1
BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAGELARAN KETOPRAK SMP KANISIUS GIRISONTA
TANGGAL 7 MARET 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
2
Salam sejahtera untuk kita semua YSh : 1.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang.
2.
Kepala Sekolah SMP Kanisius Girisonta beserta jajarannya, dan segenap Siswa-siswi SMP Kanisius Girisonta yang saya cintai dan saya banggakan. Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat
Hidayah dan Inayah-Nya, kita masih diberi kesehatan dan kesempatan, sehingga kita masih bisa berkarya, dan karya-karya kita ini dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat khususnya kepada anak-anak didik di SMP Kanisius Girisonta Kabupaten Semarang.
Saya atas nama pribadi menyampaikan ucapan terima kasih dan
3
penghargaan yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya Open House yang berjudul Edu Art Fair 2014. Kegiatan ini menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Prestasi akademik maupun non akademik begitu menonjol. Pementasan Ketoprak musical yang dikemas dengan berbahasa Inggris yang berjudul Dawn In Ambarawa ini menceritakan Kegigihan para Pemuda Ambarawa dalam pertempuran melawan pasukan Sekutu (Inggris). Ini menunjukkan bahwa anak-anak kita mampu dan mau nguri-uri budaya bangsa Indonesia yang makin lama makin hilang dari peradaban, karena dengan kehadiran tehnologi yang canggih.
Bapak, Ibu hadirimn yang saya hormati,
4
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15 Desember 1945. Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI dan para pemuda Ambarawa. Mengingat posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal 15 Desember 1945-
menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir Sekutu dari Ambarawa
5
menjadi salah satu peristiwa penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Kesenian Ketoprak memang akhir-akhir ini cenderung dianaktirikan, jika tak mau disebut dibuang dalam pentas industri. Menanti perhatian pemerintah bagaikan menunggu cendawan tumbuh di musim kemarau. Kita boleh berharap pemerintah berbaik hati untuk menggelar festival Kesenian Ketoprak, atau lomba, dan sejenisnya yang bisa membuat kesenian ini hidup. Namun semua itu masih harapan, ada baiknya kita memulai dengan meminati Kesenian Ketoprak ini. Minimal dengan mempelajari dan
menyelami estetika yang terkandung di dalamnya. Seperti pepatah uzur,
6
“Lebih baik menyalakan lilin daripada memaki kegelapan.” Sudah saatnya bagi para penggiat Kesenian Ketoprak untuk bangkit. Sudah saatnya bagi mereka untuk menciptakan kemasan baru dan kembangkan kreativitas baru bagi kesenian ini, seperti yang dikemas oleh SMP Kanisius Girisonta ini. Jangan sampai kesenian yang adiluhung ini hilang tak berbekas. Masyarakat Jawa, khususnya generasi muda, tentu tidak ingin mengetahui kebesaran Kesenian Ketoprak ini hanya dari mulut ibu bapak dan kakek neneknya saja. Berkaitan dengan hal tersebut pada kesempatan ini
kepada
seluruh siswa SMP Kanisius untuk meneladani para pemuda Ambarawa yang
pada waktu itu berperang melawan pasukan sekutu (inggris), dan kepada insan
pendidikan
saya
minta
untuk lebih
meningkatkan
7
pelayanan
pendidikan kepada seluruh anak didik kita agar anak didik kita bisa mengeyam pendidikan selayaknya. Mari kita ambil hikmah dari perjalanan SMP Kanisius Girisonta ini, semoga ditahun-tahun mendatang akan lebih banyak prestasi yang diraihnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. BUPATI SEMARANG H. MUNDJIRIN
8
Hadirin yang saya hormati,
Kesenian Ketoprak memang akhir-akhir ini cenderung dianaktirikan,
9
jika tak mau disebut dibuang dalam pentas industri. Menanti perhatian pemerintah bagaikan menunggu cendawan tumbuh di musim kemarau. Kita boleh berharap pemerintah berbaik hati untuk menggelar festival Kesenian Ketoprak, atau lomba, dan sejenisnya yang bisa membuat kesenian ini hidup. Atau, boleh juga berharap dunia pendidikan mengakomodasi ketoprak sehingga masuk dalam kurikulum pendidikan. Namun semua itu masih harapan, ada baiknya kita memulai dengan meminati Kesenian Ketoprak ini. Minimal dengan mempelajari dan menyelami estetika yang terkandung di dalamnya. Seperti pepatah uzur, “Lebih baik menyalakan lilin daripada memaki kegelapan.” Sudah saatnya bagi para penggiat Kesenian Ketoprak untuk bangkit. Sudah saatnya bagi mereka untuk menciptakan kemasan baru dan kembangkan
kreativitas baru bagi kesenian ini, seperti yang dikemas oleh SMP Kanisius
10
Girisonta ini. Jangan sampai kesenian yang adiluhung ini hilang tak berbekas. Masyarakat Jawa, khususnya generasi muda, tentu tidak ingin mengetahui kebesaran Kesenian Ketoprak ini hanya dari mulut ibu bapak dan kakek neneknya saja. Berkaitan dengan hal tersebut pada kesempatan ini kepada seluruh siswa SMP Kanisius untuk meneladani para pemuda yang pada waktu itu berperang melawan pasukan sekutu (inggris), dan kepada insan pendidikan saya minta untuk lebih meningkatkan pelayanan pendidikan kepada seluruh anak didik kita agar anak didik kita bisa mengeyam pendidikan selayaknya. Mari kita ambil hikmah dari perjalanan SMP Kanisius Girisonta ini, semoga ditahun-tahun mendatang akan lebih banyak prestasi yang diraihnya.
11
Sekian terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. BUPATI SEMARANG
H. MUNDJIRIN