BASELINE SURVEY FOR ECONOMIC PROGRAM 2014 Halmahera Utara ADP Data collected in the field: 11 July – 29 August 2014 Report written from 5 September to 31 December 2014
World Vision Indonesia
RINGKASAN EKSEKUTIF
Baseline Survey dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mengukur nilai awal dari setiap indikator dalam desain program ekonomi, (2) menemukan korelasi antara indikator outcome dalam rangka mendukung tujuan program pengembangan ekonomi, (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang akan menghambat program pengembangan ekonomi, (4) mengidentifikasi kondisi faktor input dalam ADP, (5) mengukur kondisi kelompok masyarakat yang dilibatkan dalam program ekonomi, dan (6) memberikan rekomendasi tindak lanjut untuk mendukung pelaksanaan program fase kedua program ekonomi ADP Halmahera Utara. Pemikiran teoritis yang menjadi dasar dari kerangka survey ini merujuk pada Sustainable Livelihoods Framework atau Kerangka Kehidupan Berkelanjutan. Sedangkan pelaksanaan survey dilakukan pada 11 Juli – 29 Agustus 2014 dengan metoda Key Informant Interview (KII), Focus Group Discussion (FGD), dan Survey Rumah Tangga petani dengan sampel sebanyak 300 KK diambil secara proporsional berdasarkan sebaran populasi dengan metoda Multistage Stratified Random Sampling dari 8 desa yang menjadi sasaran ADP Hamahera Utara, 4 desa pantai dan 4 desa darat. Hasil baseline survey menunjukan bahwa kepala keluarga petani di Halmahera Utara sebagian besar berumur 30-64 tahun (80%), berpendidikan SD-SMP (70%), rata-rata dengan pengalaman bertani 22 tahun, baru 12% yang pernah mengikuti pelatihan, namun sebagian besar sudah tergabung pada Poktan/Gapoktan (53%). Petani rata-rata memiliki 5 orang tanggungan keluarga. Sebagian besar keluarga petani memiliki anak umur 0-18 tahun yaitu sebanyak 82,7% dan hanya 32,3% yang memiliki anak balita (<5 tahun). Sebagian besar dari anak-anak tersebut telah memiliki akte kelahiran (87%). Tingkat partisipasi anak usia bersekolah (6-18 tahun) pada tingkat pendidikan yang ada (APK) adalah 80,7%. Artinya masih ada 19,3% dari anak-anak tersebut yang tidak bersekolah. Angka APK yang terendah adalah untuk tingkat SMP sebesar 68%. Sedangkan untuk jenjang SD (85,6%) dan SMA (88,2%) sudah lebih baik. Namun rendahnya APK tingkat SMP bisa menurunkan APK tingkat SMA pada masa mendatang. Data pendapatan keluarga tani dari 300 sampel menunjukan distribusi yang tidak normal (bell shape) dan terkonsentrasi ke sebelah kiri (skewed to left). Artinya, walau ada beberapa yang berpendapatan tinggi, namun sebagian besar berpendapatan jauh lebih rendah. Nilai tengah dengan menggunakan median menunjukan bahwa sebagain besar keluarga tani mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 1.219.503 per bulan (Rp. 14.634.033 per tahun).
i
Kontribusi pendapatan dari kelapa (kopra) rata-rata sebesar 42% diperoleh semua keluarga sampel (100%), menunjukan bahwa kopra adalah sumber pendapatan terpenting bagi masyarakat. Sumber pendapatan yang dipeoleh sebagian besar dari keluarga petani (71%) adalah pendapatan usahatani lainnya walau kontribusinya bervariasi dan secara rata-rata agak kecil (3%). Yang memiliki kontribusi cukup besar adalah pendapatan dari luar usahatani sebesar 13% namun hanya diperoleh 63% dari keluarga sampel. Pendapatan dari anggota keluarga terbilang kecil dan hanya diperoleh sebagian kecil keluarga (29%). Tiga komoditas utama yang paling banyak diusahakan petani adalah kelapa, pala dan pisang. Halmahera Utara sebetulnya memiliki banyak komoditas lain, namun hanya diusahakan oleh sebagian petani dan hanya ditempat-tempat tertentu. Di pihak lain Dinas Pertanian, Pertanakan, dan Perkebunan Kab. Halmahera Utara memfokuskan pada pengembangan 3 komoditas yaitu Sapi, Jagung, dan Kelapa (SaJaK). Dari petani sampel, ditemukan hanya 25,7% petani mengusahakan sapi dan hanya sebagian kecil yang membudidayakan jagung (1,7%). Tentunya bisa dipahami bahwa program Kabupaten Halut tersebut dikembangkan berdasarkan acuan pada program nasional untuk mencapai swasembada jagung dan sapi. Sehingga dicanangkannya Program SaJaK tersebut dimaksudkan untuk menciptakan adanya kontribusi Kabupaten Halut pada pencapaian swasembada pangan nasional. Terdapat 56,7% petani yang tergantung kepada dana dari luar untuk memenuhi kebutuhan usahatani yang umumnya dipenuhi dari pedagang/pengusaha. Sebagian lagi petani tidak meminjam keluar (43,3%) melainkan menggunakan dana dari keluarga/saudara. Sedangkan kisaran pinjaman petani untuk kebutuhan usahatani adalah di bawah Rp. 300.000,-/bulan dilakukan oleh 38,7% petani sampel. Untuk kebutuhan usahatani, 40,7% pembayaran pinjamannya dialokasikan dari hasil panen. Sehingga petani sangat tergantung kepada pinjaman dari para pedagang/pengusaha. Bahkan untuk kebutuhan rumah tangga mereka, sangat bergantung pada hasil dari waktu panen (37,3%). Terdapat 82,3% petani yang tergantung kepada pinjaman untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Rata-rata pinjaman petani untuk kebutuhan rumah tangga adalah sebesar Rp. 243.080,-/bulan dilakukan oleh 70,7% petani sampel. Namun ditemukan 23% petani yang menyatakan tidak mampu mengalokasikan dana untuk mencicil pinjaman rumah tangga. Kondisi finansial rumah tangga petani bisa dilihat dari beberapa analisis dan ukuran rasio. Dari hasil analisis terlihat bahwa total kewajiban lebih besar dari aset kas yang dimiliki keluarga petani. Artinya untuk membayar kewajiban tersebut, petani harus mencairkan aset investasi atau konsumsi yang dimiliki. Aset investasi terbesar adalah berupa lahan, sedangkan aset konsumsi terbesar adalah rumah yang ditempati dan kendaraan. Rasio menabung keluarga petani adalah 1%, angka rasio yang sangat kecil karena berarti petani hanya mampu ii
menyisihkan untuk menabung dan investasi sebesar 1% per tahun. Rasio kewajiban petani membayar cicilan adalah 3% per tahun, besaran yang cukup wajar. Sedangkan rasio likuiditas keluarga petani adalah sebesar 0,3 yang artinya jika petani tidak mendapatkan pemasukan pendapatan, maka dari aset kas lancar yang dimiliki keluarga petani hanya akan mampu bertahan hidup untuk 9 hari (0,3 bulan). Suatu kondisi yang tentunya sangat memprihatinkan. Hasil baseline survey juga menunjukan berbagai indikator kondisi masyarakat petani yang menjadi sasaran program ekonomi pada Tahun 2014 antara lain sebagai berikut:
Secara keseluruhan jumlah keluarga yang menabung adalah sebanyak 58% dari sampel keluarga yang diambil. Secara lebih specifik, jumlah kepala keluarga yang menabung adalah sebanyak 28,3% (formal 9,7% dan non formal 18,3%) sedangkan anggota keluarga yang memiliki tabungan sebanyak 13,3% (formal 7,3% dan non formal 5,7%).
Kebutuhan pengeluaran bulanan keluarga petani untuk kesehatan adalah sebesar Rp. 20.000,- per bulan. Hanya 12% jumlah keluarga yang mampu mengalokasikan dana tabungan untuk kesehatan. Sehingga terdapat 58% keluarga yang pernah mengalami kejadian tidak mampu untuk membawa anaknya berobat disebabkan tidak memiliki biaya.
Sudah sebesar 48% keluarga yang mengalokasikan dana tabungan untuk pendidikan, walau demikian alokasinya masih sangat sedikit (kebanyakan tidak mengalokasikan). Kebutuhan pengeluaran bulanan untuk pendidikan sebesar Rp. 100.000,- per bulan dan tahunan sebesar Rp. 1.500.000,- per tahun. Jumlah keluarga yang belum mampu mengalokasikan dana khusus untuk kesehatan dan pendidikan adalah sebesar 61,3%.
Meskipun secara keseluruhan keluarga petani sudah mampu mengalokasikan lebih tinggi untuk kebutuhan, namun mereka belum mampu memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan diatas keinginannya. Sehingga disimpulkan bahwa persentase keluarga yang mampu membedakan kebutuhan dari keinginannya baru sebesar 41%. Pengeluaran untuk keinginan jajan dan atau merokok dapat menggeser prioritas pengeluaran mereka untuk kebutuhan lainnya terutama kebutuhan kesehatan.
Kelompok tani yang mampu mengelola keuangan dan/atau dana bergulir adalah sebanyak 2 kelompok tani dari 8 kelompok yang teridentifikasi (25%): yaitu Kelompok Tani Porimoy dan Kelompok Tani Harapan Bunda Mekar
Produktivitas dari komoditas utama yang diusahakan petani saat ini adalah: Kelapa (kopra) = 1.416,8 kg/ha/tahun, Pala (kering) = 101,8 kg/ha/tahun, dan Pisang = 1.010,5 kg/ha/tahun. Sedangkan komoditas yang masuk Program Sajak adalah Jagung dengan produktivitas = 703,2 kg/ha/tahun. Rata-rata kepemilkan sapi adalah 1 ekor per keluarga.
Perjanjian antara ADP dengan MFI yang sudah berjalan adalah dengan CU. Kepala keluarga yang telah memanfatkan MFI (CU) sebanyak 2,7% dan iii
anggota kepala keluarga sebanyak 4,1%. Sedangkan yang memanfaatkan perbankan sebanyak 7% dan anggota keluarga sebanyak 3,1%. Hasil dari model ekonometrika yang menggambarkan korelasi antara indikator outcome dan tujuan dari baseline survey ini yaitu terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tingkat alokasi dana keluarga untuk pendidikan dan kesehatan yakni kemampuan keluarga dalam membedakan kebutuhan dan keinginan serta akses keluarga terhadap lembaga keuangan. Besarnya alokasi dana yang dialokasikan oleh keluarga untuk pendidikan dan kesehatan ditentukan oleh peningkatan kemampuan keluarga dalam mengelola keuangan. Kegiatan keluarga dalam mengakses lembaga keuangan informal justru mengakibatkan alokasi dana keluarga untuk pendidikan dan kesehatan menurun. Menggambarkan bahwa kegiatan keluarga menabung di lembaga keuangan informal tidak dialokasikan untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Selain itu dibuat pula model-model yang dapat memperkirakan faktor-faktor penghambat dan pendukung terhadap indikator outcome. Faktor-faktor yang diidentifikasi dapat menjadi faktor penghambat pada tingkat produktivitas adalah peningkatan penggunaan bibit dan pupuk. Sedangkan faktor-faktor yang diidentifikasi dapat menjadi faktor pendukung adalah perluasan lahan, peningkatan penggunaan pestisida dan tenaga kerja. Skala pengusahaan kelapa kopra masih sangat menguntungkan secara ekonomis untuk ditingkatkan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan keluarga dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan adalah usia kepala keluarga dan keterlibatan keluarga pada organisasi koperasi dan gapoktan. Semakin mapan usia kepala keluarga semakin tinggi kemampuan keluarga dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Keterlibatan keluarga pada organisasi gapoktan justru mengakibatkan penurunan kemampuan keluarga dalam membedakan kebutuhan dan keinginan. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai faktor penghambat terhadap kemampuan pengelolaan keuangan keluarga. Keterlibatan keluarga terhadap gapoktan belum mampu memberikan manfaat khususnya dalam mengelola keuangan keluarga. Faktor-faktor yang berpengaruh pada keputusan keluarga untuk mengakses lembaga keuangan formal adalah pendidikan kepala keluarga, keikutsertaan pada organisasi gapoktan dan koperasi. Peningkatan pendidikan dan keikutsertaan keluarga pada organisasi gapoktan dan koperasi dapat membuat keluarga untuk melakukan akses terhadap lembaga keuangan formal. Sedangkan peningkatan harga jual kopra justru akan membuat keluarga untuk tidak melakukan akses terhadap lembaga keuangan formal. Harga jual yang tinggi justru dapat menjadi faktor penghambat bagi peningkatan keterlibatan keluarga dalam mengakses lembaga keuangan formal. Kondisi faktor input internal yang dihadapi oleh WVI ADP Halut meliputi kekuatan dan kelemahan terdiri dari: 1). Memiliki staf, dana, aset dan komitmen dalam menjalankan program, 2). Memiliki ekonomi spesialis, 3). Sudah ada kelompok iv
binaan yang berhasil, 4). Adanya pendampingan yang terus menerus, 5). Tidak semua staf memahami pertanian dan mengelola kelompok tani, 6). Jumlah staf yang terbatas, tidak sebanding dengan cakupan wilayah yang luas, 7). Situasi kondisi lapangan yang tidak sejalan dengan target kantor. Sedangkan kondisi faktor input eksternal yang dihadapi oleh WVI ADP Halut meliputi peluang dan ancaman terdiri dari: 1). Sudah memiliki kesepakatan kerja sama dengan beberapa mitra eksternal, 2). Sudah memiliki respon masyarakat yang positif, 3). Memiliki mitra yang berjiwa sosial, 4). Masyarakat masih mengharapkan bantuan langsung dari ADP Halut berupa dana dan alat, 5). Mitra pengusaha masih mementingkan keuntungan, 6). Waktu program yang terbatas, 7). Jarak wilayah yang luas, 8). Budaya masyarakat lokal terhadap pertanian dan keuangan yang masih rendah. Kondisi faktor input yang dimiliki oleh masyarakat dilihat dari akses masyarakat terhadap aset kehidupannya dan konteks kerawanan sebagai pembatasnya. Aset yang dimiliki oleh masyarakat adalah human capital, natural capital dan finacial capital. Human capital menunjukkan akses masyarakat terhadap aset yang tersedia yang dapat mendukung kesehatan, pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Natural capital menunjukkan bahwa masyarakat sudah mampu melakukan pemanfaatan dan pemeliharaan terhadap sumber daya alam yang ada. Sedangkan financial capital menunjukkan bahwa dukungan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sudah dapat dirasakan. Aset yang belum dimiliki oleh masyarakat adalah aset social capital dan physical capital. Social capital menunjukkan bahwa masyarakat belum mampu memanfaatkan organisasi yang ada di lingkugannya atau organisasi yang berada di lingkungan masyarakat belum mampu memberikan manfaat yang cukup. Physical capital menunjukkan bahwa akses masyarakat terhadap infrastruktur fisik seperti transportasi, pengairan, listrik, dll masih rendah. Saat ini masyarakat masih dalam tahapan pemanfaatan belum dalam tahapan pemaksimalan aset. Konteks kerawanan adalah bagian tertentu pada struktur yang letaknya di luar kendali manusia dan berperan sebagai pembatas terhadap akses yang dapat dicapai. Konteks kerawanan tertinggi adalah pada perkembangan perekonomian dan fluktuasi harga jual sedangkan yang terendah adalah penerapan teknologi. Perkembangan perekonomian dan fluktuasi harga jual yang tinggi jika tidak di dukung dengan penerapan teknologi yang tinggi akan semakin menjadi penghambat bagi petani untuk memaksimalkan aset-aset kehidupan yang ada di sekeliling mereka. Kelompok masyarakat yang dilibatkan dalam program ekonomi adalah Gapoktan/ Poktan. Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat dengan kategori perkembangan lanjut dan tumbuh berkembang adalah: 1). Kelegalan formal organisasi dan kurangnya pengawasan termasuk pengawasan keuangan dari pihak eksternal, 2). Tidak adanya pelatihan dan dan pengembangan kapasitas bagi pengurus dan anggota secara terprogram, 3). Rendahnya peran v
aktif terhadap pihak eksternal meskipun sudah memiliki hubungan/ jaringan, 4). Rendahnya publikasi program kegiatan dan keterlibatan pihak eksternal pada monitoring dan evaluasi (monev). Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat dengan kategori perkembangan awal dan pemula adalah: 1). Dibentuk oleh kebutuhan proyek dan didominasi oleh satu orang penggerak yaitu ketua kelompok tani sehingga akan berdampak kepada pengelolaan keuangan yang tidak akan berjalan secara ideal, 2). Ketidakmampuan kelompok dalam menginventarisir sumber daya yang mereka miliki. Hal tersebut terjadi disebabkan organisasi dan kelembagaan yang dijalankan atas dasar bantuan proyek yang didominasi oleh satu orang tanpa keterbukaan, maka tidak ada kemampuan bagi kelompok untuk menginventarisir apalagi mengelola sumber daya yang mereka miliki, 3). Rendahnya peran aktif terhadap pihak eksternal meskipun sudah memiliki hubungan/ jaringan, 4). Tidak tercapainya program dan kegiatan sehingga evaluasi dan publikasi pun tidak terjadi.
vi
KATA PENGANTAR
Laporan Baseline Survey for Economic Program 2013 untuk ADP Halmahera Utara ini disusun oleh Ronnie S. Natawidjaja, sebagai ketua tim peneliti dengan anggota: Hanny Sulistyoningrum, Irlan Adyatma Rum, dan Faisal Igfar peneliti dari Center for Agrifood Policy and Agribusiness Studies (CAPAS) Universitas Padjadjaran. Tim peneliti mengucapkan terima kasih tak terhingga pada anggota pengurus Gapoktan, para pelaku pasar, petugas Pemda Halmahera Utara, dan nara sumber lain yang telah mendukung kelancaran pelaksanaan survey ini. Tanpa pengorbanan waktu yang mereka berikan, informasi, pandangan dan pengalaman yang disampaikan survey ini tidak mungkin bisa diselesaikan dengan baik. Tim peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Bu Erni Damanik; Fransisca Novita; Hestin Kezia Klaas dari WVI ADP Halmahera Utara atas dukungan fasilitasi serta logistic selama pelaksanaan survey lapangan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Galih Adhi Pramono dan Julius Sugiharto dari WVI Regional Office atas fasilitasinya untuk memperlancar komunikasi dan proses penyelesaian studi ini.
Bandung, 31 Desember 2014
Tim Peneliti
vii
GLOSARI AKRONIM DAN SINGKATAN
ADP
Area Development Programme
APK
Angka Partisipasi Kasar
BKPD
Badan Ketahanan Pangan Daerah
B/C Ratio
Rasio Benefit dibagi Cost
CO
Civil Organization
CU
Credit Union (Koperasi)
FGD
Focus Group Discussion
Gapoktan
Gabungan Kelompok Tani
Gernas
Gerakan Nasional
Halut
Halmahera Utara
Kab
Kabupaten
KII
Key Informant Interview
KK
Kepala Keluarga
KUR
Kredit Usaha Rakyat
LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat
MA
Madrasah Alawiyah
MFI
Lembaga Keuangan Mikro
MI
Madrasah Ibdinaiyah
Monev
Monitoring dan Evaluasi
MT
Musim Tanam
MTs
Madrasah Tsanawiyah
PDRB
Produk Domestik Regional Bruto
Pemda
Pemerintah Daerah
Poktan
Kelompok Tani
Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu
PPL
Penyuluh Pertanian Lapangan
Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat
Sajak
Sapi Jagung dan Kelapa
SD
Sekolah Dasar
SDA
Sumber Daya Alam
SDM
Sumber Daya Masyarakat viii
SHU
Sisa Hasil Usaha
Sikon
Situasi kondisi
SL PHT
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu
SMA
Sekolah Menengah Atas
SMK
Sekolah Menengah Kejuruan
SMP
Sekolah Menengah Pertama
SWOT
Strength Weakness Opportunity Threat
TK
Taman Kanak-Kanak
UT
Usahatani
WVI
Wahana Visi Indonesia
ix
DAFTAR ISI
No. Bab
Judul
Halaman
1. PENDAHULUAN............................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................................................1 1.2. Tujuan Survey..............................................................................................................2 1.3. Kerangka Pikir .............................................................................................................2 2. METODE SURVEY......................................................................................... 10 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5.
Pengumpulan Data Sekunder...............................................................................10 Wawancara dengan Key Informant (KII) ...........................................................10 Diskusi Kelompok Fokus (FGD) ...........................................................................10 Survey Rumah Tangga ...........................................................................................10 Civil Organization (CO) Sensus ...........................................................................15
3. DAERAH ADP HALUT.................................................................................... 16 3.1. 3.2. 3.3. 3.4.
Keadaan Administrasi dan Pendapatan Daerah .............................................16 Jumlah dan Sebaran Penduduk...........................................................................19 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....................................................20 Keadaan Kesehatan ................................................................................................23
4. NILAI DASAR INDIKATOR LOGFRAME ........................................................ 24 4.1. Karakteristik Rumah Tangga Petani Halmahera Utara.................................24 4.2. Keadaan Finansial Rumah Tangga Petani .......................................................32 4.3. Kemampuan Rumah Tangga Petani dalam Membedakan Kebutuhan dan Keinginan......................................................................................41 4.4. Keterlibatan Rumah Tangga Petani Dengan Lembaga Keuangan ...........48 4.5. Lembaga Keuangan Kelompok Tani ..................................................................52 4.6. Usahatani Kelapa .....................................................................................................55 5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROJECT GOAL ................................... 61 5.1. 5.2. 5.3. 5.4.
Tingkat Alokasi Dana Pendidikan dan Kesehatan Keluarga .......................61 Produktivitas Pertanian ...........................................................................................63 Tingkat Kemampuan Mengelola Keuangan Keluarga...................................65 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Keluarga dalam MFI ....................66
x
No. Bab
Judul
Halaman
6. KEADAAN FAKTOR-FAKTOR INPUT PENDUKUNG PROGRAM ................ 70 6.1. Kondisi Kerjasama ADP Halut dan Mitra ..........................................................70 6.2. Kondisi Kelompok Masyarakat (Kelompok Tani) ............................................73 6.3. Kondisi Livelihood Keluarga Petani ....................................................................78 7. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI............................................................. 83 7.1. Kesimpulan dan Implikasi Terhadap ADP Halut .............................................83 7.2. Rekomendasi Capaian Program ADP Halut ....................................................86 7.3. Rekomendasi Capaian Target ADP Halut ........................................................89
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 3.5. Tabel 3.6. Tabel 3.7. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.8. Tabel 4.9. Tabel 4.10. Tabel 4.11. Tabel 4.12. Tabel 4.13. Tabel 4.14.
Tabel 4.15. Tabel 4.16.
Judul
Halaman
Daftar Desa Terpilih, Jumlah KK dan Sampel................................ 13 Jumlah Listing Petani ..................................................................... 14 Kecamatan dan Jumlah Desa Menurut Letak Geografis di Kabupaten Halmahera Utara Berdasarkan Tahun 2011 ................ 16 PDRB Kabupaten Halmahera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Kontan Tahun 2010-2013 ................................ 17 PDRB per Kapita Kabupaten Halmahera Utara Tahun 20102013 ............................................................................................... 19 Jumlah Penduduk Kabupaten Halmahera Utara Tahun 20102013 ............................................................................................... 19 Jumlah Pelajar, Pengajar dan Bangunan Sekolah di Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2010-2013 ............................ 20 Jumlah Anak Bersekolah Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2010-2013 .......................................................................... 22 Jumlah Layanan Kesehatan di Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2010-2013 .......................................................................... 23 Keadaan Umur Petani ................................................................... 24 Pendidikan Formal Petani .............................................................. 25 Pendidikan Non Formal Petani ...................................................... 26 Tanggungan Keluarga Petani (orang) ............................................ 27 Urutan Komoditas Utama yang Ditanam Petani ............................ 27 Kepemilikan Sapi, Jagung, dan Kelapa (SAJAK)........................... 28 Jumlah Anak dan Jumlah KK Petani.............................................. 29 Data Anak Responden ................................................................... 30 Anak Umur Bersekolah dari Keluarga Petani yang Mengikuti Pendidikan ..................................................................................... 31 Sanitasi Rumah Tangga Responden ............................................. 31 Pendapatan Rumah Tangga Petani (Rp/tahun) ............................. 32 Rata-rata dan Median Kekayaan Bersih Keluarga Petani (Rp./tahun) ..................................................................................... 35 Indikator Kesehatan Finansial Rumah Tangga Petani ................... 37 Jumlah KK yang Memiliki Anak Berumur 0-18 Tahun dan Mampu Memenuhi Alokasi Dana untuk Pendidikan dan Kesehatan...................................................................................... 38 Pembagian Pengeluaran dalam Rumah Tangga Petani ................ 39 Jenis Investasi Petani .................................................................... 39
xii
Tabel 4.17. Jumlah Kepala Keluarga yang Memiliki Pinjaman per Bulan untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Usahatani Petani ............... 40 Tabel 4.18. Jumlah Petani yang Mengalokasikan Dana untuk Pembayaran Cicilan Pinjaman Kebutuhan Rumah Tangga dan Usahatani Petani .................................................................... 40 Tabel 4.19. Kebutuhan dan Keinginan Petani dari Pengeluaran Bulanan ........ 42 Tabel 4.20. Kebutuhan dan Keinginan Petani Responden dari Pengeluaran Tahunan ................................................................... 45 Tabel 4.21. Urutan Prioritas Jumlah Pengeluaran dan Persentase Pinjaman Kebutuhan dan Keinginan Bulanan................................ 46 Tabel 4.22. Urutan Prioritas Jumlah Pengeluaran dan Persentase Pinjaman Kebutuhan dan Keinginan Tahunan............................... 47 Tabel 4.23. Jumlah KK yang Memiliki Anak Berumur 0-18 Tahun dan Mampu Memenuhi Pengeluaran Tiga Kebutuhan Dasar ............... 48 Tabel 4.24. Jumlah Kepala Keluarga dan Anggota Keluarga Berdasarkan Jenis Tabungan ............................................................................. 49 Tabel 4.25. Alasan yang Mendorong Petani Memiliki Lebih dari Dua Jenis Tabungan ............................................................................. 50 Tabel 4.26. Sumber Pinjaman Keluarga Petani Responden untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Usahatani Petani yang Akan Datang ........................................................................................... 51 Tabel 4.27. Alasan Kepala Keluarga Mengundurkan Diri dari Koperasi CU ................................................................................................. 52 Tabel 4.28. Jumlah Petani Responden yang Terlibat dalam Aktivitas Kelompok Tani ............................................................................... 52 Tabel 4.29. Alasan Petani Keluar dari Kelompok Tani...................................... 55 Tabel 4.30. Rata-rata Kepemilikan dan Penggunaan Lahan Petani Berdasarkan Komoditas (Ha)......................................................... 56 Tabel 4.31. Jenis dan Rata-rata Jumlah Komoditas Tumpang Sari dengan Kelapa (Pohon) ................................................................. 56 Tabel 4.32. Biaya Usahatani, Penerimaan, Pendapatan, B/C Ratio, dan Produktivitas Usahatani Kelapa (Ha/Tahun) .................................. 58 Tabel 4.33. Penggunaan Input oleh Petani Kelapa Kopra ................................ 59 Tabel 4.34. Perbandingan Rata-rata Produksi dan Produktivitas Komoditas ...................................................................................... 60 Tabel 5.1. Hasil Estimasi Tingkat Alokasi Dana Pendidikan dan Kesehatan...................................................................................... 62 Tabel 5.2. Hasil Estimasi Produktivitas Pertanian ......................................... 64 Tabel 5.3 Hasil Estimasi Tingkat Kemampuan Keluarga Membedakan Kebutuhan dan Keinginan.............................................................. 66 Tabel 5.4. Hasil Estimasi Keluarga Memiliki Akses Terhadap MFI ................. 67 Tabel. 6.1. Hasil Analisis SWOT ADP Halut .................................................... 72 Tabel 6.2. Organisasi dan Kelembagaan........................................................ 74 Tabel 6.3. Sumber Daya ................................................................................. 75 xiii
Tabel 6.4. Tabel 6.5. Tabel 6.6. Tabel 6.7. Tabel 6.8.
Jaringan Kerja................................................................................ 76 Program dan Kegiatan ................................................................... 77 Kategori Tingkat Perkembangan Kelompok Tani di Kabupaten Halmahera Utara ......................................................... 78 Rata-rata Penilaian Livelihood Assets Petani ................................ 79 Konteks Kerawanan Berdasarkan Pendapat Petani ...................... 80
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
Gambar 1.1. Kerangka Kehidupan Berkelanjutan ................................................ 3 Gambar 1.2. Permasalahan yang Terjadi di Masyarakat ...................................... 8 Gambar 1.3. Hubungan Antar Variabel................................................................. 9 Gambar 2.1. Sampling Frame ............................................................................ 11 Gambar 3.1. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Halmahera Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2013 ..................... 18 Gambar 4.1. Distribusi Pendapatan Total Keluarga Petani ................................ 34 Gambar 4.2. Permasalahan Pemasaran Bersama ............................................. 53 Gambar 4.3. Kendala Kelompok Tani dalam Pembukuan, Pencatatan dan Pengelolaan Keuangan ................................................................. 54 Gambar 4.4. Distribusi Pemasaran dan Aliran Keuangan Komoditas Kopra Kabupaten Halmahera Utara ......................................................... 57 Gambar 5.1. Hubungan Antar Variabel dalam Model ......................................... 68 Gambar 6.1. Pihak Eksternal yang Terlibat Dalam Program Ecodev ................. 70 Gambar 6.2. SWOT ADP Halut .......................................................................... 72 Gambar 6.3. Livelihood Assets Petani ................................................................ 79 Gambar 6.4. Konteks Kerawanan Petani............................................................ 81
xv
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Wahana Visi Indonesia memulai pekerjaannya di Halmahera Utara (Halut) menggunakan pendekatan transformasi pembangunan sejak tahun 2008. ADP Halut saat ini adalah merupakan fase kedua dengan tujuannya "Anak yang sehat, cerdas, dan mandiri dengan Harmoni Hibua Lamo". Pada tahun 2013, ADP Halmahera Utara telah melalui proses desain ulang yang memberikan rekomendasi untuk pelaksanaan program tahap kedua ini. Rekomendasinya adalah: 1. Kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemahaman tentang bagaimana pendekatan WVI dan sponsorship. Setelah 5 tahun beroperasi di Halut, kesalahpahaman masyarakat dalam melihat program sponsorship masih sering terjadi. Ada kebutuhan besar untuk menyadarkan peranan program sponsorship dengan program pembangunan dan bagaimana manfaatnya untuk seluruh masyarakat. Hal ini juga menciptakan kesempatan bagi ADP untuk memberdayakan masyarakat melalui proyek pembangunan untuk mendorong dan menfasilitasi masyarakat untuk lebih transparan dengan tata kelola yang jelas sehingga memperkuat masyarakat sipil di daerah tersebut. 2. Sektor pendidikan untuk lebih fokus pada peningkatan kapasaitas aparat pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta kualitas hidup sesuai nilai lokal. 3. Sektor ekonomi untuk lebih fokus pada peningkatan manajemen ekonomi di masyarakat. Tujuan program ADP adalah "Anak sehat, cerdas dan mandiri sesuai dengan nilai Harmoni Hibuo Lamo" yang akan dicapai sampai dengan akhir fase kedua dan akan dievaluasi, apakah masih relevan untun diperpanjang sampai dengan tahun program 2022. Tujuan ini dijabarkan melalui 3 program besar, yakni: (a) program pendidikan dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan terpadu dengan nilai Harmoni Hibualamo, (b) program pengembangan ekonomi dengan tujuan meningkatkan management ekonomi komunitas untuk meningkatkan taraf hidup anak sesuai dengan nilai Harmoni Hibualamo, (c) program sponsorship untuk management dengan tujuan meningkatkan transformasi anak, keluarga dan komunitas. Ketiga program tersebut akan didukung oleh dana sponsorship. ADP membutuhkan survei awal (baseline) untuk mendapatkan nilai awal dari indikator kerangka logis sebab tidak ada data terbaru dan dapat diandalkan dari pemerintah dan lembaga lainnya. Survei dasar ini akan