Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.3, No.1, April 2015 ISSN: 2337-8166
PROFIL KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 2 WONOAYU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DALAM MEMECAHKAN MASALAH KONTEKSTUAL BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH POLYA (PROFILE OF MATHEMATIC STUDENTS ABILITIES IN VIII-C GRADE AT SMP NEGERI 2 WONOAYU YEAR 2014/2015 IN SOLVING CONTEXTUAL PROBLEMS BASED STEPS OF TROUBLESHOOTING POLYA) Bella Agustin Hariyanto (
[email protected]) Bambang Soerjono Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo Abstak Pemahaman tentang manfaat matematika dalam kehidupan sangat berperan penting untuk memotivasi siswa mempelajari matematika. Pembelajaran awal matematika lebih tepat jika memanfaatkan lingkungan yang dekat dengan kehidupan siswa. Masalah kontekstual merupakan masalah yang dibuat dengan memperhatikan suasana lingkungan sekitar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan profil kemampuan matematika siswa kelas VIII-C SMP NEGERI 2 Wonoayu tahun pelajaran 2014/2015 dalam memecahkan masalah kontekstual berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah Polya menggunakan tes tulis dan angket. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melakukan rencana penyelesaian dan melihat kembali penyelesaian siswa kelas VIII-C SMP NEGERI 2 Wonoayu tahun pelajaran 2014/2015 berkemampuan matematika tinggi termasuk kategori baik. Kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesaian, dan melakukan rencana penyelesaian untuk siswa berkemampuan matematika sedang termasuk baik, sedangkan kemampuan melihat kembali penyelesaian termasuk kategori cukup. Untuk siswa berkemampuan matematika rendah dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian termasuk baik, sedangkan kemampuan melakukan rencana penyelesaian dan melihat kembali penyelesaian termasuk dalam kategori cukup. Kata kunci: Profil Kemampuan Memecahkan Masalah, Masalah Kontekstual, Tingkat Kemampuan Matematika.
37
38 Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.3, No.1, April 2015 ISSN: 2337-8166
Abstract Understanding about the benefits of mathematics in people life has important role to motivate students in learning mathematics. The early learning of mathematics more precise if use the environment which close with students life. Contextual issues is a problem which is made by attention to the students surrounding. This research is kualitatif research, to description profile of mathematic students abilities in VIII-C grade at SMP Negeri 2 Wonoayu year 2014/2015 in solving contextual problems based steps of troubleshooting Polya used written test and quetionnaires. Based on analysis of the data obtained, it can be concluded that the ability to understand problems, plan solutions, do settlement plan and review at the completion of high math ability students categorized as good. The ability to understand problems, plan solutions, and do plans for the completion for mathematics students with moderate skill as categories good, while the ability to review at the settlement include enough categories. For the low math ability students in understanding the problem and settlement plan is categories good, while the ability to do plan and review at the completion include as categories good. Key words: Profile Problem-Solving Skills, Contextual Issues, The Level of Mathematic Ability. Pendahuluan Konsep Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan ilmu matematika sangat berpengaruh untuk berbagai bidang ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan karakteristik ilmu matematika yang dapat diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman tentang manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari sangat berperan penting untuk memotivasi siswa mempelajari matematika. Dengan rasa ingin tahu dan minat dalam diri siswa akan membantu mereka membangunpemahaman konsep yang telah dipelajari dengan baik.Memecahkan suatu masalah matematika dapat memberikan pengalaman baru pada siswa dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki. Hal ini berarti bahwa siswa dituntut untuk mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara mandiri sebagai bekal masa depan mereka. Dengan kata lain siswa dapat berlatih dan menyempurnakan konsep-konsep, teorema-teorema yang telah dipelajari sebelumnya (Hudojo, 2003:166). Banyak sekali manfaaat melatih siswa menyelesaikan soal berupa pemecahan masalah. Ruseffendi (1988:341) menyatakan
39 Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.3, No.1, April 2015 ISSN: 2337-8166
beberapa alasan mengapa siswa perlu diberi soal tipe pemecahan masalah, diantaranya karena kegiatan memecahkan masalah dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa, memotivasi dan menumbuhkan sifat kreatif siswa dalam menemukan solusinya; dapat meningkatkan kemampuan penerapan siswa dari ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh ke dalam kehidupan nyata; dapat menumbuhkan kemampuan analisis dan sintesis siswa; serta siswa dapat melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan. Namun dalam kenyataan yang terjadi dilapangan pada saat peneliti melakukan PPL (Program Pengalaman Lapangan), peneliti menjumpai guru yang lebih banyak menekankan pembelajaran ilmu matematika yang bersifat abstrak, dalam artian guru tersebut hanya memberikan soal-soal yang merupakan penerapan dari rumus-rumus yang diterangkan menggunakan metode ceramah. Melatih siswa dengan soal penerapan bentuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dengan membebaskan siswa memilih cara atau rumus dari pemecahan masalah yang diberikan masih jarang ditemui oleh peneliti. Suatu permasalahan yang diberikan kepada siswa sebaiknya menggunakan objek-objek yang berada disekitar lingkungan siswa. Masalah yang dibuat dengan mengaitkan lingkungan sekitar siswa merupakan masalah kontekstual Soedjadi (2007:14). Hal ini merupakan alasan perlunya memberi soal berupa penerapan bentuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekitar siswasesering mungkin dilakukan pada saat proses pembelajaran. Karena pemahaman pada setiap masalah kontekstual yang diberikan oleh guru akan memotivasi siswa untuk menemukan pemecahan masalahnya secara terampil, yang akan berguna sekali untuk kehidupan sehari-hari siswa yang tidak lepas oleh adanya masalah kontekstual. Semakin sering
siswa
menemukan
soal-soal
tentang
penerapan
pemecahan
masalah
kontekstualsemakin terlatih siswa dalam memahami penyelesaian dari setiap permasalahan tersebut. Hal ini menyebabkan siswa lebih mudah menyelesaikan setiap permasalahan, karena telah terbiasa memahami masalah kontekstual. Setelah proses pemahaman terhadapsuatu permasalahan,siswa dapatmerencanakan penyelesaian dari permasalahan tersebut dan selanjutnya melakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana penyelesaian yang dibuatdengan baik. Masalah kontekstual merupakan suatu persoalan yang berada dalam lingkungan siswa dan dibutuhkan penyesuaian bagian tertentu dari pembelajaran matematika dengan kebutuhan dan pemahaman individu
40 Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.3, No.1, April 2015 ISSN: 2337-8166
tentang lingkungannya, baik dalam lingkungan yang sempit maupun lingkungan yang lebih luas (Soedjadi, 2007:31).Dalam penyusunan suatu masalah kontekstual membutuhkan kreativitas dan kecermatan guru dalam mengamati lingkungan sekitar siswa. Suasana lingkungan atau kondisi kontekstual juga menentukan masalah kontekstual yang akan dibuat. Misalnya masalah kontekstual yang menggambarkan tentang suasana lingkungan perkotaan tidak sama dengan masalah kontekstual yang menggambarkan lingkungan pedesaan. Masalah kontekstual matematika di lingkungan perkotaan tidak tepat jika menggunakan pengertian “persawahan”, lain halnya jika persawahan digunakan pada masalah kontekstual matematika di lingkungan pedesaan. Arti pemecahan masalah secara sederhana merupakan proses penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut (Hudojo, 2003:165). Ruseffendi (1988:335) mengungkapkan bahwa masalah dalam matematika adalah sesuatu persoalan yang ia sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara atau alogaritma yang rutin. Jadi dapat dikatakan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan usaha siswa untuk menyelesaikan suatu persoalan tanpa menggunakan prosedur rutin berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang dimiliki siswa. Kemampuan matematika siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses siswa menggunakan segala pengetahuannya dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah yang dinyatakan dengan skor. Harmuji (2012:15) menyatakan bahwa tes kemampuan
matematika
merupakan
instrumen
yang
digunakan
untuk
mengklarifikasikan perbedaan kemammpuan matematika. Tes matematika yang dimaksud dalam peneliti ini adalah tes yang meliputi pelajaran matematika yang sudah dipelajari oleh siswa. Tingkat kemampuan matematika siswa akan disesuaikan dengan masing-masing skor yang didapat dari hasil tes kemampuan matematika siswa. Dalam menentukan kedudukan seseorang siswa, terlebih dahulu kelas dibagi menjadi kelompok kemudian dari pengelompokan itu dapat diketahui dia termasuk kelompok mana (Arikunto, 2012:298). Menurut Muchlisin (2009 : 92), profil merupakan sketsa atau gambaran tentang seseorang. Pengertian profil menurut Muiz (2008 : 6) adalah gambaran berupa deskripsi hasil pekerjaan siswa. Profil yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran tentang kemampuan matematika siswa. Profil kemampuan matematika siswa memecahkan masalah kontekstual merupakan gambaran
41 Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.3, No.1, April 2015 ISSN: 2337-8166
proses penyelesaian siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar siswa. Profil kemampuan pemecahan masalah kontekstual siswa tersebut diamati dengan menggunakan acuan empat langkah pemecahan masalah menurut Polya yang meliputi memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melihat kembali penyelesaian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian untuk memahami apa yang dialami subjek penelitian pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode yang alamiah (Moleong, 2008:6). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap profil kemampuan siswa SMPNEGERI 2 Wonoayu dalam memecahkan masalah kontekstual berdasarkan tingkat kemampuan matematika siswa.
Hasil dan Pembahasan Data skor tes pemecahan masalah kontekstual digunakan untuk mengukur kemampuan matematika siswa kelas VIII-C. Hasil dari pengukuran kemampuan tersebut diklasifikasi kedalam 3 kelompok, yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Berdasarkan hasil penilaian dan pengelompokan di atas, maka diperoleh 7 siswa dengan kemampuan matematika tinggi, 21 siswa dengan kemampuan matematika sedang, 6 siswa dengan kemampuan matematika rendah. Profil kemampuan matematika siswa dalam memecahkan masalah kontekstual berisi langkah-langkah yang ditempuh siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi luas bangun persegi dan persegi panjang berdasarkan empat tahap penyelesaian masalah oleh Polya. Hasil angket dianalisis untuk memperoleh deskripsi profil kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kontekstual yang diberikan. Format analisis terhadap angket respon siswa disajikan dengan mencantumkan data angket yang berkaitan dengan hal yang dianalisis. Tes tulis dan angket dilakukan untuk mengetahui kemampuan matematika siswa dalam memecahkan masalah kontekstual berdasarkan langkah-langkah
pemecahan
masalah
Polya.
Untuk
mengetahui
kemampuan
matematika siswa terlebih dahulu hasil jawaban tes penyelesaian soal dianalisis. Kemudian pengambilan data melalui angket terhadap subjek di analisis menurut indikator tahap penyelesaian masalah oleh Polya untuk memperkuat hasil analisis siswa
42 Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.3, No.1, April 2015 ISSN: 2337-8166
berdasarkan tes tulis. Berdasarkan analisis hasil tes tulis dan hasil angket siswa dalam memecahkan masalah kontekstual dapat dikatakan bahwa kemampuan memahami masalah setiap subjek berkemampuan matematika tinggi termasuk baik, kemampuan melihat kembali penyelesaian juga baik. Secara keseluruhan tahap memahami masalah, merencanakan penyelesaian dan melakukan rencana penyelesaian dapat terlampaui dengan baik oleh siswa berkemampuan matematika tinggi. Tampak bahwa subjek berkemampuan matematika tinggi mampu menyebutkan informasi yang diketahui dan hal yang ditanyakan serta merencanakan langkah-langkah penyelesaian pada setiap soal yang diberikan dengan benar. Selain itu subjek juga mampu menyelesaikan soal sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan. Pada tahap akhir yaitu melihat kembali penyelesaian, subjek melampauianya dengan kriteria baik. Kemampuan merencanakan penyelesaian dan melakukan rencana penyelesaian untuk subjek berkemampuan matematika sedang termasuk baik. Kriteria tersebut dikarenakan pada tahap merencanakan penyelesaian, subjek dapat mengungkapkan rencana penyelesaian secara jelas dan tepat. Subjek juga mampu melakukan rencana penyelesaian sesuai dengan langkah penyelesaian yang telah direncanakan dengan benar. Subjek berkemampuan matematika sedang pada tahap merencanakan penyelesaian termasuk kategori baik. Pada tahap melakukan rencana penyelesaian, subjek menyelesaikan soal dengan kriteria baik. Sedangkan pada tahap melihat kembali penyelesaian subjek melampauinya dengan kriteria cukup. Siswa berkemampuan matematika rendah dalam memahami soal sudah baik. Dalam merencanakan penyelesaian subjek juga termasuk dalam kategori baik dan dalam melaksanakan rencana penyelesaian subjek termasuk kategori cukup, hal ini dikarenakan ada rencana penyelesaian yang masih kurang tepat. Dalam melihat kembali hasil penyelesain subjek berkemampuan matematika rendah juga termasuk kategori cukup.
Simpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan profil kemampuan siswa kelas VIII-C SMP NEGERI 2 Wonoayu tahun pelajaran 2014/2015 dalam memecahkan masalah kontekstual pada materi segiempat berdasarkan langkah-
43 Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.3, No.1, April 2015 ISSN: 2337-8166
langkah pemecahan masalah Polya termasuk baik. Siswa dapat memahami masalah dengan baik. Siswa dapat merencanakan penyelesaian dengan baik. Siswa dapat melakukan rencana penyelesaian dengan baik. Siswa dapat mengecek kembali penyelesaian dalam kategori cukup. Simpulan di atas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut. 1. Subjek dengan kemampuan matematika tinggi sebanyak 7 siswa dengan presentase 20,58%. Kemampuan dalam memahami masalah, merencanakan penyelesaian, dan melakukan rencana penyelesaian termasuk baik. Kemampuan subjek dalam melihat kembali penyelesaian baik. 2. Subjek dengan kemampuan matematika sedang sebanyak 21 siswa dengan presentase 61,76%. Kemampuan subjek dalam memahami masalah, merencanakan penyelesaian dan melakukan rencana penyelesaian termasuk baik. Kemampuan subjek dalam melihat kembali penyelesaian termasuk cukup. 3. Subjek dengan kemampuan matematika rendah sebanyak 6 siswa dengan presentase 17,64%. Kemampuan subjek dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian termasuk baik sedangkan dalam melaksanakan rencana penyelesaian termasuk cukup. Pada tahap melihat kembali penyelesaian juga termasuk kategori cukup. Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran kepada para pengajar khususnya pengajar bidang studi matematika untuk lebih sering memberikan soal kontekstual dengan pertanyaan terbimbing yang mengarah pada pemecahan suatu masalah. Hal ini diperlukan untuk memotivasi siswa dan menumbuhkan sifat kreatif siswa dalam menemukan solusinya.
Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Hudojo, H, Herman. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri Malang. Moleong, Lexy J, Prof, Dr, M.A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Polya, G. (1973). How To Solve It?. Amerika: Princetton University Press.
44 Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.3, No.1, April 2015 ISSN: 2337-8166
Russefendi, E. T. (1988). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untukMeningkatkan CBSA, Bandung: Tarsito. Soedjadi. (2007). Masalah Kontekstual Sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah. Surabaya: UNESA. Zuriah, Nurul. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.