Berikut kami sampaikan Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Jumat Minggu Ke-9 Tahun 2015
A. Berdasarkan laporan verifikasi rumor kesehatan dapat kami laporkan KLB penyakit dan keracunan pangan pada Jumat, minggu ke-9: 1. Campak di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau sebanyak 5 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: riwayat imunisasi. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) 2. Campak di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau sebanyak 21 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: diduga akses wilayah ke PKM sulit karena dilingkungan pabrik. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pemberian Vitamin A, pengambilan serum. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 3. Keracunan pangan di Kabupaten Kebumen, Provins Jawa Tengah sebanyak 13 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: diduga dari jajanan telur goreng gulung (cilor), mendoan, kripik setan, saos, es teh dan air putih. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, penyuluhan, koordinasi dengan Disperindagsar, pengobatan masal, pengambilan dan pengiriman sampel makanan ke BLK Semarang. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 4. Keracunan pangan di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah sebanyak 10 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: bakteri staphylococcus aureus yang ditemukan di minuman susu soda. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, penyuluhan ke pihak sekolah dan penjual makanan, pengobatan dan pengambilan sampel makanan. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 5. Hepatitis A di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah sebanyak 29 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: PHBS kurang, kondisi sumber air yang buruk. Upaya yang sudah dilakukan: pengambilan dan pengiriman spesimen ke Labkesda, pemberian kaporisasi. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 6. Rabies di Kota Ambon, Provinsi Maluku sebanyak 1 kasus dengan 1 kematian. Faktor risiko KLB: gigitan anjing. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pemberian VAR kepada orang tua penderita. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada)
7. Keracunan pangan di Kota Jambi, Provinsi Jambi sebanyak 6 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: diduga karena menkonsumsi bakso cilok, bakso bakar. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pengambilan dan pengiriman spesimen, pengobatan penderita. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) 8. Hepatitis A di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta sebanyak 6 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: belum diketahui masih dalam investigasi. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pengambilan serum. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 9. Campak di Kabupaten Kurai Timur, Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 4 kasus tanpa kematian. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) 10. Keracunan pangan di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat sebanyak 78 kasus tanpa kematian. Faktor risiko: diduga dari ayam yang dikonsumsi. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pengobatan dengan pemberian obat diare, pengambilan spesimen. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) 11. Rabies di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali sebanyak 1 kasus dengan 1 kematian. Faktor risiko KLB: gigitan anjing. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, KIE, diseminasi informasi kepada lintas sektor maupun lintas program, mendata kontak yang kemungkinan membutuhkan VAR, baik karena tergigit anjing maupun kontak terhadap penderita, berkoordinasi dengan Puskesmas Banjar II untuk mencari kemungkinan adanya kasus gigitan lain yang tidak melaporkan diri. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) 12. Diare di Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 26 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: E. Coli pada sumber air minum. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pengambilan sampel. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 13. Keracunan pangan di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung sebanyak 16 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: diduga dari makanan empek-empek, otak-otak, coktil, nasi, mie goreng. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pengobatan pertama bagi penderita, merujuk penderita keracunan yang membutuhkan perawatan ke puskesmas, melakukan pemantauan pada penderita keracunan, pengambilan dan pengiriman sampel.
(sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) 14. Keracunan pangan di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung sebanyak 4 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: diduga dari pisang goreng yang dibuat sendiri. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pengobatan pertama bagi penderita, merujuk penderita keracunan yang membutuhkan perawatan ke RSUD Kota Agung, melakukan pemantauan dan membuka posko pengobatan untuk mengantisipasi penambahan jumlah penderita
keracunan, pengambilan dan pengiriman sampel makanan ke
Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada)
B. Sampai dengan Jumat, minggu ke-9 Indonesia mewaspadai KLB penyakit dan keracunan pangan sebagai berikut: (tabel daftar KLB terlampir) 1. Provinsi Jawa Timur KLB DBD, difteri, TN, keracunan pangan. 2. Provinsi Jawa Tengah KLB DBD, keracunan pangan, difteri, chikungunya, hepatitis A. 3. Provinsi Jawa Barat KLB keracunan pangan, difteri, TN, campak. 4. Provinsi DIY KLB leptospirosis klinis, keracunan pangan, hepatitis A. 5. Provinsi Bali KLB rabies, keracunan pangan, difteri, DBD, campak. 6. Provinsi Jambi KLB difteri, campak, keracunan pangan. 7. Provinsi Riau KLB chikungunya, DBD, campak, TN. 8. Provinsi Sumatera Barat KLB difteri, DBD, keracunan pangan. 9. Provinsi Sumatera Utara KLB DBD, keracunan pangan, GHPR. 10. Provinsi Kalimantan Barat KLB DBD, difteri klinis, campak, TN, diare. 11. Provinsi Kalimantan Selatan KLB DBD, difteri klinis. 12. Provinsi Kalimantan Timur KLB DBD, campak. 13. Provinsi Kalimantan Tengah KLB DBD, keracunan pangan. 14. Provinsi Kalimantan Utara KLB campak. 15. Provinsi Maluku KLB HFMD, TN. 16. Provinsi Maluku Utara KLB campak. 17. Provinsi Sulawesi Selatan KLB difteri klinis, DBD, keracunan pangan, rabies, TN, campak. 18. Provinsi Sulawesi Utara KLB DBD. 19. Provinsi Sulawesi Tenggara KLB DBD. 20. Provinsi Sulawesi Tengah KLB keracunan pangan, campak, diare.
21. Provinsi Papua KLB DBD, Campak, KLB Penyakit yang belum diketahui (Malaria/ diare/campak) 22. Provinsi Lampung KLB DBD, keracunan pangan, chikungunya. 23. Provinsi Banten KLB campak, difteri, leptospirosis, meningitis klinis, TN, keracunan pangan. 24. Provinsi Nusa Tenggara Timur KLB diare, campak, keracunan pangan, DBD. 25. Provinsi DKI Jakarta KLB Leptospirosis, difteri. 26. Provinsi Gorontalo KLB DBD, campak. 27. Provinsi Bengkulu KLB campak.
C. Situasi kewaspadaan KLB DBD Indonesia s.d Jumat minggu ke-9 1. Provinsi Kalimantan Selatan a. Kabupaten Hulu Sungai Selatan (191 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,6%) b. Hulu Sungai Utara (111 kasus, 4 kematian, angka kematian 3,6%) c. Hulu Sungai Tengah (143 kasus, 2 kematian, angka kematian 1,4%) d. Balangan (63 kasus, 2 kematian, angka kematian 3,2%) e. Banjar (102 kasus, 0 kematian) 2. Provinsi Jawa Timur a. Kabupaten Banyuwangi (247 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,4%) b. Kabupaten Jombang (153 kasus, 4 kematian, angka kematian 2,61%) c. Kabupaten Kediri (225 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,3%) d. Kota Kediri (56 kasus, 0 kematian) e. Kabupaten Madiun (102 kasus, 2 kematian, angka kematian 1,9%) f.
Kota Madiun (61 kasus, 0 kematian)
g. Kabupaten Mojokerto (93 kasus, 4 kematian, angka kematian 4,3%) h. Kabupaten Probolinggo (257 kasus, 2 kematian, angka kematian 0,73%) i.
Kabupaten Sumenep (478 kasus, 3 kematian, angka kematian 0,6%)
j.
Kabupaten Trenggalek (186 kasus, 0 kematian)
k. Kabupaten Tulungagung (293 kasus, 0 kematian) l.
Kabupaten Lamongan (209 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,4%)
m. Kabupaten Magetan (66 kasus, 2 kematian, angka kematian 3,03%) n. Kabupaten Nganjuk (179 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,6%) o. Kabupaten Ngawi (180 kasus, 2 kematian, angka kematian 1,1%) p. Kabupaten Pemekasan (189 kasus, 7 kematian, angka kematian 3,7%)
q. Kabupaten Ponorogo (205 kasus, 0 kematian) r.
Kabupaten Pacitan (372 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,2%)
s. Kabupaten Sampang (250 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,2%) t.
Kabupaten Bangkalan (368 kasus, 4 kematian, angka kematian 1,08%)
u. Kabupaten Bondowoso (238 kasus, 2 kematian, angka kematian 0,84%) v. Kabupaten Malang (210 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,4%) w. Kabupaten Blitar (130 kasus, 3 kematian, angka kematian 2,3%) x. Kabupaten Bojonegoro (133 kasus, 3 kematian, angka kematian 2,2%) y. Kabupaten Pasuruan (83 kasus, 5 kematian, angka kematian 6,02%) z. Kota Pasuruan (16 kasus, 0 kematian) aa. Kabupaten Situbondo (90 kasus, 5 kematian, angka kematian 3. Provinsi Jawa Tengah: a. Kabupaten Sragen (74 kasus, 2 kematian, angka kematian 2,7%) b. Kabupaten Kudus (199 kasus, 6 kematian, angka kematian 3,02%) 4. Provinsi Sulawesi Tenggara: Kabupaten Wakatobi (28 kasus, 4 kematian, angka kematian 14,29%) 5. Provinsi Sulawesi Selatan: a. Kabupaten Luwu Utara (10 kasus, 0 kematian) b. Kabupaten Bone (13 kasus, 1 kematian, angka kematian 7,7%) 6. Provinsi Sulawesi Utara: a. Kota Manado (115 kasus, 3 kematian, angka kematian 2,6%) b. Kabupaten Minahasa Utara (87 kasus, 1 kematian, angka kematian 1,1%) c. Kota Bitung (26 kasus, 0 kematian) d. Kota Tomohon (16 kasus, 0 kematian) e. Kabupaten Sitaro (15 kasus, 1 kematian, angka kematian 6,6%) f.
Kabupaten Bolmong (14 kasus, 0 kematian)
g. Kabupaten Bolmong Timur (6 kasus, 0 kematian) h. Kabupaten Minahasa Selatan (11 kasus, 0 kematian) i.
Kabupaten Minahasa (59 kasus, 0 kematian)
7. Provinsi Kalimantan Tengah: Kabupaten Kapuas (82 kasus, 2 kematian, angka kematian 2,44%) 8. Provinsi Kalimantan Barat: Kabupaten Ketapang (31 kasus, 1 kematian, angka kematian 3,23%)
9. Provinsi Kalimantan Timur: Kota Balikpapan (89 kasus, 2 kematian, angka kematian 2,25%) 10. Provinsi Sumatera Barat: Kabupaten Padang Pariaman (16 kasus, 0 kematian) 11. Provinsi Sumatera Utara: a. Kabupaten Dairi (5 kasus, 1 kematian, angka kematian 20%) b. Kabupaten Serdang Bedagai (15 kasus, 3 kematian, angka kematian 20%) 12. Provinsi Papua: a. Kota Jayapura (37 kasus, 1 kematian, angka kematian 2,7%) b. Kabupaten Merauke (61 kasus, 0 kematian) 13. Provinsi Lampung a. Kabupaten Lampung Utara (28 kasus, 1 kematian, angka kematian 3,57%) b. Bandar Lampung (71 kasus, 3 kematian, angka kematian 4,23%) 14. Provinsi Gorontalo a. Kabupaten Gorontalo (54 kasus, 2 kematian, angka kematian 3,7%) b. Kabupaten Wonebolango (10 kasus, 1 kematian, angka kematian 10%) c. Kota Gorontalo (18 kasus, 1 kematian, angka kematian 5,56%) 15. Provinsi Nusa Tenggara Timur: a. Kabupaten Manggarai Barat (40 kasus, 0 kematian) b. Kota Kupang (21 kasus, 0 kematian) c. Kabupaten Sikka (9 kasus, 0 kematian)Provinsi Bali: Kota Denpasar (4 kasus, 4 kematian, angka kematian 100%) 16. Provinsi Riau: Kota Pekanbaru (164 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,83%) 17. Provinsi Bali: Kota Denpasar (4 kasus, 4 kematian, angka kematian 100%)