Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(1), April 2014:50−58 ISSN: 2085-6717 Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(1), April 2014:50−58
Potensi dan Peluang Biji Jarak Pagar untuk Substitusi Bahan Bakar Kompor Masak Skala Rumah Tangga di Pedesaan Potency and Prospect of Physic Nut Seeds for Substitution for Stove Fuel in Villager Households Abi Dwi Hastono Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Jln. Raya Karangploso Kotak Pos 199, Malang E-mail:
[email protected] Diterima: 30 Oktober 2013
disetujui: 15 Januari 2014
ABSTRAK Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman yang diprogramkan sebagai salah satu penghasil sumber energi baru dan terbarukan. Pemanfaatan biji jarak pagar sebagai sumber energi di pedesaan Indonesia belum banyak dipublikasikan. Tulisan tinjauan ini bertujuan untuk membahas potensi biji jarak pagar yang sudah ada di pedesaan untuk bahan bakar kompor masak skala rumah tangga sebagai substitusi minyak tanah dan LPG. Kompor berbahan bakar biji jarak pagar hasil perekayasaan Balittas berpeluang besar untuk diaplikasikan guna memenuhi kebutuhan memasak skala rumah tangga di pedesaan. Penyediaan biji jarak pagar sebagai bahan bakar kompor dapat diperoleh dengan mengusahakan tanaman jarak pagar yang sudah ada supaya berproduksi sesuai dengan kebutuhan, atau menanam lagi sesuai dengan program pengembangan komoditas ini. Peningkatan produksi biji jarak pagar tersebut dapat dicapai melalui penerapan sistem budi daya yang tepat. Penggunaan kompor berbahan bakar biji jarak pagar dengan kapasitas 600 g, konsumsi bahan bakar sebanyak 300 gram biji jarak per jam menghasilkan nyala api di dalam kompor sekitar 420oC dapat menyubstitusi penggunaan LPG sebesar 20% atau mengganti penggunaan kayu bakar sebesar 35% untuk kebutuhan memasak skala rumah tangga. Kata kunci: Jatropha curcas, kompor, biji jarak pagar
ABSTRACT Physic nut (Jatropha curcas L.) has been recommended as one of a new and renewable energy source. Utilization of physic nut seeds as an energy source in Indonesian villages has not been intensively published. This review is aimed to discuss a possibility of the utilization of existed jatropha seeds existing in some villages for household stove as a substitute for kerosene or LPG. The stove using jatropha seed was designed by Balittas and prospective to be applied to fulfill the cooking need at household level in the village. The seed supply could be obtained from the existing jatropha plants by applying cultural practices to get the seed production as much as needed for cooking. The use of jatropha seed stove (capacity 600 g; consumption 300 g/h, heat production around 420oC would substitute or replace the use of LPG and/or fire woods the villagers usually used by 20% and 35%, respectively. Keywords: Jatropha curcas, stove, jatropha seed
PENDAHULUAN
K
RISIS energi, khususnya bahan bakar minyak tanah masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya teratasi. Bahan bakar minyak tanah merupakan sumber energi utama 50
untuk kebutuhan memasak sehari-hari terutama di wilayah pedesaan. Jenis energi yang digunakan untuk memasak sebesar 70,40% berasal dari minyak tanah, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan energi untuk listrik dan LPG yang masing-masing sebesar 23,71
AD Hastono: Potensi dan peluang biji jarak pagar untuk substitusi bahan bakar kompor ............
dan 5,29% (Prihandana et al. 2007). Pada kondisi sekarang, di banyak daerah ketersediaan minyak tanah semakin sulit, apalagi dengan adanya program nasional tentang konversi energi. Pengguna bahan bakar minyak tanah semakin mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya dengan adanya pencabutan subsidi bahan bakar termasuk minyak tanah, karena untuk mendapatkannya diperlukan biaya besar. Salah satu usaha pemerintah untuk konversi energi adalah pencanangan program konversi minyak tanah ke LPG untuk keperluan memasak. Konversi energi ini dilaporkan memberikan keuntungan ekonomis, yaitu penghematan sekitar Rp25 triliun, juga memberikan keuntungan pemakaian energi yang bersih dan ramah lingkungan (Kementerian ESDM 2011). Walaupun demikian, karena kurangnya sosialisasi terhadap program ini, di beberapa daerah, terutama di pedesaan masyarakat masih enggan menggunakan kompor LPG dengan bertahan menggunakan bahan bakar minyak tanah atau beralih menggunakan kayu bakar (Fadhila 2010). Selain itu, ternyata Indonesia masih mengimpor 50% untuk memenuhi kebutuhan nasional LPG (Dhany 2013), sehingga ketersediaan dan distribusi bahan bakar yang banyak digunakan untuk keperluan memasak tersebut masih belum stabil. Pemerintah Indonesia juga telah melakukan tindakan untuk mengatasi masalah krisis energi, yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional yang menetapkan konsumsi energi nasional pada tahun 2005 akan dipenuhi dari sumber bahan bakar nabati sebesar lebih dari 5%. Kebijakan tersebut ditindaklanjuti oleh Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2006 yang antara lain menugaskan Departemen Pertanian untuk mendorong penyediaan tanaman termasuk memfasilitasi penyediaan benih dan bibitnya, penyuluhan, dan mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pascapanen, serta bahan tanaman (Hamdi 2007). Salah satu tanaman potensial penghasil minyak nabati adalah jarak pagar
(Jatropha curcas L.) (Zeng 2006). Minyak yang terkandung dalam biji jarak pagar utuh sebesar 30–40%, sedangkan pada kernel atau biji yang telah dipisahkan kulit bijinya sebesar 40–50% (Kandpal & Madan 1995). Kandungan minyak yang cukup besar itu, menyebabkan biji jarak pagar dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar, misalnya untuk bahan bakar kompor untuk memasak. Berdasarkan fakta bahwa penggunaan minyak tanah yang harganya sudah tidak disubsidi lagi oleh pemerintah, dan LPG yang belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat pedesaan, untuk bahan bakar kompor masak skala rumah tangga, maka penggunaan biji jarak pagar berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai substitusi bahan bakar tersebut. Terkait dengan program pemerintah untuk pengembangan jarak pagar sebagai salah satu sumber energi alternatif yang baru dan terbarukan, di beberapa wilayah pedesaan telah ditanam jarak pagar. Akan tetapi, karena sosialisasi program kepada masyarakat sangat kurang, maka tanaman jarak pagar yang ada tidak dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber energi alternatif, bahkan diabaikan. Sementara itu, Balittas telah merekayasa kompor biji jarak pagar yang efektif dan diterima oleh masyarakat untuk kebutuhan memasak (Hastono 2012). Oleh karena itu, penulisan tinjauan ini bertujuan untuk membahas peluang dan potensi biji jarak pagar yang sudah ada di pedesaan untuk bahan bakar kompor masak skala rumah tangga sebagai substitusi minyak tanah, kayu bakar, dan LPG. Hasil-hasil penelitian budi daya jarak pagar menunjukkan peluang yang besar untuk memanfaatkan biji jarak pagar di tingkat pedesaan, sedangkan hasil perekayasaan kompor biji jarak pagar berpotensi untuk dikembangkan sebagai pemenuhan kebutuhan memasak skala rumah tangga di pedesaan.
HASIL PENELITIAN JARAK PAGAR Hasil Penelitian Budi Daya Jarak Pagar Jarak pagar telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, dan saat ini di beberapa
51
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(1), April 2014:50−58
daerah termasuk di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur masih banyak dijumpai tanaman jarak pagar yang difungsikan sebagai pembatas lahan pertanian dan tanaman pagar untuk melindungi tanaman budi daya dari gangguan ternak dan babi hutan (Romli et al. 2007). Produksi berupa buah dan biji dari tanaman jarak pagar tersebut tidak dimanfaatkan sebagai sumber energi. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1) Pemanfaatan biji jarak pagar menjadi bahan bakar belum menjadi budaya dan belum ada yang berusaha untuk memulainya; (2) Sumber bahan bakar yang lain seperti minyak tanah, LPG, dan kayu bakar masih tersedia; (3) Belum tersedianya sarana pemanfaatan biji jarak pagar sebagai bahan bakar kompor; (4) Buah yang dihasilkan dari tanaman jarak pagar tersebut tidak banyak karena berasal dari bahan tanaman yang belum jelas dan tidak dilakukan pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan tanaman agar berbuah lebat. Untuk dapat memenuhi target produksi jarak pagar, banyak program penanaman jarak pagar dilaksanakan, baik oleh pemerintah daerah maupun swasta. Hasil identifikasi potensi lahan, terdapat 29,7 juta ha yang dapat dikembangkan untuk jarak pagar dengan tambahan perlakuan (S3) di seluruh wilayah Indonesia (Ditjenbun 2009). Oleh karena itu Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2009 telah merencanakan pengembangan jarak pagar di 25 kabupaten yang terdapat di 17 provinsi dengan total luas area 1.483 ha. Permasalahan yang ada dalam implementasi program pengembangan ini adalah masalah teknologi, sosial ekonomi, kelembagaan, dan manajemen, serta pemasaran (Frans 2009). Masalah teknologi yang menjadi penghambat produksi jarak pagar adalah bahan tanam yang tidak unggul, teknik budi daya yang tidak diterapkan secara optimal, serta penguasaan teknik pengolahan hasil yang belum memadai (Abidin 2009). Masalah-masalah ini berakibat pada terlantarnya tanaman jarak pagar yang telah ditanam dan biji yang dihasilkannya, tidak jelas pemanfaatannya. Pada dasarnya, jarak pagar masih me-
52
rupakan tanaman yang properti agronomisnya belum secara menyeluruh dipahami (Achten et al. 2008). Balittas telah menghasilkan teknologi terkait tanaman jarak pagar, mulai dari bahan tanaman unggul, teknik budi daya sampai penanganan pascapanen. Klon hasil seleksi yang disebut Improved Population (IP)-3 dari kebun induk jarak pagar (KIJP) Asembagus (IP-3A) mempunyai potensi produksi 2.500–3.000 kg/ ha/th (Heliyanto et al. 2009). Selain itu ada beberapa klon hasil persilangan yang mempunyai potensi lebih tinggi dari IP-3A, misalnya hasil persilangan HS-49 X SP-115/ph3 atau HS-49 X SP-67 (Purwati et al. 2011). Bahan tanaman yang berpotensi produksi tinggi ini jika dipelihara dengan menerapkan teknik budi daya yang sesuai akan memberikan produksi yang maksimal. Teknik budi daya yang dapat menunjang produksi maksimal antara lain adalah teknik penyambungan, pemupukan, pemangkasan, dan pengairan. Penyambungan dengan menggunakan batang bawah dari tanaman yang memiliki perakaran dan batang yang kekar, seperti aksesi NTB-3189 dan batang atas dari tanaman yang mempunyai potensi produksi tinggi, seperti aksesi HS-80, merupakan kombinasi tanaman yang dapat menghasilkan 18 buah/pohon pada panen pertama (Cholid et al. 2009). Untuk mendapatkan produksi maksimal tanaman jarak memerlukan pupuk organik (Emmyzar & Karmawati 2009), pengairan yang cukup pada awal pertumbuhan (Riajaya et al. 2009), dan pemangkasan yang tepat (Cholid et al. 2009). Pada kondisi kekeringan yang ekstrim, tanaman jarak pagar menggugurkan daunnya dalam 14 hari (Maes et al. 2009). Penyemprotan zat pengatur tumbuh (ZPT) juga dilaporkan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap peningkatan produksi biji, kandungan minyak, serta memperbaiki kualitas buah (Abdelgadir et al. 2009; 2010). Selain itu, aplikasi hormon dalam ZPT dapat meningkatkan kandungan hidrokarbon dalam biji (Augustus et al. 2002). Pemangkasan ranting membantu pembentukan cabang yang lebih banyak dengan tunas-tunas yang
AD Hastono: Potensi dan peluang biji jarak pagar untuk substitusi bahan bakar kompor ............
menghasilkan bunga dan tandan buah yang sehat, sehingga dapat meningkatkan produksi biji (Gour 2006).
Kompor Berbahan Bakar Biji Jarak Pagar Selain teknologi budi daya (teknologi prapanen), Balittas juga menghasilkan teknologi pascapanen, yaitu pemanfaatan biji jarak pagar sebagai bahan bakar kompor. Kompor ini dirancang khusus berbahan bakar biji jarak pagar, terbuat dari bahan-bahan lokal, pengoperasiannya mudah dan dapat digunakan untuk keperluan memasak sehari-sehari (Hastono 2012). Biji jarak pagar yang digunakan untuk bahan bakar kompor ini, berasal dari buah yang telah masak yaitu yang berwarna kuning, kemudian diambil bijinya secara manual atau menggunakan alat pemecah buah jarak pagar (Hastono et al. 2009) dan selanjutnya dijemur sampai kadar air sekitar 7%. Biji yang telah kering langsung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor nabati tanpa harus mengupas kulit luarnya. Cara kerja kompor berbahan bakar biji jarak pagar tersebut menggunakan prinsip gasifikasi, yaitu pembakaran biomassa pada kondisi sedikit oksigen. Gasifikasi biomassa merupakan proses konversi termo-kimia biomassa padat menjadi gas. Rajvanshi & Joshi (1989) mendefinisikan gasifikasi biomassa sebagai pembakaran biomassa tidak selesai yang menghasilkan gas bakar yang terdiri atas karbon monoksida (CO), hidrogen (H2), dan sedikit metana (CH4). Proses gasifikasi pada dasarnya merupakan proses pirolisa pada suhu sekitar 150–900°C, diikuti oleh proses oksidasi gas hasil pirolisa pada suhu 900–1400°C, serta proses reduksi pada suhu 600–900°C (Abdullah et al. 1998). Baik proses pirolisa maupun reduksi yang berlangsung dalam reaktor gasifikasi terjadi dengan menggunakan panas yang diperoleh dari proses oksidasi. Pada proses gasifikasi terjadi banyak reaksi secara bertingkat. Hasil yang diperoleh dari gasifikasi biomassa merupakan campuran beberapa macam gas. Komponen utama bahan bakar dalam gas
biomassa adalah H2 dan CO. Kandungan CO dalam gas biomassa 15–30 %, sedang H2 antara 10–20% (Turare 1997). Komponen CnHmOk pada persamaan di atas berupa fraksi uap campuran dari berbagai macam senyawa organik yang disebut dengan nama umum tar. Laju gasifikasi biji jarak pagar mencapai 270 kg/jam/m2 (Vyas & Singh 2007). Kompor berbahan bakar biji jarak pagar hasil rekayasa Balittas terbuat dari besi plat berdiameter 25 cm dan tinggi 38 cm. Kompor ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian atas terdapat sarangan dengan lubang-lubang kecil di sekelilingnya untuk sirkulasi udara, dan bawah untuk bahan bakar bji jarak pagar dengan kapasitas maksimum 600 g biji jarak pagar. Di bagian paling bawah terdapat lubang-lubang udara yang dapat diatur dengan menggesergeserkan handel agar diperoleh besar nyala api sesuai dengan kebutuhan. Untuk penyalaan pertama dibutuhkan bahan pembantu yang mudah menyala seperti: tongkol jagung atau sabut kelapa yang dibasahi dengan minyak tanah, solar, atau minyak jelantah. Bahan pembantu tersebut dibutuhkan hanya dalam jumlah sedikit untuk membantu penyalaan, karena biji jarak pagar sulit menyala. Pada saat penyalaan awal lubang udara di dasar kompor dibuka penuh agar api dapat tetap menyala. Setelah bahan pembantu dinyalakan, bagian atas kompor ditutupkan rapat-rapat ke bagian bawah kompor. Selanjutnya, kompor siap digunakan untuk aktivitas memasak seperti: menanak nasi, merebus air, dan memasak berbagai jenis masakan.
Gambar 1. Kompor berbahan bakar biji jarak pagar
Hasil pengujian kompor menggunakan bahan bakar biji jarak pagar menunjukkan kon-
53
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(1), April 2014:50−58
sumsi bahan bakar sebanyak 300 gram biji jarak per jam. Suhu nyala api di dalam kompor sekitar 420oC. Waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan dua liter air sekitar 10 menit. Warna nyala api merah sedikit kebiruan. Pada saat biomassa biji jarak bakar terbakar, kemudian timbul gas biomassa yang terdiri atas H2 dan CO. Selain itu juga timbul sedikit cairan (tar) berupa komponen CnHmOk yang terdapat di dasar ruang bahan bakar. Reaksi termal ini disebut pirolisis yang terjadi pada kondisi sedikit oksigen. Karena suhu di ruang pembakaran sekitar 420oC, maka biomassa tidak habis terbakar menjadi abu, tetapi masih menyisakan sisa pembakaran berupa arang berwarna kehitaman. Kinerja kompor berbahan bakar biji jarak pagar ini lebih ekonomis dibandingkan dengan kompor sumbu berbahan bakar minyak tanah (Tabel 1). Tabel 1. Perbandingan penggunaan kompor berbahan bakar biji jarak pagar dan kompor sumbu berbahan bakar minyak tanah untuk masak 1 l air Parameter Kapasitas bahan bakar Konsumsi bahan bakar per jam Suhu pembakaran awal Nilai kalori total Waktu memasak 1 l air Konsumsi bahan bakar untuk memasak 1 l air Biaya bahan bakar untuk memasak 1 l air1)
Kompor berbahan bakar Biji jarak pagar 600 g 300 g 340 26,23 8 40
o
C MJ/kg menit g
Rp60
Minyak tanah 1 800 ml 205 ml 50–55 43,50 10 34,2
o
C MJ/kg menit ml
Rp342
1)
Harga biji jarak pagar Rp1.500,00/kg; harga minyak tanah non-subsidi Rp10.000,00/l Sumber: Hastono 2012
Pengujian kelayakan penggunaan kompor berbahan bakar biji jarak pagar untuk keperluan masak skala rumah tangga telah dilakukan di Desa Banyuputih dan Desa Trigonco, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Pemilihan lokasi pengkajian ini berdasarkan ketersediaan tanaman jarak pagar berumur 3 tahun dan telah berproduksi 1,0 kg biji/pohon/tahun, tetapi tidak dimanfaatkan oleh masyarakat di desa tersebut. Pengkajian ini melibatkan 25 orang pengguna dengan
54
tingkat sosial ekonomi yang sama. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penggunaan biji jarak pagar sebagai bahan bakar kompor untuk keperluan memasak dapat mengurangi konsumsi LPG 20% dan kayu bakar 35%; selain itu kinerja kompor dapat diterima dengan baik oleh para pengguna (Hastono 2012). Biji jarak pagar yang digunakan sebagai bahan bakar kompor didapatkan tanpa mengeluarkan biaya yang tinggi, karena dapat diperoleh dari tanaman yang berada di sekitar rumah. Oleh karena itu, pengurangan konsumsi LPG dan kayu bakar ini berdampak positif terhadap penghematan biaya rumah tangga.
PELUANG PENGGUNAAN BIJI JARAK PAGAR UNTUK KOMPOR MASAK SKALA RUMAH TANGGA Sebagai tanaman yang berpotensi besar sebagai bahan bakar nabati, kandungan minyak dalam biji jarak pagar utuh sebesar 30– 40%, sedangkan pada kernel atau biji yang telah dipisahkan kulit bijinya sebesar 40–50% (Kandpal & Madan 1995) dan setiap aksesi biji jarak pagar mempunyai kandungan minyak yang berbeda (Kaushik et al. 2007). Berdasarkan berat buah, jarak pagar mengandung 17– 18% minyak (Singh et al. 2008; Sirisomboon et al. 2007). Semua komponen buah jarak pagar dapat digunakan sebagai sumber energi. Nilai energi bruto dari biji adalah 24 MJ/kg, lebih besar dibanding batu bara, kotoran sapi, sedangkan dengan tongkol jagung sebanding (Augustus et al. 2002). Nilai pemanasan (heating value) biji jarak pagar mencapai 26,23 MJ/kg (Karaj & Müller 2010). Kadar air biji jarak pagar berada pada kisaran 4,75– 19,57% (Sirisomboon et al. 2007). Kandungan minyak dan energi yang cukup besar dalam biji tersebut menyebabkan biji jarak pagar dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar kompor untuk masak. Kompor berbahan bakar biji jarak pagar hasil perekayasaan telah dikembangkan di Balittas (Hastono 2012). Walaupun minyak jarak pagar mentah (crude jatropha oil, CJO) dapat
AD Hastono: Potensi dan peluang biji jarak pagar untuk substitusi bahan bakar kompor ............
digunakan sebagai bahan bakar kompor minyak tanah, penggunaan biji jarak pagar secara langsung sebagai bahan bakar, selain memudahkan pengguna juga dikarenakan oleh karakter CJO yang kurang sesuai jika digunakan sebagai bahan bakar kompor pengganti minyak tanah. CJO mempunyai suhu ignition dan viskositas yang tinggi (340oC dan 75,7x10-6 m2/ detik) jika dibandingkan dengan minyak tanah (50–55°C dan 2,2x10-6 m2/detik), sehingga untuk penyalaan awal memerlukan suhu yang tinggi dan properti viskositas tinggi menyebabkan sumbu yang biasa digunakan untuk kompor minyak tanah menjadi mudah tersumbat (Islam et al. 2011). Mencampur CJO dengan solar dengan konsentrasi 30% (v/v) dapat menurunkan viskositasnya secara drastis (Pramanik 2003; Forson et al. 2004). Pengurangan subsidi pemerintah terhadap bahan bakar, terutama minyak tanah, yang banyak digunakan untuk bahan bakar kompor, serta keterbatasan ketersediaan LPG di pedesaan merupakan masalah sumber energi yang harus segera dicarikan pemecahan masalahnya. Tanaman jarak pagar telah dicanangkan sebagai salah satu sumber energi bahan bakar nabati yang potensial dan tanaman ini telah tersedia di pedesaan, walaupun produksi biji belum optimal. Penggunaan kompor biji jarak pagar untuk keperluan memasak skala rumah tangga di pedesaan dapat memberikan kontribusi kebutuhan energi maupun perbaikan ekonomi dan pelestarian lingkungan di pedesaan. Penerapan teknologi budi daya dan penggunaan klon jarak pagar berpotensi produksi tinggi diharapkan dapat meningkatkan produksi jarak pagar yang saat ini sudah ada di pedesaan. Teknik penyambungan dengan menggunakan batang bawah dari tanaman yang sudah ada dan batang atas dari klon berproduksi tinggi, seperti HS-49, SP-65, dan SP-115 (Sudarmo et al. 2009) serta didukung dengan pemberian pupuk kandang 5 kg/tanaman (Emmyzar & Karmawati 2009), dan pemangkasan yang tepat akan didapatkan produksi biji jarak pagar 1,5 kg/pohon/tahun. Penanaman jarak pagar di sekeliling rumah maupun
sebagai pagar lahan usaha pertanian merupakan praktik budi daya jarak pagar yang memungkinkan untuk diterapkan di pedesaan, karena tidak banyak mengurangi luas lahan untuk usaha pertanian tanaman pangan atau tanaman perkebunan yang lain. Biji jarak pagar yang diperoleh dari pertanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai BBN untuk memenuhi kebutuhan energi memasak skala rumah tangga. Selain itu, jika jarak pagar ditanam di lahan marginal dapat memperbaiki kesuburan tanah akibat adanya penambahan bahan organik, sehingga mempunyai pengaruh positif terhadap lingkungan sekitarnya (Francis et al. 2005). Kandungan energi biji jarak pagar dengan kulit adalah sekitar 20 MJ/kg, dan biji jarak pagar tanpa kulit (kernel) 30 MJ/kg (Jongschaap et al. 2007). Kompor biji jarak pagar hasil rekayasa Balittas memerlukan 300 g biji jarak pagar untuk menyalakannya selama satu jam atau energi yang dihasilkannya 0,6 MJ. Ratarata energi yang dibutuhkan untuk keperluan memasak per hari skala rumah tangga dengan 4 anggota keluarga diperkirakan secara kasar oleh Widaryanto (2011) sebesar 3,142–4,713 MJ. Dengan demikian diperlukan sekitar 1,5– 2,0 kg biji jarak pagar memenuhi kebutuhan memasak sehari atau 550–730 kg per tahun (1 tahun = 365 hari). Jika potensi produksi jarak pagar IP-3A 2,5–3 ton/tahun (Heliyanto et al. 2009) dengan populasi tanaman 2.500 tanaman/ha, maka potensi produksi pertanaman adalah 1–1,2 kg/tahun. Jika jarak pagar ditanam di sekeliling rumah atau di sekeliling lahan sepanjang 150–200 m, akan tertanam 75– 100 tanaman yang akan menghasilkan 75–120 kg biji/tahun atau setara dengan 1.500–4.000 MJ, yang berarti dapat terpenuhi sekitar 50– 85% energi yang dibutuhkan untuk memasak skala rumah tangga. Pemenuhan energi yang dibutuhkan dapat mencapai 100% jika dapat dilakukan peningkatan produksi biji jarak pagar melalui perbaikan teknik budi dayanya. Pemenuhan kebutuhan energi untuk memasak yang dapat diperoleh dari tanaman jarak pagar di sekitar tempat tinggal juga mem-
55
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(1), April 2014:50−58
punyai dampak positif terhadap kehidupan sosial masyarakat pedesaan. Sumber energi yang dapat dimafaatkan dan terdapat di sekitar rumah akan menghemat waktu untuk memperolehnya, sehingga waktu yang dihemat dapat digunakan untuk aktivitas lain. Selain itu, kompor biji jarak pagar yang dapat menggantikan fungsi kayu bakar untuk memasak secara tidak langsung akan berdampak pada pelestarian lingkungan maupun aspek ekonomi, karena hasil samping pembakaran berupa CO2 dan abu juga merupakan harga mahal yang harus dibayar (Nuryanti & Herdinie 2007). Dengan demikian, jarak pagar dapat menjadi sumber energi baru dan terbarukan, sehingga dapat menjadi bagian dari sistem yang berkelanjutan (sustainable) dan juga merupakan bagian dari pembangunan Desa Mandiri Energi (DME).
KESIMPULAN Kompor berbahan bakar biji jarak pagar hasil rekayasa Balittas dapat diaplikasikan di pedesaan yang berpotensi untuk dikembangkan tanaman jarak pagar. Kompor dengan kapasitas 600 g, konsumsi bahan bakar sebanyak 300 gram biji jarak per jam menghasilkan nyala api di dalam kompor sekitar 420oC dapat mensubstitusi penggunaan LPG sebesar 20% atau mengganti penggunaan kayu bakar sebesar 35% untuk kebutuhan memasak skala rumah tangga. Peluang ini dapat dimanfaatkan jika potensi produksi tanaman jarak pagar dapat dioptimalkan dengan menerapkan teknik budi daya yang tepat.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Deciyanto Soetopo, MS., Dr. Ir. Rully Dyah Purwati, M.Phil., yang telah memberikan masukan untuk tulisan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Syafei yang telah membantu mengumpulkan data penggunaan kompor rekayasa Balittas di sekitar KP Asembagus. Bantuan tenaga dan 56
pemikiran dalam perekayasaan kompor oleh Sdr. Moh. Tohari sangat penulis hargai.
DAFTAR PUSTAKA Abdelgadir, HA, Johnson, SD, & van Staden, J 2009, Promoting branching of a biofuel crop Jatropha curcas L. by foliar application of plant growth regulators, Plant Growth Regulation 58:287–295. Abdelgadir, HA, Jäger, AK, Johnson, SD, & van Staden, J 2010, Influence of plant growth regulators on flowering, fruiting, seed oil content, and oil quality of Jatropha curcas, South African Journal of Botany 76:440–446. Abidin, Z 2009, Tanggapan atas pengembangan bahan tanam unggul dan konsep cluster pioneer, Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi, Surya Pena Gemilang, Malang, hlm. 63–68. Abdullah, K, Irwanto, AK, Siregar, N, Agustina, E Tambunan, AH, Yamin, M, Hartulistyoso, E Purwanto, YA, Wulandari, D & Nelwan, LO 1998, Energi dan listrik pertanian, JICA–DGHE /IPB Project / ADAET. Achten, WMJ, Verchot, L, Franken, YJ, Mathijs, E, Singh, VP, Aerts, R, Muys, B 2008, Jatropha bio-diesel production and use, Biomass and Bioenergy 32:1063–1068. Augustus, GDPS, Jayabalan, M & Seiler, GJ 2002, Evaluation and bioinduction of energy components of Jatropha curcas, Biomass and Bioenergy 23:161–164. Cholid, M, Winarno, D & Istiana, H 2009, Teknik microcutting jarak pagar, Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi, Surya Pena Gemilang, Malang, hlm. 170–176. Dhany, RR 2013, RI Masih impor 50% pasokan elpiji, terbesar dari Arab Saudi, Detik Finance, 21 Februari 2013, diakses pada 17 Oktober 2013 (http://finance.detik.com/read/2013/02/ 21/152756/2176192/1034/ri-masih-impor-50pasokan-elpij i-terbesar-dari-arab-saudi) Ditjenbun 2009, Implementasi dan permasalahan dalam pengembangan jarak pagar sebagai sumber energi alternatif, Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi, Surya Pena Gemilang, Malang, hlm. 27–35.
AD Hastono: Potensi dan peluang biji jarak pagar untuk substitusi bahan bakar kompor ............
Emmyzar & Karmawati, E 2009, Respon pemupukan terhadap produktivitas tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) di KP Cikampek Jawa Barat, Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi, Surya Pena Gemilang, Malang, hlm. 144–153. Fadhila, N 2010, Analisis kebijakan konversi minyak tanah ke LPG (liquefied petrolium gas) di Desa Banyakan, Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri, Skripsi Jurusan Managemen, Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim, 76 hlm. Francis, G, Edinger, R & Becker, K 2005, A concept for simultaneous waste land reclamation, fuel production, and socio-economic development indegraded areas in India: need, potential, and perspectives of Jatropha plantations, Natural Resources Forum (29):12–24. Frans, A 2009, Pengalaman PT Indocement mengembangkan Jatropa curcas L., Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi, Surya Pena Gemilang, Malang, hlm. 36–42. Forson, FK, Oduro EK & Hammond-Donkoh, E 2004, Performance of Jatropha curcas L. oil blends in a diesel engine, Renewable Energy 29(7): 1135–1145. Gour, VK 2006, Production practices including postharvest management of J. curcas, in Singh, B, Swaminathan, R & Ponraj, V (eds.), Biodiesel Conference Toward Energy IndependenceFocus of Jatropha, Hyderabad, India, June 9– 10, Rashtrapati Bhawan, New Delhi, India, pp. 223–251. Hamdi, A 2007, Implementasi kebijakan pengembangan jarak pagar sebagai sumber BBN, Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.), Puslitbang Perkebunan, Bogor, hlm. 1–6. Hastono, AD, Tirtosastro, S, Soebandi & Tohari, M 2009, Rekayasa kompor sumbu berbahan bakar minyak mentah jarak pagar (Crude Jatropha Oil), Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi, Surya Pena Gemilang, Malang, hlm. 257–263. Hastono, AD 2012, Pemanfaatan biji jarak pagar sebagai bahan bakar kompor mendukung desa mandiri energi, Laporan Akhir Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Malang, 14 hlm.
Heliyanto, B, Hasnam, Hartati, RS, Syukur, C, Pranowo, D, Susilowati, SE, Purlani, E, Sudarmo, H, Mardjono, R, Deciyanto, S & Indrawanto, C 2009, Pengembangan bahan tanam unggul jarak pagar dan konsep cluster pioneer, Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi, Surya Pena Gemilang, Malang, hlm. 1–11. Islam, AKMA, Yaakob, Z & Anuar, N 2011, Jatropha: A multipurpose plant with considerable potential for the tropics, Scientific Research and Essays 6(13):2597–2605. Jongschaap, REE, Corre, WJ, Bindraban, PS & Brandenburg, WA 2007, Claims and facts on Jatropha curcas L. Plant Research International, Wageningen, 42 p. Kandpal, JB & Madan, M 1995, Jatropha curcas: A renewable source of energy for meeting future energy needs, Technical note, Renewable Energy 6(2):159–160. Karaj, S & Müller, J 2010, Determination of physical, mechanical, and chemical properties of seeds and kernels of Jatropha curcas L. Industrial Crops and Products (32):129–138. Kaushik, N, Kumar, K, Kumar, S, Kaushik, N, & Roy, S 2007, Genetic variability and divergence studies in seed traits and oil content of Jatropha (Jatropha curcas L.) accessions, Biomass and Bioenergy (31):497–502. Kementerian ESDM 2011, Artikel, 1 Februari 2011, diakses pada 17 Oktober 2013 (http://www. esdmgo.id/berita/artikel/56-artikel/4122-kon versi-minyak-tanah-ke-lpg-lebih-murah-lebihbersih.html). Maes, WH, Trabucco, A, Achten, WMJ & Muys, B 2009, Climatic growing conditions of Jatropha curcas L., Biomass Bioenergy (33):1481–1485. Nuryanti & Herdinie, SS 2007, Analisis karakteristik konsumsi energi pada sektor rumah tangga di Indonesia, Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta, 21–22 November 2007, 12 hlm. Pramanik, K 2003, Properties and use of Jatropha curcas oil and diesel fuel blends in compression ignition engine, Renewable Energy, 28:239–248. Prihandana, R, Hambali, E, Mujdalipah, S & Hendroko, R 2007, Meraup untung dari jarak pagar, PT Agromedia Pustaka, Jakarta 108 hlm. Purwati, RR, Yulaikah, S, Sudarmo, H, Anggraeni, TDA, Rifai, M, Suhadi & Yasin 2011, Seleksi
57
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(1), April 2014:50−58
genotipe hibrida F1 untuk peningkatan produktivitas, Laporan Akhir Tahun Anggaran 2011, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Malang, 20 hlm. Rajvanshi, AK & Joshi, MS 1989, Development and operational experience with topless wood gasifier running a 3.75 kW diesel engine pumpset, Biomass (19):47–56. Riajaya, PD, Kadarwati FT & Yoga, S 2009, Keragaan produksi biji jarak pagar tahun II pada berbagai ketersediaan air tanah, Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi, Surya Pena Gemilang, Malang, hlm. 129–136. Romli, M, Hariyono, B & Machfud, M 2007, Pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan hasil jarak pagar (Jatropha curcas L.), Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.), Puslitbang Perkebunan, Bogor, hlm. 30–35. Singh, RN, Vyas, DK, Srivastava, NSL & Narra, M 2008, SPERI experience on holistic approach to utilize all parts of Jatropha curcas fruit for energy, Renewable Energy (33):1868–1873. Sirisomboon, P, Kitchaiya, P, Pholpho, T, Mahuttanyavanitch, W 2007, Physical and mecha-
58
nical properties of Jatropha curcas L. fruits, nuts, and kernels, Biosystem Engineering (97):201–207. Sudarmo, H, Heliyanto, B & Mardjono, R 2009, Provenan-provenan jarak pagar potensial di KP Muktiharjo, Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi, Surya Pena Gemilang, Malang, hlm. 86–91. Turare, C 1997, Biomass gasification technology and utilisation, diakses pada 10 Oktober 2012 (http://members.tripod.com/~cturare/bio.htm) Vyas, DK & Singh, RN 2007, Feasiblity study of Jatropha seed husk as an open core gasifier feedstock, Renewable Energy (32):512–517. Widaryanto, E 2011, Peluang dan tantangan kemandirian energi berbasis tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) yang ramah lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Ilmu Ekologi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Zeng, JA 2006, An energy plant with a promising potential for development Jatrohpa curcas L. Yunnan Forest 27(2):21.