Yth. Bapak/Ibu Berikut kami sampaikan Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Jumat Minggu Ke-11 Tahun 2015:
A. Berdasarkan laporan verifikasi rumor kesehatan dapat kami laporkan KLB penyakit dan keracunan pangan pada Jumat, minggu ke-11: 1. KLB Campak terjadi di Kabupaten Plewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat sebanyak 21 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB belum diketahui. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pengobatan, pemberian Vitamin A, penyuluhan, pengambilan sampel darah. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 2. KLB Campak terjadi di Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat sebanyak 8 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: belum diketahui. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pelacakan, penyuluhan, pengambilan sampel, pemberian Vitamin A. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 3. KLB campak terjadi di Kabupaten Boul, Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 8 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: belum diketahui Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, tatalaksana kasus. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) 4. KLB Campak terjadi di Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 10 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: belum diketahui. Upaya yang sudah dilakukan: masih dilakukan investigasi. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) 5. KLB Leptospirosis terjadi di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat sebanyak 1 kasus 1 kematian. Faktor Risiko KLB: daerah tempat tinggal merupakan daerah banjir. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, penyuluhan di daerah kasus, surveilans ketat pada daerah kasus. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) 6. KLB Campak terjadi di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh sebanyak 19 kasus tanpa kematian. Faktor risiko KLB: belum diketahui. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pemberian Vitamin A, pengambilan spesimen, pengobatan sesuai gejala. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 7. KLB Keracunan Pangan terjadi di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh sebanyak 19 kasus tanpa kematian. Faktor Risiko KLB: belum diketahui. Upaya yang sudah
dilakukan: investigasi, terapi sesuai dengan gejala, pemasangan infus, pengambilan spesimen mie untuk diperiksa di BPOM. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada). 8. KLB Diare terjadi di Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh sebanyak 1 kasus dengan 1 kematian. Faktor Risiko KLB: lingkungan buruk air sungai. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pengobatan penderita. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 9. KLB Diare terjadi di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara sebanyak 42 kasus dengan 1 kematian. Faktor Risiko KLB: sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, tatalaksana kasus. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) 10. KLB Keracunan Pangan terjadi di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara sebanyak 63 kasus tanpa kematian. Faktor Risiko KLB: diduga karena memakan mie ayam. Upaya yang sudah dilakukan: investigasi, pengambilan spesimen. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 belum ada) B. Sampai dengan Jumat, minggu ke-11 Indonesia mewaspadai KLB penyakit dan keracunan pangan sebagai berikut: (tabel daftar KLB terlampir) 1. Provinsi Jawa Timur KLB DBD, difteri, TN, keracunan pangan. 2. Provinsi Jawa Tengah KLB DBD, keracunan pangan, difteri, chikungunya, hepatitis A. 3. Provinsi Jawa Barat KLB keracunan pangan, difteri, TN, campak, leptospirosis. 4. Provinsi DIY KLB leptospirosis klinis, keracunan pangan, hepatitis A. 5. Provinsi Bali KLB rabies, keracunan pangan, difteri, DBD, campak. 6. Provinsi Jambi KLB difteri, campak, keracunan pangan. 7. Provinsi Riau KLB chikungunya, DBD, campak, TN. 8. Provinsi Sumatera Barat KLB difteri, DBD, keracunan pangan. 9. Provinsi Sumatera Utara KLB DBD, keracunan pangan, GHPR. 10. Provinsi Sumatera Selatan KLB keracunan pangan. 11. Provinsi Kalimantan Barat KLB DBD, difteri klinis, campak, TN, diare. 12. Provinsi Kalimantan Selatan KLB DBD, difteri klinis. 13. Provinsi Kalimantan Timur KLB DBD, campak. 14. Provinsi Kalimantan Tengah KLB DBD, keracunan pangan. 15. Provinsi Kalimantan Utara KLB campak. 16. Provinsi Maluku KLB HFMD, TN. 17. Provinsi Maluku Utara KLB campak. 18. Provinsi Sulawesi Selatan KLB difteri klinis, DBD, keracunan pangan, rabies, TN, campak. 19. Provinsi Sulawesi Utara KLB DBD, difteri, campak 20. Provinsi Sulawesi Tenggara KLB DBD.
21. Provinsi Sulawesi Tengah KLB keracunan pangan, campak, diare. 22. Provinsi Papua KLB DBD, Campak, KLB Penyakit yang belum diketahui (Malaria/ diare/campak) 23. Provinsi Lampung KLB DBD, keracunan pangan, chikungunya. 24. Provinsi Banten KLB campak, difteri, leptospirosis, meningitis klinis, TN, keracunan pangan. 25. Provinsi Nusa Tenggara Timur KLB diare, campak, keracunan pangan, DBD. 26. Provinsi DKI Jakarta KLB Leptospirosis, difteri. 27. Provinsi Gorontalo KLB DBD, campak. 28. Provinsi Bengkulu KLB campak, keracunan pangan. 29. Provinsi Aceh KLB Campak, Chikungunya, Keracunan Pangan, diare 30. Provinsi Nusa Tenggara Barat KLB Campak C. Situasi kewaspadaan KLB DBD Indonesia s.d Jumat minggu ke-11 1.
Provinsi Kalimantan Selatan a. Kabupaten Hulu Sungai Selatan (191 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,6%) b. Hulu Sungai Utara (111 kasus, 4 kematian, angka kematian 3,6%) c. Hulu Sungai Tengah (143 kasus, 2 kematian, angka kematian 1,4%) d. Balangan (63 kasus, 2 kematian, angka kematian 3,2%) e. Banjar (102 kasus, 0 kematian)
2. Provinsi Jawa Timur a. Kabupaten Banyuwangi (494 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,2%) b. Kabupaten Jombang (153 kasus, 4 kematian, angka kematian 2,61%) c. Kabupaten Kediri (366 kasus, 5 kematian, angka kematian 1,3%) d. Kota Kediri (57 kasus, 0 kematian) e. Kabupaten Madiun (102 kasus, 2 kematian, angka kematian 1,9%) f.
Kota Madiun (64 kasus, 0 kematian)
g. Kabupaten Mojokerto (93 kasus, 4 kematian, angka kematian 4,3%) h. Kabupaten Probolinggo (238 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,4%) i.
Kabupaten Sumenep (451 kasus, 6 kematian, angka kematian 1,3%)
j.
Kabupaten Trenggalek (209 kasus, 0 kematian)
k. Kabupaten Tulungagung (266 kasus, 0 kematian) l.
Kabupaten Lamongan (240 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,4%)
m. Kabupaten Magetan (74 kasus, 2 kematian, angka kematian 2,7%) n. Kabupaten Nganjuk (317 kasus, 3 kematian, angka kematian 0,9%) o. Kabupaten Ngawi (271 kasus, 5 kematian, angka kematian 1,8%) p. Kabupaten Pemekasan (316 kasus, 4 kematian, angka kematian 1,2%)
q. Kabupaten Ponorogo (205 kasus, 0 kematian) r. Kabupaten Pacitan (371 kasus, 3 kematian, angka kematian 0,8%) s. Kabupaten Sampang (250 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,2%) t. Kabupaten Bangkalan (447 kasus, 4 kematian, angka kematian 0,8%) u. Kabupaten Bondowoso (238 kasus, 2 kematian, angka kematian 0,84%) v. Kabupaten Malang (210 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,4%) w. Kabupaten Blitar (194 kasus, 4 kematian, angka kematian 2%) x. Kabupaten Bojonegoro (171 kasus, 2 kematian, angka kematian 1,1%) y. Kabupaten Pasuruan (123 kasus, 7 kematian, angka kematian 5,6%) z. Kota Pasuruan (16 kasus, 0 kematian) aa. Kabupaten Situbondo (90 kasus, 4 kematian, angka kematian 4,4%) 3. Provinsi Jawa Tengah: a. Kabupaten Sragen (74 kasus, 2 kematian, angka kematian 2,7%) b. Kabupaten Kudus (199 kasus, 6 kematian, angka kematian 3,02%) 4. Provinsi Sulawesi Tenggara: Kabupaten Wakatobi (28 kasus, 4 kematian, angkakematian 14,29%) 5. Provinsi Sulawesi Selatan: a. Kabupaten Luwu Utara (10 kasus, 0 kematian) b. Kabupaten Bone (13 kasus, 1 kematian, angka kematian 7,7%) 6. Provinsi Sulawesi Utara: a. Kota Manado (115 kasus, 3 kematian, angka kematian 2,6%) b. Kabupaten Minahasa Utara (87 kasus, 1 kematian, angka kematian 1,1%) c. Kota Bitung (26 kasus, 0 kematian) d. Kota Tomohon (16 kasus, 0 kematian) e. Kabupaten Sitaro (15 kasus, 1 kematian, angka kematian 6,6%) f.
Kabupaten Bolmong (14 kasus, 0 kematian)
g. Kabupaten Bolmong Timur (6 kasus, 0 kematian) h. Kabupaten Minahasa Selatan (11 kasus, 0 kematian) i.
Kabupaten Minahasa (59 kasus, 0 kematian)
7. Provinsi Kalimantan Tengah: Kabupaten Kapuas (82 kasus, 2 kematian, angka kematian 2,44%) 8. Provinsi Kalimantan Barat: Kabupaten Ketapang (31 kasus, 1 kematian, angka kematian 3,23%) 9. Provinsi Kalimantan Timur: Kota Balikpapan (89 kasus, 2 kematian, angka kematian 2,25%) 10. Provinsi Sumatera Barat: Kabupaten Padang Pariaman (16 kasus, 0 kematian)
11. Provinsi Sumatera Utara: a. Kabupaten Dairi (5 kasus, 1 kematian, angka kematian 20%) b. Kabupaten Serdang Bedagai (15 kasus, 3 kematian, angka kematian 20%) 12. Provinsi Papua: a. Kota Jayapura (37 kasus, 1 kematian, angka kematian 2,7%) b. Kabupaten Merauke (61 kasus, 0 kematian) 13. Provinsi Lampung a. Kabupaten Lampung Utara (28 kasus, 1 kematian, angka kematian 3,57%) b. Bandar Lampung (71 kasus, 3 kematian, angka kematian 4,23%) 14. Provinsi Gorontalo a. Kabupaten Gorontalo (54 kasus, 2 kematian, angka kematian 3,7%) b. Kabupaten Wonebolango (10 kasus, 1 kematian, angka kematian 10%) c. Kota Gorontalo (18 kasus, 1 kematian, angka kematian 5,56%) 15. Provinsi Nusa Tenggara Timur: a. Kabupaten Manggarai Barat (40 kasus, 0 kematian) b. Kota Kupang (21 kasus, 0 kematian) c. Kabupaten Sikka (9 kasus, 0 kematian)Provinsi Bali: Kota Denpasar (4 kasus, 4 kematian, angka kematian 100%) 16. Provinsi Riau: Kota Pekanbaru (164 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,83%) 17. Provinsi Bali: Kota Denpasar (4 kasus, 4 kematian, angka kematian 100%)
Salam, Posko KLB, Ditjen PP & PL (021) 4257125), (+62) 81219241850