Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Ketahanan pangan (food security) adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup baik (jumlah dan mutu), aman, merata dan terjangkau sehingga merupakan salah satu isu penting berkaitan dengan ketersediaan pangan (availability dan stability), distribusi (accessibility), dan serapan pangan (food utilization) yang pada akhirnya mempengaruhi ketahanan sosial, stabilitas sosial, ketahanan nasional serta stabilitas ekonomi termasuk pengendalian inflasi (harga) secara umum. Penggolongan pangan yang digunakan FAO dikenal sebagai Desirable Dietary Pattern (Pola Pangan Harapan/PPH) yaitu susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolute maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan atau konsumsi pangan. Di dalam PPH ada sembilan kelompok pangan yaitu:(1) Padi-padian (2) Umbi-umbian (3) Pangan Hewani (4) Minyak dan lemak (5) Buah/biji (6) Kacang-kacangan (7) Gula (8) Sayur dan buah (9) Lain-lain:Teh, kopi, bumbu-bumbuan, makanan dan minuman yang mengandung alkohol. Diantara sembilan kelompok pangan tersebut pola konsumsi pangan penduduk Indonesia saat ini didominasi padi-padian (beras) sehingga upaya peningkatan produksi padi masih menjadi prioritas pemerintah dalam mengatasi persoalan pangan nasional. Aspek fundamental dalam ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang memadai melalui peningkatan produktivitas dan produksi bahan pangan serta melalui perbaikan manajemen cadangan makanan. Pemenuhan ketersediaan pangan ini terkait peningkatan permintaan pangan yang lebih cepat akibat peningkatan jumlah penduduk, daya beli masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan perubahan selera dibandingkan pertumbuhan penyediaannya yang dapat menimbulkan kesenjangan. Ketahanan pangan di Provinsi Jambi yang strategis mencakup ketersediaan komoditas padi (beras), tebu (gula pasir), cabe merah dan bawang merah sehingga penting melihat peta kondisi produksi dan ketersediaan pangan, serta mengidentifikasi pola perdagangan dan distribusi antar daerah dan identifikasi kendala, potensi dan rekomendasi ketahanan pangan di Provinsi Jambi. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi potensi sektor pertanian khususnya komoditas padi, tebu, bawang merah, dan cabe merah di Provinsi Jambi 2. Mengidentifikasi permasalahan (kendala) dalam sektor pertanian dalam kaitannya dengan upaya pencapaian ketahanan pangan di Provinsi Jambi 3. Menggali upaya yang telah dilakukan oleh SKPD untuk mengembangkan pertanian dan pencapaian ketahanan pangan ditinjau berdasarkan komoditas 4. Merumuskan langkah-langkah strategis dalam mencapai ketahanan pangan di Jambi
Ketahanan Pangan di Provinsi Jambi Kondisi Geografis Provinsi Jambi Luas penutup/penggunaan lahan di Provinsi Jambi (tahun 2011) didominasi hutan (31,43%), kebun campur (16,09%), perkebunan lain (14,03%),perkebunan sawit (15,74%), semak/belukar (10,70%), sawah 2,62%, pemukiman 0,95% dan sisanya berupa mangrove, tanah terbuka dan tambak/empang dan lainnya. Produktivitas Padi, Cabe Merah dan Bawang Merah di Provinsi Jambi Tabel Luas Sawah, Produktivitas Padi, Cabe Merah dan Bawang Merah Provinsi Jambi tahun 2011 Sawah Kabupaten
Padi
Luas Sawah (ha)
Luas Panen
Hasil/Ha
Produksi
%
(ha)
(ku)
( ton)
Cabe Merah Luas Lahan Produksi (ha)
(ku)
Bawang Merah Luas Lahan Produksi (ha)
(ku)
Tanjabtim
41.437
32,34
28.345
31.07
88.061
278
4.045
0
0
Tanjabbar Muaro Jambi
18.207
14,21
24.501
36.95
90.542
116
11.957
0
0
14.987
11,70
8.882
44.48
39.506
194
7.032
0
0
Kerinci
13.190
10,30
26.018
51.86
134.94
1.602
171.276
764
78.608
Bungo
8.605
6,72
9.854
40.17
39.587
115
3.231
0
0
Merangin
6.258
4,88
21.803
38.3
83.509
346
29.321
23
586
Sarolangun
5.028
3,92
12.324
40.77
50.248
70
1.995
0
0
Batanghari
5.028
3,92
8.663
47.89
41.489
47
2.449
0
0
Tebo 4.963 3,87 8.298 Kota Jambi*) 0 0 1.155 Provinsi Jambi 128.116 100,00 157.44 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jambi (2012)
36.58
30.357
63
1.522
0
0
41.25
4.765
21
1.229
0
0
41.07
646.64
2.900
235.274
803
79.927
Dari data diatas terlihat hal-hal sebagai berikut: 1. Sawah terluas ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur namun produktivitas padi per hektare-nya terendah karena terkait kualitas sumber daya lahan sawah yang sebagian besar terkontaminasi besi (Pirit) sedangkan produktivitas sawah tertinggi adalah Kabupaten Kerinci yang disebabkan pengelolaan dan sistem irigasi yang ada. 2. Produktivitas cabe merah tertinggi yaitu Kabupaten Kerinci dan Merangin. Dalam hal penanaman, petani di kedua kabupaten tersebut menerapkan teknologi budidaya dengan mulsa plastik hitam perak dan didukung pemupukan unsur makro dan mikro (pupuk pelengkap cair). 3. Saat ini bawang merah hanya ditanam di Kabupaten Kerinci dan Merangin sedangkan kabupaten lain tidak ditanam karena kabupaten tersebut tidak memiliki dataran tinggi yang merupakan kontur yang ideal untuk penanaman bawang merah. 4. Produksi tebu saat ini mulai diprioritaskan Kabupaten Kerinci selain padi, cabe merah dan bawang merah. Tebu yang diupayakan adalah tebu varietas lokal dengan produk akhir berupa gula merah. Terlihat dari Kelompok Tani Sungai
Gedang yang fokus membudidayakan tebu lebih dari 26 hektare mampu menghasilkan 36 ton tebu per tahunnya dengan hasil berupa gula merah dan mensuplai tebu untuk industri kecap di Sumatera Barat. Isu dan Kendala dalam Perkembangan Pangan di Provinsi Jambi Beberapa isu dan kendala terkait dengan perkembangan pangan di Provinsi Jambi antara lain: 1. Terjadinya alih fungsi lahan dan trend kelapa sawit sehingga luas lahan dan produksi pangan semakin berkurang. 2. Belum adanya rencana tata ruang wilayah yang mantap untuk menetapkan alokasi lahan pertanian. 3. Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia dalam hal pengembangan dan peningkatan produksi tanaman pangan. 4. Belum memadainya prasarana dan sarana transportasi yang memudahkan akses distribusi produksi pangan sehingga biaya distribusi pangan menjadi cukup tinggi. 5. Kelembagaan pangan berupa lumbung pangan kurang berfungsi. 6. Terbatasnya sistem informasi harga faktor produksi dan harga jual produksi tanaman pangan di tingkat petani sehingga petani mendapatkan harga jual yang cukup rendah dan tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. 7. Benih bermutu sulit didapat dan penggunaan pupuk yang tidak berimbang (disebabkan mahalnya pupuk). Upaya Peningkatan Sektor Pertanian 1. Peningkatan produksi pertanian Upaya peningkatan produksi pertanian saat ini masih fokus pada padi saja sedangkan cabe merah dan bawang merah baru sebatas subsidi sarana produksi saja. Adapun upaya peningkatan produksi padi melalui: a. Intensifikasi yaitu melalui program subsidi input sarana produksi pertanian seperti pupuk dan pestisida, alat dan mesin pertanian (alsintan) bagi kelompok tani, sistem budidaya mutakhir seperti sistem tanam jarwo (jajaran legowo) dan SRI (system of rice intensification), peningkatan indeks pertanaman (IP) menjadi dua atau tiga kali dalam setahun, perbaikan sistem irigasi dan drainase. b. Ekstensifikasi memiliki banyak tantangan karena persaingan dengan pengembangan infrastruktur, pemukiman, trend budidaya sawit dan beralih ke komoditas hortikultura yang dapat dipanen beberapa kali dalam setahun. Namun peluang ekstensifikasi ini masih terbuka mengingat penutupan lahan semak belukar dan rawa masih potensial dijadikan lahan sawah. 2. Aspek Distribusi Tanaman Pangan di Provinsi Jambi Sistem distribusi tanaman pangan untuk mengupayakan pengalokaksian pangan kepada masyarakat secara efektif dan efisien dan mendorong terciptanya stabilitas harga pangan di tingkat produsen dan konsumen. Kegiatan yang dilaksanakan melalui: a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) adalah upaya pemberdayaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam pengelolaan distribusi pangan melalui pembelian, penyimpanan, pengolahan dan pemasaran untuk mendorong stabilitas harga gabah/beras/jagung di tingkat petani dan mengembangkan cadangan pangan masyarakat. Di Provinsi Jambi, LDPM telah dilaksanakan di Kabupaten Kerinci dalam bentuk bantuan sosial sebesar Rp100.000.000,00 kepada kelompok tani yang tergabung dalam GAPOKTAN untuk menjaga stabilitas harga produksi. b. Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat Lumbung pangan di Provinsi Jambi sebagian besar sudah tidak berfungsi dengan baik karena produksi pangan langsung dijual ke pasar atau ke pedagang. Mengatasi hal tersebut Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi memberikan bantuan berupa pembangunan fisik lumbung, pengisian cadangan pangan dan penguatan modal. Di Kabupaten Kerinci, pengembangan lumbung pangan dengan memberikan bantuan sosial kepada 6 (enam) kelompok tani di Desa Mandiri Pangan. c. Stabilisasi Harga Pangan Fluktuatif harga pangan disebabkan beberapa hal diantaranya pengaruh produksi (musiman), permintaan (daya beli), spekulasi, prasarana dan sarana produksi, harga dunia, dan variabel makro ekonomi. Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jambi melalui operasi pasar untuk mencegah lonjakan harga khususnya pada hari-hari besar, menyediakan sistem informasi produksi, konsumsi dan harga bulanan produk tanaman pangan sehingga petani mendapatkan harga yang sesuai dan cukup baik. 3. Program Pemerintah Daerah Provinsi Jambi a. Kabupaten Merangin ditetapkan kawasan strategi cepat tumbuh dengan format agropolitan dan minapolitan serta menetapkan Kawasan Masurai sebagai kawasan pertanian terpadu sebagai upaya penyangga terhadap alih fungsi lahan yang tidak terkendali. b. Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2011 -2013 menetapkan kawasan lahan pertanian berkelanjutan seluas 17.000 hektare dan Gertak Tanpa Dusta c. Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan Gertak Paduka yaitu gerakan tanam dua kali setahun. KESIMPULAN 1. Permasalahan program ketahanan pangan di Provinsi Jambi adalah permasalahan infrastruktur jalur transportasi yang belum memadai menyebabkan jalur distribusi pengadaan input maupun pemasaran hasil produksi menjadi terhambat. 2. Pemerintah Provinsi Jambi melalui SKPD-SKPD melakukan program peningkatan ketahanan pangan yaitu Program optimalisasi lahan, Program subsidi produksi, Program bantuan pengembangan agroindustri gula, dan program subsidi beras. 3. Mengembangkan sistem ketahanan pangan di Provinsi Jambi yang kokoh melalui suatu kondisi yang kondusif sehingga sub sistem produksi, ketersediaan pangan,
distribusi, dan konsumsi pangan dapat berfungsi dan berkembang secara sinergis dan berkesinambungan. 4. Meningkatkan produksi pangan di Provinsi Jambi melalui beberapa alternatif kegiatan seperti: a. Pemantapan rencana tata ruang wilayah, penataan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya lahan pangan. b. Perbaikan, pemeliharaan, dan peningkatan infrastruktur pendukung produksi pertanian seperti sistem irigasi untuk meningkatkan frekuensi tanam dan produktifitas lahan. c. Revitalisasi peran koperasi dalam pengadaan dan penyaluran input dan pemasaran hasil pertanian. 5. Pengembangan ketersediaan pangan di Provinsi Jambi melalui beberapa alternatif program kegiatan seperti: a. Pengaturan ekspor dan impor pangan untuk menjamin ketahanan pangan. b. Pengembangan teknologi dan produk pangan olahan bermutu dan aman berbasis sumberdaya pangan lokal. c. Pengembangan kerjasama jaringan distribusi dan informasi pangan baik inter maupun intra provinsi dan kabupaten/ kota di wilayah Provinsi Jambi. SARAN 1. Mengembangkan sistem ketahanan pangan di Provinsi Jambi yang kokoh melalui suatu kondisi yang kondusif sehingga sub sistem produksi, ketersediaan pangan, distribusi, dan konsumsi pangan dapat berfungsi dan berkembang secara sinergis dan berkesinambungan. 2. Meningkatkan produksi pangan di Provinsi Jambi melalui peningkatan ketersediaan dan kualitas data sumberdaya lahan potensial untuk produksi pangan. a. Pemantapan rencana tata ruang wilayah, penataan, dan penetapan alokasi lahan pertanian dan lahan abadi dengan peraturan daerah dalam rangka mencegah dan mengendalikan alih fungsi lahan. b. Perbaikan, pemeliharaan, dan peningkatan infrastruktur pendukung produksi pertanian dan pengembangan sistem penyuluhan dan pendampingan dalam produksi dan pemanfaatan hasil pertanian. c. Revitalisasi peran koperasi dalam pengadaan dan penyaluran input dan pemasaran hasil pertanian. d. Pengembangan teknologi produksi terutama untuk teknologi pasca panen, khususnya untuk menekan kehilangan pasca panen pada saat proses perontokan, pengeringan, penggilingan, maupun transportasi. 3. Pengembangan ketersediaan pangan di Provinsi Jambi melalui beberapa alternatif program kegiatan seperti: a. Peningkatan kemampuan dan kerjasama pemerintah daerah, masyarakat dan swasta secara sinergis dalam pengadaan dan pengelolaan cadangan. b. Pengaturan ekspor dan impor pangan untuk menjamin ketahanan pangan. c. Pengembangan teknologi dan produk pangan olahan bermutu dan aman berbasis sumberdaya pangan lokal.
d.
Pengembangan kerjasama jaringan distribusi dan informasi pangan baik inter maupun intra provinsi dan kabupaten/ kota di wilayah Provinsi Jambi. 4. Pengembangan distribusi dan aksesibilitas pangan di Provinsi Jambi. Ada beberapa alternatif kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: a. Peningkatan efisiensi dan kelancaran distribusi pangan. b. Peningkatan pengawasan kelancaran pasokan pangan dan stabiltas harga pangan utama. c. Peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan daya beli pangan melalui kegiatan produktif dan berkesinambungan.