BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU PEKANBARU 2016
IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun
1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Keputusan Kepala LAN RI Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta mengacu
pada Rencana
Strategis Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2014-2018, Badan Ketahanan Pangan Pangan Provinsi Riaumelaksanakan penerapan sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah melalui penyusunan Rencana Strategis tahun 2014-2018, Penyusunan Rencana Kerja 2015 serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2015. Untuk mewujudkan kinerja yang diharapkan, sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2015 sebagai berikut :
1. Tercapainya Efektifitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan. 2. Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama. 3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat. 4. Tercapainya Ketersediaan Informasi, Pasokan, Harga dan Akses Pangan Strategis di Daerah. 5. Tercapainya Penanganan Daerah Rawan Pangan. 6. Meningkatnya Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat . 7. Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Pangan
i
Sasaran
Realisasi Pencapaian
1. Tercapainya Efektifitas Koordianasi -
Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan
Jumlah
Regulasi
0 (nihil)
dan
Kebijakan Ketahanan Pangan 1 Regulasi 2. Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama
Jumlah
Ketersediaan
-
Jumlah Ketersediaan Pangan
Pangan Utama (Beras) 785.000
Utama
Ton
853.173 Ton. -
(beras)
sebesar
PersentaseCapaian Ketersediaan Pangan Utama (beras) sebesar 108,68%
3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan
Pemerintah
dan
-
Jumlah Penguatan Cadangan Pangan 70,17 %
Masyarakat Persentase Penguatan Cadangan Pangan 60% -
Persentase
Capaian
Penguatan Cadangan Pangan sebesar 116,95 %.
4. Tercapainya Informasi,
Pasokan,
Ketersediaan Harga
dan
Jumlah
Ketersediaan
Informasi
pasokan harga dan akses pangan
Akses Pangan Strategis di Daerah
91,11 %.
Persentase Ketersediaan Informasi -
PersentaseCapaian Ketersediaan ii
Informasi
Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah 100 %
Pangan
Penanganan
harga
dan
akses pangan sebesar 91,11 %
5. Tercapainya Penanganan Daerah Rawan
pasokan
-
0 (nihil)
-
Jumlah
Persentase
Daerah
Rawan
Pangan 60% 6. Meningkatnya Kualitas Konsumsi
Capaian
Konsumsi
Pangan Masyarakat Jumlah Skor
Energi Penduduk Riau Tahun
Pola
2015
Pangan
Harapan
(PPH),
sebesar
Jumlah Konsumsi Energi, Jumlah
2.083Kkal/Kap/Hr, dan Protein
Konsumsi
sebesar 53 Gr/Kap/Hr
Protein
81,
2.150
kal/Kap/Hari, 54 Gram/Kap/Hari
-
Jumlah Capaian Skor PPH Rill 81,5
7. Tercapainya
Pembinaan
dan
Pengawasan Pangan Persentase Pengawasan
dan
-
Jumlah
Pembinaan
Pengawasan
Pembinaan
Keamanan Pangan 95%.
Pembinaan
dan
Pangan Keamanan
dan Pangan
82,32 %. -
PersentaseCapaian dan
Pengawasan
Pembinaan
Pembinaan Pangan
Keamanan
dan
Pangan
sebesar 86,32 %
iii
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis terhadap pencapaian kinerja sasaran diperoleh
capaian
kinerja sasaran sebesar 77,63 %, dapat
dikategorikan Cukup Baik. Sasaran tersebut
dicapai
melalui
pelaksanaan
Program dan Kegiatan yang dianggap relevan. Hasil evaluasi dan analisis pencapaian kinerja kegiatan yang bersumber dari APBD didapat angka capaian sebesar79,06 %dengan kategori Cukup Baik, kategori tersebut disebabkan lambatnya pengesahan anggaran perubahan dan adanya kegiatan yangdilaksanakan pada akhir tahun anggaran. Dalam pelaksanaan
program
dan
kegiatan Tahun 2015, Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Riau memperoleh dana anggaran yang bersumber dari APBD Provinsi Riausebagai berikut : JUMLAH ANGGARAN BELANJA KEGIATAN APBD BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2015 NO.
JENIS BELANJA
JUMLAH ANGGARAN
1.
BELANJA LANGSUNG
Rp16.170.332.800,00,-
2.
BELANJA TIDAK LANGSUNG
Rp. 9.809.511.071,31,-
JUMLAH
Rp. 26.076.010.249,00,-
dan berhasil direalisasikan sampai tanggal 31 bulan Desember Tahun 2015, untuk Belanja Langsung realisasi keuangan sebesar Rp.11.882.405.160,00,- atau 73,48%dan
Belanja
Tidak
langsung
realisasi
keuangansebesar
Ketahanan
Pangan
Rp.9.145.632.241,00,-atau 93,23%. Permasalahan
yang
dihadapi
Badan
Provinsi
Riauadalah sebagai berikut :
iv
1. Kegiatan
Pengembangan
Pangan
Lokal
danKegiatan
Pengelolaan
Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan, belum semua Kab/kota mengirimkan usulan kelompoknya. 2. Kegiatan
Pengembangan
dan
Pemberdayaan
Cadangan
Pangan
Masyarakat, bantuan sosial diusulkan pada anggaran APBD Murni tahun anggaran 2015 tetapi tidak terealisasi, kemudian diusulkan lagi pada anggaran APBD perubahan dengan nomor surat 414.24/BKP-KDP/243 tanggal 21 Juli 2015. APBD perubahan baru disyahkan pada tanggal 15 Desember 2015, sementara pengajuan dana LS terakhir tanggal 21 Desember 2015, sempitnya rentang waktu untuk proses pencairan dana maka dinas/badan yang menangani ketahanan pangan tidak memberi rekomendasi pengusulan pencairan dana kelompok di Kab/kota, mengingat Padatnya waktu dalam proses seleksi awal ini. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah tidak bisa dilaksanakan hal ini menjadi permasalahan bagi Kab/kota karena kelompok akan mempertanyakan masalah realisasi bantuan sosial yang diusulkan oleh kelompok tersebut. 3. Kegiatan Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) mengalami hambatan karena pengaruh bencana asap yang mengakibatkan anak-anak sekolah terpaksa diliburkan untuk mengantisipasi ISPA berdasarkan instruksi Wali Kota Pekanbaru, sehingga kegiatan ini baru bisa dilaksanakan pada 3 (tiga) minggu sebelum berakhirnya tahun anggaran 2015, sehingga waktunya tidak cukup.
v
4. Kegiatan Analisis Situasi Pangan Penduduk tidak bisa dilaksanakan karena dananya disetujui 3 (tiga) minggu sebelum tahun anggaran 2015 berakhir sehingga waktu untuk melaksanakan kegiatan tidak mencukupi. 5. Belum semua Kabupaten/Kota mengirimkan peserta penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN)/ikut serta dalam penghargaan APN, waktu penyusunan kegiatan 2015, Juklak Penghargaan APN tahun 2015 belum keluar, jadi digunakan Juklak APN 2014, di Juklak APN 2014 kategori Pembina untuk Bupati/Walikota penilaiannya dilakukan oleh Provinsi dan Pusat. Ternyata untuk tahun 2015 (di dalam Juklak 2015) hanya
dilakukan
oleh
Pusat
(berdasarkan
produksi
penilaiannya
Padi,
Jagung,
Kedele/pajale) Untuk mengatasi masalah tersebutBadan Ketahanan Pangan Provinsi Riau memberikan solusi diantaranya : 1. Agar kegiatan yang akan datang lebihmeningkatkan koordinasi dengan Badan/Dinas/Instansi
Kabupaten/Kota
tentang
tata
cara
pengusulan
kelompok. 2. Perlu koordinasi yang lebih intensif dengan Sekretariat Daerah cq. Bagian Keuangan untuk pencairan bantuan sosial yang diusulkan oleh Instansi Teknis pada akhir tahun anggaran agar kedepan hal ini tidak terjadi lagi. 3. Agar dilakukan perencanaan yang lebih matang sehingga kegiatan tersebut tidak perlu lagi dimasukkan kedalam APBD Perubahan, dan lebih
vi
meningkatkan koordinasi antar instansi terkait guna mengantisipasi bencana asap tahunan sehingga kegiatan dapat dilaksanakan. 4. Perlu koordinasi yang lebih intensif dengan Kab/Kota dalam mengusulkan nama-nama kelompok untuk kegiatan yang akan datang. 5. Perlu disosialisasikan lagi ke Kab/Kota mengenai penghargaan APN dan kedepan Kab/Kota dapat ikut serta dalam penghargaan APN. Diharapkan penerbitan Pedoman Umum (Pedum) dan Juklak APN dari Pusat dapat dilakukan lebih awal. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riautelah melakukan berbagai langkah strategis baik berupa koordinasi horizontal dan vertikal maupun konsolidasi dengan berbagai stakeholder yang ada, sehingga berbagai kendala dan hambatan yang muncul, dapat dieliminir dan diantisipasi sebagaimana mestinya. Meskipun demikian, dalam penyusunan LAKIP ini, dirasakan masih banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan adanya masukan dan kritik bagi perbaikan di masa yang akan datang.
Pekanbaru,
Februari 2016
KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU,
Ir. DARMANSYAH Pembina Utama Muda NIP. 19590207 198503 1 009
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rakhmat dan hidayah-Nya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 sebagaimana diamanatkan Inpres No 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah telah selesai disusun. Dengan tersusunnya laporan ini, yang secara umum berpedoman pada sistem Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
(AKIP)
diharapkan
berbagai
kebijaksanaan dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat diketahui secara luas, sehingga dapat dijadikan media dalam pengambilan keputusan dan perbaikan guna tercapainya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok & fungsi (tupoksi) masing-masing bagian. Dan sebagai pedoman penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
berdasarkan
239/IX/6/8/2003
Keputusan
Tentang
Kepala
Perbaikan
Administrasi
Pedoman
Negara
Penyusunan
Nomor
Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai pengganti dari Keputusan Kepala LAN Nomor 589/IX/6/Y/99. Oleh karenanya laporan ini juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi diri khususnya Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya yang berguna
bagi perencanaan dan
peningkatan kinerja masing-masing bagian. Pada kesempatan ini
pula
kami sampaikan ucapkan terima kasih kepada
seluruh anggota Tim Penyusun yang telah memberikan sumbang pikiran dan tenaga sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
viii
Kritik dan Saran senantiasa kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dan semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan. Pekanbaru,
Februari 2016
KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU,
Ir. DARMANSYAH Pembina Utama Muda NIP. 19590207 198503 1 009
ix
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
DAFTAR ISI
IKHTISAR EKSEKUTIF
i
KATA PENGANTAR
viii
DAFTAR ISI
x
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
: PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Landasan Hukum
3
1.3. Tujuan
5
1.4. Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan
5
1.5. Sistematika Laporan
10
: PERENCANAAN KINERJA
12
2.1. Visi
12
2.2. Misi
13
2.3. Tujuan
13
2.4. Program/Kegiatan
14
2.5. Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja
18
: AKUNTABILITAS KINERJA
21
3.1. Pengukuran Kinerja
21
3.2. EvaluasiKinerja
24
3.3. Penghargaan
83
3.4. Akuntabilitas Keuangan
89
3.5. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Kegiatan
93
: PENUTUP
100
4.1. Kesimpulan
100
4.2. Saran
101
x
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
LAMPIRAN– LAMPIRAN - Lampiran 1
: TabelPerjanjianKinerja Tahun 2015
- Lampiran 2
: Tabel Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015
- Lampiran 2
: Tabel Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) Tahun 2015
xi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya
mewujudkan
merupakantanggungjawab amanat
UU
merupakan
pemantapan pemerintah
dengan
No.18Tahun2012yang
kebutuhan
ketahanan masyarakat
menyatakan
dasarmanusia
yang
pangan sesuai
bahwaPangan
paling
utama
dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hakasasi manusia yang dijamindi dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. Negara berkewajiban mewujudkanketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yangcukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang,
baik
pada
tingkat
nasionalmaupun
daerah
hingga
perseorangan secara merata di seluruh wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu denganmemanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Pemerintahberkewajiban
menyelenggarakanpengaturan,
pembinaan, pengendalian dan pengamanan ketersediaan pangan yang cukup dalam hal : jumlah dan mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Sedangkan masyarakat mempunyai peran serta dalam penyelenggaraan produksi, perdagangan, distribusi dan cadangan pangan masyarakat, serta pencegahan maupun penanggulangan dicerminkan
masalah
pada
definisi
pangan.Pemenuhan ketahanan
hak
pangan
atas
yaitu
:
pangan “kondisi
terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yangcukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”. Definisi ketahanan pangan inisecara luas, diartikan bahwa : (1) terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, yang diartikan dengan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia, (2) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama, (3) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, yang diartikan bahwa pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air, (4) terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, yang diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Dalam konteks pelaksanaan good governance dan menRiaukan visi Pemerintah Provinsi Riau untuk mengakselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat guna mendukung pencapaian visi Riauuntuk tahun 2014-2018 yaitu “Terwujudnya Provinsi Riau yang Maju, Masyarakat Sejahtera dan Berdaya Saing Tinggi, Menurunnya Kemiskinan, Tersedianya Lapangan Kerja serta Pemantapan Aparatur”..khususnya yang menyangkut “mengembangkan struktur perekonomian daerah yang tangguh”, maka pelaksanaan program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau diharapkan akan berkontribusi terhadap pencapaian indikator makro ekonomi Riau. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riausebagaimana diamanatkan Inpres No 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah disusun berdasarkan atas tugas pokok dan fungsiBadan Ketahanan Pangan Provinsi Riau, RenstraBadan Ketahanan Pangan 2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Provinsi Riau, Renstra Provinsi Riau, kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketahanan pangan yang diberikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816), serta kebijakan Pemerintah Pusat di bidang ketahanan pangan dari
Departemen
Pertanian
maupun
Badan
Ketahanan
Pangan
Departemen Pertanian yang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737). Penyusunan laporan ini secara umum berpedoman pada sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) diharapkan berbagai kebijaksanaan dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat diketahui secara luas, sehingga dapat dijadikan media dalam pengambilan keputusan dan perbaikan guna tercapainya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok & fungsi (tupoksi) masing-masing bagian. Oleh karenanya laporan ini juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi diri khususnya Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya yang berguna bagi perencanaan dan peningkatan kinerja masing-masing bagian.
1.2.Landasan Hukum Dasar hukum untuk penyusunanLaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau berikut adalah
peraturan
perundang-undangan
yang
melatarbelakangi
penyusunan LAKIP Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau :
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
1. Undang Nomor 17 Tahun 2003Tentang Keuangan Negara; 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 7. Surat
Keputusan
MENPAN
Nomor:
KEP-135/M.PAN/2004
tentangPedoman Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 8. Peraturan
MENPAN
Nomor
9
Tahun
2007
tentang
Indikator
KinerjaUtama 9. Peraturan MENPAN Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama; 10. Peraturan MENPAN Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Organisasi; 11. Peraturan MENPAN Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja; 12. Peraturan
MENPAN
Nomor
29
Tahun
2010
tentangPedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja. 13. Permentan Minimal
No. (SPM)
65/OT.140/12/2010 Bidang
Tentang
Ketahanan
StandarPelayanan
Pangan
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota. 14. Peraturan MENPAN dan RB RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 15. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 22 Tahun 2011 tentang Organisasi
dan
Tata
Kerja
Inspektorat,
Badan
Perencanaan 4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Riau (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 21 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 56); 16. Keputusan
Kepala
Lembaga
Administrasi
Negara
Nomor
239/IX/6/8/2003 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai pengganti dari Keputusan Kepala LAN Nomor 589/IX/6/Y/99. 17. Peraturan Gubernur Riau Nomor 17 Tahun 2011 tentang Uraian TugasBadan Ketahanan Pangan Provinsi Riau.
1.3.Tujuan Tujuan
disusunnya
laporan
akuntabilitas
kinerja
instansi
pemerintah tahun 2015 adalah sebagai berikut. 1.
Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja program/ kegiatan dan sasaran.
2.
Melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
3. Menilai keberhasilanorganisasi. 4. Sebagai pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.
1.4. Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan a. Tugas Pokok dan fungsi Tugas
pokok
Badan
Ketahanan
Pangan
Provinsi
Riau
berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Riau Nomor17 Tahun 2009. Adapun Tugas Pokok
Badan
Ketahanan
Pangan
Provinsi
Riau
adalah
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang
ketahanan
pangan
dan
dapat
ditugaskan
untuk
5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
melaksanakan penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh pemerintah kepada Gubernur. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741), serta konsekuensi
sebagai
penggerak
Ketahanan
Pangan
daerah
mendorong ditatanya struktur organisasi yang melahirkan Badan Ketahanan Pangan yang dibentuk berdasarkanPeraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Riau, diserahi wewenang, tugas dan tangung jawab menunjang penyelenggaraan urusan otonomi daerah, desentralisasi, dekonsentrasi serta tugas pembantuan dibidang ketahanan pangan di daerah. Badan Ketahanan Pangan dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
dalam pelaksanaan
tugasnya bertanggung jawab kepada Gubernur Riau
melalui
Sekretaris Daerah Provinsi Riau. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor 17 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau yang mempunyai tugas pokok dan fungsi :
Tugas Pokok
Fungsi
Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan
daerah
bidang ketahanan pangan dan dapat
ditugaskan
melaksanakan
untuk
penyelenggraan
1. Perumusan teknis
kebijakan di
bidang
ketahanan pangan; 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan
wewenang yang dilimpahkan oleh
pelayanan
umum
di
pemerintah kepada Gubernur.
bidang ketahanan pangan; 6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3. Pembinaan, fasilitasi dan pelaksanaan bidang
tugas
di
ketersediaan
pangan, distribusi pangan, konsumsi
dan
penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan lingkup provinsi dan kabupaten/kota; 4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan
bidang
ketahanan pangan; 5. Pelaksanaan kesekretariatan badan; 6. Pelaksanaan yang
tugas
diberikan
lain oleh
Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Untuk menjalankan tugas pokoknya, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau mempunyai fungsi : 1. Merumuskan kebijaksanaan 2. Pengambilan keputusan 3. Perencanaan 4. Pengorganisasian 5. Pelayanan umum dan teknis 6. Pengendalian/pengarahan/pembinaan dan bimbingan 7. Pengawasan 8. Pemantauan dan evaluasi 7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
9. Pelaksanaan 10. Pembiayaan 2. Jumlah Pegawai, Tingkat Pendidikan, Pangkat dan Golongan Tabel 1 :Tingkat pendidikan Pegawai BKP sampai dengan 31 Desember 2015 Nomor
Tingkat Pendidikan
Jumlah pegawai (Orang)
1
S2
12
2
S1
33
3
DIPLOMA
2
4
SMA
31
5
SMP
0
6
SD
1
JUMLAH
79
Tabel 2 : Pangkat dan golongan pegawai BKP sampai dengan 31 Desember 2015
Nomor
Pangkat
Golongan
Jumlah (Orang)
1.
Pembina Utama Muda
IV/c
1
2.
Pembina TK. I
IV/b
5
3.
Pembina
IV/a
6
4.
Penata TK. I
III/d
18
5.
Penata
III/c
10
6.
Penata Muda TK. I
III/b
24
7.
Penata Muda
III/a
7
8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
8.
Pengatur TK. I
II/d
1
9.
Pengatur
II/c
6
10.
Pengatur Muda TK. I
II/b
0
11.
Pengatur Muda
II/a
1
JUMLAH
79
Tabel 3 : Jabatan Struktural dan Fungsional pegawai BKP sampai 31 Desember 2015
Nomor
Jabatan Esselon
Jumlah Orang
1
II a
1
2
III a
5
3
IV a
11
JUMLAH
17
Struktur Organisasi : Berdasarkan Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Riau sampai dengan tanggal 31 Januari 2011 adalah sebagai berikut :
9
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Bagan 1: Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau.
1.5. Sistematika Laporan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau(LAKIP) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau disusun dengan sistematika : IKHTISAR EKSEKUTIF KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Tujuan 1.4. Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan 1.5. Sistematika Laporan 10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
BAB II
: RENCANA STRATEGIS 2.1. Visi 2.2. Misi 2.3. Tujuan 2.4. Program/Kegiatan 2.2. Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja
BAB III
: AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Pengukuran Kinerja 3.2. Evaluasi Kinerja 3.3. Penghargaan 3.4. Akuntabilitas Keuangan 3.5. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Kegiatan
BAB IV
: PENUTUP 4.1. Kesimpulan 4.2. Saran
LAMPIRAN – LAMPIRAN : - Lampiran 1 -
- Lampiran 2 - Lampiran 2
: Formulir Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Formulir Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015 : Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) Tahun 2015
11
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. Visi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau mempunyai rencana strategis yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun yang dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis Tahun 2014-2018. Selanjutnya, kinerja yang ingin dicapai dalam tahun 2015 dituangkan dalam dokumen Renja Tahun 2015. Pada dasarnya, perencanaan strategis merupakan tipe perencanaan yang timbul akibat kegagalan perencanaan rasional-komprehensif yang gagal mengatasi permasalahan secara menyeluruh.
Selain itu pemegang policy
dalam perencanaan strategik tidak dimonopoli oleh para teknokrat saja, melainkan harus adanya konsensus bersama antara stakeholders sesuai sistem
yang
berlaku.
Terkait
dengan
permasalahan
tersebut,
maka
pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan renstra adalah melalui proses teknis-rasional dan proses politis. Pernyataan visi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau sepenuhnya mengacu pada pernyataan visi Riau Pembangunan 2020, yaitu sebagai: “Terwujudnya Ketahanan Pangan yang mantap dalam menciptakan masyarakat yang berkwalitas tahun 2020“ Badan
Ketahanan
Pangan
Provinsi
Riau
mendukung
peran
Pemerintahan Provinsi Riau itu melalui implementasi core area Badan Ketahanan Pangan, yaitu: “ mewujudkan kondisi ketahanan pangan penduduk Riau sampai pada tingkat rumah tangga sebagai sasaran mikro baik kecukupan kuantum maupun kwalitas pangan dengan memperhatikan aspek 3B ( Beragam, Bergizi, Berimbang ), jaminan mutu dan kemanan pangan serta terjangkau akan daya beli masyarakat ”.
12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
2.2. Misi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau berkeinginan menjadi katalisator pembaharuan sistem ketahanan pangan yang kuat, dinamis dan sinergis. Untuk
mewujudkan
visi
tersebut,
Badan
Ketahanan
Pangan
menetapkan misi sebagai berikut:
Meningkatkan keseimbangan system ketahanan pangan dalam
VISI BADAN KETAHANAN PANGAN
mewujudkan ketahanan pangan yang mantap dan berkelanjutan.
Meningkatkan koordinasi lintas pelaku dan wilayah dalam memantapkan sistim ketahanan pangan wilayah sebagai bagian dari ketahahan pangan Nasional.
Mendorong dan memfasilitasi peran serta masyarakat dalam upaya menciptakan kondisi ketahanan pangan ditingkat rumah tangga (mikro). Meningkatkan kapasitas dan kompetensi aparat dan kelembagaan ketahanan pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan wilayah.
Mengoptimalkan potensi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Strategis dalam mewujudkan Ketahanan Pangan.
2.3. Tujuan Adapun tujuan strategis dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun adalah sebagai berikut :
13
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
1. Meningkatkan
kapasitas
sumberdaya
aparatur
dan
kualitas sarana
prasarana perkantoran 2. Meningkatkan koordinasi dalam perumusan kebijakan ketahanan pangan 3. Meningkatkan kemampuan dalam membangun ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup di seluruh rumah tangga. 4. Meningkatkan cadangan pangan untuk menanggulangi keadaan darurat dan kerawanan pangan/bencana. 5. Mengembangkan sistem distribusi dan harga pangan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat 6. Membangun kesiapan dalam mengantisipasi dan menangani kerawanan pangan. 7. Meningkatkan
kapasitas
sumber
daya
manusia
dalam
mendukung
pembangunan ketahanan pangan 8. Meningkatkan penganekaragaman pangan melalui pengembangan pangan lokal dan produk pangan olahan guna meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman
2.4. Pogram/Kegiatan Program yang akan dilaksanakan dalam hubungannya dengan tujuan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI : Kegiatan Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran BKP Prov. Riau PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR : Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Aparatur.
PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR : Kegiatan dalam upaya peningkatan disiplin Aparatur.
PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur.
14
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN: Kegiatan Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan Internal Badan Ketahanan Pangan . PROGRAM
PENINGKATAN
KETAHANAN
PANGAN
PERTANIAN/
PERKEBUNAN: 1.
Peningkatan Kapasitan dan Operasional Pengembangan Kelembagaan DKP.
2.
Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau
3.
Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ketahanan Pangan
4.
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan
5.
Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah
6.
Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Riau
7.
Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat
8.
Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat seProvinsi Riau.
9.
Penguatan Jaringan Distribusi dan Ketersediaan Pangan.
10. Pemantauan dan Analisis Harga Pangan Pokok 11. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) 12. Pengembangan Desa Mandiri Pangan 13. Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam. 14. Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional 15. Analisa Situasi Konsumsi Pangan Penduduk 16. Pengelolaan
Pemanfaatan
Pekarangan/Peran
Perempuan
dalam
Ketahanan Pangan 17. Pengembangan Pangan Lokal . 18. Sertifikasi Pangan Segar (Buah dan Sayur) 19. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
PROGRAM PENGEMBANGAN DATA/INFORMASI 1. Penyusunan Statistik Pangan 2. Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan 3. Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan
15
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Tahun Anggaran 2015 Badan Ketahanan Pangan Melaksanakan 7 (tujuh) program dan 45
kegiatan,
5 (lima ) program dengan 23 kegiatan
merupakan program yang ada di setiap SKPD sedangkan 2 (dua) program dengan 22 kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan
sebagai
kegiatan
pembangunan
yaitu
Program
peningkatan
ketahanan pangan pertanian/perkebunan dengan kegiatan sebanyak 19 (sembilan belas) kegiatan dengan anggaran berjumlah Rp. 11.278.634.800,serta Program Pengembangan Data/Informasi dengan 3 (tiga) kegiatan berjumlah Rp. 1.611.255.000,-
Tabel Program dan kegiatan Tahun Anggaran 2015 sebelum dan setelah perubahan sebagai berikut : No. I 1 2
Nama Kegiatan Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Penyediaan jasa surat menyurat
Sebelum Perubahan 1.296.002.000,00 55.000.000,00
Setelah Perubahan
1.557.602.000,00 55.000.000,00
3
Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik Penyediaan jasa kebersihan kantor
260.000.000,00 210.350.000,00
4
Penyediaan alat tulis kantor
150.000.000,00
210.350.000,00 150.000.000,00
5
Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
125.000.000,00
125.000.000,00
6
Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/penerangan Bangunan Kantor Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
7
8
Penyediaan makanan dan minuman
9
Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah
II 10
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional
11
Pengadaan perlengkapan gedung kantor
12
Pemeliharaan Peralatan Gedung Kantor
260.000.000,00
75.000.000,00 75.000.000,00 25.000.000,00
25.000.000,00
54.000.000,00
54.400.000,00
345.650.000,00 602.852..000,00
1.263.000.000,00
1.316.200.000,00
433.000.000,00 50.000.000,00
433.000.000,00 63.000.000,00
175.000.000,00
198.000.000,00
16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015 13
Pengadaan Mebeleur
185.000.000,00
14
Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor
175.000.000,00
185.000.000,00 175.000.000,00 15
Pemeliharaan rutin/berkala mobil jabatan
16
Pemeliharaan rutin/berkala peralatan dan perlengkapan kantor
60.000.000,00 80.000.000,00
III 17 18
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Pegadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya Pembinaan Fisik dan Mental Aparatur
185.000.000,00
182.000.000,00
180.000.000,00 100.000.000,00
180.000.000,00 100.000.000,00
50.000.000,00 IV 19
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Pendidikan dan pelatihan formal
35.000.000,00 35.000.000,00
V
20 21 22 23
VIII 24 25
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
230.000.000,00
Penyusunan pelaporan prognosis realisasi anggaran Penyusunan Rencana Kerja SKPD
25.000.000,00
Penyusunan Penetapan Kinerja (PENJA), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Program Pengembangan Data/Informasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Ketahanan Pangan
50.000.000,00 41.706.000,00 41.706.000,00 214.935.000,00
55.000.000,00 52.120.000,00
100.000.000,00 50.000.000,00
24.160.000,00
100.000.000,00 38.655.000,00
1.300.000.000,00
1.611.255.000,00
1.200.000.000,00 -
1.381.535.000,00 79.720.000,00
100.000.000,00
150.000.000,00
11.057.101.000,00
11.278.634.800,00
400.000.000,00
336.027.000,00
26
Penyusunan Statistik Pangan
VII
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/ Perkebunan
27
Pemantauan dan Analisis Akses Harga Pangan Pokok
28
Pengembangan Desa Mandiri Pangan
1.634..000.000,00
1.594.827.000,00
29
Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Riau
1.800.000.000,00
1.799.575.000,00
30
Pengembangan dan Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se Provinsi Riau
455.000.000,00 416.062.800,00
17
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015 31
Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se-Provinsi Riau
-
500.000.000,00
32 Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah
200.000.000,00
170.325.100,00
33
Monitoring, evaluasi dan pelaporan Ketahanan Pangan
150.000.000,00
150.000.000,00
34
Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan
300.000.000,00
292.700.000,00
35
Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau
400.000.000,00
394.270.000,00
36
Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
500.000.000,00
37
484.660.000,00 300.000.000,00
Penguatan Jaringan Distribusi dan Ketersediaan Pangan
209.359.900,00
38
Peningkatan Kapasitas dan Operasional Kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan
700.000.000,00
700.000.000,00
39
Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam
500.000.000,00
478.469.000,00
40
Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional Pengembangan Pangan Lokal Analisis Situasi Konsumsi Pangan Beragam
465.120.000,00
465.120.000,00
450.000.000,00
450.000.000,00
990.287.000,00
1.063.587.000,00
43
Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan Pengembangan pangan Lokal
912.694.000,00
912.694.000,00
44
Sertifikasi Pangan Segar (Buah dan Sayur)
300.000.000,00
300.600.000,00
45
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Jumlah
600.000.000,00
560.958.000,00
15.331.101.000,00
16.170.332.800,00
41 42
2.5. Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja Seperti yang telah disampaikan di bagian sebelumnya, terdapat 7 (tujuh) sasaran yang ingin dicapai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau. Uraian sasarandengan indikator dan target tahun 2015 ini yaitu : 1.
Tercapainya Efektifitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan.
Jumlah
Regulasi
dan
Kebijakan
Ketahanan
Pangan
1
Regulasi 2. Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama, Jumlah Ketersediaan Pangan Utama (Beras) 785,000 Ton.
18
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat, Persentase Penguatan Cadangan Pangan 60 %. 4. Tercapainya Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan Strategis di Daerah, Persentase Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan di Daerah 100 %. 5.
Tercapainya Penanganan Daerah Rawan Pangan, Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan 60 %.
6.
Meningkatnya Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat, Jumlah Skor PPH 81, Jumlah Konsumsi Energi 2.150 Kkal/Kap/Hari, Jumlah Konsumsi Pangan 54 Gram/Kap/Hari
7.
Tercapainya
Pembinaan
dan
Pengawasan
Pangan,
Persentase
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan 95 %.
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
TARGET
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Tercapainya Efektifitas Koordianasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan
Jumlah Regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan
2
Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama
Jumlah Ketersediaan Pangan Utama (Beras)
785.000 Ton
3
Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat
Persentase Penguatan Cadangan Pangan
60%
4
Tercapainya Ketersediaan Informasi, Pasokan, Harga dan Akses Pangan Strategis di Daerah
Persentase Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah
100%
1 Regulasi
19
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
5
Tercapainya Penanganan Daerah Rawan Pangan
Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan
60%
6
Meningkatnya Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat
Jumlah Skor Pola Pangan Harapan (PPH), Jumlah Konsumsi Energi, Jumlah Konsumsi Protein
81, 2.150 Kkal/Kap/Hari, 54 Gram/Kap/Hari
7
Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Pangan
Persentase Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
95%
20
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pengukuran Kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan kegiatan ditetapkan
dalam rangka
sesuai dengan sasaran mewujudkan visi dan
Pengukuran tersebut merupakan
hasil suatu
dan tujuan yang
telah
misi instansi pemerintah.
penilaian yang sistematik dan
didasarkan pada kelompok indikator masukan, keluaran dan hasil. Penilaian ini merupakan proses pengolahan masukan menjadi keluaran dan hasil terhadap pencapaian sasaran dan tujuan. 3.1. Pengukuran Kinerja Kerangka pengukuran kinerja merupakan beberapa tahapan yang berawal dari pengumpulan data kinerja hingga pengukuran kinerja. Indikator yang
digunakan sebagai instrumen acuan telah
ditetapkan
dalam
perencanaan kinerja yang terdapat dalam Rencana Kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dalam format Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan format Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS).
Rumusan yang digunakan untuk mengetahui presentase tingkat capaian digunakan 2 (dua) rumusan yaitu : Semakin tinggi realisasi menggambarkan pencapaian rencana tingkat capaian yang semakin baik, maka digunakan rumusan :
Realisasi Persentase Pencapaian
=
x
100%
Rencana Tingkat Capaian Rencana
Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian rencana tingkat pencapaian,maka digunakan rumus :
21
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Persentase
Realisasi-(Realisasi-Rencana)
Pencapaian Rencana
=
x
Tingkat
100%
Rencana
Capaian
Penilaian dilakukan dengan membandingkan hasil penghitungan dengan skala sebagai berikut :
Lebih dari 100 %
: Sangat Baik
100% > nilai > 80 %
: Baik
80 % > nilai > 50 %
: Cukup
50% > Nilai
: Kurang
Sasaran
Badan
Ketahanan
Pangan
Provinsi
Riau
Tahun
Anggaran2015 dapat dilihat capaian kinerjanya pada uraian berikut : Berdasarkan
Indikator
Kinerja
Utama
(IKU)
Badan
Ketahanan
PanganProvinsi Riau sesuai dengan RPJMD 2014-2019, Pengukuran kinerjaadalah dasar yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalanpelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telahditetapkan
dalam
rangka
mewujudkan
visi
dan
misi
instansi
pemerintahyaitu : (a). Tercapainya Efektivitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan, (b). Tersedianya pangan Utama beras, (c). Penguatan Cadangan Pangan, (d) Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan Strategis di Daerah, (e) Penanganan Daerah Rawan Pangan, (f)Peningkatan Konsumsi Pangan Penduduk sesuai Pola Pangan Harapan yang ditunjukkan dengan skor Pola Pangan Harapan(PPH), (g) Pembinaan dan Pengawasan Pangan.
3.2.1 Tercapainya Efektifitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan Indikator kinerja adalah : Jumlah regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan (1 Regulasi) Capaian: 0 regulasi. 3.2.2 Tercapainya Ketersediaan Pangan UtamaIndikator Kinerja Ketersediaan Pangan Utama adalah Jumlah Ketersediaan Pangan Utama (Beras : 785.000
Ton).Indikator
Kinerja
Ketersediaan
pangan
utama
diukur
22
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
berdasarkan ketersediaan beras di Provinsi Riau, Provinsi riau
ketersediaan beras di
dapat dilihat dari sisi produksi wilayah provinsi Riau
dan
pasokan/impor dari daerah lain ke Provinsi Riau. Ketersediaan beras berasal dari produksi beras dan pasokan beras dari impor dari luar daerah (Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara, sumatera Selatan, Jambi dan antar pulau. Total ketersediaan pangan pada tahun 2015 adalah 853.173 Ton, meningkat 8,68 persen dari yang ditargetkan pada tahun 2015 (785.000 Ton). Kalau dilihat potensi produksi padi dari data tahun 2010 – 2015 terlihat cenderung menurun,
pada tahun 2014 kekurangan produksi
kebutuhan konsumsi beras provinsi Riau
beras dari
adalah 62.20 persen, untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk 47,8 persen di datangkan dari luar provinsi Riau, dimana 39 persen kebutuhan pasokan disuplay oleh provinsi Sumatera Utara, 25 persen Provinsi Sumatera Barat, 25 persen Provinsi Sumatera Selatan, 25 persen pasokan antar pulau.
Upaya yang dilakukan untuk pencapaian ketersediaan beras tersebut adalah: a. Membangun kerjasama distribusi beras antara gapaktan/lumbung pangan antar provinsi pemasok dan antar kabupaten dalam upaya membangun stabilitas pasokan; b. Berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan, BMPD, Kepolisian dalam rangka pengamanan jalur distribusi pangan sehingga kelancaran distribusi dan pasokan pangan dapat terjaga sepanjang waktu; c. Penguatan ketersediaan pangan di lumbung pangan dan gapoktan; sehingga gabah dan beras tersedia selalu di lumbung pangan dan penggilingan dalam rangka pengamanan ketersediaan pangan pada saat paceklik; d. Peningkatan produksi melalui peningkatan produksi secara intensifikasi dan ekstensifikasi melalui kegiatan Pajale (Dinas Pertanian dan Peternakan); Peningkatan produksi sangat diperlukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan beras dari daerah lain; Kondisi ketersediaan beras tahun 2010-2015 dapat dilihat pada Tabel 1.
23
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Tabel 1. Kebutuhan, Produksi, Pasokan dan Ketersediaan Beras Tahun 2010 - 2014
Ctt : Sumber data BPS Provinsi Riau, Tahun 2015 adalah angka ramalan, data diolah BKP
3.2.3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat Target Indikator kinerja Persentase Penguatan Cadangan Pangan (60%) Cadangan pangan Pemerintah Provinsi Riau pengadaannya bersumberkan dana APBD Provinsi Riau Tahun 2013 dengan volume : 111,5 ton beras, pada tahun 2015 dialokasikan cadangan pangan 184,783 ton, total Pengadaan sampai tahun 2015 adalah 296,283 ton persentase realisasi pengadaan adalah 148,142 persen, realisasi stok opmane pada akhir tahun 2015 adalah 125,92 persen.
Tabel 2. Realisasi Pengadaan, Penyaluran dan Sisa Stok Beras Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau Tahun 2015
Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau diatur melalui Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2013, Tujuannyanya antara lain :
24
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
a. Meningkatkan penyediaan pangan untuk menjamin pasokan pangan yang stabil antar waktu dan antar daerah; b. Memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang mengalami keadaaan darurat dan paceklik berkepanjangan serta antisipasi kerawanan pangan pasca bencana dan kerawanan pangan spesifik lokasi; c. Instrumen stabilisasi harga pangan khususnya mengantisipasi goncangan dari pasar domestik maupun internasional; dan d. Meningkatkan akses pangan kelompok masyarakat rawan pangan transien terutama pada daerah terisolir dan/dalam kondisi darurat karena bencana dan paceklik berkepanjangan maupun masyarakat rawan pangan kronis karena kemiskinan.
Sasaran dari pendistribusian cadangan pangan pemerintah adalah sebagi berikut : a. Kerawanan pangan pasca bencana sebagai akibat bencana alam atau keadaan darurat; b. Perubahan gejolak harga yang signifikan (kenaikan lebih dari 25 % dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) selama dua bulan berturut-turut; c. Rawan pangan transien khususnya pada daerah terisolir dan/dalam kondisi darurat karena bencana, kerawanan pangan spesifik lokasi maupun masyarakat rawan pangan kronis karena kemiskinan (gagal panen/puso);
Pada akhir Desember 2015 telah didistribusikan beras cadangan pangan pemerintah provinsi Riau 21.230 kg untuk korban banjir Kabupaten Rokan Hulu dan 23.430 kg untuk petani yang mengalami gagal panen/ puso di kabupaten Kuantan Singingi.
25
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3.2.4. Tercapainya ketersediaan informasi, pasokan, harga dan akses pangan strategis di daerah.
Aspek distribusi pangan dapat digambarkan sebagai
suatu proses yang dinamis tentang bagaimana pangan itu disalurkan kepada konsumen/rumah tangga dari waktu ke waktu. Untuk memperoleh informasi tentang aspek distribusi pangan ini dibutuhkan informasi dasar yang terkait dengan harga, pasokan dan akses pangan. Gejolak harga pangan dapat menunjukkan gejala terganggunya distribusi pangan yang mungkin disebabkan kurangnya pasokan atau meningkatnya permintaan. Ketidakcukupan pasokan pangan di suatu wilayah dapat menjadi indikator adanya gangguan-gangguan pada proses distribusi seperti kurang baiknya sarana transportasi, adanya dampak iklim seperti banjir, gelombang tinggi dan sebagainya. Sementara itu, akses pangan dapat menjadi indikator tentang berhasil atau tidaknya proses distribusi pangan yang dapat menggambarkan apakah pangan telah didistribusikan dengan merata dan terjangkau oleh masyarakat secara fisik dan ekonomi. Gangguan pada pasokan, harga dan akses pangan perlu
segera
mendapat respon kebijakan dari pemerintah, karena dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat dan dapat mengakibatkan terganggunya kondisi sosial politik nasional. Oleh karena itu diperlukan suatu Sistem Deteksi Dini (Early Warning System) tentang kondisi pasokan, harga, dan akses pangan dari seluruh pelosok tanah air, yang cepat (up to date) dan akurat, agar dapat segera dilakukan antisipasi dan respon terhadap kemungkinan terjadinya gejolak.
TUJUAN : a. Mengembangkan basis data pasokan, harga dan akses pangan yang mudah diakses; b. Menyediakan data/informasi yang cepat dan akurat tentang pasokan, harga dan akses pangan sebagai bahan deteksi dini untuk mengantisipasi terjadinya gangguan distribusi pangan; c. Menyediakan hasil analisis tentang pasokan, harga dan akses pangan secara periodik sebagai bahan perumusan kebijakan.
26
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
SASARAN Sasaran yang hendak dicapai oleh kegiatan ini adalah terpenuhinya kebutuhan data dan informasi harga, pasokan dan akses pangan untuk perumusan kebijakan distribusi pangan pokok secara cepat dan tepat.
PEMANTAUAN Pemantauan harga pangan dilakukan di 12 kab/kota provinsi Riau, masing-masing kab/kota melaporkan harga pangan setiap minggu. Pemantauan Pasokan pangan dilakukan di 5 (lima) jembatan timbang di provinsi Riau.
Pemantauan pasokan tahun 2015 mengalami kendala,
karena pemantauan pasokan pangan hanya bisa dilaksanakan di satu jembatan timbang, yaitu di Jembatan Timbang Logas Kabupaten Kuantan Singingi.
Sedangkan
empat
jembatan
timbang
yang
lain
tidak
beroprerasional.
INDIKATOR KINERJA Target Indikator Kinerja Persentase Ketersediaan Informasi Harga, Pasokan dan Akses Pangan di daerah sebesar 100%. Indikator kinerja Ketersediaan Informasi Harga, Pasokan dan Akses Pangan tahun 2015 belum mencapai 100%, hal ini disebabkan oleh terganggunya informasi pasokan pangan, akibat tidak semua jembatan timbang Dinas perhubungan beroperasi. Indikator Ketersediaan Informasi Harga, Pasokan dan Akses Pangan di daerah sebesar 91,11%. Untuk lebih jelas dapat dilihat di daftar tabel dibawah ini.
I. Nilai Capaian Ketersediaan Informasi Harga, Pasokan, dan Akses Pangan Tahun 2015 I J
1 = Harga T
1. Komoditas
R
2 = Pasokan %
T
R
3 = Akses %
T
R
%
9
9
100
9
9
100
9
9
100
2. Lokasi
12
12
100
5
1
20
12
12
100
3. Waktu (Minggu)
52
52
100
52
52
100
2
2
100
Ki Nilai Capaian Ketersediaan
100
73,333333
100
91,11
Kegiatan yang mendukung, yaitu : -
Pemantauan Harga, Pasokan dan Akses Pangan
-
Laporan Harga Pangan Pokok
27
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
28
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3.2.5. Tercapainya Penanganan Daerah Rawan Pangan, 0 (nihil) Keterangan: Kegiatan PDRP pada Tahun Anggaran 2015 tidak ada.
29
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3.2.6. Meningkatnya Konsumsi Pangan Penduduk sesuai Pola Pangan Harapan 1) Meningkatkan kwalitas konsumsi pangan masyarakat 2) Indikator kinerja. - PPH = 81 - Konsunsi Energi 2.150/kal/kap/hari. - Konsumsi Protein 54 gram/kap/hari. 3) Realisasi - PPH 81.5 - Konsumsi Energi 2.083/kal/kap/hari - Konsumsi Protein 53 gram/kap/hari 4) Hasil - PPH = Pada skor PPH antara target dan realisasi terdapat peningkatkan sebesar 0.5. Dalam pemahaman konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman, masyarakat sudah mengatur pola makan yang sesuai petunjuk B2SA. - Konsumsi Energi = Antara target dan realisasi tidak tercapai sebesar 67. Dari hasil analisis penggunaan kelompok bahan pangan di masyarakat belum seimbang karna masih terbiasa dengan kelompok bahan pangan tertentu seperti, padi-padian, minyak dan lemak, kacang-kacangan, gula dan sangat rendah mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah. - Komsumsi Protein = Di masyarakat dalam mengkonsumsi protein hewani dan nabati, sayur-sayuran dan buah belum seimbang namun dari kecukupan protein 30amper sempurna.
3.2.7 Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Target :
95 %
Realisasi : 82 %
Pengawasan keamanan pangan dilakukan di pasar tradisional di 12 Kabupaten Kota dan dilakukan secara berkala setiap 4 (empat ) bulan. Pada saat pengawasan dilakukan pengambilan sampel pangan segar (buah dan sayur) kemudian dikirim ke
laboratorium pestisida untuk uji residu pestisida. Dari hasil laboratorium
sebanyak 100 sampel pangan segar ternyata 19 sampel pangan segar (buah dan sayur) mengandung residu pestisida. Diantara pangan segar yang terdeteksi Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
30
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
mengandung residu pestisida antara lain Mentimun , tomat, kol, daun bawang, cabe keriting, kangkung darat, bayam, bawang merah, jeruk, kentang dan kacang panjang. Dari tanya jawab dengan pedagang, pada umumnya pangan segar yang dijual di pasar tradisional berasal dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara, sedangkan bayam dan kangkung darat berasal dari daerah setempat. Penggunaan pestisida sulit dihindari untuk tanaman sayur-sayuran hal ini karena tanaman tersebut sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, untuk itu perlu ditingkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan pestisida yang sesuai dengan anjuran sehingga pada saat panen pangan segar tidak mengandung residu pestisida. Untuk pangan segar yang berasal dari daerah lain, dilakukan koordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan daerah asal pangan segar. Kegiatan lain yang dilakukan adalah pemberian sertifikat prima 3 kepada pelaku usaha (petani) yang memproduksi buah dan sayur yang tidak mengandung residu pestisida. Tahun 2015 dilakukan sertifikasi prima 3 untuk 19 orang petani dengan rincian Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 5 orang komoditi jeruk, Kabupaten Rokan Hulu sebanyak 5 orang dengan komoditi jeruk dan Kabupaten Kampar sebanyak 9 orang dengan komoditi manggis dan jeruk.
Tabel hasil uji residu pestisida tahun 2015 Komoditi Jumlah sampel Jumlah terdeteksi % terdeteksi % tak terdeteksi
Buah Sayur
20
3 60
13
15 22
85 78
Capaian kinerja masing-masing sasaran dan indikator dapatdiilustrasikan sebagaimana ditampilkan pada tabel pengukurankinerjastrategis Badan Ketahanan Pangan tahun 2015 dibawah ini :
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
31
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015 No.
Sasaran
Indikator Sasaran
Satuan
1 1.
2 Tercapainya Efektivitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan
3
4
Rencana Tingkat Capaian (Target) 5
Jumlah Regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan
Regulasi
2.
3.
4.
5.
6
7
Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama
Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat
Tercapainya Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan Strategis di Daerah Tercapainya penanganan Daerah Rawan Pangan
Tercapainya Konsumsi Pangan Penduduk sesuai Pola Pangan Harapan
Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Pangan
Jumlah Ketersediaan Pangan utama (Beras)
Persentase Penguatan Cadangan Pangan
Persentase Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan Daerah Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan Jumlah Skor Pola pangan harapan, Jumlah Konsumsi Energi, Jumlah Konsumsi Pangan Persentase Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
Realisa si
Prosentase Tingkat Capaian
6
7
1
0
0
Ton
785.000
853.173
108.68
%
60
70.17
%
100
91,11
91,11
%
60
0
0
Kkal/Kap/ hari Gram/Kap/ hari
81 2.150 54
81,5 2.083 53
100,62 96,88 98,15
%
95
82
86,32
JUMLAH
116,95
77,63
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengukuran pencapaian kinerja sasaran Badan Ketahanan Pangan Provinsi RiauTahun 2015 adalah 77,63%. Untuk pencapaian sasaran yang telah ditetapkan,pencapaian kinerja 22 (dua puluh dua) kegiatan Badan Ketahanan Pangan ProvinsiRiau pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
32
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015 NO. 1
KEGIATAN Peningkatan Kapasitas dan Operasional Pengembangan Kelembagaan BKP
Persentase Capaian Input
Persentase Capaian Output
Persentase Capaian Outcome
Ratarata
56,48
100.00
100.00
66.67
81,05
100.00
100.00
66.67
65,22
100.00
100.00
66.67
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan
68,43
100.00
100.00
66.67
Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah
93,92
100.00
100.00
66.67
Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Riau
93,89
100.00
100.00
66.67
70,32
56.67
56.67
37.78
63,76
100.00
100.00
66.67
82.31
100.00
100.00
94.10
87.75
100.00
100.00
95.92
56.47
100.00
100.00
85.49
Pengembangan Desa Mandiri Pangan
86.36
94.17
100.00
93.51
Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam
81.17
100.00
100.00
93.72
Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional
69.49
100.00
100.00
89.83
Analisa Situasi Konsumsi Pangan Penduduk
74.16
100.00
100.00
91.39
Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dan Ketahanan Pangan
72.17
100.00
100.00
90.72
17
Pengembangan Pangan Lokal
59.13
91.67
91.67
80.82
18
Sertifikasi Pangan (Buah dan Sayur)
71.13
75.00
75.00
73.71
19
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
78.47
100.00
100.00
92.82
63.15
100.00
100.00
87.72
63.68
100.00
100.00
87.89
2 3
4 5 6 7
8
9 10 11
12 13 14 15 16
20 21
Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan
Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat seProvinsi Riau Penguatan Jaringan Distribusi dan Ketersidiaan Pangan Pemantauan dan Analisis Harga Pangan Pokok Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
Penyusunan Statistik Pangan Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
33
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015 22
Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan JUMLAH
31.68
100.00
100.00
77.23
69.79
96.25
96.52
79.06
Keterangan : Makin besar angka persentase hasil penilaian, makin baik kinerja pelaksanaan kegiatan tersebut.
Tabel di atas menunjukkan pencapaian kinerja kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi RiauTahun2015 adalah 79,06 %.Dengan catatan bahwa untuk kegiatankegiatan dalam program pilihan penilaian “Persen Capaian Outcome” adalah angka capaian outcome harapan, sedangkan kegiatan-kegiatan dalam program wajib penilaiannya adalah output kegiatan langsung dirasakan manfaatnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa terdapat tujuan dan sasaran yang ditargetkan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi RiauTahun 2015. Berikut ini adalah rincian sasaran, indikator, realisasi kinerja yang
dilaksanakan
tahun
2015 : 1. Efektifitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan. Jumlah Regulasi
dan
Kebijakan
Ketahanan
Pangan
1
Regulasi tidak terealisasi pada tahun 2015. 2. Ketersediaan Pangan Utama (beras) dengan jumlah realisasi sebesar 853.173 ton, atau tingkat capaian target sebesar 108,68 %. dari jumlah Ketersediaan Pangan Utama (Beras). 3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat, dengan realisasi 70,17 %, atau tingkat capaian targettahun 2015 sebesar 116, 95 %. 4. Tercapainya Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan Strategis di Daerah, Persentase Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan di Daerah 91,11 %. 5. Penanganan Daerah Rawan Pangan,capaiannya 0 % tahun 2015. 6. Meningkatnya Konsumsi Pangan Masyarakat, Perbaikan menu makanan rakyat yang bermutu, beragam, bergizi seimbang, aman, halal dan meningkatkan
penganekaragaman
konsumsi
pangan
sesuai
potensi
sumberdaya lokal. Indikator sasaran ini adalah Tercapainya Skor Pola Pangan Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
34
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Harapan (PPH) sebesar 81 Realisasi sampai dengan tahun 2015
adalah
81,5, angka capaianya 100,62 %. Untuk konsumsi Energi Penduduk 2.083 dan konsumsi protein Penduduk 53 angka capaianya 96,88 % dan 98,15 %. Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah Kegiatan Analisis Situasi Konsumsi Pangan Penduduk. 7. Pembinaan dan Pengawasan Pangan, realisasi yang terlaksana82 % atau tingkat capaian 86,32 % dari target.
3.2 EVALUASI KINERJA Evaluasi kinerja dilakukan terhadap pencapaian setiap indikator kinerja kegiatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-halyang mendukung keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan suatu program atau kegiatan dengan membandingkan persentase capaian Indikator Kinerja Utama pada tahun 2015 dengan tahun sebelumnya. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program atau kegiatan di masa yang akan datang.Adapun hasil evaluasi kinerja dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau pada tahun 2015 dapat dijelaskan sebagai berikut : No.
Sasaran
Indikator Sasaran
Target 2015
Capaian 2014
Capaian 2015
1 1.
2 Tercapainya Efektivitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan
3
4
5
6
Prosentase Tingkat Capaian 7
Jumlah Regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan
1 Regulasi
-
-
-
785.000 Ton
-
853.173
108.68
2.
3.
4.
Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama
Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat
Tercapainya Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses
Jumlah Ketersediaan Pangan utama (Beras)
Persentase Penguatan Cadangan Pangan Persentase Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
60%
100 %
-
60 %
70.17
91,11 %
116,95
91,11
35
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015 Pangan Daerah
5.
6
7
Strategis
di
Tercapainya penanganan Daerah Rawan Pangan
Tercapainya Konsumsi Pangan Penduduk sesuai Pola Pangan Harapan
Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Pangan
Pangan Daerah
Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan
60 %
-
-
-
Jumlah Skor Pola pangan harapan, Jumlah Konsumsi Energi, Jumlah Konsumsi Pangan
81 2.150 Kkal/Kap/h ari 54 Gram/Kap/ hari
79,5 1.973 52
81,5 2.083 53
100,62 96,88 98,15
Persentase Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
95 %
80 %
82 %
86,32
3.2.1. Ketersediaan Pangan di Provinsi Riau Dalam rangka membangun kemandirian pangan, pemerintah berusaha agar pemenuhan kebutuhan pangan diutamakan dari produksi dalam negeri dan meminimalisasi ‟import‟.
Kemampuan untuk menjamin seluruh penduduk
memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak, aman dan halal didasarkan pada optimalisasi sumberdaya domestik dengan demikian sangat penting untuk dibangun. Produksi dan produktivitas yang rendah merupakan salah satu tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Oleh karenanya upaya-upaya untuk terus meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian di wilayah Provinsi Riau dalam kerangka memperkuat ketahanan pangan wilayah maupun ketahanan pangan nasional. Issu lainnya yang mengancam peningkatan produksi pangan adalah alih fungsi lahan yang makin hari semakin meningkat, beralihnya ke sektor non pangan seperti perkebunan dan perumahan.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
36
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Tabel 2. Kebutuhan Pangan Provinsi Riau Tahun 2010 - 2015
Sumber Data : Angka Penduduk BPS Provinsi Riau Angka Konsumsi berdasarkan survey Konsumsi BKP Riau
Untuk melihat kebutuhan konsumsi pangan yang diperlukan oleh penduduk Riau dalam memenuhi kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 4. Pertumbuhan Kebutuhan konsumsi pangan pada umumnya bertanda positif yang mengambarkan kebutuhan
konsumsi
peningkatan
jumlah
pangan
meningkat
penduduk,
setiap
komoditas
tahunnya
yang
seiring
mengalami
dengan
penurunan
pertumbuhan adalah kedelai, hal tersebut merupakan akibat dari pembatasan kuota import kedelai. Kebutuhan beras provinsi Riau tahun 2015 adalah 666.162 ton, pertumbuhan kebutuhan beras pertahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, walaupun program diversifikasi pangan sudah di sosialisasikan di tengah masyarakat tetapi penurunan konsumsi beras masih belum signifikan, pertumbuhan kebutuhan beras dari tahun 2010 – 2015 adalah positif 3,2 persen. Pertumbuhan kebutuhan komoditas pangan dari tahun 2010-2015 rata-rata bertanda positif, Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
37
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
pertumbuhan kebutuhan yang bertanda negatif adalah pada komoditas kedelai, dimana dari tahun 2012sampai tahun 2014 konsumsi kedelai mengalami penurunan dari pada tahun 2010 dan 2011, sehingga berpengaruh pertumbuhan kebutuhan. Tabel 3. Produksi Komoditas Pangan Provinsi Riau Tahun 2010-2015.
Sumber Data : Angka 2010-2014 ATAP BPS Provinsi Riau , 2015 angka ramalan Tabel 3 menyajikan data mengenai produksi pangan ProvinsiRiau tahun 20102015. Perkembangan produksi pangan terutama beras di ProvinsiRiau selama lima tahun terakhir (2010-2015) terjadi penurunan produksi yaitu negatif 9,2 persen pada komoditi beras, jagung pada perode lima tahunan menunjukkan penurunan produksi negatif 8,7 persen, pertumbuhan kelompok kacang-kacangan, kacang kedelai negatif15,2 persen, kacang tanah negatif 13,0 persen, kacang hijau negatit 13,8 persen, pertumbuhan kelompok umbi-umbian komoditi ubi jalar negatif 5,2 persen, ubi kayu positif 11,6 persen dan Sagu negatid 0,3 persen. Buah-buahan pertumbuhan meningkat yaitu positif 25,8 persen sayur-sayuran meningkat yaitu positif 23,4persen, komoditi daging terjadi peningkatandan pertumbuhannya positif 13,4 persen dan telur terjadi penurunan yaitu negatif 2,9 persen. Sedangkan produksi ikan terjadi peningkatan pertumbuhan yaitu positif 12,5 persen pertahun. Tabel 4. Pasokan Komoditas Pangan Provinsi Riau Tahun 2010 - 2015
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
38
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Sumber : Data Diolah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi Riau diperlukan pasokan pangan dari provinsi tetangga dan perdagangan antar pulau, daerah yang memasok provinsi Riau adalah Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan dan perdagangan antara pulau. Volume pasokan perkomoditi beragam sesuai dengan potensi produksi daerah pemasok dan kelancaran jalur distribusi masingmasing daerah. (Tabel 4). Gambar 1. Perkiraan/Proyeksi, Pasokan, Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2015.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
39
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Permintaan untuk konsumsi biasanya
terjadi peningkatan yang signifikan
terhadap bahan-bahan pangan dalam menghadapi hari-hari besar keagamaan seperti menghadapi bulan puasa, hari raya idul fitri. Prilaku tersebut lebih disebabkan 1) kebiasaan masyarakat untuk menjamu tamu atau saudara; 2) adanya antisipasi stok dirumah tangga karena aktifitas hari Raya Idul Fitri berakibat pada hari kedua sampai ke empat lebaran biasanya aktifitas pasar masih sepi, 3) antisipasi penyediaan pangan karena arus mudik waktu lebaran, mengakibatkan permintaan pangan di daerah tujuan mudik meningkat. Mengingat penduduk Riau 90 persen beragama islam, maka prilaku permintaan pangan mulai meningkat menjelang bulan Ramadan yang terjadi pada minggu ketiga Juni, tapi selang permintaan sudah mulai pada hari ke 7 (seminggu) sebelumnya. Permintaan ini meningkat selain keinginan amannya stok rumah tangga pada hari pertama menghadapi ibadah puasa juga di latarbelakangi oleh hampir semua daerah memiliki kebiasaaan acara petang medang/balimau dalam menghadapi bulan Ramadan, acara ini diikuti dengan acara adat dan makan-makan bersama, komoditas yang permintaannya meningkat signifikan adalah beras, cabe, komoditas peternakan adalah telur dan daging ayam. Ada prilaku permintaan komoditas telur yang harus diantisipasi, mulai memasuki bulan Ramadan industri kue sudah memulai aktifitasnya sehingga permintaan telur terus meninggkat sampai pada hari raya Idul Fitri. Prilaku permintaan komoditas lain semuanya memperlihatkan gejala peningkatan tahunan, dengan demikian harus dapat diantisipasi dengan pengamanan jalur-jalur distribusi pasokan pangan dan berupaya menambah ketersediaan pasokan di pasar. Masalah yang sering terjadi adalah terjadinya lonsor dijalur masuk provinsi Riau karena jalur darat dari provinsi tetangga ke arah Sumatera Barat merupakan jalur yang rawan lonsor, sehingga dapat menganggu pasokan pangan yang bisa menyebabkan
terjadi kekurangan supplay
yang dapat memicu kenaikan harga yang disebabkan oleh demand meningkat. Banyak faktor yang menjadi kendala peningkatan produktivitas dan produksi pangan di ProvinsiRiau dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh penduduknya. Diantaranya yang terpenting adalah: 1. Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat perubahan iklim global 2. Lemahnya Ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, dan air 3. Status dan luas kepemilikan lahan sangat terbatas (< 0,5 Ha) Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
40
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
4. Sistem perbenihan dan perbibitan nasional dan regional belum berjalan optimal 5. Keterbatasan akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usahatani 6. Lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh 7. Masih rendahnya ketahanan pangan dan ketahanan energi 8. Diversifikasi pangan dengan baik belum dilaksanakan secara optimal 9. Rendahnya Nilai Tukar Petani (NTP) 10. Kurangnya keterpaduan antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian 11. Kurang optimal kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian. 12. Tingginya alih fungsi lahan baik ke sektor perkebunan maupun sektor perumahan (perkotaan). 13. Belum ditetapkannya revisi RTRWP Provinsi Riau 2010-2030 1.
Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2015 KegiatanPengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat
berbasiskan kegiatan lumbung pangan dengan komoditi adalah gabah/beras dan komoditi sagu.Kegiatan ini merupakan pemberdayaan kelompok melalui pelatihan, pembinaan dan memberikan fasilitasi bantuan sosial sesuai tujuan kegiatan dan disesuaikan dengankebutuhan kelompok. a. Tujuan kegiatan adalah : 1.
Untuk menjamin gabah/beras/sagu tetap ada di lumbung/gudang/bangsal sebagai cadangan pangan kelompok;
2.
Untuk menjaga stabilitas harga pangan terutama gabah/beras pada saat terjadinya masa paceklik;
3.
Meningkatkan pengetahuan dan sikap positif kelompok sagu terhadap produkproduk pangan olahan;
4.
Meningkatkan kesadaran kelompok lumbung atau kelompok sagu dalam pengolahan pangan yang bermutu, aman dan berkualitas;
5.
Mengembangkan teknologi pangan yang tepat guna pada kelompok lumbung atau kelompok sagu;
6.
Menumbuhkembangkan pemberdayaan kelompok untuk mengoptimalkan kelembagaan lumbung pangan maupun kelompok sagu.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
41
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
2.
Sasaran dan Penerima Manfaat Sasaran program/kegiatan adalah 10 (sepuluh) kabupaten di Provinsi Riau dan sasaran penerima manfaatpada tahun 2015 kegiatan pengembangan dan pemberdayaan cadangan pangan masyarakat dilakukan dengan memberikan dana bantuan sosial pada 67 (enam puluh tujuh) kelompok, yang dana bantuannya berada di Sekretariat Daerah Provinsi Riau yaitu : 1. 38 (tiga puluh delapan) kelompok untuk membangun gudang atau lumbung; 2. 3 (tiga) kelompok untuk membangun lantai jemur; 3. 7 (tujuh) kelompok untuk penguatan modal usaha kelompok lumbung pangan; 4. 16 (enam belas) kelompok pembuatan bangsal dan alat pengolahan sagu modifikasi lokal; 5. 2 (dua) kelompok untuk penguatan modal usaha kelompok sagu.
3.
Indikator Keberhasilan kegiatan Indikator keberhasilan kegiatan Pengembangan dan pemberdayaan cadangan pangan masyarakat dapat dilihat dari pencapaian indikator : 1. Tersedianya gabah/beras/sagu di lumbung pangan sebagai cadangan pangan minimal untuk memenuhi kebutuhan anggotanya; 2. Meningkatnya
nilai
tambah
produk
gabah/beras/sagu
yang
berada
dilumbung/bangsal dengan melakukan kegiatan jual beli gabah/beras/sagu sebagai unit pengelola cadangan pangan; 3. Meningkatnya aktivitas pembelian minimal dari produksi anggotanya oleh unit usaha pemasaran dan pengolahan; 4. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumberdaya pengelola kelompok.
4.
Strategi Kegiatan Strategi pengembangan cadangan pangan masyarakat dapat dilakukan melalui : 1. Memberikan dukungan kepada kelompok untuk memperkuat kemampuannya .dalam penyediaan dan pengelolaan cadangan pangan sehingga mudah diakses dan tersedia setiap waktu secara berkelanjutan;
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
42
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
2. Memberikan dukungan kepada kelompok untuk memperkuat permodalan dalam pengembangan usaha dan berkelanjutan kelembagaan lumbung pangan; 3. Mengolah sagu menjadi bahan makanan sehingga dapat mengembangkan produk lokal yang pada akhirnya dapat
meningkatkan konsumsi sagu
sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap beras; Agar tercapainya strategi seperti tersebut diatas maka diperlukan langka-langkah sebagai berikut : 1. Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, melalui pelatihan dan pembinaan; 2. Penguatan kapasitas kelembagaan cadangan pangan masyarakat melalui pemberian fasilitas bantuan untuk pembangunan gudang dan bangsal pengolahan sagu; 3. Penguatan cadangan pangan melalui tabungan swadana kelompok dan fasilitas bantuan cadangan pangan kelompok. 4. Penguatan jaringan usaha dan kemitraan.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pemberdayaan cadangan pangan masyarakat dapat
dilihat
pada
kegiatan
lumbung pangan
dan
pengembangan pangan alternative (sagu). Pemanfaatan dana bantuan sosial yang diusulkan pada Sekretariat Daerah digunakan untuk kegiatan-kegiatan : 1. Kelompok Lumbung Pangan, pemanfaatan bantuan sosial oleh kelompok lumbung digunakan untuk : a. Pembangunan Lumbung Pangan/Gudang Dilaksanakan pemberian bantuan yang digunakan untuk membeli bahan material pembangunan fisik lumbung pangan. b. Pembuatan Lantai Jemur Merupakan
pengembangan
kegiatan
lumbung
pangan
dari
unit
penyimpanan gabah menjadi unit penyimpanan dan pengolahan gabah, pemberian bantuan sebagian besar digunakan untuk membeli bahan material
pembangunan
lantai
jemur
dan
selebihnya
ada
untuk
pengisian/pengadaan cadangan pangan.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
43
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
c. Penguatan Modal Usaha Lumbung Pangan Merupakan pengembangan usaha lumbung dengan memberi bantuan yang digunakan sebagai modal membeli gabah atau beras sebagai peningkatan volume cadangan pangan dan kegiatan penunjang lainnya.
2. Kelompok Sagu a. Pembangunan Bangsal dan Alat pengolahan Sagu Modifikasi Lokal Pemberian bantuan dilakukan untuk membeli material pembangunan bangsal dan alat pengolahan tual sagu yang sederhana (modifikasi lokal). b. Penguatan Modal Usaha Kelompok Sagu Pemberian bantuan dilakukan sebagai modal membeli tual sagu sebagai peningkatan volume cadangan pangan dan kegiatan penunjang lainnya.
5. Pelaksanaan Kegiatan 1. Persiapan kegiatan Persiapan Kegiatan berkaitan dengan penyusunan dasar hukum, aturan dan blanko seperti panduan kegiatan, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan, blanko identifikasi dan verifikasi, berita acara identifikasi dan verifikasi, blanko monitoring volume cadangan tingkat kelompok. 2. Identifikasi dan Verifikasi Calon Penerima Bantuan Sosial Tahun 2015 Identifikasi dan verifikasi calon penerima bantuan sosial Tahun 2015 dilakukan pada kelompok-kelompok Lumbung Pangan yang diusulkan oleh Badan/Dinas Yang Menangani Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota. Jumlah kelompok yang diusulkan oleh kabupaten/kota berjumlah 67 (enam puluh) kelompok terdiri dari kelompok lumbung pangan daerah konsumen (daerah yang tidak memiliki potensi penanaman padi), lumbung pangan produsen (daerah yang memiliki sumberdaya pengembangan padi) dan kelompok sagu yaitu kelompokmyang memiliki kebun sagu dan berpotensi untuk dikembangkan unit pengolahan tepung sagu. Identifikasi yang dilakukan mencakup komponen : a. Kelompok
yang diidentifikasi yaitu namanya, kepengurusan (Ketua,
Sekretaris, Bendahara) jumlah anggota berapa orang, berdiri tahun berapa, berita acara pendirian kelompok;
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
44
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
b. Potensi yang dimiliki oleh kelompok yang untuk mendukung pembangunan lumbung pangan (luas lahan sawah, jika daerah produsen, potensi kebutuhan beras perbulan didaerah konsumen; produksi padi/beras) c. Pengolahan Hasil, jika diproduksi berapa jumlah yang dikonsumsi sendiri, jumlah yang dijual, jumlah yang disimpan; d. Jenis Usaha, aktivitas kelompok apakah beli gabah, jual gabah, beli gabah jual beras, dan usaha penggilingan padi; e. Daftar aset yang dimiliki oleh kelompok untuk mendukung usaha seperti kepemilikan mesin pembajak (Traktor/Hand Traktor), alat perontok gabah, dll; f. Modal
kelompok,
berkaitan
dengan
sumber
modal,
jumlah
dan
perkembangan modal kelompok; g. Dinamika kelompok berkaitan dengan aktifitas kelompok, pertemuan rutin kelompok,
Verifikasi mencakup komponen : a. Organisasi Kelompok, berkaitan susunan kepengurusan, pengukuhan pengurus, waktu pembetukan kelompok (kelompok baru/kelompok lama), dinamika kelompok dapat digambarkan dengan aktivitas pertemuan kelompok dan administrasi dari dinamika kelompok berupa daftar hadir dan notulen pertemuan; b. Administrasi dan keuangan kelompok yang digambarkan dengan buku Kas Umum, Buku Pembantu dan Buku Pinjaman; c. Kepengurusan dan Administrasi Kelompok berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi kelompok; d. Tabungan Kelompok berkaitan dengan simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela dalam kelompok dalam bentuk uang maupun dalam bentuk gabah/beras; e. Jumlah cadangan pangan yang dikelola kelompok dan iron stok yang tersedia saat dilaksanakan kunjungan dilaksanakan; f. Status kepemilikikan tanah untuk gudang/lumbung/bangsal sagu/lantai jemur, jika
mengusulkan
bantuan
sosial
untuk
bangunan
lumbung/bangsal
sagu/lantai jemur, status lahan harus jelas artinya harus sudah dihibahkan kepada kelompok,surat hibah diketahui oleh camat; Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
45
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
g. Laporan perkembangan bansos yang telah diberikan, untuk kelompok yang sudah pernah mendapat bantuan sosial pada beberapa tahun yang lalu, harus tetap melaporkan perkembangan dananya; 3. Penganggaran Bantuan Sosial Dana Bantuan Sosial diusulkan melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Murni Provinsi Riau Tahun 2015, usulan untuk pengajuan melalui Surat Kepala Badan Ketahanan Pangan
Kepada
Gubernur Riau U.p Sekretaris Daerah Provinsi Riau dengan surat Nomor : 414.24/BKP-KDP/323 tanggal 22 Juli 2014 tentang Pengusulan Bantuan Dana Hibah Program/Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA. 2015, karena dalam anggaran murni APBD tahun 2015 maka diusulkan lagi pada Anggaran APBD Perubahan tahun 2015 melalui Surat Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Nomor : 414.24/BKP-KDP/243 tanggal 1 Juli 2015
Perihal
Pengusulan
Penganggaran
Dana
Hibah/Bansos
Program/Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Anggaran APBD-P TA. 2015.
4. Proses Pencairan Dana Bantuan Sosial Proses pengajuan bantuan sosial dari calon kelompok sudah disiapkan menunggu alokasi anggaran, karena tidak teralokasi pada anggaran murni Ta. 2015 maka diusulkan melalui anggaran APBD-P TA. 2015.
Proses
pengajuan pencairan dana ke sekretariat daerah menunggu proses pengesahan APBD-P Provinsi Riau. Pengesahan APBD Perubahan TA. 2015 disyahkan dan dapat dijalankan pada tanggal 15 Desember 2015, sementara batasan waktu untuk memasukan proposal kelompok ke Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah adalah tanggal 21 Desember 2015. Melihat waktu yang demikian sempit kabupaten/kota tidak dapat mengirimkan rekomendasi pencairan dana bansos/hibah, karena khawatir nanti dana tidak dapat dicairkan oleh Sekretariat Daerah sedangkan kelompok kalau sudah direkomendasikan merasa dananya sudah pasti dapat diterima oleh kelompok. tahun
anggaran
maka
tidak
ada
kelompok
yang
Pada akhir
menerima
dana
bansos/hibah pada tahun 2015.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
46
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
6. Pelatihan Managemen Kelompok Lumbung Pangan Pelatihan
managemen
kelompok
lumbung
pangan
dan
kelompok
sagu
dilaksanakan dalam dua angkatan. 1. Angkatan pertama (I) dilaksanakan pada tanggal 6-9 September 2015 bertempat di Hotel New Holywood jalan Kuantan Raya Nomor 120 Pekanbaru. Pesertanya
terdiri
dari
40
orang
pengurus
kelompok
(Ketua/Bendahara/Sekretaris) dari 17 kelompok lumbung pangan dan sagu pada kabupaten yang berasal dari kabupaten dari Kelompok Lumbung Pangan pada Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Siak dan Kabupaten Rokan Hulu., Materi terdiri dari : a). Kebijakan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat; Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau; b).Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat; Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan; c).Pembukuan kelompok sampai tersusunnya neraca biaya keuangan kelompok, narasumber dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Pekanbaru; d).Dinamika kelompok (Kepemimpinan, Perencanaan partisipatif dan motivasi, narasumber dari Widyaiswara dari Diklat Kehutanan Riau. 2. Angkatankedua
(II)
dilaksanakan
pada
tanggal
16
–
19
September
2015Pelatihan dilaksanakan di Hotel New Holywood jalan Kuantan Raya Nomor 120 Pekanbaru, pesertanya terdiri dari 40 orang pengurus kelompok (Ketua/Bendahara/Sekretaris) dari 17 kelompok lumbung pangan dan sagu pada kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Kampar, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Meranti., Materi terdiri dari : a). Kebijakan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat; Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau; b).Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat; Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan; c). Pembukuan kelompok sampai tersusunnya neraca biaya keuangan kelompok, narasumber dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Pekanbaru; d). Dinamika
kelompok
(Kepemimpinan,
Perencanaan
partisipatif
dan
motivasi, narasumber dari Widyaiswara dari Diklat Kehutanan Riau.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
47
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Pelatihan dilaksanakan dengan pola teori dan dilanjutkan dengan praktek pembukuan dan perencanaan partisipatif, sehingga diharapkan selesai pelatihan pengurus dapat : a. Menyusun neraca pembukuan kelompok tahunan, b. Pengurus dapat memberi motivasi kepada anggota untuk melaksanakan kegiatan kelompok secara bersama-sama‟ c. Kelompok dapat menjalankan aktifitas cadangan pangan kelompok secara terus menerus;
7. Pembinaan dan Monitoring Kegiatan Lumbung Pangan Pembinaan dan Monitoring berkaitan dengan
dinamika kelompok, aktifitas
administrasi kegiatan, administrasi keuangan kelompok
dan penguatan
cadangan pangan kelompok, dan pertemuan kelompok. Laporan yang diperlukan dibuat oleh kelompok adalah laporan keuangan dan laporan cadangan pangan kelompok, laporan cadangan pangan kelompok memuat jumlah dan volume cadangan kelompok bulanan dalam bentuk gabah dan beras di kelompok. Pembinaan
berkaitan juga
bantuan yang pernah diberikan,
bantuan alat ataupun bantuan sosial yang pernah diterima oleh kelompok, dan pemanfaatan dan perkembangan bantuan tersebut.
3.2.2. Pengadaan Beras Cadangan Pangan Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pengadaan beras untuk cadangan pangan dapat dikategorikan barang khusus sesuai dengan Pasal 38 ayat (5) huruf a) dan c) dinyatakan bahwa kriteria barang khusus/pekerjaan konstruksi khusus/jasa lainnya yang bersifat khusus yang dimungkinkan kan dilakukan penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi barang/jasa lainnya yang bersifat khusus yang memungkinkan dilakukan Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b), meliputi barang/jasa lainnya berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah atau barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bersifat komplek yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan hanya ada 1 (satu) penyedia yang mampu. Hal ini juga berkenaan dengan Surat Lembaga Kebijakan Pengadaan Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
48
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor : B-2686/LKPP/D-IV.1.1/05/2013 tanggal 22 Mei 2013 tentang Mekanisme Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Mengacu pada ketentuan diatas dalam hal Harga Pembelian Beras (HPB) Pemerintah kepada Perum Bulog sudah diatur dalam Perturan Direksi Bulog RI dan/atau dari hasil identifikasi teknis penyedia yang dianggap mampu menyediakan dan mendistribusikan cadangan pangan secara tepat waktu dan mutu sampai ke pelosok wilayah rawan pangan dampak bencana/rawan pangan adalah Perum Bulog, maka proses pemilian penyedia barang/jasanya dapat dilakukan melalui mekanisme penunjukan langsung. Mengingat
tidak ada mekanisme kompetisi pada proses
penunjukan langsung. Berdasarkan Perjanjian Kerjasama Pekerjaan Pengadaan Beras Cadangan Pangan Pemerintah antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi riau dengan Perum Bulog Divisi Regional Riau dan Kepulauan Riau nomor : 976/SPK/BKP-KDP/2015 dan PJB-640A/03010/12/2015 tanggal 15 Desember 2015; Pengadaan cadangan pangan pokok daerah, merupakan rangkaian proses pengadaan komoditas beras milik pemerintah daerah Provinsi Riau. Pelaksanaan pengadaan cadangan pangan beras melalui tahapan sebagai berikut: 1. Beras yang disediakan oleh Bulog Divre Riau harus memenuhi kriteria sesuai dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Kualitas beras yang disediakan sebagai cadangan pangan pokok Daerah merupakan kualitas medium dengan kadar air maksimum 14 % (empat belas persen), butir patah maksimum 20 % Kadar Menir 2% (dua persen) dan derajat sosoh minimum 95 % (sembilan puluh lima persen). b. Harga yang dikenakan sebesar Rp.8.790,-(Delapan Ribu Tujuh Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah) per kilogram atau disesuaikan ketentuan yang berlaku (Keputusan Direksi Bulog Nomor : , yang penyediaannya sampai di pintu Gudang Sub Divisi Regional Perum Bulog Riau (af Gudang Bulog). 2. Setelah pembelian dilaksanakan dilakukan Rekonsiliasi Stok antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau/Pejabat Penanggung Jawab
dengan Kepala
Devisi Regional Bulog Riau. Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
49
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3. Perum Bulog Divre Riau melaksanakan pengadaan dan pengadministrasian cadangan pangan pokok beras, termasuk penyimpanan dan perawatan selama beras tersebut belum disalurkan. Biaya perawatan dan pemeliharaan diatur sesuai dengan aturan yang berlaku masa berlaku perawatan sampai beras cadangan pangan beras habis disalurkan. 4. Bila terjadi kebijakan kenaikan harga
beras selama tahun berjalan/tahun
pengadaan akan diadakan adendum terhadap harga dan kuatum beras yang dititipkan sesuai dengan aturan yang berlaku di Perum Bulog RI. 5. Beras hasil pengadaan disimpan di gudang milik Bulog Divre Riau yang tersebar di wilayah kerja Sub Divre Bulog yaitu di Pekanbaru, Dumai, Bengkalis, Rengat, Tembilahan, Tandun dan Dalu Dalu. Keberadaan gudang sub Divre se Riau tercantum dalam lampiran.
A. PENITIPAN BERAS CADANGAN PANGAN Berdasarkan Perjanjian Kerjasama Pekerjaan Pengadaan Beras Cadangan Pangan Pemerintah antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi riau dengan Perum Bulog Divisi Regional Riau dan Kepulauan Riau nomor : 976/SPK/BKP-KDP/2015 dan PJB-640A/03010/12/2015 tanggal 15 Desember 2015; Pada Perjanjian Kerjasama
tersebut berisikan aturan-aturan pelaksanaan
pengadaan beras, penyimpanan beras dan diatribusi beras cadangan pangan, Surat Perjanjian Kerjasama dijelaskan lebih rinci dengan Peraturan Pelaksanaan Kegiatan. Pada Pasal 8 ayat (3) dibunyikan bahwa Badan Ketahanan Pangan dapat mengambil secara sekaligus atau bertahap beras cadangan pangan pemerintah provinsi Riau dan menerima beras cadangan pangan di pintu gudang Bulog Divisi Regional se Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Jumlah kuantum stok Pemerintah Riau di gudang Bulug dubuktikan dengan Rekonsoliasi stok yang diadakan setiap 3 (tiga) bulan sekali antara Perum Bulog Divisi Regional Riau dan Kepri dengan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau.
B.
Penyaluran dan Stok Beras Cadangan Pangan Penyaluran beras cadangan pangan Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 2015
dilakukan berdasarkan permintaan Pemerintah Kabupaten/kota, kabupaten/kota yang mengajukan permohonan bantuan Cadangan Pangan adalah : Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
50
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
1.
Pemerintah kabupaten Rokan Hulu, permohonannya berdasarkan surat Nomor : 362/BKP3/2015/1172 tanggal 20 Nopember 2015 perihal Bantuan Banjir dan Surat Nomor 362/BKP3-KP/1241 tanggal 22 Desember 2015 perihal
perihal
Bencana Alam Banjir, berdasarkan surat tersebut maka dilakukan verifikasi oleh pelaksana ke Kabupaten Rokan Hulu, berdasarkan hasil verifikasi dan berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan BPBD Kabupaten maka ditetapkan Desa yang menerima bantuan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau adalah : a. Desa Rambah Hilir Tengan Kecamatan Rambah Hilir
: 35 KK
b. Desa Muaro Musu Kecamatan Rambah Hilir
: 37 KK
c.
: 170 KK
Desa Rambah Hilir Timur
d. Desa Kepenuhan Hilir
:
e. Desa Kepenuhan Timur
: 239 KK
Jumlah
52 KK
: 533 KK
Dari hasil hitungan kebutuhan normatif seorang manusia adalah 300 gram beras/hari, maka rata-rata rumah tangga adalah 4 orang/KK, kebutuhan untuk sehari satu keluarga adalah 1.200 gram beras, kebutuhan untuk 30 hari adalah, maka untuk kebutuhan selama 30 hari adalah 36 kg, maka dibantu masyarakat yang terkena bencana banjir untuk kebutuhan 33 hari, bantuan selama 33 hari dianggap dapat memulihkan kekurangan cadangan pangan yang terjadi di rumah tangga yang terkena bencana banjir. Hasil perhitungan kebutuhan cadangan pangan untuk korban bencana banjir di Kabupaten Rokan Hulu adalah :
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
51
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Bantuan diserahkan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau ke Kepala Desa penerima dan diketahui oleh Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Rokan Hulu, pendistribusian
bantuan ke rumah tangga sasaran menjadi tanggung jawab Kepala Desa dan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Rokan Hulu, dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Beras Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau adalah : 1. Berita Acara Nomor : 1062/BA-S/BKP-KDP/2015 tanggal 28 Desember Antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dengan Kepala Rambah Hilir Tengah Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu : 1.400 kg 2. Berita Acara Nomor : 1063/BA-S/BKP-KDP/2015 tanggal 28 Desember Antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dengan Kepala desa Muara Musu Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu : 1.480 kg 3. Berita Acara Nomor : 1064/BA-S/BKP-KDP/2015 tanggal 28 Desember Antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dengan Kepala desa Rambah Hilir Timur Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu : 6.800 kg 4. Berita Acara Nomor : 1065/BA-S/BKP-KDP/2015 tanggal 28 Desember Antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dengan Kepala desa Kepenuhan Hilir Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu : 2.080 kg 5. Berita Acara Nomor : 1066/BA-S/BKP-KDP/2015 tanggal 28 Desember Antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dengan Kepala desa Kepenuhan Hulu Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu : 9.560 kg 2.
Pemerintah kabupaten Kuantan Singingi, permohonannya berdasarkan surat Nomor : 521/Distan-BUP/2015/12004 tanggal tanggal 1 Desember 2015 perihal Usulan Calon Penerima Bantuan CPPD Provinsi Riau Akibat Gagal Panen/Puso, berdasarkan surat tersebut maka dilakukan verifikasi oleh pelaksana ke Kabupaten Kuantan Singingi, berdasarkan hasil verifikasi dan berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan BPBD Kabupaten maka ditetapkan Kecamatan yang menerima bantuan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau adalah : a. Kecamatan Kuantan Tengah
: 241 KK
b. Kecamatan Sentajo Raya
: 337 KK
Jumlah
: 578 KK
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
52
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Dari hasil hitungan kebutuhan normatif seorang manusia adalah 300 gram beras/hari, maka rata-rata rumah tangga adalah 4 orang/KK, kebutuhan untuk sehari satu keluarga adalah 1.200 gram beras, kebutuhan untuk 30 hari adalah, maka untuk kebutuhan selama 30 hari adalah 36 kg, maka dibantu masyarakat yang terkena gagal panen/puso untuk kebutuhan 33 hari dengan volume 40 kg per kepala keluarga, bantuan selama 33 hari dianggap dapat memulihkan ketersediaan pangan pokok di rumah tangga kelompok yang mengalami gagal panen/puso, selala 33 hari petani sudah dapat bersiap-siap untuk melakukan penanaman kembali pada lahan yang sudah gagal panen. Bantuan diserahkan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau berdasarkan Berita Acara Serah Terima Beras kepada : a.
Berita Acara Serah Terima Barang/Jasa Nomor : 1067/BA-S/BKP-KDP/2015 Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Tanaman Pangan Kecamatan Sentajo dan Unit Pelaksana Teknis untuk Desa Pulau Komang, Pulau Kopung, Desa Muaro Sentajo
b.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Tanaman Pangan Kecamatan Kuantan Tengah
untuk Desa Seberang Taluk Hilir, Pulau Baru, Kopah, Jaya,
Munsalo. Berita Acara Serah Terima Barang/Jasa diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi. Pendistribusian bantuan ke kelompok tani
sasaran menjadi tanggung
jawab Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Tanaman Pangan
dan Dinas
Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi. Penyaluran cadangan pangan dimaksudkan untuk menyediakan pangan pokok daerah dapat dimanfaatkan olehkelompok tani yang lahannya yang terkena kerawanan pangan akibat gagal panen/ puso.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
53
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Hasil perhitungan kebutuhan cadangan pangan untuk korban bencana banjir di Kabupaten Kuantan Singingi adalah :
Proses yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dalam Pendistribusian beras cadangan pangan : 1.
Kabupaten Rokan Hulu Badan Ketahanan Pangan mengajukan Surat Permohonan Delevery Order (DO) beras CPPD Provinsi ke Bulog Divisi Regional Riau dan Kepri Surat Nomor 526/BKP-KDP/564 tanggal 23 Desember 2015, Bulog Divre Riau dan Kepri mengirimkan Faksimili Dalam Negeri Ke Kepala Kansilog Kampar Nomor F392/03010/28122015
untuk penyerahan 21.320 kg Beras untuk korban banjir
kabupaten Rokan Hulu, ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Perintah Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
54
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Penyerahan Barang (SPPB) Nomor : 00021/12/2015/024/01/KP2 tanggal 28 Desember 2015 dari Kansilog Kampar Ke Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dan dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima Beras CBPD Provinsi Riau nomor : 002/KLG/CBPD Prov. Riau/12/2015 tanggal 30 Desember 2015 untuk penyerahan 21.320 Kg
2.
Kabupaten Kuantan Singingi Badan Ketahanan Pangan mengajukan Surat Permohonan Delevery Order (DO) beras CPPD Provinsi ke Bulog Divisi Regional Riau dan Kepri Surat Nomor 526/BKP-KDP/565 tanggal 23 Desember 2015, Bulog Divre Riau dan Kepri menerbitkan Delevery order untuk penyerahan 23.120 kg Beras untuk kelompok tani yang gagal panen/puso di
kabupaten Rokan Hulu, ditindaklanjuti dengan
penerbitan
Penyerahan
Surat
Perintah
Barang
(SPPB)
Nomor
:
00006/12/2015/012/01/KP2 tanggal 29 Desember 2015. Sampai akhir tahun (31 Desember 2015) sudah dilaksanakan : a.
Pendistribusian beras cadangan pangan Pemerintah Provinsi Riau sejumlah 44.440 kg ke Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi;
b.
Pengadaan Beras Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau Tahun 2015 sejumlah 184.783 Kg; Stok opname Beras Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau di Bulog Divisi Regional Riau dan Kepri
per tanggal 31 Desember 2015 adalah
251.843 Kg.
3.2.3. Penyusunan NBM Cakupan jenis bahan makanan dalam tabel NBM belum lengkap bila dibandingkan dengan jenis bahan makanan
yang riil dikonsumsi. Hal ini
dikarenakan penyajian jenis bahan makanan dalam tabel didasari oleh tersedianya data produksi secara berkesinambungan. Meningkatkan kinerja aparat daerah dalam hal melakukan analisis ketersediaan pangan; a. Pengertian Neraca Bahan Makanan merupakan tabel yang memberikan gambaran tentang situasi ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk suatu wilayah (Negara/provinsi/kabupaten/kota) dalam kurun waktu tertentu. Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
55
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Tabel Neraca Bahan Makanan (NBM) ini dapat digunakan untuk : a. Mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola ketersediaan energi atau zat gizi lainnya. b. Bahan acuan dalam perencanaan produksi/pengadaan pangan c.
Bahan kebijakan pangan dan gizi
b. Komponen NBM Tabel Neraca Bahan Makanan
terdiri atas 19 kolom yang terbagi menjadi 3
kelompok penyajian yaitu pengadaan/penyediaan, penggunaan/pemakaian atau ketersediaan perkapita. Jumlah pengadaan harus sama dengan jumlah penggunaan. Komponen pengadaan meliputi produksi (masukan dan keluaran), perubahan stok, impor, dan ekspor. Sedangkan komponen penggunaan meliputi penggunaan untuk pakan, bibit, industri (makanan dan bukan makanan), tercecer, dan bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi. Bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi ini dijadikan dalam penghitungan ketersediaan bahan makanan perkapita (kg/tahun dan gram/hari), ketersediaan energi perkapita per hari (kkal), ketersediaan protein per kapita per hari (gram), dan ketersediaan lemak perkapita per hari (gram) a. Jenis Bahan Makanan (komoditas padi) Adalah bahan makanan yang terdiri dari jenis bahan makanan utama (asal) dan produk turunan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk. b. Produksi Produksi adalah jumlah keseluruhan masing-masing bahan makanan yang dihasilkan dari sektor pertanian (Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan, Perikanan dan Perkebunan) baik yang belum mengalami proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan. Produksi dibedakan menjadi 2 kategori sebagai berikut : a) Masukan (Input) Masukan adalah produksi masing dalam bentuk asli maupun dalam bentuk hasil olahan yang akan mengalami proses pengolahan lebih lanjut. b) Keluaran (Output) Keluaran adalah produksi hasil keseluruhan atau sebagai hasil turunan yang diperoleh dari kegiatan berproduksi, atau hasil utama yang langsung diperoleh dari kegiatan berproduksi yang belum mengalami perubahan. Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
56
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Besarnya output sebagai hasil dari input sangat tergantung pada besarnya derajat ekstraksi dan factor konversi. Produksi untuk komoditas tanaman pangan mencakup hasil seluruh panen (tua/muda), baik yang berasal dari lahan sawah maupun lahan kering serta lahanlama maupun baru. Sedangkan produksi turunannya diperoleh dengan menggunakan factor konversi dan tingkat ekstraksi dari komoditas yang bersangkutan.
Produksi komoditas hortikultura adalah dalam bentuk segar mencakup hasil seluruh panen, baik yang dipanen sekaligus maupun yang dipanen berkali-kali, sehingga pengisiannya langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran) kecuali untuk bawang merah dan bawang putih pengisiannya dimulai dari kolom 2. Kedua komoditas ini tidak dapat langsung dikonsumsi dalam bentuk segar (kering panen), sehingga harus melewati proses pengeringan untuk menjadi kering konsumsi. Pada komoditas peternakan, untuk produksi daging dihitung dari jumlah pemotong resmi (RPH) ditambah dengan perkiraan pemotongan tak resmi. Produksi daging (masukan) dinyatakan dalam bentuk karkas dari semua jenis ternak, sedangkan keluaran dalam bentuk daging murni. Khusus untuk jeroan dihitung dari total persentase berat karkas masing-masing jenis dan langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran).
Produksi telur dihitung dari seluruh hasil, baik yang dihasilkan oleh perusahaan peternakan maupun peternakan rakyat, yang langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran).
Produksi perikanan merupakan semua hasil penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air yang ditangkap dari sumber perikanan alami atau dari tempat pemeliharaan baik yang diusahakan oleh perusahaan perikanan maupun rumah tangga perikanan atau yang diberikan kepada nelayan/petani ikan sebagai upah, ditambah dengan nilai jualnya.
Produksi minyak nabati didasarkan pada jumlah yang diolah untuk makanan, kecuali minyak sawit merupakan produksi asli. Sedangkan produksi untuk Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
57
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
lemak hewani didasarkan pada persentase berat karkas masing-masing jenis daging yang langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran).
c. Stok dan Perubahan Stok Stok adalah jumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh pemerintah atau swasta, seperti yang ada dipabrik, gudang, depo, lumbung petani/rumah tangga dan pasar/pedagang, yang dimaksudkan sebagai cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Data stok yang digunakan adalah data stok awal dan akhir tahun.
Perubahan stok adalah selesih antara stok akhir tahun dengan stok awal tahun. Perubahan stok ini hasilnya bias negative (-) dan bias positif (+). Negatif (-); berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok ke pasar. Degan demikian komoditas yang beredar dipasar bertambah. Positif
(+); berarti ada
peningkatan stok yang berasal dari komoditas yang beredar dipasar. Dengan demikian komoditas yang beredar dipasar menjadi menurun.
d. Impor Impor adalah jumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah mengalami pengolahan, yang didatangkan/dimasukkan dari luar negeri ke dalam wilayah Republik Indonesia, dengan tujuan untuk diperdagangkan, diedarkan, atau disimpan. Untuk penghitungan NBM Regional/Provinsi, yang termasuk impor adalah : a) Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari luar wilayah Negara Republik Indonesia langsung kedalam wilayah daerah yang bersangkutan; b) Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari wilayah daerah administrasi lain kedalam wilayah daerah administrasi yang bersangkutan (perdagangan antar pulau atau antar provinsi).
e. Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor Penyediaan dalam negeri sebelum ekspor adalah sejumlah bahan makanan yang berasal dari produksi (keluaran)dikurangi perubahan stok ditambah impor.
f. Ekspor Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
58
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Ekspor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah mengalami pengolahan, yang dikeluarkan dari wilayah Republik Indonesia. Untuk penghitungan NBM Regional/Provinsi, yang termasuk ekspor adalah : a) Bahan makanan yang dikeluarkan dari suatu wilayah daerah administratif langsung lain (perdagangan antar pulau atau antar provinsi). b) Bahan makanan yang dikeluarkan dari suatu wilayah daerah administrative ke wilayah daerah administratif lain (perdagangan atar pulau atau antar provinsi)
g. Penyediaan Dalam Negeri Penyediaan dalam negeri adalah jumlah bahan makanan yang berasal dari produksi (keluaran) dikurangi perubahan stok ditambah impor dikurangi ekspor.
h. Pemakaian Dalam Negeri Pemakaian dalam negeri adalah jumlah bahan makanan yang digunakan didalam negeri/daerah untuk pakan, bibit/benih, diolah untuk industry makanan dan bukan makanan, yang tercecer dan yang tersedia untuk dikonsumsi. a) Pakan Pakan adalah sejumlah bahan makanan yang langsung diberikan kepada ternak perliharaan baik ternak besar, ternak kecil, unggas, maupun ikan. b) Bibit/Benih Bibit adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk keperluan reproduksi. c) Diolah untuk dimakan Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut melalui industry makanan dan hasilnya dimanfaatkan untuk makanan manusia dalam bentuk lain. d) Diolah untuk Bukan Makanan. Diolah untuk bukan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut dan dimanfaatkan untuk kebutuhan industry bukan untuk makanan manusia, termasuk untuk industry pakan ternak/ikan.
e) Tercecer Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
59
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak sehingga tidak dapat dimakan oleh manusia, yang terjadi secara tidak sengaja sejak bahan makanan tersebut diproduksi hingga tersedaia untuk konsumen. f) Bahan Makanan Bahan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi oleh penduduk suatu Negara atau daerah, pada tingkat pedagang pengecer dalam suatu kurun waktu tertentu.
i. Ketersediaan Per Kapita Ketersediaan per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi setiap penduduk suatu Negara/daerah dalam suatu kurun waktu tertentu, baik dalam bentuk natural maupun dalam bentuk unsur gizinya. Unsur gizi utama tersebut adalah sebagai berikut : a) Energi adalah sejumlah kalori hasil pembakaran karbohidrat yang berasal dari berbagai jenis bahan makanan. Energi ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk kegiatan tubuh seluruhnya. b) Protein adalah suatu persenyawaan yang mengandung unsur “N”, yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan serta penggantian jaringanjaringan yang rusak/aus c) Lemak adalah salah satu unsur zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai tempat penyimpanan energi, protein dan vitamin. d) Vitamin adalah salah satu unsur zat makanan yang diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. e) Mineral adalah zat makanan yang diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Catatan : Sampai saat ini, data yang disajikan baru mencakup ketersediaan per kapita untuk energi, protein dan lemak.
3.2.3 Pelaksanaan KegiatanAnalisa Ketersediaan Pangan Wilayah 1. Pelaksanaan Kegiatan Dalam pelaksanaan kegiatan Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah pada Tahun Anggaran 2015 yang tertuang dalam DPA Nomor 2.01.1.21.01.16.36. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/perkebunan antara lain : a. Persiapan mencakup Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
60
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Pembuatan Panduan yang isinya antara lain; latar belakang, konsepsi serta pengertian dan metode penghitungan. Membuat blanko pengisian modul data masing-masing komoditi pertanian, peternakan, perikanan, dan perkebunan.
b. Pelaksanaan Pelatihan Pelaksanaan pelatihan Neraca Bahan Makanan dilaksanakan di Hotel Hollywood selama 3 hari mulai tanggal 11 Agustus sampai dengan tanggal 13 Agustus 2015 . Peserta pelatihan Neraca Bahan Makanan dari 12 Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Riau, dimana masing masing kabupaten mengirimkan 4 orang petugas untuk dapat mengikuti pelatihan dimaksud. Adapun Materi dari pelaksanaan pelatihan ini antara lain : Penyusunan Neraca Bahan Makanan. Pada dasarnya manfaat Neraca Bahan Makanan ini adalah : -
Mengetahui jumlah penyediaan pangan, penggunaan pangan dan ketersediaan pangan per kapita untuk konsumsi penduduk‟
-
Mengevaluasi pengadaan dan penggunaan pangan
-
Mengevaluasi tingkat ketersediaan pangan berdasarkan rekomendasi angka kecukupan gizi (AKG) dan komposisinya berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH).
-
Bahan acuan dalam perencanaan produksi/pengadaan pangan
-
Bahan perumusan kebijakan pangan dan gizi
Perencanaan Ketersediaan Pangan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan Pola Pangan Harapan (PPH). Pengertian dari Pola Pangan Harapan (PPH) adalah komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi kesinambungan energi dari 9 kelompok pangan dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama.
Tujuan dari Pola Pangan Harapan (PPH) adalah untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standar) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
61
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
yang mempertimbagkan keseimbangan gizi (nutrition balace) berdasarkan cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), daya terima masyarakat (acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli (affordability).
Kegunaan
dari
Pola
Pangan
Harapan
antara
lain
:
untuk
menilai/mengevaluasi ketersediaan dan konsumsi pangan (jumlah dan komposisi/keragamannya), perencanaan ketersediaan dan konsumsi pangan. Penyusunan Pragnosa Kebutuhan Pangan Menjelang Hari Besar Keagamaan dan Nasional Tujuan adalah untuk membuat pragnosa (perkiraan), tingkat kebutuhan dan ketersediaan bahan pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Pangan Pokok dan Strategis, pangan yang dikonsumsi secara teratur, sebagai pangan utama maupun pangan tertentu yang terkait dengan kepentingan sebagian besar masyarakat, baik secara ekonomi, sosial maupun budaya. Adapun pangan pokok staregis dimaksud adalah Beras, gula pasir, minyak goreng, kacang tanah, cabe merah, bawang merah, telur, daging sapi dan daging ayam. Peran Pemerintah Daerah adalah melakukan koordinasi pemantauan dengan melibatkan instansi terkait di masing-masing daerah guna mengantisipasi ketersediaan, distribusi dan harga pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), melakukan penyusunan prognosa kebutuhan pangan menjelang HBKN menggunakan kooefisien peningkatan dan selang waktu penyediaan pangan sesuai kondisi wilayah pada komoditas strategis spesifik wilayah. Peranan Badan Pusat Statistik dalam Perencanaan Pangan dan Gizi Peranan BPS adalah salah satu kegiatan survey statistik dasar yang mencakup tentang konsumsi pangan dan gizi, survey sosial ekonomi nasional (susenas). Salah satu publikasi dari susenas adalah konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia dan Provinsi. Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
62
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Narasumber pelatihan ini berasal dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau dan dari Badan Ketahanan Pangan itu sendiri.
c. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Koordinasi dan Pemantauan Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah di 12 Kabupaten/Kota yakni Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu, Bengkalis, Rokan Hilir, Kepulauan Meranti, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai. masing-masing kabupaten /kota dengan indikatornya sebagai berikut : a) Produksi Padi (Ton)
dan produktivitas Padi (Kw/Ha) per bulan per
kecamatan b) Produksi Serealea, kacang-kacangan dan umbi-umbian masing-masing per kecamatan dihitung dalam ton. Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi kayu Serta ubi jalar
c) Produksi Sayur-sayuran serta buah-buahan yang dihitung dalam ton, Ketiga indikator diatas datanya bersumber dari kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Tanaman Pangan.
d) Populasi Ternak antara lain ternak sapi, kerbau, kambing, domba, babi termasuk ternak besar/kecil, ternak unggas antara lain ayam buras, ayam ras, serta itik.
e) Pemotongan Ternak baik itu ternak sapi, kerbau, kambing, domba, bersumber dari RPH masing-masing kabupaten
(Pemotongan resmi)
ditambah perkiraan pemotongan tak resmi.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
63
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
f)
Produksi daging dan telur Produksi daging sapi, kerbau dinyatakan dalam bentuk karkas dari semua jenis
ternak, untuk keluaran dalam bentuk daging murni.
Produksi daging ayam buras, daging ayam ras petelur, daging ayam ras pedaging serta daging itik. Produksi telur ayam buras, ayam ras serta telur itik. Datanya bersumber dari Dinas Peternakan.
g) Produksi Perikanan ini merupakan hasil penangkapan berbagai jenis ikan kemudian dihitung dalam ton serta berapa nilai jualnya. Bersember dari Dinas Perikanan dan Kelautan.
h) Luas Tanam menghasilkan dan produksi komoditas perkebunan i) Kelapa dengan luas tanaman yang menghasikan, produksinya Sagu, dengan luas tanaman menghasilkan serta produksi sagunya Enau begitu juga dengan luas tanaman yang menghasilkan serta produksi gula. Datanya bersumber dari Dinas Perkebunan j) Data Ekspor, impor, kebutuhan bibit padi dan palawija, kebutuhan bahan baku industry, konsumsi rumah tangga bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS). k) Data perubahan stok beras bersumber dari Perum Badan Urusan Logistik (Buloq), l) Minyak sawit, dan gula pasir bersumber dari Dinas Perkebunan. Serta Data pertengahan tahun yang bersumber dari BPS.
Dari hasil perjalanan dinas dalam rangka Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan,
data yang ada di kabupaten ditinjau dari hasil diskusi
dengan
bertanggung
aparat
yang
jawab
dengan
data
tersebut
serta
dilaksanakan rapat koordinasi dengan instansi yang terkait seperti Dinas Tanaman Pangan, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan, Dinas Perkebunan serta Badan Pusat Statistik didapatkan hasil sebagai berikut :
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
64
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
a. Untuk data produksi tanam pangan, serealia dan umbi-umbian masingmasing kabupaten ada sebagian terdata perkecamatan sebagian lagi terdata hanya sampai provinsi pertahun saja, begitu juga dengan data populasi ternak besar/kecil serta populasi unggas b. Data perikanan produksi masing-masing kabupaten secara global terdata, sedangkan nilai jualnya ada yang tersedia dan ada yang tidak tersedia. c. Untuk data ekspor yang disajikan dalam tabel NBM sampai saat ini belum semua mencakup ekspor dalam bentuk olahan, padahal ada beberapa jenis bahan makanan yang diekspor dalam bentuk olahan. d. Tidak tersedianya data perubahan stok untuk semua komoditas, masih underestimate-nya data industry, dan besaran konversi (bibit, pakan dan tercecer) yang tidak sesuai dengan kondisi sekarang.
Cakupan
jenis
bahan
makanan
dalam
65tabel
belum
lengkap
bila
dibandingkan dengan cakupan jenis bahan makanan yang riil dikonsumsi. Hal ini dikarenakan penyajian jenis bahan makanan dalam 65tabel didasari oleh tersedianya data produksi secara berkesinambungan, Padahal penyediaan suatu jenis bahan makanan didalam negeri tidak selalu berasal dari produksi lokal, dapat saja berasal dari dari impor. Disamping itu kenyataannya ada jenis bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh penduduk, namun tidak muncul dalam tabel contoh : beberapa jenis ikan, minyak jagung dan lain-lain, sebaliknya ada bahan makanan.
3.2.4. Pelaksanaan Kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) A. Ketersediaan Pangan a. Produksi (Luas Tanam, Luas Panen dan Luas Fuso) Luas tanam komoditi padi di Provinsi Riau pada tahun 2014 seluas116.448Ha, mengalami peningkatanbila dibandingkan tahun 2013 yang luasnya54.289 Ha atau 216,4 %. Dari luas tanam seluas 116.448 Ha tersebut, luas panen padi hanya106.037Ha mengalami penurunanbila dibandingkan tahun 2013 yang luasnya 12.481 Ha atau 10,5 %. Luas panen yang rendah disebabkan beberapa faktor seperti kebanjiran, musim kering, bencana asap akibat kebakaran hutan ataupun lahan dan lain-lain, sehingga akan merusak tanaman (fuso). Luas tanam Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
65
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
padi yang mengalami fuso pada Tahun 2014 seluas 2.845Ha, untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Keragaan Luas Tanam, Luas Panen, Fuso dan Produksi Padi di Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2014 No.
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kuantan Singingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Kepulauan Meranti Pekanbaru Dumai Jumlah
Luas Tanam 14.657 3.855 29.091 7.166 7.313 9.540 18.896 7.357 13.551 2944 12 2066 116.448
Luas Panen 10.700 3.467 25.627 9.079 7.706 8.516 18.944 7.302 10.025 2.592 16 2.063 106.037
Luas Fuso 424 375 159 19 25 207 223 143 984 282 0 4 2845
Produksi 43.125 11.176 97.775 36.765 38.292 26.570 56.830 27.441 35.920 6.955 37 4.589 385.475
Selanjutnya dari Tabel 1 di atas, dari luas panen padi seluas 106.037 Ha pada tahun 2014, menghasilkan padi sebanyak 385.475 ton GKP dan mengalami penurunan bila dibanding produksi tahun 2013 yang produksi 48.669 GKP atau 11,21 %. Daerah penghasil padi yang terluas berada di Kabupaten Indragiri Hilir, dengan produksi 97.775 ton, disusul Kabupaten Rokan Hulu sebesar 56.830 ton, sedang daerah yang terparah mengalami fuso tertinggi berada di Kabupaten Rokan Hilir yang disebabkan oleh musibah kekeringan. Komoditi lain yang sebagai sumber karbohidrat
sebagai subsitusi
karbohidrat pengganti beras adalah jagung. Luas tanam jagung pada tahun 2014 seluas 13.368 Ha dan mengalami peningkatan dibanding tahun 2013 yang luasnya 10.232 Ha, sedang luas panen Jagung pada tahun 2014 seluas
12.057
Ha
bila
dibanding
tahun
2013juga
mengalami
peningkatandimana luasnya 10.232 Ha yaitu 17,83 %. Dari luas panen seluas 12.057 Ha, menghasilkan jagung sebesar 28.651 ton mengalami
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
66
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
peningkatan hasil produksi bila dibanding tahun 2013 yang produksinya sebesar 28.052 ton yaitu 2,13 %, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Keragaan Luas Tanam, Luas Panen, Fuso dan Produksi Jagung di Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2014 No.
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kuantan Singingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Kepulauan Meranti Pekanbaru Dumai Jumlah
Luas Tanam 301 1.129 2.069 5.930 272 1.975 458 54 238 193 685 64 13.368
Luas Panen 288 766 1.425 6.307 210 1.757 394 36 497 84 258 35 12.057
Luas Fuso 6 50 38 9 0 0 11 0 0 11 0 2 127
Produksi 609 1.729 2.658 16.205 446 4.068 845 94 1.090 188 633 86 28.651
Selanjutnya dari tabel 2, daerah yang memiliki luas tanam jagung tertinggi berada di Kabupaten Pelalawan dengan luas 5.930 Ha dengan produksi sebesar 16.205 ton, disusul Kabupaten Indragiri Hilir dengan luas tanam 2.069 Ha dengan produksi 2.658 ton, sedang yang terendah berada di Kabupaten Bengkalis dengan luas tanam seluas 54 Ha, namun produksi terendah di Kota Dumai sebesar 86 ton. Untuk komoditi ubi kayu, luas tanam pada tahun 2014 seluas 3.803Ha mengalami peningkatan 35,6 % atau 998 Ha dibandingkan dengantahun 2013seluas2.805 Ha. Sedangkan luas panen pada tahun 2014 seluas 4.038 Ha mengalami peningkatan4,4 % daritahun 2013seluas 3.863 Ha, sementara hasil produksi tahun 2013 sebesar 103.070 ton mengalami peningkatan
hasil
produksi
dibandingkan
tahun
2014yang
produksinya117.287 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Keragaan Luas Tanam, Luas Panen, Fuso dan Produksi Ubi Kayu di Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2014 Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
67
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
No.
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kuantan Singingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Kepulauan Meranti Pekanbaru Dumai Jumlah
Luas Tanam 435 376 172 149 301 686 373 218 258 193 497 145 3.803
Luas Panen 496 340 211 155 281 803 347 129 322 213 602 139 4.038
Luas Fuso 2 17 1 3 0 16 13 2 0 10 0 0 64
Produksi 14.027 9.210 5.819 4.247 7.317 20.877 9.895 4.217 9.015 5.659 23.158 3.846 117.287
Dari Tabel 3 daerah penghasil ubi kayu yang terbesar berada di Kota Pekanbaru total produksi sebesar 23.158 ton, disusul Kabupaten Kampar dengan produksi 20.877 ton dan Kabupaten Kuantan Singingi dengan produksi sebesar 14.027 ton. Komoditi lainnya sebagai sumber penghasil karbohidrat selain ubi kayu, jagung dan beras adalah ubi jalar. Pada tahun 2014 komoditi ini mempunyai luas tanam seluas 989 Ha mengalami peningkatan47,4 % dibandingkan tahun 2013yang luasnya 671 Ha. Diiringi dengan penurunan luas panen tahun 2013dari seluas 1.028 Ha naik menjadi981 Ha pada tahun 2014. Hal ini juga berdampak pada penurunan hasil produksi dari tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu dari 424 ton menjadi 8.038 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Keragaan Luas Tanam, Luas Panen, Fuso dan Produksi Ubi Jalar di Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2014 No. 1 2 3 4 5 6 7
Kabupaten/Kota Kuantan Singingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
Luas Tanam 46 174 92 23 47 232 133
Luas Panen 50 118 100 33 56 235 143
Luas Fuso 0 2 0 0 0 0 0
Produksi 413 968 825 278 459 1.923 1.161 68
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
8 9 10 11 12
Bengkalis Rokan Hilir Kepulauan Meranti Pekanbaru Dumai Jumlah
30 64 35 96 17 989
30 62 41 99 14 981
0 0 2 0 0 4
242 507 338 812 112 8.038
Selanjutnya dari tabel 4 dapat dilihat bahwa daerah penghasil ubi jalar terbesar pada tahun 2014 adalah Kabupaten Kampar dengan hasil produksi sebesar 1.923 ton, disusul Kabupaten Rokan Hulu sebesar 1.161 ton dan Kabupaten Indragiri Hulu sebesar 968 ton.
b. Konsumsi Pangan Kecukupan pangan suatu wilayah ditunjukan oleh ratio Konsumsi Normatif terhadap ketersediaan netto pangan seperti beras, jagung, ubi kayu dan ubi jalar perkapita per hari.Konsumsi normatif merupakan jumlah pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsioleh seseorang perhari untuk memperoleh energi (Kkal). Menurut pola konsumsi pangan yang lazim, hampir 50% dari total kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat, sedangkan standar minimal kebutuhan kalori perhari perkapita adalah 2000 kilo kalori. Dengan demikian untuk mencapai 50% kebutuhan kalori, maka seseorang harus mengkonsumsi kurang lebih 300 gram karbohidrat per hari. Pangan lain selain karbohidrat yang sangat diperlukan untuk dapat beraktifitas secara baik adalah lemak dan protein serta pangan yang esensial lainnya yang diperoleh dari pangan hewani, sayuran dan buah-buahan. Dengan tidak tercukupinya unsur-unsur pangan (gizi) seperti yang diuraikan di atas, maka seseorang tidak dapat beraktifitas secara baik. Hal ini dikategorikan rawan pangan, yang diukur dari angka kecukupan gizi (AKG). AKG merupakan tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi. Jika konsumsi perkapita kurang atau lebih kecil dari 70% dari AKG dikategorikan sangat rawan pangan, sekitar 70 % s.d 90% dari AKG dikategorikan rawan pangan, dan jika lebih dari 90% AKG termasuk kategori tahan pangan. Jumlah penduduk yang dikelompokkan sangat rawan pangan di Provinsi Riau sejak tahun 2009 s.d 2013, ternyata mengalami peningkatan Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
69
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
setiap tahunnya,sedang pada tahun 2014 mengalami penurunan. Pada tahun 2014 angka sangat rawan pangan berjumlah 1.049.196 jiwa atau 16.97% menurundari Tahun 2013 yang berjumlah 1.270.600 jiwa atau 21.43%. Untuk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Riau yang Mengalami Rawan Pangan Sangat Rawan Rawan < 70% AKG 70% - 89,99% No. Tahun Jiwa % Jiwa % 1 2009 466.242 8.74 1.361.433 25.53 2 2010 767.564 14.15 1.831.936 32.91 3 2011 988.043 17.08 1.761.184 30.45 4 2012 1.017.644 17.64 1.730.332 30.02 5 2013 1.270.600 21.43 1.786.667 30.13 6 2014 1.049.196 16,97 2.034.653 32,92 Sumber : BPS dan BKP Pusat 2015
Tahan Pangan > 70% AKG Jiwa % 3.504.636 65.72 2.947.278 52.94 3.035.440 52.47 3.014.718 52.34 2.872.462 48.44 3.097.021 50,11
Dari Tabel 5 diatas terlihat bahwa penduduk kelompok yang tahan pangan mengalami kenaikan dari 2.872.462 jiwa (48.44%) pada tahun 2013 menjadi 3.097.021 jiwa (50,11%) tahun 2014. Tabel 6. Angka Rawan Pangan Penduduk Provinsi Riau dirinci per Kabupaten/ Kota Tahun 2014
No.
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kuantan Singingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Kepulauan Meranti 11 Pekanbaru Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
Sangat Rawan < 70% AKG
Rawan 70% - 89,99%
Tahan Pangan > 70% AKG
Jiwa
%
Jiwa
Jiwa
57.178
18,41
104.072
33,50
149.400
48,09
82.656
20,64
137.580
34,35
180.301
45,01
61.644
8,88
179.220
25,82
29.197
7,77
82.371
%
%
453.178
65,30
21,93
264.033
70,30
93.907
21,94
140.934
32,92
193.211
45,14
188.980
24,49
298.868
38,74
283.658
36,77
85.822
15,11
160.286
28,22
321.901
56,67
75.682
14,13
176.654
32,98
283.224
52,88
76.614
12,22
231.126
36,87
319.097
50,91
46.130
25,61
57.272
31,80
76.701
42,59
181.443
17,96
373.379
36,95
455.572
45,09
70
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
12 Dumai Jumlah
69.945
24,98
92.891
33,18
117.146
41,84
1.049.196
16,97
2.034.653
32,92
3.097.421
50,11
Bila dirinci per Kabupaten/Kota pada tahun 2014, jumlah penduduk yang tertinggi mengalami sangat rawan pangan berada di Kepulauan Meranti sebanyak 46.130 jiwa (25.61%), disusul Kota Dumai sebanyak 69.945 jiwa (24.98%) dan Kabupaten Kampar sebanyak 188.980 jiwa (24.49%). Sedang terendah berada di Kabupaten pelalawan sebanyak 29.197 jiwa (7.77%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada table 6. Selanjutnya dari tabel 6 di atas, bahwa jumlah penduduk yang mengalami sangat rawan berbanding lurus dengan penduduk yang tahan pangan, dimana jumlah penduduk yang tahan pangan terendah berada di Kabupaten Kampar sebesar 36.77%. Sementara jumlah penduduk sangat rawan pangan tertinggi berada di Kabupaten Pelalawan sebesar 70.30 %. Disusul Kabupaten Indragiri Hilir dengan jumlah penduduk tahan pangan sebesar 65.30% dan Kabupaten Rokan Hulu sebesar 56.67%. Konsumsi pangan penduduk Riau untuk komoditi beras sejak tahun 2007 hingga tahun 2012 terus mengalami peningkatan. Hasil survey yang dilakukan oleh Provinsi Riau Tahun 2012 konsumsi pangan beras sebesar 288.8 gram/perkapita/hari dan konsumsi energi sudah mencapai 2079 kkal/kapita/hari dan di atas rata-rata nasional yang sebesar 1952 kkal/kapita/hari. Bila dirinci berdasarkan kelompok pangan, kebutuhan beras perkapita rata-rata sebesar 105.5 kg/tahun pada tahun 2013, maka kebutuhan beras penduduk Riau adalah sebesar 646.217 ton mengalami peningkatan dibanding tahun 2012 yang hanya 621.377 ton atau 3.99 %. Kontribusi produksi beras daerah ini terhadap kebutuhan penduduk hanya 434.144 ton pada tahun 2013, sehingga masih kekurangan 212.073 ton. Sedangkan tahun 2012 produksi beras daerah ini sebesar 301.864 ton dibanding kebutuhannya sebesar 621.377 ton maka kekurangan 319.513 ton.
Kekurangan ini umumnya dipenuhi oleh daerah tetangga meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi dan daerah lain sehingga Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
71
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
distribusi pangan di daerah ini cukup berperan, sehingga ketersediaan pangan hingga tingkat pasar cukup tersedia.
c. Jumlah Penduduk Jumlah
penduduk
Provinsi
Riau
setiap
tahunnya
mengalami
peningkatan. Hal ini antara lain disebabkan adanya migrasi penduduk dari berbagai daerah mengingat pertumbuhan Provinsi Riau yang cukup pesat. Jumlah penduduk Provinsi Riau pada tahun 2013 sebanyak 6.125.283 jiwa menjadi 6.181.270 jiwa pada tahun 2014. Untuk jelasnya dapat dilihat pada sebagaimana table tersebut dibawah ini. Tabel 7. Pertumbuhan Penduduk Provinsi Riau dirinci per Kabupaten/Kota Tahun 2014 No.
Kabupaten/Kota
1
Tahun 2009
2010
2011
2012
2013
2014
Kuantan Singingi
279.235
291.044
302.674
310.060
317.265
310.649
2
Indragiri Hulu
330.410
362.961
376.578
388.916
401.201
400.537
3
Indragiri Hilir
683.354
662.305
685.698
689.938
697.814
694.042
4
Pelalawan
285.813
303.021
312.738
332.075
352.207
375.601
5
Siak
332.562
377.232
390.359
405.850
421.477
428.052
6
Kampar
615.126
686.030
713.078
739.655
766.351
771.506
7
Rokan Hulu
413.056
475.011
492.006
517.577
543.857
568.009
8
Bengkalis
551.880
498.384
516.348
530.191
543.786
535.560
9
Rokan Hilir
565.558
552.433
573.211
595.695
618.355
626.836
10
Kepulauan Meranti
204.335
176.371
182.662
183.135
183.912
180.103
11
Pekanbaru
802.788
903.902
930.215
964.558
999.031
1.010.394
12
Dumai
242.417
254.337
262.976
271.522
280.027
279.982
5.306.534
5.543.031
5.738.543
5.929.172
6.125.283
6.181.270
Jumlah
Dari tabel 7 diatas, jumlah penduduk tertinggi berada di Kota Pekanbaru sebesar 1.010.394
jiwa, disusul Kabupaten Siak dengan
jumlah penduduk 771.506 jiwa dan Kabupaten Indragiri Hilir dengan jumlah penduduk 694.042 jiwa. Rata-rata pertumbuhan penduduk Provinsi Riau sejak tahun 2009 s.d tahun 2014 sebesar 3,12%. Tingkat pertumbahan yang tertinggi berada di Kabupaten Rokan Hulu dengan pertumbuhan 6,60%, disusul Kabupaten Pelalawan5,71%. Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
72
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
d. Cadangan Pangan Cadangan Pangan Nasional meliputi persediaan pangan diseluruh pelosok wilayah Indonesia untuk di konsumsi masyarakat, bahan baku industri, dan untuk menghadapi keadaan darurat. Sedangkan Cadangan Pangan Pemerintah terdiri dari cadangan pangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah desa. Cadangan Pangan Masyarakat adalah cadangan pangan yang dikelola masyarakat atau rumah tangga, termasuk petani, koperasi, pedagang, dan industri rumah tangga Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau pada Tahun 2014yang berupa beras yaitu sebesar 259,5 ton yang terdiri dari beberapa sumber yaitu :
e.
1. Provinsi Riau
: 111,5 ton
2. Kabupaten Indragiri Hulu
: 100 ton
3. Kabupaten Indragiri Hilir
: 20 ton
4. Kabupaten Pelalawan
: 18 ton
5. Kabupaten Kep. Meranti
: 10 ton
Akses Pangan 1. Perkembangan Harga Pangan Komoditas Utama dan Strategis Harga komoditi pangan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat konsumen secara luas maupun tingkat kesejahteraan petani, mengingat sebagian besar petani di Indonesia adalah net buyer of food. Oleh karena itu perkembangan harga komoditi pangan dapat digunakan sebagai salah satu indikator parsial tentang perkembangan kesejahteraan masyarakat dan petani. Peningkatan harga pangan dalam dua tahun terakhir terasa sangat memberatkan
masyarakat
khususnya
masyarakat
berpendapatan
menengah ke bawah. Dimulai dengan melonjaknya harga minyak goreng sejak dua tahun terakhir kemudian berturut-turut diikuti oleh kenaikan harga beras, telur, daging ayam, terigu dan perkembangan terakhir adalah kenaikan
harga
kedele.
„Krisis
pangan‟,
yang
ditandai
dengan
meningkatnya harga-harga pangan secara tajam dalam dua tahun terakhir bukan hanya dialami oleh masyarakat Indonesia namun juga terjadi di Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
73
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
negara-negara lainnya. Daya beli masyarakat secara luas mengalami tekanan, meskipun di sisi lain harga komoditas perkebunan yang juga meningkat di pasar internasional memberikan keuntungan bagi petani pekebunan Stabilitas harga adalah jika harga dinyatakan stabil apabila gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang 25 % dari kondisi normal. Sedangkan Stabilitas Pasokan pangan adalah jika pasokan pangan dinyatakan stabil apabila penurunan pasokan pangan di suatu wilayah berkisar antara 5 % - 25 %Fluktuasi harga pangan tingkat pedagang eceran di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
74
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Tabel 8. Rata – Rata Harga Pangan Di Provinsi Riau Tingkat Pedagang Eceran tahun 2014
NO
KOMODITAS
JANUARI
PEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
JUMLAH
RATARATA
MAX
MIN
1
Beras Premim
11.644
11.727
11.699
11.853
11.802
11.840
12.005
12.017
12.147
12.188
12.326
12.536
143.784
11.982
12.536
11.644
2
Beras Medium
10.862
10.858
10.404
10.486
10.411
10.389
10.460
10.484
10.537
10.618
11.141
11.186
127.836
10.653
11.186
10.389
3
Beras Termurah
8.632
8.789
8.512
8.574
8.532
8.581
8.772
7.920
8.878
8.963
9.228
9.667
105.048
8.754
9.667
7.920
4
Jagung
5.928
5.936
6.293
6.394
6.205
6.256
6.264
6.127
6.206
6.250
6.345
6.574
74.778
6.232
6.574
5.928
5
Kedelai
9.860
9.706
10.289
10.500
10.557
10.534
10.473
10.478
10.470
10.496
10.633
10.738
124.734
10.395
10.738
9.706
6
Gula Pasir
12.371
12.028
11.888
11.558
10.996
11.258
11.449
11.189
11.226
11.085
11.153
11.182
137.383
11.449
12.371
10.996
7
Bawang Merah
25.409
21.168
15.803
19.847
23.478
19.474
22.042
24.894
21.173
20.902
19.464
19.615
253.269
21.106
25.409
15.803
8
Cabe Merah Keriting
48.174
39.667
24.988
19.724
21.205
17.964
20.962
24.046
29.876
45.826
72.769
75.364
440.565
36.714
75.364
17.964
9
Daging Ayam Ras
25.644
24.585
22.988
22.992
23.761
25.912
28.792
27.420
28.403
22.299
21.845
22.355
296.996
24.750
28.792
21.845
10
Telur Ayam Ras
17.332
17.818
17.168
16.602
16.808
20.770
19.143
19.731
20.094
19.898
18.875
18.589
222.828
18.569
20.770
16.602
11
Daging Sapi Murni
98.205
104.036
104.479
104.697
104.826
108.655
115.076
111.939
113.273
108.068
108.932
99.909
1.282.095
106.841
115.076
98.205
12
Minyak Goreng
11.764
11.759
12.281
12.273
12.216
12.261
12.432
12.064
12.378
12.348
12.314
12.306
146.396
12.200
12.432
11.759
13
Tepung Terigu
8.182
8.205
8.227
8.108
8.053
8.288
8.311
8.436
8.447
8.342
8.335
99.435
8.286
8.501
8.053
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
8.501
75
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
2. Jumlah Keluarga Prasejahtera Indikator Keluarga Sejahterapada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya
relatif
rendah,
untuk
mengukur
derajat
kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa. Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut : a. Keluarga Pra Sejahtera Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera I Adalah
keluarga-keluarga
yang
telah
dapat
memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu 1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga. 2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih. Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
76
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. 4. Bagian yang terluas darilantai rumahbukan dari tanah 5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa kesarana/petugas kesehatan. Keluarga Miskin Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : a. Paling
kurang
sekali
seminggu
keluarga
makan
daging/ikan/telor. b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru. c. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni. Keluarga Miskin yang terdapat di Provinsi Riau Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.
Tabel 9. Keragaan Keluarga Miskin di Provinsi Riau tahun 2014 No
Kabupaten/Kota
Jumlah Keluarga
KK Pra Sejahtera
KK Sejahtera I
KK Miskin (Total)
% Miskin (r)
88.634
4.693
13.952
18.645
21
1
KUANTAN SINGINGI
2
INDRAGIRI HULU
107.890
4.794
13.410
18.204
17
3
NDRAGIRI HILIR
167.044
11.447
9.755
21.202
13
4
PELALAWAN
98.162
4.839
11.691
16.530
17
5
SIAK
101.331
3.724
16.724
20.448
20
6
KAMPAR
188.181
10.865
35.204
46.069
24
7
ROKAN HULU
142.551
13.741
16.855
30.596
21
8
BENGKALIS
133.708
6.179
13.431
19.610
15
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
77
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
160.278
6.105
51.066
57.171
36
10
ROKAN HILIR KEPULAUAN MERANTI
55.217
9.289
17.226
26.515
48
11
PEKANBARU
223.883
869
28.279
29.148
13
12
DUMAI
69.827
5.336
13.584
18.920
27
1.536.706
81.881
241.177
323.058
21
9
JUMLAH
Sumber : BKKBN Provinsi Riau Tahun 2014
f. Pemanfaatan Pangan Aspek pemanfaatan pangan dapat ditinjau dari status gizi balita yang tergambar dari banyaknya kasus gizi buruk dan gizi kurang yang terjadi. Ketahanan dan kerentanan pangan dan gizi tercantum dalam KerangkaKonsep Ketahanan Pangan dan Gizi (Gambar 1)
Gambar 1. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
78
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
a. Status gizi Balita Status gizi balita masih memprihatinkan, hal ini ditunjukkan oleh data bahwa 1/3 jumlah kematian anak dan 11 persen dari total penyakit di seluruh dunia disebabkan oleh kekurangan gizi pada ibu dan anak. Di Indonesia menurut The Lancet Magazine (2008), dinyatakan bahwa : a.4 % bayi yang lahir setiap tahun tidak bertahan hidup lebih dari lima tahun b. Satu dari tiga anak balita mengalamigangguanpertumbuhan (stunted) dan hampir seperlima dari jumlah itu mengalami kekurangan berat badan. Ketahanan pangan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi status kesehatan dan gizi masyarakat. Status gizi anak ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit yang dideritanya. Status gizi anak balita diukur dengan 3 indikator yaitu: 1. Berat Badan Kurang dan Berat Badan Sangat Kurang yang biasa dikenal dengan underweight (berat badan berdasarkan umur (BB/U) dengan Zscore dari-2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu kepada gabungan dari kurang gizi akut dan kronis); 2. Pendek atau stunting (tinggi badan berdasarkan umur (TB/U) dengan Zscore kurang dari-2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu ke kurang gizi kronis jangka panjang); dan 3. Kurus atau wasting (berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB) dengan Zscore kurang dari-2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu kepada kurang gizi akut atau baru saja mengalami kekurangan gizi). Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
79
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
b. Kasus gizi Balita Kasus gizi balita meliputi kasus gizi buruk dan gizi kurang. Kasus gizi buruk merupakan masalah nasional, untuk itu perlu tindakan
segera
untuk
penanggulangannya
dan
menjadi
tanggung jawab kita bersama. Hal ini sejalan dengan keputusan menteri kesehatan RI nomor : 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan bahwa “semua anak balita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai dengan dengan standar tata laksana anak gizi buruk.” Di Provinsi Riau kasus gizi balita berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) Tahun 2014 dari 48.300 balita yang ditimbang 616 balita mengalami gizi buruk dan 3.173 balita mengalami gizi kurang. Gizi buruk banyak terjadi di Kabupaten Kampar yaitu 207 balita disusul oleh Kabupaten Indragiri Hilir81 dan Kabupaten Indragiri Hulu77 balita. Untuk kasus gizi kurang banyak ditemui di Kabupaten Indragiri Hilir yaitu 448 balita, disusul oleh Kabupaten Kampar yaitu 424 balita dan Kabupaten Rokan Hilir yaitu 418 balita. Sedangkan Total Kekurangan Energi Protein (KEP) di Provinsi Riau adalah 3.784 dengan skor 1 artinya Aman.
Dari hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan terhadap data/informasi yang didapat dari kegiatan
Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPG), dapat diambil kesimpulan antara lain : 1. Kondisi pangan di Provinsi Riau, khususnya produksi beras pada tahun 2014 sebanyak 225.547 ton mengalami penurunan dibanding tahun 2013 yang produksinya sebanyak 254.023 ton atau sebesar 11,21 %, sedang kebutuhan beras penduduk Riau pada tahun 2014 sebanyak 652.124 ton, sehingga masih kekurangan sebesar 426.577 ton atau 65,41 %. Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
80
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
2. Kontribusi produksi beras Provinsi Riau terhadap kebutuhan penduduk hanya 254.023 ton pada tahun 2013, sehingga masih kekurangan 392.194 ton. Sedangkan tahun 2012 produksi beras daerah ini hanya 301.864 ton dibanding kebutuhannya sebesar 621.377 ton maka kekurangan 319.513 ton.
3.
Ketersediaan pangan (Beras, Jagung dan umbi-umbian) di Provinsi Riau tahun 2014 sebesar 310.546 ton
yang tertinggi berada di
Kabupaten Indragiri Hilir sebesar 62.703 ton disusul Kabupaten Rokan Hulu sebesar 39.250 ton dan yang terendah berada di Kota Dumaiyang hanya 4.654 ton. 4.
Dari aspek ketersediaan, berdasarkan skor pertanian terdapat dua daerah (Kabupaten Kuantan Singingi dan Kabupaten Pelalawan) mempunyai indeks komposit dengan skor 5 dengan warna kuning (waspada),selebihnya indeks kompositnya adalah 6 – 7 dengan warna merah.
5.
Aspek akses pangan, dilakukan dengan pendekatan
kondisi
sosial masyarakat. Jumlah keluarga miskin di Provinsi Riau tahun 2014 sebanyak 323.058 kepala keluarga, mengalami penurunan sebesar 13,37 % dibanding tahun 2013 yang jumlahnya 372.960 kepala keluarga.
Jumlah Kepala Keluarga miskin yang tertinggi
berada di Kabupaten kepulauan Meranti dengan persentase 48% dengan skor 3 disusul Kabupaten Rokan Hilir dengan persentase 36 %
dan Kabupaten
Kampar24 %,
artinya
kemampuan
keluarga tersebut dalam memenuhi pangannya tergolong prioritas 1, dan
harus dilakukan intervensi,
selanjutnya keluarga miskin
yang terendah berada di Kotamadya Pekanbaru dan Kabupaten Indragiri Hilir masing-masing dengan persentase 13 %.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
81
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
6.
Penderita gizi buruk dan gizi kurang di Provinsi Riau pada tahun 2014
berjumlah3.789 balita
mengalami
penurunan sebesar
52,16%, bila dibanding dengan tahun 2013 yang jumlahnya 7.921 balita begitu juga
persentase KEP mengalami penurunan relatif
kecil dimana persentase KEP pada tahun 2014 sebesar 7,84 % dibanding tahun 2013 dengan persentase KEP sebesar 8,96 % atau 12,50%.
7.
Pada tahun 2013jumlah penduduk Provinsi Riau
sebanyak
6.125.283 jiwa, mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 6.181.270 jiwa
atau 0,91 %, tidak sebanding dengan produksi
beras yang justru mengalami penurunan,, dimana pada tahun 2013 produksi beras sebanyak 254.023 ton mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi225.547 ton atau11,21 %. 8.
Berdasarkan peta Komposit situasi pangan
dan
gizi,hanya
Kabupaten Pelalawan yang dikategorikan Aman, sedangkan Kabupaten Kuantan Singingi dengan warna kuning sedang selebihnya rawan dengan warna merah,untuk peta kondisi ketersediaan pangan terdapat dua daerah dengan kondisi waspada dengan warna kuning yaitu Kabupaten Indragiri Kuantan Singingi, Kabupaten Pelalawan dan selebihnya rawan dengan warna merah, sedang untuk peta kemiskinan, Kotamadya Pekanbaru, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Bengkalis dengan kondisi aman dengan warna hijau selanjutnya daerah yang kondisi waspada dengan warna kuning ada enam daerah yakni Kabupaten Kuantan Singingi ,Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Dumai dan Siak, sedangkan untuk Kepulauan Meranti kondisi rawan dengan warna merah.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
82
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3.3
Penghargaan Ketahanan Pangan Tabel 1. : Nama-nama Penerima Penghagaan Adhikarya Pangan Nusantara(APN) Tingkat Provinsi Riau Tahun 2015
1. Kategori Pembina Ketahanan Pangan KEPALA DESA/ LURAH NO.
KABUPATEN/KOTA
1.
Kuantan Singingi
2.
Siak
3.
Indragiri Hilir
NAMA Ir. Emril Harda Kepala Desa Seberang Taluk Kec Kuantan Tengah Amri Syarif Penghulu Kampung Pinang Sebatang Timur Kec. Tualang Juwiyono Kepala Desa Danau Pulau Indah Kec. Kempas
HASIL EVALUASI 920
850
780
2. Pelopor Ketahanan Pangan KABUPATEN/KOTA
1.
Siak
Sukarno, Desa Bunga Raya
535
2.
Kota Pekanbaru
Purwohadi Subroto, Kec. Rumbai
515
3.
Kuantan Singingi
Refnaldi, Desa Pebaun Hulu
480
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
PELOPOR
HASIL EVALUASI
NO.
83
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3. Pelayanan Ketahanan Pangan a. Penyuluh/ Pendamping NO.
KABUPATEN/KOTA
1.
Rokan Hilir
2.
Kep. Meranti
3.
Rokan Hulu
PENYULUH/ PENDAMPING Tomiri, PPL Kec. Rimba melintang Edi Sumantri, PPL Desa Bangsal Barat Giyono, PPL Desa Rambah Baru
HASIL EVALUASI 550 505 423
b. Pengawas /Pengendali Organisme Penganggu Tanaman NO.
KABUPATEN/KOTA
PENGENDALI OPT
HASIL EVALUASI
1.
Siak
Nurul Huda
497
2.
Pelalawan
Agus Suryanto
478
3.
Kuantan Singingi
CH. Hasrul
447
4. Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan a. Kegiatan Pengembangan Produksi Pangan NO.
KABUPATEN/KOTA
KELOMPOK
HASIL EVALUASI
1.
Indragiri Hilir
Gapoktan Maju Bersama
685
2.
Kuantan Singingi
Kelompok Tani Jaya Mukti
678
3.
Pelalawan
Kelompok Karya Lestari
597
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
84
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
b. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat HASIL EVALUASI
NO.
KABUPATEN/KOTA
KELOMPOK
1.
Kota Dumai
Kelompok Bagan Keladi
495
2.
Rokan Hulu
Kelompok Lumbung Pangan Sri Manunggal
488
3.
Siak
KWT Lily Kel. Sungai Apit
405
c. Kegiatan Pengembangan Industri Pangan Olahan NO.
KABUPATEN/KOTA
KELOMPOK
HASIL EVALUASI
1.
Kuantan Singingi
Kelompok KPK Cendana
595
2.
Siak
KWT Setia Hati, Kampung Suka Mulya, Kec. Dayun
450
Kep. Meranti
Kelompok Usaha Bersama “Sagu Berkah” , Desa Banglas barat Kec. Tebing Tinggi
405
3.
5. Pemangku Ketahanan Pangan NO.
KABUPATEN/KOTA
PEMANGKU
HASIL EVALUASI
1.
Siak
H. Kademo
320
2.
Kuantan Singingi
Junaidi, desa Pulau Kijang Kuantan Hilir
260
3.
Pelalawan
Datuk Engku Raja
230
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
85
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Penerima Penghargaan (Adhikarya Pangan Nusantara) APN tingkat Provinsi Riau Tahun 2015 akan menerima hadiah berupa Piagam, Piala dan Uang. Hadiah berupa piagam, piala ini diserahkan langsung oleh Bapak Gubernur Riau pada saat Upacara Peringatan Hari Pangan Sedunia Tingkat Provinsi Riau tahun 2014 di Halaman Kantor Gubernur Riau. Hadiah pemenang untuk Penghargaan APN tingkat Provinsi Riau tahun 2015 ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala BKP Provinsi Riau nomor :910/Kpts/BKP-LBG/2015 tanggal 7 Desember 2015, untuk jelasnya besaran hadiah bagi masing-masing pemenang disajikan pada tabel 4dibawah ini.
Tabel2. : Penetapan Besaran Hadiah Bagi Pemenang Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) Tingkat Provinsi Riau Tahun 2015 No.
KATEGORI
I.
PEMBINA KETAHANAN PANGAN
a.
KEPALA DESA TERBAIK I
TERBAIK II
TERBAIK III II.
TERBAIK II
TERBAIK III
a.
KEPALA DESA SEBERANG TALUK KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PENGHULU KAMPUNG PINANG SEBATANG TIMUR KEC.TUALANG KABUPATEN SIAK KEPALA DESA DANAU PULAU INDAH KEC. KEMPAS KAB. INDRAGIRI HILIR
HADIAH
PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-
PELOPOR KETAHANAN PANGAN TERBAIK I
III.
PEMENANG
PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,PIALA + PURWOHADI SUBROTO- PEKANBARU SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,PIALA + REFNALDI - KAB. KUANTAN SINGINGI SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,SUKARNO - KABUPATEN SIAK
PELAYANAN KETAHANAN PANGAN PENYULUH/PENDAMPING
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
86
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
TERBAIK I
TOMIRI - KAB. ROKAN HILIR
TERBAIK II
EDI SUMANTRI - KAB. KEP. MERANTI
TERBAIK III
GIYONO - KAB. ROKAN HULU
1 b.
IV. a.
b.
c.
2
PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-
3
4
PENGAWAS/PENGENDALI OPT TERBAIK I
NURUL HUDA - KAB. SIAK
TERBAIK II
H.HASRUL - KAB. KUANTAN SINGINGI
TERBAIK III
AGUS SURYANTO - KAB. PELALAWAN
PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-
PELAKU PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN KEG. PENGEMBANGAN PRODUKSI TERBAIK I
GAPOKTAN MAJU BERSAMA - KAB. INDRAGIRI HILIR
TERBAIK II
KELOMPOK TANI JAYA MUKTI - KAB. KUANTAN SINGINGI
TERBAIK III
KELOMPOK KARYA LESTARI - KAB. PELALAWAN
PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-
KEG. PEMBERDAYAAN MASY. TERBAIK I
KELOMPOK DESA MAPAN TUAH MANDIRI - KOTA DUMAI
TERBAIK II
KELOMPOK LUMBUNG PANGAN SRI MANUNGGAL - KAB. ROKAN HULU
TERBAIK III
KWT LILY - KAB. SIAK
PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-
KEG. PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN OLAHAN TERBAIK I
KPK CENDANA - KAB. KUANTAN SINGINGI
TERBAIK II
KWT SETIA HATI - KAB. SIAK
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,-
87
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
TERBAIK III V.
PEMANGKU KETAHANAN PANGAN TERBAIK I
H. KADEMO - KAB.SIAK
TERBAIK II
JUNAIDI - KAB. KUANTAN SINGINGI
TERBAIK III
DATUK ENGKU RAJA - KAB. PELALAWAN
Tabel 3.
NO.
PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-
KUB SAGU BERKAH - KAB. KEP.MERANTI
PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-
Nama dan Kategori Penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara(APN) Tingkat Nasional Tahun 2015 dari Provinsi Riau. NAMA PEMENANG
ALAMAT
1
Ir. Emil Harda, MM, MBA
Kepala Desa seberang Taluk, Kec. Kuantan Tengah, Kab. Kuantan Singingi.
2
Kelompok Petani Kecil (KPK) Cendana. Ketua : Sutynah
Kelurahan Sungai Jering, Kec. Kuantan Tengah, Kab. Kuantan Singingi.
3
Tomiri
Penyuluh /PPL Kec. Rimba Melintang, Kab. Rokan Hilir.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
KATEGORI Pembina Ketahanan Pangan/ Kepala Desa Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan Pelayanan Ketahanan Pangan
88
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3.4 Akuntabilitas Keuangan Tahun Anggaran 2015 Badan ketahanan pangan mendapat alokasi anggaran APBD
setelah perubahan sejumlah Rp. 26.076010.249,00,-
yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung Rp. 9.905.677.449,00,-, dan Belanja Langsung Rp. 16.170.332.800,00,-, dengan jumlah program sebanyak 7 (tujuh) program sebagai berikut :
N0
Program
Anggaran Perubahan (Rp)
1.
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
1.557.602.000,00
2.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
1.316.200.000,00
3.
Program Peningkatan Disiplin Aparatur
180.0000.000,00
4.
Program
Peningkatan
Kapasitas
Sumber
Daya
41.706.000,00
Sistim
214.935.000,00
Ketahanan
11.278.634.800,00
Data/Informasi/Statistik
1.611.255.000,00
Aparatur 5.
Program
Peningkatan
Pengembangan
Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 6.
Program
Peningkatan
Pangan/Pertanian/Perkebunan 7.
Program
Pengembangan
Daerah JUMLAH
Tahun
Anggaran
16.170.332.800,00
2015
Badan
Ketahanan
Pangan
Melaksanakan 7 (tujuh) program dan 45 kegiatan, 5 (lima ) program dengan 23 kegiatan merupakan program yang ada di setiap SKPD sedangkan 3 (tiga) program dengan 22 kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan sebagai kegiatan pembangunan
yaitu
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
Program
peningkatan
ketahanan
pangan 89
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
pertanian/perkebunan dengan kegiatan sebanyak 19 (Sembilan Belas) kegiatan dengan anggaran sejumlah Rp. 11.278.634.800,00,- serta Program Pengembangan Data/Informasi dengan 3 (tiga) kegiatan Rp. 1.611.255.000,00,Untuk melihat Realisasi Fisik dan keuangan dari program/kegiatan yang telah dilaksanakan dari APBD dapat dilihat dibawah ini : Penyerapan Dana
Pagu (Rp) No
Program Kegiatan
Murni Rp
P
1
2 3 P 4
5 6 7 8
9
10 11 12
P 13 14
Program Pengembangan Data/Informasi Partisipasi Dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Ketahanan Pangan Penyusunan Statistik Pangan Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Penyediaan Jasa Surat Menyurat Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air Dan Listrik Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor Penyediaan Alat Tulis Kantor Penyediaan Barang Cetakan Dan Penggandaan Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor Penyediaan Bahan Bacaan Dan Peraturan PerundangUndangan Penyediaan Makanan Dan Minuman Rapat-Rapat Koordinasi Dan Konsultasi Ke Luar Daerah Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor
1.200.000.000,00
-
Target
Perubahan %
7,83
-
Rp
%
Rp
Realisasi SPJ %
Rp
%
1.381.535.000,00
8,54
1.381.535.000,00
100
879.734.731,00
63,68
79.720.000,00
0,49
79.720.000,00
100
25.258.500,00
31,68
100.000.000,00
0,65
150.000.000,00
0,93
150.000.000,00
100
94.725.700,00
63,15
55.000.000,00
0,36
55.000.000,00
0,34
55.000.000,00
100
46.650.000,00
84,82
260.000.000,00
1,7
260.000.000,00
1,61
260.000.000,00
100
156.811.341,00
60,31
210.350.000,00
1,37
210.350.000,00
1,3
210.350.000,00
100
210.350.000,00
100
150.000.000,00
0,98
150.000.000,00
0,93
150.000.000,00
100
129.573.150,00
86,38
125.000.000,00
0,82
125.000.000,00
0,77
125.000.000,00
100
93.284.050,00
74,63
75.000.000,00
0,49
75.000.000,00
0,46
75.000.000,00
100
74.725.475,00
99,63
25.000.000,00
0,16
25.000.000,00
0,15
25.000.000,00
100
25.000.000,00
100
50.000.000,00
0,33
54.400.000,00
0,34
54.400.000,00
100
45.720.000,00
84,04
345.650.000,00
2,25
602.852.000,00
3,73
602.852.000,00
100
214.430.200,00
35,57
433.000.000,00
2,82
433.000.000,00
2,68
433.000.000,00
100
380.200.000,00
87,81
50.000.000,00
0,33
63.000.000,00
0,39
63.000.000,00
100
61.957.500,00
98,35
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
90
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
15 16 17 18
19 P 20 21
P 22
P
23
24 25
26
P 27 28
29
30
31 32
33
Pengadaan Peralatan Gedung Kantor Pengadaan Mebeleur Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor Pemeliharaan Rutin/Berkala Mobil Jabatan Pemeliharaan Rutin/berkala Peralatan Dan Perlengkapan Kantor Program Peningkatan Disiplin Aparatur Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya Pembinaan Fisik Dan Mental Aparatur Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Pendidikan Dan Pelatihan Formal Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja Dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi Anggaran Penyusunan Rencana Kerja SKPD Penyusunan Penetapan Kinerja (PENJA), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Laporan Ekuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan Pemantauan Dan Analisis Akses Harga Pangan Pokok Pengembangan Desa Mandiri Pangan Penguatan Cadangan Pangan Pemerintahan Daerah Riau Pengembangan Dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat Pemberdayaan Gapoktan Dalam Penyedia Pangan Masyarakat Se Provinsi Riau Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan Ketahanan Pangan
175.000.000,00
1,14
198.000.000,00
1,22
198.000.000,00
100
185.000.000,00
1,21
185.000.000,00
1,14
185.000.000,00
100
175.000.000,00
1,14
175.000.000,00
1,08
175.000.000,00
100
174.200.000,00
99,54
60.000.000,00
0,39
80.000.000,00
0,49
80.000.000,00
100
66.636.950,00
83,3
185.000.000,00
1,21
182.200.000,00
1,13
182.200.000,00
100
148.072.500,00
81,27
100.000.000,00
0,65
100.000.000,00
0,62
100.000.000,00
100
92.985.585,00
92,99
50.000.000,00
0,33
50.000.000,00
0,31
50.000.000,00
100
41.450.000,00
82,9
35.000.000,00
0,23
41.706.000,00
0,26
41.706.000,00
100
5.700.000,00
13,67
55.000.000,00
0,36
52.120.000,00
0,32
52.120.000,00
100
21.750.000,00
41,73
25.000.000,00
0,16
24.160.000,00
0,15
24.160.000,00
100
8.950.000,00
37,04
100.000.000,00
0,65
100.000.000,00
0,62
100.000.000,00
100
63.706.100,00
63,71
50.000.000,00
0,33
38.655.000,00
0,24
38.655.000,00
100
32.041.700,00
82,89
400.000.000,00
2,61
336.027.000,00
2,08
336.027.000,00
100
294.847.400,00
87,75
1.634.000.000,00
10,66
1.594.827.000,00
9,86
1.594.827.000,00
100
1.377.280.600,00
86,36
1.800.000.000,00
11,74
1.799.575.000,00
11,13
1.799.575.000,00
100
1.689.626.370,00
93,89
455.000.000,00
2,97
416.062.800,00
2,57
416.062.800,00
100
292.561.200,00
70,32
-
500.000.000,00
3,09
500.000.000,00
100
318.806.200,00
63,76
200.000.000,00
1,3
170.325.100,00
1,05
170.325.100,00
100
159.968.200,00
93,92
150.000.000,00
0,98
150.000.000,00
0,93
150.000.000,00
100
102.648.600,00
68,43
-
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
194.744.858,00 -
91
98,36 -
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
34 35
36
37
38
39
40 41
42 43 44
45
Koordinasi Dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan Akselerasi Ketahanan Pangan Di Provinsi Riau Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG) Penguatan Jaringan Distribusi Dan Ketersediaan Pangan Peningkatan Kapasitas Dan Operasional Pengembangan Kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan. Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi Dan Nasional Analisis Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan Dalam Ketahanan Pangan Pengembangan Pangan Lokal Sertifikasi Pangan Segar (buah Dan Sayur) Pengawasan Dan Pembinaan Keamanan Pangan Jumlah
300.000.000,00
1,96
292.700.000,00
1,81
292.700.000,00
100
190.891.600,00
65,22
400.000.000,00
2,61
394.270.000,00
2,44
394.270.000,00
100
319.551.550,00
81,05
500.000.000,00
3,26
484.660.000,00
3
484.660.000,00
100
273.699.700,00
56,47
300.000.000,00
1,96
209.359.900,00
1,29
209.359.900,00
100
172.324.100,00
82,31
700.000.000,00
4,57
700.000.000,00
4,33
700.000.000,00
100
395.374.800,00
56,48
500.000.000,00
3,26
478.469.000,00
2,96
478.469.000,00
100
388.363.400,00
81,17
465.120.000,00
3,03
465.120.000,00
2,88
465.120.000,00
100
323.216.900,00
69,49
450.000.000,00
2,94
450.000.000,00
2,78
450.000.000,00
100
333.739.000,00
74,16
990.287.000,00
6,46
1.063.587.000,00
6,58
1.063.587.000,00
100
767.552.900,00
72,17
912.694.000,00
5,95
912.694.000,00
5,64
912.694.000,00
100
539.692.800,00
59,13
300.000.000,00
1,96
300.000.000,00
1,86
300.000.000,00
100
213.401.500,00
71,13
600.000.000,00 15.331.101.000,00
3,91 100
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
560.958.000,00 16.170.332.800,00
3,47 100
560.958.000,00
100
440.200.000,00
78,47
16.170.332.800,00
100
11.882.405.160,00
73,48
92
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
3.5. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Kegiatan Efisiensi Efisiensi merupakan suatu perhitungan yang membandingkan antara target keluaran dan merupakan perhitungan outcome). Efisiensi terjadi
realisasi keluaran. Sementara efektivitas
antara keluaran dengan apabila realisasi
hasil (output dan
masukan
ternyata lebih
kecil dari target yang ditetapkan sebelumnya sementara keluaran atau output mencapai target yang diharapkan. Rumusan yang digunakan untuk menghitung efisiensi tersebut adalah sebagai berikut
UCO Ren-(UCO Real-UCO Ren)
Efisiensi
=
x
100%
UCO Ren
Hasil perhitungan untuk kegiatan di lingkup Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riauyang bersumber dari APBD dapat
dilihat
pada
tabel berikut :
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
93
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
TABEL PERHITUNGAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS KEGIATAN APBD TAHUN 2015
INPUT NO.
KEGIATAN Target
1
2
3
4
5
OUTPUT
Peningkatan Kapasitas dan Operasional Pengembangan Kelembagaan BKP Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah
Realisasi
Target
Unit Cost Output (UCO)
Realisa si
Target
Ratarata Capaia n Outco me
Efektiv itas
Realisasi
Hasil Perhit ungan
Efisie nsi
Ratarata Capaia n Output
43.52
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
700,000,000
395,374,800
3
3
233,333,333
131,791,600
143.52
394,270,000
319,551,000
15
15
26,284,667
21,303,400
118.95
292,700,000
190,891,800
1
1
292,700,000
190,891,800
134.78
34.78
100.00
100.00
100.00
150,000,000
102,648,500
1
1
150,000,000
102,648,500
131.57
31.57
100.00
100.00
100.00
170,325,100
159,968,200
3
3
56,775,033
53,322,733
106.08
6.08
100.00
100.00
100.00
18.95
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
94
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015 6
7
8
9
10
11
12
13
Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Riau Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se-Provinsi Riau Penguatan Jaringan Distribusi dan Ketersidiaan Pangan Pemantauan dan Analisis Harga Pangan Pokok Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) Pengembangan Desa Mandiri Pangan Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam
1,799,575,000
1,689,626,370
184.783
184.783
9,738,856
9,143,841
106.11
6.11
100.00
100.00
100.00
416,062,800
292,561,200
60
34
6,934,380
8,604,741
75.91
(24.09 )
56.67
56.67
100.00
500,000,000
318,806,200
24
24
20,833,333
13,283,592
136.24
36.24
100.00
100.00
100.00
209,359,900
172,324,100
24
24
8,723,329
7,180,171
117.69
17.69
100.00
100.00
100.00
336,022,000
294,847,400
5
5
67,204,400
58,969,480
112.25
100.00
100.00
100.00
12.25
484,660,000
273,699,700
12
12
40,388,333
22,808,308
143.53
43.53
100.00
100.00
100.00
1,594,827,000
1,377,280,600
720
678
2,215,038
2,031,387
108.29
8.29
94.17
100.00
106.19
243,850,000
165,555,200
24
24
10,160,417
6,898,133
132.11
32.11
100.00
100.00
100.00
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
95
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015 14
15
16
17
18
19
20 21
22
Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional Analisa Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dan Ketahanan Pangan Pengembangan Pangan Lokal
Sertifikasi Pangan (Buah dan Sayur) Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Penyusunan Statistik Pangan Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan
366,400,000
140,458,700
2
2
183,200,000
70,229,350
161.67
61.67
100.00
100.00
100.00
200,000,000
181,893,400
2
2
100,000,000
90,946,700
109.05
9.05
100.00
100.00
100.00
1,063,587,000
767,552,900
6,000
6.000
177,265
127,925
127.83
27.83
100.00
100.00
100.00
912,694,000
539,692,800
24
22
38,028,917
24,531,491
135.49
35.49
91.67
91.67
100.00
300,000,000
213,401,500
24
18
12,500,000
11,855,639
105.15
5.15
75.00
75.00
100.00
560,958,000
440,200,000
10
10
56,095,800
44,020,000
121.53
21.53
100.00
100.00
100.00
150,000,000
94,725,700
12
12
12,500,000
7,893,808
136.85
36.85
100.00
100.00
100.00
1,381,535,000
879,734,731
1
1
1,381,535,000
879,734,731
136.32
36.32
100.00
100.00
100.00
79,720,000
25,258,500
8
8
9,965,000
3,157,313
168.32
68.32
100.00
100.00
100.00
125.87
25.87
96.25
96.52
100.28
Jumlah Rata-rata Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
96
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Dari hasil perhitungan kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau sebesar 125,87 %. Sehingga dapat dikatakan kegiatan yang
dilakukan di
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riauyang
bersumber dari APBD adalah efesien dengan angka efesiensi sebesar 25,87%.
Efektivitas Efektivitas suatu kegiatan merupakan perbandingan ouput/keluaran dengan
outcome/hasil
yang
antara
diberikan
dari
kegiatan tersebut. Rumusan yang digunakan untuk menghitung efektivitas dari suatu kegiatan adalah :
Realisasi Out Come Efektivitas
=
x
100%
Realisasi Ouput
Hasil perhitungan untuk kegiatan yang bersumber dari APBD di lingkup Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel berikut :
NO. 1
2
3
KEGIATAN Peningkatan Kapasitas dan Operasional Pengembangan Kelembagaan BKP Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau
Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
Persentase Capaian Output
Persentase Capaian Outcome
Efektivitas
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
97
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
4
5 6 7
8
9 10 11
12 13
14
15
16
17 18 19 20 21 22
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan
100.00
100.00
100.00
Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah
100.00
100.00
100.00
Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Riau
100.00
100.00
100.00
56.67
56.67
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
Pengembangan Desa Mandiri Pangan
94.17
100.00
106.19
Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam
100.00
100.00
100.00
Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional
100.00
100.00
100.00
Analisa Situasi Konsumsi Pangan Penduduk
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
91.67
91.67
100.00
Sertifikasi Pangan (Buah dan Sayur)
75.00
75.00
100.00
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan
100.00
100.00
100.00
Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan
100.00
100.00
100.00
96.25
96.52
100.28
Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat seProvinsi Riau Penguatan Jaringan Distribusi dan Ketersidiaan Pangan Pemantauan dan Analisis Harga Pangan Pokok Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dan Ketahanan Pangan Pengembangan Pangan Lokal
Penyusunan Statistik Pangan
JUMLAH
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
98
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
Dengan demikian maka dapat dikatakan kegiatan APBD yang dilakukan di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat dikatakan efektif dengan nilai capaian sebesar 100,28%.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
99
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintahdan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sekaligus merupakan laporan
pertanggungjawaban
terhadap
pelaksanaan
pembangunan
ketahanan pangan yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran 2015.
Capaian 7 (tujuh) indikator dapat digambarkan sebagai berikut : 1. CapaianEfektifitas
Koordinasi
Perumusan
Kebijakan
Ketahanan
Pangan0 %. 2. CapaianKetersediaan Pangan Utama(Beras) 853.173 Ton, (108,68 %) dari target 875.000 Ton. 3. CapaianPenguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat, 70,17 % (116,95 %) dari target 60 % 4. Capaian ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan di Daerah91,11 % dari target 100 % 5. Capaian Penanganan Daerah Rawan Pangan, 0 %. 6. Capaian kualitas konsumsi pangan penduduk Riau yang ditandai Skor PPH 81,5 (100,62%) dari Target Skor PPH 81,Jumlah Konsumsi Energi 2.083 Kkal/Kap/Hari (96,88 %) dari target 2.150 Kkal/Kap/Hari, Jumlah Konsumsi Pangan 53 Gram/Kap/Hari (98,15 %) dari target 54 Gram/Kap/Hari 7. Capaian Pembinaan dan Pengawasan Pangan 82 % (86,32 %) dari target 95%.
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
100
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2015
4.2. Saran Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan sarana evaluasi dan pengendalian yang sangat efektif sehingga pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan pembinaansecara berkala dan berkelanjutan sehingga pembangunan ketahanan pangan dapat terpadu (integrated), terukur keberhasilannya (Measurable) dan berkesinambungan (sustainability)
Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015
101
PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN ( PKK ) TAHUN 2015 Instansi
: BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU
KEGIATAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
URAIAN
1
1. Peningkatan Ketahanan Pangan
3
2
Peningkatan Kapasitas dan Operasional Pengembangan Kelembagaan DKP
Masukan : Jumlah Dana Keluaran : Telaksananya Rapat Pokja Ahli, Pokja Teknis dan Rakor Dewan Ketahanan Pangan Hasil
: Tersusunnya rumusan kebijakan pemantapan Ketahanan Pangan untuk Provinsi
Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi
Masukan : Jumlah Dana
Riau
Keluaran : Telaksananya Pemberian Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantaa (APN) dan Hari Pangan Sedunia (HPS) Hasil
: Meningkatkan motivasi dan Kinerja Aparat/ Masyarakat dalam mewujudkan Ketahanan Pangan
SATUAN
4
Rupiah
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET) 5
700.000.000
REALISASI
6
395.374.800
PERSENTASE PENCAPAIAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KET.
7
8
56,48
Jenis Rapat
3
3
100,00
Rumusan Kebijakan
1
1
100,00
Rupiah
394.270.000
319.551.550
81,05
Pemenang
15
15
100,00
Kab/Kota
12
12
100,00
Koordinasi dan
Masukan : Jumlah Dana
Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan
Keluaran
: Rumusan Kesepakatan antara Provinsi dan Kabupaten/Kota
Rumusan
1
1
100,00
Hasil
: Sinkronisasi Program/Kegiatan antara Provinsi dan Kabupaten/Kota
Rumusan
1
1
100,00
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan
Rupiah
292.700.000
150.000.000
190.891.800
102.648.600
65,22
Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
68,43
Keluaran
: Jumlah Laporan
Laporan
1
1
100,00
Hasil
: Tingkat Capaian Pelaksanaan Kegiatan BKP BKP Provinsi Riau di Provinsi dan Kab/Kota
Laporan Kegiatan
1 18
1 18
100,00 100,00
KEGIATAN
URAIAN
INDIKATOR KINERJA
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
2
3
4
5
PROGRAM
1
Analisa Ketersediaan
Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
170.325.100
REALISASI
6
159.968.200
PERSENTASE PENCAPAIAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KET.
7
8
93,92
Pangan Wilayah
Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Riau
Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat
Pemberdayaan Gapok tan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se-Provinsi Riau
Keluaran : Tersusunnya Neraca Bahan Makanan, Prognosa Ketersediaan dan Prognosa HKBN
Dokumen
3
3
100,00
Hasil
Dokumen
3
3
100,00
: Neraca Bahan Makanan, Prognosa Ketersediaan Pangan Bulanan dan Prognosa Ketersediaan Menghadapi HBKN
Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
1.799.575.000
1.689.626.370
93,89
Keluaran
: Cadangan pangan Pemerintah
Ton Beras
184,783
184,783
100,00
Hasil
: Tersedianya Cadangan Pangan sebagai Cadangan Pangan Wilayah menghadapi bencana alam dan sosial, gejolak harga dan darurat
Ton Beras
184,783
184,783
100,00
416.062.800
292.561.200
Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
70,32
Keluaran : Meningkatnya Volume Cadangan Pangan Masyarakat dalam bentuk gabah/beras di lumbung pangan desa
Lumbung Pangan
60
34
56,67
Hasil
Lumbung Pangan
60
34
56,67
: Lumbung Pangan Desa
Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
500.000.000
318.806.200
63,76
Keluaran
: Berkembangnya Gapoktan menjadi Lembaga distribusi pangan pokok Provinsi Riau sebagai antisipasi terjadinya hambatan distribusi pangan pokok
Gapoktan
24
24
100,00
Hasil
: Distribusi Pangan Pokok di Provinsi Riau lancar, Petani penghasil Gabah/beras mendapat harga yang layak sehingga penghasilan petani meningkat
Gapoktan
24
24
100,00
KEGIATAN
URAIAN
INDIKATOR KINERJA
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
2
3
4
5
PROGRAM
1
Penguatan Jaringan Distribusi dan ketersediaan Pangan
Pemantauan dan Analisis Harga Pangan Pokok
Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
Pengembangan Desa Mandiri Pangan
6
7
8
Rupiah
Keluaran
: Terbangunnya Jaringan Distribusi Ketersediaan Pangan untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota
Provinsi
5
5
100,00
Hasil
: Tersedianya Pangan yang cukup bagi Masyarakat Provinsi Riau
Kab/Kota
12
12
100,00
Keluaran
: Terbangunnya Jaringan Informasi Harga PanganPokok di Provinsi Riau
Hasil
: Terumuskannya Kebijakan Mengantisipasi Kenaikan Harga Pangan
Masukan : Jumlah Dana Keluaran
: Meningkatnya pengetahuan aparat dalam pengertian dan pembuatan Peta SKPG Kab/Kota
Hasil
: Pembuatan Laporan SKPG yang menggambarkan kerawanan bulanan dan tahunan Provinsi Riau
Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
336.022.000
172.324.100
KET.
Masukan : Jumlah Dana
Masukan : Jumlah Dana
209.359.900
REALISASI
PERSENTASE PENCAPAIAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
294.847.400
82,31
87,75
Kab/Kota
12
12
100,00
Pasar tempat diambilnya data harga pangan Kab/Kota
12
12
100,00
Rupiah
484.660.000
273.699.700
56,47
aparat desa
720
678
94,17
Kab/Kota
12
12
100,00
Rupiah
1.594.827.000
1.377.280.600
86,36
Keluaran
: Kelompok Tani
Kelompok
24
24
100,00
Hasil
: Meningkatnya aktifitas usaha pengelolaan pangan menuju kemiskinan pangan
Kelompok
24
24
100,00
KEGIATAN
URAIAN
INDIKATOR KINERJA
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
2
3
4
5
PROGRAM
1
Gerakan Penganekaragaman Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
478.469.000
REALISASI
6
388.363.400
PERSENTASE PENCAPAIAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KET.
7
8
81,17
Konsumsi Pangan Beragam Keluaran
: Terlaksananya gerakan diversifikasi pangan lokal
Hasil
: Meningkatnya kinerja P2KP sesuai Pola Pangan Harapan bersumberdaya lokal di Masyarakat
Lomba Cipta Menu B2SA Masukan : Jumlah Dana Tingkat Provinsi dan Nasional
Analisis Situasi Konsumsi Pangan Penduduk
Pengelolaan Peman faatan Pekarangan/ Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan
Keluaran
: Terlaksananya Pemahaman Pangan B2SA bagi Masyarakat
Hasil
: Terwujudnya Pemahaman Pangan B2SA bagi Masyarakat
Masukan : Jumlah Dana Keluaran
: Terlaksananya Survey Konsumsi Pangan
Hasil
: Tersedianya Buku dan Data Survey
Masukan : Jumlah Dana Keluaran
: 1. Jumlah bantuan yang disalurkan 2. Jumlah Lokakarya
Hasil
: Tingkat pencapaian pemahaman pemanfaatan lahan pekarangan
Kali
2
2
100,00
Orang
1.000
1.000
100,00
Rupiah
465.120.000
323.216.900
69,49
Kali
2
2
100,00
%
100
100
100,00
Rupiah
450.000.000
KK
6000
Buku
25
Rupiah
1.063.587.000
333.739.900
74,16
6.000,00
100,00
25
100,00
767.552.900
72,17
Kelompok
24
22
91,67
%
100
91,67
91,67
KEGIATAN
URAIAN
INDIKATOR KINERJA
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
2
3
4
5
PROGRAM
1
Pengembangan Pangan Lokal
Sertifikasi Pangan Segar (Buah dan Sayur)
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
2 Program Pengembangan Sistem Informasi
Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
912.694.000
REALISASI
6
PERSENTASE PENCAPAIAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KET.
7
8
539.692.800
59,13
Keluaran
: Terlaksananya Pemahaman Pangan B2SA bagi Masyarakat
Kelompok
24
18
75,00
Hasil
: Terwujudnya Pemahaman Pangan B2SA bagi Masyarakat
Kelompok
24
18
75,00
213.401.500
71,13
Masukan : Jumlah Dana Keluaran
: Terlaksananya Sertifikasi pangan segar
Hasil
: Berkurangnya pangan segar yang mengandung residu pestisida
Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
300.000.000
pelaku usaha
10
10
100,00
Kab/Kota
12
12
100,00
Rupiah
560.958.000
440.200.000
78,47
Keluaran
: Terlaksananya Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan Segar
Provinsi Riau
12
12
100,00
Hasil
: Tersedianya pangan segar yang aman untuk dikonsumsi
Provinsi Riau
12
12
100,00
Penyusunan Statistik Pangan Masukan : Jumlah Dana
Keluaran
: Jumlah Buku Statistik Ketahanan Pangan
Hasil
: Persenase terealisasinya Data Statistik Pangan yang mencakup Aspek ketersediaan Distribusi dan Konsumsi
Rp
150.000.000
94.725.700
63,15
Buku
1
1
100,00
%
100
100
100,00
KEGIATAN
URAIAN
INDIKATOR KINERJA
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
2
3
4
5
PROGRAM
1
Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan
Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan
Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
1.381.535.000
REALISASI
6
PERSENTASE PENCAPAIAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KET.
7
8
879.734.731
63,68
Keluaran
: Terlaksananya pameran agribisnis dan hasil produksi pangan lokal Cadangan Pangan Wilayah
Event
8
7
87,50
Hasil
: 1. Tergalinya potensi pangan lokal 2. Meningkatnya pendapatan pelaku usaha pangan lokal
Event
8
7
87,50
25.258.500
31,68
Masukan : Jumlah Dana
Rupiah
79.720.000
Keluaran
: Tim Pengelola Website dan Tenaga Ahli
Orang
9
9
100,00
Hasil
: Persentase penyebara data informasi ketahanan pangan secara elektronik bagi publik
%
100
100
100,00
KEGIATAN
URAIAN
INDIKATOR KINERJA
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
2
3
4
5
PROGRAM
1
REALISASI
6
PERSENTASE PENCAPAIAN RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KET.
7
8
1
RENCANA KERJA TAHUNAN TAHUN 2015 Instansi
: BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU Sasaran
Kegiatan Rencana
Uraian
1 1. Tercapainya Evektivitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan
Indikator
2 Jumlah Regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan
Rencana Tingkat Capaian (Target) 3 1 Regulasi
Tingkat
Program Uraian
Indikator Kinerja
Ket
Satuan Capaian
4 Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/ Perkebunan
5 Peningkatan Kapasitas dan Operasional Pengembangan Kelembagaan DKP
Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau
6 Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Telaksananya Rapat Pokja Ahli, Pokja Teknis dan Rakor Dewan Ketahanan Pangan
Jenis Rapat
3
Hasil
: Tersusunnya rumusan kebijakan pemantapan Ketahanan Pangan untuk Provinsi
Rumusan Kebijakan
1
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Telaksananya Pemberian Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantaa (APN) dan Hari Pangan Sedunia (HPS)
Hasil
: Meningkatkan motivasi dan Kinerja Aparat/ Masyarakat dalam mewujudkan Ketahanan Pangan
Koordinasi dan Masukan Sinkronisasi Perencana-an Pembangunan Ketahanan Pangan Keluaran
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan
(Target) 8 700.000.000
7 Rupiah
: Jumlah Dana
Rupiah
394.270.000
Pemenang
15
Kab/Kota
12
Rupiah
292.700.000
: Rumusan Kesepatakan antara Provinsi dan Kabupaten/Kota
Rumusan
1
Hasil
: Sinkronisasi Program/Kegiatan antara Provinsi dan Kabupaten/Kota
Rumusan
1
Masukan
: Jumlah Dana
Rupiah
Keluaran
: jJumlah Laporan
Laporan
1
Hasil
: Tingkat Capaian Pelaksanaan Kegiatan BKP BKP Provinsi Riau di Provinsi dan Kab/Kota
Laporan Kegiatan
1 18
150.000.000
9
2
Sasaran
Kegiatan Rencana
Uraian
1
Indikator
2
Rencana Tingkat Capaian (Target) 3
Tingkat
Program Uraian
4
5
Penyusunan Statistik Pangan
Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan
Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan
Jumlah Ketersediaan Pangan Utama (Beras)
Ket
Satuan Capaian
Pengembangan Data dan Informasi
2. Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama
Indikator Kinerja
875.000 Ton Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/ Perkebunan
Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah
6
7
Rp
(Target) 8
Masukan
: Jumlah Dana
150.000.000
Keluaran
: Jumlah Buku Statistik Ketahanan Pangan
Hasil
: Persenase terrealisasinya Data Statistik Pangan yang mencakup Aspek ketersediaan Distribusi dan Konsumsi
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Terlaksananya pameran agribisnis dan hasil produksi pangan lokal Cadangan Pangan Wilayah
Event
8
Hasil
: 1. Tergalinya potensi pangan lokal 2. Meningkatnya pendapatan pelaku usaha pangan lokal
Event
8
Masukan
: Jumlah Dana
Rupiah
Keluaran
: Tim Pengelola Website dan Tenaga Ahli
Orang
9
Hasil
: Persentase penyebara data informasi ketahanan pangan secara elektronik bagi publik
%
100
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Tersusunnya Neraca Bahan Makanan, Prognosa Ketersediaan dan Prognosa HKBN
Dokumen
3
Hasil
: Neraca Bahan Makanan, Prognosa Ketersediaan Pangan Bulanan dan Prognosa Ketersediaan Menghadapi HBKN
Dokumen
3
Buku
1
%
100
Rupiah
Rupiah
1.381.535.000
79.720.000
170.325.100
9
3
Sasaran
Kegiatan Rencana
Uraian
1
3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat
Indikator
2
Persentase Penguatan Cadangan Pangan
Rencana Tingkat Capaian (Target) 3
60%
Tingkat
Program Uraian
4
Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/ Perkebunan
5
Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Riau
Pemberdayaan Gapok tan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se-Provinsi Riau
Persentase Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah
100%
Ket
Satuan Capaian
Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat
4. Tercapainya Ketersedidiaan Informasi, Pasokan Harga dan Akses Pangan Strategis di Daerah
Indikator Kinerja
Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/ Perkebunan
Penguatan Jaringan Distribusi dan ketersediaan Pangan
6
7
Rupiah
(Target) 8
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Cadangan pangan Pemerintah
Ton Beras
184,783
Hasil
: Tersedianya Cadangan Pangan sebagai Cadangan Pangan Wilayah menghadapi bencana alam dan sosial, gejolak harga dan darurat
Ton Beras
184,783
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Meningkatnya Volume Cadangan Pangan Masyarakat dalam bentuk gabah/beras di lumbung pangan desa
Lumbung Pangan
60
Hasil
: Lumbung Pangan Desa
Lumbung Pangan
60
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Berkembangnya Gapoktan menjadi Lembaga distribusi pangan pokok Provinsi Riau sebagai antisipasi terjadinya hambatan distribusi pangan pokok
Gapoktan
24
Hasil
: Distribusi Pangan Pokok di Provinsi Riau lancar, Petani penghasil Gabah/beras mendapat harga yang layak sehingga penghasilan petani meningkat
Gapoktan
24
Masukan
: Jumlah Dana
Rupiah
Keluaran
: Terbangunnya Jaringan Distribusi Ketersediaan Pangan untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota
Provinsi
5
Hasil
: Tersedianya Pangan yang cukup bagi Masyarakat Provinsi Riau
Kab/Kota
12
Rupiah
Rupiah
1.799.575.000
416.062.800
500.000.000
209.359.900
9
4
Sasaran
Kegiatan Rencana
Uraian
1
Indikator
2
Rencana Tingkat Capaian (Target) 3
Tingkat
Program Uraian
Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan
60%
4
5
Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/ Perkebunan
Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
Pengembangan Desa Mandiri Pangan
6. Meningkatnya Konsumsi Pangan Masyarakat
Jumlah Skor Pola Pangan Harapan Jumlah Konsumsi Energi, Jumlah Konsumsi Pangan
85
Ket
Satuan Capaian
Pemantauan dan Analisis Harga Pangan Pokok
5. Tercapainya Penanganan Daerah Rawan Pangan
Indikator Kinerja
Peningkatan Ketahanan 2.150 Kkal/ Pangan Pertanian/ Kap/Hari Perkebunan 54 Gram/ Kap/Hari
Gerakan Penganeka ragaman Konsumsi Pangan Beragam
6
7
Rupiah
(Target) 8
Masukan
: Jumlah Dana
336.022.000
Keluaran
: Terbangunnya Jaringan Informasi Harga PanganPokok di Provinsi Riau
Hasil
: Terumuskannya Kebijakan Mengantisipasi Kenaikan Harga Pangan
Masukan
: Jumlah Dana
Rupiah
Keluaran
: Meningkatnya pengetahuan aparat dalam pengertian dan pembuatan Peta SKPG Kab/Kota
aparat desa
720
Hasil
: Pembuatan Laporan SKPG yang menggambarkan kerawanan bulanan dan tahunan Provinsi Riau
Kab/Kota
12
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Kelompok Tani
Kelompok
24
Hasil
: Meningkatnya aktifitas usaha pengelolaan pangan menuju kemiskinan pangan
Kelompok
24
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Terlaksananya gerakan diversifikasi pangan lokal
Hasil
: Meningkatnya kinerja P2KP sesuai Pola Pangan Harapan bersumberdaya lokal di Masyarakat
Kab/Kota
12
Pasar tempat diambilnya data harga pangan Kab/Kota
12
Rupiah
Rupiah
484.660.000
1.594.827.000
478.469.000
Kali
2
Orang
1.000
9
5
Sasaran
Kegiatan Rencana
Uraian
1
Indikator
2
Rencana Tingkat Capaian (Target) 3
Tingkat
Program Uraian
4
5
Analisis Situasi Konsumsi Pangan Penduduk
Pengelolaan Peman faatan Pekarangan/ Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan
Pengembangan Pangan Lokal
Persentase Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
95%
Ket
Satuan Capaian
Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional
7. Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Pangan
Indikator Kinerja
Sertifikasi Pangan Segar (Buah dan Sayur)
6
7
Rupiah
(Target) 8
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Terlaksananya Pemahaman Pangan B2SA bagi Masyarakat
Kali
24
Hasil
: Terwujudnya Pemahaman Pangan B2SA bagi Masyarakat
Kali
24
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Terlaksananya Survey Konsumsi Pangan
Hasil
: Tersedianya Buku dan Data Survey
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: 1. Jumlah bantuan yang disalurkan 2. Jumlah Lokakarya
Hasil
: Tingkat pencapaian pemahaman pemanfaatan lahan pekarangan
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Terlaksananya Pemahaman Pangan B2SA bagi Masyarakat
Kelompok
24
Hasil
: Terwujudnya Pemahaman Pangan B2SA bagi Masyarakat
Kelompok
24
Masukan
: Jumlah Dana
Keluaran
: Terlaksananya Sertifikasi pangan segar
Hasil
: Berkurangnya pangan segar yang mengandung residu pestisida
Rupiah
465.120.000
450.000.000
KK
6000
Buku
25
Rupiah
1.063.587.000
Kelompok
24
%
100
Rupiah
Rupiah
912.694.000
300.000.000
pelaku usaha
10
Kab/Kota
12
9
6
Sasaran
Kegiatan Rencana
Uraian
1
Indikator
2
Rencana Tingkat Capaian (Target) 3
Tingkat
Program Uraian
Indikator Kinerja
Ket
Satuan Capaian
4
5
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
6
7
Rupiah
(Target) 8
Masukan
: Jumlah Dana
560.958.000
Keluaran
: Terlaksananya Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan Segar
Provinsi Riau
12
Hasil
: Tersedianya pangan segar yang aman untuk dikonsumsi
Provinsi Riau
12
9