BUDIDAYA KODOK LEMBU MEMBERI HARAPAN BARU BAGI MASYARAKAT
Oleh NI PUTU MARIANI
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
KATA PENGANTAR
Kodok merupakan komoditi ekspor nonmigas yang cukup potensial. Sejak tahun 1969, Indonesia telah mengeskpor paha kodok ke berbagai negara. Bahkan Indonesia sebagai negara pengekspor paha kodok terbesar ketiga setelah India dan Bangladesh. Kini semakin langkanya kodok di alam akibat pemburuan besar-besaran sehingga semakin berkurangnya persediaan akan daging kodok. Hal ini menuntut diadakannya budidaya kodok secara intensif untuk menghasilkan daging kodok yang masih menjadi komoditas ekspor yang dapat memberikan keuntungan. Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia (Rana catesbeiana ) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula berasal dari Amerika Selatan. Indonesia mempunyai sekitar 351 jenis kodok, sepertiganya tidak ada di dunia. Pertamakali uji coba budidaya kodok dilakukan di Klaten (Balai bibit ikan), yang kemudian meluas ke Jawa tengah. Di Jawa Barat budidaya kodok banyak ditemui di daerah pesisir Utara, disamping membudidayakan, masyarakat pesisir Utara juga menangkap kodok dari alam. Selanjutnya meluas ke Sumatera Barat dan Bali juga merupakan sentra pembudidayaan kodok. Dewasa ini ini terjadi penurunan populasi kodok di alam, mungkin sebgai akibat penangkapan yang berlebihan ataupun akibat dari pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi berbagai kebutuhan akan komoditas tersebut terutama di restauranrestauran, ada peluang ntuk introduksi spesies kodok baru seperti kodok lembu atau bullfrog (Rana catesbeiana Shaw) karena merupakan spesies yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan dapat dipergunakan sebagai pedoman didalam hal membudidayakan kodok lembu.
Denpasar, Desember 2015 Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 KARAKTERISTIK KODOK LEMBU ........................................................................... 3 CARA MEMBUDIDAYAKAN KODOK LEMBU ........................................................ 5 Penyiapan Sarana dan Peralatan ................................................................................ 5 Persyaratan Lokasi ..................................................................................................... 5 Kolam......................................................................................................................... 5 Mempersiapkan Kolam Produksi............................................................................... 7 Pembibitan ................................................................................................................. 7 Pemeliharaan Kodok Lembu ................................................................................... 10 Hama dan Penyakit .................................................................................................. 11 Panen ........................................................................................................................ 12 Pasca Panen.............................................................................................................. 12 ANALISIS EKONOMI .................................................................................................. 13 TEKNOLOGI PENGOLAHAN KODOK LEMBU ...................................................... 16 Pengolahan Paha Kodok Beku ................................................................................ 16 Preparasi bahan mentah ........................................................................................... 16 Penanganan paha kodok........................................................................................... 17 KESIMPULAN ............................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19
ii
PENDAHULUAN
Kodok adalah salah satu hewan yang sudah lama dikenal manusia, diperkirakan ada sekitar 2.600 spisies kodok dan telah banyak dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Budidaya kodok telah dilakukan di beberapa Negara, baik Negara yang beriklim panas maupun beriklim
empat musim. Negara-negara Eropa yang telah
banyak membudidayakan kodok antara lain Prancis, Belanda, Belgia. Rumania, Jerman Barat, Inggris, Denmark dan Yunani, Amerika Serikat dan Meksiko. Sedangkan di Asia adalah di Cina, Bangladesh, Indonesia, Turki, India dan Hongkong yang telah membudidayakan kodok. Sejarah kodok tidak diketahui asalnya, hampir ditemukan di mana-mana, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia (Rana catesbeiana ) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula berasal dari Amerika Selatan. Kodok merupakan komoditi ekspor nonmigas yang cukup potensial. Sejak tahun 1969, Indonesia telah mengeskpor paha kodok ke berbagai negara. Bahkan Indonesia sebagai negara pengekspor paha kodok terbesar ketiga setelah India dan Bangladesh. Kini semakin langkanya kodok di alam akibat pemburuan besar-besaran sehingga semakin berkurangnya persediaan akan daging kodok. Hal ini menuntut diadakannya budidaya kodok secara intensif untuk menghasilkan daging kodok yang masih menjadi budidaya ekspor yang dapat memberikan keuntungan. Indonesia mempunyai sekitar 351 jenis kodok, sepertiganya tidak ada di dunia. Pertamakali uji coba budidaya kodok dilakukan di Klaten (Balai bibit ikan), yang kemudian meluas ke Jawa tengah. Di Jawa Barat budidaya kodok banyak ditemui di daerah pesisir Utara, disamping membudidayakan, masyarakat pesisir Utara juga menangkap kodok dari alam. Selanjutnya meluas ke Sumatera Barat dan Bali juga merupakan sentra pembudidayaan kodok. Jenis kodok asli Indonesia yang dapat dikonsumsi, umumnya dari family Ranidae :
1.
Kodok hijau (Rana Macrodon) , yang berwarna hijau dan dihiasi totol-totol coklat kehijauan dan tumbuh mencapai 15 cm.
1
2.
Kodok sawah (Rana Cancrivora) , hidup di sawah-sawah dan badannya dapat mencapai 10 cm, badannya berisi bercak coklat.
3.
Kodok rawa (Rana Limnocharis), mempunyai daging yang rasanya paling enak, ukurannya hanya 8 cm.
4.
Kodok batu/raksasa
(Rana Musholini). Hanya terdapat di Sumatera, terutama
Sumatera Barat. Berat badanya mencapai 1.5 kg dan panjangnya 22 cm. 5.
Kodok makanan (Rana tirina)
Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum ternak, seperti itik dan ayam. Kulit kodok yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi kerupuk kulit kodok. Kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan. Daging kodok dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Sudah sejak lama kodok dikenal sebagai salah satu makanan lezat. Di rumahrumah makan Tionghoa, masakan kodok terkenal dengan nama swie kee. Disebut 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok. Kodok-kodok yang tersebut diatas sudah mengalami penurunan populasinya di alam, mungkin akibat penangkapan yang berlebihan ataupun akibat dari pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi kebutuhan kodok untuk konsumsi di restauran-restauran introduksi spesies kodok baru sangat memungkinkan seperti kodok lembu atau bullfrog (Rana catesbeiana Shaw) merupakan spesies yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan.
2
KARAKTERISTIK KODOK LEMBU
Kodok lembu berasal dari Amerika Utara. Jika dibandingkan dengan kodok lokal, kodok lembu sifatnya lebih jinak, lebih mudah dibudidayakan dan dapat mencapai ukuran yang lebih besar (500 - 600 gram/ekor). Kodok lembu termasuk komoditas perikanan yang bernilai ekonomis, sehingga dapat mencukupi kebutuhan baik dalam negeri maupun ekspor tanpa merusak keseimbangan lingkungan. Klasifikasi Kodok Lembu Kerajaan
: Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibi
Subkelas
: Anuromorpha
Super ordo
: Salientia
Ordo
: Anuras
Subordo
: Displasiooela
Family
: Ranidae
Genus
: Rana (True Frog)
Spesies
: Rana Catesbeiana Shaw
Perbedaan jantan dan betina kodok lembu yaitu warna kulit sekitar kerongkongan hitam kekuningan pada kodok jantan dan kodok betina berwarna putih dengan bintik hitam. Ibu jari kaki bagian depan lebih besar pada kodok jantan (berjari 5 buah) sedangkan kodok betina lebih kecil (berjari 4 buah). Kantung suara pada kodok jantan terletak diantara selaput gendang dan pangkal kaki depan sedangkan kodok betina tidak punya. Ciri khususnya yaitu bunyi yang dikeluarkan oleh kodok jantan seperti suara lembu, sedangkan kodok betina perutnya membesar pada saat matang kelamin. Siklus hidup kodok lembu terdiri atas fase telur, berudu (kecebong), percil dan dewasa. Stadia berudu bersifat omnivora termasuk plankton feeder dan pemakan detritus (scavenger). Stadia percil sampai dewasa banyak memakan makanan yang
3
bergerak (seperti serangga, cacing tanah, belatung, ulat dan ikan kecil) atau pakan buatan (pellet). Mortalitas (kematian) pada usaha budidaya bullfrog masih sangat besar, berkisar antara 20-30%. Hal ini disebabkan belum ada penanganan terhadap penyakit bullfrog yang tepat. Pada skala pembesaran 10.000 ekor percil dapat diharapkan untuk memperoleh 7.000 ekor kodok dewasa dengan berat hidup sekitar 250 gram atau total 1.750 kg kodok hidup.
4
CARA MEMBUDIDAYAKAN KODOK LEMBU
Budidaya kodok lembu (Rana catesbiana Shaw) sudah berkembang sejak tahun 1982. Hewan ini berasal dari Amerika Utara. Meski berasal dari negara lain, kodok lembu bisa memijah secara alami dan cara membudidayakannya juga termasuk mudah atau tidak memerlukan perlakuan khusus. Penyiapan Sarana dan Peralatan Persyaratan Lokasi 1.
Lokasi yang ideal untuk budidaya kodok adalah pada ketinggian 1600 dpl.
2.
Tanah tidak terlalu miring namun dan tidak terlalu datar, kemiringan ideal 1- 5%, artinya dalam jarak 100 m jarak kemiringan antara ujung-ujungnya 1-5 m.
3.
Air yang jernih atau sedikit tercampur lumpur tersedia sepanjang masa. Air yang jernih akan memperlancar proses penetasan telur.
4.
Kodok bisa hidup di air yang bersuhu 2–35 C. Suhu saat penetasan telur ialah antara 24–27 derajat C, dengan kelembaban 60–65%.
5.
Air mengandung oksigen sekitar 5-6 ppm, atau minimum 3 ppm. Karbondioksida terlarut tidak lebih dari 25 ppm.
6.
Dekat dengan sumber air dan diusahakan air bisa masuk dan keluar dengan lancar dan bebas dari kekeringan dan kebanjiran.
Kolam. Dalam proses pembuatan kolam, tidak boleh hanya menggali atau menimbun saja, melainkan harus menggabungkan keduanya sehingga akan mendapatkan bentuk dan kontruksi kolam yang ideal (suryanto, 2010) Untuk memasukkan air ke dalam kolam diperlukan saluran yang kontruksinya dibuat dari pasangan bata merah atau batako yang diperkuat dengan semen dan pasir. Bentuk saluran ini biasanya trapezium terbalik dan pada beberapa tempat pemasukan air ke kolam dibuat kobakan kecil untuk menjebak air agar mudah masuk ke dalam kolamkolam. Kolam yang diperlukan antara lain : kolam perawatan kodok, kolam penampungan induk sebelum dikawinkan, kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam 5
perawatan kecebong, kolam pembesaran percil dan kolam pembesaran kodok remaja. Disamping itu masih dibutuhkan kolam untuk memelihara induk. 1.
Kolam Perawatan Kodok Ukuran kolam perawatan kodok yaitu 3 x 5 m yang terdiri dari dinding tembok 0,40 m dan dinding kawat plastik setinggi 1 m. Lantai kandang dibuat dari semen dan bata yang terdiri dari 2/3 bagian kolam berisi air setinggi 10-15 cm dan 1/3 bagian kering.
2.
Kolam Pemijahan Kolam dibuat dari semen dan diatasnya dinding kawat plastik. Kedalaman air kolam ini sekitar 0,30 – 0,40 m dan ditengahnya dibuat daratan. Setiap meter perseginya dipelihara 15 ekor kodok, dengan perbandingan 3 betina dan 1 jantan. Supaya lebih nyaman, sebaiknya lantai daratan tengah tidak berlumpur, dan kolam ditanami enceng gondok. Juga diberikan makanan berupa ikan kecil, ketam dan bekicot. Masa kawin ditandai dengan suara merdu. Tak lama kemudian, telur yang keluar akan kelihatan mengambang di air kolam dan segera dipindahkan ke kolam penetasan.
3.
Kolam Penetasan Kolam penetasan dibuat beberapa buah, dari tembok dengan air sedalam 30 cm dan air mengalir atau diberi aerasi. Luas kolam seluruhnya 10 m2
4.
Kolam Kecebong Kolam ini terdiri dari beberapa kolam yang masing-masing luasnya berkisar antara 5 m2 sampai dengan 6 m2, dengan dasar lantai terbuat dari semen.
5.
Kolam Kodok Muda Di kolam ini, kodok yang dipelihara berumur kurang dari 2 bulan. Kolam ini dibuat beberapa buah dengan masing-masing luasnya 15 m2, dengan dinding tembok dan kawat. Lantai miring dengan daerah air 1/3 bagian dengan kedalaman 15 - 35 cm.
6.
Kolam Kodok Dewasa Pada kolam ini kodok sudah berusia antara 2–6 bulan. Kolam yang diperlukan terdiri dari 2, dengan masing masing luas kira–kira 20 m2 , dengan konstruksi dasar dan dinding tembok dan kawat. Kedalaman air yang diperlukan antara 30 - 40 Cm.
6
Mempersiapkan Kolam Produksi Bila lantai dasar kolam terbuat dari tanah, dasar kolam diolah dan dicangkul dan ditebari pupuk sampai dianggap siap huni. Kolam dibiarkan dulu tidak terpakai selama sebulan. Selama itu kolam dimasukkan air, didiamkan dan dikeluarkan berulang-ulang. Persiapkan alat-alat untuk membuat hujan buatan, baik dari drum bekas maupun dengan menggunakan springkel karena untuk proses perkawinan kodok biasanya terjadi pada masa penghujan. Sebaiknya kolam ditanami teratai, enceng gondok, genjer dan ganggang yang berfungsi untuk tempat biang kodok bercumbu rayu dan menempelkan telurnya serta meningkatkan kualitas air kolam dan mempertinggi kandungan oksigen. Pembibitan Adapun syarat ternak (kodok) yang baik adalah bibit dipilih yang sehat dan matang kelamin. Sehat, tidak cacat, kaki tidak bengkok dan normal kedudukannya, serta gaya berenang seimbang dan kodok tersebut tidak mengidap penyakit kaki merah ( red legs ). 1.
Pemilihan Bibit Calon Induk Menurut Muhadyanto (1997) untuk bibit calon induk sebaiknya dipilih kodok yang sehat, tidak cacat dan beratnya antara 300 – 500 gram per ekor, umur 18 bulan untuk betina dan 12 bulan. Kemudian bibit calon induk dipisahkan berdasarkan jenis kelaminnya. Pemisahan dilakukan sekitar 1–2 hari, pemisahan ini dilakukan untuk lebih merangsang nafsu diantara mereka apabila saatnya mereka dipertemukan. Terjadinya perkawinan biasanya pagi hari yang ditandai dengan katak jantan berada diatas katak betina. Pada waktu perkawinan berlangsung jangan sampai terganggu, bila terganggu katak jantan akan melepaskan katak betina dan untuk terjadi perkawinan berikutnya biasanya memerlukan waktu yang agak lama. Setiap memijah, 1 ekor induk dapat menghasilakn telur antara 5.000 – 20.000 butir tergantung dari kualitas induk, dan berlangsung sebanyak 3 kali pemijahan per tahun. Untuk induk-induk yang hendak dikawinkan sebaiknya diberikan makanan cincangan daging bekicot yang masih segar dan makanan buatan lainnya.
7
2.
Perawatan Bibit dan Calon Induk Induk jantan dan betina berumur 4 bulan disuntik perangsang pertumbuhan Gonadotropin intramuskular dengan dosis 200-250 IU/ekor/bulan.
3.
Sistem Pemijahan Menurut Muhadyanto (1997) pemijahan kodok lembu ada 2 cara yaitu pemijahan secara tradisonal dan secara intensif. Pemijahan secara tradisional Cara ini dianjurkan bagi peternak pemula yang belum berpengalaman. Pemijahan dilakukan di kolam plesteran berbentuk empat persegi panjang dengan luas antara 20 -50 m2 dan tingginya kurang lebih 1 m. Bagian tengah kolam berupa tanah atau daratan, bentuknya seperti pematang yang sisinya ditanami rumput dan tales. Agar lebih teduh dan alami, diatas pematang sebaiknya diberi atap atau peneduh dari karton bekas atau genteng dan dipasang alat penyemprot air taman untuk membuat hujan buatan. Manfaat pematang ini sebagai tempat istirahat dan arena percumbuan antara induk jantan dan betina. Sedangkan bagian kolam yang lain diisi air sedalam kurang lebih 30 cm dan diberi
tanaman enceng gondok. Pemijahan
tradisional merupakan cara memproduksi benih bersifat masal, karena dalam satu unit kolam pemijahan diisi banyak pasangan induk jantan dan betina. Sebagai patokan, tiap meter persegi kolam pemijahan tradisional dapat diisi 1-2 pasang induk jantan dan betina. Pemijahan secara intensif Cara ini sebaiknya dilakukan oleh peternak yang sudah berpengalaman dan trampil. Pemijahan dilakukan di kolam plesteran berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 1,5 x 2 m dan tinggi sekitar 80 cm. Air kolam yang digunakan berasal dari sumur atau sumber lain, yang dialirkan ke unit-unit kolam melalui pipa paralon ukuran 1 dim yang dilubangi, sehingga keluarnya air dari pipa seperti pancuran. Dasar kolam dibuat agak miring sedikit agar air yang masuk ke kolam melalui pipa paralon bias langsung keluar (terbuang). Kolam pemijahan intensif biasanya disebut kolam pasangan karena setiap unit kolam diisi induk jantan dan betina dengan perbandingan 1 jantan : 1 8
betina atau 2 jantan : 1 betina. Berdasarkan pengalaman perbandingan jantan dan betina 2 : 1, proses perkawinan lebih cepat karena adanya persaingan induk jantan untuk mendapatkan sang betina. Disamping cara diatas ada cara mutakhir untuk memijahkan kodok yaitu dengan kawin suntik dengan menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa untuk merangsang kodok agar kawin sesuai waktu yang kita inginkan. (Suryanto, 2010). Dengan sistem ini akan mengintensifkan pembenihan, mengurangi kematian, merawat telur-telur kodok yang telah dibuahi dalam tempat tersendiri, memberi jaminan bahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma seluruhnya dan tidak memerlukan hujan buatan. Penyuntikan pada tubuh lazimnya pada punggung, rongga perut dan bagian kepala, namun cara penyuntikan pada rongga perut lebih banyak yang dipilih. 4.
Reproduksi dan Perkawinan Kodok yang hendak disuntik ditampung pada akuarium yang diberi sedikit air dan ditutup dengan kawat kasa untuk memudahkan penangkapan. Kodok-kodok tersebut telah cukup umur dan dalam keadaan matang telur. Saat penyuntikan kodok dibalut dengan kain hapa agar tidak meronta. Kodok yang telah disuntik kemudian dilepas dalam akuarium lain dan dipantau setiap jam. Setelah 12 jam, kodok tadi disuntik kembali agar mereka mampu bertelur seluruhnya. Setelah yang betina 2 kali disuntik dan menunjukkan akan bertelur, maka disiapkan testis dari induk jantan. Sperma dikeluarkan dari testis dengan cara memotongnya dengan jarum kecil yang tajam dan dimasukkan ke cawan petri yang sudah diisi dengan air kolam yang bersih. Setelah air dalam cawan menjadi keruh dan testis sudah kosong, maka cairan testis dibiarkan selama 10 menit dalam suhu ruangan. Jika sperma aktif (dapat dilihat dibawah mikroskop), maka kodok betina bertelur diurut perutnya agar telurnya keluar. Telur diusahakan jatuh di atas cairan sperma, lalu digoyang-goyangkan dan biarkan selama beberapa menit. Telur yang mengalami pembuahan akan mengalami rotasi. Telur kemudian ditetaskan dan airnya diganti setiap hari dengan menjaga suhu pada kisaran 24 – 27 O C dan pH air juga diamati.
9
Pemeliharaan Kodok Lembu Pemeliharaan dilakukan pada setiap tahap pertumbuhan kodok. Pertumbuhan dan kesehatan kodok tergantung pada makanan dan kecocokan tempat tinggalnya. Kodok diberi makan 1 kali sehari, air di kolam diganti dan dibersihkan seminggu sekali. 1.
Sanitasi dan Tindakan Preventif Telur yang sudah dibuahi, dipindahkan pada kolam penetasan. Kolam dibersihkan dari hama dan kotoran sebelum digunakan. Telur harus dipisahkan dari induknya sehingga telur tidak terganggu proses penetasannya dan tidak dimakan oleh induknya. Memindahkan telur jangan sampai pecah sarangnya atau lendirnya. Telur-telur akan menetas setelah 48–72 jam pada suhu air 24–27 O C. Bila sudah menetas dipelihara pada kolam yang sama selama 10 hari.
2.
Perawatan Ternak Kodok muda yang telah mengalami metamorphose ditempatkan pada kolam permanen. Pemasukan dan pengeluaran air harus diberi penyaring untuk menghindari hama dan mencegah kodok lepas ke perairan umum. Padat penebaran dalam kolam adalah 50-100 ekor/m2. Bila memelihara jenis kodok banteng yang tidak suka makanan yang tidak bergerak, makanan harus diletakkan dibawah aliran air/pancuran. Setelah berumur 3 bulan, kodok diseleksi berdasarkan kaki belakang, kulit dan ukuran badannya. Jumlah yang di seleksi 20% dari total dan dipindahkan ke kolam calon induk, sedangkan sisanya tetap dipelihara sampai masa panen pada umur 4-5 bulan. Kodok dewasa (matang gonada) untuk bibit unggul, baik jantan maupun betina di suntik dengan kelenjar hiphofisa kodok sebanyak 1 dosis. Penyuntikan dilakukan 1 bulan sekali (bila memakai sistem hiphofisa) dan padat tanam sebanyak 20 - 25 ekor/m2.
10
3.
Pemberian pakan Berbagai macam makanan dapat diberikan untuk kodok di kolam pembesaran persil maupun di kolam pembesaran kodok remaja. Makanan percil sampai kodok dewasa berupa cincangan daging bekicot, cincangan daging ikan, ulat, belatung, serangga, mie, bakso dan berbagai benih ikan serta ketam-ketaman kecil dan lainnya. Dapat juga diberikan makanan buatan, dengan meramu makanan buatan dengan menyusun sesuai dengan tingkat umur kodok, yang terkadang sulit dilakukan bila diberikan makanan yang langsung didapat dari alam. Dengan demikian maka problem yang sering dialami seperti ukuran makanan lebih besar dari lebar bukaan mulut kodok tidak perlu terjadi lagi.
Hama dan Penyakit 1.
Penyakit, hama dan penyebabnya Penyakit kodok umumnya disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri. Paha kaki berwarna merah, luka dan kulit melepuh adalah penyakit yang menyerang kodok yang berumur 1-2 bulan, menular dan menyerang sistem saraf, sehingga akan mati dalam beberapa jam.
2.
Pencegahan, serangan penyakit dan hama Bakteri bisa menyerang kecebong, gejalanya ekor luka dan berwarna putih. Penanggulangannya dengan memisahkan kecebong yang terserang, kolam dibersihkan dengan PK, dosis 0,05 gram/ liter 15 hari sekali, jangan memberikan makanan yang kandungan proteinnya melebihi dosis 10–15% karena perut kodok akan menjadi kembung. Pengobatan dengan antibiotika streptomisin/tetrasiklin, obat luar dengan penggunaan betadine, atau direndam dalam NaCl 0,15 gram/liter air selama 30 menit, diulang sampai 4 kali.
3.
Pemberian vaksinasi dan obat Pengobatan kaki merah dan bisul pada kodok, dengan memandikan kodok dalam larutan Nifurene 50–100 gram/m2 air, atau dengan suntikan teramysin 25 mg/kg, atau streptomycin 20 mg/kg berat kodok. Penyakit dubur keluar diobati dengan cara dipisahkan dan istirahatkan 2–3 hari dan tidak diberi makan. Penyakit lainnya adalah dubur keluar (ambaien) pada percil (kodok muda). Untuk mengatasinya, 11
populasi tidak boleh terlalu padat dan kolam harus bersih dan pemberian kadar kalori dalam makanan tidak boleh melebihi dosis 3400 cl/kg makanan. Panen 1.
Hasil utama Hasil utama yang dihasilkan adalah dagingnya
2.
Hasil tambahan Hasil tambahan yang berupa limbah hasil pemotongan diolah untuk dijadikan silase yaitu
dengan menambahkan asam propionat dan asam formiat. Selanjutnya
digiling dan makanan ini dapat diberikan pada ternak, dimana makanan ini tahan hingga 2 bulan pada suhu sedang. Hasil sampingan lainnya adalah dengan dijadikan tepung, dimana kandungan mineral dan proteinnya masih cukup tinggi untuk dijadikan bahan tambahan pakan ternak. Kodok yang tidak dijual/afkir dapat diambil hiphofisanya untuk proses pemijahan berikutnya. 3.
Penangkapan Sebelum disiangi, biasanya kodok-kodok tersebut ditempatkan pada penampungan. Tempat penampungan kodok bisa berupa kotak kayu atau bak semen yang drainasenya lancar.
Pasca Panen Proses penanganan pasca panen juga sangatlah mudah. Untuk menjaga agar kodok tetap hidup dan segar, maka bisa digunakan karung goni atau tas kain yang dibasahi. Pengangkutan paling aman dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Apabila pengangkutan dilakukan untuk jarak jauh maka perlu dibuatkan kotak kayu yang didesain secara khusus, dan kapasitasnya disesuaikan dengan besarnya kotak kayu tersebut.
12
ANALISIS EKONOMI
Gambaran analisis ekonomi usaha budidaya kodok lembu (Rana Catesbeiana) untuk memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh dan untuk menghindari pos-pos yang tidak penting. Adapun usaha pembenihan kodok skala kecil 200 M2 dengan anggapan sebagai berikut: a. Luas Tanah : 200 m2 b. Luas Kolam : 125 m2 Kolam penyimpanan induk: 9 m2 Kolam induk jantan: 3m2 Kolam induk betina: 3 m2 Kolam pemijahan/perkawinan: 9 m2 Kolam penetasan: 8 m2 Kolam kecebong: 21 m2 Kolam percil: 20 m2 Kolam kodok dewasa: 30 m2 Saluran air dan lainnya: 22 m2 c. Jumlah Induk. Induk betina: 6 ekor, jantan: 4 ekor Induk yang dikawinkan: 3 betina 2 jantan Telur yang dihasilkan sebanyak + 30,000 butir/pemijahan. d. Lama pemeliharaan: 5 bulan e. Frekuensi pemijahan: 3 kali / setahun f. Jenis makanan yang diberikan : cacing, belatung, anak ikan, cincanganbekicot, tepung dengan kadar protein + 35 %.
13
Perkiraan analisis usaha ekonomi budidaya kodok lembu sebagai berikut: 1. Modal investasi a. Pembangunan kolam/kandang 125 m2
Rp.
2.500.000,-
b. Alat-alat dan induk
Rp.
500.000,-
- Penyusutan bangunan ( 8 % )
Rp.
200.000,-
- Penyusutan peralatan ( 20 %)
Rp.
100.000,-
- Bunga modal ( 18 %)
Rp.
540.000,-
- Upah ( 1 orang setahun )
Rp.
360.000,-
- Pakan kodok 4.500 kg @ Rp. 250,-
Rp.
1.125.000,-
- Pakan kecebong 200 kg 2 Rp. 400,-
Rp.
80.000,-
- Perbaikan kandang ( 5% )
Rp.
150.000,-
- Sewa tanah
Rp.
35.000,-
- Administrasi dan pemasaran
Rp.
200.000,-
- Lain-lain
Rp.
292.500,-
Rp.
6.082.500,-
a. Produksi percil 45.000 ekor * @ Rp. 100
Rp.
4.500.000,-
b. Produksi kodok niaga** 2 x 1.500 @ Rp. 300
Rp.
900.000,-
Rp.
5.400.000,-
a. Biaya tetap
Rp.
1.200.000,-
b. Biaya variable
Rp.
1.882.500,-
Rp.
3.082.500,-
2. Modal kerja ( operasional ) a. Biaya tetap
b. Biaya variabel
Jumlah modal yang dibutuhkan
3. Penjualan
Jumlah pemasukan 4. Biaya Operasional
Jumlah biaya operasional 5.
Pendapatan bersih sebelum pajak
Rp.
2.317.500,-
6.
Pajak 15 %
Rp.
347.625,-
7.
Pendapatan bersih
Rp.
1.969.875,-
8.
Break event point ( B.E.P )
Rp. 1.843.317,90
14
9.
PV
= 0,61
10. BC
= 1,75
11. Waktu pengembalian kredit ( PPC )
=1.5
tahun
Sumber: Balai Penelitian Perikanan Air Tawar ( Balitkanwar ) Bogor, ( Jl.Sempur No 1. Bogor ) Keterangan: - Produksi percil dihitung hanya yang hidup, sekitar 55% dari 3 kali pemijahan. Mortalitas sekitar 45%. - Diantara percil yang hidup, kurang lebih 1.500 ekor dibesarkan menjadi kodok niaga. Selama setahun produksi kodok niaga bisa dipanen dua kali.
15
TEKNOLOGI PENGOLAHAN KODOK LEMBU
Pengolahan Paha Kodok Beku Paha kodok adalah salah satu komoditas yang menempati posisi penting dalam perolehan devisa dari hasil ekspor komoditi perikanan. Kodok diperoleh dari alam seperti dari sawah, pegunungan atau dekat pantai dan terdapat hampir di seluruh daerah Nusantara. Dalam perkembangan ekspor paha kodok selama ini terjadi fluktuasi dalam volume dan nilai disebabkan sering terjadi penolakan dari negara pengimpor maupun pemanfaatan cumber days yang tidak terkontrol. Penolakan produk ini oleh importir disebabkan paha kodok dari Indonesia mengandung bakteri patogen (khususnya Salmonella). Di samping itu tekanan terhadap sumberdaya makin terasa akibat penangkapan yang berlebihan tanpa memperhatikan upaya konservasi. Bahkan tahuntahun terakhir ini ekspor paha kodok cenderung mengalami penurunan baik volume maupun nilainya. Dalam usaha penyediaan bahan baku, budidaya kodok perlu digalakkan. Jenis kodok yang dimaksud adalah jenis kodok impor dari jenis Rana catesbiana, sering disebut kodok benggala, lembu atau bullfrog. Pembudidayaan kodok ini ternyata cukup berhasil dengan ukuran paha yang besar, dagingnya padat dan berwarna kuning. Bahan Baku, adalah kodok yang masih hidup dan bahan-bahan lain seperti air bersih, es hancuran dan garam larutan khlor. Peralatan yang dibutuhkan yaitu piasu, gunting, wadah/tempat-tempat dari plastik, ruangan pengolahan, mesin pembekuan dan pembungkus plastik. Preparasi bahan mentah:
Setelah tiba pada pabrik pengolahan, kodok hidup dicuci dengan disemprot air bersih, sedangkan kodok yang mati dipisahkan dan dibuang.
Kodok tersebut kemudian dikarantina selama 1 hari agar isi perutnya keluar.
Selajutnya dibius agar tidak merasakan sewaktu dipotong dengan cara merendam di dalam larutan garam 10% selama 10 menit. Larutan garam ini juga membantu 16
mengurangi jumlah mikroorganisma pencemar, meningkatkan daya awet sewaktu di es dan memperbaiki kenampakan daging.
Kodok hidup yang sudah dibius kemudian direndam dalam larutan khlor 250 ppm selama 1 - 2 menit.
Selajutnya dilakukan pemotongan di atas pinggang, kulit paha dilepas dengan cara menarik kulit ke arah kaki. Lubang dubur sebagai ujung dari intestin harus dibuang dan bagian cakar dipotong.
Paha kodok yang sudah bersih dari kulit direndam dalam larutan khlor 20 ppm, garam NaCl 3% dan didinginkan dengan hancuran es selama 20 menit untuk menarik darah dari daging. Juga dilakukan desinfektan dengan merendam paha kodok pada larutan khlor 200 ppm selama 15 menit, dengan Cara ini bakteri termasuk Salmonella sudah terbunuh.
Penanganan paha kodok: Paha kodok yang sudah didesinfeksi kemudian dicuci bersih dan menunggu proses lebih lanjut, dan paha kodok hams selalu diberi hancuran es yang cukup, agar suhu selalu berada sekitar 0°C. Untuk menghindari kekeringan paling atas dalam wadah diberi es cukup banyak. Jika tempat pengolahan letaknya jauh dari tempat pembekuan, maka perlu diperhatikan agar paha kodok selalu berada dalam kondisi yang tidak merugikan antara lain pengangkutan dilakukan pada malam hari (menghindari terik matahari), tinggi paha kodok di dalam wadah tidak melebihi 50 cm agar bagian bawah tidak terkena tekanan, selalu diberi hancuran es, dan yang paling baik kalau diangkut dengan menggunakan peralatan refrigerasi mekanis. Sebelum dibekukan paha disortir untuk mendapatkan keseragaman menurut jenis, ukuran dan mutu. Penyortiran umumnya dilakukan dengan tangan dan harus dilakukan dengan cepat, suhu tetap diusahakan rendah dengan selalu memberi hancuran es. Bila paha kodok akan dibekukan dalam bentuk blok, maka paha kodok harus disusun rapi dalam pan pembekuan dengan berat tiap pan seragam menurut ukuran. Paha kodok berukuran besar umumnya dibekukan secara individu (IQF) dan sebelumnya harus dimasukkan ke dalam kantong plastik kecil. 17
Pembekuan dilakukan dengan cara cepat (2 - 2,5 jam) pada suhu rendah (-35° C sampai dengan - 45° C) sehingga suhu pusat produk akhir mencapai minimum -18° C. Jika pembekuan dilakukan dalam bentuk blok dengan menggunakan pan pembeku, produk hams di-glazing secara merata. Supaya paha kodok tidak berubah warnanya selama penyimpanan suhu rendah, maka sebelum paha kodok dibekukan direndam dulu pada larutan garam 2% dan 0,3% natrium sulfat dengan jumlah 1,5 liter larutan untuk 1 kg paha, direndam selama 30 menit. Kemudian setelah paha kodok diangkat, direndam lagi pada larutan asam sitrat 0,3% selama 30 menit, suhu tetap dijaga tetap dingin. Keuntungannya adalah selain warnanya putih kekuningan baunya juga menjadi lebih baik.
KESIMPULAN
Budidaya kodok lembu merupakan peluang agribisnis yang cukup menjanjikan dan merupakan komoditi ekspor nonmigas yang cukup potensial.
DAFTAR PUSTAKA
Anon. 1990. Budidaya Kodok Lembu. Dinas Perikanan Propinsi DT I Jawa Barat. Anon. 2000. Budidaya Kodok. Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. http://www.ristek. go.id Muhadyanto, A. 1997. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Wonocolo. Suryanto, E. 2010. Sehari Mahir Beternak. Genius Publisher, Yogyakarta.
18