Keynote Speech Gubernur Bank Indonesia
“Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural” Jakarta, 28 April 2016
Yang kami hormati: Bapak-Bapak para pendahulu kami sebagai Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Bapak-Bapak Anggota DPR dan BPK RI, Bapak-Ibu Anggota BSBI, Bapak-Bapak Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, dan Bapak-Ibu Pembicara, Penanggap, dan Moderator, serta Para Undangan, Hadirin yang berbahagia, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
1. Pertama-tama,
perkenankan
kami
mengajak
hadirin
untuk
memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan perkenan-Nya kita memiliki kesempatan untuk hadir dalam acara ini. Insya Allah, sebentar lagi kita akan menyaksikan bersama peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI)
1
2015 yang dilanjutkan dengan diskusi bertemakan “Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural”. 2. Buku LPI adalah publikasi rutin tahunan Bank Indonesia yang memuat secara komprehensif dinamika perekonomian nasional pada tahun yang bersangkutan. Selain mendokumentasikan perjalanan ekonomi Indonesia, LPI juga berupaya menyampaikan sejumlah pelajaran yang bisa dipetik selama kurun waktu tersebut. Upaya menggali pelajaran dari perjalanan ekonomi tersebut cukup penting karena
dapat
menjadi
fondasi
bagi
penguatan
maupun
penyempurnaan kebijakan ke depan.
[Slide #2: Tantangan Global 2015]
Bapak Ibu hadirin yang saya hormati
3. Perekonomian Indonesia selama tahun 2015 dihadapkan pada serangkaian tekanan eksternal yang berasal dari perekonomian global. Pemulihan ekonomi dunia ternyata tidak sesuai harapan, berjalan lambat, tidak berimbang, dan masih penuh ketidakpastian. Di satu sisi, negara maju, terutama perekonomian Amerika Serikat, memperlihatkan
pemulihan
yang
lebih
solid.
Di
sisi
lain,
perekonomian negara berkembang, terutama Tiongkok, mengalami perlambatan
struktural
sehingga
memicu
kemerosotan
harga
komoditas, yang pada gilirannya terus menekan kinerja ekspor Indonesia. 4. Ketidakseimbangan dalam pemulihan ekonomi global tersebut mengakibatkan terjadinya divergensi siklus kebijakan moneter antara 2
berbagai negara. Kebijakan moneter di Amerika Serikat mulai memasuki periode normalisasi, setelah dalam kurun waktu enam tahun suku bunga dipertahankan rendah. Di sisi lain, kebijakan moneter di Eropa, Jepang, dan negara berkembang semakin diperlonggar untuk menahan agar laju pertumbuhan ekonomi tidak semakin melambat. 5. Di pasar keuangan, gejolak muncul akibat penurunan harga komoditas yang terus berlanjut dan ketidakpastian mengenai kecepatan dan besarnya kenaikkan suku bunga di Amerika Serikat, serta devaluasi mata uang Yuan yang tidak diantisipasi pasar. Gejolak ini pada gilirannya berakibat pada menurunnya arus modal masuk ke negara berkembang, termasuk ke Indonesia.
[Slide #3: Tantangan Domestik 2015]
Bapak Ibu hadirin yang saya hormati
6. Situasi di tataran global tersebut membawa dampak buruk terhadap perekonomian Indonesia karena adanya sejumlah permasalahan struktural pada perekonomian domestik. 7. Struktur ekspor Indonesia lebih berbasis sumber daya alam sehingga merosotnya harga komoditas berdampak signifikan pada kinerja ekspor, yang pada gilirannya memengaruhi perlambatan kinerja di berbagai sektor perekonomian. 8. Di samping itu, masih tingginya ketergantungan impor bahan baku/barang
antara
dalam
produk
atau
kegiatan
ekspor
menyebabkan sektor industri berorientasi ekspor tidak dapat secara 3
optimal memanfaatkan depresiasi rupiah untuk meningkatkan kinerja ekspor. 9. Di
pihak
lain,
kurang
berkembangnya
sumber-sumber
pembiayaan domestik menyebabkan tingginya ketergantungan pada sumber pembiayaan dari luar negeri terutama dalam bentuk arus modal portofolio dan utang luar negeri swasta. Padahal kita ketahui bersama bahwa arus modal portofolio dan utang luar negeri sangat dipengaruhi oleh dinamika global dan rentan terhadap fluktuasi nilai tukar.
[Slide #4: Bauran Kebijakan Bank Indonesia]
Bapak Ibu hadirin yang saya hormati
10. Menyikapi tantangan eksternal dan domestik tersebut, Bank Indonesia bersama Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan memperkuat sinergi kebijakan, yang ditujukan untuk mengawal stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. 11. Upaya mengawal stabilitas makroekonomi ditempuh dengan mengarahkan inflasi ke kisaran sasaran tahun 2015 sebesar 4±1%, menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat, dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamentalnya. 12. Untuk itu, Bank Indonesia secara konsisten dan berhati-hati melanjutkan kebijakan moneter bias ketat yang telah ditempuh sejak pertengahan tahun 2013 hingga Oktober 2015. Kebijakan ini 4
juga diperkuat oleh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar guna meredam
tekanan
berlebihan
terhadap
rupiah
yang
dapat
mengganggu stabilitas perekonomian. Penerapan kebijakan dalam pengelolaan utang luar negeri swasta juga terus diperkuat agar kemampuan dunia usaha semakin baik dalam mengelola risiko, terutama yang ditimbulkan oleh risiko fluktuasi nilai tukar. 13. Sementara itu, dalam upaya mendorong momentum pemulihan ekonomi, Bank Indonesia merelaksasi kebijakan makroprudensial secara selektif dan melonggarkan Giro Wajib Minimum Primer dalam Rupiah. Kebijakan tersebut disinergikan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan stimulus ekonomi, seiring dengan ruang fiskal yang semakin terbuka sebagai dampak positif dari reformasi subsidi energi. 14. Di sektor riil sendiri, upaya mempercepat implementasi reformasi struktural juga terus dilakukan, melalui peluncuran rangkaian paket kebijakan pemerintah, yang didukung oleh beberapa langkah kebijakan Bank Indonesia dalam memperdalam pasar keuangan.
[Slide #5: Reformasi Struktural Sepanjang 2015]
Bapak Ibu hadirin yang saya hormati
15. Dalam upaya mendorong reformasi struktural pada 2015, Bank Indonesia telah melakukan koordinasi dengan otoritas terkait, yang difokuskan
pada
sektor
keuangan,
sektor
riil,
dan
sistem
pembayaran serta pengelolaan uang rupiah. Di sektor keuangan, reformasi terkait pendalaman pasar keuangan ditujukan untuk 5
memperkuat fundamental ekonomi antara lain dengan menjaga ketersediaan
likuiditas,
meningkatkan
kemudahan
dalam
bertransaksi, serta menjaga perolehan harga yang wajar (price discovery). Di sektor riil, koordinasi dalam rangka implementasi reformasi struktural juga dilakukan untuk meningkatkan daya saing industri nasional dan juga reformasi pada dua bidang unggulan, yaitu
kemaritiman dan pariwisata. Di sisi sistem pembayaran,
koordinasi
diwujudkan
dengan
membentuk
forum
sistem
pembayaran Indonesia (FSPI) sebagai sarana komunikasi dan harmonisasi arah kebijakan strategis antar otoritas di bidang sistem pembayaran. Di sisi pengelolaan uang rupiah, koordinasi dengan Pemerintah dilakukan untuk memperluas cakupan distribusi uang di wilayah NKRI dan meningkatkan kualitas uang yang beredar di masyarakat.
[Slide #6: Hasil Kebijakan]
Bapak Ibu hadirin yang berbahagia
16. Sebagaimana yang telah kita lihat bersama, berbagai respons bauran kebijakan yang ditempuh oleh BI dan Pemerintah berhasil meredam mendukung
tekanan
terhadap
momentum
stabilitas
pertumbuhan
makroekonomi ekonomi.
dan
Terciptanya
stabilitas makroekonomi tercermin pada inflasi tahun 2015 yang terkendali, defisit neraca transaksi berjalan yang menurun pada tingkat yang sehat, kembalinya arus modal ke pasar keuangan domestik, serta nilai tukar rupiah yang lebih bergerak stabil. 6
17. Tingkat inflasi dapat dikendalikan ke kisaran sasaran 4±1%. Pencapaian itu didukung oleh terkelolanya permintaan domestik, terjangkarnya ekspektasi inflasi, serta terjaganya kecukupan pasokan bahan pangan. Defisit transaksi berjalan juga menurun, menjadi sekitar 2,1% dari PDB seiring terkelolanya permintaan domestik. Sementara itu, transaksi modal dan finansial membaik pada triwulan IV 2015 ditopang oleh mulai meredanya gejolak di pasar keuangan global serta membaiknya persepsi pelaku pasar terhadap prospek perekonomian Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, nilai tukar rupiah juga mulai terkendali, bahkan mengalami apresiasi pada triwulan IV 2015. 18. Di sisi pertumbuhan ekonomi, stimulus fiskal yang ditempuh Pemerintah dan mulai kembalinya kepercayaan pelaku pasar mampu
menciptakan
momentum
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi sejak paruh kedua tahun 2015. Pada tahun 2015, Indonesia merupakan salah satu negara emerging markets yang perekonomiannya
tetap
stabil
dan
relatif
tumbuh
tinggi
dibandingkan negara emerging markets lainnya.
[Slide #7: Lessons Learned]
Bapak Ibu hadirin yang saya hormati
19. Dinamika perekonomian selama tahun 2015 melahirkan beberapa pelajaran
penting,
yang
dapat
memperkuat
prinsip-prinsip
penerapan kebijakan dalam mengelola perekonomian Indonesia ke depan. 7
20. Pelajaran pertama: kebijakan makroekonomi yang diterapkan secara disiplin, hati-hati, konsisten, dan tepat waktu, baik fiskal maupun
moneter,
menjadi kunci dalam
menjaga stabilitas
makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 21. Kedua, disiplin kebijakan makroekonomi tersebut juga perlu didukung oleh sinergi kebijakan yang kuat antarpemangku kebijakan, baik Bank Indonesia, Pemerintah Pusat dan Daerah, serta otoritas terkait lainnya. Kebijakan yang tepat dengan sinergi yang kuat, tidak hanya membawa perekonomian Indonesia dapat melewati
terpaan
guncangan,
tetapi
juga
menempatkan
perekonomian pada posisi yang tepat untuk mendapatkan momentum pertumbuhan. 22. Pelajaran Ketiga: siklus perekonomian nasional dalam beberapa tahun terakhir mengajarkan tentang pentingnya implementasi reformasi
struktural
dan
diversifikasi
sumber
pertumbuhan
ekonomi, temasuk hilirisasi, yang dapat memperkuat fondasi perekonomian, sehingga perekonomian menjadi lebih berdaya tahan (resilien) dan tumbuh secara berkelanjutan. 23. Berbagai pelajaran ini menjadi bekal penting karena kami meyakini tidak ada yang kebetulan dari dinamika ekonomi suatu bangsa. Kemampuan kita dalam menarik pelajaran dari masa lalu akan menentukan masa depan ekonomi yang mampu kita bentuk.
[Slide #8: Prospek dan Tantangan]
Bapak Ibu sekalian, 8
24. Ke depan, berbagai tantangan dan risiko perlu terus diantisipasi dan direspons dengan kebijakan yang terkoordinasi dengan baik. Di sisi ekstenal, kemungkinan berlanjutnya pemulihan ekonomi global yang masih lemah dan tidak berimbang, terus melambatnya ekonomi Tiongkok dan implikasi kebijakan yang ditimbulkannya terhadap kondisi pasar keuangan dunia, serta merosotnya harga komoditas, merupakan tiga risiko besar yang perlu dimitigasi. 25. Di dalam negeri, kebijakan reformasi struktural perlu terus diimplementasikan secara konsisten dan terarah untuk mendorong pertumbuhan potensial (potential output) serta meningkatkan produktivitas dan daya saing perekonomian. 26. Untuk itu, jalinan koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menerapkan kebijakan moneter, fiskal, dan reformasi struktural yang saling bersinergi dan menguatkan akan dilanjutkan. Bank Indonesia akan menerapkan bauran kebijakan yang tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, sementara itu secara berhati-hati dan terukur akan memanfaatkan
ruang
pelonggaran
kebijakan
moneter
dan
makroprudensial, bila berbagai parameter dalam perekonomian memungkinkan. 27. Dengan bauran kebijakan moneter, fiskal, dan reformasi struktural yang dijalankan secara disiplin, hati-hati, konsisten, dan terukur, dalam sebuah kerangka koordinasi yang bersinergi, perekonomian Indonesia ke depan akan tumbuh lebih kuat, berimbang, dan berkesinambungan.
9
28. Pada tahun 2016, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh 5,2-5,6% dan terus berada dalam tren yang meningkat dalam jangka menengah, sejalan dengan meningkatnya kapasitas perekonomian. Dengan peningkatan kapasitas perekonomian tersebut, inflasi diprakirakan dapat terjaga sesuai dengan kisaran sasaran 4±1% untuk tahun 2016-2017 dan 3,5±1% dalam jangka menengah. Dengan struktur perekonomian yang lebih baik dan sumber pertumbuhan yang lebih terdiversifikasi, defisit transaksi berjalan diprakirakan akan tetap terkendali pada tingkat yang aman dan dengan struktur yang lebih sehat. 29. Dalam jangka menengah, prospek ekonomi domestik berada dalam lintasan yang terus meningkat didukung oleh perekonomian global yang semakin pulih dan kebijakan struktural Pemerintah di sektor riil yang semakin dapat mengatasi berbagai tantangan struktural.
[Slide #9: Rekomendasi Ke Depan Terkait Reformasi Struktural]
Bapak Ibu hadirin yang saya hormati
30. Ke depan, koordinasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam
mewujudkan
reformasi
struktural
perlu
untuk
terus
dilakukan. Koordinasi ini diharapkan dapat memperkuat sinergi dalam menjawab
berbagai isu struktural, seperti (1) ketahanan
pangan, energi dan air, (2) peningkatan daya saing industri nasional dan juga memperbaiki sektor maritim dan pariwisata, (3) pembiayaan pembangunan berkesinambungan, (4) ekonomi yang 10
lebih inklusif, dan (5) penguatan modal dasar pembangunan. Berikut akan kami uraikan secara ringkas langkah-langkah kongkrit reformasi struktural di masa depan. 31. Agenda reformasi struktural di bidang ketahanan pangan, energi dan air masih panjang dan berliku. Koordinasi yang baik di antara pemangku kebijakan diperlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian dan mengatasi permasalahan yang muncul dari sisi produksi, distribusi, pemasaran, dan institusi. Kami menyambut baik komitmen dan upaya Pemerintah dalam menjaga ketersediaan pangan yang hemat kami sangat penting dalam menjaga inflasi tetap rendah dan stabil. Di bidang energi, kita juga masih perlu mendorong peningkatan produksi
dan cadangan
energi primer, bauran energi, perluasan aksesibilitas dan efisiensi penggunaan energi dan listrik, serta pengelolaan subisidi BBM yang lebih transparan dan tepat sasaran. Tidak kalah penting dan juga terkait dengan pangan dan energi, adalah upaya kita dalam memperkuat ketahanan air nasional yang dipadukan dengan konservasi sumber daya air. 32. Reformasi struktural sudah saatnya diarahkan pada upaya meningkatkan daya saing industri nasional, termasuk hilirisasi, yang apabila dibiarkan akan cenderung tergerus oleh kekuatan ekonomi baru di kawasan. Kebijakan yang terkoordinasi diperlukan dalam pengembangan industri nasional yang memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan dan pemerataan. Kita perlu mendorong peningkatan populasi industri dengan sebaran yang lebih baik, terutama di luar Jawa, dan terintegrasi dalam rantai nilai global. Terkait dengan sektor maritim dan pariwisata, 11
kita perlu terus memperkuat pembangunan konektivitas maritim, meningkatkan
promosi
potensi
pariwisata,
dan
penguatan
kelembagaan serta kapasitas SDM. 33. Upaya pembangunan yang terus kita lakukan harus didukung dengan kemampuan pembiayaan yang berkesinambungan. Dalam konteks ini, kita dihadapkan pada tantangan untuk memperkuat sumber
pembiayaan,
Kebijakan
yang
khususnya
reformatif
yang
diperlukan
berjangka dalam
panjang.
meningkatkan
ketersediaan dana yang berbasis pembiayaan jangka panjang dari domestik dan luar negeri, serta mendorong pendalaman pasar keuangan. 34. Kita tentu sepakat perlunya mewujudkan ekonomi inklusif. Kebijakan ekonomi tidak hanya terus menerus terfokus pada pertumbuhan,
tetapi
juga
harus
mengedepankan
aspek
pemerataan. Pemerataan tersebut tidak semata-mata terkait dengan distribusi hasil-hasil pembangunan, namun juga terkait upaya peningkatan dan perluasan akses masyarakat kepada layanan keuangan. Untuk mendukung ini, Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah dan otoritas terkait berkomitmen untuk terus mendorong implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), antara lain dengan penyaluran bantuan sosial secara non tunai. Dengan menyalurkan bantuan sosial secara non tunai, selain dapat memenuhi prinsip tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran, juga dapat memperluas dan meningkatkan akses masyarakat terhadap layangan keuangan formal. 35. Berbagai arah reformasi struktural itu pada akhirnya harus didukung dengan penguatan modal dasar pembangunan. Satu12
satunya jalan yang tersedia untuk memperkuat modal dasar pembangunan tersebut adalah melalui pembangunan infrastruktur dan penguatan kualitas SDM, serta penguasaan IPTEK.
[Slide #10: Penutup]
Bapak Ibu hadirin yang saya hormati
36. Demikian pengantar singkat dari kami. Uraian lebih lanjut tentang perjalanan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 telah kami susun dalam buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2015 yang akan Bapak dan Ibu peroleh di akhir acara. 37. Kami mengundang Bapak dan Ibu sekalian untuk mencermati isi buku ini yang merupakan publikasi kebanggaan Bank Indonesia. Sebagai ilustrasi sampul buku, kami telah memilih sebuah gambar tentang tari tradisional “Saman” dari Suku Gayo yang mewakili pesan utama Buku LPI 2015, yaitu: pentingnya sinergi, kecepatan, dan ketepatan tindak para pemangku kebijakan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan reformasi struktural. 38. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada narasumber, penanggap dan moderator yang berkenan memenuhi undangan kami dalam diskusi pagi ini. Kami berharap diskusi tersebut akan semakin menguatkan tekad kita untuk mempercepat reformasi struktural guna meraih pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 39. Akhir kata, atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia, kami mempersembahkan Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2015 13
kepada masyarakat Indonesia. Kami berharap buku ini mampu meneruskan tradisi LPI sebagai salah satu rujukan utama yang berkualitas dan terpercaya dalam menyusun langkah kita ke depan untuk mencapai perekonomian yang lebih baik. Semoga Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang meridhoi langkah kita dalam memajukan perekonomian Indonesia dan senantiasa melimpahkan bimbingan, petunjuk, dan rahmat-Nya kepada kita sekalian dalam berkarya. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia
14