat. (x+1)(c1 + 2c2x + 3c3x2 +…..) -(x+2)(c0 + c1x + c2x2 + ….. ) = 0 c1 x + 2c2x2 + 3c3x3 + 4c4x4 + 5c5x5 +..+ mcmxm + c1+ 2c2x + 3c3x2 + 4c4x3+ 5c5x4 + 6c5x5 + (m+1)cm+1xm + ….c0 x - c1x2 - c2x3 - c3x4 - c4x5 – ... - cm-1xm - …2c0 -2c1x - 2c2x2 - 2c3x3 -2c4x4 ...-2cmxm -… = 0 AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
15
MATEMATIKA LANJUT
DERET
c1 - 2c0=0 ; 2c2 – c1 – c0=0 ………dst mcm+ + (m+1)cm+1 – cm-1xm - 2cm = 0 ( 4-15 ) c1 = 2c0 ;
cm+1 = c0x +
( 4-16a )
1 [cm+1 + (2 − m)cm ] ( 4-16b ) m +1
m = konstanta integer = 1,2……………
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
16
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Rumus (4-16b) disebut Rumus Rekursi. Dengan rumus ini dapat dihitung c2, c3, …dst., dapat pula menggunakan tabel di bawah ini :
m C m-1
1
C0
2
C1
(2-m)Cm
Jumlah
S+1
Jumlah CS+1 = S +1 C0 C + 1 2 2
C1
C0+C1
2
0
C1
3
4
C3 C2 − 4 4
……
…………
3
C2
-C3
C2-C3
…
….
…………
…………
C1 3
Cm+1 sebagai fungsi C0 C1= 2 C0
C2 =
3 C0 2
C3 =
2 C0 3
C4 =
5 C0 24
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
…………
17
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Solusi umum, lihat persamaan umum soal no. 1 dan tabel rekursi
y = c0 (1 + 2x +
3 2 2 3 5 4 x + x + x + ....) 2 3 2
atau y= c0 ( 1 + x ) ex
SOAL-SOAL LATIHAN (DERET PANGKAT) Carilah solusi PD di bawah ini dengan pendekatan deret pangkat 1. y’ = 3y 6. ( 1-x2 ) y’= y 2. y’ + 2y = 0 7. y”- y = 0 3. y’ – 2xy = 0 8. y”- y’ = 0 4. y’ – xy = 0 9. y”+ 9y = 0 5. (1-x)y’=y 10. y”+ 2y’= 0
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
18
MATEMATIKA LANJUT
DERET
4.3. DERET TAYLOR 4.3.1 Konsep Dasar y
z* z
•a
C
x Bila f(z) berada di dalam domain D dan z = a pada setiap titik di dalam lingkatran C, dan sebuah lingkaran denan pusat a, maka menurut Cauchy:
f (z) =
1 f (z*) d(z) ∫ 2πi c z * − z
(4.3-1)
Z = sembarang titik di dalam lingkaran C Z* = variabel kompleksintegrasi
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
19
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Jika pada pers.(4.3-1) dikembangkan 1/(z*-z) sebagai fungsi z-a, maka didapatkan :
1 1 = = z * − z z * −a − (z − a)
1
( z * −a ) ⎛⎜1 − ⎝
z−a ⎞ ⎟ z * −a ⎠ (4.3-2)
Selanjutnya diasumasikan z* pada lignkaran dan z di dalam lingkaran C. Sehingga
z−a <1 z * −a
(4.3-3)
Dari persamaan deret geometris n +1 1 − q 1 + q + q2 + ..... + qn = 1− q
; q≠1
Sehingga dapat dibuat hubungan
1 q n +1 n = 1 + q + ...... + q + 1− q 1− q AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
20
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Jika didefinisikan q =(z-a)/(z*-a), maka : 1 = 1 − [ (z − a) /(z * −a) ] 2
n
z−a ⎛ z−a ⎞ ⎛ z−a ⎞ 1 + ..... + ⎜ + + ⎟ ⎜ ⎟ + z * −a ⎝ z * −a ⎠ ⎝ z * −a ⎠
[(z − a) /(z * −a)]
n +1
( z * − z ) /(z * −a)
Substitusikan ke dalam pers.(4.3-1) dan keluarkan (z-a) dari tanda integral, sehingga :
f (z) =
1 f (z*) z−a + dz * 2 π i C∫ z * − a 2 πi z − a) ( + 2 πi
n
f (z*)
∫ ( z * − a )2 dz * + ....
C
f (z*)
∫ ( z * − a )n +1 dz * + R n (z)
C
(4.3-4)
Bagian akhir dari funsi di atas adalah :
(z − a)n+1 f (z*) Rn (z) = dz* ∫ n+1 2πi C ( z − a ) ( z* −z )
(4.3-5)
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
21
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Dengan penurunan dan analitis, maka fungsi di atas berkembang menjadi :
f (z) = f (a) +
z −a f '(a) + 1! +
(z − a)
2
f ''(a) + ........
2!
( z − a)
n
n!
f (n) (a) ( 4.3-6)
Persamaan (4.3-6) adalah rumus Taylor atau Deret Taylor dengan pusat a. Bentuk umum Deret Taylor adalah sebagai berikut :
f(z) =
∞
∑
m=0
f (m) (a) m − z a ( ) m!
( 4.3-7)
Bila a = 0, maka deret (pers. 4.3-7) disebut dengan Deret Maclaurin. AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
22
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Dari persamaan-persamaan di atas diketahui bahwa pada Deret Taylor fungsi f(z) dapat di-turunkan berdasarkan variabel bebasnya sampai pada tingkat tak hingga. Teorema Taylor 1. Bila f(z) terletak di dalam domain D dan z=a adalah sembarang titik di dalam domain D tersebut, maka f(z) sebenarnya merupaka bentuk deret pangkat. 2. Setiap deret pangkat dengan radius konvergen tidak nol (Rc = 0), maka deret pangkat tersebut adalah deret Taylor. 4.3.2. Fungsi-fungsi Elementer Deret Taylor a. Deret Geometris ∞ 1 = ∑ zn = 1+ z + z2 + ....... 1− z n=0
; |z|<1 (4.3-8)
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
23
MATEMATIKA LANJUT
DERET
b. Fungsi Eksponensial ∞
zn z2 e = ∑ = 1 + z + + ....... 2! n=0 n! z
(4.3-9)
c. Fungsi Trigonometri dan Hiperbolik ∞
z2n z2 z4 cos z = ∑ (1) = 1− + − + ....... (2n)! 2! 4! n=0 n
∞
z2n+1 z3 z5 sin z = ∑ (-1) =z+ - + ...... (2n+1)! 3! 5! n=0 n
(4.3-10) ∞
∑
cosh z =
n=0
sinh z =
∞
∑ n=0
z 2n z2 z4 =1+ + + ...... (2n)! 2! 4!
z2n + 1 z3 z5 = z+ + + ...... ( 2n + 1 ) ! 3! 5! (4.3-11)
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
24
MATEMATIKA LANJUT
DERET
d. Fungsi Logaritmik
z2 z3 zn ln(1+ z) = z − + − + .... + 2 3 n
(4.3-12)
1 z2 z3 zn − ln(1 − z) = ln = z + + + ...... + 1− z 2 3 n (4.3-13)
⎛ (1 + z) z3 z5 zn ⎞ ln = 2⎜ z + + + ..... + ⎟ (1 − z) 3 5 n ⎝ ⎠ (4.3-14) Untuk seluruh persamaan di atas
|z|< 1
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
25
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Contoh Soal dan Penyelesaian 1. f(x) = ex , uraikan menurut deret Maclaurin pada titik x=0 Jawab : f(x) = ex f(0) = 1 f’(x) = ex f’(0) = 1 f’’(x) = ex f’’(0) = 1
ex = f(0) +
f '(0) f ''(0) x+ + ..... 1! 2!
x2 x3 e =1+x+ + + ............. 2! 3! x
2. f(x) = sin x, uraikan dengan deret Taylor pada x = (π/4) ! Jawab : f(x) = sin x f(π/4) = ½ √2 f’(x) = cos x f’(π/4) = ½ √2 f’’(x) = -sin x f’’(π/4) = -½ √2 f’’’(x) = sin x f’’’(π/4) = -½ √2 AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
26
MATEMATIKA LANJUT
DERET
sin x = f(x - π/4)
π π f '( ) f "( ) π π π 2 4 4 sin x = f( ) + (x- ) + (x- ) +.... 4 1! 4 2! 4 1 1 2 2 1 π π sin x = 2 + 2 (x - ) - 2 (x - ) 2 2 1! 4 2! 4 1 1 2 2 π π n 3 2 2 (x - ) + ............+ (x - ) 3! 4 n! 4 SOAL-SOAL LATIHAN ( DERET TAYLOR ) Uraikan dengan deret Taylor atu Maclaurin , a=1 1. cos 2x , a = 1 7. ex 2. sin x2 , a = 0 8. ex , a=0 3. cos x , a = - π/4 9. 1/(a-x) , a=1 4. sin x , a = π/2 10. 1/(a-x) , a = ½ 5. cos2 x , a = 0 11. 1/z ,a=-1 6. sin2 x , a = 0 12. ex , a= π AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
27
MATEMATIKA LANJUT
DERET
4.4. DERET FOURIER Bila terdefinisikan suatu fungsi (t) yang periodik dengan harga real pada sumbu x dan periode T serta kontinyu pada interval : ( 0,T ) dan (-T/2, T/2) Maka fungsi tersebut dapat dituliskan dengan :
Ao ∞ f (t) = + ∑ [ A n cos n.ωo t + Bn sin n.ωo t ] 2 n =1
(4.4-1)
dengan :
2 Ao = T
2 An = T
T
∫
f (t) dt
(4.4-2)
∫ f (t) cos n.ω0 t dt
(4.4-3)
0
T
0 T
2 B n = ∫ f (t) sin n.ω 0 t dt T0
(4.4-4)
n = 1, 2, 3, ............ AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
28
MATEMATIKA LANJUT
DERET
Contoh : 8
-8
-4
Interval :
0
4
8
( -4 , 4 ) ⎫ ⎧ 8; 0
Periode T ditentukan ; T = 8 T
2 A 0 = ∫ f (t) dt T 0 4 0 ⎤ 2⎡ = ⎢ ∫ 8 dt + ∫ −8 dt ⎥ T ⎢⎣ 0 ⎥⎦ −4
2 = ( ) .8⎡⎣(t)04 − t0−4 ⎤⎦ = 2[ 4 - ( 0+4 )] = 0 8 AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
29
MATEMATIKA LANJUT
2 An = 8
DERET
0 ⎡4 ⎤ 2π 2π t dt − ∫ 8 cos n t dt ⎥ = 0 ⎢ ∫ 8 cos n 8 8 ⎢⎣ 0 ⎥⎦ −4
⎡4 2π 8 sin n.t dt − ⎢∫ 8 ⎢⎣ 0 16 = [1 − cos πn ] πn
2 Bn = 8
0
∫
−4
⎤ 2π 8 sin n.t dt ⎥ 8 ⎥⎦
Ao ∞ f (t) = + ∑ [ A n cos n.ωo t + Bn sin n.ωo t ] 2 n =1 ∞
16 ⎡ π ⎤ (1 cos n. ) sin n t − π ⎢ ⎥⎦ 4 n =1 n.π ⎣ 16 ⎡ 2 3π 2 5π π ⎤ 2 sin t sin t sin t .... = + + + ⎥⎦ 4 3 4 5 4 π ⎢⎣
f (t) = ∑
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
30
MATEMATIKA LANJUT
DERET
4.4.1. FUNGSI DENAP DAN FUNGSI GANJIL A. Fungsi Genap Fungsi genap f(t) dalam Deret Fourier merupakan fungsi cosinus, lihat pers. 4.4.-1 T
2 Bn = ∫ f (t) sin n.ω n t dt T0
( 4.4-5 )
B. Fungsi Ganjil Fungsi ganjil f(t) dalam Deret Fourier merupakan fungsi sinus, lihat pers. 4.4.-1 T
2 An = ∫ f (t) cos n.ωn t dt T0
( 4.4-6 )
4.4.2. DIFERENSIAL DAN INTEGRAL A. Diferensial Bila : ∞
f (t) =
Ao + ∑[ An cosn.ωo t + Bn sin n.ωo t ] 2 n=1 ∞
d f '(t) = ∑ [ An cos n.ωo t + Bn sin n.ωo t ] n =1 dt
( 4.4-7 )
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
31
MATEMATIKA LANJUT
DERET
B. Integral t2
∫ f (t) =
Ao ( t 2 − t1 ) 2
t1
∞ t2
+ ∑ ∫ [ An cos n.ωo t + Bn sin n.ωo t ] dt n =1 t1
(4.4-8) SOAL-SOAL LATIHAN Uraikan dengan deret Fourier : 1. f(t) = 1 (-1
f(t) = ⎨ ⎩t
4. 5. 6. 7. 8.
0<x<π
⎧t-π 0 < t < 0 f(t) = ⎨ ⎩ -t π < t < 2π
f(t) f(t) f(t) f(t)
= |sin t| (-π < t < π) = e-|t| (-π < t < π) = |sin t| (-π < t < π) = t3 (-π < t < π)
AGUS.R.UTOMO - DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS INDONESIA - JAKARTA
32