Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
(LKj)
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
1
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014, yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi serta cara pencapaian tujuan dan sasaran yang mengacu pada Renstra Tahun 2009 – 2014. Penilaian pencapaian kinerja pada laporan ini menitikberatkan pada capaian kinerja pembangunan ketahanan pangan yang tentunya disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Akhirnya, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 ini dapat memberikan gambaran secara kongkrit mengenai kinerja pembangunan ketahanan pangan di Jawa Timur.
Surabaya,
Februari 2015
Plt. Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Ir. LENA WAHYU MARWATI, MMA. PembinaTk. I NIP. 19610214 198603 2 006
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
2
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pemantapan ketahanan pangan merupakan tanggungjawab pemerintah dengan masyarakat sesuai amanat UU No. 18 tahun 2012 yang menyatakan bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia
Tahun
1945.
Negara
berkewajiban
mewujudkan
ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
sepanjang
waktu
dengan
memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Pemerintah berkewajiban menyelenggarakanpengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengamanan ketersediaan pangan yang cukup dalam hal : jumlah dan mutunya, aman, beragam, bergizi, aman, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Sedangkan masyarakat mempunyai peran serta dalam penyelenggaraan produksi, perdagangan, distribusi dan cadangan pangan masyarakat, serta pencegahan maupun penanggulangan masalah pangan. Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada definisi ketahanan pangan yaitu : “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
tidak
bertentangan
dengan
masyarakat,
untuk dapat
hidup sehat,
berkelanjutan”.
agama,
Definisi ketahanan pangan
keyakinan,
aktif,
dan
dan
budaya
produktif
ini secara luas,
secara
diartikan
bahwa : (1) terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, yang diartikan dengan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
3
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia, (2) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran
biologis,
kimia,
dan
benda
lain
yang
dapat
mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama, (3) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, yang diartikan bahwa pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air, (4) terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, yang diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Pembangunan ketahanan pangan di wilayah Jawa Timur harus dipandang sebagai bagian tidak terlepaskan dari wawasan ketahanan pangan nasional. Jawa Timur sebagai wilayah yang surplus pangan telah menjadi tolok ukur keberhasilan ketahanan Pangan nasional. Oleh karena itu pemerintah Jawa Timur harus terus berupaya memacu pembangunan ketahanan pangan melalui program–program yang benar-benar memperkokoh ketahanan pangan
sekaligus
mampu
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pembangunan ketahanan pangan yang berdimensi pembangunan Jawa Timur secara menyeluruh akan dapat terlaksana dengan efektif manakala memiliki arah yang jelas dan terukur kinerjanya. Programprogram dalam rangka pembangunan ketahanan pangan harus terpadu (integrated), terukur keberhasilannya (measureable) dan berkesinambungan (sustainability). Dengan demikian setiap pelaksanaan program-program pembangunan dalam rangka ketahanan pangan dapat diarahkan dengan benar, dapat dipantau perkembangannya dan selanjutnya dapat dievaluasi keberhasilannya. Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2009 – 2014 dengan agenda revitalisasi pertanian
yang
dijabarkan
melalui
program
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
prioritas
Peningkatan
4
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Ketahanan Pangan bertujuan memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan ketahanan pangan sampai ke tingkat rumah tangga. 1.2. Landasan hukum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah di bidang Ketahanan Pangan, sesuai Perda nomor 10 Tahun 2008 tanggal 20 Agustus 2008, yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor: 107 Tahun 2008 tanggal 25 Agustus 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian, Sub Bidang Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) didasarkan pada : -
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
-
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
-
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
-
Undang-undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.
-
Peraturan
Pemerintah
Nomor
8
Tahun
2006
Tentang
Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; -
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
-
Surat Keputusan MENPAN Nomor: KEP-135/M.PAN/2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
-
Peraturan MENPAN Nomor 9 Tahun 2007 tentang Indikator Kinerja Utama;
-
Peraturan
MENPAN
Nomor
19
Tahun
2009
tentang
Pedoman
Penyusunan Indikator Kinerja Utama; -
Peraturan MENPAN Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Organisasi;
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
5
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 -
Peraturan
MENPAN
Nomor
13
Tahun
2010
tentang
Petunjuk
2010
tentang
Pedoman
Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja; -
Peraturan
MENPAN
Nomor
29
Tahun
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja. -
Permentan
No.
65/OT.140/12/2010
Tentang
Standar
Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 1.3.
Tujuan Tujuan disusunnya laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun 2013 adalah sebagai berikut. - Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja program/kegiatan dan sasaran; - Melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; - Menilai keberhasilan organisasi; - Sebagai pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.
1.4.
Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Badan
Ketahanan
Pangan
Provinsi
Jawa Timur merupakan
unsur
pelaksana otonomi daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah di bidang Ketahanan Pangan, Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 tahun 2008 pasal 20 tentang organisasi dan tata kerja inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan lembaga teknis daerah provinsi Jawa Timur, Badan
Ketahanan
Pangan
mempunyai
tugas
pokok
melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang peningkatan ketahanan pangan serta melaksanakan ketatausahaan Badan Ketahanan Pangan propinsi Jawa Timur.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
6
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Sedangkan fungsi Badan Ketahanan Pangan propinsi Jawa Timur mempunyai fungsi koordinasi dan sinkronisasi dalam hal : 1.
Penyusunan
dan
perumusan
program
serta
rencana
kegiatan
kebijaksanaan teknis dalam bidang ketahanan pangan. 2.
Pengidentifikasian
ketersediaan
dan
konsumsi
pangan
serta
pemantauan pengelolaan cadangan pangan. 3.
Pemantauan, evaluasi dan pengelolaan distribusi pangan, terutama komoditas pangan strategis, serta merumuskan kebijakan lintas kabupaten/kota.
4.
Pengendalian dan perumusan kebijakan harga komoditas pangan strategis.
5.
Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan.
6.
Pelaksanaan penyuluhan gerakan peningkatan mutu konsumsi pangan dan penganekaragaman pangan.
7.
Pengawasan dan pengendalian sistem kewaspadaan pangan gizi serta norma dan standar harga pangan.
8.
Pelaksanaan tugas-tugas ketata usahaan. Dalam
melaksanakan
tugas
dan
fungsi
tersebut,
menurut
Peraturan Gubernur No. 107 tahun 2008 diuraikan dalam 4 bidang, yakni : 1. Sekretariat,
mempunyai
tugas
merencanakan,
melaksanakan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program dan keuangan 2. Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan, mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi
kegiatan ketersediaan dan cadangan pangan, dan mempunyai fungsi pelaksanaan : (a) penyusunan rencana teknis dibidang ketersediaan dan cadangan pangan, (b) identifikasi ketersediaan dan keragaman produk pangan, (c) koordinasi pencegahaan dan pengendalian masalah pangan sebagai akibat menurunnya ketersediaan pangan karena berbagai
sebab,
(d)
koordinasi,
pengembangan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
dan
pengaturan
7
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 cadangan
pangan
pemerintah
dan
masyarakat,
(e)
koordinasi,
pembinaan dan pengendalian cadangan pangan masyarakat. 3. Bidang
Distribusi
dan
Akses
Pangan,
mempunyai
tugas
merencanakan melaksanakan
dan menyiapkan bahan koordinasi
kegiatan
pangan
pengembangan
akses
dan
pengendalian
harga
pangan, mempunyai fungsi pelaksanaan : (a) penyusunan rencana teknis
dibidang
distribusi
pangan,
(b)
identifikasi
infrastruktur
distribusi pangan provinsi, (c) koordinasi pengembangan infrastruktur distribusi pangan provinsi, (d) koordinasi pemantauan dan kerjasama dengan
instansi
terkait
alam
distribusi
pangan,
(e)
koordinasi
pencegahan penurunan dan peningkatan akses pangan masyarakat, (f) koordinasi pengembangan informasi dan pengendalian harga pangan, (g) fasilitasi pengembangan jaringan pasar bahan pangan wilayah. 4. Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi kegiatan penganekaragaman dan konsumsi pangan, mempunyai fungsi pelaksanaan
:
(a)
penyusunan
rencana
teknis
dibidang
penganekaragaman dan konsumsi pangan, (b) koordinasi untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penganekaragaman dan konsumsi pangan, (c) penyusunan rencana pengembangan jenis pangan alternatif dan pangan lokal berdasarkan potensi wilayah, (d) pembinaan peningkatan mutu konsumsi masyarakat menuju gizi seimbang
berbasis
bahan
baku
lokal,
(e)
fasilitasi
terhadap
pengembangan usaha kelembagaan penganekaragaman pangan. 5. Bidang Kewaspadaan melaksanakan
dan
Pangan, mempunyai tugas merencanakan
menyiapkan
bahan
koordinasi
pengendalian
penanggulangan kerawanan dan keamanan pangan, mempunyai fungsi pelaksanaan : (a) penyusunan rencana teknis dibidang kewaspadaan pangan, (b) koordinasi pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan provinsi, (c) perumusan rencana pengkajian dan analisis,
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
8
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 pengembangan, pemantauan dan pemantapan keamanan pangan, (d) koordinasi pengembangan, pemantauan dan pengendalian keamanan pangan, (e) fsilitasi terhadap pengembangan usaha kelembagaan pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur mempunyai Struktur Organisasi sebagai berikut : 1. Kepala Badan Ketahanan Pangan. 2. Sekretariat, membawahi : a. Sub Bagian Tata Usaha b. Sub Bagian Penyusunan Progam c. Sub Bagian Keuangan. 3. Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan, membawahi ; a. Sub Bidang Ketersediaan Pangan b. Sub Bidang Cadangan Pangan. 4. Bidang Distribusi Pangan, membawahi : a. Sub Bidang Akses Pangan b. Sub Bidang Pengendalian Harga. 5. Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, membawahi : a. Sub Bidang Penganekaragaman Pangan b. Sub Bidang Konsumsi Pangan 6. Bidang Kewaspadaan Pangan, membawahi : a. Sub Bidang Kerawanan Pangan b. Sub Bidang Keamanan Pangan 7. UPT Badan Kelompok Jabatan Fungsional. Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor : 10 Tahun 2008 jumlah aparat yang menduduki jabatan pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebanyak 17 orang pejabat
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
9
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 struktural
dan 4 orang pejabat fungsional dengan struktur organisasi
sebagaiberikut : Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
KEPALA BADAN
SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN TATA USAHA
BIDANG KETERSEDIAAN DAN CADANGAN PANGAN
BIDANG DISTRIBUSI PANGAN
SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM
BIDANG PENGANEKARAGAMAN & KONSUMSI PANGAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
BIDANG KEWASPADAAN PANGAN
SUB BIDANG KONSUMSI PANGAN SUB BIDANG KETERSEDIAANPANG AN
SUB BIDANG AKSES PANGAN
SUB BIDANG CADANGAN PANGAN
SUB BIDANG PENGENDALIAN HARGA
SUB BIDANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN
SUB BIDANG KERAWANAN PANGAN
SUB BIDANG KEAMANANPANGAN
UPTB
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
10
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 c.Kekuatan sumberdaya. Kondisi Sumberdaya Manusia BKP Provinsi Jawa Timur. Badan
Ketahanan
Pangan
Provinsi
Jawa
Timur
memiliki
pegawai/personil PNS sebanyak 124 orang, terdiri dari : Pegawai yang bertugas di Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebanyak 108 orang. • Petugas Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Kehutanan sebanyak 16 orang. Selain pegawai/personil PNS tersebut di atas juga dibantu oleh Pegawai Tidak Tetap sebanyak 12 orang Berdasarkan
Golongan/Pangkat,pegawai
Badan
Ketahanan
Pangan
Provinsi Jawa Timur terdiri dari: - Pegawai golongan IV sebanyak 32 orang atau 26,3% dari jumlah keseluruhan pegawai; - Pegawai dengan golongan III sebanyak 65 orang atau 53,3% dari jumlah pegawai; - Pegawai golongan II sebanyak 23 orang (18,8%); - Pegawai golongan I sebanyak 2 orang (1,6%). Tabel 1.
Pegawai BKP Provinsi Golongan/Pangkat Golongan/Pangkat A B
Jawa
Timur
Berdasarkan
C
D
Jumlah
IV
21
9
1
1
32
III
14
11
9
33
67
II
7
11
-
5
23
I
1
-
-
1
2
Jumlah
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
124
11
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Berdasarkan Tingkat Pendidikan terakhir yang berhasil diselesaikan, pegawai
Badan
Ketahanan
Pangan
Provinsi
Jawa
Timur
lebih
didominasi (40,98%) oleh pegawai dengan tingkat pendidikan S-1 (Sarjana), kemudian S-2 (27,87%), SLTA (27,05%), D-3 (1,64%) danSD (0,82%). Dari komposisi ini dapat dilihat bahwa pegawai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur yang berpendidikan S-1 cukup banyak, hal ini dimungkinkan karena banyak pegawai yang berpendidikan D-3 dan SLTA yang telah meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. - Institusi Ketahanan Pangan di 38 Kabupaten/Kota dengan rincian : Badan 14 Institusi, Kantor 19 Institusi, lain-lain (subdin, bidang) 5 institusi. - Dewan Ketahanan Pangan sebagai penyusun kebijakan ketahanan pangan di Jawa Timur. - Kelompok lumbung yang diberdayakan sebanyak 1.133 Lumbung. - Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) 1.413desa. - Lembaga
pembeli
gabah/pangan
lain424
lembaga,
Lembaga
Distribusi Pangan Masyarakat yang diberdayakan sebanyak 152 Gapoktan. - Percepatan Penganekaragaman konsumsi pangan di 38 kab./kota.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
12
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 1.5. Sistematika Laporan. Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah (LAKIP)Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 adalah sebagai berikut : a. Ikhtisar Eksekutif. Bagian ini menguraikan secara singkat tentang tujuan dan sasaran yang akan dicapai beserta hasil capaian, kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran, langkah-langkah yang diambil, serta langkah antisipatifnya. b. Bab I. Pendahuluan Bagian ini menguraikan latar belakang, landasan hukum, tujuan, peran strategis, kekuatan sumber daya, tugas, fungsi dan struktur organisasi, peran strategis, kekuatan sumber daya serta sistematika laporan. c. Bab II. Rencana Strategis. Bagian
ini
menguraikan
tentang
Rencana
Strategis
dan
Penetapan/Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014. d. Bab III. Akuntabilitas Kinerja Bagian ini menguraikan tentang visi-misi, pengukuran, sasaran dan akuntabilitas pencapaian sasaran strategis, Indikator Kinerja Utama dan Realisasi Kinerja Keuangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014. e. Bab IV. Penutup Bagian ini menguraikan tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, permasalahan dan kendala, serta strategi pemecahannya untuk tahun mendatang.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
13
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
II
PERENCANAAN KINERJA
Dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan tahun 2014, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur mengacu pada Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2014, dimana didalamnya terdapat visi, misi, moto, tujuan, sasaran dan strategi kebijakan yang dilaksanakan 5 tahun yang dijabarkan dalam program dan kegiatan. 2.1. V I S I ”Menuju masyarakat Jawa Timur Tahan Pangan”. Pengertian yang terkandung dalam Visi ini adalah : Sasaran pembangunan ketahanan pangan adalah masyarakat Jawa Timur, sehingga masyarakat jawa timur tahan pangan artinya mampu mengakses pangan setiap saat dalam jumlah yang cukup, beragam, bergizi seimbang dan aman. 2.2. M I S I Dalam rangka untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi Badan Ketahanan Pangan yaitu :
“Memantapkan
dan
mengembangkan
ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, serta mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan”. 2.3. M O T T O “Panganku Beragam, Bergizi Seimbang, Aman dan Bekualitas”.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
14
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 2.4. T U J U A N Sebagai implementasi atau penjabaran dari misi Badan Ketahanan Pangan ditetapkan tujuan yang ingin dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu
tertentu
dalam
pembangunan
ketahanan
pangan
serta
menggambarkan arah strategi organisasi, perbaikan-perbaikan yang akan dicapai dalam tugas dan fungsi, serta meletakkan kerangka prioritas untuk lebih fokus pada program dan kegiatan yang dilaksanakan. Sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/9/M.PAN/5/2007
tentang
pedoman
umum
penetapan
Indikator
Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur menetapkan Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Utama yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun adalah sebagai berikut : Tujuan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut : 1)
Memantapkan
dan
mengembangkan
ketersediaan,
Distribusi
dan
Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal dan; 2)
Mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut diatas sesuai dengan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan maka disusun sasaran strategis sebagai berikut :
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
15
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 TUJUAN
1
:
Memantapkan
dan
mengembangkan
ketersediaan,
Distribusi dan Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal. dengan sasaran yang ingin dicapai antara lain adalah : a)
Meningkatnya
ketersediaan
pangan
berbasis
kemandirian
untuk
mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.400 kilo kalori/hari, dan penyediaan protein per-kapita minimal 63 gram/hari dengan Indikator Kinerja Utama yaitu :(a) % Peningkatan ketersediaan pangan (beras) dengan target 7.650.394 ton, (b) Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah (Beras) 200 Ton. b)
Stabilisasi harga komoditas pangan pokok pada saat panen raya minimal sama/diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dengan Coefisien Variasi (CV) ≤ 10% dari HPP, dengan Indikator Kinerja Utama sebagai berikut : 1. Ratio Harga Pembelian Gabah Kering Panen (GKP) terhadap HPP. 2. Ratio Harga Pembelian Gabah Kering Giling (GKG) terhadap HPP.
c)
Meningkatnya kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat yang diindikasikan dengan peningkatan skor Pola Pangan Harapan (PPH) mencapai kondisi ideal sebesar 95 pada tahun 2015. Dengan Indikator Kinerja Utama sebagai berikut : 1. Peningkatan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Hasil Susenas. 2. % Sample pangan yang aman dikonsumsi.
TUJUAN 2 :Mengantisipasi dan Penangan daerah rawan pangan. dengan sasaran yang ingin dicapai antara lain adalah : a). Terimplementasikannya Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) untuk mengantipasi kerawanan pangan, dan b). Turunnya jumlah penduduk rawan pangan menimal 1% pertahun khususnya prevalensi penduduk sangat rawan pangan. Dalam mencapai sasaran tersebut, melalui strategi pengembangan Informasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Meningkatkan skses ekonomi masyarakat terhadap pangan melalui peningkatan daya beli
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
16
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 masyarakat, dengan Indikator Kinerja Utama : % Penurunan penduduk rawan pangan. 2.5. PROGRAM/KEGIATAN Dalam rangka pencapaian sasaran tersebut maka pada tahun 2014, Badan Ketahanan Pangan didukung melalui Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur dilaksanakan program/kegiatan prioritas sebagai berikut : 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. 3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur. 4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur. 5. Program Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan. 6. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah. 7. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. 8. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan). 9. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan. 10. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan. 11. Program Pengembangan Kawasan Agropolitan 12. Program Peningkatan Perkebunan/Peternakan.
Penerapan
Teknologi
Pertanian/
2.6. PENETAPAN KINERJA/PERJANJIAN KINERJA Penetapan/Perjanjian Kinerja merupakan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi, dan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, dokumen Penetapan Kinerja/Perjanjian
Kinerja
merupakan
suatu
dokumen
pernyataan
kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
17
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Untuk menjamin tercapaianya sasaran dan target secara optimal dan tepat waktu, visi dan misi Badan Ketahanan Pangan harus menjadi acuan sekaligus landasan penyusunan strategi. Dari visi dan misi tersebut kemudian
dirumuskan
sasaran
strategis.Sasaran
Strategis
Badan
Ketahanan Pangan Tahun 2014 telah ditetapkan dan dikelompokkan sebagaimana tertuang dalam Matriks Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2009-2014. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur memuat 6 (enam) Sasaran strategis sebagai berikut : 1. Meningkatnya mempertahankan
produksi
pangan
ketersediaan
berbasis
energi
kemandirian
perkapita
untuk
minimal
2.400
Kilokalori/hari, dan penyediaan protein perkapita minimal 63 gram/hari (WNPG ke X Tahun 2012). 2. Tersedianya cadangan pangan pemerintah
untuk kondisi darurat
karena bencana alam dengan cadangan minimal 3 bulan
dan
berkembangnya cadangan pangan masyarakat. 3. Stabilnya harga komoditas pangan strategis yang ditandai perbedaan harga maksimum 10 persen antara musim panen dan non panen. 4. Meningkatnya konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang dengan kecukupan energi minimal 2.200 kkal/hari dan protein sebesar 57 gram/hari dan cukup zat gizi mikro, serta meningkatkan keragaman konsumsi pangan. 5. Terimplementasikannya dengan baik Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
pada setiap kabupaten/kota pada tahun untuk mengantisipasi
kerawanan pangan dan keamanan pangan. 6. Turunnya jumlah penduduk rawan pangan
minimal
1,5 persen per
tahun khususnya prevalensi penduduk sangat rawan pangan.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
18
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Penetapan Kinerja merupakan dokumen untuk mewujudkan Target Kinerja pelaksanaan kegiatan yang berdasarkan sumberdaya yang ada pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebagaimana pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014. VISI MISI
Menuju masyarakat Jawa Timur Tahan Pangan. Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, serta mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan. TUJUAN SASARAN INDIKATOR TARGET KINERJA 1. Memantapkan dan 1. Meningkatnya - % Peningkatan 3% Mengembangkan Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan, Pangan. Pangan Pokok. Distribusi dan - Jumlah 7.650.394 Ton Konsumsi berbasis Ketersediaan sumberdayalokal Pangan. - Jumlah Cadangan 120 Ton Pangan Pemerintah Provinsi 2. Stabilisasi Harga Ratio Harga Pangan Pokok. Pembelian GKP & GKG terhadap HPP - Harga GKP - Harga GKG ≥ Rp. 3.300/Kg ≥ Rp. 4.150/Kg 3. Peningkatan - Meningkatnya Skor PPH Kualitas Konsumsi kualitas 82,2 & Keamanan konsumsi Pangan pangan berbasis Pola Pangan Harapan (PPH) - % Sample Pangan yang 75 % aman dikonsumsi 2.
Mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan
Penanganan Daerah Rawan Pangan
% Penurunan penduduk rawan pangan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
1,50%
19
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. PENGUKURAN KINERJA Berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sesuai dengan RPJMD 2009-2014, Pengukuran kinerja adalah dasar yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah
yaitu : (1). Meningkatnya ketersediaan pangan berbasis kemandirian untuk mempertahankan
ketersediaan
energi
perkapita
minimal
2.400
kilo
kalori/hari, dan penyediaan protein per kapita minimal 63 gram/hari, (2). Stabilnya harga komoditas pangan pokok berkisar antara 10%–25% dari harga normal, (3). Peningkatan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat per-kapita yang ditunjukkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH)
mencapai
kondisi
ideal
sebesar
95
pada
Tahun
2015
dan
Meningkatnya kualitas keamanan pangan segar, (4). Penanganan daerah rawan pangan. Capaian
kinerja
masing-masing
sasaran
dan
indikator
dapat
diilustrasikan sebagaimana ditampilkan pada tabel pengukuran kinerja strategis Badan Ketahanan Pangan tahun 2014 dibawah ini :
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
20
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Tabel 3. Pengukuran Kinerja Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2014 Menuju masyarakat Jawa Timur Tahan Pangan. Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, serta mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan. TUJUAN SASARAN INDIKATOR SATUAN TARGET REALS CAPIAN KINERJA % 1.Memantapkan 1.Meningkatnya % Peningkatan % 3% 2.15% 71,67 dan Ketersediaan Ketersediaan Mengembangk Pangan. Pangan Pokok. an Jumlah Ton 7.650.39 7.354.5 96,13 Ketersediaan, Ketersediaan 4 46 Distribusi dan Pangan Konsumsi Jumlah Cadangan Ton 120 186,93 155,78 berbasis Pangan sumberdaya Pemerintah lokal Provinsi 2. Stabilisasi Stabilisasi Harga Harga Pangan Pangan Pokok Pokok. Pada saat Panen terhadap HPP - % Harga GKP - % Harga GKG % ≥ Rp. Rp. 113,22 % 3.300/Kg 3.736 109,04 ≥ Rp. Rp. 4.150/Kg 4.525 VISI MISI
3. Meningkatnya Kualitas Konsumsi & Keamanan Pangan
2. Mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan
Penanganan Daerah Rawan Pangan
- Meningkatnya kualitas konsumsi pangan berbasis Pola Pangan Harapan (PPH) - % Sample pangan yang dikonsumsi
Skor
%
% Penurunan Penduduk rawan pangan
%
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
82,0
81,6
99,51
75
87,13
116,17
1,50
1,62
108,00
21
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 3.2. EVALUASI KINERJA Evaluasi kinerja dilakukan terhadap pencapaian setiap indikator kinerja kegiatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang mendukung keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan suatu program
atau
kegiatan
dengan
membandingkan
prosentase
capaian
Indikator Kinerja Utama pada tahun 2014 dengan tahun sebelumnya. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program atau kegiatan di masa yang akan datang. Adapun hasil evaluasi kinerja dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut :
TUJUAN 1 SASARAN 1 INDIKATOR KINERJA % Peningkatan Ketersediaan Pangan Pokok Jumlah Ketersediaan Pangan Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah
Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Distribusi, berbasis sumberdaya lokal. Meningkatnya Ketersediaan Pangan Target Capaian/Realisasi
Konsumsi
Pangan
2014
2010
2011
2012
2013
2014
3,00 %
3,42
(6,12)
15,44
7,4
2,15
Capaia n % 71,67
7.650.394 Ton
6.957.323
6.315.925
7.291.033
7.199.536
7.354.546)*
96,13
120 Ton
-
-
-
-
186,38
155.78
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
22
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 3.2.1. KETERSEDIAAN PANGAN Catatan : )* = Angka Ramalan II Keberhasilan sasaran strategis ketersediaan pangan ini diukur melalui indikator kinerja yaitu jumlah ketersediaan pangan (Beras) ARAM II sebesar 7.354.546 Ton dari sasaran/target 7.650.394 Ton dan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi sebesar 186,38 Ton dari target 120 Ton di mana dalam upaya pencapaiannya didukung oleh 1 (satu) program yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Ketersedian pangan pokok Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014 dapat terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.Kondisi Ketersediaan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014. No.
1.
Komoditas/Pangan Ketersediaan Beras - Konsumsi
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
2014*)
7.199.536
7.354.546
3.421.560
3.339.123
3.339.123
3.424.550
3.450.594
3.535.764
2.976.801
3.951.910
3.774.986
3.903.952
4.937.497
4.811.184
5.568.307
5.096.065
5.121.143
86.195
139.444
139.444
138.108
138.997
4.851.302
4.671.739
5.428.863
4.957.958
4.82.146
263.210
296.291
296.163
301.558
305.003
367.265
467.327
467.327
402.730
405.793
(104.055)
(171.036)
(171.163)
(101.172)
(100.790)
Ketersediaan
190.416
194.164
196.514
191.495
185.186
- Konsumsi
22.486
15.075
15.075
50.964
51.352
167.931
179.089
181.439
140.531
133.834
Ketersediaan
72.590
72.990
60.701
52.427
50.661
- Konsumsi
11.243
7.538
7.538
7.664
7.722
- Surplus
61.347
65.453
53.163
44.763
42.939
Ketersediaan - Konsumsi
Ketersediaan - Konsumsi
- Surplus
5.
2013
7.291.033
- Surplus
4.
2012
6.315.925
- Surplus
3.
2011
6.957.323
- Surplus
2.
2010
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
23
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 No.
6.
Komoditas/Pangan
Ubi Kayu
Ketersediaan - Konsumsi - Surplus
7.
Ubi Jalar
Ketersediaan - Konsumsi - Surplus
8.
Daging
Ketersediaan - Konsumsi - Surplus
9.
Telur
Ketersediaan - Konsumsi - Surplus
10.
Susu
Ketersediaan - Konsumsi - Surplus
11.
Ikan
Ketersediaan - Konsumsi - Surplus
12.
Gula
Ketersediaan - Konsumsi - Surplus
Jumlah Penduduk
2010
2011
2012
2013
2014*)
3.515.609
3.865.556
4.070.625
3.452.350
3.178.266
989.367
550.239
550.239
417.675
420.851
2.526.242
3.315.317
3.520.386
3.304.675
2.757.415
124.171
191.440
362.367
346.015
299.313
44.971
71.606
71.606
45.983
46.332
79.199
119.833
290.761
300.033
252.980
206.565
210.771
351.433
333.082
234.015
142.409
237.432
226.873
245.240
185.329
64.156
(26.661)
124.560
87.842
48.686
242.968
269.969
301.785
323.221
275.683
228.604
271.351
271.351
229.913
173.746
14.364
(1.382)
30.435
93.308
101.937
445.188
477.190
479.224
396.995
593.250
63.709
71.606
71.843
72.806
55.020
381.479
405.584
407.381
324.190
538.230
1.079.992
1.190.742
1.257.824
1.321.928
1.386.776
631.464
674.411
679.540 707.237
502.179
629.383
577.813
561.359
626.360
647.517
1.014.273
1.047.776
1.252.788
1.232.090
335.429
384.414
385.684
392.384
395.368
678.844
663.362
867.104
839.706
832.529
37.476.011
37.687.622
37.812.200
38.363.200
38.610.200
1.227.898
*) Angka Ramalan II Sumber : Data diolah BKP Jatim
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
24
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi
kebutuhan
penduduk
dari
segi
kuantitas
dan
kualitas
keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari 3 sumber yaitu : 1) produksi dalam negeri; 2) pemasokan pangan; 3) pengelolaan cadangan pangan. Ketersediaan pangan dapat diamati pada berbagai tingkatan mencakup rumah tangga, regional (kab/kota, provinsi) dan nasional. Namun demikian, penyediaan yang sesuai dengan kebutuhan gizi penduduk baik jumlah maupun mutunya merupakan masalah terbesar sepanjang sejarah kehidupan. Situasi ketersediaan pangan wilayah antara lain tercermin dari jumlah ketersediaan pangan, yang digambarkan dari ketersediaan pangan maupun mutu keanekaragaman ketersediaan pangan yang digambarkan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH). Situasi ketersediaan pangan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan kebijakan penyediaan kebutuhan pangan dan gizi penduduk menuju kemandirian dan kestabilan pangan. Berdasarkan angka sasaran data produksi pangan Jawa Timur Tahun 2014 (Aram II), kita telah mengalami surplus beras sebesar4.403.553ton; jagung surplus 6.095.325 ton; daging surplus 146.448 ton; telur surplus 29.147 ton. Situasi ketersediaan total energi untuk dikonsumsi penduduk Jawa Timur pada tahun 2014 sebesar 3.589 kkal/kap/hr atau 149,54% dari Angka Kecukupan Energi (AKE) 2400 kkal/kap/hr (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2012). Ketersediaan energi tahun 2014 didominasi oleh pangan
nabati
96,91%
sedangkan
pangan
hewani
3,09%.
Apabila
dibandingkan dengan AKE tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 967 kkal/kap/hr (21,22%). Ketersediaan energi penduduk Jawa Timur tahun 2011–2014 dapat digambarkan sbb :
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
25
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Tabel 5. Ketersediaan Energi Penduduk Jawa Timur Tahun 2011 – 2014. No. 1 2
2011
Uraian
2012
Kkal/kap/hr
Proporsi Nabati Proporsi Hewani Total
%
Kkal/kap/hr
2014
2013 %
Kkal/kap/hr
%
Kkal/kap/hr
%
4.426,85
97,06
4,397,98
96,54
3.478,00
96,91
3.478,00
96,91
134,14
2,94
3,46
3,46
111,00
3,09
111,00
3,09
4.560,98
100
4.555,75
100
3.589,00
100
3.589,00
100
protein
untuk
di
konsumsi
Demikian
juga
total
ketersediaan
penduduk Jawa Timur sebesar 99,40 gram/kap/hari atau 157,78% dari Angka Kecukupan Protein (AKP) 63 gram/kap/hr (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2012). Ketersediaan protein tahun 2013 masih didominasi oleh pangan nabati 89,34% sedangkan pangan hewani 10,62%. Apabila dibandingkan dengan AKP tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 14,23 gr/kap/hr (12,52%). Ketersediaan protein penduduk Jawa Timur tahun 2011-2014 dapat disajikan pada tabel berikut : Tabel 6.
No. 1 2
Ketersediaan Protein Penduduk Jawa Timur Tahun 2011-2014.
Uraian Proporsi Nabati Proporsi Hewani Total
2011 Gr/kap/hr %
2012 Gr/kap/hr %
2013 Gr/kap/hr %
2014 Gr/kap/hr %
118,84
88,75
113,63
86,73
88,84
89,34
88,38
88,91
15,06
11.25
17,39
13,27
10,56
10,62
10,56
10,62
133,9
100
131,02
100
99,46
100
99,40
100
Dalam rangka untuk mendukung peningkatan ketersediaan pangan dan untuk mengantisipasi kondisi terjadinya daerah rawan pangan juga perlu adanya cadangan pangan disamping juga untuk memperkuat stabilisasi harga pangan pokok khususnya komoditi beras dan jagung. Dalam upaya untuk mendukung keberhasilan sasaran strategis ketersediaan pangan dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
26
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 1. Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah. Cadangan pangan terdiri dari cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. Cadangan pangan pemerintah terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan
pemerintah
kabupaten/kota yang mencakup
pangang tertentu yang bersifat pangan pokok. Cadangan pangan pemerintah khususnya beras dikelola oleh perum Bulog. Untuk cadangan pangan pemerintah daerah, termasuk cadangan pemerintah desa, diatur pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Desa. Untuk cadangan pangan masyarakat meliputi rumah tangga, pedagang, dan industri pengolahan. Penyelenggaraan penguatan cadangan pangan pemerintah dapat dilakukan melalui pengembangan lumbung pangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Dengan kegiatan tersebut diharapkan masyarakat mampu memberdayakan lumbung pangan yang mandiri. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal ketersediaan dan cadangan pangan dioperasionalkan melalui indikator penguatan cadangan pangan. Sesuai dengan pasal 4 Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 13 tahun 2014 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur bahwa Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi sebanyak 200 ton beras dari alokasi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur pada Badan Ketahanan Pangan. Tujuan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi : a. Meningkatkan penyediaan pangan bagi masyarakat miskin dan atau rawan pangan yang terkena rawan pangan transien serta untuk menjamin pasokan pangan yang stabil antar waktu dan antar daerah; b. Memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga miskin dan atau rawan pangan yang mengalami keadaan darurat dan kerawanan pangan pasca bencana; c. Meningkatkan akses pangan rumah tangga miskin dan atau rawan pangan akibat gejolak harga.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
27
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Sedangkan sasarannya adalah : Rumah tangga miskin dan atau rawan pangan yang mengalami : a. Kerawanan pangan pasca bencana alam dan atau keadaan darurat; b. Gejolak harga bahan pangan pokok (beras); c. Rawan pangan transien, khususnya pada daerah terisolir dan atau dalam kondisi darurat karena bencana; d. Rawan pangan kronis karena kemiskinan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 65 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan, Target Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Tahun 2015 sebesar 120 Ton. Tahun 2014 Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Beras) sebesar ± 186,375 Ton dari Target 120 ton yang dibiayai dari APBD Provinsi Jawa Timur melalui Badan Ketahanan Pangan bekerjasama dengan Bulog Divre V Jawa Timur. Disamping itu Stok Beras per Nopember 2014 pada BULOG DIVRE JATIM sebesar 465.064 Ton, sementara kebutuhan konsusmi beras perbulan sebesar ± 280.536 Ton sehingga cukup untuk kosumsi selama 2 bulan kedepan. Memahami pentingnya cadangan pangan, pemerintah mengatur hal tersebut di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, pengembangan cadangan pangan pemerintah di daerah mengacu kepada Pasal 27
ayat (3) yang menyatakan bahwa cadangan pemerintah daerah
terdiri dari cadangan pangan pemerintah desa, cadangan pangan pemerintah kabupaten/kota dan cadangan pangan pemerintah provinsi. Sedangkan Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa penyaluran cadangan pemerintah dilakukan untuk menanggulangi kekurangan pangan, gejolak harga pangan, bencana alam, bencana sosial dan atau menghadapi keadaan darurat. Pengembangan
cadangan
pangan
pemerintah
provinsi
juga
didasarkan kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Standar Pelayanan Minimal tersebut mengamanatkan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
28
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 bahwa pemerintah provinsi harus memiliki cadangan pangan di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras. Penyediaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebesar Rp. 1.500.000.000,Harga beras untuk Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur adalah Rp. 8.047,69 per kg af gudang Bulog (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor : 94/PMK-02/2014 tentang Tata Cara Penyediaan, Perhitungan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah), sehingga realisasi sebesar 186.375 kg x Rp. 8.047,69 = Rp. 1.499.888.224,2. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat. Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, adalah merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan masyarakat perlu dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui pengelolaan cadangan pangan
masyarakat.
Cadangan
pangan
masyarakat
ditujukan
untuk
meningkatkan akses pangan masyarakat baik di daerah rawan pangan maupun
di
daerah
sentra
produksi
pangan.
Pola
pengembangannya
diarahkan pada pengembangan kelembagaan yang tumbuh dimasyarakat seperti lumbung pangan. Pada saat ini kegiatan lumbung pangan masih terbatas pada pembelian dan simpan pinjam gabah dan berfungsi sosial, sehingga masih belum berorientasi ekonomi.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
29
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Dengan demikian lembaga lumbung pangan diharapkan dapat mendukung pengembangan cadangan pangan masyarakat yang mampu mengelola cadangan pangan untuk menghadapi kemungkinan kesulitan pangan
selain
itu
diharapkan
pula
dapat
meningkatkan
pendapatan
kelompok lumbung pangan. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan menjelaskan, bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya dalam mewujudkan ketahanan pangan, dimana peran masyarakat dapat berupa: (i) melaksanakan produksi, perdagangan, distribusi dan konsumsi pangan; (ii) menyelenggarakan cadangan pangan masyarakat; dan (iii) melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah pangan. Selain itu masyarakat mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan cadangan pangan masyarakat yang dilakukan secara mandiri serta sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu keberadaan cadangan pangan masyarakat di tingkat kelompok sangat diperlukan. Pengembangan lumbung pangan masyarakat diharapkan mengantisipasi
mampu
:
(i)
kekurangan
mendekatkan bahan
pangan
akses disaat
anggotanya
terutama
menghadapi
musim
paceklik, dan (ii) mengantisipasi ancaman gagal panen akibat bencana alam seperti serangan hama dan penyakit, banjir, dan lain-lain.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
30
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Tujuan Pengembangan Lumbung Pangan Desa adalah : 1. Untuk meningkatkan Cadangan
Pangan
keberdayaan
Masyarakat
dan
masyarakat dalam pengelolaan pengembangan
kelembagaan
lumbung pangan secara berkelanjutan. 2. Memfasilitasi
masyarakat
dalam pengembangan cadangan pangan
masyarakat. 3. Meningkatkan volume stock cadangan pangan masyarakat di kelompok lumbung pangan untuk menjamin akses dan kecukupan pangan bagi anggotanya terutama yang mengalami rawan pangan. 4. Meningkatkan sumber pendapatan bagi keluarga petani melalui usaha cadangan pangan yang berbasis lumbung pangan. 5. Meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota kelompok dalam pengelolaan cadangan pangan masyarakat. 6. Meningkatkan fungsi kelembagaan cadangan pangan masyarakat dalam penyediaan pangan secara optimal dan berkelanjutan. Sasaran pengembangan lumbung pangan desa adalah : kelompok Lumbung Pangan pada Tahap Pengembangan sebanyak 100 kelompok di 28 Kabupaten dan 1 Kota, yaitu kelompok yang telah mendapatkan bantuan hibah pembangunan fisik lumbung pangan pada tahun 2013. Pelaksanaan kegiatan pengembangan Lumbung Pangan Desa pada tahun 2014 melalui dana APBD Provinsi bantuan modal untuk pengisian lumbung pangan Rp. 20.000.000,- sebanyak 100 lumbung yang tersebar di 28 Kab dan 1 Kota, dengan alokasi dana sebesar Rp. 2.000.000.000,-.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
31
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Sedangkan
dari
dana
APBN
sebanyak
5
kelompok
Tahap
Pengembangan dan 60 kelompok Tahap Kemandirian berupa bantuan modal untuk pengisian lumbung pangan Rp. 20.000.000,- dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 1.300.000.000,Lumbung pangan masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa/kota yang bertujuan untuk mengantisipasi masalah pangan pada musim paceklik, gagal panen, bencana alam skala lokal dan antisipasi keterlambatan pasokan pangan dari luar. Di Jawa Timur selama tahun 2010-2014 telah dikembangkan sebanyak 705 lumbung pangan
baik dari APBD
Provinsi maupun APBN. Kegiatan
pengembangan lumbung pangan meliputi pembangunan fisik lumbung, pengisian (penyimpanan), pendistribusian serta perdagangan bahan pangan pokok yang dikelola oleh kelompok lumbung. Tabel 7. Penerima Bantuan Hibah Pembangunan Fisik Lumbung Pangan Tahun 2011 – 2014. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . 12 . 13 . 14 . 15
Kab./Nama Kelompok Kab. Jombang Kab. Madiun Kab. Ngawi Kab. Ponorogo Kab. Tulungagung Kab. Blitar Kab. Lamongan Kab. Bojonegoro Kab. Pasuruan Kab. Lumajang Kab. Bondowoso Kab. Situbondo Kab. Sidoarjo Kab. Gresik Kab.
2011
2012
2013
Fisik lumbung 250.000.000
Pengisian
Fisik lumbung
100.000.000
-
250.000.000 250.000.000 250.000.000
100.000.000 100.000.000 100.000.000
100.000.000 100.000.000 100.000.000
40.000.000 40.000.000 40.000.000
250.000.000
100.000.000
100.000.000
40.000.000
250.000.000 250.000.000
100.000.000 100.000.000
100.000.000 100.000.000
40.000.000 40.000.000
250.000.000
100.000.000
250.000.000
100.000.000
250.000.000
100.000.000
50.000.000
20.000.000
250.000.000
100.000.000
100.000.000
40.000.000
250.000.000
100.000.000
150.000.000
60.000.000
250.000.000
100.000.000
100.000.000
40.000.000
6
-
-
150.000.000
60.000.000
10
-
-
250.000.000
100.000.000
8
-
-
200.000.000
80.000.000
Jumlah unit lumbung 5 9 9 9 9 9 9 15 7 9 11 9
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
2014
32
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
No . 16 . 17 . 18 . 19 . 20 . 21 . 22 . 23 . 24 . 25 . 26 . 27 . 28 . 29 . 30 .
Kab./Nama Kelompok
Jumlah unit lumbung
2011 Fisik lumbung
2012
2013
2014
Pengisian
Fisik lumbung
Mojokerto Kab. Tuban
10
-
-
Kab. Nganjuk
10
-
-
8
-
-
10
-
-
10
-
-
Kab. Pacitan
8
-
-
Kab. Malang
10
-
-
10
-
-
8
-
-
8
-
-
8
-
-
8
-
-
8
-
-
8
-
-
2
-
-
3.000.000.0 00
1.200.000.00 0
Kab. Kediri Kab. Trenggalek Kab. Magetan
Kab. Probolinggo Kab. Banyuwangi Kab. Jember Kab. Bangkalan Kab. Sampang Kab. Pamekasan Kab. Sumenep Kota Batu Jumlah
262
250.000.000
100.000.000
250.000.000
100.000.000
200.000.000
80.000.000
250.000.000
100.000.000
250.000.000
100.000.000
200.000.000
80.000.000
250.000.000
100.000.000
250.000.000
80.000.000
200.000.000
80.000.000
200.000.000
80.000.000
200.000.000
80.000.000
200.000.000
80.000.000
200.000.000
80.000.000
200.000.000
80.000.000
50.000.000
20.000.000
5.000.000.0 00
2.000.000.00 0
Tabel 8. Penerima Bantuan Lumbung Pangan dari APBN No. 1 2
3
Jml unit lumbung Th. 2009 : 17 unit Th. 2010 : 50 unit 24 unit 14 unit 12 unit
Jml. Bantuan Pengisian 2010 2011 2012 340.000.000 340.000.000 480.000.000
118 unit th. 2011 48 unit 70 unit Total : 185 unit
480.000.000 280.000.000
960.000.000 340.000.000
820.000.000
1.720.000.0 00
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
2013
Ket. Diisi 2 kali
280.000.000
960.000.000 1.300.000.0 00 2.540.000.0 00
Diisi 2 kali Diisi 1 kali Belum diisi Diisi 1 kali Belum diisi
33
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Tabel 9. Rekapitulasi Jumlah Lumbung Pangan Provinsi Jawa Timur. JUMLAH LUMBUNG PANGAN TAHUN 2009 )*
TAHUN 2010
TAH UN 2011
TAHUN 2012
TAHUN 2013
TAHUN 2014
TOTAL
Bangkalan
2
1
-
-
4
4
11
2
Banyuwangi
-
-
-
-
4
4
8
3
Batu Kota
-
-
-
-
1
1
2
4
Blitar
6
5
5
5
2
2
25
5
Bojonegoro
13
1
5
5
5
5
34
6
Bondowoso
16
-
5
5
3
3
32
7
Gresik
1
2
-
-
5
5
13
8
Jember
9
4
-
-
4
4
21
9
Jombang
3
3
5
5
-
-
16
10
Kediri
7
-
-
-
4
4
15
11
Lamongan
9
-
5
5
2
2
23
12
Lumajang
5
-
5
5
2
2
19
13
Madiun
5
3
5
5
2
2
22
14
Magetan
4
-
-
-
5
5
14
15
Malang
9
3
-
-
5
5
22
16
Mojokerto
7
-
-
-
4
4
15
17
Nganjuk
2
-
-
-
5
5
12
18
Ngawi
6
-
5
5
2
2
20
19
Pacitan
6
2
-
-
4
4
16
20
Pamekasan
-
-
-
-
4
4
8
21
Pasuruan
8
3
5
5
1
1
23
22
Ponorogo
7
-
5
5
2
2
21
23
Probolinggo
4
-
-
-
5
5
14
24
Sampang
2
2
-
-
4
4
12
NO
KABUPATEN/KOTA
1
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
34
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
25
Sidoarjo
3
-
-
-
3
3
9
26
Situbondo
7
-
5
5
2
2
21
27
Sumenep
4
-
-
-
4
4
12
28
Trenggalek
4
3
-
-
5
5
17
29
Tuban
-
-
-
-
5
5
10
30
Tulunganggung
7
5
5
5
2
2
26
156
37
60
60
100
100
513
Jumlah
Keterangan : )* = Jumlah Lumbung dari Tahun 2001-2009
Disamping
pengembangan
lumbung
pangan
dliaksanakan
juga
Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat yang bertujuan untuk memperkuat usaha pada unit distribusi/ pemasaran/pengolahan dan unit pengelolaan
cadangan
pangan
khususnya
dalam
melakukan
kegiatan
pembelian-penjualan gabah/ beras/jagung dan/atau penyediaan cadangan pangan
bagi
anggota
gapoktan
disaat
menghadapi
paceklik
yang
dilaksanakan oleh gabungan kelompok tani (gapoktan). Selama tahun 2009 – 2013 telah dibangun 148 unit gudang dan dialokasikan dana untuk cadangan pangan sebesar Rp. 3.463.478.600,- Pada akhir Desember 2013, jumlah cadangan pangan yang berada di kelompok lumbung pangan dan Gapoktan pelaksana LDPM binaan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur ±sebesar 3.085,80 ton GKG.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
35
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Tabel 10. Jumlah gapoktan penerima bantuan th. 2009 - 2014 NO
KABUPATEN
1
Malang
2
Situbondo
3
Mojokerto
4
Trenggalek
5
Ngawi
6
Banyuwangi
7
Lamongan
8
Ponorogo
9
Tulungagung
2009 3 2 2 2 3
10
Lumajang
11
Blitar
12
Bondowoso
13
Jombang
14
Pasuruan
15
Magetan
16
Gresik
17
Bangkalan
18
Madiun
19
Sidoarjo
20
Nganjuk
21
Bojonegoro
22
Kediri
4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 -
2010
2011
2012
3
1
1
1
1
2
-
1
1
1
1
1
2
2
3
1
1
3
2
2
3
1
1
3
1
1
1
1
2
1
1
2
2
2
3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
3 -
-
2
-
-
2
1
1
2
1
-
2
-
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
2013 2014 JUMLAH 1
-
1
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
1 -
-
1
1
-
1
1
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
1
-
-
1
1
-
-
1
-
9 5 5 5 8 8 9 11 8 9 5 8 9 9 6 6 6 8 4 9 3 3
36
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 NO
KABUPATEN
23
Probolinggo
2009
2010
2011
-
-
-
Jumlah
34
54
2012
2013 2014 JUMLAH
1
24
29
-
-
7
6
1 154
Grafik 1. Perkembangan Jumlah Lumbung Pangan Desa Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
140
127
120 92
100 80
60
100
100 97
APBD
60
APBN
60 40 20
37
29 3
0 2010
2011
2012
2013
2014
3. Pemantapan Ketersediaan Pangan di tingkat Rumah Tangga Permasalahan pangan mengalami perkembangan yang sangat cepat dan kompleks, perkembangan lingkungan yang global, seperti global climate change, meningkatnya harga minyak dunia, telah mendorong kompetisi penggunaan hasil petanian untuk pangan (food), bahan energy (fuel) dan pakan ternak (feed) yang semakin tajam, disamping itu terjadi pengabaian terhadap good agricultural practices dan sumber pangan local (biodiversitif) dikhawatirkan akan mengancam ketahanan pangan regional maupun nasoinal. Salah satu upaya mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor dapat dilakukan dengan pengembangan sumber karbohidrat non beras dan non terigu. Sumber karbohidrat non beras dan non terigu ini
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
37
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 mempunyai potensi dikembangkan, untuk mengurangi ketergantungan terhadap import dengan memanfaatkan umbi-umbian. Pengembangan
umbi-umbian
diyakini
dapat
memberikan
kontribusi dalam mengatasi beberapa masalah pokok seperti : a. Potensi sumberdya lahan produktif dan sumberdaya air semakin menurun b. Konsumsi beras terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk c. Import gandum terus meningkat, yang tentunya juga akan menguras devisa Negara. Untuk
mengatasi
hal
tersebut
tentunya
kita
harus
mengembangkan kembali bahan pangan sumber karbohidrat yang sudah lama dikenal oleh masyarakat kita utamanya umbi-umbian. Umbi-umbian merupakan bahan pangan sumber karbihidrat (energi) sudah lama dikenal dan merupakan bahan pangan potensial disamping biji-bijian dan kacangkacangan sebagai sumber protein. Umbi-umbian sebagai makanan pokok lambat laun terus ditinggalkan oleh masyarakat dan bergeser menjadi makanan kudapan. Pergeseran ini disebabkan umbi-umbian dianggap sebagai makanan kelas II dan keberadaannya dirasa sulit ditemukan. Umbi-umbian yang keberadaannya masih mudah didapatkan di pasar adalah ubi kayu (ketela pohon) dan ubi jalar (ketela rambat). Kedua jenis umbi-umbian ini telah banyak dibudidayakan secara intensf dengan berbagai varietas. Bahkan varietas ubi kayu yang dikenal relatif tinggi HCN nya seperti ubi kayu mukibat/karet/gajah dan sekarang dibudidayakan lagi
dikarenakan
produktivitasnya
tinggi,
namun
demikian
sangat
disayangkan ubi kayu yang dihasilkan tidak dimanfaatkan sebagai bahan pangan
namun
dimanfaatkan
sebagai bahan
baku
industri
untuk
pembuatan bioetanol. Untuk mengurangi ketergantungan konsumsi bahan pangan pada beras dan untuk meningkatkan ketersediaan umbi-umbian sebagai substitusi sumber karbohidrat yang berasal dari beras, maka Badan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
38
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Ketahanan
Pangan
Provinsi
Jawa
Timur
Tahun
2014,
melakukan
terobosan melalui “Pengembangan Ketersediaan Pangan Berbasis Umbiumbian Menuju Rumah Tangga Mandiri”. Pengembangan ketersediaan pangan berbasis umbi-umbian ini akan dikembangkan pada lahan-lahan tidak termanfaatkan disekitar rumah, pekarangan, dibawah tegakan pohon, lahan-lahan kritis maupun lahan-lahan milik desa. Apabila potensi sumberdaya lahan yang ada dikelola dengan baik dan
optimal
akan
memberikan
kontribusi
yang
positif
terhadap
penyediaan pangan sumber karbohidrat di setiap rumah tangga yang pada akhirnya akan memperbaiki gizi keluarga. Tujuan utama pengembangan ketersediaan pangan berbasis umbiumbian adalah : a.
Mengurangi ketergantungan konsumsi sumber karbohidrat pada satu jenis komoditas khususnya beras.
b. Meningkatkan keberagaman bahan pangan sumber karbohidrat c.
Meningkatkan kualitas gizi keluarga.
d.
Mengembangkan usaha perdagangan dan ekonomi kreatif desa. Tahun 2014 dilaksanakan pengembangan pemantapan ketersediaan
pangan
berbasis
umbi-umbian
di
87
desa
yang
tersebar
pada
38
kabupaten/kota. Adapun pokok kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut : Penyaluran Bantuan Hibah Saprodi (Bibit dan Pupuk) sebanyak 87 paket. Sosialisasi Pengembangan KRPL 296 orang. Pelatihan Manajemen 129 Orang.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
39
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Tabel 11.
No.
Penerima Bantuan Hibah Tahun 2014 Pengembangan Ketersediaan Pangan Berbasis Umbi-umbian Kabupaten
Kecamatan
1
Pacitan
Tulakan
2
Ponorogo
Sooko
3
Magetan
Poncol
4
Ngawi
Jogorogo
5
Trenggalek
Suruh
6
Tulungagung
Kalidawir
7
Blitar
Wlingi
8
Madiun
Pilangkenceng
9
Kediri
Mojo
10
Nganjuk
Sawahan
11
Jombang
Kudu
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Desa 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Ngumbul Wonosidi Bungur Ngadirojo Sooko Jurug Plangkrongan Cileng Sombo Jogorogo Brubuh Jaten Suruh Puru Wonokerto Kalidawir Sukorejo Karangtalun Tembalang Ngadirenggo Tegalsari Kenongrejo Kedungmaron Kedungrejo Jugo Tambibendo Pamongan Margopatut Sidorejo Bareng Tapen Sidokaton Kudubanjar
40
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 12
Bojonegoro
Trucuk
13
Tuban
Plumpang
14
Lamongan
Ngimbang
15
Gresik
Kebomas
16
Bangkalan
Bangkalan
17
Sampang
Torjun
18
Pamekasan
Palengaan
19
Sumenep
Batuan
20
Sidoarjo
Krian
1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Pagerwesi Sumbangtimun Kanten Kedungsuko Plandirejo Sembungrejo Girik Munungrejo Purwokerto Kembangan Kedayang Daharejo Kramat Ujung Piring Sembilangan Torjun Dulang Pangogseyan Poto'an Laok Palengaan Laok Kacok Batuan Gelugur Torbang Sidomulyo Tempel Watugolong
4. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari adalah kawasan pengembangan aneka komoditas tanaman pekarangan, ternak (kecil dan unggas), dan ikan secara terpadu sebagai cadangan pangan hidup keluarga. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan ibu-ibu Tim Penggerak PKK mulai tingkat provinsi sampai dengan Dasa Wisma.Instansi pemerintah lebih diarahkan pada tindakan motivasi, fasilitasi, stimulasi dan stabilisasi gerakan tersebut. Kawasan Rumah Pangan Lestari (Rumah Hijau Plus-Plus)akan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
41
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 memanfaatkan lahan pekarangan, lahan-lahan milik desa, kanan kiri jalan desa dan fasilitas penunjang dengan pengembangan tanaman sumber karbohidrat, protein, vitamin dan tanaman cash crop (tanaman penghasil uang seperti: pisang, pepaya, belimbing, rosella, tanaman hias), ternak dan ikan yang hasilnya dapat dikonsumsi untuk menambah gizi keluarga dan menambah pendapatan keluarga. Tahun 2014 dilaksanakan pengembangan kawasan rumah pangan lestari di 122 desa yang tersebar pada 35 kabupaten/kota. Adapun pokok kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut : Bantuan Hibah Pengembangan KRPL sebanyak 122Desa. Pelatihan Pendamping sebanyak 210 orang. Pelatihan Manajemen Pengembangan KRPL 606 Orang. Sosialisasi Pengembangan KRPL 606 orang. Tabel 12.
Perkembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur JUMLAH DESA 2012 2013 2014
No.
KABUPATEN
1
KOTA SURABAYA
3
3
-
6
2
GRESIK
3
3
3
9
3
SIDOARJO
3
3
3
9
4
MOJOKERTO
3
3
3
9
5
KOTA MOJOKERTO
3
3
-
6
6
JOMBANG
3
3
3
9
7
LAMONGAN
3
3
3
9
8
TUBAN
3
3
3
9
KEDIRI KOTA KEDIRI
3
3
6
12
9 10
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Jumlah
42
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 3
3
3
9
11
NGANJUK
3
3
3
9
12
BLITAR
3
3
3
9
13
KOTA BLITAR
3
3
3
9
14
TULUNGAGUNG
3
3
3
9
15
TRENGGALEK
3
3
3
9
16
MALANG
3
3
6
12
17
KOTA MALANG
3
3
3
9
18
KOTA BATU
3
3
3
9
19
BOJONEGORO
3
3
3
9
20
MADIUN
3
3
7
13
21
KOTA MADIUN
3
3
-
6
22
MAGETAN
3
3
3
9
23
NGAWI
3
3
3
9
24
PONOROGO
3
No.
KABUPATEN
3 3 JUMLAH DESA 2012 2013 2014
9 Jumlah
25
PACITAN
3
3
4
10
26
PASURUAN
3
3
3
9
27
KOTA PASURUAN
3
3
3
9
28
3
3
3
9
29
PROBOLINGGO KOTA PROBOLINGGO
3
3
3
9
30
LUMAJANG
3
3
6
12
31
BONDOWOSO
3
3
3
9
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
43
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
32
SITUBONDO
3
3
3
9
33
JEMBER
3
3
6
12
34
BANYUWANGI
3
3
3
9
35
BANGKALAN
3
3
3
9
36
SAMPANG
3
3
3
9
37
PAMEKASAN
3
3
3
9
38
SUMENEP Jumlah
3 114
3 114
3 122
9 350
5. Pengembangan Desa Pariwisata, Mandiri Pangan dan Bio Energi Kegiatan Pengembangan Desa Pariwisata, Madiri Pangan dan Bio Energi dilaksanakan dalam rangka mendorong penguatan ekonomi ditingkat pedesaan sehingga masyarakat mampu meningkatkan kemandirian pangan. Kegiatan ini difokuskan pengembangan ketersediaan pangan berbasis kacangkacangan (non kedele) yang berlokasi diKab. Sumenep, Pamekasan, Kediri, Trenggalek, Probolinggo, Pacitan, Ponorogo, Tuban, Lamongan, Jombang, Bondowoso, Magetan. Kacang-kacangan merupakan bahan sumber protein yang utama, namun demikian dari sekian banyak jenis kacang-kacangan yang ada di bumi Nusantara
ini
hanya
beberapa
jenis
kacang-kacangan
yang
banyak
dikonsumsi oleh masyarakat diantaranya kacang kedelai, kacang hijau dan kacang tanah. Kedelai merupakan bahan pangan yang kaya akan protein, lemak serta beberapa bahan gizi penting lainnya. Olahan biji kedelai ini dapat dibuat menjadi, tahu, tempe, susu kedelai, tepung kedelai, makanan ringan dan macam-macam saos penyedap (kecap, taoco, terasi dll). Di Jawa Timur konsumsi kedelai cukup besar dibandingkan dengan produksi yang ada,
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
44
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 sehingga untuk memenuhi kebutuhan kosumsi kedelai tersebut Jawa Timur harus mengimpor kedelai dalam jumlah yang cukup besar. Kedelai akhir-akhir ini menjadi perbincangan seru dimana-mana, baik kalangan bawah hingga para pejabat pemerintah, hal ini dipicu oleh meningkatnya harga kedelai yang significant yang menyebabkan menurunnya ketersediaan tempe dan tahu yang drastis di pasaran. Hal ini tentunya berdampak pada sebagian besar masyarakat baik produsen, distributor maupun konsumen tahu dan tempe yang tersebar sekian luasnya di Jawa Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pada umumnya sebagian besar kebutuhan akan protein masih dipenuhi dari protein nabati pada tempe dan tahu. Tempe dan tahu merupakan makanan tradisional yang telah mendunia dan nyaris tidak pernah absen dari pasaran, karena telah menjadi konsumsi sebagian besar masyarakat Jawa Timur karena rasanya enak, penuh gizi, serta harganya yang relatif murah dan terjangkau. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu tersebut, selama ini sangat tergantung terhadap kedelai import, hal ini karena kedelai lokal dinilai masih kurang baik yang juga berpegaruh pada hasil akhir dari tempe dan itu sendiri. Lantas bagaimana caranya mengurangi ketergantungan terhadap kedele
import disaat kedelai
lokal
masih
dalam proses
berproduksi?
Jawabannya adalah “tempe dan tahu non kedelai”. Oleh karena itu Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur melakukan terobosan melalui “Pengembangan
Kemandirian
Pangan
Berbasis
Kacang-kacangan
(non
kedelai)”. Pengembangan Pengembangan Kemandirian Pangan Berbasis Kacangkacangan (non kedelai) ini akan dikembangkan pada lahan-lahan tidak termanfaatkan disekitar rumah, lahan pekarangan, dibawah tegakan pohon, lahan-lahan kritis maupun lahan-lahan milik desa.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
45
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Dalam rangka peningkatan ketersediaan pangan difasilitasi hibah saprodi berupa benih kacang gude/tunggak/kapri, pupuk, obat-obatan, dan dilaksanakan sosialisasi, pelatihan pendamping, dan pelatihan manajemen. Kegiatan yang dilakukan pada Pengembangan Ketersediaan Kacangkacangan (non kedelai) sebagai bahan tempe adalah : 1. Pemberdayaan masyarakat melalui ibu-ibu Tim Peggerak PKK mulai tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan sampai dengan Desa, untuk menggalakkan penanaman kacang-kacangan non kedelai. 2. Pemberian bantuan benih kacang-kacangan, sarana produksi (benih, pupuk dan obat-obatan). 3. Pelatihan
budidaya
tanaman
kacang-kacangan
non
kedelai
dan
pengolahan hasil kacang-kacangan. 4. Pendampingan yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian. Tujuan utama pengembangan kemandirian pangan berbasis
kacang-
kacangan (non kedelai) adalah : a. Menurangi ketergantungan impor kedelaisebagai sumber protein nabati. b. Meningkatkan keberagaman bahan pangan sumber protein nabati c. Meningkatkan kualitas gizi keluarga d. Mengembangkan usaha perdagangan dan ekonomi kreatif desa. Tahun
2014 dilaksanakan
pengembangan
ketersediaan
pangan
berbasis kacang-kacangan di 13 desa. Adapun pokok kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut : Penyaluran Bantuan Hibah Saprodi sebanyak 13 Paket. Sosialisasi Pengembangan ketersediaan pangan berbasis kacang-kacangan. Pelatihan Manajemen.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
46
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 3.2.2. DISTRIBUSI PANGAN TUJUAN 1 SASARAN 2 INDIKATOR KINERJA Ratio Harga Pembelian Pangan Pokok Thd HPP - GKP Terhadap HPP - GKG Terhadap HPP
Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal. Stabilisasi Harga Pangan Pokok Target Capaian (%) Reals 2014 2010 2011 2012 2013 2014
≥ Rp. 3.350,≥ Rp. 4.150,-
119,2 1 118,7 0
115,28
102,76
121,00
102,99
111,2 5 109,1 8
Distribusi,
Capaian %
3.736
113,22
4.525
109,04
Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja yaitu Ratio harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) terhadap Harga Pembelian Pemerintah, di mana dalam upaya
pencapaiannya
didukung
oleh
2(dua)
program
yaitu
Program
Peningkatan Ketahanan Pangan dan Progrm Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan. Distribusi pangan merupakan salah satu pilar terwujudnya ketahanan pangan. Harga pangan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi pasokan, distribusi, dan keterjangkauan/akses pangan oleh masyarakat. Harga pangan yang stabil disepanjang waktu, terjangkau dan merata diseluruh wilayah, mengindikasikan kondisi pasokan pangan cukup aman dan distribusi lancar. Hasil pemantauan harga gabah ditingkat petani dan harga beras ditingkat penggilingan padi selama tahun 2014 sebagaimana dijelaskan pada tabel dan grafik di bawah ini.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
47
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Tabel 13. Harga Pangan Tingkat Produsen Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 Harga Tingkat Produsen (Rp.) No .
Komoditas
Sat
JAN
FEB
MRT
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOV
DES
1
GKP Tk. Petani
Rp/kg
4.060
4.015
3.775
3.575
3.580
3.645
3.625
3.745
3.975
4.120
4.310
4.458
2
GKG
Rp/kg
4.705
4.730
4.570
4.395
4.405
4.460
4.490
4.475
4.515
4.675
4.885
5.134
3
Beras Medium
Rp/kg
7.720
7.580
7.545
7.320
7.170
7.300
7.340
7.385
7.395
7.505
7.730
8.097
4
Beras Premium Jagung Tk. Petani Kedele Tk. Petani
Rp/kg
8.415
8.395
8.315
8.200
8.135
8.125
8.025
8.145
8.195
8.315
8.545
8.815
Rp/kg
3.045
2.915
3.050
3.090
3.210
3.315
3.280
3.150
3.070
3.010
3.065
3.095
Rp/kg
8.345
8.315
8.190
8.180
8.130
8.020
8.190
8.150
7.940
7.475
7.505
7.688
7
Bawang Merah
Rp/kg
13.58 0 13.89 5
14.11 5 10.09 0
10.67 5
8.780
9.865
Rp/kg
13.02 0 20.35 5
18.23 0
Cabe Merah
13.75 0 20.99 0
15.40 0
8
15.86 5 19.82 5
9.575
9.340
8.625
11.21 5
18.34 0
13.05 5 36.83 5
10.36 0 50.34 4
5 6
Sumber: Laporan SMS Panel Harga Pangan
Grafik 2. Perkembangan Rata-rata Harga Gabah ditingkat Produsen Tahun 2014
Perkembangan harga rata-rata GKP selama panen raya bulan FebruariMei 2014 relatif stabil, harga rata-rata Rp. 3.736,-/kg. Kenaikan harga terjadi dibulan-bulan pacekilk dan harga tertinggi terjadi pada Desember mencapai Rp. 4.458,- per kg GKP. Sedangkan harga terendah terjadi pada bulan April mencapai Rp. 3.575,- per kg GKP. Begitu pula dengan harga GKG, harga ratarata pada saat panen raya bulan Februari-Mei berkisar Rp. 4.525,-/kg, kenaikan harga terjadi pada saat paceklik dan harga turun terjadi dibulanbulan panen raya. Harga GKG tertinggi terjadi pada bulan Desember
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
48
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 mencapai Rp. 5.134,- per kg GKG dan terendah pada bulan April mencapai Rp. 4.395,- per kg GKG. Gabah Kering Panen (GKP) Tren harga GKP selama tahun 2014 hampir sama seperti tahun-tahun sebelumnya dimana harga gabah mengalami penurunan pada saat musim panen
raya
padi
(Maret – Mei) dan secara
berlahan
akan bergerak naik hingga akhir tahun. Perkembangan harga rata-rata GKP tingkat
petani
di
Jawa Timur selama tahun 2014 dapat ditunjukkan sebagaimana pada grafik berikut. Harga GKP tingkat petani di Provinsi Jawa Timur sepanjang tahun 2014 cenderung cukup stabil dengan nilai koefisien variasi (CV) sebesar kurang dari 10% yaitu sebesar 7,56%. Sebagaimana pada Gambar 4, bahwa harga GKP tingkat petani Provinsi Jawa Timur menunjukkan tren menurun sejak awal tahun 2014 dari bulan Januari hingga mencapai harga terendah yang terjadi pada bulan April 2014 sebesar Rp. 3.575,-/kg. Namun demikian harga terendah pada bulan April tersebut masih berada di atas Harga Pembelian Pemerintah HPP. Menjelang berakhirnya panen raya padi (bulan Mei 2014), harga rata-rata GKP di tingkat petani terlihat mulai sedikit mengalami kenaikan.Memasuki bulan Juni 2014, harga rata-rata GKP di tingkat petani Provinsi Jawa Timurterus bergerak naik secara signifikan setiap bulannya hingga mencapai harga rata-rata tertinggi untuk GKP sebesarRp 4.459,-/kg pada bulan Desember 2014, yang semakin jauh dari HPP GKP sebesar Rp 3.300,-/kg (Inpres nomor 3 tahun 2012).
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
49
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Harga GKP tingkat petani di Jawa Timur selama tahun 2014 berfluktuatif dan cukup stabil dengan selisih harga tertinggi dan harga terendah mencapai Rp. 884,-/kg. Perkembangan harga GKP di tingkat petani sepanjang tahun 2014 mencapai rata-rata sebesar Rp. 3.907,-/kg, naik sedikit dari rata-rata harga GKP di tahun 2013 yang sebesar Rp. 3.710,-/kg. Akan tetapi, harga tersebut tentunya masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan HPP GKP yang ditetapkan yaitu Rp. 3.300,-/kg (Inpres 3 Th. 2012). Gabah Kering Giling (GKG) Tidak banyak berbeda, tren harga GKG tingkat penggilingan Provinsi Jawa Timur juga memperlihatkan kondisi yang hampir sama dengan tren harga
GKP.
Sebagai
gambaran
jelasnya,
perkembangan rata-rata
harga
GKG
penggilingan
tingkat
di
Jawa
Timur sepanjang tahun 2014 dapat ditunjukkan seperti
grafik
pada
berikut. Grafik diatas menunjukkan bahwa di awal tahun 2014, harga rata-rata GKG mengalami penurunan hingga mencapai harga terendah pada bulan April 2014 (sebesar Rp. 4.395,-/kg) dikarenakan adanya panen raya padi di daerah-daerah sentra produksi padi di Provinsi Jawa Timur. Selanjutnya harga GKG terus bergerak naik hingga saat Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriyah di bulan Agustus 2014 yang mencapai Rp. 4.475,-/kg. Tren kenaikan harga GKG ini masih terus berlangsung dan mencapai puncaknya pada bulan Desember 2014 sebesar Rp. 5.135,-. Perkembangan harga GKG tingkat penggilingan di Jawa Timur tahun 2013 cukup berfluktuatif dan relatif cukup stabil (CV = 4,76%) dengan selisih harga tertinggi dan terendah sebesar Rp. 740,-. Harga rata-rata GKG tingkat penggilingan dalam periode bulan Januari sampai dengan Desember 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
50
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 selalu berada di atas HPP yang ditetapkan sebesarRp. 4.150,-/kg (Inpres 3 Th. 2012) di penggilingan, bahkan untuk harga rata-rata terendah di bulan April 2014 masih sedikit berada diatas HPP. Untuk rata-rata harga GKG di penggilingan pada tahun 2014 mencapai Rp. 4.620,- atau mengalami kenaikan sebesar 2,23% dari rata-rata harga GKG di tahun 2013 sebesar Rp. 4.517,-. Harga Beras Perkembangan harga beras tingkat penggilingan di Provinsi Jawa Timur
sepanjang
tahun
2014
relatif
stabil
meskipun ada perubahan harga
setiap
bulannya
seperti ditunjukkan pada grafik berikut. Sebagaimana terlihat pada grafik diatas, harga rata-rata beras di tingkat penggilingan pada tahun 2014 cukup stabii akan tetapi relatif lebih stabil (CV = 3,36% untuk beras medium dan CV = 2,64% untuk beras premium) bila dibandingkan dengan harga rata-rata gabah. Sepanjang tahun 2014, harga rata-rata beras baik kualitas medium maupun premium selalu berada di atas HPP. Hal tersebut dapat diartikan harga yang ditawarkan pemerintah melalui Perum Bulog belum mampu menarik minat pengusaha perberasan/ penggilingan untuk menjual hasilnya ke Bulog dan lebih memilih pasar umum yang memberikan harga lebih tinggi. Memasuki puncak panen raya padi (bulan Mei - Juni 2014) harga ratarata beras tingkat penggilingan turun drastis seiring dengan harga gabah hingga mencapai kondisi harga terendah sepanjang tahun 2014, dimana harga rata-rata beras medium Rp. 7.170,-/kg dan harga rata-rata beras premium Rp. 8.025,-/kg. Hal ini dapat disebabkan karena saat puncak panen raya, stok gabah melimpah di gudang-gudang penggilingan padi sehingga
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
51
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 penggilingan mulai memproses gabahnya menjadi beras dan pasokan beras di pasaran umum sangat berlebih sehingga harga turun. Selepas panen raya padi (bulan Juli 2014), harga rata-rata beras di penggilingan mulai beranjak naik dan terus berlangsung hingga bulan Desember 2014 yang mencapai harga rata-rata tertinggi di sepanjang tahun 2014, yaitu sebesar Rp. 8.099,-/kg untuk beras medium dan Rp. 8.818,-/kg untuk beras premium. Kenaikan harga rata-rata beras di penggilingan setelah panen raya tidak terlepas dari kenaikan harga gabah di tingkat petani, disamping faktor menjelang hari raya Idul Fitri 1434 H. Hal seperti sudah menjadi hal yang umum ketika menjelang hari besar keagaamaan nasional, komoditas pangan mengalami peningkatan permintaan sehingga harga-harga beranjak naik. Harga beras di tingkat penggilingan dalam periode bulan Januari sampai dengan Desember 2013 mencapai rata-rata Rp. 7.507,-/kg untuk beras medium dan Rp. 8.302,-/kg untuk beras premium. Berikut disajikan tabel harga pangan strategis ditingkat produsen. No.
Komoditas
1 2 3 4 5 6 7 8
GKP Tk. Petani GKG Beras Medium Beras Premium Jagung Tk. Petani Kedele Tk. Petani Bawang Merah Cabe Merah
CV
Rerata
MAX
7,56 3.907 4.459 4,76 4.620 5.135 3,36 7.507 8.099 2,64 8.302 8.818 3,66 3.108 3.315 ,73 8.011 8.345 1,09 3.058 18.230 66,22 19.119 50.345
MIN 3.575 4.395 7.170 8.025 2.915 7.475 8.780 8.625
Selisih MAXMIN 884 740 929 793 400 870 9.450 41.720
Sumber: Laporan SMS Panel Harga Pangan ( diolah BKP Jatim) Berdasarkan data di atas, perkembangan harga komoditas pangan pada tingkat produsen selama tahun 2014 untuk
komoditas (GKP, GKG, beras,
jagung, dan kedele) terjadi kenaikan dan penurunan harga relatif kecil CV < 10%. Sedangkan pada 2 komoditas, yaitu cabe merah dan bawang merah. mengalami gejolak harga yang ditandai dengan CV > 10%, hal ini disebabkan pada beberapa daerah di Jawa Timur sentra produksi cabai dan bawang
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
52
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 merah kurang stabil, sedangkan permintaan cabai dan bawang merah cukup tinggi. Dalam rangka stabilisasi harga pangan Tahun 2014 dilaksanakan kegiatan – kegiatan sebagai berikut : 3.2.2.1.
Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya. a. Dana bergulir Fluktuasi harga antar musim dalam sistem agribisnis pangan
seringkali
tidak menguntungkan bagi
petani
selaku
produsen. Petani tidak dapat menikmati harga yang layak pada saat panen raya, karena harga jualnya turun akibat melimpahnya barang dipasaran. Sedangkan pada musim paceklik, petani ikut kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya karena kepemilikan lahan pertanian yang kecil (rata-rata kurang dari 0,25 Ha) serta terbatasnya kemampuan petani untuk melakukan penyimpanan hasil produksinya. Melaluikegiatan Dagulir Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya ini, LPG diwajibkan melakukan pembelian gabah secara langsung dari petani/kelompok tani (Poktan)/gabungan kelompok tani (Gapoktan) dengan mengacu HPP sesuai Inpres nomor 3 Tahun 2012. Sedangkan diluar panen raya padi, LPG dapat memanfaatkan dana tersebut untuk membeli bahan pangan lain (jagung dan kedele) dengan harga yang layak bagi petani sehingga petani (produsen) dapat memperoleh pendapatan usaha taninya lebih banyak.
Alokasi Kredit Dagulir Dagulir
Pembelian
Gabah/Bahan
Pangan
Lainnya
merupakan salah satu kegiatan Provinsi Jawa Timur yang bersifat komplementer (saling melengkapi) dengan kegiatan lainnya, seperti Dagulir : Sistem Tunda Jual, Lumbung Pangan, Raskin dan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
53
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Pemupukan Cadangan Pangan Daerah yang dilaksanakan sejak tahun 2001. Pada awal pelaksanaan kegiatan ini hanya untuk pembelian
komoditas
gabah/beras,
maka
sejak
tahun
2002
komoditasnya diperluas meliputigabah/beras, jagung dan kedele. Alokasi Dagulir Pembelian Gabah/Pangan lainnya pada tahun 2013 – 2014 sebesar Rp. 26,55 Milyar yang digulirkan kepada 98 LPG tersebar di 16 Kabupaten sentra produksi (Tulungagung, Lamongan, Ngawi, Jombang, Bangkalan, Lumajang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Malang, Sidoarjo) Kinerja LPG Penyaluran Dagulir Tahun 2013 Pembelian Pada tahun 2013 telah digulirkan dana untuk kegiatan pembelian gabah/bahan pangan lainnya sebesar Rp. 13,25 Milyar yang dialokasikan kepada 49 LPG di 7 kabupaten (Tulungagung, Lamongan, Ngawi, Jombang, Bangkalan, Lumajang, Bojonegoro). Secara umum realisasi pembelian
gabah/beras/
jagung/kedele oleh LPG tahun 2013
posisi
sampai
dengan
bulan Desember 2014 dapat
Prosentase Pembelian LPG Tahun 2012 (%) 13.9 3.7 0.4 50.9 31.0
digambarkan sebagai berikut :
1. Dari total nilai pembelian ditahun 2013, dapat dirinci pembelian oleh LPGberupa:
GKP
GKG
Beras
25.842 ton GKP; 15.740 ton GKG; 7.067 ton beras; 1.867 ton jagung dan 205 ton kedele.
2. Dilihat dari kualitas gabah yang dibeli oleh LPG, menunjukkan bahwa pembelian didominasi dalam bentuk gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG). Kondisi ini memberikan indikasi bahwa pada dasarnya kegiatan ini sudah bersentuhan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
54
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 langsung dengan petani/ Poktan/Gapoktan, yang biasanya menjual produksi usaha taninya dalam bentuk gabah, baik GKP ataupun GKG. Kinerja LPG Penyaluran Dagulir Tahun 2014 Pembelian Pada tahun 2014 telah digulirkan dana sebesar Rp. 13,3 Milyar
yang
dialokasikan
kepada
49
LPG
di
11 kabupaten
(Bangkalan, Lumajang, Madiun, Magetan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Malang, Sidoarjo). Penerima Dagulir
Pembelian
Gabah/Bahan
Pangan
Lain
tahun
2014
melakukan pembelian lebih kecil dibandingkan LPG penerima Dagulir tahun 2013. Pada tahun pertama pemanfaatan Dagulir telah melakukan pembelian sebesar Rp. 73.488.150.000,- (tujuh puluh tiga milyar empat ratus delapan puluh delapan juta seratus lima puluh ribu rupiah)atau berputar 5,53 kali. Secara
umum
realisasi
pembelian
gabah/beras/
jagung/kedele oleh LPG tahun 2014 posisi sampai dengan bulan Desember 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Dari nilai pembelianoleh LPG dapat dirinci
sebagai berikut:
8.168 ton GKP; 2.727 ton GKG, 779 ton beras, 178,4 ton jagung dan 155 ton kedelai.
2. Pembelian terbesar yang dilakukan
LPG
masih
dalam bentuk gabah baik GKP (49%) maupun GKG (44%), Beras (5%), Jagung dan
Kedelai
masing
1%.
menunjukkan
masingHal
ini
semakin
banyak gabah petani yang terserap oleh LPG melalui kegiatan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
55
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 ini, sehingga petani tidak merasa kesulitan dalam memasarkan hasil usaha taninya. b. Hibah/bansos pada masyarakat Untuk
mendukung
pelaksanaan
gapoktan
dalam
melakukan
usahanya pada tahun 2014 telah direalisasikan bantuan penguatan modal berupa gabah/beras
sebanyak 16 paket yang disalurkan
kepada 16 gapoktan yang tersebar di 13 Kabupaten sentra produksi.
No. 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
Kabupaten/ Gapoktan Ngawi Ngudi Rahayu Nganjuk Sidoayem Magetan Sumber Mulyo Trenggalek Agri Raya Jombang Plandi Ploso genuk Lumajang Bejo Makmur Yoso Adil Tulungagung Guyub rukun Blitar Marsudi Tani Malang Margo Rukun Bondowoso Darussolah Pasuruan Sumber rejeki Lamongan Pangestu Ponorogo Bekare Makmur Sri Sedono
Desa
Alamat Kecamatan
Jml Paket
Kwadungan lor
Padas
1
Kerep
Loceret
1
Sumbersawit
Sidorejo
1
Sawahan
Watulimo
1
Plandi Ploso genuk
Jombang Perak
1 1
Denok Yosowilangun Lor
Lumajang Yosowilangun
1 1
Penggirsari
Ngantru
1
Bajang
Talun
1
Karang duren
Pakisaji
1
Jambesari
Jambesari
1
Siyar
Rembang
1
Kedungkumpul
Sarirejo
1
Bekare Ngadi
Bungkal Mojo
1 1
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
56
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Selain
itu,
telah
direalisasikan
bantuan
hibah
alat
berupa
timbangan duduk dan mesin jahit karung sebanyak 31 paket yang disalurkan kepada 31 gapoktan yang tersebar di 23 Kabupaten sentra produksi. No. 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
Kabupaten/ Gapoktan Bangkalan Al Wahidin Rukun Maju Banyuwangi Tri Sakti Tri Tunggal Blitar Mekarsari Bojonegoro Tani Rahayu Bondowoso Al-Barokah Gresik Dapet Jombang Daditunggal Pojok kulon Kediri Manunggal Abadi Tawang Jaya Lamongan Mitra Tani II Lumajang Mitra Bakti Madiun Mojopurno Magetan Sumberurip Malang Alamsari Mojokerto Tani Makmur Tani Mulyo Nganjuk Ibu Bumi
Desa
Alamat Kecamatan
Jml Paket
Manonggal Pacentan
Klampis Tanah Merah
1 1
Suko Maju Tambakrejo
Srono Muncar
1 1
Gadungan
Gandusari
1
Kepoh
Kepoh baru
1
Jebung lor
Tlogosari
1
Dapet
Balongpanggan g
1
Daditunggal Pojok kulon
Ploso Kesamben
1 1
Tanon
Papar
1
Ketawang
Pumrwosari
1
Kedungwaras
Modo
1
Kloposawit
Candipuro
1
Mojopurno
Wungu
1
Sugihrejo
Kawedanan
1
Pamotan
Dampit
1
Kuripansari Beloh
Pacet Trowulan
1 1
Candirejo
Loceret
1
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
57
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
No. 16 17 18 19 20 21 22 23
3.2.2.2.
Kabupaten/ Gapoktan Ngawi Baroto Pasuruan Sinar Tani Ponorogo Manunggal Ngudi Makmur Probolinggo Sidorukun Sidoarjo Sejahtera Sidomakmur Situbondo Sumbermakmur Trenggalek Jaya Mulya Sido Mekar Tulungagung Dadi Mulyo
Desa
Alamat Kecamatan
Jml Paket
Kuniran
Sine
1
Kebonwaris
Pandaan
1
Karanggebang Duri
Jetis Slahung
1 1
Alas tengah
Paiton
1
Gedungrowo Pilang
Prambon Wonoayu
1 1
Langkap
Besuki
1
Suruh Jati
Suruh Karangan
1 1
Sumberdadi
Sumbergempol
1
Pengembangan Sistim Tunda Jual Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam mengembangkan sistem tunda jual sesuai dengan kondisi wilayahnya, meningkatkan posisi tawar dan nilai jual hasil pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani. a. Dana Bergulir Penyempurnaan
Dana
Bergulir
terus
dilakukan
oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mulai Peraturan Gubernur nomor 21 Tahun 2006 yang diganti menjadi Peraturan Gubernur nomor 52 tahun 2009 tanggal 12 Agustus 2009 kemudian mengalami revisi menjadi Peraturan Gubernur nomor 66 Tahun 2009 pada tanggal 4 Nopember 2009. Perubahan tersebut bertujuan untuk penyempurnaan Manajemen Keuangan Pengelolaan Dana Bergulir Provinsi Jawa Timur sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
58
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59 Tahun 2007. Pada Tahun 2012 mengalami revisi menjadi Peraturan Gubernur nomor 21 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bergulir Provinsi Jawa Timur. Penyaluran Dana Bantuan dana bergulir pengembangan kelompok tunda jual dilaksanakan mulai tahun 2004 – 2014. Dana penguatan modal kelembagaan kelompok sistem tunda jual pada tahun 2004 sampai dengan 2005 merupakan dana pinjaman lunak tanpa adanya jaminan yang pengelolaannya dibuat secara bergulir di kelompok, perguliran dana dikelola oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sehingga dalam waktu 1 (satu) tahun kelompok yang mendapatkan dana penguatan modal wajib mengembalikan dana tersebut ke rekening Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 sesuai dengan penerapan Peraturan Gubernur nomor 21 tahun 2006 tentang pengelolaan dana bergulir maka pelaksanaan kegiatan pengembangan kelembagaan kelompok sistem tunda jual melalui penguatan modal ini harus mengacu pada perda tersebut dan dikategorikan dalam kegiatan sosial dengan penyaluran dana secara channeling.
PT.Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
adalah bank pelaksana yang ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur sebagai pinjaman
penyalur dana
(channeling) bergulir
dan
peserta
penerima
kegiatan
pengembalian
penguatan
modal
kelembagaan sistem tunda jual. Dalam pelaksanaan kegiatan penguatan modal kelembagaan kelompok tunda jual mulai tahun 2006 telah dikenakan jasa/bunga selama 1 (satu) tahun sebesar
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
59
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 3% dan disetor secara bruto ke Kasda sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Alokasi dana tahun 2013 Pada tahun 2013, alokasi dana yang digulirkan ke kelompok pengembangan system tunda jual sebesar Rp. 3,75 Milyar yang dialokasikan kepada
Prosentase Pembelian (%)
75 kelompok di 13 kabupaten sentra
produksi
Blitar,
Bojonegoro,
Jombang,
Kediri,
Lamongan,
Lumajang,
Madiun,
Magetan,
Malang,
29 %
13%
8%
(Bangkalan,
9%
41%
Nganjuk, Ngawi, Ponorogo).
GKP
GKS
GKG
Pembelian. Berdasarkan laporan yang masuk realisasi pembelian gabah/beras/ jagung/kedele oleh kelompok tunda jual sampai dengan
Desember
2014
sebesar
Rp.
4.013.107.550,-
dapat
digambarkan sebagai berikut : 78,1 ton GKP; 399,7 ton GKG dan 76,9 ton beras dan 126,6 ton jagung . Penjualan Total
penjualan
gabah/
beras/jagung yang dilaksanakan oleh 75 kelompok tunda jual penerima dagulir tahun 2014 senilai
Rp.
Prosentase Penjualan (%) 8% 12% 11%
30%
3.839.785.400,-
dengan rincian penjualan : 63,3 ton GKP, 87,1 ton GKS, 303,6 ton GKG, 228,1 ton Beras dan
39%
GKP
GKS
GKG
88 ton Jagung.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
60
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Penjualan terbesar yang dilaksanakan oleh kelompok dalam bentuk GKG sebesar 39%, ini menunjukkan bahwa kelompok tersebut hanya melakukan proses pengeringan dan penyimpanan belum melakukan proses selanjutnya yaitu mengolah dalam bentuk beras dan melakukan pengepakan. Hal ini karena terbatasnya sarana dan prasarana yang di miliki kelompok. b. Bantuan hibah/bansos kepada masyarakat. Untuk
mendukung
pelaksanaan
gapoktan
dalam
melakukan
usahanya pada tahun 2014 telah direalisasikan bantuan hibah berupa gabah/beras kepada gapoktan 4 paket yang disalurkan kepada 4 gapoktan yaitu : -
Gapoktan Sri Rejeki, Ds. Sidorejo, Kec. Purwoharjo, Kab. Banyuwangi.
-
Gapoktan Wringin Tani, Ds. Wringin Anom, Kec. Asembagus, Kab. Situbondo. - Gapoktan
Karya
Tani,
Ds.
Jolotundo,
Kec.
Jetis,
Kab.
Mojokerto.Gapoktan Wahas, Ds. Wahas, Kec. Balongpanggang, Kab. Gresik. 3.2.2.3. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan. Dalam rangka perlindungan
dan
pemberdayaan
petani,
kelompok tani dan atau gabungan kelompok tani terhadap jatuhnya harga
gabah/beras
dan
jagung
pada
saat
panen
raya
dan
aksesibilitas pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui dana APBN telah melaksanakan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktivitas berupa : membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha dibidang pemasaran
pangan
dan
menyediakan
pangan
minimal
bagi
kebutuhan anggotanya.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
61
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Tujuan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat : a. Memberdayakan gapoktan agar mampu mengembangkan unit usaha distribusi/pemasaran atau pengolahan hasil dan unit pengelola
cadangan
mengembangkan
pangan
sarana
antara
lain
penyimpanan
dalam
(gudang)
hal
:
a)
sendiri;
b)
menyediakan cadangan pangan pokok minimal bagi anggotanya pada saat musim paceklik; c) menjaga stabilisasi harga jual gabah/beras dan jagung pada saat panen raya melalui kegiatan pembelian dan penjualan. b. Mengembangkan usaha ekonomi diwilayah melalui peningkatan usaha pembelian gabah/beras dan jagung. c. Meningkatkan
nilai
tambah
produk
melalui
kegiatan
penyimpanan, pengolahan, dan pengemasan. d. Memperluas jejaring kerjasama distribusi/pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra usaha baik di dalam maupun di luar wilayahnya. Sasaran Penguatan LDPM tahun 2014 adalah Gapoktan yang sudah ada atau eksis, bukan bentukan baru dan memenuhi kriterian sebagai berikut : a. Berlokasi di daerah sentra produksi padi bagi gapoktan tahap penumbuhan
2014,
sementara
itu
bagi
gapoktan
tahap
pengembangan masih dimungkinkan daerah sentra produksi jagung. b. Memiliki unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan hasil dan unit pengelola cadangan pangan dan c. Memiliki
lahan
sendiri
untuk
dapat
dibangun
sarana
penyimpanan (gudang). Alokasi dana Pada tahun 2014, Provinsi Jawa Timur mendapat tambahan alokasi dana senilai Rp. 3,6 Milyar untuk 42 Gapoktan dengan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
62
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 rincian : 29 Gapoktan tahap pengembangan tahun 2012, 7 Gapoktan tahap pengembangan tahun 2013 dan 6 Gapoktan tahap penumbuhan. Realisasi sampai dengan Desember 2014 hanya mencapai Rp. 3 Milyar, hal ini disebabkan 8 gapoktan tahap pengembangan tahun 2012 tidak terealisasi karena 1 gapoktan tidak memenuhi persyaratan administrasi sedangkan 7 gapoktan tidak diusulkan oleh kabupaten. Alokasi Dana dan Bansos Penguatan-LDPM di Unit Usaha Gapoktan Tahun 2012 - 2014 sebesar Rp. 8,4 Milyar dengan rincian : -
Tahap
pengembangan
tahun
2012
untuk
29
gapoktan
sebesarRp. 5.925.000.000,- (dana th. 2012 Rp. 4.350.000.000,tambahan th. 2014 Rp. 1.575.000.000). -
Tahap pengembangan tahun 2013 untuk 7 gapoktan sebesarRp. 1.575.000.000,- (dana th. 2013 Rp. 1.050.000.000,- tambahan tahun 2014 Rp. 525.000.000,-).
No
1
Kabupaten 2012 Banyuwangi
2
Jombang
3 4
Tulungagung Malang
5
Situbondo
6 7 8 9
Mojokerto Trenggalek Lamongan Ponorogo
Jumlah bansos Penumbuhan Pengembangan 2014 Tri Sakti 150.000 Tri Tunggal 150.000 75.000 Daditunggal 150.000 Pojokkulon 150.000 75.000 Dadi Mulyo 150.000 75.000 Alam Sari 150.000 75.000 Sumber 150.000 75.000 Makmur Tani Mulyo 150.000 Sido Mekar 150.000 75.000 Mitra Tani 2 150.000 75.000 Manunggal 150.000 Gapoktan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Jumlah 150.000 225.000 150.000 225.000 225.000 225.000 225.000 150.000 225.000 225.000 150.000
63
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
10 11 12 13 14 15
Lumajang Blitar Bondowoso Magetan Gresik Bangkalan
16
Madiun
17
Sidoarjo
18 19 20 21
Ngawi Pasuruan Nganjuk Bojonegoro
22
Kediri
23
Probolinggo Jumlah
1 2
2013 Bondowoso Kediri
3
Nganjuk
4
Situbondo
5
Blitar
6
Malang
7
Trenggalek Jumlah 2014
Ngudi Makmur Mitra Bhakti Mekarsari Al Barokah Sumber Urip Dapet Rukun Maju Al-Wahidin Mojopurno Sido Makmur Sejahtera Baroto Sinar Tani Ibu Bumi Tani Rahayu Manunggal Abadi Tawang Jaya Sido Rukun
Mitra Tani Gemat Karya Makmur Pecinan Jaya Mawar Bersemi Karya Mandiri Sejahtera Tani Makmur
150.000
75.000
225.000
150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000
75.000 75.000 75.000 75.000 -
225.000 225.000 225.000 225.000 150.000 150.000
150.000 150.000
75.000 -
225.000 150.000
150.000
75.000
225.000
150.000 150.000 150.000 150.000 150.000
75.000 75.000 75.000 75.000
150.000 225.000 225.000 225.000 225.000
150.000
75.000
225.000
150.000 150.000 4.350.000
75.000 225.000 75.000 225.000 1.575.000 5.925.000
150.000 150.000
2014 75.000 75.000
225.000 225.000
150.000
75.000
225.000
150.000
75.000
225.000
150.000
75.000
225.000
150.000
75.000
225.000
150.000
75.000
225.000
1.050.000
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
525.000 1.575.000
64
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 1
Gresik
2
Nganjuk
3
Lumajang
4
Bondowoso
5 6
Ponorogo Madiun Jumlah -
Kertosono Tani Subur Makmur Gonorejo Tani Makmur Mulya Tani Kali Gunting
150.000
-
150.000
-
150.000
-
150.000
-
150.000 150.000 900.000
-
150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 900.000
Tahap penumbuhan tahun 2014 untuk 6 gapoktan sebesarRp. 900.000.000,-.
a. Perkembangan pelaksanaan penguatanLDPM Tahun 2012. 1. Pencairan dan penggunaan dana Bansos. Berdasarkan SK Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur nomor : 36/209.03/2012, tanggal 26 Maret 2012 menetapkan 29 Gapoktan Tahap Penumbuhan tahun 2012 sebagai penerima Bansos Penguatan-LDPM senilai Rp. 4.350.000.000,-. Tahun 2013 merupakan tahun kedua bagi Gapoktan PenguatanLDPM tahun penumbuhan 2012, yang berarti akan memasuki Tahap Pengembangan dan mendapatkan tambahan dana Bansos sebesar Rp. 75 juta. Akan tetapi, karena adanya kebijakan penghematan anggaran dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian PertanianRI
maka
dana
tambahan
Bansos
tersebut
ditunda
penyalurannya. Dana tambahan Bansos ke rekening Gapoktan Tahap
Pengembangan
baru
disalurkan
di
tahun
2014
yang
rencananya dialokasikan anggaran sebesar Rp. 2.175.000.000,-, sehingga
total
dana
yang
disalurkan
ke
Gapoktan
tahap
penumbuhan tahun 2012 menjadi Rp. 6.525.000.000,-. Sampai dengan bulan Desember 2014 dari 29 Gapoktan terealisasi 21 Gapoktan, sedangkan sisanya 8 gapoktan tidak direalisasikan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
65
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 karena 1 gapoktan tidak memenuhi syarat administrasi dan 7 gapoktan tidak diusulkan oleh kabupaten. Alokasi
dana
Bansos
Penguatan-LDPM
Tahap
Pengembangan tahun 2012 sebesar Rp. 4.300.000.000,- sesuai Rencana Usaha Gapoktan (RUG) penggunaanya dapat dirinci sebagai berikut :
No
Kabupaten
Gapoktan
Rencana Usaha Gapoktan Gudang
Distribusi
Cadangan
2012 1
2014 Tri Sakti
33.652
100.000
16.348
-
Tri Tunggal
33.652
100.000
16.348
75.000
Daditunggal
40.000
90.000
20.000
-
Pojokkulon
40.000
90.000
20.000
75.000
3
Tulungagung Dadi Mulyo
40.000
95.000
15.000
75.000
4
Malang
Alam Sari
35.000
95.000
20.000
75.000
5
Situbondo
Sumber Makmur
Mojokerto
Tani Mulyo
100.000 95.000
10.000 20.000
75.000
6
40.000 35.000
7
Trenggalek
Sido Mekar
40.000
89.475
20.525
75.000
8
Lamongan
Mitra Tani 2
40.000
100.000
10.000
75.000
9
Ponorogo
Manunggal
40.000
100.000
10.000
-
Ngudi Makmur
40.000
100.000
10.000
75.000
10 Lumajang
Mitra Bhakti
30.000
100.000
20.000
75.000
11 Blitar
Mekarsari
39.928
100.000
10.072
75.000
12 Bondowoso
Al Barokah
40.000
90.000
20.000
75.000
13 Magetan
Sumber Urip
40.000
100.000
10.000
75.000
14 Gresik
Dapet
50.000
80.000
20.000
-
15 Bangkalan
Rukun Maju
40.000
70.000
40.000
-
Al-Wahidin
40.000
70.000
40.000
75.000
16 Madiun
Mojopurno
40.000
100.000
10.000
-
17 Sidoarjo
Sido Makmur
30.000
100.000
20.000
75.000
Sejahtera
30.000
95.000
25.000
-
18 Ngawi
Baroto
40.000
100.950
9.050
75.000
19 Pasuruan
Sinar Tani
40.000
100.000
10.000
75.000
20 Nganjuk
Ibu Bumi
40.000
95.000
15.000
75.000
2
Banyuwangi
Pengembangan
Jombang
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
-
66
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 21 Bojonegoro
Tani Rahayu
40.000
100.000
10.000
75.000
22 Kediri
Manunggal Abadi
40.000
96.000
14.000
75.000
Tawang Jaya
40.000
95.000
15.000
75.000
Sido Rukun
40.000
95.000
15.000
75.000
491.343
1.575.000
23 Probolinggo Jumlah
1.117.232
2.741.425
Sebesar Rp. 1.117.232.000,- atau 25,98% dari alokasi dana Bansos digunakan untuk pembangunan/renovasi 29 gudang sarana penyimpanan (gudang) Gapoktan;
Sebesar Rp. 2.741.425.000,- atau 63,75% untuk distribusi/ pengolahan;
Sebesar Rp. 491.343.000,- atau 11,43% untuk unit usaha cadangan pangan.
Untuk
pencairan
tahap
pengembangan
tahun
2014
sebesar
Rp. 75.000.000,- kepada 21 gapoktan senilai Rp. 1.575.000.000,-, digunakan usaha distribusi/pengolahan pangan. Tabel 4 : Rencana Usaha Gapoktan (RUG) dan tambahan modal Gapoktan Tahun 2012 2. Akumulasi pembelian hingga posisi bulan Desember 2014. Pembelian gabah/beras/jagung yang sudah dilakukan oleh unit
usaha
distribusi/pengolahan
pangan
Gapoktan
Tahap
Pengembangan sampai dengan bulan September 2014 sekitar 4,64 putaran dari modal awal di unit ini. Nilai total pembelian yang sudah dilakukan
mencapai Rp. 12.725.414.000,- dimana sejumlah nilai
tersebut digunakan untuk melakukan pembelian dengan rincian sebagai berikut:
GKP
:
GKG
:
151,4
ton
senilai Rp.
659.662.000,-
Beras
:
107,0
ton
senilai Rp.
778.129.000,-
Jagung :
380,8
ton
senilai Rp. 1.137.255.000,-
Jumlah
2.514,6 ton
senilai Rp. 10.150.398.000,-
Rp.12.725.414.000,-
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
67
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar disamping, prosentase pembelian terbesar Gapoktan JUMLAH PEMBELIAN OLEH GAPOKTAN TAHAP PENGEMBANGAN TH. 2012
Tahap Pengembangan tahun 2012 ini
didominasi dalam
bentuk GKP sebesar 80% dari total
pembelian
12% 3% 5%
yang
GKP GKG
dilakukan
oleh
Gapoktan.
Beras Jagung
Pembelian dalam bentuk GKP yang
cukup
menunjukkan
besar bahwa
80%
ini Gapoktan
Tahap
Pengembangan
dalam
melakukan pembelian banyak menyerap gabah milik anggota, yang biasanya dijual dalam bentuk kering panen. Pembelian dalam bentuk kering giling dan beras dilakukan pada saat gabah kering panen sudah habis. Sementara itu, pembelian dalam bentuk GKG oleh Gapoktan Tahap Pengembangan hanya sebesar 5%, beras 3%, dan jagung sebesar 13% dari total pembelian oleh di unit usaha distribusi/pengolahan pangan. 3. Akumulasi dan pemanfaatan cadangan pangan. Pengadaan yang sudah dilakukan oleh unit usaha cadangan pangan Gapoktan Tahap Pengembangan sampai dengan bulan Desember 2014 terbilang sangat kecil, karena ada beberapa Gapoktan yang masih belum memanfaatkan dana di unit usaha cadangan pangan untuk pengadaan cadangan pangan. Jumlah pembelian dalam pengembangan cadangan pangan adalah : - Gabah sebesar 129,15 ton senilai - Beras sebesar 4,43 ton senilai - Jumlah
Rp. 533.781.000,Rp. 31.218.000,-
Rp. 564.999.000,-
Dari total pembelian tersebut disalurkan kembali kepada anggota kelompok dan dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi dalam menghadapi musim paceklik, total penyaluran pada tahun
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
68
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 2014 berupa gabah sebesar 35,01 ton dan beras sebesar 2,64 ton. Apabila dilihat dari pembelian, total penyaluran gabah/beras sangat kecil hanya 27,82% hal ini menunjukkan bahwa anggota gapoktan kurang
memanfaatkan
cadangan
pangan
dalam
menghadapi
musim paceklik.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Gapoktan Manunggal di Desa Karang Gebang, Kec. Jetis, Kab. Ponorogo
Penyaluran pada tahun 2014 berupa gabah sebesar 35,01 ton dan
beras
sebesar
2,64
ton
telah
dikembalikan
lagi
oleh
masyarakat/kelompok, jumlah pengembalian berupa gabah sebesar 19,63 ton dan beras 2,20 ton yang akan digunakan sebagai cadangan pangan. Sedangkan sisa stok yang tersisa pada gudang cadangan pangan Penguatan – LDPM berupa gabah sebesar 87,26 ton dan beras 2,75 ton. Sisa stok yang dimiliki unit usaha cadangan pangan tersebut disimpan sebagai upaya untuk mengantisipasi apabila ditemui indikasi kekurangan pangan di wilayahnya. 4. Perkembangan Modal Usaha Sampai dengan bulan Desember 2014 perkembangan modal usaha gapoktan mencapai sebesar Rp. 3.628.379.000,- atau mengalami peningkatan sebesar Rp. 295.611.000,- (12,24%) dari modal awal sebesar
Rp. 3.232.768.000,-, melihat perkembangan modal kinerja
Penguatan – LDPM maka perlu lebih ditingkatkan sarana dan prasarana gapoktan sehingga mencapai hasil yang lebih baik dalam melakukan usaha taninya pada saat penanganan pasca panen. Sedangkan tambahan modal sebesar Rp. 1.575.000.000,- untuk 21
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
69
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 gapoktan
tahap
pengembangan
tahun
2012
belum
diketahui
perkembangannya karena pencairan dana dilaksanakan pada bulan September – November 2014, dimana pada bulan tersebut bukan merupakan musim panen padi sehingga tidak ada aktivitas yang dilakukan oleh gapoktan terhadap tambahan dana tersebut. b. Perkembangan 2013.
pelaksanaan
Penguatan
LDPM
Tahun
a. Pencairan dan penggunaan dana Bansos. Alokasi dana Bansos Penguatan-LDPM Tahap Pengembangan tahun 2013 sebesar Rp. 1.050.000.000,- sesuai Rencana Usaha Gapoktan (RUG) penggunaanya dapat dirinci sebagai berikut :
Sebesar Rp. 275.000.000,- atau 26,19% dari alokasi dana Bansos digunakan
untuk
pembangunan/renovasi
gudang
sarana
penyimpanan Gapoktan;
Sebesar Rp. 666.130.000,- atau 63,44% dari alokasi dana Bansos digunakan untuk distribusi/pengolahan pangan;
Unit usaha cadangan pangan mendapat alokasi sebesar
Rp.
108.870.000,- atau 10,37% dari alokasi dana Bansos. Untuk
pencairan
tahap
pengembangan
tahun
2014
sebesar
Rp. 75.000.000,- kepada 7 gapoktan senilai Rp. 525.000.000,-, digunakan usaha distribusi/pengolahan pangan. Tabel 5 : Rencana Usaha Gapoktan (RUG) dan tambahan modal Gapoktan Tahun 2013 No
Kabupaten
Gapoktan
Rencana Usaha Gapoktan Gudang
Distribusi
Cadangan
2013
Tambahan modal 2014
1
Bondowoso
Mitra Tani
40.000
90.000
20.000
75.000
2
Kediri
Gemat
40.000
95.000
15.000
75.000
3
Nganjuk
Karya Makmur
40.000
95.000
15.000
4
Situbondo
40.000
92.500
17.500
5
Blitar
40.000
100.000
10.000
Pecinan Jaya Mawar Bersemi
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
75.000 75.000 75.000
70
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
No
Kabupaten
Rencana Usaha Gapoktan
Gapoktan
6
Malang
Karya Mandiri Sejahtera
7
Trenggalek
Tani Makmur
Jumlah
Tambahan modal
Gudang
Distribusi
Cadangan
35.000
95.000
20.000
75.000
40.000
98.630
11.370
75.000
275.000
666.130
108.870
525.000
b. Akumulasi pembelian gabah/beras/jagung hingga posisi Desember 2014. Pembelian gabah/beras/jagung yang sudah dilakukan oleh unit usaha distribusi/pengolahan pangan Gapoktan Tahap Pengembangan sampai dengan bulan Desember 2014 sekitar 5,74 kali putaran dari modal awal di unit ini. Nilai total pembelian yang sudah dilakukan mencapai
Rp.
3.850.750.000,-
dimana
sejumlah
nilai
tersebut
digunakan untuk melakukan pembelian dengan rincian sebagai berikut: GKP : 914,29 ton senilai Rp. 3.667.363.000, Beras
:
Jagung :
41,45 ton
3,35
Jumlah
ton
senilai Rp.
senilai Rp.
27.637.000,-
125.770.000,-
Rp. 3.850.750.000,-
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik, prosentase pembelian terbesar Gapoktan Tahap Pengembangan tahun 2013 ini didominasi dalam bentuk GKP sebesar 96% dari total pembelian
Gapoktan.
Pembelian
JUMLAH PEMBELIAN OLEH GAPOKTAN TAHAP PENGEMBANGAN TH. 2013
dalam bentuk GKP yang cukup besar ini menunjukkan bahwa Gapoktan Tahap melakukan
Pengembangan
dalam
pembelian
banyak
menyerap gabah milik anggota, yang
0% 4% GKP GKG Beras Jagung 96%
biasanya dijual dalam bentuk kering
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
71
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 panen. Pembelian dalam bentuk beras dilakukan secara pada saat gabah kering panen sudah habis. Sementara itu, tidak ada pembelian dalam bentuk GKG dan pembelian jagung oleh hanya sebesar 4% dari total pembelian oleh di unit usaha distribusi/pengolahan pangan. c.
Akumulasi dan pemanfaatan cadangan pangan. Pengadaan yang sudah dilakukan oleh unit usaha cadangan
pangan
Gapoktan
Tahap
Pengembangan
sampai
dengan
bulan
Desember 2014 terbilang sangat kecil, karena ada beberapa Gapoktan yang masih belum memanfaatkan dana di unit usaha cadangan pangan untuk pengadaan cadangan pangan. Jumlah pembelian gabah dalam pengembangan cadangan pangan adalah sebesar 20,64 ton senilai Rp. 91.546.000,Dari total pembelian tersebut disalurkan kembali kepada anggota kelompok dan dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi dalam menghadapi musim paceklik, total penyaluran pada tahun 2014 berupa gabah sebesar 2,82 ton. Apabila dilihat dari pembelian, total penyaluran
gabah/beras
menunjukkan
bahwa
sangat
anggota
kecil
hanya
gapoktan
13,66%
kurang
hal
ini
memanfaatkan
cadangan pangan dalam menghadapi musim paceklik. Sedangkan sisa stok yang tersisa pada gudang cadangan pangan Penguatan – LDPM berupa gabah sebesar 17,82 ton. Sisa stok yang dimiliki unit usaha cadangan pangan tersebut disimpan sebagai upaya untuk mengantisipasi apabila ditemui indikasi kekurangan pangan di wilayahnya. d. Perkembangan modal usaha Sampai dengan bulan Desember 2014 perkembangan modal usaha gapoktan
mencapai
sebesar
Rp.
822.244.000,-
atau
mengalami
peningkatan sebesar Rp. 47.244.000,- (6,12%) dari modal awal sebesar Rp. 775.000.000,-, melihat perkembangan modal kinerja Penguatan –
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
72
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 LDPM maka perlu lebih ditingkatkan sarana dan prasarana gapoktan sehingga mencapai hasil yang lebih baik dalam melakukan usaha taninya pada saat penanganan pasca panen. Sedangkan tambahan modal
sebesar
Rp.
525.000.000,-
untuk
7
gapoktan
tahap
pengembangan tahun 2013 belum diketahui perkembangannya karena pencairan dana dilaksanakan pada bulan September – November 2014, dimana pada bulan tersebut bukan merupakan musim panen padi sehingga tidak ada aktivitas yang dilakukan oleh gapoktan terhadap tambahan dana tersebut. c.
Perkembangan pelaksanaan Penguatan LDPM Tahun 2014.
a.
Pencairan dan penggunaan dana bansos. Alokasi dana Bansos Penguatan-LDPM Tahap Penumbuhan
tahun
2014
sebesar
Rp.
900.000.000,-
sesuai
Rencana Usaha
Gapoktan (RUG) penggunaanya dapat dirinci sebagai berikut :
Sebesar Rp. 235.000.000,- atau 26,11% dari alokasi dana Bansos digunakan untuk pembangunan/renovasi sarana penyimpanan (gudang) Gapoktan;
Sebesar Rp. 570.000.000,- atau 63,33% dari alokasi dana Bansos digunakan untuk distribusi/pengolahan pangan;
Unit usaha cadangan pangan mendapat alokasi Rp. 95.000.000,atau 10,56% dari alokasi dana Bansos. Tabel 6 : Rencana Usaha Gapoktan (RUG) Tahun 2013
No
Kabupaten
1
2014 Gresik
2
Nganjuk
3 4 5
Lumajang Bondowoso Ponorogo
Gapoktan
Kertosono Tani Subur Makmur Gonorejo Tani Makmur Mulya Tani
Rencana Usaha Gapoktan Gudang Distribusi Cadangan 40.000
90.000
20.000
40.000
95.000
15.000
35.000 40.000 40.000
100.000 90.000 95.000
15.000 20.000 15.000
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
73
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
No 6
Kabupaten Madiun Jumlah
Gapoktan Kali Gunting
Rencana Usaha Gapoktan Gudang Distribusi Cadangan 40.000 100.000 10.000 235.000 570.000 95.000
b. Akumulasi dana bansos pada kegiatan unit usaha distribusi dan unit cadangan pangan hingga posisi bulan Desember 2014. Pencairan tahap I bulan Agustus 2014 digunakan untuk pembangunan gudang cadangan pangan sedangkan pencairan tahap II pada bulan September digunakan untuk distribusi/pemasaran dan cadangan pangan setelah tersedianya gudang cadangan pangan. Sampai dengan bulan Desember 2014 gapoktan belum memanfaatkan dananya untuk pembelian maupun penjualan karena pencairan dana bansos dilakukan pada bulan September 2014 dimana pada bulan tersebut masa panen raya sudah berakhir. 3.2.2.4. Peningkatan Akses Pangan Masyarakat Kemampuan masyarakat mengakses pangan yang cukup adalah salah satu prasyarat mutlak bagi terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Salah satu tanggung jawab setiap otoritas pemerintahan, baik nasional, provinsi, kabupaten/kota, hingga ke tingkat desa adalah memfasilitasi setiap orang dan rumah tangga di wilayahnya dapat mengakses pangan yang cukup setiap hari, dan menghindarkannya dari masalah kerawanan pangan. Akses pangan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam rumah tangga secara periodik dapat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup melalui kombinasi cadangan pangan mereka dan hasil dari rumah/pekarangan sendiri, pembelian, barter, pemberian, pinjaman dan bantuan pangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
akses
pangan
masyarakat adalah
kemampuan
memproduksi pangan masyarakat setempat atau keswasembadaan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
74
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 pangan, kondisi infrastruktur dasar seperti jalan, pasar, sarana dan prasarana transportasi darat maupun air yang dikaitkan dengan kebutuhan
untuk
berproduksi
maupun
untuk
meningkatkan
kualitas hidup. Selain itu, akses pangan masyarakat dipengaruhi pula oleh aspek ekonomi maupun aspek sosial yang dapat dirinci menjadi 7 (tujuh)
indikator
yang
menggambarkan
masyarakat terhadap pangan,
kemampuan
akses
yaitu : (1) Konsumsi normatif
terhadap ketersediaan bersih pangan pokok; (2) Persentase desa yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda 4; (3) Persentase desa yang tidak memiliki pasar dan jarak terdekat ke pasar > 3 km; (4) Persentase penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan;
(5)
Persentase penduduk yang bekerja < 36 jam per minggu; (6) Product Domestic Regional Bruto (PDRB) ekonomi kerakyatan per kapita; dan (7) Persentase penduduk yang tidak tamat SD. Salah satu upaya untuk mengatasi akses pangan melalui pengembangan akses pangan tingkat rumah tangga, mengingat bahwa permasalahan utama akses pangan adalah aspek ekonomi dimana daya beli masyarakat terhadap pangan masih rendah. Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur melaksanakan kegiatan Pengembangan Akses Pangan di Tingkat Rumah Tangga untuk menangani akses pangan yang rendah dengan melibatkan masyarakat secara aktif. Disamping itu diperlukan upaya terpadu instansi terkait berupa penguatan modal usaha secara berkelompok, dukungan infrastruktur
ekonomi
yang
tangguh
dan
memihak
kepada
kepentingan masyarakat, serta pendampingan dan bimbingan guna mendorong usaha perbaikan kedepan.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
75
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Dari hasil analisis dan pemetaan akses pangan di Jawa Timur, terdapat 3 kabupaten yang dikatagorikan Prioritas 1 yaitu Kabupaten Sampang, Prioritas 2 Kabupaten Bangkalan dan Prioritas 3 Kabupaten Pamekasan, Proboliggo, Bondowoso, Sumenep dan Lamongan. Dalam rangka peningkatan akses pangan masyarakat Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, dilaksanakan melalui kegiatan Peningkatan Akses Pangan Masyarakat di 17 Desa dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Penyaluran hibah barang komoditas pangan 17 Paket. 2. Temu teknis kelompok akses pangan 3. Workshop
dan
Pelatihanan
Peningkatan
akses
pangan
masyarakat. 3.2.3. KONSUMSI PANGAN
TUJUAN 1 SASARAN 3 INDIKATOR KINERJA Skor Pola Pangan Harapan (PPH) % Jumlah Sample yang aman dikonsumsi
Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Distribusi, Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal. Meningkatkan Kualitas Konsumsi & Keamanan Pangan Target Realisasi Capaia n 2014 2010 2011 2012 2013 2014 % 82,0 76,80 79,30 80,00 80,50 81,60 99,51
75 %
87,30
97,50
82,60
82,61
83,21
110,95
Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 1 (satu) indikator kinerja yaitu kualitas dan kuantitas konsumsi pangan semakin beragam, bergizi seimbang dan amanyang ditunjukkan dengan peningkatan SKOR PPH.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
76
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 FAO-RAPA mendefinisikan PPH sebagai komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi gizi baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama.Upaya pencapaian Skor PPH didukung oleh 6 (enam) program yaitu : Program Peningkatan Kesejahteraan Petani; Program Peningkatan Ketahanan Pangan; Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan;
Program
Pengembangan
Kawasan
Agropolitan;
Program
Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan/Peternakan. Tingkat konsumsi dan kualitas pangan tahun 2014 ditunjukkan oleh keragaman konsumsi pangan penduduk yang dianalisis melalui pendekatan perhitungan Pola Pangan Harapan (Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman), yang dicerminkan dengan nilai skor PPH. Skor PPH ideal adalah 100 yang diproyeksikan akan tercapai pada Tahun 2025. Skor PPH Jawa Timur Tahun 2013 mencapai 80,5 atau 99,2% dari target yang telah ditetapkan pada Tahun 2013 sebesar 81,1 dan mengalami peningkatan dibandingkan Tahun 2012 sebesar 80. Namun demikian apabila perhitungan dilakukan secara perwilayahan maka untuk Skor PPH wilayah perkotaan Tahun 2013 sebesar 84,6 atau mencapai 104,3% sedangkan untuk wilayah perdesaan skor PPH adalah 76,3 atau 94% dari target yang telah ditetapkan pada tahun 2013 sebesar 81,1. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat diperkotaan telah semakin memahami dan mempunyai kesadaran akan pentingnya kualitas konsumsi pangan untuk hidup sehat sedangkan masyarakat perdesaan masih harus didorong melalui sosialisasi, promosi dan kegiatan lainnya yang dapat memberi wawasan dan pengetahuan untuk mengkonsumsi pangan sesuai anjuran untuk hidup sehat sesuai slogan Panganku Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA). Disamping itu kondisi ekonomi masyarakat
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
77
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 perkotaan dan perdesaan juga mempengaruhi dalam menentukan konsumsi pangan yang B2SA. Tabel ..... Skor PPH Jawa Timur Tahun 2013. No.
Uraian
Tahun 2013 Skor PPH % tase dr Target 1. Perkotaan 84,6 104,3% 2. Pedesaan 76,3 94% 3. Jawa Timur 80,5 99,2% Sumber: Susenas 2012Jawa Timur, diolah BKP Prov.Jatim, 2014. Ket : Target Skor PPH Thn 2013 = 81,1 Tabel 5. Standar Ideal PPH Nasional No
Kelompok Pangan
PPH Nas.
Konsumsi Energi KKal
Konsumsi gr/kap/hr
1. 2. 3. 4.
Bobot
Skor PPH
Padi-padian 50.0 1000 275 0.5 Umbi-umbian 6.0 120 100 0.5 Pangan Hewani 12.0 240 150 2.0 Lemak & 10.0 200 20 0.5 Minyak 5. Buah/Biji 3.0 60 10 0.5 Brminyak 6. Kacang2an 5.0 100 35 2.0 7. Gula 5.0 100 30 0.5 8. Sayur dan Buah 6.0 120 250 5.0 9. Lainnya 3.0 60 0.0 Jumlah 100 2000 Sumber : Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan BKP Deptan, 2005
25.0 2.5 24.0 5.0 1.0 10.0 2.0 30.0 0.0 100
Tabel 6a. Rata-rata Konsumsi Pangan Tingkat Rumah Tangga Penduduk Jawa Timur Tahun 2012 dan 2013 (perkapita perhari). No
Kelompok Pangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hwni Lemak& Miny Buah/biji miny Kacang2an Gula
Tahun 2012 Gr/kap Energi % /hr (KKal) AKE 280,0 1121 56,1 41,0 45 2,2 80,3 133 6,7 23,8 213 10,7 6,9 38 1,9 24,9 68 3,4 22,2 80 4,0
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2013 Gr/kap Energi % /hr (KKal) AKE 283,6 1115,6 55,8 38,9 42,7 2,1 85,0 149,3 7,5 23,7 213,2 10,7 8,0 44,2 2,2 32,4 82,7 4,1 27,2 99,1 5,0
78
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 8. 9.
Sayur & Buah Lainnya Jumlah
266,4 104,4 -
103 45 1847
5,2 2,3 92,4
228,2 57,8 -
91,0 38,1 1876
4,6 1,9 93,8
Tabel 6b. Rata-rata Konsumsi Pangan Tingkat Rumah Tangga Penduduk Jawa Timur Tahun 2013 (perkapita perhari). No
Kelompok Pangan
Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Gr/kap Energi % Gr/kap Energi % /hr (KKal) AKE /hr (KKal) AKE 1. Padi-padian 269.4 1070,4 53.5 296.5 1156,6 57.8 2. Umbi-umbian 29.1 31,6 1.6 37.5 41,3 2,1 3. Pangan Hwni 95,6 177,0 8.9 74,7 123,1 6.2 4. Lemak& Miny 24.3 218,2 10,9 23.2 208,6 10.4 5. Buah/biji miny 6.9 38,3 1,9 9.0 49,6 2.5 6. Kacang2an 33.2 84,1 4.2 31.6 81,4 4.1 7. Gula 27.4 100,0 5.0 27.0 98,5 4,9 8. Sayur & Buah 241.5 97,0 4,8 216.1 85,6 4.3 9. Lainnya 63.7 38,4 1.9 52.4 37,9 1.9 Jumlah - 1854,8 92,7 - 1882,5 94,1 Sumber : Susenas 2013 Jawa Timur, diolah BKP Prop.Jatim, 2014. Ket : Angka Kecukupan Energi (AKE) =2000 KKal/Kap/Hari Dari
tabel
diatas
menunjukkan
bahwa
pola
konsumsi
pangan
penduduk di wilayah perkotaan dan perdesaan terdapat perbedaan pada beberapa kelompok pangan terutama : padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani serta sayur dan buah. Apabila ditelaah lebih lanjut, maka dari segi komposisi
(keragaman)
tampak
untuk
perkotaan,
rata-rata
konsumsi
kelompok padi-padian sebesar 269,4 gram/kap/hrberarti lebih rendah dari standar ideal PPH sebesar 275 gram/kap/hr atau mencapai 97,96% sedangkan diperdesaan sebesar 296,5 gram/kap/hr atau 107,8% dari konsumsi standar PPH ideal sebesar 275 gram/kap/hari. Rata-rata konsumsi kelompok umbi-umbian diwilayah perkotaan sebesar 29,1 gram/kap/hr atau 29,1%, sedangkan diperdesaan sebesar 37,5 gram/kap/hr atau 37,5% dari konsumsi ideal yang dianjurkan sesuai komposisi PPH yaitu
sebesar 100 gram/kap/hr. Hal ini mengindikasikan
bahwa umbi-umbian masih dianggap sebagai komoditas inferior
baik
diperkotaan maupun diperdesaan, sehingga sangat diperlukan upaya-upaya
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
79
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 meningkatkan keberadaan umbi-umbian mulai dari budidaya sampai dengan teknologi pengolahannya
agar persediaannya cukup dan tampilannya
menarik sehingga diminati dan disukai sebagai alternatif konsumsi pangan yang mempunyai nilai sejajar dengan komoditas padi-padian. Rata-rata konsumsi kelompok pangan hewani diwilayah perkotaan sebesar 95,6 gram/kap/hr atau 63,7%, sedangkan diperdesaan sebesar 74,7 gram/kap/hr atau 49,8% dari konsumsi ideal yang dianjurkan untuk kelompok
pangan
hewani
sebesar
150
gram/kap/hari.
Hal
ini
mencerminkan bahwa konsumsi pangan penduduk baik diperkotaan maupun diperdesaan masih berada jauh dibawah
konsumsi ideal yang dianjurkan
sehingga perlu untuk ditingkatkan. Rata-rata konsumsi kelompok pangan minyak dan lemak
diwilayah
perkotaan sebesar 24,3 gram/kap/hr atau 121,5% sedangkan diperdesaan sebesar 23,2 gram/kap/hr atau 116% dari anjuran PPH ideal sebesar 20 gram/kap/hr. Rata-rata konsumsi kelompok pangan buah/biji berminyak diwilayah perkotaan sebesar 6,9 gram/kap/hr atau 69%, sedangkan diperdesaan sebesar 9,0 gram/kap/hr atau 90% dari standar konsumsi ideal yang dianjurkan untuk kelompok buah/biji berminyak sebesar 10 gram/kap/hr. Rata-rata konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan diwilayah perkotaan sebesar 33,2 gram/kap/hr atau 94,86% sedangkan diperdesaan sebesar 31,6 gram/kap/hr atau 90,29% dari konsumsi ideal yang dianjurkan untuk kelompok kacang-kacangan sebesar 35 gram/kap/hr. Rata-rata konsumsi kelompok pangan gula diwilayah perkotaan sebesar 27,4 gram/kap/hr atau 91,33%, sedangkan diperdesaan sebesar 27,0 gram/kap/hr atau 90% dari
konsumsi ideal yang dianjurkan untuk
kelompok gula sebesar 30 gram/kap/hr. Rata-rata konsumsi kelompok pangan sayur dan buah diwilayah perkotaan sebesar 241,5 gram/kap/hr atau 96,6%, sedangkan diperdesaan sebesar 216,1 gram/kap/hr atau 86,44% dari
konsumsi ideal yang
dianjurkan untuk kelompok sayur dan buah sebesar 250 gram/kap/hr.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
80
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Rata-rata jumlah konsumsi jenis bahan pangan per kapita per tahun yang diuraikan dari kelompok bahan pangan dengan pendekatan PPH untuk Tahun 2013 adalah sebagai berikut : Tabel 7.
No. 1.
2.
3.
4.
5. 6.
7. 8.
Uraian Rata-Rata Jenis Konsumsi Pangan Penduduk Jawa Timur Tahun 2013 berdasarkan pendekatan PPH Kelompok Pangan
Konsumsi (Kg/Kap/Tahun) 2013
Padi-padian a. Beras b. Jagung c. Terigu Umbi-umbian a. Ubi kayu b. Ubi Jalar c. Sagu d. Kentang e. Umbi lainnya Pangan Hewani a. Daging ruminantia b. Daging unggas c. Telur d. Susu e. Ikan Minyak & Lemak a. Minyak kelapa b. Minyak Lainnya c. Margarine Buah/Biji minyak a. Kelapa b. Kemiri Kacang-kacangan a. Kedele b. Kacang tanah c. Kacang hijau d. kacang lainnya Gula a. Gula pasir b. Gula merah Sayur dan Buah a. sayur b. Buah
103,52 89,38 4,24 9,89 14,19 9,25 3,04 0,98 0,80 0,12 31,02 1,88 4,72 8,33 1,88 14,21 8,65 0,74 7,79 0,12 2,94 2,49 0,45 11,83 11,20 0,38 0,19 0,06 9,93 9,79 0,14 83,29 58,21 25,08
Sumber :Susenas 2013 Jawa Timur, diolah BKP Prov.Jatim, 2014.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
81
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 a. Kelompok padi-padian terdiri dari : beras, jagung dan terigu dengan jumlah konsumsi untuk kelompok padi-padian
adalah
sebesar 103,51 Kg/Kap/Tahun.Secara
terinci urutan yang dikonsumsi penduduk adalah : beras (beras lokal, pangan olahan
tepung beras, dll)sebesar 89,38 Kg/Kap/Tahun, disusul
tepung terigu sebesar 9,89 Kg/Kap/Tahun dan jagung sebesar 4,24 Kg/Kap/Tahun. Konsumsi Kelompok Padi-padian masih didominasi oleh beras sehingga untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu bahan pangan pokok maka Jawa Timur mempunyai target penurunan konsumsi beras
sebesar
1,5%
per
tahun
penganekaragaman konsumsi pangan
dengan
mendorong
peningkatan
lokal sumber karbohidrat lainnya
seperti jagung dan umbi-umbian. b. Kelompok umbi-umbian terdiri dari : ubi kayu, ubi jalar, sagu, kentang dan umbi lainnya dengan jumlah konsumsi kelompok umbi-umbian adalah sebesar 14,19 Kg/Kap/Tahun. Pada kelompok ini jenis umbi-umbian ubi kayu/singkong menempati urutan teratas yang dikonsumsi yaitu sebesar 9,15 Kg/Kap/Tahun, disusul ubi jalar, sagu, umbi lainnya dan kentang. Secara umum konsumsi umbi-umbian masih sangat rendah yaitu baru sebesar 38,9% dari standar PPH ideal yang diharapkan. Oleh karena itu umbi-umbian sangat penting untuk dibudidayakan secara berkelanjutan dan dimasyarakatkan, mengingat umbi-umbian adalah pangan lokal yang mempunyai potensi cukup besar sebagai substitusi bahan pangan pokok sumber karbohidrat selain beras. c. Kelompok Pangan Hewaniterdiri dari : daging ruminantia, daging unggas, telur, susu dan ikan dengan total
jumlah konsumsi untuk kelompok
pangan hewani adalah sebesar 31,02 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : telur sebesar 8,33 Kg/Kap/Tahun, daging
unggas
sebesar
4,72
Kg/Kap/Tahun,
ikan
sebesar
14,21
Kg/Kap/Tahun dan daging ruminantia sebesar 1,88 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok pangan hewani masih sebesar 56,6% dari standar PPH ideal.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
82
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 d. Kelompok Minyak dan lemak terdiri dari : minyak kelapa, minyak lainnya dan margarin dengan total
jumlah konsumsi untuk kelompok
minyak dan lemak adalah sebesar 8,65 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : minyak lainnya sebesar 7,79 Kg/Kap/Tahun, minyak kelapa sebesar 0,74 Kg/Kap/Tahun dan margarin sebesar 0,12 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok minyak dan lemak mencapai 118,5% atau melebihi standar PPH ideal. e. Kelompok Buah/Biji Berminyak terdiri dari : kelapa dan kemiri dengan total
jumlah konsumsi untuk kelompok buah/biji berminyak adalah
sebesar 2,94 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : kelapa sebesar 2,49 Kg/Kap/Tahun dan kemiri sebesar 0,45 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok buah/biji berminyak sebesar 80% dari standar PPH ideal. f. Kelompok Kacang-kacangan terdiri dari : kedele, kacang tanah, kacang hijau dan kacang lainnya dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok kacang-kacangan
adalah
sebesar
11,83Kg/Kap/Tahun.Secara
urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : kedele
terinci
sebesar 11,20
Kg/Kap/Tahun, kacang tanah sebesar 0,38 Kg/Kap/Tahun, kacang hijau sebesar
0,19
Kg/Kap/Tahun
dan
kacang
lainnya
sebesar
0,06
Kg/Kap/Tahun.. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok kacang-kacangan mencapai 92,57% atau hampir mendekati standar PPH ideal. g. Kelompok Gula terdiri dari : gula pasir dan gula merah dengan total jumlah
konsumsi
untuk
kelompok
gula
adalah
sebesar
9,93
Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : gula pasir
sebesar 9,79 Kg/Kap/Tahun dan gula merah sebesar 0,14
Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok gula mencapai 90,66% dari standar PPH ideal. h. Kelompok Sayur dan Buah terdiri dari : sayuran dan buah-buahan dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok sayur dan buah adalah
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
83
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 sebesar 83,29 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : sayuran sebesar 58,21 Kg/Kap/Tahun dan buahbuahan sebesar 25,08 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok sayur dan buah sebesar 91,28% dari standar PPH ideal. Kualitas Konsumsi Pangan berbasis Pola Pangan Harapan (PPH)
TUJUAN
SASARAN
INDIKATO SATU TARGE REAL CAPI R AN T S AN KINERJA % 1. 3. Meningkatk - Skor Pola Skor 82,0 81.6 99,51 Meman an Kualitas Pangan tapkan dan Konsumsi & Harapan Mengemba Keamanan (PPH) ngkan Pangan Ketersediaa n, Distribusi dan Konsumsi berbasis sumberdaya lokal Capaian skor PPH Tahun 2014 sebesar 81,6 terjadi peningkatan dibanding tahun sebelumnya namun masih dibawah target yang ditetapkan. Hal ini disebabkan penurunan konsumsi padi-padian tidak diimbangi dengan adanya kenaikan konsumsi dari kelompok pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah-buahan. Tabel 5. Skor PPH Nasional dan Provinsi Jawa Timur Th. 2014. No
Kelompok Pangan
1 2 3
Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani
4
Minyak dan lemak
5
Buah/biji
Skor PPH Nasional Skor PPH Prov. Jatim Kalor Skor Kalor % Skor Skor % i PPH i AKE AKE Max 1.16 58, 1.10 55, 25 28 25,0 7 4 7 3 40 2 1 47 2,4 1,2 2,5 165 8,2 16,5 157 7,8 15,7 24,0 10, 10, 212 5 213 5,3 5,0 6 7 30 1,5 0,7 44 2,2 1,1 1,0
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Skor PPH 25,0 1,2 15,7 5,0 1,0
84
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
6 7 8 9
berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain
54 70 80 35 1.85 3
2,7 3,5 4 1,7 92, 6
5,4 1,8 20 0 75,4
83 99 92 38 1.88 1
4,2 5,0 4,6 1,9 94, 1
8,3 2,5 22,9 0
10,0 2,5 30,0 0,0 100, 0
84,7
8,3 2,5 22,9 0,0 81,6
Dalam rangka Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan telah ada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Langkah operasional perlu dilakukan terus menerus dan berkelanjutan melalui proses internalisasi dan pengembangan industri pangan lokal meliputi kegiatan Advokasi, Kampanye, Promosi, Pendidikan non Formal, Penyuluhan, Pemanfaatan Pekarangan, Fasilitasi, Penerapan standart Mutu dengan sasaran anak-anak usia sekolah, TP-PKK, Pengusaha pangan, Kelompoktani, Kelompok Wanita, Guru dan Masyarakat luas. Tabel 6 :Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun 2009-2014. No.
Kelompok Bahan Pangan
Konsumsi Energi (Kkal/Kap/Hr) 2009
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Padian-padian
1.159,3
1.141,0
1.103,7
1.121,4
1.115,6
1.106,8
2.
Umbi-Umbian
45,1
42,6
87,0
44,9
42,7
47,3
3.
Pangan Hewani
119,3
124,7
155,4
133,2
149,3
156,9
185,2
195,5
197,6
213,1
213,2
213,4
42,9
40,9
39,2
37,5
44,2
44,2
85,4
84,0
81,1
67,8
82,7
83,2
4. 5. 6.
Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang Kacangan
7.
Gula
93,8
90,5
89,6
80,1
99,1
99,2
8.
Sayuran dan Buah
84,9
83,0
82,5
103,4
91,0
91,8
9.
Lain-Lain
40,9
42,0
42,0
45,4
38,1
38,2
1.856,7
1.844,1
1.878,4
1.846,9
1.875,9
1.881,1
75,7
76,9
79,6
80,0
80,5
81,60
Total Skor PPH
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
85
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Dalam rangka mendukung pencapaian skor Pola Pangan Harapan tersebut dilaksanakan program/kegiatan meliputi : 1. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Mengingat tingginya laju pertumbuhan penduduk Jawa Timur (0,76%), menyebabkan kompleksnya permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan
pangan.
Sementara
kapasitas
produksi
pangan
pertumbuhannya masih lambat dan stagnan yang disebabkan adanya kompetisi
dalam pemanfaatan
sumber daya lahan
dan
air serta
stagnannya pertumbuhan produktifitas lahan dan tenaga kerja pertanian. Program
Percepatan
Penganekaragaman
Pangan
kegiatan
Pengembangan pangan lokal dan tradisional merupakan salah satu intervensi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan alternatif masyarakat Jawa Timur, mengingat konsumsi pangan penduduk Jawa Timur masih didominasi oleh kelompok pangan serealia terutama beras yang diharapkan dapat menurunkan konsumsi beras masyarakat Jawa Timur dan beralih ke umbi-umbian, mengingat potensi umbi-umbian di Jawa Timur cukup banyak dan tersebar di berbagai kabupaten/kota. Sedangkan konsumsi jagung, ubi kayu, ubi jalar dan umbi lainnya cenderung mengalami fluktuasi. Upaya untuk meningkatkan konsumsi umbi-umbian
dengan
penggunaan
teknologi
tepat
guna
dan
mensosialisasikan program diversifikasi pangan dan gizi guna masyarakat tidak bergantung pada beras dan terigu, serta untuk meningkatkan apresiasi
masyarakat
terhadap
produk
pangan
olahanguna
menumbuhkan minat dan kecintaan untuk mengkosumsi pangan lokal. Senyampang dengan kondisi diatas, maka dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan ketrampilan masyarakat dalam pengembangan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman ( B2SA) yang berbasis sumberdaya lokal, serta
menurunkan tingkat konsumsi beras penduduk dengan sasaran
seluruh masyarakat Jawa Timur,maka telah dilaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut :
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
86
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 a.
Sosialisasi Kantin Sekolah Sehat berbasis pangan lokal se Jawa Timur, Guna meningkatkan pemahaman pentingnya berbagai jenis makanan jajanan yang terbuat dari bahan pangan lokal dan tradisional
yang
membahayakan
bebas
dari
bahan
jika
dikonsumsi,
tambahan
pangan
disamping
yang
menambah
pengetahuan/wawasan dan memberikan pembekalan peserta dalam mengelola bantuan hibah yang berupa peralatan dan bahan pangan untuk kantin sekolah. Adapun sasarannnya adalah Kepala Sekolah, Guru , Pengelola kantin sekolah dan petugas Institusi Ketahanan Pangan di 15 Kabupaten sebanyak 78 orang. Realisasi fisik tercapai 100%. b. Sosialisasi konsumsi pangan B2SA bagi Guru se Jawa Timur. Untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis sumber daya lokal, kepada para pelaku pendidikan/perguruan dan petugas Ketahanan Pangan Kabupaten/kota di 38 kabupten/Kota se Jawa Timur sebanyak
131 orang.
Realisasi pelaksanaan sosialisasi
tercapai 100%. c.
Pemasyarakatan Teknologi MP-ASI, BUMIL dan BUSUI . Penyebarluasan
penganekaragaman
konsumsi
pangan
pada
masyarakat, yang Beragam Bergizi Seimbang Dan Aman (B2SA) berbasis pangan lokal dan mempersiapkan peserta sebagai calon penerima stimulan berupa Bantuan Hibah Peralatan dan Bahan Pangan Lokal bagi MP-ASI, BUMIL dan BUSUI.Keluarannya adalah tersalurnya bantuan hibah peralatan bagi Taman Posyandu sesuai dengan sasaran, sebanyak 75 orang terdiri dari Ketua/Kader Posyandu sebanyak 60 orang dan petugas Ketahanan Pangan Kab/Kota 15 orang. Realisasi fisik mencapai 100%. d. Pertemuan penyamaan
Apresiasi persepsi
kabupaten/kota
di
Pengembangan tentang Jawa
Karangkitri
kegiatan
Timur
,
Karangkitri
sebanyak
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
dalam
50
rangka
pada
orang,
20 yang
87
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 dilaksanakan tanggal 20 s/d 21 Oktober 2014 bertempat di Hotel Royal Tretes View - Prigen kabupaten Pasuruan. Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan Pertemuan Apresiasi Pengembangan Karangkitri
Tahun
2014
adalah
kesamaan
persepsi
mengenai
pelaksanaan kegiatan Pengembangan karangkitri tahun 2014 di kabupaten dan kota. Realisasi fisik mencapai 100%. e.
Pelaksanaan Pekan Sarapan Nasional untuk memasyarakatkan B2SA serta
konsumsi
pangan
yang
memenuhi
standart
mutu
dan
keamanan pangan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal14-20 Pebruari sebagai Pekan Sarapan Nasional (PESAN) dengan tujuan mulia untuk selalu mengingatkan dan mendorong masyarakat agar melakukan kebiasaan sarapan sehat setiap hari sebagai bagian dari upaya mewujudkan gizi seimbang. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Ketahanan
Pangan
Provinsi
Jawa
Timur
melalui
Bidang
Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan dengan dana APBD Tahun 2014 telah menyelenggarakan kegiatan Pekan Sarapan Naional pada Sekolah Dasar di Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya. Dengan Sasaran siswa siswi SDN sebanyak 550 anak, dan terealisasi 100%. f.
Pengembangan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) berbasis sumberdaya lokal untuk Balita gizi kurang. Terealisasi 100%.
g.
Pemberian Hibah kepada Taman Posyandu @ Rp. 40 Juta/Kab di 38 Kabupaten/Kota sebesar Rp. 1.520.000.000,-, hibah berupa Bantuan Peralatan berupa Statur Meter, Alat Peraga, Kompor gas, Regulator Tabung, Blender dan mangkok dan Bahan Pangan berupa Gula pasir,Kacang Hijau, Susu Kental Manis, Tepung Beras Merah, Mentega, Tepung Maizena dan Agar-Agar bagi Taman Posyandu sebanyak 190 kelompok, terealisasi 187 kelompok, dan 3 kelompok mengundurkan diri yaitu 2 kelompok Taman Posyandu Jember dan 1 kelompok Taman Posyandu Kota Surabaya.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
88
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 h. Pemberian Hibah kepada Kantin Sekolah Sehat, kegiatan hibah berupa bantuan peralatan dan bahan pangan bagi Kantin Sekolah sehat berbasis pangan lokal di 15 Kabupaten, yaitu : Tulungagung, Sidoarjo, Ngawi, Magetan, Sampang, Kediri, Situbondo, Probolinggo, Ponorogo,
Madiun,
Nganjuk,
Tuban,
Gresik,
Pamekasan
dan
Lumajang, di 15 Kantin sebesar Rp. 825.000.000,- masing-masing 1 kantin mendapatkan bantuan sebesar Rp. 45.000.000,- s/d Rp. 60.000.000,-. Bantuan Hibah peralatan berbentuk Lemari es, kompor gas, regulator, tabung, etalase, blender, macig com, mangkok, sendok, sedangkan bahan pangan berupa Beras Cerdas, gatot instant, tiwul instant, tepung maizena, tepung mocav, agar-agar, kacang hijau, kedele, tepung tapioka. Realisasi fisik 100%. i.
Pemberian Hibah dalam rangka Pengembangan Karangkitri, dengan nilai bantuan sebesar Rp. 4.150.000.000,- @ 50 Juta Rupiah yang diarahkan ke 83 dasawisma Desa di 20 Kab/Kota, berbentuk Saprodi berupa
: Kebun Bibit Desa/Green house, pompa air dan
kelengkapannya, pupuk kandang, pupuk organik, pupuk NPK, polybag, pipa paralon dan selang air. Bantuan hibah berbentuk benih/bibit sayuran dan buah, dan tanaman toga berupa binahong hijau, brotowali, daun, encok, daun dewa, , dll
2. Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional. Dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekargaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, Peraturan Menteri Pertanian No : 43/Permentan/OT.140/10/2009 Penganekaragaman
Pangan
tentang
Berbasis
Gerakan
Sumber
Daya
Percepatan Lokal,
yang
selanjutnya ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomeor : 71 tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, maka kita
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
89
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 harus melaksanakan percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) di Jawa Timur, maka melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan berbagai Instansi terkait, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
mengembangkan
bahan
pangan
pokok
non
beras
sumber
Karbohidrat yang di sandingkan dengan nasi dan berbahan baku lokal, dan
juga
perbaikan
mutu
konsumsi
pangan
masyarakat
melalui
penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok selain beras yang diimbangi dengan konsumsi pangan hewani serta sayur dan buah. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi setiap saat. Oleh karena itu, Program Ketahanan Pangan merupakan suatu sasaran prioritas utama nasional dibidang pertanian dan pangan. Penyediaan pangan yang cukup dengan kualitas gizi yang baik dan seimbang akan meningkatkan kualitas fisik dan kualitas fikir atau kecerdasan yang merupakan unsur kualitas manusia yang tangguh. Hasil pertanian termasuk bahan pangan lokal seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, suweg, bentul, ganyong dan sebagainya mempunyai sifat cepat membusuk. Untuk menjaga agar pada musim panen raya hasil panen tidak cepat membusuk dan harga tetap setabil, maka perlu dilakukan pengolahan
penanganan pangan
pasca
yang
panen
sangat
yang
beragam
tepat,
dengan
misalnya
teknik
perebusan,
pengukusan, pemanasan, fermentasi, pembuatan tepung, dan sebagainya tergantung dari tujuan akhir yang diinginkan sehingga dapat dibuat berbagai macam penganekaragaman pangan. Penganekaragaman pangan adalah usaha untuk menyediakan berbagai ragam produk pangan baik dalam jenis maupun bentuk. Dilain sisi, makanan tradisional yang menjadi ciri khas suatu daerah harus diperhatikan dan ditingkatkan mutunya dengan peningkatan pengemasan dan penyajiannya agar dapat bersaing dengan makan impor. Maka dari itu, pada Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
90
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 melaksanakan
kegiatan
Workshop
Pengembangan
Jaringan
Usaha
Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal. Tujuan Meperluas jaringan para pengusaha pangan olahan berbahan baku lokal sehingga dapat memperlancar usaha mulai dari Penyedian bahan baku, proses produksi, kerja sama antar produsen sampai dengan jaringan pemasaran. Sasaran Pengusahapangan
olahan
berbahan
baku
lokal
yang
ada
di
19
Kabupaten/Kota, di Jawa Timur. Keluaran 1. Berkembangnya jaringan usaha pada 73 kelompok usaha pangan olahan di Jawa Timur. 2. Meningkatnya kelancaran proses produksi dan pemasaran produk pangan olahan. Pagu
anggaran
Pengembangan
Usaha
Pangan
Lokal
dan
Tradisionalsebesar Rp. 1.500.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 1.447.568.225,- atau 96,50%. Penurunan konsumsi beras merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan ketahanan pangan. Dengan adanya Program Percepatan Penganekaragaman Pangan, kita dapat menurunkan konsumsi beras masyarakat Jawa Timur dan beralih ke umbi-umbian. Mengingat potensi umbi-umbian di Jawa Timur cukup banyak dan tersebar di berbagai kabupaten/kota. Pada tahun 2014 konsumsi beras mengalami penurunan 1,5 kg/kap/th atau sebesar 89,0 kg/kap/th dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 89,38 kg/kap/th, dan dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 90,5 kg/kap/th sedangkan konsumsi jagung, ubi kayu, ubi jalar dan umbi
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
91
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 lainnya cenderung mengalami peningkatan (Data diolah oleh BKP Jatim), seperti pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 : Perubahan konsumsi kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian di Jawa Timur tahun 2011-2014. No. Kelompok/Komoditas 2012 2013 2014 1 Padi-padian 90,5 89,38 89,0 - Beras 3,6 4,22 4,24 - Jagung 2 Umbi-umbian 8,32 8,42 10,89 - Ubi kayu 1,2 1,54 1,89 - Ubi Jalar 0,0 0,98 1,27 - Sagu 0,03 0,03 0,04 - Kentang P 0,10 0,12 0,16 - Umbi lainnya e Sumber : Data Olahan BKP Jawa Timur. nyebab menurunnya konsumsi beras disebabkan adanya upaya-upaya untuk
meningkatkan
konsumsi
umbi-umbian
dengan
penggunaan
teknologi tepat guna dan mensosialisasikan program diversifikasi pangan dan gizi sehingga masyarakat tidak bergantung pada jenis pangan pokok beras dan terigu. Dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat terutama untuk pengusaha pangan olahan (UMKM) pangan lokal, guna menumbuhkan minat dan kecintaan masyarakat untuk mengkosumsi pangan lokal dilakukan berbagai kegiatan yaitu : Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional telah disalurkan bantuan Hibah alat pengolahan pangan olahan sebanyak 60 paket dengan nilai per paket sebesar Rp. 6.000.000,-, dengan total
Rp.
360.000.000,- setelah PAK ada perubahan 33 paket dengan nilai Rp. 10.000.000,-/paket, menjadi Rp. 330.000.000.- secara keseluruhan anggaran menjadi
Rp. 690.000.000,- untuk sasaran 93 Kelompok.
Realisasi pelaksanaan bantuan hibah berupa mesin penepung, perajang ubi, mesin pemarut dan Kelompok Kabupaten
continuous sealer, telah di salurkan ke 33
Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan yaitu
Kabupaten
Probolinggo,
tradisional, di 11
Lamongan,
Sumenep,
Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Ngawi, Jombang, Tuban, Bojonegoro dan Pasuruan masing-masing kelompok mendapatkan 1 paket, senilai
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
92
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Rp. 9.900.000,-, total bantuan
hibah sebesar Rp. 326.700.000,-
atau
terealisasi 99 %. Dan fisik 100%, sebagaimana tabel 2 dibawah ini. Tabel 2.
NO 1
Daftar penerima bantuan hibah alat Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional Badan Ketahanan Pangan Tahun 2014.
NAMA KELOMPOK
KETUA KELOMPOK
ALAMAT
NAMA ALAT
JUMLAH
NILAI/Rp.
2
3
4
5
6
7
PENGEMBANGAN USAHA PANGAN LOKAL DANTRADISIONAL 1
KT. SUMBER MAKMUR I
SYAFI'I
2.
KT. SEJAHTERA I
JARWONO
3.
KT. SUKA MAJU
SUJONO ARDI
4.
KELOMPOK SUBUR ALAMI
MUASEH
5.
KELOMPOK MADU ASRI
UMIYATI
6.
KEL. SUMBER MANDIRI
SENIOK ISWATI
7.
KWT. IDAMAN HATI
SITI AMSARIYAH
8.
KEL. PASCA KARYA I
RISNO HAJAR
9.
KT. TUNAS MUDA
SUPARMIN
10.
KOP. SELERA RASA
HANAWI
Ds. Wedusan, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo Ds. Pesawahan, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo Ds. Andungsari, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo Ds. Klagen Srampat, Kec. Maduran, Kabupaten Lamongan Ds. Maduran, Kec. Maduran, Kab. Lamongan Ds. Sukomalo, Kec. Kedungpring, Kabupaten Lamongan Ds. Kalimo'ok, Kec. Kalianget, Kab. Sumenep Ds. Lanjuk, Kec. Manding, Kab. Sumenep Ds. Gedungan, Kec. Batuan, Kab. Sumenep Ds. Palengaan Laok, Kec. Palengaan, Kab.
Mesin Penepung
1 paket
Mesin Penepung
1 paket
Mesin Penepung
1 paket
Mesin Penepung
1 paket
Mesin Penepung
1 paket
Mesin Penepung
1 paket
Perajang Ubi
1 paket
Perajang Ubi
1 paket
Perajang Ubi
1 paket
Perajang Ubi
1 paket
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
93
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Pamekasan
11.
KELOMPOK HAL HAF
ALI RIDO
12.
KEL. TERANG BULANG
NASRIFAH
13.
KT. KARYA BAKTI
ARISTIKA JULI ASTUTI
14.
KT. NGUDI RAHAYU II
SUPARNA
15.
KWT. SRI REJEKI
SUN JUNIATUN
16.
KTW. RUMPUT LAUT
Hj. RAHMAH
17.
KU. POTRE TANE
SULEHA
18.
KWT. KENANGA
MESNA
19.
KEL. MEKAR SARI
WAHYU SULISTINI
20.
KUOM. BANGKIT BERSAMA
SISWANTO
21.
KT. AMONG TANI I
SUKARYANT O
22.
KWT. SEKAR GAYAM
ERNA YULIA
23.
KWT. MAWAR
TUNIK
Desa Bendungan, Kec. Pakong, Kab.Pamekasa n Ds. Waru Barat, Kec. Waru, Kab. Pamekasan Ds. Dumplengan, Kecamatan Pitu, Kab. Ngawi Ds. Kandangan, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi Ds. Jururejo, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi DS. Sepulu, Kec. Sepulu, Kab. Bangkalan Ds. Langkap, Kec. Burneh, Kab. Bangkalan Ds. Keleyan, Kec. Socah, Kab. Bangkalan Ds. Sengon, Kec.Ngambon, Kab. Bojonegoro Ds. Kanten, Kec. Trucuk, Kab. Bojonegoro Ds. Sumbang Timun, Kec. Trucuk, Kab. Bojonegoro Ds. Prambon tergayang, Kec. Soko, Kab. Tuban Ds. Pakel, Kec. Montong, Kab. Tuban
Contonuo us Sealer
1 paket
Contonuo us Sealer
1 paket
Mesin Penepung
1 paket
Mesin Penepung
1 paket
Mesin Penepung
1 paket
Perajang Ubi
1 paket
Contonuo us Sealer
1 paket
Perajang Ubi
1 paket
Mesin Pemarut
1 paket
Perajang Ubi
1 Paket
Perajang Ubi
1 Paket
Perajang Ubi
1 paket
Contonuo us Sealer
1 paket
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
94
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
24.
KWT. MAWAR PUTIH
DWI ROHJAYANTI
25.
KWT. ANGGREK
DAYATIN
26.
KWT. JAYA MAKMUR
IKA PURWATININ GSIH
KWT. CEMPAKA
SARIATI
27.
28.
29.
30.
31.
32. 33.
KW. SUMBER MUTIARA
Hj. SITI FATIMAH
KW. BUNGA MUTIARA
Hj. SAHRIYA
KW. MELATI
NIYAH
KWT. SRIKANDI
UMROTUL AMAROH
KWT. KUSUMA
ANIS FAHRUNNISA ,S.P.si. HALIMATUS SA'DIYAH,S.P di
KWT. BOUGENVIL
Ds. Simo, Kec. Soko, Kab. Tuban Ds. Sumberrejo, Kec. Purwosari, Kab. Pasuruan Ds. Karang sentul, Kec. Gondang Wetan, Kab. Pasuruan Ds. gunting, kec. Sukorejo, Kab. Pasuruan Kel. Banyuanyar, Kec. Sampang, kab. Sampang Kel. Banyuanyar, Kec. Sampang, kab. Sampang Kel. Rong Tengah, Kec. Sampang, kab. Sampang Ds. Tugu Sumberejo, Kec. Peterongan, Kab. Jombang Ds. Jombok, Kec. Ngoro, Kab. Jombang Desa Janti, Kec. Jogoroto, Kab. Jombang
Mesin Penepung
1 paket
Perajang Ubi
1 paket
Perajang Ubi
1 paket
Mesin Pemarut
1 paket
Perajang Ubi
1 paket
Continuou s Sealer
1 paket
Continuou s Sealer
1 paket
Mesin Penepung
1 paket
Mesin Penepung
1 paket
Perajang Ubi
1 paket
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000 9.900.000
Jumlah 326.700.000
Sebagai penunjang kegiatan Hibah tersebut diatas, dilaksanakan pula Pelatihan Peningkatan Produk Pangan Olahan berbahan baku lokal dan Workshop pengembangan jaringan usaha pangan olahan berbahan baku lokal untuk meningkatkan kemampuan pengusaha pangan olahan dalam meningkatkan
kualitas
dan
kuantitas
produk
olahannya
serta
memperluas jaringan usaha demi kelancaran usahanya.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
95
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Permasalahan dan upaya pemecahan masalah. 1. Produk-produk pangan olahan berbahan baku lokal kurang diminati masyarakat karena belum sepenuhnya tersentuh oleh teknologi modern seperti (pengemasan, pengolahan, standarisasi produk) serta sarana promosi. 2. Lambatnya perkembangan, penyebaran dan penyerapan teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, sosial, citra dan daya terima. 3. Belum
optimalnya
pemberian
insentif
bagi
dunia
usaha
dan
masyarakat yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal. 4. Semakin gencarnya promosi produk pangan siap saji yang sebagian besar berbahan baku tepung terigu di berbagai media baik televisi, radio, koran dll yang dapat mempengaruhi gaya hidup terutama anak-anak sekolah, sehingga pangan lokal kurang dikenal dan kurang diminati anak-anak. Solusi terhadap permasalahan : 1. Pengembangan inovasi teknologi pengolahan pangan lokal yang mempunyai nilai gizi, ekonomi, sosial, citra dan daya terima sehingga dapat menarik minat masyarakat terhadap pangan lokal. 2. Pemberian bantuan modal kerja atau kredit lunak bagi dunia usaha pengembangan aneka produk olahan pangan lokal. 3. Sosialisasi pangan lokal kepada Siswa dan Guru SD/MI secara berjenjang dan berkesinambungan, bahwa masih banyak makanan pokok berasal dari bahan baku lokal selain beras. 4. Berbagai gerakan kegiatan yang perlu ditingkatkan/digalakkan di masyarakat antara lain : Gerakan Kampanye, Sosialisasi dam kegiatan Terpadu (dari hulu sampai dengan Hilir), meliputi budidaya pangan lokal, penanganan pasca panen, pengolahan pangan lokal dan lainnya yang dapat menunjang pengembangan produksi pangan lokal.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
96
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 3. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Agropolitan. Agropolitan merupakan konsep pembangunan wilayah berbasis pertanian yang mampu memfasilitasi perkembangan kawasan perdesaan dalam suatu hubungan desa – kota yang saling memperkuat.Kawasan Agropolitan terdiri dari Kota Pertanian dan desa-desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Di Jawa Timur, sejak 2003 hingga tahun 2014, melalui surat dukungan Gubernur telah ditetapkan lokasi pengembangan kawasan agropolitan di61 Kecamatan dari 24 Kabupaten dan 1 kota, antara lain : Kota Batu, Kab. Mojokerto, Kab. Ngawi, Kab. Banyuwangi, kab. Lumajang, Kab. Tulungagung, Kab. Bangkalan, Kab. Trenggalek, Kab. Pasuruan, kab. Pamekasan, Kab. Madiun, Kab. Ponorogo, Kab. Blitar, Kab. Pacitan, Kab Nganjuk, Kab. Probolinggo, kab. Malang, Kab. Lamongan,
Kab.
Tuban,
Kab.
Bondowoso,
Kab.
Bojonegoro,
Kab.
Jombang, Kab. Sumenep.Kab.Sampang, dan Kab.Sidoarjo. Program Pengembangan Kawasan Agropolitan (PKA) diarahkan untuk Pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2010 turut berperan aktif membangun kawasan agropolitan. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka yang ditangani adalah urusan ketahanan pangan dengan kegiatan utama yaitu melakukan pelatihan kepada pengusaha pangan olahan dan memberikan bantuan alat pengolahan pangan kepada pengusaha/UMKM yang dianggap berhak
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
97
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 melalui proses identifikasi dan verifikasi. Kedua kegiatan ini diadakan selain untuk mendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan (PKA), juga dapat menunjang penganekaragaman pangan di Jawa Timur. Pelatihan
kepada
pengusaha
pangan
olahan
bertajuk
“Pengembangan Usaha Pangan Olahan di Kawasan Agropolitan” yang diadakan pada tahun 2014 ini dilaksanakan di 25 (dua puluh lima) kab/kota yang masuk dalam kawasan agropolitan dan 4 (empat) kabupaten yang pada saat ini sedang mempersiapkan diri untuk menjadi bagian dari kawasan agropolitan. Untuk pelaksanaan di lapangan, kegiatan ini dibagi menjadi 4 (empat) tahap. Dengan demikian, akan lebih banyak kelompok usaha pengolahan pangan di tiap kabupaten yang berkesempatan memperoleh ilmu dan pengetahuan untuk meningkatkan usahanya sekaligus berpartisipasi dalam pengembangan agroindustri di kawasannya.
Berikut
kami
sampaikan
hasil
kegiatan
“Pelatihan
Pengembangan Usaha Pangan Olahan di Kawasan Agropolitan Tahun 2014” Tahap I. Pagu anggaran Program sebesar Rp. 1.550.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp.1.480.015.100 atau 95,48%. Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi pengembangan dan pemantapan kawasan agropolitan berbasis komoditas unggulan lokal yang dikembangkan melalui mata rantai agrobisnis hulu, on farm (budidaya), hilir (agroindustri) dan usaha jasa pendukungnya yang kuat dan terpadu. Untuk mendukung program telah
dilaksanakan
Kegiatan
fasilitasi
Pengembangan
Agropolitan telah disalurkan alat pengolahan pangan
Kawasan
terdiri dari ; alat
penepung, s[inner, continues sealer, oven, dan perajang ubi senilai @ Rp. 7.000.000,- kepada 45 kelompok usaha pangan olahan berbahan baku lokal di kawasan Agropolitan. Jenis alat yang dihibahkan kepada kelompok tidak hanya sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan tetapi juga sesuai dengan kebutuhan kelompok.
Dengan demikian adanya
bantuan hibah alat pengolahan pangan dapat memberkan dampak posistif pada pengemnbangan kualitas dan kuantitas produkpangan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
98
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 olahan
yang
dihasilkan.
Selanjutnya
sebagai
penunjang
kegiatan,
dilaksanakan pula pelatihan dan worskhop. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kelompok usaha maupun petugas kabupaten dalam menjalankan perannya. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Bentuk konkrit Kawasan Agropolitan yang berhasil Di dalam suatu kawasan agropolitan idealnya memiliki usaha berbasis agro yang bergerak dari hulu hingga hilir, artinya ada proses tanam yang dilanjut dengan proses pengolahan hingga pemasaran. Sehingga di dalamnya
memuat
peningkatan
nilai
tambah
pada
produk
hasil
pertanian. Beberapa kawasan yang memiliki nilai cukup baik dalam pengembangan kawasan agropolitan antara lain : Kab. Lumajang, Kab. Sidoarjo,
Kab.
agropolitan
Pasuruan,
tidak
dan
dipengaruhi
Kab.Jombang.Keberhasilan lamanya
tergabung
dalam
kawasan kawasan
agropolitan tetapi komitmen dalam PKA itu sendiri, termasuk dalam pelaporan kegiatan.
b) Pentingnya Uji konsumen pada usaha mikro kecil. Uji konsumen sangat diperlukan untuk mengetahui keinginan pasar terhadap produk yang baru dikembangkan.Ada kalanya selera kita berbeda dengan selera pasar.Karena sejatinya tujuan kita memproduksi produk pangan olahan adalah untuk dipasarkan.Oleh karena itu diupayakan produk tidak hanya menarik tetapi harus bisa diterima oleh pasar. Uji konsumen dapat dilakukan dengan cara sederhana, lebih mudahnya
menggunakan
rata-rata
scoring
penerimaan
konsumen
terhadap cita rasa, penampakan, tekstur. Panelis yang digunakan pun tidak perlu panelis terlatih, kecuali produk yang kita olah benar-benar mengunggulkan cita rasa tinggi seperti produk kopi.
c) Penggunaan bleng untuk membuat kerupuk puli Penggunaan bleng saat ini tidak dapat ditoleransi lagi. Bleng tidak lain adalah termasuk boraks dimanaapabila dikonsumsi secara terus menerus akan
menumpuk dalam tubuh, terlebih dengan dosis berlebihan akan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
99
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 menyebabkan demam, kerusakan ginjal, hingga kematian. Sebagai pengganti
fungsi
bleng
dalam
pembuatan
kerupuk
puli
tersedia
STPP.Adapun penggunaannya juga dibatasi. Permasalahan dan upaya pemecahan masalah. - Masih Rendahnya kualitas dan kuantitas produk pangan olahan kawasan agropolitan. - Kurangnya informasi pasar bagi kelompok usaha pangan lokal kawasan agropolitan . - Rendahnya modal usaha kelompok usaha pangan lokal kawasan agropolitan . Upaya Pemecahan Masalah - Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan kelompok usaha pangan olahan mulai dari ragam bahan baku dan cara penangannya, teknik pengolahan yang mengacu pada Good Manufacturing Practice. - Fasilitasi pemasaran hasil produk pangan olahan kawasan agropolitan . - Mendekatkan kelompok usaha pangan olahan kawasan agropolitan dengan perbankan. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan pengusaha pangan olahan dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan sekaligus menunjang percepatan penganekaragaman pangan.
Meningkatkan kualitas produk pangan olahan
Meningkatkan pemasaran produk pangan olahan
Sasaran 90 orang pengusaha pangan olahan di6 Kabupatendan 1 kota yang masuk dalam kawasan agropolitan yaitu Kab. Ngawi, Kab. Pamekasan, Kab. Probolinggo, Kab. Ponorogo, Kab. Pacitan, Kab. Trenggalek, dan kota Batu.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
100
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Keluaran Berkembangnya usaha pengolahan pangan olahan baik dari segi kualitas dan kuantitas produk maupun dari segi pemasarannya. 4. Pengembangan Teknologi Pangan Olahan. Pangan lokal adalah pangan baik sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal.Hasil pertanian termasuk bahan pangan lokal seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, suweg, bentul, ganyong dan sebagainya mempunyai sifat cepat membusuk. Untuk menjaga agar pada musim panen raya hasil panen tidak cepat membusuk dan harga tetap stabil, maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang tepat, dengan teknik pengolahan pangan yang sangat beragam misalnya perebusan, pengukusan, pemanasan, fermentasi, pembuatan tepung, dan sebagainya tergantung dari tujuan akhir yang diinginkan sehingga dapat dibuat berbagai macam diversifikasi produk pangan yang pada akhirnya menunjang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Melalui proses pengolahan, bahan pangan ini tidak hanya memiliki umur yang lebih panjang, tetapi juga memiliki nilai tambah. Dengan demikian akan memberikan keuntungan lebih bagi pengusaha pengolah pangan dengan proses pengolahan yang tepat/sesuai dan menguasai pasar. Dalam upaya pengembangan usaha pangan lokal dan tradisional, Badan Ketahanan Pangan secara rutin dan berkelanjutan melaksanakan perannya dalam upaya melalui kegiatan – kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas, kuantitas dan pemasaran produk pangan olahan Jawa Timur. Kegiatan yang dimaksud diantaranya meliputi pelatihan, workshop,
pembinaan
dan
pendampingan,
serta
bantuan
alat
pengolahan. Pengusaha pangan olahan sebagai ujung tombak pengembangan produk olahan berbahan lokal di Jawa Timur diharapkan partisipasinya dalam mengembangkan penganekaragaman pangan di Jawa Timur. Oleh
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
101
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 karena
itu,
kegiatan
pelatihan
yang
diselenggarakan
oleh
Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur terfokus pada pengusaha pangan olahan sebagai sasarannya. Tujuan
Mengembangkan pengetahuan pengusaha pangan olahan dalam rangka meningkatkan produksi pangan olahan baik secara kualitas dan kuantitasnya
Mendorong pengembangan usaha pangan lokal dan tradisional di Jawa Timur
Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah para Petugas Ketahan Pangan dan Pengusaha Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal di Kab. Kediri, Kab. Magetan, Kab. Situbondo, Kab. Gresik, Kab. Jember, Kota Probolinggo, kota Kediri. Kota Pasuruan, Kota malang, Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Mojokerto, dan Kota Surabaya. Keluaran Keluaran yang diharapkan yaitu meningkatnya kualitas produk olahan dan berkembangnya usaha pengolahan pangan lokal pada kelompok usaha yang berujung pada peningkatat pendapatan dan kesejahteraan kelompok usaha. Beberapa permasalahan yang dihadapi para pengusaha ini diantaranya : 1. Pemilihan proses pra-pengolahan yang tepat untuk menangani bahan baku.Detoksifikasi bahan pangan satu dengan yang lain tidaklah sama hal ini dipengaruhi oleh jenis senyawa toksik yang dikandung oleh bahan pangan. Begitu pula dengan mengatasi/mencegah reaksi browning pada bahan pangan. Seperti pada pembuatan keripik apel, penggunaan Na bisulfit akan lebih tepat. Sedangkan blansing tidaklah tepat karena akan mempengaruhi tekstur bahan baku. Berbeda
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
102
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 dengan pembuatan jus buah/ sari buah, proses blansing dapat dipergunakan sebagai tahap pra-pengolahan. 2. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan(BTM) yang kurang tepat. BTM yang ditambahkan dengan maksud untuk memperlama waktu simpan harus memperhatikan karakteristik produk pangan dan penyebab kerusakan produk pangan. Misal : Penggunaan Natrium benzoat
sesuai untuk produk seperti
kerusakannya
diakibatkan
oleh
sari buah, saus tomat yang
aktivitas
bakteri,
sebaliknya
penggunaan natrium benzoat tidak sesuai untuk produk seperti roti yang pada umumnya kerusakan terjadi karena jamur. Penggunaan bleng untuk membuat kerupuk puli adalah dilarang, sebagai penggantinya tersedia STPP.Adapun penggunaannya juga dibatasi 3. Pemilihan kemasan untuk produk pangan olahan. Selain karakteristik produk, dalam mengemas produk pangan olahan, alat pengemas yang dimiliki juga perlu diperhatikan, begitu pula dengan ketahanan produk yang diinginkan. Plastik PP super misalnya, baik digunakan untuk mengemas produk seperti keripik yang membutuhkan bahan kemasan
dengan
kerapatan
partikel
yang
tinggi
agar
terjaga
kerenyahannya. Untuk melakukan sealing plastik PP tersebut tidak cukup dengan menggunakan hand sealer, paling tidak menggunakan jenis pedal sealer yang memiliki ketebalan sealing yang lebih tinggi. Di lain sisi, kemasan juga ditentukan oleh permintaan pasar/konsumen. 7. Pemberdayaan Pemuda Bidang Ketahanan Pangan. Dalam upaya peningkatan pengentasan kemiskinan, maka pemerintah secara bertahap selalu memperbaharui program dan kegiatan yang dilaksanakan antara lain melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat, melalui program/ kegiatan Pemberdayaan Pemuda di Bidang Ketahanan Pangan . Salah satu keberhasilan pemerintah propinsi Jawa Timur telah berhasil mengurangi angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin Jatim pada September 2013 tercatat 4.865 juta orang. Pada periode yang sama,
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
103
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 di tahun 2012, tercatat 4.961.000 atau 13,08 persen dari total penduduk Jawa Timur.
Dengan demikian, hingga September 2013, jumlah
penduduk miskin turun 0,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari Target kinerja 600 orang Realisasi tahun pada tahun 2014 mencapai 500 orang (83,33%), sedangkan tahun 2013 mencapai 250 orang atau 50%. Kedepan diharapkan Intensitas pemuda ketahanan pangan dapat lebih jauh
mengenal dan mengoptimalkan pemanfaatan
pekarangan yang mengarah ke Kawasan Rumah Pangan Lestari, dengan kegiatan antara lain Dem farm dan Demplot dll. Realisasi pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Pemuda di Bidang Ketahanan Pangan terserap sebesar Rp. 880.276.700,- atau 80,03 % dari pagu sebesar Rp. 1.100.000,- dan realisasi fisik mencapai 100%.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
104
Sosialisasi menu makanan tradisional
Sosialisasi menu 3B-A
Sosialisasi Pangan Lokal Bagi Siswa SD/MI
SOSIALISAS I
Sosialisasi P2KP dalam rangka pemantapan konsumsi pangan masyarakat
Promosi audio visual
PROMOSI
Promosi melalui pameran
PENDIDIKAN KONSUMSI PANGAN 3B-A
Peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumsi pangan 3B-A berbahan lokal
Sosialisasi P2KP bagi kelompok wanita dan SD/MI
Gambar :
Pelatihan Teknologi MP-ASI
Lomba Cipta Menu Bansos untuk optimalisasi pekarangan serta pengadaan KIT dan kebun sekolah
KAMPANYE
Kampanye penganekaragaman pangan
Demo masak
Program internalisasi P2KP berbahan baku lokal melalui kegiatan sosialisasi dan pendidikan konsumsi pangan 3B-A, promosi, serta kampanye.
Penanganan Keamanan Pangan Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 1 (satu) indikator
kinerja yaitu prosentase jumlah sample pangan yang aman dikonsumsi ditingkat pedagang pengumpul dibanding jumlah total sample pangan yang diambil dipedagang pengumpul, di mana dalam upaya pencapaiannya didukung oleh 1 (satu) program yaitu ProgramPeningkatan Ketahanan Pangan. Indikator kinerja, target dan realisasinya disajikan sebagai berikut :
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 TUJUAN
SASARAN
INDIKATO R KINERJA
1. Memantapkan 3. Peningkat dan an Mengmbangka Kualitas n Ketersediaan, Konsumsi Distribusi dan & Konsumsi Keamana berbasis n Pangan sumberdayalok al
- % Jumlah Sample Pangan yang aman dikonsum si
SATU AN
TARGE T
%
75
REALS
CAPA IAN %
87,13
116,1 7
Tahun 2013 jumlah pengambilan sample pangan segar sebanyak 46 sample terdiri dari 35 sample sayuran dan 11 sample buah-buahan, dari sample yang diambil 38 sample (82,61) dinyatakan aman. Tahun 2014 pengambilan sample sebanyak 280 Sample terdiri dari samplepangan olahan sebanyak 227 sample dan sample pangan segar sebanyak 53 sample.Dari 227 sample pangan olahan,196sample (86,34%) dinyatakan aman untuk dikonsumsi karena tidak mengandung bahan aktiv/residu yang berbahaya.Sedangkan sample pangan segar87,92% dinyatakan aman untuk dikonsumsi dari 53 sample yang diambil terdiri dari 48 Sample sayuran dan 5 sample buah-buahan. Sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan serta Peraturan Pemerintah Nomor
28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan, telah diamanatkan bahwa masalah Keamanan Pangan salah satunya menjadi tanggung jawab Pemerintah, hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai regulasi yang dibuat/dikeluarkan oleh Pemerintah, namun disisi lain permasalahan keamanan pangan selalu ada & muncul di Masyarakat. Pembangunan Keamanan Pangan merupakan bagian integral Pembangunan Ketahanan Pangan yang tidak dapat terpisahkan dan penting untuk dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan. Hal ini karena keamanan pangan sangat dapat berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap kesehatan tubuh manusia.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
2
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Dewasa ini masih banyak ditengarahi makanan jajanan/kudapan maupun olahan yang beredar/diperdagangkan di masyarakat yang kurang aman/ mengandung bahan kimia berbahaya dan bahan tambahan pangan (BTP)
melebihi
dosis
takaran,
di
lapangan
kondisinya
sangat
memprihatinkan. Pada tahun 2011-2014, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan PT. Angler Biochemlab Surabaya menguji kandungan residu pestisida, logam berat, dan mikrobia pada produk pangan segar (buah dan sayuran). Berdasarkan hasil pengujian tahun 2011 terhadap 40 sampel Pangan Segar (khususnya buah dan sayuran), terdapat 1 sampel yang dinyatakan tidak aman dari residu pestisida, sehingga pada tahun 2011, persentase pangan aman untuk produk pangan segar adalah 97,5%. Sedangkan tahun 2012, persentase produk pangan segar sebanyak 75%, menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Uji laboratorium terhadap produk pangan olahan secara sampling, sebanyak 3 dari 33 sampel atau persentase aman produk pangan olahan sebanyak 90,9%. Produk pangan olahan yang tidak aman dikarenakan mengandung bahan kimia berbahaya (formalin dan rhodamin) dan bahan tambahan pangan yang melebihi dosis (Sakarin). Pada tahun 2013, persentase pangan segar yang aman meningkat lagi dari tahun sebelumnya (2012) sebanyak 82,6%. Pada Tahun 2014 prosentase sample pangan segar yang aman dikonsumsi 80% sedangkan dari sample pangan olahan 72,69% yang aman dikonsumsi. Dalam rangka peningkatan mutu dan pengawasan keamanan pangan Tahun 2014 didukung oleh anggaran sebesar Rp. 3.100.000.000,- terealisasi sebessar Rp. 2.945.574.666,- (95,02%). Oleh karena pentingnya keamanan pangan, perlu adanya jaminan mutu dan keamanan pangan. Jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan program yang harus diwujudkan, mulai dari penyediaan bahan baku, proses pengolahan, pengemasan, pendistribusian, sampai dengan penyajian memenuhi memenuhi standard keamanan pangan suatu produk dan
diharapkan
dengan
adanya
jaminan
tersebut,
masyarakat
berkeyakinan bahwa produk yang dikonsumsi, bermutu dan aman bagi kesehatan.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Metode yang digunakan meliputi hal sebagai berikut : a.
Penyampaian materi keamanan pangan.
b. Diskusi/pembahasan dan perumusan c.
Uji Laboratorium
d. Pembinaan/Pemantauan dan Pengawasan. e.
Menampung saran dan masukan dari Wilayah Kabupaten/ Kota. Mutu dan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Dalam rangka peningkatan mutu dan keamanan telah dilaksanakan berbagai upaya yaitu : - Uji Laboratorium Terhadap Pangan Segar Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan atau dapat manjadi bahan baku pengolahan pangan. Berdasarkan hasil
uji laboratorium terhadap 53 sampel
komoditas pangan segar terdiri dari 48 sample sayuran dan 5 sample buah-buahan. Dari 53 sample pangan segar yang dilakukan uji laboratorium 74,38% diayatakan aman untuk dikonsumsi. - Uji Laboratorium terhadap Tangan Olahan Sedangkan
Pangan
Olahan
adalah
pangan
yang
sudah
mengalami pengolahan dan biasanya pada prosesnya dicampur dengan Bahan Tambahan Pangan (BPT). Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pewarna pangan (pewarna, pemanis, penyedap rasa dan pengawet). Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap 227 sampel pangan olahan (mie basah, getuk pisang, tahu pong, pentol bakso dll.) 165 sample (72,69%) dinyatakan aman untuk dikonsumsi, sedangkan 47 sample (27,31%) pangan olahan terdapat kandungan bahan tambahan makanan yang berbahaya seperti Rodhamin B, Boraks, Formalin dll.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
4
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Tabel 7.Kegiatan Keamanan Pangan yang dilakukan tahun 2014 : 1. Hibah Alat Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan 15 Paket 2. Sosialisasi Mutu dan Keamanan Pangan 1.450 orang 3. Hibah Alat/Bahan Peningkatan Gizi, Mutu dan Keamanan Pangan untuk PAUD 40 Paket. 4. Uji Laboratorium Pangan Segar 5 Paket. 5. Uji Lab. Pangan Olahan/Makanan Jajanan anak sekolah 5 Paket. 6. Rapat Koordinasi Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan. 7. Workshop Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan Tingkat Provinsi. 8. Workshop Mitra Praja Utama (MPU) dalam rangka keamanan pangan. 9. Peningkatan
Mutu
dan
Keamanan
Pangan
melalui
kegiatan
pembuatan Tahun Nigarin. 10. Workshop Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan melalui Pangan Olahan/Jajanan Makanan anak sekolah. 3.2.4. PENANGANAN RAWAN PANGAN TUJUAN 2 SASARAN INDIKATOR KINERJA % Penurunan Penduduk Rawan Pangan
Mengantisipasi dan Penanganan Daerah Rawan Pangan Penanganan Daerah Rawan Pangan Target Realisasi Capaian % 2014 2010 2011 2012 2013 2014 1,50
1,50
1,50
1,50
1,53
1,62
108
Keberhasilan sasaran penanganan daerah rawan pangan ini diukur melalui 1 (satu) indikator kinerja yaitu prosentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan, di mana dalam upaya pencapaiannya didukung oleh 1 (satu) program yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Pada tahun 2014 berdasarkan angka jumlah penduduk rawan pangan menurut keluarga prasejahtera dan sejahtera I sejumlah 4.869.376 orang, dan penanganan jumlah penduduk rawan pangan mencapai 78.940 orang atau 1,62%. Capaian penurunan jumlah penduduk rawan pangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 1. Bantuan melalui Desa Mandiri Pangan di 34 Kab/Kota sejumlah 972 kelompok di 260 desa dengan jumlah 28.740 orang. 2. Bantuan melalui Pemberdayaan Lahan Kering di 6 Kabupaten dengan jumlah 1.014 kelompok di 99 desa dengan jumlah 30.300 orang. 3.
Bantuan melalui Penangan Daerah Rawan Pangan (PDRP) melalui
kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) dan Kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS) pada 70 kelompok dengan jumlah 19.900 orang. 4. Dari
kegiatan
tersebut
diatas
sehingga
dapat
ditangani
jumlah
penduduk rawan pangan sebesar 78.940 orang, berdasarkan angka penduduk
Jawa
Timur
jumlah
rawan
pangan/pra-sejahtera
dan
sejahtera I Tahun 2013 sebesar 4.869.376 orang. PENANGANAN DAERAH RAWAN PANGAN Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) merupakan upaya untuk menangani suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami oleh daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standard kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Komponen penanganan daerah rawan pangan meliputi antara lain : 1). Kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang menghasilkan analisis/peta situasi pangan dan gizi digunakan untuk rekomendasi bagi pengambilan keputusan dalam penanganan daerah rawan pangan. 2). Investigasi yang merupakan kegiatan peninjauan ketempat kejadian rawan pangan untuk melihat langsung dan melakukan Cross Check terhadap kejadian rawan pangan dan gizi, sekaligus mengumpulkan data dan informasi guna mengidentifikasi permasalahan, sasaran penerima manfaat. 3). Intervensi yang dilakukan adalah pemerintah bersama-sama masyarakat dalam menanggulangi kejadian rawan pangan transien maupun kronis. Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan Penanganan Daerah Rawan Pangan antara lain: - Indikator Output
: tersalurkannya dana Bansos untuk bencana
- Indikator Outcome
: terlaksananya
intervensi
pencegahan dan
penanggulangan rawan pangan.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
6
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 - Indikator Impact
: teratasinya kerawanan pangan.
Penanganan Daerah Rawan Pangan secara umum dapat dilakukan melalui survey/kajian per3 tahun sekali yang dinamakan FSVA (Food Security and Vuluerability Atlas) atau Peta Kerentanan dan Kerawanan Pangan, ada 17 indikator peta ketahanan dan kerentanan pangan antara lain : No. a.
Dimensi Kelompok Indikator Ketersediaan Pangan
Indikator 1.
Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. b. Akses Pangan dan Mata 1. Prosentase penduduk yang hidup pencaharian dibawah garis kemiskinan. 2. Prosentase desa yang tidak bisa dilalui roda 4. 3. Prosentase rumah tangga tanpa akses listrik. 4. Dependency ratio 5. Rata-rata ukuran rumah tangga. c. Pemanfaatan Pangan 6. Angka harapan hidup pada saat lahir. 7. Berat badan balita dibawah standard. 8. Angka kematian bayi 9. layanan posyandu 10. Perempuan buta huruf 11. Prosentase penduduk tanpa akses ke air bersih 12. Prosentase penduduk yang tinggal > 5 km dari Puskesmas d. Kerentanan trhdp 14.Bencana alam Kerawanan Pangan Transien 15.Penyimpangan curah hujan 16.Prosentase daerah puso 17.Deforestasi hutan Keterangan : Indikator FSVA yang digunakan Nasional Sedangkan untuk tahun 2013 kegiatan yang mendukung program Penanganan Daerah rawan Pangan (PDRP) adalah : 1. Penyaluran Bansos (pemberian beras) pada daerah rawan pangan di 16 Kabupaten. 2. Penyaluran Bansos (pemberian beras) pada daerah rawan pangan transien dan kronis 12paket. 3. Pelatihan/Workshop untuk mendukung program tersebut :
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 a.
Peningkatan Kapasitas LKD dan TPD Desa Mandiri Pangan
b. Workshop Pengembangan Usaha Kelompok Afinitas Desa mandiri Pangan c.
Rapat Koordinasi bagi Kelompok Usaha Non Pangan Olahan Desa Mandiri Pangan
d. Workshop Penanganan Daerah Rawan pangan e.
Rapat Koordinasi bagi Kelompok Usaha
Pangan Olahan Desa
Mandiri Pangan f.
Pertemuan Evaluasi Kegiatan Desa Mandiri Pangan
SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI (SKPG) Salah satu Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan adalah Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi, yang sampai dengan saat ini masih dirasakan sangat penting sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dimana sebagian aspek-aspek Penanganan Kerawanan Pangan merupakan unsur daerah. Tugas dari Pemerintah Provinsi adalah : 1. Pencegahan dan pengendalian masalah pangan akibat menurunnya ketersediaan pangan di daerah karena berbagai sebab. 2. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan sebagai akibat menurunnya mutu, gizi dan keamanan pangan. 3. Peningkatan dan pencegahan penurunan akses pangan masyarakat. 4. Penanganan dan pengendalian kerawanan pangan di Provinsi. Tugas dari Pemerintah Kabupaten/Kota adalah : 1. Melakukan identifikasi kelompok rawan pangan di kabupaten/kota. 2. Melakukan penanganan penyaluran untuk kelompok rawan pangan tingkat kabupaten/kota. 3. Melakukan masalah
pencegahan
pangan
akibat
dan
pengendalian
penurunan
akses
serta
penanggulangan
pangan,
mutu,
gizi,
ketersediaan dan keamanan pangan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
8
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 4. Melakukan pengumpulan dan analisis informasi Ketahanan Pangan kabupaten/kota untuk penyusunan kebijakan Ketahanan pangan Provinsi dan nasional Dari program Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG ) ini keluaran yang diharapkan adalah : -
Tersedianya informasi situasi pangan dan gizi bulanan dan tahunan.
-
Tersedianya informasi hasil investigasi daerah/desa yang diindikasikan rawan pangan.
-
Tersusunnya rekomendasi kebijakan dan pelaksanaan intervensi bagi penanganan kerawanan pangan dan gizi.
-
Tersedianya laporan dan rekomendasi kebijakan serta perencanaan program yang berkaitan dengan pangan dan gizi.
Data bulanan terkait kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) : Kelompok A.
Ketersediaan Pangan
B. Akses pangan
terhadap
C. Pemanfaatan Pangan
D. Spesifik Lokal
Data a. Luas Tanam b. Luas Puso c. Luas Panen d. Cadangan Pangan Harga komoditas pangan (beras, jagung, gula, minyak goreng, daging ayam, telur ) a. Angka Balita ditimbang b. Angka Balita Naik Berat Badan c. Balita yang tidak naik Berat Badannya dalam 2 kali penimbangan berturut-turut ( 2T ) d. Angka Balita dengan Berat Badan dibawah garis merah ( BGM ) e. Kasus Gizi Buruk yang ditemukan - Jumlah Tindak Kejahatan - Jumlah KK yang menjadi TKI
Keterang an Padi, Palawija Diperta, Bulog Disperindag/BKP Dinas Kesehatan
Kepolisian Disnaker
Program Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG ) didukung kegiatan sebagai berikut : 1.
Bantuan Sosial : a.
Bantuan Sosial bahan pangan untuk masyarakat Miskin dalam rangka Bulan Bhakti Gotong Royong.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 b. Bantuan Sosial bahan pangan untuk masyarakat Miskin dalam rangka mendukung kegiatan Hari Pangan Sedunia. 2.
Bantuan Alat : a.
Alat Olahan Pangan : 1) Bantuan Hibah Alat Olahan Pangan untuk Tahap Pengembangan Desa Mandiri Pangan 80 Paket.
b.
Alat Non Olahan Pangan : 1) Bantuan
Hibah
Alat
Non
Olahan
Pangan
untuk
Tahap
Kemandirian Desa Mandiri Pangan 24 paket 3.
Pelatihan / Workshop : a.
Pertemuan penguatan kapasitas aparat kab dalam analisis SKPG (APBN )
b. Pelatihan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas). c.
Rapat Koordinasi Investigasi SKPG
Pengembangan Usaha pada Lahan Kering Kegiatan
Lahan
Kering
diarahkan
pada
penguatan
dan
pengembangan usaha ekonomi masyarakat melalui kelembagaan yang telah dibutuhkan, dengan komponen pengembangan taraf hidup secara berkelanjutan, yang terdiri dari pengembangan kelembagaan masyarakat dan gender, pengembangan usaha mikro dan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat; utamanya difokuskan pada masyarakat miskin
untuk
meningkatkan
taraf
hidup
di
lahan
kering
serta
mewujudkan lingkungan yang kondusif. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat adalah : 1.
Meningkatkan kemampuan mereka melalui pengembangan lembagalembaga masyarakat berdasarkan afinitas yang merupakan wadah untuk pengembangan modal dan keuangan.
2.
Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk meningkatkan asset dan pendapatan secara berkelanjutan.
3.
Mengoptimalkan
kesempatan-kesempatan
dalam
bidang
social,
ekonomi, hokum dan lingkungan melalui kegiatan pengembangan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
10
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 usaha mikro, pengembangan Infrastruktur, pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat, serta melalui peningkatan kapasitas manajemen dan ketrampilan individu maupun kelompok. Kegiatan tersebut dimulai tahun 2006 dengan pemberian bantuan peralatan olahan pangan dan pelatihan serta workshop terkait peningkatan pengetahuan Sumberdaya Manusia (SDM) kelompok usaha pada lahan kering. Sedangkan untuk mendukung kegiatan lahan kering pada tahun 2014 adalah: 1.
Pemberdayaan Kelompok usaha pangan olahan didaerah lahan kering di 24 Kelompok.
2.
Bantuan Alat Pengolahan Pangan Kelompok Usaha Pangan Lahan Kering24 Paket.
3.
Pelatihan Manajemen dan Ketrampilan Kelompok Usaha Pangan Lahan Kering.
4.
Temu Usaha Pangan di Wilayah Lahan Kering.
5.
Pertemuan Evaluasi Kelompok Usaha Pangan Lahan Kering.
3.4. AKUNTABILITAS KEUANGAN Realisasi
belanja
pembangunan
bersumber
Anggaran
Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran
2014 sebesar Rp. 79.961.449.755,00 (94,09%) realisasi fisik
sebesar 95,00% dari pagu sebesar Rp. 84.983.300.000,-, sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terealisasi Rp. 899.386.970,16. terdiri dari Hasil Pengelolaan Dana Bergulir sebesar Rp.
884.286.970,16. dan
Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan Tunjangan sebesar Rp. 15.100.000,- secara rinci realisasi program/kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut : NO
I
Uraian
Pagu Anggaran Setelah P.APBD
REALISASI KEUANGAN Rp.
%
PENDAPATAN DAERAH
1.171.200.000,00
899.386.970,16
76,87
PENDAPATAN ASLI DAERAH
1.171.200.000,00
899.386.970,16
76,87
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
NO
Uraian LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
003
001
1.171.200.000,00
Pendapatan dari pengembalian
-
Pendapatan dari pengembalian pembayaran gaji & Tunj.
-
899.386.970,16
% 76,87
15.100.000,00 15.100.000,00
Hasil Pengelolaan Dana Bergulir
1.170.000.000,00
884.286.970,16
75,58
Hasil Pengelolaan Dana Bergulir
1.170.000.000,00
884.286.970,16
75,58
BELANJA DAERAH
III
REALISASI KEUANGAN Rp.
Pagu Anggaran Setelah P.APBD
84.983.300.000,00
79.961.449.755,00
94,09
BELANJA TIDAK LANGSUNG
8.951.600.000,00
8.463.477.377,00
BELANJA PEGAWAI (Gaji dan Tunjangan Pegawai)
8.951.600.000,00
8.463.477.377,00
76.031.700.000,00
71.497.972.378,00
3.100.100.000,00
2.709.032.843,00
87,39
812.000.000,00
726.444.200,00
89,46
2.288.100.000,00
2.135.881.793,00
1.102.760.000,00
1.057.538.650,00
95,90
1.102.760.000,00
1.057.538.650,00
95,90
Program Peningkatan Disiplin Aparatur
259.500.000,00
252.342.400,00
97,24
Peningkatan Disiplin Aparatur
259.500.000,00
252.342.400,00
97,24
469.980.000,00
441.852.650,00
94,02
200.000.000,00
197.421.750,00
98,71
260.980.000,00
244.430.900,00
97,49
785.000.000,00
781.934.775,00
99,61
785.000.000,00
781.934.775,00
99,61
349.360.000,00
348.849.000,00
99,85
349.360.000,00
348.849.000,00
99,85
1.500.000.000,00
1.447.568.225,00
96,50
1.500.000.000,00
1.447.568.225,00
96,50
BELANJA LANGSUNG Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Rapat rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Sosialisasi peraturan perundang – undangan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Program Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah Penyusunan Database SKPD sebagai Penunjang Pusat Data Provinsi Jawa Timur Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
94,55 94,55 94,04
93,35
12
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
NO
Uraian
Pagu Anggaran Setelah P.APBD
Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
47.800.000.000,00
Penanganan daerah rawan pangan
5.600.000.000,00
Pengembangan Desa Pariwisata, Mandiri Pangan dan Bio Energi
1.100.000.000,00
Pengembangan lumbung pangan desa
3.000.000.000,00
Pengembangan Sistem Tunda Jual
1.750.000.000,00
Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya
3.000.000.000,00
Koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan ketahanan pangan Pemberdayaan Pemuda di Bidang Ketahanan Pangan Pemantapan Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga Pemberdayaan Kelompok Usaha Pangan Lahan Kering Pendidikan Kemasyarakatan Produktif Dalam Rangka Peningkatan Pengelolaan Pasca-Panen dan Pengolahan Hasil Peningkatan Akses Pangan Masyarakat Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Revitalisasi Penyuluhan Ketahanan Pangan Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Promosi dan Pengembangan Pemasaran Produk Pangan Peningkatan Distribusi Pangan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Fasilitasi Pengembangan Kawasan Agropolitan Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan/Peternakan Pengembangan Teknologi Pangan Olahan
1.850.000.000,00
REALISASI KEUANGAN Rp. 45.164.191.490,00
% 94,49
4.872.149.160,00
87,00
1.083.859.685,00
98,53
2.873.451.824,00 1.626.895.500,00 2.429.106.325,00
95,78 92,97 80,97
1.751.969.750,00
94,70
1.100.000.000,00
880.276.700,00
80,03
4.200.000.000,00
4.177.774.685,00
1.000.000.000,00
851.445.900,00
900.000.000,00
806.144.350,00
1.450.000.000,00
1.448.570.500,00
3.100.000.000,00
2.945.574.666,00
9.750.000.000,00
9.457.973.300,00
10.000.000.000,00
99,47 85,14
89,57 99,90 95,02 97,00
9.958.999.145,00
99,59
13.500.000.000,00
12.418.353.770,00
91,99
13.500.000.000,00
12.418.353.770,00
91,99
4.865.000.000,00
4.665.196.600,00
95,89
3.165.000.000,00
2.966.756.400,00
95,89
1.700.000.000,00
1.698.440.200,00
99,91
1.550.000.000,00
1.480.015.100,00
95,48
1.550.000.000,00
1.480.015.100,00
95,48
750.000.000,00
731.096.875,00
97,48
750.000.000,00
731.096.875,00
97,48
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
3.5. PENGHARGAAN KETAHANAN PANGAN Tingkat Nasional Pelaksanaan
pem-
bangunan pangan tahun
ketahanan
di
Jawa
2012,
2013
2014
mendapat
dari
pemerintah
dengan
dan
apresiasi pusat
diterimanya
penghargaan Pangan
Timur
Adhi
Nusantara
Karya yang
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara th. 2012 kepadaGubernur Jawa Timur Soekarwo di Istana Negara Desember 2012.
diperoleh dari berbagai macam kategori, sebagaimana tabel berikut : Penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) sesuai dengan Keputusan menteri Pertanian No. 5993/Kpts/KP.450/11/2012. I. KATEGORI PEMBINA KETAHANAN PANGAN NO 1 2
NAMA
PENERIMA
Dr. H. Soekarwo H. Muhtarom, S.Sos.
Gubernur Jawa Timur Bupati Madiun, Provinsi Jawa Timur Kepala Desa Randugading, Eko Budi Santoso 3 Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Prov. Jatim II. KATEGORI PELOPOR KETAHANAN PANGAN (PENYULUH/PENDAMPING) NO NAMA KETERANGAN 1
Jumari
III. KATEGORI PELAYANAN KETAHANAN PANGAN NAMA/KELOMPOK 1
Pi'i, S.P.
2
Gapoktan Sri Makmur
KETERANGAN Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur Desa Sumberwindhu, Kecamatan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
14
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Berbek, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur 3 4 5
Kelompok Itik Sumber Rejeki, Ketua Hj. Musyarofah Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Subur Makmur *) UD Riang
Desa Tawangrejo, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Prov. Jatim Desa Klotok, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur
Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2012Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. : 5992/Kpts/KP.450/11/2012 Kategori Petani, Kelompok Tani, Penyuluh, Aparat Menurut Eselon I, Lingkup Kementerian Pertanian NAMA/KELOMPOK KETERANGAN 1 KELOMPOK TANAMAN HORTIKULTURA Kategori Perorangan : Jl. Kelud No. 84, Desa Ngancar, Endro Puji Astoko, Kecamatan Ngancar. Kabupaten Champion Kediri, Provinsi Jawa Timur 2 KELOMPOK PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Kategori Perorangan : Desa Mojojejer, Kecamatan Mahfudon, Inseminator Mojowarno, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur Agus Sholehul Huda, S.Pt., Desa Purwosari, Kecamatan Sarjana Membangun Desa Gumukmas, Kabupaten Jember, (SMD) Provinsi Jawa Timur Kategori Kelompok : Desa Gadu Barat, Kecamatan Kelompok Anggrek Jingga Ganding, Kabupaten Sumenep, (Ayam Lokal) Provinsi Jawa Timur 3 KELOMPOK PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN GP3A Delta Sapta Tirta Desa Singogalih, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur UPJA Serasi Jaya Tani Desa Kendit, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) Tahun 2013 Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. : 4908/Kpts/KP.450/11/2013. No
Nama/Kelompok
1
Dr. H. Soekarwo
2
H. Fadeli, MM.
3
Titik Sriyani, SP.
4
Supriyatno, SP. M.MA.
5
Dr. M. Muchlish Adie
6
Rohmad
7
H. Maniran
8
Slamet Yacob
9
Abdul Holik, S.Ag.
10
H. Salim
Jabatan/Alamat Gubernur Jawa Timur
Katagori Pembina Ketahanan Pangan
SH. Bupati Lamongan Prov. Pembina Jawa Timur Ketahanan Pangan Penyuluh Pertanian, Kec. Pelayan Sumber Gempol Ketahanan Pangan Tulungagung - Penyuluh Pendamping Mantri Tani Kabupaten Pelayan Kediri Ketahanan Pangan - Penyuluh Pendamping Peneliti Balai Penelitian Pelayan Aneka Kacang dan Umbi Ketahanan Pangan Malang - Peneliti Ketua Kelompok Tani Pelaku “Budi Margo Mulyo II”, Pembangunan Kec. Ambulu Jember Ketahanan Pangan - Pengembangan Produksi Ketua Kelompok Tani Pelaku “Taman Makmur” Pembangunan Ketahanan Pangan - Pengembang Produksi Ketua Gapoktan “Tani Pelaku Makmur Santosa” Desa Pembangunan Oro-oro Ombo Wetan Ketahanan Pangan Kec. Rembang Pasuruan - Pengembang Produksi Ketua Kelompok Tani Pelaku Ternak “Pancong Jaya Pembangunan Madura” Desa Waru Ketahanan Pangan Timur Kec. Waru - Pengembang Pamekasan Produksi Ketua Kelompok Tani Pelaku Ternak “Karya Tani” Pembangunan Desa Pungging Kec. Ketahanan Pangan Pungging Kab. Mojokerto - Pengembang Produksi
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
16
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 11
Lusiadi
12
Susanti
13
Budiono, S.Pd.
14
Sarana, S.Pd.
Ketua Kelompok Tani Pelaku Makmur, Jl. Darmo 177 Pembangunan Pamotan Kec. Dampit Ketahanan Pangan Malang - Pemberdayaan Masyarakat Ketua KWT “Sumber Pelaku Rejeki” Kabupaten Pembangunan Trenggalek Ketahanan Pangan - Pengembangan Industri dan Perakit Teknologi Pangan Ketua Gapoktan Pelaku “Harapan Makmur” Pembangunan Ketahanan Pangan - Pemberdayaan Masyarakat Desa Asmoro Bangun Pemangku Kecamatan Puncu Kab. Ketahanan Pangan Kediri
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 Disamping
itu,
dalam
Lomba Cipta Menu Tingkat Nasional
yang
diselenggarakan oleh Badan Ketahanan
Pangan
Kementrian Pertanian bekerja sama dengan Tim Penggerak PKK
(TP-PKK)
Pusat
diselenggarakan peringatan
yang pada
Hari
Pangan Sedunia
(HPS)
Tingkat
Nasional Tahun 2013 di Padang,
Sumatera
Barat
pada tanggal 31 Oktober 2013 yang diikuti oleh 33 peserta wakil dari Provinsi seluruh Timur juara Kreasi
I
Indonesia,
Jawa
berhasil
menjadi
untuk
kategori
Menu
Beragam
Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis pangan lokal. Penerima
Penghargaan
Adhikarya Pangan Nusantara (APN)
Tahun
Berdasarkan Menteri
2014, Keputusan
Pertanian
No.
:
1289/ Kpts/ KP.450/ 12/ 2014.
Penyerah Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) 2014. Presiden RI (Joko Widodo ke Gubernur Jawa Timur (DR. H. Soekarwo) di Subang Jawa Barat.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
18
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
No
Nama/Kelompok
1
Dr. H. Soekarwo)*
2
H. Warsubi, SH. Kepala Desa Mojokrapak, MSi. Kec. Tembelang, Kab. Jombang Drh. Eko Yuli Dokter hewan (THL) Santoso Puskeswan Selogowo, Situbondo Nadi Abdul Aziz Ketua Kelompok Sapi Potong Bangu Jaya Sumber Taman Kec. Wonoasih Probolinggo Drs. H. Kelompok Sumber Hasil, Abdurrahman Ds. Paberasan Kec. Kelamasan Kab. Sumenep. Mursih Sugeng Ketua Kelompok Tani Melatih Putih II, Kel. Bandung Rejosari, Kec. Sukun Kota Malang
3
Jabatan/Alamat Gubernur Jawa Timur
Katagori Pembina Ketahanan Pangan Pembina Ketahanan Pangan
Pelayan Ketahanan Pangan - Pengawas 4 Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan - Pelaku Produksi 5 Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan - Pelaku Produksi 6 Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan - Pelaku Pemberdayaan 7 Ririn, SP. Desa Tenaru Kec. Pemangku Driyoreyo Kab. Gresik Ketahanan Pangan Keterangan : )* = Penerima Penghargaan Khusus Bagi Pembina (penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 3 (tiga) Tahun Berturut-turut. Tingkat Regional Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Kategori Petani, Kelompok Tani, Penyuluh, Aparat Menurut EselonII, LingkupBadan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2012 Tk. Provinsi Jawa Timur. No.
Penerima Penghargaan
1
Endro Puji Astoko (Champion) Ds. Ngancar Kec. Ngancar Kab. Kediri Mahfudon (Inseminator) Ds. Mojojejer Kec. Mojowarno Jombang
2
Penghargaan Kelompok Kategori Kel. Tanaman Perorangan Hortikultura Kel. Peternakan dan Perorangan Kesehatan Hewan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 3 4 5 6
Agus Sholehul Huda (SMD) Ds. Purwosari Gumukmas Jember Kel. Anggrek Jingga (Ayam Lokal) Ds. Gadu Barat Ganding Sumenep GP3A Delta Sapta Tirta Ds. Singogalih Kec Tarik Sidoarjo UPJA Serasi Jaya Tani Ds. Kendit
Kel. Peternakan dan Kesehatan Hewan Kel. Peternakan dan Kesehatan Hewan Kelompok Prasarana dan Sarana Pertanian Kelompok Prasarana dan Sarana Pertanian
Perorangan Kelompok Perorangan Perorangan
Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2013 Tk. Provinsi Jawa Timur. A. Katagori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan (Kelompok/Gabungan Yang Memproduksi Pangan. No.
Nama Kelompok
1
Kelompok Tani “Makmur”
2
Kelompok Tani “Barokah”
3
KUB Manunggal Lestari
Alamat
Keterangan
Jl. Darmo No. 177 Pamotan Dampit Malang Desa Bunbarat Kec. Rubaru Sumenep Desa Duwet Kec. Wates Kediri
Peringkat I Peringkat II Peringkat III
B. Katagori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan (Kelompok/Gabungan Kelompok Pemberdayaan Dalam Pengembangan Usaha Produktif/ Kesehatan/Gizi Masyarakat. Alamat
Keterangan
No.
Nama Kelompok
1
Gabungan Kelompok “Harapan Makmur”
Desa Wates Kec. Sumbergempol Tulung Agung
Peringkat I
2
Gapoktan “Sambirejo”
Peringkat II
3
Gapoktan PLDPM
Desa Sambirejo Kec. Saradan Madiun Desa Pojokkulon Kec. Kesamben Jombang
Peringkat III
C. Katagori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan (Kelompok Pengembangan Industri Pangan Olahan dan Perakitan Teknologi Pangan. No.
Nama Kelompok
1
Kelompok “Sumber Rejeki”
2
Kelompok Tani “Ambudi Makmur II” Kelompok Wanita Tani (KWT) Jaya Nata
3
Alamat Desa Tasik Madu Kec. Watulimo Kec. Menganti Trenggalek Desa Kramat Kec. Bangkalan Bangkalan Desa Tiris Kec. Tiris Probolinggo
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Keterangan Peringkat I Peringkat II Peringkat III
20
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 D. Katagori Pemangku Ketahanan Pangan. No. 1
Nama Sarana, S.Pd.
Alamat Ketua Poktan Gangsar Makmur Desa Asmorobangun Kec. Puncu Kediri
Keterangan Peringkat I
Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2014 Tk. Provinsi Jawa Timur, sesuai Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 188/595/KPTS/013/2014 tanggal 1 Oktober 2014. A. Katagori Pelopor Ketahanan Pangan No.
Nama
1
Drs. H. Joko Utomo
2
Basuki Rahmat
3
Hendro Widodo
B.
Alamat Desa Sukolilo Kec. Bancar Kab. Tuban. Desa Pekandangan Sangra Kec. Bluto Kab. Sumenep Desa Ngaglik Kec. Srengat Kab. Blitar
Keterangan Peringkat I Peringkat II Peringkat III
Katagori Pemangku Ketahanan Pangan No. 1 2 3
C.
Nama
Alamat
Ririn, SP Yasin Abdul Karim
Keterangan Peringkat I Peringkat II Peringkat III
Katagori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan No. 1 2 3
Nama Kelompok
Alamat
Kelompok Tani Sumber Hasil Gapoktan Mojo Makmur
Keterangan Peringkat I Peringkat II
Kelompok Tani Barokah IV
Peringkat III
D. Katagori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan No. 1 2 3
Nama Kelompok Kelompok Tani Sumber Hasil Gapoktan Mojo Makmur Kelompok Tani Barokah IV
Alamat
Keterangan Peringkat I Peringkat II Peringkat III
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sekaligus merupakan laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran 2014. Capaian5 (lima) indikator dapat digambarkan sebagai berikut : -
Ketersediaan pangan (beras) 7.832.072 Ton dari Target 7.252.008 Ton atau 108 %, Persentase peningkatan ketersediaan pangan 7,4% sedangkan ketersediaan energi mencapai 3.589 kkal/kap/hr dan ketersediaan protein 99,40 gr/kap/hr.
-
Capaian kualitas konsumsi pangan penduduk Jawa Timur yang ditandai Skor PPH 81,6 (99,27%) dari Target Skor PPH 82,20.
-
Capaian Penanganan Keamanan Pangan 116,17%.
-
Capain stabilitas rata-rata harga ditingkat petani GKP Rp. 3.727,-/Kg. (112,94%) dan harga GKG Rp. 4.531,-/Kg. (109,18%).
-
Capaian Penurunan Penduduk Rawan Pangan yang tertangani sebesar 78.940 orang (1,62%) dari target 73.041 (1,50% dari 4.869.376 orang).
4.2. Saran Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan sarana evaluasi
dan
pengendalian
yang
sangat
efektif
sehingga
pelaksanaan
pembangunan ketahanan pangan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan secara berkala dan berkelanjutan sehingga pembangunan ketahanan pangan dapat terpadu (integrated), terukur keberhasilannya (measurable) dan berkesinambungan (sustainability).
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
22