Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Tahun 2015 Jumat, Minggu ke-7
Berikut kami sampaikan Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Tahun 2015 Jumat, Minggu Ke-7
A. Berdasarkan laporan verifikasi rumor kesehatan dapat kami laporkan KLB penyakit dan keracunan pangan pada Jumat, minggu ke-7: 1. DBD di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah kasus 13 penderita dengan 1 kematian. Factor risiko KLB: Masyarakat menampung air hujan di ember, curah hujan jarang, berada didaerah pantai.Upaya yang sudah dilakukan: PE, fogging massal. (sumber informasi: petugas surveilans provinsi, W1 ada) 2. Campak di Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Tojo Una Una dengan jumlah kasus 8 orang tanpa kematian, Kabupaten Parigi Mautong dengan jumlah kasus 20 orang tanpa kematian, Kabupaten Banggai dengan jumlah kasus 5 penderita tanpa kematian. Upaya yang sudah dilakukan: Investigasi, pemberian vitamin A. (sumber: petugas surveilans provinsi, ada W1) 3. Keracunan pangan di Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah kasus 3 orang tanpa kematian. Faktor risiko KLB: Diduga karena menkonsumsi roti yang sudah kadaluarsa yang dibeli dijajanan. Upaya yang sudah dilakukan: Investigasi, pengambilan sampel. (sumber: petugas surveilans provinsi, belum ada W1) 4. Campak di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu dengan jumlah kasus 18 orang tanpa kematian. Upaya yang sudah dilakukan: Pengobatan simpatitis, pemberian vitamin A, surveilans ketat. (sumber: petugas surveilans provinsi, ada W1) 5. Keracunan pangan di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dengan jumlah kasus 106 orang tanpa kematian. Faktor risiko KLB: diduga karena mengkonsumsi nasi bungkus pada acara syukuran tujuh bulanan kehamilan salah satu warga. Upaya yang sudah dilakukan:
investigasi,
pengobatan
penderita,
pembuatan
poskes,
penyuluhan,
pengambilan dan pengiriman spesimen, surveilans ketat di lokasi kejadian, pencatatan dan pelaporan.
B. Sampai dengan Jumat minggu ke-7 Indonesia mewaspadai KLB penyakit dan keracunan pangan sebagai berikut: (tabel daftar KLB terlampir) 1. Provinsi Jawa Timur KLB DBD, difteri, TN, keracunan pangan. 2. Provinsi Jawa Tengah KLB DBD, keracunan pangan, difteri, chikungunya. 3. Provinsi Jawa Barat KLB keracunan pangan, difteri, TN. 4. Provinsi DIY KLB leptospirosis klinis, keracunan pangan. 5. Provinsi Bali KLB rabies, keracunan pangan, difteri, DBD. 6. Provinsi Jambi KLB difteri, campak. 7. Provinsi Riau KLB chikungunya, DBD, campak. 8. Provinsi Sumatera Barat KLB difteri, DBD. 9. Provinsi Sumatera Utara KLB DBD, keracunan pangan, GHPR. 10. Provinsi Kalimantan Barat KLB DBD, difteri klinis, campak, TN, diare. 11. Provinsi Kalimantan Selatan KLB DBD, difteri klinis. 12. Provinsi Kalimantan Timur KLB DBD. 13. Provinsi Kalimantan Tengah KLB DBD, keracunan pangan. 14. Provinsi Maluku KLB HFMD, TN. 15. Provinsi Maluku Utara KLB campak. 16. Provinsi Sulawesi Selatan KLB difteri klinis, DBD, keracunan pangan. 17. Provinsi Sulawesi Utara KLB DBD. 18. Provinsi Sulawesi Tenggara KLB DBD. 19. Provinsi Sulawesi Tengah KLB keracunan pangan. 20. Provinsi Papua KLB DBD. 21. Provinsi Lampung KLB DBD, keracunan pangan, chikungunya. 22. Provinsi Banten KLB campak, difteri, leptospirosis, meningitis klinis, TN, keracunan pangan. 23. Provinsi Nusa Tenggara Timur KLB diare, campak, keracunan pangan, DBD. 24. Provinsi DKI Jakarta KLB Leptospirosis, difteri. 25. Provinsi Gorontalo KLB DBD. 26. Provinsi Bengkulu KLB campak.
C. Situasi kewaspadaan KLB DBD Indonesia s.d Jumat minggu ke-7 1. Provinsi Jawa Tengah: Kabupaten Sragen (74 kasus, 2 kematian, angka kematian 2,7%) 2. Provinsi Sumatera Barat: Kabupaten Padang Pariaman (16 kasus, 0 kematian)
3. Provinsi Sumatera Utara: a. Kabupaten Dairi (5 kasus, 1 kematian, angka kematian 20%) b. Kabupaten Serdang Bedagai (15 kasus, 3 kematian, angka kematian 20%) 4. Provinsi Kalimantan Barat: Kabupaten Ketapang (31 kasus, 1 kematian, angka kematian 3,23%) 5. Provinsi Kalimantan Selatan a. Kabupaten Hulu Sungai Selatan (191 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,57%) b. Hulu Sungai Utara (111 kasus, 4 kematian, angka kematian 3,6%) c. Hulu Sungai Tengah (143 kasus, 2 kematian, angka kematian 1,4%) d. Balangan (63 kasus, 2 kematian, angka kematian 3,17%) e. Banjar (102 kasus, 0 kematian) 6. Provinsi Kalimantan Timur: Kota Balikpapan (89 kasus, 2 kematian, angka kematian 2,25%) 7. Provinsi Kalimantan Tengah: Kabupaten Kapuas (82 kasus, 2 kematian, angka kematian 2,44%) 8. Provinsi Sulawesi Selatan: Kabupaten Luwu Utara (10 kasus, 0 kematian) 9. Provinsi Sulawesi Utara: a. Kota Manado (115 kasus, 3 kematian, angka kematian 2,61%) b. Kabupaten Minahasa Utara (87 kasus, 1 kematian, angka kematian 1,15%) c. Kabupaten Bitung (26 kasus, 0 kematian) d. Kabupaten Tomohon (16 kasus, 0 kematian) e. Kabupaten Sitaro (15 kasus, 1 kematian, angka kematian 6,67%) f.
Kabupaten Bolmong (14 kasus, 0 kematian)
g. Kabupaten Bolmong Timur (6 kasus, 0 kematian) h. Kabupaten Minahasa Selatan (11 kasus, 0 kematian) i.
Kabupaten Minahasa (59 kasus, 0 kematian)
10. Provinsi Papua: Kota Jayapura (27 kasus, 0 kematian) 11. Provinsi Lampung a. Kabupaten Lampung Utara (28 kasus, 1 kematian, angka kematian 3,57%) b. Bandar Lampung (71 kasus, 3 kematian, angka kematian 4,23%) 12. Provinsi Jawa Timur a. Kabupaten Sumenep (502 kasus, 5 kematian, angka kematian 1%) b. Kabupaten Pacitan (268 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,37%) c. Kabupaten Bangkalan (277 kasus, 2 kematian, angka kematian 0,72%)
d. Kabupaten Banyuwangi (247 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,4%) e. Kabupaten Jombang (153 kasus, 4 kematian, angka kematian 2,61%) f.
Kabupaten Probolinggo (240 kasus, 2 kematian, angka kematian 0,8%)
g. Kabupaten Tulungagung (256 kasus, 0 kematian) h. Kabupaten Kediri (225 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,3%) i.
Kabupaten Trenggalek (152 kasus, 0 kematian)
j.
Kabupaten Ngawi (180 kasus, 2 kematian, angka kematian 1,1%)
k. Kabupaten Nganjuk (151 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,9%) l.
Kabupaten Lamongan (160 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,6%)
m. Kabupaten Mojokerto (83 kasus, 4 kematian, angka kematian 4,82%) n. Kabupaten Ponorogo (175 kasus, 0 kematian) o. Kabupaten Sampang (250 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,2%) p. Kabupaten Madiun (102 kasus, 2 kematian, angka kematian 1,9%) q. Kabupaten Blitar (57 kasus, 0 kematian) r.
Kabupaten Pemekasan (54 kasus, 4 kematian, angka kematian 7,41%)
s. Kota Kediri (56 kasus, 0 kematian) t.
Kabupaten Magetan (60 kasus, 2 kematian, angka kematian 3,3%)
u. Kota Madiun (44 kasus, 0 kematian) v. Kabupaten Pasuruan (68 kasus, 5 kematian, angka kematian 7,3%) w. Kabupaten Bondowoso (238 kasus, 2 kematian, angka kematian 0,84%) x. Kabupaten Malang (183 kasus, 1 kematian, angka kematian 0,55%) y. Kabupaten Bojonegoro (55 kasus, 1 kematian, angka kematian 1,82%) z. Kota Batu (12 kasus, 0 kematian) aa. Kota Blitar (20 kasus, 0 kematian) 13. Provinsi Sulawesi Tenggara: Kabupaten Wakatobi (28 kasus, 4 kematian, angka kematian 14,29%) 14. Provinsi Gorontalo a. Kabupaten Gorontalo (29 kasus, 1 kematian, angka kematian 3,45%) b. Kabupaten Wonebolango (10 kasus, 1 kematian, angka kematian 10%) c. Kota Gorontalo (18 kasus, 1 kematian, angka kematian 5,56%) 15. Provinsi Nusa Tenggara Timur: a. Kabupaten Manggarai Barat (35 kasus, 0 kematian) b. Kota Kupang (21 kasus, 0 kematian) c. Kabupaten Sikka (9 kasus, 0 kematian)
16. Provinsi Bali: Kota Denpasar (2 kasus, 2 kematian, angka kematian 100%) 17. Provinsi Riau: Kota Pekanbaru (164 kasus, 3 kematian, angka kematian 1,83%)