RUANG KAJIAN
BIROKRASI DALAM TANTANGAN PERUBAHAN DI ERA REFORMASI
Oleh: Mita Widyastuti
Abstract In Indonesia, bureaucracy always needs continues evaluation by its process. There are some aspects in increasing of bureaucracy. First, environment changes, where organization and environment is bound dependent. Structural inertia as people of organization thinks their body while lacking any changes. Servant leadership, reorientation of leadership in organization in serving should be in priority. Keywords: bureaucracy, structural inertia, servant leadership.
A. Pendahuluan Sudah satu dekade lebih program reformasi
birokrasi
digulirkan,
direformasi, meskipun secara kelembagaan
namun
sudah ada kemajuan yang berarti, yaitu
beberapa ilmuwan administrasi publik menilai
dengan
bahwa belum ada perubahan signifikan dalam
kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara
birokrasi kita. Salah satu sebabnya adalah
sehingga
belum
adanya
landscape
grand
birokrasi,
memberi
Kementrian
pada
Pendayagunaan
design
perubahan
Aparatur Negara nomenklaturnya berubah
program
reformasi
menjadi Kementrian Pendayagunaan Aparatur
birokrasi baru sekedar himbauan yang tidak
Negara
jelas
Bertambahnya
arahnya
kewenangan
sehingga
para
pelaku
dan
Reformasi
Birokrasi.
kewenangan
tersebut
melaksanakan reformasi birokrasi menurut
diperkuat dengan penambahan SDM pada
pemahamannya
sekedar
level atas dengan diberikannya jabatan wakil
sekedar
menteri sebagai pembantu tugas menteri.
sendiri
dan
memenuhi
harapan
publik
atau
merespon
tekanan
publik
karena
telah
Walaupun itu semua belum cukup, namun hal
menjadi isu yang bergulir dalam wacana
itu sudah mampu melegakan banyak pihak
politik. Hal yang mendasar penyebab tidak
yang prihatin dengan program reformasi
berjalannya reformasi birokrasi adalah political
birokrasi yang pada kenyataannya “jalan
will dari penguasa yang belum memberi arah
ditempat”.
yang jelas bagaimana birokrasi akan 29 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
Penilaian
bahwa
reformasi
jalan
publik, dan sebagainya) yang membanjir
semakin
tidak
setiap harinya. Disamping itu, survey yang
menerima
dilakukan Nauly (2012) yang menilai kinerja
pelayanan publik. Kita semua sudah sepakat
pelayanan sebuah Puskesmas pada tahun
bahwa
good
2007 dan 2012 menghasilkan kesimpulan
perlu
bahwa tidak ada perbaikan pelayanan secara
dilakukan pemerintah adalah mereformasi
signifikan dan terjadi penurunan kepuasan
birokrasi pemerintah dan kita juga sepakat
pada masyarakat penerima layanan.
ditempat
merujuk
puasnya
masyarakat
dalam
goverment
pada
dalam
rangka mewujudkan
maka
langkah
yang
bahwa pintu masuk reformasi birokrasi adalah dengan
melakukan
perbaikan
B. Lingkungan dan Perubahan
dalam
pelayanan publik. Hal itu sejalan dengan pendekatan
New
Public
Service
Lingkungan organisasi pada umumnya
yang
dapat memberi stimulus pada organisasi
mengutamakan pelayanan publik. Menurut
untuk mendinamisir organisasi. Penelitian
Dwiyanto
yang
(2005:4),terdapat
sekurang-
dilakukan
oleh
Burn
&
Stalker
kurangnya 3 alasan yang melatarbelakangi
membuktikan bahwa ada hubungan antara
pembaharuan
dapat
lingkungan
good
lingkungan yang stabil cocok dengan struktur
governance di Indonesia. Pertama, perbaikan
mekanik, sedangkan lingkungan yang dinamis
kinerja pelayanan publik dinilai penting oleh
cocok dengan struktur organis. Merujuk pada
semua stakeholder, yaitu pemerintah, warga
kesimpulan
dan pelaku pasar. Kedua, pelayanan publik
menganalisis lingkungan organisasi birokrasi
adalah ranah dari ketiga unsur governance
kita, apakah memiliki lingkungan yang stabil
melakukan interaksi yang sangat intensif.
ataukah dinamis. Di samping itu, secara teori,
Ketiga, nilai-nilai yang selama ini mencirikan
organisasi yang memiliki persaingan tinggi
praktek
dapat
akan meningkatkan kinerjanya secara alami,
diterjemahkan secara relatif lebih mudah dan
karena setiap organisasi memiliki keinginan
nyata melalui pelayanan publik.
untuk
mendorong
pelayanan pengembangan
good
Merujuk tersebut,
publik
governance
pada
penilaian
pelayanan publik
praktik
pelayanan
masyarakat dapat
publik
diatas,
struktur
maka
mengatasi
organisasi,
kita
lingkungan
perlu
dan
memenangkan persaingan.
terhadap
kita simak
dengan
Salah
dari
satu
mempercepat
cara
proses
yang
perbaikan
bisa dalam
beberapa survey yang dilakukan beberapa
birokrasi kita, maka bisa dilakukan dengan
harian (seperti Kompas, Media Indonesia)
mengidentifikasi serta memetakkan organisasi
maupun oleh lembaga survey, laporan atau
publik yang memiliki lingkungan organisasi
keluhan
yang
yang
masuk
pada Ombudsman
memiliki
tingkat
persaingan
tinggi,
meningkat dari tahun ke tahun, belum lagi
sedang dan rendah (lingkungan stabil atau
keluhan masyarakat lewat media massa
monopoli).
Bertolak
(pikiran pembaca, suara pembaca, opini
berdasarkan
lingkungan
dari
pemetaan
tersebut,
maka
30 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
birokrasi
yang
pelayanan
memiliki
yang
kependudukan
tugas
bersifat
mutlak dilakukan oleh karena masyarakat kita
administrasi
memiliki dinamika yang tinggi. Secara umum,
yang
taraf pendidikan masyarakat telah meningkat,
karena
kesejahteraan juga meningkat dan adanya
organisasi tersebut memiliki sifat monopoli,
demokratisasi akan mendorong keinginan
artinya
atau harapan masyarakat untuk memperoleh
memiliki
adalah
memberi
lingkungan
organisasi
yang
masyarakat
tidak
stabil
dapat
memilih
dimana dia harus mendapatkan pelayanan
pelayanan yang baik juga naik.
karena dia akan menerima layanan sesuai dengan
domisili/tempat
Namun demikian, realitanya belum
tinggalnya.
banyak
organisasi
publik
Sedangkan birokrasi publik yang memiliki misi
persaingan
memberi pelayanan menyangkut kebutuhan
perbaikan/perubahan
dasar
Beberapa
manusia,
kesehatan,
seperti:
transportasi,
sebagainya
pada
pendidikan,
pemakaman
umumnya
dan
yang
tinggi
usaha
pemerintah
memiliki
menunjukkan yang
yang
yang
signifikan.
dilakukan
menunjukkan
oleh kinerja
memiliki
perbaikan dapat kita rasakan pada organisasi
persaingan yang tinggi karena swasta juga
publik dalam bidang pendidikan, namun di
diberi
bidang kesehatan kinerja perbaikan kurang
kesempatan
menyelenggarakan
untuk
ikut
pelayanan-pelayanan
terlihat
berhasil.
yang memiliki misi memberi perijinan usaha
perijinan usaha walaupun telah dilakukan
dapat
berbagai
tinggi,
persaingan
telah
memberikan
desentralisasi
upaya,
namun
Indonesia masih
duduk
tugas
pada
birokrasi
memiliki
memiliki
pula,
tersebut. Demikian juga, birokrasi pemerintah
dikategorikan
yang
Demikian
memberi
belum
berhasil,
dalam
peringkat
kewenangan pada daerah untuk mengelola
bawah di Asean diatas
perekonomiannya,
Myamar dalam hal lama dan item yang harus
termasuk
menerima
investor dari dalam maupun luar negeri.
diurus. Ironis memang, dalam era persaingan
Berpijak dari asumsi tersebut maka birokrasi
publik
persaingan didorong
yang
ini
harus
untuk
memiliki
banyak
mendapat
prioritas
melakukan
Kamboja dan
global setiap negara harus bersaing dengan negara lain untuk mendapatkan investor, mendapatkan
perbaikan.
dihasilkan,
pasar
bagi
persaingan
produk
nilai
yang
tukar
dan
Logikanya, birokrasi yang memiliki pesaing
sebagainya, sementara pada kenyataannya
secara
pemerintah kita belum berhasil mereformasi
alami
melakukan
lebih
mudah
didorong
perubahan/perbaikan,
yaitu
birokrasinya.
Strategi
pemerintah
dengan memberi kesadaran pada organisasi
memberi
publik
ada
mengelola perekonomiannya secara mandiri,
banyak organisasi yang memiliki tugas/fungsi
mengundang investor langsung ke daerahnya
yang sama. Hal ini tidak berarti organisasi
juga belum berhasil memperbaiki birokrasinya
publik yang berada dalam situasi monopoli
(beberapa
tidak perlu melakukan perbaikan, perbaikan
seperti: Sragen, Yogyakarta, Gorontalo, Solo,
bahwa
dilingkungan
mereka
kewenangan
daerah
telah
daerah
dengan
ada
untuk
perbaikan,
31 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
dan lain-lain).
pasca globalisasi dan kemajuan teknologi
Merujuk
analisa
kita
terhadap
informasi,
lingkungan dan struktur maka kita menyadari
tinggal
apakah
para
pelaku
menyadari hal itu?
bahwa pemerintah tidak pernah melakukan
Kita berasumsi bahwa perkembangan
analisa lingkungan secara cermat sehingga
teknologi informasi telah merubah cara kita
struktur birokrasi kita merujuk pada model
melihat diri kita, cara kita berinteraksi dan
Weberian
cara mengelola organisasi. Namun kemajuan
yang
cenderung
mekanik,
berjenjang, formalisasi tinggi. Pilihan model
tersebut
Weberian tersebut menimbulkan konsekuensi,
birokrasi kita. Banyak hal yang menyebabkan
salah satunya pada cara informasi diproses
hal ini terjadi, antara lain inersia struktural
dalam organisasi. Struktur
yang berjenjang
yang berkelit dan dengan variabel lain seperti
membuat informasi harus diproses jenjang
budaya organisasi yang masih mewarisi
demi jenjang sehingga memakan waktu yang
birokrasi
relatif lama, ujung-ujungnya keputusan yang
cenderung
diambil
kondisi
Weberian dan seperti disinggung di awal soal
lapangan sudah berubah. Hal ini memberi
kebijakan yang tidak jelas dalam mereformasi
gambaran pada kita bahwa konsekuensi dari
birokrasi.
tidak
tepat
lagi
karena
pilihan struktur mempengaruhi organisasi
menyesuaikan
kemampuan diri
hanya
kolonial, high
Inersia
dengan
sedikit
merubah
sistem cost,
struktural
wajah
politik
pilihan
dapat
yang struktur
diartikan
sebagai kecenderungan orang-orang dalam
lingkungan.
organisasi
untuk
memiliki
pandangan
mengenai segala sesuatu yang terjadi di C. Inersia Struktural Pangkal Soal Kemampuan
organisasi
lingkup dalam organisasi (inward looking).
melakukan
Orang-orang di dalam organisasi memiliki
perubahan (perbaikan) juga dipengaruhi oleh
orientasi mengenai hal-hal terkait jabatan di
sejauh mana orang-orang yang ada di dalam
dalam organisasi, mengurusi hal-hal yang
organisasi
terkait dengan kepentingannya di dalam
mengidentifikasi
permasalahan
yang mereka hadapi. Pada umumnya anggota
organisasi
organisasi yang memiliki pandangan keluar
sepele yang ada di dalam organisasi. Mereka
(outward
tidak peduli bahwa lingkungan telah berubah,
looking)
membandingkan
mereka
usuran-urusan
pesaing sudah melangkah jauh meninggalkan
mereka anggap sebagai pesaing. Dengan
kita, dan tuntutan atau harapan masyarakat
banyak melihat keluar maka keinginan untuk
sangat
berubah masing-masing individu cenderung
Walaupun tidak semua anggota organisasi
tinggi.
bahwa
memiliki orientasi seperti itu, namun mereka
lingkungan birokrasi 20 tahun yang lalu
hanya minoritas di dalam organisasi sehingga
dengan sekarang sudah sangat berbeda,
tidak
perubah lingkungan terjadi secara dramatis
pemikiran tentang perubahan.
semua
organisasi
mengurusi
yang
Kita
kondisi
cenderung
dan
menyadari
tinggi
pada
mampu
mereka
menyebarkan
(birokrasi).
pemikiran-
32 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
Pertanyaanya mengapa orang dalam
ini bawahan cenderung melakukan berbagai
organisasi (birokrasi) memiliki cara berpikir
cara
seperti itu? Hal ini ada kaitannya dengan
dengan istilah ABS = asal bapak senang) agar
struktur organisasi birokrasi kita. Di depan
kariernya
telah
kita
amat logis apabila setiap birokrat memiliki
menerapkan model Weberian yang memiliki
orientasi pemikiran ke dalam terutama berpikir
ciri pembagian tugas (spesialisasi yang rigit),
pada karier atau kedudukan mereka dan
formalisasi aturan dan prosedur, hierarki,
salah satu cara memuluskan karier mereka itu
memiliki pejabat karier dan impersonalitas.
dengan memuaskan para atasan. Apabila
Tipe ideal yang dirumuskan oleh Weber ini
orang sudah memiliki cara berpikir seperti ini
memiliki asumsi bahwa sebagai lembaga
maka
pemerintah birokrasi harus menjadi institusi
masyarakat dapat diabaikan.
dijelaskan
bahwa
birokrasi
untuk
pemerintah
secara
(dikenal
organisasi
maupun
Situasi ini lebih diperparah dengan
dan
perubahan
sistim
rasional karena mampu merubah proses yang
wewenang
masyarakat
kompleks menjadi sederhana, rutin, dapat
memilih wakilnya (DPR, DPRD, Presiden,
dikendalikan
Gubernur,
dan
efisien
atasan
baik dan lancar. Oleh karena itu,
kepentingan
yang non partisan dan mampu menjalankan kegiatan
memuaskan
dapat
diperkirakan
politik
yang untuk
Bupati/walikota),
memberi langsung
yang
(predictable) (Dwiyanto, 2011:22-23). Pilihan
pelaksanaannya
struktur organisasi model Weberian ini ada
economy karena maraknya money politic.
benarnya
beberapa
Para calon harus mengeluarkan biaya yang
keuntungan dalam menjalankan misi negara.
luar biasa tinggi untuk membeli kendaraan
Namun kita harus sadar bahwa Weber sendiri
(partai),
memperoleh
menyatakan bahwa Birokrasi Tipe Idealnya
survey,
konsultan,
sangat sulit diwujudkan, mengingat masalah-
sebagainya. Tidaklah mengherankan apabila
masalah
nanti saat menjabat maka yang pertama kali
terkait
potensial
dengan
yang
mungkin
akan
menimbulkan
pada
iklan,
cost
masyarakat, saksi
mereka
birokrasi untuk mengabaikan aspek dan nilai
mengembalikan modal yang telah keluar dan
kemanusiaan dari organisasi (ibid, 26).
salah satu cara untuk mendapatkan modal kembali
yaitu
adalah
dan
muncul, salah satunya adalah kecenderungan
Hierarki dalam organisasi memiliki
pikirkan
suara
high
lewat
jual-beli
mekanisme
diperoleh,
menjadi sarana yang empuk dipermainkan.
tidak
kurang
pula
konsekuensi negatifnya. Pada birokrasi yang hierarkis memiliki bawahan
atasan.
sepenuhnya
dan
rotasi
Sistem rekrutmen politik ini membawa
setiap pejabat bawahan hanya satu
promosi
jabatan,
banyak manfaat atau tujuan praktis yang namun
mutasi,
bagaimana
efek lanjutan bagi semua jabatan di birokrasi.
Penilaian
kinerja
Apabila jabatan puncak diperoleh dengan
tergantung
atasan
cara
transaksional,
maka
jabatan-jabatan
sehingga nasib bawahan juga akan sangat
dibawahnya akan demikian juga. Semua
ditentukan oleh atasan. Dalam kondisi seperti
orang yang berada dalam posisi berkuasa, 33 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
baik
dalam
birokrasi
lembaga
politik
maupun
di
merupakan
pemerintah
akan
mempunyai
perusahaan
pemikiran bagaimana memperoleh jabatan yang
lebih
tinggi
atau
kelanjutan dagang
dari
VOC
birokrasi
ke
birokrasi
pemerintah kolonial, pasca bangkrutnya VOC.
minimal
Birokrasi pemerintah kolonial dibentuk
mempertahankan jabatan yang ada. Kondisi
untuk
seperti
dikelola dengan seefisien mungkin sehingga
ini
menyebabkan
mereka
sulit
mengatur
masyarakat
dapat
tuntutan
mengadakan
banyaknya bagi negara induk (Belanda).
perubahan/perbaikan yang mendasar bagi
Artinya keberadaan birokrasi di tanah air
lembaganya.
sejalan dengan misi dari pemerintah kolonial,
dan
keuntungan
dapat
diharapkan untuk peka terhadap lingkungan, masyarakat
memberi
agar
sebanyak-
birokrasi ada untuk melayani tujuan kolonial D. Budaya Organisasi Warisan Kolonial
atau negara induk, bukan untuk melayani
Ada fakta yang tidak bisa kita pungkiri bahwa
setiap
Demikian
juga
Indonesia
yang
bangsa
masyarakat. Disini ada perbedaan mendasar
memiliki
sejarah.
bahwa birokrasi koonial ada untuk melayani
sejarah
panjang
pemerintah,
dengan diwarnal
oleh
pengaruh
birokrasi
sedang
ada
pasca
dalam
kemerdekaan
rangka
melayani
bangsa-bangsa lain, baik bangsa di Asia
masyarakat (sesuai dengan tujuan negara
maupun
yang terdapat dalam Pembukaan UUD ’45).
Belanda
Eropa.
Pengaruh
(kolonial)
penguasaan birokrasi
Pada prakteknya, setelah kita merdeka
pemerintahan sebagian masih dapat kita
60 tahun lebih ini kita masih merasakan
rasakan sampai saat ini. Cara berpikir dan
bahwa misi birokrasi pemerintahan kita masih
berperilaku itu telah diwariskan dari generasi
belum sesuai dengan tujuan negara. Masih
ke generasi sehingga telah mendarah daging
dirasakan bahwa warisan nilai-nilai kolonial
dan menjadi bagian dari budaya birokrasi kita.
belum dapat dikikis habis. Sampai saat ini
Walaupun
dalam
mengenal
birokrasi kita cenderung melayani penguasa
birokrasi
dibanding melayani masyarakat. Birokrasi
sebelum bangsa Eropa datang ke tanah air,
yang diharapkan netral dari kepentingan
namun kenyataan Portugis dan Belanda-lah
penguasa pada kenyataannya justru melayani
yang mengenalkan praktek birokrasi modern.
kepentingan penguasa. Setiap orang yang
Praktek birokrasi pada umumnya telah kita
duduk dalam birokrasi baik level
strategic
kenal sebagai birokrasi kerajaan-kerajaan
apex
maupun
nusantara.
operating core termasuk didalamnya street-
birokrasi
atau
kita
telah
memiliki
Melalui
praktek
perdagangan
rempah-
(pengambil
keputusan),
rempah dengan bangsa Eropa, yang berujung
level bureaucrats
pada penguasaan sebagian tanah air oleh
orientasi pada penguasa yang timbul sebagai
Belanda maka kiita mulai bersentuhan dengan
akibat
praktek birokrasi yang rapih, sistematis dan
birokrasi. Butuh waktu beberapa generasi dan
rasional.
upaya sungguh-sungguh untuk melakukan
Penerapan
birokrasi
Weberian
adanya
secara otomatis memiliki
rantai
komando
dalam
34 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
reorientasi hubungan kekuasaan (politik) dan
memperbaiki kinerja birokrasi. Resep ini telah
birokrasi.
diupayakan
secara
debirokratisasi E. Restrukturisasi vs Reorientasi
dengan
penyederhanaan
Kepemimpinan
sistematis
struktur
lewat
melakukan dan
prosedur.
Persoalannya tidak semua persoalan kinerja
Persoalan
patologi
birokrasi
birokrasi
cukup
dipecahkan
dengan
khususnya lambatnya kemampuan birokrasi
debirokratisasi,
menyesuaikan
tuntutan
debirokratisasi dan kinerja birokrasi tidak
masyarakat telah menimbulkan ketidakpuasan
bersifat linier melainkan bersifat parabolik
bagi
sehingga
lingkungan
masyarakat.
Ketidakpuasan
seringkali
diekspresikan
apabila
dibarengi
ketidakadilan
yang
Kekesalan mereka tindakan
dan
secara
deregulasi dan privatisasi pada tingkatan
masyarakat.
tertentu telah dilakukan oleh pemerintah, namun
kantor/gedung
pemerintah, merusak sarana umum,
Demikian
dilakukan
adanya
lewat
hati-hati.
harus
secara
diekspresikan
membakar
debirokratisasi
antara
ekstrim
dengan diterima
tersebut
hubungan
upaya-upaya
dilakukan
juga
dengan
tersebut
sungguh-sungguh
kurang sehingga
bakar
hasilnya kurang dapat dirasakan. Bahkan,
diri, berdiri di depan istana presiden, protes,
dalam perjalanannya wacana ini tidak populer
demo,
lagi karena pemerintah justru menempuh jalan
happening
art
dan
sebagainya.
Tindakan ekstrim masyarakat tersebut oleh
birokratisasi
karena perlakuan tersebut sudah melampaui
menteri
ambang batas kesabaran serta toleransi
kepresidenan serta pembentukan lembaga-
masyarakat. Hal ini tidak dapat dibiarkan
lembaga negara baik yang sifatnya tetap
terlalu lama, harus dicarikan solusi yang tepat
maupun adhoc.
dan cepat.
dengan
dan
staf
pengangkatan khusus
di
wakil
lembaga
Beberapa pemikiran solusi terhadap
Salah satu perdebatan yang dilakukan
masalah ini muncul dengan jalan memperbaiki
ilmuwan administrasi negara yaitu adanya
budaya organisasi atau reorientasi nilai-nilai
penolakan model birokrasi Weberian karena
yang
beberapa kelemahan yang berdampak pada
reorientasi
kinerja birokrasi yang merosot, alasan lain
Pemikiran ini didasarkan pada asumsi bahwa
birokrasi Weber sudah tidak relevan dengan
baik-buruk tatanan orgaisasi amat tergantung
perkembangan dan tantangan yang dihadapi
pada
oleh negara saat ini. Mereka menganjurkan
Kepemimpinan yang memiliki visi bagaimana
pemerintah untuk melakukan debirokratisasi,
peran birokrasi dalam tata kelola negara agar
deregulasi
cita-cita bangsa dapat diwujudan.
dan
privatisasi.kegiatan
pemerintah dan pelayanan publik (Caiden
berlaku
di
birokrasi,
nilai-nilai
khususnya
kepemimpinan.
kepemimpinan
Kepemimpinan dengan
organisasi.
birokrasi pilihan
struktur
kita
dalam Dwiyanto, 2011). Dengan melakukan
kompatibel
dan
ketiga hal tersebut dipercaya akan dapat
budaya organisasi. Birokrasi Weberian yang 35 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
hierarkis-otoritatif,
dan
dimiliki antara lain, kemauan untuk melayani,
terspesilisasi memunculkan kecenderungan
berkorban, mau mendengar dan memiliki
kepemimpinan yang kaku dan terlalu taat
empati terhadap yang dilayani (masyarakat).
pada aturan (prosedural) serta menimbulkan
Konsepsi pemimpin sebagai pelayan
kecenderungan
formalistis
ABS.
Sedangkan
budaya tercermin pada
faktor
sebenarnya telah ada dalam
khasanah
birokrasi yang
nusantara. Kita memiliki Patrap Triloka yang
mewarisi nilai-nilai kolonial dimana birokrasi
dirumuskan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu
berfungsi melayani peguasa (kolonial) serta
pemimpin yang memposisikan dirinya dalam
budaya masyarakat kita yang paternalistik
tiga konfigurasi: Ing Ngarso Sung Tuladha
berimbas pada kepemimpinan birokrasi yang
(bila di depan memberikan teladan), Ing
memberi kekuasaan pada pemimpin secara
Madya
berlebihan (tidak saja menjalankan fungsi
membangun inisiatif dan keinginan mandiri
formal organisasi tetapi juga fungsi informal).
pengikut), dan Tut Wuri Andayani (bila di
Model kepemimpinan seperti itu sudah tidak
belakang memberikan dorongan). Pemimpin
cocok lagi dengan misi birokrasi dalam
dalam filosofi ini “membenamamkan” diri
mencapai visi bangsa,
kondisi masyarakat
bersama/di antara para pengikutnya, tanpa
kita dan lingkungan global. Perlu adanya
memposisikan diri sebagai figu sntral yang
reorientasi nilai-nilai kepemimpinan yang lebih
menonjol (ibid, 59). Pertanyaan selanjutnya
pas dengan kondisi kekinian.
bagaimana nilai-nilai itu diinternalisasikan?
Reorientasi
nilai
kepemimpinan
Mangun
Karso
(bila
di
tengah
Nilai-nilai budaya yang terkandung
diarahkan pada pemenuhan khittah birokrasi
didalamnya
yaitu sebagai lembaga yang memiliki tugas
bertahun-tahun dan dilakukan secara turun-
menjalankan
temurun.
visi
bangsa.
Birokrasi
ada
telah
Tentu
disosialisasikan
saja
untuk
selama
melakukan
karena sebagai bangsa kita memiliki cita-cita
reorientasi atau perubahan nilai juga akan
yang telah masyarakat sepakati pada saat
memakan waktu. Lama tidaknya waktu yang
kemerdekaan.
diperlukan untuk mengenalkan nilai yang baru
berorientasi
Intinya,
pada
masyarakat.
birokrasi
pemenuhan
Dengan
harus
kebutuhan
demikian,
sangat
tergantung
pada
strategi
yang
nilai-nilai
disiapkan, perlu upaya yang sistematis, logis
adalah
dan terukur. Beberapa cara yang umum
pada
dilakukan yaitu melalui pelatihan (pelatihan
Secara
peran, belajar sosial, studi kasus dsb),
konseptual, kepemimpinan yang melayani
merumuskan doktrin baru bagi birokrat, ritual
menempatkan si pemimpin dalam posisi yang
dan yang lebih tepat dengan memberi contoh.
tidak sentral, dan ditandai pula dengan
Sebarkan
tokoh-tokoh
(pemimpin)
ketiadaan motivasi untuk memimpin, tapi alih-
inspiratif,
berorientasi
pada
alih tergerak oleh keinginan untuk melayani
bawah, memiliki integritas dan dapat memberi
(Wicaksono, 2010:61). Watak atau nilai yang
suri tauladan bagi lingkungan organisasinya.
kepemimpinan
dalam
birokrasi
kepemimpinan
yang
berorientasi
masyarakat
(servant
leadership).
yang
masyarakat
36 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
F.
Penutup
memperkuat
posisi
birokrasi
dihadapan
Menjelang usia 70 Indonesia merdeka,
masyarakat, masyarakat menerima dengan
reformasi birokrasi masih menjadi pekerjaan
senang hati setiap perlakuan yang tidak
rumah yang maha besar. Upaya
yang
seharusnya dari birokrasi. Bangunan birokrasi
dilakukan selama ini belum menunjukan hasil
seperti ini menimbulkan para birokrat memiliki
yang baik. Salah satu sebab adalah belum
orientasi kedalam (inersia struktural) yang
adanya grand design perubahan landscape
nyata-nyata
birokrasi, program reformasi birokrasi baru
perubahan pada birokrasi.
sekedar himbauan yang tidak jelas arahnya sehingga
para
pelaku
menghambat
terjadinya
Dua pendekatan yang dapat dilakukan
melaksanakan
dalam
mengatasi
permasalah
birokrasi
pertama
dengan
yaitu
dengan
reformasi birokrasi menurut pemahamannya
tersebut
sendiri dan sekedar memenuhi harapan publik
pendekatan
atau sekedar merespon tekanan publik karena
melakukan koreksi model birokrasi Weberian
telah menjadi isu yang bergulir dalam wacana
dengan melakukan debirokratisasi, deregulasi
politik. Hal yang mendasar tidak berjalannya
dan privatisasi. Kedua, dengan pendekatan
reformasi birokrasi adalah political will dari
keperilakuan yaitu dengan reorientasi nilai-
penguasa yang masih belum memberi arah
nilai
yang
kepemimpinan transaksional yang selama ini
jelas
bagaimana
birokrasi
akan
direformasi.
dilakukan, struktural
kepemimpinan
dalam
birokrasi,
dominan dalam birokrasi perlu direvisi menjadi
Kelambatan
birokrasi
merespon
kepemimpinan
yang
melayani
(servant
perubahan dikarenakan cacat alami dari
leadership). Apapun pendekatan yang dipilih
konsekuensi diterapkannya model birokrasi
perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk
Weberian. Birokrasi Weberian yang dicirikan
mengimplementasikannya.
dengan
adanya
hierarki,
spesialisasi,
formalisasi dan impersonalitas menimbulkan birokrasi
tidak
dapat
luwes
mengikuti
perubahan lingkungan, bahkan cenderung mempertahankan
status
quo
dan
mementingkan diri sendiri. Disamping itu birokrasi kita mewarisi sifat birokrasi kolonial yang
memang
kepentingan
didesain
penguasa
untuk
melayani
(kolonial/penjajah),
sehingga birokrasi yang seharusnya netral telah terkooptasi oleh kepentingan politik. Birokrasi lebih melayani penguasa daripada kepentingan rakyat/masyarakat. Masyarakat kita
yang
paternalistik
justru
semakin 37 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
Referensi:
Dwiyanto,
Agus,
2011,
Mengembalikan
Pramusinto, Agus dan Erwan Agus Purwanto
Kepercayaan Publik Melalui Reformasi
(ed),
Birokrasi,
Kepemimpinan dan Pelayanan Publik,
Jakarta,
PT.
Gramedia
Pustaka Utama. -------------
,
2005,
2009,
Reformasi
Birokrasi,
Yogyakarta, Penerbit Gava Media dan Mewujudkan
Good
Jurusan
Manajemen
dan
Kebijakan
Governance Melalui Pelayanan Publik,
Publik dan Magister Administrasi Publik
Yogyakarta, Gadjah Mada University
UGM.
Press. Prasojo, Kumorotomo,
Wahyudi
Widaningrum Aparatur
dan
(ed),
Negara
2010, Ditinjau
Ambar
Manajemen
dan
2009,
Reformasi
Kedua
Melanjutkan Estafet Reformasi, Jakarta,
Reformasi
Penerbit Salemba Humanika.
Kembali,
Yogyakarta, Penerbit Gava Media dan Jurusan
Eko,
Siagian,
Kebijakan
Sondang
Pengembangan
Publik dan Magister Administrasi Publik
P,
2004,
Organisasi,
Teori Jakarta,
Bumi Aksara.
UGM. Dwiyanto, Agus, 2005, Mewujudkan Good Legino, Supriadi, 2009, Menjawab Tantangan
Governance Melalui Pelayanan Publik,
Reformasi Birokrasi, Jakarta, Indonesia
Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.
38 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012