BESARAN CARBON DIOKSIDA (CO2) RENCANA PEMBANGUNAN MONOREL DI KOTA MAKASSAR BERBASISLIFECYCLE ASESSMENT (LCA) AMOUNT OF THE CARBON DIOXIDE (CO 2) IN THE PLANTOBUILD MONORAIL TRAINSINMAKASSAR BASED ON THE LIFE CYCLE ASESSMENT (LCA) Rahmadi1 , Mary Selintung2, Muh. Isran Ramli2 1
2
Mahasiswa S2 Transportasi UNHAS Makassar Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar
Alamat Korespondensi: Jl. Mairo No. 28 Makassar
[email protected] hp082395941817
Abstrak Salah satu dampak penting terhadap pemanasan global dari pembangunan moda dan infrastruktur transportasi dalam hal ini rencana pembangunan monorel di Kota Makassar adalah tingkat besaran carbon dioksida (CO2) selama life cycle dari pengimplementasian rencana tersebut. Untuk itu, studi ini bertujuan mengetahui besaran carbon dioksida (CO2) yang di hasilkan dari pengimplementasian rencana pembangunan monorail di kota Makassar dengan menggunakan metode life cycleAsessment (LCA). Dalam hal ini, analisis besaran (CO2) di mulai sejak masa pembangunan hingga usia pengoperasian monorel tercapai. Data-data yang dibutuhkan dalam studi ini meliputi aspek perencanaan kontruksi pembangunan monorel kota Makassar antara lain, rute, tipe dan karakteristik konstruksi rel dan penunjangnya. Semua data tersebut diperoleh melalui survey di institusi perencana Monorel dan institusi terkait lainnya. Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa besaran CO2yang ditimbulkan dari aktifitas rencana pembangunan Monorail dari masing-masing proses kegiatan untuk proses transportasi menyumbangkan emisi CO2 sebesar 49%, untuk proses produksi menyumbangkan emisi CO2sebesar 26%, untuk proses konstruksi menyumbangkan emisi CO2 sebesar 25%. Besaran CO2 sangat dipengaruhi oleh besaran volume yang terlaksana dalam proses konstruksi dan besara faktor emisi dalam setiap proses kegiatan. Dimana penelitian ini dapat bermanfaat untuk menilai tingkat konstribusi rencana pembangunan monorel terhadap pemanasan global dimasa mendatang. Kata Kunci : Carbon Dioksida (CO2) , Life Cycle Asessment (LCA), Monorel Makassar Abstract The one of important impact of global warming from transport infrastructure and modes of development in this plan to build a monorail in the city of Makassar was orders of amount the carbon dioxide (CO 2) over the life cycle of the implementation of the plan. To that end, this study aims at knowing the magnitude of carbon dioxide (CO2) that are produced from the implementation of the plan to build a monorail in the city of Makassar using methods to implement life cycle (LCA). In this case, the analysis of quantities (CO 2) began from the time of construction until the age of the monorail operation is achieved. The required Data in this study include aspects of construction planning construction of a monorail to Makassar city, among others, the route, the type and the characteristics of the construction of the railway and penunjangnya. All the data obtained through surveys on the Monorail planners and institutions other related institutions. Peneltian results show that magnitude of CO2 arising from activities of the plan to build a Monorail from each process activities for the transportation process contributed 65% of CO2 emissions, to the production process contributed 34% of CO2 emissions, to the process of construction Donates 1% of CO2 emissions. Quantity of CO2 is highly influenced by the amount of the volume that occurs in the process of construction The results of this research can be useful to assess the level of contribution of the monorail development plan against global warming inthe future. Key Words: Carbon Dioxide (CO2), Life Cycle Asessment (LCA), A Monorail Of Makassar
PENDAHULUAN Pencemaran udara sudah menjadi masalah yang serius di kota-kota besar di dunia. Polusi udara perkotaan yang berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan telah dikenal secara luas selama kurang lebih 50 tahun terakhir (Azmi et al., 2010; Gurjar et al., 2008; Ozden et al., 2008). Selain dampak terhadap kesehatan manusia, polusi udara juga dapat berdampak negatif terhadap ekosistem, material dan bangunan-bangunan, vegetasi dan visibilitas (Ilyas et al., 2009).Beberapa kajian juga menyebutkan bahwa menurunnya kualitas udara wilayah perkotaan dapat diduga dari tingginya konsumsi bahan bakar minyak untuk sektor transportasi, sekitar 53% (Lvovsky et al. 2000). Tingginya penggunaan bahan bakar minyak tersebut menyebabkan kontribusi sektor transportasi terhadap penurunan kualitas udara di berbagai kota besar di dunia cukup besar yang ratarata mencapai 70% (Tietenberg, 2003). Menurut Kementerian Keuangan dan Bank Dunia (2008), emisi tahunan Indonesia dari 3 sektor energi mencapai 275 juta ton carbon dioksida ekuivalen atau sekitar 9% dari total emisi Indonesia. Dengan kebijakan pemerintah saat ini yang cenderung mendukung pengembangan bahan bakar fosil ditambah dengan besarnya hambatan pengembangan energi terbarukan, emisi dari sektor energi akan cenderung meningkat dengan tajam menjadi tiga kali lipat di tahun 2030. Dalam basis perkapita, emisi gas rumah kaca Indonesia telah tumbuh 173% sejak tahun 1980, atau 75% sejak tahun 1990 (WRI, 2008). Pendekatan pengendalian pencemaran udara yang dilaksanakan saat ini oleh Pemerintah Daerah adalah pendekatan peraturan perundang-undangan berupa baku mutu, baik baku mutu emisi maupun baku mutu udara ambien melalui SK Gubernur Sulawesi Selatan No. 14 Tahun 2002. Dalam baku mutu udara ambien ditetapkan tingkat pencemaran tertinggi untuk waktu pemaparan tertentu. Berbagai upaya untuk menanggulangi pencemaran udara telah dilakukan baik dalam konteks pencegahan dan penanggulangan, dalam bentuk perbaikan kualitas bahan bakar, mengefektifkan manajemen lalu lintas, pengetatan standar emisi serta penegakan hukum, namun belum semuanya terlaksana secara optimal sehingga tingkat kemacetan dan polusi udara masih tetap meningkat. Peneltian ini bertujuan untuk mengidentifikasi besaran emisi CO2 yang di hasilkan
dari pengimplementasian dari rencana pembangunan Monorail di Kota Makassar dengan berbasis Life Cycle Asessment. METODE DAN BAHAN Populasi dan Sampel Dalam studi ini data-data yang digunakan adalah data perencanaan Monorail kota Makassar dengan bekerjasama PT. Bumi Karsa Makassar selaku pengembang dari rencana pembangunan MonorailKota Makassar, di bawah ini merupakan lokasi rencana dari pembangunan MonorailKota Makassar dengan terbagi 3 rute, untuk rute 1 : terminal dayaperintis kemerdekaan –fly over –Pettarani-Urip Sumoharjo-Gunung Bawakaraeng-JendralHos Cokroaminoto dengan panjang 17,91
km, rute 2: Bandara Sultan Hasanuddin- Jalan
Daya Maros-Terminal Maros sepanjang 11,42 km, rute 3: Terminal MalengkeriSungguminasa Sepanjang 12 Km. (Gambar 1) Metode Analisis Data Data-data yang diperoleh yang berupa data konstruksi dari rencana Monorail yang terdiri dari pile cap, kolom/pilar, cross head, beam/girder yang kesemua ini di hitung berdasarkan dimensi dari masing-masing konstruksi untuk mendapatkan besaran volume yang ada. Lebih studi ini melakukan analisis yang sederhana dengan bantuan microsof excel ditunjang dengan faktor konfersi dari setiap jenis material dan komponen konstruksi yang akan direncanakan pada pembangunan Monorail di Makassar dengan menggunakan persamaan dibawah ini. Emisi CO2 = Aktivitas Data x Faktor Emisi
(1)
Faktor emisi yang digunakan dalam analisis data mengacu pada Emission inventory data (Contruction, Continued) (2005). HASIL PENELITIAN Rencana Pembangunan Konstruksi Monorail Pembangunan kontruksi Monorail direncanakan dengan 3 rute dengan panjang keseluruhan 41.33 km. Pada pekerjaan struktur seperti, pekerjaan pemancangan tiang yang menggunakan tiang pancang selama konstruksi pembangunan Makassar Metro Monorail di
Kota Makassar selain pekerjaan pengecoran kolom dan pier head (kepala kolom), pekerjaan bangunan atas (struktur lapis/level dari konstruksi, direncanakan Box Girder Beton Pratekan) dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas yang timbul dari parkiran kendaraan konstruksi maupun stasioner dari alat berat pendukung konstruksi untuk besaran volume masing-masing pekerjaan dari konstruksi Monorail, Pile Cap sebesar 49593,60 m3, pekerjaan kolom/pilar sebesar 20498,68 m3,Cross head sebesar 16393,44 m3 dan yang terakhir pekerjaan beam/girder sebesar 145481,60 m3. Emisi Akibat Transportasi Emisi yang ditimbulkan oleh proses transportasi berbagai jenis material tergantung pada jarak antara sumber pengambilan material dengan lokasi proyek. sumber pengambilan berbagai jenis material.Rencana kegiatan pengangkutan bahan dan material bangunan untuk pembangunan Metro Monorail di Kota Makassar, akan menimbulkan dampak terhadap peningkatan emisi CO2. Sumber dampak bersumber dari kegiatan pengangkutan ready mix concrete dan pengangkutan besi beton dari Fabrikasi Concret Lintasan Monorail dari PT. Haji Kalla kelurahan daya kecamatan Sudiang ke lokasi pembangunan Monorail. Diasumsikan bahwa tempat pengambilan material menuju lokasi proyek berjarak 7 km. (Tabel 1) Emisi Akibat Produksi Proses mengubah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi membutuhkan sejumlah energi tertentu. Besar kecilnya energi yang dibutuhkan bergantung pada tingkat kompleksitas proses produksi yang harus dilalui. Semakin kompleks prosesnya maka semakin besar konsumsi energinya yang berakibat pada meningkatnya emisi yang ditakar dalam ton CO2. Emisi yang ditimbulkan untuk memproduksi satu ton semen berbeda dengan satu ton baja, besaran emisi untuk keempat jenis material seperti baja, semen, agregat halus serta agregat kasar yang ditimbulkan akibat produksi sehingga didapatkan besaran emisi yang berbeda dari keempat jenis material.( Tabel 2) Emisi Akibat Konstruksi Proses konstruksi dimana proses ini peralatan yang di gunakan selama proses konstruksi yang dapat mengeluarkan emisi CO2 yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Proses konstruksi yang dimaksud disini memberikan penjelasan mengenai
bagaimana proses pekerjaan dengan penggunan peralatan dengan tahap demi tahap pelaksanaan pekerjaan, diantaranya tahap pelaksanaan pile cap, pilar/kolom, cross headyang
terakhir pelaksanaan pekerjaan beam/girder, dimana keempat tersebut
menggunakan peralatan dalam setiap pekerjaan, sehingga menimbulkan emisi CO2. (Tabel 3) Penentuan nilai emisi dalam bentuk persentasi sangat besar dalam penentuan besaran nilai emisi yang terjadi selama pelaksanaan pembangunan Monorel Kota Makassar dengan ketiga proses kegiatan baik secara proses transportasi, konstruksi dan proses produksi. (Gambar 2) PEMBAHASAN Jumlah emisi CO2 dari proses transportasi dari keempat material, bahwa baja menyumbangkan 9% dengan jumlah emisi CO2 sebesar 863.84ton CO2, semen sebesar 16 % dengan jumlah emisi 1602.43 ton CO2, Agregat halus sebesar 30% dengan jumlah emisi CO2 sebesar 3014.82 ton CO2,Agregat Kasar sebesar 45% dengan jumlah emisi CO2 sebesar 4522.23 ton CO2. Untuk proses konstruksi dari kelima tahap pelaksanaan pekerjaan, dalam tahap pelaksanaan pekerjaan tanah menyumbangkan sebesar 79% dengan jumlah emisi CO2 sebesar 3969.22 ton CO2 , pile cap menyumbangkan sebesar 12% dengan jumlah emisi CO2 sebesar 577.77 ton CO2, kolom/pilar sebesar 5 % dengan jumlah emisi sebesar 238.81 ton CO2, pada pelaksanaan pekerjaan cross head sebesar 1% dengan jumlah emisi CO2 sebesar 190.98 ton CO2, pada tahap pelaksanaan pekerjaan beam/girder sebesar 0.005% dengan jumlah emisi CO2 sebesar 24.786 ton CO2. Untuk proses produksi dari keempat material, bahwa baja menyumbangkan 1% dengan jumlah emisi CO2 sebesar 46.39 ton CO2, semen sebesar 4 % dengan jumlah emisi 206.54 ton CO2, agregat halus sebesar 38% dengan jumlah emisi CO2 sebesar 1975.34 ton CO2, agregat kasar sebesar 57% dengan jumlah emisi CO2 sebesar 2963.01 ton CO2. Persentasi konstribusi emisi yang terbesar pada saat transportasi terjadi pada agregat kasar hal ini disebabkan bahwa dalam proses transportasi ,nilai volume dan besarnya faktor emisi yang di jadikan dasar dalam penentuan emisi CO2sangat besar dibandingkan dengan
jenis material lainnya disisi lain penentuan jarak dalam proses pengambilan material merupakan hal yang terpenting dalam penentuan besaran emisi CO2 yang terjadi dalam proses transportasi berlangsung. Persentasi konstribusi emisi CO2 pada proses konstruksi pada pekerjaan Beam hal ini disebabkan volume pekerjaan Beam sangat besar dibandingkan dengan pekerjaan lainnya selain dari pada itu pekerjaan konstruksi seperti Pengecoran kolom dan pier head (kepala kolom), pekerjaan bangunan atas (struktur lapis/level dari konstruksi, direncanakan Box Girder Beton Pratekan) dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas yang timbul dari parkiran kendaraan konstruksi maupun stasioner dari alat berat pendukung konstruksi. Pengerjaan pada area persimpangan jalan dapat mengakibatkan ditutupnya sebagian lebar jalan atau terganggunya lalu lintas akibat kendaraan dan alat proyek pembangunan Makassar Metro Monorail di Kota Makassar. Pada proses produksi yang pekerjaannya mengelola bahan setengah jadi menjadi bahan jadi ini memerlukan proses yang sangat panjang dan membutuhkan proses energy yang cukup besar sehingga menimbulkan emisi CO2 yang cukup besar yang dapat mempengaruhi aktifitas lingkungan disekitarnya. Pada pekerjaan produksi sumbangsi emisi CO2 yang terbesar pada material agregat kasar hal ini diakibat volume atau tingkat kebutuhan material ini cukup besar pada saat prosess pekerjaan dibandingkan dengan material lainnya ditunjang dengan faktor emisi yang telah ditentukan. Pekerjaan Struktur merupakan pekerjaan utama dalam sebuah konstruksi karena merupakan landasan utama pada setiap konstruksi jika pekerjaan strukturnya baik maka ketahan dari bangnan tersebut akan kokoh atau kuat, seperti: Pembuatan, Pemancangan Tiang Pondasi dan Pembersihan Pondasi. Pemancangan tiang pondasi/pekerjaan pondasi, pekerjaan pemancangan tiang yang menggunakan tiang pancang selama konstruksi pembangunan Makassar Metro Monorail di Kota Makassar. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis besaran CO2 pada pekerjaan struktur Monorail Makassar pekerjaan yang memberikan sumbangan emisi CO2 terbesar dari aktifitas transportasidan yang terendah pada aktifitas konstruksi, ini disebabkan oleh peningkatan aktifitas yang
begitu besar di bidang transportasi terhadap beberapa jenis material, sedangkan untuk aktifitas konstruksi terjadi penurunan aktifitas kegiatan terhadap penggunaan peralatan yang digunakan selama proses konstruksi berlangsung, sedangkan besaran emisi terbesar yang kedua terjadi pada proses produksi karena selama proses ini cukup terjadi aktifitas yang begitu besar selama proses penyediaan bahan baku. Dalam menghitung besaran emisi CO2 dari Monorail perlu adanya faktor koefisien yang lebih akurat dari beberapa literatur atau standar yang baku dalam perhitungan selanjutnya.Keterbatasan dalam pengumpulan data sehingga dalam analisis data terjadi keterbatasan dalam menghasilkan analisis yang diinginkan,perlu adanya tindak lanjut. DAFTAR PUSTAKA AI Lvovsky, H Hansen, T Aichele, O Benson, J Mlynek, S Schiller Physical, (2000).The Journal of Physical Chemistry B 104 (14), 3349-3354, 102, 2000. Arpad Horvath, Mikhail Chester. (2007). Environmental Life-cycle Assessment of Passenger Transportation An Energy, Greenhouse Gas, and Criteria Pollutant Inventory of Rail and Air Transportation, University of California, Berkeley Azmi .(2010). Human health, well-being and the environment, has been a widely recognised problem over the last 50 years. Fachruddin, (2013) ,Aplikasi LCA dalam Pemilihan Material Konstruksi, Bangunan dan Lingkungan. Gurjar , Ozden . (2008).Human health, well-being and the environment, has been a widely recognised problem over the last 50 years. Hari Nugraha Nurjaman, Hairul Sitepu, HR Sidjabat.Sistem Pracetak Beton sebagai Sistem Konstruksi Hijau: Studi Kasus Perbandingan Energi Konstruksi dan Dampak Lingkungan di Pembangunan Rumah Susun di Batam, Ilyas.( 2009). Is Arsenic a Potential Threat for Human Health in Indonesia. Mary An curran, (1996).Enviromental life cycle asessment, McGraw – hill Shreya Dave,(2010) . Life Cycle Assessment of Transportation Options for Commuters Tietenberg.(2003). Finally, environmental valuation has been used in green national accounting exercises, for example the Green. PT. Bumi Karsa,(2011).Studi Kelayakan Sistim Transportasi Metro Monorail di wilayah metro politan Mamminasata Sulawesi Selatan World Resources Report (2008).continues the focus of the World Resources report series on poverty and the environment.
Gambar 1.Konstruksi rencana pembangunan Monorail
Tabel 1: Emisi CO2 yang ditimbulkan proses transportasi No 1 2 3 4 Total
Jenis Material Baja Semen Agregat Halus Agregat Kasar
Volume (Ton) 46393.466 86059.88
Total Jarak (Km) 7.00 7.00
Faktor Konfersi (Kg Co2/ Liter) 2.66 2.66
Emisi Co2Eqivalen (Ton) 863.84 1602.43
161913.19
7.00
2.66
3014.82
242869.79
7.00
2.66
4522.23 10003.34
Tabel 2: Emisi CO2 yang ditimbulkan proses produksi No
Jenis Material
1 Baja 2 Semen 3 Agregat Halus 4 Agregat Kasar Total
Volume (Ton) 46393.466 86059.879 161913.195 242869.79
Faktor Konversi (Kg Co2/ ton) 1.000 2.400 12.200 12.200
Emisi Co2Eqivalen (ton) 46.39 206.57 1975.38 2963.01 5191.28
Tabel 3.Emisi CO2 yang ditimbulkan proses konstruksi No
Tahap Pelaksanaan
1
Pekerjaan Tanah
2
Pile Cap
3
Kolom/Pilar
4
Cross Head
5
Beam/Girder
Total
Peralatan Excavator Whell loader Dump Truck Tenaga Kerja Ready Mix Concrete Pump Vibrator Tenaga Kerja Ready Mix Concrete Pump Vibrator Tenaga Kerja Ready Mix Concrete Pump Vibrator Tenaga Kerja Crane Trailer Tenaga Kerja
Volume 49593.6 49593.6 49593.6 12398.4 49593.6 49593.6 49593.6 123984 20498.688 20498.688 20498.688 51246.72 16393.44 16393.44 16393.44 40983.6 1377 1377 688.5
Emisi Co2 Eqivalen (ton) 2563.99 1224.96 174.07 6.20 29.76 381.87 104.15 61.99 12.30 157.84 43.05 25.62 9.84 126.23 34.43 20.49 24.51 0.28 0.344 5001.91
a. Proses Transportasi
b. Proses Konstruksi
c. Proses Produksi
Gambar 2.Persentasi konstribusi emisi CO2 dari rencana pembangunanMonorail Kota Makassar