Laporan Baseline Survey Sosial Ekonomi Di Kecamatan Kelay, Kalimantan Timur
East Kalimantan Program Berau Field Office Jl Pemuda 92 Tanjung Redeb, Berau Kaltimantan Timur Indonesia http://nature.org
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
Ringkasan Eksekutif Laporan ini memberikan ringkasan mengani hasil baseline survey sosio-ekonomi dari 5 desa di Kecamatan Kelai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Indonesia. Survey dilakukan oleh The Nature Conservancy (TNC) sebagai bagian dari serangkaian survey untuk mengembangkan baseline informasi mengenai kondisi sosial budaya di area Kelay. Survey dilaksanakan pada bulan Agustus 2002 di desa-desa Long Lamjan, Long Boy, Long Duhung, Long Gie, dan Sido Bangen. 205 orang telah diwawancarai untuk mengumpulkan informasi mengenai pendapatan mereka, kekayaan dan penggunaan sumber daya alam. Tambahan 33 pemuka masyarakat telah diwawancarai dengan cara semi terstruktur mengenai pendapat mereka mengenai kondisi sumber daya alam, pengaruh HPH dan pekerjaan TNC. Hasil menunjukkan angka perbedaan pada pendapatan antara desa Sido Bangen dan Long Gie, dan desa Long Lamjan, Long Boy dan Long Duhung. Perbedaan ini juga tampak pada sasaran ukuran kekayaan. Penduduk Sido Bangen dan Long Gie juga kurang tergantung pada sumber daya hutan, khususnya ikan sungai dan babi hutan (Sus barbatus) dibanding tiga desa yang lain. Kesimpulan mengemukakan bahwa akses jalan yang lebih mudah menuju pasar luar yang ada di Long Gie dan Sido Bangen telah meningkatkan kekayaan desa-desa tersebut. Peningkatan kekayaan ini dan perbedaan etnik, bisa berarti bahwa penghuni desadesa tersebut juga kurang bergantung pada sumber daya hutan. Bagaimanapun itu juga dikemukakan bahwa penurunan lingkungan sekitar Long Gie dan Sido Bangen dapat berarti bahwa ketersediaan sumber daya hutan saat ini terbatas. Beberapa penghuni Long Gie melaporkan bahwa mereka masih memburu orangutan (Pongo pygmaeus). Program pendidikan untuk menghentikan perburuan jenis terancam ini perlu mulai dikonsentrasikan di Long Gie.
i
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
Executive Summary This report presents a summary of the baseline socio-economic survey results from 5 villages in Kelay District (Kecamatan), Berau Regency (Kabupaten), East Kalimantan Province, Indonesia. The survey was carried out by The Nature Conservancy (TNC) as part of a set of surveys designed to develop a baseline of information on the socio-cultural condition in the Kelai area. The surveys were carried out in August 2002 in the villages of Long Lamjan, Long Boy, Long Duhung, Long Gie and Sido Bengen. 205 people were interviewed to gather information on their pendapatan, wealth and natural resource use. Additionally 33 village leaders were interviewed in a semi-structured manner about their opinions on the condition of natural resources, the impact of commercial logging and the work of TNC. The results show a marked difference in the pendapatan between the villages of Sido Bangen and Long Gie, and the villages of Long Lamjan, Boy and Duhung. This difference is also shown in an objective measure of wealth. The villagers of Sido Bangen and Long Gie are also less dependant on forest resources, notably river fish and wild pigs (Sus barbatus) than the other 3 villages. The conclusions propose that easier road access to outside markets available to Long Gie and Sido Bangen have increased the wealth of these villages. This increased wealth, and ethnic differences, may mean that the residents of these villages are also less dependant on forest resources. However it is also suggested that environmental degradation around Long Gie and Sido Bangen may mean that availability of forest resources is now limited. Some residents of Long Gie reported that they still hunt orang-utans (Pongo pygmeaus). An education program to stop the hunting of this species should initially concentrate on Long Gie.
ii
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
Daftar Isi Ringkasan eksekutif Executive Summary Daftar Isi Pendahuluan Metode Hasil Pendapatan dan kekayaan Pertanian Pemanfaatan sumber daya alam Diskusi Lampiran i. Laporan Lapangan ii. Tabel data iii. Skor kekayaan.
iii
Socio-Economic Survey, Kecematan Kelai
1
Pendahuluan Program The Nature Conservancy (TNC) untuk mengkonservasi habitat orangutan (Pongo pygmaeus) bertujuan untuk memberikan insentiv bagi tiga pihak utama dalam konservasi, yaitu: masyarakat lokal, pemda dan perusahaan, terutama HPH. Pada tahun 2002 telah ditemukan sebuah kawasan hutan dengan kepadatan orangutan yang tinggi, hasil dari survey lapangan. Kawasan hutan ini terletak di Daerah Aliran Sungai Gie dan kawasan Gunung Gajah, di perbatasan antara Kabupaten Berau dan Kutai Timur. Desa-desa yang paling dekat dengan kawasan ini diidentifikasi sebagai desa-desa yang paling mungkin memiliki dampak terhadap hutan dan populasi orangutan. Kegiatan yang direncanakan untuk desadesa ini akan dirancang untuk mengurangi tekanan langsung terhadap orangutan, terutama mengurangi perburuan, dan mengkonservasi hutan tempat hidupnya dengan menggandeng semua pihak terkait. Desa-desa sasaran adalah: Merapun
Lesan Dayak
Sido Bangen
Long Gie / Long Beliu
Long Duhung
Long Boy
Long Lamjan
Long Sului
Long Lamcin
Muara Lesan
Semua di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
Gambar 1 : Peta DAS Kelai dengan desa-desa dan HPH Untuk merancang strategi konservasi dan pengembangan dengan masyarakat lokal, serangkaian assessment dilakukan oleh TNC dan mitranya. Ini termasuk Participatory rural appraisal (PRA), Perencanaan Konservasi Partisipatif (PCP) dan Survey Sosio-ekonomi cepat. Ke tiga assessment akan membantu mengembangkan baseline informasi mengenai kekayaan, pengetahuan dan harapan desa-desa. Untuk menaksir keberhasilan kegiatan TNC dan mitra, pemantauan sosialekonomi tahunan akan dilaksanakan. Laporan ini menyajikan hasil seri pertama data baseline sosio-ekonomi. Metode Survey ini menggunakan metode yang diusulkan oleh E. Pollar (2002) dan dilaksanakan pada bulan Agustus 2002. Pada masing-masing desa, tim melaksanakan wawancara terstruktur dengan paling sedikit 30 % jumlah total rumah tangga (selama memungkinkan)(table 1) dan paling tidak 3 tokoh masyarakat. Pada awal kedatangan di desa, tim bertemu dengan kepala desa dan mendiskusikan rencana kerja. Bersama dengan kepala desa tim memilih responden secara acak dengan mengambil undi. Wawancara selanjutnya dilaksanakan di rumah responden.
2
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
3
Tabel 1 Jumlah wawancara perdesa
Desa Long Boy Lamjan Long Duhung Long Gi Sido Bangen
Tanggal 8 Agustus 9 Agustus 10 Agustus 11 Agustus 12 Agustus
Jumlah wawancara Umum Tokoh masyarakat 28 9 13 6 8 4 57 7 99 7
Laporan lapangan lihat lampiran 1. Hasil Data dimasukkan dalam database. Lampiran ii menunjukkan table ringkasan hasil yang dihasilkan oleh database. Dibawah ini diskripsi lebih teliti dari beberapa aspek hasil. Pendapatan dan kekayaan Nilai rata-rata pendapatan, kedua laporan bulan terakhir dan pendapatan biasanya menunjukkan perbedaan angka antara Sido Bangen dengan Long Gie, dan ketiga desa yang lebih hulu (Long Duhung, Long Boy dan Long Lamjan) (Gambar 2.). Nilai rata-rata keseluruhan pendapatan yang umum dari kelima desa adalah Rp 433,590 (n = 198, sd 658,477) (pada saat survey 1$ sekitar Rp. 9,000). Bagaimanapun juga standard deviasi yang tinggi menunjukkan bahwa rata-rata ini dipengaruhi oleh sedikit pendapatan yang tinggi. Range antara 10,000 sampai 6,000,000 per bulan. Nilai median (Rp 250,000) dan mode (Rp. 100,000) menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki pendapatan bulanan yang rendah.
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
4
800,000 700,000
Income (Rp)
600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 Sido Bangen Mean of last month income Mean of usual monthly income
Long Gie
Long Duhung
Long Boy
Long Lamjan
Village
Gambar 1 Nilai rata-rata pendapatan per desa
Karena pendapatan sering salah dilaporkan oleh responden, nilai rata-rata pengeluaran juga dihitung. Harga barang-barang kebutuhan sehari-hari kurang lebih sama pada semua desa, pengeluaran tambahan mungkin menjadi barang mewah. Oleh karena itu peningkatan dalam pengeluaran menjadi sebuah indikator peningkatan kekayaan dan uang tunai yang dapat dibelanjakan. Nilai rata-rata pengeluaran untuk desa-desa (gambar 3.) menunjukkan pola yang serupa dengan pendapatan. Pengeluaran bulanan di Sido Bangen dan Long Gi
500000 450000
mean expenditure
400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 Sido Bangen
Long Gie
Long Duhung
Village
dua kali lipat dibanding desa-desa lainnya. Gambar 2 rata-rata pengeluaran tiap desa
Long Boy
Long Lamjan
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
5
Skor kekayaan dihitung dari berbagai indikator, seperti tipe atau jumlah rumah, atau jumlah ternak yang dimiliki oleh keluarga (lampiran iii untuk daftar skor). Ini dimaksudkan sebagai indikator kekayaan yang lebih independent dalam ingatan atau kejujuran responden. 60
mean wealth score
50 40 30 20 10 0 Sido Bangen
Long Gie
Long Duhung
Long Boy
Long Lamjan
Village Gambar 3 Skor nilai rata-rata kekayaan per desa
Pola nilai rata-rata skor kekayaan untuk desa-desa sama dengan nilai rata-rata untuk pendapatan dan pengeluaran (gambar 4). Desa Sido Bangen dan Long Gi nyata lebih kaya dibanding dengan Long Duhung, Long Gie dan Long Boy.
Pertanian Tidak ada perbedaan nyata antar desa-desa untuk area ladang pertanian per keluarga. Nilai rata-rata untuk Long Duhung, Long Boy, Long Lamjan dan Sido Bangen semuanya sekitar 0.85 ha untuk tahun ini. Rata-rata untuk Long Gie sekitar 0.5 ha, mengapa lebih rendah disbanding desa-desa lain tidak jelas. Nilai rata-rata panen padi per keluaraga per desa untuk tahun lalau hampir sama untuk semua desa kecuali Long Duhung. Untuk keluarga keluarga tersebut mendapatkan panen dengan hasil rata-rata 65.8 (Sido Bangen) sampai 73.4 karleng (Long Lamjan) padi. Ini sekitar 990 sampai 1,100 kilogram padi, yang menghasilkan 495 to 550 Kg of beras per keluarga per tahun. Dengan asumsi bahwa satu keluraga membutuhkan 1.5 Kg padi per hari tiap keluarga memerlukan sekitar 550 Kg padi per tahun. Untuk yang menanam padi pada tahun 2001 pada umumnya ada cukup persedian untuk kebutuhan setahun mereka. Bagaimanapun juga 50.5% dari responden tidak menanam padi sama sekali pada tahun 2001. Mereka tergantung sama sekali untuk membeli atau barter untuk beras. Data juga menunjukkan bahwa sekitar 70 % beras dimakan dan 30% dijual. Responden melaporkan bahwa mereka hanya menjual beras jika
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
mereka mendapat kelebihan (surplus). Hasil menunjukkan Long Duhung mendapatkan hasil lebih banyak disbanding desa-desa lain (135 kaleng), mungkin mereka memiliki panenan yang baik tetapi mungkin juga dapat disebabkan karena ukuran contoh yang kecil (n = 7, sd = 180). NB. Tampak ada kebingungan selama pengambilan data. Beberapa pewawancara menuliskan jumlah karleng beras dan beberapa padi. Dalam pengumpulan data lebih penting mendapatkan jawaban yang akurat dan demikian juga sesuai. Dalam analisis data sangat penting konsistensi data satu dengan yang lain. Jumlah beras sekitar setengah dari padi oleh karena itu penghitungannya mudah.
Penggunaan sumber daya alam Penangkapan ikan merupakan sumber makanan yang penting untuk desa-desa di bagian hulu. Persentase responden yang melaporakan bahwa mereka mencari ikan untuk Long Boy 75%, Long Duhung 100% dan Long Lamjan 92%. Nilai ratarata jumlah perjalanan pengkapan ikan sekitar 3 – 4 kali per minggu dan sekitar 80% ikan untuk konsumsi sendiri. Sebaliknya hanya 10% responden di Sido Bangen dan 52% di Long Gie melaporakan pergi menangkap ikan. Sido Bangen adalah satu desa transmigrasi dan sebagian besar populasinya adalah pendatang. Tampaknya mereka tidak menggunakan ikan sebagai sumber makanan atau sumber pendapatan. Serupa dengan di Long Gie ada populasi pendatang yang tidak melakukan penangkapan ikan. Utamanya ethnic Dayak yang menangkap ikan. Pola serupa dapat terlihat untuk perburuan. Di Long Boy, Long Duhung dan Long Lamjan 85%, 87% dan 100% secara berturut-turut responden melaporkan bahwa mereka berburu. Untuk Sido Bangen dan Long Gie hanya 10% dan 41%. Ini juga mungkin berkaitan dengan kelompok ethnik. Dari 28 orang di Long Gie yang melaporakan bahwa mereka pergi menangkap ikan, 21 juga berburu (dari 22 yang melaporkan pergi berburu). Dari 7 oragn di Sido Bangen yang pergi menangkap ikan, 4 juga berburu. 96% dari pemburu melaporkan bahwa binatang yang paling sering tertangkap adalah babi hutan (Sus barbatus), dan 80% melaporkan bahwa rusa (Cervus unicolor) yang paling sering kedua. Responden melaporkan bahwa hampir semua babi utnuk konsumsi sendiri dan rusa biasanya dijual. Satu responden di Long Gie mengakui bahwa dia menembak 4 ekor rusa setiap bulan, masing-masing dijual Rp. 700,000. Long Lamjan melaporkan rata-rata 9.2 binatang ditangkap per bulan per keluarga, desa lain melaporkan sekitar 5 binatang per keluarga per bulan. Lebih dari 95% yang dilaporkan adalah babi. Pada desa-desa yang lebih kecil, semua masyarakat Punan, Long Duhung, Long Boy dan Long Lamjan pengumpulan madu merupakan kegiatan yang penting. Di Long Duhung dan Long Lamjan 75% dari responden melaporkan bahwa mereka mengumpulkan madu pada saat musimnya. 15 responden melaporkan pernah memburu orangutan (Pongo pygmeaus). 8 di antaranya dari Long Gie, 5 dari Sido Bangen dan masing-masing dari Long
6
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
Duhung dan Long Boy. 7 orang, semua dari Long Gie atau Sido Bangen, mengatakan bahwa mereka membunuh orang-utan dalam 18 bulan terakhir.
Discussion Pola yang jelas muncul dari baseline data ini perbedan antara Sido Bangen dan Long Gie pada satu sisi dibading Long Duhung, Long Boy dan Long Lamjan pada sisi lain. Pendapatan, kekayaan dan pengeluaran lebih tinggi pada desa-desa yangn disebut terdahulu dan ada ketergantungan lebih tinggi terhadap sumber daya alam untuk makanan pada desa-desa yang disebut kemudian. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan demografi dan infrastruktur di desa. Sido Bangen dan Long Gie keduanya desa yang besar, multi-ethnik dengan jumlah pendatang masuk baru dari daerah dan pulau lain. Keduanya memiliki akses jalan yang mudah ke pasar luar untuk menjual dan membeli barang. Dengan demikian mereka lebih terhubung dengan ekonomi tunai Berau dan memiliki kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan uang dan mengumpulkan kekayaan. Long Duhung, Long Boy dan Long Lamjan di sisi lain, semuanya ethnik Punan dan sampai saat ini relativ tidak memiliki akses jalan menuju pasar luar (dan Long Duhung masih tidak ada akses jalan). Ini bukan berarti bahwa kualitas hidup mereka lebih rendah di desa-desa tersebut, atau bahwa mereka miskin, hanya karena pendapatan tunai dan kekayaan terkumpul lebih rendah. Kelompok Punan yang nomaden sangat tergantung terhadap sumber daya hutan. Sampai tahun 1980an ketika mereka dipindahkan ke desa-desa yang menetap, mereka tidak perlu mengumpulkan kekayaan dalam bentuk rumah besar atau ternak (selain anjing pemburu). Memang babi peliharaan, yang merupakan pemandangan umum di desa-desa Dayak lain, sangat jarang di desa-desa Punan, sesuatu yang mungkin menggambarkan skor kekayaan rendah. Masyarakat Punan terus berburu dan menangkap ikan untuk hampir semua kebutuhan protein mereka. Perlu diingat bahwa analisa citra satelit dan PCP menunjukkan bahwa hutan di sekitar Long Gie dan Sido Bangen lebih terganggu dibanding sekitar desa-desa hulu sungai. Sementara kesimpulan kuat dari sebab akibat tidak bijaksana, tampak bahwa adanya jalan dan HPH menjadi pedang bermata dua. Ini memungkinkan akses lebih besar ke pasar luar dan mempercepat peningkatan kekayaan, tetapi juga menyebabkan kerusakan lingkungan dan meningkatkan migrasi masuk. Rendahnya ketergantungan terhadap hutan pada masyarakat desa-desa Long Gie dan Sido Bangen mungkin bukan masalah pilihan, tetapi mungkin karena hutan tidak lagi memberikan sumber daya yang diinginkan. Long Gie merupakan satu-satunya desa yang melaporkan masih memburu orangutan. Mungkin ada dua alasan utama untuk ini: keengganan orang di desadesa lain untuk mengakui berburu orangutan, atau jumlah orangutan yang lebih sedikit disekitar desa-desa lain. Responden di Long Boy, Long Duhung dan Long Lamjan mengatakan bahwa telah lama sekali mereka tidak melihat orangutan. Beberapa mengakui bahwa mungkin ini disebabkan karena mereka telah
7
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
memburu semua orangutan. Ketidak adaan orangutan dekat Sungai Kelai dikuatkan oleh survey TNC yang menemukan sedikit orangutan di bagian utara Sungai Gie1. Masih ada satu populasi orang-utan di bagian hulu Sungai Gie. Ini adalah wilayah adat masyarakat yang sekarang tinggal di Long Gie dan satu area di mana mereka berburu. Orang dari Long Gie mungkin masih berburu orangutan di hulu Sungai Gie. Kampanye pendidikan untuk menghentikan perburuan jenis yang terancam ini semestinya mulai dikonsentrasikan di Long Gie.
1
L Engstrom and B Pamungkas pers comm. November 2002
8
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
Lampiran i. Laporan Lapangan Survey Sosial Ekonomi Masyarakat Desa sekitar Kecamatan Kelay
Survey dilakukan di 5 desa pada kecamatan Kelay, desa-desa tersebut antara lain desa Long Boy, desa Lamjan, desa Long Duhung, desa Long Gi dan desa Sido Bangen. Survey dimulai pada tanggal 07 Agustus 2002 sampai tanggal 13 Agustus 2002. Adapun kegiatan yang dilakukan selama perjalanan adalah sebagai berikut: Tanggal 07 Agustus 2002 • Berangkat dari kantor TNC Tanjung untuk makan siang dan mencari alataalat yang belum ada (alkohol, kertas HVS, dan lain-lain) • Berangkat dari Tanjung menuju Desa Long Boy sekitar pukul 14.30 • Berhenti untuk pertama kali dipersimpangan Wana Bakti untuk mencari titik posisi dan bertanya dengan karyawan Wana Bakti jalan menuju desa Long Boy • Berhenti untuk yang kedua dipersimpangan Long Boy (mencari titik posisi) • Berhenti ketiga di Camp 77 (mencari titik posisi) • Sekitar pukul 17.45 sampai di Desa Long Boy • Menuju rumah bapak kepala desa Long Boy tetapi bapak kepala desa tidak ada di tempat karena berada di Tanjung • Munuju rumah bapak kepala adat untuk mengkonfirmasikan maksud dan tujuan kedatangan team TNC di desa Long Boy • Menuju balai desa untuk istirahat dan persiapan pengambilan data • Pengambilan data tidak dapat dilaksanakan karena hujan turun dan sangat deras • Istirahat Tanggal 08 Agustus 2002 • Pukul 06.00 persiapan pengambilan data • Sekitar pukul 07.20 Bapak guru dan sebagian masyarakat datang ke balai desa untuk menanyakan maksud dan tujuan dari team TNC (memberikan komik dan Kala Warta untuk pihak sekolah) • 08.30 pengambilan data untuk desa Long Boy mulai dilakukan • Pengambilan data selesai sekitar pukul 13.50 kemudian istirahat Informasi yang di dapat pada desa Long Boy adalah masyarakat desa tersebut masyarakat dayak Punan dengan kepala desa bernama bapak Hiskia, ketua RT I bapak Yulius dan ketua RT 2 bapak Lukas, guru SD bapak Imlani dan bapak Rum Ncuk (juga sebagai bina desa PT. Aditia), bapak Munjuk (Yohanes) sebagai kaur desa bidang keuangan dan bapak Pesang sebagai pembantu kepala desa.
9
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
Kerajinan yang dikerjakan oleh masyarakat Long Boy adalah kerajinan dari rotan segah yang dibuat anjat, nyan, tikar, tampih yang hasilnya digunakan sendiri karena tidak ada pasaran. Dari hasil survey dapat diketahui untuk desa Long Boy jumlah kepala keluarga sebanyak 36 kepala keluarga dengan kepala keluarga yang terdata sebanyak 28 kepala keluarga sedangkan untuk 8 kepala keluarga yang lain tidak dapat didata karena pergi ke ladang untuk persiapan membakar ladang yang diperkirakan pertengahan Agustus. • • • • •
Pukul 14.00 persiapan menuju desa Lamjan Berangkat ke desa Lamjan sekitar pukul 18.00 Menuju rumah bapak kepala desa untuk menjelaskan maksud dan tujuan team TNC datang ke desa Lamjan Istirahat dan persiapan untuk pengambilan data Pukul 20.30 menuju rumah bapak kepala desa untuk pengambilan data (pengambilan data tidak dapat dilakukan karena masyarakat telah tidur dan keadaan gelap)
Tanggal 09 agustus 2002 • Persiapan pengambilan data • Sekitar pukul 08.30 pengambilan data di desa Lamjan • Pengambilan data selesai dilaksanakan sekitar pukul 11.45 • Kerumah bapak kepala desa untuk ijin pulang Berdasarkan informasi yang diberikan kepala desa masyarakat Lamjan masih memanfaatkan rotan segah untuk membuat kerajinan seperti anjat, nyan, bak, tikar dan tampih yang hasilnya digunakan sendiri karena tidak ada pasaran jika dipasarkan di Tanjung sangat memerlukan biaya yang sangat tinggi dan tidak tahu pasarannya. Masyarakat Lamjan berasal dari Long Pelay dengan kepala desa bernama bapak Mansur, kepala adat bapak Sieng Mut, sekertaris desa bapak Guying, kaur pemerintahan untuk data desa bapak Ngoi Gug dan ketua kerja bapak Sol Tong Dari survey yang dilakukan di desa Lamjan diketahui bahwa jumlah kepala keluarga yang ada sebanyak 17 kepala keluarga dan data yang dapat diambil sebanyak 13 kepala keluarga sedangkan 3 kepala keluarga berada di ladang dan 1 kepala keluarga berada di perusahaan. • • •
Pukul 12.00 persiapan menuju desa Long Boy untuk mengambil barang Sampai desa Long Boy pukul 14.00 Ijin dengan bapak kepala desa untuk pulang dan melanjutkan perjalanan menuju desa Long Duhung
Tanggal 10 Agustus 2002 • Pukul 07.00 pergi ke rumah bapak kepal desa untuk konfirmasi pengambilan data dan menjelaskan maksud dan tujuan dari team TNC • Pengambilan data di desa Long Duhung sekitar pukul 07.30 • Pukul 10.00 pengambilan data selesai dilaksanakan
10
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
• •
Pukul 10.05 ke rumah bapak gembala untuk menayakan nama-nama kepala keluarga yang tidak terdata 10.30 Membicarakan mengenai pemetaan desa (batas-batas) dengan bapak kepala desa, bapak kepala adat dan bapak gembala
Informasi yang didapat di desa Long Duhung bahwa masyarakat banyak yang tidak ada di desa, mereka sebagian bekerja di perusahaan (km 60) dan pergi keladang. Masyarakat yang bekerja di perusahaan mempunyai rumah di desa dan di km 60. Mereka menetap di km 60 tetapi jika ada kerja bakti atau gotong royong desa mereka akan kembali ke desa untuk bersama-sama membersihkan desa. Kepala desa Lamjan bernama bapak Misak, kepala adat bapak Samiun, bapak gembala bernama Samuel dan guru SD bernama bapak Zenas. Hasil survey didapat sebanyak 8 kepala keluarga dimana jumlah kepala keluarga seluruhnya sebanyak 24 kepala keluarga. Untuk jumlah kepala keluarga yang tidak dapat didata sebanyak 16 kepala keluarga dimana 8 kepala keluarga pergi ke perusahaan, 5 kepala keluarga pergi ke ladang, 2 kepala keluarga pindah ke Long Gi dan 1 kepala keluarga pergi ke Lamjan. • •
•
Pukul 12.00 berangkat menuju desa Long Gi Tiba di desa Long Gi pukul 14.00 dan konfirmasi dengan bapak kepala desa untuk pengambilan data sosial ekonomi (karena ada pertandingan persahabatan antara desa Long Gi dan Sido Bangen maka pengambilan data tidak dapat dilaksanakan) Pengambilan data masyarakat desa Long Gi pukul 20.00 (sebagian masyarakat mengadakan rapat desa sehingga pengambilan data hanya sedikit)
Tanggal 11 Agustus 2002 • Pukul 07.30 pengambilan data masyarakat (masyarakat ke gereja sehingga dilanjutkan ke Long Gi seberang) • Pukul 13.00 istirahat • Pengambilan data dilanjutkan pukul 15.00 • Pukul 17.30 pengambilan data selesai dilakukan dan menuju desa Sido Bangen Masyarakat Long Gi sudah berfariatif tidak hanya masyarakat asli saja yang tinggal di desa Long Gi tetapi telah banyak pendatang baik dari aliran sungai Kelay maupun dari luar daerah begitu juga dengan sumber penghidupan masyarakat ada yang berladang, berburu, mencari ikan, mencari gaharu, berkebun, membuka warung makan dan lainnya. Bapak kepala desa Long Gi bernama Jekson Along, kepala adat bapak Pelipus, bendahara gereja bapak Yusuf Ikau dan guru SD bapak Jumangkir. Data yang diperoleh sebanyak 50 kepala keluarga dari 178 kepala keluarga yang ada dimana 111 kepala keluarga lama dan 67 kepala keluarga baru. Untuk Long Gi seberang didapat sebanyak 13 kepala keluarga, 4 kepala keluarga sekitar jembatan (warung) dan 33 kepala keluarga Long Gi.
11
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
• •
Pukul 18.00 makan malam dan menuju desa Sido Bangen Tiba di desa Sido Bangen pukul 20.15 dan menuju rumah bapak kepala desa dan konfirmasi mengenai maksud dan tujuan dari team TNC
Tanggal 12 Agustus 2002 • Persiapan pengambilan data desa Sido Bangen • Pengambilan data masyarakat Sido Bangen sekitar pukul 08.00 • Pukul 12.00 istirahat dan membahas blok-blok yang belum didata • Pukul 15.00 pengambilan data kembali • Pukul 17.30 istirahat • Pengambilan data lanjutan pukul 19.30 untuk masyarakat yang belum terdata karena pergi ke Tanjung dan kebun • Pukul 22.00 istirahat Masyarakat desa Sido Bangen berasal dari masyarakat HTI-Trans yang diadakan pada tahun 1993-1994 oleh HPH. Belantara Pusaka sehingga masyarakat berasal dari berbagai macam daerah baik dari kecamatan Kelay maupun dari luar daerah (Jawa, Toraja, Sulawesi, Timur dan lainya). Pada awalnya masyarakat bekerja di perusahaan tetapi sekarang tidak lagi karena perusahaan tidak baik dalam keuangan. Masyarakat Sido Bangen tidak membuka ladang dikarenakan pola perladangan yang berbeda antara masyarakat asli dengan pendatang tetapi berdasarkan informasi yang di dapat dari masyarakat ada sebagian masyarakat yang akan mencoba untuk berladang untuk tahun ini. Pada dasarnya masyarakat mempunyai kebun karet dan lahan pekarangan. Untuk kebun karet luasnya sekitar 1 ha tiap kepala keluarga tetapi ada sebagian kebun tersebut telah dijual baik karena alasan ekonomi maupun karena lokasi yang jauh. Kebun karet tersebut belum pernah di sadap sehingga belum tahu hasilnya tetapi menurut informasi dari kepala desa bahwa tanaman karet akan mulai disadap pada pertengahan bulan Agustus 2002. Sedangkan untuk lahan pekarangan sebagian masyarakat memanfaatkannya untuk menanam kopi, coklat, ubi dan lainya. Mata pencaharian yang ada di Sido Bangen umumnya adalah buruh tani dan berkebun, untuk perkebunan masyarakat menanan lombok, ubi, sayursayuran, kopi dan coklat. Untuk kerajinan banyak masyarakat yang tidak bisa membuat kerajinan baik dari rotan maupun dari bahan lain hanya beberapa orng saja yang dapat membuat kerajinan dari rotan dan dari bambu. Kendala yang ada berdasarkan informasi dari masyarakat adalah mengenai air bersih dan listrik yang awalnya merupakan fasilitas dari perusahaan sekarang sulit diperoleh untuk air bersih yang ada dialirkan secara bergiliran satu minggu sekali untuk tiap blok sedangkan listrik masyarakat harus membayar dengan harga yang cukup tinggi. Data yang diperoleh setelah survey adalah jumlah kepala keluarga yang ada atau masih menetap di desa Sido Bangen adalah sebanyak 150 kepala
12
Survey Sosial Ekonomi, Kecematan Kelay
keluarga dan yang terdata adalah sebanyak 110 kepala keluarga dari 8 blok sedangkan 40 kepala keluarga yang tidak terdata pergi ketanjung dan ke kebun. Kepala desa Sido Bangen bernama bapak Martoyo, untuk sekertaris desa bapak Jarwoto, ketua BPK bapak Ahmad Lah, ketua LPM bapak Amir Mahmud, ketua adat bapak Kasim, sedangkan untuk tokoh agama ada 2 yaitu untuk tokoh agama muslim bapak Musawar dan untuk tokoh agama nasrani bapak Dedy Usman, ketua RT yang ada di Sido Bangen sebanyak 7 orang untuk RT 1 bapak Sukarmi, RT 2 bapak Husein, RT 3 bapak Samsir Pata, RT 4 bapak Samdiratna, RT 5 Bapak Asratagi, RT 6 bapak Yansen Linusimin dan RT 7 bapak Rohman. Tanggal 13 Agustus 2002 • Persiapan kembali ke Tanjung sekitar pukul 07.30 (sebelum ke Tanjung menuju desa Merasa untuk survey desa) • Berangkat dari Sido Bangen menuju desa Merasa • Pukul 09.15 sampai di desa Merasa (survey desa tetepi tidak maencari data sosial ekonomi) • Pukul 10.45 kembali dari desa Merasa menuju Tanjung • Pukul 11.00 perjalanan menuju Tanjung • Sekitar pukul 13.15 tiba di Tanjung •
Pukul 13.30 istirahat
13
Socio-Economic Survey, Kecematan Kelai
14
ii. Data tables
BASELINE Kesejahteraan desa Desa
Mean SD Pendapatan bln terakhir (Rp)
Mean SD pendapatan rata-rata
2002
263,964
371,868
185,336
202,174 0.84 72.3
18
4
35.75
0.69
274,000 173,250 196,554 22.4
10
Long Duhung 2002
300,000
160,728
237,500
172,689 0.84 135.7
7
2
8.00
0.25
120,000 162,500 117,959 28.1
17
Long Gie
718,269 1,076,792
574,519
860,486 0.53 73.42
24
3
23.00
0.36
212,500 439,846 621,755 42.4
48
Long Lamjan 2002
399,231
195,769
202,668 0.87
11
0
0.88
219,046 223,623 25.1
11
Sido Bangen
705,255 1,654,870
477,296
660,268 0.87 65.8
50
8
0.86
239,297 368,301 212,838 49.5
56
Long Boy
Tahun
2002
2002
400,364
Mean ha Mean n ladang karleng panen
66
n jual mean of mean beras beras ha
dijual (%)
28.50
kebun
mean Mean SD mean SD hasil pengeluaran Wealth kebun (Rp) score dijual (Rp)
BASELINE Pemanfaatan Ikan / NTFP Desa
Tahun
n. Mean kali Mean Mean ikan mencari ikan per ekor ikan dimakan (%) ikan minggu / minggu
Mean ikan mean dari Mean Rotan n. Mean madu per dijual (%) jual ikan (Rp) per thn pengumpul thn (Lt) (ikat) madu
Long Boy
2002
21
3.5
9.4
83
16.6
41875
3
11
22
Long Duhung
2002
8
3.4
15.4
80
19.8
101666
2
6
35
Long Gie
2002
28
3.1
9.4
72
27.8
97447
5
7
45
Long Lamjan
2002
12
4.8
8.2
83
17.5
59750
20
10
79
Sido Bangen
2002
7
2.4
6.4
89
10.7
45000
2
0
Socio-Economic Survey, Kecematan Kelai
15
BASELINE Buruan Desa
Tahun
n Mean
Paling Sering
kali berburu Babi (Rp) per
Mean Mean ekor per binatang Kijang kincil payou monyet lain bulan
Yang berikut
Kijang kincil payou monyet lain babi
(%)
Mean Mean dari binatang binatang dimakan dijual (%)
Long Boy
2002
24 3.916
24
0
0
0
0
0
0
0
1
21
0
0
4.7
98
2
140000
Long Duhung Long Gie
2002
7 3.857
7
0
0
0
1
0
0
0
1
4
1
0
5
100
0
2002
22 4.045
20
0
1
1
0
0
0
0
1
15
0
0
4.8
90
10
738000
Long 2002 Lamjan Sido Bangen2002
13 4.692
13
0
0
0
0
0
0
0
0
12
0
0
9.2
93
7
95666
9 2.333
8
0
0
1
0
0
0
0
1
8
0
0
3.8
100
0
BASELINE kesadaran Desa
Tahun
N
Taggapan ttg perusahaan
baik
sedang
jelek
Perusahaan dibandingkan thn yg lalu
lain
lebih baik
kurang baik
sama saja
Desa Hutan memiliki adat Hutan adat diakui
OH dilundungi
Long Boy
2002
28
4
17
4
3
0
4
24
25
10
10
Long Duhung
2002
8
1
3
4
0
0
3
5
8
6
6
Long Gie
2002
52
13
25
4
9
12
6
33
29
14
36
Long Lamjan
2002
13
1
8
1
3
0
1
12
11
6
4
Sido Bangen
2002
98
41
32
15
10
13
66
18
34
19
84
Socio-Economic Survey, Kecematan Kelai
16
iii Wealth Scores Livestock
Chicken Goat Pig Cow
Score
1 8 10 50
Luxury items
TV Parabola VCD Chainsaw Ketinting Motorbike Car
Score
10 30 10 20 2 20 100
House
Big Medium Small Wood windows Glass windows Tin roof Wood roof Thatch
Score
10 5 1 1 20 5 8 1