Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(2), Oktober 2013:90−95 ISSN: 2085-6717 Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(2), Oktober 2013: 90−95
Prospek Ekstrak Daun Tembakau Sebagai Nematisida Nabati Prospect of Extract of Tobacco leaf for Botanical Nematicide Wiratno*), Siswanto**), dan I.M. Trisawa**) Balai Pengkajian Teknologi Sumatera Selatan*) Jln. Kol. H. Barlian Km 6, Palembang Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan**) Jln. Tentara Pelajar No. 1, Bogor Diterima: 22 November 2012
disetujui: 2 Agustus 2013
ABSTRAK Nematisida nabati adalah salah satu jenis nematisida alami yang saat ini sedang banyak dipelajari peranannya dalam mengendalikan nematoda. Nematisida ini relatif aman bagi lingkungan dan organisme hidup karena bahan aktifnya berasal dari senyawa metabolit sekunder tanaman yang mudah terurai. Pemanfaatan senyawa metabolit sekunder tanaman sebagai bahan aktif nematisida nabati didasarkan pada fungsinya bagi tanaman, diantaranya sebagai sarana untuk perlindungan diri dari serangan hama dan penyakit. Salah satu tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tembakau (Nicotiana tabacum). Daun tembakau mengandung senyawa nikotin dan secara in vivo mampu membunuh nematoda Meloidogyne incognita dengan nilai LC50 dan LC90 berturut-turut sebesar 1,9 dan 3,6 mg ekstrak/ml air. Nematoda yang mati terpapar ekstrak daun tembakau berbentuk keriting (curly), menyerupai bentuk nematoda yang mati terpapar insektisida organofosfat yang menghambat pembentukan senyawa acetylcholine dalam system syaraf organisme hidup. Fenomena ini dapat dijadikan salah satu indikator untuk mendeteksi cara kerja berbagai senyawa sekunder tanaman dalam membunuh hama yang hingga kini masih belum banyak diketahui. Kata kunci: Daun tembakau, nematisida nabati, organofosfat, potensi
ABSTRACT Botanical nematicide is one type of natural pesticide, which is currently being studied for its role in the control of nematodes. This nematicide is safer for the environment and living organisms as the active ingredient derived from secondary metabolite of plants is biodegradable. Utilization of this compound as active ingredients of botanical nematicide is based on naturally used as a mean of self-protection against pests and diseases. One plant that potentially to be used as nematicide is tobacco (Nicotiana tabacum). Tobacco leaves extract is able to kill the root knot nematode, Meloidogyne incognita, with LC50 and LC90 values are 1.9 and 3.6 mg extract/ml of water, respectively. Body of the dead nematodes exposed by this extract shows curly shape similar to that of exposed by an organophosphate group, which acts as acetyl cholinesterase inhibitors. Meanwhile the body of naturally dead nematode shows straight shape. This phenomenon can be used as an indicator to detect the mode of action of plant secondary metabolite compounds that have not been widely known. Keywords: Botanical nematicide, organophosphate, potency, tobacco leaves
PENDAHULUAN
N
ematoda merupakan kelompok organisme mikroskopis pengganggu tanaman berbentuk memanjang seperti cacing hidup di dalam tanah atau pada pertanaman. Nematoda ada yang bersifat saprofit ataupun parasit. 90
Nematoda saprofit sangat menguntungkan karena mempercepat proses degradasi bahan organik sehingga tanah menjadi subur. Sedang nematoda parasit, khususnya parasit pada tanaman, menyebabkan kerusakan tanaman sehingga mengakibatkan penurunan produksi, yang akhirnya merugikan petani
Wiratno et al.: Prospek ekstrak daun tembakau sebagai nematisida nabati prospect of extract of …….
(Bridge et al. 1995). Nematoda parasit tanaman dapat menyebabkan kematian tanaman sehingga petani gagal panen. Beberapa jenis nematoda parasit tanaman antara lain Meloidogyne sp., Pratylenchus sp., Radopholus sp., Globodera sp. dan Rotylenchulus sp. (Mustika 2005; 2010). M. incognita merupakan nematoda puru akar pada tanaman lada, nilam dan jahe sedangkan Rotylenchulus reniformis ditemukan pada tanaman jahe dan pisang (Mustika 2010). Jenis nematoda yang banyak dijumpai di Indonesia adalah Meloidogyne spp. dengan kisaran inang yang sangat luas. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan nematoda sangat besar karena dapat mengakibatkan kematian tanaman. Populasi nematoda parasit tanaman dapat ditekan melalui penggunaan musuh alami (Khan & Kim 2007; Khan et.al. 2007), perbaikan praktek budidaya tanaman (Okada dan Harada, 2007), penggunaan kultivar tahan (Williamson & Umar 2006), dan penggunaan pestisida sintetis (Browning et al. 2006). Namun sejak tahun 1950-an, petani lebih mengandalkan penggunaan pestisida sintetik daripada pendekatan lainnya. kebiasaan ini menyebabkan pencemaran lingkungan (Zang et al. 2011), terbunuhnya organisme bukan sasaran (Subramanyam et al. 2012) dan timbulnya berbagai kasus keracunan pada petani (Mancini et al. 2009). Menyikapi permaslahan tersebut perlu dicari cara pengendalian alternatif yang lebih aman, dengan harga terjangkau tetapi memiliki efektifitas yang relatif tidak berbeda dengan pengendalian menggunakan pestisida sintetis. Salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah pemanfaatan nematisida berbahan aktif asal tanaman yang dikenal sebagai nematisida nabati (Javed et al. 2006). Nematisida nabati umumnya mudah terurai oleh cahaya matahari, oksigen dan mikroorganisme menjadi produk yang kurang beracun. Oleh karena itu, penggunaan nematisida tersebut tidak meninggalkan residu, baik pada produk pertanian maupun lingkungan (Khater 2012). Pemanfaatan nematisida nabati diharapkan dapat menjawab permintaan
pasar akan berbagai produk pertanian yang aman dikonsumsi antara lain karena bebas residu pestisida.
Tanaman yang berperan sebagai nematisida nabati Berbagai jenis tanaman diketahui mengandung senyawa toksik terhadap nematoda sehingga berpotensi dikembangkan sebagai nematisida nabati. Di antara tanaman tersebut antara lain tagetes (T. erecta, T. minuta), mimba (Azadirachta indica), serai wangi (Cymbopogon nardus), srikaya (Annona squamosa, A. glabra, A. montana, A.reticulata), jarak (Ricinus communis), serai dapur (C. citratus), lempuyang pahit (Zingiber americans), lempuyang wangi (Z. aromaticum), dan lempuyang gajah (Z. zerumbet) (Grainge & Ahmed 1988; Alam & Jairajpuri 1990). Beberapa tanaman yang dilaporkan efektif mengendalikan nematoda puru akar, M. incognita, adalah pinang efektif mengendalikan nematode pada tanaman kedelai (Nezriyetti & Novita 2012), seraiwangi, mimba (Hasudungan 2010) dan jarak pagar (Nezriyetti & Novita 2012) efektif pada tanaman tomat. Limbah hasil ekstraksi biji mimba, jarak, kacang tanah, dan wijen (Prakash et al. 2008) serta ekstrak cengkeh, jeringau, dan tembakau (Wiratno et al. 2007) terbukti efektif menekan populasi nematoda puru akar. Daun tanaman tembakau dilaporkan bersifat nematisidal karena banyak mengandung senyawa nikotin (Opolot et al. 2006; Deshmukh et al. 2012). Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan ekstrak daun tembakau mampu membunuh hingga lebih dari 90% M. incognita (Wiratno et al. 2007). Aplikasi pengendalian di lapang dapat dilakukan dengan menggunakan potongan/irisan daun, akar dan batang tanaman yang dimanfaatkan sebagai mulsa (Prakash et al. 2008) maupun ekstrak bahan tanaman yang disiramkan di sekitar perakaran tanaman (Wiratno et al. 2007). Namun agar nematisida ini dapat tersedia di tingkat petani dan mudah diaplikasikan diperlukan pengkajian lebih lanjut termasuk cara
91
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(2), Oktober 2013: 90−95
memformulasikannya sehingga nematisida dapat diproduksi dalam skala industri. Nematisida ini diharapkan dapat mensubstitusi penggunaan nematisida sintetik yang saat ini dipergunakan secara luas dan terus menerus.
Cara kerja ekstrak daun tembakau dalam membunuh nematoda Secara invivo ekstrak daun tembakau telah terbukti mampu membunuh nematoda parasit tanaman, M. incognita, dengan nilai LC20, LC50, dan LC90 berturut-turut sebesar 2,8; 3,9; dan 4,9 mg/ml air. Pada Tabel 1 terlihat bahwa toksisitas ekstrak tembakau lebih tinggi jika dibandingkan dengan toksisitas minyak cengkeh, sirih maupun jeringau bahkan masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan toksisitas insektisida sintetik karbosulfan yang merupakan insektisida yang direkomendasikan digunakan untuk mengendalikan nematoda puru akar ini. Nilai LC20, LC50, dan LC90 karbosulfan terhadap M. incognita berturut-turut sebesar 12,7; 25,3; dan 36,1 mg/ml air (Wiratno et.al. 2007). Tabel 1. Toksisitas beberapa ekstrak tanaman dan karbosulfan terhadap M. incognita Nama latin/ Nama dagang Nicotiana tabacum Syzigium aromaticum Piper betle Acorus calamus Karbosulfan
Nama daerah
Konsentrasi uji (mg/ml) LC20
LC50
LC90
Tembakau
1,3
1,9
3,6
Cengkeh
2,8
3,9
4,9
Sirih Jeringau
1,2 4,9
3,0 11,3
5,2 18,7
12,7
25,3
36,1
Karbosulfan
Sumber: Wiratno et.al., 2007
Bentuk nematoda yang mati setelah diaplikasikan dengan ekstrak daun tembakau berbentuk keriting menyerupai nematoda yang mati terbunuh oleh insektisida golongan organofosfat seperti karbosulfan dan khlorpirifos yang bersifat acetyl cholinesterase inhibitor. Sedangkan bentuk nematoda yang mati secara alamiah menyerupai lidi (lurus) atau seperti
92
pisang (agak melengkung) (Gambar 1) (Wiratno et al. 2007). Fenomena bentuk tubuh nematoda ini menarik untuk dikaji lebih lanjut. Diduga cara kerja ekstrak daun tembakau dalam membunuh organisme sasaran melalui penghambatan kerja hormon acetylcholinesterase yang mempengaruhi sistem saraf (neurotoksik). Acetylcholine merupakan rangkaian neurokimia bertugas mengirim signal ke seluruh sistem syaraf, berperan dalam menyediakan asupan bagi netron dan reseptor otak. Dengan terhambatnya produksi acetylcholine maka terjadi gangguan pada sistem syaraf organisme sasaran.
A
B
C
Gambar 1. Bentuk nematoda yang mati terpapar ekstrak daun tembakau (A dan B) dan nematoda mati secara alamiah (C) (Wiratno et al. 2007)
Cara kerja ini dapat dijelaskan karena persimpangan neuromuskular nematoda tidak berbeda secara fundamental, baik secara struktural maupun fungsional dari persimpangan neuromuskular organisme lain (Debell 1965) termasuk mamalia. Oleh karena itu, bentuk dari nematoda mati terpapar ekstrak tembakau akan sama dengan nematoda yang mati terpapar oleh nematisida dalam kelompok yang sama dalam hal ini kelompok organofosfat dan karbamat yang bersifat acetyl cholinesterase inhibitor. Karakteristik ini merupakan hal menarik dan bermanfaat sebagai salah satu indikasi untuk menganalisis cara kerja suatu senyawa sekunder tanaman yang biasanya tersusun dari berbagai bahan kimia dengan komposisi yang kompleks. Sementara itu, informasi cara kerja ekstrak tembakau dalam membunuh hama masih perlu investigasi lebih lanjut.
Wiratno et al.: Prospek ekstrak daun tembakau sebagai nematisida nabati prospect of extract of …….
Prospek diversifikasi tembakau sebagai nematisida nabati Tembakau sejak jaman dulu telah banyak diekspor dan dimanfaatkan sebagai bahan baku rokok keretek. Namun pemasaran tembakau mulai mengalami kesulitan semenjak hasilhasil penelitian mengindikasikan bahwa merokok dapat mengakibatkan berbagai serangan penyakit. Beberapa penyakit penting yang disebabkan karena merokok di antaranya penyakit saluran pernapasan (Sangani & Andrew 2011), demensia/pikun (Hernán et al. 2008), parkinson (Chen et al. 2010), kanker paru (Lubin & Neil 2006), perubahan tulang belakang leher (Gore et al. 2005), dan degenerasi makula yang menyebabkan kebutaan (Fujihara et al. 2008). Di Amerika Serikat industri rokok mulai terancam sejak tahun 1964 diawali dengan adanya deklarasi dari United State Surgeon General, bahwa merokok membahayakan kesehatan. Ancaman ini bertambah besar sejak adanya pelarangan iklan rokok di radio dan televisi pada tahun 1970. Saat itu gerakan anti merokok merebak keberbagai penjuru dunia. Untuk mengantisipasi anjoknya harga rokok akibat semakin menurunnya permintaan pasar akan tembakau, sudah saatnya pemerintah mulai memikirkan diversifikasi produk tembakau. Salah satu alternatif yang cukup prospektif untuk dikembangkan adalah memanfaatkan daun tembakau sebagai bahan baku nematisida nabati. Daun tembakau diperkenankan dimanfaatkan untuk mengendalikan OPT pada lahan pertanian yang dibudidayakan secara organik. Pemanfaatannya dapat dilakukan dengan mengaplikasikan hasil rajangan daun-daun tembakau sebagai mulsa (Wang et al. 2004; Nahar et al. 2006). Sedangkan ekstrak daun tembakau hanya dapat dipergunakan pada pertanaman non organik. Hal ini berkaitan dengan efek racun dari nikotin yang tinggi terhadap mamalia termasuk manusia (Isman 2005). Oleh katena itu untuk menekan efek racunnya, maka ekstrak yang telah dilarutkan dengan air dapat diaplikasikan dengan menyi-
ramkannya ke permukaan tanah di sekitar perakaran tanaman (Begum et al. 2003). Dengan demikian kontaminasi nikotin terhadap petani pekerja dapat ditekan bahkan relatif tidak ada sama sekali. Aplikasi bahan tanaman sebagi mulsa diyakini efektif menekan populasi nematoda parasit tanaman. Hal ini disebabkan senyawa nitrat dan nitrogen amoniak akan terakumulasi selama proses dekomposisi bahan organik bersifat racun terhadap berbagai organisme hidup. Keefektifan mulsa dalam menekan populasi nematoda parasit tanaman akan meningkat bila mulsa yang digunakan mengandung bahan kimia beracun seperti senyawa nikotin yang dikandung daun tembakau. Selain itu dekomposisi bahan organik dapat menjadi sumber makanan tambahan yang dapat memfasilitasi perkembangan populasi nematoda bacterivorous (Rhabditidae & Cephalobidae), fungivorous (Forge et al. 2003) dan predator. Pada akhirnya pemberian mulsa daun tembakau secara keseluruhan menurunkan kepadatan populasi nematoda parasit tanaman melalui persaingan, antagonisme atau menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan. Keuntungan nematisida nabati dari daun tanaman tembakau dapat mendorong minat terhadap pengembangan tanaman tembakau baik dalam skala usaha kecil sederhana maupun agribisnis skala besar. Kondisi ini tidak menjadi masalah mengingat ketersediaan dukungan bahan baku dan teknologi pengolahannya. Bahan baku tidak hanya diperoleh khusus dari daun tembakau, tetapi juga dari tangkai daun yang selama ini menjadi limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dukungan teknologi pengolahan tembakau menjadi nematisida, bukan perkara yang sulit. Dalam teknologi yang sederhana, cara yang umum dilakukan adalah dalam bentuk aplikasi mulsa atau rendaman daun/tangkai tembakau. Sementara itu, bentuk formulasi yang ditujukan untuk lebih memudahkan dalam penyedian bahan siap pakai, aplikasi yang lebih efisien, dan keefektifan yang meningkat
93
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(2), Oktober 2013: 90−95
terhadap OPT sasaran, dapat dilakukan dengan kemajuan teknik ekstraksi, isolasi dan formulasi melalui bahan yang sinergis. Potensi daun tembakau sebagai nematisida menjadi nilai tambah bagi komoditas tersebut. Teknik aplikasi yang tidak langsung disemprotkan ke tanaman, mampu mengeliminir efek samping terhadap lingkungan, sasaran lebih spesifik, residu relatif pendek, dan kemungkinan OPT tidak mudah berkembang menjadi tahan terhadap nematisida tersebut. Hal-hal ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan pemanfaatannya kedepan.
KESIMPULAN Tembakau adalah salah satu komoditas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif nematisida nabati. Kandungan nikotin pada daun tembakau mampu membunuh namatoda dan bekerja menyerupai pestisida sintetik dalam golongan organofosfat dan karbamat yaitu menghambat pembentukkan hormon acetyl cholinesterase. Pemanfaatan formula berbahan aktif daun tembakau untuk mengendalikan nematoda cukup aman mengingat aplikasinya dapat dilakukan dengan memanfaatkannya sebagai mulsa atau dengan menyiramkan larutan ekstrak daun ke sekitar perakaran tanaman. Diversifikasi pemanfaatan daun tembakau sebagai nematisida nabati memberikan prospek baik mengingat pemanfaatan tembakau sebagai bahan baku rokok kian dipermasalahkan.
DAFTAR PUSTAKA Alam, MM & Jairajpuri. MS 1990, Nematode control strategies. Principles and prac tices, in Jairajpuri, MS, Alam, MM & Ahmad, I (eds). Nematode bio-control (Aspects and Prospects), CBS Publishers & Distributors PVT Lts. Delhi-11032 (India), p. 5–15 Begum, Z; Shaukat, SS & Siddiqui, IA 2003, Suppression of Meloidogyne javanica by Conyza canadensis, Blumea obliqua, Amaran-
94
thus viridis and Eclipta prostrate, Plant Pathol. J. 2(3):174–180. Bridge, J, Price, NS & Kofi, P 1995. Plant parasitic nematodes of plantain and other crops in Cameroon, West Africa, Fundamental and Applied Nematology 18:261–270. Browning, M, Wallace, DB, Dawson, C, Alm, SR & Amador. JA 2006, Potential of butyric acid for control of soil-borne fungal pathogens and nematodes affecting strawberries, Soil Biol. Biochem. 38(2):401–404. Chen, H, Huang, X, Guo, X, Mailman, RB, Park, Y, Kamel, F, Umbach, DM, Xu, Q, Hollenbeck, A, Schatzkin, A & Blair, A 2010, Smoking duration, intensity, and risk of Parkinson disease, Neurology 16(74):878–884. Debell, JT 1965, A long look at neuromuscular junctions in nematodes, Q.Y. Rev. Biol. 40(3): 233–251. Deshmukh, MB, Sangram, HP & Chetan, SS 2012. Synthesis and insecticidal activity of some nicotinic acid derivatives, Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 4(1):326–332. Forge, TA, Hogue, E, Neilsen, G & Neilsen, D, 2003, Effects of organic mulches on soil microfauna in the root zone of apple: implycations for nutrient fluxes and functional diversity of the soil food web, Appl. Soil Ecol. 22 (1):39–54. Fujihara, M, Norihiro, N, Thomas, ES, Shyam, B & James, TH 2008, Chronic cigarette smoke causes oxidative damage and apoptosis to retinal pigmented epithelial cells in mice, diakses pada 7 Agustus 2013, (http://www.plosone.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fj ournal.pone.0003119) Gore, DR, Guilermo, FC, Scott, TG 2006, Smoking and degenerative changes of the cervical spine: a roentgenographic study, The Spine Journal, diakses pada 7 Agustus 2013 (http:// www.thespinejournalonline.com/article/S1529 -9430%2805%2901068-5/abstract). Grainge, M & Ahmed, S 1988, Handbook of plants with pest control properties, New York. J. Wiley Publisher. Hasudungan, JW 2010, Pengendalian Biologi nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum). Skripsi, Universitas Sumatera Utara, 49 hlm. Hernán, MAA, Alonso, A & Logroscino, G 2008, Cigarette smoking and dementia: Potential
Wiratno et al.: Prospek ekstrak daun tembakau sebagai nematisida nabati prospect of extract of …….
selection bias in the elderly, Epidemiology 19(3):448–450
crobial, physical and chemical properties, Appl. Soil Ecol. 34(2–3):140–151.
Isman, M.B 2005, Problems and opportunities for the commercialization of botanical insecticides, in Regnault-Roger, C; Philogène, BJR; Vincent, C (eds.), Biopesticides of plant origin, Lavoisier, Paris. pp. 283–291.
Nezriyetti & Novita, T 2012, Efektivitas ekstrak daun jarak pagar (Jatropa curcas L.) dalam menghambat perkembangan nematoda puru akar Meloidogyne spp. pada tanaman tomat, Biospecies 5(2):35–39.
Javed, N; Gowen, SR, Inam-ul-Haq, M, Abdullah, K & Shahina, F 2006, Systemic and persistent effect of neem (Azadirachta indica) formulations against root-knot nematodes, Meloidogyne javanica and their storage life, Crop Protect. 26(7):911–916.
Okada, H & Harada, H 2007, Effects of tillage and fertilizer on nematode communities in a Japanese soybean field, Appl. Soil Ecol. 35(3): 582–598.
Khater, HF 2012, Prospects of botanical bio-pesticides in insect pest management, Journal of Applied Pharmaceutical Science 2(5):244–259
Opolot, HN, Agona, A, Kyamanywa, S, Mbata, GN, & Adipala, E 2006, Integrated field management of cowpea pests using selected synthetic and botanical pesticides, Crop Protection 25(11):1.145–1.152.
Khan, Z & Kim, YH 2007, A review on the role of predatory soil nematodes in the biological control of plant parasitic nematodes, Appl. Soil Ecol. 35(2):370–379.
Prakash, A, Rao, J & Nandagopal, V 2008, Future of botanical pesticide on rice, wheat, pulses, and vegetables pest management, Journal of Biopesticides 1(2):154–169.
Khan, Z; Kim, YH, Kim, SG & Kim, HW 2007, Observations on the suppression of root-knot nematode (Meloidogyne arenaria) on tomato by incorporation of cyanobacterial powder (Oscillatoria chlorina) into potting field soil, Bioresource Technol. 98(1),69–73.
Sangani, RG & Andrew, JG 2011, Lung injury after cigarette smoking is particle related, International Journal of Chronic Obstructive Pulmonary Disease Vol. 6:191–198
Lubin, JH & Neil, EC 2006, Cigarette Smoking and Lung Cancer: Modeling Total Exposure and Intensity, Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. 15(3):517–523. Mancini, F, Janice, LSJ & Michael, O 2012, Reducing the incidence of acute pesticide poisoning by educating farmers on integrated pest management in South India, Int. J. Occup. Environ. Health 15:143–151 Mustika, I 2005, Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda parasit tanaman perkebunan di Indonesia, Perspektif 4(1):20–32.
Subramanyam, D, Valluru, L, Wudayagiri, R & Badrachari, V 2012. Biomanagement of pesticides for sustainable environment: An Indian scenario, International Journal of Biological & Phar-maceutical Research 3(7):826–834. Wang, KH; McSorley, R, Marshall, AJ & Gallaher, RN 2004, Nematode community changes associated with decomposition of Crotalaria juncea amendment in litterbags, Appl. Soil Ecol. 27(1):31–45. Williamson, VM & Kumar, A 2006, Nematode resistance in plants: The battle underground, Trends Genet. 22(7):396–403.
Mustika, I 2010, Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda parasit tanaman di Indonesia, Pengembangan Inovasi Pertanian 3(2): 81–101
Wiratno, D, Taniwiryono, Brink, PVD, Rietjens, IMCM & Murk, AJ 2007, A case study in Bangka Island, Indonesia on the habits and consequences of pesticide use in black pepper plantations, J. Environ. Toxicol. 22(4):405–414.
Nahar, MS, Grewal, PS, Miller, SA, Stinner, D, Stinner, BR, Kleinhenz, MD, Wszelaki, A & Doohan, D 2006, Differential effects of raw and composted manure on nematode community, and its indicative value for soil mi-
Zang, WJ, Fu, BJ & Jian, FO 2011, Global pesticide consumption and pollution: with China as a focus, Proceedings of the International Academy of Ecology and Environmental Sciences 1(2):125–144.
95